klhs.pdf

7
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010 21 sar-beaarnya bagi kemakmuran rakyat”, dan disisi lain KLHS merupakan instru- ment pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan penguatan keberlanjutan pe- manfaatan sumber daya alam merupakan hal yang relative baru di Indonesia. METODE CEPAT PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM RTRW DAN RPJMD PROPINSI KABUPATEN/KOTA Al. Sentot Sudarwanto, S.H.,M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak KLHS merupakan instrument pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan penguatan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam merupakan hal yang relative baru di Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk membuat kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Metode kajian meliputi kajian pustaka secara terfokus. KLHS sebagai sebuah kelem- bagaan baru dalam penyelenggaraannya secara spesiik mendasarkan pada asas; penila- ian mandiri (self assessment), akuntabel dan partisipatif. Dalam menyusun KLHS ada empat ilosoi yang harus dipegang sebagai perinsipnya, yaitu : (1) Self assesment yang berarti dalam KLHS “introspeksi” untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. (2) Plan- ing Process Improvement yang berarti dalam KLHS memperkaya proses perencanaan yang telah ada (KLHS, setidaknya ada 6 kajian dan pelibatan masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholder) sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (1) UU PPLH.(3) Capacity Building yang berarti dalam KLHS peningkatan kapasitas dalam proses penyusunan Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP).(4) Inluencing Decision yang berarti dalam KLHS rekomendasinya mempengaruhi keputusan yang diambil untuk menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil kajian maka Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh wilayah Indonesia wajib segera melaksanakan, KLHS dalam RTRW dan RPJMD Propinsi dan Kabupaten/Kota dengan menugaskan Bappeda Propinsi dan atau Kabupaten/Kota untuk mengkoordinasikan, dengan berpedoman pada surat edaran bersama Menteri dalam Neg- eri RI dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. Dalam mendukung pelaksanaan ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan (2) huruf a, Pasal 18 (2) dan Pasal 19 ayat (1) UU PPLH perlu segerl dan sudah mendesak dibuatnya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai panduan. A. PENDAHULUAN Pengaturan tentang Kajian Ling- kungan Hidup Strategis (KLHS) meru- pakan keniscahayaan untuk mewujudkan amanah Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, khususnya yang terkait dengan frase “sebe-

Upload: reza-fitria

Post on 28-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010 21

    sar-beaarnya bagi kemakmuran rakyat,

    dan disisi lain KLHS merupakan instru-

    ment pengendalian kerusakan lingkungan

    hidup dan penguatan keberlanjutan pe-

    manfaatan sumber daya alam merupakan

    hal yang relative baru di Indonesia.

    METODE CEPAT PELAKSANAAN KAJIAN

    LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

    DALAM RTRW DAN RPJMD PROPINSI

    KABUPATEN/KOTA

    Al. Sentot Sudarwanto, S.H.,M.Hum.Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Abstrak

    KLHS merupakan instrument pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan

    penguatan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam merupakan hal yang relative

    baru di Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk

    membuat kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip

    pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

    suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

    Metode kajian meliputi kajian pustaka secara terfokus. KLHS sebagai sebuah kelem-

    bagaan baru dalam penyelenggaraannya secara spesiik mendasarkan pada asas; penila-ian mandiri (self assessment), akuntabel dan partisipatif. Dalam menyusun KLHS ada

    empat ilosoi yang harus dipegang sebagai perinsipnya, yaitu : (1) Self assesment yang berarti dalam KLHS introspeksi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. (2) Plan-

    ing Process Improvement yang berarti dalam KLHS memperkaya proses perencanaan

    yang telah ada (KLHS, setidaknya ada 6 kajian dan pelibatan masyarakat dan pemangku

    kepentingan (stakeholder) sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (1) UU

    PPLH.(3) Capacity Building yang berarti dalam KLHS peningkatan kapasitas dalam

    proses penyusunan Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP).(4) Inluencing Decision yang berarti dalam KLHS rekomendasinya mempengaruhi keputusan yang diambil untuk

    menjadi lebih baik.

    Berdasarkan hasil kajian maka Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh wilayah

    Indonesia wajib segera melaksanakan, KLHS dalam RTRW dan RPJMD Propinsi dan

    Kabupaten/Kota dengan menugaskan Bappeda Propinsi dan atau Kabupaten/Kota untuk

    mengkoordinasikan, dengan berpedoman pada surat edaran bersama Menteri dalam Neg-

    eri RI dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. Dalam mendukung pelaksanaan

    ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan (2) huruf a, Pasal 18 (2) dan Pasal 19 ayat (1) UU PPLH

    perlu segerl dan sudah mendesak dibuatnya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tata Cara

    Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai panduan.

    A. PENDAHULUAN

    Pengaturan tentang Kajian Ling-

    kungan Hidup Strategis (KLHS) meru-

    pakan keniscahayaan untuk mewujudkan

    amanah Pasal 33 ayat (3) UUD 1945,

    khususnya yang terkait dengan frase sebe-

  • Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 201022

    KLHS dapat menarik minat para investor

    yang peduli lingkungan atau green inves-

    tor.

    Penggunaan sumber daya alam harus se-

    laras, seras, dan seimbang dengan fungsi

    lingkungan hidup. Sebagai konsekuensin-

    ya, kebijakan, rencana, dan/atau program

    pembangunan harus mengintegrasikan

    aspek lingkungan hidup dan mewujudkan

    tujuan pembangunan berkelanjutan. Ke-

    bijakan yang dimaksud adalah rangkaian

    konsep dan azas yang menjadi dasar ren-

    cana.

    B. DASAR HUKUM DAN FILO-

    SOFIS KLHS

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

    tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup mewajibkan pemerin-

    tah dan pemerintah daerah untuk membuat

    kajian lingkungan hidup strategis (KLHS)

    untuk memastikan bahwa prinsip pemban-

    gunan berkelanjutan telah menjadi dasar

    dan terintegrasi dalam pembangunan suatu

    wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/

    atau program (Pasal 15 ayat (1) dan (2)

    UU PPLH). Dengan perkataan lain, hasil

    KLHS harus dijadikan dasar bagi kebi-

    jakan, rencana dan/atau program pemban-

    gunan dalam suatu wilayah .

    KLHS merupakan bagian dari instrumen

    pencegahan, pencemaran dan/atau keru-

    sakan lingkungan hidup (Pasal 14 UU

    PPLH). Selan KLHS instrumen lainnya

    yang termasuk dalam kategori ini adalah:

    tata ruang, baku mutu lingkungan hidup,

    kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,

    AMDAL, UKL-UPL, perizinaan, instru-

    men ekonomi lingkungan hidup, peraturan

    perundang-undangan berbasis lingkun-

    gan hidup, anggaran berbasis lingkungan

    hidup, analisis risiko lingkungan hidup,

    audit lingkungan hidup, dan instrumen lain

    sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkem-

    bangan ilmu pengetahuan.

    Keterkaitan KLHS dengan instrumen

    pencegahan lainnya adalah bersifat saling

    Sekarang ini telah disahkan Un-

    dang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 ten-

    tang Perlindungan dan Pengelolaan Ling-

    kungan Hidup (UU PPLH), yang telah

    mengatur hal yang paling mendasar terkait

    KLHS. Untuk menjalankan ketentuan ten-

    tang KLHS yang dimuat dalam UU PPLH

    sebagai arah/pedoman lebih lanjut pelak-

    sanaan KLHS perlu segera dipersiapkan

    Peraturan Pemerintah.

    Salah satu tantangan yang paling

    besar (seperti berupa kasus yang terjadi

    dimanapun di Indonesia saat KLHS diper-

    kenalkan) adalah penyampaian konsep dan

    cara kerja KLHS, selalu disama-artikan

    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    (AMDAL). Memang benar, ada beberapa

    istilah dalam KLHS dapat juga ditemukan

    dalam AMDAL. Pesan yang paling penting

    adalah, bahwa AMDAL merupakan kajian

    kelayakan lingkungan yang dikaitkan per-

    izinan, tanpa AMDAL suatu proyek besar

    tidak dapat dilaksanakan. Hal ini adalah

    salah satu instrument (alat) pembuat kepu-

    tusan (decision making). Sementara itu,

    KLHS adalah suatu alat bantu perumusan

    keputusan (decision aiding), untuk men-

    ingkatkan pengetahuan mengenai suatu

    rencana (atau program atau aturan kerja)

    tentang dampak lingkungan yang besar

    dan penting, melihat pada legitimasi so-

    sial melalui pengikatan dengan berbagai

    unsur stakeholders dan memerlukan dialog

    yang terus menerus. Hal ini juga memer-

    lukan diskusi mendalam antara pemerintah

    dengan investor karena kelayakan akan

    mempengaruhi penentuan keputusan suatu

    proyek, berhenti atau dilanjutkan.

    KLHS juga melihat pada isu-isu

    lingkungan secara kumulatif dan lintas bi-

    dang yang belum dijangkau oleh AMDAL

    untuk proyek-proyek individual. Semua

    itu dapat menjadi kontribusi kepada AM-

    DAL dengan menyediakan masukan untuk

    spesiikasi teknis yang sesuai dan untuk informasi selama fase penentuan lingkup

    kajian (scoping). Hal penting lain adalah

    Metode Cepat Pelaksanaan Kajian KLHS Al. Sentot Sudarwanto

  • Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010 23

    kawasan hutan terutama pada daerah yang

    kondisinya tergolong kritis, meningkatkan

    jumlah penduduk miskin atau terancam-

    nya keberlanjutan penghidupan sekelom-

    pok masyarakat, dan/atau meningkatakan

    resiko terhadap kesehatan dan keselamatan

    manusia.

    KLHS sebagai sebuah kelem-

    bagaan baru yang diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 32 Tahun 2009, dalam

    penyelenggaraannya secara spesiik men-dasarkan pada asas; penilaian mandiri (self

    assessment), akuntabel dan partisipatif.

    Namun demikian, sebagai sebuah sistem

    yang tidak terpisah dari ketentuan pera-

    turan perundang-undangan diatasnya yang

    mengamanatkan, secara umum KLHS da-

    lam penyelenggaraannya juga mendasar-

    kan pada asas-asas sebagaimana disebutkan

    dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

    2009. Asas-asas tersebut adalash: tanggung

    jawab negara, kelestarian dan keberlanju-

    tan, keserasian dan keseimbangan, keter-

    paduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan,

    ekoregion, keanekaragaman hayati, pence-

    mar harus membayar, partisipatif, kearifan

    lokal, tata kelola pemerintahan yang baik

    dan otonomi daerah (Pasal 2 UU PPLH).

    Sementara itu, penyelenggaraan

    KLHS sifatnya adalah wajib bagi Pemerin-

    tah maupun pemerintah daerah dalam rang-

    ka penyusunan atau evaluasi kebijakan,

    rencana, dan/atau program. KLHS yang se-

    cara prinsip tersebut bersifat wajib, dalam

    rumusnya kemudian dibatasi melalui kon-

    struksi hanya terhadap: (a) Rencana Tata

    Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana

    rincinya, Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangu-

    nan Jangka Menengah (RPJM) nasional,

    provinsi dan kabupaten/kota, dan (b) Ke-

    bijakan, Rencana, dan/atau Program yang

    berpotensi menimbulkan dampak dan/atau

    risiko lingkungan hidup.

    Dalam menyusun KLHS ada em-

    pat ilosoi yang harus dipegang sebagai perinsipnya, yaitu :

    melengkapi dan saling mendukung. Dalam

    perencanaan tata ruang, KLHS membantu

    dalam proses penyusunan Rencana Tata

    Ruang Wilayah. Baku mutu lingkungan

    hidup, kriteria baku kerusakan lingkun-

    gan hidup, instrumen ekonomi lingkungan

    hidup, dan analisis risiko lingkungan hidup

    digunakan sebagai salah satu indikator dan/

    atau pendekatan dalam pengkajian pengar-

    uh kebijakan, rencana, dan/atau program

    terhadap lingkungan hidup. KLHS dapat

    membantu pencegahan degradasi sumber

    daya alam dan lingkungan hidup di tingkat

    kebijakan, renana, dan/atau program seh-

    ingga membantu efektiitas pelaksanaan AMDAL, UKL-UPL dan perizinan.

    Berkaitan dengan hal tersebut,

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

    tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup mengamanatkan perlu-

    nya pengaturan mengenai Kajian Lingkun-

    gan Hdup Strategi (KLHS), yaitu serang-

    kaian analisis yang sistematis, menyeluruh,

    dan partisipatif untuk memastikan bahwa

    prinsip pembangunan berkelanjutan te-

    lah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

    pembangunan suatu wilayah dan/atau ke-

    bijakan, rencana, dan/atau program (Pasal

    1 butir 10 UU PPLH).

    Melalui KLHS potensi dampak

    dan/atau resiko lingkungan yang mungkin

    ditimbulkan oleh suatu kebijakan, rencana,

    dan/atau program, sebelum pengambilan

    keputusan dilakukan, dapat diantisipasi.

    Dampak dan/atau resiko lingkungan yang

    mungkin timbul oleh suatu kebijakan,

    rencana, dan/atau program, oleh Undang-

    Undang Nomor 32 Tahun 2009 dikate-

    gorisisasikan, antara lain sebagai potensi:

    meningkatkan resiko perubahan iklim,

    meningkatan kerusakan, kemerosotan atau

    kepunahan, keanekaragaman hayati, men-

    ingkatkan intensitas rencana banjir. Long-

    sor, kekeringan dan/atau kebakaran hutan

    dan lahan, menurunkan mutu dan kelimpa-

    han sumber daya alam, mendorong pe-

    rubahan penggunaan dan/atau alih fungsi

    Metode Cepat Pelaksanaan Kajian KLHS Al. Sentot Sudarwanto

  • Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 201024

    Tahap 1. Mengkaji pengaruh atau dampak

    kebijakan rencana dan/atau program ter-

    hadap kondisi lingkungan hidup di suatu

    wilayah dengan langkah-langkah sebagai

    berikut:

    i. Rumuskan tujuan KLHS yang

    hendak dicapai. Tujuan KLHS dimasukkan

    dalam Bab 1.

    ii. Tetapkan pemangku kepentingan

    yang terkait (SKPD, akademisi, LSM, dan/

    atau tokoh masyarakat). Daftar pemangku

    kepentingan terkait dimasukkan dalam Bab

    1.

    iii. Identitas dan sepakati beberapa

    Isu pembangunan berkelanjutan yang me-

    liputi aspek sosial, ekonomi, kesehatan,

    dan lingkungan hidup melalui diskusi kel-

    ompok terfokus (Focus Group Discussion/

    FGD). Isu-isu dimasud dimasukkan dalam

    Bab 2, sub Bab a.

    iv. Identiikasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang terhitung dalam

    Raperda RTRW atau draft RPJMD yang

    berpotensi menimbulkan dampak lingkun-

    gan untuk ditelaah. Kebijakan, rencana,

    dan/atau program dimaksud kemudian di-

    masukkan dalam Bab 2, sub Bab b.

    v. Lakukan kajian pengaruh kebi-

    jakan, rencana, dan/atau program tehadap

    isu-isu pembangunan berkelanjutan.

    a. Cantumkan hasil kegiatan ke

    dalam Tabel. Hasil kegiatan dimasukkan

    dalam kolom dari matriks sementara hasil

    kegiatan.

    b. Beri tanda + (positif) atau -

    (negatif) untuk setiap isu pembangunan

    berkelanjutan yang berpotensi terkena pen-

    garuh/dampak positif atau negatif dari ke-

    bijakan, rencan, dan/atau program Raperda

    RTRW atau draft RPJMD.

    c. Untuk setiap kebijakan, ren-

    cana, dan/atau program, hitung frekue-

    nsi dampak positif (tanda +) dan frekuensi

    dampak negatif (tanda -) yang timbul (per-

    hitungan dilakukan menurut baris matriks).

    Kebijakan yang menimbulkan frekuensi

    dampak positif atau negatif yang paling

    Self assesment yang berarti dalam KLHS introspeksi untuk menghasilkan

    sesuatu yang lebih baik.

    Planing Process Improvement yang berarti dalam KLHS memperkaya

    proses perencanaan yang telah ada (KLHS,

    setidaknya ada 6 kajian dan pelibatan

    masyarakat dan pemangku kepentingan

    (stakeholder) sebagaimana yang diamanat-

    kan dalam Pasal 18 ayat (1) UU PPLH.

    Capacity Building yang berarti dalam KLHS peningkatan kapasitas dalam

    proses penyusunan Kebijakan, Rencana,

    dan Program (KRP).

    Inluencing Decision yang berarti dalam KLHS rekomendasinya mempen-

    garuhi keputusan yang diambil untuk men-

    jadi lebih baik.

    C. METODE CEPAT PELAKSA-

    NAAN KLHS

    a. Kaedah-kaedah Penting

    i. Dilaksanakan oleh instansi Pe-

    merintah Daerah yang memprkarsai peny-

    usunan RTRW dan RPJMD dapat difasili-

    tasi oleh Kementerian Dalam Negeri dan

    Kementerian Lingkungan Hidup;

    ii. Diselesaikan tanpa mengham-

    bat proses penetapan RTRW dan RPJMD

    dengan tetap memperhatikan mekanisme

    utama KLHS (Pasal 15 ayat (3) UU No. 32

    Tahun 2009), yaitu:

    1. Pengkajian pengaruh kebijakan,

    rencana, dan/atau program terhadap kon-

    disi lingkungan hidup di suatu wilayah;

    2. Perumusan alternatif penyempur-

    naan kebijakan, rencana, dan/atau program;

    dan

    3. Rekomendasi perbaikan untuk

    pengambilan keputusan kebijakan, rencana,

    dan/atau program yang mengintegrasikan

    prinsip pembangunan berkelanjutan.

    b. Tahapan Pelaksanaan KLHS

    KLHS dengan Metode Cepat diselengga-

    rakan dalam tahapan dan kegiatan sebagai

    berikut:

    Metode Cepat Pelaksanaan Kajian KLHS Al. Sentot Sudarwanto

  • Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010 25

    maksud pada huruf b di atas dalam Bab 4.

    Tahap 3 : Merekomendasikan alternatif ke-

    bijakan, rencana, dan/atau program terbaik

    yang mengintegrasikan prinsip-prinsip

    pembangunan berkelanjutan. Rekomendasi

    dimaksud diintegrasikan ke dalam Raperda

    RTRW atau draft RPJMD.

    c. Penyusunan dan Pemaparan Lap-

    oran KLHS

    i. Menuliskan dan mendokumenta-

    sikan seluruh proses Tahap 1 sampai dnan

    Tahap 3 ke dalam suatu sistematika lapo-

    ran.

    ii. Memaparkan hasil kegiatan pada

    angka 2 kepada Kepala Daerah yang ber-

    sangkutan dalam rangka pengambilan

    keputusan terhadap rekomendasi KLHS.

    Pada proses penyusunan KLHS partisipasi

    publik mutlak harus dilakukan minimal 2

    tahap sosialisasi yaitu pada tahap awal dan

    tahap akhir penyusunan.

    Sosialisasi awal kegunaannya untuk me-

    nyerap isu-isu lingkungan strategis yang

    telah diketahui kalayak uum, maupun da-

    pat menggali/mengeksplor isu-isu spesiik lokal yang belum diketahui masyarakat

    luas.

    Sosialisasi akhir adalah pemaparan hasil

    laporan KLHS, kegunaannya klariiksi data dan mendapatkan kesepakatan-kese-

    pakatan guna pengambilan keputusan.

    Konsultasi publik dalam proses KLHS

    sangat ditekankan, dan dilakukan terhadap

    pihak yang sangat kompeten. Misal para

    tokoh tokh masyarakat, Akademisi, Lem-

    baga Swadaya Masyarakat (LSM) dan para

    pemangku kepentingan.

    D. FORMAT LAPORAN KLHS

    RAPERDA RTRW ATAU DRAFT

    RPJMD PROVINSI/KABUPATEN/

    KOTA

    Bab 1. Pendahuluan dan Tujuan

    Diisi dengan tujuan KLHS dan daftar pe-

    mangku kepentingan terkait

    Bab 2. Lingkup Kajian

    tinggi, dipandang sebagai kebijakan yang

    paling penting atau prioritas untuk dikaji.

    d. Untuk setiap isu pembangunan

    berkelanjutan, hitung frekuensi dampak

    positif (tanda +) dan frekuensi dampak

    negatif (tanda -) yang timbul (perhitungan

    dilakukan menurut kolom matriks). Isu

    pembangunan berkelanjutan yang paling

    tinggi frekuensinya terkena dampak positif

    atau negatif, dipandang sebagai isu yang

    strategis atau prioritas untuk dikaji.

    vi. Deskripsikan dampak dari ke-

    bijakan, rencana, dan/atau program yang

    dianggap paling atau prioritas. Deskripsi

    meliputi intensitas, persebaran, atau lama

    berlangsungnya pengaruh serta akumulasi

    dampak yang timbul. Deskripsi dimaksud

    dituangkan dalam Bab 3.

    Tahap 2: Merumuskan alternatif kebijakan,

    rencana, dan/atau program Raperda RTRW

    atau draft RPJMD. Alternatif dapat diru-

    muskan secara partisipatif bersama para

    pemangku kepentingan.

    a. Berdasarkan deskripsi hasil kaji-

    an Tahap 1 huruf f, kembangkan pemikiran

    atau upaya untuk mencegah, mengendali-

    kan dan memitigasi dampak serta upaya

    untuk mendorong pembangunan berkelan-

    jutan.

    b. Rumuskan alternatif kebijakan,

    rencana, dan/atau program Raperda RTRW

    atau draft RPJMD antara lain dengan cara:

    a. Merumuskan ulang atau memodi-

    ikasi ukuran, skala, dan lokasi usulan ke-bijakan, rencana, dan/atau Raperda RTRW

    atau draft RPJMD untuk meminimalkan

    karakter dampak yang timbul (Intensitas,

    persebaran, lokasi, lamanya berlangsung

    akumulasi);

    b. Menyarankan penundan atau per-

    baikan sekuen/rangkaian usulan kebijakan,

    rencana, dan/atau program dalam Raperda

    RTRW atau draft RPIMD;

    c. Mengusulkan kebijakan, rencana,

    dan/atau program baru.

    c. Deskripsikan rumusan alternatif

    kebijakan, rencana, dan/atau program di-

    Metode Cepat Pelaksanaan Kajian KLHS Al. Sentot Sudarwanto

  • Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 201026

    Propinsi dan Kabupaten/Kota dengan

    menugaskan Bappeda Propinsi dan atau

    Kabupaten/Kota untuk mengkoordinasi-

    kan, dengan berpedoman pada surat edaran

    bersama Menteri dalam Negeri RI dengan

    Menteri Negara Lingkungan Hidup RI.

    Rekomendasi

    Dalam mendukung pelaksanaan

    ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan (2) huruf

    a, Pasal 18 (2) dan Pasal 19 ayat (1) UU

    PPLH perlu segerl dan sudah mendesak

    dibuatnya Peraturan Pemerintah (PP) ten-

    tang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian

    Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) seba-

    gai panduan.

    a. Hasil identiikasi isu-isu pemban-gunan berkelanjutan yang disepakati ber-

    dasarkan kegiatan Tahap 1, huruf c.

    b. Kebijakan, rencana, dan/atau

    program pada Raperda RTRW atau draft

    RPJMD yang disepakati untuk ditelaah

    berdasarkan kegiatan Tahap 1, huruf d.

    Bab 3. Pengkajian Pengaruh Kebijakan

    Rencana, dan/atau Program terhadap Pem-

    bangunan Berkelanjutan.

    Diisi dengan deskripsi mengenai intensi-

    tas, persebaran, atau lama berlangsungnya

    pengaruh serta akumulasi dampak yang

    timbul berdasarkan hasil kegiatan tahap 1,

    huruf f.

    Bab 4. Alternatif Kebijakan, Rencana, dan/

    atau Program

    a. Cantumkan hasil-hasil pemikiran

    atau upaya untuk mencegah, mengenda-

    likan dan memitigasi dampak serta upaya

    untuk mendorong pembangunan berkelan-

    jutan.

    b. Rumuskan alternatif kebijakan,

    rencana, dan/atau program Raperda RTRW

    atau draft RPJMD antara lain dengan cara:

    1) merumuskan ulang atau memodi-

    ikasi ukuran, skala, dan lokasi usulan ke-bijakan, rencana, dan/atau Raperda RTRW

    atau draft RPJMD.

    2) menyarankan penundaan atau per-

    baikan sekuen/rangkaian usulan kebijakan,

    rencana, dan/atau program dalam Raperda

    RTRW atau draft RPJMD.

    3) mengusulkan kebijakan, rencana,

    dan/atau program baru.

    Bab 5. Rekomendasi

    a. Merekomendasi alternatif kebi-

    jakan, rencana, dan/atau program terbaik

    yang mengintegrasikan prinsip-prinsip

    pembangunan berkelanjutan.

    b. Rekomendasi diintegrasikan ked-

    alam Raperda RTRW atau draft RPJMD.

    E. KESIMPULAN

    Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh

    wilayah Indonesia wajib segera melak-

    sanakan, KLHS dalam RTRW dan RPJMD

    DAFTAR PUSTAKA

    Adiwibowo, Soeryo. 2007, Gagasan &

    Arah Kebijakan Kajian Lingkun

    gan Hidup Strategis, Naskah Ke

    bijakan, Proyek ESP 1, Departe

    men Lingkungan Hidup

    Ahmed, K, Mercier, J.R., and Verheem,R.

    2005, Strategic Environmental

    Assessment-Concept and Prac

    tice, Worl Book, Environment

    Strategy, No.14, June 2005

    Anonimous. 2007, Naskah Kebijakan Ka

    jian Lingkungan Hidup Strategis

    (KLHS), Kementerian Negara

    Lingkungan Hidup, Jakarta

    ...............2007, Buku Pegangan Kajian

    Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Ke-

    menterian Negara Lingkungan Hidup, Ja-

    karta

    ...............2008, Pertimbangan-Pertimban

    gan Dalam Penerapan KLHS Un

    tuk Kebijakan, Rencana dan Pro

    gram Penataan Ruang, Kemente

    rian Negara Lingkungan Hidup,

    Metode Cepat Pelaksanaan Kajian KLHS Al. Sentot Sudarwanto

  • Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010 27

    Maria SW., Diantoro, Dwi, Totok. 2010,

    Kajian Pengembangan Peraturan

    Perundang-Undangan

    Sebagai Instrumen Untuk Mengu

    rusutamakan KLHS, Kemente

    rian Negara Lingkungan Hidup,

    Jakarta

    Peraturan Perundang-Undangan

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

    Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup

    Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

    Tentang Penataan Ruang

    Surat Edaran Bersama Nomor 660/5113/SJ

    dan Nomor 04/MENLH/12/2010 Antara

    Menteri Dalam Negeri Republik Indone-

    sia dan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    Republik Indonesia Perihal Pelaksanaan

    KLHS Dalam RTRW Dan RPJMD Provinsi

    Dan Kabupaten/Kota

    Jakarta

    Askary, Muhammad. 2010, Mengenal RP

    PLH, KLHS & AMDAL (Sosial

    isasi UU No.32 Tahun 2009),

    Kementerian Negara Lingkungan

    Hidup, Pusat Pengelolaan Ekore

    gion, Yogyakarta

    Ridwan, Juniarso, dan Sodik, Achmad.

    2008, Hukum Tata Ruang,

    Nuansa, Bandung

    Sentot, Sudarwanto, AL. 2010, Landasan

    Hukum Kajian Lingkungan

    Hidup Strategis (KLHS),

    (Makalah Diklat PSL Universitas

    Negeri Jember), Jember

    ............... 2011, Identiikasi Isu-Isu Ling kungan Hidup Strategis Dalam

    Pembangunan, (Makalah Diklat

    Wana Wiyata), Yogyakarta

    Metode Cepat Pelaksanaan Kajian KLHS Al. Sentot Sudarwanto