kista coklat

54
CASE REPORT Seorang Perempuan 21 Tahun dengan Endometriosis – Kista Ovarii Oleh : Giska Cantika, S.Ked J 510 145 107 Pembimbing : Atik Purwaningrum, dr. Sp.OG KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI GYNECOLOGY 5

Upload: gege

Post on 12-Jul-2016

60 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

endometriosis

TRANSCRIPT

Page 1: kista coklat

CASE REPORT

Seorang Perempuan 21 Tahun dengan Endometriosis – Kista Ovarii

Oleh :

Giska Cantika, S.Ked

J 510 145 107

Pembimbing :

Atik Purwaningrum, dr. Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI GYNECOLOGY

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO

PROGRAM PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

5

Page 2: kista coklat

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS KLINIS

Seorang Perempuan 21 Tahun dengan Endometriosis – Kista Ovarii

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Yang diajukan oleh :

Giska Cantika, S.Ked

J 510 145 107

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Pada hari , September 2015

Pembimbing

Nama : Atik Purwaningrum, dr, Sp.OG (...........................)

NIP/NIK :

Dipresentasikan dihadapan

Nama : Atik Purwaningrum, dr, Sp.OG (...........................)

NIP/NIK :

Disahkan

Nama : dr. Dona Dewi Nirlawati, M.Kes (...........................)

NIK/NIK :

Page 3: kista coklat

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS

Pasien Nama : Nn. DS

Umur : 20 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Palur kulon 01 Palur - Mojolaban

Pekerjaan : Swasta

Status perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal masuk RS : 08 September 2015

Tanggal pemeriksaan : 13 September 2015

No. Register : 280xxx

B. HMRS (Hari Masuk Rumah Sakit)

1. Keluhan Utama

Pasien datang ke IRJ Poli Kandungan RSUD Sukoharjo pada

tanggal 08 September 2015 dengan keluhan utama Nyeri perut

kiri bawah

2. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)

Pasien datang ke IRJ Poli Kandungan RSUD Sukoharjo tanggal

08 September 2015 atas rujukan dr. Supanji Raharja, Sp.OG

(USG : Kista Ovarii) dengan keluhan nyeri perut kiri bawah

Nyeri perut kiri bawah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu

Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan lebih sakit saat

haid, siklus haid tidak teratur – biasanya haid 7 hari selesai.

Tidak ada keluhan sistemik lain

Page 4: kista coklat

3. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)

Riwayat penyakit sama : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat Penyakit Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Makanan/Obat : Disangkal

Riwayat Penyakit Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit DM : Disangkal

Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal

Riwayat Konsumsi OAT : Disangkal

Riwayat Operasi : Disangkal

Riwayat Konstipasi/Obstipasi : Disangkal

Riwayat Penyakit Yang Sama : (+) 2 tahun yang lalu

Riwayat Mondok : Disangkal

Riwayat Progresivitas Nyeri : (+) dirasakan lebih nyeri pada saat

haid

4. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)

Riwayat Sakit Serupa : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Penyakit DM : Disangkal

Riwayat Penyakit Hipertensi : Disangkal

Riwayat Alergi obat/makanan : Disangkal

5. Riwayat Pribadi

Riwayat Merokok : Disangkal

Riwayat Trauma Abdomen : Disangkal

Riwayat konsumsi alkohol : Disangkal

Riwayat konsumsi psikotropik / narkotik : Disangkal

Page 5: kista coklat

Riwayat konsumsi obat bebas : Disangkal

Riwayat aktifitas dengan beban berlebih : Disangkal

C. Pemeriksaan Fisik Dasar

1. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)

Vital sign

TD : 90/70 mmHg

Nadi : 84/menit, frekuensi teratur, isi cukup

Suhu : 36,2 C

RR : 24/menit

2. Status Lokalis

a. Px Kepala

Kepala : Normochepal

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata

CA / SI : (-) /(-)

Pupil : Bulat, Isokor

Reflek cahaya: (+) /(+)

Palpebra : DBN

Telinga : DBN, tidak ada sekret

b. Px Leher : JVP (-), PKGB (-), Deviasi trakhea (-),

DBN

c. Px Thoraks

Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi intercosta (-),

DBN

Page 6: kista coklat

Palpasi : Fremitus (+), Massa (-)

Kanan Kiri

Depan Belakang Depan Belakang

Normal Normal Normal Normal

Normal Normal Normal Normal

Normal Normal Normal Normal

Perkusi : Sonor

Kanan Kiri

Depan Belakang Depan Belakang

Normal Normal Normal Normal

Normal Normal Normal Normal

Normal Normal Normal Normal

Auskultasi : SDV (+)/(+) Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)

Kanan Kiri

Depan Belakang Depan Belakang

V V V V

V V V V

V V V V

d. Px Jantung

Inspeksi : IC tampak

Palpasi : IC teraba, pulsasi jantung teraba

Perkusi : Dex : SIC II-IV parasternal dextra, Sin : SIC II-VI

midclavicula sinistra

Auskultasi : BJ I-II reguler

e. Px Abdomen

Page 7: kista coklat

Inspeksi : Abdomen schapoid (cekung ), darm contour (-), darm

steifung (-), bekas operasi (-)

Auskultasi : Peristaltik (+) dbn

Perkusi : Tympani (dbn)

Palpasi : Nyeri tekan (+) lumbal sin

f. Px Ekstremitas

Sianotik : (-)

Oedem : (-)

Akral : Hangat (+)

Parese : (-)

Plegi : (-)

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (08 September 2015)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

GDS H 130 mg/dL 70-120

Ureum H 37,1 mg/dL 0-31

Hemoglobin L 12,9 g/ dl 11,7 - 15,5

Hematokrit 49 % 35 - 47

Limfosit L 24,3 % 25 - 40

Eosinofil H 9,90 % 2,00 – 4,00

HBs Ag (-) Negatif

Creatinin H 1.17 mg/dL 0.60-1.10

Page 8: kista coklat

Radiologi (10 Febuari 2015)

Cor : Cardiomegali

Pulmo : Corakan bronchovaskular meningkat, apex kedua pulmo tenang,

diafragma dan sinus baik.

Kesan : Pulmo tenang

EKG ( 10 Febuari 2015 )

Page 9: kista coklat

E. Follow Up11 Febuari 2015 12 Febuari 2015 13 Febuari 2015

S/ Benjolan di inguinal dex S/ benjolan pd pubis

kanan terasa nyeri (+),

hilang saat tiduran

S/ Pasien merasa lebih

baik, keluhan berkurang,

luka post op sedikit nyeri

O/ O/ TD : 150/100, N : 72,

RR : 20, S: 36. SDV

(+)/(+), BJ I-II Reg, CA/SI

(-), BAB/BAK (+) dbn,

eks.dbn

St lokalis: Benjolan

NT(+), teraba hangat (-),

reponible (+)

O/ TD : 140/80, RR : 24,

N : 80, SI/CA (-), SDV

(+)/(+), BJ I-II Reg,

BAB/BAK (+) dc

(60cc/jam). Eks.dbn

St lokalis : luka post op

NT (+), pus/darah(-),

gatal (-), eritem (-)

A/ Hernia Inguinalis Dex A/ Hernia Inguinalis Dex

dg hipertensi

A/ Post Op herniotomy +

hernioplasy ec hernia

inguinalis lateralis dex

reponible H I

Page 10: kista coklat

P/ inf RL 20tpm, inj

Ceftriaxone 1gr/12j,

Pre-op

Hernia Repair + mess

P/ lapor dr sentot, Sp.PD

Adv. Captopril 3x50mg,

amlodipin 1x10mg,

clobazam 1x10mg,

furosemid ext 1amp

Stlh adv. TD : 140/80

Dr yudi, Sp.B

Inf RL II + clinimix I

20tpm, inj ceftriaxone

1gr/12j, inj ketorolac

30mg/8j

P/ DC aff, tx lanjut

14 Febuari 2015

S/ Pasien membaik, tidak ada keluhan

O/ TD : 130/80, N : 84, RR : 24, SI/CA (-), SDV (+)/(+), BJ I-II Reg,

BAB/BAK (+), Eks.dbn

St Lokalis : luka post op NT (+), eritem (-), pus/darah (-), gatal (-)

A/ Post op Herniotomy+herniaplasty ec Hernia Inguinalis Lateralis

Dex H II

P/ BLPL

Cefadroxil 500mg tab 2x1

As. Mefenamat 500mg tab 3x1

Page 11: kista coklat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KISTA COKLAT ( ENDOMETRIOSIS )

A. PENGERTIAN

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan

dinding rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh

(Smeltzer, 2001).

Endometriosis juga dapat berupa suatu keadaan dimana jaringan

endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri dan diluar

miometrium (Prawirohardjo, 2008).

Definisi lain tentang endometriosis yaitu terdapatnya kelenjar-kelenjar dan

stroma endometrium pada tempat-tempat diluar rongga rahim. Implantasi

endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamen latum, Cavum Douglasi,

tuba Falopii, vagina, serviks, pada pusat, paru-paru, dan kelenjar-kelenjar

limfa (Rayburn, 2001).

Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang

seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis

(Mary Baradero dkk, 2005).

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan

keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan

endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk

Page 12: kista coklat

uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R

James, dkk. 2002).

Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa

dengan sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga

pelvis diluar uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,

1556 : 2002)

Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan

stoma) diluar uterus (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)

Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium di luar kavum

uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut

adenomiosis (adenometriosis internal) sedangkan bila di luar uterus disebut

(endometriorisis ekterna).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Struktur reproduksi eksternal perempuan adalah klitoris dan dua pasang

labia yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Organ reproduksi internal

terdiri dari sepasang gonad dan sebuah duktus dan ruangan untuk

menghantarkan gamet dan menampumg embrio dan fetus. Sistem reproduksi

perempuan tidak sepenuhnya tertutup, dan sel telur dilepaskan ke dalam

rongga abdomen di dekat pembukaan saluran telur atau tuba Fallopii. Saluran

telur manusia mempunyai pembukaan yang mirip corong dan berumbai-

umbai yang disebut fimbriae. Silia yang terdapat pada epitelium bagian dalam

yang melapisi duktus itu akan membantu menarik sel telur dengan cara

Page 13: kista coklat

menarik cairan dari rongga tubuh ke dalam duktus tersebut. Silia juga

mengirimkan sel telur menuruni duktus sampai di uterus, yang juga dikenal

sebagai rahim. Uterus adalah organ yang tebal dan berotot yang dapat

mengembang selama kehamilan untuk menampung fetus dengan bobot

hingga 4 kg. Lapisan dalam uterus, yakni endometrium, dialiri oleh banyak

pembuluh darah (Campbell, 2004).

a. Siklus Menstruasi

Istilah siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan

yang terjadi dalam uterus. Melalui kesepakatan, hari pertama periode

menstruasi perempuan atau hari pertama menstruasi dinyatakan

sebagai hari 1 dari siklus tersebut. Fase aliran menstruasi (Menstrual

Flow Phase) siklus tersebut, saat pendarahan menstruasi (hilangnya

sebagian besar lapisan fungsional endometrium) terjadi, umumnya

berlangsung beberapa hari. Kemudian sisa endometrium yang tipis

lainnya mulai mengalami regenerasi dan menebal selama seminggu

Gambar 1. Struktur Organ Reproduksi Wanita (Purves et al, 2007)

Page 14: kista coklat

atau dua minggu. Fase tersebut dinamakan fase proliferasi (Proliferasi

Phase) siklus menstruasi. Selama fase berikutnya yaitu fase sekresi

(Secretory Phase) yang umumnya berlangsung sekitar dua minggu

lamanya, endometrium menebal, mengandung lebih banyak

pembuluh, dan mengembangkan kelenjar yang mensekresikan cairan

yang kaya glikogen (Price, 2005).

b. Siklus Ovarium

Siklus ini dimulai dengan fase folikel (Follicular cycle) saat beberapa

folikel di ovarium mulai tumbuh. Sel telur membesar dan pembungkus

sel folikel berlapis-lapis. Di antara beberapa folikel yang mulai

tumbuh, umumnya hanya satu yang membesar dan matang, sementara

yang lainnya akan mengalami disintegrasi. Folikel yang mengalami

pematangan itu mengembangkan rongga internal yang penuh cairan

dan tumbuh menjadi sangat besar, dan membentuk tonjolan dekat

permukaan ovarium. Fase folikuler berakhir dengan ovulasi, ketika

folikel dan dinding ovarium di dekatnya pecah sehingga melepaskan

oosit. Jaringan folikel yang tetap ada di ovarium setelah ovulasi

berkembang menjadi korpus luteum (jaringan endokrin yang

mensekresikan hormon betina) selama fase luteal (Luteal Phase)

(Guyton, 2007).

Page 15: kista coklat

c. Hormon, Siklus Ovarium dan Siklus Menstruasi

Hormon mengkoordinasikan siklus menstruasi dan siklus ovarium

sedemikian rupa sehingga folikel dan peristiwa ovulasi

disinkronasikan dengan persiapan dinding uterus untuk kemungkinan

implantasi embrio. Lima hormon berpartisipasi dalam skema rumit

yang melibatkan baik umpan balik negatif maupun posisif. Hormon-

hormon tersebut adalah hormon pembebas gonadotropin (GnRH),

yang disekresikan oleh hipotalamus, hormon perangsang folikel (FSH)

dan hormon lutenisasi (LH), yang merupakan dua gonadotropin yang

dihasilkan oleh hipofisis anterior dan estrogen serta progesteron, yaitu

dua hormon kelamin yang disekresikan oleh ovarium (Price, 2005).

Gambar 2. Siklus Ovarium (Purves et al, 2007)

Page 16: kista coklat

Selama fase folikuler siklus ovarium, pituitari mensekresikan

sejumlah kecil FSH dan LH sebagai respon terhadap rangsangan

GnRH dari hipotalamus. Pada waktu tersebut sel-sel folikel ovarium

yang belum matang mempunyai reseptor untuk FSH. FSH

merangsang pertumbuhan folikel dan sel-sel folikel yang sedang

tumbuh ini mensekresikan estrogen. Peningkatan kadar estrogen

secara perlahan terjadi selama sebagian besar fase folikuler.

Peningkatan kecil kadar estrogen tersebut akan menghambat sekresi

hormon pituitari, sehingga mempertahankan kadar FSH dan LH relatif

rendah selama fase folikuler. Hubungan antar hormon tersebut

berubah secara radikal dan relatif mendadak ketika sekresi estrogen

oleh folikel yang sedang tumbuh mulai meningkat. Sementara

peningkatan kadar estrogen yang terjadi dapat menghambat sekresi

Gambar 3. Umpan Balik Negatif (Purves et al, 2007)

Page 17: kista coklat

gonadotropin pituitari, estrogen dalam konsentrasi tinggi mempunyai

pengaruh berlawanan dan merangsang sekresi gonadotropin dengan

cara mempengaruhi hipotalamus untuk meningkatkan produksi

GnRH. Pengaruh itu lebih besar untuk LH karena konsentrasi estrogen

yang tinggi, selain merangsang sekresi GnRH, juga meningkatkan

sensitifitas mekanisme pelepasan LH di pituitari terhadap sinyal

hipotalamus (GnRH). Pada saat itu, folikel telah mempunyai reseptor

terhadap LH dan dapat merespon terhadap petunjuk hormonal ini.

Dalam satu contoh umpan balik positif, peningkatan konsentrasi LH

yang disebabkan oleh peningkatan sekresi estrogen dari folikel yang

sedang tumbuh menginduksi pematangan akhir folikel tersebut, dan

ovulasi terjadi sekitar sehari setelah lonjakan kadar LH tersebut (Price,

2005).

LH dapat merangsang transformasi jaringan folikel yang tertinggal di

ovarium untuk membentuk korpus luteum setelah ovulasi. Selama fase

luteal siklus ovarium, LH mempengaruhi korpus luteum

mensekresikan estrogen dan hormon steroid kedua yaitu progesteron.

Korpus luteum umumnya mencapai perkembangan maksimalnya

sekitar 8 sampai 10 hari setelah ovulasi. Setelah kadar estrogen dan

progesteron meningkat, kombinasi hormon-hormon tersebut

memberikan umpan balik negatif pada hipotalamus dan pituitari,

sehingga menghambat sekresi LH dan FSH. Mendekati akhir masa

luteal, korpus luteum akan lisis (kemungkinan sebagai akibat dari

Page 18: kista coklat

prostaglandin yang disekresikan oleh sel-sel itu sendiri).

Konsekuensinya, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun.

Penurunan kadar hormon ovarium tersebut membebaskan hipotalamus

dan pituitari dari pengaruh yang bersifat menghambat dari hormon-

hormon tersebut. Kemudian pituitari mulai mensekresikan cukup FSH

untuk merangsang pertumbuhan folikel baru di ovarium, yang

mengawali fase folikuler siklus ovarium berikutnya (Guyton, 2007).

Estrogen yang disekresikan dalam jumlah yang semakin meningkat

oleh folikel yang sedang tumbuh, merupakan suatu sinyal hormonal ke

uterus yang menyebabkan endometrium menebal. Dengan demikian,

fase folikel siklus ovarium dikoordinasikan dengan fase proliferasi

siklus menstruasi. Penurunan cepat dalam kadar hormon ovarium

ketika korpus luteum lisis menyebabkan kontraksi arteri dalam

dinding uterus yang menyebabkan dinding endometrium tidak dialiri

darah. Disintegrasi endometrium mengakibatkan menstruasi dan

permulaan satu siklus menstruasi baru (Guyton, 2007).

Page 19: kista coklat

C. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Faktor Prespitasi (Faktor Pencetus)

Ada teori penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh para ahli

sebagai berikut (Wood, 2008):

a. Metaplasia

Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi

tipe jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium

memiliki kemampuan dalam beberapa kasus untuk menggantikan

jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa peneliti percaya hal ini

terjadi pada embrio, ketika pembentukan rahim pertama. Lainnya

percaya bahwa beberapa sel dewasa mempertahankan kemampuan

mereka dalam tahap embrionik untuk berubah menjadi jaringan

reproduksi.

Gambar 4. Siklus Reproduksi Wanita

Page 20: kista coklat

b. Menstruasi Mundur dan Transplantasi

Sampson (1920) mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur

mengalir melalui saluran tuba (disebut "aliran mundur") dan tersimpan

pada organ panggul dan tumbuh menjadi kista. Namun, ada sedikit

bukti bahwa sel-sel endometrium dapat benar-benar melekat dan

tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para

peneliti menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.

c. Genetik

Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat

keluarga menderita endometriosis lebih mungkin untuk terkena

penyakit ini. Dan ketika diturunkan maka penyakit ini cenderung

menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya. Studi di seluruh dunia

yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene International

mengadakan penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan

endometriosis dengan harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis.

Gambar 5. Menstruasi Mundur dan Transplantasi

Page 21: kista coklat

d. Pengaruh lingkungan

Beberapa studi telah menunjuk bahwa faktor lingkungan dapat

menjadi kontributor terhadap perkembangan endometriosis,

khususnya senyawa-senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada

hormon-hormon reproduksi dan respon sistem kekebalan tubuh,

walaupun teori ini tidak terbukti dan masih kontroversial.

Hipotesis berbeda tersebut telah diajukan sebagai penyebab

endometriosis. Sayangnya, tak satu pun dari teori-teori ini sepenuhnya

terbukti, juga tidak sepenuhnya menjelaskan semua mekanisme yang

berhubungan dengan perkembangan penyakit. Dengan demikian,

penyebab endometriosis masih belum diketahui. Sebagian besar

peneliti, berpendapat bahwa endometriosis ini diperparah oleh

estrogen. Selanjutnya, sebagian besar pengobatan untuk endometriosis

saat ini hanya berupaya untuk mengurangi produksi estrogen dalam

tubuh wanita untuk meringankan gejala (Smeltzer, 2001).

2. Faktor Predisposisi (Faktor Pendukung)

a. Wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita

endometriosis

b. Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari

c. Menarke (menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda

(<11 thn)

d. Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih

e. Orgasme saat menstruasi

Page 22: kista coklat

D. PATOFISIOLOGI

Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi

dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim.

Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii,

jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di

kandung kemih. Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim

menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk

mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh indung

telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba falopii

atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi

oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus.

Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa

menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya

memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses.

Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba

falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga

jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.

Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari

rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai

tumbuh di lokasi baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa

beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel yang “salah letak”, dan

dapat tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Dalam kasus

endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan

Page 23: kista coklat

menjadi “imigran gelap” di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi,

struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium

yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita

sebut endometrial implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam

siklus menstruasi.

Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal. Namun, bila

endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar menjadi

darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga,

mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa

sakit hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas

rasa sakit yang disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada

letak dan banyaknya endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun

demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun dapat menyebabkan kita

kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf (Utamadi, Gunadi, 2004).

Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan

membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal

siklus haid sebagai persediaan menerima telur tersenyawa (embrio).

Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama

seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh karena selaput ini ada di

tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan

endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan

bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit.

Page 24: kista coklat

Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk

benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari.

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu

atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih

besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang

diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat

mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon

berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan

gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan

sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan

peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan

menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme

tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun

menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat

seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.

Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen

endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum

tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh

karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang

dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah

Page 25: kista coklat

dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk

mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat

dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin,

maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini

juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar

estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial

ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan

menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan,

penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di

dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di

pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan,

defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.

Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di

uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba

fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa

ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan

terjadinya infertil pada endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku

Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta Spero f, Leon. 2005)

Page 26: kista coklat

E. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala

pada umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya

karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi

adalah nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia

(nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat

memiliki anak).

1. Nyeri Panggul

Nyeri yang berkaitan dengan endometriosis adalah nyeri yang dikatakan

sebagai nyeri yang dalam, tumpul, atau tajam, dan biasanya nyeri bertambah

ketika menstruasi. Pada umumnya nyeri terdapat di sentral (tengah) dan nyeri

yang terjadi pada satu sisi berkaitan dengan lesi (luka atau gangguan) di

indung telur atau dinding samping panggul. Dispareunia terjadi terutama pada

periode premenstruasi dan menstruasi. Nyeri saat berkemih dan dyschezia

dapat muncul apabila terdapat keterlibatan saluran kemih atau saluran cerna.

2. Dismenorea

Nyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada endometriosis.

3. Infertilitas

Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya

gangguan pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang sudah

dibuahi pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis yang

sudah parah, terjadi perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau

Page 27: kista coklat

indung telur yang dapat mengganggu transportasi embrio (Missrani,

2009).

Tanda dan gejala endometriosis antara lain :

1. Nyeri :

a. Dismenore sekunder

b. Dismenore primer yang buruk

c. Dispareunia: Nyeri ovulasi

d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri

pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.

e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

2. Perdarahan abnormal

a. Hipermenorea

b. Menoragia

c. Spotting sebelum menstruasi

d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum

menstruasi atau di akhir menstruasi

e. Keluhan buang air besar dan buang air kecil

f. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar

g. Darah pada feces

h. Diare, konstipasi dan kolik

Page 28: kista coklat

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya

Medica : Jakarta)

F. KLASIFIKASI

Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari

endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman

invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan

ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan

dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium

I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan

lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).

Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS

Sumber: American Fertility Society, 2007a.

Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm

Peritoneum Permukaan 1 2 4Dalam 2 4 6

OvariumKanan Permukaan 1 2 4

Dalam 4 16 20

Kiri Permukaan 1 2 4Dalam 4 16 20

Perlekatan kavum douglas Sebagian Komplit4 40

Ovarium

Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3

Kanan Tipis 1 2 4Tebal 4 8 16

Kiri Tipis 1 2 4Tebal 4 8 16

TubaKanan Tipis 1 2 4

Tebal 4 8 16

Kiri Tipis 1 2 4Tebal 4 8 16

Page 29: kista coklat

Skema klasifikasi berdasarkan beratnya penyakit endometriosis

menurut American Fertility Society (2007a) dapat dilihat pada gambar

dibawah.

Gambar 6. Skema klasifikasi stage 1 sampai stage 3. (American Fertility Society,

2007a)

Gambar 7. Skema klasifikasi stage 3 sampai stage 4. (American

Fertility Society, 2007a)

Page 30: kista coklat

Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :

1. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)

Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan

terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir

tidak ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:

a. Nyeri saat haid.

b. Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.

2. Endometriosis Tuba.

Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya

adalah:

a. Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.

b. Resiko terjadinya kehamilan ektopik.

c. Hematosalping

3. Edometriosis Ovarium

Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat.

Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di

sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.

4. Endometriosis Retroservikalis.

Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum

Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum,

akibatnya adalah:

a. Nyeri pada saat haid.

b. Nyeri pada saat senggama.

Page 31: kista coklat

Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:

a. Karsinoma ovarium.

b. Metastasis di kavum Douglas.

c. Mioma multiple.

d. Karsinoma rectum.

5. Endometriosis Ekstragenital.

Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh

tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya

endometriosis. ( Baziad,Ali dkk.1993)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini

antara lain:

1. Uji serum

a. CA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang

b. Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang

mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.

c. Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

2. Teknik pencitraan

a. Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma

dengan sensitifitas 11%

b. MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik

c. Pembedahan: Melalui laparoskopi dan eksisi.

Page 32: kista coklat

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:

Jakarta)

H. PENATALAKSANAAN

Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi

medik dan terapi pembedahan.

1. Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan

kesuburannya atau yang gejala ringan (Rayburn, 2001). Jenis-jenis terapi

medik seperti terlampir pada Tabel. 3 dibawah ini (Widjanarko, 2009):

Tabel 4. Jenis-jenis terapi medik endometriosis

Jenis Kandungan Fungsi Mekanisme Dosis Efek samping

Progestin Progesteron Menciptakan kehamilan palsu

Menurunkan kadar FSH, LH, dan estrogen

Medroxyprogesteron acetate: 10 – 30 mg/hari;Depo-Provera® 150 mg setiap 3 bulan

Depresi, peningkatan berat badan

Danazol Androgen lemah

Menciptakan menopause palsu

Mencegah keluarnya FSH, LH, dan pertumbuhan endometrium

800 mg/hari selama 6 bulan

Jerawat,berat badan meningkat,perubahan suara

GnRH agonis

Analog GnRH

Menciptakan menopause palsu

Menekan sekresi hormon GnRH dan endometrium

Leuprolide 3.75 mg / bulan; Nafareline 200 mg 2 kali sehari; Goserelin 3.75 mg / bulan

Penurunan densitas tulang, rasa kering mulut, gangguan emosi

2. Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk

mengangkat kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi

Page 33: kista coklat

dengan sinar laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk

mengembalikan kesuburan dan menghilangkan gejala (Rayburn, 2001).

Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat

dengan perlekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain

meliputi pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan

rekonstruksi anatomis sebaik mungkin (Widjanarko, 2009).

Penanganan endometriosis menurut Sumilat (2009, kom. pribadi) dapat

dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian analog general dan obat

KB atau dengan terapi pembedahan menggunakan laparoskopi operatif

yaitu pembakaran kista endometriosis dengan menggunakan laser.

Tabel 5. Keuntungan dan kerugian terapi medik dan terapi pembedahan

Jenis terapi Keuntungan KerugianTerapi medik 1. Biaya lebih murah

2. Terapi empiris (dapat di modifikasi dengan mudah)

3. Efektif untuk menghilangkan rasa nyeri

1. Sering ditemukan efek samping

2. Tidak memperbaiki fertilitas3. Beberapa obat hanya dapat

digunakan untuk waktu singkat

Terapi pembedahan

1. Efektif untuk menghilangkan rasa nyeri

2. Lebih efisien dibandingkan terapi medis

3. Melalui biopsi dapat ditegakkan diagnosa pasti

1. Biaya mahal2. Resiko medis “ penetapan

kurang baik dan penaksiran kurang baik” sekitar 3%

3. Efisiensi diragukan, efek menghilangkan rasa nyeri temporer

Sumber: Widjanarko, 2009

I. KOMPLIKASI

Page 34: kista coklat

1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat

kolon atau ureter.

2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena

endometrioma.

3. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan

penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)

DAFTAR PUSTAKA

Page 35: kista coklat

Abdullah, N. 2009. Endometriosis dan Infertilitas. Jurnal Medika Nusantara,

vol.25 No.2:1-7. 2004. (http://med.unhas.ac.id /index.php?option

=com_

content&task=category&sectionid=12&id=101&Itemid=48/1index.php,

diakses pada tanggal 30 Desember 2009).

American Fertility Society. 2007a. Booklet Endometriosis A Guide for Patients.

American Society For Reproductive Medicine. Alabama.

(http://www.asrm.org/Patients /Booklet/Endometriosis.pdf diakses pada

tanggal 28 Januari 2010).

American Fertility Society. 2007b. Booklet Laparoscopy And Hysteroscopy A

Guide for Patients. American Society For Reproductive Medicine.

Alabama. (http://www.asrm.org/Patients/Booklet/Laparoscopy.pdf

diakses pada tanggal 28 Januari 2010).

Baradero, Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC

Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius

Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :

EGC.

Bulun, S. E. 2009. Endometriosis. The New England Journal of Medicine.

Vol.360 No.3: 268-279. (http://content.nejm.org/cgi/content/

full/360/3/268, diakses pada tanggal 30 Desember 2009). 11 hal.

Bunner and Suddart . 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC

Campbell, Neil A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn.E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC.

Page 36: kista coklat

Dothrock, C Jane. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.Jakarta :

EGC

Guyton, A. C. dan Jhon E. H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

EGC Medical Publisher. Jakarta.

Johnson. M. Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification

(NOC). Mosby. Philadelphia.

Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan

ginekologi.Jakarta.Hipokrates

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid kedua . Media

Aesculapius : Jakarta

MC.Closky.T dan Bulaceck G.2000. Nursing Intervention Classification (NIC).

Mosby. Philadelphia.

Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates

Nanda . 2012. Nursing Diagnosis : devinisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta :

Philadelphia USA.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. P.T. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta.

Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2. EGC: Jakarta.

Purves et al. 2007. Life: The Science of Biology 4th Edition. Sinauer Associates.

(

http://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/Biobk/Biobookreprod.htm

l, diakses pada tanggal 20 Desember 2007).

Rayburn, W. F., Christopher C. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika.

Jakarta.

Redwine, D. 2009. Endometriosis Advances and Controversies. Marcel

Dekker.Inc. New York.

Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:

Jakarta.

Page 37: kista coklat

Simatupang, J. 2003. Referat Iv Perubahan Imunologis Pada Endometriosis

Peritoneal. FK UNSRI. Palembang. (http://digilib.unsri.ac.id/download/

Perubahan%20imunologis%20pada%20endometriosis.pdf, diakses pada

tanggal 08 Januari 2009).

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2.

(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Widjarnako, B. 2009. Endometriosis. (http://obfkumj.blogspot.com/

Endometriosis.html, diakses pada tanggal 07 Januari 2010).

Widhi, N.K. 2007. Plastik, Fast Food & Rokok Biang Utama Endometriosis.

(http://www.detiknews.com/kanal/10/berita/10.html, diakses pada

tanggal 10 Januari 2010).

Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Winarta, Sastra., Prof. Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen

Wood, R. 2008a. Causes. (http://www.endometriosis.org/causes.html, diakses

pada tanggal 2 oktober 2009).