kisah

2
KISAH “TOP ITTIPAT” PENGUSAHA “TAO KAE NOI” Awalnya, Top adalah seorang remaja yang biasa saja. Sama seperti kebanyakan remaja pria lainnya, Top memiliki hobi bermain game online. Namun ternyata hobi inilah yang pertama kali memperkenalkan Top ke dunia bisnis. Namun karena ini merupakan bisnis ilegal, hal ini tidak dapat bertahan lama. Rekening game online nya diblok karena ketahuan melakukan transaksi jual beli. Dengan sisa uang yang dimiliki, Top beralih ke usaha barang elektronik. Tapi ternyata usaha itu pun gagal. Top ditipu, semua barang elektronik yang ia jual ternyata barang palsu dan uangnya pun tidak dapat kembali. Pada saat yang sama, keluarganya bangkrut dan meninggalkan utang sebesar 40 juta Baht (sekitar 12 milyar rupiah). Rumah milik keluarganya pun disita oleh bank. Saat Top berusia 17 tahun, ia putus sekolah dan menjadi penjual kacang (chesnut) bersama pamannya. Ia berusaha mencari strategi berjualan yang baik agar bisnisnya dapat sukses. Ia juga melakukan beberapa eksperimen untuk mendapatkan resep terbaik bagi produk kacangnya agar memiliki rasa yang khas dan unik. Usahanya pun membuahkan hasil, Top membuka kedai kacang di mal dan melakukan ekspansi bisnisnya besar-besaran. Namun ternyata usahanya memiliki kendala, mesin pembuat kacang goreng yang digunakan Top menimbulkan asap dan mengotori atap mal. Pihak mal meminta Top menutup kedainya dan membatalkan kontrak kedai yang telah dibuat. Setelah mengalami kegagalan di bisnis kacang, Top kembali memutar otak. Ia menemukan ide baru untuk menjual rumput laut goreng. Ia kembali memulai bisnis ini dari bawah. Segala hal dilakukannya untuk mengembangkan bisnis. Ia mencari sendiri rumput lautnya, serta belajar bagaimana cara menggorengnya agar hasilnya baik dan enak. Ia juga mempelajari bagaimana caranya agar rumput laut gorengnya tidak cepat basi jika disimpan lama. Untuk mempelajari dan mengembangkan bisnis rumput lautnya, Top sendiri telah mengeluarkan biaya lebih dari 100 ribu Baht. Tidak hanya sampai disitu, setelah menemukan resep yang pas untuk rumput laut gorengnya, Top kembali memutar otak untuk mencari jalan bagaimana memasarkan produknya ini. Akhirnya ia mendapat inspirasi untuk menjual produk rumput laut gorengnya di minimarket 7-Eleven. Ternyata ini adalah tantangan baru lagi yang harus dihadapinya. 7-Eleven memiliki standar tinggi agar produk

Upload: dhila-kurokawa-chii

Post on 10-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sebuah kisah sukses

TRANSCRIPT

KISAH TOP ITTIPAT PENGUSAHA TAO KAE NOIAwalnya, Top adalah seorang remaja yang biasa saja. Sama seperti kebanyakan remaja pria lainnya, Top memiliki hobi bermain game online. Namun ternyata hobi inilah yang pertama kali memperkenalkan Top ke dunia bisnis. Namun karena ini merupakan bisnis ilegal, hal ini tidak dapat bertahan lama. Rekening game online nya diblok karena ketahuan melakukan transaksi jual beli.

Dengan sisa uang yang dimiliki, Top beralih ke usaha barang elektronik. Tapi ternyata usaha itu pun gagal. Top ditipu, semua barang elektronik yang ia jual ternyata barang palsu dan uangnya pun tidak dapat kembali. Pada saat yang sama, keluarganya bangkrut dan meninggalkan utang sebesar 40 juta Baht (sekitar 12 milyar rupiah). Rumah milik keluarganya pun disita oleh bank.

Saat Top berusia 17 tahun, ia putus sekolah dan menjadi penjual kacang (chesnut) bersama pamannya. Ia berusaha mencari strategi berjualan yang baik agar bisnisnya dapat sukses. Ia juga melakukan beberapa eksperimen untuk mendapatkan resep terbaik bagi produk kacangnya agar memiliki rasa yang khas dan unik. Usahanya pun membuahkan hasil, Top membuka kedai kacang di mal dan melakukan ekspansi bisnisnya besar-besaran. Namun ternyata usahanya memiliki kendala, mesin pembuat kacang goreng yang digunakan Top menimbulkan asap dan mengotori atap mal. Pihak mal meminta Top menutup kedainya dan membatalkan kontrak kedai yang telah dibuat.Setelah mengalami kegagalan di bisnis kacang, Top kembali memutar otak. Ia menemukan ide baru untuk menjual rumput laut goreng. Ia kembali memulai bisnis ini dari bawah. Segala hal dilakukannya untuk mengembangkan bisnis. Ia mencari sendiri rumput lautnya, serta belajar bagaimana cara menggorengnya agar hasilnya baik dan enak. Ia juga mempelajari bagaimana caranya agar rumput laut gorengnya tidak cepat basi jika disimpan lama. Untuk mempelajari dan mengembangkan bisnis rumput lautnya, Top sendiri telah mengeluarkan biaya lebih dari 100 ribu Baht.

Tidak hanya sampai disitu, setelah menemukan resep yang pas untuk rumput laut gorengnya, Top kembali memutar otak untuk mencari jalan bagaimana memasarkan produknya ini. Akhirnya ia mendapat inspirasi untuk menjual produk rumput laut gorengnya di minimarket 7-Eleven. Ternyata ini adalah tantangan baru lagi yang harus dihadapinya. 7-Eleven memiliki standar tinggi agar produk Top dapat dijual ke pasaran; ia diminta untuk memperbaiki kualitas kemasan produknya, serta harus memiliki pabrik agar dapat memenuhi kuota dalam jumlah besar.

Top kembali melakukan usaha terakhirnya untuk memenuhi permintaan dari 7-Eleven. Karena tidak punya modal, Top harus mengajukan pinjaman ke Bank, namun ditolak oleh pihak Bank karena belum cukup umur. Top baru berusia 19 tahun ketika akan membuat pabrik itu. Akhirnya Top terpaksa menjual mobil kesayangannya yang dulu dibelinya dari hasil bisnis jualan senjata game online. Top membuat pabrik kecil untuk usaha rumput laut gorengnya di kantor kecil milik keluarganya yang tersisa. Usaha dan kerja kerasnya pun tidak sia-sia. Dengan sekuat tenaga, akhirnya Top mampu memenuhi semua syarat dari 7-Eleven sehingga produknya dapat dijual di 7-Eleven Thailand. Dalam 2 tahun sejak hari itu, Top berhasil membayar semua hutang keluarganya dan berhasil mengambil kembali rumah keluarganya.

Sekarang, di usianya yang baru 26 tahun, produk rumput laut gorengnya yang dinamai Tao Kae Noi merupakan rumput laut goreng terlaris di Thailand, bahkan telah masuk juga ke berbagai negara lain termasuk Indonesia. Usaha Top ini memiliki penghasilan 800 juta Baht (sekitar 235 milyar Rupiah) per tahun, dan mempekerjakan sekitar 2000 karyawan.