kfa
DESCRIPTION
kfaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS II
Penentuan Kadar Vitamin B6 Dengan
Metode Spektrofotometri UV
Oleh:
Kelompok 1 Farmasi 3A
Dea Yunitasari (31112008)
Deagita Puspitasari (31112009)
Muhammad Wafie A (31112031)
PROGRAM STUDI SI FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
1. Dasar Teori
Vitamin berasal dari bahasa Latin (Vita artinya hidup dan amin artinya
senyawa mengandung N-basa). Vitamin merupakan suatu dari berbagai jenis senyawa
yang dapat menghambat reaksi pemisahan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait
dengan aktivitas antioksidan. Vitamin dapat juga diartikan sebagai suatu zat senyawa
komplek yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin, manusia , hewan dan mahluk
hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktivitas hidup dan kekurangan vitamin
dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Asupan
vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh mengurangi efek penuaan oleh
radikal bebas. Terutama oleh oksigen bebas yang relative selain itu, vitamin juga
berkontribusi dalam menyongkong yang baik sehingga resiko terkena berbagai
penyakit digeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan, jadi secara tidak langsung
asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat
dan berumur panjang.
Penggolongan vitamin berdasarkan kelarutannya :
1. Vitamin yang larut dalam minyak : vitamin A, D, E, K, F.
2. Vitamin yang larut dalam air : B1, B2, B6, B12, C, asam folat, asam Nikotinat,
Nikotinamid, Asam Pentotenat, Biotin, Inositol, P, Rutine.
3. Non identified Vitamin
Vitamin B6 adalah suatu vitamin yang larut air dan termasuk dalam golongan B
kompleks. Vitamin B6 atau biasa disebut juga pyridoxin merupakan nutrisi yang sangat
penting bagi fungsi darah, kulit dan system syaraf pusat.
Struktur Kimia Vitamin B6 (Pyridoxin) adalah :
Rumus Molekul : C3H11NO3. HCl.
BM : 205,64.
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih atau hamper putih,
stabil diudara, secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh
cahaya matahari.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam eter.
pH : ± 3.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Vitamin B6 penting untuk mengubah protein yang dikonsumsi menjadi protein
yang dibutuhkan tubuh, juga untuk mengubah karbohidrat dari bentuk yang disimpan
dalam tubuh kebentuk yang dapat digunakan untuk energy ekstra. Seseorang yang
mengalami kekurangan vitamin B6 akan mengalami anemia. Karena fungsi dari vitamin
B6 ini sendiri adalah membantu membentuk hemoglobin yang mana dapat mengikat
oksigen dalam darah. Sehingga saat seseorang mengalami kekurangan vitamin B6 tubuh
akan terserang anemia. Namun kelebihan vitamin B6 pun juga dapat
menimbulkan berbagai masalah pada tubuh. Masalah seperti kesemutan dan mati rasa,
rendahnya koordinasi otot hingga kelumpuhan, sulit bernafas, alergi pada kulit, sakit
kepala, kelelahan berat, iritasi saraf, kerusakan saraf dan perubahan psikis adalah akibat
kelebihan vitamin B6.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan
dari alat optic dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detector dapat
mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang
diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk. Spektrofotometri UV-Vis
merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan
dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya
Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya.
Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap
oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut. Warna yang diserap oleh suatu senyawa
merupakan warna komplementer dari warna yang teramati.
A. Prinsip kerja
Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya
monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan
diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.
B. Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-
Vis ada dua macam
a. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak.
Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis
lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang
terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang
tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Rating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi.
Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil
dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam
seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,
maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya
yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.
3. Kompartemen sampel
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet
merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
Pada spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet
digunakan sebagai tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain
digunakan untuk menaruh blanko. Sementara pada spektrofotometer single
beam, hanya terdapat satu kuvet.
Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
a. Permukaannya harus sejajar secara optis
b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d. Tidak rapuh
e. Bentuknya sederhana
Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer.
Umumnya pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari
bahan kuarsa atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv,
sehingga tidak digunakan pada saat pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu,
bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah panjang gelombang yang digunakan.
Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang gelombang yang digunakan.
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan
ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Syarat-syarat
ideal sebuah detector adalah :
a. Mempunyai kepekaan tinggi
b. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
c. Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi
d. Sinyal listrik ayng dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi
5. Visual display
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
- Tabung reaksi
- Tabung Centrifuge
- Pipet volume 10 mL
- Ball pipet
- Rak tabung
- Erlenmeyer
- Labu ukur 100 mL, 50 mL dan 10 mL
- Centrifuge
- Vortex
- Gelas ukur
- Corong
- Spektrofotometri UV
b. Bahan
- Aquadest
- Sampel
3. Prosedur
a. Isolasi Sampel
b. Pembuatan Larutan Vitamin B6 P.A
4. Data
a. Data Kurva Kalibrasi
No Konsentrasi (ppm) absorbansi1 25 0,3382 30 0,4063 35 0,4564 40 0,5455 45 0,626
Sampel ditimbang sebanyak 300 mg
dengan timbangan analitik
Sampel yang telah ditimbang dibagi
menjadi 4 bagian dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
Kedalam tabung reaksi tersebut ditambahkan aquadest lalu divortex
Setelah divortex, sampel di centrifuge
Kemudian setelah di centrifuge, sampel
dalam aquadest tersebut di dekantasi
Semua hasil dekantasi disatukan, dan volume total hasil dekantasi yang didapat adalah 80 mL kemudian di ad dengan aquadest hingga 100 mL didalam labu ukur 100 mL
Analit yang didapat dianalisis kadarnya
dengan menggunakan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 254
nm
Vitamin B6 proanalisis ditimbang sebanyak 50
mg
Larutkan didalam aquadest 50 mL Ukur absorbansinya
Lakukan pengenceran hingga konsentrasinya 25, 30, 35, 40, 45, 50
ppm
Ukur kembali absorbansinya
6 50 0,697
b. Data absorbansi Sampel
Absorbansi sampel dengan pengenceran 50x adalah 0,316
c. Kurva Kalibrasi
20 25 30 35 40 45 50 550
0.10.20.30.40.50.60.70.8
f(x) = 0.0145371428571429 x − 0.0338095238095237R² = 0.994630703328071
Kurva Kalibrasi Vitamin B6 P.A
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Axis Title
Axis Title
5. Perhitungan
a. Persamaan kurva
y = 0.0145x - 0.0338
b. Konsentrasi
Y = bx-a
0,316 = 0,0145x – 0,0338
0,463 +0,0338 = 0,0145x
0,4968 = 0,0145x
0,49680,0145
= x
34,262 ppm = x
Pengenceran
= 34,262 ppm x 50
= 1713,1 ppm
c. Berat
Mg analit = 100 ml
1000 ml x 1713,1 mg
= 171,31 mg
d. kadar
= 171,31mg
300 mg x 100 %
= 57,10 %
6. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai penetapan kadar vitamin B6 (pyridoxine) dengan
no sampel 4B.
Adanya gugus kromofor pada strukturnya menyebabkan pyridoxine dapat di
analisis dengan sapektrofotometri UV-Vis. Pada spektroskopi UV-Vis, rifampicin
memiliki panjang gelombang 254 nm pada pelarut air karena vitamin B6 ini tidak
berwarna sehingga dapat diukur pada daerah ultra violet. Pada struktur vitamin B6
terdapat banyak gugus hidroksil (OH) sehingga rifampicin ini bertindak sebagai
reduktor yang dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode iodimetri.
Vitamin B6 juga memiliki atom N heterosiklik yang bersifat basa menurut teori asam
basa lewis karena memiliki pasangan electron bebas yang dapat di donorkan. Sehingga
dapat ditetapkan kadarnya dengan titrasi asam basa. Namun karena kebasaanya sangat
lemah (pKa<10-6) harus dilakukan titrasi bebas air (TBA). Karena basa-basa atau
asam-asam yang memiliki nilai pka lebih kecil dari 10-6 dapat berkompetisi dengan air
dalam melepaskan H+, sehingga air yang memiliki pKa lebih besar dari 10-6 yang akan
dititrasi oleh titran.
Sampel ditimbang sebanyak 300 mg secara kuantitatif, kemudian dilarutkan
dalam air, lalu di vortex dan di centrifuge. Tujuan dari vortex untuk memperbesar
kemungkinan analit dan pelarut saling terikat sehingga akan memperbesar kelarutan.
Sedangkan tujuan dari centrifuge untuk memisahkan antara fase cair dengan fase padat
berdasarkan perbedaan bobot jenis dari kedua fase dengan adanya gaya centrifugasi
dan centripetal. Matriks yang tidak larut akan mengendap dibagian bawah, sehingga
setelah dilakukan proses centrifuge perlu dilakukan dekantasi. Proses isolasi tersebut
dilakukan berulang-ulang hingga analit terekstraksi secara maksimal yang ditandai
dengan melakukan uji kualitatif pada sentrat menggunakan perekasi cuprifil.
Ditambahkan 3 tetes larutan CuSO4 dan 2 tetes larutan NaOH. Reaksi positif
menunjukan warna biru ungu. Jika sentrat sudah tidak menghasilkan warna biru ungu,
maka analit sudah tertarik semua kedalam air.
Setelah proses isolasi selesai, dilakukan analisis kuantitatif dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode multy point method. Dimana pada
metode ini sebelum penentuan kadar analit dibuat kurva kalibrasi dengan deret
konsentrasi yang sama. Pembuatan larutan standar Vitamin B6 murni dibuat dengan
konsentrasi 25 ppm, 30 ppm, 35 ppm, 40 ppm, 45 ppm dan 50 ppm yang merupakan
hasil pengenceran larutan standar dengan konsentrasi 1000 ppm. Deret konsentrasi
tersebut ditentukan berdasarkan pengenceran yang telah dilakukan terhadap larutan
vitamin B6 agar dapat memenuhi persyaratan pembacaan spektrofotometri yaitu
absorbansinya harus berada pada rentang 0,2-0,8. Selain itu, dibuat absorbansi dalam
rentang 0,2 - 0,8 agar meminimalisir kesalahan penentuan kadar. Konsentrasi dari
analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-
Beer menyatakan bahwa hubungan antara absorban dengan konsentrasi larutan
berbanding lurus. Dari deret konsentrasi tersebut akan menghasilkan kurva kalibrasi
antara absorbansi terhadap konsentrasi dan selanjutnya diperoleh persamaan regresi
linier yang merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x) larutan
standar. Persamaan yang diperoleh yaitu “ y = 0.0145x - 0.0338 “ dengan nilai R2
sebesar 0.9815. Nilai R2 merupakan suatu nilai korelasi yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi dengan absorbansi analit. Apabila nilai koefisien korelasi (R2)
mendekati satu maka hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi analit semakin
kuat, atau dengan kata lain semakin linier. Dari hasil yang didapatkan, bahwa dengan
nilai R2 sebesar 0,9946 dapat dikatakan linier. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert-
beer yang menyatakan bahwa konsentrasi akan berbanding lurus dengan absorbansi.
Kemudian untuk larutan uji dilihat serapannya juga pada λ = 254 nm dan
didapatkan absorbansi yaitu 0,316 dengan faktor pengenceran sebanyak 50x. Dihitung
persamaan garis dan didapatkan x = 34,262 ppm dan setelah dikalikan dengan faktor
pengenceran dan perhitungan, maka didapat berat rifampicin adalah 171,31 mg.
Konsentrasi yang didapatkan dapat dicari kadarnya dan setelah dihitung didapatkan
kadar rifampicin dalam sampel sebanyak 57,10 %
7. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa kadar Vitamin B6 dalam
sampel adalah 57,10 %.
DAFTAR PUSTAKA
Craine, Hart. (2003). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi ke-11. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Departemen Kesehatan. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Fesenden & Fesenden. (1982). Kimia Organik Edisi Ketiga jilid I. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Florey. (1994). Analytical Profiles of Drug Subtance volume 23. San Diego, California :
Academic Press.
Nahar, Lutfun dkk. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Kimia Organik ,
Alam dan Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Riswiyanto, S. (2009). Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sudjadi, M. S., Rohman, A. (2008). Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.