ketidakperawanan sebagai alasan …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/bab i,v.pdfdan bertakwalah kepada...

63
KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN (STUDI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SLEMAN DALAM PERKARA NO. 147/PDT.G/2006/PA.SMN) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH ANDHIKA BINTARA NUGROHO 03350010 PEMBIMBING: 1. Drs. SUPRIATNA, M.Si. 2. Drs. MALIK IBRAHIM, M.Ag. AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2008

Upload: nguyenhuong

Post on 10-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN(STUDI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SLEMAN

DALAM PERKARA NO. 147/PDT.G/2006/PA.SMN)

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARATMEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU

DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEHANDHIKA BINTARA NUGROHO

03350010

PEMBIMBING:1. Drs. SUPRIATNA, M.Si.2. Drs. MALIK IBRAHIM, M.Ag.

AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAHFAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA

2008

Page 2: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

ii

ABSTRAK

Masalah Keperawanan (virginitas) sampai saat ini masih menjadi suatupermasalahan yang sangat urgen dan selalu diperdebatkan, padahal masalah tersebuthanyalah masalah sepele kemudian menjadi mitos yang mendarah daging dalampandangan masyarakat. Dalam hal perceraian yang disebabkan alasanketidakperawanan dalam hukum Islam tidak diatur secara detail. Adapun dalamkompilasi hukum Islam (KHI) dijelaskan pada dasarnya ada tiga alasan yangmenyebabkan putusnya perkawinan, sebagaimana disebut dalam pasal 113: “dengansebab kematian, perceraian dan putusan hakim.” Lalu apakah ketidakperawanan dapatdijadikan sebagai alasan perceraian di pengadian agama?

Pengadilan Agama Sleman adalah salah satu lembaga peradilan untukmenyelesaikan perkara tertentu di kalangan orang yang beragama Islam. Dalam halini Pengadilan Agama Sleman pernah mengadili perkara gugatan perceraian denganalasan ketidakperawanan perkara No.147Pdt.G/2006/PA.Smn. Perkara ini menarikuntuk dikaji karena penyusun ingin mengetahui apa yang menjadi pertimbanganHakim di dalam memutus perkara dan apakah ketidakperawanan dapat dijadikansebagai alasan perceraian di Pengadilan Agama?

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yakni penelitianterhadap putusan di PA Sleman. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakanadalah dengan metode dokumentasi, yaitu dengan mempelajari dokumen berupaputusan pengadilan mengenai perkara gugatan perceraian dengan alasanketidakperawanan, catatan, buku-buku, peraturan perundang-undangan; dan metodewawancara (interview), yaitu dengan mewawancarai langsung Hakim yang memutusperkara ini, panitera, dan pihak yang ada hubungannya dengan masalah yang ditelitidi Pengadilan Agama Sleman. Setelah diperoleh data yang berupa putusanpengadilan, teori-teori, konsep-konsep dan pendapat-pendapat yang berkaitan denganpokok bahasan, maka untuk dapat menjawab pokok-pokok masalah penyusunmenggunakan pendekatan yuridis dan normatif.

Ketidakperawanan dapat dijadikan alasan perceraian karena yang diterapkanhakim adalah ketidakperawanan tersebut menjadi penyebab perselisihan danpertengkaran sehingga telah memenuhi syarat dalam Pasal 19 f PP No. 9/1975 danPasal 116 KHI. Pertimbangan Hakim di dalam memutus perkara adalah bahwa telahterjadi perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat, hal inidisebabkan karena ketidakperawanan penggugat pada saat menikah. Adapunketidakperawanan sebagai alasan perceraian tidak diatur dalam KHI maupun UU No.1/1974 tentang Perkawinan tetapi ketidakperawanan ini dikaitkan dengan Pasal 19 (f)PP No. 9/1975 dan Pasal 116 (f) KHI yaitu ketidakperawanan sebagai penyebabperselisihan dan percekcokan dalam rumah tangga, sehingga pertimbangan hakimdalam hal ini adalah untuk menciptakan keadilan dan kemaslahatan bagi para pihak.

Page 3: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 4: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 5: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 6: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

vi

MOTTO

$ pk š‰r'»tƒâ¨$Z9$#(#qà) ®?$#ãN ä3 ­/u‘“ Ï% ©! $#/ ä3 s) n=s{ÏiB<§øÿ ¯R;oy‰Ïnºurt, n=yzur

$ pk ÷]ÏB$ygy_ ÷r y—£]t/ur$ uKåk ÷] ÏBZw% y Í‘# ZŽ• ÏWx.[ä!$|¡ ÎS ur4(#q à) ¨? $# ur©!$#“ Ï% ©! $#t

bq ä9uä !$|¡ s?¾Ïm Î/tP% tn ö‘F{$# ur4¨b Î)©!$#tb%x.öN ä3 ø‹n=tæ$Y6ŠÏ% u‘

‘”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari diri satu, dan dari padanya. Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya

kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”

{An-Nis [4] : 1}

Page 7: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Sistem transliterasi huruf Arab ke dalam huruf Latin yang dipakai dalam

penulisan skripsi berpedoman pada buku "Pedoman Transliterasi Arab Latin"

yang dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988

Nomor. 157/1987 dan 0543.b/UU/1987.

Adapun pedomannya adalah sebagai berikut:

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif - tidak dilambangkan

ba' b be

ta' t te

s|a s| es (dengan titik di atas)

jim j je

h}a h} ha (dengan titik di bawah)

kha kh ka dan ha

dal d de

z|a z| zet (dengan titik di atas)

ra' r er

za' z zet

sin s es

Page 8: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

viii

syin sy es dan ye

s}ad s} es (dengan titik di bawah)

d}ad d} de (dengan titik di bawah)

t}a t} te (dengan titik di bawah)

z}a z} zet (dengan titik di bawah)

'ain ‘ koma terbalik di atas

gain g ge

fa f ef

qaffa q qi

kaf k ka

lam l 'el

mim m 'em

nun n 'en

waw w w

ha' h ha

hamzah ' apostrof

ya' y ye

II. Konsonan Rangkap (karena syaddah), ditulis rangkap

ditulis muta'aqqidi<n

ditulis 'iddah

III. Ta’marbu>t}ah di akhir kata bila dimatikan ditulis h

ditulis hibah

Page 9: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

ix

ditulis jizyah

IV. Vokal Pendek

______ (fathah) ditulis a

______ (kasrah) ditulis i

______ (dammah) ditulis u

V. Vokal Panjang

1. Fathah + alif ditulis a>

ditulis ja>hiliyyah

2. Fathah + ya' mati ditulis a>

ditulis yas’a>

3. Kasrah + ya' mati ditulis i<

ditulis madi<d

4. Dammah + waw mati ditulis u>

ditulis furu>d}

VI. Vokal Rangkap

1. Fathah + ya' mati ditulis ai

ditulis bainakum

2. Fathah + wawu mati ditulis au

ditulis qaul

VII. Vokal-vokal yang berurutan dalam satu kata dipisah dengan apostrof

ditulis a'antum

ditulis u'iddat

Page 10: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

x

ditulis la'in syakartum

VIII. Kata sandang alif + lam

Kata sandang " " ditransliterasikan dengan "al" diikuti dengan tanda

penghubung "-" ketika bertemu dengan huruf qamariyyah. Bila bertemu

dengan huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf syamsiyyah yang

mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el).

Contoh:

ditulis an-Nisa>’

ditulis al-Qur’a>n

IX. Huruf Kapital

Meskipun tulisan Arab tidak mengenai huruf kapital, tetapi dalam transliterasi

huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti

ketentuan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis dengan

huruf kapital, kecuali jika terletak pada permulaan kalimat.

Contoh:

ditulis Wa ma> Muhammadun illa> rasu>l

Page 11: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

xi

KATA PENGANTAR

.

.

..

Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang senantiasa melimpahkan nikmat,

rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

Salawat serta salam selalu tersanjungkan kepada junjungan Nabi Agung

Muhammad Saw. Yang dengan kegigihan dan kesabaranya membimbing dan

menuntun manusia kepada hidayah-Nya.

Meskipun penyusunan skripsi ini baru merupakan tahap awal dari sebuah

perjalanan panjang cita-cita akademis, namun penyusun berharap semoga karya

ilmiah ini mempunyai nilai kemanfaatan yang luas bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, dan memberikan kontribusi dalam khazanah hukum Islam,

khususnya pengetahuan tentang Hukum Perdata Islam.

Keseluruhan proses penyusunan karya ilmiah ini telah melibatkan

berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penyusun menghaturkan

terima kasih kepada:

1. Bpk. Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas

Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bpk. Drs. Supriatna, M.Si. selaku Ketua dan Ibu Hj. Fatma Amilia,

S.Ag., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Al-Ah}wal Asy-Syakhs}iyyah

Page 12: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 13: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

ABSTRAK............................................................................................................... ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. v

HALAMAN MOTTO............................................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI............................................................................ vii

KATA PENGANTAR............................................................................................. xi

DAFTAR ISI............................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Pokok Masalah..................................................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan........................................................................... 7

D. Telaah Pustaka..................................................................................... 8

E. Kerangka Teoretik................................................................................ 12

F. Metode Penelitian................................................................................. 21

G. Sistematika Pembahasan....................................................................... 23

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPERAWANAN DAN

PERCERAIAN....................................................................................... 27

A. Tinjauan Umum Tentang Keperawanan……………………………. 27

Page 14: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

1. Pengertian Keperawanan………………………………………. 27

2. Macam-macam Bentuk Selaput Dara………………………….. 32

3. Pembuktian Keperawanan (Antara Mitos dan Fakta)………...... 33

B. Tinjauan Umum Tentang Perceraian……………………………….. 42

1. Pengertian Perceraian…………………………………………... 42

2. Dasar Hukum Talak……………………………………………. 46

3. Macam-macam Talak…………………………………………... 50

4. Rukun Dan Syarat Talak……………………………………….. 57

5. Alasan-alasan Perceraian………………………………………. 61

6. Akibat Putusnya Perkawinan…………………………………... 64

BAB III PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PERCERAIAN

DENGAN ALASAN KETIDAKPERAWANAN DI

PENGADILAN AGAMA SLEMAN……………………………… 68

A. Latar Belakang Gugatan Perceraian Dengan Alasan

Ketidakperawanan................................................................................ 68

B. Prosedur Penyelesaian Perkara Cerai Gugat Dengan Alasan

Ketidakperawanan…………………………………………………… 71

C. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara Cerai Gugat Dengan

Alasan Ketidakperawanan.................................................................... 76

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PERCERAIAN DENGAN

ALASAN KETIDAKPERAWANAN DI PENGADILAN AGAMA

SLEMAN……………………………………………………………… 89

Page 15: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

A. Analisis Terhadap Ketidakperawanan Sebagai Alasan

Perceraian........................................................................................... 89

B. Upaya Hakim Dalam Menyelesaikan Perkara................................... 92

C. Analisis Tentang Pertimbangan Hakim Dalam Memutus

Perkara............................................................................................... 99

BAB V PENUTUP…………………………………………………………….. 115

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 115

B. Saran-saran…………………………………………………………… 117

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. TERJEMAHAN

B. BIOGRAFI ULAMA DAN SARJANA

C. PEDOMAN WAWANCARA

D. SURAT BUKTI PENELITIAN

E. PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

F. CURRICULUM VITAE

Page 16: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1 UU No. 1 tahun 1974

dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang

bahagia, kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa atau dalam bahasa KHI

disebut dengan mi>s\a>qan ghali>z{a. (ikatan yang kuat), namun dalam realitanya

seringkali perkawinan tersebut kandas di tengah jalan yang mengakibatkan

putusnya perkawinan baik karena sebab kematian, perceraian ataupun karena

putusan pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh

undang-undang.1

Masalah keperawanan ( ) sampai saat ini masih menjadi suatu

permasalahan yang sangat urgen dan selalu diperdebatkan, padahal masalah

tersebut hanyalah masalah sepele kemudian menjadi mitos yang mendarah

daging dalam pandangan masyarakat. Kata perawan (dalam kamus bahasa

Indonesia), atau virgin (dalam bahasa Inggris), maupun al’az\ra>’ (dalam bahasa

Arab) mempunyai arti seseorang yang belum pernah disentuh atau belum

pernah menikah dan belum pernah berhubungan intim dengan lawan jenis

maupun sesama jenis. Kata perawan dalam bahasa Indonesia bersinonim

dengan kata gadis yang mempunyai arti yang sama, namun jika diteliti,

1 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: StudiKritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqh, UU No. 1/1974 Sampai KHI, cet. III (Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 216.

Page 17: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

2

ternyata kata gadis tersebut berasal dari bahasa Arab yang berarti suci, atau

keperawanan adalah lambang kesucian dari seorang wanita.2

Cerai bukanlah pilihan utama dalam mengatasi kemelut rumah tangga,

tapi pilihan terakhir sebagai penyelesaian konflik antara suami isteri dalam

realita yang tidak memungkinkan lagi untuk mempertahankan bahtera rumah

tangga. Perceraian bukanlah tujuan perkawinan Islam, sebab perceraian adalah

sesuatu yang dibolehkan Allah sekaligus yang dibenci Allah pula, jadi

perceraian adalah sebagai pintu darurat jika perdamaian antara kedua belah

pihak pasangan tidak bisa disatukan lagi sebagaimana Nabi bersabda berikut

ini:

3

Dalam hal perceraian yang disebabkan alasan ketidakperawanan dalam

hukum Islam tidak diatur secara detail. Adapun dalam Kompilasi Hukum

Islam (KHI) dijelaskan pada dasarnya ada tiga alasan yang menyebabkan

putusnya perkawinan, sebagaimana disebut dalam Pasal 113: “dengan sebab

kematian, perceraian dan putusan hakim.”

Lalu mengapa ketidakperawanan dapat dijadikan sebagai alasan

perceraian di Pengadian Agama Sleman khususnya dalam perkara No.

147/Pdt.G/2006/PA.Smn?

Untuk menjawab permasalahan di atas maka penyusun akan

menerangkan duduk permasalahannya sehingga ada gambaran yang jelas

2 http://luluvikar.wordpress.com. Diakses sabtu 27 November 2007.

3 Abu Dawu>d, Sunan Abi Dawu>d, , Edisi M M. Abdul Hamid (Mesir: Dar al-Fiqr, t.t.), I:255, hadis nomor 2178, “Kitab an-Nikah,” “Ba>b Fi> kara>hiyati at-t}ala>q.” Hadis dari Ibnu Umar.

Page 18: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

3

tentang obyek perkaranya. Dalam hal ini Pengadilan Agama Sleman sebagai

salah satu lembaga Peradilan untuk menyelesaikan perkara tertentu di

kalangan orang yang beragama Islam pernah menangani gugatan perceraian

dengan alasan ketidakperawanan, yaitu dalam perkara

No.147/Pdt.G/2006/PA.Smn. Adapun kronologis kasusnya secara singkat

adalah sebagai berikut:

Penggugat yang bernama ATI binti SHM dan tergugat yang bernama

HCR bin SPT adalah pasangan suami isteri yang telah menikah secara Islam

pada tanggal 17 Juni 1979 di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kapas,

Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang tercatat dalam Buku Akta Nikah

Nomor 873/84/1979, yang pada saat itu Penggugat berstatus Perawan dan

Tergugat berstatus Perjaka.

Sejak bulan Januari Tahun 2005 ketentraman rumah tangga Penggugat

dengan Tergugat mulai goyah dan tidak harmonis, yang penyebabnya adalah:

1. Bahwa Tergugat merasa kecewa keadaan Penggugat karena pada saat

menikah dulu Penggugat dalam keadaan tidak perawan, hal ini sebetulnya

sudah diketahui oleh Tergugat sejak awal pernikahan, tetapi tidak pernah

diungkapkan;

2. Bahwa setelah sekian lama membangun rumah tangga, pada bulan

Desember 2004 Tergugat minta pengakuan tentang keadaan Penggugat

saat menikah tersebut dan setelah Penggugat mengakui, Tergugat merasa

terpukul; sehingga berdampak pada ketika mereka berhubungan seks tidak

merasa puas hal ini terjadi karena trauma yang dialami oleh Penggugat;

Page 19: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

4

3. Bahwa karena keadaaan tersebut, Penggugat selalu merasa tertekan dan

sejak satu tahun belakangan ini menyebabkan terjadinya cekcok yang

berkepanjangan antara Penggugat dan Tergugat, yang kemudian pada

tanggal 13 Februari 2006 Penggugat mengajukan surat gugatannya ke

Pengadilan Agama Sleman.

Namun demikian, membicarakan ketidakperawanan sebagai alasan

perceraian tidak mudah mengatakan boleh atau tidak, karena banyak

dimensinya. Sedangkan dalam hukum Islam tidak diatur tentang masalah

ketidakperawanan dapat dijadikan sebagai alasan perceraian.

Sayyid Abu al-Hasan al-Ashfahani, yang bermazhab Imamiyah

mengatakan dalam kitabnya, al-Wasilah, bahwa manakala seorang laki-laki

mengawini seorang gadis, sedangkan masalah keperawanan tidak disebut-

sebut sebelum perkawinan, dan akad pun tidak dilaksanakan berdasar kondisi

serupa itu, serta tidak pula menjadikannya syarat atau sifat dalam redaksi

akad, tapi semata-mata mengawininya dengan keyakinan bahwa wanita itu

masih perawan karena memang belum pernah kawin dengan siapapun, dan

kemudian terbukti—sesudah akad—bahwa dia tidak perawan lagi, maka si

suami berhak memfasakhkan akad.4

Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa ketidakperawanan bisa

membatalkan pernikahan jika disebut sebagai persyaratan dan disepakati

kedua belah pihak sebelum dilangsungkannya perkawinan. Namun pendapat

ini dibantah Satibi Hadi yang mengatakan bahwa seseorang yang

4 Muh}ammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Maz\hab: Ja’fari>, Hanafi>, Ma>liki, Sya>fi’i,Hambali>, alih bahasa Masykur A.B dkk (Jakarta: Lentera, 2006), hlm. 363.

Page 20: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

5

melangsungkan perkawinan dan merasa tertipu oleh isterinya ternyata tidak

perawan lagi, hal yang demikian tidak dapat dijadikan sebagai alasan fasakh.5

Pendapat tersebut dikokohkan oleh Prof. Wasit Aulawi yang mengatakan

bahwa fasakh (pembatalan nikah) hanya berlaku dan dapat dilakukan jika

tidak terpenuhinya syarat nikah seperti ketiadaan wali dan sebagainya.6

Dari pendapat para fuqaha di atas terjadi pro-kontra dalam memahami

persoalan ketidakperawanan sebagai syarat dalam sebuah perkawinan. Apakah

ia dijadikan alasan perceraian karena bisa menimbulkan rasa kejijikan bagi

suami sehingga suami tidak merasa puas ketika berhubungan badan atau

mengurangi rasa cinta, atau ketidakperawanan di sini dijadikan sebagai alasan

pembatalan nikah (fasakh).

Al-Qur’an tidak memberi suatu ketentuan yang mengharuskan suami

untuk mengemukakan sesuatu alasan untuk mempergunakan haknya dalam

menjatuhkan talak kepada isterinya. Setidaknya ada empat kemungkinan yang

dapat terjadi dalam kehidupan yang dapat memicu terjadinya perceraian

yaitu:7

1. Terjadinya Nusyuz dari pihak isteri.

Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap

suaminya.

2. Nusyuz suami terhadap isteri.

5 Satibi Hadi, “Bila Hukum dan Moral Bicara,” Panji Masyarakat, No. 688, 16-26Z|ulh{ijjah 1411 H (1-11 Juli 1991), hlm. 20.

6 Ibid.

7 Amiur Nuruddin dan Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam, hlm. 209-210.

Page 21: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

6

Kemungkinan nusyuz ternyata bisa datang dari suami dan tidak hanya

datang dari isteri saja.

3. Terjadinya syiqaq (percekcokan)

Dalam istilah fiqh syiqaq adalah kasus krisis rumah tangga yang

memuncak.8

4. Salah satu pihak melakukan zina (fah}isyah).

Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dijelaskan pada

dasarnya ada tiga alasan yang menyebabkan putusnya perkawinan,

sebagaimana disebut dalam Pasal 113: “dengan sebab kematian, perceraian

dan putusan hakim.”

Setelah mempelajari permasalahan tersebut, maka penyusun tertarik

dan ingin mengetahui apakah ketidakperawanan dapat dijadikan alasan

perceraian di pengadilan agama. Lebih lanjut penyusun juga ingin mengetahui

apa yang menjadi alasan, pertimbangan dan dasar hukum bagi hakim dalam

memutus perkara gugatan perceraian dengan alasan ketidakperawanan.

B. Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penyusun dapat

merumuskan beberapa pokok permasalahan yang cukup fundamental adalah

sebagai berikut:

1. Mengapa ketidakperawanan dapat dijadikan sebagai alasan perceraian di

Pengadilan Agama (Perkara No. 147/Pdt.G/2006/PA.Smn)?

8 Djamaan Nur, Fiqih Munakahat (Semarang: Dina Utama, 1993), hlm. 168.

Page 22: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

7

2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara dengan

alasan ketidakperawanan sebagai alasan perceraian di PA Sleman (Perkara

No. 147/Pdt.G/2006/PA.Smn)?

C. Tujuan dan kegunaan

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk memberi penilaian mengapa ketidakperawanan dapat dijadikan

sebagai alasan perceraian di Pengadilan Agama.

b. Untuk menganalisis pertimbangan dan dasar hukum yang digunakan

Hakim dalam memutus perkara ketidakperawanan sebagai alasan

perceraian.

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Dari segi Akademis

Dapat memberikan kontribusi bagi khazanah ilmu pengetahuan dan

kajian ke-Islaman khususnya di bidang hukum Islam yang berkaitan

dengan Peradilan Agama dalam rangka memperjuangkan

universalisme hukum Islam baik secara teoritis maupun praktis.

b. Dari segi praktis

Diharapkan dalam penelitian ini akan memberi masukan dan respon

bagi pengadilan agama dalam mengambil kebijaksanaan dan keadilan

sehingga tercapai kemaslahatan manusia.

Page 23: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

8

D. Telaah Pustaka

Dalam hal perceraian yang disebabkan alasan ketidakperawanan dalam

hukum Islam tidak diatur secara detail. Penyusun juga belum menemukan

literatur atau skripsi yang sama dengan skripsi ini.

Buku yang ditulis Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan

“Hukum Perdata Islam Di Indonesia”.9 Secara umum buku tersebut

menjelaskan alasan-alasan perceraian berdasarkan UU No. 1/1974 tentang

Perkawinan, PP No. 9/1975 dan KHI yaitu: a) Permohonan cerai talak karena

suami/isteri melalaikan kewajiban; b) Permohonan cerai talak dengan alasan

suami/isteri berbuat zina atau pemadat; c) Permohonan cerai talak dengan

alasan suami/isteri meninggalkan suami selama 2 tahun berturut-turut tanpa

izin dan tanpa alasan yang sah; d) Permohonan cerai talak dengan alasan

suami/isteri mendapat hukuman penjara 5 tahun atau lebih; d) Permohonan

cerai talak dengan alasan suami/isteri melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; e) Permohonan cerai

talak dengan alasan suami/isteri mendapat cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajiban saebagai suami/isteri; f)

Permohonan cerai talak dengan alasan terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran; g) Permohonan cerai talak dengan alasan suami/isteri murtad; h)

Permohonan cerai talak dengan alasan syiqaq; i) Permohonan cerai talak

dengan alasan li’an.

9 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: StudiKritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqh, UU No. 1/1974 Sampai KHI, cet. III (Jakarta:Kencana, 2006).

Page 24: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

9

Kemudian dalam buku yang ditulis Mohd. Idris Ramulyo “Hukum

Perkawinan Islam”.10 Buku ini menjelaskan secara umum bahwa dalam KHI

dijelaskan bahwa perkawinan dapat putus karena, a. kematian, b. perceraian

dan, c. atas putusan pengadilan.11 Juga dalam Pasal 116 dijelaskan bahwa

perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan; a) Salah satu pihak

berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya

yang sukar disembuhkan; b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama

2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah

atau karena hal lain di luar kemampuannya; c) Salah satu pihak mendapat

hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah

perkawinan berlangsung; d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain; e) Salah satu pihak

mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai suami atau isteri; f) Antara suami dan isteri terus-

menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan

hidup rukun lagi dalam rumah tangga; g) Suami melanggar taklik talak; h)

Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan

dalam rumah tangga.

Mohd. Idris Ramulyo dan Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan

di dalam pembahasannya tentang alasan perceraian mereka mendasarkannya

pada UUP No. 1/1974 khususnya Pasal 38 tentang sebab-sebab putusnya

10 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis Dari UU No. 1/1974Dan KHI, cet. II (Jakarta: Bumi Aksara, 1999).

11 Pasal 113 KHI.

Page 25: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

10

perkawinan, dan PP No. 9/1975 khususnya Pasal 19 tentang alasan perceraian

dan KHI khususnya Pasal 113 tentang sebab-sebab putusnya perkawinan dan

diperjelas lagi dalam Pasal 114 yang membagi perceraian kepada dua bagian,

yaitu perceraian yang disebabkan karena talak dan perceraian yang disebabkan

oleh gugatan perceraian, kemudian lebih dipertegas lagi dalam Pasal 116

tentang alasan perceraian yang telah dijelaskan di atas. Namun di dalam buku

keduanya tidak memberikan suatu pendapat ketidakperawanan dapat dijadikan

sebagai alasan perceraian.

Buku yang ditulis oleh Hasan Hathout “Revolusi Seksual Perempuan

Obstetri dan Ginekologi Dalam Tinjauan Islam”.12 Buku tersebut

mendeskripsikan secara umum kesucian merupakan tanda yang dapat

menunjukkan apa yang terdapat di dalam hati dan tingkah laku di luar,

sebaliknya keperawanan merupakan petunjuk anatomis yang memperlihatkan

(himen) keutuhan selaput dara. Dalam pembuktian ketidakperawanan seorang

dokter ahli kandungan dapat dimintai penjelasannya oleh Pengadilan dalam

kasus perempuan yang mengajukan cerai dengan alasan suaminya impoten

dan hubungan seks tidak dapat dilakukan seperti ditunjukkan oleh utuhnya

selaput dara.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Munawar Ahmad Anees

“Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia, Etika, Gender dan

12 Hassan Hathout, Revolusi Seksual Perempuan Obstetri dan Ginekologi DalamTinjauan Islam, alih bahasa TPYK Ibnu Sina (Bandung,: Mizan, 1994).

Page 26: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

11

Teknologi”.13 Secara umum buku ini memaparkan bahwa secara anatomis

selaput dara adalah lapisan tipis selaput lendir yang berbeda-beda bentuk,

potongan dan ukurannya, yang menghalangi liang vagina. Dalam ilmu

kedokteran forensik modern, pemeriksaan vaginal dianggap sebagai suatu

metode yang dapat diandalkan untuk memastikan atau menyangkal

keperawanan. Alasannya karena secara umum dipercaya bahwa seorang

dokter dapat memberitahukan—setelah diadakan pemeriksaan vaginal—

apakah seorang wanita masih perawan atau tidak. Bukti medis mengenai

keperawanan sering dapat diterima dalam suatu sidang pengadilan yang

mempunyai kekuatan yuridis atas permasalahan keluarga, karenanya tidak ada

kriteria mutlak untuk menentukan keperawanan seorang wanita.

Baik dalam buku Hasan Hathout dan Munawar Ahmad Anees hanya

memaparkan secara global definisi dari keperawanan dan bagian-bagian

anatomi selaput dara (hymen) perempuan. Namun kedua buku tersebut tidak

memberikan pendapat apakah ketidakperawanan seorang perempuan dapat

dijadikan sebagai alasan perceraian di Pengadilan.

Sedangkan penelitian tentang keperawanan dalam bentuk skripsi yang

berkaitan dengan kewenangan Pengadilan Agama baru satu yang ditemukan.

Dalam skripsi Torang Rambe “Ketidakperawanan Sebagai Alasan Perceraian

dalam Perspektif Hukum Islam.14 Skripsi tersebut hanya membahas pendapat

ulama tentang ketidakperawanan sebagai alasan perceraian dalam Tinjauan

13 Munawar Ahmad Anees, Islam Dan Masa Depan Biologis Umat Manusia, Etika,Gender dan Teknologi, alih bahasa, Rahmani Astuti ( Bandung: Mizan, 1994).

14 Torang Rambe, “Ketidakperawanan Sebagai Alasan Perceraian Dalam PerspektifHukum Islam”, Skripsi Sarjana S-1, Tidak diterbitkan, Yogyakarta. IAIN Sunan Kalijaga, 1998.

Page 27: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

12

Hukum Islam (penelitian literatur) dan tidak membahas pembuktiannya karena

bukan putusan dari Pengadilan Agama. Skripsi ini berbeda dengan skripsi

yang penyusun teliti. Sedangkan dalam skripsi ini penyusun mengambil fakta

kasus putusan dari Pengadilan Agama Sleman sehubungan dengan kasus

perceraian yang disebabkan karena ketidakperawanan sebagai alasan

perceraian, yaitu wawancara langsung dengan hakim PA Sleman tentang

pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar hukum yang digunakan

dalam memutus perkara cerai gugat dengan alasan ketidakperawanan,

sehingga ada kejelasan antara teori dan praktek yang ada di lapangan.

E. Kerangka teoritik

Dalam PP No. 9/1975 Pasal 19 dijelaskan, bahwa perceraian dapat

terjadi karena alasan atau alasan-alasan; a) Permohonan cerai talak karena

suami/isteri melalaikan kewajiban; b) Permohonan cerai talak dengan alasan

suami/isteri berbuat zina atau pemadat; c) Permohonan cerai talak dengan

alasan suami/isteri meninggalkan suami selama 2 tahun berturut-turut tanpa

izin dan tanpa alasan yang sah; d) Permohonan cerai talak dengan alasan

suami/isteri mendapat hukuman penjara 5 tahun atau lebih; d) Permohonan

cerai talak dengan alasan suami/isteri melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; e) Permohonan cerai

talak dengan alasan suami/isteri mendapat cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajiban saebagai suami/isteri; f)

Permohonan cerai talak dengan alasan terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran; g) Permohonan cerai talak dengan alasan suami/isteri murtad; h)

Page 28: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

13

Permohonan cerai talak dengan alasan syiqaq; i) Permohonan cerai talak

dengan alasan li’an.

Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dijelaskan pada

dasarnya ada tiga alasan yang menyebabkan putusnya perkawinan,

sebagaimana disebut dalam Pasal 113: “dengan sebab kematian, perceraian

dan putusan hakim.”

Jika ditinjau dari perspektif fiqh kata perawan diambil dari bahasa

Arab al’az\ra>’ yang mempunyai arti seseorang yang belum pernah disentuh

atau belum pernah menikah dan belum pernah berhubungan intim dengan

lawan jenis maupun sesama jenis. Kata perawan dalam bahasa indonesia

bersinonim dengan kata gadis yang mempunyai arti yang sama, namun jika

diteliti, ternyata kata gadis tersebut berasal dari bahasa Arab yang berarti suci,

atau keperawanan adalah lambang kesucian dari seorang wanita.15 Jadi

ketidakperawanan dapat disimpulkan “orang yang sudah tidak gadis lagi baik

disebabkan karena kecelakaan, olahraga ataupun tindakan medis atau

disebabkan karena pernah melakukan hubungan intim.”

Al-Qur’an dan hadis juga tidak menyinggung ketidakperawanan dapat

dijadikan sebagai alasan perceraian, setidaknya ada empat kemungkinan yang

dapat terjadi dalam kehidupan yang dapat memicu terjadinya perceraian yaitu;

pertama; nusyuz dari pihak isteri, kedua; nusyuz suami terhadap isteri, ketiga;

terjadinya syiqaq, keempat; terjadinya fah}i>syah. 16

15 http://luluvikar.wordpress.com.pentingkah-keperawanan. Diakses sabtu 27 November2007.

16 Amiur Nuruddin dan Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam, hlm. 209-210.

Page 29: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

14

Hukum dari perceraian itu sendiri sebagaimana yang dijelaskan oleh

as-Sayid as-Sabiq dalam bukunya “Fiqih as-Sunah” yang dia kutip dari

pendapat golongan Hanabilah adakalanya talak itu wajib, haram, mubah dan

adakalanya juga sunah.17

Menurut Zenhadi dosen fakultas Syari’ah IAIN Jakarta, seorang gadis

yang mengaku perawan ketika menjalankan akad nikah, ternyata tidak

perawan lagi, dapat dikatakan sebagai penipuan. Sekalipun demikian, tidak

semudah itu mengatakan dia (wanita) tidak perawan lagi, yang berhak

menentukan itu adalah tabib syari’ (Dokter Hukum), di luar dari itu, tidak bisa

dan tidak punya hak otoritas untuk menghukumi seseorang tidak perawan.

Oleh karenanya ketidakperawanan seorang gadis tidak bisa langsung dijatuhi

hukuman sebelum ada bukti-bukti yang menguatkan untuk itu.18

Sayyid Abu al-H{asan al-Ashfahani, yang bermazhab Imamiyah

mengatakan dalam kitabnya, al-Wasilah, bahwa manakala seorang laki-laki

mengawini seorang gadis, sedangkan masalah keperawanan tidak disebut-

sebut sebelum perkawinan, dan akad pun tidak dilaksanakan berdasar kondisi

serupa itu, serta tidak pula menjadikannya syarat atau sifat dalam redaksi

akad, tapi semata-mata mengawininya dengan keyakinan bahwa wanita itu

masih perawan karena memang belum pernah kawin dengan siapapun, dan

17 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), Juz II, hlm. 345.

18 Zenhadi, “Bila Hukum dan Moral Bicara,”Panji Masyarakat, No. 688, 16-26 Zulhijah1411 H (1-10 Juli 1991), hlm. 23.

Page 30: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

15

kemudian terbukti—sesudah akad—bahwa dia tidak perawan lagi, maka si

suami berhak memfasakhkan akad.19

Menurut pendapat Nursyahbani, dalam hukum positif yang berlaku di

Indonesia, syarat keperawanan atau kegadisan memang tidak masuk pasal

hukum. Namun demikian memberi keterangan yang tidak benar sehingga

lelaki salah pilih dapat dikatagorikan penipuan.20

Dalam Undang-undang No. 1/1974 tentang Perkawinan dikemukakan

bahwa perkawinan dapat dibatalkan bila terjadi salah sangka mengenai diri

suami atau isteri tetapi juga termasuk penipuan.21 Penipuan tersebut tidak

hanya dilakukan oleh pihak pria saja, tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak

wanita. Penipuan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk seperti pemalsuan

identitas; sudah pernah kawin tetapi dikatakan masih jejaka atau sudah tidak

perawan mengaku masih gadis (perawan). Meskipun dalan UU No. 1/1974

tentang Perkawinan, PP No. 9/1975 dan KHI tidak mengatur secara tegas

tentang keadaan diri seseorang, seperti salah sangka mengenai diri suami atau

isteri, sudah tidak perawan dikatakan masih perawan dan penipuan identitas,

atau alasan karena mengidap suatu penyakit yang berbahaya, namun jika

kembali pada falsafah perkawinan yang menjadi Asas Hukum Perkawinan

Nasional sebagaimana diatur dalam UU No. 1/1974 tentang Perkawinan

bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang kekal

19 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Maz\hab, hlm. 363.

20 Nursyahbani, “Bila Hukum Dan Moral Bicara,” Panji Masyarakat, No. 688, 16-26Z|ulh{ijjah 1411 H (1-10 Juli 1991), hlm. 20.

21 Pasal 27 ayat (2) UU No. 1/1974 tentang Perkawinan.

Page 31: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

16

bahagia dan sejahtera, maka alasan-alasan tersebut di atas dapat dijadikan

alasan membatalkan perkawinan, asalkan keadaan tersebut diketahui pada

waktu atau sesaat nikah dilaksanakan. Jika yang bersalahsangka itu

menyadari keadaannya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah ia masih

tetap hidup sebagai suami isteri, dan tidak menggunakan haknya untuk

mengajukan pembatalan, maka haknya gugur.22 Namun apabila keadaan

tersebut timbul setelah sekian lama menikah, maka prosedur yang ditempuh

bukan pembatalan perkawinan tetapi lembaga perceraian.23

Menurut Al-Jaziri jika perkawinan yang telah dilaksanakan oleh

seorang tidak sah karena kekhilafan dan ketidaktahuan atau tidak sengaja dan

belum terjadi persetubuhan, maka perkawinan tersebut harus dibatalkan, yang

melakukan perkawinan itu dipandang tidak berdosa, jika telah terjadi

persetubuhan maka itu dipandang sebagai wat}i’ syubhat, tidak dipandang

sebagai perzinaan, yang bersangkutan tidak dikenakan sanksi zina, isteri

diharuskan ber-iddah apabila pernikahan telah dibatalkan, anak yang

dilahirkan dari perkawinan itu dipandang bukan sebagai anak zina dan

nasabnya tetap dipertalikan kepada ayah dan ibunya. Tetapi jika perkawinan

yang dilakukan oleh seorang sehingga perkawinan itu menjadi tidak sah

karena sengaja melakukan kesalahan memberi keterangan palsu, persaksian

22 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, cet. VI (Pustaka:Pelajar, 2005), hlm. 239.

23 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana,2006), hlm. 65-70.

Page 32: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

17

palsu, surat-surat palsu atau hal-hal lain yang tidak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, maka perkawinan yang demikian itu wajib dibatalkan.24

Namun demikian, membicarakan ketidakperawanan sebagai alasan

perceraian tidak mudah mengatakan boleh atau tidak, sebab banyak

dimensinya jika membicarakan kesucian, seperti hukum, moral dan yang tidak

kalah pentingnya adalah ilmu kedokteran. Untuk mengetahui perawan atau

tidaknya seseorang hanyalah otoritas seorang ahli medis kandungan (Dokter

Genekolog). Jika keadaannya tidak jelas, dan tidak bisa diketahui dengan satu

atau cara lain, apakah ketidakperawanan itu sebelum atau sesudah akad, maka

tidak ada khiyar bagi suami, berdasar prinsip tidak adanya ketidakperawanan

sebelum akad, dan bahwa terjadi ketidakperawanan lantaran sebab-sebab yang

tidak jelas (semisal naik kendaraan atau ketika melakukan pembersihan

terhadapnya).25

Ketidakperawanan seorang gadis tidak langsung dikenai hukuman.

Dalam hukum Islam hukuman tidak dapat dijatuhkan sebelum adanya bukti-

bukti yang sangat kuat. Kalau terjadi keraguan dalam bukti lainnya, maka

yang bersangkutan dinyatakan bebas (tak bersalah) demi hukum.26

Hukum Islam juga merespon masalah konflik dan ganjalan-ganjalan

dalam hubungan suami isteri pada tahap yang sangat mengkhawatirkan

keutuhan perkawinan, khususnya dalam perselisihan/percekcokan yang terus

menerus (syiqaq) di antara mereka. Hukum Islam adalah hukum yang

24 Ibid., hlm. 42.

25 Muh{ammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Maz\hab, hlm. 362-363.

26 Nursyahbani, “Bila Hukum dan Moral Bicara”, hlm. 23.

Page 33: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

18

berwatak, dan mempunyai ciri khas yang tidak berubah-ubah yaitu, takamul

(sempurna), was}at{iah (sempurna), dan h{arakah (berkembang secara

dinamis).27

Pembaharuan dalam hukum Islam dari segi substansinya mempunyai

tujuan yang intinya adalah merealisasi mas}lah}ah} untuk kepentingan manusia,

oleh karenanya setiap pembicaraan atau membicarakan sesuatu ada lima

persoalan yang perlu dijaga dalam penerapan hukum, dalam istilah fiqih

disebut dengan al-Kulliyat al-Khamsah atau ad{-d{aruriyat al-khamsah, yaitu

memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan

dan memelihara harta milik.28

Hukum Islam mengatur agar kepentingan esensial lima macam itu

senantiasa tegak dengan jalan menyaria’atkan dengan segala yang menjadi

sendinya dan menjaga agar jangan sampai kepentingan-kepentingan itu

terlanggar dan terabaikan, sebab bila salah satu terlanggar akan menimbulkan

mafsadat (kerusakan).29

Adapun konsep maslah}ah murs}alah menurut ulama fiqh adalah dimana

Syari’ (pembuat hukum) tidak menyariatkan hukum untuk mewujudkan

maslahah itu, juga tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas pengakuannya

27 Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), hlm. 105.

28 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia: Tinjauan dari AspekMetodologis, Legalisasi, dan Yurisprudensi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 297.

29 M. Muslehuddin, Filsafat Hukum dan Pemikiran Orientalis, alih bahasa, Yudian W.Asmin, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), hlm. 159.

Page 34: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

19

atau pembatalannya.30 Pada dasarnya mayoritas ahli ushul fiqh menerima

metode mas}lah}ah murs}alah. Untuk menggunakan metode tersebut mereka

memberikan beberapa syarat. Imam Malik memberikan persyaratan sebagai

berikut:31 pertama, mas}lah}at tersebut bersifat reasonable (ma’qul) dan relevan

(munasib) dengan kasus hukum yang ditetapkan. Kedua, mas}lah}}at tersebut

harus bertujuan memelihara sesuatu yang d}aruri dan menghilangkan kesulitan

masyakat dan mud}arat. Ketiga, mas}lah}at tersebut harus sesuai dengan maksud

disyariatkan hukum (maqas}id asy-syari’at), dan tidak bertentangan dengan

dalil syara’ yang qat}’i. Kemaslahatan tampak jelas sekali ketika Allah

menetapkan hukum, banyak yang dikaitkan dengan sebab hukum (illat

hukum) yang sesuai dengan kemaslahatan manusia.32

Penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa apabila terdapat dua

perlawanan dalam suatu masalah, misalnya antara kerusakan dan kebaikan,

maka menolak kerusakan harus labih didahulukan daripada menarik kebaikan

(dar al-mafa>sid muqaddam ‘ala Jalb al-mas}a>lih).

Begitu juga apabila terdapat dua kerusakan, maka harus terlebih

dahulu dipilih yang lebih kecil mudaratnya, sekalipun pada dasarnya setiap

kemudaratan baik besar atau kecil—harus segera dihindari.33 Jadi

30 Wahab Khalaf, Ilmu al-Ushul al-Fiqh, (t.t.p.: Dar al-Qala>m, t.t.), hlm. 84.

31 Asy-Syat}ibi, al-I’tisam, (Kairo: Al-Maktabat at-Tijarriyat al-Kubra, t.t.), II: 364-367.

32 Wahab Khalaf, Tarikh Tasyri’ Isla>m, alih bahasa, Aziz Mansyuri, (Solo: Ramadhani,t.t.), hlm. 8.

33 Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, cet. 1 (Jakarta;Permadani, 2004), hlm. 39.

Page 35: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

20

menghindarkan kemafsadatan dan kemudharatan dalam filsafat hukum Islam

adalah yang lebih utama didahulukan baru kemudian menarik manfaatnya.

Dalam persoalan ketidakperawanan sebagai alasan perceraian tidak

diatur dalam Undang-undang No. 1/1974 tentang Perkawinan, KHI dan PP

No. 9/1975, maka Hakim di dalam memutus perkara gugat cerai dengan

alasan ketidakperawanan adalah untuk menciptakan keadilan dan

kemaslahatan bagi para pihak. Barangkali tepat kalau didatangkan suatu

kaidah untuk mendukung dan membantu dalam pemecahan dan analisa hukum

permasalahan tersebut dalam persepektif hukum Islam. Seperti kaidah-kaidah

berikut ini;

34

) (35

34 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam Dalam MenyelesaikanMasalah Yang Praktis, cet. I (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 147.

35 Asjmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh (Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), hlm. 75.

36 Ibnu Ma>jah, Sunan Ibni Ma>jah (Beirut: Da>r al-Fikr, t.t), II: 57, hadis nomor 2379,“Kitab al-Ahka>m, “Bab Ma> Buniya F\i> H{aqiqihima Yaduru Bijarihi.” Hadis dari Jabir dari Ikrimahdari Ibnu Abas.

37 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, hlm. 67.

Page 36: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

21

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu

penelitian di Pengadilan Agama Sleman, khususnya Perkara No.

147/Pdt.G/2006?PA.Smn.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini dilihat dari sifatnya termasuk penelitian deskriptip

analitik, dimana penyusun tidak hanya menggambarkan apa dan

bagaimana objek pembahasan tetapi juga menganalisis secara jelas

mengenai putusan Pengadilan Agama Sleman yang berhubungan dengan

perkara gugatan cerai dengan alasan ketidakperawanan.

3. Pendekatan Penelitian

Ada beberapa pendekatan yang digunakan di dalam menganalisa

data secara kualitatif pada penelitian ini, yaitu:

a. Pendekatan Yuridis (yuridis approach)

Yaitu pendekatan terhadap masalah yang diteliti dengan melihat

hubungan hukum atau UU yang berlaku di Indonesia yang didalamnya

mengatur tentang masalah putusnya hubungan perkawinan.

b. Pendekatan Normatif (Normative Approach)

Pendekatan yang didasarkan ayat al-Qur’an, hadis kaidah ushul serta

pendapat para ulama. Kemudian menemukan norma syari’atnya guna

dijadikan sebagai patokan untuk menganalisis keabsahan suatu

masalah.

Page 37: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

22

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi, yaitu mempelajari putusan pengadilan khususnya

perkara No. 147/Pdt.G/Pa.Smn, dan menelusuri dokumen-dokumen di

PA Sleman yang ada hubungannya dengan masalah perceraian, catatan

dan berkas-berkas perkara yang berkaitan dengan masalah perceraian

dengan alasan ketidakperawanan dan peraturan perundang-undangan.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau dokumen yang

dapat memberikan penjelasan tentang apa yang menjadi dasar

pertimbangan hukum oleh Hakim di dalam memutus perkara

b. Interview, yaitu cara memperoleh data melalui wawancara dalam hal

ini penyusun melakukan wawancara langsung dengan hakim-hakim

PA Sleman, khususnya yang memutus perkara tersebut di antaranya

Drs. H. Syamsuddin, Drs. Lanjarto, Drs. H. Husaini Idris, SH dan Drs.

Fatehan, SH. Berhubung ketiga Hakim tersebut telah di rolling ke

Pengadilan lain maka penyusun hanya dapat mewancarai salah satu

hakim yang memutus perkara tersebut, karena pendapat anggota

majelis sudah dituangkan dalam amar putusan. Metode ini digunakan

untuk memperoleh keterangan dan penjelasan sebagai acuan untuk

menganalisis pokok permasalahan.

5. Analisis Data

Setelah data diperoleh maka penyusun akan mencoba menelaah

dan menganalisanya secara cermat dan kualitatif dengan metode sebagai

berikut:

Page 38: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

23

a. Induktif, yaitu metode yang digunakan untuk memahami perkara

gugatan cerai dengan alasan ketidakperawanan, yang kemudian

digeneralisasikan pada kesimpulan umum untuk memperoleh topik

yang diteliti.

b. Deduktif, yaitu metode yang digunakan dalam rangka mengetahui

pemahaman yang ada dalam putusan Pengadilan Agama Sleman

khususnya masalah perceraian dengan alasan ketidakperawanan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman skripsi ini, maka penyusun

menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama pendahuluan yang secara keseluruhan merupakan satu

pola dari sikap, cara berfikir dan langkah kerja yang mewarnai apa yang akan

dibahas dalam bab-bab selanjutnya. Pendahuluan ini berisi latar belakang

masalah yang menguraikan tentang hal-hal yang melatarbelakangi

pembahasan ini. Selanjutnya pokok masalah yaitu menjelaskan masalah yang

dianggap penting dalam latar belakang. Kemudian tujuan dan kegunaan

penelitian yaitu merupakan deskripsi yang jelas tentang pokok masalah yang

diteliti dan dalam kegunaan penyusun dibagi menjadi dua bagian yaitu

kegunaan yang bersifat akademik dan bersifat praktis. Telaah pustaka

menempati urutan selanjutnya yang merupakan uraian tentang intisari

penelaah suatu buku tertentu yang akan menjadi contoh utama yang secara

umum menjadi pola dasar untuk penulisan hasil penelitian. Dilanjutkan

dengan kerangka teoretik, yaitu uraian kerangka teori yang dipakai untuk

Page 39: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

24

menelusuri pokok masalah yang diteliti. Selanjutnya adalah deskripsi secara

garis besar dari langkah kerja yang merupakan rangkaian yang utuh dan

terpadu yaitu pada metode penelitian.

Pada bab dua penyusun paparkan secara teoritik hal-hal yang

berhubungan dengan tinjauan umum tentang seputar keperawanan, perceraian

yang selanjutnya penyusun pergunakan sebagai landasan untuk membahas

bab-bab berikutnya. Pada bab ini terdiri dari pengertian, macam-macam

selaput dara, pembuktian keperawanan. Kemudian yang kedua meliputi

pengertian perceraian, dasar hukum, alasan perceraian dan akibat dari

perceraian.

Bab ketiga adalah gambaran umum obyek pembahasan tersebut,

kemudian dikaitkan dengan kondisi obyektif penelitian. Bab ini

mendeskripsikan tentang proses pengambilan keputusan dari proses

penyelesaian perkara sampai proses pengambilan putusan dan pertimbangan

hakim dalam memutus perkara.

Bab keempat selanjutnya adalah analisis terhadap kondisi obyektif

penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, yang meliputi analisis

ketidakperawanan sebagai alasan perceraian dan analisis terhadap

pertimbangan hakim dalam memutus perkara.

Pada bab kelima penyusun akhiri pembahasan ini dengan penutup,

yang berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari pokok masalah dan

saran-saran bagi pihak-pihak yang ada kaitannya dengan pembahasan.

Page 40: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian dan analisis yang telah penyusun paparkan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketidakperawanan dapat dijadikan sebagai alasan perceraian karena yang

diterapkan Hakim dalam hal ini adalah bahwa ketidakperawanan tersebut

dikatagorikan menjadi penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran

antara penggugat dan tergugat dan setelah dipertimbangkan bahwa hal-hal

yang menjadi penyebab timbulnya perselisihan dan pertengkaran merupakan

faktor yang prinsipil dan berpengaruh terhadap keutuhan rumah tangga,

sehingga majelis hakim berpendapat bahwa alasan perceraian antara

penggugat dan tergugat telah sesuai dan memenuhi maksud Pasal 19 (f) PP

No. 9/1975 dan Pasal 116 KHI, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa ketidakperawanan dalam kasus gugatan perceraian tersebut dapat

dijadikan sebagai alasan perceraian karena menjadi penyebab terjadinya

perselisihan dan pertengkaran terus menerus antara penggugat dengan

tergugat sehingga tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi. Sehingga tujuan

perkawinan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu

menciptakan keluarga yang bahagia sakinah, mawaddah wa rahmah tidak

tercapai.

Page 41: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

116

2. Pertimbangan Hakim di dalam memutus perkara gugatan perceraian adalah

bahwa telah terjadi perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan

tergugat dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi, hal ini disebabkan

karena tergugat kecewa saat menikah penggugat sudah tidak perawan.

Adapun tentang masalah ketidakperawanan sebagai alasan perceraian

memang tidak diatur di dalam UU No. 1/1974 tentang Perkawinan maupun

KHI, namun mengenai alasan-alasan perceraian tersebut dimasukkan di

dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan Pasal

116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yaitu; Antara suami dan istri terus-

menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan

hidup rukun lagi dalam rumah tangga, sehingga dalam hal ini pertimbangan

hakim dalam memutus perkara adalah untuk menciptakan keadilan dan

kemaslahatan bagi para pihak. Seperti dalam kaidah fiqh:

) (

Dalam menyelesaikan suatu perkara, Hakim sebagai seorang

pemimpin yang menegakkan kebenaran dan keadilan dalam masyarakat harus

menurut segala apa yang telah ditunjukkan oleh hukum-hukum syara’, maka

Page 42: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

117

segala perbuatannya dihubungkan dengan kemaslahatan bagi masyarakat agar

nantinya diharapkan tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.

B. Saran-saran

1. Diharapkan kepada Pengadilan Agama dan lembaga-lembaga yang berada di

bawahnya untuk dapat memberikan pelayanan dan memberikan putusan yang

adil, jujur dan dapat dipertangungjawabkan secara moral terhadap agama dan

sosial masyarakat. Sehingga tercipta kemaslahatan yang adil dan merata,

sehingga masyarakat merasa diayomi serta dilindungi hak-haknya, khususnya

Pengadilan Agama di Indonesia.

2. Diharapkan kepada Hakim di dalam memutus suatu perkara lebih

menggunakan Hukum Islam secara khusus, karena Pengadilan Agama

merupakan Pengadilan Islam yang berada di Indonesia. Dan juga lebih

spesifik dalam mengambil dasar hukum suatu putusan.

Page 43: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

118

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok Al-Qur’a>n/Tafsir

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an Departemen Agama RepublikIndonesia, 1983.

Kelompok H>{a>dis\

Bayhaqi, Abu Bakar Ah}mad Ibn Husayn al-, Kita>b al-Sunan al-Sagir, Beirut: Dar al-Fikr: Beirut, t.t.

Da>wud, Abu Imam Hafiz, Sulaiman bin Asy ‘asy as-Sajastani al-Ajdi, Sunan AbiDa>wud, Beirut: Dar al-Fiqr, t.t.

Ma>jah, Ibnu, Sunan Ibni Ma>jah, Beirut: Dar-al-Fiqr, t.t.

--------------, Sunan Ibni Ma>jah, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t.

Turmuzi, At-, Sunan at-Turmuz\i, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Kelompok Fiqh/Us}ul al-Fiqh

Abya>ni, Muhammad Zaid al-, Syarh} al-Ah{ka>m asy-Syar’iyyah fi> al Ah}wa>l asy-Syakhsiyyah, 2 Juz (1-2), Beirut: Maktabat an-Nahd}ah.t.t.

Ahmad Basyir, Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: Universitas IslamIndonesia, 1980.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Anees, Ahmad Munawar, Islam Dan Masa Depan Biologis Umat Manusia, Etika,Gender dan Teknologi”, Alih Bahasa, Rahmani Astuti, Bandung: Mizan,1994.

Arto, Mukti, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996.

Page 44: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

119

Fauzia, Amelia dan Ridwan al-Makassary, “Hak Sipil Perempuan Konsep SeksualitasMenurut Islam”, Jurnal Ilmu-ilmu ke Islaman, Jombang: Lembaga PusatPengkajian, Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LP4M), Vol. 2,2006.

Jaziri, Abdurrahman al-, Kita>b al-Fiqh ‘Ala Maz\a>hib Arba’ah, 5 Juz (1-5), Kairo:Dar al-Fikr, t.t.

Mara>gi<, Ahmad Musthafa al-, Tafsir Al-Mara>ghi<, alih bahasa Moh. Rifa’i dkkSerang: Cahaya Indonesia, 1969.

Djazuli, A, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam Dalam MenyelesaikanMasalah Yang Praktis, Jakarta: Kencana, 2006.

Gazali al-, Menyingkap Hakikat Perkawinan, Alih Bahasa, M. Al-Baqir, Bandung:Kharisma, t.t.

Hathout, Hassan, Revolusi Seksual Perempuan Obstetri dan Ginekologi DalamTinjauan Islam, Alih Bahasa, TYPK Ibnu Sina Bandung: Mizan, 1994.

Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

Kompilasi Hukum Islam Indonesia, Bandung: Humaniora Press, t.t..

Khalaf, A. Wahab, Ilmu Us}ul al-Fiqh, t.t.p.: Dar al-Qalam, t.t..

-----------, Ta<rikh Tasyri<’ al- Isla>my>, Alih Bahasa, Aziz Mansyuri, Solo: Ramadhani,t.t.

Lubis, Sulaikin, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Indonesia, Jakarta:Kencana, 2006.

Majalah Panji Masyarakat, Bila Hukum Dan Moral Bicara, No. 688, 16-26 Zulhijjah1411 H., 1-10 Juli 1991.

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana,2006.

Mugniyah, Muh}ammad Jawad, Fiqih Lima Maz\hab: Ja’fari>, Hanafi>, Ma>liki, Sya>fi’i<,H{ambali<, alih bahasa Masykur A.B dkk, Jakarta: Lentera, 2006.

Page 45: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

120

Munawar, Said Agil Husin, al-, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta:Permadani, 2004.

Muslehuddin, M., Filsafat Hukum dan Pemikiran Orientalis, Alih Bahasa, Yudian W.Asmin, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990.

Nasution, Khoiruddin, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia,Jakarta: INIS, 2002.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia:Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqh, UU No. 1/1974 SampaiKHI, cet. III, Jakarta: Kencana, 2006.

Nur, Djamaan, Fiqh Munakahat, Semarang: Dina Utama Semarang, 1993.

Projodikoro, Wirjono, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung, S. Gravenhage,t.t.

Rahman, Asjmuni A., Qaidah-qaidah Fiqh, Jakarta: Bulan Bintang, t.t.

Ramulyo, Mohd. Idris, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis Dari UU No.1/1974 Dan KHI, cet. II, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Rasyid, Roihan A., Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1994.

Sabiq, As-Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Kairo: Dar al- fattah al-Islami al-Araby, 1410H./1990 M.

Sabiq, As-Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, Juz II, t.t.

Saltut, Mahmud, Islam Sebagai Akidah dan Syari’ah, Alih Bahasa, B.A. GaniJakarta: Bulan Bintang, t.t.

Soeroso, R, Praktik Hukum Acara Perdata “Tata Cara dan Proses Persidangan”,Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Syatibi, Al- , al-I’tisam, Kairo: al-Maktabat al-Tijarriyat al-Kubra, t.t.

Tukan, Johan Suban, Metoda Pendidikan Seks, Perkawinan, Dan Keluarga, Jakarta:Erlangga, 1994.

Page 46: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

121

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Kelompok lain

Amirin, Tatang, Metodologi Riset, Yogyakarta: P3M UII, 1979.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitaif, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi UGM,1982.

Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Latif, Djamil, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Jakarta:Ghalia Indonesia,1985).

Moqsit Ghozali, Abdul, Badriyah Fayumi, Marzuki Wahid, dan Syafiq Hasyim,Tubuh, Seksualitas, dan Kedaulatan Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2002.

Rambe, Torang, “Ketidakperawanan Sebagai Alasan Perceraian Dalam PerspektifHukum Islam”, Skripsi Sarjana S-1, Tidak diterbitkan, Yogyakarta. IAINSunan Kalijaga, 1998.

Kelompok Websites

www. Suara Karya Online.com.

www. Astaga.com.

http://hidup-sehat.blogspot.com.

www. Info batin Malaysia.com.

http://luluvikar.wordpress.com.

Page 47: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

I

Lampiran I

TERJEMAHAN

No. Hlm FootNote

Terjemahan

1

2

3

4

5

2

21

21

21

21

3

34

35

36

37

BAB I

Perbuatan halal yang dibenci Allah adalah talak.

Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya harusberorientasi kepada kemaslahatannya.

Menghindarkan kerusakan harus lebih didahulukan daripadamenarik kebaikan.

Jangan memudaratkan dan jangan dimudaratkan.

Kemudaratan harus dihilangkan.

6

7

8

9

10

45

45

45

47

47

28

29

30

35

36

BAB II

Talak secara bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatannyata seperti ikatan kuda atau ikatan tawanan ataupun ikatanmaknawi seperti nikah.

Talak menurut istilah ialah menghilangkan ikatanpernikahan atau mengurangi pelepasan ikatan (pernikahan)dengan menggunakan kata-kata tertentu

Talak menurut syara’ ialah melepaskan tali perkawinan danmengakhiri tali pernikahan suami isteri.

Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamuperjanjian yang kuat.

Talak yang dapat dirujuk adalah dua kali, setelah itu bolehrujuk kembali dengan cara yang ma’ruf atau menceraikandengan cara yang baik.

Page 48: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

II

11

12

13

14

15

16

17

18

47

47

49

49

49

54

54

53

37

39

43

44

45

55

57

61

Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istri, makaceraikanlah dalam keadaan iddah.

Perbuatan halal yang dibenci Allah adalah talak.

Dan bergaulah dengan mereka secara patut, kemudian bilakamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena mungkinkamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikanpadanya kebaikan yang banyak.

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu merekamendekati akhir iddah-nya, maka rujukilah mereka dengancara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yangma'ruf (pula). janganlah kamu rujuki mereka untuk memberikemudaratan, Karena dengan demikian kamu menganiayamereka.

Siapapun wanita yang minta cerai kepada suaminya tanpasuatu sebab, maka haramlah baginya bau surga.

Talak yang dapat dirujuk adalah dua kali, setelah itu bolehrujuk kembali dengan cara yang ma’ruf atau menceraikandengan cara yang baik.

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri(menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh merekamenyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalamrahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hariakhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalammasa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendakiishlah.

Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yangkedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hinggadia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suamiyang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagikeduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawinkembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankanhukum-hukum Allah.

Page 49: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

III

19

19

20

21

22

23

25

26

98

98

103

103

104

104

111

111

15

16

25

26

27

28

32

33

BAB IV

Bukti wajib diberikan oleh orang yang menuduh(menggugat) dan sumpah wajib diberikann oleh orang yangmengingkari.

Jika ada dua orang meminta hukum putusan kepadamu,maka kamu jangan memutus yang satunya sehingga kamudengarkan lagi perkataan yang lainnya.

Dan apabila kamu menghukum manusia, hendaklah kamumenghukum dengan keadilan.

Jika engkau menghukum antara mereka, hukumlah antaramereka dengan keadilan.

Keputusan hakim dalam masalah ijtihad menghilangkanperselisihan.

Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya harusberorientasi kepada kemaslahatannya.

Kemudaratan itu harus dihilangkan.

Menghindarkan kerusakan harus lebih didahulukan daripadamenarik kebaikan.

Page 50: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

IV

Lampiran II

BIOGRAFI ULAMA DAN SARJANA

1. Roihan A. RasyidAdalah Dosen pada Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pernah menjadi Ketua Pengadilan Tinggi Agama Palembang (1982-1985) danKetua Pengadilan Tinggi Agama Padang (1985-1987). Menyelesaikan ProgramSarjana pada Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga dan Program Magister padaperguruan tinggi yang sama. Banyak menulis masalah hukum, terutama HukumIslam. Tulisannya dalam bentuk buku yang telah diterbitkan adalah UpayaHukum terhadap Putusan Pengadilan Agama (1989), dan Hukum Acara PeradilanAgama (1991).

2. HM. Djamil LatifDilahirkan di Krunggeukuh Lhoksumawe Aceh Utara, tanggal 1 Agustus

1929. Belajar di Vervolog School, Madrasah al-Muslim, S.M.I di Aceh, SGHAbagian D di Yogyakarta, Universitas Ibnu Chaldun Jakarta pada tahun 1975 danmemperoleh gelar Sarjana hukum pada Universitas Islam di bawah pimpinanProf. Dr. Mr. Hazairin.

Tahun 1945-1946 menjadi Laskar Mujahidin divisi 10 Teuku Cik Ditiro diAceh dan pada tahun 1947-1950 menjadi tentara pelajar Islam Resimen Acehdivisi 10 tentara Nasional Indonesia Komando Sumatra.

Pada tanggal 1 Oktober 1963 diangkat menjadi pegawai pada biroPeradilan Agama Departemen Agama di Peradilan Agama Jawa Barat dan JakartaRaya. Pada tanggal 1 Oktober 1963 diangkat menjadi kepala InspektoratPeradilan Agama Jawa Barat dan Jakarta Raya.

Tanggal 1 Januari 1968 diangkat menjadi kepala Jawatan PeradilanAgama Jakarta yang kemudian pada tanggal 1 Desember 1973 diangkat menjadikepala Inspeksi Peradilan Agama DKI Jakarta. Tanggal 1 Maret 1976 diangkatmenjadi kepala bidang urusan Agama Islam Kanwil Departemen Agama,kemudian tanggal 1 April 1976 diangkat menjadi Kepala Kanwil DepartemenAgama DKI Jakarta.

3. Zainuddin AliLahir di Tanreassona Pinrang tanggal 28 September 1956 dan kini

menjadi Guru Besar dalam mata kuliah Sosiologi Hukum di Fakultas HukumUniversitas Tadulako sejak tanggal 2 Februari 2003. Saat ini menjadi KetuaKomisi Senat Guru Besar di Universitas Tadulako dan menjadi Sekertaris UmumMajelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Tengah.

Page 51: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

V

Lampiran III

CURRICULUM VITAE

Nama : Andhika Bintara Nugroho

NIM : 03350010

Tempat/tgl lahir : Madiun, 22 Maret 1982

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Wuni No. 43, Rt. 08/Rw. 03, Ds. Sukolilo, Kec. Jiwan,

Kab. Madiun, Jatim.

Riwayat Pendidikan : SDN 1 Sukolilo

SLTPN 1 JIWAN

SMK PGRI 1 ex SHIANK

Nama Orang Tua

Ayah : Mudjito

Ibu : Marsum

Alamat : Jl. Wuni No. 43, Rt. 08/Rw. 03, Ds. Sukolilo, Kec. Jiwan,

Kab. Madiun. Jatim

Page 52: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 53: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 54: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 55: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 56: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 57: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 58: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 59: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 60: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 61: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 62: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
Page 63: KETIDAKPERAWANAN SEBAGAI ALASAN …digilib.uin-suka.ac.id/3085/1/BAB I,V.pdfDan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan