keterlibatan orang tua dalam pendampingan belajar …eprints.ums.ac.id/72128/10/naskah...
TRANSCRIPT
KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDAMPINGAN
BELAJAR ANAK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada
Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana
Oleh:
CHLARASINTA DURI KARTIKA
S300160034
PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDAMPINGAN BELAJAR
ANAK
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
CHLARASINTA DURI KARTIKA
S300160034
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Dr. Nanik Prihartanti, M. Si
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDAMPINGAN BELAJAR
ANAK
OLEH
CHLARASINTA DURI KARTIKA
S300160034
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Magister Psikologi
Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 11 Maret 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Nanik Prihartanti, M. Si (…………….)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Eny Purwandari, M. Si (……………..)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Taufik, M. Si., Ph. D. (……………..)
(Anggota II Dewan Penguji)
Direktur Sekolah Pascasarjana,
Prof. Dr. Bambang Sumarjoko, M. Pd
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kemagisteran di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diternitkan orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Maret 2019
Penulis
ChlaraSinta Duri Kartika
S300160034
1
KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDAMPINGAN BELAJAR ANAK
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlibatan orang tua dalam
mendampingi belajar anak yang saat ini mengalami perubahan kurikulum.
Informan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia SD
terdiri dari ayah dan ibu. Penelitian ini adalah penelitian fenomenologis dengan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan
observasi. Wawancara yang dilakukan adalah semi terstruktur. Hasil penelitian
menemukan bahwa ayah dan ibu saling berbagi peran dalam mendampingi anak
belajar saat dirumah walaupun aktivitas disekolah paling banyak dilakukan oleh
para ibu. Hal ini didasari ayah sebagai pencari nafkah yang jam pulangnya tidak
menentu. Proses keterlibatan orang tua melingkupi unsur dukungan orang tua,
ikut serta orang tua dan penguatan perkembangan belajar anak. Posisi kelahiran
anak juga berdampak pada bagaimana orang tua memperlakukan anak saat
pembelajaran berlangsung.
Kata kunci: Keterlibatan Orang tua, Pendampingan, Belajar, Kurikulum
Abstract
This study is aimed to describe the parental involvement accompany learning with
their children and changes curriculum. Informants in this study were parents who
had children in elementary school consisting of father and mother. This study uses
a phenomenological qualitative research design with a method of data collection
used interviews and observations. Interviews conducted are semi-structured. The
results of the study found that fathers and mothers shared roles in assisting
children to learn while at home even though school activities were mostly carried
out by mothers. This is based on the father as the breadwinner whose hour of
return is erratic so that he entrustfully to the mother. The process of parental
involvement encompasses the support of parents, participates in parents and
strengthens the development of childrens learning. The position of child birth also
has an impact on how parents treat children when learning takes place.
Kata kunci: Parental involvement, Accompany, Learning, Curriculum 2013
1. PENDAHULUAN
Sumbangsih orang tua dalam rangka mensukseskan kegiatan akademik anak tentu dibutuhkan
untuk menunjang keberhasilan akademik baik di lingkungan paling dekat dengan anak yakni
rumah hingga di sekolah. Bagi seorang anak, mikrosistem itu keluarga dekat, teman-teman ,
atau guru dan kegiatan-kegiatan bermain dan sekolah. Hubungan dalam mikrosistem bersifat
resiprokal (hubungan yang berjalan dua arah). Anak memengaruhi orangtua dan orangtua
memengaruhi anak. Mesosistem adalah sejumlah interaksi dan hubungan di antara semua
2
elemen mikrosistem, para anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dengan guru
(Woolfolk, 2009).
Mengingat saat ini pendidikan Indonesia menerapkan Kurikulum 2013, maka dibutuhkan
koordinasi peran antara orang tua dan peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran
(Mulyana, 2014). Adapun secara khusus koordinasi tersebut bertujuan sebagai berikut: (1)
saling membantu dan saling mengisi, dengan menerima kekurangan dan kelemahan peserta
didik, orang tua diharapkan dapat membina secara baik, (2) Bantuan-bantuan keuangan dan
barang-barang, (3) mencegah perbuatan yang kurang baik, (4) bersama-sama membuat
rencana yang baik untuk peserta didik dengan mengetahui kelebihan-kelebihan yang dimiliki
(Mulyana, 2014). Orang tua menjadi sumber utama dalam penerapan kurikulum serta
pengalaman orang tua dengan pelaksanaan kurikulum dan kehidupan sekolah anaknya
merupakan komponen penting (Bangou, Ibrahim, & Fleuret, 2015). Keterlibatan orang tua
dalam pendidikan anak tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 7 Ayat 1 yang berbunyi “Orang tua berhak berperan serta
dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan
anaknya”. Keterlibatan orang tua didefinisikan sebagai partisipasi orang tua dalam proses
pendidikan anak-anak mereka (Diadha, 2015).
Hasil poling tanggapan masyarakat yang dilakukan Sugiyono, Sutopo & Nuryanto, 2014
terhadap latar belakang munculnya kebijakan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa sekitar
36% orangtua kurang paham dengan perubahan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil
wawancara awal, orang tua murid merasa kesulitan mengajarkan anaknya yang duduk di
bangku kelas IV hinggga V SD dengan metode tersebut, nilai anaknya menjadi turun serta
kesulitan melihat perkembangan anaknya. Hamalik (dalam Krissandi & Rusamawan, 2015)
mengemukakan bahwa peranan orang tua dalam pengembangan dan implementasi kurikulum
berkenaan dengan dua hal, yaitu: penyusunan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum. Peranan
orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum.Dalam pelaksanaan kurikulum
dibutuhkan kerjasama yang sangat erat antara guru, sekolah, dan para orang tua murid.Selain
mendampingi siswa belajar di rumah, orang tua secara berkala menerima laporan hasil belajar
siswa berupa rapor dan sebagainya.
Secara umum, keterlibatan orang tua dapat dikategorikan berdasarkan tiga kriteria: (1)
berbasis rumahvs berbasis Sekolah, (2) perilaku awal vs orang tua awal (3) perilaku vs
sikap.Asumsinya, keterlibatan orang tua dalam pendidikan tidak terbatas hanya membantu
3
pekerjaan rumah, tetapi juga menghadiri pertemuan orang tua dan guru, berbicara kepada
anak-anak tentang pentingnya pendidikan, memberikan dorongan, menerima laporan kelas
dan kemajuan dari sekolah, serta membicarakan masalah perilaku.
Berpijak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan
pokok batasan masalah berikut: bagaimana keterlibatan orang tua dalam mendampingi belajar
anak? Adapun pertanyaan penelitian ini adalah: (1) bagaimana keterlibatan orang tua dalam
pendampingan kegiatan belajar anak di rumah? (2) bagaimana keterlibatan orang tua dalam
pendampingan kegiatan belajar anak di sekolah?
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.
Gejala penelitian berupa atribut psikologis keterlibatan orang tua, dimana orang tua
berpartisipasi dalam aktivitas belajar anak baik di rumah maupun di sekolah. Sikap tersebut
diikuti dengan pemantauan, komunikasi, bimbingan dan pengajaran. Subjek penelitian
diambil dengan menggunakan teknik purposive (Herdiansyah, 2010) dengan kriteria (1)
keluarga inti, terdiri ayah dan ibu (2) memiliki anak usia SD.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Teknik wawancara
yang digunakan berupa wawancara terbuka. Creswell (2013) mengemukakan beberapa
prosedur dalam melakukan analisis data sebagai berikut; mengolah dan mempersiapkan data
untuk dianalisis yang dalam hal ini dengan melakukan transkip wawancara , men-scanning
materi, mengetik data lapangan dan menyusun data.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan metode penelitian yang telah dirumuskan pada bab tiga, penulis menemukan tiga
kelompok informan atau tiga unit keluarga yang sesuai dengan karakteristik informan yang
telah ditentukan dalam penelitian ini , diantaranya:
Tabel 1. Data Demografi Informan
No. Kel.ke Nama Status Usia
(tahun)
Jenis
Kelamin
Pendidikan Pekerjaan Alamat Jumlah
anak
1 I TB Anak 10 Pr SD Pelajar Pemalang
3
2 I TJR Ayah 43 Lk SMA Pegawai
Swasta
Pemalang
3 I EK Ibu 42 Pr SMA Pegawai
Honorer
Pemalang
4 II YKU Anak 10 Pr SD Pelajar Pemalang
5 II Y Ayah 54 Lk Sarjana Wiraswasta Pemalang
4
6 II P Ibu 49 Pr SMA Ibu rumah
tangga
Pemalang 4
7 III AZP Anak 10 Pr SD Pelajar Pemalang
2
8 III ESY Ayah 37 Lk Sarjana Wiraswasta Pemalang
9 III SF Ibu 37 Pr Sarjana Guru Pemalang
Berdasarkan deskripsi keluarga yang sudah dipaparkan diatas, data menunjukkan
bahwa masing-masing keluarga memiliki posisi kelahiran anak yang berbeda. Untuk keluarga
I memiliki jumlah total 3 anak yang terdiri dari anak pertama (SMA),anak kedua (SMP) dan
anak ketiga (SD) dan keluarga II memiliki jumlah total 4 anak yang terdiri dari anak pertama
(sudah menikah), anak kedua (kuliah), anak ketiga (SMK) dan anak keempat (SD), posisi
anak yang masuk dalam karakteristik penelitian merupakan anak bungsu, sedangkan pada
keluarga III memiliki jumalh total 2 anak yang terdiri dari anak pertama (SD) dan anak kedua
(balita), posisi kelahiran anak yang masuk karakteristik penelitian adalah anak pertama
(sulung). Hal ini pun berdampak pada saat orang tua mendampingi anak belajar. Berdasarkan
wawancara yang diperoleh dari narasumber keluarga I dan keluarga II yang memiliki anak
bungsu menyatakan selain karena cenderung sudah terlatih dan rileks dalam mengajari
anaknya belajar berdasarkan pengalaman belajar bersama anak yang sebelumnya, narasumber
juga mengungkapkan bahwa sebagai anak bungsu, ada indikasi bahwa dalam pendampingan
belajar anak cenderung bergantung pada arahan orang lain. Narasumber mengakui hal
tersebut bisa terjadi karena sudah dibiasakan sejak kecil hingga terbawa pada usia SD.
Bantuan yang diberikan berupa petunjuk pengerjaan, mengerjakan pekerjaan anak yang
digunakan sebagai contoh dan menuliskan rumus-rumus yang dibutuhkan. Berbeda dengan
keluarga III, posisi kelahiran anaknya yang merupakan anak sulung membuat orang tua
cenderung mengutamakan kemandirian anak dalam belajar yang secara tidak langsung untuk
memberikan contoh pada adiknya. Narasumber menuturkan bantuan dan dampingan tetap ada
namun dalam frekuensi yang kecil karena ingin mengukur sejauh mana kemampuan anak
dalam belajar. Bagi keluarga III, belajar dengan anak adalah pengalaman pertama kali dan hal
yang baru.
Berdasarkan urutan kelahiran pada deskripsi keluarga narasumber didapatkan bahwa
posisi yang diperoleh adalah anak sulung dan anak bungsu. Sulloway (dalam Vitamind, 2003)
mengungkapkan posisi anak dalam keluarga 4, yaitu anak tunggal, anak sulung, anak tengah,
dan anak bungsu. Untuk anak sulung sebagai anak pertama dituntut dapat mengarahkan diri,
menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. Ia sudah terbiasa
memenuhi keperluannya sendiri. Begitu pula dengan cara belajar, anak sulung cenderung
kreatif, percaya diri dan motivasi yang dimiliki juga tinggi serta mudah untuk menyesuaikan
5
diri dengan lingkungan baru. Sedangkan anak bungsu biasanya bersifat manja dan bergantung
pada orang-orang sekitarnya dalam hal apapun, hal ini mengakibatkan anak bungsu menjadi
individu yang tidak dapat menyesuaiakan diri dengan baik, mudah putus asa dan memiliki
tanggung jawab yang rendah sebab anak bungsu cenderung berpikir bahwa tidak perlu
bersusah payah melakukan sesuatu sendiri karena mengandalkan orang tua dan kakaknya.
Seperti yang tertera pada tabel proses pengarahan belajar dibawah ini:
Tabel 2. Proses Pendampingan Belajar
Keluarga I Keluarga II Keluarga III
Pengarahan: Ayah
menanyakan kepada anak
mengenai mata pelajaran apa
yang akan dipelajari, setelah itu
Ayah meminta anak untuk
menyiapkan hal-hal yang
dibutuhkan untuk belajar seperti
meja, alat tulis, buku dan lembar
untuk coret-menyoret. Sebelum
anak praktek belajar langsung,
ayah memberi penjelasan
dengan mengerjakan satu soal
sebagai contoh sembari berkata
“ini rumus untuk digunakan
mengerjakan soal ini,
perhatikan cara pengerjaannya
seperti ini”. Anak
memperhatikan dari samping
sambil mengangguk. Lalu ayah
meminta anak untuk
mengerjakan soal yang sudah
dipelajari bersama.
Pengarahan: Berdasarkan
observasi, ibu bertanya pada
anak mengenai materi pelajaran
apa yang akan dipelajari. Anak
belajar menyesuaikan jadwal
yang hari itu adalah
matematika. Kemudian Ibu
meminta buku dan membuka
halaman terakhir yang dipelajari
anak di sekolah dengan merujuk
pada soal-soal latihan. Ibu
mengajak anak untuk membaca
soal bersama-sama terlebih
dahulu dengan suara keras.
Selanjutnya anak diminta untuk
memahami sejenak dan ibu
mengawali dengan bertanya
“Sudah? Nah coba ini
dikerjakan disini” sambil
menunjuk lembaran kosong
untuk latihan soal
Pengarahan: Anak
menunjukkan materi yang perlu
dipelajari kepada ibu, lalu ibu
meminta anak untuk
memperdalam materi dengan
latihan soal secara mandiri
sesuai penjelasan guru disekolah
untuk mengetahui sejauhmana
pemahaman anak. Kemudian
anak mengerjakan latihan soal
seperti yang diminta oleh Ibu.
Pemantauan Praktek: Di sela-
sela saat anak mengerjakan
latihan soal, ayah memberi
petunjuk atau clue untuk anak
dan berkata “coba dilihat sudah
benar belum penggunaan
angkanya?”
Pemantauan Praktek: Saat
latihan soal, Ibu memberikan
arahan dalam mengerjakan
sembari mengingatkan agar
tidak keliru dan tidak tergesa-
gesa dalam menjawab. Sambil
proses pengerjaan soal
berlangsung, ibu menyelipkan
beberapa penjelasan materi “Ini
namanya tabel, ini diagram
batang dan ini diagram
lingkaran, dibedakan
warnanya”
Pemantauan Praktek:
Berdasar pengamatan, Ibu
memang menginginkan anak
menyelesaikan latihan soal
sendiri tanpa bantuan sampai
selesai adar tidak
ketergantungan dengan orang
lain. Ada sekitar 3-4 kali anak
menatap pada ibunya, namun
ibu memberi isyarat untuk tetap
lanjut mengerjakan dan
tinggalkan soal yang dirasa
sulit. Ibu juga sempat bertanya
pada anak “Sudah selesai atau
belum?”
Koreksi: Cara yang digunakan
Ayah saat mengoreksi pekerjaan
Koreksi: Ibu dan anak bersama-
sama saling mengoreksi satu
Koreksi: Setelah latihan usai,
Ibu mengambil hasil pekerjaan
6
anak adalah saat dan sesudah,
jadi saat anak berlatih soal Ayah
memberi petunjuk kemudian
sesudah latihan usai, Ayah akan
mengambil lembar hasil soal
yang sudah diselesaikan anak
sembari mencoret-coret untuk
menandakan jawaban yang betul
dan masih keliru. Setelah
dikoreksi, Ayah akan
memberikan contoh lagi untuk
perbaikan jawaban yang masih
salah yang nantinya akan
dijadikan acuan anak untuk
berlatih kembali.
sama lain selain itu ibu
menunjukan kekurangan
jawaban dengan memberikan
tanda dan disampaikan pada
anak.
anaknya sambil memberi tanda
pada soal-soal yang belum
terjawab dan menunjukkan
kepada anak serta menjelaskan
cara pengerjaan yang benar. Di
akhir sesi ibu meminta anak
untuk memperdalam materi
kembali dan berani bertanya
pada guru mengenai hal-hal
yang kurang paham.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa para orang
tua melakukan keterlibatan secara aktif dalam pendampingan belajar, meskipun masih
didominasi oleh para ibu, ayah juga berusaha untuk bergabung dan memberikan pengajaran,
pemantauan dan pengawasan di sela-sela kesibukannya mencari nafkah. Pembagian tugas
juga diterapkan oleh orang tua sebagai bekal dalam proses pembelajaran mengingat kebijakan
pendidikan saat ini mengalami perubahan. Usaha yang dilakukan dengan menambah referensi
serta sumber-sumber yang diperoleh melalui diskusi antara orang tua, pertemuan rutin di
sekolah serta mem-browsing materi seminar tentang pendidikan.
Gambar 1. Proses Keterlibatan Orang Tua dalam Mendampingi Belajar Anak
7
Penelitian Deslandes dan Barma (2016) menunjukkan praktek keterlibatan orangtua
cenderung berpengaruh positif terhadap keberhasilan dan perkembangan belajar anak. Orang
tua sendiri yang menciptakan lingkungan belajar yang bisa mendukung atau melemahkan
pengalaman belajar (Wang dan Khalil, 2014). Sikap tersebut diikuti dengan pemantauan,
komunikasi, bimbingan dan pengajaran. Penelitian serupa milik Khan, Ahmad, Hamdan,
Mustaffa dan Tahir (2014) juga menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua mempengaruhi
kekuatan psikologis dan kesejahteraan untuk mengatasi rasa stress akademik yang dialami.
Sikap pemantauan, komunikasi, bimbingan dan pengajaran yang terdapat di penelitian
terdahulu membuktikan bahwa orang tua sudah melakukan tanggung jawab berupa
pembelajaran yang bukan hanya sekedar teori melainkan ada praktek didalamnya sekaligus
arena untuk bermain anak, serta ikut mempelajari sesuai kurikulum yang berlaku. Adapun
secara khusus koordinasi tersebut bertujuan sebagai berikut: (1) saling membantu dan saling
mengisi, dengan menerima kekurangan dan kelemahan peserta didik, orang tua diharapkan
dapat membina secara baik, (2) Bantuan-bantuan keuangan dan barang-barang, (3) mencegah
perbuatan yang kurang baik, (4) bersama-sama membuat rencana yang baik untuk peserta
didik dengan mengetahui kelebihan-kelebihan yang dimiliki (Mulyana, 2014). Sebenarnya
letak peran orang tua dalam kurikulum 2013 tidak hanya sebatas itu, orang tua bisa terlibat
langsung dalam mendidik dan mendampingi anak namun lokasi tentu tidak di sekolah
melainkan dirumah dengan alokasi waktu tak terhingga (Arumlila, 2015). Huang (2013)
menjelaskan orang tua yang belajar bersama anak dapat memperluas pemahaman dan
mengembangkan ilmu baru serta menerapkan strategi-strategi pembelajaran dengan
memanfaatkan kegiatan yang menyenangkan, aktivitas menulis dan menggambar serta
permainan kata
Penggunaan teknologi sebagai sumber referensi belajar anak juga menjadi perhatian
khusus para orang tua. Penyediaan fasilitas tersebut memudahkan namun perlu adanya
kesepakatan dalam penggunaannya. Para orang tua pun membuat kesepakatan masing-masing
yang pada dasarnya bersifat prefentif agar anak tidak mengakses ke situs-situs yang tidak
sesuai dengan usianya dan hanya diperbolehkan untuk mencari bahan belajar yang tentunya
juga diawasi orang tua. Namun anak juga diberi kelonggaran dalam memanfaatkan fasilitas
tersebut. Penelitian Rojas, Barandiaran dan Gonzales (2018) mengungkapkan dalam
penelitiannya yakni sebesar 53,54 % orang tua membuat strategi dalam membatasi
penggunaan internet kepada anak-anak mereka. hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya
intervensi dan kontrol untuk menghindari anak mengakses hal-hal yang tidak pantas di dunia
8
maya. Misalnya dengan penarikan telepon seluler dan mematikan fasilitas wifi. Orang tua
juga memberi kelonggaran di akhir pekan atau kebebasan untuk anak mengakses internet
sebagai hiburan, namun tetap dipantau dan diawasi. Orang tua juga merasakan kesulitan lain
ketika merundingkan aturan tentang penggunaan internet dan mengajari anak untuk tidak
ketergantungan pada teknologi serta mengajari anak untuk menggunakan internet secara
bertanggung jawab.
Para orang tua juga secara khusus terlibat langsung dalam kegiatan sekolah sehingga
bisa mengetahui secara langsung kemajuan pembelajaran anak baik dari segi kognitif, afektif
dan konatif melalui pertemuan rutin, diskusi melalui grup sosial media dan program-program
yang sifatnya wajib seperti menjadi anggota komite sekolah, program pembentukan karakter
dan ekstrakurikuler yang bisa dipantau langsung oleh orang tua. Berdasarkan riset-riset
(Robbins dan Searby, 2013; Ng & Yuen ,2015; Bui & Rush,2014) juga menunjukkan bahwa
pengalaman orang tua ketika berperan dengan sekolah untuk meningkatkan prestasi akedemik
anak melalui partisipasi disekolah.
Selain mendampingi siswa belajar di rumah, orang tua secara berkala menerima
laporan hasil belajar siswa berupa rapor dan sebagainya. Strategi lain yang dibutuhkan adalah
antara orang tua dan guru didorong untuk saling menelepon dan mengirim email ke rumah
serta mengunjungi web sekolah secara berkala (Pakter & Chen, 2013). Granata, Mejri dan
Rizzi (2016) mengungkap hubungan keluarga dan sekolah dalam mencapai pengalaman
dalam pendidikan yang optimal dengan cara membuang prasangka dan berusaha
menyesuaikan diri. Myers dan Myers (2015) secara umum mengungkapkan, keterlibatan
orang tua dalam pendidikan tidak terbatas hanya membantu pekerjaan rumah, tetapi juga
menghadiri pertemuan orang tua dan guru, berbicara kepada anak-anak tentang pentingnya
pendidikan, memberikan dorongan, menerima laporan kelas dan kemajuan dari sekolah, serta
membicarakan masalah perilaku.
4. PENUTUP
Penulis menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini telah mencapai tujuan penelitian yang telah
diajukan. Hasilnya adalah keterlibatan orang tua dapat menjadi sebuah proses dalam
memahami anak belajar sesuai kebutuhan yang juga dilihat berdasarkan kedudukan anak
dalam keluarga. Selain itu adanya perhatian, pemantauan, pengadaan fasilitas dan bantuan
serta pengawasan menjadi unsur-unsur yang sudah terpenuhi saat proses pembelajaran
berlangsung. Orang tua berusaha untuk memahami kedudukan anak dalam struktur keluarga
9
untuk menerapkan strategi belajar yang tepat. Adanya upaya untuk memperkuat
(reinforcement) daya tarik belajar anak melalui siraman rohani, belajar sambil bermain dan
wisata edukatif. Keterlibatan orang tua juga disekolah di tunjukkan dalam berinteraksi dengan
pihak sekolah, terutama pada wali kelas anak baik melalui via tatap muka maupun dengan
menggunakan alat telekomunikasi untuk mengetahui perkembangan belajar anak serta berita
terbaru. Ikut serta secara aktif dalam pertemuan rutin, diskusi grup maupun partisipasi
program wajib yang diadakan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Bangou, F., Ibrahim, A., & Fleuret, C. (2015). C'est la cle du succes: Thinking Through the
Parental Experience of a New Support Program for Newecomer Students in Minority
French-Speaking Schools in Canada. International Journal of Society, Culture &
Language Vol.3 No.2 , 35-46.
Bui, K., & Rush, R. A. (2014). Parental Involvement in Middle School Predicting College
Attendance For First Generation Students. Journal of Education Vol.136 No.4 , 1-17.
Cresswell. (2016). Research Design Pendekatan Kualitatif, kuantitatif dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Deslandes, R., & Syilvie, B. (2016). Revisiting the Challenges Linked to Parenting Home-
School Relationship at the High School Level. Canadian Journal of Education Vol.39
No.4 , 1-32.
Diadha, R. (2015). Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Usia Dini di taman Kanak-
Kanak. Edusentris, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol.2 No.1 , 61--71.
Granata, A., Mejri, O., & Rizzi, F. (2016 ). Family-School Relationship in the Italian Infant
Schools: Not Only a Matter of Cultural Diversity. SpringerPlus Journal Vol.5 , 1-9.
Huang, S. (2015). The Use of Literacy Bags Promotes Parental Involvement in Chinese
Children's Literacy Learning in The Englis Language. SAGE, Language Teaching
Research Vol.17 No.2 , 251-268.
Khan, A., Roslee, A., Hamdan, A. R., Mustaffa, M. S., & Tahir, L. M. (2014). Does
Psychological Strengths and Subjective Well Being Predicting Parental Involvement
Problem Solving Among Malaysia and Indian Students. SpringerPlus Vol. 3 , 1-6.
Krissandi, A. D., & Rusmawan. (2015). Kendala Guru Sekolah Dasar Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan Vol. XXXIV No.3 , 457-467.
Mulyana. (2014). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Myers, S. M., & Myers, C. B. (2013). The Dynamics of Parental Involvement in U.S. Schools
from 1996 to 2007. Journal of School Public Relations Vol.34 , 74-104.
10
Ng, S.-W., & Yuen, G. (2015). Exploring Teaching Professionals Constraints In
Implementation Of Parental Involvement In School Education. Procedia-Social and
Behavioral Sciences Vol. 191 , 1077-1081.
Pakter, A., & Chen, L. (2013). The Daily Text: Increasing Parental Involvement In Education
With Mobile Text Messaging. Journal Education Technological Systems, Vol. 41 No. 4
, 353-367.
Robbins, C., & Searby, L. (2013). Exploring Parental Involvement Strategies Utilized by
Middle School Interdisiplinary Teams. School Community Journal, Vol.23 No.2 , 113-
136.
Rojas, I. B., Barandiaran, A. A., & Gonzales, E. O. (2018). Parental Mediation of the Internet
Use of Primary Students: Beliesfs, Strategies and Difficulties. Media Education
Research Journal Vol. XXVI , 71-79.
Sugiyono, Sutopo, & Nuryanto, A. (2014). Tanggapan masyarakat Terhadap Implementasi
Kurikulum 2013. Laporan Implementasi Kurikulum 2013 , 1-48.
Vitamind. (2003). Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu dan Tunggal. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wang, M. T., & Khalil, S. S. (2014). Does Parental Involvement Matter for Student
Achievement and Mental Health In High School. Child Development Vol. 85 No.2 ,
610-625.
Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.