keterangan :icebuss.org/paper/269.docx · web viewadiwarman karim (2006) menyebutkan penyebab...

33
IMPLEMENTASI KINERJA PERBANKAN SYARIAH YANG EFESIEN DAN BEBAS TADLIS 1 Deden Rizal* dan Dadang Saeful H Fakultas Ekonomi Universitas Sangga Buana, Bandung Email : [email protected] ABSTRACT The aim is this study is to finding managers manipulating real activities , measure the efficiency and analysis the factors that affect the level efficiency of Islamic Bank in Indonesia. The Result shows Earning Management by discretionary expenses and Reveneu Share more use. Overall the result show that the efficiency level of Islamic Bank , have not yet reach the optimum level of efficiency. Only 11% from 180 unit time report quarterly show effecientcy 100% and with tobit regression model showed that factor ROE and Asset is positive and significant to affecting the performance effeciency. In the future , researcher will continue and development this model by looking relationship Effecientcy with Earning Management. Keyword : Manajemen Laba Riil, Effeciency, Data Envelopment Analysis ,Tobit Model PENDAHULUAN Kinerja Perbankan syariah di Indonesia Indonesia sampai tahun 2013 menunjukkan perkembangan meningkat cukup signifikan dari sisi Jumlah kantor bank yang melakukan kegiatan usaha syariah sebagaimana terlihat pada tabel berikut : Tabel 1: Perkembangan jaringan kantor bank Syariah di Indonesia Kelompok Bank 200 8 2009 2010 2011 2012 2013* Bank Umum Syariah 5 6 11 11 11 11 1 Sumber dana : Hibah Bersaing , Ristekdikti 2016 1

Upload: dinhdang

Post on 03-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI KINERJA PERBANKAN SYARIAH YANG EFESIEN DAN BEBAS TADLIS 1

Deden Rizal* dan Dadang Saeful H

Fakultas Ekonomi Universitas Sangga Buana, BandungEmail : [email protected]

ABSTRACT

The aim is this study is to finding managers manipulating real activities , measure the efficiency and analysis the factors that affect the level efficiency of Islamic Bank in Indonesia. The Result shows Earning Management by discretionary expenses and Reveneu Share more use. Overall the result show that the efficiency level of Islamic Bank , have not yet reach the optimum level of efficiency. Only 11% from 180 unit time report quarterly show effecientcy 100% and with tobit regression model showed that factor ROE and Asset is positive and significant to affecting the performance effeciency. In the future , researcher will continue and development this model by looking relationship Effecientcy with Earning Management.

Keyword : Manajemen Laba Riil, Effeciency, Data Envelopment Analysis ,Tobit Model

PENDAHULUAN

Kinerja Perbankan syariah di Indonesia Indonesia sampai tahun 2013 menunjukkan

perkembangan meningkat cukup signifikan dari sisi Jumlah kantor bank yang melakukan

kegiatan usaha syariah sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1: Perkembangan jaringan kantor bank Syariah di Indonesia

Kelompok Bank 2008 2009 2010 2011 2012 2013*Bank Umum Syariah 5 6 11 11 11 11Unit Usaha Syariah 27 25 23 24 24 23Jumlah Kantor BUS dan UUS 953 998 1477 1737 22262 2526BPRS 131 138 150 155 156 160

Sumber : Statistik Perbankan Syariah ,Oktober 2013

Namun perkembangan tersebut belum mampu mencapai market share perbankan syariah

yang menggembirakan, hal ini tercermin dari market share perbankan syariah yang ditargetkan

mencapai 6,25 % pada 2014 (Asbisindo). Pencapaian tersebut dan perkembangan lebih lanjut

dari perbankan syariah tentunya tidak terlepas dari banyak faktor, diantaranya adalah tentunya

tidak terlepas dari tingkat kepercayaan terhadap perbankan syariah itu sendiri. Kepercayaan

terhadap perbankan syariah akan terbangun dan terpelihara tidak terlepas dari tingkat

1 Sumber dana : Hibah Bersaing , Ristekdikti 2016

1

kepercayaan terhadap pelaksanaan prinsip syariah, tingkat pelayanan dan kinerja perbankan

tersebut yang tercerminkan diantaranya pada laporan keuangannya. Informasi yang mendapat

perhatian terutama berkaitan pergerakan laba rugi perusahaan. Laba menjadi penting karena

digunakan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Laporan laba rugi

merefleksikan kinerja perusahaan yang baik atau buruk. Apakah perusahaan telah beroperasi

dengan efesien atau tidak. Dalam pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan, manajer

memiliki kecenderungan untuk membuat informasi laba menjadi lebih baik atau biasa disebut

manajemen laba.

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan

keuangan karena menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai

laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka tanpa

rekayasa.. Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan teori agensi, terkait dengan kinerja yang

ingin ditampilkan yang diantaranya didorong oleh adanya kontrak efesien antara manajer (agent)

dengan pemilik (principal). Manajemen laba ini cenderung mengakibatkan adanya asymmetric

information yang berpotensi menyebabkan adanya tadlis yang dapat menjadikan sesuatu itu

menjadi haram karena selain zatnya ( A. Karim, 2006).

Laba atau rugi yang dialami perusahaan tentunya juga tidak terlepas dari “Managerial

Ability” untuk membawa perusahaan beroperasi secara efesien. Brent Cantrell mendefinisikan

“Managerial Ability” sebagai kemampuan manajerial untuk mengkoversi (convert) dari sumber

daya menjadi pendapatan (revenue).

penelitian ini, diharapkan mampu memberikan gambaran dan informasi kepada

masyarakat bagaimana implementasi dari kemampuan mengelola perbankan syariah apakah

masih terdapat asymetric informasion (tadlis) pada laporan keuangan yang diliris oleh

perusahaan dan terdapat kemampuan untuk mengelola perbankan secara efesien (managerial

ability).

KAJIAN PUSTAKA

Manajer mempunyai kewajiban menginformasikan kondisi perusahaan kepada pemilik melalui

pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan yang memberikan sinyal kondisi

perusahaan. Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi

yang disebut asimetri informasi. Adanya asimetri informasi ini memberikan kesempatan kepada

manajer untuk melakukan manajemen laba yang dapat menyesatkan pemilik atau pihak

2

berkepentingan lainnya mengenai kinerja perusahaan. Adiwarman Karim (2006) menyebutkan

penyebab terlarangnya suatu transaksi adalah disebabkan faktor-faktor sebagai berikut : Haram

zatnya ( haram li-dzatihi), Haram selain zatnya (haram li ghairihi) dan Tidak sah (lengkap)

akadnya. Berkaitan dengan haram selain zatnya, pada setiap transaksi dalam Islam harus

didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus

mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa

dicurangi (ditipu) karena ada suatu yang unknown to one party (keadaan dimana salah satu

pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini disebut juga assymetric

information). Unknown to one party dalam bahasa fiqihnya disebut tadlis dan dapat terjadi

dalam empat hal, yakni dalam : Kuantitas, Kualitas, Harga Waktu Penyerahan

Manajemen Laba

Adanya asymetric information yang menyebabkan adanya unsur tadlis dalam kaidah syariah,

pada kajian manajemen keuangan dan akuntansi ini dikenal dengan istilah manajemen laba.

Menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan

pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah

laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa

stakeholders tentang kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian yang

bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Gunny (2005) mengelompokkan manajemen laba dalam tiga kategori yaitu akuntansi yang

curang. manajemen laba akrual, dan manajemen laba riil (real earnings management). Akuntansi

yang curang meliputi pemilihan akuntansi yang melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Manajemen laba akrual meliputi pilihan akuntansi yang diperbolehkan dalam

prinsip akuntansi yang berlaku umum yang mencoba untuk menutupi atau mengaburkan kinerja

perusahaan yang sebenarnya (Dechow dan Skinner, 2000). Manajemen laba riil terjadi ketika

manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktik operasi normal perusahaan untuk

meningkatkan laba yangdilaporkan.

Manajemen laba melalui aktivitas riil lebih sulit untuk dideteksi karena tidak dapat dibedakan

dari keputusan bisnis yang optimal. Manajemen laba akrual dibatasi oleh prinsip akuntansi yang

berlaku umum sehingga manajemen terdorong untuk melakukan pengelolaan laba melalui

aktivitas riil.

3

Penelitian terkait manajemen laba melalui aktivitas riil dilakukan oleh Rowchowdhury (2006)

yang berfokus pada tiga aktivitas yakni overproduction, pengurangan biaya diskresioner. Dan

pengelolaan penjualan. Overproduction dilakukan dengan cara meningkatkan produksi agar cost

of goods sold (COGS) yang dilaporkan lebih rendah. Level produksi yang tinggi menyebabkan

fixed cost overhead tersebar pada jumlah unit produksi yang besar sehingga menghasilkan biaya

tetap per unit lebih rendah dan operating margin yang lebih tinggi. Mengurangi biaya

diskresioner seperti R&D, iklan, dan pemeliharaan yang secara umum merupakan beban pada

periode terjadinya pengeluaran tersebut sehingga akan meningkatkan laba. Pengelolaan

penjualan, dilakukan manajemen untuk meningkatkan penjualan secara temporer dengan

menawarkan diskon harga dan memperlunak kredit yang diberikan. pada waktu tertentu akan

menyebabkan arus kas masuk menjadi besar, namun arus kas masuk per penjualan, diskon bersih

dari tambahan penjualan, lebih rendah dari arus kas per normal penjualan atau dengan kata lain

terjadi penurunan margin.

Untuk mengukur manager ability dalam penelitian ini dipergunakan MA-score yang

dikembangkan Demerjian at.al (2012). Ukuran ini menyediakan estimasi bagaimana manajer

secara efesien menggunakan sumber daya perusahaan (modal, tenaga kerja dan asset inovas)

untuk menghasilkan pendapatan. Demerjian et al (2012) mengukur MA-score ini dalam 2 tahap.

Dalam tahap 1, dipergunakan data envelopment analysis (DEA). DEA adalah sebuah metode

optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu unit kegiatan ekonomi

(UKE) dan membandingkan secara relatif terhadap UKE yang lain. Pada tahap 2 ini

dipergunakan Metode regresi Tobit untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

efisiensi teknis tersebut.

METODE PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah seluruh perbankan syariah di Indonesia selama periode 2010-2014.

Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu dengan fokus hanya pada Bank

Umum Syariah yang secara asset lebih besar dari jenis bank syariah lainnya sehingga efesiensi

lebih mungkin terjadi. Data yang dipergunakan adalah laporan keuangan per kuartal yang

diterbitkan secara berturut-turut. Terdapat 12 Bank Umum Syariah saat ini, namun terkait dengan

data yang beririsan dan lengkap maka hanya dapat memanfaatkan data 11 Bank Umum Syariah

untuk periode 2010 kwartal 3 sampai dengan 2014 kwartal 4.

4

Variabel dan Pengukurannya

Manajemen Laba

Variabel pertama dalam penelitian ini adalah manajemen laba (earning management) yang

diukur melalui manajemen laba riil berdasarkan 3 pendekatan (proksi) Abnormal Cash Flow

Operation (CFO), abnormal Production Cost (PROD) dan Abnormal Discretionary Expenses

(DISCR). Adanya earning management melalui proksi ini mengindikasikan adanya Asymetric

Information yang dapat mengarah pada adanya tadlis.

Berdasarkan model Dechow et ai (1998), Roychowdhury (2006) menggambarkan arus kas

kegiatan operasi normal sebagai fungsi linear dari penjualan dan perubahan penjualan dalam

suatu periode. Perusahaan Terindikasi melakukan manajemen laba ril melalui abnormal CFO

apabila nilai abnormal CFO lebih kecil dari normal CFO atau dengan kata lain abnormal CFO

bernilai negatif. Semakin negatif. Semakin besar manajemen laba ril yang dilakukan perusahaan

akibat pemberian diskon besar-besaran atau memberikan fasilitas kredit yang lebih lunak.

Produksi di atas level normal operasi perusahaan {overproduction) dengan tujuan untuk

melaporkan harga pokok penjualan (COGS) yang lebih rendah merupakan salah satu cara yang

dilakukan manajemen untuk memanipulasi laba melalui manipulasi aktivitas nyata. Biaya

produksi adalah jumlah dari harga pokok penjualan (COGS) dan perubahan dalam persediaan

(ΔINV) sepanjang tahun. Perusahaan terindikasi melakukan manajemen laba riil melalui

abnormal PROD apabila nilai abnormal PROD lebih besar dari PROD normal atau dengan kata

lain abnormal PROD bernilai positif. Semakin positif. semakin besar manaj emen laba riil y ang

dilakukan pemsahaan akibat melakukan produksi berlebih.

Biaya diskretioner ini meliputi beban penelitian dan pengembangan, beban iklan dan beban

penjualan, administrasi dan umum. Perusahaan terindikasi melakukan manajemen laba riil

melalui abnormal DISEXP apabila nilai abnormal DISEXP lebih kecil dari DISEXP normal atau

dengan kata lain abnormal DISEXP bernilai negatif. Semakin negatif. semakin besar manajemen

laba riil yang dilakukan perusahaan akibat pengurangan beban administrasi dan penjualan yang

besar.

Perhitungan abnormal CFO, PROD dan DISEXP diatas lebih merupakan rumusan untuk industry

manufaktur, maka memerlukan penyesuaian agar tepat dipergunakan untuk industry perbankan

khususnya perbankan syariah dengan mengutip Surifah (2014) yang telah mengembangkan

5

formula Roychowdhury (2006), agar sesuai dengan perbankan syariah, maka formula untuk

menentukan besaran manajemen laba riil menjadi sebagai berikut :

(1) CFOt

A t−1=α0+α 1( 1

A t−1 )+β1( ¿t

A t−1 )+β2( ∆ ¿t

A t−1)+εt ……(1)

(2)RSD t

A t−1=α 0+α1( 1

At−1 )+ β1( ¿t

At −1 )+β2( ∆ ¿ t

At−1)+β3( ∆¿t−1

At−1)+εt…..(2)

(3)DEt

A t−1=α 0+α 1( 1

A t−1 )+β1( ¿ t

A t−1 )+εt ………(3)

Dimana :

CFOt = arus kas kegiatan operasi pada tahun tAt-1 = total aktiva pada tahun t-1ORt = Pendapatan Operasi (Operating Reveneu) bank pada tahun tRSDt = Distribusi Reveneu Share untuk investor pada tahun t .DEt = Discretionary Expenses pada tahun t

Besaran dari abnormal CFO, RSD dan DE diperoleh dari selisih dari CFO, RSD dan DE aktual

yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum pengujian dikurangi dengan biaya

CFO,RSD dan DE normal yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi dari model

persamaan di atas.

Pengujian hipotesis adanya manajemen laba, mengikuti Roychowdury (2006) yaitu dengan

menggunakan regresi untuk membandingkan abnormal CFO, abnormal

discretionary expenses. dan abnormal production cost (sebagai proksi-proksi

manipulasi aktivitas riil) antara perusahaan suspect dengan rest of the sample

dengan persamaan sebagai berikut :

Y t=β0+β1 Suspec tML+ β2 ¿t+ β3 CLt+εt…..(8)

Keterangan : Yt = proksi-proksi manajemen laba aktivitas riil Suspect_MLt = variable indicator dengan nilai 1 untuk perusahaan suspect dan diberi

nilai 0 untuk yang lain (rest of sample) NI (Net Income) = laba sebelum extra ordinary items dibagi dengan total asset CL (Current Liabilities) =Kewajiban lancer dibagi total asset

Efesiensi

6

Kinerja perbankan di Indonesia dari sisi efesiensi terdiri dari dua langkah. Pertarna.

menggunakan DEA untuk mengukur kinerja efisiensi teknis bank selama periode 2010 – 2014.

Kernudian nilai/skor efisiensi diregresi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi

menggunakan model regresi Tobit.

First stage : Metode Data Envelopment analysis (DEA)

Metode DEA adalah sebuah metode frontier non parametric yang nienggunakan model program

linier untuk menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang

dibandingkan dalam sebuah populasi. Tujuan dari metode DEA adalah untuk mengukur tingkat

efisiensi dari decision-making unit (DMU ie.bank) relatif terhadap bank yang sejenis ketika

semua unit-unit ini berada pada atau dibawah "kurva" efisien

frontier-nya. Jadi metode ini digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relative dari beberapa

objek (benchmarking kinerja). Metode DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit. Skor

efisiensi untuk setiap unit adalah relatif. tergantung pada tingkat efisiensi dari unit-unit lainnya di

dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif

dan nilainya antara 0 dan 1 dengan ketentuan satu menunjukkan efisiensi yang sempurna.

Selanjutnya. unit-unit yang memiliki nilai satu ini digunakan dalam membuat envelope untuk

frontier efisiensi, sedangkan unit lainnya yang ada di dalam envelope menunjukkan tingkat

inefisiensi. Terdapat 2 model dalam DEA untuk mengukur tingkat efesiensi yaitu Constan Return

to Scale (CRS) atau secara umum juga dikenal sebagai model CCR (Charmes-Cooper-Rhodes)

dan model Variable Return to Scale (VRS) atau dikenal juga dengan nama lain BCC (Bankers-

Charnes-Cooper). Pada riset ini model yang digunakan adalah CCR dengan alas an seperti

diungkap Suseno (2008) bahwa tidak terdapat relasi antara tingkat efesiensi perbankan syariah

dengan skala produksinya. Hal ini dikarenakan skala ekonomi di industry perbankan tidak terjadi

hanya karena skala perusahaan dikarenakan fungsi satu bank biasanya di integrasikan dengan

bank lainnya seperti fenomena pemakaian ATM bersama. Pada riset ini juga orientasi efesiensi

lebih pada maksimalisasi Output dengan mengoptimalisasi sumber daya yang dimiliki.

Second Stage : Metode Regresi Tobit

Metode regresi Tobit umum digunakain untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja efisiensi teknis perbankan. Faktor-faktor potensial yang diperkirakan mempengaruhi

kinerja efisiensi teknis perbankan di Indonesia adalah: Total Aset (ASET), Profitabilitas (ROA),

Kecukupau Modal (CAR). Net Operating Income (NOI), dan Kualitas Pembiayaan (NPF).

7

Alasan penggunaan metode Tobit dalam penelitian ini karena data yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan data yang censured, yaitu nilai dari variabel tidak bebas, yaitu tingkat

efisiensi teknis (EFT), dibatasi dan nilanya boleh berkisar antar 0 sarnpai 100. Jika metode OLS

digunakan dengan data tersebut. rnaka hasil regresi akan menjadi bias dan tidak konsisten

(Endri , 2013)

Model Regresi Tobit yang dipergunakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

MA−scorei=β1+β2 ASET +β3 ROA i+β4 ROEi+β5 NPF i+β5 CARi+εi….(5)

Dimana :

MA-score = Skor yang berasal dari residual ramalan Efesiensi perusahaan , ASET = Total AsetROA = Return On AssetROE = Return On Equity

NPF = Non-Performing FinancingCAR = Capital Adequancy Ratio

HASIL DAN ANALISIS

Pemilihan Model

Pada analisis regresi menggunakan data panel seperti pada penelitian ini, maka terdapat 3 pilihan

model regresi data panel yaitu Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect.

Dari ketiga model yang telah di-estimasi akan dipilih model mana yang paling tepat /sesuai

dengan tujuan penelitian. Ada tiga uji (test) yang dapat dijadikan alat dalam memilih model

regresi data panel(CE, FE atau RE) berdasarkan karakteristik data yang dimiliki, yaitu: F Test

(Chow Test), Hausman Test dan Langrangge Multiplier (LM) Test.

Hasil analisis dengan ketiga test tersebut untuk manajemen laba riil melalui cash flow

memperoleh hasil model regresi yang lebih tepat berdasarkan Common Effect, demikian juga

untuk manajemen laba riil melalui Reveneu Share memperoleh hasil model regresi yang lebih

tepat berdasarkan Common Effect. Sedangkan pada analisis untuk mencari model regresi

manajemen laba riil melalui Discretionary Expenses memperoleh hasil model regresi yang lebih

tepat berdasarkan Common Effect.

Tabel 2 : Rekapitulasi hasil uji pemilihan model regresi data panel

Uji Chow(Prob. Cross

section F)

Haussman Test(Prob. Cross section

random)

LM Test(LMhit )

Model Terpilih

CashFlow 1 1 0,1131 Common EffectReveneu Share

1 1 5,294 Common Effect

8

Discretionary Expenses

1 1 5,294 Common Effect

Parameter-parameter untuk model regresi yang dihasilkan terlihat pada table 2. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut menunjukkan bahwa model estimasi pada ketiga aktivitas riil cukup bagus.

Model terbaik diperoleh dari model estimasi abnormal Reveneu Sahre dengan nilai adjusted R2

sebesar 83,67%

Tabel 3 : Hasil uji model estimasi abnormal Cash flow, Reveneu Share dan biaya diskretioner

CFO / At-1 RSD / At-1 DISEXP / At-1Constanta 0,005627

(5.6170)0,01134(8,4646)

-0,0507(-16,0339)

1 / At-1 -41.678,5(-4,3406)

-59.652(-4,2246)

917.378(24,4382)

S / At-1 0,06307(4,8006)

0,2110(10,5827)

0,00716(0,2032)

S / At-1 0,03857(4,1165)

0,05256(3,7663)

-

St-1 / At-1 - 0,01469(4,32626)

-

Adj R2 0,4904 0,83677 0,82525

Manajemen Laba Riil

Pada perbankan syariah untuk periode 2010 kwartal 3 sampai dengan 2014 kwartal 4

menunjukkan secara rata-rata besaran manajemen laba riil melalui aliran kas dengan trend

menurun. Seperti terlihat pada

gambar 1(a) Sedangkan rata-rata

besaran manajemen laba riil

melalui Revenue Share

menunjukkan variasi per kwartal

dengan trend meningkat pada

tahun terakhir (1b). Analisis

manajemen laba melalui

Discretionary Expenses

menunjukkan pola yang

berfluktuatif. Pada 2 tahun

pertama pengamatan memperlihatkan kecenderungan penurunan abnormal Discretionary

9

(b)(a)

(c)(d)

Expenses (gambar 1c) dari kwartal 1 ke kwartal ke 4, maka pada 2 tahun terakhir menunjukkan

kecenderungan sebaliknya. Perbandingan manajemen laba riil melalui 3 pendekatan

memperlihatkan kecenderungan perbankan syariah untuk lebih memilih pendekatan Reveneu

Share dan Discretionary Expenses dibandingkan Cash Flow, terutama pada 2 tahun terakhir

yang secara rata-rata meningkat dari kwartal 1 sampai dengan kwartal 4 (gambar 1d).

Pengujian Hipotesis Manajemen Laba Riil

Graham, et al. (2005) menemukan bahwa para manajer menyukai manipulasi aktivitas riil,

seperti mengurangi pengeluaran diskresioner atau investasi barang modal. Berkaitan dengan

Roychuwdhury (2006), dimana perusahaan terindikasi melakukan manajemen laba aktivitas riil

pada perusahaan (suspect_firm) dibandingkan dengan yang tidak terindikasi berdasarkan

persamaan regresi 8,memberikan hasil sebagaimana terlihat pada table 4.5 dengan kriteria

memperlihatkan bahwa pada perusahaan suspect menunjukkan secara signifikan melakukan

manajemen laba melalui revenue share atau peningkatan penjualan dan pengurangan biaya-biaya

discretionary ketimbang melalui peningkatan peningkatan aliran kas (cash flow). Hal ini terlihat

pada hasil t-test sebesar -3,9619 untuk abnormal revenue share dan t-test sebesar -3,9619 untuk

abnormal discretionary expenses. Hal ini berarti hipotesis pertama terbukti yaitu adanya

manajemen laba aktivitas riil pada perbankan syariah. Hal ini sejalan dengan apa yang

ditampilan pada grafik 4.1 s.d 4.3 diatas yang menunjukkan kecenderungan naiknya abnormal

revenue share dan discretionary expenses terutama pada paruh 2 tahun terakhir. Sedangkan

sebaliknya adanya kecenderungan turunnya abnormal return cash flow Tabel 4. : Uji Signifikansi manajemen laba aktivitas riil

Constanta Suspect_NI Current Liabilities / Asset

NI/Asset

Abnormal CashflowAbn-CFO / At-1

0,007614(1,2529)

-0,000391(-0,07991)

0,04394(1,3169)

0,202317(0,5852)

Abnormal Reveneu ShareAbn-RSD / At-1

0,074389(12,733)

- 0,009174(-3,9619)

-1,6584(-3,3242)

- 0,12754(-3,6947)

Abnormal Discretionary ExpensesAbn-DISEXP / At-1

0,035567(2,0942)

0,035543(5,2799)

-0,38254(-3,8121)

8,0483(5,549)

Secara tampilan seperti pada table 4.6 dimana rata-rata abnormal Cash Flow menunjukkan

adanya perbedaan besaran untuk kwartal 4 dibandingkan kwartal lainnya. Abnormal cash flow

10

kwartal 4 lebih kecil dibandingkan kwartal 1, 2 dan 3. Namun uji hipotesis perbedaan antara

kwartal 4 dibandingkan kwartal lainnya menunjukkan hasil tidak adanya perbedaan yang

signifikan dibandingkan dengan nilai kwartal lainnya.

Demikian juga meski rata-rata abnormal Reveneu Share kwartal 4 berbeda yaitu nilainya lebih

besar dibandingkan kwartal lainnya, namun tidak cukup bukti perbedaan tersebut signifikan.

Sedangkan pada proksi ketiga yaitu abnormal biaya diskresioner menunjukkan pada kwartal 4

berbeda dibandingkan dengan kwartal 1,2 dan 3 yaitu lebih kecil dibandingkan kwartal lainnya

kecuali dengan kwartal 3 lebih besar sedikit dan berdasar pengujian merupakan Perbedaan yang

signifikan. Hal ini berarti hipotesis kedua yaitu adanya perbedaan signifikan manajemen laba

pada kwartal 4 dengan kwartal lainnya, hanya terbukti pada manajemen laba dengan proksi

Biaya Diskretioner. Hal ini sejalan dengan grafik 1c diatas yang menjukkan tren meningkat pada

kwartal 4. Meski agak berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Nining Ika (2013) dan

Coultan et al. (2008) menunjukkan manajemen laba (pendekatan aktivitas riil) terjadi di setiap

kuartal menunjukkan perbedaan signifikan antara kwartal 4 dan lainnya yaitu pada proksi over

production dimana biasanya manager menanti sampai triwulan terakhir untuk melalukan

overproduksi persediaan untuk memenuhi tingkat persediaan yang diinginkan sesuai dengan

dampaknya terhadap laba atau untuk menghindari pelaporan kerugian.

Perbankan syariah secara umum tidaklah seagresif perbankan syariah dalam usaha menambah

nasabah melalui promosi gencar diakhir tahun misalnya sehingga memungkinkan adanya

manajemen laba melalui manipulasi penjualan atau cash flow. Sehingga kecenderungan seperti

terlihat pada data, dalam upaya meningkatkan laba , perbankan syariah lebih menggunakan

pengurangan biaya-biaya diskretioner.

Tabel 5 : Uji beda beberapa pendekatan manajemen laba kwartal 4 dan kwartal lainnya

Manipulasi penjualan Means Levene’s testFhitung Prob

Abn-CFO4 dan Abn-CFO1 0,00999 0,01655 0,193 0,661Abn-CFO4 dan Abn-CFO2 0,00999 0,01317 0,112 0,738Abn-CFO4 dan Abn-CFO3 0,00999 0,01123 0,004 0,951Manipulasi Reveneu Share Means Levene’s test

Fhitung ProbAbn-RSD4 dan Abn- RSD 1 0,0273448 0,023600 0,112 0,7390Abn- RSD 4 dan Abn- RSD 2 0,0273448 0,024944 0,205 0,652Abn- RSD 4 dan Abn- RSD 3 0,0273448 0,024286 0,015 0,903Manipulasi Biaya Diskresioner Means Levene’s test

11

Fhitung ProbAbn-DISEXP4 dan Abn-DISEXP1 0,04883 0,04970 108,461 000Abn-DISEXP4 dan Abn-DISEXP2 0,04883 0,04907 37,848 000

Abn-DISEXP4 dan Abn-DISEXP3 0,04883 0,04826 8,624 0,004Tingkat Efesiensi Perbankan Syariah

Secara rata-rata kecenderungan efesiensi perbankan syariah menunjukkan trend meningkat pada

periode 2010.3 s.d 2014.4 seperti terlihat pada gambar 2a. Namun dari 180 data pengamatan

(kwartal) diperoleh hasil 20 waktu (kwartal) atau 11% yang mempunyai tingkat efesiensi 100%,

pada 37 waktu (20,56%) dimana capaian efesiensi 80-90% dan 123 waktu (68,33%) dimana

capaian efesiensi < 80%. Besaran tingkat Efesien perbankan syariah periode 2010.3 s.d 2014.4

cenderung berfluktuasi setiap kwartal dengan Efesiensi terendah sebesar 32,77% dan rata-rata

tinkat efesiensi sebesar 75,55%.

Beberapa yang menunjukkan kecenderungan naik seperti Panin,Bukopin dan Mandiri dan

beberapa perbankan syariah menjukkan kecenderungan turun seperti BNI,BJB , dimana bank

syariah swasta (gambar 2c) mempunyai rata-rata tingkat efesiensi lebih tinggi dari perbankan

syariah plat merah (gambar 2b).

Analisis memanfaatkan DEA juga memungkinkan

adanya rekomendasi untuk perbaikan efesiensi

kedepan. Berdasarkan hasil analisis DEA potential

Improvement untuk peningkatan efesiensi terutama

perlu memperhatikan peningkatan simpanan yang

secara rata-rata per kwartal sebesar 34,7%

dibandingkan rata-rata simpanan yang ada. Hal

12

Gambar 2 : Trend tingkat efesiensi perbankan syariah

(a)(b) (c)

lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah kebutuhan untuk peningkatan pendapatan

operasional rata-rata per kwartal sebesar 29,2 % dibandingkan rata-rata per kwartal sebelumnya.

Selain itu pula untuk menunjang peningkatan efesiensi perlu pengurangan dari total aktiva

sebesar 28,69% dibandingkan sebelumnya

Uji Hipotesis Tingkat Efesiensi Perbankan Syariah

Uji hipotesis factor yang mempengaruhi tingkat efesiensi perbankan syariah mempergunakan

persamaan regresi Tobit menunjukkan variasi pengaruh factor terkait kepada tingkat efesiensi.

Variable asset mempunyai pengaruh negative dan signifikan. Hal ini boleh jadi mencerminkan

penggunaan asset yang

belum efektif, sehingga

lebih menjadi cost

ketimbang mampu

mendorong peningkatan

laba, sehingga pula tidak

berkontribusi terhadap

peningkatan efesiensi.

Variabel ROE dan ROA

dimana terkait ROE

mempunyai pengaruh positif dan signifikan , namun terhadap ROA meski berpengaruh positif ,

tapi tidak signifikan. Hal ini pula menggambarkan total asset yang tercermin dalam ROA belum

termanfaatkan secara efektif sehingga tidak berpengaruh terhadap efesiensi, berbeda dengan

equity dengan nilai yang lebih rendah mempunyai pengaruh terhadap tingkat efesiensi.

Variabel CAR yang mempresentasikan kapabilitas dari modal perbankan untuk melindungi

resiko terlihat mempunyai pengaruh positif, namun tidak signifikan. Perbankan syariah yang

cenderung lebih prudent dalam pengelolaan dana dimana rata-rata CAR selama periode analisis

cukup tinggi yaitu sebesar 16,45%. Serapan dana yang besar pada CAR untuk menjaga resiko

rendah ini tentunya mempunyai konsekuensi bank menjadi terhambat produktivitasnya. Namun

cukup aman atau rendahnya resiko diperbankan syariah ini ternyata belum mendorong

masyarakat lebih cenderung menyimpan dananya disana. Karena boleh jadi masyarakat

13

Method: ML - Censored Normal (TOBIT) (Quadratic hill climbing)Sample: 2010Q3 2014Q4Included observations: 180Left censoring (value) at zero

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C 0.758541 0.022123 34.28682 0.0000CAR -0.002128 0.001381 -1.540735 0.1234ROA 0.000742 0.001047 0.708938 0.4784ROE 0.003265 0.000689 4.740193 0.0000NPF 0.005489 0.007122 0.770673 0.4409

ASSET -2.47E-09 8.82E-10 -2.801653 0.0051

cenderung memilih dari bank yang beresiko rendah ke bank dengan resiko lebih tinggi namun

lebih productive.

Kesimpulan

Penelitian ini telah menemukan beberapa hasil, pertama secara umum terjadi kecenderungan

penurunan manajemen laba aktivitas riil terutama melalui manipulasi cash flow dan revenue

share, namun masih terjadi manajemen laba melalui penurunan biaya diskretioner. Hal ini berarti

kemungkinan adanya tadlis menjadi relative lebih rendah resikonya yaitu berupa adanya

asymmetric information yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan.

Kedua, tingkat efesiensi rata-rata perbankan syariah setiap kwartalnya belumlah

menggembirakan baru mencapai rata-rata 75,55%. Hal ini diantaranya karena belum efektifnya

pemanfaatan asset yang ada. Jadi meskipun perbankan syariah mempunyai resiko lebih rendah,

namun masyarakat juga menginginkan hasil atau bagi hasil yang lebih tinggi. Sehingga

diperlukan kreativitas pengelolaan perbankan syariah dapat lebih memproduktifkan asset yang

dimilikinya.

14

Referensi :

Adiwarman A Karim, 2006, “ Bank Islam – Analisis Fiqih dan Keuangan”, edisi ketiga, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta

Arfani NK dan Noer Sasongko, 2005, Analisis Perbedaan Pengaturan Laba (earning management) pada Kondisi Laba dan Rugi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 4, No. 1, April 2005, Hal. 1 - 20.

A R Abdul Rahim dan Romzie Rosman, 2013 , Effeciency of Islamic Banks : A Comparative Analysis of MENA and Asian Countries, Journal of Economic Cooperation and Development , page 63 - 92

Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah, Juli 2012

Batsyeba MK dan Badric Siregar , 2008, Pengaruh Manajemen Laba Nyata terhadap Kinerja, Jurnal akuntansi dan Manajemen – STIE YKPN, Vol 19, halaman 185-196

Dechow, Patricia M., dan Skinner, Douglas J. 2000. Earnings Management: Reconciling the Views of Accounting Academics, Practitioners- and Regulators. Accounting Horizons. 14, p: 235-250.

Demerjian, Peter,at.al , 2012, “ Managerial Ability and Earning Management “, ........

Endri (2013), Evaluasi Efesiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia : Aplikasi Two-Stage Data Envelopment Analysis” …………………….

Ewert, R. dan Alfred W. (2004). "Economic Effects of Tightening Accounting Standards

to Restrict Earnings Management." The Accounting Review, Forthcoming.

Graham. J. R., C. R. Haivey, dan S. Rajgopal 2005. The Economic Implications of Corporate Financial Reporting. Journal of Accounting and Economics 40: pp.3-73.

Gunny, K. 2005. What are the Consequences of Real Earnings Management?". Working Paper. University of Colorado.

Healy. Paul M. and J.M. Wahlen. (1999). A Review Of The Earnings Management Literature And Its Implications For Standard Setting. Accounting Horizons 13, p. 365-383.

Insukindro (1995), "Ekonomi Uang Dan Bank Teori Dan Pengalaman Di Indonesia Ed. Pertama, Cetakan ke Tiga BPFE, Yogyakarta.

Jensen, Michael C., dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3,

15

p: 305-360.

Mayasari Indah, 2006. Persepsi Manajer dan Internal Auditor terhadap Pertimbangan Etika dalam PraktikManajetnen Laba,Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Majdi Anwar Q,ddk. 2011, “Do Islamic Bank Employ Less Earning Managemen” , Makalah pada Economic Research Forum (ERF) ke 17 , Turki , 2011

Muh. Arief U dan Bambang A P, 2007 , Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan , Prosiding Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007, hal 1- 25.

Muliaman Hadad. Wiiuboh Santoso. Dhaniel Ilyas and Eugenia Mardanugraha.2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia : Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Jakarta :Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Bank Indonesia.

Mu’izzudin dan Isnurhadi, 2012. “Efesiensi Perbankan Syariah di Indonesia ; Two Stage Data Envelopment Analysis Approach” , ……………

Nining Ika W,2013. “Deteksi Pewaktuan Manajemen Laba melalui Aktivitas Riel dan kaitannya dengan Persistensi Laba” Workshop Penelitian di Bidang Sistem Informasi , Universitas Jember , 14 Desember 2013

Oklorina. Megawati, dan Yanthi H. (2008). "Analisis Arus Kas Kegiatan Operasi dalam Mendeteksi Manipulasi Aktivitas Riil dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pasar." Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XI, Pontianak.

Rahayu AR, et.al , ___, “Religion and Earning Management – some evidence from Malasyia, Auckland Area Accounting Conference.

Sigit Pramono, 2006, “Permasalahan Agency Teory dan GCG pada Perbankan Syariah”, Media Akuntansi, Edisi 52 Januari 2006.

S. Mohamad. T. Hassan and M. Khaled I. B. 2003. "Efficiency of Conventional versus Islamic Banks: International Evidence using The Stochastic Frontier Approuch SFA." Journal of Islamic Economics, Banking and Finance. Vol. 1. No.l.

Shahooth, Khalid ,2006 , “Using DEA to measure cost efficiency with an application on Islamic Bank” , Scientific journal of administrative development, vol 4 ,page 134 –

16

156.

Sri Padmantyo, 2010 , “Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bsinis, volume 14, nomor 2,Desember 2010, hal 53-65

Surifah ,2015, “Expropriation Risk Through Real Earnings Management on Islamic Banking” , Jurnal Indonesian Capital Market Review, Vol. VII , nomor 2 , hal 74-91

Tri Gunarsih, 2004, “Masalah Keagenan dan Strategi Diversifikasi”, KOMPAK, No.10, Januari -April 2004, Hal. 52 - 69.

Walls, R dan Zimmerman, J.L. 1986. Positive Accounting Theory. New York. Prentice Hall.

Zahara dan Sylvia Veronica , 2009, Pengaruh Rasio Camel terhadap praktek Manajemen Laba di Bank Syariah, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 12, No,2, hal 87 – 102

17

Lampiran 1 : Pemilihan Model Regresi Manajemen Laba Aktivitas Riil melalui Cash

Flow

F Test (Chow Test)

Dilakukan untuk membandingkan/memilih model mana yang terbaik antara CE dan FE.Berdasarkan model FE seperti terlihat pada gambar 4.1 dilakukan Chow Test dengan menggunakan Eviews dengan hasil seperti pada gambar 4.2

Pada tabel yang paling atas terlihat bahwa nilai Prob. Cross-section F sebesar 0,0594 yang nilainya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model CE lebih tepat dibandingkan dengan model FE untuk kasus ini.

Haussman Test

Perhatikan nilaiprobabilitas (Prob.) Cross-section random. Jika nilainya > 0,05 maka model yang terpilih adalah RE, tetapi jika < 0,05 maka model yang terpilih adalah FE.Pada tabel yang paling atas terlihat bahwa nilai Prob. Cross-section random sebesar 1,00 yang nilainya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model RE lebih tepat dibandingkan dengan model FE untuk kasus ini.Langkah berikutnya adalah untuk membandingkan/memilih model mana yang terbaik antara CE dan RE dengan melakukan Langrangge Multiplier (LM) Test.Langrangge Multiplier (LM) Test

Dilakukan uji LM dengan rumus sebagai berikut :

18

Dimana :

n = jumlah perusahaanT = jumlah periode∑ e2 = jumlah rata-rata kuadrat residual

∑ e2 = jumlah residual kuadrat

LM hitung=10(18)

2(18−1) [ 182(1.33745 E−35)3.78 E−03

−1]2

=5.294117

Nilai LM hitung akan dibandingkan dengan nilai Chi Squared tabel dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebanyak jumlah variabel independent (bebas) dan alpha atau tingkat signifikansi sebesar 5% (ditentukan di awal). Apabila nilai LM hitung > Chi Squared tabel maka model yang dipilih adalah RE, dan sebaliknya apabila nilai LM hitung < Chi Squared tabel maka model yang dipilih adalah CE.Nilai Chi Squared tabel pada derajat kebebasan 4 dan alpha 5% nilainya 9,49 dan nilai LM hitung sebesar 0,11315 berarti lebih kecil LM dibandingkan Chi Squared tabel maka yang dipilih adalah CE. Konsisten dengan hasil sebelumnya antara CE dan FE, maka model yang dipilih adalah CE.Sehingga model regresi untuk menghitung abnormal Cash flow adalah

19

Lampiran 2 : Pemilihan Model Regresi Manajemen Laba Aktivitas Riil melalui Reveneu Share

F Chow Test

Pada tabel yang paling atas terlihat bahwa nilai Prob. Cross-section F sebesar 1,0000 yang nilainya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model CE lebih tepat dibandingkan dengan model FE untuk kasus ini.

Haussman Test

Pada tabel yang paling atas terlihat bahwa nilai Prob. Cross-section random sebesar 1,00yang nilainya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model RE lebih tepat dibandingkan dengan model FE untuk kasus ini.

Langrangge Multiplier (LM) Test

LM hitung=10(18)

2(18−1) [ 182(1.12383 E−33)0.005004984

−1]2

=¿5.294117

Nilai Chi Squared tabel pada derajat kebebasan 3 dan alpha 5% nilainya 9,49 (lihat tabelChi Squared) dan nilai LM hitung sebesar 5.294 sehingga lebih kecil LM hitung dibandingkan Chi Squared tabel, maka model yang dipilih adalah CE. Konsisten dengan hasil sebelumnya antara CE dan FE, maka model yang dipilih adalah CE.Sehingga model regresi untuk menghitung abnormal Reveneu Share adalah

20

21

Lampiran 3 : Pemilihan Model Regresi Manajemen Laba Aktivitas Riil melalui Discretionary

Expenses

F Chow Test

Pada tabel yang paling atas terlihat bahwa nilai Prob. Cross-section F sebesar 1,0000 yangnilainya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model CE lebih tepat dibandingkandengan model FE untuk kasus ini

Haussman Test

Pada tabel yang paling atas terlihat bahwa nilai Prob. Cross-section random sebesar 1,00 yang nilainya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model RE lebih tepat dibandingkan dengan model FE untuk kasus ini

Langrangge Multiplier (LM) Test

LM Hitung dengan rumus sbb :

LM hitung=10(18)

2(18−1) [ 182(3.35292 E−33)0.065865373

−1]2

=¿5.294117

22

Nilai Chi Squared tabel pada derajat kebebasan 3 dan alpha 5% nilainya 9,49 (lihat tabelChi Squared) dan nilai LM hitung sebesar 5.294 sehingga lebih kecil LM hitung

dibandingkan Chi Squared tabel, maka model yang dipilih adalah CE. Konsisten dengan hasil sebelumnya antara CE dan FE, maka model yang dipilih adalah CE.Sehingga model regresi untuk menghitung abnormal Discretionary Expenses adalah

23