kesesuaian rumus schoorl terhadap bobot badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada...

60
Jurnal Eksakta Vol 2 No 2 September 2014 | 99 Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791 Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan Sapi Peranakan Ongole (P.O) Nuril Badriyah *) *) Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung bobot badan sapi Peranakan Ongole (PO) dengan menggunakan rumus Schoorl,dan menganalisa kesesuaian rumus Schoorl terhadap bobot badan sapi Peranakan Ongole muda dengan sapi Peranakan Ongole dewasa. Penelitian ini diambil sebagai pengetahuan untuk mengukur kesesuaian bobot badan sapi Peranakan Ongole yang berada di Kabupaten Lamongan, dengan perhitungan menggunakan rumus Schoorl. Penelitian ini menggunakan 30 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) yang terdiri dari 15 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) muda dan 15 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dewasa. Sapi sapi tersebut diukur lingkar dadanya kemudian dihitung bobot badannya dengan menggunakan rumus schoorl. Hasil dari perhitungan rumus schoorl diuji dengan menggunakan uji kesesuaian chi kuadrat. Hasil perhitungan chi kuadrat untuk sapi muda diketahui bahwa nilai α = 0,05 dan dk 14 dari tabel distribusi chi-kuadrat didapat nilai X2 sebesar 23,69 yang lebih kecil daripada X2 sebesar 85,47 maka α < X2 (1-α)(K-1) yang artinya terima H1. Pada sapi dewasa Diketahui bahwa nilai α = 0,05 dan dk 14 dari tabel distribusi chi-kuadrat didapat nilai X2 sebesar 83,07 yang lebih kecil daripada X2 sebesar 89,73 maka α < X2 (1-α)(K-1) yang artinya terima H1, yaitu terdapat adanya perbedaan yang signifikan dengan hasil perhitungan rumus schoorl terhadap bobot badan sebenarnya sapi peranakan ongole (PO). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa rumus schoorl lebih sesuai jika diterapkan terhadap sapi Perankan Ongole (PO) dewasa dengan bobot badan diatas 300 kg. Karena selisih hasil perhitungan yang paling mendekati adalah hasil perhitungan pada sapi dewasa. KATA KUNCI : Rumus Schoorl, Body Weight, Sapi Peranakan Ongole (PO) I. PENDAHULUAN Negara Indonesia memiliki banyak bangsa sapi potong lokal diantaranya yaitu sapi Peranakan Ongole (PO).Bangsa sapi PO banyak tersebar luas dan sebagian besar populasinya terdapat pada pulau Jawa terutama Jawa Timur. Sapi PO merupakan bukti keberhasilan pemulihan sapi potong di Indonesia, yang terbentuk pada tahun 1930 melalui persilangan dengan grading up antara sapi Jawa dengan sapi Sumbawa Ongole (SO). Bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi meliputi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan (Kadarsih, 2003).Peternak biasanya menggunakan bobot badan hidup sapi sebagai keberhasilan pemeliharaan dan pertumbuhan sapi yang telah dipelihara apakah sesuai dengan harapan atau tidak.Pada bidang pemasaran bobot badan sapi sangat berpengaruh pada penentuan harga. Pertambahan bobot badan pada hewan menyebabkan hewan tersebut menjadi lebih besar dan diikuti dengan semakin menambah kekuatan dan kesuburan otot-otot penggantung Musculus

Upload: truongduong

Post on 19-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 99

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan

Sapi Peranakan Ongole (P.O)

Nuril Badriyah *)

*) Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan

Universitas Islam Lamongan

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung bobot badan sapi Peranakan Ongole (PO) dengan

menggunakan rumus Schoorl,dan menganalisa kesesuaian rumus Schoorl terhadap bobot badan

sapi Peranakan Ongole muda dengan sapi Peranakan Ongole dewasa. Penelitian ini diambil sebagai

pengetahuan untuk mengukur kesesuaian bobot badan sapi Peranakan Ongole yang berada di

Kabupaten Lamongan, dengan perhitungan menggunakan rumus Schoorl.

Penelitian ini menggunakan 30 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) yang terdiri dari 15 ekor sapi

Peranakan Ongole (PO) muda dan 15 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dewasa. Sapi – sapi tersebut

diukur lingkar dadanya kemudian dihitung bobot badannya dengan menggunakan rumus schoorl.

Hasil dari perhitungan rumus schoorl diuji dengan menggunakan uji kesesuaian chi kuadrat.

Hasil perhitungan chi kuadrat untuk sapi muda diketahui bahwa nilai α = 0,05 dan dk 14 dari tabel

distribusi chi-kuadrat didapat nilai X2 sebesar 23,69 yang lebih kecil daripada X2 sebesar 85,47

maka α < X2

(1-α)(K-1) yang artinya terima H1. Pada sapi dewasa Diketahui bahwa nilai α = 0,05 dan dk

14 dari

tabel distribusi chi-kuadrat didapat nilai X2 sebesar 83,07 yang lebih kecil daripada X2

sebesar 89,73 maka α < X2 (1-α)(K-1) yang artinya terima H1, yaitu terdapat adanya perbedaan

yang signifikan dengan hasil perhitungan rumus schoorl terhadap bobot badan sebenarnya sapi

peranakan ongole (PO).

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa rumus schoorl lebih sesuai jika diterapkan terhadap

sapi Perankan Ongole (PO) dewasa dengan bobot badan diatas 300 kg. Karena selisih hasil

perhitungan yang paling mendekati adalah hasil perhitungan pada sapi dewasa.

KATA KUNCI : Rumus Schoorl, Body Weight, Sapi Peranakan Ongole (PO)

I. PENDAHULUAN

Negara Indonesia memiliki banyak bangsa sapi potong lokal diantaranya yaitu sapi Peranakan

Ongole (PO).Bangsa sapi PO banyak tersebar luas dan sebagian besar populasinya terdapat pada

pulau Jawa terutama Jawa Timur. Sapi PO merupakan bukti keberhasilan pemulihan sapi potong di

Indonesia, yang terbentuk pada tahun 1930 melalui persilangan dengan grading up antara sapi Jawa

dengan sapi Sumbawa Ongole (SO). Bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas

ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi meliputi lingkar dada, panjang

badan dan tinggi badan (Kadarsih, 2003).Peternak biasanya menggunakan bobot badan hidup sapi

sebagai keberhasilan pemeliharaan dan pertumbuhan sapi yang telah dipelihara apakah sesuai dengan

harapan atau tidak.Pada bidang pemasaran bobot badan sapi sangat berpengaruh pada penentuan

harga. Pertambahan bobot badan pada hewan menyebabkan hewan tersebut menjadi lebih besar dan

diikuti dengan semakin menambah kekuatan dan kesuburan otot-otot penggantung Musculus

Page 2: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 100

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

serratus ventralis dan Musculus pectoralis yang terdapat didaerah dada, sehingga pada gilirannya

ukuran lingkar dada semakin meningkat.

Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan mengukur panjang badan dan lingkar

dada. Terdapat beberapa rumus penduga bobot badan ternak menggunakan lingkar dada yaitu

Schoorl, Winter, dan Denmark. Diantara rumus-rumus pendugaan bobot badan tersebut, rumus

schoorldiperkirakan sebagai rumus yang paling akurat terhadap bobot badan ternak

sebenarnya.Rumus-rumus tersebut dapat digunakan untuk sapi, kambing, domba, babi dan kerbau

(Gofar, 2000). Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengukuran badan ternak yang

meliputi panjang badan adalah panjang dari titik bahu ke titik tulang (pin bone) dan lingkar dada

diukur pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian

ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten Lamongan, dikarenakan banyaknya populasi sapi Peranakan

Ongol (PO) yang dipelihara oleh peternak di Kabupaten Lamongan.

Dalam penelitian yang berjudul Kesesuaian Rumus Schrool Terhadap Bobot Badan Sapi

Peranakan Ongole Di Kabupaten Lamongan ini peneliti bermaksud untuk mengukur nilai kesesuaian

bobot badan sapi peranakan ongole dengan menggunakan rumus Schrool, yang diharapkan

untukmendapat nilai yang paling mendekati dengan bobot badan sapi sesungguhnya.

II. METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Kegiatan

Penelitian ini dilaksanakan selama ± 1 bulan yaitu mulai awal bulan Juni 2014 sampai awal

Juli 2014 di kandang milik ibu Reni desa Dati, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa

Timur dan di Rumah Potong Hewan (RPH) yang terletak di Kecamatan Babat, Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur.

Metode

Penelitian ini termasuk jenis metode penelitian kuantitatif yang komparatif, karena telah

memenuhi kaidah – kaidah ilmiah yaitu konkrit atau empiris, obyektif, terukur, rasional dan

sistematis.

Analisis Data

Data primer merupakan data utama yang pengambilanya dilakukan secara langsung. Data

primer ini diperoleh dari pengukuran terhadap 15 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dewasa di

Rumah Potong Hewan (RPH) Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur dan 15 ekor

sapi Peranakan Ongole (PO) muda di kandang milik ibu Reni Desa Dati Kecamatan Pucuk,

Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Data sekunder ini dalam rangka pembuktian hipotesis, maka dalam penelitian ini

menggunakan analisis Chi-Kuadrat ( 2) untuk masing-masing metode pengukuran. Rumus umum

chi-kuadrat adalah sebagai berikut:

Dimana, Oi : Frekuensi pengamatan ke-i

Ei : frekueni yang diharapkan mengikuti hipotesis yang dirumuskan

(frekuensi harapan ke-i)

P : notasi untuk banyaknya perlakuan yang dicobakan

Page 3: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 101

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Hasil Pengukuran Lingkar Dada dan Bobot Badan Sapi Peranakan Ongole (PO)

Di bawah ini disajikan nilai rata-rata lingkar dada dan bobot badan sapi peranakan Ongole

Tabel 3. Data rata – rata lingkar dada dan bobot badan sapi peranakan ongole (PO)

No Nomor Sapi Umur Kategori

Rata-Rata

Lingkar

Dada

Bobot

Badan

1 POM 001 – POM 015 0 – 2

Tahun Muda 151,87 288,77

2 POD 001 – POD 015 2 – 5

Tahun Dewasa 172,3 406,9

Sumber : data diolah (2014)

Data pengukuran lingkar dada dan bobot badan pada sapi peranakan Ongole di Kabupaten

Lamongan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa

sapi – sapi Peranakan Ongole (PO) yang digunakan oleh peneliti terdiri dari kategori muda dengan

umur 1 – 2 tahun, rata – rata lingkar dada 151,87 kg, rata – rata bobot badan 288,77 kg dan

kategori dewasa dengan umur 2 – 4,5 tahun, rata – rata lingkar dada 172,3, rata – rata bobot badan

406,9.

Menurut pendapat Cole dan Lowrie (1974) sapi muda terhitung pada waktu lahir sampai

umur 2 tahun, karena pada saat itu tulang merupakan komponen karkas yang tumbuh paling besar,

kemudian tumbuh lebih lambat dari otot - otot dan pertumbuhannya semakin menurun saat sapi

mulai dewasa dengan umur diatas 2 tahun. Menurut (Guntoro, 2002) sapi Peranakan Ongole (PO)

mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan pakan lebih baik dan efisien pada pemberian pakan

berkualitas.

Hasil Analisis Bobot Badan dengan Kesesuaian Rumus Schoorl

Tabel 4. Hasil Analisis Bobot Badan Sapi PO dengan kesesuaian Rumus Schoorl.

Kategori ternak

Rata – rata

Lingkar Dada

(cm)

Rata – rata

Bobot Badan

Nyata (Kg)

Rata – rata

perhitungan

rumus Schoorl

Kesesuaian BBN

dengan PRS (%)

Sapi Muda 151,87 288,77 311 0,93

Sapi Dewasa 172,3 406,9 379,87 1,07

Sumber : data diolah (2014)

Keterangan : BBN adalah Bobot Badan Nyata

PRS adalah Perhitungan Rumus Schoorl

Data perhitungan bobot badan dengan menggunakan rumus Schoorl pada sapi Peranakan Ongole di

Kabupaten Lamongan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3 - Lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa sapi – sapi Peranakan Ongole (PO) kategori muda dengan

rata – rata lingkar dada 151,87 cm, rata – rata bobot badan 288,77 kg, perhitungan rumus Schoorl

311 kg, kesesuaian rumus Schoorl 0,93% dan kategori muda dengan rata – rata lingkar dada 172,3

cm, rata – rata bobot badan 406,9 kg, perhitungan rumus Schoorl 379,87 kg, kesesuaian rumus

Page 4: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 102

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Schoorl 1,07%, jadi dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa rumus Schoorl lebih sesuai jika

diterapkan pada sapi dewasa.

Hasil Analisis Bobot badan dengan Rumus Schoorl berdasarkan perhitunngan uji Chi-

Kuadrat

Hasil analisis rumus schoorl berdasarkan perhitungan uji chi kuadrat selengkapnya dapat dilihat

dalam lampiran 8 – lampiran 10.

Tabel 5 Hasil analisis rumus schoorl berdasarkan perhitungan uji chi kuadrat

Kategori ternak Bobot Badan Nyata

(kg)

Perhitungan rumus

Schoorl (kg)

Hasil Uji Chi-

Kuadrat

Muda 288,77 311,00 85,47

Dewasa 406,90 379,87 83,07

Sumber : data diolah (2014)

Hasil analisis chi kuadrat pada sapi Peranakan Ongole (PO) muda dapat dilihat pada lampiran 8

menunjukkan bahwa nilai α = 0,05 dan dk 14 dari tabel distribusi chi-kuadrat didapat nilai X2

sebesar 23,69 yang lebih kecil daripada X2 sebesar 85,47 maka α <X2 (1-α)(K-1) yang artinya

terima H1.

H1 : Terdapat adanya perbedaan yang signifikan dengan hasil perhitungan rumus schoorl terhadap

bobot badan sebenarnya sapi peranakan ongole (PO).

Hasil analisis chi kuadrat pada sapi Peranakan Ongole (PO) dewasa dapat dilihat pada lampiran 9

menunjukkan bahwa nilai α = 0,05 dan dk 14 dari tabel distribusi chi kuadrat didapat nilai X2

sebesar 23,69 yang lebih kecil dari pada X2 sebesar 83,07 maka α <X2 (1-α)(K-1) yang artinya

terima H1.

H1 : Terdapat adanya perbedaan yang signifikan dengan hasil perhitungan rumus schoorl terhadap

bobot badan sebenarnya sapi peranakan ongole (PO).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian perhitungan bobot badan dengan menggunakan rumus Schoorl, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa nilai chi kuadrat sapi muda adalah 85,47 dan nilai chi kuadrat

sapi dewasa adalah 83,07. Menurut Sudjana (2005), jika nilai x2 (chi kuadrat) semakin kecil dari

nilai tabel, maka tingkat kesesuaian semakin tinggi.

Dalam penelitian ini hasil perhitungan bobot badan sapi Peranakan Ongole (PO) dengan

menggunakan rumus Schoorl lebih mendekati dengan hasil perhitungan bobot badan sebenarnya jika

dilakukan pada sapi Peranakan Ongole (PO) dewasa dengan bobot diatas 300 kg, sedangkan jika

dilakukan pada sapi Peranakan Ongole (PO) muda atau sapi Peranakan Ongole (PO) dengan bobot

dibawah 300 kg, hasilnya

kurang sesuai.

REFERENSI

Achmadi. 2000. Natural Increase Sapi Potong di Wilayah Jawa Tengah Bagian .Timur.Skripsi .

Fakultas Petemakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Akbar, M., 2008.Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan

dan Lingkar Dada.Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya, Malang.

Anonim, 2011. Pola Pertumbuhan Jaringan Tulang Sapi. Peternakan-id.blogspot.com

Page 5: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 103

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Astuti, Maria. 2004. Potensi Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Peranakan Ongole (PO). Jurnal

Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Blakely, J dan David H.D. 1994. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Direktorat Jendral Peternakan, 2010. Petunjuk Praktik Pengukuran Sapi Potong. Departemen

Pertanian Republik Indonesia.

Hardjosubroto, W., S. P. Atmodjo dan H. Mulyadi. 1981. Baseline data of Native Cattle (Grade

Ongole Cattle) in Special District of Yogyakarta. UGM.Rockefeller Foundation.Yogyakarta.

Hidayat, N. 2003.Estimasi Natural Increase Sapi Potong Di Wilayah Kabupaten Majalengka Jawa

Barat.Skripsi.Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Jaelani achmad, syarif djaya, Muh dan Yanti Mahliyana. 2013. Komparasi Pendugaan Berat Badan

Sapi Bali Jantan Dengan Metode Winter, school, dan Penggunaan Pita Ukur Dalton. Jurnal

Universitas Islam Kalimantan.

Kadarsih, S. 2003. Peranan Ukuran Tubuh Terhadap Badan Sapi Bali di Propinsi Bengkulu. J.

Penelitan UNIB. 9 (1): 45-48.

Marajo, S.D.T. 1989 . Produktivita S Ternak Sapi Potong Di Daerah Istimewa Yogyakarta .Tesis.

Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Murtidjo, B.A.1993. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta.

Pane, I. 1990.Upaya Peningkatan mutu genetik sapi Bali di Mali.Seminar Nasional Sapi Bali.

Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar, Bali .

Pane, I. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Parakkasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Press. Jakarta.

Pond, W.G., D.C. Chruch, K.R. Pond, and P.A. Schoknecht. 2005. Basic Animal Nutrition and

Feeding. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Purnomoadi, Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Universitas Diponegoro, Semarang.

Santoso, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi. Cetakan Keempat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. B. 2002. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetak kedua. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan keempat.Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.

Sudjana 2005. Metoda Statistika Edisi 6. Tarsito, Bandung.

Sugeng, B. Y. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Supriyono. 1998. Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Supriyana, U. 2005. Pengaruh pemberian kualitas konsentrat yang berbeda terhadap kinerja produksi

sapi Peranakan Ongole jantan.Tesis. Pascasarjana Ilmu Peternakan. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Thalib, C. dan A. R. Siregar. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pedet PO dan

Crossbreednya dengan Bos Indicus dan Bos Taurus dalam Pemeliharaan Tradisional. Proc.

Sem. Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid 1 : 200 – 2007.

Williamson, G dan W. J. Payne.1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Cetakan Pertama,

Diterjemahkan SGN. Djiwa Darmadja.Gajah Mada Universicity Press, Yogyakarta.

Yusuf, M. 2004. Hubungan Antara Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Sapi Bali di Daerah Bima

NTB.Skripsi. Skripsi Fakultas Peternakan Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 6: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 104

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 105

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Pemberian Probiotik Dengan Carrier Zeolit Pada Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

Faisol Mas„ud

Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Penelitian tentang pemberian probiotik dengan carrier zeolit pada pembesaran ikan lele dumbo

( Clarias gariepinus) telah dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium Pembenihan Ikan dan Kolam Percobaan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.lamongan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh dari penambah probiotik dengan carrier zeolit terhadap kodisi kualitas air dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Benih yang

digunakan adalah benih ikan lele dumbo dengan ukuran 7-9 cm dan berat 8,13 gram/ekor. Benih ikan lele dumbo berasal dari kolam BBI Karanggeneng. Wadah pembesaran berupa kolam beton ukuran

2x1x0,5 meter, dan setiap kolam diisi dengan 600 L air tawar. Perlakuan yang dilakukan adalah pemberian probiotik dengan carrier zeolit dengan jumlah yang berbeda yaitu dosis 2,5 mg/L; 5 mg/L;

7,5 mg/L; serta ditambah dengan satu perlakuan kontrol. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing -masing perlakuan di ulang sebanyak 4 kali

ulangan. Pemberian probiotik dengan carrier zeolit sebanyak 5mg/L dapat menekan konsentarsi

amonia (0,17-0,22 ppm) dan dapat meningkatkan laju pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan lele yang tinggi yaitu 82% dan 85%. Kata kunci : Benih ikan lele dumbo, probiotik, Kualitas air, Kelangsungan hidup, pertumbuhan

I.PENDAHULUAN Ikan lele masuk ke Indonesia pada tahun 1985, usaha pengembangan ikan lele di Indonesia

semakin meningkat. Ikan lele dijadikan komoditas yang diunggulkan karena membutuhkan lahan

yang terbatas dengan padat tebar tinggi, mudah diterapkan masyarakat, dan pemasarannya relatif

murah (Hutagalung, 2007) . Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan

karena permintaan konsumen semakin meningkat. Hal ini yang mendorong pembudidaya untuk

memproduksi ikan lele sampai ukuran konsumsi. Untuk meningkatkan produksi biasanya

pembudidaya melakukan budidaya ikan lele dalam lahan yang terbatas dengan padat tebar tinggi,

sehingga diharapkan produksi ikan lele yang dihasilkan akan banyak dan memenuhi permintaan

konsumen (Suyanto, 2001). Pemeliharaan ikan lele dumbo dengan padat tebar yang tinggi dan manajemen pakan yang

kurang baik akan membuat kondisi air di kolam akan buruk, karena terjadi penumpukan bahan-bahan organik yang bersifat toksik bagi ikan lele. Dampak dari toksik akan menimbulkan gejala stress, menurunnya nafsu makan, timbulnya berbagai macam penyakit dan pada akhirnya akan menimbulkan kematian ikan lele, oleh karena itu perlu adanya pengelolaan kualitas air.

Pengelolaan kualitas air untuk keperluan budidaya sangat penting, karena air merupakan media hidup bagi kehidupan organisme akuakultur (Mulyanto, 1992). Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas air telah banyak dilakukan baik secara fisik maupun kimia, tetapi biaya yang diperlukan untuk menggunakan cara ini masih cukup besar dan terkadang tidak ramah lingkungan (Susanto, 1987 dalam Malau, 2003). Oleh karena itu maka pada media pemeliharaan digunakan teknik bioremediasi yaitu memanfaatkan bakteri probiotik dengan carier zeolit pada media pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

Zeolit merupakan suatu kelompok mineral alumunium silika yang berstruktur tiga dimensi

Page 8: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 106

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-

ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Jumlah zeolit

di Indonesia sangat berlimpah dan tersebar di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Zeolit dalam

perikanan dapat digunakan dalam membersihkan air kolam ikan dan dapat mengurangi kadar

nitrogen pada kolam ikan (Sujarwadi, 1997). Pemberian probiotik carier zeolit merupakan salah satu usaha kegiatan melalui pemeliharaan

bertujuan untuk memperbaiki serta mempertahankan kualitas air yaitu dengan cara mengoksidasi senyawa organik. Senyawa ini berasal dari sisa pakan, feces, plankton dan organisme yang mati.

Selain itu dapat menurunkan senyawa metabolit beracun (ammonia dan nitrit), mempercepat pembentukan dan kestabilan plankton, menurunkan pertumbuhan bakteri yang merugikan, penyedia

pakan alami dalam bentuk flok bakteri dan menumbuhkan bakteri pengurai (Moriarty, 1998 dalam Febriani, 2008). Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah bagaimana peranan bakteri probiotik dengan

carier zeolit pada pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pemberian probiotik dengan carier zeolit

yang dapat meningkatkan produktivitas hasil pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama

pembudidaya mengenai peranan bakteri probiotik dengan carier zeolit dalam meningkatkan produksi

ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Kerangka pemikiran

Menurut Suyanto (2007), ikan lele dumbo dalam kondisi normal dapat mencapai ukuran 250

gram/ekor jika dipelihara selama 100 hari. Dalam budidaya hal yang harus diperhatikan dalam usaha

pembesaran ikan lele dumbo sampai pada ukuran konsumsi adalah

kondisi kualitas air. Pada pemeliharaan ikan lele dumbo dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan secara berlebih akan menghasilkan limbah bahan organik dalam jumlah banyak, kemudian akan mengalami pembusukan dan menghasilkan ammonia yang bersifat racun sehingga air tercemar (Murtiati et al., 2004).

Secara teknis upaya untuk memperbaiki kualitas air dilakukan dengan cara penyiponan atau

pergantian air secara berkala. Metode ini ternyata masih menimbulkan resiko kematian ikan yang

cukup tinggi, hal ini dikarenakan ikan mengalami stress sehingga nafsu makan ikan menurun selain

itu metode ini juga memerlukan waktu cukup lama serta tenaga dan biaya yang cukup besar

(Susanto, 1987 dalam Taufik et al., 2005). Salah satu cara alternatif untuk dapat mempertahankan kualitas media pemeliharaan secara

efektif dan efisien adalah dengan menggunakan metode bioremidiasi yaitu penambahan bakteri

probiotik dengan carier zeolit pada pembesaran benih lele dumbo (Clarias gariepinus). Menurut Ali

(2000), penggunaan probiotik ke dalam air pemeliharaan ikan dapat memberikan pengaruh yang baik

terhadap kesehatan ikan karena probiotik tersebut akan mengubah komposisi bakteri di dalam air dan

sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa parameter kualitas air dan meningkatkan

kelangsungan hidup benih ikan. Zeolit adalah bahan yang berbentuk kristal yang berfungsi sebagai

penyerap ion NH3 , Fe, Mn, dan air. Adanya zeolit tersebut dapat mengurangi pencemaran

lingkungan (Rif‟an et al., 2003) dan hasil penelitian Vaulina (2002) menyebutkan bahwa

penggunaan carier zeolit mampu menyerap logam berat pada limbah perairan seperti Pb, Hg, dan Cd. Rahmadiarti (2009) menunjukkan bahwa pada benih ikan nila dengan kepadatan 5 ekor/L dan bobot

Page 9: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 107

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

rata-rata 5 gram/ekor menunjukkan bahwa penggunaan probiotik Epicin Pond Direct dengan dosis 3

mg/L memberikan pengaruh tertinggi dengan 1,92% untuk laju pertumbuhan dan 51,53% untuk

efisiensi pemberian pakan. menunjukan bahwa pemberian probiotik Pro Tech dengan dosis 5 mg/L

pada post larva udang windu memberikan pengaruh tertinggi pada laju pertumbuhan yaitu sebesar

28,42 % dan konsentrasi ammonia total pada media pemeliharaan adalah 0,025 mg/L. II METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.Lamongan yang dilaksanakan mulai bulan Februari – Mei 2014. 1. Kolam Beton ukuran 2x1x0,5 meter sebanyak 16 buah. 2. Termometer mengukur suhu. 3. Aerasi sebagai suplay oksigen. 4. Saringan untuk memindahkan ikan. 5. Teskit merek tetra untuk mengukur amonia. 6. Timbangan digital utuk mengukur bobot ikan. 7. DO meter untuk mengukur oksigen terlarut.

8. pH meter untuk mengukur pH. Bahan Penelitian 1. Ikan lele ukuran 7-9 cm dengan bobot rata-rata 8,13 sebnayak 960 ekor dengan kepadatan 1

ekor/60 L yang berasal dari kolam Ciparanje. 2. Probiotik dengan carrier zeolit bentuk bubuk.

3. Pakan komersial berupa pellet apung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap dengan empat kali perlakuan dan empat kali ulangan sehingga percobaan menjadi 16 unit percobaan, dengan perlakuan yang diberikan sebagai berikut : Perlakuan A = Tanpa menambahkan probiotik (Kontrol) Perlakuan B = Penambahan probiotik sebanyak 2,5 mg/L. Perlakuan C = Penambahan probiotik sebanyak 5 mg/L

Perlakuan D = Penambahan probiotik sebanyak 7,5 mg/L

Model Rancangan Acak Lengkap yang digunakan adalah sebagai berikut (Gaspersz,1991)

Yij = μ + τi + εij

Keterangan

Yij = Efektifitas pemberian probiotik pada perlakuan ke satu dan ulangan ke-j µ = Rata-rata sebenarnya τi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Kekeliruan berupa pengaruh acak

ulangan ke-j yang diberi perlakuan

ke-i

Pada penelitian ini yang diamati adalah parameter kualitas air dan kelangsungan hidup ikan

lele dumbo. Sebelum dilakukan percobaan, ikan uji diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan yang

baru selama beberapa hari. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu

Page 10: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 108

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

tahap persiapan dan tahap penelitian.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Air Air merupakan media hidup organisme akuatik, oleh karena itu kualitas air sangat

menentukan pertumbuhan dan kelangsungan organisme tersebut. Beberapa parameter kualitas air yang diukur selama penelitian yaitu ammonia (NH3), derajat keasaman (pH), Oksigen terlarut (DO) dan suhu. Amonia

Nilai kisaran amonia yang terukur selama pemeliharaan ikan lele dumbo pada setiap

pengamatan berada pada kisaran 0,03-0,029 mg/L (Lampiran 2). Nilai kisaran amonia dari hasil

pengamatan ini masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu

kurang dari 1 mg/L (Mahyudin, 2008). Selama pemeliharaan ikan lele dumbo, penambahan probiotik

ke kolam pemeliharaan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perubahan nilai

amonia. Ini terlihat dari hasil pengukuran konsentrasi amonia pada masing-masing kolam

pemeliharaan menunjukkan dengan pemberian probiotik sebanyak 2,5 mg/L, 5 mg/L, 7,5 mg/L

konsentrasi amonianya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kolam kontrol. Hal ini dimungkinkan karena pada kolam kontrol terjadi penumpukan amonia yang bersumber dari sisa pakan dan sisa metabolisme yang menumpuk dan tidak terdekomposisi seluruhnya oleh bakteri pengurai. Hasil metabolisme dan sisa pakan ini merupakan bahan organik dengan kandungan protein yang tinggi yang diuraikan menjadi polypeptide, asam-asam amino, dan akhirnya menjadi amonia sebagai produk akhir pada dasar wadah pemeliharaan (Kordi dan Tanjung, 2007). Dengan

penambahan probiotik pada kolam pemeliharaan maka akan terjadi penguraian bahan organik di dalam kolam sehingga hasil dari bahan organik yang akan menjadi amonia dapat ditekan konsentrasinya sehingga menunjukan bahwa dengan pemberian probiotik ke kolam pemeliharaan maka konsentrasi amonia akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kolam kontrol Derajat Keasaman (pH)

Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata pH selama penelitian berada pada kisaran 7,52- 8,23 (Gambar 7). Nilai kisaran pH hasil pengamatan selama penelitian masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu kisaran 6-9 (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006).

Derajat keasaman (pH) paling tinggi terjadi pada sampling ke-8 pada perlakuan kontrol yaitu

sebesar 8,23 dan yang paling rendah terjadi pada sampling ke-8 pada pemberian probiotik 2,5 mg/L.

Terjadinya fluktuasi pH selama penelitian untuk setiap perlakuan diduga disebabkan adanya

pelepasan dan pengambilan CO2 oleh organisme yang ada dalam kolam sehingga membentuk sistem

penyangga. Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran suhu selama penelitian pada semua kolam perlakuan tidak menunjukan perbedaan yaitu sekitar 25-26

0C (Lampiran 5). Kisaran suhu air ini masih berada dalam

kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu berkisar antara 22-320C (Ditjen

Perikanan Budidaya, 2006). Menurut hasil analisis suhu selama penelitian peningkatan suhu air dapat menyebabkan terjadi

peningkatan dekomposisi bahan organik oleh bakteri (Effendi, 2003). Suhu air akan mempengaruhi

kerja enzim pada bakteri, yaitu semakin tinggi suhu air maka proses metabolisme bakteri akan

semakin meningkat sehingga aktifitas penguraian nitrogen akan semakin cepat. Oksigen Terlarut (DO)

Page 11: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 109

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan DO dalam air pemeliharaan kisaran oksigen terlarut rata-rata yang terukur selama penelitian pada semua perlakuan berada pada kisaran 5,64 mg/L – 6,70 mg/L (Lampiran 3). Nilai kisaran oksigen terlarut dari hasil pengamatan ini masih memenuhi

kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu lebih dari 3 mg/L (Ditjen Perikanan

Budidaya, 2006). Hal ini dikarenakan adanya aerasi yang diberikan pada seluruh perlakuan sehingga

kandungan oksigen terlarut pada setiap kolam pemeliharaan relatif sama meskipun terdapat fluktuasi

yang cukup signifikan Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup merupakan perbandingan antara jumlah organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode. Kelangsungan hidup dapat digunakan dalam mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan kontrol (tidak diberi probiotik) dan perlakuan

dengan penambahan probiotik dengan konsentrasi yang berbeda ke dalam air pemeliharaan ikan lele

dumbo menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 68,33- 85,00 % (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo Perlakuan (mg/L) Rata-rata Kelangsungan Hidup (%)

Kontrol 68,33a

2,5 mg/L 80,00b

5 mg/L 85,00b

7,5 mg/L 83,33b

Hasil penelitian menunjukan bahwa kolam yang tidak diberi probiotik dengan carrier zeolit

menghasilkan kelangsungan hidup terendah yaitu 68,33% dan berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya. Pemberian probiotik sebesar 5 mg/L memberikan kelangsungan hidup tertinggi meskipun

tidak menunjukan tidak berbeda nyata dengan pemberian probiotik dengan carrier zeolit sebesar 2,5

mg/L dan 7,5 mg/L (Tabel 2).

Laju Pertumbuhan Hasil penelitian menunjukkan pemberian probiotik dengan carrer zeolit yang berbeda dalam

air pemeliharaan menghasilkan laju pertumbuhan harian antara 0,05-0,82 % (Lampiran 9). Nilai

kelangsungan hidup terendah ditunjukan pada pemberian probiotik sebanyak 7,5 mg/L dan nilai

kelangsungan yang tertinggi ditunjukan pada pemberian probiotik sebanyak 5 mg/L. Berdasarkan

analisis statistik perbedaan nilai kelangsungan hidup tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05).

Rendahnya laju pertumbuhan pada perlakuan kontrol disebabkan karena pada kolam tidak

ditambahkan probiotik, sehingga populasi bakteri yang dapat mengoksidasi bahan organik sedikit.

Dengan demikian akan terjadi peningkatan bahan organik pada media dan akan menjadi racun dalam

air pemeliharaan. Dampaknya akan memicu timbulnya penyakit dan kurangnya nafsu makan

sehingga berakibat pada rendahnya laju pertumbuhan ikan lele dumbo (Taufik dkk. 2005). Kemudian

rendahnya nilai kelangsungan hidup pada perlakuan 7,5 mg/L di duga karena bakteri probiotik yang

diinokulasi mulai tidak efektif dan terlalu banyak mikroba probiotik dalam media pemeliharaan,

sehingga terjadi persaingan negatif seperti persaingan dalam penggunaan nutrien dan ruang

(Aryantha dalam Agustin, 2000).

IV. KESIMPULAN Pemberian probiotik dengan carrier zeolit sebanyak 5mg/L dapat menekan konsentarsi amonia

Page 12: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 110

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

(0,17-0,22 ppm) dan dapat meningkatkan laju pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan lele

dumbo yang tinggi yaitu 82% dan 85%.

DAFTAR PUSTAKA Agustin, A. 2000. Potensi Mikroba Probiotik dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Kesintasan

Udang Windu dalam Skala Lab. Skripsi, Institut Tekhnologi Bandung.

Ali, A. 2000. Probiotics in Fish Farming : Evolution of a Candidate Bacterial Mixture. Thesis.

Vatten Bruksinintutionen. http://www.varbr.clu.se Diakses 19 febuari 2012

Balai Budidaya Air Tawar. 2004. Mengenal Lele Dumbo. Leaflet. Departemen Kelautan dan

Perikanan, Ditjenkan. Balai Budidaya Air Tawar, Sukabumi. 5 halaman.

Barnabe. G. 1990. Aquaculture, Volume 1. Ellis Horwood, London. Halaman 38-198. Boyd, E. C., dan F. Lichkoppler. 1979. Water Quality Management in Pond Fish Culture /

Pengelolaan Kualitas Air Kolam. Alih Bahasa: Artati, F. Cholik, dan R. Arifudin. 1986. Dirjen

Perikanan, Jakarta. 52 halaman. Boyd. C.E., Gross.A. 1998. Use of Probiotics for Improving Soail and Water Quality in Aquaculture

Ponds in Flagel, T.W.(Ed.) Advance in Shrimp Biotechnology. National Center for Genetic Engineering and Biotechnology. Bangkok, Thailand. 437 halaman.

Chon

a. 1872. Bacillus sp. http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus. Diakses pada tanggal 23 Mei 2012.

Chonb. 1872. Nitrosomonas sp. http://en.wikipedia.org/wiki/Nitroso monas. Diakses pada tanggal 23

Mei 2012. Dhahiyat, Y. 1992. Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Air. Environmental Management of

Urban Development Project, T.A No 1473-INO. 45 halaman.

Dinas Perikanan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. 2006. Buku Tahunan Statistikb Perikanan

Budidaya 2006. Bandung

Effendi, E. 2005. Fungsi Probiotik dalam Budidaya Perikanan. www.unila.ac.id Diakses 19 febuari

2012

Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 halaman.

Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka Nusantara, Bogor. Hal 92-100;

130-132

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Prairan.

Kanisius, Yogyakarta. Halaman 258.

Effendi. M.I 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.

Kanisius, Yogyakarta. 258 halaman.

Feliantra, I. Irwan dan E. Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Asap Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoganus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur

Indonesia, 6(2): 75-80.

Fuller, R. 1992. History and Development of Probiotics, Chapman and Hall.London

Hernowo, dan S. Rachmatun. 2002. Pembenihan Ikan Dan Pembesaran Lele Di Pekarangan,

Sawah, dan Longyam. Penebar Swadaya, Jakarta. 88 halaman.

Page 13: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 111

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Kajian Kualitas Air Ditinjau Dari Indeks Keanekaragaman

Plankton Muara Kali Kethek Desa Sedayu Lawas

Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

Endah Sih Prihatini

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan

dominansi plankton dan menganalisis tingkat saprobitas sebagai indikator tingkat pencemaran muara

serta mengetahui kondisi kualitas air yang mendukung kelimpahan dan keanekaragaman plankton di

sepanjang di muara Kali Kethek Desa Sedayulawas.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sampling dan metode purposive random

sampling terhadap 4 Stasiun pengambilan sampling dengan pengulangan sebanyak 3 kali dan jarak

antar ulangan 5-10 meter sehingga diperoleh 12 sampel air didapat dari 4 Stasiun dengan kode A1,

A2, A3 ; B1, B2, B3 ; C1, C2, C3 dan D1,D2,D3. Selanjutnya mengkaji beberapa parameter yang

diteliti antara lain saprobik indeks dan tropik saprobik indeks plankton, serta indeks keanekaragaman

plankton.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila dilihat dari nilai indeks

keanekaragamannya, maka stasiun A, B, C dan D berada pada kisaran 1,705 – 1,841

artinya menunjukkan keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah, ini dikarenakan nilainya lebih

kecil dari 2,3026. Dengan menggunakan indeks keanekaragaman di tentukan kondisi perairan Kali

Kethek, nilai indeks keanekaragamannya masuk pada kisaran 1 – 3, sehingga dapat dikatakan

perairan muara Kali Kethek berada dalam kondisi tercemar sedang. Dan berdasarkan hasil

perhitungan rata – rata nilai SI berada pada kisaran 0,82 – 1,25 termasuk dalam kelompok β-

mesosaprobik atau perairan yang tercemar ringan hingga sedang karena berada pada kisaran 1,0 –

1,5 dan TSI berada pada kisaran 0,43 – 0,49 masuk dalam kelompok β/α-mesosaprobik yang artinya

perairan pada kondisi tercemar sedang. Hal tersebut berdasarkan penelitian, apabila TSI berkisar

antara 0 – 0,5. Pada pengukuran parameter kualitas air di semua stasiun , DO berada pada nilai

kisaran 4,93 – 6,06 mg/L, kadar nitrit berkisar 0,13 – 0,32 mg/L, kadar ammonia berkisar 0,3 – 0,5

mg/L sehingga terindikasi pencemaran ringan.

Kata kunci : Kualitas air, indeks keanekaragaman, indeks saprobitas, plankton

I. PENDAHULUAN Muara Kali Kethek yang merupakan bagian hilir dari pecahan sungai Bengawan Solo,

membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat, airnya digunakan sebagai sumber

utama bagi kegiatan pembudidayaan ikan atau udang oleh penduduk setempat di gunakan untuk

dermaga Pelabuhan Rakyat Brondong dan digunakan untuk pengolahan perikanan dan kawasan

padat penduduk akan memberikan dampak adanya pencemaran perairan. Ekosistem perairan

merupakan bagian integral dari lingkungan hidup manusia yang relatif banyak dipengaruhi oleh

berbagai macam kegiatan manusia serta dapat dijadikan sebagai pedoman untuk kerusakan

lingkungan. Segala aktifitas manusia akan menyebabkan perubahan pada ekosistem muara

(Triatmodjo, 1999 dalam Zahidin, 2008).

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke

Page 14: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 112

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Peraturan

Pemerintah No. 20 Tahun 1990).

Pengukuran parameter fisika dan kimia hanya dapat menggambarkan kualitas lingkungan

pada waktu tertentu. Untuk indikator biologi dapat memantau secara kontinyu dan merupakan

petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran. Keberadaan organisme muara dapat

digunakan sebagai indikator terhadap pencemaran air selain indikator kimia dan fisika. Akibat

adanya pencemaran terhadap organisme muara adalah menurunnya keanekaragaman dan kelimpahan

hayati pada lokasi yang terkena dampak pembuangan limbah.

Plankton yang mempunyai sifat selalu bergerak dapat juga dijadikan indikator

pencemaran perairan. Kehadiran plankton di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik

suatu perairan, berada dalam kondisi subur atau tidak selain itu plankton juga dapat menunjukkan

perairan dalam kondisi stabil atau tidak stabil (Dawes, 1981 dalam Amin dan Utojo, 2007).

Untuk mengetahui sejauh mana pencemaran di muara Kali Kethek maka perlu adanya

penelitian kajian kualitas air di muara kali kethek desa sedayulawas kecamatan brondong kabupaten

lamongan di tinjau dari indeks keanekaragaman dan indeks saprobitas plankton

II. METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama 32 hari yaitu 10 Januari 2013 sampai 10 Pebruari 2013.

Penelitian ini dilaksanakan di muara Kali Kethek Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong

Kabupaten Lamongan, sedangkan identifikasi plankton dilakukan di Laboratorium Dinas Perikanan

dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Stasiun pengambilan sampel dibagi menjadi empat lokasi yang

terdiri dari :

a. Stasiun A (ST .A) Sebelah timur Pelabuhan Rakyat Brondong berjarak 1.000 meter dari break

water, merupakan muara yang dangkal dan terdapat karang.

b. Stasiun B (ST .B) .Berada di dekat muara Kali Kethek menuju ke hilir mendekati break

water, di bagian tepi kanan kirinya ada dinding tanggul dan berdekatan dengan pipa

pembuangan milik perusahaan pengolahan ikan setempat.

c. Stasiun C (ST .C) . Berada di dekat dermaga Pelabuhan Rakyat Brondong menuju ke arah

muara Kali Kethek, di bagian salah satu tepinya menjadi tempat tambatan kapal yang berlabuh,

tepi yang lainnya terdapat timbunan tanah akibat pendangkalan.

d. Stasiun D (ST .D) . Berada dipinggir pantai yang dangkal di wilayah Dusun wedung Desa

Sedayulawas.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan penelitian adalah: Plankton Net no.25, botol sampel, ember plastik, pipet

tetes, formalin, kertas label, san alat tulis. Mikroskop trinokuler, sedgwich rafter, tissue, buku

identifikasi plankton. Termometer, refraktometer, pH paper, DO meter, nitrit, dan amonia

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dan metode purposif random sampling

terhadap 4 stasiun pengambilan sampling dengan pengulangan sebanyak 3 kali dan jarak antar

ulangan 5 - 10 meter dan metode penelitian sampel (Sample Survey Method)

Penelitian ini adalah riset deskriptif yang bersifat eksploratif, bertujuan untuk

menggambarkan keadaan atau status fenomena. Apabila datanya telah terkumpul, lalu

diklasifikasikan menjadi 2 ( dua ) kelompok data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif (Arikunto,

1999).

Parameter utama dalam penelitian adalah plankton yang diambil di lokasi penelitian yaitu

di sekitar muara Kali Kethek Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

Page 15: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 113

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Jeda atau interval waktu pengambilan sampel adalah setiap 2 ( dua ) minggu sekali,

sehingga sampel yang diperoleh akan berbeda secara signifikan untuk tiap-tiap pengambilan sampel.

Diperoleh 12 sampel air didapat dari 4 Stasiun dengan kode A1, A2, A3 ; B1, B2, B3 ; C1, C2, C3 ;

dan D1,D2,D3.

Untuk mengidentifikasi dan menghitung kelimpahan fitoplankton, contoh air disaring

sebanyak 25 liter dengan menggunakan plankton net ukuran 25 μm. Hasil penyaringan dimasukkan

ke dalam botol film dan diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 2 - 3 tetes. Selanjutnya sampel

tersebut diidentifikasi di Laboratorium Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan dengan

mengacu kepada pustaka Sachlan (1982) dan Thomas (1997).

2.2 Analisis Data

Semua data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif. Menurut Hadi (1982)

analisis deskriptif digunakan untuk dapat menggambarkan mengenai situasi dan kondisi pada

waktu dan tempat yang terbatas untuk mengetahui situasi dan kondisi lokal suatu lokasi yang dapat

digeneralisasikan pada waktu dan lokasi yang berbeda. Data yang diperoleh disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik serta dilakukan interpretasi.

2.2.1 Kelimpahan plankton

Mengacu kepada Wardhana,W (2003) bahwa pencacahan plankton dilakukan dengan

menghitung jumlah plankton per satuan volume. Kepadatan plankton dalam sel atau individu per

satuan volume dapat diketahui dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :

D = q ( 1

) ( 1

) f V

Dimana :

D : Jumlah plankter per satuan volume ( Ind/liter )

q : Jumlah plankter dalam subsampel ( Ind )

f : fraksi yang diambil ( volume subsampel per volume

sampel )

V : Volume air yang tersaring ( ml ) = 250 ml

Volume sampel di dalam botol film dinyatakan dalam simbol “ I ” dan untuk mengetahui volume

sampel air, terlebih dahulu dihitung volume botol film dengan mempergunakan rumus :

v = 𝜋𝑟2t ( di konversi dalam liter )

Volume subsampel dinyatakan dalam simbol “p” dengan volume 0,1 ml, sedangkan volume air yang

tersaring diketahui 250 ml.

2.2.2 Indeks Keanekaragaman

Untuk menghitung keanekaragaman, maka digunakan indeks keanekaragaman Shannon-

Wiener (Romimohtarto dan Juwana, 2005) sebagai petunjuk pengolahan data.

H' = - ( ni / N ) ln ( ni / N )

Dimana :

H‟ = Indeks Diversitas Shannon-Wienner

Page 16: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 114

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

ni = Jumlah individu/spesies

N = Jumlah individu keseluruhan

Kisaran total indeks keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut modifikasi Wilhm dan

Dorris (1968) dalam Dianthani (2003) :

− H‟ < 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan

komunitas rendah

− 2,3026 < H ‟< 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan

komunitas sedang

− H‟ > 6,907 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan

komunitas tinggi

Berdasarkan indeks keanekaragaman juga dapat ditentukan kriteria mutu kualitas muara

(modifikasi Wilhm dan Dorris, 1968 ; Dahuri, 1995 dalam Zahidin, 2008). Apabila indeks

keanekaragaman > 3 berarti muara tidak tercemar. Muara termasuk tercemar sedang bila H‟ dalam

kisaran 1 - 3. Yang terakhir muara termasuk tercemar berat bila H‟ < 1. Indeks keseragaman adalah

perbandingan keanekaragaman maksimal dalam suatu komunitas. Nilai indeks keseragaman antara

0 – 1, makin besar nilainya berarti penyebaran individu tiap jenis atau genera semakin merata dan

tidak ada spesies yang mendominasi, begitu pula sebaliknya.

2.2.3 Indeks Keseragaman

Untuk mengetahui sebaran ataupun distribusi kelimpahan takson dalam komunitas

dilakukan uji indeks ekuitabilitas yang disebut juga sebagai indeks keseragaman. Adapun rumus dari

indeks ekuitabilitas adalah sebagai berikut (Zar, 1999 dalam Yazwar, 2008)

Indeks Keseragaman ( E ) = H‟

H maks

Dimana :

E =

Indeks Ekuitabilitas

H‟ = Indeks diversitas Shannon-Wienner

H maks =

Indeks diversitas maximum, yang nilainya sama dengan

Ln S ( dimana S banyaknya spesies ). Besarnya nilai E

berkisar antara 0 – 1

Kriteria :

0 < E < 0,4 = Keseragaman Rendah

0,4 < E < 0,6 = Keseragaman Sedang

E > 0,6 =

Keseragaman Tinggi

2.2.4 Indeks Dominansi Indeks Dominansi dihitung dengan menggunakan rumus indeks dominanasi dari Simpson

(Odum, 1971 dalam Yazwar, 2008) :

D = ( ni / N ) 2

Page 17: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 115

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Dimana :

D = Indeks Dominansi Simpson

ni = Jumlah Individu tiap spesies

N = Jumlah Individu seluruh spesies

2.2.5 Analisa Trosap Untuk menghitung saprobitas muara digunakan analisis trosap yang nilainya ditentukan dari

Saprobik Indeks (SI) dan Tropik Saprobik Indeks (TSI). Formula yang digunakan adalah hasil

formulasi Persone dan (De Pauw,1983 dan Anggoro, 1988 dalam Suryanti, 2008) :

SI = 1C + 3D + 1B - 3A

1A + 1B + 1C + 1D Keterangan :

SI = Saprobik Indeks

A = Jumlah Spesies Organisme Polysaprobik

B = Jumlah Spesies Organisme α-Mesosaprobik

C = Jumlah Spesies Organisme β-Mesosaprobik

D = Jumlah Spesies Organisme Oligosaprobik

TSI = 1(nC) + 3(nD) + (nB) – 3 (nA) X nA + nB + nC + nD + nE

1(nA) + 3(nB) + 1(nC) + 1 (nD) nA + nB + nC + Nd

Keterangan :

N = Jumlah individu organisme pada setiap kelompok saprobitas

nA = Jumlah individu penyusun kelompok Polysaprobik

nB = Jumlah individu penyusun kelompok α-Mesosaprobik

nC = Jumlah individu penyusun kelompok β-Mesosaprobik

nD = Jumlah individu penyusun kelompok Oligosaprobik

nE = Jumlah individu penyusun selain A, B, C dan D

2.2.6 Uji T Adapun rumus dari uji T yang di pergunakan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan

dari keanekaragaman plankton antar stasiun adalah sebagai berikut (Zar, 1999 dalam Yazwar, 2008)

:

t =H'1-H'2 / SH'1-SH'2

dimana :

t : Nilai t hitung yang di cari

H' : Indeks keanekaragaman

SH' : Standard Deviasi Keanekaragaman

Nilai Standard deviasi keanekaragaman dapat dihitung dari variasi keanekaragaman sebagai berikut

ini :

Page 18: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 116

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

SH'1-SH'2 = √S2H'1 + S

2H'2

Selanjutnya, variasi keanekaragaman dapat di hitung melalui pendekatan berikut ini :

S2

H' = ∑fi ln2 fi – ( ∑ fi ln fi)

2/n / n

2

Dimana :

fi = Jumlah individu tiap takson

n = Jumlah total dari individu keseluruhan takson

Sementara itu nilai derajat bebas ( v ) yang digunakan untuk mendapatkan nilai t tabel pada tabel t

dihitung melalui persamaan sebagai berikut :

V = ( S2

H'1 + S2

H'2)2 / (S

2H'1)/n1 + (S

2H'2)/n2

Kriteria :

t hitung < t tabel. Pada 0.05 : tolak Ha, terima Ho

t hitung > t tabel. Pada 0.05 : terima Ha, tolak Ho

2.4 Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air mencakup : Suhu, pH (Derajat Keasaman), Oksigen Terlarut (DO),

Kadar Garam (salinitas), Nitrit (NO2-N), Amonia.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Hasil Penelitian

Kelimpahan Plankton Dalam penelitian jumlah plankton di Stasiun A didapatkan sejumlah 15 genera dengan

kelimpahan rata-rata sebesar 138.911 individu/L seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun A (Individu/L)

No Kelompok

Saprobitas Spesies

Kelimpahan Individu ( Ind / Lt )

1 2 3 Rata-rata

1

α Meso-

saprobik

Chaetoceros sp. 7065 8.478 9.891 8.478

2 Rhizosolenia sp. 17.662 7.065 1.413 8.713

3 Coelastrum sp. 0 0 0 0

4 Nitzschia sp. 65.028 37.444 125.051 75.841

5 Navicula sp. 6.358 4.945 4.945 5.417

6

β Meso –

saprobik

Ceratium sp. 2.826 4.239 2.826 3.297

7 Hidrodiction sp. 1.413 2.826 2.826 2.355

8 Asterionella sp. 4.239 1.413 1.413 1.413

9 Actinosphaerium sp. 0 0 0 0

10 Nauplius sp. 1.413 2.826 2.119 1.884

11 Oligo-

saprobik Skeletonema sp. 8.478 3.532 3.532 3.768

12

Non

saprobik

Pleurosigma sp 15.543 6.358 7.771 7.301

13 Gyrosigma sp 4.239 2.119 2.119 2.120

14 Jantina jantina 1.413 2.826 1.413 942

15 Amphipora sp 4.239 5.532 7.065 4.239

Page 19: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 117

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

16 Acroperus sp 1.413 1.413 2.119 1.178

17 Rabdonella sp 5.652 2.119 2.119 2.355

18 Poli-

saprobik Spirullina sp 0 0 0 0

Jumlah 146.981 93.135 176.622 129.300

Tabel 3. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun B (Individu/L)

No Kelompok

Saprobitas Spesies

Kelimpahan Individu ( Ind / Lt )

1 2 3 Rata-rata

1

α Meso-

saprobik

Chaetoceros sp. 12.717 14.837 16.250 14.601

2 Rhizosolenia sp. 11.304 13.424 24.021 16.250

3 Coelastrum sp. 7.065 7.772 7.065 7.301

4 Nitzschia sp. 228.200 142.713 190.755 187.223

5 Navicula sp. 2.120 2.826 2.826 2.591

6

β Meso –

saprobik

Ceratium sp. 2.120 2.120 2.826 2.355

7 Hidrodiction sp. 0 0 0 0

8 Asterionella sp. 36.738 37.445 63.585 45.923

9 Actinosphaerium sp. 45.923 55.107 66.411 55.814

10 Nauplius sp. 6.359 7.065 9.891 7.772

11 Oligo-

saprobik Skeletonema sp. 3.533 4.239 2.826 3.533

12

Non

saprobik

Pleurosigma sp 12.717 14.837 16.956 14.837

13 Gyrosigma sp 2.120 4.239 2.826 3.062

14 Jantina jantina 2.120 2.826 4.239 3.062

15 Amphipora sp 3.533 2.826 4.946 3.768

16 Acroperus sp 0 0 0 0

17 Rabdonella sp 2.120 2.826 2.826 2.591

18 Poli-

saprobik Spirullina sp 11.304 9.185 6.359 8.949

Jumlah 389.988 324.284 424.607 379.626

Tabel 4. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun C (Individu/L)

No Kelompok

Saprobitas Spesies

Kelimpahan Individu ( Ind / Lt )

1 2 3 Rata-rata

1 α Meso- Chaetoceros sp. 7.065 15.543 11.304 11.304

Page 20: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 118

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

2 saprobik Rhizosolenia sp. 9.185 16.956 16.956 14.366

3 Coelastrum sp. 4.946 5.652 2.120 4.239

4 Nitzschia sp. 155.430 156.843 146.952 153.075

5 Navicula sp. 2.120 1.413 1.413 1.649

6

β Meso -

saprobik

Ceratium sp. 2.826 2.120 2.120 2.355

7 Hidrodiction sp. 0 0 0 0

8 Asterionella sp. 28.260 25.434 47.336 33.677

9 Actinosphaerium sp. 29.673 46.629 46.629 40.977

10 Nauplius sp. 4.239 2.120 4.239 3.533

11 Oligo-

saprobik Skeletonema sp. 5.652 5.652 6.359 5.888

12

Non

saprobik

Pleurosigma sp 10.598 14.130 11.304 12.011

13 Gyrosigma sp 2.826 2.120 2.826 2.591

14 Jantina jantina 2.120 2.120 2.120 2.120

15 Amphipora sp 2.826 2.120 3.533 2.826

16 Acroperus sp 0 0 0 0

17 Rabdonella sp 1.413 2.120 1.413 1.649

18 Poli-

saprobik Spirullina sp 3.533 4.946 2.826 3.768

Jumlah 272.709 305.915 309.447 296.024

Tabel 5. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun D (Individu/L)

No Kelompok

Saprobitas Spesies

Kelimpahan Individu ( Ind / Lt )

1 2 3 Rata-rata

1

α Meso-

saprobik

Chaetoceros sp. 31.793 17.663 12717 20.724

2 Rhizosolenia sp. 31.086 12.011 24.728 22.608

3 Coelastrum sp. 0 0 0 0

4 Nitzschia sp. 48.042 54.401 148.365 83.603

5 Navicula sp. 8.478 9.185 6.359 8.007

6

β Meso -

saprobik

Ceratium sp. 2.826 6.359 3.533 4.239

7 Hidrodiction sp. 2.826 4.239 3.533 3.533

8 Asterionella sp. 0 0 0 0

9 Actinosphaerium sp. 0 0 0 0

10 Nauplius sp. 2.120 3.533 2.826 2.826

11 Oligo-

saprobik Skeletonema sp. 6.359 3.533 6.359 5.417

12 Non

saprobik

Pleurosigma sp 7.065 5.652 4.946 5.888

13 Gyrosigma sp 2.826 5.652 2.826 3.768

14 Jantina jantina 2.120 3.533 2.120 2.591

Page 21: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 119

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

15 Amphipora sp 2.826 5.652 12.717 7.065

16 Acroperus sp 1.413 4.239 7.772 4.475

17 Rabdonella sp 2.826 3.533 3.533 3.297

18 Poli-

saprobik Spirullina sp 0 0 0 0

Jumlah 152.604 139.181 242.330 178.038

Nilai Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks

Dominansi Plankton Hasil kelimpahan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi

plankton bisa dilihat di tabel 6

Tabel.6 Nilai Kelimpahan Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi

Plankton

Stasiun Titik

Sampling Kelimpahan

( Individu/L )

Indeks

Keanekaragaman

(H‟)

Indek

Keseragaman

(E)

Indeks

Dominansi

(D)

A

A1 146,981 1,890 0,407 0,225 A2 93,135 2,229 0,536 0,159 A3 176,622 1,176 0,226 0,554 Rata-rata 138,913 1,765 0,389 0,312

B

B1 389,988 1,537 0,261 0,379 B2 324,284 1,872 0,331 0,245 B3 424,607 1,757 0,298 0,291 Rata-rata 379,626 1,722 0,296 0,305

C

C1 272,709 1,551 0,273 0,387 C2 305,915 1,823 0,332 0,264 C3 309,447 1,742 0,310 0,296 Rata-rata 296,024 1,705 0,305 0,315

D

DI 152,604 1,943 0,379 0,202 D2 139,181 2,055 0,412 0,216 D3 242,330 1,525 0,273 0,408 Rata-rata 178,038 1,841 0,354 0,275

Sumber : Data Primer, Januari-Februari 2013

Saprobik Indeks dan Tingkat Saprobik Indeks

Pengamatan dan perhitungan SI dan TSI dalam tabel 7.

Tabel 7. Nilai SI dan TSI di semua Titik Sampling

Stasiun Titik Sampling SI TSI

A

A1 1.27 0.43 A2 1.25 0.49 A3 1.04 0.42

B

B1 0.82 0.39 B2 0.82 0.45 B3 0.82 0.47

Page 22: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 120

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

C C1 0.82 0.46 C2 0.82 0.44 C3 0.81 0.50

D

DI 1.25 0.48

D2 1.25 0.54

D3 1.25 0.44

Tabel 8. Hasil Perhitungan Rata-Rata SI dan TSI di Muara Kali Kethek Desa Sedayulawas

Nilai

Stasiun A

Stasiun B

Stasiun C

Stasiun D

Kelompok

SI 1,19 0,82 0,82 1,25 β - Mesosaprobik

TSI 0,45 0,43 0,46 0,49 β/α - Mesosaprobik

3.2 Data Kualitas Air

Data pengukuran kualitas air pada penelitian dapat dilihat di tabel 9

Tabel 9. Data Parameter kualitas air di Muara Kali Kethek

No Parameter Stasiun

Nilai Referensi A B C D

1 Suhu ( OC ) 28,9 29,5 31,0 29,7

15 – 35 OC

(Hutabarat dan Evans, 1985)

2 DO (mg/L) 6,06 4,93 4,96 5,35 > 3 mg/L

(PP No.82 tahun 2001)

3 pH 7,66 7,88 7,88 7,82 7,0 – 8,5 (Kep.Men LH 51/2004)

4 Salinitas (O/00) 28,8 15,5 5,0 18,0

5 – 30 O/00

(Nybakken,1988)

5 Nitrit (NO2-N)

(mg/L) 0,36 0,15 0,43 0,27

0,06 mg/L (Kep.Men LH 02/1988)

6 Amonia Bebas

(mg/L) 0,05 0,04 0,04 0,04

0,016 mg/L (Kep.Men LH 02/1988)

3.2.Pembahasan Kelimpahan Plankton

Kelimpahan plankton yang paling banyak ditemukan di muara Kali Kethek adalah

Nitzschia sp. di stasiun B yang lokasinya di mulut muara Kali Kethek dengan kelimpahan rata-rata

187.223 individu/L. Kelas Bacillariophyceae sebagai penyusun fitoplankton memiliki toleransi yang

tinggi terhadap perubahan untuk hidup pada berbagai kondisi perairan dibanding dengan genera dari

kelas lainnya (Amin,M dan Utojo, 2007).

Di stasiun A yang lokasinya berada di timur mulut muara yang merupakan pantai

berkarang dengan kelimpahan sebesar 948 individu/L. Berdasarkan pada rata-rata kelimpahan

planktonnya, perairan Kali Kethek tergolong perairan yang eutrooph (tingkat tinggi), dengan

kelimpahan >12.000 Ind/L yaitu berada pada semua stasiun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam grafik kelimpahan plankton dari semua stasiun penelitian.

Page 23: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 121

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Grafik 5. Grafik Kelimpahan plankton dari spesies Polisaprobik

3.2.2 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Secara keseluruhan, indeks keanekaragaman rata – rata berada dalam kisaran 1,705 –

1,841. Kemudian untuk indeks keseragaman menunjukkan nilai kisaran 0,296 – 0,389. Dan untuk

indeks dominansi berada pada kisaran 0,159 – 0,387.

Apabila dilihat dari nilai indeks keanekaragamannya, maka stasiun A, B, C dan D

menunjukkan keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah, ini dikarenakan nilainya lebih kecil

dari 2,3026. Dengan menggunakan indeks keanekaragaman juga dapat di tentukan kondisi perairan

Kali Kethek, nilai indeks keanekaragamannya berada pada kisaran 1,705 – 1,841 artinya masuk

pada kisaran 1 – 3, sehingga dapat dikatakan p e r a i r a n mu a r a K a l i K e t h e k berada dalam

kondisi tercemar sedang. (Kementerian Lingkungan Hidup, 1995).

Berdasarkan pencapaian tabel 7. nilai indek keseragaman diseluruh stasiun yang berkisar

Grafik 1. Grafik Kelimpahan plankton dari spesies α-Mesosaprobik

Grafik 2. Grafik Kelimpahan plankton dari

spesies β-Mesosaprobik

Grafik 3. Grafik Kelimpahan plankton dari

spesies Oligosaprobik

Grafik 4. Grafik Kelimpahan plankton dari

spesies Non saprobik

050,000

100,000150,000200,000

Kel

imp

ah

an

(In

d/L

)

Spesies α-Mesosaprobik

Stasiun A

Stasiun B

Stasiun C

Stasiun D

02,0004,0006,000

Sta

siu

…S

tasi

un B

Sta

siun C

Sta

siu

Kel

imp

ah

an

(In

d/L

)

Spesies Oligo Saprobik

Skeletonema

sp.

050,000

100,000

Cer

a…

Ast

e…

Nau

Kel

imp

ah

an

(In

d/L

)

Spesies β-Mesosaprobik

Stasiun A

Stasiun B

Stasiun C

Stasiun D

0

20,000

Ple

Jan…

Ac…

Kel

imp

ah

an

(In

d/L

)

Spesies Non Saprobik

Stasiun A

Stasiun B

Stasiun C

Stasiun D

0

5,000

10,000

Sta

siun A

Sta

siun B

Sta

siun C

Sta

siun D

Kel

imp

ah

an

(In

d/L

)

Spesies Poli Saprobik

Spirullina sp

Page 24: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 122

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

0,296 – 0,389 , maka kondisi perairan muara Kali Kethek dapat dikatakan disimpulkan kondisi

keseragaman rendah. Hal ini didasarkan pada pertimbangan indeks keseragamannya berada pada

kisaran 0 < E < 0,4 (Zar, 19991 dalam Yazwar, 2008)

Sedangkan untuk nilai indeks dominansi di seluruh stasiun berada pada kisaran 0,275 –

0,315. Nilai indeks dominansi mendekati angka 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

spesies yang mendominasi di seluruh stasiun.

Data hasil perhitungan rata-rata Indeks Keanekaragaman (H‟), Indeks Keseragaman (E) dan

Indeks Dominansi (D) plankton di Muara Kali Kethek sebagai lokasi penelitian selengkapnya

dapat dilihat dalam Tabel 13.

Tabel 10. Hasil Perhitungan rata – rata Indeks Keanekaragaman (H‟) , Indeks Keseragaman (E) dan

Indeks Dominansi Plankton di Muara Kali Kethek

Nilai Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D

Indeks Keanekaragaman (H‟) 1,765 1,722 1,705 1,841

Indeks Keseragaman (e) 0,389 0,296 0,305 0,354

Indeks Dominansi (D) 0,312 0,305 0,315 0,275

3.2.3 Saprobik Indeks (SI) dan Tingkat Saprobik Indeks (TSI) Tingkat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dari nilai Saprobik Indeks (SI) dan

Tingkat Saprobik Indeks (TSI). Berdasarkan hasil perhitungan rata – rata nilai SI dan TSI di lokasi

stasiun B dan stasiun C yang sama – sama berada di muara Kali Kethek menunjukkan di stasiun B

nilainya sebesar 0,82 dan 0,45 dan stasiun C sebesar 0,82 dan 0,49. Nilai TSI stasiun C lebih tinggi

jika dibandingkan nilai TSI stasiun B. Walaupun perbedaannya sangat tipis, ini disebabkan dalam

perhitungan pengaruh faktor kelimpahan plankton dari semua golongan saprobik lebih banyak

dibanding yang non saprobik.

Pada stasiun A dan D yang lokasinya sama-sama berada di wilayah pantai menunjukkan hal

yang berbeda dibanding dengan kedua stasiun yang disebutkan di atas. Nilai SI pada stasiun A

sebesar 1,19 memang lebih rendah dibanding stasiun D sebesar 1,25 dan nilai TSI stasiun D sebesar

0,49 lebih tinggi dibandingkan stasiun A sebesar 0,45. Hal ini disebabkan jenis organisme

saprobiknya lebih banyak sehingga nilai SI- nya juga lebih tinggi.

Pada semua stasiun pengambilan sampel termasuk dalam kelompok β-mesosaprobik

atau perairan yang tercemar ringan hingga sedang karena berada pada kisaran 1,0 – 1,5 (Lee et. al.,

1978 ; Knobs, 1978 ; Anggoro,1988 dalam Zahidin, 2008). Dan berdasarkan nilai TSI, semua stasiun

masuk dalam kelompok β/α-mesosaprobik yang artinya perairan pada kondisi tercemar sedang. Hal

tersebut berdasarkan penelitian, apabila TSI berkisar antara 0 – 0,5 maka termasuk dalam kelompok

β/α – Mesosaprobik (Lee et. al., 1978 ; Knobs, 1978 ; Anggoro,1988 dalam Zahidin, 2008). Hasil

rata-rata SI dan TSI selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

3.2.4 Parameter Kualitas Air

Muara Kali Kethek mempunyai suhu perairan yang berkisar antara 28,9 – 31,0 0

C.

Dibandingkan dengan angka referensi menurut Hutabarat dan Evans (1985) pada tabel 15.

Menunjukka pada kisaran aman.

Nilai derajat keasaman (pH) perairan sebesar 7,66 – 7,88. Berdasarkan nilai pH yang

diperoleh selama pengamatan maka dapat dikemukakan bahwa pH diperairan Kali Kethek tersebut

masih berada dalam kisaran baku mutu air Kep.Men LH 51/2004, yaitu 7 – 8,5.

Nilai salinitas di semua stasiun menunjukkan angka sebesar 5–28,8 ‰,

dibandingkan dengan angka referensi Nybbaken (1988) yang berkisar 5 – 30 ‰ maka salinitas pada

kondisi baik.

Page 25: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 123

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Kelarutan oksigen (DO) dalam air dipengaruhi oleh faktor suhu dan kadar garam, jika

kelarutan oksigen dalam air menurun, maka suhu dan kadar garam meningkat. Berdasarkan data

lapang di semua stasiun diperoleh kandungan oksigen terlarutnya berkisar 4,93 – 6,060 mg/L

artinya berada di atas kriteria mutu air yang diperbolehkan sebesar > 3 mg/L (PP No.82 tahun

2001).

Kadar nitrit pada semua sampel air melebihi standar baku mutu yang ditetapkan, yaitu 0.06

mg/L. Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa Stasiun A dan stasiun D yang sama – sama berada di

lokasi pantai memiliki kadar sebesar 0,32 mg/L dan 0,13 mg/L. Hal ini disebabkan oleh kandungan

bahan organik yang tinggi yang berasal dari limbah rumah tangga, aktivitas pembuangan sampah ke

laut dan kemungkinan pembuangan limbah dari pabrik pengolahan ikan setempat.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa kadar amonia total (NH4-N) pada di semua stasiun

memiliki kisaran di atas nilai baku mutu sebesar 0,016 mg/L (Kep.Men LH 02/1988). Pada

pengukuran tertinggi berada di stasiun A sebesar 0,05 mg/L, hal ini disebabkan oleh masuknya

bahan organik ke pantai akibat buangan limbah yang berasal dari perkampungan padat dan aktivitas

pembuangan sampah ke laut secara terus menerus.

Berdasarkan hasil perhitungan Uji T diperoleh kesimpulan menunjukkan nilai indeks

keanekaragaman antara stasiun A dan B, Stasiun A dan D, Stasiun B dan D, Stasiun C dan D

berada pada t hitung > t tabel. Pada 0.05 : tidak berbeda nyata. Sedangkan untuk Stasiun A dan

C, Stasiun B dan C berada pada < t tabel. Pada 0.05 berbeda nyata.

IV.KESIMPULAN Nilai indeks keanekaragaman pada stasiun A, B, C dan D berada pada kisaran 1,705 –

1,841 artinya menunjukkan keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah, ini dikarenakan nilainya

lebih kecil dari 2,3026. Karena berada pada kisaran 1 – 3, maka p e r a i r a n mu a r a K a l i

K e t h e k berada dalam kondisi tercemar sedang. Nilai SI berada pada kisaran 0,82 – 1,25 termasuk

dalam kelompok β-mesosaprobik atau perairan yang tercemar ringan hingga sedang karena berada

pada kisaran 1,0 – 1,5 dan TSI berada pada kisaran 0 – 0,50 yaitu 0,43 – 0,49 sehingga masuk

dalam kelompok β/α-mesosaprobik yang artinya perairan pada kondisi tercemar sedang. Parameter

kualitas air di semua stasiun , DO berada pada nilai kisaran 4,93 – 6,06 mg/L, kadar nitrit berkisar

0,13 – 0,32 mg/L, kadar ammonia berkisar 0,3 – 0,5 mg/L sehingga terindikasi pencemaran ringan

Disarankan adanya pemantauan dan pengelolaan agar tingkat pencemaran di muara Kali

Kethek Desa Sedayulawas tidak meningkat. Pembuangan limbah dan sedimentasi di muara Kali

Kethek Desa Sedayulawas harus lebih dikurangi. Hal ini untuk mencegah terjadinya pencemaran

yang lebih berat lagi. Bagi pembudidaya tambak di sepanjang muar Kali Kethek, agar menerapkan

teknologi budidaya dengan system tertutup (Close System) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik

(CBIB).

DAFTAR PUSTAKA

Amin,M dan Utojo. 2007. Komposisi dan keragaman jenis plankton di perairan teluk Kupang

Propinsi Nusa Tenggara Timur.Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.[Jurnal].Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan.Universitas Hasanuddin,Makassar.

Anggoro, S. 1988. Analisa Tropic-Saprobik (Trosap) Untuk Menilai Kelayakan Lokasi Budidaya

Laut. Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Universitas Diponegora, Semarang.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi IV.PT Rineka

Cipta,Jakarta.245 Hal.

Dahuri, R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Page 26: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 124

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Muara Muara Badak Kalimantan Timur. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Hadi, S. 1982. Metodologi Research. Jilid II. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Hendrawati, Tri Heru Prihadi dan N.N. Rohmah. 2007. Analisis kadar phosfat dan N-Nitrogen

(Amonia, Nitrat, Nitrit) pada tambak air payau akibat rembesan lumpur lapindo di

Sidoarjo, Jawa Timur. Program studi kimia FST UIN Syarif Hidayatullah.Badan Riset

Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Lilik, K. S. 2005. Kajian Tingkat Saprobitas Perairan Sebagai Landasan Pengelolaan DAS

Kaligarang-Semarang. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro, Semarang

(Thesis). 111 hal.

http://en.wikipedia.org/wiki/ estuary.htm. Wikipedia, Estuary, diakses pada tanggal 12 Nopember

2012.

Hutabarat, S dan M. Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Penerbit Universitas Indonesia,

Jakarta.

Nasution,S.1990. Metode Research (Penelitian Ilmiah).Penerbit Bumi Aksara,Jakarta.hal.101.

Nontji A, 1986. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan.LIPI Press, Jakarta.

Nontji A, 2008. Plankton Laut. LIPI Press, Jakarta.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan: Koesoebiono, D. G.

Bengen, M, Eidman. Marine Biology, An Ecology Approach, PT. Gramedia, Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third E. W.B. Saunders Company. Philadelphia. 474

hlm.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.Sekretaris Negara Republik Indonesia.Jakarta.

Romimohtarto,K dan S.Juwana.2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut.Cet.ke-

2.Penerbit Djambatan,Jakarta.540 hlm.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Soeprobowati,et.al.1999. Metode Biomonitoring : Diatom sebagai Bioindikator dalam menentukan

Tingkat Kualitas Muara dalam Laporan Penilitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi Tahun

Anggaran 1998/1999. Universitas Diponegoro,Semarang.pdf.

Supriharyono. 1978. Kondisi kualitas air di saluran – saluran di daerah – daerah persawahan,

persawahan – pemukiman dan pemukiman, Delta Upang, Sumatra Selatan, Sekolah Pasca

Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tomas, C.R.1997. Identiflying Marine Phytoplankton. Florida Departement of Environmental

Protection. Florida Marine Research Institute. St.Petersburg Florida,Academic Press.858

pp.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta.

Yazwar. 2008. Keanekaragaman plankton dan keterkaitannya dengan kualitas air di Parapat Danau

Toba. [Tesis].Sekolah Pasca Sarjana,Universitas Sumatra Utara,Medan.69 hlm.

Yuliana,E.2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut,diakses pada tanggal 12 Nopember 2012 dari

http://www.ut.ac.id

Page 27: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 125

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

ANALISA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI DESA

SIDOMUKTI KECAMATAN KEMBANGBAHU

Affandi, Nur Azizah Affandy, Ahmad Bagus Budianto

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Air bersih merupakan salah satu keutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, kususnya masarakat desa Sidomukti. oleh karena itu setiap orang berusaha untuk

memenuhi kebutuhan akan air bersih tersebut dengan berbagai cara.

Akan tetapi kebutuhan akan air bersih tersebut dirasakan semakin sulit untuk

didapatkan ketika memasuki musim kemarau. Hal tersebut sikarenakan meningkatnya

konsumsi air bersih dan semakin berkurangnya jumlah volume air yang ada, ditambah

dengan laju perkembangan penduduk yang semakin tinggi.

Dengan menggunakan metode proyeksi, maka kebutuhan akan air bersih bagi

masyarakat Sidomukti untuk jangka waktu 10 tahun kedepan diperkirakan mencapai

99.714,16 lt/hr. Sedangkan waduk yang digunakan sebagai sumber air bersih, masih dapat

mencukupi kebutuhan air bersih selama musim kemarau (2 bulan terahir). Untuk

mendistribusikan iar kerumah warga dibutuhkan pompa yang memiliki kapasitas 1,584 HP

× 0,746 = 1,18 Kw Kw atau pompa yang memiliki kapasitas yang labih tinggi dari yang

telah disebutkan.

Kata kunci : Air Bersih, Masyarakat, waduk

I. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat lepas dari air. Sumber air yang pada

awalnya berupa sumur atau telaga yang kemudian akan berkembang menjadi serangkaian

sistem air bersih untuk mempermudah penyaluran air dan kemudahan bagi semua warga.

Pertambahan penduduk memerlukan lahan untuk permukiman, pertumbuhan penduduk

tersebut juga memperbesar kebutuhan air. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat

sedangkan sumber air bersih relatif sama. Pada musim kemarau penduduk Indonesia

disulitkan dengan terjadinya kelangkahan air di beberapa daerah yang terletak jauh dari mata

air. Hal ini menyebabkan masyarakat harus mengeluaran biaya dan tenaga lebih untuk

mencukupi kebutuhan air bersih.

Di desa sidomukti terdapat sebuah waduk yang berada di tengah desa dengan dimensi

panjang 55 meter, lebar 11,5 meter, dan kedalaman 1,5 meter. Dengan adanya hal tersebut

maka perlu diketahui kebutuhan air bersih masyarakat desa tersebut. Sehingga air bersih

yang terdapat dari waduk dapat didistribusikan secara marata kepada masyarakat desa

Sidomukti dengan menggunakan sistem perpipaan.

Page 28: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 126

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Untuk mendapatkan suatu sistem distribusi air bersih dengan menggunakan jaringan

perpipaan untuk melayani kebutuhan air bersih masyarakat Desa Sidomukti.

2. Tujuan

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air rata-rata yang dibutuhkan oleh masyarakat

desa Sidomukti dalam waktu satu hari.

Untuk mengetahui apakah waduk penampung air yang ada mampu mencukupi

kebutuhan masyarakat desa Sidomukti selama musim kemarau.

Untuk menganalisa sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat desa sidomukti

secara optimal.

II. Landasan Teori

Gambaran umum

Sumber air merupakan komponen utama yang harus ada ketika akan membuat

suatu sistem jaringan air bersih. Air yang ada di bumi terbagi menjadi beberapa kelompok,

yaitu :

1. Air hujan, embun atau salju adalah air yang ada di angkasa yang jatuh ke permukaan

bumi akibat gaya grafitasi bumi. Jeis air tersebut terbentuk oleh uap air yang

mengalami proses presipitasi di atmosfir bumi.

2. Air permukaan tanah, adalah air yang ada di atas permukaan tanah baik yang mengalir

seperti sungai atau yang tidak mengalir seperti danau atau telaga. Air yang ada pada

sumur yang dangkal juga termasuk bagian air permukaaan, karena keberadaaan air

tersebut dipengaruhi oleh air resapan dari air muka tanah yang ada di sekitar sumuur

tersebut.

3. Air dalam tanah, adalah air yag ada didalam tanah, air tersebut terbentuk oleh air

permukaaan yang meresap kedalam tanah dan mengalami penyaringan oleh tanah dan

batuan yang ada di dalam tanah. Air tanah ini dapat berubah menjadi air permukaan

ketika air tersebut keluar dari dalam tanah melalui mata air maupun sumur bor.

Kebutuhan Air Bersih

Untuk menghitung pertambahan jumlah penduduk dengan menggunakan metode geometris

sebagai berikut :

P = Po (1+r)n ………………………….. (2.1)

Dimana :

P = Jumlah penduduk sampai akhir tahun

Po = Jumlah penduduk awal rencana

R = Prosentase (%)

n = Umur perencanaan

Page 29: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 127

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Tabel 1 Pemakaian Air Setiap Orang

No. kategori (1/orang/hr)

1 Metropolitan penduduk 1 juta jiwa 120

2 Kota besar penduduk 0,5 – 1juta jiwa 100

3 Kota sedang penduduk 0,1 – 0,5 jiwa 90

4 Kota kecil penduduk 20.000 –

100.000 jiwa 60

5 Semi urban penduduk desa 3.000 –

20.000 jiwa 45

Sumber : PU. Cipta Karya Kab. Lamongan.

Dasar-Dasar Hidrolika

1. Sistem jaringan distribusi

2. Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan Pipa

3. Persamaan Darcy Weisbach

4. Persamaan Hanzen William

Pompa

1. Jenis Pompa

2. Daya Pompa

3. Hukum Pascal

4. Tekanan Hidrostatis

5. Asas Kontinuitas

6. Metode simulasi jaringan pipa

7. Kehilangan Tekanan Perpipaan

8. Sisa Tekan

9. Profil Hidrolis

10. Kecepatan Perpipaan

Reservoir

Reservoir adalah bak penampung air.

Aplikasi Loop

1. Kegunaan LOOP 5.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Bersih

2. Input data dalam Loop 5.0

III. Metode Penelitian

Uraian Umum

Penelitian ini akan dilakukan di desa Sidomukti Kecamatan Kembangbahu Kabupaten

Lamongan, yang mana masyarakat desa tersebut sangat membutuhkan sebuah sarana air

bersih yang memadai, agar kebutuhan air bersih dapat tercukpi terutama pada saat musim

kemarau. Sistem yang direncanakan diharapkan mampu mencapai target 60% dari total

penduduk keseluruhan dengan tingkat pemakaian 40 l/hr/org.

Page 30: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 128

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Keadaan Geografis

Tahap penelitian 1. Tahap Persiapan

2. Tahap pengumpulan data

3. Tahap pengolahan data analisa

4. Tahap ahir

IV. Analisa Dan Perencanaan

Analisa Jumlah Penduduk

Tabel 2 Pertumbuhan Penduduk Desa Sidomukti Tahun 2005-2014. TAHUN 2005 Jml. Penduduk Selisih

2005 1144

2006 1146 2

2007 1149 3

2008 1154 5

2009 1157 3

2010 1161 4

2011 1166 5

2012 1169 3

2013 1172 3

2014 1176 4

Tabel 3 Prosentase perkembangan penduduk tahun 2005-2014.

No. Tahun r Prosentase (%)

1 2005-2006 2 0,17

2 2006-2007 3 0,26

3 2007-2008 5 0,44

4 2008-2009 3 0,26

5 2009-2010 4 0,35

6 2010-2011 5 0,43

7 2011-2012 3 0,26

8 2012-2013 3 0,26

9 2013-2014 4 0,34

Tabel 4 Pertumbuhan penduduk pada tahun 2015-2024

No. Tahun Jumlah penduduk

1 2015 1179

2 2016 1183

3 2017 1186

4 2018 1190

5 2019 1194

6 2020 1198

7 2021 1201

8 2022 1205

9 2023 1209

10 2024 1212

Page 31: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 129

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

Table 5 Standar Kebutuhan Air Per Orang

No. kategori 1/orang/hari)

1 Metropolitan penduduk 1 juta jiwa 120

2 Kota besar penduduk 0,5 – 1juta jiwa 100

3 Kota sedang penduduk 0,1 – 0,5 jiwa 90

4 Kota kecil penduduk 20.000 –

100.000 jiwa 60

5 Semi urban penduduk desa 3.000 –

20.000 jiwa 45

Table 6 Proyeksi

No. Keterangan Unit Satuan

I. Tingkat Pelayanan :

1. Jumlah jiwa/sambungan

5 jiwa/unit sambungan

II.

Kebutuhan Air Bersih :

1. Domestik

2. Non domestik

45 liter/orang/hari

25 (%) x kebutuhan

domestik

III. Kehilangan air 25 (%)

IV. Faktor maksimal 1,15 x Kebutuhan total

V. Faktor jam puncak 2,3 x faktor hari

maksimal

Target pelayanan = 60 % = 0,60

Kebutuhan air penduduk = 45 lt/hr/org

Perhitungan kebutuhan domestik :

= jumlah penduduk × prosentase pelayanan × kebutuhan air penduduk

= 1212× 0,60× 45

= 31.752 liter/hari

Perhitungan kebutuhan non domestik :

= 25 % × kebutuhan domestik

= 0,25 ×31.752

= 7.938lt/hr

Perhitungan kehilangan akibat kebocoran

= 25 % (kebutuhan domestik+ kebutuhan non domestik)

= 25% (31.752+ 7.938)

= 9.922,5 lt/hr

Perhitungan total kebutuhan rata-rata

= kebutuhan domestik + kebutuhan non domestik + total kebocoran

= 31.752+ 7.938 + 9.922,5

Page 32: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 130

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

= 49.612,5 lt/hr

Perhitungan kebutuhan harian maksimal

= 1,15 ×total kebutuhan rata-rata

= 1,15 × 49.612,5

= 57.054,4 lt/hr

Perhitungan kebutuhan jam puncak

= 1,3 × faktor harian maksimal

= 1,3 × 57.054,4

= 74.170,7 lt/hr

Sehingga dapat diketahui debit minimal yang dibutuhkan adalah 74.170,7 lt/hr atau 3.090,45

lt/jm = 51,51 lt/mnt = 0,86 lt/dt = 0,0086 m3/dt.

Analisa Volume Air Waduk Desa Sidomukti

Diketahui :

P = 10 m

L = 150 m

H = 1,25 m

Jadi Volume air waduk desa Sidomukti adalah :

V = 16×200×1,5

= 4800 m3= 4.800.000 liter

Jika kebutuhan puncak musim kemarau terjadi selama dua bulan, maka dapat

diketahui jumlah kebutuhan air selama 2 bulan tersebut addalah :

1 bulan = 30 hari

2bulan = 2 x 30 hr = 60 hari.

Maka = 60 x 74.170,7

= 4.450.241,25 ltr.

Dengan demikian, kapasitas waduk yang ada saaat ini masih mampu mencukupi

kebutuhan air bersih masyarakat desa Sidomikti, sehingga tidak perlu dilakukan

penambahan kapasitas waduk, namun untuk mengatisipasi musim kemarau yang lebih

panjang, dapat dilakukan penambahan volum waduk baik dengan pengerukan dan/atau

pelebaran waduk tersebut agar kapasitas daya tampung dapat mencukupi kebutuhan warga

setempat.

Analisa dan Perencanaan Pipa Distribusi Menggunakan Loop

Tabel 6 Rencana Jaringan Pipa Distribusi Dari Node Ke Node.

No

. Node

Node

Jara

k Jumlah

konsumen/

orang

Flo

w

(LP

S)

1 1000 1 5 -

2 1 2 175 45 0,0143

3 2 3 460 98 0,0372

4 3 4 150 45 0,0406

5 3 5 67 13 0,0117

6 5 6 42 20 0,0396

Page 33: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 131

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

7 6 7 20 21 0,0245

8 6 8 108 53 0,0055

9 8 9 25 13 0,0172

10 5 10 210 96 0,0034

11 5 11 60 23 0,0250

12 11 12 105 39 0,0190

13 11 17 15 11 0,0138

14 12 13 20 9 0,0000

15 12 14 8 5 0,0023

16 14 15 30 10 0,0109

17 14 16 40 27 0,0026

18 1 18 245 10 0,0070

19 18 19 40 8 0,0029

20 19 20 50 0 0,0047

21 20 21 175 62 0,0104

22 21 24 90 19 0,0161

23 19 22 50 32 0,0211

24 22 23 30 12 0,0188

25 22 24 85 28 0,0031

26 24 25 40 5 0,0307

27 24 26 370 66 0,0013

28 26 27 65 18 0,0271

29 26 28 30 20 0,0047

30 3 29 600 68 0,0052

31 29 30 40 16 0,0219

32 30 31 65 12 0,0143

33 30 32 30 27 0,0031

34 32 33 120 25 0,0258

35 33 34 35 7 0,0154

36 33 35 180 27 0,0018

37 35 36 65 41 0,0315

38 32 37 210 47 0,0107

39 37 38 300 45 0,0240

40 35 38 195 53 0,0255

JUMLAH 4.650 1176

Perhitungan dan Perencanaan Pompa

1. Perhitungan Daya Pompa

Diketahui dari perhitungan tinggi tekan :

H = 70 m

Q = 1,32 lt/dt

D = 50 mm = 0,05 m

L = 75 m

C = 120

Page 34: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 132

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Dasar profiltank = 70 m

Maka daya yang dibutuhkan pompa adalah :

= H pompa + ketinggian profil

= 70 + 2

= 72 m

Maka daya yang akan digunakan sebesar (Do)

Jika 𝛾 = 1 ton/m = 1000kg/m3

Do = H pompa . 𝛾 . Q

= 72 . 1000 . 0,00132

= 95,04 kgm/dt

Dimana efisiensi pompa = (70 - 80 %) diambil 80%

1HP = 75 kgm/dt = 0,746 kw

Daya motor yang digunakan ialah (Di) :

Di = 𝐷𝑜

𝑛

Di = 95,04

0,80 = 118,8 Kgm/dt

= 118,8

80=1,584 HP × 0,746 = 1,18 Kw

Jadi daya pompa yang dibutuhkan adalah sebesar 1,18Kw dengan debit pompa 1,32 lt/dt.

jumlah pompa sebanyak 2 biji, 1 pompa sebagai pompa utama yang satu lagi sebagai

cadangan.

Analisa dan Perencanaan Reservior

Kapasitas air yang ditampung

= 38.08% × kebutuhan maksimal

= 38.08% × 74.170,7 lt/hr

= 28.244,20 lt/hr

= 29 m3/hr (dibulatkan keatas)

Maka kapasitas tandonadalah = 29 m3

Untuk pemilihan penggunaan Reservoir direncanakan menggunakan Profiltank yang di jual

di pasaran dengan spesifikasi memiliki daya tampung 5200 l.

V. Kesimpulan

Kesimpulan

Dari hasil analisa dan perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk dan perhitungan kebutuhan air bersih pada tahun

proyeksi ke-10 (2024) diketahui jumlah kebutuhan air bersih masyarakat Desa

Sidomukti rata-rata adalah 66.698,44 lt/dt. pada jam normal, dan 99.714,16 lt/hr pada

jam puncak. Dengan target pengguna 60% menggunakan air waduk.

2. Sedangkan waduk yang ada saat ini memiliki kapasitas 4.800.000 lt.masih mampu

mencukupi kebutuhan masyarakat Sidomukti ketika musim kemarau (2 bulan

terakir)yaitu sebesar 4.450.241,25 lt.

Debit yang dibutuhkan agar aliran air dalam pipa distribusi mampu sampai pada node

yang terjauh, maka diperlukan debit sebesar Q = 0,86 lt/dt = 0,00086 m3/dt. Agar

profiltank dapat terus terisi secara terus menerus dan tetap memiliki daya tekan yang

Page 35: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 133

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

stabil, diperlukan pompa yang memiliki kapasitas 1,584 HP × 0,746 = 1,18 Kw Kw

atau pompa yang memiliki kapasitas yang labih tinggi dari yang telah disebutkan.

DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

bersih;

Slamet, J.S, 2007, Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada Pres;

Dwijosaputro, D, 1981, Dasar-Dasar Mikrobologi, Djambatan;

Effendi, H, 2007, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan, Kanisius;

Sudarmadji, 2007, Hidrologi dan Klimatologi Kesehatan.

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/10/aspek-kuantitas-dan-kualitas-air-

tanah.html

Kanginan, Marthen (2002). Fisika Untuk SMA Kelas XI Semester 2. Erlangga. ISBN 978-

979-015-273-1.

Babbit, Water Supply Engineering, 1967

Juklak Program Sanitasi Lingkungan PU. CIPTA KARYA Kab. Lamongan (2013)

Arsip Desa Sidomukti (Balai Desa Sidomukti)

A,H Pollard, Farhan Yusuf, G.N,Teknik Demografi

Kusdiono, 2011; Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih.

Page 36: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 134

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 37: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 135

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

KINERJA SIMPANG BERSINYAL DI JALAN GAJAH MADA KOTA TUBAN

Zulkifli Lubis, Ariful Bachtiyar, Agus Taqwim

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi sosial dan politik diperlukan adanya

prasarana dasar, yang salah satunya adalah sarana transportasi atau jalan. Seiring dengan

kemajuan zaman dan pertumbuhan diberbagai aspek kehidupan, dari sini dapat kita

simpulkan yakni terjadi peningkatan arus lalu lintas pada jalanjalan pekotaan yang

mengakibatkan bertambahnya permasalahan-permasalahan lalu lintas.Untuk

mengoptimalkan fungsinya, jalan harus memiliki kinerja yang standar dan direncanakan.

Jalan Gajah Mada merupakan bagian dari jalan utama yang ada di kota Tuban yang mana

aktivitas di daerah jalan ini cukup besar. Selain itu pula persimpangan jalan ini merupakan

jalur transportasi darat yang digunakan masyarakat bila hendak masuk dan keluar kota

Tuban ke kabupaten lain.Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa

waktu bersinyal pada persimpangan jalan Gajah Mada, sehingga dapat diketahui seberapa

besarnya pengaruh waktu bersinyal tersebut terhadap persimpangan.

Berdasarkan perhitungan didapat bahwa penentuan waktu triffic light sangat

berpengaruh terhadap kelancaran dan kenyamanan pengguna jalan.Dari hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pengelola dan pemakai jalan,

agar dapat lebih meningkatkan kinerja

persimpangan sebagai bagian dari jalan perkotaan, maupun sebagai jalur transportasi antar

kota.

Kata Kunci: Jalan Gajah Mada, Simpang, Bersinyal, Kota Tuban.

I PENDAHULUAN

Dengan semakin majunya perkembangan pembangunan saat ini, kebutuhan akan

penggunaan jalan amatlah penting. Seperti diketahui bahwa sekarang ini banyak sekali alat

transportasi yang dapat digunakan, namun alat transportasi daratlah yang banyak dan sering

digunakan oleh pemakainya. Sekarang ini pengaturan lalu lintas tidak hanya terbatas pada

arus lalu lintas saja, tetapi juga dirasakan perlu diketahui hubungan dan akibat dari adanya

fasilitas-fasilitas transportasi pada keadaan lingkungan sekitarmya, sehingga akan sesuai

dengan apa yang diingini.

Menajemen lalu lintas harus dilihat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari teknik

transportasi dimana jaringan jalan raya merupakan suatu bagian dari system transportasi

secara keseluruhan. Untuk memenuhi hal-hal tersebut, setiap pihak- pihak yang berkaitan

sangatlah dituntut kerjasamanya yang baik. Pemerintah telah merencanakan dan

meningkatkan prasarana jalan yang sudah ada sedangkan pemakai jalan dituntut untuk

menjaga dan memelihara jalan tersebut agar tingkat pelayanan dapat terpenuhi. Selain hal

Page 38: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 136

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

diatas perlu juga fasilitas penunjang, antara lain rambu-rambu lalu lintas, pemisah arah dan

sebagainya.

Kondisi seperti ini pada umumnya terjadi didaerah perkotaan menjadikan permasalah

utama saat ini. Pada keterbatasan sumber daya tersebut, selain meningkatkan ketersediaan

(supply) prasarana, dibutuhkan upaya optimalisasi dan peningkatan kinerja prasarana dan

fasilitas yang sudah ada. Sistem yang sudah ada harus dioptimalkan dan bila memungkinkan

sistem yang sudah ada dapat ditingkatkan dengan perkembangan sistem untuk mendapatkan

kinerja yang lebih baik. Hal yang perlu ditinjau adalah besar arus kendaraan yang masuk ke

simpangan memiliki fluktuasi yang cukup tinggi, membuat pengaturan simpangan bersinyal

dengan traffic light yang memiliki kontroler tetap dirasa kurang optimal untuk kinerja

persimpangan karena masih belum dapat menyesuaikan dengan fluktuasi arus yang tidak

menentu, karena hanya bedasarkan arus puncak setiap lengan. Kendali simpangan

bedasarkan fluktuasi arus (fully actuated signals) yang masuk simpangan dari semua lengan,

atau dari simpangan lain yang berpengaruh perlu dikembangkan. Diharapkan perkembangan

ini dapat mengurangi waktu tundaan serta antrian, sehingga dapat meningkatkan kinerja

persimpangan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan waktu optimal traffic light

ada setiap lengan simpang bersinyal dengan fluktuasi arus yang berbeda dengan

menggunakan MKJI 1997.

II. TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Simpang Jalan

Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa pendekatan,

dimana arus kendaraan dari berbagai pendekatan tersebut bertemu dan memencar

meninggalkan simpang. Pada jalan raya dikenal ada tiga macam pertemuan jalan yaitu:

pertemuan sebidang, pertemuan tidak sebidang, persimpangan jalan. (di kutip dari

http://adhimuhtadi.dosen.narotama.ac.id/bahan-ajar/. Adhi Muhtadi: Pertemua ke-6

Persimpangan)

Pertemuan sebidang dapat menampung arus lalu lintas baik yang menerus maupun

yang membelok sampai batas tertentu. Jika kemampuan menampung arus lalu lintas tersebut

telah melampaui akan tampak dengan munculnya tanda-tanda kemacetan lalu lintas.

Pertemuan ini terdiri dari beberapa cabang yang dikelompokkan menurut cabangnya yaitu:

pertemuan sebidang bercabang tiga, pertemuan sebidang bercabang empat, pertemuan

sebidang bercabang banyak.

Dalam perancangan persimpangan sebidang perlu mempertimbangkan elemen

dasar (Direktorat Jendral Bina Marga, 1993:5):

a. Pertimbangan lalu lintas

Harus diperhatikan mengenai volume lalu lintas, kecepatan kandaraan, banyaknya

kendaraan yang berbelok, banyaknya pejalan kaki dan tipe pengendalian lalu lintas.

b. Topografi dan Lingkungan

Page 39: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 137

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Lokasi dan desain persimpangan dipengaruhi oleh banyak factor antara lain, yaitu

alinemen jalan, jalan masuk dan lain-lainnya.

c. Faktor ekonomis

Estimasi biaya konstruksi persimpangan akan mempengaruhi perencanaan dan desain.

Selain itu perlu dipertimbangkan keuntungan lalu lintas, seperti keamanan, kelambatan

(dealy) dan biaya operasi kendaraan.

d. Faktor manusia

Seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan keputusan, dan waktu

reaksi.

2.2 Macam Persimpangan

2.2.1 Simpang Bersinyal

Simpang-simpang bersinyal yang merupakan bagian dari system kendali waktu

tetap yang dirangkai atau sinyal aktuasi kendaraan terisolir, biasanya memerlukan metode

dan pengkat lunak khusus dalam analisanya (MKJI, 1977 2-2).

Pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu atau lebih dari alasan

berikut:

1. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas, sehingga

terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi

lalu lintas jam puncak.

2. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang

(kecil) untuk/memotong jalan utama.

3. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan-

kendaraan dari arah yang bertentangan.

Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu lintas terutama

adalah fungsi dari keadaan geometric dan tuntutan lalu lintas. Dengan menggunakan sinyal,

perancang/insinyur dapat mendistribusikan kapasitas kepada berbagai pendekatan melalui

pengalokasian waktu hujai pada masing-masing pendekat. Maka dari itu untuk menghitung

kapasitas dan perilaku lalu lintas, pertama-tama perlu ditentukan fase dan waktu sinyal yang

paling sesuai untuk kondisi yang ditinjau (MKJI, 1997).

Penggunaan sinyal dengan lampu lalu lintas diterapkan untuk memisahkan lintasan

dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu. Hal ini

adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan lalu lintas yang datang dari jalan-jalan

yang saling berpotongan (konflik-konflik utama). Sinyal-sinyal dapat juga digunakan untuk

memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas lurus melawan, atau untuk memisahkan

gerakan lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang menyeberang (konflik-konflik kedua).

2.2.2 Simpang Tak Bersinyal

Jenis simpang jalan yang paling banyak dijumpai diperkotaan adalah simpang jalan

tak bersinyal. Jenis ini cocok diterapkan apabila arus lalu lintas di jalan minor dan

pergerakan berbelok sedikit. Namun apabila arus lalu lintas di jalan utama sangat tinggi

sehingga resiko kecelakaan bagi pengendara di jalan minor meningkat, maka

dipertimbangkan adanya sinyal lalu lintas.

Page 40: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 138

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Simpang tak bersinyal secara formal dikendalikan oleh aturan dasar lalu lintas

Indonesia yaitu memberikan jalan kepada kendaraan dari kiri. Ukuran-ukuran yang menjadi

dasar kinerja simpang tak bersinyal adalah kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan

peluang antrian (MKJI, 1997).

2.3 Perencanaan Simpang Tak Bersinyal

2.3.1 Kondisi Geometri Lalu Lintas dan Lingkungan

Perhitungan dikerjakan sebagai kapasitas simpang, tipe jalan dapat berupa

komersia, pemukiman atau akses.

2.3.2 Arus Lalu Lintas

Arus lalu lintas merupakan jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik

pada jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Qkend), smp/jam (Qsmp) atau LHRT

(Lalu lintas harian rata-rata tahunan). Arus lalu lintas yang digunakan dalam analisis

kapasitas simpang dipakai arus lalu lintas yang paling padat per jam dari keseluruhan

gerakan kendaraan. Arus kendaraan total adalah kendaraan perjam untuk masing-masing

gerakan dihitung dengan % kendaraan konversi yaitu mobil penumpang.

Qsmp = Qkend x Fsmp………….. …………………………………………………..(1)

Dengan:

Qsmp = arus total pada persimpangan (smp/jam)

Qkend = arus pada masing-masing simpang (smp/jam)

Fsmp = faktor smp

Jalan utama adalah jalan yang dipertimbangkan terpenting pada simpang misalnya

jalan dengan klasifikasi fungsional tinggi. Faktor smp untuk berbagai jenis kendaraan dapat

dihitung dengan rumus:

Fsmp = (LV% x empLV + HV% x empHV + MC% x empMC)/100 ……………………(2)

Qsmp = Qkend x Fsmp……………………………………………………….…………..(3)

Dengan:

Qsmp =arus total pada persimpangan (smp/jam)

Qkend = arus pada masing-masing simpang (smp/jam)

Fsmp = faktor smp

Fsmp di dapat dari perkalian smp dengan komposisi arus lalu lintas kendaraan bermotor

dan tak bermotor.

2.3.3 Lebar Pendekat dan Tipe Simpang

Pendekat merupakan daerah lengan persimpangan jalan untuk kendaraan mengantri

sebelum keluar melewati garis henti. Lebar pendekat diukur pada jarak 10 m dari garis

Page 41: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 139

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

imajiner yang menghubungkan tipe perkerasan dari jalan berpotongan, yang dianggap

mewakili lebar pendekat efektif untuk masing-masing pendekat.

Gambar 1: Lebar pendekatan

Jumlah lajur digunakan untuk keperluan perhitungan yang ditentukan dari lebar

rata-rata pendekatan jalan minor dan jalan utama.

Tabel 2.1 Hubungan Lebar Pendekat dengan Jumlah Lajur

Lebar rata-rata pendekat

minor dan mayor, WBD,

WAC (m)

Jumlah

lajur

WBD = (b/2 + d/2)/2 <5,5

>5,5

2

4

WAC = (a/2 + c/2)/2 <5,5

>5,5

2

4

Sumber: Simpang Tak Bersinyal MKJI 1997

2.3.4 Menentukan Kapasitas

Kapasitas dasar merupakan kapasitas persimpangan jalan total untuk suatu kondisi

tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (kondisi dasar). Kapasitas dasar (smp/jam)

ditentukan oleh tipe simpang. Untuk dapat menentukan besarnya kapasitas dasar dapat

dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

BDjalan minor ACjalan utama

A

a b

c

C

B

Page 42: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 140

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Tabel 2 Kapasitas Dasar Menurut Tipe Simpang

Tipe simpang

(IT)

Kapasitas dasar

(smp/jam)

322 2700

342 2900

324 atau 344 3200

422 2900

424 atau 444 3400

Sumber: Tabel B-2: 1 Simpang Tak Bersinyal MKJI 1997

2.3.4.1 Faktor penyesuaian lebar pendekat (Fw)

Faktor penyesuaian lebar pendekat (Fw) ini merupakan faktor penyesuaian untuk

kapasitas dasar sehubungan dengan lebar masuk persimpangan jalan. Faktor ini diperoleh

dari rumus tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 3 Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat

Tipe simpang Faktor penyesuaia

lebar pendekat (Fw)

1 2

422 0,7 + 0,0866 W1

424 atau 444 0,61 + 0,074 W1

322 0,076 W1

324 0,62 + 0,0646 W1

342 0,0698 W1

Sumber: B-3: 1 Simpang Tak Bersinyal MKJI 1997

2.3.4.2 Faktor penyesuaian ukuran kota (Fcs)

Faktor ini hanya dipengaruhi oleh variabel besar kecilnya jumlah penduduk dalam

juta, seperti tercantum dalam tabel 4 di bawah ini.

Page 43: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 141

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Tabel 4 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

Ukuran

kota

(CS)

Penduduk

(juta)

Faktor

penyesuaian

ukuran kota

Sangat

kecil <0,1 0,82

Kecil 0,1 – 0,5 0,88

Sedang 0,5 – 1,0 0,94

Besar 1,0 – 3,0 1,00

Sangat

besar < 3,0 1,05

Sumber : Tabel B-4: 1 Simpang Tak Bersinyal MKJI 1997

2.3.4.3 Faktor penyesuaian tipe lingkungan, kelas hambatan, dan kendaraan tak

bermotor (FRSU)

Faktor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor

(FRSU), dihitung menggunkan tabel 2.5, dengan variabel masukan adalah tipe lingkungan

jalan (RE), kelas hambatan samping (SF) dan rasio kendaraan tak bermotor UM/MV berikut.

Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping Kendaraan Tak

Bermotor (FRSU)

Sumber : Tabel B-4: 1 Simpang Tak Bersinyal MKJI 1997

Kelas tipe

lingkungan

jalan (RE)

Kelas

hambatan

Samping

(SF)

Rasio Kendaraan tak bermotor (RUM)

0,00 0,05 0,03 0,15 0,20 >0,25

Komersial

Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70

Sedang 0,94 0,89 0,85 0.80 0,77 0,71

rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71

Permukiman

Tinggi 0,96 0,91 0,87 0,82 0,77 0,72

Sedang 0,97 0,92 0,88 0,83 0,78 0,73

rendah 0,98 0,93 0,89 0,84 0,79 0,74

Akses terbatas

Tinggi/

Sedang/

rendah

1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75

Page 44: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 142

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Faktor penyesuaian belok kiri (FLT)

Formula yang digunakan dalam pencarian faktor penyesuaian belok kiri ini adalah

FLT = 0,84 + 1,61 PLT………..............................................................(4)

Kapasitas

Kapasita persimpangan secara menyeluruh dapat diperoleh dengan rumus

C = Co x Fw x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI (smp/jam).................. (5)

Dengan:

C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam)

Fw = Faktor koreksi lebar masuk

FM = Faktor koreksi tipe median jalan utama

FCS = Faktor koreksi ukuran kota

FRSU = Faktor penyesuaian kendaraan tak bermotor dan hambatan samping dan

lingkungan jalan.

FLT = Faktor penyesuaian belok kiri

FRT = Faktor penyesuaian belok kanan

FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan simpang

Perilaku Lalu Lintas

Perilaku lalulintas adalah ukuran kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional

fasilitas lalulintas, perilaku lalulintas pada umumnya dinyatakan dalam kapasitas, derajat

kejenuhan dan tundaan peluang antrian.

2.3.4.4 Derajat kejenuhan (DS) Derajat kejenuhan merupakan rasio lalulintas terhadap kapasitas. Jika yang diukur

adalah kejenuhan suatu simpang maka derajat kejenuhan disini merupakan perbandingan

dari total arus lalulintas (smp/jam) terhadap besarnya kapasitas pada suatu persimpangan

(smp/jam).

Derajat kejenuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

DS = QTOT / C………………....................................................................................... (6)

Dengan:

DS = derajat kejenuhan

C = kapasitas (smp/jam)

QTOT = jumlah arus total pada simpang (smp/jam)

Page 45: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 143

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

III. METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi Simpang

Gambar 1. Simpang Pertemuan Jalan Gajah Mada dan Jalan HOS Cokroaminoto

IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Geometrik Simpangan

Page 46: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 144

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

4.2 Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di daerah sekitar simpang sebagian besar dimanfaatkan untuk tempat

tinggal dan ruko. Hambatan samping untuk jalan ini relatif sedang. Persimpangan ini juga

merupakan titik pertemuan untuk jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan seperti

pertokoan, perkantoran, dan tempat pendidikan.

4.3 Data Lalu Lintas

Page 47: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 145

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Total arus lalu lintas pada pendekat utara untuk gerakan lurus pada simpang Jl. Gajah Mada

– Jl. HOS Cokroaminoto adalah sebagai berikut:

Lurus :

LV = 22 k end /jam

HV = 4 k en d/ja m

MC = 313 kend/jam +

Total = 339 kend/jam

Sehingga jumlah kendaraan seluruhnya = 339 kend/jam

Kemudian perlu diketahui jumlah kendaraan dalam satuan smp/jam dengan

mengekivalenkan ke mobil penumpang, yaitu:

Lurus :

LV = 22 x 1,0 = 22 sm p/ jam

HV = 4 x 1,3 = 5,2 s mp /jam

MC = 313 x 0,4 = 125,2 smp/jam +

Total = 152,4 smp/jam

Page 48: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 146

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Perhitungan Panjang Antrian dengan Metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

Setelah diperoleh data arus lalu lintas dalam satuan smp/jam, selanjutnya adalah menentukan

panjang antrian dengan menggunakan metode MKJI 1997.

1. Perhitungan Panjang Antrian Tiap Pendekat Simpang Jl. Gajah Mada –

Jl. HOS Cokroaminoto.

a. Pendekat Timur

ü Kendaraan tidak bermotor (UM) memiliki rasio = 21/744 = 0,028

ü Lebar Efektif (We)

Bedasarkan survei langsung dilapangan diperoleh We = 4,50

ü Arus Jenuh (S)

Arus jenuh dapat dinyatakan dengan rumus:

S = So. Fcs. Fsf. Fg. Fp. Frt.Flt

Dimana:

So adalah arus jenuh dasar. Untuk suatu ruas jalan (pendekat) terlindung yaitu tidak

terjadi konflik antara kendaraan yang berbelok dengan lalu lintas yang berlawanan maka

penentuan ruas jenuh dasar (So) ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif (We) yaitu:

So = 600. We

= 600. 4,50

= 2700 smp/jam

Dimana arus jenuh dasar (S) diasumsikan tetap selama waktu hijau.

Fcs = Faktor penyesuaian ukuran Kota, bedasarkan jumlah penduduk Kota Tuban yakni

sebesar 1.107.691 jiwa (berada pada range 1 – 3 juta jiwa), maka nilai Fcs = 1,00

Faktor penyesuaian hambatan samping, Fsf = 0,95 (Bedasarkan kelas hambatan samping

dari lingkungan jalan adalah termasuk kawasan komersial dengan hambatan samping

rendah, merupakan jalan dua arah yang tidak dipisahkan oleh median dengan tipe fase

terlindung, nilai rasio kendaraan tak bermotor = 1,00).

Faktor penyesuaian terhadap kelandaian (G), bedasarkan naik (+) atau turun (-) permukaan

jalan Fg = 1,00 (mendatar).

Fp= Faktor penyesuaian parkir (P), bedasarkan jarak henti kendaraan parkir Fp = 1,00

Frt = Faktor penyesuaian belok kanan, ditentukan sebagai fungsi dari rasio belok kanan

Prt, maka nilai Frt = 1,00

Flt = Faktor penyesuaian belok kiri, ditentukan sebagai fungsi dari rasio belok kiri Flt,

maka nilai Flt = 1,00

Maka,

S = So. Fcs. Fsf. Fg. Fp. Frt.Flt

= 2700. 1,00. 0,94. 1,00. 1,00. 1,00. 1,00

= 2538 smp/jam

Dimana arus jenuh (S) diasumsikan tetap selama waktu hijau.

ü Waktu siklus (c)

Pengamatan waktu siklus bedasarkan dari pengamatan langsung

di lapangan yaitu: waktu siklus (c) = 91 detik, waktu hijau = 41 detik. Dan setelah

disesuaikan yaitu: waktu siklus (c) = 103

detik, waktu hijau = 46 detik.

ü Kapasitas (C) dan derajat kejenuhan (DS)

Kapasitas pendekat (C) diperoleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau (g/c)

yaitu:

Page 49: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 147

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

C = (S x g)/c

= (2538 x 46)/103

= 1136

Derajat kejenuhan diperoleh dengan rumus:

DS = Q/C

= 613/1136

=0,540

4.5 Analisis Simpang dengan Menggunakan MKJI 1997

Simpang Jl. Gajah Mada – Jl. HOS Cokroaminoto merupakan simpang dengan pengaturan

traffic light 3 fase. Formulir SIG I memuat data terkait dengan letak simpang di Kota Tuban

dengan jumlah penduduk ± 1.107.691 jiwa (BPS Jawa Timur tahun 2010) dan mengenai

informasi geometrik telah dijelaskan sebelumnya.

V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil tahap-tahap yang dilakukan berupa analisis simpang dengan waktu traffic light

metode MKJI 1997, maka didapat suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Teori Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, dapat digunakan untuk prosedur penentuan

waktu sinyal tidak tetap (fully actuated signal).

2. Waktu traffic light yang telah disesuaikan untuk hari senin adalah:

a. Pendekat utara

Merah : 70 detik menjadi 80 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 20 detik.

b. Pendekat selatan

Merah : 70 detik menjadi 80 detik.

Page 50: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 148

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Hijau : 18 detik menjadi 20 detik.

c. Pendekat timur

Merah : 50 detik menjadi 54 detik.

Hijau : 41 detik menjadi 46 detik.

d. Pendekat barat

Merah : 74 detik menjadi 90 detik.

Hijau : 14 detik menjadi 10 detik.

3. Waktu traffic light yang telah disesuaikan untuk hari selasa adalah:

a. Pendekat utara

Merah : 70 detik menjadi 71 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 29 detik.

b. Pendekat selatan

Merah : 70 detik menjadi 71 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 29 detik.

c. Pendekat timur

Merah : 50 detik menjadi 75 detik.

Hijau : 41 detik menjadi 25 detik.

d. Pendekat barat

Merah : 74 detik menjadi 82 detik.

Hijau : 14 detik menjadi 18 detik.

4. Waktu traffic light yang telah disesuaikan untuk hari rabu adalah:

a. Pendekat utara

Merah : 70 detik menjadi 74 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 26 detik.

b. Pendekat selatan

Merah : 70 detik menjadi 74 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 26 detik.

c. Pendekat timur

Merah : 50 detik menjadi 55 detik.

Hijau : 41 detik menjadi 45 detik.

d. Pendekat barat

Merah : 74 detik menjadi 90 detik.

Hijau : 14 detik menjadi 10 detik.

5. Waktu traffic light yang telah disesuaikan untuk hari kamis adalah:

a. Pendekat utara

Merah : 70 detik menjadi 78 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 22 detik.

b. Pendekat selatan

Merah : 70 detik menjadi 78 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 22 detik.

c. Pendekat timur

Merah : 50 detik menjadi 76 detik.

Hijau : 41 detik menjadi 24 detik.

d. Pendekat barat

Merah : 74 detik menjadi 78 detik.

Hijau : 14 detik menjadi 22 detik.

Page 51: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 149

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

6. Waktu traffic light yang telah disesuaikan untuk hari jum‟at adalah:

a. Pendekat utara

Merah : 70 detik menjadi 75 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 25 detik.

b. Pendekat selatan

Merah : 70 detik menjadi 75 detik.

Hijau : 18 detik menjadi 25 detik.

c. Pendekat timur

Merah : 50 detik menjadi 65 detik.

Hijau : 41 detik menjadi 35 detik.

d. Pendekat barat

Merah : 74 detik menjadi 90 detik.

Hijau : 14 detik menjadi 10 detik.

DAFTAR PUSTAKA

Derektorat Jendral Bina Marga, Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya,

Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Jakarta 1970

Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Jakarta.

Harianto, Joni, 2004, Perencanaan Persimpangan Tidak Sebindang pada Jalan

Raya, Jurusan Teknik Sipil, universitas Sumatera Utara.

Hobbs, F.D. (1995). Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University Press,

Jogjakarta.

http://maps.google.com.

http://jatim.bps.go.id/?p=169.

Morlok, Edward. K. (1995), Pengaturan Teknik dan Perencanaan Trasportasi, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Nasution, H. M. N. Manajemen Transportasi. Bandung, Ghalia, 1996.

Suarjoko Warpani, ”Rekayasa Lalu Lintas”, Jakarta 1985.

Warpani, Suwardjoko. Analisis Kota & Daerah. Bandung, Penerbit ITB, 1984.

Page 52: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 150

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 53: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 151

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

SISTEM APLIKASI PENJUALAN

BAHAN BANGUNAN BERBASIS CLIENT SERVER

Kemal Farouq, Angga

Program studi Teknik Informatika Fakultas Tekniki Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi masyarakat untuk mendapatkan ilmu dan

pengetahuan khususnya di bidang kopmputer dalam rangka menjawab tantangan dunia

kerja. Telah menjadi tekad para pendiri lembaga ini untuk membantu memberikan informasi

dan pendidikan masyarakat kota lamongan dalam wujud pengimplementasian sistem

informasi pada pusat perdagangan dalam masyarakat pada bidang pendidikan komnputer.

Apabila Pada Toko Angela perkembangan sistem informasi bertambah setiap tahunnya

memberikan konsekuen yang cukup serius dalam penanganan, pengolahan dan pengoprasian

layanan kegiatan. Hal ini memberikan pengaruh yang cukup besar di dalam pelayanan

kepada perdagangan toko. Dengan adanya permasalahan seperti di atas maka perlu di

adakan pembenahan terhadap sistem yang sedang berjalan sehingga di buatlah sebuah

pemecahan masalah dengan melakukan sistem komputerisasi untuk menangani kegiatan

informasi penjualan dengan judul “Sistem Aplikasi Penjualan Bahan Bangunan Berbasis

Client Server”

Kata Kunci : Materials, Visual Basic.Net 2010, Client Server

I. Pendahuluan

Memuat Latar Belakang, dan Tujuan serta Kegunaan Hasil Penelitian. Dimana muatan

muatan tersebut dijelaskan sebagai berikut;

1. Latar Belakang

Pada Apabila pengolahan data tidak teratur dan tidak terkoordinasi dengan baik akan

mengakibatkan sulitnya mengetahui data dan informasi secara tepat dan akurat. Hampir di

semua perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan maupun industri membutuhkan

suatu sistem informasi yang baik terutama sistem informasi penjualan, agar dalam

kegiatannya dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Keadaan tersebut menyebabkan

banyaknya perusahaan yang meningkatkan pengembangan dibidang penjualan untuk

meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi dan agar dapat mengolah data dengan mudah,

cepat dan akurat.

Toko Angela membutuhkan program penjualan yang lebih baik, cepat dan efisen. Toko

Angela masih mengalami permasalahan yaitu proses pengolahan data penjualan masih

manual, terjadi penumpukan arsip yang tidak teratur dan belum tersedianya tempat

penyimpanan arsip, sehingga keamanan dari datanya kurang terjamin. Selain dari waktu

yang banyak terbuang dari proses pencarian data pun mengalami kesulitan dan sering

terjadi kesalahan dalam pengolahan data.

Seorang karyawan hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima menit untuk mencari

bahan bangunan yang di maksud dengan kriteria yang di ajukan oleh konsumen.

Page 54: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 152

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat judul “Sistim

Aplikasi Penjualan Bahan Bangunan di Toko Angela Berbasis Client Server”. Sehinga

diharapkan dengan mengunakan Aplikasi tersebut, Penjualan Di Toko Angela dapat lebih

efesien dan efektif.

2. Tujuan dan Kegunaan Hasil Peneliti

Dalam pembuatan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari kinerja dari

pada para staff tata usaha. Berikut beberapa tujuan dari pemnuatan penelitian ini :

1. Agar bisa menghasilkan program guna mengatur pembayaran konsumen,

penyimpanan arsip data dan penghasilan di Toko Angela bisa menghasilkan penjualan

menjadi lebih efesien dan efektif di Toko Angela.

2. Memberikan laporan penjualan berupa print out dari data penjualan tersebut.

II. Landasan Teori

Memuat teori teori yang digunakan dalam proses penulisan jurnal ini. Teori teori yang

dikutip adalah buku buku yang disebutkan di dalam Daftar Pustaka

2.1 Konsep Dasar Sistem

Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat di katan sebagai suatu sistem yang

menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja

diperlukan. Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah, dan

negkomunikasikan informasi atau peralatan sistem lainnya.

Informasi dalam suatu lingkungan sistem informasi harus mempunyai persyaratan umum

sebagai berikut :

1. Harus diketahui oleh penerima sebagai referensi yang tepat.

2. Harus mempunyai surprise, yaitu hal yang sudah diketahui hendaknya jangan di berikan.

3. Harus dapat menuntun pemakai untuk membuat keputusan. Suatu keputusan tidak selalu

menuntut adanya tindakan.

Sistem informasi harus mempunyai beberapa sifat seperti :

2.1 Pemrosesan informasi yang efektif. Hal ini berhubungan dengan pengujian terhadap data

yang masuk, pemakaian perangkat keras dan perangkat lunak yang sesuai.

2.2 Keluwesan. Sistem informasi hendaknya cukup luwes untuk menangani suatu macam

operasi.

2.3 Kepuasan pemakai. Halyang paling penting adalah pemakai mengetahui dan puas

terhadap sistem informasi.

2.2 Pengolahan Data.

Untuk mengasilkan informasi dari data-data yang relevan harus melalui suatu sistem

yang di sebut sebagai sistem pengolahan data meliputi sejumlah proses, peralatan dan tenaga

pelaksanaan yang saling berhubungan dan berkaitan.

Pengolahan data sebagai serangkaian operasi atas informasi yang direncanakan, guna

mencapai tujuan atau hasil yang di inginkan.

Definisi pengolahan data adalah suatu bahan mentah yang di olah sedemikian rupa

sehingga mengasilkan suatu informasi.

1) Siklus pengolahan data baik yang manual maupun yang menggunakan computer

mengalami siklus pengolahan data yang terdiri dari tiga tahap yaitu sebagai berikut :

Page 55: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 153

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Gambar 1. Siklus Pengolahan Data

1) Data di masukkan ke computer dalam bentuk yang di mengerti oleh computer

(input)

2) Data di proses sesuai dengan intruksi yang di terima computer

3) Hasil pengolahan (output), berupa data yang dapat di mengerti dan berguna untuk

manusia.

III. Isi Makalah

Dalam isi makalah akan membahas mengenai batasan sistem, output data, metodologi,

dan ujicoba pendukung.

3.1 Batasan sistem

Adapun batasan masalah program yang akan dibuat sebagai berikut:

1) Perancang dan pembuatan program sistem penjualan material di Toko Angela

2) Dalam program ini menampilkan data transaksi, laporan data barang, dan juga laporan

pendapatan keuangan.

3) Dalam program ini menyimpan data pengiriman material pembangunan yang sudah

dibeli.

4) Aplikasi ini dibuat dengan mengunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual

Basic.Net 2010 dan SQL Server.

3.2 Output Data

Dalam penelitian ini mengasilkan out data guna membantu kinerja di Toko Angela

sehingga menjadi lebih baik lagi. Berikut beberapa hasil yang telah di capai dalam

pembuatan aplikasi penjualan bahan bangunan.

1. Laporan cetak data prin out

2. Data dapat di export menjadi file dengan pilihan format (Ms. Word, Ms. Exel dan

PDF)

3.3 Permasalahan Umum

Berikut adalah pemaparan permasalahan yang di hadapi di Toko Angela :

1. Bagaimana cara mengelola data keuangan di Toko Angela

2. Bagaimana cara staff admin membuat laporan dengan mudah dan cepat

3. Bagaimana cara membuat program guna membantu mengatur keuangan di Toko

Angela

3.4 Metodologi Penelitian atau Rancangan Sistem yang Di Gunakan.

1) Penelitian Lapangan

Riset lapangan yaitu melakukan tinjauan langsung kelapangan guna mengetahui

persoalan yang sedang terjadi :

a. Pengamatan

INPUT PROSES OUTPUT

Page 56: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 154

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Yaitu melakukan pengamatan data dan juga pengumpulan informasi – informasi dari

sumber yang sedang di buat penelitian.

b. Wawancara

Yaitu melakukan sebuah pengumpulan data dengan cara interview langsung pada

sumber yang terkait dalam sebuak instansi.

2) Studi Literatur

Yaitu pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku dan literature yang

tertulis dan lannya yang berhubungan dengan masalah yang di bahas.

3.5 Ujicoba dan Pendukung

Pengujian suatu sistem atau aplikasi yang telah dibuat, perlu dilakukan sebelum aplikasi

tersebut digunakan. Uji coba sistem merupakan salah satu bagian penting dalam menjamin

kualitas aplikasi. Uji coba sistem ini dilakukan untuk menemukan beberapa kesalahan yang

disebabkan oleh proses perancangan maupun proses implementasi yang belum sesuai

dengan perancangan sistem tersebut. Uji coba sistem untuk aplikasi penentuan kelulusan

unas siswa dengan metode SAW ini dilakukan dengan dua metode uji coba yakni uji coba

sistem dan uji coba program.

a. Menu login berfungsi untuk masuk kedalam proses aplikasi :

Gambar 1 Tampilan Menu Login

b. Setelah kita login. Yang kita jumpai di menu utama adalah file. Yang terdiri dari Master

data dan Data transaksai. Master data dan data transaksi.

Gambar 2 Menu Utama

c. Form barang ini ialah tempat penyimpanan data barang. Dan juga ada Input, update,

delete sudah sesuai dengan yang diharapkan.

Page 57: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 155

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Gambar 3 Barang

d. Dalam form penjualan ini adalah form yang menjelaskan tentang barang apa saja yang

sudah terjual. Atau sebagai laporan data penjualan kepada pemilik toko.

Gambar 4 penjualan

e. Dalam form penjualan ini adalah form yang menjelaskan tentang barang apa saja yang

sudah terjual. Atau sebagai laporan data penjualan kepada pemilik toko.

Gambar Printout Data Penjualan

f. Form pemesanan ini menjelaskan tentang pengecekan barang apa saja yang sudah di

pesan oleh customer. Yang barangnya masih di dalam toko dan belum di ambil. Dan

pembayarannya masih belum lunas atau sudah lunas. Dan nanti admin akan mengecek

print out datanya atau notta yang di bawa oleh customer.

Page 58: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 156

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Gambar 5 Pemesanan Barang

g. Dalam Form jenis barang ini ialah form yang dimana tempat jenis barang-barang yang di

kelompokkan.

Gambar 6 Jenis Barang

h. Form pembayaran ini menjelaskan tentang data pembayaran barang yang sudah di beli.

Baik itu lunas atau masih belum lunas.

Gambar 7 Pembayaran Barang

i. Data print out pembayaran ini sebagai tanda bukti pembayaran barang yang sudah di

beli. Baik itu lunas atau masih belum lunas.

Page 59: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 157

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

Gambar 8 Prinout Data Pembayaran

j. Data print out pemesana ini menjelaskan tentang sebagai bukti pemesanan barang yang

sudah di pesan, tetapi barangnya masih di toko. Baik sudah di bayar lunas maupun masih

belum lunas.

Gambar 9 Printout Pemesanan Barang

IV. Kesimpulan dan Saran

Di bawah ini adalah penutup dari pembuatan jurnal penelitian ini. Berikut kesimpulan

dan saran yang telah di rangkum.

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian dan analisa program, maka dapat di peroleh

simpulan sebagai berikut :

1. Sistem aplikasi sudah dapat melakukan proses penyimpanan, penghapusan, dan

update data untuk data toko.

2. Sudah dapat merancang dan membuat suatu sistem komputerisasi yang dapat di

gunakan untuk menunjang kinerja karyawan.

Page 60: Kesesuaian Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan … pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan (Deptan, 2010). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kabupaten

J u r n a l E k s a k t a V o l 2 N o 2 S e p t e m b e r 2 0 1 4 | 158

Jurnal Ilmu Eksakta ISSN : 2302-3791

3. Dapat meningkatkan kemampuan pengolahan data penjualan. Pengolahan yang di

maksud meliputi kelengkapan data, perincian data, keamanan data, kerahasiaan

data, cara-cara pemasukan dan pengambilan data.

4. Selain proses penjualan, sistem dapat memberikan informasi data tentang stock

barang.

4.2 Saran

Berikut ini beberapa saran yang dapat berguna dalam meningkatkan kinerja

sistem yang telah berjalan saat ini, yaitu :

1. Untuk menjaga atau pemeliharaan sistem, pemakai sistem hendaknya memakai

duplikat yang berguna untuk mengganti sistem induk apabila terjadi kesalhan.

2. Pihak Administrator harus senangtiasa menjaga dan mengupdate sistem aplikasi ini

agar lebih sempurna dan lebih terperinci laporan penjualannya dari yang ini.

.

Daftar Pustaka

[1] Agustina Maria S, Sri Sulistiani, 2011, Panduan Praktis Microsoft Visio 2010.

Penerbit : Andi, Yogyakarta

[2] Atashi. January 29, 2010. Pengertian erd dan DFD.

http://avfah.wordpress.com/2010/01/29/pengertian-erd-dan-dfd/

[3] Cyber Komputer. April 4 2013. 1:15 pm .Pengertian SQL Server,. http://infoter-

lengkap.blogspot.com/2013/03/pengertian-sql-server-dan-contohnya.html /

[4] Hidayatullah, Priyanto. Oktober 2012. Visual basic.net membuat aplikasi database dan

program kreatif. Penerbit : Informatika, Bandung. Bandung.

[5] Sadeli, Muhammad. September 2012. 4 Pemrograman database dengan Visual Basic

2010 untuk orang awam. Penerbit : Maxikom, Palembang.