kesejahteraan guru sebagai faktor strategis yang m

60
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara hakiki sejahtera tidak dapat diukur, sejahtera berarti terpenuhi semua kebutuhan lahir maupun batin, sandang, pangan dan papan. Dahulunya orang sudah dapat makan pagi dan malam dan rumah serta pakaian seadanya sudah boleh dikatakan sejahtera. Lain hal dengan sekarang, ukuran sejahtera sudah berubah polanya. Tidak hanya cukup sandang, pangan dan papan, akan tetapi lebih dari itu. Semua orang perlu kesejahteraan, demikian pula guru yang keseharian bergumul dan bertungkuslumus terikat dengan waktu dan tempat. Sebutan mulia yang sudah tersandang dipundak masing-masing sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bekerja keras tanpa membedakan antara si kaya dan simiskin, lelaki atau perempuan, anak pejabat atau tidak, yang jelas semua anak dididik dan dibinanya agar menjadi anak yang cerdas, berkualitas dan bertanggungjawab. Dengan tanggungjawab moral yang dipercayakan negara kepada mereka sesuai dengan amanah Pembukaan Undang–undang Dasar 1945 bahwa guru bertanggungjawab untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Tanpa mereka tentulah kita-kita yang ada didunia ini, tidak ada apa-apanya, mereka telah memberikan sesuatu pusaka yang tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan, apa itu tidak lain adalah ilmu pengetahuan. Pejabat, pegawai negeri maupun swasta, para pengusaha yang ada sekarang ini tanpa keberadaan mereka dan tanpa tangan-tangan halus mereka dan keramahtamahan serta keikhlasan mereka mendidik, mengajar dan melatih tentu tidak akan seperti sekarang. Karena jasa dan pengabdian merekalah kita berada dalam kondisi sekarang ini. Apa yang sudah mereka berikan kepada kita, dari sesuatu yang serba buta dan tidak tahu sama sekali, kemudian mereka didik, mereka

Upload: harry-d-fauzi

Post on 30-Jun-2015

1.528 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara hakiki sejahtera tidak dapat diukur, sejahtera berarti

terpenuhi semua kebutuhan lahir maupun batin, sandang, pangan dan

papan. Dahulunya orang sudah dapat makan pagi dan malam dan rumah

serta pakaian seadanya sudah boleh dikatakan sejahtera. Lain hal

dengan sekarang, ukuran sejahtera sudah berubah polanya. Tidak hanya

cukup sandang, pangan dan papan, akan tetapi lebih dari itu.

Semua orang perlu kesejahteraan, demikian pula guru yang

keseharian bergumul dan bertungkuslumus terikat dengan waktu dan

tempat. Sebutan mulia yang sudah tersandang dipundak masing-masing

sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bekerja keras tanpa

membedakan antara si kaya dan simiskin, lelaki atau perempuan, anak

pejabat atau tidak, yang jelas semua anak dididik dan dibinanya agar

menjadi anak yang cerdas, berkualitas dan bertanggungjawab. Dengan

tanggungjawab moral yang dipercayakan negara kepada mereka sesuai

dengan amanah Pembukaan Undang–undang Dasar 1945 bahwa guru

bertanggungjawab untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tanpa mereka tentulah kita-kita yang ada didunia ini, tidak ada

apa-apanya, mereka telah memberikan sesuatu pusaka yang tidak

lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan, apa itu tidak lain adalah

ilmu pengetahuan. Pejabat, pegawai negeri maupun swasta, para

pengusaha yang ada sekarang ini tanpa keberadaan mereka dan tanpa

tangan-tangan halus mereka dan keramahtamahan serta keikhlasan

mereka mendidik, mengajar dan melatih tentu tidak akan seperti

sekarang. Karena jasa dan pengabdian merekalah kita berada dalam

kondisi sekarang ini.

Apa yang sudah mereka berikan kepada kita, dari sesuatu yang

serba buta dan tidak tahu sama sekali, kemudian mereka didik, mereka

Page 2: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

2

ajar, mereka latih, sehingga menjadi anak cerdas dan pintar. Dari mula

tidak tahu hurup dan angka, sampai bisa dan mampu membaca dan

berhitung, dari mulai tidak pandai mengelap lelehan ingus di pipi sampai

mampu menjadi anak yang mandiri, dari yang tidak mampu mencebok

(membersihkan) berak di celana kebetulan di sekolah, sampai kepada

anak mandiri, semua itu tidak terlepas dari peran guru di sekolah.

Sungguh besar jasa-jasamu guru, tidal terbalas rasanya apa sudah

engkau berikan kepada kami, engkaulah orang tua kedua kami, yang

tanpa perjuangan dan cita-citamu tentulah kami tidak berdaya.

Kini guru menuntut kesejahteraan, sesuatu yang wajar dan adil,

karena apa? Kesejahteraan guru menjadi jantungnya pelayanan

pendidikan, karena dengan sistem insentif yang wajar dan berkeadilan

dapat diharapkan suatu komitmen guru untuk memberikan pelayan

optimal dan terbaik bagi masyarakat. Apa lagi guru-guru kita yang

mengajar nun jauh di sana, di pedesaan dengan lokasi terpencil. Karena

sebahagian besar guru-guru medngabdian diri di pedesaan, itulah

sebabnya sebagian guru tidak lama bertahan untuk bekerja di pedesaan

karena tidak mendapatkan insentif yang memadai, sehingga dengan rasa

terpaksa mereka meninggalkan tugas pengabdian yang disandangnya,

walaupun dihati sanubarinya merupakan pekerjaan salah, namun apa

boleh buat, itu terpaksa dilakukan.

Tuntutan hidup pada kondisi kini menyebabkan para guru harus

bekerja keras untuk melakukan sesuatu yang bersifat halal, sesuatu yang

harus dilakukan untuk dapat mengatas kebutuhan hidup anak dan

keluarganya. Sehingga tidak aneh rasanya ada guru yang berprofesi

ganda, pada pagi menjelang siang hari berkumpul ditengah-tengah anak

didiknya, bersenda gurau dan bercengkerama bersama rekan guru.

Tetapi bila waktu tugas wajib berakhir, maka terlihat sang guru

bercengkerama bersama para tukang ojek, kuli bangunan, pedagang

pasar, dan profesinya lainnya. Hal ini membuktikan bahwa guru masih

memerlukan biaya tambahan untuk dapat memenuhi kebutuhan

keluargnya.

Page 3: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

3

Demikian pula kita melihat guru, sejak pagi hari sudah berangkat

ke sekolah, kemudian pada sore harinya bahkan menjelang larut malam

baru pulang ke rumah. Kemanakah mereka, jika ditelusuri dan diamati

secara seksama, banyak di antaranya sesudah melaksanakan jam wajib

di sekolah di mana mereka di tempatkan, maka sang guru bergegas

menuju sekolah lain dengan tugas yang sama, yakni menambah income

keluarga, demikian seterusnya sesuah menjelang magrib, sang guru

bergegas pula berangkat ke suatu tempat Bimbingan Belajar, juga tugas

yang sama dan niat yang sama untuk menambah pendapatan keluarga.

Pada pagi hari berangkat dengan wajah berseri pakai bersih dengan

senyum tersungging meninggalkan anak dan keluarga, serta

menyandang sebuah tas tentengan yang berisi bahan ajar plus nasi

rantangan, bagi isterinya yang rajin memperhatikan kondisi kesehatan

suaminya. Nah pada waktu pulang dari bertugas terlihat dengan wajah

kuyu dan kondisi keletihan serta kondisi pakaian serba tidak menentu.

Begitulah kondisi guru kita, dan memang tidak semua sama, ada yang

berada pada kondisi ekonomi di atas rata-rata, persentasenya sangat

minim, akan tetapi kebanyakan di bawah rata-rata, ibarat gaji, pada

tengah bulan atau sepertiga bulan gaji yang diterima sudah ludes alias

terkuras untuk keperluan sehari-hari, dan bagaimana untuk tengah bulan

atau sepertiga bulannya lagi, tentu tidak lain harus bekerja keras dengan

kegiatan lainnya, dengan nawaitu yang penting halal.

Oleh sebab itu, sekali lagi kita prihatin dengan kesejahteraan

guru, dan wajar untuk ditingkatkan. Kiranya terketuk para pengambil

keputusan untuk memperhatikan kesejahteraan guru ini, berikanlah

insentif yang layak, perlu tunjangan khusus, sehingga mereka benar-

benar meberikan perhatian penuh untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah masing-masing. Mereka akan bekerja dengan baik,

belajar dan mengajar dengan baik, dedikasi dan loyalitas tinggi apabila

gaji yang mereka terima wajar dan berkeadilan.

Semangat Otonomi Daerah memungkinkan untuk meningkatkan

kesejahteraan para guru, dan memang dirasakan upaya-upaya yang

Page 4: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

4

dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama Dewan dan PGRI sudah

direalisasikan walaupun itu belum memadai. Namun, cita-cita dan

perjuangan senantiasa harus selalu digesa, dan ini perlu perjuangan, dan

guru sudah melakukan perjuangan itu dari hari ke hari, bagaimana

memperjuangkan anak yang tidak tabu dan lugu menjadi tahu dan

berilmu.

Memang di akui, bahwa keterbatasan dana Pemerintah sehingga

keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan guru belum maksimal di

lakukan. Namun, setitik iktikad Pemerintah Daerah untuk berangsur-

angsur meningkatkan kesejahteraan guru perlu dihargai, dan perhatian

Dewan dengan mengusulkan kepada Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan anggaran pendidikan untuk setiap tahun perlu disambut

baik dan diperjuangkan setiap tahun oleh kita semua. Guru

menginginkan kesejahteraan yang mereka tuntut tidaklah berlebihan,

akan tetapi yang wajar, sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan

rumah tangga keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya, dan apabila

telah pensiun hidup tenang dan lebih mendekatkan diri kehadirat Tuhan

Yang Maha Kuasa, bagi yang beragama Islam mungkin suatu ketika

sempat melakukan rukun Islam ke Lima (berhaji).

Peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran merupakan

suatu keharusan dan mutlak bagi seorang guru, guru yang baik adalah

guru yang mengerti dan memahami akan tugas dan kewajibannya. Di

akui, bahwa guru dulu tidak memikirkan kesejahteraan, bagi mereka

yang penting cukup untuk hidup perbulan sudah cukup, akan tetapi guru

kini penuh dengan berbagai macam tuntutan, dan tentunya disesuaikan

dengan kondisi zamannya.

Perlu diingat tuntutan kesejahteraan harus diimbangi dengan

upaya peningkat kulitas belajar dan mengajar, berdosa rasanya kalau

kita hanya mampu meminta, akan tetapi kurang untuk berbuat yang lebih

baik. Karena itu, perbaikan dan kesejahteraan hidup perlu dibarengi

dengan perbaikan mutu pendidikan, dan sekaligus mutu profesionalisme

guru.

Page 5: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

5

Atas dasar uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang ”Kesejahteraan Guru sebagai Faktor

Strategis yang Mempengaruhi Kinerja Guru” di SMP Negeri 2 Campaka,

Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2004 – 2005.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan, maka

perlu dilakukan pembatasan dalam masalah yang telah dirumuskan.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suyatna (2000:7)

bahwa biasanya masalah yang ditemukan dalam penelitian itu sangat

luas dengan rangkaian yang multikompleks. Agar penelitian tidak

melantur, sebaiknya masalah itu dibatasi dari segi keluasan maupun

segi kedalamannya.

Adapun batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Kesejahteraan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok guru diukur dengan

penerimaan penghasilan guru baik dari sekolah maupun di luar

sekolah.

b. Kinerja guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi bidang

tugas perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pengelolaan

pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan analisis hasil

pembelajaran, serta tugas-tugas pembinaan siswa.

2. Rumusan Masalah

Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara

merumuskan masalahnya. Mengidentifikasikan masalah itu merupakan

bagian yang paling sulit dalam proses penelitian. Yang harus

dirumuskan bukan sekedar ruang lingkupnya saja, melainkan juga

penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk khusus yang spesifik

(Suyatna, 2000:7).

Page 6: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

6

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam

bentuk pertanyaan di bawah ini.

a. Bagaimanakah keadaan dan tingkat kesejahteraan guru-guru

SLTP yang memiliki kegiatan sampingan di luar jam tugasnya?

b. Bagaimanakah kemampuan profesional guru-guru SLTP yang

memiliki kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?

c. Adakah hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan

pengembangan kemampuan profesional pada guru-guru SLTP

yang memiliki kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian

ini memiliki tujuan-tujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

1. Keadaan dan tingkat kesejahteraan guru-guru SLTP yang memiliki

kegiatan sampingan di luar jam tugasnya?

2. Kemampuan profesional guru-guru SLTP yang memiliki kegiatan

sampingan di luar jam mengajarnya?

3. Hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan pengembangan

kemampuan profesional pada guru-guru SLTP yang memiliki

kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

guru dan kepala sekolah dalam pengelolaan pembelajaran serta

pengembangan sekolah, khususnya dalam memberdayakan sumber

daya manusia dengan pemberian imbalan/insentif yang sesuai. Hasil

penelitian ini pun diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

bagi upaya berikut.

1. Meningkatkan pembinaan tenaga guru dengan meningkatkan

pengetahuan serta pengembangan profesi guru.

Page 7: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

7

2. Meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan kualitas

pembinaan.

3. Sebagai masukan bagi kepentingan manajemen pendidikan

khususnya instansi yang mengelola pendidikan di tingkat kabupaten

maupun di tingkat kecamatan khususnya dalam meningkatkan

kinerja guru.

Di samping itu, mudah-mudahan hasil penelitian ini bisa

memberikan sumbangsih bagi khasanah pengembangan ilmu

pendidikan, khususnya ilmu administrasi pendidikan, yang selama ini

banyak dilahirkan di negara barat, tidak selamanya memiliki nilai

relevansi yang tinggi untuk memecahkan persoalan-persoalan

administrasi pendidikan di Indonesia, hal ini diduga karena administrasi

pendidikan di samping sebagai ilmu pengetahuan juga sebagai arts (kiat)

di mana pengembangannya perlu memperhatikan aspek-aspek yang

terkait dengan perilaku manusia, khususnya manusia Indonesia. Oleh

sebab itu, pengembangan suatu ilmu akan lebih memiliki makna apabila

kita secara otonom mampu mengembangkannya secara mandiri.

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

1. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar adalah segala kebenaran, teori,

atau pendapat yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian. Segala

kebenaran, teori dan pendapat yang dijadikan pegangan itu tidak

dipersoalkan lagi benar salahnya. Pada prinsipnya segala sesuatu itu

dapat diterima oleh semua pihak tanpa harus diuji lagi kebenarannya

(Suyatna, 2000:7).

Sejalan dengan pendapat Suyatna di atas. Surakhmad

(1980:15) mengemukakan bahwa asumsi, anggapan dasar, atau

postulat adalah ”sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat

diterima oleh peneliti.” Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

Page 8: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

8

Hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut ini.

a. Kondisi dan tingkat kesejahteraan guru yang saat ini dianggap

sangat menyedihkan pada dasarnya menjadi penyebab kualitas

pendidikan di Indonesia tidak pernah berkembang dengan

selayaknya. Hal ini disebabkan guru-guru tidak memiliki

kesempatan yang cukup untuk mengembangkan dirinya, serta

tidak memiliki kesempatan untuk selalu mencari penambahan

ilmu pengetahuan guna menunjang kemampuan dan potensi

dirinya.

b. Kinerja guru yang meliputi demikian banyak aspek dan tuntutan di

dalamnya sangat erat dipengaruhi oleh kondisi guru tersebut

secara ekonomis maupun secara sosial. Guru tidak akan pernah

mencapai tingkat kemampuan profesional yang selayaknya

apabila tidak ditunjang dengan kondisi ekonomi yang baik, tingkat

kesejahteraan yang baik, serta kehidupan sosial yang baik pula.

c. Pemenuhan aktualisasi diri pada diri seorang guru sebagai

manusia maupun sebagai sosok profesional mutlak diperlukan.

Aktualisasi diri ini hanya akan dapat dilaksanakan apabila guru

tersebut mampu mengembangkan komunikasi dirinya dengan

berbagai lingkungan di sekitarnya. Demikian pula halnya, proses

pengembangan komunikasi dengan lingkungan ini pun sangat

erat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi guru tersebut

sehingga jika aspek ini tidak terpenuhi maka guru tersebut tidak

akan pernah dapat mengembangkan dirinya secara optimal.

d. Potensi kepribadian merupakan prasyarat mutlak yang harus

dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan profesinya.

Potensi tersebut adalah; potensi kepribadian interpersonal dan

intrapersonal.

e. Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus

dimiliki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah

Page 9: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

9

(kurikulum), tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Kompetensi dimaksud meliputi

kompetensi keterampilan pengelolaan proses pembelajaran dan

penguasaan pengetahuan.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti

dan perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan.

Surakhmad (1980:39) mengemukakan bahwa hipotesis adalah

perumusan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang

dimaksudkan sebagai tuntunan sementara dalam penelitian untuk

mencari jawaban yang sebenarnya.

Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan di atas, hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho : tidak terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan

kinerja guru pada guru-guru SMP Negeri 2 Takokak,

Kabupaten Cianjur, tahun pelajaran 2004 – 2005.

H1 : terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan

pengembangan kinerja guru pada guru-guru SMP Negeri 2

Takokak, Kabupaten Cianjur, tahun pelajaran 2004 – 2005.

Page 10: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

10

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kompetensi Guru

Kinerja guru pada dasarnya adalah kompetensi guru. Kompetensi

itu sendiri didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan

nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak

(Depdiknas, 2003a).

Selanjutnya Menurut Spencer dalam Yulaelawati (Puskur, 2003)

kompetensi adalah karakteristik mendasar yang merupakan hubungan

kausalitas antara referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang

terbaik dalam pekerjaan pada situasi tertentu.

Karakteristik mendasar pada pendapat di atas mengadung arti

bahwa kompetensi tersebut tertanam mendalam dan bertahan lama

dalam penampilan seseorang dan dapat digunakan untuk memprediksi

tingkah laku seseorang ketika berhadapan dalam berbagai situasi dan

tugas. Hubungan kausal memiliki makna bahwa suatu kompetensi dapat

menyebabkan atau memprediksi perubahan tingkah laku dan kinerja

seseorang. Sedangkan referensi kriteria menentukan dan memprediksi

apakah seseorang dapat bekerja dengan baik atau tidak dalam ukuran

yang spesifik atau standar.

Spencer juga membahas lima tipe kompetensi sebagai berikut.

a. Motif yang merupakan sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berpikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.

b. Kompetensi bawaan berupa karakterisasi fisik yang secara konsisten merespon berbagai situasi atau informasi.

c. Konsep diri dalam bentuk tingkah laku, nilai atau imaji seseorang.

d. Kompetensi pengetahuan berupa penguasaan seseorang atas ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungan sekitarnya.

Page 11: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

11

e. Kompetensi keterampilan yakni kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik atau mental.

(Yulaelawati, 2003)

Jika diamati, pengertian kompetensi dalam Kurikulum 2004 yang

sejalan dengan pendapat Spencer di atas terletak pada perwujudan

pengetahu-an, keterampilan, dan nlai dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak. Perwujudan ini hanya dapat diketahui apabila tersedia

seperangkat hasil belajar yang terukur dan terstandarkan sebagai acuan

pembelajaran yang bermakna dan bertujuan untuk mencapai kompetensi

standar tertentu. Dengan demikian, kompetensi dapat dikenali melalui

sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.

Garry Martin (2001) mengemukakan bahwa terdapat empat

landasan inti nilai-nilai profesi guru yang harus dikuasai dan

dikembangkan oleh guru sebagai kompetensi standar. Kompetensi

standar dalam Kerangka Kerja guru ini dilandasi oleh nilai-nilai di bawah

ini.

1) Pembelajaran

Guru suka belajar dan memotivasi orang lain untuk belajar juga.

Guru mendukung sistem organisasi sekolah dan kelas yang

mendorong pengembangan belajar mandiri dan belajar seumur

hidup.

2) Perhatian

Guru memperlakukan orang lain dengan perhatian yang baik dan

mengusahakan strategi belajar mengajar yang dijiwai oleh konsep

keterbukaan, kesederajadan, dan kebersamaan.

3) Keunggulan

Guru memiliki standar keunggulan yang tinggi dan berjuang untuk

mencapainya melalui tindakan mawas diri dan pertumbuhan

profesionalitas yang terus berlanjut.

Page 12: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

12

4) Kesetaraan

Guru menghargai manfaat dari keberagaman komunitas sekolah

dan mendorong terciptanya tempat kerja yang bebas diskriminasi,

pemaksaan, dan ekploitasi.

Di samping itu, Garry Martin (2001) juga mengemukakan adanya

Landasan Inti Pengetahuan Profesonal Guru sebagaimana dikemukakan

berikut ini.

a. Guru memahami struktur dan fungsi Kerangka Kurikulum dan

implikasinya dalam pengembangan kurikulum dan pembel-

ajaran.

b. Guru sepenuhnya memahami tujuan, sifat, dan kegunaan

berbagai strategi evaluasi dan bagaimana informasi yang

diperoleh melalui proses evaluasi dapat digunakan untuk

meninjau dan memodifikasi pembelajaran.

c. Guru memahami bahwa pembelajaran siswa dipengaruhi oleh

perkembangan pribadinya, pengalaman, kemampuan, minat,

bahasa, keluarga, budaya dan lingkungan pergaulan/masya-

rakat.

d. Guru benar-benar menguasai konsep-konsep kunci, struktur,

dan proses inkuiri yang utama sehubungan dengan bidang

studinya.

e. Guru terbiasa dan benar-benar mengenal kerangka peraturan

yang mendasari sistem sekolah dan pekerjaan guru.

Guru sadar terhadap kebijakan pemerintah (baik pusat maupun daerah),

dan sekolah yang mendasari program pendidikan dan layanan

pendidikan.

B. Kinerja Guru

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan

dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan

dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang,

Page 13: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

13

dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi

dan loyalitas pengabdiannya.

Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru di

dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada

menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah

kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya

dibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik

sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi.

Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita,

bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu.

Kita melihat sisi lemah dari system pendidikan nasional kita, dengan

gonta ganti kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan

berdampak kepada guru itu sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat

menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat

membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat

dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak

demikian halnya guru professional.

Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau

keluaran dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),

sebagai institusi penghasil tenaga guru, LPTK juga memiliki

tanggungjawab dalam menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu

ketika berdampak kepada pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh

sebab itu LPTK juga memiliki andil besar di dalam mempersiapkan guru

seperti yang disebutkan diatas, berkualitas, berwawasan serta mampu

membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan

berkepribadian.

Harapan ke depan, terbentuk sinergi baru dalam lingkungan

persekolahan, dan perlu menjadi perhatian adalah terjalinnnya kinerja

yang efektif dan efisien disetiap struktur yang ada dipersekolahan.

Kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki

tanggungjawab dan memahami akan tugas dan kewajiban masing-

masing.

Page 14: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

14

Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang

bebas melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan

sasaran empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan dapat

menjadi sitawar sidingin di dalam memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi

tidak tertutup kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru

sebagai akibat dari kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan

dampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan.

Apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negative

kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi kenerja guru.

Guru yang baik tidak akan pernah putus asa, dan menjadi kritikan

sebagai pemicu baginya di dalam melakukan perbaikan dan

pembenahan diri di masa yang akan datang. Kritik terhadap kinerja guru

perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana guru mengetahui kinerja yang

sudah dilakukannya selama ini, dengan demikian akan menjadi bahan

renungan bagi guru untuk perbaikan lebih lanjut.

Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber

daya manusianya, dan indicator sumber daya manusia ditentukan oleh

tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya

manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian

pula sebaliknya. Oleh sebab itu indicator tersebut sangat ditentukan oleh

kinerja guru.

Bila kita amati di lapangan, bahwa guru sudah menunjukan

kinerja maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai

pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada

sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, tentunya secara

akan berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro.

Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya

menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab

moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan

loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas

dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula

dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan

Page 15: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

15

pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu,

guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan

digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat

penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.

Kinerja guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke

tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus

belajar, tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan

tetap tertinggal akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu.

Apalagi pada kondisi kini kita dihadapkan pada era global, semua serba

cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan

dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru,

karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi

dengan nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan

kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat

meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk

meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini

akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa

depan lebih baik dari kinerja hari ini.

C. Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Guru

Dalam arti yang luas, pendidikan dapat mencakup seluruh proses

hidup dan segala interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara

formal, nonformal, maupun informal. Proses tersebut muncul dalam

rangka mewujud-kan individu tersebut sesuai dengan tahapan

perkembangannya secara optimal sehingga dicapai taraf kedewasaan

tertentu. Pada konteks ini, seorang guru yang ideal menurut Makmun

(1996) memiliki tugas dan peran sebagai berikut.

1) Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan dan inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan.

2) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik.

Page 16: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

16

3) Transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai melalui penjelmaan pribadinya dan perilakunya melalui proses interaksinya dengan peserta didik.

4) Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dipertanggungjawabkan baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik serta Tuhan yang Menciptakannya).

(Makmun, 1996:18)

Dalam arti yang terbatas, pendidikan merupakan salah satu

proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal

dengan pengajaran (instructional). Gagne dan Berliner dalam Makmun

(1996:18) menjelaskan bahwa dalam konteks ini guru memiliki peran,

tugas, dan tanggung jawab sebagai berikut.

1) Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (preteaching problems).

2) Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana. Ia bertindak sebagai nara sumber (resource person), konsultan kepemimpinan (leader) yang bijaksana dalam arti demokratis dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).

3) Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan, dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement) atas tingkat keberhasilan belajar mengajar (PBM) tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

4) Pembimbing yang menekankan bahwa segala proses yang berlangsung itu memiliki tujuan (pusposive), yang berarti aspek intrinsik (niat, tekad, azam) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu yang penting untuk melahirkan perilaku tertentu meskipun tanpa adanya perangsang (stimulus) yang datang dari lingkungannya (naturalistic). Di sisi lain, pola-pola perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus (conditio-ning) dalam lingkungannya (environmentalistic).

(Makmun, 1996:18-19)

Berdasar kepada rumusan teori di atas, dapat dilihat bahwa

tugas, peranan, serta tanggung jawab guru demikian luas mencakup

Page 17: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

17

aspek pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap perilaku

siswa secara menyeluruh. Apalagi jika dikaitan dengan tujuan pendidikan

nasional sebagaimana tersurat pada Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengisyaratkan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Peranan, tugas, serta tanggung

jawab ini mustahil dapat dipikul tanpa adanya upaya peningkatan

kemampuan guru itu sendiri dari waktu ke waktu sesuai dengan

perkembangan zaman.

Pada uraian berikut ini akan dibahas mengenai profesionalitas

guru dalam dua konteks yang sesungguhnya merupakan suatu kesatuan

yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yakni konteks pendidikan secara

umum serta konteks globalisasi. Pada konteks pertama, akan dilihat

bagaimana sesungguhnya jabatan guru secara formal sebagai pendidik

dengan berbagai tugas dan peranan yang dipikulnya, sedangkan pada

konteks yang kedua akan dilihat bagaimana peran, tugas, serta tanggung

jawab guru dalam menghadapi perkembangan zaman serta berusaha

meluluh ke dalamnya sebagai sebuah dinamika pengembangan profesi

serta bahan pembinaan dan pendidikan moral siswa secara kontekstual.

1. Profesionalitas Guru dalam Konteks Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses dan usaha sadar yang

mengorganisasikan komponen-komponen yang ada di dalamnya

sehingga hasil dari kegiatan tersebut dapat mengubah masukan

(input/raw input) yang berupa peserta didik menjadi keluaran (output)

yang berupa peserta didik yang terdidik. Artinya, pada sebelum proses

pendidikan berlangsung si peserta didik itu belum mengetahui apa-apa

menjadi tahu, dari tidak memiliki keterampilan menjadi terampil, dan

Page 18: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

18

yang dulu tidak memiliki sikap yang terarah kepada tujuan pendidikan

menjadi memiliki sikap terarah kepada tujuan pendidikan (Seno,

1984:14).

Kadar keterdidikan berdasarkan pendapat di atas sangat

ditentukan oleh kualitas dan intensitas proses pendidikan (kegiatan

pembelajaran dan kegiatan kependidikan lainnya) yang berlangsung

dalam suatu sistem pendidikan di sekolah. Keberhasilan untuk

mencapai tingkat keterdidikan siswa tersebut sangat bergantung

kepada kemampuan guru, kemantapan profesi guru, kemampuan guru

dalam mengorganisasikan proses pendidikan secara menyeluruh.

Seno (1984:15) mengemukakan bahwa kemampuan-kemampuan

sebagai-mana yang diharapkan tersebut bukanlah suatu proses yang

berlangsung begitu saja, melainkan sebentuk upaya sadar berupa

peningkatan kapasitas diri di luar proses belajar mengajar. Secara

skematik, Seno memberikan gambaran tentang tugas profesional guru

sebagai berikut.

Gambar 2.1

Tugas Profesional Guru

Berdasarkan matriks di atas dapat dilihat ada empat komponen

yang dapat mempengaruhi siap profesional guru, yakni status dan

kedudukan, kewajiban guru, hak guru, serta tugas dan fungsi guru.

Kewajiban

Tugas dan Fungsi

Profesi Guru yang Mantap

Status dan Kedudukan

Hak

Page 19: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

19

a. Status dan Kedudukan Guru

Dilihat dari kedudukannya, seorang guru merupakan

makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan makhluk individu. Sebagai

makhluk Tuhan, seorang guru harus beriman dan beramal. Kualitas

keimanan dan amaliah guru ini harus dilandasi oleh ilmu yang

diimplemen-tasikan dalam tindakan sehari-hari. Iman seorang guru

adalah keimanan ilmiah, demikian pula amal guru adalah amal

ilmiah (Seno, 1984:15). Dengan demikian, iman seorang guru

seharusnya adalah ilmiah amaliah, amal guru adalah amaliah ilmiah,

dan ilmu guru adalah amaliah ilmiah.

Sebagai makhluk sosial, harus disadari bahwa guru memiliki

status pula sebagai: (1) warga negara; (2) pegawai negeri/swasta;

(3) karyawan Dinas Pendidikan; (4) anggota masyarakat luas; dan

(5) guru.

Kelima status ini harus benar-benar disadari agar guru

mampu mempertahankan dan meningkatkan keberadaannya di

tengah kehidupan masyarakatnya.

Sebagai makhluk individu, guru harus mampu memperlihat-

kan dan meningkatkan kualitas dirinya dan keakuannya. Untuk itu,

guru selayaknya selalu memikirkan dan berupaya untuk

meningkatkan ilmunya, meningkatkan derajat dan pangkatnya, serta

meningkatkan harta yang dimilikinya.

Jika penjelasan di atas dapat disusun dalam bentuk matriks,

maka bentuknya adalah sebagai berikut.

Page 20: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

20

Gambar 2.2

Status dan Kedudukan Guru

b. Kewajiban Guru

Makmun (1996:108) mengemukakan definisi tentang guru

yang di dalamnya berkaitan sangat erat dengan kewajiban seorang

guru seperti berikut ini.

”Guru adalah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (dalam hal mengajar dan mendidik) sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber daya (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching learning strategies) yang tepat (appropriate)” (Makmun, 1996:108).

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru

menurut Kurikulum 2004 adalah melakukan transformasi dan inter-

nalisasi keilmuan dan kepribadian sehingga timbul perubahan yang

mengarah kepada terbentuknya manusia Indonesia yang beriman

GURU

Makhluk Tuhan:Iman amaliah ilmiah Amal amaliah ilmiah Ilmu amaliah ilmiah

Makhluk Sosial: Warga Negara Pegawai Negeri/Swasta Karyawan Dinas Pendidikan Anggota masyarakat luas Guru

Makhluk Individu: Ilmu Derajat/Pangkat Harta

Page 21: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

21

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003a:6).

Perubahan-perubahan tersebut dilakukan melalui pemberitahuan

berbuat dan merencana sikap (Seno, 1984:16).

Secara spesifik, proses transformasi dan internalisasi

keilmuan tersebut merupakan kegiatan sadar dalam membentuk

perilaku manusia lain dan dirinya sendiri dengan dua strategi utama,

yakni memberi tahu dan memberi kesempatan merencanakan

sesuatu kepada siswa. Kedua strategi ini memiliki tujuan, yakni para

siswa atau peserta didik menjadi tahu apa yang seharusnya

diketahuinya, mengerti akan apa yang telah diketahuinya, dan

menyadari akan pentingnya sesuatu tersebut bagi dirinya serta

lingkungan sekitarnya. Tujuan tersebut pada akhirnya akan

mengarah pada perubahan dan pembentukan peserta didik secara

konstruktif dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang tercermin dalam

tindakan dan perilaku berpikirnya sehari-hari.

Proses transformasi dan internalisasi tersebut dapat

dilukiskan dalam bentuk matriks sebagai berikut ini.

Gambar 2.3

Kewajiban Guru

ϖ Memberi tahu ϖ Memberi kesempatan merencana

ϖ Tahu ϖ Mengerti ϖ Sadar

Perubahan dan Pembentukan:

ϖ Pengetahuan ϖ Keterampilan ϖ Sikap

Page 22: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

22

c. Hak Guru

Di samping kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan guru

sebagai manusia, guru memiliki hak-hak tertentu yang secara formal

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8/1974. Hak-hak ini

harus diketahui, dipahami, dan disadari untuk digunakan bagi

peningkatan kesejahteraan, kedudukan, serta kepuasan batinnya.

Dengan terpenuhinya hak-hak guru, dimungkinkan kinerja

guru akan lebih terpenuhi secara maksimal dan peningkatan serta

pengembangan profesi guru pun akan dapat berjalan sesuai dengan

konteksnya. Hak-hak guru yang dimaksudkan meliputi hak-hak

profesional serta hak penghasilan dan kesejahteraan sebagai

berikut.

1) Hak profesional:

a) memiliki kebebasan akademis baik di dalam maupun di luar kelas yang berkaitan dengan ilmu yang dikuasainya, metode dan teknik pendidikan;

b) kebebasan untuk memberikan penilaian, penghargaan, dan sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan;

c) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

d) memperoleh dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran;

e) kebebasan untuk berserikat dalam bidang profesi guru; dan meningkatkan kemampuan profesional guru.

2) Hak penghasilan dan kesejahteraan:

a) memperoleh penghasilan yang layak;

b) mendapat cuti;

c) mendapat perawatan kesehatan;

d) mendapat jaminan pensiun dan tunjangan hari tua;

e) mendapat tunjangan jaminan sosial;

f) memperoleh tunjangan kemahalan biaya hidup; dan

g) memperoleh asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan bagi guru.

(Rancangan Kebijakan RUU tentang Guru)

Page 23: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

23

Atas dasar kutipan serta uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa terpenuhinya hak-hak guru akan dapat meningkatkan kinerja

guru sesuai dengan tuntutan profesinya. Hak-hak guru tersebut

pada dasarnya meliputi (1) perlakuan yang adil, (2) memperoleh

penghargaan tepat pada waktunya, serta (3) memperoleh

kesempatan untuk mrningkatkan profesinya.

d. Tugas dan Fungsi Guru

Tugas utama guru adalah mendidik, dalam arti mengajar

untuk mem-berikan pengetahuan dan meningkatkan kecerdasan,

melatih siswa dalam arti membekali keterampilan, serta mendidik

dalam arti memasyarakatkan sikap takwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berudi pekerti luhur, mempertebal semangat kebangsaan

dan cinta tanah air.

Tugas tersebut dijabarkan menjadi fungsi-fungsi yang

berbentuk kegiatan berikut ini.

1) Fungsi pokok, melaksanakan tatap muka dengan siswa dengan

segala implikasinya sehingga guru berwibawa mengantarkan

siswa mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan sebagai-

mana ditetapkan dalam tujuan pendidikan nasional.

2) Fungsi profesi, dalam arti usaha-usaha mengaitkan profesinya

sebagai guru dalam bentuk meningkatkan kemampuan baik

secara formal maupun nonformal serta melakukan

pengembangan profesi (seperti menulis buku, melakukan

penelitian ilmiah, menemukan metode pembelajaran, mengikuti

penataran atau pelatihan guru, dan sejenisnya).

3) Selain tugas-tugas pokok dan tugas profesi, kepada guru juga

dibeban-kan tugas-tugas tambahan yang bersifat pembinaan

dan pengembangan kemampuan administratif untuk membantu

pengelolaan sekolah. Tugas-tugas tambahan ini meliputi tugas

tambahan menjadi wakil kepala sekolah, pembantu kepala

sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana,

Page 24: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

24

serta hubungan masyarakat, tugas menjadi wali kelas, tugas

tambahan melatih dan membina kegiatan ekstrakurikuler.

4) Fungsi pembimbing dan pembina dalam hal membina aktivitas

siswa, bimbingan dan konseling, serta pengembangan moralitas

dan etika siswa.

5) Fungsi kemanusiaan dan kemasyarakatan, yakni segala

aktivitas guru di tengah-tengah masyarakat dalam rangka

mengamalkan ilmunya guna meningkatkan nilai-nilai keimanan

secara kontekstual.

Atas dasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

dan tugas guru meliputi fungsi pokok, fungsi profesi, fungsi

tambahan, fungsi pembimbing, serta fungsi kemanusiaan dan

kemasyarakatan yang seluruhnya harus bersatu dalam diri guru

sebagai suatu bentuk kompetensi.

2. Peran Guru dalam Konteks Globalisasi

Guru merupakan orang terdepan dalam penyelenggaraan

pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah. Guru adalah orang yang

secara langsung bertanggung jawab untuk mewujudkan kurikulum yang

direncanakan menjadi kegiatan nyata di sekolah. Meskipun sulit untuk

ditentukan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas manusia baik

sebagai kekuatan maupun tujuan pembangunan banyak ditentukan dan

bergantung kepada kualitas proses pendidikan pada umumnya dan

kegiatan belajar mengajar di sekolah pada khususnya.

Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 hingga awal abad kedua

puluh satu ini, berpuluh juta bahkan ratusan juta anak bangsa

dipercayakan kepada guru untuk dididik menjadi manusia Indonesia

seutuhnya disertai harapan bahwa kelak mereka menjadi generasi

penerus bangsa yang tangguh untuk mewarisi pembangunan bangsa

ini. Tugas dan tanggung jawab guru bukan saja membantu siswa untuk

mampu mengembangkan daya nalar dan menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi, melainkan juga mengembangkan pribadi-pribadi yang

Page 25: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

25

religius, berbudi pekerti luhur, mandiri dan memiliki tanggung jawab

sosial. Keberhasilan pengembangan karakteristik manusia Indonesia

seutuhnya pada diri siswa memang tidak semata-mata berada di tangan

guru. Namun, peran dan fungsi guru dalam mewujudkan Tujuan

Pendidikan Nasional sebagai suatu kesatuan yang utuh juga tidak dapat

diabaikan (Furqon, 1998:34).

Seiring dengan melajunya perkembangan teknologi (khususnya

teknologi informasi dan komunikasi) dewasa ini, pendidikan kini

dihadapkan kepada era keterbukaan dan globalisasi. Masyarakat,

termasuk para siswa di mana pun berada, akan dapat dengan mudah

mengakses berbagai perkembang-an kehidupan sosial, budaya, dan

politik melalu berbagai media komunikasi. Siaran-siaran televisi yang

sudah dianggap sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat dewasa ini

telah menyuguhkan berbagai informasi dan hiburan yang hampir tiada

batas. Demikian pula halnya dengan jaringan internet dan e-mail (yang

pada saat ini dapat dengan mudah diakses oleh para siswa, terutama

siswa-siswa yang berada di kota-kota besar) telah memberikan peluang

demikian besar untuk membentuk dan mengembangkan budaya baru

melalui akses-akses global dari berbagai belahan dunia. Sudah barang

tentu hal ini akan berdampak kepada perkembangan sikap, pribadi,

serta moralitas mereka jika tidak disertai dengan upaya-upaya penetrasi

serta tindakan-tindakan preventif yang sistematis dan intens.

Berbagai pihak menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa

indikator keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan

oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indikator sumber daya

manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin

tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat

pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Keberadaan indikator-

indikator tersebut sangat ditentukan oleh peran serta kinerja guru.

Ukuran kinerja guru ini dapat ditentukan melalui tanggung

jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta rasa

tanggung jawab moral yang ada di pundaknya. Semua itu akan terlihat

Page 26: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

26

kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas

keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Di

samping itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki

oleh guru pada saat ini menjadi ukuran penting di samping kemampuan

utamanya dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas. Dengan

demikian, pada konteks sekarang ini, peran dan fungsi guru kian

berkembang sebagaimana dikemukakan oleh Isjoni (Dekan FKIP

Universitas Riau) sebagai berikut ini.

a. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang

jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program

rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen

pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran,

LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus

merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang

dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan

bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram

secara baik;

b. Communicator, artinya guru harus mampu menjadi

komunikator yang baik dalam mensosialisasikan program-

programnya kepada rekan sekerjanya, masyarakat orang

tua siswa, para siswa, serta lembaga-lembaga terkait dalam

upaya peningkatan kualitas pendidikan.

c. Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan

pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan

dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode

mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi,

serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun

bersama-sama mampu untuk mengubah pola lama, yang

selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan

mengubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan

berdampak kepada hasil yang lebih maksimal;

Page 27: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

27

d. Motivator, artinya guru memiliki motivasi untuk terus belajar

dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi

kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar

sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;

e. Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki

pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang

lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengelola

proses pembelajaran secara efektif;

f. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan

diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan

keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang.

Guru harus haus akan menimba pengetahuan dan

keterampilan, serta peka terhadap perkembangan IPTEK,

misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer,

internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.

(Isjoni. http://www.pendidikan.us/guru _masa_depan.html)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru yang

ideal adalah guru yang mampu bertindak sebagai fasilitator;

komunikator, pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin,

loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi

yang diinginkan sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar

bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan

keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas

yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar;

menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas "the

habits for highly effective people" dan "quantum teaching" serta

pendekatan humanis terhadap siswa. Guru menguasai komputer,

bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara

proporsional. Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang

humanis terhadap guru dan karyawan.

Page 28: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

28

Guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan

kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan,

pembelajaran sesuai kemajuan zaman dengan mengembangkan

keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian, perilaku

adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan, tuntutan

kehidupan sehari-hari. Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya

diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja sama. Selain itu guru masa

depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap, disiplin, bertanggung

jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap kepedulian yang tinggi,

dan memupuk kemampuan belajar mandiri anak didik, memberikan

penghargaan ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka bangga

akan sekolahnya dan terdidik juga untuk mau menghargai orang lain

baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu dipupuk

agar tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan

pelatihan berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu

yang sesuai serta pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ dan

kedewasaan sosial siswa berimbang.

Selain itu, guru juga harus memiliki keterampilan dasar pembel-

ajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, Penampilan di dalam kelas

maupun luar kelas tidak diragukan. Di sisi lain, guru harus pula memiliki

kebanggaan dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi

kode etik profesinya.

Kinerja guru dari hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke

tahun terus ditingkatkan. Guru harus punya komitmen untuk terus dan

terus belajar. Tanpa itu, maka guru akan kerdil dalam ilmu

pengetahuan, akan tetap tertinggal oleh akselerasi zaman yang

semakin melaju dan hampir tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini

manusia dihadapkan kepada era global, semua serba cepat, serba

dinamis, dan serba kompetitif.

Page 29: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

29

D. Tingkat Kesejahteraan Guru

Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu

hasil pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat di-

tentukan oleh sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta

didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi stra-

tegis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi

oleh kemampuan profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya.

Ukuran kesejahteraan memang relatif dan sulit diukur hanya

dengan kecukupan materi belaka. Oleh sebab itu, Isjoni (2000) menge-

mukakan bahwa tingkat kesejahteraan seorang guru dapat dilihat melalui

indikator-indikator sebagai berikut.

1) Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok

keluarga sehari-hari secara tetap dan berkualitas.

2) Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan

optimal.

3) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berke-

lanjutan serta mengembangkan diri secara profesional.

4) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke

berbagai arah sesuai dengan kapasitasnya, baik dengan meman-

faatkan teknologi maupun secara konvensional.

Penghasilan yang dimaksudkan bukan hanya penghasilan yang

diperoleh dari gaji guru (baik sebagai pegawai negeri ataupun sebagai

guru honorer/yayasan), melainkan juga penghasilan lain yang diperoleh

dari sumber lain. Pada konteks ini tidak tertutup kemungkinan seorang

guru memiliki pekerjaan tambahan lain di luar tugasnya sebagai guru di

sebuah sekolah. Bahkan, pada sejumlah kasus penghasilan seorang

guru sebagai tukang ojek lebih besar daripada gaji golongan III/C.

Penghasilan tambahan serupa ini sudah barang tentu akan menumbuh-

kan tingkat kesejahteraan keluarga sehingga keluarga guru tersebut akan

mampu meningkatkan taraf hidupnya, memberikan pendidikan kepada

anak-anaknya secara lebih baik, serta memiliki kesempatan untuk

mengembangkan dirinya sendiri bagi kepentingan karirnya.

Page 30: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Tujuan pokok penelitian ini adalah ingin mengungkapkan

hubungan antara tingkat kesejahteraan guru dengan konsistensi

kemampuan profesionalnya. Untuk mencapai tujuan tersebut di

samping melihat karakter permasalahan yang diteliti, maka penulis

menggunakan metode deskripsi-analisis yaitu suatu metode penelitian

mengenai status kelompok, manusia, suatu obyek, satu set kondisi

sistem pemikiran pada saat sekarang atau yang sedang terjadi,

tujuannya yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran, sistimatis dan

faktual.

Metode deskritif adalah suatu metode suatu metode penelitian

atas kelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun

peristiwa sekarang. Penelitian deskritif memberikan deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta serta hubungan fenomena yang diteliti (Arikunto,

1988:23).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

antara variabel satu dengan variabel yang lainnya (Sugiono, 2003:11).

Lebih lanjut, Amir Suyatna (2000:14) mengemukakan bahwa

penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif

semata serta tidak saling berhubungan, tidak menguji hipotesis, tidak

membuat ramalan, atau tidak mendapatkan makna implikasi.

Penelitian deskriptif ini bertujuan

Page 31: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

31

a. mencari informasi faktual yang mendetail yang memerlukan gejala

yang ada;

b. mengidentifikasikan masalah-masalah atau untuk mendapatkan

justifikasi (penguatan) keadaan dan praktek-praktek yang sedang

berlangsung; dan

c. membuat komparasi dan evaluasi.

Untuk memperoleh data, penulis mempergunakan teknik

survey, studi dokumentasi dan angket dengan dukungan wawancara,

walaupun yang menjadi instrumen utama dan menjadi data yang

diolah adalah angket.

Pada tahap analisis penulis mengunakan pendekatan kuantita-

tif dengan berbagai perhitungan seperti tendensi sentral (mean,

median, modus) dan berbagai perhitungan yang lebih menjelaskan

pokok persoalan.

Masalah kesejahteraan dan kemampuan profesionall guru ada-

lah suatu fenomena sosial yang perlu dipahami, oleh sebab itu dalam

analisis ini juga didukung oleh analisis kualitatif, agar lebih jelas,

bermakna, dan mendalam, sebagaimana dikemukakan oleh

Mochamad Natsir yang menjelaskan bahwa: “Pendekatan kombinasi

kuantitatif dan kualitatif dalam analisis dapat memperkaya data dan

lebih memahami fenomena-fenomena sosial yang diteliti sehingga

dengan informasi kualitatif tersebut, gambaran tentang fenomena

sosial yang disajikan dalam tabel lebih semakin jelas, bermakna dan

semakin hidup”.

Metode dan teknik analisis data tersebut nampaknya cocok

dengan tujuan penelitian dan masalah yang akan dikaji karena

membahas masalah kondisi tertentu yang dalam hal ini adalah tingkat

kesejahteraan guru dalam hubungannya dengan kemampuan

profesional guru, yang pada tataran empiris diperlukan penangkapan

fenomena-fenomena yang bersifat kontekstual.

Page 32: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

32

Fenomena-fenomena tersebut merupakan informasi tambahan

dan akan memperkuat data yang diperoleh oleh instrumen pokok

berbentuk angket.

2. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data

adalah sebagai berikut.

a. Wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi tentang ukuran sejahtera yang dialami guru-guru

serta masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas

mereka sehari-hari di sekolah..

b. Angket yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara

menyediakan sejumlah pertanyaan dengan opsi pilihan

jawaban yang telah disediakan. Pemilihan teknik angket

tertutup ini untuk menghindari pembiasan informasi sehingga

pembahasan hasil penelitian tidak meluas.

c. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemahaman

teoritis tentang hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi guru

serta tugas-tugas profesional guru.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Yang menjadi tempat/lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah

SMP Negeri 2 Takokak, Kabupaten Cianjur. Alasan penelitian di tempat

ini, di samping alasan geografis yang akan memudahkan transportasi

dan komunikasi, juga merupakan tempat dinas penulis. Di samping itu,

pemilihan tempat penelitian ini secara empiris menarik karena aktivitas

yang terkait dengan topik dan variabel permasalahan perlu dikaji melalui

upaya penelitian.

Sedangkan waktu pelaksanaan disesuaikan dengan tahapan-

tahapan kegiatan penelitian dan kesepakatan dengan pihak-pihak yang

lain yang dapat disebutkan sebagai berikut.

Page 33: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

33

Tabel 3.1: Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Waktu Kegiatan Jenis Kegiatan

1 Juli 2004 Penyusunan Perencanaan Penelitian

2 Agustus 2004 Penyusunan Instrumen Penelitian

3 Agustus 2004 Pelaksanaan Penelitian

4 September 2004 Analisis Data Hasil Penelitian

5 Oktober – November 2004

Penyusunan Laporan Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah guru-guru mata pelajaran dan guru

bimbingan konseling SMP Negeri 2 Takokak, Kabupaten Cianjur yang

seluruhnya berjumlah 28 orang. Mengingat jumlah populasi di bawah 50

orang, maka seluruh populasi ini dijadikan sampel penelitian (sampel

populasi)

D. Instrumen Penelitian

1. Bentuk Instrumen

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tujuan pokok

penelitian ini adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

antara tingkat kesejahteraan dan pengembangan kemampuan

profesional guru. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini disusun dalam bentuk angket yang menggunakan skala

Likert.

Untuk memperoleh data tentang tingkat kesejahteraan guru,

responden dihadapkan kepada sejumlah pertanyaan positif atau

negatif pada kuesioner. Setiap pertanyaan merupakan penjabaran

dan satu indikator variabel yang mendapatkan skor penelitian. Setiap

pertanyaan diikuti oleh lima alternatif jawaban, yaitu Sangat Realistis

Page 34: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

34

(SR), Realistis (R), Cukup Realistis (CR), Kurang Realistis (KR) dan

Tidak Realistis (TR). Dan skor yang diperoleh adalah sebagai berikut

a. Untuk jawaban Sangat Realistis (SR) diberi skor 5

b. Untuk jawaban Realistis (R) diberi skor 4

c. Untuk jawaban Cukup Realistis (CR) diberi skor 3

d. Untuk jawaban Kurang Realistis (KR) diberi skor 2

e. Untuk jawaban Tidak Realistis (TR) diberi skor 1

Sedangkan untuk memperoleh data tentang pengembangan

kemampuan profesional guru, responden dihadapkan juga kepada

sejumlah pertanyaan positif atau negatif, setiap pertanyaan

merupakan penjabaran dan satu indikator variabel yang

mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima

alternatif jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang

(KK), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP). Adapun skor yang

diperoleh responden adalah sebagai berikut.

a. Untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5

b. Untuk jawaban Sering (S) diberi skor 4

c. Untuk jawaban Kadang-kadang(KK) diberi skor 3

d. Untuk jawaban Jarang (J) diberi skor 2

e. Untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1

2. Prosedur Pengembangan Instrumen

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan

instrumen penelitian secara garis besarnya adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian

hingga masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas

mengenai aspek dan sub aspek yang akan diukur serta

indikatornya masing-masing.

Page 35: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

35

b. Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan

dalam penulisan butir-butir pertanyaan.

c. Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran

konsep instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

3. Pengembangan Instrumen Penelitian

Secara global, instrumen penelitian disusun dalam bentuk

angket tertutup dengan kisi-kisi instrumen sebagai berikut.

Variabel Aspek yang Diamati Indikator

Tingkat Kesejahteraan Guru

a. Penghasilan setiap bulan cukup

1) Menekuni pekerjaan sampingan selama tidak mengganggu tugas pokok.

2) Memperoleh penghasilan lebih besar daripada gaji sebagai pegawai negeri sipil.

3) Mengharapkan penghasilan yang lebih besar dan tetap setiap bulan.

4) Seluruh anggota keluarga terpenuhi kebutuhan pokoknya.

5) Pendidikan anak-anak dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.

6) Memiliki rumah sendiri dalam bentuk dan ukuran relatif ideal.

7) Memiliki sarana/fasilitas hiburan sendiri yang relatif memadai.

8) Memiliki fasilitas komunikasi (telepon, hp) yang relatif memadai.

9) Memiliki fasilitas transportasi yang relatif memadai.

10) Memiliki sarana jaringan komu-nikasi dengan memanfaatkan tek-nologi

Page 36: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

36

Variabel Aspek yang Diamati Indikator

informasi dan komunikasi (e-mail, website, atau yang lainnya).

b. Pendidikan ber-kelanjutan dan selalu mengem-bangkan diri

11) Pendidikan minimal Anda adalah S1.

12) Berkeinginan melanjutkan pen-didikan ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan atau S3)

13) Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan melalui ber-bagai cara.

14) Rajin mengikuti seminar dan sejenisnya dengan biaya sendiri.

15) Memiliki perpustakaan sendiri di rumah.

16) Selalu melengkapi perpustakaan rumah dengan buku-buku bermu-tu setiap bulan.

17) Selalu tergoda untuk melakukan penelitian.

18) Menulis dan membuat karangan ilmiah dan diterbitkan melalui penerbit atau media massa.

c. Mengembangkan komunikasi ke berbagai arah

19) Memiliki relasi seprofesi lebih dari 50 orang yang selalu berhubungan secara aktif.

20) Memiliki relasi di luar profesi guru dalam jumalh banyak dan selalu berhubungan aktif.

Kinerja Guru d. Kemampuan me-ngelola kegiatan pembelajaran

1) Membuat program tahunan dan program semester.

2) Membuat silabus pembelajaran.

3) Menyusun dan menyiapkan

Page 37: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

37

Variabel Aspek yang Diamati Indikator

bahan ajar bagi siswa.

4) Melaksanakan pembelajaran di kelas.

5) Mengelola pembelajaran dengan memberikan motivasi dan fasilitas (menjadi fasilitator) kepada siswa.

6) Menyusun dan mengembangkan alat penilaian bagi proses dan hasil belajar siswa.

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

8) Menganalisis hasil belajar siswa.

9) Membuat dan melaksanakan program perbaikan.

10) Membuat dan melaksanakan program pengayaan bagi siswa.

e. Kemampuan pe-nguasaan penge-tahuan

11) Menguasai dan memahami wawasan kependidikan dengan baik.

12) Menguasai dan memahami serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang menjadi tugasnya.

13) Melakukan diskusi dengan teman sejawat di sekolah maupun di luar sekolah untuk mengembangkan wawasan keilmuan.

14) Aktif dalam kegiatan MGMP atau yang sejenis.

15) Mendokumentasikan setiap hal yang bersifat keilmuan dalam file khusus.

Page 38: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

38

Variabel Aspek yang Diamati Indikator

f. Penerapan di-siplin melaksana-kan tugas

16) Datang ke sekolah tepat waktu.

17) Masuk ke kelas tepat waktu.

18) Melaksanakan proses pembel-ajaran sesuai dengan program yang ditetapkan.

19) Melaksanakan penilaian secara periodik dan sistematis.

20) Melaporkan setiap hasil pembel-ajaran siswa secara berkala.

g. Kemampuan mengembangkan kreativitas

21) Mempersiapkan kebutuhan mengajar sendiri tanpa bantuan orang lain.

22) Menciptakan atau membuat media pembelajaran sesuai kebutuhan.

23) Menyusun buku atau diktat pembelajaran bagi siswa.

24) Melakukan penelitian sesuai bidang tugasnya.

25) Menyusun karya tulis ilmiah baik hasil penelitian maupun pemikiran sendiri.

E. Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai

berikut.

a. Penulis menyampaikan angket pertama yang berkenaan

dengan data guru yang memiliki tugas sampingan di luar jam

tugas pokoknya.

Page 39: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

39

b. Sampel yang ditetapkan kemudian diserahi angket penelitian

untuk diisi dan dikembalikan.

2. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini diarahkan pada pengujian

hipotesis yang diawali dengan deskripsi data penelitian dari kedua

variabel dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogramnya serta

menentukan persamaan regresinya. Pengujian data penelitian

meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi

bahwa data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka

penulis menggunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah

data yang dihasilkan berdistribusi normal atau tidak, melalui uji

Liliefors dengan menentukan nilai Lo seperti rumus di bawah ini.

Lo = | F(z) – S(z) |

Hasil perhitungan tersebut lalu dibandingkan dengan nilai L1

dari tabel Liliefors jika Lo < L1, maka sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data

yang dianalisis berasal dari populasi yang homogen atau tidak.

Dalam pengujian ini mengguna-kan uji Bearlet, dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut.

χ2 = (ln lo { B – (∑ db log S12)}

Untuk taraf nyata α = 0.05 kemudian dibandingkan

dengan nilai pada tabel χ2. Jika χ2hitung < χ2

tabel, maka sampel

berasal dari populasi homogen.

Page 40: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

40

c. Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi

Untuk memperoleh estimasi dan signifikan data yang

diperoleh dilakukan dengan analisis statistik univariate. Analisis

univariat ini dimaksud-kan untuk mendapatkan deskripsi tentang

masing-masing variabel, sedangkan analisis bivariate untuk

mengungkapkan signifikan kualitas hubungan dan korelasi dua

variabel.

Berdasarkan harga statistik yang diperoleh, dapat

disimpulkan erat tidaknya tingkat hubungan antara kedua variabel

termasuk besar kecilnya kontribusi antara variabel tersebut.

Untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel,

maka penulis menggunakan uji keberartian koefesieni Korelasi

(Uji-t) sebagai berikut:

t = 212r

nr−

Harga t selanjutnya dibandingkan antara ttabel dengan taraf

signifikansi 0.05 dan (n-2). Apabila thitung > ttabel, maka koefesiensi

korelasi signifikan (berarti). Untuk mengetahui koefesien determi-

nasi variansi, variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas

melalui regresi linier adalah dengan mengkuadratkan nilai t.

Untuk menentukan koefesien korelasi parsial digunakan

rumus :

ry12 =

{ }{ }{ }2

122

2

122

11 rr

rrr

y

y

−−

− x y1

Regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh

nilai variabel dependen bila variabel independen diubah.

Page 41: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

41

Sugiyono mengemukakan bahwa regresi digunakan untuk

menganalisis antara satu variabel dengan variabel yang lain

secara konseptual mempunyai hubungan kausal atau fungsional.

Uji signifikan regresi dilakukan dengan menggunakan

persamaan berikut.

Fh = 2)JK(S)/(nJK(reg)

Harga Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, apabila Fhitung >

Ftabel maka koefesien regresi signifikan dan pengujian linieritas

regresi harus dilakukakn dengan menggunakan persamaan:

Fh = k)JK(G)/(n2)-JK(TC)/(k

Kemudian hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dan

apabila Fhitung < Ftabel, maka koefesian regresi linier. Selanjutnya uji

signifikansi regresi ganda dilakukan dengan menggunakan

persamaan:

Fh = 3)JK(S)/(nJK(reg)/2

Setelah Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dan apabila

Fhitung > Ftabel, maka koefesien regresi ganda signifikan.

Page 42: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang meliputi deskripsi data

ketiga variabel penelitian, pengujian persyaratan statistik, pengujian hipotesis

serta pembahasannya, dan keterbatasan penelitian. Prosedur pengolahan

data tersebut dapat diuraikan sebagaimana disajikan berikut ini.

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Data Kualitatif

a. Data tentang Kondisi Guru yang Memiliki Pekerjaan

Sampingan

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden,

diperoleh data kualitatif tentang kondisi kesejahteraan guru yang

memiliki pekerjaan sampingan di luar tugas pokoknya sebagai

berikut.

Tabel 4.1

Data Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan

Aspek yang Diamati Indikator

Jumlah Pemilih

yang Menyatakan

Ya

1) Menekuni pekerjaan sampingan selama tidak mengganggu tugas pokok.

21

2) Memperoleh penghasilan lebih besar daripada gaji sebagai pegawai negeri sipil.

11

a. Penghasilan setiap bulan cukup

3) Mengharapkan penghasilan yang lebih besar dan tetap setiap bulan.

28

Page 43: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

43

Aspek yang Diamati Indikator

Jumlah Pemilih

yang Menyatakan

Ya

4) Seluruh anggota keluarga terpenuhi kebutuhan pokoknya.

19

5) Pendidikan anak-anak dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.

16

6) Memiliki rumah sendiri dalam bentuk dan ukuran relatif ideal.

20

7) Memiliki sarana/fasilitas hiburan sendiri yang relatif memadai.

27

8) Memiliki fasilitas komunikasi (telepon, hp) yang relatif memadai.

21

9) Memiliki fasilitas transportasi yang relatif memadai.

14

10) Pendidikan minimal Anda adalah S1.

26

11) Berkeinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan atau S3)

26

12) Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan melalui ber-bagai cara.

24

13) Rajin mengikuti seminar dan sejenisnya dengan biaya sendiri.

12

b. Pendidikan ber-kelanjutan dan selalu mengem-bangkan diri

14) Memiliki perpustakaan sendiri di rumah.

4

Page 44: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

44

Aspek yang Diamati Indikator

Jumlah Pemilih

yang Menyatakan

Ya

15) Selalu melengkapi perpustakaan rumah dengan buku-buku bermu-tu setiap bulan.

3

16) Selalu tergoda untuk melakukan penelitian.

10

17) Menulis dan membuat karangan ilmiah dan diterbitkan melalui penerbit atau media massa.

2

18) Memiliki relasi seprofesi lebih dari 50 orang yang selalu berhu-bungan secara aktif.

14 c. Mengembangkan komunikasi ke berbagai arah

19) Memiliki relasi di luar profesi guru dalam jumlah banyak dan selalu berhubungan aktif.

17

JUMLAH 315

Rata-rata 16,58

Persentase 59,21 %

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat

bahwa jumlah guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar

tugas pokoknya memiliki tingkat kesejahteraan yang relatif baik

dibandingkan dengan guru pada umumnya. Fakta ini didukung oleh

angka rata-rata yang mencapai 16,58 orang dari 28 sampel yang

dipilih, atau sebesar 59,21 %. Guru-guru ini memiliki fasilitas yang

lebih lengkap dalam mendukung aktivitasnya baik di dalam

maupun di luar sekolah. Kebutuhan-kebutuhan pokok keluarga

dapat terpenuhi, berlatar pendidikan minimal S1 dan berkeinginan

Page 45: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

45

untuk melanjutkan ke jenjang S2, serta selalu mengikuti

perkembangan pengetahuan melalui berbagai cara.

Di sisi lain, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan

di luar tugas pokoknya memiliki hubungan relasi dengan lingkung-

an di luar profesinya. Hal ini akan semakin memperluas cakrawala

pengetahuannya serta pengembangan usahanya yang akan

berdampak pada peningkatan penghasilannya.

b. Data tentang Aktivitas Guru yang Memiliki Pekerjaan

Sampingan di Sekolah

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden,

diperoleh data kualitatif tentang aktivitas guru yang memiliki

pekerjaan sampingan di luar tugas pokoknya di sekolah sebagai

berikut.

Tabel 4.2

Data Aktivitas Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan di Sekolah

Aspek yang Diamati Indikator

Jumlah Pemilih

yang Menyatakan

Ya

1) Membuat program tahunan dan program semester.

28

2) Membuat silabus pembelajaran. 28

3) Menyusun dan menyiapkan bahan ajar bagi siswa.

28

4) Melaksanakan pembelajaran di kelas.

28

a) Kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran

5) Mengelola pembelajaran dengan memberikan motivasi dan fasilitas (menjadi fasilitator) kepada siswa.

28

Page 46: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

46

Aspek yang Diamati Indikator

Jumlah Pemilih

yang Menyatakan

Ya

6) Menyusun dan mengembangkan alat penilaian bagi proses dan hasil belajar siswa.

26

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

26

8) Menganalisis hasil belajar siswa. 24

9) Membuat dan melaksanakan program perbaikan.

22

10) Membuat dan melaksanakan program pengayaan bagi siswa.

12

11) Menguasai dan memahami wawasan kependidikan dengan baik.

20

12) Menguasai dan memahami serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang menjadi tugasnya.

28

13) Melakukan diskusi dengan teman sejawat di sekolah maupun di luar sekolah untuk mengembangkan wawasan keilmuan.

24

14) Aktif dalam kegiatan MGMP atau yang sejenis.

13

b) Kemampuan penguasaan pengetahuan

15) Mendokumentasikan setiap hal yang bersifat keilmuan dalam file khusus.

11

16) Datang ke sekolah tepat waktu. 28 c) Penerapan disiplin melaksana- 17) Masuk ke kelas tepat waktu. 23

Page 47: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

47

Aspek yang Diamati Indikator

Jumlah Pemilih

yang Menyatakan

Ya

18) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan program yang ditetapkan.

23

19) Melaksanakan penilaian secara periodik dan sistematis.

28

kan tugas

20) Melaporkan setiap hasil pembelajaran siswa secara berkala.

27

21) Mempersiapkan kebutuhan mengajar sendiri tanpa bantuan orang lain.

27

22) Menciptakan atau membuat media pembelajaran sesuai kebutuhan.

16

23) Menyusun buku atau diktat pembel-ajaran bagi siswa.

6

24) Melakukan penelitian sesuai bidang tugasnya.

11

d) Kemampuan mengembangkan kreativitas

25) Menyusun karya tulis ilmiah baik hasil penelitian maupun pemikiran sendiri.

7

JUMLAH 542

RATA-RATA 21,68

PERSENTASE 77,43 %

Data di atas menunjukkan bahwa guru yang memiliki

pekerjaan lain di luar tugas pokoknya tetap memiliki aktivitas yang

tinggi di sekolahnya. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah rata-rata

responden yang menyatakan YA sebanyak 21,68 orang dari 28

responden, atau sebesar 77,43 %. Angka persentase ini sangat

Page 48: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

48

tinggi apabila dikaitkan dengan aktivitas mereka yang lebih tinggi

dibandingkan dengan guru-guru lain.

Guru-guru yang memiliki aktivitas sampingan ini tetap

mampu mengelola pembelakaran lebih baik, mengembangkan

wawasan keilmuan lebih baik, melaksanakan tugas dengan disiplin

yang juga lebih baik, serta memiliki peluang pengembangan

kreativitas yang lebih baik pula.

2. Data Kuantitatif

Seluruh data hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan

diperiksa dan ditelaah secara cermat untuk diolah dengan tabulasi.

Mengingat data yang diperoleh relatif banyak, maka data tersebut

diolah terlebih dahulu dengan membuat interval yang menggunakan

ketentuan Struges, yakni

1) menentukan rentang yang diperoleh dari selisih antara data

terbesar dan data terkecil;

2) menentukan banyaknya kelas yang diperoleh dengan menghitung

1 – 3,33 log n;

3) menentukan panjang kelas (p) dengan cara membagi rentang

dengan panjang kelas.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data, dihitung ukuran

tendensi sentral yang meliputi rata-rata hitung, standar deviasi, modus,

median, dan tendensi penyebaran. Keseluruhan data tersebut dapat

disajikan sebagai berikut ini.

a. Data tentang Kinerja Guru

Data penelitian tentang kinerja guru yang berhasil

dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian memiliki

rentang skor teoritis antara 25 sampai dengan 125. Rentang skor

teoritis ini diperoleh dari jumlah item yang terdapat dalam

instrumen penelitian sebanyak 25 item yang disusun berdasarkan

skala Likert, yakni:

Page 49: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

49

1) untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5;

2) untuk jawaban Sering (S) diberi skor diberi skor 4;

3) untuk jawaban Kadang-kadang (K) diberi skor 3;

4) untuk jawaban Jarang (J) diberi skor diberi skor 2; dan

5) untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1.

Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh

adalah 72 – 113 dengan rentang 93. Skor rata-rata kinerja guru

yang diperoleh adalah 92,96 dengan standar deviasi sebesar 10,72

dan modus sebesar 93 serta median 93. Banyak kelas yang

diambil adalah 7 dan panjang kelasnya adalah 6.

Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Kinerja Guru (Y)

No Interval Kelas Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Kumulatif

1 72 - 78 2 7,143 7,143

2 79 - 85 4 14,286 21,429

3 86 - 92 7 25,000 46,429

4 93 - 99 8 28,571 75,000

5 100 - 106 4 14,286 89,286

6 107 - 113 3 10,714 100,000

JUMLAH 28 100 100

Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam

bentuk histogram sebagai berikut.

Page 50: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

50

Gambar 4.1: Histogram sebaran data variabel Kinerja Guru

Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa

skor terendah adalah 72 dan skor teringgi adalah 113, maka diperoleh

nilai tengah teoritis yaitu 62,5 dan nilai tengah empiris adalah 93.

Dengan demikian, data tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru

memiliki kategori baik karena di atas rata-rata nilai tengah 62,5.

b. Data tentang Tingkat Kesejahteraan Guru

Data penelitian tentang tingkat kesejahteraan guru yang

berhasil dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian

memiliki rentang skor teoritis antara 19 sampai dengan 95. Rentang

skor teoritis ini diperoleh dari jumlah item yang terdapat dalam

instrumen penelitian sebanyak 19 item yang disusun berdasarkan

skala Likert, yakni:

1) Untuk jawaban Sangat Realistis (SR) diberi skor 5

2) Untuk jawaban Realistis (R) diberi skor 4

3) Untuk jawaban Cukup Realistis (CR) diberi skor 3

4) Untuk jawaban Kurang Realistis (KR) diberi skor 2

5) Untuk jawaban Tidak Realistis (TR) diberi skor 1

Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh

adalah 43 – 77 dengan rentang 34. Skor rata-rata tingkat kesejahtera-

0123456789

74,5 81,5 88,5 95,5 102,5 109,5

Page 51: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

51

an guru yang diperoleh adalah 60,68 dengan standar deviasi sebesar

8,27 dan modus sebesar 63 serta median 61,5. Banyak kelas yang

diambil adalah 7 dan panjang kelasnya adalah 5.

Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Tingkat Kesejahteraan Guru (X)

No Interval Kelas Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Kumulatif

1 43 - 49 3 10,714 10,714

2 50 - 56 6 21,429 32,143

3 57 - 63 9 32,142 64,185

4 64 - 70 6 21,429 85,614

5 71 - 77 4 14,286 100,000

JUMLAH 28 100 100

Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam

bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar 4.2: Histogram dan kurva normal sebaran data variabel

tingkat kesejahteraan guru

0

2

4

6

8

10

45,5 52,5 59,5 66,5 73,5

Page 52: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

52

Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa

skor terendah adalah 43 dan skor tertinggi adalah 77, maka diperoleh

nilai tengah teoritis yaitu 42.5 dan nilai tengah empiris adalah 61,5.

Dengan demikian, data tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru

memiliki kategori baik karena di atas rata-rata nilai tengah 42,5.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Statistik

Persyaratan analisis statistik dilakukan sebelum melakukan

pengujian hipotesis. Persyaratan yang dimaksud meliputi (1) data berasal

dari sampel dengan pasangan X dan Y yang diambil secara acak, (2)

setiap kelompok data memiliki harga prediktor X dan respon Y harus

bersifat independen dan berdistribusi normal, (3) untuk setiap kelompok

harga X memiliki varians yang homogen dan galat taksiran (Y – Y)

bersidtribusi normal, dan garis persamaan regresi berbentuk linier dan

memiliki signifikansi regresi.

1. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui normalitas data, digunakan uji normalitas

data dengan menggunakan uji Lilifors dan uji linearitas dengan teknik

uji linearitas sederhana. Sementara itu, uji taksiran galat Y atas X

dimaksudkan untuk mengetahui apakah galat taksiran regresi Y atas X

berdistribusi normal ataukah tidak. Kriteria pengujian ini adalah apabila

F(Z1) – S(Z1) terbesar diseimbangkan dengan LO < Ltabel pada taraf

signifikansi 0,05. Jika persyaratan tersebut terpenuhi maka sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Untuk menguji galat taksiran Y atas X digunakan rumus Lilifors.

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai LO = 0,07216 dengan n = 28,

pada taraf signifikansi 5 % diperoleh Lhitung = 0,0223. Karena L1 < LO

(0,0223 < 0,07216) maka dapat disimpulkan bahwa populasi

dinyatakan berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui

homogenitas varian antara kelompok-kelompok atas persamaan X. Uji

Page 53: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

53

homogenitas varians ini dilaksanakan dengan uji Bartlet yang

menggunakan uji Chi Kuadrat. Kriteria yang digunakan adalah Ho

diterima jika χ2hitung < χ2

tabel pada taraf signifikansi 0,05.

Proses pengujian yang ditempuh adalah dengan cara

mengelompokkan data Y berdasarkan kesamaan data X1, kemudian

menghitung χ2hitung.

Berdasarkan hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas

varian Kinerja Guru (Y) atas Tingkat Kesejahteraan Guru (X) diperoleh

hasil χ2hitung = 8,643 yang berarti lebih kecil daripada χ2

tabel = 48,6

untuk ∂ 0,05 dengan dk 20, sehingga Ho diterima. Atas dasar

perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa varian Y atas X adalah

homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa diduga terdapat

hubungan positif antara kinerja guru (Y) dan tingkat kesejahteraan guru

(X). Hubungan ini ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = a + bX di

mana harga b = r SxSy dan a = Y – bX. Persamaan regresi yang diperoleh

adalah Ŷ = 23,8947 + 0,386X1 dari harga JK di atas disusun dalam daftar

analisis varian (ANAVA) sebagai berikut ini.

Tabel 4.5

Analisis Varians untuk Regresi Linier Y dan X

Ŷ = 0,492 + 0,0187X

Sumber Varians dk JK RJK Fhitung

Ftabel α = 0,05

Ftabel α = 0,01

Total

Koefisien (a)

28

1

3104,964

1062,667

-

-

-

-

-

-

Regresi 1 197,403 197,403

Page 54: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

54

Sumber Varians dk JK RJK Fhitung

Ftabel α = 0,05

Ftabel α = 0,01

(b/a)

Sisa

27 2907,561

14,7291

26,3807** 3,67 7,19

Tuna Cocok 13 1011,820 14,7291

Galat 14 1275,842 14,7291

0,9698

1,67

2,06

Keterangan:

** : Regresi sangat signifikan (Fhitung = 26,3807 > Ftabel = 3,67)

dk : derajat kebebasan

JK : jumlah kuadrat

RJK : Rata-rata jumlah kuadrat

Fhitung : Nilai F yang diperoleh dari hasil perhitungan

Ftabel : Nilai F berdasatkan tabel

Berdasarkan hasil uji signifikansi dan linearitas di atas

menunjukkan bahwa harga Fh regresi diperoleh sebesar 26,3807

sedangkan harga Ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 26 pada

taraf signifikansi 0,05 adalah 3,67. Atas dasar hal tersebut ternyata harga

Fhitung regresi lebih besar daripada harga Ftabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa koefisien regresi Y atas X sangat berarti pada taraf signifikansi

0,05.

Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,9698

sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 13 dan dk penyebut 14 adalah 1,67

sehingga Fhitung lebih kecil daripada Ftabel. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa Y terhadap X adalah linier.

Page 55: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

55

Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan

skor tingkat kesejahteraan guru akan menyebabkan kenaikan kinerja guru

sebesar 0,0187 pada konstanta 0,492.

Kekuatan hubungan antara tingkat kesejahteraan guru (X) dan

kinerja guru (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry1 = 0,994. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dari penjabaran pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6

Uji signifikansi Koefisien Korelasi antara Tingkat

Kesejahteraan Guru (X) dan Kinerja guru (Y)

ttabel Korelasi antara

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi thitung

α = 0,05 α = 0,01

X dan Y 0,994 0,41 4,853** 1,23 1,97

** Koefisien korelasi sangat signifikan (thitung : 4,853 > ttabel : 1,97)

Harga thitung yang diperoleh adalah 4,853 sedangkan dari tabel

distribusi student ”t” dengan dk 27 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh harga

ttabel sebesar 1,23. Oleh karena thitung jauh lebih besar daripada ttabel, maka

dapat disimpulkan bahwa variansi variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar

41 %.

Berdasarkan uji signifikansi koefisien tersebut, dapat disimpulkan

bahwa koefisien antara tingkat kesejahteraan guru (X) dengan kinerja guru (Y)

sebesar 0,99 adalah sangat signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan

positif antara tingkat kesejahteraan guru (X) dan kinerja guru (Y), atau dengan

kata lain, makin tinggi tingkat kesejahteraan guru akan semakin tinggi pula

kemampuan kinerja guru.

Page 56: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian terhadap guru-guru ini bertujuan untuk mengetahui

variabel-variabel determinan yang berpengaruh terhadap kemampuan

kinerja guru, khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan

guru. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dari responden

sebanyak 28 orang, kemudian diolah dengan menggunakan teknik

regresi dan korelasi diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini.

Pertama, dari jumlah responden 28 orang, ternyata 59,21 % guru

yang memiliki pekerjaan sampingan di luar tugasnya mengajar memiliki

tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Mereka memiliki rumah sendiri,

memiliki fasilitas-fasilitas hiburan yang baik dan memadai, memiliki

fasilitas komunikasi yang memadai seperti memiliki hand-phone, dan

beberapa di antaranya memiliki sambungan telepon sendiri di rumah.

Guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan ini pun memiliki sarana

transportasi sendiri (sepeda motor) yang dapat memudahkan mereka

dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Dengan kata lain, guru-guru

yang memiliki pekerjaan sampingan ini memiliki tingkat kesejahteraan

yang lebih baik dibandingkan dengan guru-guru lainnya.

Kedua, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar

tugas pokoknya ini ternyata memiliki aktivitas yang tinggi pula di sekolah.

Angka 77,43 % dari jumlah responden 28 orang menunjukkan jumlah

yang signifikan. Mereka tetap melaksanakan tugas yang seharusnya

dibuat dan dilaksanakan oleh guru, mereka tetap menjalankan kegiatan

pokoknya dengan disiplin yang baik. Lebih dari itu, guru-guru yang

memiliki pekerjaan sampingan ini ternyata memiliki latar belakang

pendidikan minimal Strata 1, dan tetap mengembangkan wawasan

pengetahuannya melalui berbagai cara.

Page 57: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

57

Ketiga, terdapat hubungan yang positif antara tingkat

kesejahtera-an guru dan kemampuan kinerja guru. Pengertian yang

terkandung dalam kesimpulan ini adalah semakin tinggi tingkat

kesejahteraan guru maka makin tinggi pula intensitas kemampuan kinerja

guru.

Koefisien korelasi kedua variabel (ry1) sebesar 0,994 dan

koefisien determinasi (rxy1) sebesar 0,41 mengandung makna bahwa

secara terpisah proporsi varian tingkat kesejahteraan guru terhadap

kemampuan profesional guru sebesar 41 %. Persamaan regresi yang

menunjukkan hubungan kedua variabel, yakni Ŷ = 0,492 + 0,0187X.

Berdasarkan hasil pengujian. Model regresi tersebut signifikan dan linier.

Dengan demikian, dari setiap perubahan skor tingkat

kesejahteraan guru akan diikuti oleh peningkatan kemampuan

profesional guru 0,41 unit pada arah yang sama dengan konstanta

(intercept) sebesar 14,7291.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dikaitkan dengan

tujuan penelitian serta tuntutan perkembangan kompetensi standar bagi

tenaga kependidikan, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai

berikut.

Pertama, tingkat kesejahteraan guru sebagai manusia memang

menjadi sorotan utama dalam berbagai kesempatan dan forum. Tingkat

kesejahteraan ini diukur dengan terpenuhinya segala kebutuhan pokok

dalam keluarga sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan

penuh perhatian dan tanggung jawab. Guru-guru yang memiliki

pekerjaan sampingan di luar jam mengajarnya di sekolah hendaknya

dapat mempertahankan eksistensi dirinya sebagai sosok guru yang

dinamis, inovatif, dan kreatif selama pemerintah belum mampu

memenuhi standar penggajian guru yang diharapkan.

Kedua, pihak sekolah dengan bantuan komite sekolah

hendaknya mampu memikirkan upaya pemandirian ekonomi sekolah

Page 58: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

58

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan guru-guru. Pemandirian

ekonomi sekolah ini selayaknya tidak selalu bergantung kepada orang

tua siswa, tetapi mampu mengembangkan jenis usaha yang berkaitan

erat dengan pendidikan ke jalur-jalur lain di luar lingkungan sekolah. Unit

produksi yang berkaitan erat dengan hajat masyarakat banyak agaknya

dapat dijadikan pilihan yang menarik bagi pengembangan ekonomi

sekolah. Wilayah kecamatan Takokak merupakan wilayah yang strategis

karena berada di antara dua kabupaten yang memiliki potensi

perkembangan yang baik, yakni kabupaten Cianjur dan kabupaten

Sukabumi. Oleh karena itu, jenis unit produksi yang dapat dikembangkan

adalah koperasi primer yang dapat membuka kesempatan usaha secara

luas bagi guru serta masyarakat yang berada di seputar sekolah.

Ketiga, Dinas Pendidikan tingkat kabupaten maupun propinsi

sebaiknya memberikan kebijakan khusus bagi pengembangan

kompetensi guru serta proses kemandirian sekolah. Sekolah jangan

selalu disudutkan oleh tuntutan masyarakat yang tidak realistis, seperti

pembebasan iuran sekolah, penghentian penjualan buku (melalui

koperasi sekolah), dan sebagainya, yang pada akhirnya akan semakin

melemahkan daya juang guru-guru dalam mendidik anak-anak akibat

semakin tidak sebandingnya daya beli guru-guru dengan kondisi harga-

harga kebutuhan pokok yang kian meroket.

Keempat, penelitian ini masih sangat terbatas dan dalam ruang

yang terlalu luas. Oleh karena itu, diharapkan ada pihak-pihak lain yang

dapat menemukan variabel-variabel determinan yang dapat

mengungkap-kan hubungan tingkat kesejahteraan guru dengan

pengembangan kemampuan kinerja guru secara lebih spesifik lagi.

Page 59: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

59

DAFTAR PUSTAKA

Agus Dharma. 2002. Kerangka Kerja Kompetensi Bagi Guru www.eddept.

wa.edu.au/centoff/cpr/publications.htm

Anglin. G.J. 1995. Instructional Technology. Past Present and Future.

Englewood: Libraries Unlimited. Inc.

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2003. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Untuk Tenaga

Kependidikan Jakarta: Subdit Standarisasi

Didi Teguh Chandra. 2004. Selayang Pandang Pendidikan Teknologi Dasar

(Basic Technology Education) pada Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia

Gary Martin, alih bahasa Vitriyani Pryadarsina, Budyanto Lestyana, Yuliana

Kristiyani dan Theresia Kristianty. 2001. Kerangka Kerja

Kompetensi Guru, www.eddept.wa.edu.au/centoff/cpr/publicati-

ons.htm

Houston. W.R. et al. 1988. Touch the Future Teach! St. Paul: West Publishing

Company.

Isjoni, 1999. Kinerja Guru. FKIP Universitas Riau

Pannen. P.dkk. 1999 Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwanto. 2000. Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.

Rusmin. 2000. Kompetensi Guru Menyongsong Kurikulum Berbasis

Kompetensi. http://www.indomedia.com/bpost/042003/22/opini/

opini1.htm

Sukadinata, Prof. Dr. Nana Syaodih, (1997) Pengembangan Kurikulum,

Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Page 60: Kesejahteraan Guru sebagai Faktor Strategis yang M

60

Suryadi,A. 1998. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan.

Jurnal Pendidikan MIMBAR PENDIDIKAN. No. 4 Th. XVII. IKIP

Bandung.

Tangyong, Agus F. 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan.

Jakarta: MPPK di Indonesia

Tilaar, HAR. 2000. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani

Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya