kesalahan
DESCRIPTION
kesalahan berbahasaTRANSCRIPT
1) Analisis Kesalahan Fonologi
Fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi
bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa yang
dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l, m, dan
sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.
Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan
Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi
meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan
perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal. Kesalahan-kesalahan
berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Pelafalan fonem /n/ diubah menjadi /ng/
Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/. Namun
karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada akhir kata
sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/.
Contoh yang lain:
Ikan dilafalkan /ikang/ semestinya /ikan/
Taman dilafalkan /tamang semestinya /taman/
2. Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/
Kata-kata yang berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya
adalah /tepat/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal
fonem /t/ pada akhir kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-
kata tepat dilafalkan /tepa’/. Kata-kata lain yang mengalami pelafalan seperti kata tepat
antara lain adalah:
Cepat dilafalkan /cepa’/ semestinya /cepat/
Hormat dilafalkan /horma’/ semestinya /hormat/
3. Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/
Kata-kata yang berfonem /e/ (e = enam) seperti pada kata senter, lafal bakunya
adalah /sEnter/ (E=ekor) Namun, karena factor pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang
“biasa” menyebut kata /sEntErE/, maka kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain
yang mengalami kesalahan pelafalan seperti kata senter antara lain adalah:
Kalender dilafalkan /kalEndEr/ semestinya /kalEnder/
Liter dilafalkan /litEr/ semestinya /liter/
4. Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/,
Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan
pelafalan /E/seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses
berkomunikasi situasi resmi, pada kata:
Sukses dilafalkan /sukses/ semestinya
/suksEs/
Lengah dilafalkan /lEngah/ semestinya
/lEngah/
5. Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/.
Kesalahan pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai dalam
proses komunikasi situasi resmi, pada kata:
Lubang dilafalkan /lobang/ semestinya
/lubang/
Gua dilafalkan /goa/ semestinya /gua/
6. Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/
Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya dilafalkan /i/ bukan /E/. Kesalahan
pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi,
seperti :
Hakikat dilafalkan /hakEkat/ semestinya
/hakikat/
nasihat dilafalkan /nasEhat/ semestinya
/nasihat/
7. Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/
Fonem /ai/ pada kata sampait seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ .
Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi , seperti pada kata:
Santai dilafalkan /santEi/santE/ semestinya
/santai/
Pantai dilafalkan /pantEi/pantE/ semestinya
/pantai/
8. Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/
Kata geologi seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/.
Kesalahan pelafalan /g/ pada kata gelogi tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:
Idiologi dilafalkan /idiolohi/ atau /idioloji/ semestinya /morfologi/
Morfologi dilafalkan /morfolohi/ atau /morfoloji/ semestinya /morfologi/
9. Pelafalan fonem /h/ dihilangkan / /
Fonem /h/ pada kata hilang seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan.
Penghilangan pelafalan /h/ seperti pada kata hilang. Contoh lain:
Hijau dilafalkan /ijau/ semestinya /hilang/
Pahit dilafalkan /pait/ semestinya /pahit/
10. Penambahan fonem /h/ pada awal atau akhir kata
Pelafalan kata andal seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/
seperti pada kata andal, di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi. Contoh lain:
Imbau dilafalkan /himbau/ semestinya /imbau/
Silakan dilafalkan /silahkan/ semestinya /silakan/
11. Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/
Fonem /f/ pada kata feodal harusnya tidak dilafalkan /p/ . Kesalahan pelafalan /f/
pada kata feodal. Contoh yang lain:
Aktif dilafalkan /aktip/ semestinya /aktif/
Kreatif dilafalkan /kreatip/ semestinya /kreatif/
12. Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/
Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan
pelafalan /z/ pada kata izin. Contoh yang lain:
Zaman dilafalkan /saman/jaman/ semestinya /zaman/
Ijazah dilafalkan /ijasah/ ijajah/ semestinya /ijazah/
13. Pelafalan /kh/ diganti menjadi /h/
Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/.
Kesalahan pelafalan /kh/ pada kata khawatir. Contoh yang lain:
Khutbah dilafalkan /hutbah/ semestinya /khutbah/
Khusyuk dilafalkan /husyuk/ semestinya /khusyuk/
2) Analisis Kesalahan Morfologi
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu
dibentuk menjadi sebuah kata”. Morfem terbagi atas tiga macam yaitu morfem bebas seperti
makan, minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti ber-ber, -kan, dan lain sebagainya,
morfem unik, misalnya juang, tawa, dan sebagainya.
Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi,
menurut Badudu (1982), Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga kelompok
yaitu :
Kesalahan Bidang Afiksasi
Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti yang dipaparkan berikut
ini.
1. Afik yang luluh, tidak diluluhkan
Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai huruf
t, s, k, p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN-
memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu,
mengurang, dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan:
Mentabrak seharusnya menabrak
mempahat seharusnya memahat
2. Afiks yang tidak luluh, diluluhkan
Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster seperti
transmigrasi dan presentasi tidak luluh misalnya mentrasmigrasikan dan
mempresentasikan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan
penggunaan kata berimbuhan seperti:
Menerasmigrasikan seharusnya mentransmigraskan
memerotes seharusnya memprotes
3. Morf men- disingkat n,
Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar yang
nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata
tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya, dalam proses
komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik seperti dalam
kalimat Saya belum menarik kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku seperti itu adalah:
natap seharusnya menatap
nangis seharusnya menangis
4. Morf meny- disingkat ny, misalnya:
Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar tersebut
muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata sampai lalu mendapat
awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan menyampaikan. Selanjutnya, dalam proses
berkomunikasi hanya meng-gunakan nyampai atau nyampaikan padahal seharusnya
menyampaikan. Contoh yang lain:
Nyapu seharusnya menyapu
nyisir seharusnya menyisir
5. Morf meng disingkat ng, misalnya:
Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata
berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni
dari kata koreksi lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengoreksi.
Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi padahal seha-
rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi pemerintah secara
sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu, sebagai berikut:
ngarang seharusnya mengarang
ngantuk seharusnya mengantuk
6. Morf menge- disingkat nge-
Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut muncul
sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom lalu
dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengebom. Selanjutnya, dalam
proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal seharusnya
mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom pantai
Sanur. Contoh lain :
ngelap seharusnya mengelap
ngecet seharusnya mengecet
Kesalahan morfologi segi reduplikasi
Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah perulangan
bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan tersebut berdasar dari
kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah mengarang. Selanjutnya, kata
dasar mengarang mengalami proses reduplikasi ngarang- mengarang, yang semestinya
karang-mengarang seperti dalam kalimat Mereka belajar tentang karangmengarang di
sekolah. Contoh lain:
ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek
ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi
Kesalahan Morfologi segi proses pemajemukan
1. Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan
Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler, adalah
kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis serangkai seperti
pascapanen dan ekstrakurikuer. Karena kata-kata: pasca, ektra, antar , infra, intra,
anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para, dan
sebagainya adalah kata-kata yang harus ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh :
anti karat seharusnya antikarat
ekstra kurikuler seharusnya ekstrakurikuler
antar universitas seharusnya antaruniversitas
para medis seharusnya paramedic
2. Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan
Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala kantor,
butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya ditulis
terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru masak.
Karena, kedua kata tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong morfem
bebas.
Contoh :
Aducepat seharusnya adu cepat
Ibuangkat seharusnya ibu angkat
Kerjabakti seharusnya kerja bakti
3) Analisis Kesalahan Sintaksis
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang membicarakan struktur
kalimat, klausa, dan frasa. Frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi
subjek atau predikat (Ramlan, 1978). Klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri atas
subjek dan predikat. Sedangkan kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari
klausa, misalnya saya makan nasi.
Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990)
mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan
frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat.
Kesalahan Bidang Frasa
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa,
antara lain sebagai berikut.
1. Pengunaan kata depan tidak tepat
Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan
yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa,
misalnya sebagai berikut.
di masa itu seharusnya pada masa itu
di waktu itu seharusnya pada waktu itu
2. Penyusunan frasa yang salah struktur
Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata
keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja. Misalnya:
belajar sudah seharusnya sudah belajar
makan sudah seharusnya sudah makan
3. Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata
penghubung yang. Misalnya:
guru yang professional seharusnya guru profesional
Anak yang saleh seharusnya anak saleh
4. Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)
Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata
penghubung yang atau dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal.
Misalnya :
gadis dari Bali seharusnya gadis Bali
pisang dari Ambon seharusnya pisang ambon
5. Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata
penghubung milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan
kepunyan posesif, misalnya:
Golok milik Abdullah seharusnya golok Abdullah
Motor milik Imran seharusnya motor Imran
6. Penambahana kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain)
Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata
seperti untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas, misalnya :
diajar untuk membaca seharusnya diajar membaca
dituduh untuk membunuh seharusnya dituduh membunuh
7. Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif)
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang
untuk memperjelas makna frase tersebut. Misalnya :
Kursi kududuki seharusnya kursi yang kududuki
Baju kubersihkan seharusnya baju yang kubersihkan
8. Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B)
Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya tidak
dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk memperjelas makna
pasif frase tersebut. Misalnya :
diminta ibu seharusnya diminta oleh ibu
dinasihati kakak seharusnya dinasihati oleh kakak
9. Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat)
Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang tegas makna yang
dimaksud karena tidak menggunakan kata penghubung yang sesudah kata Dialah.
Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling pintar di
kampung ini. Jadi, frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang,
misalnya :
paling besar seharusnya yang paling besar
sangat berwibawa seharusnya yang sangat berwibawa
Kesalahan Bidang Klausa
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa,
antara lain sebagai berikut.
1. Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif
Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja dan objeknya tidak diantarai
modalitas atau kata keterangan tertentu. Hal ini supaya tampak hubungan yang erat
antara predikat dan objek dalam kalimat. Selain itu, agar makna kalimat tersebut tidak
menjadi agak kabur.
Contoh:
Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur
→seharusnya : Rakyat mencintai pimpinan yang jujur.
2. Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional
Dalam klausa ekuaional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak perlu ada di
antara subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara subjek dan predikat
terpadu secara erat.. Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas.
Misalnya:
Nenekku adalah dukun Seharusnya Nenekku dukun
Bapakku adalah guru SD seharusnya Bapakku guru SD
3. Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif
Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek dan
predikat. Hal ini agar hubungan dan keterpaduan subjek dan predikat tanpak secara
jelas sekaligus memberikan efek makna yang jelas. Misalnya:
Saya akan membeli rumah itu seharusnya Akan saya membeli rumah itu.
Linda selalu mengunjungi musium seharusnya Selalu Linda mengunjungi
museum.
4. Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.
Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciricirinya adalah menggunakan kata
oleh. Misalnya Buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi Makkasau. Namun
demikian, biasa dijumpai penggunaan klausa pasif tanpa ada kata oleh di dalamnya.
Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan kata oleh supaya ciri-cirinya sebagai
klauas pasif semakin jelas. Misalnya:
Novel Sangkuriang itu dibaca Rina seharusnya Novel Sangkuriang itu dibaca oleh
Rina.
Buku ekonomi itu telah dibaca Amir seharusnya Buku ekonomi itu telahdibaca oleh
Amir.
5. Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif
Dalam situasi pembicaraan yang resmi, kadang-kadang menggunakan klausa
intransitif, yakni klausa yang predikatnya dari kata kerja intransitif. Namun kata kerja
tersebut tidak masukkan dalam kalimat, misalnya /Ibu ke Makassar/. Klausa intranstif
tersebut tidak jelas predikatnya; klausa tersebut bukan tergolong klausa yang benar.
Oleh karena itu, klausa itu perlu diperbaiki menjadi Ibu pergi ke Makassar. Contoh
lain adalah sebagai berikut.
Pak camat ke Maros kemarin seharusnya Pak Camat pergi ke Maros.
Amin di kolam renang seharusnya Amin berenang di kolam renang
Kesalahan Bidang Kalimat
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat
antara lain sebagai berikut.
1. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah
Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari
menerapkan struktur bahasa daerah. Misalnya :
Amin pergi ke rumahnya Rudy seharusnya Amin pergi ke rumah Rudy.
Buku ditulis oleh saya seharusnya Buku itu saya tulis
2. Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal
Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-
kadang menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung
seperti dalam, pada, untuk, kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian,
kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek misalnya : Dalam pertemuan itu membahas
berbagai persoalan.
Supaya kalimat itu menjadi bersubjek, seharusnya Pertemuan itu membahas
berbagai persoalan atau Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persalan.
3. Penggunaan subjek yang berlebihan
Biasa kita mendengar kalimat Ety membeli ikan ketika Ety akan makan malam.
Kalimat tersebut menggunakan dua subjek yang sama. Semestinya subjek kedua
dihilangkan dan hal itu tidak mempengaruhi makna kalimat. Dengan demikian,
kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam.
Contoh lain:
Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang drama.
→Seharusnya: Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.
4. Penggunan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk
Dalam kalimat majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada yang
menggunakan dua kata penghubung sekaligus. Penggunaan kata penghubung yang
ganda dalam suatu kalimat perlu dihindari. Semestinya hanya satu kata penghubung,
misalnya :
Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi sekolah.
→Seharusnya: Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tap pergi ke sekolah.
5. Penggunaan kalimat yang tidak logis
Misalnya : Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar.
Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku mempunyai kemampuan
membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu
diperbaiki menjadi:
- Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
Atau
- Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah
Dasar.
6. Pengunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat
Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menafikan suatu hal terdiri atas
bukan berpasangan melainkan untuk menafikkan ”benda” dan kata penghubung bukan
berpasangan tetapi untuk menafikkan ”peristiwa atau kerja”. Kedua kata penghubung
berpasangan tersebut seharusnya digunakan secara konsisten dalam berbahasa
Indonesia. Misalnya:
Bukan Pak Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin.
Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka.
Dengan demikian, kalimat yang menggunakan bukan ..........tetapi atau
tidak.....melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak semestinya. Contoh:
Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis
→Seharusnya : Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.
7. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing
Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan
dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat
yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing.
Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa
diganti dengan kata bahasa Indonesia. Misalnya sebagai berikut.
Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar
→Seharusnya : Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.
8. Penggunaan kalimat yang tidak padu
Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur
kata yang kurang tepat sehingga maknanya agak kabur. Misalnya:
Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu
→Seharusnya : Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.
9. Penyusunan kalimat yang mubazir
Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata-kata yang berulang
secara berlebihan, penggunaan dua kata yang relative sama maknanya, misalnya :
Dalam konsep pedidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai kesalahan.
→Seharusnya : Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak
kesalahan.
4) Analisis Kesalahan Semantik
Semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang menyelidiki seluk beluk makna
suatu kata dan perkembangan maknanya secara berkesinambungan .
Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang
semantik, Badudu (1982) Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan kesalahan
berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik, adalah seperti berikut.
1. Adanya penerapan gejala hiperkoret
Gejala hiperkoret adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan ahli
akhirnya menjadi salah. Misalnya:
a. /sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya
Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing
mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’ sarat ‘penuh’.
Contoh dalam kalimat:
- Kita harus mengikuti syarat itu.
- Perahu itu sarat muatan.
Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing
mempunyai makna yang berbeda. Syah ‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’.
Jadi, tak dapat dipertukarkan penggunaannya, contoh:
- Tahun depan akan dinobatkan sebagai Syah Iran.
- Belum sah sebagai mahasiswa S1.
b. /E/ diganti /e/
Kata dekan diganti menjadi dEkan, padahal kedua kata itu berbeda maknanya,
dEkan ‘pimpinan fakultas’, sedang dekan ‘ulat’.
- Adikku menjadi dEkan FIP UNM.
- Pepaya itu banyak dekannya.
2. Gejala pleonasme
Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa
secara berlebihan, misalnya,
- Lukisanmu sangat indah sekali
→seharusnya Lukisanmu sangat indah atau indah sekali
- Dia bekerja demi untuk keluarganya.
→Seharusnya Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.
2.1. Tinjauan Teori
Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan). Ada
kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik.
Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap
bahasa kedua (B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah
bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan bahasa
kedua (B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi B1 pada B2.
Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:
kurikulum, guru, pendekatan,pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang
tepat (Tarigan, 1997). Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilayah (taksinomi)
kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan:
1. taksonomi kategori linguistik;
2. taksonomi kategori strategi performasi;
3. taksonomi kategori komparatif;
4. taksonomi kategori efek komunikasi.
Anda dapat mempelajari taksonomi tersebut dalam sajian berikut. Taksonomi kesalahan
berbahasa itu, menurut Nurhadi (1990), dibedakan sebagai berikut. Taksonomi kategori
linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa dan konsisten bahasa.
Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dibedakan menjadi:
1. Kesalahan fonologi;
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan
distribusinya.Berdasarkan asal usul kata, fonologi berasal dari gabungan kata fon yang
artinya bunyi dan logi yang artinya ilmu. Sebagai sebuah cabang ilmu, fonologi diartikan
sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh
alat ucap manusia. [2] Bidang kajian fonologi ialah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari
ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Fonologi terdiri dari dua bagian,
yaitu Fonetik dan Fonemik.
2. Kesalahan morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk” dan kata logi
yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ Ilmu yang mempeajari tentang
bentuk-bentuk dan pembentukan kata”. Sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti
“ilmu mengenai bentuk-bentuk sel tumbuhan atau jasad-jasad mahkluk hidup”.
Berbicara mengenai pembetukan kata akan melibatkan komponen atau unsur pembentukan
kata, yaitu morfem, baik morfem dasar ( bebas ) maupun morfem terikat ( afiks dan dasar ),
dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam proses pembentukan kata
melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui
proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi.
Jadi, ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan dan makna sesuai
dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan.
3. Kesalahan sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat,
serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis
Grafura : 2008). Bidang tata kalimat menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan hukum-
hukumnya (DM, MD) (Maharsiwi : 2009). kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat
dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah
kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat
yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk kalimat, kalimat
mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.
4. Kesalahan semantik
Kesalahan berbahasa dalam semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa
lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonolgi, morfologi, dan sintaksis.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik
yang b pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun
sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang
dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
a. Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip
b. Kesalahan pilihan kata atau diksi.
2.2. Temuan dan Pembahasan
1. Penetapan DPT hingg penetapan sebagai pemenang pemilu. (Kendari Pos, Jum’at 6
Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Fonologi, karena kekurangan
huruf, seharusnya penulisan kata yang benar adalah hingga,
Kalimat yang benar :
Penetapan DPT hingga di tetapkan sebagai pemenang pemilu.
2. Sayangnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayan Konawe Selatan telat bertindak.
(Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, karena memiliki
kesamaan arti dengan terlambat.
Kalimat yang benar :
Sayangnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Selatan terlambat bertindak
3. Kepala Daerah seyogyanya mampu menjabarkan apa yang menjadi kewenangannya
dan apa yang tidak boleh dilanggarnya.(Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, seharusnya kata yang
tepat untuk digunakan adalah sewajarnya.
Kalimat yang benar :
Kepala Daerah sewajarnya mampu menjabarkan apa yang menjadi kewenangan dan
apa yang tidak boleh dilanggarnya.
4. Keduanya tidak ditahan dengan alasan telah membayarroyalti (Kendari Pos, Jum’at 6
Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Fonologi, karena tidak adanya
pemberian sapasi dalam dua kata
Kalimat yang benar :
Keduanya tidak ditahan dengan alasan telah membayar royalti.
5. Hingga kini laporan tersebut hanya sebatas telaah dan tidak dimasukkan dalam daftar
perkara yang sedang diselidiki Jaksa.(Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, seharusnya kata yang
digunakan adalah analisis.
Kalimat yang benar :
Hingga kini laporan tersebut hanya sebatas analisis dan tidak dimasukkan dalam
daftar perkara yang sedang diselidiki Jaksa.
6. Harusnya para pelapor melampirkan bukti penyetoran sejumlah duit pada Rahman.
(Kendari Pos, Jum’at 6 juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang di garis bawahi merupakan kesalahan Morfologi, kata yang tepat
menggunakan awalan se- “seharusnya”, sedangkan pada kalimat yang bercetak
miring merupakan kesalahan Semantik, seharusnya kata yang tepat adalah “uang”)
Kalimat yang benar :
Seharusnya para pelapor melampirkan bukti penyetoran sejumlah uang pada
Rahman.
7. Suroto mesinyalir ketidak patuhan terhadap UU. (Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat
kesalahan kekurangan dalam menggunakan huruf)
Kalimat yang benar :
Suroto mensinyalir ketidak patuhan terhadap UU.
8. Kota Kendari tengah melakukan evaluasi yang libatkan seluruh sekolah.(Kendari Pos,
Jum’at 6 juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, karena kata yang
digunakan kurang tepat, seharusnya kata yang benar adalah “sedang”, sedangkan
pada kata “libatkan” merupakan kesalahan Morfologi, karena seharusnya
menggunakan awalan me-)
Kalimat yang benar :
Kota Kendari sedang melakukan evaluasi yang melibatkan seluruh sekolah.
9. Jika ada yang ditambahkan mungkin tambah. (Kendari Pos, Senin 14 April 2014)
Penjelasan :
Kata yang di garis bawahi merupakan kesalahan Sintaksis, karena seharusnya
memiliki akhiran –kan, berawalan di- dan diberi kata sambung “dapat”
Kalimat yang benar :
Jika ada yang ditambahkan mungkin dapat ditambahkan.
10. Dugaan penyimpangan dana penyelenggaraan Ibagah Haji yang telah diusut oleh
KPK.(Kendari Pos, Juma’t 6 juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang diberi garis bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena memiliki
kesalahan dalam penulisan kata seharusnya yang benar adalah ibadah.
Kalimat yang benar :
Dugaan penyimpangan dana penyelenggaraan Ibadah Haji yang telah diusut oleh
KPK.
11. Lambannya proses penyelesaian berkas kasus Direktur utama PT.Cipta Djaya Surya.
(Kendari Pos, Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang diberi garis bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena seharusnya
kata yang tepat untuk digunakan adalah “lambatnya”.
Kalimat yang benar :
Lambatnya proses penyelesaian berkas kasus Direktur utama PT.Cipta Djaya Surya.
12. Penambanan diluar izin usaha pertambangan itu yang bertanggung jawab secara
penuh. (Berita Kota, Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena kesalahan
dalam penulisan kata, seharusnya kata yang digunakan adalah penambangan.
Kalimat yang benar :
Penambangan diluar izin usaha pertambangan itu yang bertanggung jawab secara
penuh.
13. Dalam rangka menuju Mabes Polri duo pengacara mengaku sudah menyiapkan
berkas. (Berita Kota, Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat
kesalahan dalam penulisan kata, seharusnya kata yang tepat adalah dua. (Berita Kota,
Senin 26 Mei 2014)
Kalimat yang benar :
Dalam rangka menuju Mabes Polri dua pengacara mengaku sudah menyiapkan
berkas.
14. Dugaan adanya honorer bodong tidak saja terjadi di Kab.Muna dan Kab.Konawe.
(Kendari Pos, Selasa 13 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Semantik, karena dalam
penulisan kalimat tersebut kata “bodong” kurang tepat untuk melengkapi kalimat,
seharusnya menggunakan kata palsu.(Kendari Pos,Rabu 21 mei 2014)
Kalimat yang benar :
Dugaan adanya honorer palsu tidak saja terjadi di Kab.Muna dan Kab.Konawe
15. Prose s pengangkatan CPNS yanag bersangkutan tercatat masih bekerja terus –
menerus. (Kendari Pos, Rabu 21 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat
kesalahan dalam penulisan, yaitu pada kata “proses” terdapat penggunaan spasi yang
tidak tepat, dan pada kata “yang” terdapat huruf yang berlebih.
Kalimat yang benar :
Proses pengangkatan CPNS yang bersangkutan tercatat masih bekerja terus –
menerus.
16. Andi juga menakini bila sertifikat tidak melalui mekanisme yang benar. (Berita Kota,
Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi,karena kesalahan
dalam penulisan tidak tepat seharusnya kata yang benar adalah meyakini
Kalimat yang benar:
Andi juga meyakini bila sertifikat tidak melalui mekanisme yang benar
17. Alhamdulillah saya sudah terima undangan pelantikandari Kemendikbud. (Berita
Kota, Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena penggunaan
spasi yang tidak tepat seharusnya kata yang benar adalah pelantikan dari.
Kalimat yang benar adalah;
Alhamdulillah saya sudah terima undangan pelantikan dari Kemendikbud
18. Munim mendorong anggotanya agar selalu mendirikan lembangan pendidikan
ekonomi, umat. (Berita Kota, Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Pada kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena kesalahan
dalam penulisan kalimat seharusnya kata yang benar adalah lembaga
Kalimat yang benar:
Munim mendorong anggotanya agar selalu mendirikan lembaga pendidikan ekonomi
umat.
19. Berlumpur saat musim penghujan datang. (Kendari Pos, Rabu 21 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat
kesalahan dalam penulisan kata yakni kata penghujan, seharusnya tidak diberi awalan
peng- , sehingga menjadi “hujan”.
Kalimat yang benar :
Berlumpur saat musim hujan datang.
20. Saya berterimakasih pada seluruh Kab.Buton yang sudah menjadi Bupati. (Kendari
Pos, Rabu 21 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Morfologi, karena tidak
menggunakan awalan ke-
Kalimat yang benar :
Saya berterimakasih kepada seluruh Kab. Buton yang sudah menjadi Bupati.
21. Djohermansyah mengakui dia pernah telp atur untuk konsultasi perihal politikdinasti.
(Kendari Pos, Rabu 21 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena pada
penulisannya terdapat kesalahan, yakni kekurangan kata pada penulisannya.
Kalimat yang benar :
Djohermansyah mengakui dia pernah telpon atur untuk konsultasi perihal
politikdinasti.
22. Saat ini Diknas dituntut untuk berih dari segala suap-menyuap. (Kendari Pos, Rabu
21 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena dalam
penulisannya terdapat kesalahan, yakni kekurangan huruf pada kata tersebut.
Kalimat yang benar :
Saat ini Diknas dituntut bersih dari segala suap-menyuap.
23. Mereka tengah diperiksa lebih lanjut dengan gunakan akta imigrasi. (Berita Kota,
Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Morfologi, karena pada
penulisan kata seharusnya diberi awalan meng-
Kalimat yang benar :
Mereka tengah diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan akta imigrasi
24. Oleh itu bersegeralah mengumpulkan poling sebanyak – banyaknya (Berita Kota,
Senin 26 Mei 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Morfologi, karena pada
penulisan katanya kurang tepat, seharusnya tidak berawalan ber-
Kalimata yang benar :
Oleh karena itu segeralah mengumpulkan poling sebanyak – banyaknya
25. Ada 12 peket tahun ini turun. (Kendari Pos, 6 Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena pada penulisan
katanya salah.
Kalimta yang benar adalah :
Ada 12 paket tahun ini turun
26. Hingga kini laporan tersebut tida dimasukan dalam perkara yang sedang diselidiki
Jaksa. (Kendari Pos, 6 Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena penulisan
katanya yang tidak tepat yakni kekurangan huruf.
Kalimat yang benar :
Hingga kini laporan tersebut tidak dimasukkan dalam perkara yang sedang diselidiki
Jaksa.
27. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Selatan telat bertindak. (Kendari Pos, 6
Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Sintaksis, karena kata tersebut
kuran tepat untuk digunakan, seharusnya menggunakan kata terlambat.
Kalimat yang benar :
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Selatan terlambat bertindak.
28. Pemerintah Sultra ternyata memiliki harapan besar untuk menyebet banyak medali
dalam Musabakah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXV Nasional. (Kendari pos 21 Mei
2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Sintaksis, karena terdapat kata
yang tidak tepat untuk digunakan yakni menyebet, seharusnya menggunakan kata
“meraih”.
Kalimat yang benar :
Pemerintah Sultra ternyata memiliki harapan besar untuk meraih banyak medali
dalam Musabakah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXV Nasional.
29. Porses pelatihan MTQ sama dengan pelatihan Institute Nasional. (Kendari Pos, 6 Juni
2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena dalam
penulisannya yang tidak tepat.
Kalimat yang benar :
Proses pelatihan MTQ sama dengan pelatihan Institute Nasional
30. Dosen Unhalu berharap para penghuni rutan dapat menjadikan penjara sebagai
temban untuk bertobat. (Kendari Pos, 6 Juni 2014)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena penulisannya
yang tidak tepat
Kalimat yang benar :
Dosen Unhalu berharap para penghuni rutan dapat menjadikan penjara sebagai tempat
untuk bertobat.
2.3. Kesalahan Global dan Kesalahan Lokal
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada,
maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan global
Kesalahan global adalah kesalahan yang memengaruhi kesalahan organisasi kalimat
sehingga benar-banar mengganggu komunikasi. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal
mencakup:
a. Salah menyusun unsur pokok.
b. Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung.
c. Hilangnya ciri kalimat pasif.
2. Kesalahan local
Kelahan lokal adalah kesalahan yang memepengaruhi sebuah unsur dalam kalimat
yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Keslahan-kesalahan ini
hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka burt dan Kiparsky menyebutnya
kesalahan “lokal”.
a. Kesalahan Fonologi
1) Kesalahan Ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari
ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
Contoh :
a) enam - anam, anem
b) saudara - sudara, sodara
2) Kesalahan Ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam
menggunakan tanda baca.
Contoh :
Tuhan Yang Mahakuasa - Tuhan Yang Maha Kuasa
b.Kesalahan Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa
tulis. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi,
reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
1) Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi
a) kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau,
lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau,
kelola, anjur, unjur.
b) fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/
dalam kata terjemah dan tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan
morfem meN-. Dalam kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan
sehingga terbentuk kata kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian
seharusnya menerjemahkan dan menumis.
2) Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi
a) Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang
diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang
seharusnya mengemasngemasi.
3) Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk,
a) Gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. seperti anti, antar,
ekstra, infra, inter, baku, supra dan lain-lain, seharusnya ditulis, antikarat, antaruniversitas,
ekstrakulikuler, infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya.
c. Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase,
klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata,
kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
1. Kesalahan pada Bidang Frase Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis,
khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut:
a) Pengunaan kata depan tidak tepat. Contoh: seharusnya A.di masa itu
- pada masa itu B.di waktu itu - pada waktu itu
b)Penyusunan frasa yang salah struktur. Contoh: seharusnya A.belajar sudah
- sudah belajar B.habis sudah - sudah habis
3. Kesalahan bidang Kalimat Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya
dari segi kalimat antara lain sebagai berikut:
a) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia
dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti
Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena
itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi: Amin pergi ke rumah Rudi.
d. Kesalahan Leksikon Leksikon adalah kosakata. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam
bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan
bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang
semantik adalah seperti berikut:
1)Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek. Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul
lalu dibetul-betulkan lagi dan akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syaratdijadikan sarat ’ atau
sebaliknya, padahal kedua kata itu masingmasing mempunyai arti yang berbeda. Syarat
‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’. Contoh dalam kalimat: a) Kita harus mengikuti syarat itu.
b)Perahu itu sarat muatan. Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut
masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Syah‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan
aturan’. Jadi, tidak dapat dipertukarkan penggunaannya. Contoh dalam kalimat: a) Tahun depan
dia akan dinobatkan sebagai Syah di negeri seberang. b)Dia belum sah sebagai mahasiswa S1 di
universitas itu.
2)Gejala Pleonasme gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara
berlebihan. Contoh: a) Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya:Lukisanmu sangat indah
atau indah sekali. b) Dia bekerja demi untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi
keluarganya, atau untuk keluarganya.
A. Kesalahan Fonologi Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi pertama-tama
dipandang dari penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua
sudut pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan
berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan
berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Ada
kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan
fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan
berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi
bunyi tunggal atau fonem tunggal. 1. Kesalahan Ucapan Kesalahan ucapan adalah kesalahan
mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan
makna. Contoh: kata diucapkan
- enam - saudara - rabu - mengubah - telur - menerangkan - alasan - pelekatan - tangkap - hantam
- esa - kalau - pantai - hilang - haus - indonesia - anam, anem - sudara, sodara - rebo - mengobah
- telor – menerangken - alesan - peletakan - tangkep - hantem, antem - esa - kalo - pante - ilang -
aus - endonesia
2. Kesalahan Ejaan Kesalahan ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam
menggunakan tanda baca. Contoh: - Tuhan Yang Mahakuasa ditulis - Tuhan Yang Maha Kuasa -
Mengetengahkan - mengketengahkan - Mempertanggungjawabkan - mempertanggung jawabkan
B. Kesalahan Morfologi Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan
dengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan
bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu dibacakan.
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan
berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan
gabungan kata atau kata majemuk. 1. Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi Kesalahan ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal berikut: a. Pertama, kesalahan berbahasa karena salah menentukan
bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau, lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal.
Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau, kelola, anjur, unjur. b. Kedua, fonem yang
seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata terjemah
dan tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem meN-. Dalam
kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata
kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian seharusnya menerjemahkan dan
menumis. c. Ketiga, fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru diluluhkan.
Misalnya Fonem /f/ dalam kata fitnah, seharusnya menjadi memfitnah bukan memitnah. d.
Keempat, penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n-, ny-, ng-, dan nge-.
Dalam penggunaan bahasa, mungkin karena pengaruh bahasa daerah, morfem men-, meny-,
meng-, dan menge- disingkat menjadi n-, ny-, ng-, dan nge- dalam pembentukan kata kerja. Hal
ini tentu menimbulkan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi. Contoh: - Men- + tatap
menjadi natap, seharusnya menatap. - Meny- + sapu menjadi nyapu, seharusnya menyapu. -
Meng- + ajar menjadi ngajar, seharusnya mengajar. - Meng- + bor menjadi ngebor, seharusnya
mengebor. 2. Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi Kesalahan ini disebabkan oleh hal-hal
berikut: a. Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar
yang diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang
seharusnya mengemas-ngemasi. b. Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang
diulang seluruhnya hanya sebahagian yang diulangi. Misalnya bentuk gramatik kaki tangan
diulang menjadi kaki-kaki tangan yang seharusnya diulang seluruhnya, yakni kaki tangan-kaki
tangan. c. Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu
panjang. Misalnya bentuk gramatik orang tua bijaksana diulang hanya sebahagian yakni, orang-
orang tua bijaksana. Seharusnya perulangannya penuh, yakni orang tua bijaksana-orang tua
bijaksana. 3. Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk, Kesalahan
berbahasa terjadi dalam penggabungan sebagai berikut: a. Pertama, gabungan kata yang
seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. Kata majemuk yang ditulis serangkai ini dapat
dikenali dengan salah satu unsurnya. Unsur-unsur seperti anti, antar, ekstra, infra, inter, baku,
supra dan lain-lain, merupakan tanda bahwa paduan kata dengan kata tersebut di atas adalah kata
majemuk yang ditulis serangkai. Misalnya antikarat, antaruniversitas, ekstrakulikuler,
infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya. b. Kedua, kesalahan
berbahasa terjadi karena kata majemuk yang seharusnya ditulis terpisah, sebaliknya ditulis
bersatu. Misalnya kata majemuk yang ditulis bersatu ini rumahsakit, tatabahasa, dan
matapelajaran seharusnya ditulis terpisah seperti berikut rumah sakit, tata bahasa, dan mata
pelajaran. c. Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang sudah berpadu jika
diulang, maka seluruhnya harus diulang. Ternyata dalam penggunaan bahasa hanya sebahagian
yang diulang. Misalnya, segi-segitiga, mata-matahari, dan bumi-bumi putra dituliskan secara
lengkap menjadi segitiga-segitiga, matahari-matahari, dan bumi putra-bumi putra. d. Keempat,
kesalahan berbahasa terjadi karena proses prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan
penulisan kata majemuk yang belum padu. Misalnya proses afiksasi ber- pada kata majemuk
bertanggungjawab seharusnya ditulis bertanggung jawab.
C. Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase,
klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata,
kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. 1. Kesalahan pada Bidang Frase
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain
sebagai berikut: a. Pengunaan kata depan tidak tepat. Contoh: - di masa itu seharusnya - pada
masa itu - di waktu itu - pada waktu itu b. Penyusunan frasa yang salah struktur. Contoh: -
belajar sudah seharusnya - sudah belajar - habis sudah - sudah habis c. Penambahan yang dalam
frasa benda (B+S) Contoh: - guru yang profesional seharusnya - guru profesional - anak yang
saleh - anak saleh d. Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B) Contoh: -
gadis dari Bali seharusnya - gadis Bali - cerita tentang anak jalanan - cerita anak jalanan e.
Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr) Contoh: buku kepunyaan Ani
seharusnya menjadi buku Ani.
2. Kesalahan bidang klausa Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis,
khususnya segi klausa terjadi adanya penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya
dalam klausa aktif. Contoh: Rakyat mencintai akan pemimpin yang jujur. Seharusnya kalimat
tersebut menjadi rakyat mencintai pemimpin yang jujur.
3. Kesalahan bidang Kalimat Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya
dari segi kalimat antara lain sebagai berikut: a. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada
struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari
menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut
terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
Amin pergi ke rumah Rudi. b. Penggunaan kalimat yang tidak logis. Contoh: Buku itu
membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena
tidak mungkin bukumempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh
karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadiDalam buku itu dibahas tentang peningkatan
mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Atau Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan
mutu pendidikan diSekolah Dasar. c. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa
asing. Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam
membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya
bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari
penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia.
Contoh:Rumah di mana dia bermalam, dekat dari pasar. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi
rumah tempat dia bermalam, dekat dari pasar.
D. Kesalahan Leksikon Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:902), leksikon adalah
kosakata. Dengan demikian, kesalahan leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa
kata, pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam
bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan
bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang
semantik adalah seperti berikut: 1. Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek. Gejala hiperkorek
adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetulbetulkan lagi dan akhirnya menjadi salah.
Misalnya, Syaratdijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing
mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’. Contoh dalam kalimat: -
Kita harus mengikuti syarat itu. - Perahu itu sarat muatan. Syah dijadikan sah atau sebaliknya,
padahal kedua kata tersebut masingmasing mempunyai makna yang berbeda. Syah‘raja’
sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi, tidak dapat dipertukarkan penggunaannya. Contoh
dalam kalimat: - Tahun depan dia akan dinobatkan sebagai Syah di negeri seberang. - Dia belum
sah sebagai mahasiswa S1 di universitas itu. 2. Gejala Pleonasme Yang dimaksudkan gejalan
pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan. Contoh: - Lukisanmu
sangat indah sekali. Seharusnya:Lukisanmu sangat indah atau indah sekali. - Dia bekerja demi
untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.