kesalahan

49
1) Analisis Kesalahan Fonologi Fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l, m, dan sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai. Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal. Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Pelafalan fonem /n/ diubah menjadi /ng/ Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada akhir kata sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/. Contoh yang lain: Ikan dilafalkan /ikang/ semestinya /ikan/ Taman dilafalkan /tamang semestinya /taman/ 2. Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/

Upload: hai-izam

Post on 04-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kesalahan berbahasa

TRANSCRIPT

Page 1: kesalahan

1) Analisis Kesalahan Fonologi

Fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi

bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa yang

dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l, m, dan

sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.

Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan

Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi

meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan

perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal. Kesalahan-kesalahan

berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Pelafalan fonem /n/ diubah menjadi /ng/

Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/. Namun

karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada akhir kata

sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/.

Contoh yang lain:

Ikan dilafalkan /ikang/ semestinya /ikan/

Taman dilafalkan /tamang semestinya /taman/

2. Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/

Kata-kata yang berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya

adalah /tepat/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal

fonem /t/ pada akhir kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-

kata tepat dilafalkan /tepa’/. Kata-kata lain yang mengalami pelafalan seperti kata tepat

antara lain adalah:

Cepat dilafalkan /cepa’/ semestinya /cepat/

Hormat dilafalkan /horma’/ semestinya /hormat/

3. Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/

Kata-kata yang berfonem /e/ (e = enam) seperti pada kata senter, lafal bakunya

adalah /sEnter/ (E=ekor) Namun, karena factor pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang

“biasa” menyebut kata /sEntErE/, maka kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain

yang mengalami kesalahan pelafalan seperti kata senter antara lain adalah:

Kalender dilafalkan /kalEndEr/ semestinya /kalEnder/

Page 2: kesalahan

Liter dilafalkan /litEr/ semestinya /liter/

4. Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/,

Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan

pelafalan /E/seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses

berkomunikasi situasi resmi, pada kata:

Sukses dilafalkan /sukses/ semestinya

/suksEs/

Lengah dilafalkan /lEngah/ semestinya

/lEngah/

5. Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/.

Kesalahan pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai dalam

proses komunikasi situasi resmi, pada kata:

Lubang dilafalkan /lobang/ semestinya

/lubang/

Gua dilafalkan /goa/ semestinya /gua/

6. Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/

Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya dilafalkan /i/ bukan /E/. Kesalahan

pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi,

seperti :

Hakikat dilafalkan /hakEkat/ semestinya

/hakikat/

nasihat dilafalkan /nasEhat/ semestinya

/nasihat/

7. Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/

Fonem /ai/ pada kata sampait seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ .

Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses

komunikasi situasi resmi , seperti pada kata:

Santai dilafalkan /santEi/santE/ semestinya

/santai/

Page 3: kesalahan

Pantai dilafalkan /pantEi/pantE/ semestinya

/pantai/

8. Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/

Kata geologi seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/.

Kesalahan pelafalan /g/ pada kata gelogi tersebut, biasa kita jumpai dalam proses

komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:

Idiologi dilafalkan /idiolohi/ atau /idioloji/ semestinya /morfologi/

Morfologi dilafalkan /morfolohi/ atau /morfoloji/ semestinya /morfologi/

9. Pelafalan fonem /h/ dihilangkan / /

Fonem /h/ pada kata hilang seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan.

Penghilangan pelafalan /h/ seperti pada kata hilang. Contoh lain:

Hijau dilafalkan /ijau/ semestinya /hilang/

Pahit dilafalkan /pait/ semestinya /pahit/

10. Penambahan fonem /h/ pada awal atau akhir kata

Pelafalan kata andal seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/

seperti pada kata andal, di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses

komunikasi situasi resmi. Contoh lain:

Imbau dilafalkan /himbau/ semestinya /imbau/

Silakan dilafalkan /silahkan/ semestinya /silakan/

11. Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/

Fonem /f/ pada kata feodal harusnya tidak dilafalkan /p/ . Kesalahan pelafalan /f/

pada kata feodal. Contoh yang lain:

Aktif dilafalkan /aktip/ semestinya /aktif/

Kreatif dilafalkan /kreatip/ semestinya /kreatif/

12. Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/

Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan

pelafalan /z/ pada kata izin. Contoh yang lain:

Zaman dilafalkan /saman/jaman/ semestinya /zaman/

Ijazah dilafalkan /ijasah/ ijajah/ semestinya /ijazah/

13. Pelafalan /kh/ diganti menjadi /h/

Page 4: kesalahan

Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/.

Kesalahan pelafalan /kh/ pada kata khawatir. Contoh yang lain:

Khutbah dilafalkan /hutbah/ semestinya /khutbah/

Khusyuk dilafalkan /husyuk/ semestinya /khusyuk/

2) Analisis Kesalahan Morfologi

Morfologi adalah ilmu bahasa yang mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu

dibentuk menjadi sebuah kata”. Morfem terbagi atas tiga macam yaitu morfem bebas seperti

makan, minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti ber-ber, -kan, dan lain sebagainya,

morfem unik, misalnya juang, tawa, dan sebagainya.

Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi,

menurut Badudu (1982), Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga kelompok

yaitu :

Kesalahan Bidang Afiksasi

Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti yang dipaparkan berikut

ini.

1. Afik yang luluh, tidak diluluhkan

Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai huruf

t, s, k, p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN-

memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu,

mengurang, dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan:

Mentabrak seharusnya menabrak

mempahat seharusnya memahat

2. Afiks yang tidak luluh, diluluhkan

Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster seperti

transmigrasi dan presentasi tidak luluh misalnya mentrasmigrasikan dan

mempresentasikan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan

penggunaan kata berimbuhan seperti:

Menerasmigrasikan seharusnya mentransmigraskan

memerotes seharusnya memprotes

3. Morf men- disingkat n,

Page 5: kesalahan

Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar yang

nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata

tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya, dalam proses

komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik seperti dalam

kalimat Saya belum menarik kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku seperti itu adalah:

natap seharusnya menatap

nangis seharusnya menangis

4. Morf meny- disingkat ny, misalnya:

Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar tersebut

muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata sampai lalu mendapat

awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan menyampaikan. Selanjutnya, dalam proses

berkomunikasi hanya meng-gunakan nyampai atau nyampaikan padahal seharusnya

menyampaikan. Contoh yang lain:

Nyapu seharusnya menyapu

nyisir seharusnya menyisir

5. Morf meng disingkat ng, misalnya:

Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata

berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni

dari kata koreksi lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengoreksi.

Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi padahal seha-

rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi pemerintah secara

sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu, sebagai berikut:

ngarang seharusnya mengarang

ngantuk seharusnya mengantuk

6. Morf menge- disingkat nge-

Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut muncul

sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom lalu

dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengebom. Selanjutnya, dalam

proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal seharusnya

mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom pantai

Sanur. Contoh lain :

Page 6: kesalahan

ngelap seharusnya mengelap

ngecet seharusnya mengecet

Kesalahan morfologi segi reduplikasi

Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah perulangan

bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan tersebut berdasar dari

kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah mengarang. Selanjutnya, kata

dasar mengarang mengalami proses reduplikasi ngarang- mengarang, yang semestinya

karang-mengarang seperti dalam kalimat Mereka belajar tentang karangmengarang di

sekolah. Contoh lain:

ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek

ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi

Kesalahan Morfologi segi proses pemajemukan

1. Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan

Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler, adalah

kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis serangkai seperti

pascapanen dan ekstrakurikuer. Karena kata-kata: pasca, ektra, antar , infra, intra,

anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para, dan

sebagainya adalah kata-kata yang harus ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya. Contoh :

anti karat seharusnya antikarat

ekstra kurikuler seharusnya ekstrakurikuler

antar universitas seharusnya antaruniversitas

para medis seharusnya paramedic

2. Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan

Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala kantor,

butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya ditulis

terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru masak.

Karena, kedua kata tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong morfem

bebas.

Contoh :

Aducepat seharusnya adu cepat

Page 7: kesalahan

Ibuangkat seharusnya ibu angkat

Kerjabakti seharusnya kerja bakti

3) Analisis Kesalahan Sintaksis

Sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang membicarakan struktur

kalimat, klausa, dan frasa. Frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi

subjek atau predikat (Ramlan, 1978). Klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri atas

subjek dan predikat. Sedangkan kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative

berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari

klausa, misalnya saya makan nasi.

Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990)

mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan

frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat.

Kesalahan Bidang Frasa

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa,

antara lain sebagai berikut.

1. Pengunaan kata depan tidak tepat

Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan

yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa,

misalnya sebagai berikut.

di masa itu seharusnya pada masa itu

di waktu itu seharusnya pada waktu itu

2. Penyusunan frasa yang salah struktur

Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata

keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja. Misalnya:

belajar sudah seharusnya sudah belajar

makan sudah seharusnya sudah makan

3. Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata

penghubung yang. Misalnya:

guru yang professional seharusnya guru profesional

Page 8: kesalahan

Anak yang saleh seharusnya anak saleh

4. Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)

Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata

penghubung yang atau dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal.

Misalnya :

gadis dari Bali seharusnya gadis Bali

pisang dari Ambon seharusnya pisang ambon

5. Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata

penghubung milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan

kepunyan posesif, misalnya:

Golok milik Abdullah seharusnya golok Abdullah

Motor milik Imran seharusnya motor Imran

6. Penambahana kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain)

Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata

seperti untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas, misalnya :

diajar untuk membaca seharusnya diajar membaca

dituduh untuk membunuh seharusnya dituduh membunuh

7. Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang

untuk memperjelas makna frase tersebut. Misalnya :

Kursi kududuki seharusnya kursi yang kududuki

Baju kubersihkan seharusnya baju yang kubersihkan

8. Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B)

Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya tidak

dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk memperjelas makna

pasif frase tersebut. Misalnya :

diminta ibu seharusnya diminta oleh ibu

dinasihati kakak seharusnya dinasihati oleh kakak

Page 9: kesalahan

9. Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat)

Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang tegas makna yang

dimaksud karena tidak menggunakan kata penghubung yang sesudah kata Dialah.

Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling pintar di

kampung ini. Jadi, frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang,

misalnya :

paling besar seharusnya yang paling besar

sangat berwibawa seharusnya yang sangat berwibawa

Kesalahan Bidang Klausa

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa,

antara lain sebagai berikut.

1. Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif

Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja dan objeknya tidak diantarai

modalitas atau kata keterangan tertentu. Hal ini supaya tampak hubungan yang erat

antara predikat dan objek dalam kalimat. Selain itu, agar makna kalimat tersebut tidak

menjadi agak kabur.

Contoh:

Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur

→seharusnya : Rakyat mencintai pimpinan yang jujur.

2. Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional

Dalam klausa ekuaional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak perlu ada di

antara subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara subjek dan predikat

terpadu secara erat.. Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas.

Misalnya:

Nenekku adalah dukun Seharusnya Nenekku dukun

Bapakku adalah guru SD seharusnya Bapakku guru SD

3. Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif

Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek dan

predikat. Hal ini agar hubungan dan keterpaduan subjek dan predikat tanpak secara

jelas sekaligus memberikan efek makna yang jelas. Misalnya:

Saya akan membeli rumah itu seharusnya Akan saya membeli rumah itu.

Page 10: kesalahan

Linda selalu mengunjungi musium seharusnya Selalu Linda mengunjungi

museum.

4. Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.

Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciricirinya adalah menggunakan kata

oleh. Misalnya Buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi Makkasau. Namun

demikian, biasa dijumpai penggunaan klausa pasif tanpa ada kata oleh di dalamnya.

Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan kata oleh supaya ciri-cirinya sebagai

klauas pasif semakin jelas. Misalnya:

Novel Sangkuriang itu dibaca Rina seharusnya Novel Sangkuriang itu dibaca oleh

Rina.

Buku ekonomi itu telah dibaca Amir seharusnya Buku ekonomi itu telahdibaca oleh

Amir.

5. Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif

Dalam situasi pembicaraan yang resmi, kadang-kadang menggunakan klausa

intransitif, yakni klausa yang predikatnya dari kata kerja intransitif. Namun kata kerja

tersebut tidak masukkan dalam kalimat, misalnya /Ibu ke Makassar/. Klausa intranstif

tersebut tidak jelas predikatnya; klausa tersebut bukan tergolong klausa yang benar.

Oleh karena itu, klausa itu perlu diperbaiki menjadi Ibu pergi ke Makassar. Contoh

lain adalah sebagai berikut.

Pak camat ke Maros kemarin seharusnya Pak Camat pergi ke Maros.

Amin di kolam renang seharusnya Amin berenang di kolam renang

Kesalahan Bidang Kalimat

Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat

antara lain sebagai berikut.

1. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah

Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari

menerapkan struktur bahasa daerah. Misalnya :

Amin pergi ke rumahnya Rudy seharusnya Amin pergi ke rumah Rudy.

Buku ditulis oleh saya seharusnya Buku itu saya tulis

2. Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal

Page 11: kesalahan

Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-

kadang menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung

seperti dalam, pada, untuk, kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian,

kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek misalnya : Dalam pertemuan itu membahas

berbagai persoalan.

Supaya kalimat itu menjadi bersubjek, seharusnya Pertemuan itu membahas

berbagai persoalan atau Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persalan.

3. Penggunaan subjek yang berlebihan

Biasa kita mendengar kalimat Ety membeli ikan ketika Ety akan makan malam.

Kalimat tersebut menggunakan dua subjek yang sama. Semestinya subjek kedua

dihilangkan dan hal itu tidak mempengaruhi makna kalimat. Dengan demikian,

kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam.

Contoh lain:

Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang drama.

→Seharusnya: Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.

4. Penggunan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk

Dalam kalimat majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada yang

menggunakan dua kata penghubung sekaligus. Penggunaan kata penghubung yang

ganda dalam suatu kalimat perlu dihindari. Semestinya hanya satu kata penghubung,

misalnya :

Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi sekolah.

→Seharusnya: Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tap pergi ke sekolah.

5. Penggunaan kalimat yang tidak logis

Misalnya : Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar.

Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku mempunyai kemampuan

membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu

diperbaiki menjadi:

- Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.

Atau

Page 12: kesalahan

- Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah

Dasar.

6. Pengunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat

Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menafikan suatu hal terdiri atas

bukan berpasangan melainkan untuk menafikkan ”benda” dan kata penghubung bukan

berpasangan tetapi untuk menafikkan ”peristiwa atau kerja”. Kedua kata penghubung

berpasangan tersebut seharusnya digunakan secara konsisten dalam berbahasa

Indonesia. Misalnya:

Bukan Pak Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin.

Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka.

Dengan demikian, kalimat yang menggunakan bukan ..........tetapi atau

tidak.....melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak semestinya. Contoh:

Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis

→Seharusnya : Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.

7. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing

Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan

dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat

yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing.

Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa

diganti dengan kata bahasa Indonesia. Misalnya sebagai berikut.

Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar

→Seharusnya : Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.

8. Penggunaan kalimat yang tidak padu

Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur

kata yang kurang tepat sehingga maknanya agak kabur. Misalnya:

Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu

→Seharusnya : Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.

9. Penyusunan kalimat yang mubazir

Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata-kata yang berulang

secara berlebihan, penggunaan dua kata yang relative sama maknanya, misalnya :

Dalam konsep pedidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai kesalahan.

Page 13: kesalahan

→Seharusnya : Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak

kesalahan.

4) Analisis Kesalahan Semantik

Semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang menyelidiki seluk beluk makna

suatu kata dan perkembangan maknanya secara berkesinambungan .

Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang

semantik, Badudu (1982) Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan kesalahan

berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik, adalah seperti berikut.

1. Adanya penerapan gejala hiperkoret

Gejala hiperkoret adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan ahli

akhirnya menjadi salah. Misalnya:

a. /sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya

Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing

mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’ sarat ‘penuh’.

Contoh dalam kalimat:

- Kita harus mengikuti syarat itu.

- Perahu itu sarat muatan.

Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing

mempunyai makna yang berbeda. Syah ‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’.

Jadi, tak dapat dipertukarkan penggunaannya, contoh:

- Tahun depan akan dinobatkan sebagai Syah Iran.

- Belum sah sebagai mahasiswa S1.

b. /E/ diganti /e/

Kata dekan diganti menjadi dEkan, padahal kedua kata itu berbeda maknanya,

dEkan ‘pimpinan fakultas’, sedang dekan ‘ulat’.

- Adikku menjadi dEkan FIP UNM.

- Pepaya itu banyak dekannya.

2. Gejala pleonasme

Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa

secara berlebihan, misalnya,

- Lukisanmu sangat indah sekali

Page 14: kesalahan

→seharusnya Lukisanmu sangat indah atau indah sekali

- Dia bekerja demi untuk keluarganya.

→Seharusnya Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.

2.1. Tinjauan Teori

Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan). Ada

kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik.

Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap

bahasa kedua (B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah

bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan bahasa

kedua (B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi B1 pada B2.

Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:

kurikulum, guru, pendekatan,pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang

tepat (Tarigan, 1997). Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilayah (taksinomi)

kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan:

1. taksonomi kategori linguistik;

2. taksonomi kategori strategi performasi;

3. taksonomi kategori komparatif;

4. taksonomi kategori efek komunikasi.

Anda dapat mempelajari taksonomi tersebut dalam sajian berikut. Taksonomi kesalahan

berbahasa itu, menurut Nurhadi (1990), dibedakan sebagai berikut. Taksonomi kategori

linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa dan konsisten bahasa.

Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dibedakan menjadi:

Page 15: kesalahan

1. Kesalahan fonologi;

Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan

distribusinya.Berdasarkan asal usul kata, fonologi berasal dari gabungan kata fon yang

artinya bunyi dan logi yang artinya ilmu. Sebagai sebuah cabang ilmu, fonologi diartikan

sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh

alat ucap manusia. [2] Bidang kajian fonologi ialah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari

ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Fonologi terdiri dari dua bagian,

yaitu Fonetik dan Fonemik.

2. Kesalahan morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk” dan kata logi

yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ Ilmu yang mempeajari tentang

bentuk-bentuk dan pembentukan kata”. Sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti

“ilmu mengenai bentuk-bentuk sel tumbuhan atau jasad-jasad mahkluk hidup”.

Berbicara mengenai pembetukan kata akan melibatkan komponen atau unsur pembentukan

kata, yaitu morfem, baik morfem dasar ( bebas ) maupun morfem terikat ( afiks dan dasar ),

dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam proses pembentukan kata

melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui

proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi.

Jadi, ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan dan makna sesuai

dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan.

3. Kesalahan sintaksis

Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat,

serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat

Page 16: kesalahan

menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis

Grafura : 2008). Bidang tata kalimat menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan hukum-

hukumnya (DM, MD) (Maharsiwi : 2009). kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat

dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah

kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat

yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk kalimat, kalimat

mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.

4. Kesalahan semantik

Kesalahan berbahasa dalam semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa

lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonolgi, morfologi, dan sintaksis.

Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik

yang b pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun

sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang

dari makna  yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.

a. Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip

b. Kesalahan pilihan kata atau diksi.

2.2. Temuan dan Pembahasan

1. Penetapan DPT hingg penetapan sebagai pemenang pemilu. (Kendari Pos, Jum’at 6

Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Fonologi, karena kekurangan

huruf, seharusnya penulisan kata yang benar adalah hingga,

Kalimat yang benar :

Penetapan DPT hingga di tetapkan sebagai pemenang pemilu.

Page 17: kesalahan

2. Sayangnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayan Konawe Selatan telat bertindak.

(Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, karena memiliki

kesamaan arti dengan terlambat.

Kalimat yang benar :

Sayangnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Selatan terlambat bertindak

3. Kepala Daerah seyogyanya mampu menjabarkan apa yang menjadi kewenangannya

dan apa yang tidak boleh dilanggarnya.(Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, seharusnya kata yang

tepat untuk digunakan adalah sewajarnya.

Kalimat yang benar :

Kepala Daerah sewajarnya mampu menjabarkan apa yang menjadi kewenangan dan

apa yang tidak boleh dilanggarnya.

4. Keduanya tidak ditahan dengan alasan telah membayarroyalti (Kendari Pos, Jum’at 6

Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Fonologi, karena tidak adanya

pemberian sapasi dalam dua kata

Kalimat yang benar :

Keduanya tidak ditahan dengan alasan telah membayar royalti.

5. Hingga kini laporan tersebut hanya sebatas telaah dan tidak dimasukkan dalam daftar

perkara yang sedang diselidiki Jaksa.(Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)

Penjelasan :

Page 18: kesalahan

Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, seharusnya kata yang

digunakan adalah analisis.

Kalimat yang benar :

Hingga kini laporan tersebut hanya sebatas analisis dan tidak dimasukkan dalam

daftar perkara yang sedang diselidiki Jaksa.

6. Harusnya para pelapor melampirkan bukti penyetoran sejumlah duit pada Rahman.

(Kendari Pos, Jum’at 6 juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang di garis bawahi merupakan kesalahan Morfologi, kata yang tepat

menggunakan awalan se- “seharusnya”, sedangkan pada kalimat yang bercetak

miring merupakan kesalahan Semantik, seharusnya kata yang tepat adalah “uang”)

Kalimat yang benar :

Seharusnya para pelapor melampirkan bukti penyetoran sejumlah uang pada

Rahman.

7. Suroto mesinyalir ketidak patuhan terhadap UU. (Kendari Pos, Jum’at 6 Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat

kesalahan kekurangan dalam menggunakan huruf)

Kalimat yang benar :

Suroto mensinyalir ketidak patuhan terhadap UU.

8. Kota Kendari tengah melakukan evaluasi yang libatkan seluruh sekolah.(Kendari Pos,

Jum’at 6 juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik, karena kata yang

digunakan kurang tepat, seharusnya kata yang benar adalah “sedang”, sedangkan

pada kata “libatkan” merupakan kesalahan Morfologi, karena seharusnya

menggunakan awalan me-)

Page 19: kesalahan

Kalimat yang benar :

Kota Kendari sedang melakukan evaluasi yang melibatkan seluruh sekolah.

9. Jika ada yang ditambahkan mungkin tambah. (Kendari Pos, Senin 14 April 2014)

Penjelasan :

Kata yang di garis bawahi merupakan kesalahan Sintaksis, karena seharusnya

memiliki akhiran –kan, berawalan di- dan diberi kata sambung “dapat”

Kalimat yang benar :

Jika ada yang ditambahkan mungkin dapat ditambahkan.

10. Dugaan penyimpangan dana penyelenggaraan Ibagah Haji yang telah diusut oleh

KPK.(Kendari Pos, Juma’t 6 juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang diberi garis bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena memiliki

kesalahan dalam penulisan kata seharusnya yang benar adalah ibadah.

Kalimat yang benar :

Dugaan penyimpangan dana penyelenggaraan Ibadah Haji yang telah diusut oleh

KPK.

11. Lambannya proses penyelesaian berkas kasus Direktur utama PT.Cipta Djaya Surya.

(Kendari Pos, Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang diberi garis bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena seharusnya

kata yang tepat untuk digunakan adalah “lambatnya”.

Kalimat yang benar :

Lambatnya proses penyelesaian berkas kasus Direktur utama PT.Cipta Djaya Surya.

12. Penambanan diluar izin usaha pertambangan itu yang bertanggung jawab secara

penuh. (Berita Kota, Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Page 20: kesalahan

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena kesalahan

dalam penulisan kata, seharusnya kata yang digunakan adalah penambangan.

Kalimat yang benar :

Penambangan diluar izin usaha pertambangan itu yang bertanggung jawab secara

penuh.

13. Dalam rangka menuju Mabes Polri duo pengacara mengaku sudah menyiapkan

berkas. (Berita Kota, Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat

kesalahan dalam penulisan kata, seharusnya kata yang tepat adalah dua. (Berita Kota,

Senin 26 Mei 2014)

Kalimat yang benar :

Dalam rangka menuju Mabes Polri dua pengacara mengaku sudah menyiapkan

berkas.

14. Dugaan adanya honorer bodong tidak saja terjadi di Kab.Muna dan Kab.Konawe.

(Kendari Pos, Selasa 13 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Semantik, karena dalam

penulisan kalimat tersebut kata “bodong” kurang tepat untuk melengkapi kalimat,

seharusnya menggunakan kata palsu.(Kendari Pos,Rabu 21 mei 2014)

Kalimat yang benar :

Dugaan adanya honorer palsu tidak saja terjadi di Kab.Muna dan Kab.Konawe

15. Prose s pengangkatan CPNS yanag bersangkutan tercatat masih bekerja terus –

menerus. (Kendari Pos, Rabu 21 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat

kesalahan dalam penulisan, yaitu pada kata “proses” terdapat penggunaan spasi yang

tidak tepat, dan pada kata “yang” terdapat huruf yang berlebih.

Page 21: kesalahan

Kalimat yang benar :

Proses pengangkatan CPNS yang bersangkutan tercatat masih bekerja terus –

menerus.

16. Andi juga menakini bila sertifikat tidak melalui mekanisme yang benar. (Berita Kota,

Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi,karena kesalahan

dalam penulisan tidak tepat seharusnya kata yang benar adalah meyakini

Kalimat yang benar:

Andi juga meyakini bila sertifikat tidak melalui mekanisme yang benar

17. Alhamdulillah saya sudah terima undangan pelantikandari Kemendikbud. (Berita

Kota, Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena penggunaan

spasi yang tidak tepat seharusnya kata yang benar adalah pelantikan dari.

Kalimat yang benar adalah;

Alhamdulillah saya sudah terima undangan pelantikan dari Kemendikbud

18. Munim mendorong anggotanya agar selalu mendirikan lembangan pendidikan

ekonomi, umat. (Berita Kota, Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Pada kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena kesalahan

dalam penulisan kalimat seharusnya kata yang benar adalah lembaga

Kalimat yang benar:

Munim mendorong anggotanya agar selalu mendirikan lembaga pendidikan ekonomi

umat.

19. Berlumpur saat musim penghujan datang. (Kendari Pos, Rabu 21 Mei 2014)

Page 22: kesalahan

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena terdapat

kesalahan dalam penulisan kata yakni kata penghujan, seharusnya tidak diberi awalan

peng- , sehingga menjadi “hujan”.

Kalimat yang benar :

Berlumpur saat musim hujan datang.

20. Saya berterimakasih pada seluruh Kab.Buton yang sudah menjadi Bupati. (Kendari

Pos, Rabu 21 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Morfologi, karena tidak

menggunakan awalan ke-

Kalimat yang benar :

Saya berterimakasih kepada seluruh Kab. Buton yang sudah menjadi Bupati.

21. Djohermansyah mengakui dia pernah telp atur untuk konsultasi perihal politikdinasti.

(Kendari Pos, Rabu 21 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena pada

penulisannya terdapat kesalahan, yakni kekurangan kata pada penulisannya.

Kalimat yang benar :

Djohermansyah mengakui dia pernah telpon atur untuk konsultasi perihal

politikdinasti.

22. Saat ini Diknas dituntut untuk berih dari segala suap-menyuap. (Kendari Pos, Rabu

21 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena dalam

penulisannya terdapat kesalahan, yakni kekurangan huruf pada kata tersebut.

Kalimat yang benar :

Saat ini Diknas dituntut bersih dari segala suap-menyuap.

Page 23: kesalahan

23. Mereka tengah diperiksa lebih lanjut dengan gunakan akta imigrasi. (Berita Kota,

Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Morfologi, karena pada

penulisan kata seharusnya diberi awalan meng-

Kalimat yang benar :

Mereka tengah diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan akta imigrasi

24. Oleh itu bersegeralah mengumpulkan poling sebanyak – banyaknya (Berita Kota,

Senin 26 Mei 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Morfologi, karena pada

penulisan katanya kurang tepat, seharusnya tidak berawalan ber-

Kalimata yang benar :

Oleh karena itu segeralah mengumpulkan poling sebanyak – banyaknya

25. Ada 12 peket tahun ini turun. (Kendari Pos, 6 Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena pada penulisan

katanya salah.

Kalimta yang benar adalah :

Ada 12 paket tahun ini turun

26. Hingga kini laporan tersebut tida dimasukan dalam perkara yang sedang diselidiki

Jaksa. (Kendari Pos, 6 Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena penulisan

katanya yang tidak tepat yakni kekurangan huruf.

Kalimat yang benar :

Page 24: kesalahan

Hingga kini laporan tersebut tidak dimasukkan dalam perkara yang sedang diselidiki

Jaksa.

27. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Selatan telat bertindak. (Kendari Pos, 6

Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Sintaksis, karena kata tersebut

kuran tepat untuk digunakan, seharusnya menggunakan kata terlambat.

Kalimat yang benar :

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konawe Selatan terlambat bertindak.

28. Pemerintah Sultra ternyata memiliki harapan besar untuk menyebet banyak medali

dalam Musabakah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXV Nasional. (Kendari pos 21 Mei

2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Sintaksis, karena terdapat kata

yang tidak tepat untuk digunakan yakni menyebet, seharusnya menggunakan kata

“meraih”.

Kalimat yang benar :

Pemerintah Sultra ternyata memiliki harapan besar untuk meraih banyak medali

dalam Musabakah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXV Nasional.

29. Porses pelatihan MTQ sama dengan pelatihan Institute Nasional. (Kendari Pos, 6 Juni

2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena dalam

penulisannya yang tidak tepat.

Kalimat yang benar :

Proses pelatihan MTQ sama dengan pelatihan Institute Nasional

Page 25: kesalahan

30. Dosen Unhalu berharap para penghuni rutan dapat menjadikan penjara sebagai

temban untuk bertobat. (Kendari Pos, 6 Juni 2014)

Penjelasan :

Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Fonologi, karena penulisannya

yang tidak tepat

Kalimat yang benar :

Dosen Unhalu berharap para penghuni rutan dapat menjadikan penjara sebagai tempat

untuk bertobat.

2.3. Kesalahan Global dan Kesalahan Lokal

Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada,

maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu:

1. Kesalahan global

Kesalahan global adalah kesalahan yang memengaruhi kesalahan organisasi kalimat

sehingga benar-banar mengganggu komunikasi. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal

mencakup:

a. Salah menyusun unsur pokok.

b. Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung.

c. Hilangnya ciri kalimat pasif.

2. Kesalahan local

Kelahan lokal adalah kesalahan yang memepengaruhi sebuah unsur dalam kalimat

yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Keslahan-kesalahan ini

hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka burt dan Kiparsky menyebutnya

kesalahan “lokal”.

Page 26: kesalahan

a. Kesalahan Fonologi

1) Kesalahan Ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari

ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.

Contoh :

a) enam - anam, anem

b) saudara - sudara, sodara

2) Kesalahan Ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam

menggunakan tanda baca.

Contoh :

Tuhan Yang Mahakuasa - Tuhan Yang Maha Kuasa

b.Kesalahan Morfologi

Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa

tulis. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi,

reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.

1) Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi

a) kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau,

lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau,

kelola, anjur, unjur.

b) fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/

dalam kata terjemah dan tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan

morfem meN-. Dalam kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan

sehingga terbentuk kata kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian

seharusnya menerjemahkan dan menumis.

Page 27: kesalahan

2) Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi

a) Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang

diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang

seharusnya mengemasngemasi.

3) Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk,

a) Gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. seperti anti, antar,

ekstra, infra, inter, baku, supra dan lain-lain, seharusnya ditulis, antikarat, antaruniversitas,

ekstrakulikuler, infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya.

c. Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase,

klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata,

kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.

1. Kesalahan pada Bidang Frase Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis,

khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut:

a) Pengunaan kata depan tidak tepat. Contoh: seharusnya A.di masa itu

- pada masa itu B.di waktu itu - pada waktu itu

b)Penyusunan frasa yang salah struktur. Contoh: seharusnya A.belajar sudah

- sudah belajar B.habis sudah - sudah habis

3. Kesalahan bidang Kalimat Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya

dari segi kalimat antara lain sebagai berikut:

a) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia

dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti

Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena

itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi: Amin pergi ke rumah Rudi.

d. Kesalahan Leksikon Leksikon adalah kosakata. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam

bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna

atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan

Page 28: kesalahan

bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang

semantik adalah seperti berikut:

1)Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek. Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul

lalu dibetul-betulkan lagi dan akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syaratdijadikan sarat ’ atau

sebaliknya, padahal kedua kata itu masingmasing mempunyai arti yang berbeda. Syarat

‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’. Contoh dalam kalimat: a) Kita harus mengikuti syarat itu.

b)Perahu itu sarat muatan. Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut

masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Syah‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan

aturan’. Jadi, tidak dapat dipertukarkan penggunaannya. Contoh dalam kalimat: a) Tahun depan

dia akan dinobatkan sebagai Syah di negeri seberang. b)Dia belum sah sebagai mahasiswa S1 di

universitas itu.

2)Gejala Pleonasme gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara

berlebihan. Contoh: a) Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya:Lukisanmu sangat indah

atau indah sekali. b) Dia bekerja demi untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi

keluarganya, atau untuk keluarganya.

Page 29: kesalahan

A. Kesalahan Fonologi Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi pertama-tama

dipandang dari penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua

sudut pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan

berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan

berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Ada

kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan

fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan

berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi

bunyi tunggal atau fonem tunggal. 1. Kesalahan Ucapan Kesalahan ucapan adalah kesalahan

mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan

makna. Contoh: kata diucapkan

- enam - saudara - rabu - mengubah - telur - menerangkan - alasan - pelekatan - tangkap - hantam

- esa - kalau - pantai - hilang - haus - indonesia - anam, anem - sudara, sodara - rebo - mengobah

- telor – menerangken - alesan - peletakan - tangkep - hantem, antem - esa - kalo - pante - ilang -

aus - endonesia

2. Kesalahan Ejaan Kesalahan ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam

menggunakan tanda baca. Contoh: - Tuhan Yang Mahakuasa ditulis - Tuhan Yang Maha Kuasa -

Mengetengahkan - mengketengahkan - Mempertanggungjawabkan - mempertanggung jawabkan

B. Kesalahan Morfologi Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan

dengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan

bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu dibacakan.

Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan

berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan

gabungan kata atau kata majemuk. 1. Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi Kesalahan ini dapat

disebabkan oleh berbagai hal berikut: a. Pertama, kesalahan berbahasa karena salah menentukan

bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau, lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal.

Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau, kelola, anjur, unjur. b. Kedua, fonem yang

Page 30: kesalahan

seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata terjemah

dan tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem meN-. Dalam

kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata

kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian seharusnya menerjemahkan dan

menumis. c. Ketiga, fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru diluluhkan.

Misalnya Fonem /f/ dalam kata fitnah, seharusnya menjadi memfitnah bukan memitnah. d.

Keempat, penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n-, ny-, ng-, dan nge-.

Dalam penggunaan bahasa, mungkin karena pengaruh bahasa daerah, morfem men-, meny-,

meng-, dan menge- disingkat menjadi n-, ny-, ng-, dan nge- dalam pembentukan kata kerja. Hal

ini tentu menimbulkan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi. Contoh: - Men- + tatap

menjadi natap, seharusnya menatap. - Meny- + sapu menjadi nyapu, seharusnya menyapu. -

Meng- + ajar menjadi ngajar, seharusnya mengajar. - Meng- + bor menjadi ngebor, seharusnya

mengebor. 2. Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi Kesalahan ini disebabkan oleh hal-hal

berikut: a. Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar

yang diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang

seharusnya mengemas-ngemasi. b. Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang

diulang seluruhnya hanya sebahagian yang diulangi. Misalnya bentuk gramatik kaki tangan

diulang menjadi kaki-kaki tangan yang seharusnya diulang seluruhnya, yakni kaki tangan-kaki

tangan. c. Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu

panjang. Misalnya bentuk gramatik orang tua bijaksana diulang hanya sebahagian yakni, orang-

orang tua bijaksana. Seharusnya perulangannya penuh, yakni orang tua bijaksana-orang tua

bijaksana. 3. Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk, Kesalahan

berbahasa terjadi dalam penggabungan sebagai berikut: a. Pertama, gabungan kata yang

seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. Kata majemuk yang ditulis serangkai ini dapat

dikenali dengan salah satu unsurnya. Unsur-unsur seperti anti, antar, ekstra, infra, inter, baku,

supra dan lain-lain, merupakan tanda bahwa paduan kata dengan kata tersebut di atas adalah kata

majemuk yang ditulis serangkai. Misalnya antikarat, antaruniversitas, ekstrakulikuler,

infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya. b. Kedua, kesalahan

berbahasa terjadi karena kata majemuk yang seharusnya ditulis terpisah, sebaliknya ditulis

bersatu. Misalnya kata majemuk yang ditulis bersatu ini rumahsakit, tatabahasa, dan

matapelajaran seharusnya ditulis terpisah seperti berikut rumah sakit, tata bahasa, dan mata

Page 31: kesalahan

pelajaran. c. Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang sudah berpadu jika

diulang, maka seluruhnya harus diulang. Ternyata dalam penggunaan bahasa hanya sebahagian

yang diulang. Misalnya, segi-segitiga, mata-matahari, dan bumi-bumi putra dituliskan secara

lengkap menjadi segitiga-segitiga, matahari-matahari, dan bumi putra-bumi putra. d. Keempat,

kesalahan berbahasa terjadi karena proses prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan

penulisan kata majemuk yang belum padu. Misalnya proses afiksasi ber- pada kata majemuk

bertanggungjawab seharusnya ditulis bertanggung jawab.

C. Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase,

klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata,

kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. 1. Kesalahan pada Bidang Frase

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain

sebagai berikut: a. Pengunaan kata depan tidak tepat. Contoh: - di masa itu seharusnya - pada

masa itu - di waktu itu - pada waktu itu b. Penyusunan frasa yang salah struktur. Contoh: -

belajar sudah seharusnya - sudah belajar - habis sudah - sudah habis c. Penambahan yang dalam

frasa benda (B+S) Contoh: - guru yang profesional seharusnya - guru profesional - anak yang

saleh - anak saleh d. Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B) Contoh: -

gadis dari Bali seharusnya - gadis Bali - cerita tentang anak jalanan - cerita anak jalanan e.

Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr) Contoh: buku kepunyaan Ani

seharusnya menjadi buku Ani.

2. Kesalahan bidang klausa Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis,

khususnya segi klausa terjadi adanya penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya

dalam klausa aktif. Contoh: Rakyat mencintai akan pemimpin yang jujur. Seharusnya kalimat

tersebut menjadi rakyat mencintai pemimpin yang jujur.

3. Kesalahan bidang Kalimat Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya

dari segi kalimat antara lain sebagai berikut: a. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada

struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari

menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut

terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:

Amin pergi ke rumah Rudi. b. Penggunaan kalimat yang tidak logis. Contoh: Buku itu

membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena

Page 32: kesalahan

tidak mungkin bukumempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh

karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadiDalam buku itu dibahas tentang peningkatan

mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Atau Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan

mutu pendidikan diSekolah Dasar. c. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa

asing. Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam

membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya

bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari

penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia.

Contoh:Rumah di mana dia bermalam, dekat dari pasar. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi

rumah tempat dia bermalam, dekat dari pasar.

D. Kesalahan Leksikon Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:902), leksikon adalah

kosakata. Dengan demikian, kesalahan leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa

kata, pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam

bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna

atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan

bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang

semantik adalah seperti berikut: 1. Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek. Gejala hiperkorek

adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetulbetulkan lagi dan akhirnya menjadi salah.

Misalnya, Syaratdijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing

mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’. Contoh dalam kalimat: -

Kita harus mengikuti syarat itu. - Perahu itu sarat muatan. Syah dijadikan sah atau sebaliknya,

padahal kedua kata tersebut masingmasing mempunyai makna yang berbeda. Syah‘raja’

sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi, tidak dapat dipertukarkan penggunaannya. Contoh

dalam kalimat: - Tahun depan dia akan dinobatkan sebagai Syah di negeri seberang. - Dia belum

sah sebagai mahasiswa S1 di universitas itu. 2. Gejala Pleonasme Yang dimaksudkan gejalan

pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan. Contoh: - Lukisanmu

sangat indah sekali. Seharusnya:Lukisanmu sangat indah atau indah sekali. - Dia bekerja demi

untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.

Page 33: kesalahan