kerjasama pemerintah daerah dalam menjaga daerah aliran
TRANSCRIPT
1104 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran Sungai Brantas
Bersama Masyarakat Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Hodaifah, Tri Sulistyaningsih, Masduki
Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Kesadaran penduduk Kota Batu untuk menjaga Sungai Brantas masih rendah, padahal Pemerintah Daerah Kota
Batu memiliki Peraturan Daerah (PERDA) No 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun
2010-2030 dan PERDA No 16 Tahun 2011 tentang Perlindungan, Pelestraian dan Pengelolan Lingkungan
Hidup. Dari peraturan yang ada seharusnya cukup membantu akan keberadaan hutan yang menopang pengarian
DAS Brantas, akan tetapi sistematisasi pengelolaan SDA masih belum terkomunikasi dengan baik oleh
masyarakat sekitar.Kurangnya pemahaman serta kesadaran dalam kerjasama merupakan celah yang membuat
tujuan dalam melindungi dan melestarikan DAS Brantas tidak terwujud. Pentingnya menumbuhkan sikap
saling menjaga di kalangan masyarakat sangat dibutuhkan guna mengendalikan permasalaan yang terjadi di
DAS Brantas. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi peneliti yang tertuang dalam rumusan masalah pada
penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana Tindakan Pemerintah Daerah dalam upaya menanggulangi DAS Brantas ?
(2) Bagaiamana kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga
Sungai Brantas? (3) Bagaimana kehidupan sosial bermasyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga DAS
Brantas?Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif (Description Research). Daerah penelitian
dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penelitian
ini menggunakan catatan lapangan dan wawancara mendalam para informan yaitu pihak Pemerintah Daerah
dan masyarakat DAS Brantas. Data yang diperoleh akan dianialisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif
dan data diperiksa keabsahannya dengan triangulasi. Temuan hasil penelitian, kerjasama Pemerintah dan
Masyarakat Desa Sumber Brantas saat ini masih belum optimal, karena partisipasi masyarakat masih lemah,
hal ini membuat problematika yang terjadi di DAS Brantas berlarut-larut dalam penanganannya. Mayarakat
Desa Sumber Brantas tergolong sebagai masyarakat petani yang di kenal masih kental dengan gotong royong,
hal ini bisa dilihat dalam keseharian masyarakatnya sekaligus sebagai modal untuk menambah pemahaman
masyarakat akan pentingnya menjaga DAS Brantas bersama-sama.
Pendahuluan
Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk, kurangnya daerah serapan air dan makin bertambahnya
pemukiman disekitar aliran sungai, menyebabkan kondisi sungai mengalami banyak penurunan
dalam hal kualitas mutu air. Penurunan kualitas mutu air sungai juga diakibatkan oleh pola aktivitas
masyarakat sekitar aliran sungai. Kerusakan dan pencemaran air diantaranya terjadi akibat dari
penggunaan lahan serapan air yang dijadikan tempat tinggal sampai pada pembuangan sisa aktivitas
rumah tangga dan limbah sisa hasil industri ke sekitar atau kedalam aliran sungai.
Pemerintah Daerah Kota Batu sebenarnya juga memiliki Peraturan Daerah (PERDA) No 7
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010- 2030 dan PERDA No 16 Tahun
2011 tentang Perlindungan, Pelestraian dan Pengelolan Lingkungan Hidup. Dilain pihak Perum
Perhutani telah mengeluarkan suatu kerja sama dengan masyarakat, yaitu Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM). Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan
sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat
desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan
manfaat sumberdaya hutan di kawasan DAS Brantas yang optimal dan peningkatan (Index
Pembangunan Manusia) IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif. PHBM
dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek
ekonomi, ekologi dan sosial secara proporsional dan profesional. PHBM juga bertujuan untuk
meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang
berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan
sumberdaya hutan dengan model kemitraan (Keputusan Direksi Perum Perhutani No:
268/KPTS/DIR/2007).
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1105
Salahsatu praktek PHBM di Kota Batu ialah Sosialisasi Perlindungan dan Pengamanan
Hutan Terpadu (PPHT). Tetapi program ini belum berjalan optimal didaerah hulu DAS Brantas, oleh
sebab itu seharusnya pemerintah dan Perum Perhutani mampu memberi pengetahuan secara khusus
tentang jaringan ekosistem yang menjadi kesatuan antara hutan dan DAS Berantas. Salah satu
penghambatnya dari PHBM ialah kurangnya pemahaman masyarakat, sehingga masyarakat tidak
terkontrol dalam mengekploitasi hutan secara bebas, kemudian hal ini diperburuk dengan minimnya
pengetahuan terkait ekosistem lingkungan.
Pentingnya menjaga kelestarian sungai dengan kondisi yang terjadi saat ini mendorong
peneliti untuk mengetahui usaha lanjutan yang dilakukan pemerintah daerah dalam upaya
melestarian sungai Brantas. Baik tindakan langsung maupun sosialisasi terhadap masyarakat dan
kerjasama yang bertujuan dalam pelestarian DAS Brantas.
1. Rumusan Masalah a. Bagaimana Tindakan Pemerintah Daerah dalam upaya menanggulangi DAS Brantas ?
b. Bagaiamana kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa Sumber Brantas
dalam menjaga Sungai Brantas?
c. Bagaimana kehidupan sosial bermasyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga DAS
Brantas?
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui langkah Pemerintah Daerah dalam upaya menanggulangi DAS Brantas.
b. Untuk mengetahui Kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa Sumber
Brantas dalam menjaga Sungai Brantas.
c. Untuk mengetahui kehidupan sosial bermasyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga
DAS Brantas
3. Kajian Pustaka a. Kerjasama
Anita Lie (2005: 28) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan hal yang sangat penting
dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa adanya kerjasama tidak akan ada
keluarga, organisasi, khusunya tidak akan ada proses aktivitas dalam masyarakat. Sebagaimana
dikutip oleh Abdulsyani, Roucek dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti bersama-
sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling dasar. Biasanya
kerjasama melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang
merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Sebagaimana ungkaan
Santosa (1992: 29-30) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial di
mana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota kelompok yang
lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat
mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan.
Bila tipe interaksi ini berkembang di antara anggota masyarakat Desa Sumber Brantas
maka dapat diduga bahwa para masyarkat akan saling membantu, saling mendukung, saling
memberi/menerima, saling bergantung, dan saling menjaga satu sama lain, khususnya menjaga
lingkungan mereka DAS Brantas. Mereka akan berupaya untuk saling berkoordinasi dan saling
berkomunikasi dalam rangka menghindari kerusakan lingkungan. Pada umumnya, tipe interaksi
ini yang paling banyak dijumpai pada masyarakat pendesaan di Indonesia, karena masyarakat
pedesaan di Indonesia secara kultural dan historis memiliki jiwa gotong royong dan kerjasama.
b. Konsep Modal Sosial
Robert Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai institusi sosial yang
melibatkan jaringan atau network, norma-norma dan kepercayaan sosial yang mendorong
sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. Diperlukan adanya suatu ikatan sosial
(network) sosial yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktifitas
komunitas. intinya Putnam melihat modal sosial meliputi jaringan sosial, norma sosial, dan
kepercayaan. (Field, 2010 :51-52). Sedangkan Menurut Fukuyama modal sosial mengacu
kepada norma-norma informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang
1106 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
muncul dari prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian
tertentu dari masyarakat. Modal sosial dapat menfasilitasi ekspansi ekonomi ke tingkat yang
lebih besar bila didukung dengan radius kepercayaan yang meluas (Ahmadi, 2003: 6 ).
Modal sosial selalu tidak terlepas pada tiga elemen pokok yang ada pada modal sosial yang
mencakup (a) Kepercayaan (kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemurahan
hati); (b) Jaringan Sosial (parisipasi, resiprositas, solidaritas, kerjasama); (c) Norma (nilai-nilai
bersama, norma dan sanksi, aturan-aturan). Menurutnya ketiga elemen modal sosial di atas
berikut aspek-aspeknya pada hakikatnya adalah elemen-elemen yang ada atau seharusnya ada
dalam kehidupan sebuah kelompok sosial, apakah kelompok itu bernama komunitas,
masyarakat, suku bangsa, atau kategori lainnya atau dengan kata lain elemen-elemen modal
sosial tersebut merupakan pelumas yang melicinkan berputarnya mesin struktur sosial dengan
baik.
Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun
suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu dapat
bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta meminimalisasikan
kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang dapat bekerja sama dengan
mudah. Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari
warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang
relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya,
termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110).
d. Peran Modal Sosial dalam Kerjasama
Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya
relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan
yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan
modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (self-
reinforcing) (Putnam, 1993). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan,
melainkan semakin meningkat, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk
berasosiasi dengan orang lain (Coleman, 1988). Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai
bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya
memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur (Fukuyama, 1995).
Modal sosial adalah suatu hubungan sosial antarmanusia yang dapat digunakan untuk
mencapai suatu tujuan atau memperoleh suatu keuntungan, pengembangan modal sosial berdasar
pada pehaman konsep modal yang didalam pemikiran ekonomi awalnya dapat dipahami sebagai
akumulasi jumlah uang yang dapat diinvestasikan dengan harapan akan memperoleh hasil yang
menguntungkan dimsa yang akan datang (Field, 2011: 10). Modal sosial, sama seperti modal
lainnya, juga dapat dipandang sebagai invesatasi yang dapat digunakan untuk memperoleh
keuntungan.
Menurut Fukuyama (2002:22) modal sosial dapat diartikan sebagai norma informal yang
dapat mendorong pada terbentuknya suatu kerjasama antar individu. Dalam definisi ini, menurut
Fukuyama, kepercayaan, jaringan dan kelompok masyarakat merupakan hasil dari modal sosial
dan bukan merupakan modal sosial itu sendiri. Sedangkan norma yang dimaksud sebagai modal
sosial yang dapat mendorong pada pembentukan kerja sama diantaranya seperti kejujuran,
menjaga komitmen, kemampuan menjalankan tugas dengan handal, norma timbal balik, dan lain
sebagainya, adapun menurut Cohen dan Prusak L. (2001), modal sosial adalah sebagai setiap
hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual
understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk
membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian
Kualitatif deskriptif. Penelitian ini memfokuskan pada pengamatan dan analisis dari sikap dan
perilaku masyarakat Desa Sumber Brantas. Jenis penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1107
Dalam penelitian ini penulis berusaha mengumpulkan data selengkap- lengkapnya secara
menyeluruh dan integral untuk dapat memberikan gambaran secara jelas dari tindakan pemerintah
bersama masyarakat terkait pelestarian DAS Brantas.
Menurut Spreadley dan Faisal (1990), agar memperoleh informasi yang lebih terbukti, terdapat
beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan antara lain : (1) Subyek yang lama dan intensif dengan
suatu kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitiaN, (2) Subyek yang masih
terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian
penelitian, (3) Subyek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan kesempatan
untuk dimintai keterangan, (4) Subyek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat
perlakuan yang mengetahui kejadian tersebut.
Kriteria yang ditentukan oleh penulis dalam menentukan informan berdasarkan pertimbangan
di atas, yaitu: (1)Bekerja atau beraktivitas di dalam lingkungan institusi yang menjadi objek
penelitian, seperti Perum Perhutani, RPH Batu (PHBM), Dinas Kehutanan dan Pertanian Kota Batu,
Kantor Lingkungan Hidup Kota Batu, Jasa Tirta Kota Malang dan Masyarakat Desa Sumber
Brantas. (2) Bekerja atau beraktivitas di dalam lembaga Perangkat Desa untuk mengetahui program
yang sudah bejalan dari pemerintah, (3) Memahami kehidupam sosial Masyarakat Desa Sumber
Brantas.
Untuk memahami sejumlah data penelitian yang telah diperoleh, maka perlu dilakukan
pengolahan terhadap data-data yang telah didapat. Bogdan (Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan.
Sedangkan Creswell (Herdiansyah, 2010) mengemukakan beberapa poin penting yang perlu
diperhatikan dalam melakukan analisis data kualitatif, antara lain: (1) Analisis data kualitatif dapat
dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, dan penulisan naratif lainnya. (2)
pastikan bahwa proses analisis data kualitatif yang telah dilakukan berdasarkan pada proses reduksi
data dan interpretasi. (3) Ubah data hasil reduksi ke dalam bentuk matriks. (4) Identifikasi prosedur
pengodean (coding) digunakan dalam mereduksi informasi ke dalam tema-tema atau kategori-
kategori yang ada. (5) Hasil analisis data yang telah melewati prosedur reduksi yang telah diubah
menjadi bentuk matriks yang telah diberi kode (coding), selanjutnya disesuaikan dengan model
kualitatif yang dipilih.
Pembahasan
1. Pembinaan Masyarakat
Daerah Aliran Sungai merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem dimana manusia termasuk
didalamnya mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai bagian dari komponen ekosistem DAS Brantas
dan fungsi dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Kerusakan DAS Brantas dapat disebabkan oleh
aktivitas manusia dan atau oleh bencana alam. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS Brantas
perlu melibatkan peran serta aktif masyarakat, sehingga tercapai manfaat yang maksimal dan
berkesinambungan. Oleh karena itu sasaran pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan
sumberdaya alam mencakup:
a. Penyuluhan/pendidikan dan pembinaan untuk meningkatkan persepsi dan kemampuan
mengelola lingkungan;
b. Mengurangi laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk;
c. Meningkatkan pendapatan penduduk;
d. Menciptakan lapangan kerja di luar sektor pertanian
e. Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan gizi, peningkatan prasarana
kesehatan
f. Mengembangkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat
2. Pengelolaan DAS BrantasTerpadu
1108 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Kegiatan pengelolaan DAS meliputi 4 kegiatan, antara lain: (a) Pengelolaan hutan (vegetasi),
(b) Pengelolaan lahan, (c) Pengelolaan air, (d) Pembinaan aktivitas manusia dalam memanfaatkan
sumberdaya alam yang tersedia.
a. Pengelolaan Hutan
Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya,
maupun ekologi. Hutan mempunyai fungsi yang beraneka ragam, antara lain sebagai penghasil
kayu, sebagai pelindung lingkungan yang berfungsi mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah,
mencegah erosi dan lain-lain. Namun demikian sejalan dengan pertambahan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi, teknologi terhadap sumberdaya hutan semakin meningkat. Untuk mengatasi
masalah tersebut, maka perlu dilakukan strategi pengelolaan hutan tidak saja dalam hal pemanfaatan
hutan, kelembagaan, aspek hukum dan aturan yang mendukung upaya pengelolaan hutan secara
berkelanjutan. Di dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan, sumberdaya hutan harus dilihat
dari perspektif baru tidak saja merupakan sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi yang
multiguna tetapi harus berubah, dari tree management ke ecosystem management. Pada prinsipnya
pengelolaan hutan harus dapat dilaksanakan secara maksimal dengan berlandaskan asas kelestarian.
Sasaran pengelolaan hutan terutama ditujukan untuk melestarikan fungsi hutan (vegetasi) , (1) hutan
sebagai sumber plasma nutfah; (2) hutan sebagai sumber produksi kayu; (3) hutan sebagai fungsi
hidro-orologis; (4) hutan sebagai pengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta; (5)
hutan sebagai pengontrol pencemar-an; (6) melindungi iklim dan memberi pengaruh yang baik; (7)
memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk alam, suaka margasatwa,
taman perburuhan dan taman wisata. Oleh karena itu sasaran pengelolaan hutan, anatara lain: (a)
meningkatkan keanekaragaman jenis; (b) reboisasi dan penghijauan pada lahan-lahan kritis; (c)
pemilihan jenis untuk meningkatkan nilai ekonomi dan nilai ekologis dari vegetasi/tanaman; (d)
pengaturan dan meningkatkan teknik penebangan; (e) meningkatkan proses produksi hasil hutan.
b. Pengelolaan Lahan
Meningkatnya kebutuhan tanah untuk keperluan pembangunan telah meningkatkan tekanan
terhadap sumberdaya tanah. Selain itu pengembangan sumberdaya tanah juga menghadapi masalah
ketidakserasian antar berbagai kepentingan dan berbagai sektor ekonomi yang pada gilirannya akan
menjadi counter productive antara satu dengan lainnya Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu
disusun suatu strategi dalam perencanaan sumberdaya tanah yang efisien, berkeadilan dan
berkelanjutan guna men-cegah dampak negatif dari kegiatan yang dilakukan. Pengelolaan lahan
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan/tanah yang tinggi dan dibarengi dengan usaha
menjaga kelestarian kualitas lahan. DAS sebagai sistem lahan pada dasarnya berkemampuan untuk
digunakan memenuhi berbagai kepentingan.
c. Pengelolaan Sumberdaya Air
Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang ketersediaanya dirasakan semakin terbatas.
Untuk menghindari hal tersebut strategi pengelolaan sumberdaya air harus diarahkan untuk
perlindungan dan pelestaran sumberdaya air dan merubah kebiasaan masyarakat yang menganggap
air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas. Selain itu, dalam pengelolaan sumberdaya air, perlu
dilakukan berbagai tindakan yang meliputi efisiensi dan distribusi sumberdaya air yang memadai
sesuai dengan kebutuhan. Sasaran pengelolaan air dalam pengelolaan DAS mencakup; (1) menjaga
kelestarian air (meningkatkan ketersediaan air, mengurangi kisaran aliran maksimum dan minimum,
mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas air). (2) mengelola pemanfaatan sumberdaya
air untuk berbagai kepentingan (air minum, irigasi, industri, rekreasi, perikanan.
Kesimpulan Pengelolaan DAS Brantas harus dilakukan secara bersama anatara Pemerintah Daerah dengan
masyarakat, melalui satu sistem yang dapat memberikan :
1. Produktivitas lahan yang tinggi
2. Kelestarian DAS Brantas
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan pada
umumnya karena diakibatkan ulah manusia yang dalam pemanfaatan sumberdaya alam
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1109
tersebut tidak dilakukan secara arief dengan mendasarkan kaedah konservasi sumberdaya
alam.
4. Pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi, terutama dalam membina
masyarakat
5. Dalam pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS terpadu dengan memperhatikan
kejelasan keterkaitan antar sektor terkait, pada tingkat lokal, regional dan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003)
[2] Anonim. Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Agenda 21 Indonesia,
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, (Jakarta, 1997)
[3] Anonim. Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam
Pembangunan Jangka Panjang Kedua (1994/1995 – 2019/2020). Kantor Menteri Lingkungan
Hidup. (Jakarta, 1998).
[4] Field, Jhon. Modal Sosial (Bantul : Kreasi Kencana, 2010)
[5] Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif “Dasar-dasar dan Aplikasi (Malang : YA3 Malang,
1990)
[6] Fukuyama, Francis, 2002:. The Great Disruption, Human Nature and The Reconstitutions of
Social Order, New York, Touchstone.
[7] Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta :
Salemba Humanika, 2010)
[8] Lie, Anita. Cooperative Learning (Jakarta:Grasindo, 2005)
[9] Putnam, Robert The Prosperous Community, Social Capital and Public Life, Journal The
American Prospec (1993)
[10] Santoso, Slamet. Dinamika Kelompok (Jakarta:Bumi Aksara, 1992)
[11] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif dan R&D”
(Bandung : Alfabeta, 2010).