kerangka acuan penyehatan lingkungan

15
KERANGKA ACUAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA A. PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan instansi pelayanan kesehatan untuk pelayanan umum. Karena itu maka rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang yang sakit maupun orang yang yang sehat. Dengan kondisi demikian sangat mungkin di rumah sakit terjadi pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penyebab penularan penyakit. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka lingkungan maupun prasarana RS. PKU Muhammadiyah Surakarta perlu dipelihara dengan baik, sesuai dengan persyaratan dan petunjuk teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Penyelenggaraan penyehatan lingkungan RS. PKU Muhammadiyah Surakarta yang memenuhi persyaratan sanitasi agar menjamin pencegahan infeksi nosokomial dan membantu proses pengobatan serta penyembuhan pasien/penderita. 2. Tujuan Khusus a. Terlaksananya kesehatan lingkungan ruang dan bangunan serta fasilitas sanitasi rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/1992. b. Diperolehnya tingkat pemeliharaan aspek kesehatan lingkungan rumah sakit secara optimal. c. Terawasi berbagai aspek khusus sanitasi rumah sakit. d. Terselenggaranya proses desinfeksi, dekontaminasi dan sterilisasi berbagai bahan, alat, makanan atau air untuk keperluan proses penyembuhan. e. Terawasinya sanitasi bahan-bahan berbahaya termasuk radioaktif. f. Terselenggaranya sanitasi akibat adanya kegiatan pengunjung/penunggu rumah sakit. C. KEGIATAN 1

Upload: heri-sulasiono

Post on 25-Nov-2015

399 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

KERANGKA ACUAN PENYEHATAN LINGKUNGANRS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTAA. PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan instansi pelayanan kesehatan untuk pelayanan umum. Karena itu maka rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang yang sakit maupun orang yang yang sehat. Dengan kondisi demikian sangat mungkin di rumah sakit terjadi pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penyebab penularan penyakit. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka lingkungan maupun prasarana RS. PKU Muhammadiyah Surakarta perlu dipelihara dengan baik, sesuai dengan persyaratan dan petunjuk teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI.B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Penyelenggaraan penyehatan lingkungan RS. PKU Muhammadiyah Surakarta yang memenuhi persyaratan sanitasi agar menjamin pencegahan infeksi nosokomial dan membantu proses pengobatan serta penyembuhan pasien/penderita.2. Tujuan Khusus

a. Terlaksananya kesehatan lingkungan ruang dan bangunan serta fasilitas sanitasi rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/1992.

b. Diperolehnya tingkat pemeliharaan aspek kesehatan lingkungan rumah sakit secara optimal.

c. Terawasi berbagai aspek khusus sanitasi rumah sakit.

d. Terselenggaranya proses desinfeksi, dekontaminasi dan sterilisasi berbagai bahan, alat, makanan atau air untuk keperluan proses penyembuhan.

e. Terawasinya sanitasi bahan-bahan berbahaya termasuk radioaktif.

f. Terselenggaranya sanitasi akibat adanya kegiatan pengunjung/penunggu rumah sakit.

C. KEGIATAN

1. PENYEHATAN RUANG DAN BANGUNAN TERMASUK PENCAHAYAAN, PENGHAWAAN DAN KEBISINGAN

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan Kegiatan pembersihan ruang dilakukan pada pagi dan sore hari

Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, setelah jam makan, setelah jam kinjungan dokter, setelah kunungan keluarga dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.

Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.

Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pel yang memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang tepat.

Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.

Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan bergerak menuju ke arah luar.

Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua perabotan ruangan seperti meja, kursi, tempat tidur dan lain-lain harus diangkat/digeser agar pembersihan lantai sempurna.

Pembersihan dinding dilakukan secara periodic minimal 2 X setahun dan dicat ulang 1 X setahun.

Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera diberishkan dengan menggunakan antiseptic.

b. Pencahayaan

Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan peruntukannya.

Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan penyinaran yang optimum dan sering dibersihkan.

Bola lampu yang tidak berfungsi segera diganti.

Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya untuk menjamin keamanan.

c. Penghawaan

Untuk penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan system silang (cross ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.

Penghawaan ruang operasi harus dijagaa agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan lain dan menggunakan cara mekanis (air conditioner).

Untuk penghawaan mekanis dengan menggunakan exhouse fan, dipasang pada ketinggian minimal 2.00 di atas lantai atau minimal 0,20 dari langit-langit.

Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 4 X / bulan supaya desinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorsinol, trietylin glikol) atau disaring dengan electron presipitator atau menggunakan penyinaran ultraviolet.

Untuk memantau kualitas udara ruang minimal 2X / tahun dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu dan gas).

d. Kebisingan

Pengaturan kebisingan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kantor dan ruangan terhindar dari kebisingan.2. PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

a. Bahan makanan dan minuman jadi.

Bahan makanan dan minuman jadi yang berasal dari instalasi gizi harus diperiksa secara fisik, dan secara periodic minimal 1 x / bulan, diambil sampel untuk informasi secara laboratorium sehingga tidak membahayakan kesehatan.

Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.

Apabila menggunakan bahan makanan tambahan (bahan pengawt, pemanis buatan dll) harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Penyimpanan bahan makanan dan minuman jadi.

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.

Bahan makanan dan minuman jadi disimpan pada tempat yang terpisah.

Makanan yang mudah busuk disimpan dalam suhu panas >56,5oC atau dalam suhu dingin 100o C

5) Sampah umum (domestic) dibuang kek tempat pembuangan sampah akhir yang ditetapkan oleh Pemkot Surakarta.

6) Sampah Farmasi dikembalikan pada distributor dan apabila tidak memungkinakan supaya dimusnahkan melalui incinerator dengan suhu >100o C.

7) Pengangkutan sampah dari ruang / unit kerja ke tempat pengumpulan sampah sementara dan ke tempat pembuangan sampah akhir dilaksanakan dengan menggunakan alat pengangkut khusus melalui jalur yang sudah ditetapkan.

8) Tempat pengumpulan sampah dan tempat penampungan sampah sementara segera dibersihkan / di desinfeksi setelah dikosongkan.

9) Sampah bahan kimia berbahaya, bila mungkin dan ekonomis di daur ulang, bila tidak supaya pembuangannya berkonsultasi terlebih dahulu dengan instansi berwenang.5. PENYEHATAN TEMPAT PENCUCIAN UMUM

a. Pengertian

Tempat pencucian umum adalah tempat yang dilengkapi dengan sarana pencucian untuk mencuci alat-alat / perlengkapan untuk penunjang medis.

Loundry adalah tempat dan sarana pencucian lenen.

b. Tata cara pelaksanaan.

1) Lokasi tempat pencucian umum / laundry yang ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh unit kerja dan jauh dari ruang pasien dan tidak berada di jalan lintas.

2) Lantai harus terbuat dari beton / plester yang kuat, rata dan tidak licin dengan kemiringan memadai (2-3 %).

3) Harus disediakan saluran pembuangan air kotor system tertutup dengan ukuran bahan dan kemiringan yang memadai (2-3%).4) Disediakan kran air bersih dengan kualitas dan tekanan yang memadai. Untuk laundry perlu disediakan juga air panas (steam) untuk keperluan desinfeksi. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran pembuangan air kotor.5) Perlu disediakan ruang dan sarana pengering untuk alat-alat yang habis dicuci.6) Tempat cuci harus selalu dijaga kebersihannya.7) Bangunan laundry perlu disediakan ventilasi dan pencahayaan minimal 200 lux.8) Pada laundry disediakan ruang-ruang terpisah sesuai dengan kegunaannya.

Ruang linen kotor, ruang linen bersih.

Gudang kereta linen

Kamar mandi di wc tersendiri untuk petugas pencucian umum

Ruang cuci hendaknya dilengkapi dengan alat cuci yang mampu bekerja 1 hari habis.

Gudang untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan Gudang untuk menyimpan perlengkapan cuci9) Ruang-ruang diatur penempatannya sehingga perjalanan linen kotor sampai menjadi linen bersih terhindar dari kontaminasi silang.10) Disediakan mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen berbeda yang dipergunakan rumah sakit.11) Disediakan tempat cuci tangan petugas untuk mencegah kontaminasi linen bersih.12) Dalam melakukan proses pencucian harus dihindarkan dari tumpahan air.13) Bak-bak air yang ada harus selalu dibersihkan, untuk mencegah perindukan serangga minimal 1 minggu sekali.

6. PERLINDUNGAN RADIASI

a. Tata cara perlindungan radiasi

1) Umum

Tindakan pencegahan radiasi mencakup upaya pemindahan dan pengamanan bahan yang memancarkan radiasi, mengamankan pekerja yang bekerja dengan radiasi

Instalasi dengan gedung ditempatkan pada lokasi yang jauh dari tempat-tempat yang mudah terbakar yang tidak dihuni / dipgunakan banyak orang dan jauh dari tempat penyimpanan film.

Pelindung radiasi yang disediakan harus mempunyai ketebalan tertentu yang mampu menurunkan laju dosis radiasi. Tebal bahan pelindung mengikuti jenis dan energy radiasi, aktifitas dan dimensi sumber dan sifat bahan pelindung.2) Pengawasan Kontaminasi Udara

Selalu diusahakan agar memenuhi ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.

3) Pemantauan Perorangan. Selalu dilakukan pemantauan perorangan (minimal 1 bulan 1 kali) untuk melihat tingkat paparan yang diterima oleh pekerja. Tingkat paparan radiasi harus diusahakan selalu dibawah NAB.

Alat pemantau perorangan tidak membatasi tingkat pemaparan pada bagian tubuh yang lain. Maka dalam keadaan tertentu perlu dipergunakan dosimeter tambahan (missal dosimeter cincin).

Alat pemantauan perorangan dipilih sesuai denga jenis energy dan arah radiasi.

Dalam pekerjaan yang memungkinkan diterima paparan yang lebih besar dari 3/10 NAB, semua pekerja menggunakan alat pemantau perorangan.

Walau pemaparan yang diterima kurang dari 3/10 NAB, ada baiknya 1 atau 2 orang memakai alat pemantauan untuk meyakinkan bahwa pekerja tidak menerima paparan yang melebihi ketentuan.

4) Pemantauan Tempat Kerja

Pada saat pemasangan pesawat radiasi, ukuran bentuk dan intensitas radiasi dapat diketahui. Karena itu dapat ditentukan daerah yang menerima atau yang bebas radiasi. Hal ini dapat member petunjuk kuantitatif tentang paparan radiasi yang diterima dan beberapa lama pekerja dapat berada di tempat itu. Dari pemantauan tersebut akan diketahui pula apakah dinding pelindung radiasi sudah memadai.b. Teknik dan alat pemantau perorangan

1) Alat pemantau perorangan harus mampu mengatur bermacam-macam dosis dan laju dosis, cara penggunaannya harus sederhana, tahan banting, tahan cuaca dan harus dikenakan pada jam kerja.

2) Beberapa alat yang digunakan ; film badge dapat digunakan untuk pemantauan paparan yang diterima oleh pekerja yang tugasnya berbeda-beda.c. Pelayanan pemantauan

1) Pelayanan pemantauan menjadi tanggung jawab dan wewenang BATAN, beberapa pemeriksaan tekah didelegasikan ke Depkes melalui SKB No. 525/Menkes/SKBNIII/89 dan No. PN.01/01/94/DJ/89 tanggal 1 Agustus 1989.

2) Kegiatan pemantauan (mengatur pengiriman, penerimaan, penyiapan, distribusi, pencatatan dll) dilaksanakan oleh petugas proteksi radiasi di rumah sakit yang bersangkutan.

3) Pengirimasn dosimeter dari rumah sakit ke BATAN harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesinambungan pemantauan.

4) Catatan hasil pemantauan menggunakan formulir yang telah ditetapkan dan disimpan selama pekerja dbertugas di rumah sakit dan harus mengikuti di mana petugas itu bekerja. Catatan disimpan minimal selama 30 tahun.

5) Film yang belum dipergunakan disimpan pada suhu 6-10o C dan kelembaban 40 60 % karena suhu dan kelembaban dapat mereduksi Perak Bromida pada film yang dapat mengganggu pembacaan film.d. Evaluasi dosis radiasi.1) Pengawasan atau pemeriksaanmendalam terutama bila dosis pemaparan lebih dari 1 ml/kg (100 rem)/mg/4ml/kg (400 rem)/bin.2) Studi tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi pesawat radiasi, perlindungan radiasi yang dilakukan, kelainan petugas atau gabungan ketiganya.

3) Petugas proteksi melakukan pengawasan terutama dalam hal kedisiplinan petugas radiasi.

4) Hasil studi tersebut dicantumkan pada kartu catatan petugas yang disimpan selama 30 tahun.

e. Perlengkapan darurat

Bila terjadi kecelakaan secara umum harus disiapkan serta dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Monitor perorangan.

2) Survey meter.

3) Alat untuk mengangkut.

4) Pakaian kerja.

5) Dekontaminasi kit.

6) Alat pemeriksaan tanda-tanda radiasi.

f. Tindakan darurat.Bila terjadi kecelakaan secara umum harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Daerah tempat kejadian harus diisolasi, misalnya dengan rintangan / pagar / tanda-tanda agar tidak ada orang yang mendekati daerah tersebut.

2) Bila ada orang yang berkontaminasi harus segera dekontaminasi dan dilakukan tindakan lanjut. Demikian pula bila ada orang yang diduga menerima dosis lebih, harus diamankan.

3) Bila alat pengangkut, bangunan atau suatu daerah, terkontaminasi segera dipisah-pisahkan atau diisolasi dena kemudian didekontaminasikan.

4) Badan yang berwenang segera diberi laporan.7. STERILISASI/DESINFEKTAN

a. Pengertian

1) Sterilisasi /desinfeksi adalah setiap upaya untuk menghapus, hamakan atau membebaskan suatu obyek dari kontaminasi microorganism pathogen.

2) Indikasi kuat untuk tindakan sterilisasi / desinfeksi :

Semua peralatan kedokteran klini atau peralatan asuhan / perawatan pasien yang dimasukkan ke dalam jaringan, system vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu steril sebelum digunakan

Seluruh peralatan yang menyentuh selaput lendiir seperti endoscopy, pipap endotracheal disterilkan / diesinfeksi dahulu sebelum digunakan. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi selalu disterilkan sebelum dipergunakan.

b. Tata cara pelaksanaan

1) Semua benda atau alat yang akan disterilkan / desinfeksi terlebih dahulu dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organic (darah dan jaringan) dan sisa-sisa bahan lainnya.

2) Sterilisasi mempergunakan alat sterilisasi uap (autoclave) yakni dipanasi dengan uap dibawah suatu tekanan tertentu, temperature dapat mencapai 132o C.

3) Sterilisasi kilat (132o C selama 3 menit pada grafity displacement steam sterilizer) tidak dianjurkan untuk implant.

4) Setiap alat yang berubah kodnsi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau desinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh Karena itu, hindari proses ulang yang dapat mengakibatkan keadaan toksin atau mengganggu keamanan dan efektifitas peralatan.

5) Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang disterillisasinya diragukan seperti kemasannya rusak atau berlobang, bahannya sudah robek, basah dan lain sebagainya.

6) Penyimpanan perlatan yang telah disterilkan ditempatkan pada tempat (lemari khusus) setelah dikemas, dalam kemasan yang steril pula, demikia pula pendistribusian harus menggunakan kereta dorong dan container khusus.7) Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 X dalam 1 tahun.

8) Prosedur cuci tangan :

Cuci tangan untuk keperluan rutin

Gunakan air bersih yang mengalir.

Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan

Gosok secar intensif pada setiap permukaan tangan minimal 10 detik dengan sabun biasa.

Cuci tangan untuk keperluan khusus:

Dengan sabunu biasa

Dengan sabun dan antiseptic sebelum dan sesudah memberikan asuhan langsung kepada pasien.

Dengan antiseptic yang tidak memerlukan air untuk pembilasan, dapat dipergunakan tempat yang tidak ada tepat cuci tangan.8. TATA CARA PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

a. Cara fisikKonstruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa sehingga tidak memberikan kemungkinan berkembangbiaknya serangga dan tikus, antara lain setiap lubang pada bangunan dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.

Menjaga kebersihan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah maupun sisa makanan yang dapat menjadi sarana berkembangbiaknya serangga dan tikus.

Setiap sarana penampungan air dibersihkan atau tikuras sekurang-kurangnya 1 minggu sekali untuk mencegah berkembangnya nyamuk aedes aegypty.

b. Cara kimia

Pengendalian serangga dan tikus dengan menggunakan pestisida harus dilakukan dengan hati-hati (pergunakan pestisida yang tingkat toxisitasnya rendah) tidak persisten dan penggunaan alat pelindung bagi operator.Pada ruangan khusus dan keadaan tertentu bila perlu dapat dilakukan fumigasi atau fooging.

Dengan mempergunakan bahan pestisida yang berbentuk umpan (bait).

c. Cara lainDapat digunakan alat perangkap tikus dan serangga.

D. ORGANISASI

Bagan Struktur Organisasi UPT Kesehatan Lingkungan di RS. PKU Muhammadiyah Surakarta dan uraian kerja terlampir.

E. JADWAL

Jadwal pelaksanaan penyehatan lingkungan RS. PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2009 terlampir.

F. ANGGARAN

Anggaran untuk penyehatan lingkungan di RS. PKU Muhammadiyah Surakarta menggunakan anggaran rutin dan non rutin.

G. EVALUASI

pelaporan pelaksanaan kegiatan dan biaya penyehatan lingkungan RS. PKU Muhammadiyah Surakarta setiap akhir bulan ke Direktur.

Evaluasi pelaksanaan program dilaksanakan tiap akhir tahun anggaran.

H. PENUTUP

Dengan adanya program penyehatan lingkungan di RS. PKU Muhammadiyah Surakarta dapat sebagai pedoman untuk mengelola kesehatan lingkungan sesuai dengan persyaratan dan petunjuk teknis tata cara penyehatan lingkungan yang benar. Dengan demikian akan memberikan kontribusi positif dalam pencegahan terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya di RS. PKU Muhammadiyah Surakarta dalam mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Penyusunan program penyehatan lingkungan ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan dan kemajuan RS. PKU Muhammadiyah Surakarta sangat kami harapkan.

Surakarta, Oktober 2009

Panitia Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana

RS. PKU Muhammadiyah Surakarta

Ketua,

Dr. Tinton Budi Setyanto.

1