keracunan sianida.docx

14
TOKSIKOLOGI 1 Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal. Racun Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secra kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksisk akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Penggolongan Berdasarkan sumber, dapat dibagi menjadi racu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan: opium (dari papaver somniferum), kokain, kurare, aflatoksin (dari aspergilus niger), berasal dari hewan: bisa/ toksin ular/laba-laba/ hewan laut, mineral: arsen, timah hitam atau sintetik: heroin, morfin. Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi racun yang terdapat di alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga; misalnya deterjen, desinfektan, insektisida, pembersih (cleaners). Racun yang digunakan dalam pertanian, misalnya insektisida, herbisida, pestisida. Racun yang digunakan dalam industri dan laboratorium, misalnya asam dan basa kuat, logam berat. Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya CN dalam singkong, toksin botulibus, bahan pengawet, zat aditif serta ‘racun’ dalam bentuk obat, misalnya hipnotik, sedatif, dll.

Upload: hero

Post on 10-Apr-2016

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

keracunan yang disebabkan oleh sianida

TRANSCRIPT

Page 1: Keracunan Sianida.docx

TOKSIKOLOGI1

Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-

gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban yang

meninggal.

Racun

Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secra kimiawi dan fisiologik yang dalam

dosis toksisk akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.

Penggolongan

Berdasarkan sumber, dapat dibagi menjadi racu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan:

opium (dari papaver somniferum), kokain, kurare, aflatoksin (dari aspergilus niger), berasal

dari hewan: bisa/ toksin ular/laba-laba/ hewan laut, mineral: arsen, timah hitam atau sintetik:

heroin, morfin.

Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi racun yang terdapat di

alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga; misalnya

deterjen, desinfektan, insektisida, pembersih (cleaners). Racun yang digunakan dalam

pertanian, misalnya insektisida, herbisida, pestisida. Racun yang digunakan dalam industri

dan laboratorium, misalnya asam dan basa kuat, logam berat. Racun yang terdapat dalam

makanan, misalnya CN dalam singkong, toksin botulibus, bahan pengawet, zat aditif serta

‘racun’ dalam bentuk obat, misalnya hipnotik, sedatif, dll.

Dapat pula pembaian racun berdasrkan organ tubuh yang dipengaruhi, misalnya racun

yang bersifat hepatotoksik, nefrotoksik.

Berdasarkan mekanisme kerja, dikenal racun yang mengikat gugus sulfhidil (-SH)

misanya Pb, yang berpengaruh pada ATP-aseyang membentuk methemoglobin misalnya

nitrat dan nitrit. (Nitrat dalam usus oleh flora usus diubah menjadi nitrit).

Faktor yang mempengaruhi keracunan

Pelbagai faktor mempengaruhi terjadinya keracunan.

Page 2: Keracunan Sianida.docx

Cara masuk. Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi.

Cara masuk lain, berturut-turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan,

peroral dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.

Umur. Keculai untuk beberapa jenis racun tertentu, orang tua dan anak-anak lebih

sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih rentan terhadap obat karena eksresi

melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup

Kondisi tubuh. Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami

keracunan. Pada penderita demam dan penyakit lambung, absorbsi dapat terjadi dengan

lambat. Bentuk fisik dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.

Kebiasaan sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin, sebab dapat

terjadi toleransi, tetapi toleransi tidak dapat menetap, jika pada suatu ketika dihentikan, maka

toleransi akan menurun lagi.

Idiosinkrasi dan alergi pada vitamin E, penisilin, streptomisin dan prokain.

Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin

cepat (kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada racun yang bekerja secara loka,

misalnya sama sulfat. Struktur kim, misalnya calomel (Hg2Cl2) jarang menimbulakna

keracunan sedangkan Hg sendiri dapat menyebabkan kematian. Morfin dan nalorfin yang

mempunyai struktur kiam hampir sama merupakan antagonis. Terjadi addisi antara alkohol

dan barbiturat atau alkohol dan morfin. Dapat pula terjadi sinergisme yang seperti addisi,

tetapi lebih kuat. Addisi dan sinergisme sangat penting dalam maslah medikolegal.

Waktu pemberian. Untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan, absorbsi

terjadi lebih baik sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk waktu lama

(kronik) atau waktu singkat/ sesaat.

Keracunan Karbon Monoksida2

Keracunan gas karbonmonoksida masih ditemukan. Pada korban yang mati dalam

waktu singkat setelah keracunan, pada pemeriksaan luar dapat ditemukan lebam mayat yang

berwarna merah terang. Warna merah terang lebam mayat disebabkan oleh kadar CO-Hb

dalam darah yang melebihi angka 20-30 % saturasi. Pada pemeriksaan mayat selanjutnya

biasanya tidak terdapat gambaran yang khas. Pemastian sebab kematian adalah dengan

menemukan CO-Hb dalam kadar tinggi pada darah yang dapat dilakukan dengan

Page 3: Keracunan Sianida.docx

pemeriksaan labortorium sederhana dengan cara pengenceran alkali atau percobaab dengan

formalin.

Pada korban keracunan karbonmonoksida yang sempat mendapat pertolongan dan

baru beberapa saat (hari) kemudian meninggal, kadar CO-Hb dalam darah sudah merendah

kembali, dan lebam mayat tidak akan berwarna merah terang. Mekanisme kematian pada

kasus ini biasanya adalah gangguan anoksi jaringan otak yang pada pemeriksaan mayat

dapat ditemukan sebagai bintik oerdarahan pada substansi putih otak atau gambaran infark

atau encephalo malacia yang simetrik. Dalam hal demikian, diagnosis kematian akibat

keracunan gas CO ditegakkan dengan bantuan hasil pemeriksaan di TKP atau gambaran

klinik saat korban baru dirawat.

Keracunan Sianida1

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, karena garam sianida dalam

takaran kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti

bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa tokoh nazi.

Kematian akibat keracunan CN umumnya terjadi pada kasus bunuh diri dan

pembunuhan. Tetapi mungkin pula terjadi akibat kecelakaan di laboratorium, pada

penyemprotan (fumigasi) dalam pertanian dan penyemprotan di gudang-gudang kapal.

Sumber

Hidrogen sianida (asam sianida, HCN) merupakan cairan jernih yg bersifat asa, larut

dalam air, alkohol dan eter; mempunyai titik didih 26,5 derajat C sehingga mudah menguap

dalam suhu ruangan dan titik beku 14 derajat C. HCN dipakai dalam sintesis kimia dan

fumigasi gudang-gudang kapal untuk membunuh tikus. HCN dapat dibuat dengan jalan

mereaksikan garam sianida dengan asam sehingga akan terbentuk HCN.

Garam sianida, NaCN dan KCN dipakai dalam proses pengerasan besi dan baja,

dalam proses penyepuhan emas dan perak serta dalam fotografi. AgCN diguanakan dalam

pembuatan semir sepatu putih. K-Ferosianida digunakan dalam bidang fotografi,

Acrylonitrile digunakan untuk sintesis karet. Ca-Cyanimide untuk pupuk penyubur.

Cyanogen (C2N2) dipakai dalam sintesis kimiawi. Sianida juga didapat dari biji

tumbuh-tumbuhan terutama biji-bijian dari geus prunus yang mengandung glikosida

Page 4: Keracunan Sianida.docx

sianogenetik atau amigdalin; seperti singkong liar, umbi-umbian liar, temulawak, cherry liar,

plum, aprikot, amigdalin liar, jetberry bush, dll.

Farmakokinetik

Garam sianida cepat diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Cyanogen dan uap HCN

diabsobsi melalui pernafasan. HCN cair akan cepat diabsobsi melalui kulit tetapi gas HCN

lambat. Sedangkan nitrit organik (iminodipropilnitrit, glikonitrit, asetonitrit) cepat diserap

melalui kulit

Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit. Setelah

diabsorbsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak dapat berikatan

dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk sian-

methemoglobin. Sianida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh

jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme dari

oksigen yang dibawa oleh darah.

Selain itu sianida juga secra refleks merangsang pernafasang dengan bekerja pada

ujung saraf sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga pernafasan bertambah cepat dan

menyebabkan gas racun yang diinhalasi makin banyak.

Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi-

Hb tidak dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan

(anoksia histotoksik). Hal ini merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal

akibat hipoksia tetapi dalam darahnya kaya akan oksigen.

Sianida dioksidasi dalam tubuh menjadi sianat dan sulfosianat dan dikeluarkan dari

tubuh melalui urin.

Takaran toksik peroral untuk HCN adalah 60-90 mg sedangkan takaran toksik untuk

KCN atau NaCN adalah 200 mg.

Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama inhalasi akan menentukan

kecepatan timbul gejala keracunan dan kematian.

20 ppm Gejala ringan timbul setelah beberapa jam

100 ppm Sangat berbahaya dalam 1 jam

200-400 ppm Meninggal dalam 30 menit

Page 5: Keracunan Sianida.docx

2000 ppm Meninggal seketika

Nilai TLV (threshold limit value) adalah 11 mg per M3 untuk gas HCN sedangkan

TLV untuk debu sianida adalah 5 gr per M3.

Kadang-kadang korban keracunan CN melebihi takaran mematikan (letal) tetapi tidak

meninggal. Hal ini mungkin disebabkan oleh toleransi individual dengan daya detoksifikasi

tubuh berlebihan dengan mengubah CN menjadi sianat dan sulfosianat. Dapat pula disebakan

oleh keadaan an-asiditas asam lambung, sehingga menyebabkan garam CN yang ditelan tidak

terurai menjadi HCN. Keadaan ini dikenal sebagai imunitas rasputin. Tetapi sekarang hal ini

telah dibantah, karena cukup dengan air saja dalam lambung garam CN sudah dapat terurai

menjadi HCN. Kemungkinan lain adalah karena dalam penyimpanan sianida sudah berubah

menjadi garam karbonat. Misalnya NaCN + udara ----> Na2CO3+NH3.

Pemeriksaan kedokteran forensik

Pada pemeriksaan terhadap korban mati, pada pemeriksaan bagian luar jenazah, dapat

tercium bau amandel yang patognomonik untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara

menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Bau tersebut harus

cepat dapat ditentukan karena indra pencium kita cepat teradaptasi sehingga tidak dapat

memaui bau khas tersebut. Harus diingat bahwa tidak semua orang dapat mencium bau

sianida karena kemampuan untuk mencium bau khas tersebut bersifat sex-linked trait.

Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam mayat berwarna

merah terang, karena darah vena kaya akan oksi-Hb. Tetapi ada pula yang mengatakan

karena terdapat Cyanomet-Hb (Abdullah Fatteh)

Warna lebam yang merah terang tidak selalu ditemukan pada kasus keracunan

sianida, ditemukan pula kasus kematian akibat sianida dengan warna lebam mayat yang

berwarna biru-kemerahan, livid. Hal ini tergantung pada keadaan dan derajat keracunan.

Pada pemeriksaan bedah jenazah, dapat tercium bau amandel yang khas pada waktu

membuka rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila racun melalui mulut). Darah, otot

dan penampang organ tubuh dapat berwarna merah terang. Selanjutnya hanya ditemukan

tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh.

Page 6: Keracunan Sianida.docx

Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada

mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin

alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi

lambung yang dapat terjadi antemortal atau postmortal.

Keracunan Arsen (As)1

Senyawa arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain,

dan tidaklah mustahil dapat ditemukan kasus peracunan dengan arsen di masa sekarang ini.

Disamping itu, keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam

industri dan pertanian akibat memakan/memoinum makanan/minuman yang terkontaminasi

dengan Arsen. Kematian akibat keracunan Arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan

karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat

sehingga dapat didiagnosa salah sebagai suatu penyakit.

Sumber

Industri dan pertanian. Arsen dalam bentuk Na/K-arsenit terdapat dalam bahan

yang digunakan untuk penyemprotan buah-buahan, insektisida, fungisida, rodensida,

pembasmi tanaman liar dan pembunuh lalat (fly paper). Juga kadang-kadang didapatkan

dalam cat dan domestika.

Tembaga-aseto-arsenit (Scheele”s green/paris green) juga digunakan pada beberapa

pembasmi tanaman liar. Pada abad yang lalu zat ini secara luas digunakan sebagai pigmen

dalam pembuatan wallpaper berwarna, bunga-bungaan artifisial, lilin dan gula-gula.

Orpiment (yellow arsenic-suphide), digunakan sebagai pigmen dan juga merupakan

konstituen (bahan utama) dari fly paper dan cairan untuk merontokan rambut.

As203 (arsenious acid), adalah racun umum yang sekarang telah jarang digunakan

lagi, terdapat dalam warangan (racu tikus). Larutan FOWLER (liquor arsenicalis), yaitu

larutan As2O3, dahulu digunakan untuk mengobati demam, kemudian sebagai tonikum,

tetapi sekarang tidak populer lagi.

Arsin (AsH3) merupakan gas tidak berwarna dengan bau seperti bawang, terdapat

dalam industri, merupakan yang paling berbahayadari golongan arsen serta merupakan salah

satu racun industri yang mematikan. Ada pendapat, bahwa keracunan Paris Green yang

terdapat pada wallpaper diakibatkan oleh terbentuknya arsin akibat kerja jamur pada pigmen

Page 7: Keracunan Sianida.docx

tersebut. Arsin dapat pula terbentuk bila senyawaan arsen bereaksi dengan hidrogen nascent

atau asam.

Tanah. Arsen juga terdapat dalam tanah sehingga kita harus berhati-hati dalam

penyimpulan kasus dugaan keracunan Arsen yang telah dikuburkan. Contoh tanah harus

dimbil dari tempat di atas dan di bawah peti mati/ jenasah dan juga pada tempat yang jauh

dari peti/ jenasah tetapi masih di taman pemakaman tersebut, guna penarikan keimpulan dari

hasil pemeriksaan toksikologi.

Air. Air minum dapat terkontaminasi dengan Arsen dari industri atau sumber arsen

alami sehingga dapat menyebabkan keracunan kronik.

Bir. Arsen mungkin terdapat dalam bir, yaitu berasal dari iron pyrites yang digunakan

pada pembuatan glukosa untuk bir.

Kerang. Arsen terdapat dalam keong, kepiting, kerang dan ikan. Kerang (Oyster)

dapat mengandung 3.7 ppm arsen.

Tembakau. Asap tembakau mengandung 8.3-50 ppm arsen, asap sigaret 3.3-10.5

ug/L dan asap cerutu 0.2-3.0 ug/L.

Obat-obatan. Arsen dalam obat-obatan umumnya merupakan Arsen organik turunan

benzena, misalnya carbarsone (4-ureido benzene arsonic acid), tryparsamide (sodium N-

carbamyl methyl-p amino benzene arsenate), glycobiarsol. Senyawa organik asam arsenat

digunakan sebagai anti tripanosomiasis, amebisida, anti cacing pada binatang (filariasis pada

kucing), trichomoniasis dan moniliasis. Obat-obatan ini larut dalam lemak sehingga dapat

masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Salvarsan (arsphenamine=606), dahulu digunakan

untuk mengobati sifilis. Asam cacodylate, digunakan dalam tonikum.

Lain-lain. Lewisite (klorvinil dikloro-arsin), merupakan gas racun yang digunakan

dalam peperangan.

Umumnya yang digunakan sebagai racun untuk membunuh adalah As2O3 (warangan,

racun tikus).

As2O3 terdapat dalam bentuk bubuk berwarna putih atau kristal, jernih, tidak

mempunyai rasa dan tidak berbau. Dalam larutan juga tidak berwarna sehingga dapat

diberikan tanpa menimbulkan kecurigaan korban. Bentuk bubuk dikenal sebagai arsen putih.

Page 8: Keracunan Sianida.docx

Bentuk kristal lebih mudah larut (daya larut dalam air panas 1:10, dalam air dingin

3:100). Bentuk bubuk lebih sukar larut (dalam air dingin 3:1000). Daya larut dapat diperbesar

dengan adanya asam atau basa.

Dalam bentuk larutan , bentuk kristal akan berubah menjadi bubuk putih, sehingga

pada larutan jenuh kristal tersebut bila didiamkan akan terjadi endapan putih yang cenderung

menempel pada dinding.

Farmakokinetik

Arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi (pada debu Arsen dan

Arsin) dan melalui kulit.

Setelah diabsorbsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbin dalam hati, ginjal,

kulit dan tulang.

Pada keracunan kronik, aresn juga ditimbun dalam jaringan lain, misalnya kuku dan

rambut yang banyak megandung keratin yang mengandung disulfida.

Eksresi terjadi dengan lambat melalui feses dan urin sehingga dapat terjadi akumulasi

dalam tubuh.

Farmakodinamik

Arsen menghambat sistim enzim sulfihidril dalam sel sehingga metabolisme sel

dihambat. (pada keracunan arsin, terjadi hemolisis sel darah merah, serta efek depresi pada

SSP.)

Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0.2 ppm

Pada orang dewasa, kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0.5 mg/kg, dan kuku

0.5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0.75 mg/kg dan pada kuku 1mg/kg atau

lebih.

Kadar dalam darah norml anak-anak 30 ug/L, urin 100 ug/24 jam.

Takaran fatal As2O3 adalah 200-300 mg sedangkan untuk arsin adalah 1:20.000

dalam udara.

Pemeriksaan kedokteran forensik

Page 9: Keracunan Sianida.docx

Korban mati keracunan akut

Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi.

Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna

merah, kadang-kadang dengan perdarahan (flea bitten appearance). Iritasi lambung dapat

menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa dengan akibat partikel-partikel Arsen

dapat tertahan. Orpimen terlihat sebagai partike-partikel berwaerna putih.

Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Histopatologik

jantung menunjukan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard. Sedangkan organ lain

parenkimnya dapat mengalami degenerasi bengkak keruh.

Pada korban meninggal perlu diambil semua organ, darah, urin, isi usus, isi lambung,

rambut kuku, kulit dan tulang.

Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik pada korban hidup

adalah muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut dan kuku.

Korban mati akibat keracunan Arsin

Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan terlihat tanda-tanda

kegagalan kardio-respirasi akut.

Bila meninggalnya lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemi hemolitik, tanda-

tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis fokal serta nekrosis tubuli.

Korban mati akibat keracunan kronik

Pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk, pada kulit terdapat pigemntasi

coklat (melanosis arsenik), keratosis tealapak tangan dan kaki (keratosis arsenik). Kuku

memperlihatkan garis-garis putih (Mee’s lines) pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar

kuku. Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.

Dapus

1. Budiyanto,Widiatmaka, Sudiono, Winardi, Idries AM., Sidhi, dkk. Ilmu kedokteran

forensik. Jakarta: UI; 1997. h. 71-2,95-106.

2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta:

Bag Forensik FKUI;Oktober 2000.h.67.

Page 10: Keracunan Sianida.docx