kemot erap i
TRANSCRIPT
KEMOTERAPI
A. PENDAHULUAN
Segolongan obat-obatan dapat menghambat kanker bahkan ada yang dapat membunuh sel
kanker. Obat itu disebut “sitostatika” atau obat anti kanker. Penggunaan obat anti-kanker
dimulai tahun 1946-an dengan ditemukannya secara kebetulan Nitrogen mustard yang dapat
dipakai mengobati leukemia. Umumnya obat anti-kanker itu sangat toksis, sehingga
penggunaannya harus dengan sangat hati-hati dan atas indikasi yang tepat. Sejak waktu itu makin
banyak ditemukan obat yang dapat dipakai untuk mengobati kanker, dan pada waktu ini lebih
dari 40 jenis obat anti-kanker yang dipakai secara aktif di seluruh dunia.(1)
Kemoterapi atau obat anti kanker (cancer drug therapy) adalah kelompok obat-obatan yang
digunakan untuk pengobatan penyakit kanker. Di masyarakat sering disebut dengan istilah kemo.
Penggunaan obat kemoterapi harus dibatasi pada pasien yang telah dibuktikan jenis keganasanya,
misalnya dengan biopsi atau yang paling ideal dari hasil pemeriksaan histopatologi jaringan
operasi. Keputusan pemberian kemoterapi juga tergantung pada pengetahuan tentang
penyebaran penyakit pada pasien serta kecepatan metastasenya. Dalam 20 tahun terakhir,
perkembangan bermakna kemoterapi terjadi, meliputi obat sitotoksik baru, perbaikan regimen
kombinasi kemoterapi, dan pengenalan metoda baru untuk mengurangi dan mengobati efek
toksik obat kemoterapi. (1)
Masalah lain yang harus dipahami adalah mekanisme kerja masing masing obat
kemoterapi, farmakodinamika, protokol pemberian termasuk kombinasi kemoterapi dengan
modalitas terapi yang lain, misalnya operasi dan radioterapi. (1)
B. KLASIFIKASI OBAT ANTI KANKER BERDASARKAN CARA KERJANYA
Alkilating agent (2,3)
Alkylating agent adalah agen non-spesifik, yaitu obat-obatan yang dapat membunuh sel
pada semua siklus sel.Alkilating agen merusak fungsi sel dengan membentuk ikatan kovalen
dengan amino, karboksil, sulfhidril, dan fosfat yang secara biologis merupakan molekul yang
penting. Mekanisme kerjanya dengan berikatan secara cross-linking dengan rantai ganda DNA
1
atau dengan merusak DNA secara langsung. Rusaknya DNA mencegah sel untuk membelah, dan
jika cukup parah, dapat menyebabkan apoptosis. Agen alkylating terdiri dari tiga golongan
utama: alkilator klasik, nitrourea, dan agen lainnya yang berikatan dengan DNA. (2,3)
Agen alkylating yang lain, termasuk:
nitrogen mustard: seperti mechlorethamine (mustargen), cyclophosphamide (Cytoxan,
Neosar), ifosfamide (ifex), dan chlorambucil (leukeran), adalah agen local yang kuat,
seperti mereka dapat menyebabkan masalah mulai dari nekrosis jaringan local, fibrosis
pulmonal, sampai sistitis hemoragik.Metabolit dari komponen ini sangat reaktif dalam
cairan, yang alkylating aktif, ethylene immonium ion, yang berikatan dengan DNA.
Sistem hemapoetik terutama sangat rentan terhadap komponen ini. (2)
nitrosoureas: nitrosoureas dihilangkan dengan kemampuannya yang tinggi untuk larut
dalam lemak dan ketidakstabilannya secara kimia. Agen ini secara cepat dan spontan
mengalami dekomposisi menjadi dua media yang sangat reaktif: chloroetil
diazohydroxide dan isocyanate. Sifat lipofilik yang alami menyebabkan nitrosourea dapat
secara bebas menyebrang membrane, secara itu, dapat melakukan penetrasi pada sawar
darah otak, menyebabkan konsentrasinya menjadi efektif dalam LCS. Karena itu, agen ini
biasa digunakan untuk berbagai jenis tumor otak. Agen ini termasuk streptozocin,
carmustine (BCNU), dan lomustine. (2)
Platinum agents : Cisplatin adalah kompleks besi inorganic berat yang memiliki
aktifitas tipikal dari sifat non-spesifik alkylating agen. Komponen ini menghasilkan
ikatan intrastrand dan interstrand dari DNA dan menyebabkan terhambatnya sintesis
DNA, RNA, dan protein. Carboplatin memiliki molekul platinum diamin yang sama
aktifnya dengan cisplatin, tapi ia terikat pada kelompok carboxylate organic yang
menyebabkan meningkatnya kemampuan larut dalam air dan proses hidrolisis yang lebih
lambat pada kompleks alkylating platinum, sehingga merubah profil toksisistas.
Oxaliplatin (eloxatin) dihasilkan dari komponen platinum lainnya oleh cincin
diaminocyclohexan yang berikatan dengan molekul platinum, sehingga berpengaruh pada
mekanisme resistan dari obat tersebut. (2)
2
Antimetabolit(2,3)
Antimetabolit adalah analog structural yang secara alami menyebabkan metabolit terlibat dalam
sintesis DNA dan RNA. Antimetabolit mengeluarkan aktifitas sitotoksiknya dengan
berkompetisi dengan metabolit normal untuk mengatur enzim atau mengganti metaboit yang
normalnya bekerja pada DNA dan RNA. Karena mekanisme kerja ini, antimetabolite lebih aktif
ketika sel berada pada fase S dan memiliki efek yang sedikit pada cel fase G0. Akibatnya, obat
ini lebih efektif melawan tumor yang memiliki fraksi pertumbuhan yang tinggi. (2)
Antimetabolit memiliki kurva respon dosis yang nonlinier, sehingga setelah beberapa dosis
tertentu, tidak ada lagi sel yang dibunuh walaupun dosisnya ditingkatkan (tidak berlaku pada
fluorouracil). Antimetabolit dapat dibagi menjadi analog folate, analog purin, analog adenosine,
analog pyrimidin, dan ureas pengganti. (2,3)
Produk alami(2,3)
Berbagai jenis komposisi yang memiliki aktifitas antitumor telah diambil dari substansi alami,
seperti tanaman, fungi, dan bakteri. Komponen terpilih tersebut ada yang semisintetik dan ada
yang sintetik berdasarkan struktur kimianya yang aktif, dan komponen itu juga memiliki efek
sitotoksik. (2,3)
- Antitumor antibiotic
Bleomycin biasanya mempengaruhi DNA pada waktu guanine-sitosin dan guanine-
tiamin, menyebabkan oksidasi spontan dan pembentukan radikal oksigen bebas yang
menyebabkan putusnya rantai DNA. (2)
- Anthracyclines
Antibiotic Anthracycline adalah produk yang berasal dari fungi Streptomyces percetus
var caesius. Mereka biasanya sama secara kimia, dengan struktru anthracyclin dasar
mengandung glycoside berikatan dengan amino gula, daunosamine. Anthracycin
memiliki beberapa mekanisme kerja. Yang paling diperhatikan adalah penggabungan
3
antara pasangan dasar DNA dan inhibisi DNA-topoisomerase I dan II. Pembentukan
radikal bebas oksigen berasal dari penurunan doxorubicin intermediet yang diduga
memiliki khasiat cardiotoksik. (2)
- Epipodophyllotoxins
Etoposide adalah semisintetik epipodophyllotoxin yang diekstraksi dari akar
Podophyllum peltatum (mandrake). Ia menghambat aktifitas topoisomerase II dengan
mengadakan kompleks DNA-topoisomerase II. Proses ini menghasilkan ketidakmampuan
untuk mensintesis DNA dan siklus sel terhenti pada fase G1. (2)
- Vinca alkaloids
Vinca alkaloids adalah zat yang berasal dari tanaman vinca rosea.Ketika memasuki sel,
vinca alkaloid akan berikatan dengan tubulin. Ikatan ini terjadi pada fase S di tempat
yang berbeda yang berhubungan dengan paclitaxel dan colchinine. Maka polimerisasi
dari mikrotubulus dihambat, menyebabkan rusaknya ikatan mitotic pada fase M. (2)
- Taxanes
Paclitaxel dan docetaxel (taxotere) adalah derivate semisintetik yang diekstraksi dari
jarum tanaman yew. Tidak seperti vinca alkaloid, taxane mempromosi mikrotubular,
sehingga menghambat siklus sel pada mitosis. Docetaxel lebih potent daripada paclitaxel
dalam menyebabkan kumpulam mikrotubular dan juga mencetuskan apoptosis. (2)
- Camptothecin analogs
Yang termasuk golongan ini yaitu irinotecan dan topotecan (hycamtin). Semisintetik ini
merupakan analog dari campthotecin alkaloid, berasal dari pohon asal Cina Camptotheca
acuminate, yang menghambat topoisomerase I dan mengganggu pemanjangan fase
replikasi DNA. (2)
4
Berikut adalah tabel golongan obat kemoterapi beserta dosis, kegunaan, dan toksisitasnya:
Golongan Alkilating agent(2)
Dikutip dari kepustakaan 2
5
Dikutip dari kepustakaan 2
6
Dikutip dari kepustakaan 2
7
Golongan Antimetabolit
Dikutip dari kepustakaan 2
8
Dikutip dari kepustakaan 2
9
Golongan produk alami
Dikutip dari kepustakaan 2
10
Dikutip dari kepustakaan 2
11
Dikutip dari kepustakaan 2
12
C. Kinetika sel dan keganasan
Pola perkembangan dari sel neoplastic pada individu dapat secara signifikan mempengaruhi
biologis dari tumor manusia dan responnya terhadap berbagai terapi pada keganasan. Sel tumor
dapat dibagi berdasarkan tiga populasi umum(4):
1. Sel yang tidak membelah dan telah berdiferensiasi terminal
2. Sel yang terus membelah
3. Sel yang tidak membelah yang diam tapi dapat mempengaruhi siklus sel
Kinetika pembelahan sel ini baik dijelaskan dengan konsep siklus sel.
Siklus sel terdiri dari empat fase yang berbeda dimana sel menyiapkan dirinya untuk
bermitosis. Fase G1 terdiri dari sel yang telah mengalami pembelahan kompil dan telah siap
untuk berproliferasi. Setelah beberapa waktu, sel-sel ini mulai mensintesis DNA, ditandai dengan
dimulainya fase S. Setelah sintesis DNA selesai, akhir dari fase S dilanjutkan oleh waktu
istirahat premitotix yang disebut fase G2. . Akhirnya, kondensasi kromosom terjadi dan sel
membelah selama fase mitotic M. Sel diploid yang beristirahat tidak aktif membelah dan
dimasukkan ke dalam fase G0. Waktu transisi antara siklus sel ini secara ketat diatur oleh protein
yang spesisfik. Tetapi, siklus sel ini dapat menjadi berubah pada beberapa tipe tumor. (4)
G0 fase (istirahat tahap): Sel belum memulai untuk membagi. Sel menghabiskan
sebagian besar hidup mereka di fase ini. Tergantung pada jenis sel, G0 bisa berlangsung
13
selama beberapa jam untuk beberapa tahun. Ketika sel mendapat sinyal untuk
mereproduksi, bergerak ke fase G1.
G1 fase: Selama fase ini, sel mulai membuat protein lebih banyak dan bertambah besar,
sehingga sel-sel baru akan dari ukuran normal. Fase ini berlangsung sekitar 18 sampai 30
jam.
Fase S: Pada fase S, kromosom yang berisi kode genetik (DNA) yang dapat disalin
sehingga kedua sel baru yang terbentuk akan memiliki untaian DNA yang cocok. S fase
berlangsung sekitar 18 hingga 20 jam.
Fase G2: Pada fase G2, sel memeriksa DNA dan akan siap untuk mulai membelah
menjadi 2 sel. Fase ini berlangsung 2-10 jam.
Fase M (mitosis): Pada tahap ini, yang berlangsung hanya 30 sampai 60 menit, sel
sebenarnya terbagi menjadi 2 sel-sel baru.
D. Obat sitotoksik dan siklus sel
Agen kemoterapi yang tradisional yaitu obat-obatan sitostatika, baik itu yang bekerja secara
spesifik maupun non-spesifik. Obat-obatan yang bekerja secara spesifik hanya mempengaruhi
siklus sel pada fase-fase tertentu. Sebagian besar obat menunjukkan variasi toksisitas letal pada
sepanjang siklus sel. (4)
Banyak agen kemoterapi hanya bekerja pada sel yang aktif membelah dan oleh karenanya ia
tidak bekerja pada fase sel G0. Kemoterapi yang spesifik bekerja pada siklus sel tertentu.
Contohnya, antimetabolite seperti 5-FU, gemcitabine, dan metothrexate, lebih aktif pada fase S.
Vinca alkaloids, epipodhyllotoxins, dan taxanes bekerja pada fase M. Vinca alkaloids seperti
vincristine, vinblastine, dan vinorelbine, mengikat protein mikrotubula pada bentuk domerik dan
mempromosi depolymerisasi, menyebabkan terhentinya mitotic. Taxanes seperti paclitaxel dan
docetaxel, mengikat mikrotubula dan menghasilkan tubulin polimerisasi, menyebabkan juga
terhentinya mitotic. (4)
Kapan toksisitas letal ini terjadi pada suatu fase siklus sel tidak selalu sinkron dengan
mekanisme kerja suatu obat. Vinkristin dan vinblastin diketahui mengganggu pembentukan
mitotic spindle, menyebabkan terhentinya sel pada fase mitosis. Namun, penelitian menunjukkan
bahwa efek letal dari obat ini terjadi ketika sel berada pada fase S, yaitu ketika pembentukan
14
mitotic spindle dimulai. Docetaxel dan paclitaxel yang bekerja dengan mestabilisasi tubulin
mempunyai efek letal pada siklus sel yang berbeda. Docetaxel memberikan efek toksik maksimal
pada fase S, sedangkan paclitaxel menunjukkan peningkatan toksisitas pada sel-sel yang
meninggalkan fase S melalui G2, masuk ke fase M.
Obat sitotoksik dapat dikategorikan menjadi 1) Obat yang efektif pada fase tertentu dari
silklus sel (phase-specific-drugs), 2)Obat yang efektif pada sel yang berada pada siklus sel,
namun tidak tergantung pada fasenya (cell cycle-specific-drugs), dan 3)Obat yang efektif baik
saat sel berada pada siklus sel ataupun istirahat (cell cycle-non specific-drugs). (4)
Obat kategori pertama yang bekerja pada fase S contohnya adalah antimetabolit
(sitarabin, fluorourasil, gemsitabin, metotreksat, tioguanin, fludarabin) yang mengganggu
sintesis DNA atau inhibitor topoisomerase I (topotecan) mengganggu struktur DNA. Obat yang
bekerja pada fase G2 adalah antibiotik (bleomisin), inhibitor topoisomerase II (etoposid), serta
stabilisator/polimerisator mikrotubulus (paclitaxel). Obat yang bekerja pada fase M dengan
mengganggu segregasi kromosom adalah golongan alkaloid vinka (vinblastin, vinkristin,
vindesin, vinorelbin). (4)
Obat yang efektifitasnya tidak tergantung sel berada di fase manapun adalah sebagian
besar obat alkilator (klorambusil, siklofosfamid, melfalan, busulfan, dakarbazin, sisplatin,
karboplatin) dan antibiotika (daktinomisin, daunorubisin, doksorubisin, idarubisin). Sebenarnya
obat-obatan ini tidak benar-benar nonspesifik karena mereka tetap menunjukkan efektivitas yang
lebih besar pada suatu fase dibanding fase yang lain, namun derajatnya tidak sama dengan obat
yang fase spesifik(4).
Tabel berikut menunjukkan jenis-jenis obat dan mekanisme kerjanya terhadap siklus sel(4)
15
16
E. TUJUAN KEMOTERAPI
Ada 2 tujuan mungkin untuk perawatan kemoterapi.
Kuratif: Jika memungkinkan, kemoterapi digunakan untuk mengobati kanker, yang
berarti bahwa tumor atau kanker menghilang dan tidak kambuh lagi. Namun, kebanyakan
dokter tidak menggunakan istilah"penyembuhan" kecuali sebagai kemungkinan atau
tujuan. Saat memberikan pengobatan yang mempunyai peluang untuk menyembuhkan
kanker yang diderita seseorang, dokter mungkin akan menjelaskan hal tersebut sebagai
sebuah pengobatan yang bermaksud menyembuhkan. (1)
Paliatif: Jika kanker berada di tingkatan yang telah lanjut, obat kemoterapi mungkin
digunakan untuk menghilangkan gejala yang disebabkan oleh kanker. Menghilangkan
sumber metastases, menghilangkan rekurensi, menghilangkan perdarahan,
menghilangkan bau busuk(1)
Obat anti kanker sendiri dapat diberikan sebagai:
- Terapi Utama
Sebagai terapi utama obat anti kanker diberikan pada kanker yang kemosensitif
(leukemia, limfoma maligna, sarcoma ewing, kanker paru, dsb) dan kanker yang telah
menyebar jauh dengan tujuan untuk paliatif. (1)
- Terapi tambahan (adjuvant)
Terapi tambahan pada kanker local atau lokoregional umumnya diberikan pasca operasi
dan atau pasca radioterapi untuk kanker yang kemoresponsif. Oemberian adjuvant
kemoterapi didasarkan pada kenyataan penderita kanker yang terlihat bebas kanker,
setelah beberapa bulan atau tahun, timbul residif atau metastase yang menunjukkan
waktu operasi atau radioterapi masih ada sel kanker mikroskopis yang masih tinggal
dalam lapangan operasi atau telah ada metastase jauh yang subklinik. Terapi adjuvant
mengurangi frekuensi residif atau metastase. Belakangan ada yang memberikan
kemoterapi pra-operasi atau pra-radioterapi yang disebut Neoadjuvant kemoterapi.
Sebagai terapi tambahan kemoterapi diberikan pada kanker local atau lokoregional
seperti kanker mamae, serviks, kolon, lambung, paru, dsb. (1)
17
F. SYARAT PEMBERIAN KEMOTERAPI
Prinsip untuk memilih agen kemoterapi dalam kombinasi kemoterapi(2) :
1. Obat-obatan yang aktif sebagai single agent harus digunakan dalam kombinasi,
lebih diutamakan obat yang menyebabkan remisi komplit.
2. Obat-obatan dengan mekanisme kerja yang berbeda dan dengan efek sitotoksik
synergis pada tumor sebaiknya dikombinasikan.
3. Obat-obatan dengan toksisitas dosis yang berbeda-beda harus dikombinasikan
sehingga dosis terapi yang penuh dapat dioptimalkan.
4. Obat-obatan harus digunakan pada dosis optimal dan sesuai jadwal.
5. Obat-obatan harus diberikan pada interval yang konstan, dan waktu periode bebas
obat harus sependek mungkin untuk memungkinkan penyembuhan pada jaringan
yang paling sensitive.
6. Obat-obatan dengan pola resistensi yang berbeda harus diminimalisir untuk
menghindari resistensi.
Atau dengan kata lain syarat penentuan kemoterapi yaitu (1) obat harus aktif pada pemberian
tunggal atau kombinasi; (2) mempunyai cara kerja yang berbeda pada fase yang berbeda; (3)
tidak mempunyai efek samping atau toksisitas yang sama, dan (4) dosis yang dipakai sedapat
mungkin dengan dosis terapeutik.
Pemilihan Obat Anti-Kanker
- Tepat Indikasi
Indikasi pemberian obat anti-kanker adalah pada kanker sistemik, yaitu kanker yang telah
menyebar atau yang diduga teah menyebar tapi masih subklinik atau mikroskopik dan
kanker limphopoitik dan hemopoitik.
- Tepat Jenis
Untuk terapi utama obat yang diberikan adalah obat yang sensitive terhadap kanker itu
(kemosensitif), sedang untuk terapi tambahan dapat diberikan obat yang kemoresponsif
baik sebagai monofarma (tunggal) maupun poli atau multifarma.
- Tepat dosis
18
Obat anti-kanker sangat toksis dan harus diberikan mendekati dosis toksis, karena itu
dosisnya diberikan dengan tepat. Umumnya diberikan per kilogram berat badan atau per
m2 luas badan.
- Tepat waktu
Ada obat anti-kanker yang diberikan tiap hari, dalam siklus 1 minggu, 2 minggu, 3
minggu, dsb.
- Tepat cara
Cara pemberian bermacam-macam ada iv,ia, dsb.
- Waspada Efek samping obat
Karena sangat toksis maka untuk mendapat hasil yang maksimal dengan toksisistas
minimal perlu waspada efek samping obat.
G. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI KEMOTERAPI
Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus dengan hati-hati
dan atas indikasi (1):
a. Indikasi Kemoterapi
Menurut Brule, cs (WHO,1973), ada 7 indikasi pemberian kemoterapi, yaitu:
1) Untuk menyembuhkan kanker
Hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan oleh kemoterapi, seperti:
akut limfoblastik leukemia, Burkitt limfoma, Wilm tumor pada anak-anak,
Choriokarsinoma(1).
2) Memperpanjang hidup dan remisi
Kanker yang sensitif terhadap kemoterapi dan walaupun penyakit progresif, seperti:
akut myeloblastik leukemia, Limfoma maligna stadium III atau IV, Myeloma,
Metastase melanoma maligna atau kanker mamma, kolon, ovarium, testis(1).
3) Memperpanjang interval bebas kanker
Walaupun kanker keliatan masih lokal setelah operasi atau radioterapi, seperti:
limfoma stadiun II, melanoma maligna, kanker mamma, kolon, ovarium.
Pengobatan perlu cukup lamadan dosis tinggi dengan interval yang panjang untuk
memberikan kesempatn jaringan normal pulih diantara pengobatan(1).
4) Menghentikan progresi kanker
19
Progresi penyakit ditunjukkan secara subjektif seperti anoreksia, penurunan berat
badan, nyeri tulang, dsb atau terdapat kelainan objektif seperti penurunan fungsi-
fungsi organ dapat diberikan sitostatika, asalkan kemungkinan berhasilnya 25%
atau lebih(1).
5) Paliasi simptom
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi,
dapat diberikan sitostatika walaupun obat itu tidak memberi respons yang baik
sebagai terapi sistemik. (1)
6) Mengecilkan volume kanker
Mengecilkan tumor pra-bedah atau pra-radioterapi seperti pemberian bleomycin
untuk kanker mulut, saluran napas bagian atas atau pemberian alkylator dengan
kombinasinya pada limfoma stadium II. (1)
7) Menghilangkan gejala para neoplasma
Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma, misalnya
pemberian kortikosteroid pada anemia hemolitik, fibrinolisis, dermatomyositis,
neuropathi perifer, dsb. (1)
b. Kontra Indikasi Kemoterapi(1)
1) Kontra Indikasi Absolut
a) Penyakit stadium terminal
b) Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
c) Septicemia
d) Koma
2) Kontra Indikasi Relatif
a) Usia lanjut
Terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya
rendah.
b) Status penampilan yang sangat jelek
c) Ada gangguan fungsi organ vital yang berat
Seperti: Hati, ginjal, jantung, sumsum tulang, dsb.
d) Dementia
e) Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara teratur
20
f) Tidak ada kooperasi dari penderita
g) Tumor resisten terhadap obat
h) Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai
i) Dsb.
H. CARA DAN PENENTUAN DOSIS KEMOTERAPI
1. Dosis
Bergantung pada obat yang akan diberikan, terdapat tiga jalur berbeda untuk menentukan dosis
kemoterapi. Kebanyakan obat kemoterapi diukur dalam milligram (mg).
Dosis keseluruhan terkadang berdasarkan pada berat badan orangnya dalam kilogram (1
kilogram setara dengan 2,2 pon). Misalnya, jika dosis standar sebuah obat adalah 10 miligram
per kilogram (10 mg/kg), seseorang dengan berat 50 kilogram (110 pon) akan menerima 50 mg
(50 kg x 10 mg/kg).
Beberapa dosis kemoterapi berdasarkan area permukaan tubuh (BSA), yang dihitung oleh dokter
menggunakan tinggi dan berat badan dan dinyatakan dalam meter persegi (m2).
Dosis untuk anak-anak dan orang dewasa berbeda, bahkan jika dihitung menggunakan BSA. Hal
ini dikarenakan tubuh anak-anak memproses obat dengan cara yang berbeda. Mereka mungkin
mempunyai level sensitivitas terhadap obat yang berbeda. Karena alasan yang sama, dosis
beberapa obat mungkin juga diatur untuk orang yang:
Usia lanjut
Mempunyai status gizi yang buruk
Gemuk
Telah mengkonsumsi atau sedang mengkonsumsi obat-obatan yang lain
Telah menerima atau sedang menerima terapi radiasi
Mempunyai blood cell count yang rendah
Mempunyai penyakit hati dan ginjal
21
2. Jadwal (siklus)
Kemoterapi umumnya diberikan dalam interval yang teratur yang disebut siklus. Sebuah siklus
kemoterapi mungkin melibatkan pemberian satu dosis yang diikuti oleh beberapa hari atau
minggu tanpa pengobatan. Hal ini memberikan waktu pemulihan sel normal tubuh untuk pulih
dari efek samping obat. Kemungkinan yang lain, dosis obat diberikan secara berurutan selama
beberapa hari, atau setiap hari yang lain untuk beberapa hari, yang diikuti oleh sebuah periode
untuk beristirahat. Beberapa obat bekerja dengan bagus ketika diberikan secara berkelanjutan
dalam beberapa hari. (1)
Obat yang berbeda bekerja dengan baik pada jadwal yang berbeda. Jika lebih dari satu obat
digunakan, rencana pengobatan akan menetapkan seberapa sering dan seberapa tepat saat setiap
obat seharusnya diberikan. Jumlah siklus yang anda terima mungkin ditentukan sebelum
memulai pengobatan (berdasarkan jenis dan tingkatan kanker) atau mungkin fleksibel, dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengobatan terhadap kanker dan kesehatan secara
keseluruhan. (1)
3. Perubahan dalam dosis dan jadwal
Dalam kebanyakan kasus, dosis yang paling efektif dan jadwal obat untuk mengobati kanker
tertentu telah ditemukan dengan menguji mereka dalam uji klinis. Hal ini penting, jika mungkin,
untuk mendapatkan program penuh kemoterapi dan untuk menjaga siklus jadwal. Ini akan
memberi Anda kesempatan terbaik untuk mendapatkan manfaat maksimal dari pengobatan(1).
Cara pemberian kemoterapi
Obat yang digunakan pada regimen kemoterapi dapat diberikan dalam berbagai cara (1):
oral (PO) - melalui mulut (biasanya sebagai pil)
topikal - dioleskan pada kulit sebagai krim atau lotion
intravena (IV) - infus melalui pembuluh darah. Pemberian intravena untuk terapi
sistemik, dimana obat setelah melalui jantung dan hati baru sampai ke tumor primer.
Dalam pemberian intravena usahakan jangan ada ekstravasasi otot.
intramuskular (IM) - disuntikkan ke dalam otot
22
subkutan (SQ) - disuntikkan di bawah kulit
intra-arteri - disuntikkan ke arteri. Pemberian intra arteri adalah terapi regional maelalui
arteri yang memasok darah ke daerah tumor dengan cara Infusi Intra Arteri menggunakan
catheter dan pompa arteri. Pemberian intra arteri dapat:Menaikkan dosis obat langsung ke
dalam tumor, menaikkan efek obat yang kurang stabil karena secara cepat dan langsung
masuk ke dalam tumor, mengurangi toksisitas.
intratekal - dimasukkan ke dalam sistem saraf pusat melalui cairan serebrospinal
intrapleural - dimasukkan ke dalam rongga pleura
intraperitoneal - dimasukkan ke dalam rongga peritonium
intravesika - dimasukkan ke kandung kemih
intralesi / intratumoral - diinjeksikan langsung ke tumor. Cara ini tidak dianjurkan karena
dapat melepaskan sel kanker dari tumor induknya dan ada cara lain yang lebih efektif,
yaitu operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi), atau radioterapi.
I. CARA MENILAI HASIL KEMOTERAPI
Hasil atau respon kemoterapi dapat berupa:
a. Subjektif(1)
Mengukur hasil subjektif/hasil terapi kanker sukar tetapi sebagai pegangan dapat dipakai
parameter:
1) Berat badan
2) Status penampilan
WHO (1979) Karnofsky
0 90-100 Baik, dapat bekerja
normal,tanpa halangan
1 70-80 Cukup,tidak dapat
bekerja berat,ringan bisa
23
2 50-60 Lemah,tidak dapat
bekerja,tapi dapat jalan
dan merawat diri sendiri
50% dari waktu sadar
3 30-40 Jelek,tidak dapat
jalan,dapat bangun &
rawat diri sendiri, perlu
tiduran > 50% waktu
sadar
4 10-20 Jelek sekali,tidak dapat
bangun & rawat diri,
Hanya tiduran saja
b. Objektif
Pada berbagai penelitian, kriteria respon yang formal telah dikembangkan dan telah diterima
secara luas. National Cancer Institute (NCI) baru-baru ini mengusulkan standar respon yang
terbaru disebut Response Evaluation Criteria in Solid Tumor (RECIST). Sebaliknya.World
Health Organization (WHO)memiliki standar yang berbeda untuk menilai keberhasilan
kemoterapi. (2)
24
Dikutip dari kepustakaan 2
J. EFEK SAMPING KEMOTERAPI
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera makan,
kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan
risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi
akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat. (6,7)
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat
emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari
makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat
dingin. (6,7)
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi
karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya,
penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah
25
putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor
pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan
pembentukan sel darah merah, atau n sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia
hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan. (6,7)
Orang dengan neutropenia meningkatkan risiko terkena infeksi. Demam lebih tinggi daripada
100.4 F pada penderita dengan neutropenia dianggap sebagai keadaan darurat. Orang seperti itu
harus dievaluasi untuk infeksi dan mungkin memerlukan antibiotika dan malahan opname. Sel
darah putih jarang ditransfusikan karena, waktu ditransfusikan, mereka terus hidup hanya
beberapa jam dan menghasilkan banyak akibat sampingan. Malahan, bahan tertentu (seperti
granulocyte koloni merangsang faktor) bisa diberikan untuk merangsang produksi sel darah
putih. (6,7)
Efek Samping yang sering terjadi lainnya: Banyak penderita mengalami radang atau malah luka
selaput lendir, seperti pada garis mulut. Luka mulut nyeri dan bisa membuat makan sulit.
Berbagai larutan oral (biasanya berisi antasida, antihistamin, dan anestetik lokal) bisa
mengurangi ketidaknyamanan. Pada kesempatan langka, orang perlu support nutrisi dengan
memasang tabung pemberi makan yang ditempatkan secara langsung ke dalam perut atau usus
kecil atau dengan urat darah. Jenis obat bisa mengurangi diare yang disebabkan oleh terapi
radiasi ke perut. (6,7)
Orang yang diperlakukan dengan kemoterapi, khususnya senyawa alkylating, mungkin
mempunyai risiko bertambah leukemia sedang berkembang beberapa tahun sesudah pengobatan.
Beberapa obat, khususnya alkylating agen, sebab infertility di beberapa wanita dan di
kebanyakan laki-laki yang mendapat perlakuan ini. (6)
Meskipun kemoterapi diberikan untuk membunuh sel kanker, juga dapat merusak sel-sel
normal. Sel-sel normal yang paling mungkin untuk rusak adalah mereka yang membelah dengan
cepat:
sumsum tulang / sel darah
sel-sel akar rambut
26
sel-sel yang melapisi saluran pencernaan
sel-sel yang melapisi saluran reproduksi
Gangguan organ dapat berupa gangguan faal hati (antimetabolit), atau gangguan pada
miokard (aqdriamisin), kerusakan ginjal (metotreksat,platinum), dan jaringan saraf seperti
neuropati, tuli, dan letargi. Efek samping ini sangat berat sekali sehingga penderita
membutuhkan perawatan dan pengobatan khusus untuk mencegah efek fatal(6).
Faal gonad, pria maupun wanita, umumnya juga terganggu sehingga libido menurun, dan
pada wanitta, tidak ada ovulasi. Pertumbuhan dan perkembangan anak juga dapat dipengaruhi
oleh kemoterapi. (7)
Efek samping psikososial juga sering terjadi karena rontoknya rambut, sedangkan
gangguan funsi seksual dapat merusak kepribadiaan seseorang (7).
Penekanan sumsum tulang:
Sumsum tulang merupakan suatu cairan kental di bagian dalam dari beberapa tulang yang
menghasilkan sel darah putih (WBC), sel darah merah (sel darah merah), dan platelet. Salah satu
efek samping dari kemoterapi yang paling umum adalah kerusakan pada sumsum tulang. (6)
Sel-sel terus-menerus diproduksi dan tumbuh cepat di sumsum tulang. Akibatnya, mereka
sensitif terhadap efek dari kemoterapi. Sampai sel-sel sumsum tulang anda pulih dari kerusakan
kemoterapi, Anda mungkin memiliki jumlah abnormal rendah dari WBCs, sel darah merah, dan /
atau platelet. Ini disebut penekanan sumsum tulang atau myelosuppression.(6)
Ketika seseorang mendapatkan kemoterapi darah akan diperiksa secara teratur, bahkan
setiap hari bila perlu, sehingga jumlah sel-sel ini dapat dihitung. Tes ini sering disebut hitung
darah lengkap (CBC). Jika seseorang sedang dirawat karena leukemia, sampel sumsum tulang
juga dapat diambil secara berkala untuk memeriksa sumsum pembentukan sel-darah yang
berkembang. (6)
27
Penurunan jumlah sel darah tidak terjadi tepat pada awal obat kemoterapi karena tidak
merusak sel-sel yang sudah dalam aliran darah (ini bukan membagi dengan cepat). Sebaliknya,
obat yang mempengaruhi sel-sel darah baru yang dibuat di sumsum tulang. (6)
Sel-sel darah yang secara normalnya akan keluar, mereka terus-menerus diganti oleh
sumsum tulang. Setelah kemoterapi, seperti sel-sel aus, mereka tidak diganti, dan jumlah sel
darah akan mulai menurun. Jenis dan dosis kemoterapi akan mempengaruhi seberapa rendah
jumlah sel darah akan turun dan seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penurunan terjadi.(6)
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukardja, I Gede.Dasar-dasar Kemoterapi Kanker. Onkologi Klinik.Ed 2. Surabaya:
Airlangga University Press. p239-257. 2000
2. Takimoto, Chris H. et al. Chapter 3 : Principles of Oncologic Pharmacotherapy. Cancer
Management : A Multidisciplinary Approach. p23-42. 2008.
3. Brunicardi, F.Charles, Andersen Dana K, et al. Oncology : Chemoteraphy. 8th Edition
Schwartz Manual of Surgery. The McGraw-Hill Companies. p206-209. 2006.
4. Chan Emily, Berlin Jordan D. Principles of Chemotherapy. Textbook of Surgical Oncology.
Informa healthcare, London. p21-27. 2007.
5. Swain, M. Sandra. Chemotherapy: Updates and New Perspectives.Cited from
www.TheOncologist.alphamedpress.org on March 22, 2012.
6. Kwok, Carol. Management of Side Effects from Chemotherapy. The Hong Kong Anti-Cancer
Society.2010.
7. Anonymous. Kemoterapi. Available
http://medicastore.com/kategori_penyakit/kanker/kemoterapi . Cited May 20th 2012.
29