kematian dengan asfiksia
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
1/46
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi
dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa
menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah
membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu
menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian.
Saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tandatanda dan
gejala setelah kematian sangat ber!ariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantarannya
umur, kondisi fisik pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab kematian itu sendiri.
Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan yang mengakibatkan suplai oksigen berkurang. "al ini sering dikenal dengan
istilah asfiksia, Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter,
hal tersebut menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.
Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tandatanda kematian yang berbeda. "al ini
sangat tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut
tentang penyebab asfiksia tersebut.
2. Rumusan Masalah
a. #pa pengertian #sfiksia$
b. #pa saja yang termasuk jenisjenis asfiksia beserta mekanisme terjadinya asfiksia$
c. %agaimana gambaran post mortem pada #sfiksia$
3. Tujuan
&ujuan penulisan referat ini adalah'
a. Sebagai persyaratan mengikuti ujian akhir stase (orensik dan medikolegal di
)SUP Dr. Kariadi Semarang.
b. Menjelaskan pengertian asfiksia, jenisjenis asfiksia serta memahami gambaran
post mortem pada berbagai kasus asfiksia.
. Man!aat
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
2/46
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
mahasiswa*mahasiswi yang sedang menjalani stase forensik dan medikolegal mengenai
asfiksia yang meliputi' pengertian asfiksia, jenisjenis asfiksia serta gambaran post mortem
pada berbagai kasus asfiksia.
"ATA PEN#ANTAR
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
3/46
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat &uhan +ang Maha sa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-ya sehingga penulis dapat menyelesaikan )eferat yang berjudul
Asfiksia. &ugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti program
Profesi Kedokteran di bagian (orensik )SUP Dokter Kariadi Semarang. Pada penulisan dan
penyusunan referat ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada'
. dr. /. %ambang Prameng -, Sp.( selaku dosen penguji
0. dr. #inurrofi1 selaku residen pembimbing
Penulis sadar bahwa dalam tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis
menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun dalam
perbaikan referat ini.
Penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi Penulis sendiri.
2anuari 030
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
4/46
BAB II
TIN$AUAN PU%TA"A
I. A%&I"%IA
A. Pengert'an
#sfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran
udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang 4hipoksia5 disertai dengan
peningkatan karbondioksida 4hiperkapneu5. Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigen 4hipoksia hipoksik5 dan terjadi kematian. Secara klinis keadaan asfiksia
sering disebut anoksia atau hipoksia.
&arget organ dari asfiksia adalah otak dan didalam otak sel targetnya adalah neuron yang
memperlihatkan kerentanan yang berbeda terhadap defisiensi oksigen. Kerentanan
bergantung pada pembuluh darah dan jenis neuron yang berbeda.
B. Et'(l(g' As!'ks'a
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut'
a. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti
laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.
b. &rauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara !ena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral6 sumbatan atau
halangan pada saluran napas, penekanan leher atau dada, dan sebagainya.
c. Keracunan bahan kimiawi yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnya
karbon monoksida 4785 dan sianida 47-5 yang bekerja pada tingkat molekuler dan
seluler dengan menghalangi penghantaran oksigen ke jaringan.
). &'s'(l(g' As!'ks'a
Secara fisiologi dapat dibedakan 9 bentuk anoksia, yaitu'
. #noksia #noksik 4Anoxic anoxia5
Pada tipe ini 80tidak dapat masuk ke dalam paruparu karena'
&idak ada atau tidak cukup 80. %ernafas dalam ruangan tertutup, kepala di tutupi
kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan
tetutup atau di pegunungan yang tinggi. /ni di kenal dengan asfiksia murni atau
sufokasi.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
5/46
"ambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan,
gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam
tenggorokan. /ni di kenal dengan asfiksia mekanik.
0. #noksia #nemia 4Anemia anoxia5
Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. /ni didapati pada
anemia berat dan perdarahan yang tibatiba. Keadaan ini diibaratkan dengan sedikitnya
kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.
:. #noksia "ambatan 4Stagnant anoxia5
&idak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. /ni bisa karena gagal
jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi
sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya.
9. #noksia 2aringan 4Hystotoxic anoxia5
;angguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak
dapat menggunakan oksigen secara efektif. &ipe ini dibedakan atas'
kstraseluler
#noksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan Sianida
terjadi perusakan pada enzim sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan
kematian segera. Pada keracunan %arbiturat dan hipnotik lainnya, sitokrom
dihambat secara parsial sehingga kematian berlangsung perlahan.
/ntraselular
Di sini oksigen tidak dapat memasuki selsel tubuh karena penurunan
permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
6/46
#. Pembengkapan (Smot$ering)
%. &enggelam (&ro'ning)
. 7rush #sphy=ia
. Keracunan 78 dan S-
E. Pat(!'s'(l(g' As!'ks'a
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 0 golongan, yaitu'
. Primer 4akibat langsung dari asfiksia5
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe
dari asfiksia. Selsel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. %agianbagian
otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan demikian bagian tersebut
lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan yang karakteristik terlihat pada
selsel serebrum, serebellum, dan basal ganglia.
Di sini selsel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan
pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paruparu, hati, ginjal dan yang lainnya
perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau primer tidak jelas.
0. Sekunder 4berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh5
2antung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah
dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan !ena meninggi. Karena
oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung, maka
terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati
pada'
Penutupan mulut dan hidung 4pembekapan5.
8bstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan
korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan
menghalangi udara masuk ke paruparu.
;angguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan 4*raumatic
asp$yxia5.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
7/46
Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan,
misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
&.
#ejala "l'n's
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul 9 4empat5 (ase gejala klinis, yaitu'
. (ase Dispnea&erjadi karena kekurangan 80disertai meningkatnya kadar 780dalam plasma
akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga gerakan
pernafasan 4inspirasi dan ekspirasi5 yang ditandai dengan meningkatnya amplitude
dan frekuensi pernapasan disertai bekerjanya otototot pernafasan tambahan. >ajah
cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi, tekanan darah meningkat
dan mulai tampak tandatanda sianosis terutama pada muka dan tangan. %ila keadaan
ini berlanjut, maka masuk ke fase kejang.
0. (ase Kejang
#kibat kadar 780yang naik maka akan timbul rangsangan susunan saraf pusat
sehingga terjadi kejang 4kon!ulsi5, yang mulamula berupa kejang klonik tetapi
kemudian menjadi kejang tonik dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil
mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, dan tekanan darah perlahan akan ikut
menurun. fek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak,
akibat kekurangan 80dan penderita akan mengalami kejang.
:. (ase #pnea
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
8/46
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot pernapasan
menjadi lemah, kesadaran menurun, tekanan darah semakin menurun, pernafasan
dangkal dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya
pusatpusat kehidupan. >alaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir tidak
teraba, pada fase ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi. Dan
terjadi relaksasi sfingter yang dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja
secara mendadak.
9. (ase #khir
&erjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah
berkontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. 2antung masih berdenyut
beberapa saat setelah pernapasan terhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai
terjadinya kematian sangat ber!ariasi.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat ber!ariasi.
Umumnya berkisar antara 9? menit. (ase dan 0 berlangsun g lebih kurang :9 menit,
tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 33@ maka waktu kematian
akan lebih lama dan tandatanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.
#. Tan+a "ar+'nal ,"las'k- As!'ks'a
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
9/46
Selama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat
asfiksia, telah ditetapkan beberapa tanda klasik, yaitu'
. &ardieuAs spot 4+etec$ial $emorrages5
&ardieuAs spot terjadi karena peningkatan tekanan !ena secara akut yang
menyebabkan o!erdistensi dan rupturnya dinding perifer !ena, terutama pada jaringan
longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga,
circumoral skin, konjungti!a dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat
dipermukaan jantung, paru dan otak. %isa juga terdapat pada lapisan !iseral dari
pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan faring, jarang pada
mesentrium dan intestinum.
0. Kongesti dan 8edema
/ni merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie.
Kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah
dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada
kondisi !ena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra!askular
4tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam !askular oleh kerja pompa
jantung5 menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. 7airan
plasma ini akan mengisi pada selasela jaringan ikat longgar dan rongga badan 4terjadi
oedema5.
:. Sianosis
Merupakan warna kebirubiruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir
yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut "b tereduksi 4"b yang tidak berikatan
dengan 805. /ni tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal ? gram
hemoglobin per 33 ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti,
terlepas dari jumlah total hemoglobin.
Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir
selalu diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah !ena yang kandungan
&ardieuAs spot%intik perdarahan pada jantung
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
10/46
hemoglobinnya berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan
menjadi lebih biru karena akumulasi darah.
9. &etap cairnya darah
&erjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. ;ambaran tentang
tetap cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia
adalah bagian dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan
sistem !ena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya
pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh enarna lebam mayat merahkebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi
lebam mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan akti!itas
fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.
%. &erdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan
akti!itas pernapasan pada fase dispneu yang disertai sekresi selaput lendir saluran
napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa yang kadangkadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar,
misalnya pada konjungti!a bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadangkadang
dijumpai pula di kulit wajah.
Bebam mayat 4li!or mortis5
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
11/46
. ;ambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah
konjungti!a bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase kejang. #kibatnya tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam !ena, !enula dan
kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding
kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintikbintik perdarahan
yang dinamakan sebagai *ardieu,s spot.
b. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam 4#utopsi5 jena
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
12/46
B. "las'!'kas' #antung
. %erdasarkan &itik ;antung'
a. Penggantungan tipikal
&erjadi bila titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri
karotis paling besar.
b. Penggantungan atipikal
%ila titik penggantungan terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat
miring 4fleksi lateral5 yang akan mengakibatkan hambatan.
0. %erdasarkan Posisi &ubuh
a. Penggantungan Bengkap
/stilah penggantungan lengkap digunakan jika beban aktif adalah seluruh
berat badan tubuh, yaitu terjadi pada orang yang menggantungkan diri dengan kaki
mengambang dari lantai
b. Penggantungan Parsial
/stilah penggantungan parsial digunakan jika beban berat badan tubuh
tidak sepenuhnya menjadi kekuatan daya jerat tali, misalnya pada korban yang
tergantung dengan posisi berlutut atau berbaring. Pada kasus tersebut, berat badan
tubuh tidak seluruhnya menjadi gaya berat sehingga disebut penggantungan parsial.
). )ara "emat'an Pa+a "asus #antung/
7ara kematian pada kasus gantung diantaranya adalah'
. %unuh diri
0. Pembunuhan
:. Kecelakaan
D. Mekan'sme "emat'an
Mekanisme kematian yang disebabkan oleh gantung akibat penumpuan beban sebagian
atau seluruh beban tubuh di leher diantaranya adalah
. #sfiksia
&erjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian
yang paling sering.
0. #popleksia
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
13/46
&ekanan pada pembuluh darah !ena menyebabkan kongesti pada pembuluh darahotak
dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi
:. /skemia Serebral
/skemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah
arteri 4oklusi arteri5 yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. ;ambar
dibawah menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri
dengan gantung.
9. Syok aso!agal
Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks !agal yang
menyebabkan henti jantung.
?. (raktur atau Dislokasi !ertebra ser!ikalis.
(raktur !ertebra ser!ikalis sering terjadi pada hukuman gantung. (raktur atau
dislokasi terjadi pada keadaan dimana tali yang menjerat leher cukup panjang,
kemudian korbannya secara tibatiba dijatuhkan dari ketinggian ,?0 meter maka
akan mengakibatkan fraktur atau dislokasi !ertebra ser!ikalis yang akan menekan
medulla oblongata dan mengakibatkan tehentinya pernafasan. +ang biasa terkena
fraktur adalah !ertebra ser!ikalis ke0 dan ke:.
E. #amaran P(st M(rtem "asus #antung
1. Pemer'ksaan Luar Pa+a $ena0ah
a. &anda Penjeratan Pada Beher
&anda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan
semakin jelas dan dalam
%entuk jeratan berjalan miring.
%entuk jeratan pada kasus gantung diri cenderung berjalan kiring 4obli1ue5
pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas antara kartilago tiroid
dengandagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju
belakang telinga #lur jeratan pada leher korban penggantungan 4hanging5
berbentuk lingkaran 4 shape5. 7iriciri jejas sebagai berikut '
#lur jeratan pucat.
&epi alur jerat coklat kemerahan.
Kulit sekitar alur jerat terdapat bendungan.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
14/46
&anda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan
mengkilat
Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah
telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jeratberbatas tegas dan tidak terdapat tandatanda abrasif.2umlah tanda
penjeratan&erkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan.
"al ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kali
b. Kedalaman %ekas 2eratan
Kedalaman bekas jeratan menujukan lamanya tubuh tergantung.
c. &andatanda #sfiksia
&andatanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti !ena dan
edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas. Pada kasus
penggantungan tandatanda asfiksia berupa mata menonjol keluar, perdarahan berupa
petekia pada bagian wajah dan subkonjungti!a. 2ika didapatkan lidah terjulur maka
menunjukan adanya penekanan pada bagian bawah leher yaitu bagian bawah kartilago
thyroida.
d. Bebam Mayat
2ika penggantungan setelah kematian berlangsung lama maka lebam mayat
terlihat pada bagian tubuh bawah, anggota badan distal serta alat genitalia distal
&ardieu spot pada ;antung diri.
&ardieu spot diakibatkan pecahnyakapilerkapiler pada kaki
Source' 7olor #tlas of (orensic
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
15/46
e. Sekresi Urin dan (eses
Sekresi urin dan feses terjadi pada fase apneu pada kejadian asfiksia. Pada
stadium apneu pusat pernapasan mengalami depresi sehingga gerak napas menjadi
sangat lemah dan berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan karena kontrol spingterfungsieksresi hilang akibat kerusakan otak maka terjadi pengeluaran urin dan feses.
2. Pemer'ksaan Dalam Pa+a $ena0ah
a. Bapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur.
b. &andatanda #sfiksia
&erdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah
Kongesti pada bagian atas yaitu daerah kepala, leher dan otak
Ditemukan darah lebih gelap dan encer akibat kadar 780 yang meninggi.
c. &erdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot
d. &erdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih
banyak terjadi pada kasus pengantungan yang disertai dengan tindak kekerasan.
e. Pada pemeriksaan paruparu serig ditemui edema paru.
f. Mungkin terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.
g. (raktur 0 buah tulang !ertebra ser!ikalis bagian atas
Kasus ;antung Diri
Bebam pada gantung diri terkonsentrasi pada daerah ekstemitas
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
16/46
(raktur ini seringkali terjadi pada korban hukum gantung dimana korban tergantung
secara penuh dan tertitis jauh dari lantai.
&. Asek Me+'k(legal
Pere+aan Penggantungan Bunuh D'r' Penggantungan Pemunuhan
.
0.
:.
9.
?.
C.
E.
F.
G.
3.
Usia
2ejas 2erat
Simpul &ali
)iwayat
Korban
7edera
)acun
&angan
Kemudahan
&empat
kejadian
Bingkar tali
Bebih sering terjadi pada remaja
dan dewasa
%entuk miring berupa lingkaran
terputus
%iasanya satu simpul pada bagian
samping leher. Simpul biasanya
simpul hidup
Korban mempunyai riwayat
bunuh diri dengan cara lain
&idak terdapat luka yang
menyebabkan kematian dan tidak
terdapat tandatanda perlawanan
Dapat ditemukan racun dalam
lambung korban, seperti arsen,
sublimat, korosif. )asa nyeri
mendorong korban melakukan
gantung diri
&idak dalam keadaan terikat
&empat kejadian mudah
ditemukan2ika tempat kejadian merupakan
tempat yang tertutup, atau
didapatkan ruangan dengan pintu
terkunci makan dugaan bunih diri
adalah kuat
2ika lingkar tali dapat keluar
melewati kepala, maka dicurigain
bunuh diri
&idak mengenal batasan usia
Bingkaran tidak terputus,
mendatar, letak di tengah leher
Simpul tali lebih dari satu dan
terikat kuat
Korban tidak mempunyai riwayat
upaya bunuh diri
&erdapat lukaluka yang
mengarah ke pembunuhan
Dapat terdapat racun berupa
opium, kalium sianida. )acun ini
tidak menyebabkan efek kemauan
bunuh diri
&angan terikat mengarah k kasus
pembunuhan
Korban biasa digantung di tempat
yang sulit ditemukan%ila sebaliknya ditemukan
terkunci dari luar maka
penggantungan biasanya kasus
pembunuhan
2ika lingkar tali tidak dapat keluar
melewati kepala, maka dicurigai
peristiwa pembunuhan
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
17/46
#. Pere+aan Penggantungan Antem(rtem +engan P(stm(rtem
N( Penggantungan Antem(rtem Penggantungan P(stm(rtem
.
0.
:.
9.
?.
C.
E.
F.
G.
3.
&anda jejas jerat berupa lingkaran
terputus 4non continous5 dan letaknya
pada leher bagian atas
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat
pada sisi leher
kimosis tampak jelas pada salah satu
sisi dari jejas penjeratan.
Bebam mayat tampak diatas jejas jerat
dan pada tungkai bawah
Pada kulit ditempat jejas penjeratan
teraba seperti kertas perkamen yaitu
tanda parchmentisasi
Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dll
sangat jelas terlihat terutama jika
kematian karena asfiksia
>ajah membengkak dan mata
mengalami kongesti dan agak menonjol,
disertai dengan gambaran pembuluh
darah !ena yang jelas pada bagian
kening dan dahiBidah bisa terjulur atau tidak sama
sekali
reksi penis disertai dengan keluarnya
cairan sperma sering terjadi pada
korban pria. Sering ditemukan
keluarnya feses
#ir liur ditemukan menetes dari sudut
mulut, dengan arah yang !ertikal
&anda jejas jerat biasanya berbentuk utuh
4continous5, agak sirkuler dan letaknya pada
bagian leher tidak begitu tinggi
Simpul tali lebih dari satu biasanya lebih
dari satu, diikatkan dengan kuat dan
diletakan pada bagian depan leher
kimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan
tidak ada atau tidak jelas.
Bebam mayat terdapat pada bagian tubuh
yang menggantung sesuai dengan posisi
mayat setelah meninggal
&anda parchmentisasi tidak ada atau tidak
jelas
Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga,
dll, tergantung dari penyebab kematian
Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga,
dll, tergantung dari penyebab kematian
Bidah tidak terjulur kecuali pada kasus
pencekikan
reksi penis dan cairan sperma tidak ada.
Pengeluaran feses juga tidak ada
#ir liur tidak ditemukan yang menetes pada
kasus selain kasus penggantungan
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
18/46
menuju dada.
III. PEN$ERATAN ,%TRAN#ULATIN B LI#ATURE-
A. De!'n's'
Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen,
kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama
makin kuat, sehingga saluran nafas tertutup. %erbeda dengan gantung diri yang biasanya
merupakan kasus bunuh diri, maka penjeratan biasanya adalah kasus pembunuhan.
Pada peristiwa gantung, kekuatan jeratnya berasal dari berat tubuhnya, maka pada jeratan
dengan tali kekuatan jeratnya berasal dari tarikan pada kedua ujungnya. Dengan kekuatan
tersebut, pembuluh darah balik atau jalan nafas dapat tersumbat. &ali yang dipakai sering
disilangkan dan sering dijumpai adanya simpul. 2eratan pada bagian depan leher hampir
selalu melewati membran yang menghubungkan tulang rawan hyoid dan tulang rawan
thyroid.
B. Mekan'sme kemat'an
#da : mekanisme kematian pada jerat , yaitu '
. #sfiksia
&erjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian
yang paling sering.
0. /skemia Serebral
/skemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri
4oklusi arteri5 yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. ;ambar dibawah
menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri dengan gantung.
:. Syok aso!agalPerangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks !agal yang menyebabkan henti
jantung.
). )ara kemat'an a+a kasus jerat
7ara kematian pada kasus jerat diantaranya adalah'
. Pembunuhan 4paling sering5.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
19/46
Pembunuhan pada kasus jeratan 4strangulation by ligature5 dapat kita jumpai pada
kejadianinfanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat,
dan hukuman mati4
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
20/46
&andatanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti !ena dan
edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas.
c. Bebam Mayat
Bokasi timbulnya lebam mayat tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati.
2. Pemer'ksaan Dalam $ena0ah
Pada pemeriksaan dalam akibat peristiwa jerat didapatkan '
a. Bapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur.
b. &andatanda #sfiksia
&erdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah,
&erdapat buih halus di mulut
Didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar 780 yang meninggi.
c. &erdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot
a. &erdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini
lebih sering dihubungkan dengan tindak kekerasan.
d. Pada pemeriksaan paruparu sering ditemui edema paru.
e. 2arang terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.
E. Asek Me+'k(legal
Perbedaan kasus gantung dan kasus jerat
"asus #antung
,unuh +'r'-
"asus $erat
,emunuhan-
%'mul
$umlah l'l'tan enjerat
Arah
$arak t't'k tumu*
s'mul
Simpul hidup
Simpul dapat dikeluarkan
melalui kepala4tidak terikat
kuat5
%isa lebih dari lilitan
Serong ke atas
2auh
%erbentuk H!A 4lingkaranterputus5
Simpul mati
Simpul sulit dikeluarkan melalui
kepala 4terikat kuat5
%iasanya buah lilitan
Mendatar*hori
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
21/46
L(kas' jejas
$ejas jerat
Luka erla4anan
Luka la'n*la'n
Bebih tinggi
Meninggi ke arah simpul
%iasanya ada, mungkin
terdapat luka percobaan lain
Bebih rendah
Mendatar
I
#da, sering di daerah leher
"arakter'st'k s'mul 2ejas simpul jarang terlihat
Simpul hidup
Simpul dapat dikeluarkan
melalui kepala4tidak terikat
kuat5
&erlihat jejas simpul
Simpul
Simpul sulit dikeluarkan melalui
kepala 4terikat kuat5
Leam ma5at Pada bagian bawah tubuh &ergantung posisi tubuh korbanL(kas'
"(n+'s'
Paka'an
Ruangan
&ersembunyi
&eratur
)api dan baik
&erkunci dari dalam
%er!ariasi
&idak teratur
&idak teratur, robek
&idak teratur, terkunci dari luar
I6. PEN)E"I"AN
A. De!'n's'
Pencekikan adalah penekanan pada leher dengan tangan atau lengan bawah, yang
menyebabkan dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran
nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat.
B. Mekan'sme "emat'an
. #sfiksia
#sfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pernafasan yang normal.
;ejala asfiksia '
a. (ase dyspnea '
(rekuensi nadi meningkat
(rekuensi nafas meningkat
Suhu tubuh meningkat &anda sianosis
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
22/46
b. (ase kon!ulsi
c. (ase apneu '
(rekuensi nafas meningkat
Kesadaran menurun
)elaksasi sfingter
d. (ase akhir ' -afas berhenti.
0. )efleks !agal
)eflek !agal menyebabkan kematian segera 4immediate deat$5, hal ini dikaitkan
dengan terminologi sudden cardiac arrest. )eflek !agal dimungkinkan bila leher
terkena trauma.
)efleks !agal terjadi sebagai akibat rangsangan pada ner!us !agus pada corpus
caroticus (carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna yang akan
menimbulkan bradikardi dan hipotensi. )efleks !agal ini jarang terjadi.
2ika mekanisme kematian adalah asfiksia, maka ditemukan tandatanda asfiksia.
&etapi jika mekanisme kematian adalah refleks !agal, tidak didapatkan tandatanda
asfiksia.
:. 7ara Kematian
&erdapat 0 cara kematian pada kasus pencekikan, yaitu pembunuhan dan kecelakaan
yang biasanya mati karena !agal refle=. Selain itu, terdapat : cara melakukan pencekikan
4manual strangulasi5, yaitu '
a. Menggunakan tangan dan pelaku berdiri di depan korban.
b. Menggunakan 0 tangan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban.
c. Menggunakan lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban.
#pabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah pelaku maka ini
disebut mugging.
). #amaran P(st M(rtem Pen7ek'kan
1. Pemer'ksaan Luar
Pada pemeriksaan jena
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
23/46
Sianosis
Bebam merah kebiruan gelap
Bebam terbentuk lebih cepat
Distribusi lebam lebih luas
Darah sukar membeku.
b. &anda kekerasan pada leher
Buka memar pada kulit di leher
%ekas tekanan jari
%ekas kuku
Sidik jari
&angan yang digunakan
#rah pencekikan
c. &anda kekerasan pada tempat lain yang dapat menunjukkan bahwa korban melakukan
perlawanan.
2. Pemer'ksaan Dalam $ena0ah
a. Perdarahan atau resapan darah pada otototot di leher tiroid , kelenj ar ludah, serta
mukosa dan submukosa faring atau laring.
b. (raktur, yang paling sering ditemukan pada os hyoid. (raktur lain pada kartilago
tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea
c. Memar atau robekan membrane hipotiroidea
d. Buksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging. Perdarahan
atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjar ludah, dan mukosa
J submukosa pharing atau laring. (raktur yang paling sering kitatemukan pada os
hyoid. (raktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dantrakea
Pencekikan &erdapat
pendarahan pada lidah
akibat pencekikan
Source' 7olor #tlas of (orensic
Pathology
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
24/46
e. &anda #sfiksia '
Darah lebih gelap J lebih encer
%usa dalam saluran pernafasan
8rgan tubuh lebih berat, lebih gelap, pada pengirisan banyak keluar darah
d. Petekie pada '
mukosa usus halus
epikardium daerah aurikulo!entrikular
subpleura !iseralis paru terutama pars diafragmatika dan fisura interlobaris
kulit kepala sebelah dalam terutama daerah temporal
e. dema paru
6. %U&"A%I
Peristiwa sufokasi dapat terjadi jika oksigen yang ada di udara lokal kurang memadai,
seperti misalnya di dalam satu ruang kecil tanpa !entilasi cukup berdesakdesakan dengan
banyak orang, pertambangan yang mengalami keruntuhan, ataupun terjebak di dalam ruang
yang tertutup rapat. Kematian dalat terjadi dalam beberapa jam, tergantung dari luasnya
ruangan serta kebutuhan oksigen bagi orang yang berada di dalamnya. Sebab kematian pada
peristiwa sufokasi, biasanya merupakan kombinasi dari hipoksia, keracunan 780, hawa panas
dan kemungkinan juga cedera yang terjadi, misalnya pada saat peristiwa kebakaran gedung.
6I. PEMBE"APAN
A. De!'n's'
Pembekapan berarti obstruksi mekanik terhadap aliran udara dari lingkungan ke dalammulut dan atau lubang hidung, yang biasanya dilakukan dengan menutup mulut dan hidung
dengan menggunakan kantong plastik. Pembekapan dapat terjadi secara sebagian atau
seluruhnya, dimana yang terjadi secara sebagian mengindikasikan bahwa orang tersebut yang
dibekap masih mampu untuk menghirup udara, meskipun lebih sedikit dari kebutuhannya.
-ormalnya, pembekapan membutuhkan paling tidak sebagian obstruksi baik dari rongga
hidung maupun mulut untuk menjadi asfiksia. Pembekapan merupakan salah satu bentuk mati
lemas, dimana pada pembekapan baik mulut maupun lubang hidung tertutup sehingga proses
pernafasan tidak dapat berlangsung.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
25/46
Korban pembekapan umumnya wanita yang gemuk, orang tua yang lemah, orang dewasa
yang berada di bawah pengaruh obat atau anakanak. Kelainan yang terjadi karena
Pembekapan adalah berbentuk luka lecet dan atau luka memar terdapat di mulut, hidung, dan
daerah sekitarnya. Sering juga didapatkan memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir
bagian dalam yang berhadapan dengan gigi.
B. )ara "emat'an
Pembekapan dapat diklasifikasikan menurut cara kematiannya, yaitu '
1. Bunuh +'r' ,suicide-
%unuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada
penderita penyakit jiwa, orang tahanan, orang dalam keadaan mabuk, yaitu Dengan
membenamkanL wajahnya ke dalam kasur, atau menggunakan bantal, pakaian, yang
diikatkan menutupi hidung dan mulut. %isa juga dengan menggunakan plester yang
menutupi hidung dan mulut.
2. "e7elakaan ,accidental smothering-
Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulanbulan pertama
kehidupannya, terutama bayi prematur bila hidung dan mulut tertutup oleh bantal atau
selimut. Selain itu juga dapat terjadi kecelakaan dimana seorang anak yang tidur
berdampingan dengan orangtuanya dan secara tidak sengaja orangtuanya menindih si
anak sehingga tidak dapat bernafas. Keadaan ini disebut oerlying. Pada anakanak dan
dewasa muda bisa terjadi kecelakaan terkurung dalam suatu tempat yang sempit dengan
sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau dalam kantong plastik. 8rang dewasa yang
terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsi yang mendapat serangan dan terjatuh,
sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum, tepung, dan sebagainya.
3. Pemunuhan ,homicidal smothering-
%iasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa hanya
terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orangtua, orang sakit berat, orang dalam
pengaruh obat atau minuman keras.
Pada pembunuhan dengan pembekapan biasanya dilakukan dengan cara hidung
dan mulut diplester, bantal ditekan ke wajah, kain atau dasi yang dibekapkan pada
hidung dan mulut.
Pembunuhan dengan pembekapan dapat juga dilakukan bersamaan dengan
menindih atau menduduki dada korban. Keadaan ini dinamakan burking.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
26/46
). #amaran P(st M(rtem Pemekaan
1. Pemer'ksaan Luar $ena0ah
a. &anda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang digunakan
dan kekuatan menekan.
b. Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau geser,
jejas bekas jari*kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi,
yang mungkin terjadi akibat korban melawan.
c. Buka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian*permukaan dalam bibir akibat
bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Ujung lidah juga dapat
mengalami memar atau cedera.
d. %ila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal, maka pada
pemeriksaan luar jena
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
27/46
Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan akti!itas fibrinolisin.
Pendapat lain dihubungkan dengan faktorfaktor pembekuan yang ada di
ekstra!askuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh darah oleh karena
cepatnya proses kematian
b. Kongesti 4pembendungan yang sistemik5
Kongesti pada paruparu yang disertai dengan dilatasi jantung kanan
merupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia. Pada pengirisan mengeluarkan
banyak darah.
c. dema pulmonum
dema pulmonum atau pembengkakan paruparu sering terjadi pada kematian
yang berhubungan dengan hipoksia.
d. Perdarahan %erbintik 4Petechial haemorrhages5
Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung daerah aurikulo!entrikular, subpleura !isceralis paru terutama di lobus
bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam
terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis. C
e. %isa juga didapatkan busa halus dalam saluran pernafasan.
D. #amaran M'kr(sk('s
Pemeriksaan mikroskopik sangat penting dilakukan untuk melihat reaksi intra!italitas
yang merupakan reaksi tubuh manusia yang hidup terhadap luka. )eaksi ini penting untuk
membedakan apakah luka terjadi pada saat seseorang masih hidup atau sudah mati. )eaksi
!ital yang umum berupa perdarahan yaitu ekimosis, petekie dan emboli.
;angguan jalan napas pada pembekapan akan menimbulkan suatu keadaan dimana
oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida.
Pemeriksaan secara histopatologi pada parenkim paru dapat meminimalisir diagnosis banding
dari beberapa kasus kematian yang disebabkan karena asfiksia.
6II. TER%EDA" ,CHOKINGDAN GAGGING-A. De!'n's'
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
28/46
Sumbatan jalan napas oleh benda asing, yang mengakibatkan hambatan udara masuk ke
paruparu. Pada gagging, sumbatan terdapat dalam orofaring, sedangkan pada c$oking
sumbatan terdapat lebih dalam pada laringofaring.
B. Mekan'sme "emat'an
Mekanisme kematian yang mungkin terjadi adalah asfiksia atau refleks !agal akibat
ransangan pada reseptor ner!us !agus di arkus faring yang menimbulkan inhibisi kerja
jantung dengan akibat cardiac arrest dan kematian.
). )ara "emat'an
Kematian dapat terjadi sebagai akibat'
. %unuh diri 4 suicide 5. "al ini jarang terjadi karena sulit untuk memasukan benda
asing ke dalam mulut sendiri disebabjan adanya refleks batuk atau muntah. Umumnya
korban adalah penderita sakit mental atau tahanan.
0. Pembunuhan 4 $omicodal c$oking 5. Umumnya korban adalah bayi, orang dengan
fisik lemah atau tidak berdaya.
:. Kecelakaan 4 accidental c$oking 5. Pada bolus death yang terjadi bila tertawa atau
menangis saat makan, sehingga makanan tersedak ke dalam saluran pernapasan.
Mungkin pula terjadi akibat regurgitasi makanan yang kemudian masuk ke dalam
saluran pernapasan.
D. #amaran P(st M(rtem Terse+ak
Pada pemeriksaan jena
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
29/46
&enggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas 4asfiksia5
disebabkan masuknya cairan kedalam saluran pernapasan. /stilah tenggelam harus pula
mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya korban dalam air yang menyebabkan
kehilangan kesadaran dan mengancam jiwa.
Pada peristiwa tenggelam 4drowning5, seluruh tubuh tidak harus tenggelam di air.
#salkan lubang hidung dan mulut berada dibawah permukaan air maka hal itu sudah cukup
memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam. %erdasarkan pengertian tersebut maka
peristiwa tenggelam tidak hanya dapat terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi di
dalam wastafel atau ember berisi air. 4buku U-D/P5 Pada mayat yang ditemukan terbenam dalam
air, perlu pula diingat bahwa mungkin korban sudah meninggal sebelum masuk kedalam air.
Perlu diketahui bahwa jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paruparu
adalah sebanyak 0 liter untuk orang dewasa dan :3 sampai 93 mililiter untuk bayi.
B. $en's*$en's Tenggelam
2enisjenis tenggelam antara lain'4buku U/5
1. /et dro'ning
Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam.
". &ry dro'ning
Pada keadaan ini cairan tidak masuk kedalam saluran pernapasan, akibat spasme
laring.
#. Secondary dro'ning
&erjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam 4dan diangkat dari dalam air5
dan korban meninggal akibat komplikasi.
%. 0mmersion syndrome
Korban tibatiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks !agal.
#lkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus.
). %ea "emat'an
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan diantaranya oleh'
. agal )efle=
Peristiwa tenggelam yang mengakibatkan kematian karena !agal refle= disebut
tenggelam tipe 0.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
30/46
Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan postmortem tidak ditemukan
adanya tandatanda asfiksia ataupun air di dalam paruparunya sehingga sering disebut
tenggelam kering (dry dro'ning).
0. Spasme Baring
Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat jarang sekali terjadi.
Spasme laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada
pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tandatanda asfiksia, tetapi paruparunya
tidak didapati adanya air atau bendabenda air. &enggelam jenis ini juga disebut
tenggelam tipe 0.
:. Pengaruh air yang masuk paruparu
a. &enggelam di air tawar
Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai
gangguan elektrolit.
Pada keadaan ini terjadi absorbsi cairan yang masif. Karena konsentrasi elektrolit
dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi
hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar al!eoli dan mengakibatkan
pecahnya sel darah merah 4hemolisis5. #kibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh
mencoba mengatasi keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot
jantung sehingga kadar ion Kalium dalam plasma meningkat 4hiperkalemi5, terjadi
perubahan keseimbangan ion KI dan 7aII dalam serabut otot jantung dan dapat
mendorong terjadinya fibrilasi !entrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian
menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. Kematian terjadi dalam waktu
? menit.
Pemeriksaan post mortem ditemukan tandatanda asfiksia, kadar -a7l jantung
kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan adanya buih serta bendabenda air pada paru
paru. &enggelam jenis ini disebut tenggelam tipe 00 A.
b. &enggelam di air asin
Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi. &idak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit.
Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga
air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringgan intertisial paru yang akan
menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipo!olemi dan kenaikan kadar
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
31/46
magnesium dalam darah. "emokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi
lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung.
Pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tandatanda asfiksia, kadar -a7l
pada jantung kiri lebih tinggi daripada janung kanan dan ditemukan buih serta benda
benda air.
&enggelam jenis ini disebut tenggelam tipe 00 . Kematian terjadi kirakira dalam
waktu FG menit setelah tenggelam 4lebih lambat dibandingkan dengan tenggelam tipe
//#5.
D. )ara "emat'an
Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena'
. Kecelakaan
Peristiwa tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena korban jatuh ke laut,
danau atau sungai. Pada anakanak keclakaan sering terjadi di kolam renang atau
galian tanah berisi air. (aktorfaktor yang sering menjadi penyebab kecelakaan itu
antara lain karena mabuk atau mendapat serangan epilepsi.
0. %unuh diri
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering kali terjadi.
Kadangkadang tubuh pelaku diikat dengan benda pemberat agar supaya tubuh dapat
tenggelam. %ukan pekerjaan yang mudah untuk membedakan tenggelam karena bunih
diri dengan pembunuhan.
:. Pembunuhan
%anyak cara yang digunakan, seperti misalnya melemparkan korban ke laut atau
memasukan kepalanya ke dalam bak berisi air. Dari segi patologik saja sulit dapat
membedakan apakah peristiwa tenggelam itu akibat pembunuhan atau bunuh diri.
Pemeriksaan di tempat kejadian dapat membantu. 2ika benar karena pembunuhan perlu
diteliti apakah korban di tenggelamkan kedalam air ketika ia masih hidup atau sesudah
dibunuh lebih dahulu dengan cara lain.
E. Pemer'ksaan P(st M(rtem
Pada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin agar
mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali mayat ditemukan sudah dalam
keadaan membusuk.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
32/46
"al penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah'
. Menentukan identitas korban
/dentitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain'
o Pakaian dan bendabenda milik korban
o >arna dan distribusi rambut dan identitas lain
o Kelainana atau deformitas dan jaringan parut
o Sidik jari
o Pemeriksaan gigi
o &eknik identifikasi lain
0. #pakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup atau
sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari hasil pemeriksaan '
a. Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup waktu
tenggelam adalah pemeriksaan diatom
b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar elektrolit
magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
c. %enda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulaimembusuk. Demikian juga dengan isi lambung dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan al!eoli yang secara
fisika dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam mepunyai
nilai bermakna.
e. Pada beberapa kasus ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan
bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam air.
:. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca kematian dapat menunjukkan tipe
drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau
kekerasan lain.
9. (aktorfaktor yang berperan pada proses kematian
(aktorfaktor yang berperan pada proses kematian misanya kekerasan, obat
obatan, alkohol dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau melalui bedah jena
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
33/46
7utis anserina
%ila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam saluran
nafas, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat membantu
menentukan apakah korban tenggelam ditempat itu atau tempat lain.
C. #pakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
%ila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk ke air,
maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk ke
dalam saluran pernafasan. Pada immersion, kematian terjadi dengan cepat, hal
ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi pada waktu
cairan melalui saluran nafas bagian atas. %eberapa korban yang terjun dengan
kaki terlebih dahulu menyebabkan cairan dengan mudah masuk ke
hidung. (aktor lain adalah keadaan hipersensiti!itas dan kadangkadang
keracunan alkohol.
%ila tidak ditemukan air dalam paruparu dan lambung berarti kematian terjadi
seketika akibat spasme glottis yang menyebabkan cairan tidak dapat masuk.
>aktu yang diperlukan untuk terbenam dapat ber!ariasi tergantung dari keadaan
sekeliling korban, keadaan masingmasing korban, reaksi perorangan yang bersangkutan,
keadaan kesehatan, dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran
pernapasan.
Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin banyak,
kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 00 menit 4fatal periode5. Dalam periode ini bila
orban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan masih dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.
&. #amaran P(st M(rtem "asus Tenggelam
Pemer'ksaan Luar
Pada pemeriksaan luar dapat ditemukan tandatanda sebagai berikut'
a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda
benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam dalam
air.
b. %usa halus pada hidung dan mulut, kadangkadang berdarah.
c. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang
pendarahan atau perbendungan.
d. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior
tubuh terutama pada ekstremitas akibat
kontraksi otot erektor pili yang dapat terjadi
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
34/46
>asher womanAs hand
karena rangsang dinginnya air. ;ambaran kutis anserina kadangkala dapat juga
akibat rigor mortis pada otot tersebut.
e. >asher womanAs hand dimana telapak tangan
dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput
yang disebabkan karena imbibisi cairan ke
dalam kutis dan biasanya membutuhkan waktu
lama.
f. 7ada!eric spasme, merupakan tanda intra!ital
yang terjadi pada waktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan
memegang apa saja seperti rumput atau bendabenda lain dalam air.
g. Bukaluka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat gesekan pada
bendabenda dalam air. Puncak kepala mungkin terbentur dasar waktu
terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka post mortal akibat bendabenda atau
binatang dalam air.
Pemer'ksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam dapat ditemukan tandatanda sebagai berikut'
a. %usa halus dan benda asing 4pasir, tumbuhtumbuhan air5 dalam saluran
pernafasan.
b. Paruparu mebesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi kandung
jantung. Pada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini terutama terjadi
pada kasus tenggelam di laut.
c. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum interal!eolar.
Mungkin terdapat bercakbercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf akibat
robeknya penyekat al!eoli 4Polsin5.
d. Petekie subpleural dan bula emfisema jarang terdapat dan ini bukan merupakan
tanda khas tenggelam tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.
7ada!eric spame
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
35/46
e. Dapat juga ditemukan paruparu yang normal karena cairan tidak masuk ke
dalam al!eoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah Gmelalui proses
imbibisi5, ini dapat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.
f. 8tak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan
g. Bambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan mungkin juga terdapat
dalam usus halus.
#. Pemer'ksaan La(rat(r'um
. Pemeriksaan Diatom.
#lga* ganggang bersel satu dngan dinding terdiri dari silikat yang tahan panas
dan asam kuat. Diatom ini dapat dijumpai dalam air tawat, alut, sungai, sumur.
%ila seseorang mati karena tenggelam maka cairan bersama diatom masuk ke
dalam saluran nafas atau pencernaan, kemudian diatom akan masuk ke dalam
aliran darah melalui kerusakkan dinding kapiler pada waktu korban masih hidup
dan tesebar ke seluruh jaringan. Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru
mayat segar. %ila mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari
jaringan ginjal, otot skelet, sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati
dan limpa kurang bermakna sebab berasal dari penyerapan abnormal saluran
pencernaan terhadap makanan dan minuman.
Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup
banyak ' 9?* BP% atau 303 per satuan sediaan, atau pada sumsum tulang cukup
ditemukan satu
0. Pemeriksaan Diatom dapat dilakukan dengan pemeriksaan destruksi pada paru
dan pemeriksaan getah paru.
:. Pemeriksaan Darah 2antung. Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada
darah yng berasal dari bilik jantung kiri dan bilik jantung kanan. %ila tenggelam di
air tawar, berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah
dari jantung kanan sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya.
Perbedaan kadar elektrolit lebih rendah dari 3@ dapat menyokong diagnosis.
9. Pemeriksaan mikroskopik jaringan
?. Pemeriksaan keracunan
H. D'agn(s's Tenggelam
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
36/46
%ila mayat masih segar 4belum terdapat pembusukkan5, maka diagnosis kematian
akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan yang teliti dari'
Pemeriksaan luar,
Pemeriksaan dalam,
Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat
jenis serta kadar elektrolit darah.
%ila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat
berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paruparu yang bila disokong oleh
penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau sumsum tulang, maka diagnosis akan
menjadi makin pasti.
I8. )RU%H A%PH8IA ,TRAUMATI" A%&I"%IA-
7rush #sphy=ia disebabkan oleh karena dada dan perut mendapat tekanan secara
bersamaan oleh suatu kekuatan yang menyebabkan dada terfiksasi sehingga diafragma tidak
dapat bergerak. "al tersebut kemudian menimbulkan gangguan gerak pernapasan sehingga
udara yang masuk ke dalam atau keluar paru terhambat, misalnya tertimbun pasir, tanah
longsor, runtuhan tembok, pohon yang tumbang atau tebing yang runtuh.
7rush #sphy=ia juga dapat terjadi karena berdesakdesakan keluar dari suatu ruangan
melalui pintu yang sempit. #kibat tekanan tersebut maka akan terjadi kompresi pada dada
dan perut sehingga diafragma dalam keadaan terfiksir. #kibatnya gerakan pernapasan tidak
mungkin terjadi sehingga tubuh mengalami asfiksia. #sfiksia traumatik tidak pernah terjadi
pada kasus bunuh diri, dan paling sering terjadi pada kecelakaan. #sfiksia traumatik dapat
juga terjadi pada kasus pembunuhan, sebagai contoh adalah kasus burking yang merupakan
kombinasi pembekapan dan tekanan dari luar pada dada. Pada burking korban dibuat tidak
berdaya, kemudian dilentangkan, diduduki atai berlutut di dada korban dengan satu tangan
menutup lubang hidung dan mulut korban, tangan lain menekan rahang bawah korban ke arah
atas. Korban cepat mati dengan cara ini dan meninggalkan tanda kekerasan yang minimal
atau kadang tidak ada.
Pada pemeriksaan post mortem akan terlihat adanya tandatanda umum asfiksia6 seperti
misalnya cyanosis, bintikbintik perdarahan pada bagian atas dari tubuh, edema serta
pembengkakan pada bola mata dan kongesti pada tubuh sebelah atas akibat darah terdorong
ke atas oleh kompresi pada abdomen. 2ika benda yang menekan itu sangat berat maka besar
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
37/46
kemunginan kematiannya bukan karena asfiksia, tetapi karena sebab lain6 seperti misalnya
perdarahan karena hancurnya organ dalam.
8. "ERA)UNAN "ARBN MN"%IDA ,)-
A. "ar(n( M(n(ks'+a ,)-
)acun adalah suatu
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
38/46
%ila orang yang telah mengabsorbsi 78 dipindahkan ke udara bersih dan berada
dalam keadaan istirahat, maka kadar 78"b semula akan berkurang ?3@ dalam waktu 9,?
jam. Dalam waktu CF jam darahnya tidak mengandung 78"b lagi. /nhalasi oksigen
mempercepat ekskresi 78 sehingga dalam waktu :3 menit kadar 78"b telah berkurang
setengahnya dari kadar semula. Umummya kadar 78"b akan berkurang ?3@ bila penderita
78 akut dipindahkan ke udara bersih dan selanjutnya sisa 78"b akan berkurang F3@
setiap jamnya. "al ini penting untuk dapat mengerti mengapa kadar 78"b dalam darah
korban rendah atau negatif pada saat diperiksa, sedangkan korban menunjukkan gejala dan
atau kelainan histopatologis yang la
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
39/46
"(nsentras'
rata*rata 9
jam ,m-
"(nsentras' )H +'
+alam +arah ,:-#ejala "era7unan
0? ?3 0,? ? &idak ada gejala
?3 33 ? 3 #liran darah meningkat, sakit kepala ringan
33 0?3 3 03&egang daerah dahi, sakit kepala, penglihatan
agak terganggu
0?3 9?3 03 :3Sakit kepala sedang, berdenyutdenyut, dahi
4throbbing temple5, wajah merah dan mual
9?3 C?3 :3 93Sakit kepala berat, !ertigo, mual, muntah, lemas,
mudah terganggu, pingsan saat bekerja
C?3 333 93 ?3Seperti diatas, lebih berat, mudah pingsan dan
jatuh
333 ?33 ?3 C3Koma, hipotensi, kadang disertai kejang,
pernafasan 7heyneStokes
?33 0?33 C3 E3Koma dengan kejang, penekanan pernafasan dan
fungsi jantung, mungkin terjadi kematian
0?33 9333 E3 F3Denyut nadi lemah, pernafasan lambat, gagal
hemodinamik, kematian
E. #amaran P(st M(rtem "era7unan "ar(n M(n(ks'+a
Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan 78, ditemukan lebam mayat
berwarna merah terang 4 c$eery red colour 5, yang tampak jelas bila kadar 78"b mencapai
:3@ atau lebih. -amun ternyata warna lebam mayat tersebut juga dapat ditemukan pada
mayat yang didinginkan, korban keracunan sianida, dan pada orang yang mati akibat infeksi
oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga membentuk nitroksihemoglobin.
Pada substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus palidus, dapat ditemukan
petekie. Ditemukan pula ensefalomalasia simetris pada globus palidus. -amun, kelainan
kelainan tersebut ternyata tidak patognomonik untuk keracunan 78.
Sedangkan pada miokardium dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis, paling sering
di muskulus papilaris !entrikel kiri, kadangkadang juga terdapat pada otot !entrikel,
terutama di subperikardial dan subendokardial. Pada pemeriksaan mikroskopik menunjukan
gambaran sesuai dengan infark miokardium akut.
"ipoksia atau defisiensi oksigen, merupakan penyebab cedera sel tersering danterpenting, serta menyebabkan kematian. "ipoksia harus dibedakan dengan iskemia6 yang
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
40/46
merupakan terhentinya suplai darah dalam jaringan akibat gangguan aliran darah arteri atau
berkurangnya drainase !ena. Defisiensi oksigen juga dapat disebabkan oleh oksigenasi darah
yang tidak adekuat, salah satu contohnya adalah pada keracunan 78.
8I. "ERA)UNAN %IANIDA
Sianida 47-5 merupakan racun yang sangat toksik, karena garam sianida dalam takaran
kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuhdiri yang dilakukan oleh beberapa tokoh -a
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
41/46
I
7-
(eIIIsitokromoksidasesianida
semir sepatu putih. K(eroasianida digunakan dalam bidang fotografi, #crylonitrile
digunakan untuk sintesis karet. 7acyanimide untuk pupuk penyubur.
7yanogen 470-05 dipakai dalam sintesis kimiawi. Sianida juga didapat dari biji tumbuh
tumbuhan terutama bijibijian dari genus prunus yang mengandung glikosida sianogenetik
atau amigdalin6 seperti singkong liar, umbiumbian liar, temu lawak, chery liar, pulm, aprikot
liar, jetberry bush, dll.
2. &armak(k'net'k
;aram sianida cepat diabsorbsi melalui saluran pencernaan. 7yanogen dan uap "7-
diabsorbsi mealui pernapasan. "7- cair akan cepat diabsorbsi melalui kulit tetapi gas "7-
lambat. Sedangkan nitrit organik 4iminodipropilnitril, glikonitril, glikonitril, asetonitril5
cepat diserap melalui kulit.
Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit. Setelah
diabsorbsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai 7- bebas dan tidak dapat berikatan
dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk
sianmethemoglobin. Sianida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa en
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
42/46
Sianida teroksidasi dalam tubuh menjadi sianat dan sulfosianat dan dikeluarkan dari
tubuh melalui urin.
&akaran toksis peroral untuk "7- adalah C3G3 mg sedangkan takaran toksik untuk
K7- atau -a7- adalah 033 mg.
Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama inhalasi akan menentukan kecepatan
timbul gejala keracunan dan kematian.
-ilai &B 4&hreshold Bimit alue5 adalah mg per M:untuk gas "7-, sedangkan
&B untuk debu sianida adalah ? gr per M:.
Kadangkadang korban keracunan 7- melebihi takaran mematikan 4letal5 tetapi tidak
meninggal. "al ini mungkin disebabkan oleh toleransi indi!idual dengan daya detoksifikasi
tubuh berlebihan, dengan mengubah 7- menjadi sianat dan sulfosianat. Dapat pula
disebabkan oleh keadaan anasiditas asam lambung, sehingga menyebabkan garam 7- yang
ditelan tidak terurai menjadi "7-. Keadaan ini dikenal sebagai imunitas 7asputin. &etapi
sekarang hal ini telah dibantah, karena cukup dengan air saja dalam lambung, garam 7-
sudah dapat terurai menjadi "7-. Kemungkinan lain adalah karena dalam penyimpanan
sianida sudah berubah menjadi garam karbonat. Misalnya -a7- I udara -a078:I -":.
3. Tan+a +an gejala kera7unan
Pada keracunan akut racun ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernapasan dan
kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam inter!al waktu yang pendek antara
menelan racun sampai kematian, dapat ditemukan gejalagejala dramatis, korban
mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersali!asi, mual
muntah, sakit kepala, !ertigo, fotofobi, tinitus, pusing dan kelelahan. Dapat pula
ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah, pernapasan
cepat dan kadangkadang tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks melambat, udara
pernapasan dapat berbau amandel, juga muntahan tercium bau amandel. Menjelang
kematian, sianosis lebih nyata dan timbul kedut otototot kemudian kejangkejang
dengan inkontinensi urin dan al!i.
)acun yang di inhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual, muntah, sakit
kepala, sali!asi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan
ekstremitas cepat timbul dan kemudian kolaps, kejangkejang, koma dan meninggal.
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
43/46
Pada keracunan kronik korban tampak pucat, berkeringat dingin, pusing, raa tidak enak
dalam perut, mual dan kolik, rasa tertekan pada dada dan sesak napas. Keracunan kronik
7- dapat menyebabkan goiter dan hipotiroid, akibat terbentuk sulfosianat.
. Pemer'ksaan "e+(kteran &(rens'k
Pemeriksaan luar jenaarna lebam mayat yang merah terang tidak selalu ditemukan pada kasus
keracunan sianida, ditrmukan pula kasus kematian akibat sianida dengan wana lebam
mayat yang bewarna birukemerahan, li!id. "al ini tergantung pada keadaan dan
derajat keracunannya.
Pemeriksaan dalam jena
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
44/46
dan pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi
lambung yang dapat terjasi antemortal atau postmortal.
;. Pemer'ksaan la(rat(r'um
a. Uji kertas saring
Kertas saring dicelupkan kedalam larutan asam piknat jenuh, biarkan hingga menjadi
lembab. &eteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak
mengering, kemudian teteskan -a078: 3@ tetes. Uji positif bila terbentuk warna
ungu.
Kertas saring dicelup dalam larutan K7B, dikeringkan dan dipotongpotong kecil.
Kertas tersebut dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka warna akan
berubah menjadi merah teang karena terbentuk sianmethemoglobin.
b. )eaksi SchonbeinPagenstecher
Masukan ?3 mg isi lambung* jaringan kedalam tabung elenmeyer. Kertas saring
dicelupkan kedalam larutan guajacol 3@ dalam alkohol, keringkan. Balu celupkan
kedalam larutan 3,@ 7us89 dalam air dan kertas saring digantungkan diatas jaringan
dalam botol . %otol tersebut dihangatkan. %ila reaksi positif, akan terbntuk warna
biruhijau pada kertas saring. )eaksi ini tidak spesifik.
c. )eaksi Prussian %lue
d. 7ara ;ettler ;oldbaum
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
45/46
BAB III
"E%IMPULAN
#sfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran
udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang disertai dengan peningkatan
karbon dioksida. Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi
kematian.
#sfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan yang bersifat mekanik, misalnya
pembekapan, penyumbatan, penjeratan, pencekikan, gantung diri, dan tenggelam 4drowning5.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dibedakan menjadi 9 fase,
yaitu' fase dispneu, fase kon!ulsi, fase apneu dan fase akhir. Masa dari saat asfiksia timbul
sampai terjadinya kematian sangat ber!ariasi. Umumnya berkisar antara 9? menit. (ase
dispneu dan fase kon!ulsi berlangsung kurang lebih :9 menit, tergantung dari tingkat
penghalanhan oksigen, bila tidak 33@ maka waktu kematian akan lebih lama dan
tandaNtanda asfiksia akan lbih jelas.
Pada pemeriksaan luar jenaarna lebam mayat kebiruan gelap dan terbentuk lebih
cepat, terdapat busa halus pada hidung dan mulut, dan tampak pembendungan pada mata
berupa pelebaran pembuluh darah, konjungti!a bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase
kon!ulsi.
Pada pemeriksaan dalam jena
-
7/25/2019 kematian dengan asfiksia
46/46
DA&TAR PU%TA"A
. %udiyanto #., >idiatmaka >., Sudiono S, et al., Kematian Karena #sfiksia Mekanik,
/lmu Kedokteran (orensik Uni!ersitas /ndonesia, 2akarta' GGE.
0. Dahlan S, #sfiksia, /lmu Kedokteran (orensik, %adan Penerbit Uni!ersitas
Diponegoro, Semarang' 0333.
:. /edris M, dr., &jiptomartono #.B, dr., #sfiksia., Penerapan /lmu Kedokteran (orensik
dalam Proses Penyidikan., Sagung Seto., 2akarta' 033F.
9. #mir #, )angkaian /lmu Kedokteran (orensik, ed 0, %agian /lmu Kedokteran
(orensik dan Medikolegal (akultas Kedokteran Uni!ersitas Sumatera Utara, Medan,
033E.?. Darmono, 8armasi 8orensik &an *oksikologi6 +enerapannya &alam +enyidik 3asus
*indak +idana 3e2a$atan, Uni!ersitas /ndonesia Press, 2akarta, 033G.
C. Mohan S. Dharma, Dkk., !akala$ 0nestigasi 3ematian &engan *oksikologi
8orensik (K, 033F, &ersedia di'
http'**yayanakhyar.files.wordpress.com*033F**in!estigasikematiandengan
toksikologiforensikfilesofdrsmed.pdf., Diakses pada tanggal 3? 2anuari 030.
E. %ionity &eam. #sphy=ia. 033G. &ersedia di'
http'**www.bionity.com*en*encyclopedia*#sphy=ia.html. Diakses Pada &anggal 3?
2anuari 030.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/investigasi-kematian-dengan-toksikologi-forensik-files-of-drsmed.pdfhttp://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/investigasi-kematian-dengan-toksikologi-forensik-files-of-drsmed.pdfhttp://www.bionity.com/en/encyclopedia/Asphyxia.htmlhttp://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/investigasi-kematian-dengan-toksikologi-forensik-files-of-drsmed.pdfhttp://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/investigasi-kematian-dengan-toksikologi-forensik-files-of-drsmed.pdfhttp://www.bionity.com/en/encyclopedia/Asphyxia.html