kelompok 6

Upload: nazula-mufarihah

Post on 07-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sistem integumen

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHerpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis. Herpes zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah ada sebelumnya. Hubungan varisela dan herpes zoster pertama kali ditemukan oleh Von Gokay pada tahun 1888. ia menemukan penderita anakanak yang dapat terkena varisela setelah mengalami kontak dengan individu yang mengalami infeksi herpes zoster.Implikasi neurologik dari distribusi lesi semental herpes zoster diperkenalkan oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. Herpes zoster dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang sama. Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi kulit?2. Bagaimana epidemiologiherpes zoester?3. Apakah definisiherpes zoester?4. Apa etiologi herpes zoester?5. Bagaimana patofisiologi dan Pathway herpes zoester?6. Bagaimana tanda dan gejala herpes zoester?7. Apa manifestasi klinis herpes zoester?8. Bagaimana komplikasiherpes zoester ?9. pemeriksaan diagnostik herpes zoester?10. Bagaimana penatalaksanaan medis herpes zoester?11. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan klien dengan Herpes zoester?

1.3 Tujuan1. Menjelaskan Anatomi fisiologi kulit.2. Menjelaskan epidemiologi herpes zoester .3. Menjelaskan definisi herpes zoester.4. Menjelaskan etiologi herpes zoester.5. Menjelaskan patofisiologi dan Pathway herpes zoester.6. Menjelaskan tanda dan gejala herpes zoester7. Menjelaskan manifestasi klinis herpes zoester.8. Menjelaskankomplikasiherpes zoester9. Menjelaskan Pemeriksaan diagnostikherpes zoester.10. Menjelaskan penatalaksanaan medisherpes zoester.11. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan herpes zoester.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan fisiologi kulit

Gambar 2.1 Penampang Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasainya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genetalia orang dewasa.Demikian pada kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan berambut kasar terdapat pada kepala.Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :1. Lapisan epidermis atau kutikel.2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).3. Lapisan subkutis (hipodermis).Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.1. Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.c. Stratum granulosum(lapisan kerato hialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir-butir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas kerato hialin, mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.d. Stratum spinosum(stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau kreatin. Perlekatan antara jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel langerhans. Sel-sel Stratum spinosum mengandung banyak glikogen.e. Stratum basaleterdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersususn vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperi pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu:1) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jaringan antar sel.2) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).2. Lapisan ermiselaumm adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembulu darh.b. Pars retikulare, yaitu bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondrotin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksipolin dan hidroksisislin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Serabut estalin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mengembang serta lebih elastis.3. Lapisan subkutisadalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabukela yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembulu darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.Vaskularisasi di kulit juga di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak disubkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis dan bagian atas mengadakan anatomis di bagian dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikulare juga mengadakan anastomisis, di bagian ini pembulu darah mengalami pembesaran. Bergandengan dengan pembulu darah terdapat saluran getah bening.Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.a. Kelenjar Kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :1. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu masa kehamilan dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak kaki, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinegik, faktor panas, dan stres emosional.Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mamae, pubis, labia minor dan saluran telinga luar. Fungsi apkrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada waktu pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8.2. Kelenjar Minyak (glandula sebasea). Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar minyak disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar minyak biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen dan akar rambut (folikel rambut). Sebelum mengandung trigleserida, asam lemak bebas,skualen, wax ester, dan kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar da banyak sera mulai berfungsi aktif.

2.2 Epidemiologi Herpes Zoester Terjadi diseluruh dunia; jarang pada orang berusia 50 tahun hingga insidensi per tahun adalah 10% pada usia >80 tahun. Lebih sering pada pasien dengan imunitas selular yang tertekan. Disebabkan oleh reaktivasi virus VZV laten pada ganglion saraf sensorik. Virus berjalan sepanjang saraf sensorik ke area kulit yang dipersarafinya dan menimbulkan vesikel dengan cara yang sama dengan cacar air. Depresi imunitas seluler akibat usia lanjut, penyakit, atau obat-obatan mempermudah reaktivasi. HZ pada anak kecil sehat mungkin berhubungan dengan perkembangan imunitas selular yang kurang efisien pada saat terjadi infeksi VZV primer, baik in utero maupun pascalahir.

2.3 Pengertian Herpes ZoesterHerpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox).Herpes zoester biasanya menyerang pasien yang berusia lanjut. Virus varisela yang domain diaktifkan dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit di sekitarnya mengalami edema dan perdarahan.keadaan ini biasanya didahului atau disertai nyeri hebat atau rasa terbakar. Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal atau kranial paling sering terserang.Herpes zoester dapat berlangsung selama kurang lebih tiga minggu. Nyeri yang timbul sesudah serangan herpes disebut neuralgia pascaherpetika dan biasanya berlangsung selama beberapa bulan, bahkan kadang-kadang sampai beberapa tahun. Pengobatan herpes zoester lokal bersifat simtomatik dengan kompres pada tempat yang terserang dan memberi obat penghilang rasa sakit. Bila saraf oftalmikus cabang dari saraf trigeminus terkena, maka harus dirujuk pada seorang dokter ahli penyakit mata karena dapat terjadi perforasi kornea akibat infeksi tersebut. Pemberian kortikosteroid sistemik dini dapat membantu mencegah timbulnya neuralgia pascaherpetika. Asiklovir oral 800mg 5 kali sehari selama 10 hari dapat mempersingkat durasi infeksi herper zoester. Obat ini meringankan nyeri, menurunkan pembentukan lesi baru, dan mempercepat waktu penyembuhan. Famsiklovir oral (Famvir) dengan dosis 500mg tiga kali sehari selama 7 hari dan valasiklovir (valtrex) dengan dosis 1 gram tiga kali sehari selama 7 hari dapat memperpendek durasi infeksi herpes zoester. Neuralgia pascaherpetika yang menetap dapat diobati dengan kapsaisin topikal (zostrix) namun biasannya membutuhkan analgetik yang lebih kuat. Amitriptilin dan antidepresan trisiklik juga berguna, namun pasien dengan nyeri yang hebat biasanya dirujuk ke klnik nyeri.

2.4 Etiologi Reaktivasi virus varisela zoster, Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421 hari.Herpes zoester disebabkan oleh infeksi virus varisela zoester(VVZ) dan tergolong virus berinti DNA. Virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik, dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan ke dalam 3 subfamili yaitu alfa, beta, dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbukan lesi vaskular.Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi virus herpes alfa biasanya menetap dala bentuk laten di dalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi. Faktor Resiko Herpes zoster 1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi. 4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang. Faktor pencetuskambuhnya Herpes zoster1. Trauma / luka 2. Kelelahan 3. Demam 4. Alkohol 5. Gangguan pencernaan 6. Obat obatan 7. Sinar ultraviolet 8. Haid Stress.

2.5 Patofisiologi Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kranalis kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranalis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik. Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anakanak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita shingles 3 selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom. Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-zoester yang diyakini sebagai penyebab terjadinya penyakit ini hidup secara inaktif (dormart) di dalam sel-sel saraf di dekat otak dan medula spinalis. Kemudian hari ketika virus yang laten ini mengalami reaktivasi, virus tersebut berjalan lewat saraf perifer ke kulit. Virus varisela yang dorman diaktifkan dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit disekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya didahului atau disertai nyeri hebat dan/ atau rasa terbakar. Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal, atau kranial agaknya paling sering terserang. Herpes zoester dapat berlangsung selama kurang lebih tingga minggu. Adanya keterlibatan saraf perifer secara lokal memberikan respons nyeri, kerusakan integritas jaringan terjadi akibat adanya vesikula. Respons sistemik memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh, perasaan tidak enak badan, dan gangguan gastrointestinal. Respons psikologis pada kondisi adanya lesi pada kulit memberikan respons kecemasan dan gangguan gambaran diri.

WOC

Reaktivasi virus varisela zoesterPredisposisi pada klien pernah menderita cacar air, sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan malignitas

Vesikula yang tersebar

Respons psikologis Respons inflamasi sistemik Respons inflamasi lokal

Kerusakan integritas jaringan Kerusakan saraf perifer Kondisi kerusakan jaringan kulit

Gangguan gastrointestinal mual, anoreksia

Mk : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respons peradangan Mk : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhanMk : nyeri berhubungan dengan infeksi virus

Mk : resiko penularan infeksi berhubungan dengan sifat menular organisme.

2.6 Tanda dan Gejala Herpes Zoester Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing, malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks. Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung kurang lebih 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar geth bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervus fasialis dan otikus. Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus trigeminus. Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persyarafan, tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema.Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun. Tanda dan gejala Herpes zoster a. Gejala prodomal1. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 4 hari.2. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. 3. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.4. Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain lain. b. Timbul erupsi kulit1. Kadang terjadi limfadenopati regional 2. Erupsi kulit hampir selalu unilateraldan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papulpapul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai hari ke 7 .5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar) . 6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.

2.7 Manifestasi klinis Herpes ZoesterNyeri prodormal: lamanya kira-kira 2-3 hari, namun dapat lebih lama.a. Ruam Vesikel dengan eritema disekitarnya yang berlanjut menjadi pustul yang pecah dan kemudian terpisah.1. Lesi baru timbul 3-5 hari 2. Pecahnya vesikel serta pemisahan terjadi dalam 2-4 minggu b. Dermatom yang terlibat :1. Biasanya tunggal 2. Dermatom dorsolumbal merupakan lokasi yang paling sering terlibat (50%). Diikuti oleh trigeminal oftalmika, kemudian servikal dan sakral. Ekstermitas merupakan lokasi yang paling jarang terkena.c. Nyeri face akut, umum selama evolusi ruam.

2.8 Komplikasi Herpes zoster 1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 16 bulan.3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. 4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata. 5. Herpes zoster diseminata / generalisata 6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).

2.9 Pemeriksaan diagnostik Herpes ZoesterTes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex: 1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex. 2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus 3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit Pemeriksaan histopatologik 4. Pemerikasaan mikroskop electron 5. Kultur virus6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ 7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus.8. Sitologi (64 % tz anak smear ditemukan sel raksasa yang multilokuler dan sel-sel akuntalitik).

2.10 Penatalaksanaan Medis Herpes Zoestera) Pengobatan topical 1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah.2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit.3. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari b) Pengobatan sistemik Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus. 1. Penderita dengan keluhan mata Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan.2. Neuralgia Pasca Herpes zoster 3. Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75 mg/hari).4. Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan 5. Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.2.11 Asuhan keperawatan teori A. PengkajianPada bagian ini kita akan belajar tentang hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pengkajian pada klien dengan herpes zoater. Sebelum melakukan pengkajian lebih lanjut, perawat perlu mencantumkan tanggal dan waktu pengkajian. Ini penting untuk dokumentasi asuhan keperawatan dan sebagai sumber informasi tentang kondisi klien saat ini.1. BiodataCantumkan semua identitas klien : umur (penyakit ini sering terjadi pada anak usia di atas 10 tahun atau kelompok dewasa), jenis kelamin (tidak ada perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan).2. Keluhan UtamaAlasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah nyeri pada daerah terdapatnya vesikel berkelompok.

3. Riwayat Penyakit SekarangBiasanya, klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa gatal/nyeri pada dermatom yang terserang, klien juga mengeluh nyeri kepala dan badan terasa lelah. Pada daerah yang terserang, mula-mula timbul papula atau plakat berbentuk urtika, setelah 1-2 hari timbul gerombolan vasikula.4. Riwayat Penyakit KeluargaBiasanya, keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes zoster, atau klien pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.5. Riwayat PsikologiPerlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/citra diri dan harga diri. Sering kali kita jumpai gangguan konsep diri pada klien. Hal ini karena herpes zoster merupakan penyakit merusak kulit dan mukosa, terutama pada kasus herpes zoster berat. Di samping itu, perlu dikaji tingkat kecemasan klien dan informasi pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit ini.6. Kebutuhan Sehari-hariDengan adanya rasa nyeri, klien akan mengalami gangguan tidur/ istirahat dan juga aktivitas. Perlu di kaji juga tentang kebersihan diri klien dan cara perawatan diri; apakah alat-alat mandi/ pakaian bercampur dengan orang lain? .Seharusnya, alat mandi/ handuk dan pakaian tidak bercampur dengan orang lain.7. Pemeriksaan FisikPada klien dengan herpes zoster jarang, di temukan gangguan kesadaran, kecuali jika terjadi komplikasi infeksi lain. Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh klien bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri. Apabila nyeri terasa hebat, tanda-tanda vital cenderung akan meningkat. Pada inspeksi kulit ditemukan adanya vesikel berkelompok sesuai dengan alur dermatom (ini tanda yang khas pada herpes zoster karena virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis ). Vesikel ini berisi cairan jernih yang kemudian menjadi keruh ( berwarna abu-abu ), dapat menjadi pustula dan krusta. Kadang ditemukan vesikel berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemorogik. Apabila yang terserang adalah ganglion kranialis, dapat ditemukan adanya kelainan motorik. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas, misalnya kelinan pada wajah karena gangguan pada nervus trigeminus, nervus fasialis, dan oligus.

8. Pemeriksaan LaboratoriumSitologi (64% zanck smear positif); adanya sel raksasa yang multilokuler dan sel-sek okantolitik.9. PenatalaksanaanTerapi pada kasus herpes zoster bergantung pada tingkat keparahannya. Terapi sistemik umumnya bersifat pada tingkat keparahannya. Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgesik. Jika disertai infeksi sekunder, diberikan antibiotik asiklovir. Herpes zoster sangat cocok dengan oba asiklovir yang diminum. Dengan cepat, obat akan menhentikan munculnya lepuhan. Sebaiknya dberikan dalam 24-27 jam setelah terbentuknya lepuhan. Makin cepat diberikan, makin cepat khasiatnya. Obat itu harus diberikan dalam pengawasan dokter. Akupuntur terkadang menolong meredakan rasa nyeri yang hebat pada neuralgia pasca-herpes. Akan tetapi, pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang sudah terlatih untuk itu. Lebih cepat perawatan dimulai, makin besar kemungkinan berhasilnya.Obat oles.Ini bisa menolong kalau rasa nyeri yang timbul ringan atau jika keluar cairan.B. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan infeksi virus2. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan sifat menular organisme3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan4. Ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat, respon sekunder dari mual, muntah dan anoreksia.

C. Rencana Keperawatan 1. Nyeri berhubungn dengan infeksi virusTujuan : rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatanKriteria hasil : Rasa nyeri berkurang/ hilang Klien bisa istirahat dengan cukup Ekspresi wajah tenang

intervensiRasional

1.Jelaskan pada pasien rasa nyeri2.Kaji skala nyeri, frekuensim daerah, nyeri3.Ajarkan tehnik relaksasi dan dekstraksi4.Anjurkan pasien untuk napas panjang5.Berikan posisi yang aman6.Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang7.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik8.Observasi tanda-tanda vital1.Pasien mengerti penyebab rasa nyeri dan mengurangi rasa cemas2.Mengetahui derajat nyeri3.Mengurangi rasa nyeri4.Dengan napas panjang nyeri dapat berkurang dan terkontrol5.Pasien akan merasa nyaman6.Pasien merasa tenang dan nyaman7.Analgetik dapat menurunkan rasa nyeri8.Mengetahui perkembangan penyakit

2. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan sifat menular organismeTujuan : tidak terjadi penularan infeksiKriteria hasil; Tidak terjadi tanda-tanda infeksi didaerah lesi lain Lesi yang ada didaerah lain kering

Intervensi Rasional

1. Kaji luka pasien2. Lakukan perawatan kulit 3. Kaji derajat infeksi kulit

1. Untuk mengetahui jenis luka2. Menjaga kebersihan dan meminimalkan terjadinya penyebaran infeksi3. Untuk mengetahui dari dini terjadinya infeksi

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradanganTujuan : Integritas kulit tubuh kembali dalam waktu 7-10 hariKriteria Hasil : Mulai terjadi granulasi pada daerah lesiTidak ada tanga-tanda infeksi Lesi mulai mengering

Intervensi Rasional

1.Jelaskan tindakan yang akan dilakukan2.Kaji/catat ukuran, warna, luka, perhatikan jaringan yang nekrotik dan kondisi sekitar luka.3.Lakukan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.4.Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi5.Kaji tanda-tanda infeksi

1.Pasien mengerti tindakan yang dilakukan dan dapat kooperatif.2.Mengetahui ukuran dan warna luka serta adanya jaringan yang nekrotik (mengetahui keadaan luka dan keadaan sekitar luka)3.Mempermudah terjadinya granulasi dan meminimalkan resiko infeksi.4.Mengoptimalkan proses pengobatan.5.Mengetahui dari dini terjadinya infeksI.

4. Ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat, respon sekunder dari mual, muntah dan anoreksia.Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhiKriteria Hasil : Pasien dapat mempertahankan status malnutrisi yg adekuat Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya Tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari kg dalam 3 hari

IntervensiRasional

1. Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah, dan diare.2. Pantau intake dan output, timban berat badan secara periodik (sekali seminggu)3. Kolaborasi untuk pemberian mltivitamin.1. Memvalidasi dan menciptakan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.2. Berguna dalam mengukur kekefektifan nutrisi dan dukungan cairan.3. Multivitain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi respons sekunder dari peningkatan laju metabolisme umum.

D. Implementasi Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

E. Evaluasi 1. Terjadi penurunan respons nyeri2. Asupan nutrisi terpenuhi3. Terjadi penurunan suhu tubuh dalam batas normal4. Peningkatan gambaran diri (citra diri)5. Terpenuhinya informasi kesehatan

BAB IIIAPLIKASI KASUS 4.1 KasusIbu R datang ke poliklinik RSUD Ciereng dengan keluhan timbul plenting-plenting berisi cairan yang trasa nyeri dan panas di punggng kiri sejak 3 hari yang lalu SMRS. Keluhan tersebut disertai panas dan nyeri di daerah luka, lemas, demam dan pusing kepala. Timbul plenting-plenting tersebut dirasa awalnya sebesar biji jagung berwarna kemerahan yang berisi cairan di punggung belakang namun lama kelamaan membesar dan menjalar sampai ke perut kiri selama 2 hari. Pasien juga mengeluh panas dan nyeri di daerah punggung kiri atau daerah luka dan demam yang tiba-tiba, selain itu pasien juga mengeluhkan badan yang terasa lemas dan pusing kepala. Pasien mengaku sudah kepuskesmas untuk mengobati sakitnya dan diberi obat salep dan tablet (pasien lupa namanya) tetapi tidak kunjung sembuh dan makin melebar. Pasien mengaku pernah menderita cacar air pada umur 25 tahun dan rutin meminum jamu Cap Becak sehari sekali.

4.2 Identitas pasien Nama : an. RUmur : 53 tahunJenis kelamin : perempuanAlamat : Desa Kaling Sana rt 03/03 subangPendidikan : SLTA / SederajatPekerjaan : ibu rumah tanggaSuku bangsa : sundaStatus : menikahAgama : islam Tanggal pemeriksaan : 12 april 2013

4.3 Asuhan Keperawatan1. Pengkajiani. Riwayat kesehatanKeluhan utama Timbul plenting-plenting berisi cairan yang terasa nyeri dan panas di punggung kiri.Riwayat kesehatan sekarangPasien datang ke poliklinik RSUD Ciereng dengan keluhan timbul plenting-plenting berisi cairan yang trasa nyeri dan panas di punggng kiri sejak 3 hari yang lalu SMRS. Keluhan tersebut disertai panas dan nyeri di daerah luka, lemas, demam dan pusing kepala. Timbul plenting-plenting tersebut dirasa awalnya sebesar biji jagung berwarna kemerahan yang berisi cairan di punggung belakang namun lama kelamaan membesar dan menjalar sampai ke perut kiri selama 2 hari. Pasien juga mengeluh panas dan nyeri di daerah punggung kiri atau daerah luka dan demam yang tiba-tiba, selain itu pasien juga mengeluhkan badan yang terasa lemas dan pusing kepala. Pasien mengaku sudah kepuskesmas untuk mengobati sakitnya dan diberi obat salep dan tablet (pasien lupa namanya) tetapi tidak kunjung sembuh dan makin melebar. Pasien mengaku pernah menderita cacar air pada umur 25 tahun dan rutin meminum jamu Cap Becak sehari sekali. Riwayat kesehatan dahulu :Riwayat menderita penyakit cacar air sebelumnya diakui pasien pada umur 25 tahun.Riwayat kesehatan keluarga :Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.Riwayat alergi :Klien tidak punya riwayat alergi obat maupun makanan, dan klien tidak pernah melakukan pemeriksaan alergi sebelumnya.

ii. Pemeriksaan FisikKesehatan umum : baikKeadaan gizi : baikVital signTB: 155cmBB: 50 kgPernapasan : 22x/ menitNadi: 84 x/ menitSuhu: 370 C

Pemeriksaan kepalaInspeksi :Bentuk : simetris Rambut: warna rambut hitam, tidak ada ketombePalpasi: terdapat benjolan kecil

Pemeriksaan mata Inspeksi Konjungtiva : tidak anemisSclera : tidak ikterus

Pemeriksaan hidung Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada polip maupun peradangan, tidak ada sekretPalpasi : terdapat nyeri tekan

Pemeriksaan mulut Inspeksi : tidak terdapat tanda-tanda

Pemeriksaan telingaInspeksi : simetris kiri dan kananPalpasi : tidak ada nyeri tekan. Fungsi pendengaran normal.

Pemeriksaan leher Inspeksi : tidak ada pembesaran getah beningPalpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjar tiroid.

Pemeriksaan kaki Inspeksi : terlihat ada vesikel Palpasi : adanya nyeri tekan

Pemeriksaan thorak JantungInspeksi : iktus terlihatPalpasi : iktus terabaPerkusi : redupAuskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.Paru-paruInspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi

Pemeriksaan abdomenInspeksi : normalAuskultasi : bising usus normal 15x / menit.Palpasi : terdapat nyeri tekanPerkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen

2. Analisa Data NODATA SUBJEKTIF DAN DATA OBJEKTIFMASALAHETIOLOGI

1

Ds :Klien mengatakan terasa nyeri dan panas di punggung kiri sejak 3 hari yang lalu. Disertai panas dan nyeri di daerah luka,lemas , demam dan pusing kepala. Adanya kemerahan yang berisi cairan di punggung bagian belakang.

Do :Terjadi peradanagan yaitu adanya kemerahan pada punggung bagian belakang. P : nyeri saat melakukan aktivitas.Q : nyeri seperti di pukul-pukul.R : punggung belakang dan menjalar sampai perut kiri.S : skala 6 .T : saat gerak sewaktu-waktu.TB: 155cmBB: 50 kgPernapasan : 22x/ menitNadi: 84 x/ menitSuhu: 370 C

NyeriDefinisi : keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan.Infeksi virus

2Ds :Klien mengeluhkan timbul plenting-plenting berisi cairan yang awalnya sebesar biji jagung berwarna kemerahan di punggung belakang lama kelamaan membesar dan menjalar sampai ke perut kiri .Do :Timbul plenting-plenting berisi cairan bukan PUS. Gangguan integritas kulitDefinisi : keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermislesi dan respons peradangan

Prioritas diagnosa :1. Nyeri b/d infeksi virus2. Gangguan integritas kulit b/d lesi dan resppons peradangan

3. Rencana Keperawatan (intervensi)NOTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSI RASIONAL

1Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2X 24 jam,diharapkan nyeri akan berkurang bahkan hilang dengan skala 10 0. dengan hasil yang di harapkan :Tingkat kenyamanan perasaan senang secara fisik dan psikologis.Kegelisahan atau ketegangan otot.terganggunya tidur.

1. Observasi atau catat ukuran, warna dan keadaan kulit di area sekitar luka.2. Beri perawatan kulit sering agar tidak kering3. Mengkaji identitas nyeri dan sering atur posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri.1. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya.2. Terjadi kering dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan.3. Dengan memposisikan klien senyaman mungkin agar mengurangi tekanan dan mencegah otot-otot menjadi tegang sehingga menurunkan rasa nyeri

2Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2X 24jam,diharapkan integritas kulit berkurang bahkan hilang dengan hasil yang di harapkan : Keutuhan struktual dan fungsi fsiologis dari kulit dan membran mukosa.1. Dalam perawatan kulit harus berdasarkan prinsip septik aseptik.2. Hati hati dalam melakukan kompres hangat dengan suhu yang terlalu tinggi ( cidera dermal ).3. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi ( hidrasi stratum korneum yang berlebihan ) pada saat memasang / balutan basah

1. Dengan menggunakan prinsip septic aseptic mencegah microorganisme dan perluasan infeksi.2. Pasien dengan dermatosis dapat mengalamipenurunan sensivitas terhadap panas.3. Friksi dan maserasi mempunyai peranan penting dalam proses terjadinya inveksi kulit

4. ImplementasiNoHari/tanggal/jamPelaksanaan Evaluasi tindakan/ respon klien

1Selasa,13 april 2013Pukul 08.00 1. mengkaji tingkat nyeri yang di alami pasien.2. Observasi atau catat ukuran, warna dan keadaan kulit di area sekitar luka.3. Beri perawatan kulit sering agar tidak kering

1. Nyeri berkurang atau hilang.2. perkembangan luka baik 3. kulit tidak kering

Selasa,13 april 2013Pukul 08.301. Mengkaji tingkat integritas kulit yang dialami pasien2. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi ( hidrasi stratum korneum yang berlebihan ) pada saat memasang / balutan basah

1. Bintik merah dan vesikel serta bulat berkurang bahkan hilang.2. Kulit terlindungi dari maserasi pada saatmemasang/ balutan basah.

5. EvaluasiNoHari/tanggal/jamEvaluasi (SOAP)

1Rabu,16 april 2013S : Klien mengatakan terasa nyeri yang sangat sehingga mengganggu istirahat tidurnya dan saat melakukan aktivitas.O : terdapat plenting-plenting berisi cairan berwarna kemerahan di punggung belakang lama kelamaan membesar dan menjalar sampai ke perut kiri .A : tujuan tercapaiP :pasien di berikan HE

BAB IVPENUTUP4.1 Simpulan Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox).

4.2 SaranBerdasarkan uraian yang ada serta kesimpulan diatas, maka penulis mencoba mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan :1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya kerja sama tim baik dokter, perawat sebagai pelaksana, klien maupun keluarga klien untuk mendapatkan kemudahan di dalam pelaksanaan asuhan keperawatan demi terwujudnya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik.2. Untuk masyarakat bisa lebih memahami dan mencegah terjadinya infeksi virus Herpes Zoster.

DAFTAR PUSTAKA

Price, sylvia A dan willson, loraine M. (2006). patoisiologi konsep klinis proses proses penyakit.Jakarta : EGC Brunner dan suddarth. (2006). buku ajar keperawatan medikal bedah volume 3, Jakarta : EGC.Marlyn E. Dongoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/SMF, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU. Dr. Soetomo Surabaya, 2004.

29