kelompok 4 pancasila baru
DESCRIPTION
pancasilaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak
mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan
bernegara, sudah tentu perlu memiliki dasar negara dan ideologi negara
yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh,
maka dari itu peran ideologi sangat penting untuk sebuah negara.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai
bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam
pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang
lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah diharapkan dapat
menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional, menguraikan pengertian
dari ideologi, menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, serta menampilkan sikap positif
terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang
diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan
menganalisis dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara
yang menyimpang dari cita-cita dan tujuan negara.
B. Rumusan masalah
1. Apa arti dari ideologi?
2. Bagaimana asal mula dari pancasila?
3. Maksud dari pancasila sebagai ideologi nasional?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah pancasila, juga sebagai media untuk mempraktekkan ilmu
yang telah dipelajari dan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui arti ideologi
2. Mengetahui asal mula Pancasila
3. Mengetahui Pancasila sebagai ideologi Nasional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ideologi
a. Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Destutt de Tracypada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan
“sains tentang ide“. Ideologi dapat dianggap sebagaivisi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara
umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis
(lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang
dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi
adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif.
Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan
ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini
menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
(definisi ideologi Marxisme).
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua
kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu.
Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan
dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideologi
adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar
cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan,
pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’
disamakan artinya dengan cita-cita. Dalam perkembangannya terdapat
pengertian Ideologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi
pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun
1796.
Ada beberapa istilah ideologi menurut beberapa para ahli yaitu:
Destut De Traacy : Istilah ideologi pertama kali dikemukakan oleh destut
de Tracy tahun 1796 yang berarti suatu program yang diharapkan dapat
membawa suatu perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.
Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial
tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi.
Gunawan Setiardjo mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat
ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman
dan cita-cita hidup.
Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu :
1. Ideologi secara fungsional
Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang
kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling
baik. Ideologi secara fungsional ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu
Ideologi yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis. Ideologi yang doktriner
bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi itu dirumuskan
secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai
atau aparat pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme. Sedangkan
Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun
dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem
pendidikan, system ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.
Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai atau
aparat pemerintah melainkan dengan pengaturan pelembagaan
(internalization), contohnya individualisme atau liberalisme.
2. Ideologi secara struktural
Ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti
gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil
oleh penguasa. Dengan demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-
keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang
kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana dikutip oleh Kaelan
mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-
cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan
bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang
antara lain memiliki ciri:
Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan;
Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat
yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya.
Ideologi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi
merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk
mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka
akan semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen
itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai
ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam
kehidupan pribadi ataupun masyarakat. Ideologi berintikan seperangkat nilai
yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh
seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan hidup
mereka. Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara yang
paling baik, yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam
bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan,
membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.
Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk masyarakat
yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), idiologi
memiliki arti Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; cara
berpikir seseorang atau suatu golangan; Paham, Teori dan Tujuan yang
merupakan satu program sosial politik;
b. Definisi Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa
Yunani, eidos yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat
diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai
dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada hakikatnya
merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya.
Sedangkanlogos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu
pengetahuan tentang ide-ide (the sciene of ideas), atau ajaran tentang
pengertian-pengertian dasar.
Tracy menggunakan istilah ideologi guna menyebut suatu studi tentang
asal mula, hakikat dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang sudah
dikenal sebagai “Science of Ideas”. Gagasan ini diharapkan dapat membawa
perubahan institusional dalam masyarakat Perancis. Namun, Napoleon
mencemoohnya sebagai suatu khayalan yang tidak memiliki nilai praktis.
Pemikiran Tracy ini sebenarnya mirip dengan impian Leibnitz yang disebut
one great system truth (Pranarka, 1987).,
Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi
adalah sebagai berikut:
1. Bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan
perilaku manusia. Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran
yang berkaitan dengan tertib sosial dan politik yang ada dan berupaya
untuk merubah atau mempertahankan tertib sosial dan politik yang
bersangkutan.
2. Bahwa ideologi, disamping mengemukakan program juga menyertakan
strategi guna merealisasikannya.
3. Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang
dapat mempersatukan manusia, kelompok, atau masyarakat, yang
selanjutnya diarahkan pada terwujudnya partisipasi secara efektif dalam
kehidupan sosial politik.
4. Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi
pemikiran itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasya-rakatan.
c. Fungsi ideologi
Tumbuhnya keyakinan dan kepercayaan terhadap ideologi tertentu,
barangkali bukan satu satunya cara, melalui mana manusia bisa
memformulasikan dan mengisi kehidupannya. Ideologi juga bisa memainkan
fungsinya dalam mengatur hubungan antara manusia dan masyarakat. Setiap
kehidupan masyarakat pasti mengharapkan setiap anggotanya dapat terlibat
dan tercakup di dalamnya. Untuk itu, ideologi dapat membantu anggota
masyarakat dalam upaya melibatkan ciri dalam berbagai sektor kehidupan di
samping fungsinya yang sangat umum, ideologi juga memiliki fungsi yang
khusus sifstnya, seperti:
1. Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia
Sebagai sistem panutan, ideologi pada dasarnya merupakan formulasi ide
atau gagasan melalui mana manusia dapat menerima, memahami, dan
sekaligus menginterpretasikan hakikat kehidupan ini. Realitas kehidupan yang
sangat kompleks dapat dibuat lebih jelas, lebih memenuhi harapan, dan lebih
berarti oleh sebuah ideologi. Orientasi kognitif dari suatu ideologi dapat
membantu untuk menghindarkan diri dari sikap ambiguitas, sekaligus
memberikan kepastian dan rasa aman dalam mengarungi kehidupannya. Jika
manusia melihat ada kekuasaan atau kekuatan yang sulit diprediksikan, maka
ideologilah ide satu-satunya tempat berlindung.
2. Ideologi berfungsi sebagai panduan
Sebagai suatu panduan, ideologi mencanangkan seperangkat patokan
tentang bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku, di samping tujuan
dan cara mencapai tujuan itu. Seiring dengan fungsinya, ideologi menyajikan
saluran-saluran yang dapat dipakai untuk mewujudkan ambisi pribadi atau
kelompok, hak dan kewajiban, dan parameter yang menyangkut harapan
pribadi dan anggota masyarakat. Ideologi juga dapat memberikan batasan
tentang kekuasaan, tujuan, dan organisasi yang berkaitan dengan masalah-
masalah politik. Dengan demikian fungsi ideologi bagi suatu negara bukan
sekedar sebagai standar pertimbangan dalam memilih berbagai
alternatif,melainkan menyertakan “a sense of self-justification”, cara-cara
mengevaluasi tingkah laku para anggotanya, dan memberikan kerangka
landasan bagi legitimasi politik (kekuasaan).
3. Ideologi berfungsi sebagai lensa, melalui mana seseoran dapat melihat
dunianya; sebagai cermin, melalui mana seseorang dapat melihat
dirinya; dan sebagai jendela, melalui mana orang lain bisa melihat diri
kita.
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk
mengenal dan melihat dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk
bisa melihat dan menginterpretasikan tindakanna yang didasarkan atas
ideologinya. Dengan demikian, ideologi merupakan potret diri pribadi,
kelompok atau masyarakat yang sangat impresio-nistis. Ideologi dapat
memberikan gambaran tentang manusia dan masyarakat yang diharapkan.
Inilah fungsi penting ideologi bagi suatu bangsa dan negara.
4. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus
fungsi integratif
Dalam level personal, ideologi dapat membantu setiap individu dalam
mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri ataupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Di sisi lain, ideologi dapat mengikat
kebersamaan dengan cara mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan
individu. Dalam kehidupan masyarakat, ideologi juga dapat berfungsi
membatasi terjadinya konflik. Guna menjaga kontiunitas dan usaha-usaha
bersama, suatu masyarakt tidak saja memerlukan pengendalian konflik, tetapi
juga memerlukan adanya integrasi secara politis dari para anggotanya. Melalui
ideologi setiap anggota masyarakat mampu mengetahui ide, cita-cita, tujuan
atau harapan-harapan dari masyarakat.
d. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara
indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan
oleh seorang sebagai mana yang terjadi pada ideology ideologi lain di dunia.
Namun terbentuknya pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam
sejarah bangsa Indonesia.
Oleh karena itu agar kita memiliki pengetahuan yang lengkap tentang
proses terjadinya pancasila , maka secara ilmiah harus ditinjau berdasrkan
proses kausalitas. Maka secara kausalitas asal mula pancasila dibagikan atas
dua macam yaitu : asal mula yang langsung dan asal mula yang tidak
langsung. Adapun pengertian asal mula tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideology bangsa dan negara Indonesia
bukan terbentuk secara mendadak, namun melalui proses yang cukup panjang
dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kausalitas Pancasila sebelum
disyahkan menjadi dasar filsafat negara dan berasal dari bangsa Indonesia
sendiri, yang berupa adapt istiadat, religius dan kebudayaan. Kemudian para
pendiri negara secara musyawarah, anatara lain sidang BPUPKI pertama,
Piagam Jakarta. Kemudian BPUPKI kedua, setelah kemerdekaan sebelum
sidang PPKI sebagai dasar filsafat negara RI. Asal mula Pancasila dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu asal mula yang langsung dan tidak langsung.
a. Asal Mula Langsung
Asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat
negara, yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi kemerdekaan.
Rincian asal mula langsung Pancasila menurut notonagoro, yaitu :
Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari Bangsa
Indonesia yang berupa adat-istiadat, religius. Dengan demikian pada bangsa
Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadiandan pandangan hidup.
Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Bentuk Pancasila dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Asal
mulanya adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta serta anggota BPUPKI.
Asal Mula Karya (Kausa Efisien)
Asal mula dengan menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi
dasar negara yang sah.
Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Tujuannya : untuk dijadikan sebagai dasar negara. Para anggota BPUPKI
dan Soekarno – Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila
sebelum ditetapkan oleh PPKI.
b. Asal Mula Tidak Langsung
Adalah asal mula yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan
sehari-hari bangsa Indonesia perincian asal mula tidak langsung :
Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan
menjadi dasar filsafat negara. Nilai-nilainya yaitu Ketuhanan,
Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Nilai-nilainya yaitu adat istiadat,
kebudayaan dan religius. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman
memecahkan problema.
Asal mula tidak langsung Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia
sendiri (Kausa Materealis).
2. Filsafat pancasila
a. Pengertian Filsafat
Bangsa Indonesia mengenal kata filsafat dari bahasa Arab falsafah.
Secara Etimologis kata filsafat berasal dari bahasa yunani Philosophia dan
philoso-Phos. Philos/Philein (shabat/cinta) danSophia/sophos (pengetahuan
yang bijaksana / hikmah-kebijaksanaan.) Bertens, 2006. Menurut Burhanudin
Salam (1983), filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipersoalkan sebagai hasil dari pada berfikir secara radikal, sistematis, dan
universal.
b. Landasan Filsafat Pancasila
Kekokohan suatu bangsa tergantung dari keyakinan bangsa tersebut
terhadap nilai-nilai luhur bangsanya. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur
tersebut terkristalisasi dan terakumulasi dalam filsafat Pancasila yang
merupakan karya Bapak Bangsa (Founding Fathers) yang tak ternilai. Filsafat
Pancasila merupakan renungan jiwa yang dalam, berlandaskan pada ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang luas yang harmonis sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh.
1. Landasan Etimologis
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta yang ditulis
dalam huruf Dewa Nagari . Makna dari Pancasila ada 2(dua). Pertama panca
artinya lima dan Syila (huruf I pendek) artinya baru sendi, Jadi Pancasyila
berarti berbatu sendi yang bersendi lima. Kedua Panca artinya lima Syiila
(huruf I panjang) artinya perbuatan yang senonoh/ normatif Pancasyiila berarti
lima perbuatan yang senonoh/normatif, perilaku yang sesuai dengan norma
kesusilaan. (Saidus Syahar 1975)
2. Landasan historis
Secara historis Pancasila dikenal secara tertulis oleh bangsa Indonesia
sejak abad ke XIV pada zaman Majapahit yang tertulis pada 2 (dua) buku
yaitu Sutasoma dan Nagara Kertagama. Buku Sutasoma yang ditulis oleh Mpu
Tantular tercantum dalam Panca Syiila Krama yang merupakan 5 (lima)
pedoman yaitu :
Tidak boleh melakukan kekerasan
Tidak boleh mencuri
Tidak boleh dengki
Tidak boleh berbohong
Tidak boleh mabuk
Buku Negara Kertagama ditulis oleh Mpu Prapanca tercantum pada sarga
53 bait 2 (dua) sebagai berikut : Yatnag gegwani Pancasyiila kertasangkara
bhiseka karma. Selama berabad-abad bangsa Indonesia tidak mendengar lagi
kata Pancasila, baru pada tanggal 1 Juni 1945 pada rapat Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) I, yang berlangsung
mulai 29 Mei – 1 Juni 1945 kata Pancasila digemakan kembali oleh Bung
Krno untuk memenuhi permintaan ketua BPUPKI dr. Rajiman
Wedyodiningrat dasar Negara Indonesia merdeka. Pancasila yang
disampaikan Bung Karno sebagai Berikut:
Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
Internasionalisme atau Perikemanusiaan,
Mufakat atau Demokrasi,
Kesejahteraan Sosial, dan
Ketuhanan yang Berkebudayaan.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
a. Pancasila ideologi negara
Kita semua mengetahuI bahwa pancasila merupakan pedoman hidup
rakyat Indonesia. Tapi, tidak sedikit dari kita mengetahui darimanakah ide
Pancasila itu muncul di permukaan bumi indonesia. Lalu apa arti dari
Pancasila sebagai ideologi nasional?
Kumpulan nilai-nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang diyakini
kebenarannya kemudian digunakan untuk mengatur masyarakat, inilah yang
disebut dengan ideologi.
Seperti yang dikatakan oleh Jorge Larrain bahwa ideology as a set of
beliefs yang berarti setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki suatu
sIstem kepercayaan mengenai sesuatu yang dipandang bernilai dan yang
menjadi kekuatan motivasional bagi perilaku individu atau kelompok. Nilai-
nilai itu dipandang sebagai cita-cita dan menjadi landasan bagi cara pandang,
cara berpikir dan cara bertindak seseorang atau suatu bangsa dalam
memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.
Begitu pula dengan pancasila sebagai ideologi nasional yang artinya
Pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini
kebenaranya oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh bangsa
Indonesia untuk menata/mengatur masyarakat Indonesia atau berwujud
Ideologi yang dianut oleh negara (pemerintah dan rakyat) indonesia secara
keseluruhan, bukan milik perseorangan atau golongan tertentu atau
masyarakat tertentu saja, namun milik bangsa Indonesia secara keseluruhan.
b. Klasifikasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui :
1. Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi
mengandung di dalamnya sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang
baik dan benar. Nilai-nilai itu akan merupakan cita-cita yang memberi arah
terhadap perjuangan bangsa dan negara.
2. Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya
dengan berbagai pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan
menjadi kesepakatan bersama dari suatu bangsa.
3. Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus
dan menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam kesepakatan
para pendiri negara (the fouding father).
4. Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk
melalui pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama,
sehingga memberi kekuatan motivasional untuk tunduk pada cita-cita
bersama.
5. Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar
negara dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pancasila ideologi nasional dipahami
dalam perspektif kebudayaan bangsa dan bukan dalam perpektif kekuasaan,
sehingga bukan sebagai alat kekuasaan.
c. Perbandingan Ideologi
Kajian ideologi terasa kurang lengkap tanpa mengkaji ideologi-ideologi
besar yang berpengaruh di dunia. Oleh karena itu pada bagian ini akan
disajikan uraian singkat tentang beberapa ideologi tersebut.
1. Liberalisme
Dalam rangka mempertajam persepsi terhadap beberapa aliran filsafat
politik yang revolusioner, ada baiknya dikemukakan dua teori pokok garakan
revolusioner di Amerika Serikat. Pertama, teori yang dikembangkan oleh The
Founding of America yang didasarkan atas hak-hak rakyat untuk
membebaskan diri dari pemerintahan yang depotisme. Teori revolusioner ini
tergolong tradisional dengan tujuan yang sedehana yaitu ingin mengakhiri
praktik-praktik tirani dan memberikan kebebasan kepada rakyat secara penuh
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kedua, teori yang diemukakan Kaum Komunis di Amerika dan merupakan
kebalikan dari teori pertama. Teori ini bertuuan ingin mengakhiri kebebasan
rakyat, sekaligus membagun tirani. Inilah essensi yang sering dilupakan oleh
mereka yang hanya ingin mencari justifikasi dalam membela kaum komunis
di Amerika. Dengan kata lain, istilah yang dipergunakan sama, tetapi belum
tentu memiliki makna yang sama di mata rakyatnya.
Persoalan yang sering dilupakan dalam pembahasan filsafat politik adalah
masalah yang menyangkut hak dan wewenang pemerintah dalam
mengendalikan tingkah laku dan perbuatan warganegaranya. Apa yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh rakyat, biasanya ditentukan oleh
pemerintah dari masing-masing negara. Inilah sebenarnya persoalan mendasar
yang paling penting karena menyangkut kepentingan asasi dari warga negara.
Liberalisme sebagai salah satu filsafat politik dan ideologi besar di dunia
memiliki hubungan yang erat dengan persoalan diatas. Edmun Burke
mengemukakan bahwa liberalisme berhubungan dengan masalah apa yang
seharusnya dilakukan oleh negara melalui kebijaksanaan umum, dan yang
seharusnya tidak dilakukan negara untuk memberikan kebebasan kepada
rakyatnya. Pada awal pertumbuhannya, liberalisme sering dikonotasikan
dengan kebebasan individu dalam setiap aspek kehidupan. Inilah arti
pentingnya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia sehingga memungkinkan
setiap orang dapat mengembangkan potensinya.
Menurut pandangan liberalisme, negara dan politik hanya menempati salah
satu bagian dan bukan persoalan pokok dalam kehidupan manusia. Tujuan
negara semata-mata hanya mempertahankan negara apabila ada gangguan atau
serangan dari negara lain. Fungsi negara tidak lebih dari mempertahankan
hukum dan ketertiban masyarakat. Rumusan yang sesuai dengan cita-cita ini
adalah The goverment is the best which governs the best.
Liberalisme memiliki pandangan tersendiri terhadap hak dan kebebasan
warganegara. Ia mendukung pengakuan hak-hak asasi manusia sepanjang
tidak mengganggu hak-hak orang lain. Pandangan ini pada dasarnya sama
dengan yang dikembangkan bangsa Indonesia melalui ideologi pancasila.
Dengan demikian, negara paling tidak harus memberikan jaminan kepada
setiap warganegaranya untuk memilih dan menentukan agama dan
kepercayaannya sendiri, berbicara dan mengemukakan pikiran secara bebas,
dan untuk bekerja secara bebas sesuai dengan kemauan dan kemampuannya
tanpa campur tangan dari pemerintah.
Filsafat politik liberalisme tertuang dalam Bill of Rights, gagasan
konstitusionalisme, ajaran Separation of Power, dan dimanefestasikan dalam
ajaran Checks and Balance. Keempatnya dimaksudkan untuk memberikan
jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan individu dari pelanggaran-
pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh negara atau pemerintah. Akhirnya,
prinsip-prinsip pengajaran liberalisme telah berkembang menjadi suatu
ideologi dalam segala aspek kehidupan.
Sebagai sebuah ideologi, liberalisme mengembangkan suatu prinsip yang
sangat mendasar sifatnya, seperti:
pengakuan terhadap hak-hak asasi kewarganegaraan
memungkinkan tegaknya tertib masyarakat dan negara atas supermasi
hukum
memungkinkan lahirnya pemerintahan yang demokratis
penolakan terhadap pemerintahan totaliter.
Prinsip-prinsip tersebut kemudian diimplementasikan dalam berbagai
bidang kehidupan. Dalam bidang politik, ideologi liberal sangat menekankan
pada peranan masing-masing individu. Karena pentingnya kedudukan
individu, pernah berkembang negara hukum yang bertujuan melindungi
individu dari gangguan individu lain. Perkembangan bidang ekoomi juga
ditandai dengan persaingan yang kuat karena masing-masing individu merasa
memilki hak untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan
kekuatannya. Namun, dalam perkembangan selanjutnya kebebasan ini telah
melahirkan sikap imperealistis dan membawa dampak yang kurang
menguntungkan bagi kelompok masyarakat lain. Pendek kata, yang kuat
semakin kuat dan yang lemah semakin terpuruk. Akhirnya, lahirlah kelas-
kelas sosial yang pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip liberalisme.
2. Komunisme
Menurut teori aslinya, yaitu teori marx, sosialisme dan komunisme tidak
akan mungkin bisa muncul di negara-negara yang tingkat perkembangan
ekonominya belum begitu maju. Selain itu, Marx mengatakan bahwa sistem
feodal harus digantikan oleh sistem kapitalis yang ditimbulkan oleh
industrialisasi. Dalam pandangan Marx, sistem kapitalis tersebut bisa
mempersiapkan kerangka landasan untuk datangnya sosialisme dengan
melalui dua cara:
kapitalisme memberikan kemungkinan menigkatnya produksi melalui
industrialisasi
kapitalisme dapat melahirkan kelas baru, yaitu kelas proletar atau buruh.
Sistem kapitalis itu sendiri, bisa saja dipimpin oleh kelas borjuis dengan
satu catatan bahwa kelas proletar semakin besar jumlahnya. Akhir dari kondisi
ini akan melahirkan kekuatan kelas proletar guna menjatuhkan atau
menggantikan kelas borjuis. Dengan demikian, kelas proletar bisa mewarisi
ekonomi yang maju dari praktek kapitalisme. Dengan asumsi bahwa kelas
proletar tersebut akan menggunakan produksi yang tinggi untuk kepentingan
mayoritas kelas proletar dan bukan demi kepentingan minoritas kelas borjuis.
Berangkat dari teori marx tersebut kita memperoleh satu kesan bahwa
negara praindustri harus diindustrilisasikan melalui kapitalis sebelum lahir
atau tumbuhnya sosialis. Kondisi semacam inilah yang memungkinkan kaum
proletar menjadi kuat dan dapat merebut kekuasaan dan menciptakan
sosialisme.
Gambaran pada awal abad ke 20 menunjukkan, bahwa negara-negara
sosialis adalah negara-negara kapitalis yang paling maju, khususnya jerman
dan inggris. Di pihak lain, rusia masih feodal dengan ekonomi pertaniannya.
Di rusia proses industrialisasi baru mulai dan kaum borjuis masih lemah
dibandingkan dengan kaum ningrat yang ada. Meskipun demikian, partai
komunis berhasil merebut kekuasaan di rusia. Sementara di inggris dan
jerman, hal yang demikian tidak terjadi. Satu pertanyaan yang segera
mengganggu adalah bagaimana kenyataan berhasilnya partai komunis di suatu
negara yang belum maju dapat disesuaikan dengan teori Marx?
Menurut Marx, datangnya sosialis dapat diibaratkan dengan jatuhnya buah
yang matang dari pohon. Kalau buah sudah matang barulah bisa jatuh.
Sementara itu lenin berkeyakinan bahwa buah itu harus dan dapat direbut.
Apabila dikaitkan dengan perkembangan di Rusia belum cukup matang.
Untuk itu sebuah organisasi harus dibentuk dalam upaya merebut kekuasaan.
Organisasi yang dimaksudkan tidak lain dan tidak bukan ialah: Partai
Bolshevic atau Komunis.
Partai komunis terdiri dari segolongan kecil orang yang revolusioner dan
sangat berdisiplin. Sehubungan dengan ini, lenin mengatakan bahwa kualitas
lebih penting ketimbang kuatintas. Bahkan, untuk ini partai komunis
disebutnya sebagai “ vanguard” atau pelopor kelas proletar. Menurut Lenin
pula orang bisa sering menginsyafi kepentingannya sendiri. Mereka mirip
tubuh tanpa kepala. Untuk ini partai komunis sebagai kepala dari tubuh kelas
proletar. Dalam pandangannya, anggota-anggota Partai Komunis cukup
memahami hukum kesejarahan. Dengan kata lain, mereka cukup memahami
bagaimana kelas proletar merupakan kelas yang semestinya akan berkuasa.
Jadi, walaupun banyak anggota partai yang berasal dari cendikiawan daripada
proletar itu sendiri, namun golongan cendikiawan tersebut dapat mewakili
kepentingan proletar.
Lenin juga melihat bahwa kelas proletar merupakan kelas yang kecil di
Rusia. Oleh karena itu kelas proletar harus bersatu dengan petani. Persekutuan
ini haruslah dipimpin oleh kelas proletar ( dalam hal ini partai komunis).
Tugas pertama mereka adalah menjatuhkan rezim feodal, kendatipun rezim
feodal itu sendiri tidak akan diganti oleh rezim borjuis. Menurut lenin, justru
persekutuan yang dipimpin oleh proletar itulah yang harus menunaikan tugas
kelas borjuis, yaitu industrialisasi. Sesudah itu mereka baru dapat menunaikan
tugasnya sendiri, yaitu membangun sosialisme. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa lenin bermaksud menyatukan dua tahapan yaitu kapitalis dan
sosialis.
Dari ulasan yang terakhir, nampak bahwa lenin membuat beberapa revisi
yang penting dalam teori Marxisme. Pertama ia menerima prinsip bahwa arah
sejarah bisa dipercepat. Kedua, alat yang dapat mempercepat sejarah adalah
partai komunis yang mewakili kaum proletar, kendatipun diantara anggotanya
terdapat orang-orang yang bukan proletar. Ketiga, lenin menginsyafi bahwa
dalam suatu negara agraris, kelas proletar harus bersekutu dengan kelas petani.
Akhirnya lenin berkesimpulan bahwa partai komunis dapat menjalankan
industrialisasi kendati menurur Marx industrialisasi merupakan tugas kaum
borjuis dengan sistem kapitalismenya.
Pada mulanya partai komunis cina mengikuti contoh rusia tersebut.
Dengan kata lain, semua partai ini mendasarkan kekuatannya pada kelas
proletar dan kelompok cendikiawan di kota-kota besar. Namun kenyataan
yang ada, pada tahun 1927, Chiang Kai-Shek menghancurkan partai komunis
di kota-kota besar. Untuk itu Mao mengembangkan satu pemikiran, bahwa
revolusi cina harus mendasarkan diri pada kelas petani. Atas dasar
pertimbangan tersebut Mao membentuk suatu tentara petani. Satu pertanyaan
yang timbul sekarang adalah, bagaimana revolusi yang diperjuangkan oleh
tentara petani itu dapat dikatakan komunis?
Memang lenin membedakan antara pelopor proletar dan kelas proletar itu
sendiri. Akan tetapi bagaimanapun juga keduanya saling bersangkutan sangat
erat. Ada orang-orang proletar yang menjadi anggota partai komunis, dan
partai komunis berpusat di kota-kota besar sehingga pemimpin-pemimpin
dapat berhubungan secara kontinyu dengan kelas proletar.
Sebelumnya Mao hanya membawa gagasan lenin sampai logical
conclution saja. Kalau pelopr proletar memahami kepentingan proletar dengan
lebih jelas dari orang proletar itu sendiri, apakah pelopor tersebut tersangkut-
paut secara fisik dengan proletar atau tidak, bukanlah persoalan yang penting.
Pokoknya pelopor itu, tidak lain adalah partai komunis yang dianggap
mewakili kelas proletar. Jadi walaupun tentara Mao terdiri dari petani dan
bukan proletar, akan tetapi ia mewakili proletar. Dengan demikian boleh
dikatakan bahwa revolusi cina dipimpin juga oleh kelas proletar.
Revolusi Mao adalah bertujuan menjangkau “demokrasi rakyat”. Jika
demokrasi rakyat sudah dapat dicapai, maka sudah tidak perlu memasuki
tahap kapitalisme. Jadi perkembangan masyarakat harus melewati tahap
feodalisme menuju demokrasi rakyat, kemudian memasuki sosialisme, dan
akhirnya terwujudlah komunisme.
Demokrasi rakyat diperjuangkan oleh suatu aliansi yang terdiri dari kelas –
kelas proletar, petani, borjuis kecil, dan borjuis nasional (kaum kapitalis yang
menentang atau tidak bekerja sama dengan imperealis) aliansi tersebut
dipimpin oleh kaum proletar. Untuk ini Mao mengatakan bahwa revolusi ala
cina cocok dengan kondisi negara-negara baru.
Sejak tahun 1961, uni sovyet menganjurkan sebuah jalan yang sedikit
berbeda untuk negara-negara baru. Menurut Uni sovyet negara-negara baru
harus mencapai apa yang disebut “demokrasi nasional”. Aliansi yang
memperjuangkan demokrasi nasional terdiri dari keempat kelas yang juga
memasuki aliansi untuk demokrasi rakyat. Tetapi aliansi demokrasi nasional
tidak dipimpin oleh kelas proletar, yaitu partai komunis. Partai komunis
dianjurkan untuk bekerjasama dengan pemimpin nasional lain dan berusaha
menguasai golongan lain.
Dengan demikian, jelas bahwa teori komunis tentang berkembangnya
gerakan komunis di negara-negara baru agar berbeda dengan teori aslinya
yang dikemukakan Marx. Teori komunis sudah disesuaikan dengan realita di
negara-negara baru, yaitu bahwa sebagian besar rakyat bukan kaum proletar
tetapi petani. Tetapi kaum petani tersebut tidak dapat memimpin suatu
revolusi. Pemimpin-pemimpinnya yang tergabung dalam partai komunis,
sebenarnya berasal dari kelas cendikiawan, dan bukan proletar. Jadi di negara-
negara baru gerakan komunis yang berhasil terdiri dari cendikiawan dan
petani. Peranan proletar boleh dikatakan tidak begitu menonjol.
Kelihatan teori tersebut terlalu dibuat-buat. Oleh karena itu kita perlu
melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi berkembangnya gerakan
komunis. Salah satu pendapat yang sering diutarakan tentang berkembangnya
gerakan komunis di negara-negara baru adalah bahwa komunisme merupakan
akibat kemiskinan. Kalau rakyat hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan,
maka hal ini merupakan keadaan yang subur bagi komunisme. Secara logis
pendapat ini masuk akal. Semestinya yang paling miskin menjadi yang paling
kurang puas sehingga tidak mungkin mengikuti gerakan komunis yang ingin
merombak masyarakat secara keseluruhan.
Akan tetapi, dalam prakteknya tidak selalu demikian. Misalnya, di india
tidak semua daerah yang paling terbelakang mendukung komunis. Justru di
daerah-daerah yang paling terbelakang, petani-petani berpikiran paling
tradisional. Kalau kita melihat negara-negara yang paling tradisional seperti
saudi arabia, meskipun rakyat miskin sekali tetapi tidak ada gerakan komunis.
Seringkali sikap narimo (menerima dengan pasrah) sangat kuat diantara orang
yang miskin sekali. Jadi bukanlah kemiskinan sendiri yang menimbulkan
gerakan komunis.
Ada sebuah teori tentang timbulnya gerakan komunis yang berdasarkan
pada proses detradisional. Komunisme tidak dipandang sebagai reaksi
terhadap kemiskinan melainkan sebagai reaksi terhadap perubahan yang
terlalu pesat dan kurang teratur. Dalam masyarakat tradisional semua orang
merasa sebagai bagian dari masyarakat. Mereka mempunyai suatu kedudukan
yang tidak dapat dirubah sehingga merasa aman. Secara ekonomis orang
menderita, tetapi penderitaannya diterima sebagai nasib. Tetapi sesudah
masyarakat dipengaruhi modernisasi, masyarakat tradisional seringkali
dikacaukan melalui meluasnya komunikasi, penjajahan, pendidikan modern,
industri modern, dan lain-lain. Setelah dipengaruhi oleh modernisasi mereka
dapat melihat cara-cara kehidupan lain yang merupakan alternatif yang
kelihatan bagus. Orang-orang menjadi kurang puas dan frustasi.
Ketidakpuasan dan frustasi ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, orang-
orang berfrustasi secara materiil. Mereka ingin menjadi kaya seperti orang
lain. Kedua, mereka frustasi dengan nilai-nilai baru. Pada zaman yang kacau,
orang perlu ideologi yang dapat menerangkan tentang dunia modern yang
kelihatan kacau. Sering kepercayaan agama tidak cukup meyakinkan,
sehingga orang tidak saja memberi jalan untuk menjadi kaya tetapi juga
sebagai pegangan yang dapat meredakan ketakutan akan kekacauan di dunia
modern.
3. Fasisme
Istilah fasisme dikembangkan dari istilah latin “fasces” yang merupakan
simbol kekuasaan pada jaman romawi kuno. Di italia dikenal pula istilah
“fascio” dengan arti dan konotasi yang sama. Fasisme sebagai gerakan politik
muncul di italia setelah perang dunia I dan sempat menguasai negara itu dari
tahun 1922 sampai dengan tahun 1943. Tetapi sebelum itu, telah dikenal
istilah “fasci” yang sering diartikan sebagai kelompok politik yang
memperjuangkan tujuan-tujuan tertentu. Fasisme sebagai gerakan politik lebih
eksklusif sifatnya setelah dikaitkan dengan gerakan-gerakan yang diorganisir
oleh benito mussolini pada tahun 1919.
Dalam banyak hal, fasisme yang dikembangkan Mussolini dan Nazisme
oleh Hitler sangat dipengaruhi oleh pemikiran Fichte dan Hegel. Dalam
hubungan ini bisa dikatakan bahwa fasisme tidak lain merupakan
perkembangan radikal dari teori negara Hegel. Dalam suatu kesempatan,
Hegel pernah mengemukakan bahwa pengorbanan yang diberikan individu
kepada negaranya merupakan ikatan substansial antara negara dengan seluruh
anggotanya. Dengan demikian, pengorbanan tersebut dapat dipandang sebagai
manifestasi dari tugas individu kepada bangsa dan negaranya. Fasisme juga
cenderung menganut moralisme ideal yang selalu didengungkan Hegel dan
diperjuangkan pula oleh kant, Fichte, Green, Calyle, ataupun Mazzini. Sesuai
dengan ajaran tersebut orang seyogyanya lebih menuntut kebajikan daripada
memenuhi kesenangan pribadi. Ia harus lebih mementingkan tugas dan
kewajibannya daripada menuntut hak semata-mata, dan pengorbanan diri atas
nama masyarakat tidak harus dilaksanakan atas dasar kepentingan diri sendiri
(selfinterest).
Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran itulah, fasisme dan nazisme
memandang liberalisme sebagai satu ajaran dan gerakan yang lebih
berorientasi kepada pemuasan kebutuhan materiel dengan mengabaikan soal-
soal moral dan spiritual. Sebaliknya, fasisme menganggap ideologi mereka
lebih mendasarkan diri pada nilai-nilai spiritual dan loyalitas daripada sekedar
pemenuhan kebutuhan perseorangan. Selain itu fasisme bukanlah ideologi
yang bersifat dogmatis dan kaku, akan tetapi merupakan ideologi yang luwes
dimana ajaran-ajarannya diterima sebagai suatu kenyataan darurat sesuai
dengan suasana yang ada dalam masyarakat dan negara yang ada. Hakikat
fasisme adalah kepercayaan dan instink, dan bukannya akal atau ajaran.
Fasisme menolak dengan tegas gerakan Pasifisme, akan tetapi lebih
menyukai bentuk-bentuk kekerasan. Mereka juga menolak demokrasi dan
liberalisme dengan segala macam pranata pendukungnya. Sebaliknya fasisme
cenderung mendekati nasionalisme dan imperealime, serta lebih tertarik
kepada tradisi-tradisi jaman romawi.
Negara dalam pandangan fasis dianggap terlepas dan ada diatas setia
perintah moral. Negara berdiri diatas semua individu dan mempunyai nilai
yang lebih tinggi dibanding individu. Kebebasan individu dibatasi untuk
memberikan perhatian sepenuhnya terhadap negara. Negara adalah diatas
segala-galanya. Negara mempunyai peranan sangat penting dalam membentuk
individu-individu yang tercakup didalamnya. Untuk itu negara harus
melakukan pengawasan mutlak kepada setiap aspek kehidupan individu, yang
meliputi pendidikan, kehidupan ekonomi, dan memaksakan tercapainya
keselarasan antara kerja dan modal. Dari segi inilah nampak bahwa fasisme
menolah sosialisme-Maxist maupun kapitalisme. Dibawah fasisme hak milik
perseorangan dipertahankan sepanjang pemakainya diletakkan dibawah
kekuasaan negara.
Perang dunia I, dalam mana italia baru terlibat pada tahun 1915, ternyata
banyak memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar dari yang diperkirakan
sebelumnya. Kendati demikian, italia sendiri boleh dikatakan tidak
memperoleh keuntungan sebagaimana yang diharapkan, malahan membawa
berbagai ekses dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Perang yang
berkepanjaangan dan menghabiskan biaya besar tersebut, banyak
menimbulkan keresahan dalam berbagai kalangan.
.
BAB III
KESIMPULAN
Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan,
pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang
pengertian-pengertian dasar. Ideologi secara fungsional merupakan
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat
dan negara yang dianggap paling baik.
Karakteristik ideologi Pancasila merupakan ciri khas yang
membedakannya dengan ideologi yang lain. Karakteristik tersebut yang
pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang berarti pengakuan bangsa
Indonesia akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala
isinya. Kedua adalah penghargaan kepada sesama umat manusia apapun
suku bangsa dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, ketiga adalah bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan
bangsa, keempat adalah bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan
bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi Pancasila sesuai dengan sila
ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Kelima adalah Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan
nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
Nilai-nilai ini yang merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan,
kebangsaan dan kemasyarakatan.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah sekalipun pengertian ideologi
bervariasi, tetapi jika dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti
kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni ideologi adalah prinsip, dasar,
arah, dan tujuan dalam kehidupan. Selain mengetahui pengertian ideologi,
kita juga harus mengetahui fungsi ideologi. Ideologi berfungsi mendasari
kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi landasan, pedoman, dan
bekal serta jalan bagi suatu kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara
DAFTAR PUSTAKA
Gb,Yuono dan Tata Iryanto. 1998.Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan. Surabaya: Indah
Haryanto,Agus,Alex Suryanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa
dan Sastra Indonesia. Tanggerang:ESIS
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2001. Jakarta: Balai Pustaka
Syairbaini, Syahril. Drs.,M.A. 2002. Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia