kelompok 3 - adneksitis

22
MAKALAH ASUHAN KEBIDANA PATOLOGI TENTANG ASUHAN KEBIDANAN PADA PENYAKIT ADNEXSITIS DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 1. ARTIS PURNAMA SARI 2. ANGGIE KARTINA PRATIWI 3. ENI DARMAWATI 4. RIRIN PRASTIANA 5. RINA SUTRISNA 6. FITRI WIJI UTAMI STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU DIII KEBIDANAN

Upload: gita-grayesa

Post on 25-Dec-2015

123 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

TRANSCRIPT

Page 1: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

MAKALAH ASUHAN KEBIDANA PATOLOGI

TENTANG ASUHAN KEBIDANAN PADA PENYAKIT ADNEXSITIS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

1. ARTIS PURNAMA SARI

2. ANGGIE KARTINA PRATIWI

3. ENI DARMAWATI

4. RIRIN PRASTIANA

5. RINA SUTRISNA

6. FITRI WIJI UTAMI

STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

DIII KEBIDANAN

2012/2013

Page 2: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang

alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA

PENYAKIT ADNEXSITIS”.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang

ASUHAN KEBIDANAN PADA ADNEXSITIS.Kami menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Amin.

Bengkulu, Januari 2014

Penyusun

Page 3: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i    

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii    

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang  ................................................................................................................4  

1.2  Rumusan Masalah  ...........................................................................................................4

1.3  Tujuan  .............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................5

2.1 Definisi Adnexsitis............................................................................................................5

2.2 Etiologi..............................................................................................................................5

2.3 Patofisiologis....................................................................................................................5

3.1 Asuhan kebidanan pada adnexsitis..................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1   Kesimpulan ....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

Page 4: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan

keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami

hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya,

mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja

menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya

apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan

deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi.

Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar

1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan

seksual. Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya

seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium, dan terjadinya gejala-gejala ileus

karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari

itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis

dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Salah satu tenaga kesehatan yang dapat

memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah

dimilikinya

1.2 Rumusan Masalah

Apa definisi adneksitis?

Bagaimana penyebab terjadinya adneksitis?

Bagaimana gejala jika seorang wanita mengalami adneksitis?

Bagaimana penatalaksanaan jika wanita menderita adneksitis?

1.3  Tujuan

Mahasiswa dapat memahami definisi adneksitis

Mahasiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya adneksitis

Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala jika seorang wanita mengalami

adneksitis

Mahasiswa mengetahui mengenai penatalaksanaan jika seorang wanita menderita

adneksitis

BAB II

Page 5: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya

terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus,

walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar

dari jaringan sekitarnya.

Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang

berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium. Istilah lain dari adnexitis antara

lain: pelvic inflammatory disease, salpingitis, parametritis, salpingo-oophoritis.

2.2 Etiologi

Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan

postpartum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul

radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan

radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.

Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara

traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :

1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.

2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-

kuman.

Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah Baktery

Gonorrhea dan Bakteri Chalmydia.

2.3 Patofisiologi

Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu

kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa

datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan

sekitarnya.

Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada

endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan

epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang

kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan

serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium

tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.

Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke

parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis

Page 6: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit,

tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).

2.4 Gambaran Klinis

Gambaran klinik adnexitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah

kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa,

setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri

tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada

torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras,

dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro,

Hanifa. Hal 288.2007).

2.5 Jenis Adnekitis

Penyakit adneksitis atau salpingo ooporitis terbagi atas :

2.5.1   Salpingo ooporitis akuta

Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus

sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba

abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba

menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa

gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan

negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic

ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam

kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium

wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan

darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini

timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan

infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata

dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering

terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).

2.5.2  Salpingo ooporitis kronika

Dapat dibedakan pembagian antara:

a)      Hidrosalping

Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel

mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam

tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat

menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan

Page 7: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis,

sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.

b)      Piosalping

Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang

berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada

salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula

ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah – tengah jaringan otot.

c)      Salpingitis interstisialis kronika

Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat

pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula

perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.

d)      Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.

Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada

abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang

terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.

e)      Salpingitis tuberkulosa

Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.

(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).

2.6  Gejala Adnexitis

1. Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre

menstrual syndrome)

2. Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina

3. Nyeri saat berhubungan intim

4. Demam

5. Nyeri punggung

6. Leukosit tinggi

7. Setelah beberapa hari dijumpai tumor dengna batas yang tidak jelas dan nyeri tekan

2.7   Komplikasi

Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:

a)      Jika terjadi ruptur atau abses ovarium

b)      Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan

c)      Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis

akuta.

Page 8: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak

keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam

panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.

Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi

adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu.

2.8  Pemeriksaan Penunjang

1. USG

2. UKG

3. Kuldoskopi dan laparoskopi tidak berarti keculi bilamana pemeriksaan tersebut tidak

dilakukan pemeriksaan biopsi.

2.9  Penatalaksanaan

Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total Abdominal

Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy).

Dapat dipertimbangkan (optional) instilasi phosphor-32 radioaktif atau khemoterapi

profikalis. Sayatan dinding perut harus longitidunal di linea mediana, cukup panjang untuk

memungkinkan mengadakan eksplorasi secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan

panggul, khususnya di daerah subdifragmatika dan mengirimkan sampel cucian rongga perut

untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Bila perlu dapat dilakukan biopsy pada jaringan yang

dicurigai. Radioaterapi akhir-akhir ini tidak mendapat tempat dalam penanganan tumor ganas

tuba dan ovarium karena sifat biologic tumor dan menyebar melalui selaput perut (surface

spreader). Radiasi ini akan merusak alat-alat vital dalam rongga perut, khususnya usus-usus,

hati dan ginjal. Dengan shielding (perlindungan) alat vital tersebut, akan menyebabkan

kurangnya dosis radiasi. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed dan pada jenis

histologik keganasan tertentu seperti disgerminoma.

Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung dari derajat

penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian obat

oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan organ

sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi secara konvensional(pemberian antibiotik) tidak

berhasil. Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya juga harus

mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Operasi radikal

( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang sudah hampir

menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata yang

diangkat.

BAB III

Page 9: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” USIA 21 TAHUN

PIA0 DENGAN ADNEKSITIS

I.    SUBYEKTIF

Tanggal : 10 Januari 2015 Tempat: BPM Pukul : 15.00 WIB

1.      Identitas

Nama Ibu

Umur

Suku/bangsa

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

No. telp.

No. register

: Ny S

: 21 Thn

:Indonesia

:Islam

:SMA

:IRT

: Jl.Indah Barat

: (-)

: 2030

Nama Suami

Umur

Suku/bangsa

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

No. telp.

No. register

: Tn T

: 23 Thn

:Indonesia

:Islam

:SMA

:Swasta

:Jl.IndahBarat

:031-7689956

: (-)

2.      Keluhan utama

Ibu mengatakan merasa nyeri hebat di daerah perut bawah, serta demam sejak 4 hari yang

lalu, rasa nyeri bertambah keras pada saat melakukan pekerjaan yang berat-berat dan disertai

dengan sakit pinggang dan keputihan.

3.      Pola Kesehatan Fungsional

Pola Fungsi KesehatanSebelu Sehat Selama Sakit

1.Pola Nutrisi Ibu makan porsi cukup 3x/hari,

minum 6 gelas/hari

Ibu tidak mau makan,

makan 2x/hari,

minum 5 gelas/hari

2.Pola EliminasiBAB 2BAK 2-3x/hari

BAK 5BAB 1-2x/hari

BAK 1-2x/hari

BAB 1-2x/hari

3.Pola Istirahat Tidur sTidur siang 3 jam

Tidur Tidur malam 7 jam

Ibu tidak pernah tidur

siang

Tidur malam 5 jam

4.Pola AktivitasIbu melakukan aktifitas rumah tangga

Ibu hanya melakukan

pekerjaan yg ringan

saja

5.Pola seksualIbu melakukan hubungan seksual 3-

4x/seminggu

Ibu tidak mau

melakukan hubungan

Page 10: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

seksual

6.   Pola persepsi dan

pemeliharaan kesehatan :

merokok, alcohol,

narkoba, obat – obatan,

jamu, binatang peliharaan

7.         Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita : Tidak ada

1.      Jantung

2.      Ginjal

3.      Asma

4.      TBC

5. Hepatitis

6. DM

7. Hipertensi

8. TORCH

8.         Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga : Tidak ada

a.   Riwayat KB :

Pernah menggunakan KB AKDR yaitu IUD sudah 1 tahun

II.    OBYEKTIF

1.   Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : baik

b.Kesadaran : composmentis

c. Tanda –tanda vital

Tekanan darah : 110/90 mmHg.

Nadi : 100 kali/menit

Pernafasan : 20 Kali / menit

Suhu : 38 0C

d. Antropometri

BB periksa yang lalu : 57 kg

BB sekarang : 56 kg

Tinggi Badan : 156 cm

2.      Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

a. Wajah : simetris, terlihat pucat

b.Rambut : bersih, tidak ada ketombe

Page 11: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

c. Mata : bentuk simetris, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik

d.Mulut & gigi : bersih, tidak ada caries dan stomatitis

e. Telinga : simetris, tidak ada serumen

f. Hidung : simetris, tidak ada nyeri tekan, bersih, fungsi penciuman baik

g.Dada : bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada

h.Abdomen :tidak ada bekas luka oprasi, ada nyeri tekan pada perut bagian bawah,

kembung

i.  Genetalia : terdapat flour albus, nyeri tekan

j.  Ekstremitas : tidak ada odema, fungsi pergerakan baik

III.    ASSESMENT

1.   Interpretasi Data Dasar

a.    Diagnosa : Ny “S” dengan adneksitis

b.   Masalah : Gangguan rasa nyaman, kepercayaan diri

c. Kebutuhan :

- Meyakinkan ibu bahwa bidan akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu ibu

mengatasi masalahnya dan ibu tidak perlu takut.

- Memberikan penyuluhan tentang maksud, tujuan dilakukan terapi serta prosesnya.

2.   Antisipasi terhadap diagnosa/masalah potensial

Piosalping

Abses ovarium

3.   Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera/kolaborasi/rujukan

Kolaborasi dengan dokter SpOG

IV.    PLANNING

Tujuan : Setelah di berikan asuhan kebidanan dapat meringankan beban ibu

Kriteria Hasil : - ibu merasa tenang tidak cemas mengenai keadaanya

- KU Ibu

- ibu dapat beraktifitas seperti biasa serta rasa nyeri dapat berkurang

1. Intervensi

A. Jalin hubungan baik dengan px dan keluarga

R/ untuk memudahkan petugas dalam melakukan pemeriksaan

Page 12: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

B. Jelaskan mengenai keadaan ibu sekarang kepada keluarga

R/ agar ibu dan keluaga tidak cemas dengan keadaanya

C. Jelaskan penyebab terjadinya adneksitis kepada keluarga

R/ agar keluarga mengetahui penyebab terjadinya adneksitis

D. Lakukan konseling kebutuhan nutrisi, istirahat, serta kebersihan

R/ agar kebutuhan istirahat dan nutrisi ibu dapat terpenuhi dengan baik dan cukup

E. Kolaborasi dengan dokter

R/ untuk mengatasi masalah dengan mencegah komplikasi

2.   Implementasi

a) Menjalin hubungan baik dengan keluarga dengan cara memberi salam

b) Menjelaskan mengenai keadaan ibu sekarang kepada keluarga

Ibu dalam keadaan kurang stabil kesehatannya

c) Menjelaskan penyebab terjadinya adneksitis kepada keluarga

Salah satu penyebab terjadinya adneksitis antara lain :

1. Kurangnya personal hygine

2. Adanya infeksi yg di sebabkan oleh bakteri seperti Gonorrhea, Chalmydia

d) Melakukan konseing kebutuhan nutrisi dan istitahat serta kebersihan

Memberitahu kepada ibu agar istirahat yang cukup tidur siang 3 jam dan tidur

malam 7-8 jam.

Memberitahu kepada ibu agar makan cukup 3x/hari dengan porsi cukup

Menjaga kebersihan pada daerah genetalia

e) Melakukan kolaborasi dengan dokter

Jika terjadi masalah yang lebih parah bisa melakukan tindakan segera

3.      Evaluasi

S :pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi

O :K/U Ibu sudah baik ibu dapat mengulang penjelasan yang diberikan oleh bidan

A :Ny “S” Usia 21 tahun dengan Adneksitis

P :lakukan konseling mengenai istirahat dan nutrisi

Makan 3x/hari, tidur malam 7-8 jam/hari

f) Mengajak keluarga untuk menjaga kondisi ibu

g) Memberikan terapi

Amoxan 3×1 amp

Page 13: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

Gentamicin 2×80 gr

Analgetika jenis Antrain 3×1 amp (Diberikan secara IV)

h) Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan segera sesuai dengan advice dokter

BAB IV

PENUTUP

Page 14: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

4.1  Kesimpulan

Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium

yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai

uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD).

Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu

bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya

yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya

tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada

setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: KELOMPOK 3 - ADNEKSITIS

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset

Sarwono,Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo