kelompok 26_alas bedak illuminare
DESCRIPTION
KosmetologiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit wajah yang bersih dan mulus merupakan hal yang
diinginkan oleh setiap orang. Penggunaan kosmetik yang
dapat memperbaiki dan memperindah kulit wajah menjadi
kebutuhan, khususnya wanita. Kosmetik dapat digunakan
untuk memperbaiki penampilan dan meningkatkan rasa
percaya diri. Salah satu kosmetik yang sering digunakan
untuk memperbaki penampilan adalah alas bedak
(foundation). Alas bedak digunakan agar make-up dapat
menempel dengan baik dan untuk menutupi cacat/noda pada
kulit, serta dapat membuat wajah lebih berkilau.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan alas bedak,
meningkat pula teknologi dan inovasi dalam pembuatan alas
bedak untuk menarik perhatian konsumen. Penambahan
bahan-bahan seperti mika, untuk memberi efek kulit yang
lebih halus dan bercahaya, antioksidan dari bahan alam
seperti ekstrak green tea, antiwrinkle dan UV absorbant
untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari,
merupakan beberapa hal yang dilakukan untuk menarik
minat konsumen pada produk alas bedak.
Selain itu, banyak pula berkembang sediaan alas bedak
yang bermacam-macam, mulai dari liquid hingga solid.
Bentuk sediaan solid O/W emulsion dinilai lebih baik
dikarenakan bentuk emulsi lebih mudah diformulasikan
daripada bentuk liquid dan lebih tahan lama daya lekatnya
daripada bentuk padat. Bentuk O/W juga dinilai lebih baik,
karena alas bedak yang berbahan dasar air dapat
1
menghindari timbulnya jerawat, membuat kulit tidak terlalu
tampak berminyak dan lengket seperti sediaan dengan bahan
dasar minyak.
Berdasarkan penjelasan diatas, kami tertarik untuk
membuat formulasi alas bedak yang aman, stabil, memiliki
‘color trueness’ yang baik, mengandung antioksidan dan UV
absorbant dari bahan alami yang mampu melindungi kulit
dari sinar matahari, serta memberikan tampilan kulit yang
bersih, menyamarkan noda, dan membuat kulit tampak
berkilau.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang kosmetik dekoratif
2. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis alas bedak dan
formulasinya
3. Untuk membandingkan formulasi sediaan dengan sediaan
yang ada di pasaran
4. Untuk mengetahui cara pembuatan alas bedak dan
evaluasinya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KULIT
Kulit merupakan selimut yang meutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme
biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin
untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba
dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu,
kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar.
3
Gambar 1. Anatomi Kulit
Luas kulit pada manusia rata-rata ±2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika
dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan
utama, yaitu :
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit.
1. Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetik dipakai pada epidermis. Meskipun ada beberapa jenis
kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan
epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan teknologi, dermis
menjadi tujuan dalam kosmetik medik.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang
paling tebal berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan,
dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi,
dahi, dan perut. Sel-sel epidermis ini disebut keratinosit. Struktur kimia dari
sel-sel epidermis manusia memiliki komposisi protein 27%, lemak 2%, garam
mineral 0,5%, air dan bahan-bahan larut air 70,5%.
a. Lapisan Tanduk (Stratum Corneum)
4
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein
yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.
Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh
luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan
melepaskan diri untuk berregenerasi. Permukaan stratum corneum dilapisi
oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel
asam kulit.
b. Lapisan Jernih (Stratum Lucidum)
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan
keratin tipis yang disebut rein’s barrier (szakall) yang tidak bisa ditembus
(impermeable).
c. Lapisan Berbutir-butir (Stratum Granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,
berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin
itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses
pertandukan kulit.
d. Lapisan Malphigi (Stratum Spinosum atau Malphigi Layer)
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan
oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
e. Lapisan Basal (Stratum Germinativum atau Membran Basalis)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga
terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan
5
fungsinya hanya untuk membentuk pigmen melanin dan memberikannya
kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit
melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin
epidermal.
2. Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai
bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen
dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan
terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72%
dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.
Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,
papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot
penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut
lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis).
B. Pengertian Kosmetik
Istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kelompok profesi yang berbeda,
sehingga pengertian kosmetik itu sendiri menjadi begitu luas. Kosmetik
berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias,
mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik indonesia Nomor : HK.03.1.23.12.10.12459 tahun
2010 tentang Persyaratan Teknis Kosmetika adalah sebagai berikut :
“Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.”
Kosmetik tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit dan sebaiknya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun
bila bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia (meskipun berasal dari alam)
6
dan organ tubuh yang dikenai adalah kulit, maka dalam hal tertentu kosmetik
itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut.
Karena itu, pada tahun 1955 Lubowe menciptakan istilah “Cosmedics” yang
merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat
mempengaruhi faal kulit secara positif, namun bukan obat.
Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis
kosmetik tertentu. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan
berbahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan
kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri.
C. Pembagian Kosmetik
1. Penggolongan kosmetik menurut preparatnya dibagi 13 kelompok, yaitu :
a. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.
b. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll.
c. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eyeshadow, dll.
d. Preparat untuk wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll.
e. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll.
f. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll.
g. Preparat make-up, kecuali mata, misalnya bedak, lipstick, dll.
h. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes,
dll.
i. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll.
j. Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dll.
k. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung,
dll.
l. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.
m. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation,
dll.
2. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan, yaitu :
7
a. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern
(termasuk diantaranya adalah cosmedics).
b. Kosmetik tradisional :
Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur yang dibuat dari
bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun.
Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet
agar tahan lama.
Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-
benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan
tradisional.
3. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit, yaitu :
a. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics).
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.
Termasuk di dalamnya :
Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing
cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya
moisturizing cream, night cream, anti wrinkle cream.
Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan
sunscreen foundation, sunblock cream/lotion.
Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),
misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang
berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).
b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit
sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta
menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self
confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat
pewangi sangat besar.
D. Kosmetik Dekoratif
8
Sesungguhnya segala jenis kosmetik, mulai dari kosmetik pembersih,
pelembab, pelindung, dekoratif (makeup), sampai pengobatan, mempunyai
tujuan yang sama, yaitu memelihara atau menambah kecantikan kulit
(termasuk rambut, kuku, bibir, dan gigi) melalui pembersihan, pelembaban,
dan sebagainya.
Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-
mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-
noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu
menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak
merusak kulit atau sesedikit mungkin merusak kulit.
Dalam kosmetik dekoratif, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat
besar. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada
kesehatan kulit. Dengan memakai kosmetik dekoratif, seseorang ingin
menyembunyikan kekurangan pada kulitnya atau ingin memberikan
penampilan yang lebih cantik, lebih menarik, kepada dunia luar.
Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna
yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak
menyebabkan kulit tampak berkilau, dan sudah tentu tidak merusak atau
mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan adneksa lainnya.
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eyeshadow,
dan lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting
rambut, dan preparat penghilang rambut.
Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peran sangat besar. Zat
warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok, yaitu :
1. Zat warna alam yang larut
9
Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya
dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik daripada zat warna
sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan
relatif mahal. Misalnya alkalain yaitu zat warna merah yang diekstrak dari
kulit akar alkana (Radix Alcannae), carmine yaitu zat warna merah yang
diperoleh dari tubuh serangga coccus cacti yang dikeringkan, klorofil
daun-daun hijau, henna yang diekstrak dari daun Lawsonia inermis,
carotene yang merupakan zat warna kuning.
2. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, sekarang benzene,
toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal tar lain yang berfungsi
sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini
sehingga sering disebut sebagai zat warna aniline atau coal tar. Sifat-sifat
zat warna sintetis yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Tone dan intensitas harus kuat sehingga jumlah sedikit pun sudah
memberi warna
b. Harus bisa larut dalam air, alkohol, minyak, atau salah satunya. Yang
larut air untuk emulsi O/W dan yang larut minyak untuk emulsi W/O..
c. Sifat yang berhubungan dengan pH. Beberapa zat warna hanya larut
dalam pH asam, lainnya hanya dalam pH alkalis. Beberapa jenis hanya
memberi warna yang diinginkan dalam pH tertentu, atau tidak stabil
dalam pH tertentu.
d. Kelekatan kepada kulit atau rambut. Daya lekat berbagai zat warna
pada kulit dan rambut berbeda-beda. Terkadang kita memerlukan yang
berdaya lekat besar, seperti untuk cat rambut, namun terkadang kita
menghindarinya, misalnya untuk sabun.
3. Toksisitas.
Pewarna yang toksis harus dihindari. Tetapi ada derajat keamanannya.
Di Amerika, yang toksis ini dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu yang
boleh digunakan dalam kosmetik dan makanan, yang hanya boleh
10
digunakan di dalam kosmetik, dan yang hanya boleh digunakan dalam
kosmetik untuk pemakaian luar saja.
4. Pigmen-pigmen alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat
secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung
pada kandungan besi oksida atau mangan oksidanya (misalnya kuning
oker, coklat, merah bata, coklat tua). Zat warna ini murni, sama sekali
tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan makeup sticks.
Warnanya tidak seragam, tergantung asalanya, dan pada pemanasan kuat
menghasilkan pigmen warna baru.
5. Pigmen-pigmen sintetis
Saat ini, besi oksida dan oker sintetis sering menggantikan zat warna
alam. Warnanya lebih intens dan lebih terang. Pilihan warnanya antara lain
kuning, coklat sampai merah, dan macam-macam violet. Pigmen sintetis
putih seperti zinc oxide dan titanium dioxide termasuk dalam kelompok zat
pewarna kosmetik yang terpenting. Bismuth carbonate kadang-kadang
digunakan sebagai pigmen putih, sedangkan bismuth oxychloride umum
digunakan untuk warna putih mutiara. Sejumlah senyawa cobalt
digunakan sebagai pigmen sintetis warna biru, khususnya warna cobalt
dan ultramarine. Cobalt hijau adalah pigmen hijau yang kebiru-biruan. Zat
warna asal coal tar daya larutnya dalam air, alkohol, dan minyak rendah
sehingga hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi
halus. Namun, ada juga pigmen sintetis yang tidak boleh dipakai di dalam
preparat kosmetik karena toksis, misalnya cadmium sulfida dan prussian
blue.
6. Lakes alam dan sintetis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang
larut air dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya
sedemikian rupa (biasanya dengan reaksi kimia) sehingga produk akhirnya
menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau
pelarut lain. Kebanyakan lakes saat ini dibuat dari zat warna sintetis,
11
kecuali florentine lake yang diperoleh dari presipitasi carmine dan brasilin
(zat warna dari sayuran) di dalam aluminium hidroksida. Lakes yang
dibuat dari zat warna asal coal tar lebih cerah dan lebih kompatibel dengan
kulit. Substrat paling umum adalah zinc oxide, aluminium hidroksida,
aluminium phosphate, barium phosphate, barium sulfate, magnesium
carbonate, alumina hydrate, dan kaolin.
E. Alas Bedak (Foundation)
Jika digunakan langsung pada kulit yang tidak diapa-apakan terlebih
dahulu, bedak bubuk (loose powder) tidak akan menempel dengan baik.
Hanya selapis tipis powder yang akan tertinggal pada kulit dan itu pun tidak
akan bertahan lama. Adhesi powder itu dapat diperbaiki jika sebelumnya kulit
diolesi foundation cream yang akan membuat powder akan bertahan lebih
lama. Ada 4 bentuk dari alas bedak, yaitu :
1. Anhydrous Foundation Make-up
2. Solid Make-up Cream, O/W Type
3. Liquid Make-up
4. Pancake Make-up.
1. Anhydrous Foundation Make-up
Produk ini terdiri dari suatu suspensi bahan-bahan dasar powder di dalam
suatu masa tiksotropik dari campuran lemak/lilin/minyak. Bentuknya mirip
lipstik, hanya lebih lembut dan harus diformulasikan agar hanya
meninggalkan lapisan sangat tipis dan tidak berkilau di permukaan kulit. Ada
dua macam bentuk produk ini:
a. Lunak, yang dikemas dalam botol atau tabung
b. Keras dalam bentuk stick.
Bahan powder terpenting di dalam foundation make-up adalah titanium
dioxide, yang umumnya lebih disukai daripada zinc oxide. Suatu efek
penutupan kulit yang baik diperoleh dengan titanium dioxide yang jumlahnya
jauh lebih sedikit daripada zinc oxide. Sedikit bahan powder lain juga
12
dimasukkan sebagai tambahan bagi pigmen-pigmen putih dan pigmen
kemerahan (dan mungkin sedikit lakes).
2. Solid Make-up Cream, O/W Type
Dalam prinsipnya, krim ini terdiri dari vanishing cream yang dicampur
dengan powder. Tapi tidak semua vanishing cream dapat diubah menjadi
makeup cream, karena bahan-bahan powder sering menyebabkan
ketidakstabilan emulsi dengan mengabsorbsi sebagian dari lemak-lemak atau
emulgator atau menutupi permukaannya.
3. Liquid Make-up
Sejak pertama kali kemunculannya, liquid makeup langsung memperoleh
popularitas yang hebat. Bersama liquid emulsified rouges, liquid makeup
merupakan kosmetik dekoratif yang paling umum dan mudah digunakan.
Komposisi liquid makeup agak rumit, antara lain terdiri dari minyak-
minyak (mineral oil, isopropyl myristate, lanolin, propylene glycol, silicone
oil) surfaktan yang berfungsi ganda, yaitu sebagai emulgator dan dispersing
agent, pengental (thickening agent, misalnya bentonit), humektan, dan terakhir
harus mengandung air, pengawet, dan parfum.
Sifat-sifat yang diharapkan pemakai liquid makeup antara lain, yaitu daya
menutup kulit tidak terlalu kuat tetapi juga tidak terlalu lemah, mewarnai kulit
wajah dengan berbagai rona warna, setelah makeup dibersihkan tidak ada sisa
warna seperti pada lipstik, memiliki sifat pelembab kulit, stabil, tidak berubah
warna walau lama disimpan.
4. Pancake Make-up
Ini adalah jenis foundation makeup yang menarik. Penampakannya sulit
dibedakan dari compact powder, tetapi menurut komposisinya pancake
makeup adalah suatu dehydrated powder cream.
Preparat ini tidak berisi air tetapi tetap merupakan suatu emulsi O/W
karena dikenakan pada kulit melalui suatu aplikator yang dibasahi. Emulsi
yang terbentuk akan meninggalkan suatu lapisan stabil di kulit.
F. Praformulasi Sediaan
13
Solid O/W Emulsion Foundation merupakan salah satu jenis
emulsified foundation. Komposisi alas bedak jenis ini bisa
bervariasi tergantung tingkat penutupan dan emollient yang
diinginkan. Alas bedak dengan sistem emulsi air dalam
minyak adalah tipe yang umumnya dipasarkan karena lebih
mudah diformulasi .
Alas bedak tipe ini harus memenuhi beberapa kriteria :
Stabilitas emulsi
Pembasahan dan pendispersian pewarna (pigment)
Mudah disebar dan dicampurkan
Saat digunakan memberikan rasa nyaman di kulit
Memberi rasa licin di kulit
Pertimbangan Formulasi :
Memperpanjang kontak kulit. Meminimalkan kadar
emulsifier untuk menghindari iritasi
Memiliki basis minyak yang tingkat komedogenisitasnya
rendah
Karena emulsi mengandung air, lemak dan lain-lain, harus
diperhatikan pemilihan pengawet karena merupakan
media pertumbuhan mikroorganisme yang baik.
Bahan-bahan yang perlu untuk dimasukkan antara lain :
1. Emolient
Emollient merupakan bahan tambahan kosmetik
yang berfungsi untuk mempertahankan penampilan kulit
yang halus, lembut dan lunak. Fungsi tersebut disebabkan
oleh kemampuannya untuk tetap tinggal di permukaan
kulit atau di stratum corneum dan bertindak sebagai
14
lubrikan, untuk mengurangi flaking dan memperbaiki
penampilan kulit.
Emollient biasanya merupakan minyak dan lemak
yang diperoleh dari alam atau diperoleh melalui sintesis
kimia dan diklasifikasikan dalam senyawa non-polar
(parafin dan isoparafin) dan polar (ester dan trigliserida).
Struktur kimianya mempengaruhi interaksi dengan
permukaan kulit dan berefek pada sifat tanggapannya.
Lemak, mnyak dan derivatnya, ester asam lemak, derivate
lanolin, silicon dan derivate organofungsionalnya termasuk
golongan emollient. Umumnya, emollient digunakan untuk
produk perawatan kulit leave-on. Biasanya memiliki tekstur
ringan dan viskositasnya rendah, termasuk minyak, ester,
dan silicon.
Salah satu jenis emollient adalah occlusive. Bahan-
bahan occlusive terdiri dari minyak nabati, trigliserida,
minyak mineral, lilin alami atau sintetik, ester asam lemak,
minyak lanolin dan derivatnya, polidimetilsiloksan. Bahan-
bahan ini membentuk lapisan occlusive pada kulit,
menjaga air di dalam bagian atas lapisan stratum corneum
dan bertindak sebagai pelembap (moisturizer).
2. Lilin/wax :
Alami : Beeswax, jojoba, orange, karnauba, candelilla
dan kastor.
Derivat Beeswax : Dimethicone copolyol beeswax,
polyglyceryl-3-beeswax, butil oktanol, dan heksanadiol
beeswax (tekstur baik, kompatibel dengan bahan
silicon).
Sintetik : parafin, mikrokristalin, polietilen dan wax
sintetik (polimer olefin rantai tinggi)
15
Alkohol berlemak dan etoksilat lemak alkohol : Unithox
dan unilin.
Ester lemak : Croda, koster keunen (kester waxes),
3. Pigmen :
Pigmen sintetis seperti besi oksida sintetis dan oker
sintetis sering menggantikan zat warna alam. Warnanya
lebih intens dan lebih terang. Pilihan warnanya antara lain
kuning, coklat sampai merah, dan macam-macam violet.
Pada pembuatan alas bedak, pigmen sintetis putih seperti
seng oksida dan titanium dioksida termasuk dalam
kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting.
Contoh pigmen yang digunakan dalam formulasi alas
bedak antara lain :
TiO2: Zat pigmen dan sangat halus (ultra fine)
Indeks refraksinya 2,55 untuk kristal anatase dan 2,71
untuk kristal rutil. Titanium dioksida memiliki
kemampuan menghamburkan cahaya yang
menghasilkan sifat tak tembus cahaya (opacity).
Stabilitas kimia, terhadap panas dan cahaya sangat
baik.
ZnO: Zat pigmen dan sangat halus (ultrafine)
Seng oksida berbentuk kristal heksagonal transparan.
Warna putihnya dikarenakan kemampuannya
menghamburkan cahaya. Indeks refraksinya 2,0.
Stabilitasnya terhadap panas dan cahaya baik.
Besi oksida : Zat pigmen dan sangat halus
(meningkatkan nilai SPF)
Besi oksida memiliki banyak jenis dan semuanya
digunakan dalam produk kosmetik. Dengan mencampur
16
warna hitam, merah dan kuning bisa dihasilkan warna
coklat, cokelat muda (tan), coklat kemerahan dan
sienna. Besi oksida kuning adalah Fe2O3. xH2O. Besi
oksida merah adalah Fe2O3. Besi oksida hitam adalah
Fe2O4.
4. Texturizing agents :
Texturizing agent adalah zat yang berfungsi di
permukaan kulit untuk memberikan rasa halus dan lembut,
termasuk nilon, PMMA, serisit, talk, mika, boron nitride,
teflon, kopolimer borosilikat, silica sferis, pati (oat, beras,
gandum, jagung dan lain-lain), BiOCl, mikrokristalin
selulosa, serbuk poliuretan dan serbuk silikon.
5. Zat pembasah (Wetting agents) :
Senyawa yang melarut dalam air dan membantu
pembasahan zat hidrofobik dengan menurunkan tegangan
permukaan yang berguna untuk dispersi zat warna dalam
sediaan alas bedak. Penggunaan zat pembasah juga untuk
memberikan rasa nyaman pada kulit saat dipakai. Salah
satu contoh dari wetting agent adalah sorbitan dan ester
sorbitol juga turunan etoksilasi, dikenal juga dengan Tween
dan Span. Karena kompatibilitasnya yang tinggi, zat-zat ini
banyak digunakan dalam industri kosmetik dan makanan.
6. Zat Bioactive :
Bahan ‘aktif’ berikut ini telah dimasukkan dalam
formulasi alas bedak dan make-up cair : ekstrak alga (anti
inflamasi), protein gandum terhidrolisis (moisturizer dan
pelindung kulit), ekstrak ginseng, teh hijau, ekstrak linden,
kalsium pantotenat (antioksidan). Bisabolol (antiflogistik),
liposom mengandung kolesterol 2-keramida. Asam linoleat
dan tokoferil asetat. Titanium dioksida sebagai sunscreen
17
UV fisik dan protein kedelai dan yeast untuk respirasi sel.
Vitamin C dan E adalah antioksidan yang menolong
melindungi kulit dari kerusakan akibat lingkungan. Urea
dan pantenol telah digunakan sebagai pelembab
(moisturizing) dan sebagai anti inflamasi. Allantoin
digunakan sebagai antiiritan. Tembaga tripeptida-1 dalam
concealer dapat menutup dan menutup dan mengurangi
lingkaran hitam di bawah mata. Sebagai moisturizer juga
digunakan AHA, asam salisilat dan asam hialuronat.
7. Emulsifier
Emulsifier adalah senyawa yang dapat menstabilkan
tetesan-tetesan yang terdispersi pada fase luar. Emulsifier
terdiri dari bagian molekul yang hidrofilik dan lipofilik.
Dengan bagian lipofiliknya emulsifier membungkus dan
menginkoporasikan tetesan minyak sehinggal
mencegahnya untuk bergabung kembali dan membentuk
fase minyak yang terpisah. Dengan cara ini, partikel-
partikel minyak dihalangi satu sama lain dan menghasilkan
emulsi yang stabil.
8. Pengawet
Istilah zat antibakteri digunakan untuk zat kimia yang
dimasukkan pada kosmetik atau produk rumah tangga
yang memiliki aktivitas bakterisidal atau bakteriostatik
selama penggunaanya. Fungsi selanjutnya dari bahan
antibakteri adalah melindungi produk selama shelf-life nya
dengan efek melawan gangguan mikroba. Untuk
memastikan pengawetan yang efektif, harus ditambahkan
lebih dari satu zat antimikroba ke dalam produk. Bahan-
bahan ini harus kompatibel dengan bahan yang lain dalam
18
formula dan harus memiliki efikasi untuk waktu yang
panjang.
Bahan pengawet juga tidak boleh toksik bagi
pengguna. Untuk memilih jenis pengawet yang tepat tidak
mudah, bahan tersebut harus memiliki koefisien partisi
minyak-air yang baik karena mikroba yang
mengontaminasi dapat berkembang pada fase air dalam
formula. Bahan pengawet juga tidak boleh mengalami
inaktivasi karena faktor eksternal seperti pH dan proses
produksi.
Faktor lain yang juga harus dipertimbangkan seperti
pengemasan, yang bisa mempengaruhi aktivitas
pengawet, kecepatan adsorpsi beberapa komponen dalam
formula dan kelarutannya serta volatilitasnya. Pada
umumnya produk kosmetik yang cair dan berbentuk emulsi
paling rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme
sehingga pemilihan pengawet harus diperhatikan.
9. Antioksidan
Dalam bidang dermatologi, antioksidan secara luas
digunakan dalam penggunaan topikal. Antioksidan adalah
bahan baik alami maupun sintetik yang bekerja untuk
mengurangi kerusakan akibat radikal bebas dan tekanan
lingkungan pada kulit. Saat ini terdapat begitu banyak
senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dan
digunakan dalam produk kosmetik. Bahan-bahan dalam
kosmetik ada yang mudah teroksidasi misalnya minyak
dan lemak sehingga diperlukan zat antioksidan untuk
mencegah bahan-bahan tersebut rusak dan tengik akibat
oksidasi. Contoh antioksidan : vitamin E, tokoferil asetat,
vitamin C, turunan thiol,
19
G. Karakteristik Bahan
1. ABIL EM 120 (Bis-gliceryl lauryl dimethicon & Caprylic
Trigliceryde)
Gambar 2. Struktur Molekul ABIL EM 120
Merupakan cairan kental dan jernih dan multipurpose
emulsifier yang bebas PEG dengan struktur polimer dan
polifungsional untuk stabilitas yang optimal. Emulsifier ini
kompatibel dengan semua tipe emollient kosmetik dan bisa
digunakan baik untuk proses pembuatan panas ataupun
dingin. Emulsifier ini dapat menstabilkan besi oksida
hidrofobik maupun hidrofilik. Emulsifier ini sangat cocok
untuk emulsi yang mengandung pewarna (pigments), dan
keuntungannya dapat meningkatkan intensitas warna pada
sediaan.
2. Isopropil miristat
20
Gambar 3. Struktur Molekul Isopropil Miristat
Isopropil miristat berupa cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau dengan viskositas yang rendah.
Larut dan aseton, kloroform, etanol (95 %), etil asetat,
alkohol lemak, minyak nabati, hidrokarbon cair, toluena
dan lilin. Praktis tidak larut dalam gliserin, glikol dan air.
Dalam formulasi alas bedak, dipilih Isopropil miristat
karena merupaka emollient yang tidak berminyak yang
cepat diabsorpsi oleh kulit sehingga nyaman digunakan
oleh pengguna. Isopropil miristat digunakan sebagai
komponen untuk basis semisolid dan sebagai pelarut untuk
bermacam-macam zat yang digunakan topikal.
Penggunaan untuk sediaan topikal dan formulasi kosmetik
termasuk bath oils; make-up; produk perawatan rambut
dan kuku, krim, losion, produk untuk bibir, krim cukur,
lubrikan kulit, deodorant, suspensi otik dank rim vagina.
Konsentrasi untuk sediaan krim dan losion adalah 1,0 – 10
%, dan dalam formulasi alas bedak ini dipilih konsentrasi
10 %.
3. Cera Alba
Cera alba berupa serbuk amorf (non-kristal), tidak
berbau dan tidak berasa berwana putih sampai kuning.
Titik lelehnya 61-78°C. Larut dalam benzena, kloroform,
naftalena, minyak panas, petroleum eter, 30 bagian
alkohol absolute, terpentin, karbon disulfida dan
kebanyakan pelarut organic. Cera alba tidak larut dalam
air.
21
Cera alba merupakan wax/lilin yang digunakan untuk
meningkatkan konsistensi krim dan salep. Dipilih karena
mudah diperoleh, kompatibel dengan bahan-bahan yang
lain, titik lelehnya rendah. Konsentrasi yang digunakan
adalah 5 %.
4. Carnauba Wax
Carnauba wax berupa serbuk coklat muda sampai
kuning pucat, butiran atau bentuk tidak beraturan dari lilin
yang keras. Memiliki karakteristik tidak berbau dan tidak
berasa. Larut dalam kloroform hangat dan toluene hangat,
agak sukar larut dalam etanol mendidih (95 %) dan praktis
tidak larut dalam air.
Carnauba wax banyak digunakan untuk kosmetik,
makanan tertentu dan dalam formulasi farmasetik. Di
bidang kosmetik, carnauba wax umumnya digunakan
untuk lip balm. Carnauba wax berasal dari bahan alam dan
dalam formulasi ini carnauba wax digunakan sebagai
stiffening agent dan memiliki kelebihan memberi efek lebih
halus pada sediaan.
5. Titanium dioksida
Titanium dioksida berbentuk sebuk amorf, tidak
berbau, tidak berasa dan non-higroskopik. Titanium
dioksida terdapat dalam beberapa bentuk kristal yang
berbeda yaitu rutil, anatase dan brookite. Bentuk rutil lebih
stabil secara termodinamika dibandingkan bentuk kristal
yang lain.
Titanium dioksida banyak digunakan dalam bidang
kosmetik, makanan, industri plastik dan dalam formulasi
22
sediaan topikal dan oral sebagai pewarna putih. Memiliki
indeks refraksi yang tinggi, titanium dioksida memiliki sifat
penghambur cahaya yang berguna dalam pemberi warna
putih dan opacifier.
6. Mika
Mika adalah mineral silika yang digunakan dalam
kosmetik untuk memberikan penampilan yang berkilau.
Serbuk mika memantulkan cahaya dari wajah karena
sifatnya yang berkilau dan bisa menciptakan ilusi warna
kulit yang lebih halus, lembut dan bercahaya. Mika yang
digunakan dalam kosmetik adalah mika yang dimurnikan
dan ukuran partikelnya kurang dar 150 mikron.
Penggunaan mika memberikan rasa licin, lembut dan halus
pada kulit sehingga baik digunakan dalam sediaan alas
bedak.
7. Besi oksida
Besi oksida berbentuk serbuk dan terdapat dalam
berbagai warna (kuning, hitam, merah, atau coklat). Warna
bergantung pada ukuran dan bentuk partikel dan struktur
kristalnya. Besi oksida secara luas digunakan dalam
kosmetik, makanan dan farmasi sebagai pewarna dan
penyerap UV (UV absorbers). Besi oksida terdapat dalam
berbagai warna yaitu serbuk kuning, merah, hitam atau
coklat.
Dipilih pewarna besi oksida dalam bentuk serbuk
coklat untuk menyesuaikan warna sediaan alas bedak
dengan warna kulit wajah. Kombinasinya dengan titanium
23
dioksida menghasilkan kombinasi warna yang lebih cerah
saat digunakan di kulit.
8. Ekstrak oat
Ekstrak oat merupakan ekstrak yang larut dalam air
dan berbentuk cairan berwarna kuning sampai coklat.
Ekstrak oat (Avena sativa) digunakan dalam 352 produk
kosmetik wajah dan kulit, dengan konsentrasi hingga 25 %.
Ekstrak oat mengandung flavonoid dengan struktur fenolik
yang membuatnya menyerap sinar UV A dengan kuat pada
panjang gelombang 320-370 nm. Bahan ini berfungsi
sebagai antioksidan, texturizing agents, dan penyerap
sinar UV.
9. Talk
Talk berbentuk serbuk kristal, sangat halus,
berwarna putih sampai putih keabuan, tidak berbau. Talk
merupakan magnesium silikat hidrat, mineral yang
digunakan dalam makanan, obat dan kosmetik. Talk
memiliki banyak kegunaan untuk produk kosmetik dan
perawatan tubuh termasuk sebagai absorben, texturizing
agent pada sediaan. Konsentrasi yang digunakan adalah 2
%.
10. Sorbitan isostearat
24
Gambar 4. Struktur molekul Sorbitan Isostearat
Sorbitan isostearat berupa cairan berwarna kuning
dengan bau dan rasa yang khas. Sorbitan isostearat larut
atau terdispersi dalam minyak, juga larut dalam
kebanyakan pelarut organic. Dalam air, meskipun tidak
larut, umumnya terdispersi.
Ester sorbitan banyak digunakan dalam formulasi
kosmetik, produk makanan dan farmasi sebagai surfaktan
nonionik lipofilik. Terutama digunakan sebagai zat
pengemulsi untuk sediaan krim, emulsi dan salep untuk
penggunaan topikal. Sering digunakan kombinasi dengan
polisorbat untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air
atau krim dan sebagai wetting agent dengan konsentrasi
0,1-3 %.
11. Polisorbat 60
Gambar 5. Struktur Molekul Polisorbat 60
Polisorbat 60 berbentuk cairan berwarna
kuning.Larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam
minyak mineral dan minyak nabati. Polisorbat 60
merupakan surfaktan nonionik yang digunakan secara luas
sebagai zat pengemulsi pada pembuatan emulsi tipe
25
minyak dalam air, juga dalam produk kosmetik dan
makanan. Selain itu juga digunakan sebagai wetting agent
untuk beberapa sediaan. Penggunaannya sebagai wetting
agent adalah 0,1-3 %. Konsentrasi polisorbat 60 sebagai
wetting agent dalam formula ini adalah 0,5 %.
12. Propil paraben
Gambar 6. Struktur Molekul Propil paraben
Propilparaben berbentuk serbuk putih, kristal, tidak
berbau dan tidak berasa. Sangat mudah larut dalam
aseton, etanol (95 %), sangat sukar larut dalam air.
Propilparaben digunakan dalam formulasi kosmetik, produk
makanan dan farmasi sebagai pengawet atau antimikroba.
Bisa digunakan tunggal atau kombinasi dengan ester
paraben lainnya.
Merupakan salah satu pengawet yang sangat sering
digunakan dalam kosmetik. Efektif pada rentang pH yang
lebar dan memiliki spectrum antimikroba yang luas,
meskipun paling aktif dalam melawan jamur dan kapang.
Aktivitas antimikrobanya bisa ditingkatkan dengan
kombinasi bersama paraben yang lain, karena efek aditif.
Pada formulasi ini digunakan propil paraben dengan
konsentrasi 0,15 %
13. Metil paraben
26
Gambar 7. Struktur Molekul Metil Paraben
Metilparaben berbentuk kristal tidak berwarna atau
serbuk hablur putih. Tidak berbau atau hampir tidak
berbau dan memiliki rasa sedikit terbakar. Metilparaben
digunakan secara luas sebagai pengawet dalam produk
kosmetik, makanan, dan formulasi farmasetika. Metil
paraben dapat digunakan tunggal atau dengan kombinasi
dengan paraben lainnya.
Pada produk kosmetik, metil paraben merupakan
pengawet yang paling sering digunakan. Senyawa paraben
efektif pada rentang pH yang luas dan aktivitas
antimikroba yang luas.
14. Ekstrak teh hijau
Ekstrak teh hijau merupakan ekstrak yang larut
dalam air, berbentuk serbuk berwarna coklat muda hingga
coklat tua. Ekstrak teh hijau berfungsi sebagai antioksidan
karena kandungan katekin. Ekstrak teh hijau memiliki
aktivitas antioksidan 20 kali lebih besar dari vitamin C dan
lebih kuat dari vitamin E.
Penggunaan topikal ekstrak teh hijau berguna untuk
mengurangi efek merugikan dari sinar matahari pada kulit
manusia, seperti penuaan. Ekstrak teh hijau mengurangi
jumlah sel-sel yang terbakar akibat sinar matahari
27
sebanyak 66 % ketika digunakan 30 menit dengan
konsentrasi 1-10 %.
15. Tokoferol asetat
Gambar 9. Struktur Molekul Tokoferol asetat
Merupakan cairan berminyak yang tidak berwarna
atau coklat kekuningan dan kental. Α-tokoferol merupakan
senyawa yang sangat lipofilik, dan digunakan sebagai
antioksidan pada produk kosmetik dengan konsentrasi
0.001–0.05% v/v. Keefektifan antioksidan bisa ditingkatkan
dengan penambahan sinergis larut minyak seperti lesitin
dan askorbil palmitat.
H. Metode Umum Pembuatan Alas Bedak
1. Emollient, lilin dan wetting agent dimasukkan dalam
jacketed kettle dan dipanaskan hingga fase tersebut jernih
dan seragam.
2. Pewarna (pigments) dan texturizing agents perlahan
dimasukkan ke dalam fase minyak. Dengan pencampuran
high shear mixing. Pencampuran ini terus dilakukan sampai
terdispersi sempurna dan pewarna rata sempurna.
I. Evaluasi Sediaan
1. Evaluasi Fisika
a. Uji Organoleptis
28
Sediaan alas bedak diamati dari bentuk warna dan bau.
Warna dari alas bedak disesuaikan dengan tingkatan warna
kulit.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah pada saat proses pembuatan alas bedak bahan
aktif dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain
yang diperlukan tercampur secara homogen.
Persyaratannya harus homogen sehingga alas bedak yang
dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata
saat penggunaan pada kulit.
c. Dispersi Warna
Pewarna pada alas bedak wajah haruslah terdispersi secara
homogen dalam dasar bedak. Tidak boleh ditemukan
adanya lapisan warna atau ketidakbercampuran pada
dispersi alas bedak yang menyebabkan pulverisasi yang
jelek atau pengeluaran warna yang tidak seragam.
Keseragaman pada alas bedak dapat dengan mudah
diperiksa dengan menyebarkannya pada kertas putih dan
diuji dengan kaca pembesar. Jika terdapat
ketidakseragaman yang terdeteksi, proses selanjutnya
untuk memperoleh pengembangan warna maksimal harus
diperoleh dalam homogenitas.
d. Uji Viskositas
Uji viskositas pada alas bedak perlu dilakukan untuk
melihat viskositas dari sediaan alas bedak. Jika viskositas
dari alas bedak terlalu tinggi akan menyulitkan dalam
pemakaian pada wajah. Viskositas atau kekentalan yang
29
dikehendaki dalam sediaan alas bedak ini tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah.
e. Uji Daya Lengket
Pengujian daya lengket alas bedak dilakukan untuk
mengethaui kemampuan alas bedak menempel pada
permukaan kulit. Semakin besar daya lengket alas bedak
semakin besar ikatan yang terjadi dengan kulit sehingga
alas bedak lebih tahan lama menempel di kulit.
f. Evaluasi Stabilitas
Tujuan pemeriksaan kestabilan adalah untuk menjamin
bahwa setiap produk alas bedak yang didistribusikan tetap
memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah
cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan
digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa,
cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam
label. Pengujian stabilitas dilakukan pada kondisi-kondisi
yang berbeda untuk mengetahui efek setiap kondisi
penyimpanan terhadap emulsi. Pengujian ini dilakukan
dengan menyimpan sampel pada suhu 8± 0.1°C (di lemari
pendingin), 25±0.1°C (di incubator), 40±0.1°C ( di
inkubator) dengan kelembapan relative 75%. Sifat fisik,
warna dan organoleptis serta karakteristik emulsi diamati
selama 28 hari.
g. Tipe Emulsi
Tipe emulsi dianalisis dengan mengencerkan emulsi
dengan air dan minyak secara terpisah.
h. Uji sentrifugasi
Pengujian sentrifugasi dilakukan segera setelah emulsi
selesai dibuat Pengujian kembali dilakukan setelah 24 jam,
hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28 setelah
30
pembuatan. Dilakukan pada 5000 rpm, suhu 25°C selama
10 menit dengan menaruh 10 g sampel pada tube
sentrifugasi.
2. Evaluasi Biologi
Untuk mengetahui derajat kontaminasi, 1 g bahan
didispersikan dalam 4 ml larutan steril yang mengandung
0,25 % Tween 80. Larutan kemudian diencerkan
menggunakan bahan pendispersi yang sama dan 0,1 ml
larutan diletakkan pada media padat menggunakan surface
viable method. Semua percobaan dilakukan dua kali (duplo)
(ISO NF- 21148, 2000).
- Aerobic plate count
Aerobic plate counts (APC) ditentukan dengan
menginokulasi 0,1 ml sampel yang dihomogenkan pada 3
cawan petri yang berisi agar menggunakan teknik spread.
Cawan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35 °C. Cawan
yang mengandung 25-250 koloni dipilih dan dihitung, dan
nilai rata-rata CFU/ml dihitung.
3. Evaluasi Farmakologi
- Patch Test
4. Evaluasi Kimia
a. Uji pH
pH sediaan diuji setelah emulsi selesai dibuat dan emulsi
disimpan pada kondisi yang berbeda-beda dan pH diukur
menggunakan pH meter digital.
pH alas bedak harus sama dengan pH kulit yaitu sekitar 6-7
b. Pengujian Kemurnian Bahan Baku
31
J. Karakteristik Sediaan Umum
1. Sediaan merupakan emulsi tipe minyak dalam air
2. Ukuran partikel terdispersi berkisar antara 0,1 – 50 mm
3. Konsistensi dan warna alas bedak bentuk krim stabil dalam
penyimpanan dan penggunaan.
4. Warna sediaan merata
5. Memiliki sifat alir pseudoplastik dan tiksotropik
6. Tidak memberikan rasa berminyak pada kulit atau kering
32
BAB III
METODOLOGI
A. FORMULA SEDIAAN ALAS BEDAK
Sebagai dasar dan perbandingan formula dipilih 4 formulasi sediaan alas bedak jenis Solid O/W Cream Foundation.
33
Nama BahanF1
(%)
F2
(%)
F3
(%)
F4
(%)
Formula
Kelomp
ok (%)
Fungsi & Karakteristik
Butil Stearat 1 Emollient
(Cairan atau semipadat berwarna kuning
terang, dan tidak larut dalam air)
Dimetikon 17 8,47 Emollient
(Hidrofobik, tidak larut dalam larutan
surfaktan, inkorporasinya ke dalam krim
membutuhkan proses emulsifikasi,selain
sebagai emolient juga meningkatkan
pembasahan pewarna
Siklopentasiloksa
n dan PEG/PPG
20/15 Dimetikon
18,2 Emulsifier
(Tidak larut dalam air, viskositasnya
rendah, dan relatif mudah menguap,
memberikan perasaan kulit yang kering
dan ringan saat digunakan)
34
Dimetikon dan
Dimetikon/Vinil
Crosspolymer
5 Emollient
(Tidak larut dalam air, atau dalam larutan
surfaktan sehingga harus diemulsifikasi,
ada bentuk serbuk, mudah mengalir atau
tersuspensikan dalam air, atau dalam
bentuk gel silikon elastis yang
mengembang dalam pelarut,
menghasilkan formulasi yang memberikan
rasa kering dan mengubah sifat alir
produk)
Isopropil Miristat 6 Emollient
(Cairan tidak berbau, tidak berwarna,
jernih, viskositasnya rendah, larut dalam
hidrokarbon dan lilin, praktis tidak larut
dalam air, viskositasnya 5-7 cP)
Asam Stearat 12 Wax / Basis
(serbuk putih kekuningan atau putih atau
padatan kristal, titik lelehnya 69-70°C,
sangat mudah larut dalam etanol dan
35
propilenglikol, praktis tidak larut dalam air)
Sintetik Beeswax 2 Wax/Basis
(Padatan berwarna kuning pucat,
memberikan rasa lembut di kulit, adhesi
pada kulit baik, titik leleh 63,6, mampu
menstabilkan emulsi dan emollient yang
sangat baik, sukar larut dalam air)
Cera Carnauba 5 Wax/Basis
(Serbuk coklat muda sampai kuning pucat
atau berupa butiran, tidak berasa dan
tidak berbau, agak sukar larut dalam
etanol mendidih, praktis tidak larut dalam
air, dari bahan alami, memberikan rasa
lembut di kulit, adhesi pada kulit baik, titik
leleh rendah)
ABIL EM 120 4 4 Emulsifier
(Cairan kental dan jernih dan multipurpose
emulsifier yang bebas PEG dengan
struktur polimer dan polifungsional untuk
36
stabilitas yang optimal, dapat
menstabilkan besi oksida hidrofobik
maupun hidrofilik, dapat meningkatkan
intensitas warna pada sediaan)
Etilheksil
metoksinamat:
Dietilamino
hidroksibenzoil
heksilbenzoat
10 UV Absorban
(Cairan berminyak kuning pucat,tidak
berbau, tidak larut dalam air, larut dalam
minyak)
Span 80 2 0,75 0,75 Surfaktan/ wetting agent
(Cairan kuning kental, bau dan rasa khas,
larut dalam minyak, tidak larut dalam air)
Sorbitan Oleat 0,75 Surfaktan/ wetting agent
(Cairan kuning kental, bau dan rasa khas,
larut dalam minyak, tidak larut dalam air)
Tween 80 1 Surfaktan/ wetting agent
(Cairan berminyak berwarna kuning,
viskositasnya 42,5 cP, larut dalam etanol
37
dan air, tidak larut dalam minyak)
Tween 60 0,75 Surfaktan/ wetting agent
(Cairan berminyak berwarna
kuning,viskositasnya 600 cP, larut dalam
etanol dan air, tidak larut dalam minyak)
Ozokerite 9 Menstabilkan emulsi, meningkatkan
viskositas
(Padatan putih atau kristal, tidak berbau,
tidak berasa, titik leleh relatif tinggi,
meningkatkan viskositas dan stabilitas
emulsi)
Propilen Glikol 12,5 29,0
4
5 Emollient
(Cairan kental, tidak berbau, tidak berasa,
kelarutan bercampur dengan etanol dan
air, tidak tercampurkan dengan minyak,
viskositasnya 58,1 cP)
Dietilheksil
Karbonat
6,2 Emollient
(Berbentuk cairan, viskositasnya rendah,
daya sebarnya tinggi, memberikan efek
38
ringan pada kulit, tidak lengket)
Dicaprilil
Karbonat,
Stearalkonium
Hectorite,
Propilen Karbonat
2 Emollient
(Berwarna coklat, berbentuk pasta,
merupakan campuran dari hectorite dan
emollient)
Sorbitol Liquid 2 Humektan
(Sangat mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol, tidak berwarna, jernih, rasa
manis, pH 5-7,5)
Gliserin 3 Humektan
(Cairan higroskopik kental, tidak berbau,
rasa manis, larut dalam air,praktis tidak
larut dalam minyak)
Talk 8 2 2 Texturizing Agent
(Serbuk putih, sangat halus, tidak berbau,
mudah beradhesi ke kulit, dan lembut, pH
7-10, praktis tidak larut dalam air dan
39
pelarut organik)
Siklopentasiloksa
n
10 Texturizing Agent
((Tidak larut dalam air, viskositasnya
rendah, dan relatif mudah menguap,
memberikan perasaan kulit yang kering
dan ringan saat digunakan)
Nylon-12 2 Texturizing agent
(Hidrofobik, memberikan rasa licin pada
kulit)
Nylon-12 dan
Isopropil
Titanium
Triisostearat
0,25 Texturizing Agent
(Tidak larut dalam air, berbentuk serbuk,
Hidrofobik, memberikan rasa licin pada
kulit)
Oat Extract 5 Texturizing agent
(larut dalam air, berbentuk cairan
berwarna kuning sampai coklat,
mengandung flavonoid dengan struktur
fenolik yang membuatnya menyerap sinar
UV A dengan kuat pada panjang
40
gelombang 320-370 nm.
1-Metilhidantoin-
2-Imida
1 Conditioning Agent
(Serbuk/kristal, putih, tidak berbau, pH 7,5-
8,5, agak sukar larut dalam air)
Titanium Dioxide,
prime grade
2 5 13 4 Pewarna
(berbentuk sebuk amorf, tidak berbau,
tidak berasa dan non-higroskopik, Memiliki
indeks refraksi yang tinggi, memiliki sifat
penghambur cahaya yang berguna dalam
pemberi warna putih dan opacifier)
Iron Oxide, red 1 0,2 Pewarna
(berbentuk serbuk berwarna merah,
digunakan sebagai pewarna dan penyerap
UV. Kombinasinya dengan titanium
dioksida menghasilkan kombinasi warna
yang lebih cerah saat digunakan di kulit.)
Iron Oxide (Cl
77492) dan
Isopropil
0,51 Pewarna
(berbentuk serbuk, berwarna kuning,
digunakan sebagai pewarna dan penyerap
41
Titanium
Triisostearat
UV)
Iron Oxide (Cl
77491) dan
Isopropil
Titanium
Triisostearat
0,33 0,21 Pewarna
((berbentuk serbuk, berwarna merah,
digunakan sebagai pewarna dan penyerap
UV)
Iron Oxide (Cl
77499) dan
Isopropil
Titanium
Triisostearat
0,06 Pewarna
(berbentuk serbuk, berwarna hitam,
digunakan sebagai pewarna dan penyerap
UV)
Cl 77492 Iron
Oxide (Kuning)
0,5 0,33 1 Pewarna
(berbentuk serbuk, berwarna kuning,
digunakan sebagai pewarna dan penyerap
UV, dipilih pewarna besi oksida dalam
bentuk serbuk kuning untuk menyesuaikan
warna sediaan alas bedak dengan warna
kulit wajah. Kombinasinya dengan titanium
42
dioksida menghasilkan kombinasi warna
yang lebih cerah saat digunakan di kulit.)
Cl 77499 Iron
Oxide (Hitam)
0,1 Pewarna
(berbentuk serbuk, berwarna hitam,
digunakan sebagai pewarna dan penyerap
UV)
Titanium Dioxide,
Mica,Silica
0,25 Pewarna
(serbuk putih, tidak larut dalam air,
intensitas warna nya lebih tinggi)
Mika 6 3 2 Pewarna, texturizing agent
(untuk memberikan penampilan yang
berkilau, memantulkan cahaya dari wajah,
menciptakan ilusi warna kulit yang lebih
halus, lembut dan bercahaya, memberikan
rasa licin, lembut dan halus pada kulit)
Dimetikon dan
Metikonsiklopent
asiloksan dan
Titanium Dioxide
10 Pewarna
(ukuran partikelnya 110ηm, mudah
dituang, cairan berwarna putih, tidak larut
43
dan Alumina dan
PEG-10
Dimetikon dan
Lauril Poligliseril-
3
Polidimetilsiloxye
til
dalam air)
Titanium Dioxide
dan Isopropil
Titanium
Triisostearat
10 Pewarna
(berbentuk sebuk amorf, tidak berbau,
tidak berasa dan non-higroskopik, Memiliki
indeks refraksi yang tinggi, memiliki sifat
penghambur cahaya yang berguna dalam
pemberi warna putih dan opacifier)
Mica dan
Isopropil
Titanium
Triisostearat
5 Pewarna
(untuk memberikan penampilan yang
berkilau, memantulkan cahaya dari wajah,
menciptakan ilusi warna kulit yang lebih
halus, lembut dan bercahaya, memberikan
44
rasa licin, lembut dan halus pada kulit)
AluminiumStarch
Octenylsuccinate
dan Isopropil
Titanium
Triisostearat
3 Pewarna
(Serbuk mudah mengalir, berwarna putih,
pH 4,5-7, hidrofobik, bersifat halus dan
lembut, mampu menyerap lembab)
Xanthan Gum 0,1 Pengental
(Serbuk halus, berwarna putih coklat
muda, tidak berbau, mudah mengalir,
praktis tidak larut dalam etanol, dan larut
dalam air dingin dan air panas)
Cistus Incanus
Extract,
Maltodextrin
0,5 Antioksidan
(Serbuk coklat, mengandung 80% ekstrak
cistus)
Tokoferil asetat 0,25 0,25 Antioksidan
(Cairan berminyak kental, warnanya
kuning-coklat, atau tidak berwarna, praktis
tidak larut dalam air, mudah larut dalam
45
etanol dan minyak)
Tetrapeptida 30:
Gliserin
2 Anti Wrinkle
(Cairan kental, dapat digunakan sebagai
skin aging
Algae Extract 1 Antioksidan, Anti Wrinkle
(Serbuk berwarna coklat, larut dalam air)
Green Tea
extract
5 Antioksidan, UV absorbent
(Larut dalam air, berbentuk serbuk
berwarna coklat muda hingga coklat tua,
memiliki aktivitas antioksidan 20 kali lebih
besar dari vitamin C dan lebih kuat dari
vitamin E, mengurangi jumlah sel-sel yang
terbakar akibat sinar matahari)
Sodium Klorida 1,5 1,75 Meningkatkan Viskositas
(Serbuk atau kristal putih, atau kristal tidak
berwarna, rasa asin,pH 6,7-7,3, larut dalam
air dan agak sukar larut dalam etanol)
Silcrusta MK03 25 Texturizing agent
46
(Serbuk putih, tidak berbau, tidak larut
dalam air)
Asam Trigliserida 3 Skin conditioning agent
(Hidrofobik, cairan kental)
Panthenol 0,35 Moisturizing dan antiinflamasi
(Cairan higroskopis kental, hampir tidak
berwarna, tidak berbau, sangat larut dalam
air, mudah larut dalam alkohol, dan tidak
larut dalam lemak dan minyak)
Perfume 0,5 Qs Pewangi
Preservative q.s Qs Pengawet
Metil paraben 0,1 0,1 0,75 Pengawet
(Kristal tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau atau hampir tidak
berbau dan memiliki rasa sedikit terbakar,
efektif pada rentang pH yang luas dan
aktivitas antimikroba yang luas)
Propil paraben 0,1 0,15 Pengawet
47
(Serbuk putih, kristal, tidak berbau dan
tidak berasa, sangat mudah larut dalam
aseton, etanol (95 %), sangat sukar larut
dalam air, efektif pada rentang pH yang
lebar, aktivitas antimikrobanya bisa
ditingkatkan dengan kombinasi bersama
paraben yang lain)
Imidazolidinil
Urea
0,15 Pengawet
(Serbuk putih halus yang sangat larut
dalam air, dan tidak larut dalam minyak,
stabil dan aktif pada pH 3-9)
Aqua Destilata 58,0 48,75 - 22 58,5 Pelarut
Karakteristik Sediaan
Formula
1
Formula 1 merupakan sediaan emulsi O/W. Asam Stearat selain berfungsi sebagai basis juga
untuk menstabilkan emulsi. Pigmen yang digunakan adalah Titanium Dioksida (putih) dan
Besi Oksida (merah) yang menghasilkan warna sediaan merah sehingga kurang cocok
digunakan untuk wanita Indonesia.
48
Talkum sebagai texturizing agent, memberi rasa halus dan ringan di kulit saat digunakan.
Formula
2
Formula mengandung emulsifier ABIL EM 120 yang menghasilkan emulsi yang stabil.
Emulsifier ini kompatibel dengan semua tipe emollient dan menstabilkan Besi Oksida yang
digunakan sebagai pewarna dalam formulasi, dan meningkatkan intensitas warna pada
sediaan. ABIL EM 120 membuat warna sediaan dalam kemasan akan sama dengan warna
yang dihasilkan saat digunakan di kulit (color trueness).
Formula ini juga mengandung UV absorban sehingga dapat melindungi kulit dari sinar UV.
Sebagai antioksidan digunakan ekstrak Cistus Incanus dan Algae Extract sebagai antiwrinkle.
Namun Algae Extract ini bersifat comedogenic, yang dapat menyebabkan jerawat.
Penambahan emollient Cosmedia®Gel CC berguna juga untuk ‘rheology modifier’ sehingga
sifat alir dari sediaan menjadi pseudoplastik dan tiksotropik.
Formula
3
Merupakan sediaan emulsi O/W, dengan mengandung pigmen Titanium Dioksida dan
Isopropil Titanium Triisostearat dan Besi Oksida dan Isopropil Titanium Triisostearat yang
memberikan daya penutupan yang tinggi. Penambahan Silcrusta MK03 yang membuat kulit
tampak lebih natural dan menyamarkan garis-garis halus dan keriput di wajah, karena
sifatnya yang ‘optical enhancing’.
Penambahan Mika selain untuk texturizing agent juga untuk kemudahan penggunaan
(mengubah sifat alirnya)
Formula Formula ini mengandung Titanium Dioksida dan CM3KG40T7 yang memberikan perlindungan
49
4 terhadap sinar UV dengan spektrum yang luas.
Titanium Dioksida, Titanium Dioksida dan Isopropil Titanium Triisostearat, Mika dan Isopropil
Titanium Triisostearat, Aluminium Starch Octenylsuccinate mudah terdispersi dan
menghasilkan konsistensi warna yang baik.
Siklopentasiloksan merupakan emulsifier yang baik, sehingga mampu menstabilkan emulsi.
Dimetikon bersifat sebagai emollient, memberikan rasa halus dikulit, memiliki daya sebar
yang tinggi juga kompatibel dengan semua bahan.
Elastomer gel, yaitu Dimetikon dan Dimetikon/Vinil Dimetikon Crosspolymer, merupakan
elastomer silikon yang memberikan rasa halus pada saat penggunaan.
Penambahan Mika dan Isopropil Titanium Triisostearat bertujuan untuk kemudahan
penggunaan (mengubah sifat alir menjadi tiksotropik)
Formula
5
Bentuk sediaan nya adalah emulsi O/W. Memiliki warna coklat muda karena mengandung
pigmen Besi Oksida (coklat) dan Titanium Dioksida. Sediaan ini mengandung emulsifier ABIL
EM 120, yang membuat emulsi stabil, dan meningkatkan intensitas warna pada sediaan, dan
sediaan memiliki color trueness yang tinggi.
Sifat alir sediaan adalah pseudoplastis dan tiksotropik, sehingga memudahkan penggunaan
sediaan dan menjaga kestabilan selama shelf-life sediaan.
Sediaan mengandung emollient, Isopropil Miristat, dalam jumlah yang kecil tapi cukup untuk
melembabkan kulit. Emollient tidak digunakan banyak, karena akan menimbulkan masalah
50
kulit seperti jerawat.
51
B. Alat Dan Cara Pembuatan
1. Alat :
a. Hammer Mill dan Jet Mill
b. Propeller Mixer
c. SS steam Jacketed Ketle
d. Coloid Mill
e. Homogenizer
2. Cara Pembuatan
a. Timbang semua bahan yang akan digunakan
b. Pigment dihaluskan dengan hammer mill atau jet mill
c. Kemudian campurkan semua bahan yang telah dihaluskan
tersebut dengan menggunakan homogenizer
d. Campurkan fase minyak dengan menggunakan
homogenizer sampai seluruh bahan tercampur homogen
e. Masukkan fase pigment ke dalam fase minyak, dan campur
kedua fase tersebut dengan menggunakan homogenizer
selama 30 menit
f. Lalu campurkan fase air dengan menggunakan
homogenizer.
g. Setelah homogen masukkan fase air ke dalam campuran
fase minyak dan fase C menggunakan homogenizer pada
suhu 75-80o dan tidak lebih dari 10 menit.
h. Masukkan semua bahan yang telah dicampurkan ke dalam
wadah.
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Sediaan alas bedak “Illuminare” dirancang sebagai tipe foundation solid o/w
emulsion. Sebagai dasar formulasi juga perbandingan dipilih 4 (empat)
formulasi alas bedak krim padat (F1-F4) yang diperoleh dari beberapa
literatur.
A. Perbandingan Formula F1 dan F5 (Illuminare)
Formula F1 menggunakan emulsifier asam stearat, sedangkan formulasi
alas bedak “Illuminare” (F5) menggunakan emulsifier yaitu ABIL EM
12(Bis-Gliseril-Lauril-Dimetikon dan caprilic triglyceride) yang
digunakan untuk mencampurkan fase minyak dan fase air
juga untuk menstabilkan emulsi sehingga sediaan tetap stabil
selama penyimpanan dan penggunaan. Emulsifier ini juga
memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat juga bertindak
sebagai humektan dan emollient karena mengandung
dimetikon. Formula F1 dan F5 menggunakan surfaktan yang
sama, Sorbitan monostearat (Span 80) dan Polioksietilen
sorbitan monostearat (Tween 60) namun konsentrasi yang
digunakan berbeda.
Formula F1 menggunakan asam stearat sebagai basis atau
fase minyak sedangkan formula F5 dipilih cera carnauba dan
cera alba, yang umum digunakan dalam pembuatan kosmetik
dan memberi efek lebih halus pada sediaan. Sebagai
emollient, formula F1 menggunakan 2 jenis emollient yaitu
butyl stearat dan propilenglikol. Formula F5 menggunakan
53
isopropyl miristat sebagai emollient, karena efektif pada
konsentrasi yang rendah (penggunaannya di formula ini 10
%), relatif mudah diperoleh dan merupakan emollient yang tidak
berminyak yang cepat diabsorpsi oleh kulit sehingga nyaman digunakan oleh
pengguna. Penggunaan emollient yang tinggi pada formula F1
membuat sediaan menjadi lebih lembab dan berminyak di
kulit sehingga kurang cocok untuk kulit wanita Indonesia yang
pada dasarnya sudah lembab.
Formula F1 menggunakan sorbitol yang berfungsi sebagai humektan.
Formula F5 tidak menggunakan humektan karena emulsifier dan emollient
yang digunakan (isopropyl miristat) juga dapat berfungsi sebagai humektan.
Texturizing agent merupakan salah satu bahan yang penting dalam alas bedak
karena bekerja di permukaan kulit untuk memberi efek lembut dan halus di
kulit juga beberapa ada yang dapat menutupi noda di kulit. Pada formula F1
tezturizing agents yang digunakan adalah Talk, sedangkan pada formula F5
digunakan 2 (dua) texturizing agents yaitu talk dan ekstrak oat. Ekstrak oat
ditambahkan dalam formula F5 karena selain berasal dari bahan alami
memiliki efek texturizing agents yang baik juga memiliki efek antioksidan dan
UV absorbant.
Pewarna (pigments) yang digunakan pada formula F1 adalah titanium
dioksida (putih) dan besi oksida (merah). Formula F5 menggunakan pewarna
yang agak berbeda yaitu selain titanium dioksida dan besi oksida,
ditambahkan mika yang memiliki kelebihan dapat menghasilkan efek
translusen pada kulit. Besi oksida yang digunakan adalah yang berwarna
kuning, karena disesuaikan dengan warna kulit orang Indonesia.
Formula F1 tidak menggunakan antioksidan sehingga mungkin rentan
terhadap ketengikan apalagi terdapat kandungan asam lemak. Formula F5
menggunakan antioksidan tokoferol asetat. Sebagai pelarut baik formula F1
dan F5 menggunakan akuades.
Dilihat dari kandungan formulanya, formula F5 bisa dikatakan lebih
unggul dibandingkan dengan formula F1 karena menggunakan emulsifier
54
yang bisa menstabilkan sediaan, mengandung ekstrak oat dan ekstrak teh hijau
yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga mampu melindungi kulit dari
bahaya sinar matahari, ekstrak oat juga memiliki fungsi sebagai texturizing
agent yang memberikan efek rasa lembut dan halus pada permukaan kulit.
Formula F5 juga mengandung bahan pewarna mika yang mempunyai efek
translusen pada kulit sehingga kelihatan lebih bersih dan berkilau.
B. Perbandingan Formula F2 dan F5 (Illuminare)
Formula F2 dan F5 menggunakan emulsifier yang sama yaitu ABIL EM
12 (Bis-Gliseril-Lauril-Dimetikon dan Caprilic Trigliserid).
Formula F2 mengandung etilheksil metoksinamat, yang
berfungsi sebagai UV absorben. Formula F5 tidak
menambahkan UV absorben karena ekstrak oat yang
digunakan sebagai texturizing agents juga berfungsi sebagai
UV absorben dan antioksidan. Selain itu ekstrak oat juga
berasal dari bahan alami sehingga lebih aman digunakan.
Alas bedak juga harus mengandung emollient untuk menjaga
kelembapan kulit sehingga tidak kering. Formula F2
menggunakan dua emollient yaitu dietilheksil karbonat dan
campuran dicapryl carbonate, stearalkonium hectorite,
propylenecarbonate. Pada formula F5 hanya digunakan
isopropyl miristat sebagai emollient. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa konsumen produk adalah wanita
Indonesia yang tinggal di daerah tropis sehingga kosmetiknya
tidak membutuhkan banyak emollient atau pelembap karena
justru akan menyebabkan jerawat.
Texturizing agents yang digunakan pada formula F2 adalah
nylon-12, talk dan siklopentasiloksan. Nylon dan
siklopentasiloksan berasal dari polimer dan turunan silikon
yang kadar penggunaannya 3-40 %. Formula F5
55
menggunakan talk dan ekstrak oat sebagai texturizing agents
yang selain dapat digunakan pada konsentrasi yang rendah,
ekstrak oat juga berfungsi sebagai antioksidan dan UV
absorbant. Bahan pewarna (pigments) yang digunakan dalam
formula F1 dan F5 sama yaitu Titanium dioksida, Besi oksida
dan mika. Namun formula F1 menggunakan kombinasi besi
oksida warna merah, kuning dan hitam sedangkan formula F5
hanya menggunakan besi oksida warna coklat. Formula F1
menggunakan gliserin sebagai humektan, 1-metilhidantoin-2-
imida sebagai conditioning agent, juga viscosity enhancer
yaitu NaCl. Formula F5 tidak mengandung humektan,
conditioning agent maupun viscosity enhancer. Sebagai
antioksidan formula F2 menggunakan Cistus incanus extract
sedangkan formula F5 tokoferol asetat.
Kelebihan dari formula F2 adalah kandungan bioaktif algae
extract sebagai antiwrinkle sekaligus antioksidan namun
algae extract bersifat comedogenic sehingga dapat
menyebabkan jerawat dan juga bersifat alergenik. Namun
formula F5 juga mengandung bahan bioaktif ekstrak oat dan
ekstrak teh hijau sebagai antioksidan, UV absorban. Sebagai
pelarut baik F2 dan F5 menggunakan akuades.
C. Perbandingan Formula F3 dengan F5 (Illuminare)
Formula F3 menggunakan emulsifier ozokerite dan F5 menggunakan
emulsifier ABIL EM 120 (Bis-Gliseril-Lauril-Dimetikon dan Caprilic
Trigliserid). Emulsifier yang digunakan di F5 lebih unggul
dibandingkan F3 karena menghasilkan intensitas warna yang
lebih baik dan color trueness pada formula F5 lebih tinggi.
56
Formula F3 mengandung emollient dimetikon, dan
propilenglikol, sedangkan F5 hanya satu yaitu isopropyl
miristat. Penggunaan emollient yang banyak jika digunakan di
daerah tropis akan menyebabkan jerawat sehingga formula
F3 sepertinya tidak cocok digunakan di Indonesia.
Pewarna yang digunakan pada formula F3 ada dua yaitu Titanium dioksida
dan besi oksida CI77491 dan isopropyl titanium triisostearat, serta besi oksida
(kuning), sedangkan formula F5 ada tiga yaitu Titanium dioksida, besi oksida
(coklat) dan mika. Texturizing agents yang digunakan pada formula F3 yaitu
silcrusta MK03 dan mika, sedangkan formula F5 menggunakan talk dengan
ekstrak oat.
F3 tidak menggunakan basis dalam formulasinya, sedangkan F5
digunakan cera carnauba dan cera alba. Formula F3 menggunakan pengawet
yang sama dengan formula F5 yaitu hanya menggunakan dua jenis pengawet
metil paraben dan propil paraben, namun dengan konsentrasi yang berbeda. F3
tidak menggunakan pelarut air, sedangkan F5 menggunakan air sebagai
pelarut.
D. Perbandingan Formula F4 dan F5 (Illuminare)
Formula F4 tidak menggunakan emulsifier berbeda dengan formula F5
menggunakan emulsifier ABIL EM 120 (Bis-Gliseril-Lauril-Dimetikon
dan Caprilic Trigliserid). Formula F4 mengandung banyak
emollient yaitu dimetikon, campuran siklopentasiloksan dan
PEG, propilen glikol, dan campuran dimetikon dan vinil
dimetikon crosspolymer. Formua F5 hanya menggunakan satu
emollient yaitu isopropyl miristat. Banyaknya kandungan
emollient dalam formula F4 menjadikan sediaan cenderung
lengket dan berminyak sehingga tidak cocok digunakan di
Indonesia.
57
Wetting agent yang digunakan di formula F4 ada 2 yaitu
sorbitan isostearat dan sorbitan oleat, berbeda dengan
formula F5 yang mengandung Polisorbat 60. Pewarna yang
digunakan dalam formula F4 sama dengan formula F5 yaitu
titanium dioksida, besi oksida dan mika.
Texturizing agent yang digunakan dalam formula 4 adalah
nylon-12 berbeda dengan formula F5 yang terdiri dari talk dan
ekstrak oat. Formula F4 menggunakan pengental (xanthan
gum), viscosity enhancer (natrium klorida), dan moisturizer
sekaligus antiinflamasi yaitu panthenol dan pengawet
imidazolidinil urea. Formula F5 tidak mengandung pengental,
viscosity enhancer serta moisturizer.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sediaan alas bedak “Illuminare” dibuat dengan mendispersikan zat warna
dalam fase minyak kemudian dicampur dengan fase air. Evaluasi sediaan
58
yang dilakukan meliputi evaluasi fisika, kimia, mikrobiologi
dan farmakologi (tes patch).
Karakteristik sediaan alas bedak “Illuminare” bentuk
sediaannya adalah emulsi O/W. Memiliki warna coklat muda.
Konsistensi dan warna alas bedak bentuk krim stabil dalam
penyimpanan dan penggunaan. Sediaan ini mengandung
emulsifier ABIL EM 120, yang membuat emulsi stabil, dan
meningkatkan intensitas warna pada sediaan, dan sediaan
memiliki color trueness yang tinggi. Sifat alir sediaan adalah
pseudoplastis dan tiksotropik, sehingga memudahkan
penggunaan sediaan dan menjaga kestabilan selama shelf-life
sediaan. Sediaan mengandung emollient, Isopropil Miristat,
dalam jumlah yang kecil tapi cukup untuk melembabkan kulit.
Sediaan memiliki ukuran partikel terdispersi berkisar antara
0,1 – 50 mm. Sediaan ini tidak memberikan rasa berminyak
pada kulit atau kering.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian tentang pembuatan sediaan alas bedak
menggunakan formula yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
59
Anonim. 2014. Laporan Pendahuluan Combustio Luka Bakar. Diakses dari
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-combustio-
luka-bakar.html
Anonim. 2014. ColorMoist Crème-to-Powder SPF Foundation Formula KCP-
004D Kobo Products. Diakses dari
http://www.koboproductsinc.com/formulations/KCP-004D.pdf pada tanggal
28 Oktober 2014.
Anonim. 2014. https://www.truthinaging.com/ingredients/mica Diakses pada
tanggal 31 Oktober 2014.
Anonim. 2014. Acne Comedogenic List. Diakses dari
http://www.caryskincare.com/acnecomedogeniclist.html pada tanggal 11
November 2014
Anonim. 2014. Formulation and Evaluation of Cosmetic and Dental Products.
Diakses dari :
http://pharmaquest.weebly.com/uploads/9/9/4/2/9942916/formulation__evalu
ation_of_cosmetic_pdts.pdf pada tanggal 11 November 2014
Antoniou,C. Stefanaki,C. 2006. Cosmetic Camouflage. Journal of Cosmetic
Dermatology. Diakses dari
http://femininebeauty.info/f/cosmetic.camouflage.pdf pada tanggal 31
Oktober 2014.
Begoun,P. 2014. Algae Extract. Diakses dari
http://www.paulaschoice.com/cosmetic-ingredient-dictionary/definition/algae
pada tanggal 30 Oktober 2014.
Cosmetic Ingredient Review. 2014. Safety Assessment of
Avena Sativa-Derived Ingredients
as Used in Cosmetics. Diakses dari
http://www.cir-safety.org/sites/default/files/AvenaS_032014_SLR.pdf pada
tanggal 31 Oktober 2014
Friedrich,A. dkk. 2013. Novel Multipurpose PEG-Free W/O Silicone Emulsifier
with Performance Benefits in Color Cosmetics. SOFW Journal 12-2013.
60
Gediya, S. 2011. Herbal Plants : Used as a Cosmetics. Scholars Research
Library. Diakses dari
http://scholarsresearchlibrary.com/JNPPR-vol1-iss1/JNPPR-2011-1-1-24-
32.pdf pada tanggal 29 Oktober 2014
Paye, M. Barel,A. Maibach,H. 2009. Handbook of Cosmetic
Science and Technology 3rd edition. New York. Informa Health
Care.
Rowe, R. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Pharmaceutical Press. Chicago.
Sandeep,K. dkk. 2012. Green Tea Polyphenols: Versatile Cosmetic
Ingredient. International Journal of Advanced Research in Pharmaceutical
and Biosciences. Diakses dari
https://www.camellix.com/sites/default/files/supportingresear
ch/Nov/2012/Hair%20loss%20paper.pdf pada tanggal 31
Oktober 2014
Tranggono, R., dkk, 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Tranggono, R,. dkk. 2014. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi.
Jakarta. CV. Sagung Seto.
61