kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

13
KELEMBUTAN HATINYA MENGHANGATKAN DINGINNYA HATIKU Di pagi hari yang langitnya masih tampak gelap, aku terbangun oleh suara alarm hanponeku yang telah ku atur pukul 5 pagi. Pagi itu aku kelua kamarku dengan penampilan yang masih kacau dan aku duduk di teras rumah menghirup sejuknya udara pagi. Entah kenapa, di hari itu aku sangat malas untuk pergi ke sekolah, seperti ada roh yang menahanku untuk tetap tinggal di rumah. “Vinda.....” seketika terdengar suara dari wanita paruh baya memanggilku, dia adalah tante yang tinggal bersamaku. “ Kenapa kamu hanya duduk di luar?? Cepat bersiap-siap, nanti kamu telat” tegasnya padaku. Aku terdiam sejenak, dan dengan suara yang sedikit lesu aku menjawabnya, “ ia bi, sebentar”. Lalu aku pun masuk kembali kekamarku dan membereskan seragam dan bukuku, setelah semua siap, aku pun mandi. Seperti biasa, aku tidak pernah sarapan pagi, ntah apapun alasannya aku tidak pernah suka sarapan pagi, bahkan ketika aku dipaksapun aku tidak pernah mau. Setelah jam menunjukkan pukul 06.30 aku pun diantar pergi ke sekolah, bukan oleh mama atau papa ku, tapi oleh tanteku yang selama ini bersamaku. Entah bagai mana ceritanya, sejak aku kecil aku sudah pisah dengan kedua orang tuaku dan tinggal bersama nenek dan tanteku. Bukan berarti mama dan papa ku sudah tiada atau cerai, tapi memang begitu lah dia. Di sekolah aku terkenal dengan siswi yang dingin, penyendiri dan susah bergaul. Aku sebenarnya biasa aja dengan itu, karena aku lebih suka dengan keheningan. Di kelas aku sering menggunakan earphone di telingaku walaupun terkadang tidak ada musiknya untuk mengabaikan orang-orang yang ada di sekitarku.

Upload: agnes-ervinda-n-ginting

Post on 04-Aug-2015

13 views

Category:

Entertainment & Humor


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

KELEMBUTAN HATINYA MENGHANGATKAN DINGINNYA HATIKU

Di pagi hari yang langitnya masih tampak gelap, aku terbangun oleh suara alarm hanponeku yang telah ku atur pukul 5 pagi. Pagi itu aku kelua kamarku dengan penampilan yang masih kacau dan aku duduk di teras rumah menghirup sejuknya udara pagi. Entah kenapa, di hari itu aku sangat malas untuk pergi ke sekolah, seperti ada roh yang menahanku untuk tetap tinggal di rumah. “Vinda.....” seketika terdengar suara dari wanita paruh baya memanggilku, dia adalah tante yang tinggal bersamaku. “ Kenapa kamu hanya duduk di luar?? Cepat bersiap-siap, nanti kamu telat” tegasnya padaku. Aku terdiam sejenak, dan dengan suara yang sedikit lesu aku menjawabnya, “ ia bi, sebentar”. Lalu aku pun masuk kembali kekamarku dan membereskan seragam dan bukuku, setelah semua siap, aku pun mandi. Seperti biasa, aku tidak pernah sarapan pagi, ntah apapun alasannya aku tidak pernah suka sarapan pagi, bahkan ketika aku dipaksapun aku tidak pernah mau.

Setelah jam menunjukkan pukul 06.30 aku pun diantar pergi ke sekolah, bukan oleh mama atau papa ku, tapi oleh tanteku yang selama ini bersamaku. Entah bagai mana ceritanya, sejak aku kecil aku sudah pisah dengan kedua orang tuaku dan tinggal bersama nenek dan tanteku. Bukan berarti mama dan papa ku sudah tiada atau cerai, tapi memang begitu lah dia.

Di sekolah aku terkenal dengan siswi yang dingin, penyendiri dan susah bergaul. Aku sebenarnya biasa aja dengan itu, karena aku lebih suka dengan keheningan. Di kelas aku sering menggunakan earphone di telingaku walaupun terkadang tidak ada musiknya untuk mengabaikan orang-orang yang ada di sekitarku. Perasaanku tadi pagi benar, seharusnya aku lebih baik dirumah saja, karena ada sebuah pemandangan yang membuat aku sakit hati. Karena setelah kejadian yang terjadi waktu kelas sebelas ada acara olimpiade Matematika tingkat SMA di seluruh daerah kami tinggal aku jadi jauh dengan sahabat aku satu-satunya yaitu Sinta dan dari situlah kami menjadi seperti orang yang tidak kenal bahkan hampir bisa dibilang seperti musuh.

Awalnya acaranya baik-baik saja, kami juga baik-baik saja gak ada masalah, ketika selesai babak penyisihan diadaan seminar yang dibawakan oleh narasumbernya yaitu mentri pendidikan dan pengarang sebuah buku matemetika terkenal dipertengahan seminar, ada narasumber memberikan soal untuk dijawab oleh siswa yang mengikuti acara tersebut dan katanya “siapa yang dapat menjawab soal ini paling cepat, dia akan saya pertimbangkan untuk sampai ke semi final olimpiade kita nanti” kata narasumber tersebut. Setelah narasumber membacakan soalnya, kami semua para siswa pun berlomba untuk mengangkat tangan, dan tiga orang diantara kami yang tercepat terpilih dan salah satunya aku, dan dua lagi orang yang tidak kukenal karena berbeda sekolah dengan aku. aku dan satu orang dari sekolah lain tersebut menjawabnya dengan benaar, dan satunya lagi kurang beruntung. Pada

Page 2: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

saat itu sinta masih bangga sama aku. dan ketika besok pengumuman, ternyata sinta gak lulus semi final dan aku terus melanjutkan perjuangan aku, disitu dia masih mendukung aku, setelah melewati 3 kali ujian lagi ternyata aku menang sebagai peringkat kedua, aku dan sinta sangat senang, tapi akhirnya karena disekolah aku selalu mendapat pujian dan aku mengabaikan pujian itu, dia menganggap aku sombong, padahal dia seharusnya tahu kalau aku itu orangnya memang acuh-tak acuh, bersikap dingn sama orang lain dan tidak pernah peduli. Sejak itulah dia membenci aku dan mulai menjauhi aku. tidak ada diantara kami yang memulai untuk berbaikan, sehingga kebencian itu terus tumbuh. Dan sikap sinta semakin hari seamkin berbeda, mungkin karena pengaruh dari teman-teman barunya.

“selamat pagi Gray...” teriak seorang siswi yang baru datang mendekati meja yang tepat berada dibelakang bangkuku. “apa-apaan sih kamu sinta,, pakek teriak-teriak gitu” balasnya. “emangnya kenapa sayang?? Aku gaboleh ya nyapa kamu??” kata nya lagi, cewek yang kecentilan itu memang selalu membuat rusuh dimana-mana, menganggap di paling cantik sedunia dan memngganggap semua laki-laki suka sama dia. Memang ku akui, dia memang cantik, dengan rambut panjangnya yang lurus dan selalu digerai, kulitnya putih tapi sifatnya itu ich.... sangat menjijikkan, genit ke semua laki-laki. “sayang kamu bilang? Jangan mimpi kamu” kata Gray. Dengan perasaan yang tidak tahu malu sinta menjawabnya lagi “jangan marah donk, aku kan hanya becanda”. “mmmm terserah kamu lah,, udah sana pergi ke kelas kamu” ketus boy. Tidak heran siswi-siswi suka sama Gray, dia memang bisa dikatakan siswa yang keren, selalu menjadi juara umum di sekolah dan selalu mendapat kedudukan sebagai ketua osis sekaligus ketua kelas di kelas kami.

Setelah pelajaran usai, semua siswa berlomba untuk pulang, aku yang terjadwalkan piket kelas, pulang terakhir. Tentu saja bersama Ryta,Megi, dan Stef yang juga piket bersamaku, dan si ketua kelas Gray yang mengawasi kami. Aku selalu pulang paling akhir di antara semua orang yang piket karena tugasku setiap piket selalu membuang sampah. Setelah selesai, aku gak langsung pulang kerumah, aku pergi ke perpustakaan sekolah, untuk mengerjakan tugasku, tentu saja kalau dikerjakan dirumah tugasku pasti tidak akan pernah selesai karena tante yang selalu membawa temanya kerumah selalu membuat kebisingan sampai larut malam. “hey... kamu kok belum pulang??” sapa seorang siswa, aku tidak memperdulikannya seolah-olah tidak dengar. Kemudian dia duduk di depanku dan melepaskan earphone ku. “hey...kamu kok belum pulang??” katanya lagi. Denga ekspresi yang kesal aku melihat dia hendak marah, ketika aku lihat ternyata dia Gray dan akupun tidak memerdulikannya dan kembali ke bukuku. “hey... kenapa kamu ga jawab?” katanya lagi.aku masih diam kemudian ia mengeluarkan buku dan pensilnya dan menuliskan kata di bukunya itu “hey....”. dengan kesal aku menjawab “bisa ga ganggu gak?” dengan suara yang pelan dia menjawab aku “jangan keras-keras ini perpustakaan”. “makanya jangan ganggu” ketus ku lagi. “ok..ok... aku ga bakalan ganggu, tapi boleh aku duduk di sini kan?” katanya lagi dengan suara pelan nan berbisik. Aku hanya diam dan memakai earphone ku lagi.

Tiba-tiba si nenek kecentilan itu datang dan menghampiri kami “Gray.. kamu ngapain disini?? Aku nungguin kamu lo di depan sekolah”ucapnya pada Gray, “emang aku suruh kamu untuk nungguin aku?? egak kan, jadi pergi sana” katanya dan pandangannya tetap terarah pada aku dan tidak memperdulikannya lagi. Karena merasa jengkel, sinta menghentakkan kakinya dan meranjak pergi meninggalkan perpustakaan. Dalam hati sinta ia hendak membalas dan ingin mengerjain aku suatu saat nanti.

Page 3: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

Telah sekitar 10 menit dia terus memandangi aku mengerjakan tugasku, dalam hatiku “ini cowok kenapa terus mandang aku dengan ekspresi yang senyum tipis gitu ya”. Kemudian aku membuka mulutku hendak bertanya, tapi dia bertanya duluan. “kamu kenapa selalu menyendiri?” dengan sedikit kaget aku melihat wajahnya dan tidak berkata apa-apa. Kemudian ia bertanya lagi “kenapa kamu selalu menghindar dari siswa lain? kamu manis dan juga kamu pintar pasti kamu gampang dapat teman” katanya dengan senyuman. Aku masih memandang wajahnya dengan heran. “kenapa kamu ngeliat aku sampai segitunya? Apa ada yang aneh di wajah aku?” katanya sembari menghusa-husap wajahnya. Kemudian aku membereskan bukuku dan hendak pergi. Laki-laki itu masih mengikutiku dari belakang, aku berpikir dalam hati apa sebenarnya yang dia pikirkan? Apa yang dia lihat dari aku, apa dia udah gila? Dia bilang cewek tomboy dan dingin kayak aku manis, kalau aku dibilang pintar sih gak apa-apa, soalnya aku sudah 2 kali ngebanggain sekolah dengan juara olimpiade memang bukan yang pertama, setidaknya juara kedua dan ketiga sudah banga banget bagi aku. Ketika sudah hampir sampai di gerbang sekolah, laki-laki itu masih mengikuti aku dari belakang, kemudian aku berbalik melihat dia, karena kalau aku terus jalan, kemudian bibi yang udah nunggu aku dengan mobilnya di depan gerbang jalan sama laki-laki bisa habis aku nanti dipermalukan dirumah. “kamu ga capek ngikutin aku terus??” kata ku dengan suara yang tidak begitu kuat. “emangnya kenapa?” jawabnya. “jangan ikutin aku lagi, kamu ga liat tante aku udah nunggu di luar, ntar dia mikir yang aneh-aneh” ketusku. “ok...ok...” jawabnya denga senyum menahan tawa. Sampai di depan gerbang aku langsung masuk mobil tanpa bilang apa-apa, kemudian dengan sok ramahnya si Boy itu menyapa tanteku “ selamat sore tante, saya temanya vinda”, “oh.. ia, sore juga nak” bales tante dengan wajah yang penuh tanda tanya sejak kapan si vinda punya teman, sedangkan dirumah saja dia tidak berbicara pada siapa-siapa hanya berteman dengan buku, hanpone dan laptopnya saja.

Setelah sampai di rumah, aku langsung mandi dan kembali ke kamarnu, dan tiba-tiba tante yang sok akrab itu masuk ke kamarku dengan wajah yang membuat aku merasa sangat jengkel. “vin... kamu sibuk??” tanyanya. “ gak, kenapa” jawabku singkat. “tante mau tanya, benar, tadi itu teman kamu?” katanya lagi, “siapa bilang? Dia hanya ketua kelas yang sok akrab dengan semua siswa” jawabku sembari hampir marah. “tapi dia ganteng ya, dan kelihatannya anaknya baik” goda tante. “udah sana, aku mau istirahat, cape tadi disekolah” ucapku sembari mendorong dia keluar kamarku. Aku menghidupkan laptopku dan memaninkan game kusukaanku, aku kerap kalah karena aku keseringan melamun dan kehilangan fokus pada game ku. Ntah roh apa yang ngerasuki aku, aku terus ngebayangin ketua kelas resek itu, aku baru pertama kalinya merasakan hal seperti itu pada cowok, dan baru pertama kalinya cowok yang sering ku bentak bertahan lama mandangin dan ngikutin aku. Wajar saja dia sering ku bentak karena di kelas dia duduk tepat di belakang aku.

Seminggu kemudian, tante ga bisa jemput aku pulang sekolah, terpaksa aku naik angkutan umum, awalnya Natsu teman sebangku aku yang katanya suka sama aku nawari tumpangan sama aku, tapi aku menolaknya. Namun tetap saja dia nungguin aku di depan sekolah sampai aku mendapat angkutan ketika kami sedang menunggu, aku teringat bahwa kotak pensil aku ketinggalan di kelas, kemudian akup un lari berusaha untuk nyebrang, dengan tidak sadar, aku gak noleh kanan-kiri aku nyebrang gitu aja, tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju dengan kencangnya dan membunyikan klaksonnya, aku menoleh kearah sepeda motor itu dan sepeda motor itu sudah sangat dekat, karena Natsu tidak sepat untuk menolong aku karena memang pada saat itu ia sedang menduduki sepeda motornya tiba-tiba seseorang menarik tangan aku

Page 4: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

dan untung saja aku tidak jadi ketabrak. Tapi aku dan orang yang nyelamatin aku terkatuh ke tanah aku menindih tangan kanannya. Ketika aku melihat siapa yang nyelamatin aku, ternyata dia adalah Gray, aku kaget dan langsung berdiri. Aku tidak luka, hanya sedikit lecet di bagian lutut, tapi Gray sepertinya tangan kanannya terkilir karena tertindih sama badan aku tadi, lalu aku dan Natsu membawanya ke UKS sekolah, untung saja suster penjaga belum pulang. Karena ada urusan mendadak Natsu pamit sama aku kalau dia mau pulang deluan dan dia pun pulang dan meninggalkan kami berdua. Sembari Gray diperiksa, aku duduk di sebelah tempat tidurnya dengan ekspresi cemas dan merasa bersalah. Seketika itu juga ia tertawa terbahak-bahak melihat aku. “kamu kenapa nertawain kau” tanyaku polos. “lucu aja, belum pernah aku ngeliat ekspresi kamu selucu itu”katanya dengan terpotong-potong dengan tawanya. “berarti kamu baik-baik aja donk, buktinya kamu bisa tertawa” kataku marah. “ia...ia... jangan marah, dari awal kan aku memang ga kenapa-kenapa, hanya sedikit terkili, bentar lagi juga baikan” ucapnya dengan nada yang lembut. Dengan perasaan yang lega plus deg-degan aku berpikir kenapa cowok ini baik bainget sama aku, bahkan setelah dia terluka karena aku, dia malah tertawa dan gak sedikitpun marah sama aku.

Sementara itu disaat yang bersamaan, sinta dan teman sekelasku megi meminjam kunci kelas kami dari tata usaha di kantor. Sinta berencana untuk mengerjai aku, karena ia mengira aku udah ngerebut perhatian gebetannya itu, padahal sebenarnya gebetannya itulah yang ngerebut perhatian aku.

Setelah suster selesai mengobati tangannya, tiba-tiba aku teringat dengan kotak pensilku, dan berdiri dari dudukku, dan hendak pergi, tapi tangannya yang hanat itu menahan tanganku “sebentar, kita pergi sama-sama” katanya dengan suara yang lembut. Suaranya itu membuat hatiku bergetar, baru kali ini aku ngerasain perasaan yang seperti itu, dengan setengah sadar, aku menurui perkatannya. Setelah keluar dari UKS dia bertanya “kamu mau kemana” lalu dengan suara yang pelan aku menjawabnya “ke kelas, kotak pensil aku ketinggalan”. “oh... jadi itu yang buat kamu berlari tadi hingga hampir ketabrak,, dan juga hampir ninggalin aku di UKS,,” katanya dengan nada yang hampir tertawa serasa mengejekku. Aku pun terdiam, tidak tahu harus mengetakan apa. Lalu dia menarik tanganku “kalau sekarang kelas udah di kunci, sebaiknya kita ke kantor dulu minta kuncinya”, tanpa memberontak aku gak keberatan dia memegang tangan aku, aku merasa senang dia memegang tanganku. Di kantor tiba-tiba aku melihat Sinta dan Megi yang hendak memberikan kunci yang mengkodekan 12-A, itu berarti dia baru saja dari kelas kami. Ntah sejak kapan Sinta berteman dengan Megi yang bukan sekelas dengan dia. Dengan tidak tahu apa-apa, Boy meminjam kunci itu kembali dari tata usaha yang ada di kantor itu, kemudian kami pun ke kelas dan dengan tangan Gray masih memegang tanganku. Dengan penasarannya Sinta dan Megi mengikuti kami ke kelas. Aku langsung ke mejaku dan mengambil kotak pensilku, untung saja masih ada, tapi ketika aku melihat ke kursiku, ternyata ada permen karet yang lengket disitu, dengan seketika aku menoleh ke arah sinta dan hendak berteriak kepadanya, tapi dia lari deluan. Tapi dengan santainya Gray memegang pundakku dan mengatakan “gak apa-apa, aku bisa kok bersihinnya buat kamu”. Seketika itu, jantungku beroperasi 2kali lebih cepat dari biasanya, nyah apa yang terjadi, dia selalu buat aku gemetaran, dengan suaranya yang lembut dan yangannya yang hangat.

Setelah membersihkan itu, dia ngantar aku pulang dengan sepeda motornya. Hanya sampai dipersimpangan rumah dia mengantar aku karena aku takut nenek dan tante ngeliat aku pulang dianter sama cowok. Keesokan harinya aku bangun lebih awal dari alarmku, aku

Page 5: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

bersiap-sia lebih awal, tah mungin centinya sinta nular ke aku, tiba-tiba dengan alasan yang gak jelas aku menggerai rambutku yang selama ini gak pernah ku gerai yang hanya ku ikat sembarang kebelakang, aku sedikit memakai bedak yang selama ini sangat jarang kupakai. Ketika aku keluar kamar, tante dan nenek kaget ngeliat penampilan aku, “kamu kenapa vin? Apa ada acara di sekolah?” tanya nenek, dengan wajah yang malu aku langsung keluar dan masuk kedalam mobil. Dan tante berkata pada nenek “ada seorang anak laki-laki yang lagi dekat dengan dia bu” katanya sembari senyum kegirangan ngeliat aku udah mulai bergaul dengan teman-temanku.

Samai dikelas aku kaget karena wali kelas yang masuk, aku memang sedikit telat hari ini karena ban mobil tante tadi kempis ditengah jalan. Aku baru sadar ternyata hari ini jadwal perubahan denah tempat duduk, dan juga ada siswa pindahan baru masuk kelas kami, aku nyesel banget datang telat jadi ga bisa milih tempat duduk yang aku inginkan. Karena ketua kelas dudknya selalu di belakang, dan hanya di senelahnya lagi lah yang kosong, jadi mau gak mau aku harus duduk di belakang. Aku gak apa-apa sih duduk di sebelah Gray, malah aku senang, tapi posisinya itu lo mesti banget ya dibelakang? Yang ada ntar aku ga belajar llagi malah tidur jadinya. Tapi ya udah lah, apa boleh buat. Ketia selesai jam perwalian, pelajaran pun dimulai, ditengah pelajaran Gray ngasi aku sobekan kertas yang bertuliskan kamu “kamu cantik hari ini”. Dengan wajah yang setengah ngantuk aku melihat kertas itu dan tersenyum kemudian membalas perkataannya “hmmm”, “hmmm??? Hanya hmmm???” balasnya lagi tulisanku, kemudian aku gak membalasnya lagi, karena aku benar-benar ngantuk, apa lagi pelajaran yang sedang dimulai adalah bahasa, ih... aku udah serasa di dongengin sama nenek...

Saat jam istirahat, sinenek kecentilan sinta datang nyamperin aku di depan kelas, awalnya dia pura-pura akrab karena ia takut ketahuan sama Gray kalau dia ngancem aku, tapi setelah liat situasi kalau Gray gak ada di sekitar kami, dia berbisik di telinga aku, “awas kamu macam-macam sama gebetan aku, aku bakal buat kamu nyese seumur hidup, bahkan aku akan ngadu ke nenek dan tante kamu kalau kamu di sekolah gak belajar, malah kecentilan deketin cowok,” ancamnya. Dia memang dekat dengan nenek dan tante aku, karena dulu sewaktu SMP kami sempat dekat dan dia sering aku ajak ke rumah untuk main, selain itu, dulu kami juga tetangga sebelum orang tuanya membeli rumah baru akhir-akhir ini. Akupun hanya terdiam.

Sepulang sekolah Gray nunggu aku pulang ngerjain tugas aku di perpustakaan, seperti biasa dia hanya mandanin aku, dan gak ngerjain tugasnya. Aku heran kenapa anak satu ini bisa dapat juara yan, padahal setiap aku ngerjain tugas, dia gak pernah menyentuh bukunya dan hanya ngelihatin aku, mungkin dia belajar giat kali ya dirumah, ucapku dalam hati. Tiba-tiba dia mengambil hanpone ku dan mengirimkan sebuah pesan singkat ke tante, “ tante hari ini aku gak usah di jemput, aku ada tugas kelompok dirumah teman dan mereka yang bakalan ngantar aku pulang”. Begitu isi pesan yang ia ketikkan, kemudian akupun menyentak dia, enak kali kamu mengirim sms yang gak benar, kemudian dia hanya tersenyum, dan aku pun terdiam karena luluh akan senyumannya yang manis itu. Setelah aku selesai ngerjain tugas, dia bawa aku ke taman yang lumayan jauh dari sekolah, disana dia ngajak aku bermain dan berfoto bersama. Sehabis itu dia ngajak aku kerumahnya. Dirumahnya ada ibunya, tapi ibunya super-duper baik, ketika kami masuk rumah, aku memberi salam pada ibunya dan ibunya memberi salam balik, dan Gray minta izin ke ibunya kalau kami akan bermain di kamarnya Gray, dengan cepat Gray menarik tanganku dan masuk ke kamarnya. Kamarnya

Page 6: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

cukup luas dan rapi, dan dikamarnya banyak sekali buku dan gak sengaja aku melirik kearah meja di sebelah tempat tidurnya dan ngeliat foto aku yang sedang persentase di depan kelas ada di situ, ntah kapan dia memoto aku, dan dipikiranku terlintas, berarti ini anak udah suka aku sejak lama, buktinya foto aku yang lagi persentase biologi waktu kelas sebelas ada di situ, lalu dia pun dengan cepat menutup foto itu. dan aku tersenyum, kemudian aku bertanya “kenapa kamu ngajak aku kesini?” lalu dia mengambil gitarnya dan menyuruh aku duduk di sofa di depan tempat tidunya dan dia duduk di tepi tempat tidurnya menghadap ke aku. Gak heran dia megang gitar, karena dia memang pintar bermain gitar dan aku selalu suka sama orang yang bermain gitar. Lalu ia un menyanyikan lagu untukku dan setelah ia berntanyi ia meletakkan kembali gitarnya dan duduk di sebelah aku. Dengan polosnya aku berkata “lanjut donk nyanyinya”, “nanti lagi aja” jawabnya, kemudian dia duduk di sebelah aku dan mengulurkan tangannya samaku, aku yang rada bingung mengikuti tingkahnya, dan ia pun memegang tanganku, lalu ia menatap aku lama, ketika ia hendak mengatakan sesuatu dan tiba-tiba

Tok...tok... seertinya ibunya mengetuk pintu kamarnya,

Lalu ia pun membukakannya, kemudian ibunya memberikan kami minuman dan beberapa cemilan untuk kami makan, dan setelah itu ibunya pun menutup pintunya kembali.

Kemudian ia duduk kembali di sebelahku dan memegang pundakku dan menatap tajam mataku, “vin...aku harap kamu mau membalas perasaan aku ke kamu” ucapnya dengan suara yang super duper lembut. Aku terdiam sejenak tanpa menjawab apa-apa. Dia mendekatkan wajahnyanya ke aku dan mencium bibirku, ketika tanganku hendak mendorongnya tangannya pun menahan doronganku, dan dengan perlahan aku pun menutup mataku dan gak tahu harus berbuat apa, setelah itu iapun menjauhkan kembali wajahnya dari aku, dengan spontan aku berdiri dari sofa dan mengambil tasku aku pun keluar dari kamarnya tanpa sepatah kata apapun, ketika aku melihat ibunya di teras rumahnya, akupun pamitan untuk pulang, tapi ibunya menahan aku dan malah menyuruh Gray mengantar aku, aku sudah menolaknya, tapi ibunya malah memaksa aku, memang saat itu sudah mulai malam, dan jarak rumah aku dan rumahnya lumayan jauh. Ibunya memberikan kunci mobil kepada Gray dan menyuruhnya untuk mengantar aku dengan mobil ibunya itu bukan dengan sepeda motor miliknya. Di perjalanan pulang, tidak sepatah katapun keluar dari mulutku, walaupun beberapa kali ia berusaha untuk mengajak aku bicara. Aku merasa takut dengan ancaman Sinta yang seharusnya tidak ku ambil pusing.

Sampai di rumah, aku langsung mandi dan tanpa makan malam aku masuk ke kamarku dan menguncinya, sehingga tidak akan ada yang bisa masuk, kemudian tanteku mengetuk pintiku dan menyuruh aku untuk makan tapi aku tidak meresponnya sama sekali. Untung saja besok hari minggu jadi aku tidak harus melihat Gray. Aku merasa serba salah, aku memang juga sudah terlanjur suka padanya, tapi ntah kenapa seperti ada perasaannku bahwa kalau kami pacaran bakalan terjadi banyak masalah di sekolah terutama si Sinta nenek kecentilan itu. ke esokan harinya aku terbangun dengan suara SMS dari handpone ku yang isinya “aku udah didepan rumah kamu”. Etika aku melihat jam ternyata sudah jam 07.00 pagi, aku keluar kamar dan melihar Gray sedang berbicara dengan nenek dan tante di kursi teras rumah. Akupun segera pergi mandi, dan membenahi diri, setelah itu aku pergi ke teras “ kenapa kamu kesini” kataku dengan suara yang sedikit marah, “hush.... gak baik ngomong gitu ke tamu yang udah nungguin kamu berjam-jam” ucap nenek. “ia nek.. siapa suruh dia datang

Page 7: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

kesini..” balasku lagi. “dia ingin ngajak kamu keluar, lagian inikan hari minggu, kamu ngapain ngurung diri ke kamar, lagian Gray udah minta izin ke tante dan nenek kok” ucap tante dengan memegang pundak aku. “aku gak mau, aku banyak tugas, lagian besok ujian jadi aku harus belajar”jawabku dengan sinis, padahal dalam hati aku sangat mau untuk diajak keluar, tapi apa boleh buat aku ahrus sinis sama dia supaya dia jauhin aku, dan ga bakalan terjadi yang tidak diinginkan di sekolah nanti kalau tau kami jadian, tapi jujur aja, aku pengen banget ngebalas pertanyaan dia kemaren sama aku...aku terus bergumam dalam hati hingga aku terlamun. Lalu tante mengejutkan aku dan menyuruh aku untuk mengganti pakaian aku dengan pakaian yang rapi, walaupuun aku tidak mau tapi tante tetap memaksa aku, dan akhirnya aku mengganti pakaian, aku mengenakan celana jeans, memakai kaus putih polos dan dilapisi kemeja otak-kotak biru dan tanpa mengancinginya, kemudian aku mengucir kembali rambut panjangku, dan aku juga memakai sepatu kets biruku, sehingga aku terlihat kembali seperti Vinda yang tomboy, itu ku lakukan supaya dia jengkel sama aku. Aku pun keluar dan menemui mereka di teras, “apa-apaan kamu ini vinda” kata tante dengan sedikit kecewa. “gak apa-apa tante, kalau seperti ini buat vinda nyaman saya tidak masalah, kami pamit ya tante, nek”. Katanya dengan lembut kepada nenek dan tante. Dengan wajah yang seerti gak berdosa aku juga pamitan, lalu kami pergi dengan sepeda motornya.

Di perjalanan, ntah kemana dia bawa aku, dia terus menggas sepeda motornya, dan ia pun semakin lama membawa sepeda motornya semakin cepat. Karena aku takut akupun menarik bajunya, dan dengan spontan tangan kirinya menarik tanganku hendak untuk memeluknya, aku menarik tanganku kembali, tapi tangan nya itu menahanku,jadi akupun tetap memeluknya sampai kami sampai tujuan. Dan ternyata dia bawa aku ke sebuah restoran yang dari restoran itu tampak pemandangan danau yang indah. Ekspresi senang pun tampak dari wajahku, ketika aku masih berdiri menatap indahnya pemandangan ia memelukku dari belakang, aku berusaha untuk melepasnya karena hatiku terasa sangat sakit karena ketika aku berusaha untuk membuat dia benci sama aku, dia malah semakin dekat dengan aku, “biarkan sebentar seperti ini”bisiknya, lalu aku pun terdiam. Aku gak tahu harus berbuat apa, dengan air mataku yang menetes aku gak berani untuk melihat dia. Sia masih memeluk aku, aku menarik panjang nafasku dan mengusap air mataku, lalu aku melepas pelan pelukannya “kamu kenapa harus bersikap seperti ini?”tanya ku lembut padanya. “seharunya aku yang bertanya seperti itu”katanya membalas aku “sebelumnya kita baik-baik saja, tapi setelah aku mengatakan perasaan aku ke kamu, kamu malah berusaha untu jauhin aku lagi” katanya lagi dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan cepat akupun pergi dan dia tidak mencegah aku. aku duduk di kursi pinggir danau dan memakai earphone ku yang selama ini sudah lama tidak kupakai lagi. Setengah jam kemudian dia datang menghampiri aku, mencabut earphoneku dari telingaku, dan menarik kepalaku meletakkannya diatas bahunya. “Aku tahu, kamu takut kan akan ada gosip yang gak mengenakkan terjadi di sekolah kalau kita jadian” ucapnya padaku. Aku hanya diam karena memang benar apa yang dia katakan itu, “ kalau kamu bersikap seperti ini, berarti kamu tidak percaya sama aku kalau aku bakalan bisa jagain kamu”katanya lagi. Aku masih diam. Diapun berhenti berbicara dan ia melepaskan ikatan rambutku dan menghusap-husapnya, dan tak lama kemudian aku pun tertidur di pelukannya. Setelah sekitar satu jam tertidur aku terbangun dan aku masih di pelukannya, dan dia terlihat seperti merasa pegal karena harus menyumbangkan bahu dan tangannya menjadi sandaranku. “apa kamu lelah?” tanyaku padanya. “egak kok” jawabnya dengan lembut. Ntah kenapa, apapun yang aku lakukan sama cowok ini, dia selalu menjawabku dengan lembut dan sabar, itulah yang membuat aku suka sama dia. Setelah itu iapun mengajak aku makan, karena dia

Page 8: Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku

tahu kalau dari tadi pagi aku memang belum makan sama sekali. Dia memesankan aku makanan yang enak. Dan setelah makan kami beristirahat sebentar dan kami pergi jalan-jalan lagi dengan sepeda motornya. Dan tanpa ada jawaban dariku dengan ekspresi dan tingkah lakuku, ia pun tahu kalau aku sudah menjawab pertanyaannya padaku dan kami pun pacaran. Awalnya memang banyak siswi disekolah kami yang keberatan dan ada juga siswa yang ga suka kami pacaran karena tentu saja bisa dibilang Gray adalah pujaan siswi disekolah dan jangan salah, walaupun aku tomboy ada juga siswa yang suka sama aku, apalagi semenjak aku mulai menggerai rambutku. Tapi semua itu telewati seiring berjalannya waktu. Kami pin tamat SMA dan melnjutkan study kami ke perguruan tinggi dan sayangnya aku dan Gray tidak sati kampus. Kami hilang kontak setelah beberapa lama, karena aku memang mengganti nomer telpon aku, adan sosial media ku jarang ku buka, tapi kami dipertemukan kembali setelah kami wisuda dan bekerja di perusahaan yang sama.

Selesai.