web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan...

53
REVIEW : TRAVEL AND TOURISM COMPETITIVENESS INDEX (TTCI) Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pariwisata dalam Hubungan Internasional DISUSUN OLEH : Anggar Shandy P. 12/335642/SP/25315 Marcela O.B. Endo 13/345272/SP/25541 Maria Rosa Tita Amelia 13/348005/SP/25747 Kartika Poetri Aryani 13/353737/SP/26000 Mohammad Rizqi I. 14/367435/SP/26393 Andino Kevin Siagian 14/364264/SP/26071

Upload: doanlien

Post on 30-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

REVIEW : TRAVEL AND TOURISM COMPETITIVENESS INDEX (TTCI)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pariwisata dalam Hubungan Internasional

DISUSUN OLEH :

Anggar Shandy P. 12/335642/SP/25315

Marcela O.B. Endo 13/345272/SP/25541

Maria Rosa Tita Amelia 13/348005/SP/25747

Kartika Poetri Aryani 13/353737/SP/26000

Mohammad Rizqi I. 14/367435/SP/26393

Andino Kevin Siagian 14/364264/SP/26071

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

REVIEW : TRAVEL AND TOURISM COMPETITIVENESS INDEX (TTCI)

Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dikeluarkan oleh World

Economic Forum (WEF) ditujukan untuk mengukur daya saing suatu negara dari segi

pariwisata. Index yang pertama dikeluarkan pada tahun 2007 ini diterbitkan untuk menjadi

tolak ukur sektor pariwisata yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan

yang signifikan sehingga mampu menjadi penopang bagi kekuatan ekonomi suatu negara.

Dalam beberapa tahun belakangan, dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi

dan ketegangan geopolitik, tetapi sektor pariwisata telah menunjukkan ketahanan secara

global. TTCI secara umum mengukur: faktor-faktor dan kebijakan publik yang

memungkinkan pengembangan sektor perjalanan dan pariwisata, yang menyumbang

kepada pembangunan dan daya saing suatu negara. Variabel yang dihitung dalam

memformulasikan TTCI terdiri empat belas pilar dari empat sub-index, yaitu; Sub-index

A: lingkungan yang kondusif (enabling environment), sub-index B: kebijakan perjalanan

& pariwisata dan kondisi yang memungkinan (T&T Policy and enabling conditions), sub-

index C: infrastruktur serta sub-index D: sumber daya alam dan budaya.

Sub-index A mencakup keadaan umum yang dibutuhkan untuk pariwisata

beroperasi di suatu negara yang diantaranya; lingkungan bisnis, keselamatan dan

keamanan, kesehatan dan kebersihan, sumber daya manusia dan tenaga kerja, kesediaan

teknologi, informasi dan komunikasi. Sementara sub-index B adalah indikator yang

mencakup kebijakan dan aspek strategis yang lebih spesifik kepada sektor perjalanan dan

pariwisata, diantaranya; pengutamaan pada sektor perjalanan dan pariwisata, keterbukaan

internasional, harga saing serta kelestarian lingkungan. Sub-index infrastruktur mengukur

ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik suatu negara; infrastruktur transportasi udara,

infrastruktur transportasi darat dan laut serta jasa wisata. Sub-index seterusnya,

sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan; daya

tarik sumber daya alam, sumberdaya budaya dan perjalanan bisnis.

Dalam penulisan review ini, penulis ingin lebih menyoroti sub-index D, berkenaan

dengan sumberdaya alam dan budaya. Indikator yang digunakan dalam sub-index

sumberdaya alam diantaranya jumlah situs alam yang termasuk UNESCO World Heritage,

jumlah spesies yang diketahui, luas kawasan lindung serta kualitas lingkungan. Sementara

indikator yang digunakan untuk menghitung sumberdaya budaya; jumlah situs budaya

2

Page 3: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

yang dianggap World Heritage, jumlah warisan budaya yang tidak berwujud, jumlah

stadion olahraga, jumlah pertemuan internasional.

Menurut penulis, variabel-variabel yang ditentukan dalam TTCI terlalu fokus

mengukur faktor-faktor yang berwujud, yang dapat dilihat secara kasat mata. Dalam

menghitung sumberdaya terutama sumberdaya budaya, indikator yang digunakan bersifat

tangible, seperti situs budaya, stadion olahraga dan pertemuan internasional. Padahal,

dalam realita, alasan wisatawan dalam memilih tujuan wisata tidak sesimpel itu. Daya tarik

intangible juga memengaruhi motif wisatawan. Tren terbaru wisatawan dibuktikan dalam

Adventure Tourism Development Index 2015, yang menunjukkan bahwa ada peningkatan

jumlah Adventure Tourism akhir-akhir ini. Adventure Tourism adalah perjalanan seseorang

yang keluar dari lingkungan normal mereka melebihi 24 jam yang mencakup paling

kurang dua dari tiga elemen pariwisata yaitu; aktifitas fisik, lingkungan alam, serta

cultural immersion.1 Konsep cultural tourism telah berevolusi seiring berjalannya waktu.

Cultural tourism yang pada awalnya fokus pada situs kultural, monumen sejarah serta

penampilan seni budaya kini fokus pada “learning” dan “experience” dengan membaur

dalam kehidupan penduduk asli tujuan wisata.2 Tambahan pula penawaran creative

tourism di mana wisatawan melibatkan diri dalam komunitas dan warisan budaya lokal

untuk merasakan lifestyle sangat berbeda dengan traditional tourism, karena industri ini

menyodorkan perjalanan untuk pengalaman, sehingga dibutuhkan penawaran alternatif

untuk konsumsi wisatawan.3 Beberapa contoh di mana daya tarik budaya menjadi daya

saing utama atau keunggulan kompetitif suatu tujuan wisata; indigenous tourism di

Hawaii, culinary arts tourism di Prancis, atau yang lebih kontroversial seperti vodka

tourism di Russia dan prostitution tourism di Thailand. Oleh itu, metode pengukuran yang

diterapkan dalam TTCI yang lebih mengedepankan faktor-faktor tangible dalam mengukur

indikator daya saing suatu tujuan pariwisata tidak lagi relevan.

Dalam menghadapi wisatawan yang membaur dalam masyarakat mana daya saing

dalam menarik wisatawan ini patut diukur dengan menambahkan indikator-indikator yang

intangible seperti sumber daya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia yang penulis

maksudkan tidak hanya mencakup tingkat pendidikan masyarakat lokal tetapi juga tingkat

penerimaan tuan rumah terhadap wisatawan asing. Penerimaan masyarakat yang menerima 1 Adventure Tourism Development Index, “The 2015 Report”, http://adventureindex.travel/downloads.htm diakses pada 05 Maret 20162 I. Shih, Cultural Acceptance and Its Effect on Tourism, University of Nevada Las Vegas, 20113 R. Prentice; V. Anderson, “Creative Tourism Supply”, dalam G. Richards dan J. Wilson (ed.), “Tourism and Creativity Development”, Routledge, New York, 2007, hal. 90

3

Page 4: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

wisatawan asing tersebut penting untuk menimbulkan suasana nyaman bagi para

wisatawan karena tujuan utama wisatawan mengunjungi tujuan wisata tersebut adalah

untuk membaur dan mempelajari budaya dari suatu tujuan wisata. Industri cultural tourism

merupakan industri padat karya, sehingga membutuhkan partisipan yang berpengetahuan

budaya untuk menyukseskan industri tersebut. Cultural acceptance adalah faktor penting

untuk menyediakan sumberdaya manusia dan modal yang sesuai untuk membangun

industri cultural tourism.

Untuk mengukur daya saingnya diperlukan indikator afinitas masyarakat dalam

menerima wisatawan, sehingga sangat disayangkan dalam index TTCI kali ini indikator

tersebut tidak lagi dijadikan indikator penting dalam menilai daya saing tujuan pariwisata.

Dalam TTCI 2013, afinitas masyarakat dalam menerima pariwisata diukur dengan

beberapa penilaian yaitu; keterbukaan terhadap pariwisata, sikap masyarakat terhadap

wisatawan asing, tingkat orientasi pelanggan serta perpanjangan perjalanan bisnis yang

ditawarkan.4 Namun, penilaian yang tersedia dalam TTCI 2013 juga belum sempurna

karena mengabaikan tingkat toleransi masyarakat lokal terhadap budaya asing. Oleh itu

sebagai tambahan dari indikator (afinitas masyarakat dalam menerima wisatawan asing)

yang sudah ada, penulis menyarankan agar tingkat toleransi masyarakat juga dijadikan

sebagai variabel pengukur daya saing suatu tujuan wisata. Penulis beranggapan bahwa

tingkat toleransi penting karena diversitas wisatawan asing yang mungkin menjadi potensi

pasar dari suatu industri pariwisata. Wisatawan yang ingin menikmati cultural tourism

mungkin membawa budaya-budaya asing bagi masyarakat bahkan mungkin budaya yang

dianggap taboo bagi masyarakat sekita. Oleh itu, penulis mengasumsikan bahwa

masyarakat yang toleran terhadap budaya asing yang dibawa oleh para wisatawan asing

dapat menggaet pasar yang lebih besar dibandingkan dengan tujuan pariwisata yang

masyarakatnya kurang toleran terhadap wisatawan.

Dalam mengukur tingkat toleransi masyarakat, kita dapat merujuk pada Social

Progress Index.5 Laporan yang tersedia dalam daring berjudul Social Progress Imperative

ini mencantumkan Tolerance and Inclusion sebagai salah satu variabelnya. Variabel

Tolerance and Inclusion diukur dengan agregasi beberapa tolak ukur yang diantaranya; 4 J. Blanke, T. Chiese. 2013. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2013: Reducing Barriers to Economic Growth and Job Creation, World Economic Forum, http://www3.weforum.org/docs/WEF_TT_Competitiveness_Report_2013.pdf diakses pada 05 Maret 2016

5 Social Progress Imperative, “Social Progress Index”, http://www.socialprogressimperative.org/data/spi/components/com11#data_table/countries/idr48/idr48, diakses pada 07 Maret 2016

4

Page 5: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

tingkat toleransi terhadap imigran asing, tingkat toleransi terhadap homoseksual, tingkat

diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum minoritas dan tingkat toleransi agama.

Berikut beberapa hasil TTCI (Travel and Tourism Competitiveness Index) :

Asia Pasifik

Asia-Pasifik merupakan wilayah yang luas dan sangat beraneka ragam, dengan

komitmen yang tinggi dalam mengembangkan sektor pariwisata. Salah satu di antaranya

adalah Jepang – didukung adanya ketersediaan infrastruktur transportasi berkelas dunia,

kesiapan dan keterbukaan pada kemajuan teknologi dan informasi, serta sumber daya

manusia yang terlatih. Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN telah

mengimplementasikan fasilitas visa, dengan tujuan pemegang visa tersebut dapat dengan

mudah berkeliling atau melalukan perjalanan lintas batas negara dalam wilayah ASEAN.

Berdasarkan data dari UNWTO, cara yang dilakukan ASEAN ini ampuh menarik

wisatawan mancanegara hingga 10 juta wisatawan. Akan tetapi masalah utama yang harus

dihadapi oleh negara-negara di ASEAN adalah isu degradasi lingkungan. Selain itu tingkat

urbanisasi yang tinggi serta industrialisasi sangat berpengaruh pada kualitas udara, hutan,

serta ekosistem laut, sebagai contoh : Forest Watch Indonesia melaporkan bahwa

Indonesia kehilangan 990.000 hektar lahan hutan antara tahun 2010 hingga 2013.

1. Australia

Australia menduduki peringkat 7 secara global dan peringkat 1 dalam wilayah

Asia-Pasifik dalam hal pengembangan pariwisata. Industri pariwisata Australia telah

berkembang dengan pesat dalam dua dekade belakangan – jumlah wisatawan mancanegara

meningkat 2 kali lipat, dari tahun 1992 tercatat 2,5 juta wisatawan mancanegara dan

hampir mencapai 6,7 juta wisatawan pada tahun 20146. Australia telah membuat terobosan

bagi wisatawan dalam membuat visa (49th), termasuk pengembangan sistem aplikasi visa

berbasis internet dan fasilitas self-processing border entry bagi pemegang e-passport dari

Amerika Serikat dan Inggris.

2. Jepang

Jepang menduduki peringkat 9 secara global dan peringkat 2 di lingkup wilayah

Asia-Pasifik dalam hal pengembangan pariwisata. Negara ini mampu mendatangkan lebih

6 Mundy, Warren.2015. Australia’s International Tourism Industry : Productivity Commision Research Paper. Australian Government, 2.

5

Page 6: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

dari 10 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2013. Negara ini memiliki tiga masa

liburan yaitu Golden week (pada musim semi), Obon (pada musim panas), dan libur tahun

baru yang diselenggarakan dari akhir tahun hingga minggu pertama tahun yang

baru7(Maine International Trade Center, 2015). Pada masa-masa liburan tersebut travel

agent saling berlomba untuk menawarkan liburan yang menarik bagi wisatawan

mancanegara, karena pada momen-momen tersebut biasanya terdapat festival tertentu yang

sayang untuk dilwatkan. Kesuksesan Jepang dalam mendatangkan wisatawan ke

negaranya didukung kekayaan budaya (6th), infrastruktur transportasi darat (17th) dan

transportasi udara (19th). Negara Jepang juga dikenal akan kesiapannya dalam

mengembangkan ICT (9th), menyediakan layanan internet nirkabel berbayar yang dapat

diakses bahkan lintas negara, yang mana layanan ini sangat diapresiasi oleh para

wisatawan mancanegara serta membantu kegiatan bisnis yang berkembang di negara ini.

Sumber daya manusia yang dimiliki Jepang dikenal sangat terlatih (15th) dan mampu

melayani pelanggan dengan sangat baik, di mana dalam hal ini Jepang menduduki

peringkat pertama. Hanya saja, negara ini bukanlah negara tujuan pariwisata dengan price-

competitiveness yang ramah (119th).

Singapura

Singapura berada pada peringkat 11 secara global dalam pengembangan sektor

pariwisata. Negara ini dikenal dengan lingkungan bisnis yang sangat kondusif (1st) dengan

kualitas sumber daya manusia yang tidak perlu lagi diragukan (3rd), terutama dalam

menunjang industri pariwisata yang berkembang di negara ini. Pariwisata merupakan

komoditas yang sangat diperhitungkan dan menjadi prioritas di negara ini (4th). Singapura

berada pada peringkat pertama dalam hal keterbukaan terhadap dunia internasional sebagai

caranya untuk menarik wisatawan mancanegara untuk berwisata di negaranya. Pariwisata

yang berkembang di Singapura didukung adanya infrastruktur transportasi darat (2nd) dan

udara (6th) yang sangat baik. Akan tetapi, negara ini bukanlah negara tujuan pariwisata

dengan price-competitiveness yang ramah (116th).

3. Cina

Cina berada pada peringkat ke-6 secara regional dan ke-17 secara global. Negara

ini tercatat mampu mendatangkan lebih dari 55 juta wisatawan internasional pada tahun

2013. Industri pariwisata menjadi motor penggerak dalam meningkatkan pertumbuhan

7 Maine International Trade Center. 2015. Travel and Tourism Industry Opportunity Japan & China.

6

Page 7: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

ekonomi di negara ini8. Oleh karena itu, Cina melakukan pembangunan infrastruktur

terutama pada infrastruktur transportasi udara (25th) dengan memperbanyak bandara baru

atau memperluas bandara yang sudah ada dengan tujuan mampu meningkatkan kapasitas

untuk menampung wisatawan mancanegara. Akan tetapi, infrastruktur transportasi darat

masih kurang dibangun dengan baik (53rd), dan ketersediaan kamar hotel (112th) yang

tidak berbanding lurus dengan banyaknya wisatawan yang datang. Negara ini harus fokus

dalam menyusun kebijakan yang mampu meningkatkan iklim bisnis (80th) dan

meningkatkan international openness (96th). Selain itu, Cina juga dihadapkan pada isu

lingkungan seperti polusi udara yang menempatkan negara ini menjadi penghasil karbon

dioksida tertinggi di dunia9. Berdasarkan penelitian oleh The Guardian, pakar Fisika di

Universitas California di Berkeley, AS, mengkalkulasikan bahwa sekitar 1,6 juta orang di

Cina meninggal setiap tahunnya akibat masalah jantung, paru-paru, dan stroke yang

disebabkan oleh polusi udara, terutama asap partikel kecil10. Masalah ini menjadi salah

satu pertimbangan bagi wisatawan yang ingin berkunjungn ke negara ini, akibat pekat

polusi udara yang kerap terjadi.

4. India

India berada pada peringkat ke-52 dalam hal pembangunan pariwisata. Sektor ini

menyumbang 5% untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan berpotensi mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi yang lebih besar karena mampu mendatangkan 7 juta wisatawan ke

negara ini, biarpun dalam segi jumlah masih terlampaui jauh dengan Cina. Akan tetapi,

pengembangan pariwisata di India dihadapkan pada permasalahan pembangunan

infrastruktur yang tidak merata terutama dalam menunjang sektor pariwisata (109th) dan

kualitas jalan raya. Kepadatan penduduk yang tinggi di India berdampak pada

permasalahan kemacetan, sehingga tak dipungkiri kerap kali terjadi kerusakan pada

infrastruktur jalan raya terutama di kota-kota besar seperti Mumbai, New Delhi, Kolkata,

dan Bangalore. Pemerintah India sendiri menyadari kurangnya pembangunan pada

8 OECD. 2010. OECD Tourism Trends and Policies 2010.International Report Journal. 291.

9 Ilham, Mohammad. 2014. Isu Polusi Lingkungan China dalam Hubungan China-Jepang. Karya Tulis Ilmiah, 5.

10 Berita Online CNN Indonesia. (Agustus, 2015). Riset Polusi : Udara di China Tewaskan 4000 Orang Setiap Hari. Dikutip dari Berita Online CNN Indonesia : http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150814143109-113-72196/riset-polusi-udara-di-china-tewaskan-4000-orang-setiap-hari.

7

Page 8: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

infrastruktur jalan raya, dan sangat mengharapkan investasi yang mampu menyelesaikan

permasalahan infrastruktur ini11. Keamanan juga menjadi isu yang perlu diperhatikan

mengingat negara ini dihadapkan pada tingkat kejahatan dan kekerasan yang meningkat

(97th), dan India juga menduduki peringkat ke-139 dalam mempertahankan

keberlangsungan lingkungan.

5. Indonesia

Indonesia menduduki peringkat ke-50 secara global dengan industri pariwisata

yang tengah berkembang ini, mampu menarik lebih dari 8,8 juta wisatawan pada tahun

2014. Pengembangan industri pariwisata di negara ini menjadi prioritas nasional (15th),

salah satunya dengan melakukan pembangunan pada infrastruktur pendukung – jaringan

telepon kini mampu diakses di seluruh area di negara ini, transportasi udara dikembangkan

dengan cukup baik hingga mampu menduduki peringkat ke-39, akan tetapi transportasi

darat menduduki peringkat ke-77. Pembangunan yang dilakukan ini menempatkan

Indonesia sebagai negara yang sangat kompetitif (3rd) dengan keberagaman sumber daya

alam, dan situs budaya (10th). Akan tetapi, Indonesia justru dihadapkan pada isu

keberlangsungan lingkungan yang kurang diperhatikan sehingga menempatkan negara ini

pada peringkat ke-134. Dalam usaha untuk melindungi keberlangsungan lingkungan,

Indonesia mengelompokkan hutan ke dalam 3 kelompok besar berdasarkan fungsinya

yaitu hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi. Menurut data yang dihasilkan

oleh Indrarto, dkk (2012), hutan produksi memiliki luas 82,2 juta hektar, hutan lindung

seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan produksi di

Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pembangunan,

sehingga kekayaan yang ada di dalamnya dapat dimanfaatkan secara legal (Henstridge,

Chiappe, dan Crawfurd, 2013)12. Akan tetapi, pembalakan hutan liar terus-menerus terjadi

dalam 30 tahun belakangan, yang menyebabkan Indonesia tidak mampu mempertahankan

keberlangsungan lingkungan.

Timur Tengah dan Afrika Utara

11 Abadie, Richard, Poulter, Tony, & Raymond, Peter. 2013. Gridlines India : Articles. 1-2.

12 Henstridge, M., Chiappe, F., dan Crawfurd, Lee. 2013. Growth in Indonesia : is it Sustainable ? The Environmental Sustainability of Growth. Oxford Policy Management (Maret 2013), 8.

8

Page 9: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

Secara umum, negara-negara pada wilayah ini adalah negara dengan price

competitiveness yang tinggi dengan didukung banyaknya pembangunan untuk menyokong

kegiatan industri pariwisata. Akan tetapi pengembangan industri pariwisata pada wilayah

ini dihadapkan pada isu keamanan – seperti terorisme dan ketidakstabilan politik serta

kejahatan dan kekerasan – yang sering kali menyebabkan negera-negara pada wilayah ini

mengalami penurunan jumlah wisatawan mancanegara, walaupun tidak dipungkiri bahwa

banyak tourism resorts yang letaknya jauh dari daerah berbahaya. Negara pada wilayah ini

dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok : (i) negara-negara yang memiliki iklim bisnis

kondusif, infrastruktur yang telah dibangun dengan baik, serta relatif aman sebagai

destinasi wisata, (ii) negara-negara dengan pengembangan pariwisata yang luar biasa,

namun dihadapkan pada masalah keamanan atau keterbatasan infrastruktur pendukung

(Mesir, Tunisia, Yordania, dan Lebanon), dan (iii) negara-negara yang tidak mampu

mengembangkan kapasitasnya dalam industri pariwisata.

1. The United Arab Emirates (UAE)

UAE merupakan negara dengan industri pariwisata yang paling maju di wilayah

ini, sehingga menempatkan negara ini dalam peringkat ke-24 secara global, dan pada tahun

2013 tercatat mampu mendatangkan lebih dari 10 juta wisatawan ke negara ini. UAE tidak

memiliki kekayaan sumber daya alam (95th), akan tetapi negara ini mampu

mengembangkan lingkungan pariwisata yang menarik untuk dikunjungi bagi wisatawan

mancanegara maupun bagi usaha bisnis. Negara ini tergolong negara yang aman, namun

perlu ditingkatkan dalam hal layanan kesehatan (69th), dan beberapa aspek seperti price

competitiveness, harus senantiasa dikontrol karena biaya hidup di negara ini terus

mengalami kenaikan (103rd).

2. Israel

Israel menempati peringkat 7 di wilayah ini dan ke-72 secara global. Berdasarkan

data dari Israel Central Bureau of Statistics (2013), wisatawan dari Amerika Serikat

menduduki prosentase paling tinggi dalam menyumbang jumlah wisatawan yang datang ke

Israel13. Negara ini memiliki tingkat penetrasi/kesiapan ICT yang tinggi (32rd) dan

pengembangan pada pilar sumber daya manusia dan pasar tenaga kerja yang cukup baik

(39th), dengan didukung kemudahan dalam merekrut tenaga kerja ahli (17th) Data yang

dilansir dari World Travel and Tourism Council (2015) menunjukkan bahwa

13 Israel Central Bureau of Statistics. 2013.Tourism in Israel 2000-2012. Israel Ministry of Tourism, 3.

9

Page 10: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

berkembangnya industri pariwisata di Isarel ini mampu berkontribusi dalam menyediakan

lapangan pekerjaan bagi 275.000 pekerja atau setara dengan 7,8% dari total lapangan

pekerjaan yang tersedia14. Infrastruktur dibangun dengan cukup baik, akan tetapi negara ini

membutuhkan investasi dalam menyokong keberlangsungan pariwisata yang tengah

berkembang. Sama halnya dengan negara lain di wilayah ini, pariwisata di negara ini

sangat dipengaruhi isu keamanan (99th), terorisme (130th) dan ketidakstabilan yang

disebabkan oleh konflik.

3. Maroko

Maroko menempati peringkat ke-4 di wilayah ini dan ke-72 secara global.

Wisatawan tertarik berkunjung ke Maroko karena kekayaan budaya (39th) dan beberapa

natural resource hot spots, termasuk beberapa beach resorts yang terkenal, dengan iklim

bisnis yang kondusif (10th) serta prosedur yang tidak memberatkan bagi tumbuh-

berkembangnya bisnis (28th). Infrastruktur pada negara ini sangat berperan penting bagi

keberlangsungan industri pariwisata, biarpun negara ini masih harus meningkatkan

kualitas transportasi darat dan udara. Sumber daya manusia (107th) juga perlu ditingkat

kualitasnya, melalui pelatihan (105th) serta meningkatkan keterlibatan peran wanita

sehingga pasar tenaga kerja menjadi lebih fleksibel.

4. Arab Saudi

Arab Saudi menempati posisi ke-5 secara regional dan ke-64 secara global. Negara

ini memiliki iklim bisnis yang kondusif (23rd) dan price competitiveness (11th) yang

ramah bagi wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung ke negara ini umumnya

memiliki urusan bisnis atau untuk mengikuti wisata religi, sehingga negara ini cenderung

tidak terbuka bagi turis yang sekedar ingin berwisata. Arab Saudi tidak menempatkan

industri pariwisata sebagai prioritas (100th) dan kurang terbuka terhadap dunia

internasional (138th).

5. Mesir

Mesir menempati peringkat ke-10 secara regional dan ke-83 secara global dengan

mendatangkan 9 juta wisatawan mancanegara tiap tahunnya. Perkembangan industri

pariwisata di negara ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi 2,94 juta pekerja

pada tahun 2014, dan diperkirakan meningkat 4,3% di tahun 2015 (World Travel and

14 World Travel & Tourism Council. 2015. Travel and Tourism : Economic Impact 2015 Israel. 4.

10

Page 11: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

Tourism Council, 2015). Mesir merupakan negara dengan price competitiveness yang

tinggi (2nd) dengan investasi yang besar dalam sektor pariwisata (23rd). Baru-baru ini

Mesir didera ketidakstabilan yang menyebabkan wisatawan yang berkunjung mengalami

penurunan. Negara ini juga dihadapkan pada permasalahan keamanan (136th) dan juga

keterbatasan dalam international openness (115th).

Sub-Sahara Afrika

Pengembangan pariwisata di Afrika didukung oleh potensi yang terutama berasal

dari kekayaan sumber daya alam dan kebudayaan yang berpeluang untuk dikembangkan

lebih lanjut. Pada tahun 2012, tercatat Afrika mampu mendatangkan 33,8 juta wisatawan

mancanegara15. Pariwisata di Afrika, bagaimanapun, masih berada pada tahap awal

pengembangan dan memiliki keterkaitan yang kuat dengan isu kesehatan dan kebersihan.

Dua aspek penting yang dibutuhkan dalam menjalin hubungan internasional dalam rangka

membangun sektor pariwisata, salah satunya adalah keterbukaan, yang dilengkapi dengan

perubahan kebijakan sebagai bentuk keinginan untuk memperbaiki pariwisata yang telah

berkembang. Sebagai contoh, 15 negara yang tergabung dalam Economic Community of

West African States (ECOWAS) memperkenalkan kebijakan visa yang memungkinkan

wisatawan dapat dengan bebas melakukan mobilisasi ke negara-negara anggota serta

menawarkan pasar yang terbuka bagi wisatawan mancanegara. Pemerintah Afrika secara

kolaboratif telah melakukan kerja sama dalam rangka menghimpun sumber daya dan

informasi untuk mengembangkan pariwisata, menempatkan anggota pasukan keamanan

terutama di daerah perbatasan, serta pelaksanaan undang-undang yang berkaitan dengan

perlindungan produk di daerah tujuan pemasaran, terutama di Asia.

1. Afrika Selatan

Afrika Selatan menempati urutan tertinggi dalam hal pengembangan pariwisata

apabila dibandingkan dengan negara anggota lainnya. Pengembangan pariwisata Afrika

Selatan disokong adanya kekayaan alam dan kebudayaan, lingkungan bisnis yang kondusif

biarpun seringkali diwarnai adanya praktek red-tape serta beban administrasi, namun

memiliki infrastruktur yang relatif lebih baik dibanding dengan negara-negara tetangga.

Afrika Selatan dalam hal ini perlu membangun sistem keamanan dan kesehatan, yang

mana secara bersamaan mempengaruhi pasar tenaga kerja, sebagai bentuk representasi

15 The World Bank. 2013. Tourism in Africa : Harnessing Tourism for Growth and Improved Livelihoods.

11

Page 12: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

tantangan utama yang dihadapi bukan hanya pengembangan sektor pariwisata, melainkan

competitiveness suatu negara secara umum.

2. Mauritius

Industri pariwisata di negara ini menjadi penyokong utama kegiatan ekonomi, di

mana pariwisata menyumbang lebih dari 10% dari Gross Domestic Product negara ini dan

menyumbang investasi lebih dari 16%. Mauritius memperkirakan pada tahun 2015,

mampu mendatangkan 1,048 juta turis mancanegara dan pada tahun 2025 mampu

mendatangkan 1,32 juta turis mancanegara16. Mauritius menawarkan keamanan (33rd) dan

keramahan berusaha/berbisnis di sektor pariwisata (24th), didukung sumber daya manusia

yang handal (47th), ketersediaan lahan (27th), serta layanan infrastruktur penunjang

kegiatan pariwisata yang mampu digunakan sebagai sarana transportasi dan menerima

hampir 1 juta wisatawan tiap tahunnya. Infrastruktur transportasi udara yang dimiliki oleh

negara ini dapat dikatakan kurang dibangun dengan baik, sehingga berdampak pada

keterbatasan kapasitas wisatawan dan armada airlines yang dapat ditampung oleh bandara

di Mauritius. Keberlanjutan menjadi kunci keberhasilan Mauritius dalam mengembangkan

industri pariwisata.

3. Kenya

Pariwisata menjadi salah satu industri unggulan di Kenya yang berkontribusi dalam

perekenomian Kenya (Gitu dalam Kuto dan Groves, 2004)17. Sumber daya alam menjadi

aset berharga yang dimiliki oleh Kenya (11th), sebagaimana yang terlihat dalam beberapa

situs online yang menunjukkan banyaknya jumlah pariwisata berbasis alam yang

ditawarkan oleh negara ini (10th). Kenya menjadi “rumah” bagi banyak spesies dan situs

budaya yang dilindungi oleh UNESCO. Pemerintah setempat mencoba untuk

memberdayakan resources tersebut sebagai bentuk kontribusi pentingnya pengembangan

sektor pariwisata. Pemerintah menginvestasikan kurang lebih 7% dari anggaran negaranya

untuk mengembangkan pariwisata dan mengadakan marketing campaign yang efektif.

Keberlanjutan lingkungan juga menjadi kekuatan dalam sektor pariwisata, khususnya

16 World Travel & Tourism Council. 2015. Travel and Tourism : Economic Impact 2015 Mauritius. Travel and Tourism Report Journal, 5-6.17 Kuto, Benjamin dan Groves, James. 2004. The Effect of Terrorism : Evaluating Kenya’s Tourism Crisis. E-Review of Tourism Research (eRTR), Vol. 2, No. 4, 89.

12

Page 13: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

upaya dalam mencegah penebangan liar (84th), dan menghilangkan tingginya prosentase

pemborosan sumber daya air (109th).

4. Bostwana

Pariwisata memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian negara

Bostwana dan pembangunan masyarakat, yang mana pada tahun 2002 sektor ini

menyumbang 5% dari GDP18. Negara ini relatif memiliki iklim bisnis yang kondusif (36th)

serta tingkat keamanan yang lebih baik dibanding negara tetangga. Akan tetapi,

infrastruktur tidak dikembangkan dengan baik apabila disandingkan dengan Afrika Selatan

dan Namibia. Transportasi darat (105th) berada pada peringkat yang lebih rendah,

sementara infrastruktur transportasi udara dan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata

juga perlu ditingkatkan. Keterbatasan layanan transportasi udara berdampak pada

hubungan negara ini dengan negara lainnya dan derajat keterbukaan Bostwana (118th).

5. Nigeria

Pariwisata tidak berperan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian

Nigeria, sektor ini hanya menyumbang kurang lebih 1,5% dari GDP dan penyerapan

tenaga kerja, serta tidak menjadi agenda utama pemerintah negara ini, sehingga

menempatkan Nigeria di peringkat ke-131 dalam hal prioritas kegiatan pariwisata.

Beberapa tantangan yang dihadapi Nigeria dalam rangka mengembangkan sektor

pariwisata di antaranya : (1) peningkatan sistem keamanan untuk mengatasi terorisme dan

kekerasan yang kerap terjadi, (2) ketidaksediaan infrastruktur yang memadai sebagai salah

satu aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan tourism competitiveness suatu

negara. Maka tak heran apabila negara ini menempati peringkat ke-127 dalam

pembangunan infrastruktur transportasi darat, peringkat ke-111 transportasi udara, dan

peringkat ke-114 dalam infrastruktur layanan pariwisata.

T&T resilience and development impact

Berdasarkan data dari UNWTO, industri pariwisata mampu membuka lapangan

pekerjaan bagi 1 dalam setiap 11 orang pekerja dan menyumbang 11% dari prosentase

GDP. Kegiatan ekonomi yang disokong pariwisata lebih cepat tumbuh daripada kegiatan

ekonomi lain, yang mana di dukung adanya kemudahan akses secara IT, serta dorongan

ekonomi-sosial dan budaya yang menyebabkan orang berpindah secara global dengan

frekuensi yang lebih sering. Turis mancanegara datang ke suatu negara selalu dikaitkan 18 Leechor, Chad. 2003. Developing Tourism in Bostwana : Progress and Challenges. Discusstion Draft. 3.

13

Page 14: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

dengan isu kestabilan ekonomi serta sensitifitas terhadap isu keamanan yang cenderung

berdampak pada keadaan negara tujuan pariwisata. Ketika sebuah negara diterpa

ketidakstabilan, maka negara lain akan menerima wisatawan yang lebih banyak. Secara

global trend pertumbuhan pariwisata yang demikian serasa tidak pernah berhenti.

New trends and what it takes to capture them

Data UNWTO menunjukkan bahwa Cina merupakan pasar terbesar dalam hal

pengeluaran untuk kebutuhan pariwisata internasional. Pasar terbesar urutan ke-10 diraih

oleh Brazil, sementara belanja pariwisata internasional yang dilakukan oleh masyarakat

India, Filipina, Saudi Arabia, dan Qatar ketika melakukan perjalanan dan pariwisata

internasional tercatat mengalami peningkatan kurang lebih 30% dari tahun 2013 hingga

2014. Trend lain dalam kegiatan pariwisata adalah adanya perubahan secara demografi.

Jumlah penduduk dunia berumur di atas 60 tahun mengalami peningkatan; 900 juta jiwa

pada tahun 2010 dan tercatat mencapai hampir 1,4 miliar jiwa penduduk di tahun 2030

mendatang. Penduduk dalam usia tersebut cenderung menyukai jenis pariwisata yang

menawarkan pelayanan terbaik dengan budget yang tinggi tetapi setara dengan kualitas

yang diterima. Sementara itu, dalam pariwisata juga dikenal wisatawan travellers yang

umumnya adalah penduduk berusia muda dengan karakteristik menyukai tantangan,

tertarik pada wisata budaya untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Penduduk berusia

muda dalam hal ini tidak tertarik pada pariwisata yang menawarkan kemewahan,

melainkan akan mearas senang untuk mengeksplorasi sekitarnya. Wisatawan travellers ini

menggunakan kemajuan teknologi dan layanan internet untuk mengatur perjalanan wisata

yang akan dilakukannya. Sebuah studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group

menyebutkan bahwa 95% orang kini menggunakan digital resources untuk mengatur

perjalanan wisata dengan menggunakan kurang lebih 19 website atau mobile applications,

sebagai cara mudah untuk melakukan booking, mencari informasi seputar daerah tujuan

wisata, membuat rencana wisata dan membagikan pengalaman berwisata di tempat

tersebut selama perjalanan maupun sesudah perjalanan berakhir. Akses internet pada saat

melakukan perjalanan wisata menjadi sebuah kebutuhan; dilansir dari Tripadvisor, survei

menunjukkan bahwa 74% dari responden menyebutkan fasilitas “free-wifi” menjadi alasan

utama seorang wisatawan dalam memilih akomodasi. Kemudahan yang ditawarkan oleh

internet ini memberikan keuntungan bagi negara dalam hal T&T’s Competitiveness.

Negara dengan competitivenss yang baik cenderung memasarkan pariwisatanya melalui

14

Page 15: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

media online, serta menawarkan kemudahan booking via online. Adapun kemudahan lain

yang diterima oleh wisatawan dengan adanya internet ini adalah mampu memperoleh

informasi sebanyak-banyaknya mengenai daerah tujuan wisata baik dari ulasan wisatawan

lain yang pernah berkunjung atau informas resmi yang dikeluarkan oleh sebuah instansi

atau negara, seperti informasi situs budaya dan cagar alam yang dikeluarkan secara resmi

oleh UNESCO.

Keuntungan Berkembangnya Industri Pariwisata

Negara-negara yang memiliki pendapatan rendah hingga sedang kini menerima lebih

banyak wisatawan mancanegara daripada negara dengan pendapatan tinggi. Ini

menunjukkan bahwa industri pariwisata memberikan dampak yang signifikan bagi negara

dalam segala tahap pembangunan yang tengah dijalankan. Meningkatnya competitiveness

suatu negara dalam bidang pariwisata menyebabkan efek ekonomi jangka panjang seperti

halnya neraca pembayaran meningkat, sementara itu investasi dalam pembangunan

infrastruktur guna menunjang kegiatan pariwisata ini juga memiliki dampak terhadap

kegiatan ekonomi yang lebih luas dalam jangka panjang.

Koordinasi dan Kerjasama adalah Kunci Sukses

Identifikasi prioritas, peningkatan kualitas infrastruktur, memperkirakan insentif yang

diterima serta menjalankan promosi merupakan beberapa hal penting yang perlu dilakukan

oleh suatu negara agar pembangunan sektor pariwisata mencapai kesuksesan – ini menjadi

tugas tidak hanya bagi pemerintah lokal melainkan juga para menteri suatu negara.

Pemerintah lokal memiliki dua peran utama dalam menunjang pariwisata di tingkat lokal;

(1) Bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan masyarakat lokal, dan memastikan

bahwa pariwisata yang berkembang di daerah tersebut berdampak pada masyarakat.

Pemerintah lokal harus mampu memastikan bahwa dampak yang diperoleh berupa manfaat

dan bukan dampak yang merusak serta (2) Bertanggung jawab dalam pembangunan

pariwisata baik secara ekonomi maupun sosial19. Oleh karena itu, hal yang membedakan

antara industri pariwisata yang sukses dengan industri pariwisata yang gagal terletak pada

kekuatan kolaborasi yang terjalin antar aktor dalam pemerintahan untuk mengatasi isu

finansial serta isu tentang kemandekan yang kerap terjadi dalam institusi maupun

19 Elliott, James. 2002. Tourism : Politics and Public Sector Management. London dan New York : Routledge.

15

Page 16: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

organisasi pemerintah. Membangun infrastruktur pariwisata, sebagai contoh,

membutuhkan keterlibatan paling tidak dua kementerian yang berbeda – transportasi dan

pembiayaan – bersama dengan kewenangan lokal, kontraktor, investor, serta agen lainnya

yang terkait.

Conclusion

Berdasarkan pada data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kunci yang

muncul dari Travel and Tourism Competitiveness Index serta analisis kuantitatif dan

kualitatif yang dilakukan untuk mengolah data yang diterima.

1) Industri pariwisata berkembang dengan cepat, dan terbukti mampu bertahan di

tengah goncangan ketidakpastian ekonomi serta isu lainnya;

2) Tren baru dalam industri pariwisata muncul, dan negara-negara yang mampu

melakukan pengembangan pariwisata dengan lebih baik menurut TTCI adalah

negara yang mampu memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan ekonominya.

3) Pengembangan industri pariwisata meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi

seluruh negara, serta membuka lapangan pekerjaan dalam berbagai tingkatan

kemampuan.

4) Pengembangan industri pariwisata merupakan sesuatu yang kompleks,

membutuhan koordinasi antar kementrian, dan kerjasama yang terjalin antar

berbagai negara dan kerjasama dengan private sector.

The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015

Lampiran A menunjukkan komposisi dari Tour and Travel Competitiveness Index

(TTCI). Pilar-pilar dari struktur TTCI yang berjumlah 14 pilar terbagi ke dalam empat

subindex. Subindex pertama yakni Enabling Environtment (terdiri dari Business

Environtment, Safety and Security, Health and Hygiene, Human Resources and Labour

Market, Readiness). Subindex kedua yakni T&T Policy and Enabling Conditions (terdiri

16

Page 17: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

dari Prioritization of Travel & Tourism, International Openness, Price Competitiveness,

Environmental sustainability). Subindex ketiga yakni Infrastructure (terdiri dari Air

Transport Infrastructure, Ground and Port Infrastructure, Tourist Service Infrastructure).

Dan terakhir, subindex keempat yakni Natural and Cultural Resources (terdiri dari

Natural Resources and Cultural Resources and Business Travel).

Komposisi yang ditetapkan ini sangatlah komprehensif sehingga dapat menjadi

indikator yang akurat di dalam menakar TTC suatu negara. Tidak berlebihan untuk

mengatakan hal demikian jika kita menilai satu per satu subindex yang ditawarkan.

Subindex pertama, Enabling Environtment. Subindex yang satu ini mencakup faktor-

faktor yang punya pengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengembangan

bisnis – kedua hal yang secara relatif berbanding lurus dengan sektor pariwisata.20

Komposisi yang ada di dalam subindex ini juga sangat esensial di dalam menentukan

wajah pariwisata suatu negara. Subindex yang kedua yakni T&T Policy and Enabling

Conditions. Jika subindex pertama merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

pariwisata secara relasional, subindex ini merupakan faktor-faktor yang langsung

berkenaan dengan pariwisata itu sendiri dan yang mempengaruhi secara struktural,

contohnya yakni kebijakan dan regulasi pemerintah suatu negara terhadap pariwisatanya.

Subindex ketiga yakni Infrastructure. Infrastruktur, yang juga mencakup transportasi,

merupakan bagian yang inheren dari pariwisata. Suatu wilayah pariwisata dengan

infrastuktur yang memadai memiliki nilai plus yang signifikan dan sangat mungkin

menjadi preferensi bagi turis.21 Hal yang satu ini membuatnya kontras dengan destinasi

wisata lainnya. Subindex yang terakhir yakni Natural and Cultural Resources. Jika

subindex yang sebelumnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pariwisata suatu

negara, subindex yang terakhir ini dapat dikatakan merupakan wajah pariwisata itu sendiri.

Pasalnya, komposisinya mencakup alam dan budaya apa yang ditawarkan suatu negara

dari pariwisatanya. Hal-hal demikian merupakan “komoditi” dari pariwisata itu sendiri

yang menjadi pertimbangan utama dari wisatawan.

Lampiran B. Empat subindex yang telah disebutkan mencakup hal-hal yang lebih

spesifik lagi. Secara berurut, hal-hal tersebutlah yang disebut sebagai 14 pilar dari TTCI

2015. Lampiran B memberikan gambaran mengenai komposisi apa yang ditambah dan

20 C. Ashley, P.D. Brine, A. Lehr & H. Wide, The Role of Tourism Sector in Expanding Economic Opportunity, International Business Leaders Forum, Cambridge, 2007, p. 14.

21 B. Seetanah et.al., ‘Does Infrastructure Matter in Tourism Development,’ University of Mauritius Research Journal, vol. 17, 2011, p. 90.

17

Page 18: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

dihilangkan dari TTCI sehingga menghasilkan TTCI 2015 yang lebih akurat dan

komprehensif. Terkait perubahan tersebut dapat ditelisik secara pilar per pilar. Pilar yang

pertama yakni Business Environtment. Indikator yang ditambahkan ke dalam pilar ini

yakni efisiensi dari kerangka hukum dalam menyelesaikan sengketa dan dalam penetapan

regulasi. Indikator ini dimasukkan dengan pertimbangan bahwa penegakan hukum penting

untuk menjamin kontrak dan hak milik (property right). Indikator lainnya yakni waktu

yang diperlukan terkait izin pembangunan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk hal ini.

Pertimbangan yang menyertainya yakni izin pembangunan langsung mempengaruhi

pengembangan sektor pariwisata. Pilar yang kedua yakni Safety and Security. Adapun

indikator yang ditambahkan yakni index of terrorism incidence. Ini bukanlah hal yang

dahulu lazim. Tetapi di era kontemporer, terorisme menjadi sesuatu yang patut

dipertimbangan karena isunya sedang menjadi perhatian global. Adapun indikator yang

dihapus yakni tingkat kecelakaan di jalan raya. Ini sangat masuk akal dihapus. Pasalnya,

kecelakaan bukanlah bentuk kriminal dan kekerasan. Ia tidak disengaja dan seharusnya

bukan menjadi pertimbangan di dalam TTCI.

Pilar ketiga yakni Health and Hygiene. Indikator yang ditambahkan yakni

persebaran HIV dan wabah malaria. Penyakit merupakan sesuatu yang hampir tak bisa

ditolerir oleh wisatawan. Pilar keempat yakni Human Resources and Labour Market.

Indikator yang ditambahkan yakni treatment terhadap cutomer dan kemudahan dalam

mencari tenaga kerja profesional. Yang dihapus dari pilar ini adalah tingkat harapan hidup

karena dirasa terlalu luas. Pilar kelima yakni ICT (Information, Communication, and

Technology) Readiness. Indikator yang ditambahkan yakni kualitas dari jaringan

komunikasi dan suplai dari energi listrik. Indikator yang dihapus yakni fixed telephone

lines. Ini dikarenakan telefon bukan lagi media informasi yang relevan di era kontemporer

sehingga tidak begitu menentukan. Di pilar yang keenam yakni Prioritization of Travel &

Tourism dengan country brand strategy rating sebagai indikator yang ditambahkan.

Bagaimana suatu negara mempromosikan pariwisatanya mempunyai signifikansi yang tak

bisa dinafikan. Pilar ketujuh yakni International Openness. Visa, keterbukaan terkait

kerjasama penerbangan bilateral dan angka perdagangan regional menjadi indikator yang

ditambahkan. Sedangkan tourism openness dan sikap masyarakat terhadap orang asing

menjadi indikator yang dihapus karena bukanlah hal yang presisi untuk mejadi tolok ukur

TTCI. Misalnya saja, sikap masyarakat terhadap orang asing, sangat sulit untuk ditakar

karea terkait variabel-variabel yang tak dapat diukur, dijangkau, dan bahkan diketahui.

18

Page 19: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

Pilar kesembilan yakni Environment Sustainability. Indikator yang dihapus yakni jumlah

emisi karbon dioksida. Hal ini juga dianggap tidak presisi dan tidak bisa mengukur

kulalitas lingkungan secara baik. Pilar ketiga belas yakni Natual Resources. Indikator yang

ditambahkan yakni total protected areas dan natural tourism digital demand. Pilar yang

terakhir yakni Cultural Resources and Business Travel di mana Cultural and

entertainment tourism digital demand menjadi indikator yang ditambahkan.

Lampiran C menyajikan tabel peringkat dari 141 negara yang masuk ke dalam

TTCI 2015. Tabel peringkat disajikan berdasarkan pilar per pilar. Jika seluruh pilar

dikombinasikan, adapun negara yang menempati TTCI urutan pertama yakni Spanyol. Jika

dilihat secara lebih teliti, Spanyol memiliki pencapaian yang baik pada pilar keenam dan

kesepuluh hingga keempat belas. Walaupun dapat diperdebatkan, kenyataan ini dapat

dikatakan benar adanya. Di tahun 2014, Uni Eropa merupakan kawasan dengan index

parisiwata terbaik dan Spanyol menempati urutan pertama di Uni Eropa, terkhususnya

dalam hal jumlah destinasi wisata terbanyak.22 Di samping itu, penulis berpendirian bahwa

TTC merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur sehingga data-data yang disajikan dari

TTCI Report 2015 tidak mutlak benar tetapi akurat dan mendekati kebenaran. Mengapa

tidak mutlak benar karena masing-masing pilar memiliki bobot yang setara. Padahal, di

lapangan antara pilar yang satu dan yang lain memiliki bobot yang berbeda. Pertimbangan

dan preferensi wisatawan antara pilar yang satu dan yang lainnya tidak bisa disamaratakan.

Belum lagi dikarenakan kompleksitas pilar yang ada sehingga informasi yang diperoleh

juga tidak akurat. Informasi bahkan diperoleh dari badan-badan yang berbeda-beda

sehingga memiliki interpretasi yang berbeda pula. Informasi dari pihak kedua bahkan

ketiga seperti ini membuat data yang diperoleh bersifat “kasar” dan tidak “bersih”.

Adapula variabel-variabel yang tidak dapat diukur atau bahkan tidak diketahui sama

sekali. Tetapi, TTCI 2015 sudah cukup memberikan pendekatan yang maksimal dan dapat

dikatakan terbaik di dalam menyajikan variabel-variabel yang diperlukan. TTC pada

dasarnya merupakan sebuah variabel yang sulit dikuantifikasikan.

1.2 Adapting to Uncertainty – The Global Hotel Industry

Seiring dengan perkembangan jaman, industri perhotelan, dan segala bisnis yang

berurusan dengan travel dan hospitality terus harus beradaptasi menghadapi berbagai

instabilitas dan permasalahan. Dunia perhotelan merupakan suatu industri yang kompleks,

22 ‘Tourism Statistics/Statistics Explained,’ Eurostat (daring), November 2015, <http://ec.europa.eu/eurostat/statistics-explained/index.php/Tourism_statistics>, diakses pada 9 Maret 2016.

19

Page 20: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

yang beroperasi secara global, dengan network yang cukup luas dan sangat tergantung

kepada konsumen. Oleh karena itu, industri perhotelan ini riskan akan berbagai resiko-

resiko unik. Dalam chapter 1.2 Adapting to Uncertainty - The Global Hotel Industry ini,

Oaten, Le Quesne, dan Segal mencoba mengeksplorasi empat contoh permasalahan

demand dalam industri tersebut, khususnya yang mengakibatkan perjolakan pada

fenomena demand perhotelan. Yakni, economic violatility, instabilitas politik, terorisme

dan pandemik. Mereka juga menjabarkan pendekatan-pendekatan untuk mengatasi

ketidakpastian tersebut.

Sebelumnya, perlu dijabarkan terlebih dahulu bagaimana uniknya isu-isu yang

harus diatasi oleh industri perhotelan. Kepengurusan perusahaan-perusahaan hotel sangat

jelas memerlukan sebuah sistem struktur yang cukup rumit. Kesuksesan mereka tidak

hanya dipengaruhi oleh siklus-siklus makro-ekonomi dan tren-tren konsumen, tetapi juga

oleh berbagai sektor-sektor industri yang berhubungan dengannya secara paralel.

Contohnya adalah birojasa travel/wisata, industri penerbangan/maskapai, timeline dan tren

demand konsumen, dan inovasi-inovasi produk.

Dampak Guncangan Ekonomi

Siapa yang dapat melupakan betapa besarnya dampak krisis ekonomi global pada

dunia, seperti yang terjadi pada 2011 yang mengakibatkan turunnya nilai mayoritas mata

uang dunia. Semua bidang industri pasti merasakan dampak dari krisis tersebut. Industri

perhotelan tidaklah lain. Kondisi ekonomi negara dan dunia merupakan faktor utama yang

mempengaruhi demand perhotelan. Hal ini dikarenakan pengeluaran masyarakat

konsumen bergantung secara garis lurus kepada tingkat GDP negara, dimana tentunya

pada masa resesi demand akan turun dan sebaliknya. Resesi tersebut dapat berdampak

secara perlahan, dikarenakan sifat kontrak dan pre-booking perhotelan, tetapi yang dapat

dipastikan adalah pemulihan yang cukup susah dan lamban industri perhotelan jika resesi

terjadi.

Jika menganalisis sejarah resesi yang terjadi pada berbagai kawasan dalam dunia,

terlihat adanya satu pola. Dimana, resesi menyebabkan sensitivitas terhadap harga

penginapan hotel dan penurunan demand terhadap penginapan tersebut. Hal ini diikuti

dengan hotel-hotel menggunakan taktik-taktir seperti pemberian diskon dalam upaya untuk

meningkatkan kembali demand. Pemulihan dari resesi juga tergantung kepada demand,

dan terdapat pula sebuah fenomena dimana booking hotel justri mencapai puncak pada

20

Page 21: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

masa-masa mendekati puncak, ketika perusahaan-perusahaan belum dapat meningkatkan

harga.

Resesi juga dapat meninggalkan industri perhotelan riskan terhadap disrupsi-

disrupsi sekunder. Dalam buku, diberikan contoh seperti dalam Arab Spring. Kawasan

Afrika Utara pada Januari 2010 sebenarnya telah mencapai pemulihan, tetapi pecahnya

Arab Spring mengakibatkan penurunan terdrastis yang pernah terjadi pada kawasan

tersebut. Diberikan pula contoh krisis Eurozone, yang memberikan dampak sama tapi tidak

separah itu pada performa perhotelan Eropa. Krisis ini mengakibatkan pemulihan pasar

perhotelan Eropa berlangsung secara stagnan sampai 2013, tidak seperti pada Amerika

Serikat yang sudah membaik sejak Q3 2011. Contoh-contoh ini membuktikan bagaimana

penurunan ekonomi merupakan salah satu tantangan terbesar demand dari sisi operasional

dan perspektif investasi, karena memberikan efek besar pada pemasukan dan kapital

pengeluaran nasional. Industri perhotelan harus dapat menyeimbangi kebutuhan

pemasukan jangka pendek dengan strategi jangka panjang seperti pemberian harga, servis,

dan tingkat produk.

Guncangan Politik

Shock secara politik memberikan dampak yang lebih kecil pada performa

perhotelan. Namun, efek-efek dari permasalahan politik juga bergantung kepada pengaruh

liputan media, persepsi konsumen, dan pengalaman travel diplomatik. Efek dari shock

politik cenderung berkonsentrasi pada lokasi kejadian permasalahan politik tersebut saja,

sehingga terisolasi. Khususnya jika daerah-daerah destinasi lain dalam negara konflik

tersebut memiliki jalur transpor internasional, sehingga para pendatang dapat dengan

mudah tidak harus melewatinya.

Contohnya adalah pada negara Thailand yang telah menderita dari berbagai

guncangan politik selama dekade terakhir ini, dengan diadakannya kudeta-kudeta militer

yang mengakibatkan penutupan temporer Bandara Internasional Suvarnabhumi di

Bangkok. Pada setiap kasus, didapatkan analisis dari STR Global data bahwa reservasi

hotel Bangkok terus mengalami penurunan pada tingkat yang lebih curam daripada pasar

nasional, dengan pasar pada Phuket dan Koh Samui mengalami penurunan yang sangat

kecil. Efek guncangan politik di Yunani pun menampilkan kecenderungan yang sama.

Pada 2008, Athena menjadi pusat terjadinya kerusuhan dan gerakan protes anti-austerity.

Penurunan aktivitas perhotelan pun hanya terjadi secara besar-besaran pada ibukota

21

Page 22: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

tersebut. Konflik sosial yang berkepanjangan yang ditambah dengan ketidakstabilan

ekonomi mengkibatkan Athena baru memulai pemulihan pada 2013, tiga tahun setelah

saingan-saingan destinasi lain seperti Barselona, Lisbon, Milan dan Roma. Pasar

perhotelan secara garis besar tidak begitu terpengaruh dari konflik tersebut. Pola yang

terjadi pada Turkey pada saat Protes Gezi Park pun sama. Salah satu pengecualian dari

pola ini adalah Mesir. Pada Arab Spring di 2011, tingkat occupancy (sewa unit hotel) turun

sebesar 30% di Kairo, tetapi resor-resor besar seperti yang dimiliki Sharm El Shelkh dan

Hurghada pun menderita dan turun pada tingkat 39%. Hal ini dapat diperkirakan

disebabkan oleh media internasional yang membesar-besarkan daerah tersebut sebagai

tidak stabil, walau badan travel diplomatik telah mendeklarasikan daerah tersebut sebagai

aman. Sebaliknya, demand tersebut lalu berpindah kepada daerah UAE yang

occupancynya naik sebesar 8% karena dianggap sebagai destinasi alternatif yang lebih

aman. Secara garis besar penulis berpendapat bahwa dampak dari guncangan politik

bergantung kepada tingkat konflik tersebut, dan melalui analisis sesuai dengan penelitian

Deloitte, guncangan-guncangan terhadap industri perhotelan oleh karena permasalahan

politik dapat memulih secara cepat. Selama, permasalahan tersebut tidak mempengaruhi

faktor-faktor demand secara berlebihan, seperti ekonomi, pengeluaran konsumen, persepsi

destinasi, produk/servis, dan akses.

Guncangan Teroris

Chapter ini juga menganalisis fenomena terorisme dan dampaknya kepada industri

perhotelan. Sejak peristiwa 9/11, perang dunia pada terorisme menjadi isu yang kian

menjadi fokus semua negara. Dengan berkembangnya berbagai gerakan-gerakan terorisme

seperti Al-Qaeda pada dekade terakhir maupun ISIS pada baru-baru ini, kita sudah dapat

menganalisis pengaruh dan pola pemulihan gerakan-gerakan tersebut pada pasar,

khususnya industri perhotelan. Menggunakan analisis Deloitte dan STR Global lagi,

didapatkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan dari aksi terorisme telah

memendek sejak 15 tahun terakhir. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, faktor utama yang

dapat berpengaruh paa tingkat occupancy dari permasalahan terorisme/politik adalah

ancaman packaging media terhadap tingkat keparahan konflik tersebut.

Kembali pada contoh 9/11, didapatkan bahwa tingkat occupancy di New York

membutuhkan 34 bulan untuk mencapai pemulihan dan beroperasi secara normal lagi.

22

Page 23: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

Untuk pasar nasional yang lebih luas, dibutuhkan 45 bulan, dikarenakan penambahan

resesi ekonomi. Untuk perbandingan, Madrid berhasil mencapai pemulihan setelah 12

bulan dari tragedi bom kereta pada 2004, dan London dalam 9 bulan setelah serangannya

pada July 2005. Kejadian Boston Marathon Bombing pun tidak begitu mempengaruhi

tingkat occupancy perhotelan, pada tingkat nasional maupun kota. Didapatkan bahwa

umumnya dampak guncangan terorisme pada perhotelan terjadi secara jangka-pendek saja.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Tren tersebut dapat diattribusikan pada

peningkatan planning korporat mengenai hal tersebut, seperti perkembangan program

pemulihan dan protokol risk management, sistem revenue, dan teknologi komunikasi real-

time. Adapun pendapat bahwa seiring dengan perkembangan waktu, masyarakat

internasional mulai membudayakan kultur baru yang berusaha memberikan respon yang

tidak panik dan menghadapi terorisme sebagai “normal”.

Pandemik

Fenomena keempat yang dapat mempengaruhi demand pada dunia perhotelan ini

adalah pandemik, atau penyakit-penyakit yang menyebar secara luas. SARS, flu babi dan

Ebola tentunya masing-masing pernah mengakibatkan ketakutan secara global. Ancaman

penularan terhadap penyakit eksotis yang belum dapat disembuhkan menjadi isu yang

sangat menyeramkan bagi para traveller yang ingin kesana. Walau pandemik dapat

mengakibatkan penurunan yang jauh lebih curam daripada guncangan-guncangan lainnya,

waktu pemulihan justru cenderung terjadi secara paling cepat.

Deloitte dan STR Global menganalisis bahwa pandemik SARS pada 2002 hingga

2004 mengakibatkan penurunan occupancy pada Asia Utara sebesar 10%, tetapi dapat

mencapai pemulihan hinggan tingkatan normal sebelum pandemik terjadi dalam waktu

satu tahun. Bandingkan waktu pemulihan tersebut dengan contoh-contoh guncangan

ekonomi yang telah dijabarkan sebelumnya, yang jauh lebih lamban. Seperti guncangan

politik, daerah dampak fenomena tersebut pun juga tidak menyebar dan hanya

berkonsentrasi pada daerah kejadian saja. Contoh-contoh lain yang membuktikan pola ini

adalah seperti ancaman ADR pada 2003 yang berhasil diatasi dalam waktu hanya 3 bulan,

ataupun epidemik flu babi pada 2009 yang walau mengakibatkan penurunan 50%

occupancy di Kota Meksiko pada awal 2009, pada 2010 angka-angka occupancy sudah

mendekati normal lagi. Karena pandemik cenderung hanya berjangka pendek dan

23

Page 24: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

terlokalisasi, manajemen terhadap penanganannya lah yang harus difokuskan agar dapat

memaksimalkan pemulihan pada industri.

Empat guncangan diataslah yang diberikan sebagai contoh faktor-faktor pengaruh

dalam uncertainty atau ketidakpastian dalam industri perhotelan. Walau berhasil

menjelaskan pola-pola fenomena yang terjadi dalam dunia perhotelan, chapter ini

melupakan faktor-faktor lain dalam demand, yang tidak spesifik kepada dunia perhotelan

tetapi tetaplah amat relevan. Demand uncertainty sendiri didefinisikan sebagai kurangnya

informasi dan pengetahuan untuk membuat keputusan, karena kesusahan konfigurasi

operasi internal perusahaan, lingkungannya, dan hubungan kompleks diantaranya.23

Ketidakpastian ini dapat tercipta karena berbagai hal, diantaranya adalah karena sikap

musiman produk perusahaan, perkembangan teknologi, ataupun perubahan dalam

kepentingan/ketertarikan konsumen. Dalam ilmu ekonomi, dijabarkan bahwa uncertainty

lingkungan dibagi atas empat, yaitu makro-environmental, competitive, market and

demand, dan technology uncertainty.24 Menurut saya, keempat faktor tersebut bersama

dengan faktor ketidakpastian sikap konsumen pantas untuk dibahas lebih lanjut dalam

menganalisis adaptasi industri perhotelan pada demand uncertainty. Dalam dunia kini

terlihat bahwa industri perhotelan merupakan suatu industri bernilai bilyaran, dengan

tingkat kompetitif yang sangat tinggi diantara satu perusahaan dengan lainnya. Hal

tersebut, bersama dengan kecenderungan konsumen, tidak kalah berpengaruh daripada

faktor-faktor lain seperti guncangan politik dalam ekonomi perhotelan.

How to Plan for the Unpredictable

Melalui perspektif Deloitte, industri perhotelan memiliki sistem yang

interconnected, dengan lingkungan yang dinamis. Industri perlu selalu siap menghadapi

berbagai interupsi bisnis. Oleh karena itu diperlukan strategi manajemen yang

mempertimbangkan berbagai aspek, yang dibagi menjadi enam, yaitu:

1. Pahami semua faktor

Industri perhotelan sangat dependen terhadap berbagai rangkaian sistem kompleks

seperti pada sosio-ekonomi, politik, dan lingkungan. Dengan dapat mengidentifikasi

semua ancaman utama, perusahaan dapat mengembangkan sebuah profil resiko-resiko

23 Collis, David J. , The Strategic Management of Uncertainty, European Management Journal 10, no. 2 (June 1992): 125–135.

24 L. Fahey, V.K. Narayanan, Macroenvironmental Analysis for Strategic Management, West, 1986, hal. 168-169

24

Page 25: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

yang spesifik untuk bisnis mereka. Ini adalah tahap pertama dalam merumuskan sebuah

strategi manajemen.

2. Expect the Unexpected

Merencanakan sistem untuk menghadapi guncangan-guncangan yang tidak dapat

diprediksi seharusnya menjadi kunci dari framework risk manajemen sebuah perusahaan.

Dengan mengidentifikasi dan mengukur tingkat kemungkinan dan kerusakan resiko,

perusahaan dapat merancang sebuah rencana sebagai respon jika kalau ancaman tersebut

benar terjadi. Didapatkan contoh seperti erupsi gunung Iceland pada April 2010 yang

memberikan dampak polusi udara secara global. Dalam hal seperti ini, rancangan bisnis

atau continuity plan sangat dibutuhkan guna meminimalisir dampak.

3. Respon Cepat Terhadap Peluang-Peluang Baru

Bisnis yang dapat bertahan lama harus dapat bergerak cepat dalam beradaptasi

pada kondisi-kondisi baru dan dapat mempergunakan berbagai tantangan sebagai peluang.

Sangat lah penting untuk memiliki pendekatan entrepreneur dan strategis dalam dewasa

kini, agar dapat memajukan bisnis dalam pasar dan meningkatkan valuenya.

4. Keterlibatan dengan Regulator

Interaksi yang aktif dengan pemerintahan dan para pembuat kebijakan merupakan

aspek yang penting dalam strategi perusahaan, untuk dapat membuka jalur alternatif untuk

dukungan finansial ataupun fiskal. Hubungan yang baik dapat sangat menguntungkan

perusahaan jika suatu guncangan terjadi, dengan pemerintah dapat menawarkan hibah atau

pinjaman untuk masa pemulihan industri.

5. Kolaborasi dalam Mempromosikan Destinasi

Perusahaan dapat ditolong secara besar dengan bantuan pemerintah dalam

mempromosikan daerah destinasi mereka. Melihat kecenderungan media untuk

mengakibatkan turunnya demand terhadap daerah-daerah perhotelan, pemerintah dapat

digunakan untuk melobi negara-negara asing untuk mencabut travel ban atau mendukung

publikasi keamanan daerah-daerah yang tidak terguncang oleh permasalahan. Kooperasi

diantara pemerintah dan industri turisme sangat penting, khususnya pada masa

ketidakstabilan politik, untuk menjaga komunikasi dan penyebaran pesan yang jelas dari

industri pada konsumen.

25

Page 26: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

6. Pemulihan dan Kapitalisasi

Seringkali perusahaan salah dalam merancang strategi manajemennya, yakni

mereka selalu berfokus kepada bagaimana dapat mengatasi suatu guncangan, tanpa

melihat peluang untuk mengambil keuntungan darinya. Industri dapat keluar ari suatu

permasalahan dengan posisi yang lebih tinggi dan kuat dari saat ia masuk. Tentu, investasi

sangat susah untuk didapatkan ketika performa sedang dalam keadaan kritis, tetapi

terdapat beberapa peluang dalam permasalahan. Contohnya adalah bagaimana masa-masa

dengan demand rendah dapat dipergunakan untuk reposisi atau pemulihan melalui re-

branding ataupun investasi kapital.

Bisa disimpulkan bahwa kesuksesan industri perhotelan bergantung pada

kapabilitasnya untuk beradaptasi dengan ketidakpastian (uncertainty).

Kemampuan untuk siap menangani berbagai permasalahan adalah vital untuk dapat

menghadapi guncangan dan menjaga performa perusahaan. Agar dapat bertahan dalam

lingkungan ini, perusahaan harus dapat merancang sebuah sistem risk management yang

baik.

1.3 How to Re-emerge as a Tourism Destination after a Period of Political Instability

Keadaan politik suatu negara merupakan salah satu poin penting dalam menjamin

keberlangsungan sektor pariwisata di suatu negara. Negara yang mengalami ketidak-

stabilan politik tidak dapat menghindari turunnya minat pariwisata terutama dari jumlah

turis internasional maupun pemasukan dari sektor pariwisata. Salah satu faktor penyebab

turunnya jumlah kedatangan pelancong asing adalah pemberitaan media massa mengenai

konflik politik, dan juga berbagai cerita dari pengalaman buruk yang berasal dari keluarga

maupun rekan yang pernah mengunjungi negara tersebut.

26

Page 27: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

Turunnya jumlah peminat pariwisata dan ketakutan pada pertanggugan jawaban

hukum membuat banyak agen dan penyelenggara tur memilih untuk mengurangi jumlah

kunjungan wisata ke wilayah yang tidak stabil. Sebagai hasil dari faktor-faktor ini

menyebabkan terebntuknya lingkaran yang tak berujung penurunan tingkat wisata:

ketidaksatbilan politik berdampak pada penurunan minat di sektor pariwisata, investasi

swasta menurun disebabkan oleh ketidakpercayaan investor untuk menanamkan investasi

akibat situasi politik, dan investasi publik (yang berasal dari pemerintah ) menurun

diakibatkan oleh fokus terhadap permasalahan keamanan menyebabkan anggaran belanja

dialihkan kepada prioritas yang lebih penting (pertahanan kemanan). Hal ini membuat

kesiapan negara dalam mempersiapkan diri sebagai destinasi wisata menurun dan

kedepannya membuat daya tarik wisata negara ini di mata turis internasional juga

mengalami penurunan.

Dampak dari ketidakstabilan politik terhadap sektor pariwisata juga dapat

menyebar melewati batas negara, terutama apabila sebuah negara dianggap sebagai bagian

dari rencana perjalanan. Sebagai contoh, pariwisata Maldives yang merasakan dampak dari

ketidakstabilan politik di Sri Lanka, terutama karena Maldives dianggap sebagai bagian

dari tur perjalanan ke Sri Lanka. Selain itu terdapat pula dampak positif yang dirasakan

oleh negara tetangga akibat terjadinya ketidakstabilan politik, misalnya terjadinya

peningkatan jumlah turis di negara Qatar dan UEA serta Yunani, Cyprus dan Turki saat

terjadiya ketidakstabilan keadaan politik di wilayah Timur Tengah lainnya. Hal ini terjadi

karena negara-negara di atas dianggap sebagai alternatif destinasi wisata untuk merasaka

suasana Timur Tengah dan wisata budaya kuno. Pendapatan dari sektor wisata dapat

mengalami penurunan yang lebih drastis dibandingkan dengan turunnya jumlah turis yang

datang. Hal ini disebabkan saat terjadinya ketidakstabilan politik akan membuat transaksi

jual-beli yang dilakukan oleh wisatawan menjadi berkurang. Edangkan bagi wisatawan

domestik cenderung memilih untuk menyimpan uang sebagai persiapan untuk menghadapi

keadaan ekonomi kedepannya yang mungkin saja juga mengalami ketidastabilan akibat

dari goncangan politik.

Dampak negatif ketidakstabilan politik yang tidak dapat dihindari oleh sektor

pariwisata membutuhkan peran pemerintah dalam usaha untuk menjamin bahwa sektor

pariwisata akan secara perlahan dapat dihidupkan kembali apabila dilakukan tindakan

untuk menjamin hal ini. Negara dapat mengambil langkah-langkah selama berlangsungnya

krisis, faktor kemanan dan keselamatan berusaha untuk dikembalikan seperti semula, dan

27

Page 28: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

untuk mendorong kembali sektor pariwisata di saat keadaan di negara tersebut teah

kembali normal. Langkah-langkah ini harus ditargetkan kepada kelompok-kelompok

penting yang dapat mempengaruhi wisatawan memutuskan untuk mengunjungi suatu

destinasi wisata, yaitu wisatawan itu sendiri, media massa, bisnis pariwisata, dan

pemerintah negara dari wisatawan yang dianggap potensial.

Selama periode krisis tersebut, prioritas utama yang harus dilakukan adalah untuk

menunjukkan kemampuan krisis manajemen untuk memperkecil kerugian, menjamin

keselamatan turis dan membatasi pemberitaan media yang bersifat negatif. Krisis

manajemen ini termasuk pencarian pencarian secara efektif dan usaha penyelamatan,

menyediakan tempat perlindungan yang aman bagi para turis, memperketat tingkta

keamanan di kawasan pariwisata dan menyediakan fasilitas untuk memudahkan proses

pemulangan wisatawan asing ke negara asal. Tindakan penguranangan kepanikan dan

krisis manajemen yang dilakukan secara baik akan memiliki dampak yang besar terhadap

citra destinasi wisata dan tingkat kunjungan pariwisata kedepannya. Perencanaan krisis

manajemen yang telah direncanakan sebelumnya, jauh lebih efektif dibandingkan dengan

respon reaktif yang dilakukan sesaat setelah terjadinya ketidakstabilan politik.

Pemeirntah juga perlu melakukan langkah manajemen terhadap pemberitaan

(Perception management) media masa, terutama apabila pemberitaan tersebut bersifat

negatif dan melebih-lebihkan kondisi maupun keadaan mengenai destinasi wisata.

Perception management harus dlakukan di saat tingkat ketidakamanan yang sebenarnya

terjadi lebih parah dari yang sebenarnya, dan disaat keamanan telah dikembalikan seperti

sebelumnya. Hal yang dapat dilakukan adalah membangun kampanye yang memiliki

dampak yang besar dan terutama memfokuskan kepada hal-hal yang menjadi perhatian

para wisatawan. Kampanye ini juga dapat mengarahkan kepada pengurangan konflik dan

mempromosikan pengamanan dan kenyaman di wilayah lain.

Pengembalian minat wisatawan juga dapat dilakukan dengan pemberian ‘insentif’

kepada para wisatawan, ini dapat dilakukan oleh pemerintah maupun oleh pelaku industri

pariwisata. ‘Insetntif’ dapat dilakukan dengan mengurangi harga dair barang dan jasa yang

ditawarkan di dalam pariwisata, seperti misalnya diskon biaya akomodasi dan transportasi.

Pemerintah juga dapat memberikan dukungan terhadap bisnis-bisnis yang berkaitan

dengan pariwisata untuk mengembalikan kembali giat bisnis pariwisata pasca

ketidakstabilan politik melalui kebijakan fiskal, bunga pinjaman rendah. Cara lain adalah

dengan mengalihkan fokus target kepada wisatawan domestik melalui promosi, namun hal

28

Page 29: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

ini tidak sepenuhnya dapat megembalikan kerugian yang ditimbulkan oleh berkurangnya

wisatawan asing dikarenakan wisatawan asing memiliki tingkat pembelajaan yang lebih

besar. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah mencari segment wisatawan baru yang tidak

mudah terpegaruh dampak ketidastabilan politik, ii termasuk wisatwan yang berada di

kawasan sekitar yang melihat secara lebih dekat mengenai situasi sebenarnya yang terjadi

di negara kita dan memiliki kepekaan terhadap tarif pariwisata. Usaha ini juga daoat

dilakukan dengan menggunakan kemajuan tekonologi, seperti e-booking dan media sosial,

yang memfasilitasi hubungan dengan para wisatawan dan memudahkan akses informasi.

Pemerintah juga dapat mengembangkan daerah wisata agar mengurangi resiko terkena

dampak konflik ataupun kerusuhan yang disebabkan oleh ketidakstabilan politik.

Berbagai usaha untuk mengembalikan ataupun merubah sektor pariwisata

bergantung pada perencanaan yang baik dan koordinasi antara pihak-pihak yang terkait di

dalamnya, serta kemmapuan untuk membiayai infrastruktur pendukung pariwisata dan

usaha untuk melakukan pemasaran sektor ini. Pihak yang memiliki otoritas di bidang

pariwisata harus bisa terlibat di dalam aktifitas manajemen dan perencanaan pengentasan

bencana. Oleh sebab itu untuk mendukung peningkatan keamanan dan keselamatan di

bidang pariwisata, The World Tourism Organization (UNWTO) menyarankan kepada

negara-negara untuk mengembangkan kebijakan di tingkat nasional mengenai

keselamatan di sektor pariwisata bersamaan dengan pencegahan resiko bagi para

wisatawan. Salah satu langkah umum dalam mengantisipasi resiko yang terjadi adalah

mendirikan cadangan pendanaan pemulihan pariwisata yang dapat membantu pemulihan

pariwisata apbila sewaktu-waktu mengalami kemunduran akibat ketidakstabilan politik

yang terjadi.

Pihak pemerintah memainkan peran penting dalam usaha membangkitkan kembali

sektor pariwisata yang terkena dampak ketidakstabilan yang terjadi di suatu negara. Hal ini

menggambarkan mengapa pemerintah terlibat di dalam pariwisata, hanya pemerintahlah

yang memiliki kemampuan untuk menyediakan kestabilan politik, kerangka kemanan,

hukum, dan finansial yang sangat dibutuhkan oleh sektor pariwisata.25 Selain itu, dapat

pula dilihat adanya pengaruh political forces di dalam sektor pariwisata. Political forces

dapat berupa dukungan pemerintah terhadap infrastruktur yang mendukung sektor

pariwisata, kebijakan mengenai perencanaan pariwisata, hubungan diplomatik yang

terjalin antara negara wisaatawan dan negara yang menjadi tujuan wiasatawan, hal ini 25 James Elliot. 2002.Tourism : Politics and Public Sector Management, Routledge, London, 2

29

Page 30: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

mempengaruhi lingkungan pengembangan sektor wisata di suatu negara.26 Kondisi

ketidakstabilan politik yang menyebabkan pembangunan dan daya pikat pariwisata satu

negara mengalami penurunan, merupakan salah satu contoh pengaruh pemerintah di dalam

menjaga kestabilan sektor pariwisata dan untuk itu dibutuhkan peran pemerintah pula

untuk membangkitkan kembali sektor ini, yang diwujudkan melalui political forces.

1.4 Global Air Passenger Markets: Riding Out Periods of Turbulence

Salah satu isu dalam daya saing travel dan turisme adalah pengguna layanan

penerbangan. Data menunjukkan bahwa peningkatan penumpang layanan penerbangan

dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Antara periode 1950 hingga 1970, pengguna

layanan penerbangan meningkat 10% akibat dari penemuan mesin jet yang mampu

menghemat biaya penerbangan hingga 5% per tahun. Selain itu, tren positif penggunaan

layanan penerbangan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di negara-negara

berkembang yang mengakibatkan meningkatnya jumlah kelas menengah di negara-negara

tersebut. Peningkatan jumlah kelas menengah di negara-negara berkembang tersebut

menyebabkan perjalanan udara yang semakin bisa di jangkau oleh banyak orang.

26 Personal, Social, and Humanities Education Section Education Bureau, Manual on Module I : Introduction to Tourism, The Government of the Hong Kong Special Administrative Region, Hong Kong, 4.

30

Page 31: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

Banyak hal yang dapat mempengaruhi jumlah pengguna layanan penerbangan.

Sejak periode 1950, terdapat empat kejadian besar yang cukup signifikan mempengaruhi

tren positif jangka panjang dunia penerbangan. Yang pertama adalah krisis minyak yang

terjadi pada tahun 1979 di Amerika Serikat. Krisis minyak tersebut terjadi menyusul

menurunnya produksi minya akibat terjadinya Revolusi Iran pada tahun yang sama. Protes

besar-besaran yang terjadi di Iran menyebabkan terganggunya sektor minyak Iran. Selain

itu, pemerintahan yang berpindah tangan dari Reza Pahlevi ke Ayatollah Khomeini

membuat kebijakan ekspor minyak ditangguhkan27. Selain itu pemogokan lebih dari

37.000 pekerja kilang minyak di Iran menyebabkan penurunan produksi minyak mentah

Iran yang awalnya 6 juta barel per hari menjadi hanya 1,5 juta barel per hari.28 Namun,

krisis minyak tahun 1979 sebenarnya lebih dipengaruhi oleh kepanikan masyarakat

daripada penurunan pasokan minyak itu sendiri. Secara statistik, pada tahun 1979 pasokan

minyak dunia hanya mengalami penurunan sebesar 4%29. Selain itu, ketegangan hubungan

antara Amerika Serikat dan Iran yang sebelumnya merupakan sekutu dekat juga

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kepanikan di dalam masyarakat yang

akhirnya menyebabkan krisis minyak tersebut. Kejadian tersebut menyebabkan stagnansi

dalam trend positif dunia penerbangan hingga pertengahan periode 1980.

Kemudian, periode 1990 terjadi Perang Teluk Kedua yang melibatkan Irak dan

Kuwait. Perang tersebut dimuali dengan invasi Irak ke dalam teritori Kuwait akibat

pelanggaran kuota minyak oleh Kuwait, Arab, dan Uni Emirat Arab sehingga produksi

melimpah, akibatnya harga minyak anjlok. Irak yang waktu itu sangat mengandalkan

pendapatan negara dari sektor minyak sangat terpukul dengan peristiwa ini. Irak waktu itu

sedang membangun negaranya yang rusak akibat perang dengan Iran. Sumber dana

diandalkan dari minyak. Selain dampak langsung yang dirasakan oleh negara peserta

perang, Perang Teluk Kedua juga mengakibatkan gangguan ekonomi di banyak negara

berkembang. Beberapa sektor yang terkena dampak dari Perang Teluk Kedua adalah

import minyak, arus uang, dan hilangnya pendapatan eksport dan pariwisata.30 Dalam 27 "1979: Shah of Iran flees into exile”, BBC (online), <http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/january/16/newsid_2530000/2530475.stm>, diakses: 8 Maret 2016.

28 "Iran: Another Crisis for the Shah". Time (online), <http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,946149,00.html>, diakses: 8 Maret 2016.

29 “1970s: Education”, National Association of Convenience Stores (online), <http://www.nacs50.com/decades/70s/>, diakses: 8 Maret 2016.

30 "The Impact of the Gulf Crisis on Developing Countries". Overseas Development Institute, 2011.

31

Page 32: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

kasus ini, industri pariwisata atau khususnya industri penerbangan mengalami pukulan

telak dengan penurunan jumlah penumpang transportasi udara yang sebelumnya

mengalami tren positif pasca bangkit dari krisis minyak tahun 1979.

Kemudian penurunan jumlah penumpang pengguna transportasi udara terjadi pasca

terjadinya serangan terhadap menara kembar World Trade Center yang berlokasi di New

York, Amerika Serikat pada 11 September 2001. Pasca terjadinya kejadian tersebut,

jumlah kunjungan ke Amerika Serikat menurun derastis. Pada tahun-tahun sebelum

terjadinya serangan 9/11, pengunjung Amerika Serikat selalu mengalami trend posititif.

Pada tahun 2000 sendiri, terdapat sekitar 6,5 juta pengunjung Amerika Serikat. Namun

pasca terjadinya serangan 9/11, pengunjung Amerika Serikat mengalami menurunan yang

cukup signifikan hingga ke angka 4 juta pengunjung dan baru dapat kembali ke tren positif

setelah tahun 2004 (seperti dapat dilihat pada table 1).31 Selain dampak yang dialami oleh

Amerika Serikat, serangan 9/11 juga berdampak cukup signifikan terhadap dunia turisme

khususnya dunia penerbangan dengan terjadinya jumlah pengguna layanan jasa

penerbangan.

31 Derekh Cornwell & Bryan Roberts, “The 9/11 Terrorist Attack and Overseas Travel to the United States: Initial Impacts and Longer-Run Recovery”, Office of Immigration Statistics: Working Paper, 2010, hal. 2.

32

Page 33: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

Tabel 1: Jumlah Kunjungan ke Amerika Serikat32

Kejadian yang member pukulan terhadap industri penerbangan khususnya

penurunan jumlah pengguna layanan penerbangan selanjutnya adalah krisis finansial

global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis ini merupakan krisis finansial terburuk yang

terjadi sejak Great Depression yang terjadi pada periode 1930-an. Krisis financial pada

tahun 2008 ini memiliki dampak global yakni melambatnya pertumbuhan ekonomi baik

negara maju maupun berkembang. Krisis ini bedampak cukup signifikan bagi

perekonomian Amerika Serikat dengan penurunan produksi barang dan jasa sebesar 6%,

peningkatan jumlah pengangguran sebesar 10,1% dan stagnansi Pendapatan Domestik

Bruto (PDB) Amerika Serikat.33

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa penurunan jumlah pengguna jasa

penerbangan dan penurunan tren positif terjadi akibat beberapa krisis yang memiliki

dampak sacara global. Namun, krisis sendiri merupakan sesuatu yang tidak dapat

diprediksi. Upaya untuk mempertahankan tren positif industri penerbangan salah satunya

32 Derekh Cornwell & Bryan Roberts, “The 9/11 Terrorist Attack and Overseas Travel to the United States: Initial Impacts and Longer-Run Recovery”, Office of Immigration Statistics: Working Paper, 2010, hal. 2.

33 Moira Herbst, "Business Week-Unemployed lose with hour and wage cuts", BusinessWeek (online), <www.businessweek.com/bwdaily/dnflash/content/jul2009/db20090710_255918.htm>, diakses: 8 Maret 2016.

33

Page 34: Web view... sumberdaya alam dan budaya mencakup pokok alasan untuk melakukan perjalanan ... hutan lindung seluas 31,6 juta hektar, dan hutan konservasi mencapai 19,9 juta hektar. Hutan

yang paling berpengaruh adalah kebijakan terkait industri penerbangan. Kebijakan yang

tambal sulam hanya akan menyusahkan industri penerbangan untuk bangkit pasca

menghadapi krisis yang tak dapat diprediksi. Kebijakan pemerintah juga dapat merangsang

perjalanan ke suatu tempat yang tentunya akan membawa dampak positif bagi industri

penerbangan. Yang menjadi kunci adalah kebijakan yang tepat yang memungkinkan

industri untuk secepatnya bangkit dari krisis dan kebijakan yang dapat merangsang

pertumbuhan pariwisata yang otomatis akan meningkatkan penggunaan jasa transportasi

udara.

34