kel 6 jenis jenis diskusi revisi
TRANSCRIPT
MAKALAH BAHASA INDONESIA
JENIS-JENIS DISKUSI
Disusun oleh :
Kelompok 6
PAJNU SYUHADA WIKMA
RENGGA PRAMANA
BENNY WIJAYA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK CALTEX RIAU
PEKANBARU
2012
1
Daftar Isi
METODE DISKUSI................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN METODE DISKUSI..........................................................................................3
B. MACAM-MACAM DISKUSI....................................................................................................3
1. Seminar....................................................................................................................................3
2. Lokakarya/Sanggar Kerja........................................................................................................3
3. Santiaji.....................................................................................................................................4
4. Muktamar.................................................................................................................................4
5. Diskusi.....................................................................................................................................4
C. PERBEDAAN SEMINAR, SIMPOSIUM, DISKUSI PANEL, RAPAT DAN LOKAKARYA.4
1. SEMINAR...................................................................................................................................4
1.1. Pengertian............................................................................................................................4
1.2. Penggunaan Seminar............................................................................................................5
1.3. Kelebihan dan Kelemahan...................................................................................................5
2. DISKUSI KELOMPOK..............................................................................................................6
2.1. PENGERTIAN DAN TUJUAN..........................................................................................6
2.2. Kelompok Tidak Resmi.......................................................................................................7
2.3. Komite (the committee).......................................................................................................7
2.4 Kelompok Resmi.................................................................................................................9
3. SIMPOSIUM.............................................................................................................................10
3.1. Konferensi..........................................................................................................................10
3.2. Panel...................................................................................................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................................................13
2
METODE DISKUSI
A. PENGERTIAN METODE DISKUSI
Yang dimaksud dengan metode diskusi menurut Abu Ahmadi (Op.Cit, hal 114)
adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil
kesimpulan. Dan diskusi tidak sama dengan berdebat, diskusi selalu diarahkan kepada
pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya
diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat dkk (2004, Metodik khusus pengajaran
Agama Islam, hal 104). Metode Diskusi adalah suatu cara yang mempelajari materi
pelajaran yang memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi
secara rasional dan objektif. Metode diskusi dimaksudkan untuk meransang pemikiran
serta berbagai jenis pandangan. Metode diskusi erat kaitannya dengan metode lainnya,
misalnya metode ceramah, karya wisata dan lain lain karena metode diskusi ini adalah
bagian yang terpenting dalam memecahkan sesuatu masalah (Problem Solving).
Diskusi adalah sebuah proses terjadinya komunikasi antara dua orang atau lebih
maupun kelompok. Biasanya komunikasi yang terjadi berupa salah satu ilmu atau
pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan
benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah
diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu
pemahaman dari topik tersebut.
B. MACAM-MACAM DISKUSI
Dilihat dari jenisnya, diskusi dapat dikelompokan menjadi beberapa macam:
1. SeminarPertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu hal.
2. Lokakarya/Sanggar KerjaPertemuan yang membahas suatu karya.
3
3. SantiajiPertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat menjalang pelaksanaan kegiatan.
4. MuktamarPertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah
yang dihadapi bersama.
5. DiskusiKelompok Penyelesaian masalah dengan melibatkan kelompok.
a. KonferensiPertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
b. Diskusi PanelDiskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.
c. Sarasehan/SimposiumPertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat prasaran para ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
C. PERBEDAAN SEMINAR, SIMPOSIUM, DISKUSI PANEL, RAPAT DAN LOKAKARYA.
1. SEMINAR
1.1. PengertianSeminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun
topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah,
tujuannya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu
diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil
pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.
Pembahasan dalam seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja
yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan
pokok-pokok bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-
pokok bahasan yang diminta oleh suatu penitia penyelenggara. Pokok bahasan
yang telah ditentukan, akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi beberapa
subpokok bahasan bila masalahnya sangat luas. Pada awal seminar, dapat dibuka
dengan suatu pandangan umum oleh orang berwenang (yang ditunjuk panitia)
sehingga tujuan seminar terarah. Kemudian hadirin (massa) dibagi menjadi
beberapa kelompok untuk membahas permasalahan lebih lanjut. Tiap kelompok
4
dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok bahasan untuk dibahas dalam
kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi, di bawah pimpinan seorang
ketua komisi (kelompok). Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu perumusan
yang merupakan suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh suatu tim perumus yang
ditunjuk.
Pembahasan dalam seminar memakan waktu yang lebih lama karena
sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak dapat mengendalikan diri
biasanya waktu banyak dipergunakan untuk pembahasan yang kurang penting.
Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan
sehingga penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini
dapat diatasi bila setiap kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan
sehingga apa yang akan dibicarakan selanjutnya sudah terarah.
1.2. Penggunaan SeminarSeminar akan efektif bila:
a. Tersedia waktu yang cukup untuk membahas persoalan.
b. Problema sudah dirumuskan dengan jelas.
c. Para peserta dapat diajak berfikir logis.
d. Problema memerlukan pemecahan yang sistematis.
e. Problema akan dipecahkan secara menyeluruh.
f. Pimpmnan sidang cukup terampil dalam mcnggunakan metode ini.
g. Kelompok tidak terlalu besar sehingga memungkinkan setiap peserta
mengambil bagian dalam berpendapat.
1.3. Kelebihan dan Kelemahana. Kelebihan :
Membangkitkan pemikiran yang logis.
Mendorong pada analisa menyeluruh.
Prosedurnya dapat diterapkan untuk berbagai jenis problema.
Membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada diri peserta.
Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.
b. Kelemahan :
Membutuhkan banyak waktu.
Memerlukan pimpinan yang terampil.
Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar.
5
Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk mempelajari terlebih
dahulu.
Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi yang lain.
2. DISKUSI KELOMPOK
2.1. PENGERTIAN DAN TUJUAN
John Stuart Mill pernah mengatakan bahwa “satu-satunya cara, wadah
tempat manusia dapat mengemukakan pbeberapa pendekatan yntuyk mengetahui
keseluruhan sesuatu pokok pemb icaraan adalah dengan jalan mengetahui segala
sesuatu yang dapat dikatakan mengenai hal itu oleh orang-orang yang mempunyai
aneka ragam pendapat”. (Powers;1951:263).
Pada hakekatnya diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan
masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu maka diskusi
merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung
langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.
Kelompok diskusi berlangsung paabila orang-orang yang berminat dalam
suatu masalah khusus berkumpul mendiskusikan hal itu dengan sengaja dengan
harapan agar sampai pada suatu penyelesaian atau penjelasan. Perlu disadari
benar-benar bahwa bagi diskusi yang efektif, istilah kelompok atau grup haruslah
mengandung makna ang lebih dari hanya sekedar kumpulan pribadi-pribadi saja.
Suatu kelompok adalah suatu keseluruhan yang dinamis dengan sifat-sifat yang
berbeda dari sifat-sifat para anggotanya. Misalnya suatu kelompok yang terdiri
atas enam orang akan menghasilkan ide-ide yang tidak akan terhasilkan oleh
salah seorang dari keenam secara pribadi. Para pribadi dalam suatu kelompok
saling bergantung satu sama lain dan harus memperkenalkan diri mereka dengan
keseluruhan kelompok kalau mereka bekerja sama dalam kegiatan yan
gberhubungan dengan itu untuk mencapai suatu tujuan umum. Dengan perkataan
lain, suatu kelompok menampilkan suatu kejamakan pribadi-pribadi tetapi tujuan
akhir yang hendak dicapai adalah tunggal bukan jamak. Dan untuk menghindari
agar kelompok tidak sempat kehilangan arah, maka salah seorang anggotanya
seorang anggota ditunjuk dan diangkat sebagai ketua atau pimpinan diskusi.
Kelompok diskusi yang berbeda dari public speaking (berbicara di muka
umum) dimaka para pribadi menjelaskan ide-ide mereka kepada kelompok-
kelompok, dan juga berbeda dari berdebat (atau debating) dimana para pembicara
6
mempertahankan pro dan kontra tetapi justru tidak mengarahkan pemikiran
kelompok pada masalah-masalah merupakan suatu alat yang ampuh apabila hasil
dari pemikiran kelompok benar-benar diinginkan. Kalau seseorang majikan
misalnya ingin mengetahui reaksi-reaksi anak buahnya terhadap suatu masalah
tertentu, dan kalau dia berkehendak bertindak berdasarkan pengalaman dan
pemikiran kolektif mereka, maka diskusi kelompok akan merupakan suatu
metode yang memuaskan. Akan tetapi, kalau dia memutuskan untuk menjalankan
suatu rencana tanpa mengindahkan sikap anak-buahnya, maka berdiskusi dengan
mereka merupakan suatu tindakan yang hanya menghabis-habiskan waktu saja.
Dengan perkataan lain, kalau akibat dari pemikiran kelompok akan menentukan
kebijaksanaan atau dalam beberapa hal mempengaruhi hasilnya, maka kelompok
diskusi tidak terhingga nilainya. Sebaliknya suatu kuliah atau ceramah, beberapa
jenis demonstrasi, atau barangkali juga suatu brosur, mungkin merupakan bentuk
komunikasi yang lebih diinginkan. (Mulgrave, 1954:36).
Salah satu ciri yang paling menonjol pada kelompok diskusi adalah forum
atau masa tanya jawab, juga dapat berlangsung dalam setiap jenis diskusi atau
penampilan. Forum terbuka memberi kesempatan kepada para pendengar untuk
memperoleh informasi yang lebih terperinci, mengemukakan bahan tambahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan berpartisipasi secara akrif dalam diskusi
itu.
2.2. Kelompok Tidak ResmiKedalam diskusi kelompok yang tidak resmi (atau informal groups
discussion) ini termasuk:
a. Kelompok studi (the study groups)
b. Kelompok pembentuk kebijaksanaan (the policy-making group).
2.3. Komite (the committee)(Wagner and Arnold, 1950:159). Berikut ini akan diperbincangkan satu-
persatu seperlunya.
2.3.1 Kelompok Studi
Kelompok studi ini mungkin merupakan suatu hasil
pertumbuhan dari suatu keinginan untuk memperoleh informasi. Di
dalam kelas misalnya, suatu kelompok studi dapat membicarakan
7
masalah mengenai sumbangan-sumbangan yang dapat diberikan
oleh seorang dramawan yang khusus (Mulgrave, 1954:38).
Istilah study group sering juga disebut lecture discussion,
(diskusi kuliah) yang merupakan bentuk diskusi yang paling sering
terjadi pada mahasiswa perguruan tinggi. Ini merupakan suatu
penampilan khusus oleh seorang yang berwewenang, yang diikuti
dengan pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar dari para
anggota pendengar. Bentuk diskusi yang serupa ini merupakan
bentuk yang paling sering dipergunakan di kota-kota, ini merupakan
yang paling cocok dan serasi bagi situasi-situasi di mana para
pendengar menginginkan pengetahuan mengenai suatu pokok
tertentu. (Powers, 1951:265).
2.3.2 Kelompok Pembentuk Kebijaksanaan
Suatu kelompok pembentuk kebijaksanaan pada sebuah fakultas
di perguruan tinggi dapat menentukan apakah karya-karya seseorang
pengarang yang sedang dipermasalahkan dapat dimasukkan ke
dalam kurikulum, dan kalau ternyata dapat, dimana sebaiknya yang
paling tepat ditempatkan (Mulgrave, 1954:38). untuk menentukan
sesuatu kenijaksanaan dalam hal ini, pendapat para anggota yang
biasanya merupakan orang-orang yang ahli, ditampung dan
disinkronisasikan.
2.3.3 Komite
Bagian yang terbesar dari pekerjaan yang aktual kebanyakan
organisasi dilaksanakan oleh komite-komite. Karena justru lebih
mudah bagi kelompok-kelompok kecil bekerja sama tinimbang bagi
kelompok-kelompok besar, maka suatu komite memiliki
keuntungan-keuntungan yang memungkinkannya bekerja lebih
efisien daripada suatu organisasi orang tua. Suatu komite dapat
memanfaatkan waktu yang lebih banyak dalam
penelitian/pengusutan dan diskusi daripada suatu organisasi yang
besar; komite dapat menelaah hal-hal yang sering mengganggu atau
pokok-pokok yang sedang diperdebatkan (kontroversial) tanpa
8
publisitas yang kadang-kadang mengikuti kelompok-kelompok yang
lebih besar; dan komite dapat mengizinkan prosedur yang lebih
informal tinimbang yang dimungkinkan pada kelompok-kelompok
besar.
Komite-komite dapat dipilih oleh organisasi atau ditunjuk oleh
ketua. Komite-komite ini biasanya diklasifikasikan sebagai komite
khusus atau komite tetap. Fungsi suatu komite khusus adalah
menyelenggarakan beberapa tugas khusus. Kalau tugas tambahan
tidak diserahkan lagi kepada komite serupa itu, maka komite inipun
berhentilah lagi kepada komite serupa itu, maka komite inipun
berhentilah atau habislah fungsinya apabila laporannya yang
terakhir telah disampaikan. Proyek-proyek organisasi yang mungkin
dapat diselesaikan dalam beberapa hari atau beberapa minggu
biasanya merupakan karya komite-komite khusus. Tugas-tugas
jangka panjang, seperti rencana program atau gerakan-gerakan
keanggotaan merupakan tanggung-jawab komite-komite tetap. Pada
umumnya komite-komite tetap bertugas dari satu pemilihan
pengurus/pimpinan sampai berikutnya.
Selama ketua komite merupakan suatu kedudukan atua posisi
yang palingstrategis, maka adalah merupakan suatu tindakan komite
yang penting untuk mentapkan bahwa sang ketua dapat diterima
sepenuhnya dengan sifat dan pembatasan-pembatasan pengangkatan
komite. Tugas sang ketua adalah membagi secara adil tugas-tugas
para anggota; memadukan penemuan-penemuan komite;
mengetahui kapan dan bagaimana menunda atau menangguhkan
keputusan-keputusan sehingga komite tidak sempat terbagi-bagi
dalam tindakan terlalu cepat; dan mengetahui kapan saatnya
penundaan yang tepat kalau para anggota komite memerlukan
tambahan waktu untuk memeriksa bahan atau untuk mendiskusikan
perbedaan-perbedaannya secara informal. (Mulgrave, 1954:38-39).
singkatannya komite adalah panitia pbadan yang dibentuk khusus
untuk menyelenggarakan suatu usaha atau pekerjaan. (Ensiklopedia
Indonesia F-M:798).
9
2.4 Kelompok ResmiDalam kelompok diskusi yang resmi (atau formal groups discussion) ini termasuk:a. Konferensi
b. Diskusi panel
3. SIMPOSIUM
Pada dasarnya simposium adalah suatu variasi dari panel yang telah
diuraikan diatas. Dalam suatu simposium, tiga orang atau lebih yang dianggap ahli
dengan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai suatu pokok pembicaraan
tampil menyampaikan pendapatnya, dan para pendengar atau partisipan mengambil
bagian dalam diskusi.
Bentuk diskusi kelompok resmi yang disebut dengan istilah simposium ini
sungguh sangat bermanfaat apabila pokok pembicaraan yang sedang didiskusikan
itu tidak dapat dijawab dengan suatu keputusan yang berbentuk “ya” atau “tidak”
tetapi yang dapat diselesaiakan dengan beberapa alternatif. (Powers, 1951:266).
Secara etimologis, kata simposium berasal dari bahasa Yunani symposion
(yang tersusun dari sym “dengan” dan posisí “minum” yang bermakna “suatu pesta
minum”. Dalam masyarakat Yunani Kuni, minum bersama atau pesta minum
biasanya diikuti oleh musik, nyanyian dan percakapan; oleh karena itu merupakan
suatu pertemuan sosial yang berfungsi sebagai wadah pertukaran ide-ide secara
bebas. Dalam perkembangan selanjutnya, simposium bermakna sebagai “suatu
konferensi tempat mendiskusikan suatu pokok pembicaraan tertentu dan pendapat-
pendapat pun ditampung; juga dapat berarti suatu koleksi pendapat mengenai suatu
subyek”. (Webster’s New Collegiate Dictionary, 1959:861).
Ketiganya akan kita bicarakan berikut ini.
3.1. KonferensiKonferensi sebagai suatu bentuk kelompok diskusi resmi kadang-kadang
mengacu kepada action-talking discussion atau diskusi pengambilan tindakan,
karena berusaha membuat suatu keputusan dan bertindak berdasarkan
keputusan tersebut. Konferensi-konferensi perusahaan biasanya termasuk ke
dalam tipe ini. Suatu masalah muncul yang menuntut tindakan, dan
konferensipun diadakanlah untuk menentukan cara yang paling tepat untuk
10
diikuti. Dalam bentuk diskusi ini waktu lebih banyak dipergunakan dalam
tahap penentuan kemungkinan cara penyelesaian yang paling baik, dan
seringkali suatu pemungutan suarapun diadakan untuk menentukan cara
penyelesaian yang paling efektif yang telah dikemukakan selama diskusi
berlangsung. (Powers, 1951 :265).
Dalam ensiklopedia indonesia F-M halaman 802 terdapat keterangan
bahwa “konperensi berarti muktamar, pembicaraan, permusyawaratan, rapat;
(yang) terutama dipakai untuk pertemuan antara wakil-wakil pelbagai negara
untuk membicarakan kepentingan-kepentingan bersama”: misalnya
Konperensi Asia Afrika (1955), Konperensi Bogor (1954), Konperensi
Colombo (1954), Konperensi Meja Bundar (1949).
3.2. Panel Adalah suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam orang ahli
yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai segi
mengenai suatu masalah. Terdapat dua perbedaan penting antara panel
discussion (atau diskusi panel) dan informal discussion (atau diskusi informal),
yaitu:
a. Tujuan utama diskusi panel adalah untuk menyampaikan informasi atau
pendapat-pendapat, tidak perlu menentukan cara berjalan sesuatu
tindakan.
b. Para anggota sesuatu panel membuat persiapan-persiapan terlebih dahulu.
Mereka telah menelaah pokok pembicaraan sepenuhnya dan memang
telah menjadi ahli dalam bidang itu.
Agar kita dapat menilai berhasil atau tidaknya suatu diskusi panel, maka
berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk atau penuntun dalam bentuk
pertanyaan, yang sekaligus juga menyarankan norma-norma yang harus kita
perhatikan dalam persiapan diskusi-diskusi panel dan partisipasi kita
terhadapnya.
a. Apakah para anggota panel mempunyai persiapan yang baik?
b. Apakah para pembicara mengemukakan informasi-informasi atau ide-ide
baru mengenai pokok pembicaraan?
11
c. Apakah para pembicara memberikan sumber-sumber informasi yang
mereka pergunakan? Apakah mereka menunjang pendapat-pendapat
mereka dengan fakta-fakta, alasan-alasan, contoh-contoh, atau pendapat-
pendapat yang terpercaya dari para ahli?
d. Apakah setiap pembicara bertahan pada tahap pembicaraan yang telah
ditetapkan baginya?
e. Apakah panel itu tersusun rapi untuk menghindari pengulangan dalam
diskusi?
f. Apakah panel itu berhasil menarik perhatian para pemirsa?
g. Apakah diskusi itu memberi para pemirsa suatu pengertian yang lebih luas
dan mendalam tentang pokok permasalahan itu? (Albert [et al], 1961 : 171
–1973).
12
Daftar Pustaka
Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa, Prof. DR. Henry Guntur Tarigan
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA, Asul Wiyanto (2006)
Cara mudah menghadapi Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMP (2008), Gramedia
(hal 9-10)
Peran Metode Diskusi Kelompok Kecil Dalam Menumbuhkan Keterampilan Berpikir
Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia.pdf
13