kekurangan energi protein

9
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) A. Pengertian Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang giziyang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Depkes RI, 1999). Sedangan menurut Jelliefe (1966) dalam Supariasa, I.D. Nyoman (2002) dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum meliputi malnutrition, yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor. B. Klasifikasi Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator BB/U yang disajikan dalam Z-Skor Indeks Status gizi BB/U > +2 SD Gizi lebih - 2 SD s/d + 2 SD Gizi baik - 3 SD s/d < - 2 SD Gizi kurang < - 3 SD Gizi buruk Klasifikasi menurut Depkes (2000) Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator TB/U yang disajikan dalam Z-Skor Indeks Status gizi TB/U - 2 SD s/d + 2 SD Normal < - 2 SD Pendek Klasifikasi menurut Depkes (2000) Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator BB/TB yang disajikan dalam Z-Skor Indeks Status gizi BB/U > +2 SD Gemuk - 2 SD s/d + 2 SD Normal - 3 SD s/d < - 2 SD Kurus < - 3 SD Sangat Kurus Klasifikasi menurut Depkes (2000) Secara umum KEP terbagi menjadi 2 bagian diantaranya, KEP ringan yangsering disebut dengan istilah kurang gizi dan KEP berat yang sering disebut denganistilah gizi buruk yang termasuk

Upload: peesecret

Post on 12-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN KEP

TRANSCRIPT

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)A. PengertianKekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang giziyang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Depkes RI, 1999).Sedangan menurut Jelliefe (1966) dalam Supariasa, I.D. Nyoman (2002) dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum meliputi malnutrition, yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor.

B. Klasifikasi Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator BB/U yang disajikan dalam Z-SkorIndeksStatus gizi

BB/U

> +2 SDGizi lebih

- 2 SD s/d + 2 SDGizi baik

- 3 SD s/d < - 2 SDGizi kurang

< - 3 SDGizi buruk

Klasifikasi menurut Depkes (2000)Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator TB/U yang disajikan dalam Z-SkorIndeksStatus gizi

TB/U

- 2 SD s/d + 2 SDNormal

< - 2 SDPendek

Klasifikasi menurut Depkes (2000)Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator BB/TB yang disajikan dalam Z-SkorIndeksStatus gizi

BB/U

> +2 SDGemuk

- 2 SD s/d + 2 SDNormal

- 3 SD s/d < - 2 SDKurus

< - 3 SDSangat Kurus

Klasifikasi menurut Depkes (2000)

Secara umum KEP terbagi menjadi 2 bagian diantaranya, KEP ringan yangsering disebut dengan istilah kurang gizi dan KEP berat yang sering disebut denganistilah gizi buruk yang termasuk di dalamnya adalah marasmus, kwashiorkor (seringjuga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor.1. Kurang giziPenyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negaraberkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain: Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun Ukuran lingkaran lengan atas menurun. Maturasi tulang terlambat. Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun. Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.2. Gizi buruka. MarasmusMarasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kilokalori yang kronis. Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Marasmus biasanya terjadi pada bayi umur 6-18 bulan. Meski masih anak-anak, wajahnya terlihat tua,sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental,bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Selain itu marasmus juga terjadi pada kelompok usila yang dirawat di RS yang terpisah. Adapun ciri-ciri lainnya adalah: Kurus kering Tampak hanya tulang dan kulit Otot dan lemak bawah kulit atropi (mengecil) Wajah seperti orang tua Berkerut/keriput Layu dan kering Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok. Tulang-tulang terlihat jelas menonjol. Sering menderita diare atau konstipasi. Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga lebih rendah dari semestinyab. KwashiorkorKwashiorkor adalah istilah pertama dari Afrika, artinya sindroma perkembangan anak dimana anak tersebut disapih tidak mendapatkan ASI sesudah satu tahun karena menanti kelahiran bayi berikutnya. MP-ASI sebagian besar terdiri dari pati atau gula, tetapi kurang protein baik kualitas dan kuantitasnya. Kwashiorkor seringjuga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai diantaranya : Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif. Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring Anemia. Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi laktase dan enzim penting lainnya. Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia (perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulitmaupun selaput lendir.), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya. Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin dan kenyalc. Marasmik-kwashiorkorPenyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai : Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejalakhas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya. Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguanmetabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas. Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadarnatrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.

C. Etiologi1. Masalah biologik dan sosialPenyebab mendasar dari masalah ini adalah ketidakcukupan pasokan zat gizi ke dalam sel.Di pengaruhi juga faktor penyebab yang sangat kompleks seperti, faktorpribadi, sosial, budaya, psikologis, ekonomi, politik, dan pendidikan.2. Masalah tingkat kekurangan giziPenyakit kurang gizi primer Contoh : pada kekurangan zat gizi esensial spesifik, seperti kekurangan vitamin C, maka penderita mengalami gejala scurvy, beri-beri karena kekurangan vitamin B1 Penyakit kurang gizi sekunder Contoh : penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan absorpsi zatgizi atau gangguan metabolisme zat gizi.3. Masalah kelaparan4. Masalah lingkunganDi pengaruhi oleh host, agent, environment Agent : variabel agent sebagai penyebab malnutrisi adalah kurang makan Host : termasuk dalam variabel ini adalah bayi, anak, dan orang dewasa. Penyebabnya adalah adanya penyakit, tingkat pertumbuhan yangtinggi, hamil, kerja berat, cacat lahir, lahir premature, dan faktor perorangan seperti masalah emosional. Environment : tingkat ketersediaan pangan yang tidak mencukupi di Tk. Rumah TanggaDepartemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2007)

PENYEBAB KEP

Masalah tingkat kekurangan giziMasalah biologic dan sosial

Masalah lingkunganKEPMasalah kelaparanKurang gizi sekunderKurang gizi primerKetidakcukupan pasokan gizi didalam selFactor pribadi, social, budaya, psikologis, ekonomi, politik, dan pendidikaan

HostAgentenvironment

Sumber : Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2007)D. Dampak Ada banyak hal merugikan yang diakibatkan oleh KEP, antara lain yaitu merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak. Serta merupakan salah satu penyebab dari angka kematian yang tinggi (Shadi, 2000). Anak yang menderita KEP apabila tidak segera ditangani sangat berisiko tinggi, dan dapat berakhir dengan kematian anak. Hal ini menyebabkan meningkatnya kematian bayi yang merupakan salah satu indikator derajat kesehatan (Latinulu, 2000).Menurut Jalal (1998) dikatakan bahwa dampak serius dari kekurangan gizi adalah timbulnya kecacatan, tingginya angka kecacatan dan terjadinya percepatan kematian. Dilaporkan bahwa lebih dari separuh kematian anak di negara berkembang disebabkan oleh KEP. Anak-anak balita yang menderita KEP ringan mempunyai resiko kematian dua kali lebih tinggi dibandingkan anak normal. Hal ini didukung oleh Sihadi (1999) yang menyatakan bahwa kekurangan gizi diantaranya dapat menyebabkan merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak, serta merupakan salah satu sebab dari angka kematian yang tinggi pada anak-anak.Anak-anak dengan malnutrisi dini mempunyai peluang lebih tinggi untuk mengalami retardasi pertumbuhan fisik jangka panjang, perkembangan mental yang suboptimal, dan kematian dini bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Malnutrisi juga dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan fisik yang pada gilirannya berhubungan dengan resiko kematian yang tinggi (Karyadi, 1971)Hal tersebut didukung oleh Astini (2001) yang menyatakan bahwa pada masa pascanatal sampai dua tahun merupakan masa yang amat kritis karena terjadi pertumbuhan yang amat pesat dan terjadi diferensiasi tinggi pada semua organ tubuh. Gangguan yang terjadi pada masa ini akan menyebabkan perubahan yang menetap pada struktur anatomi, biokimia, dan fungsi organ. Jadi setiap gangguan seperti buruknya status gizi dapat menghambat beberapa aspek pertumbuhan organ. Kekurangan gizi juga dapat mempengaruhi bayi secara psikologis, menyebabkan apatis, depresi, keterlambatan perkembangan, dan menarik diri dari lingkungan.Hubungan KEP dengan penyakit infeksi dapat dijelaskan melalui mekanisme pertahanan tubuh yaitu pada balita yang KEP terjadi kekurangan masukan energi dan protein ke dalam tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk membentuk protein baru berkurang. Hal ini kemudian menyebabkan pembentukan kekebalan tubuh seluler terganggu, sehingga tubuh menderita rawan serangan infeksi (Jeliffe, 1989).KEP menimbulkan efek pada perkembangan mental dan fungsi intelegensia (Jalal dan Atmaja, 1998). Hal ini didukung oleh penelitian Husaini (1997) yang menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada waktu dalam kandungan dan masa bayi akan menyebabkan perkembangan intelektual rendah. Fakta menunjukkan bahwa bayi KEP berat mempunyai ukuran besar otak 15-20% lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal. Apabila terjadi kurang gizi sejak dalam kandungan, maka defisit volume otak bisa mencapai 50%. Hasil penelitian Azwar (2001) menemukan bahwa pada anak sekolah yang mempunyai riwayat gizi buruk pada masa balita IQ-nya rendah sekitar 13-15 poin dibandingkan dengan yang normal. E. Asuhan Keperawatan Teoritis1. Pengkajiana. Data biologis meliputi : Identitas klien, Identitas penanggung jawab/orang tuab. Riwayat kesehatan : Riwayat kesehatan dahulu : Apakah dahulu si anak memiliki gangguan nutrisi Riwayat kesehatan sekarang : Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi. Riwayat keluarga : Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.c. Pengkajian fisik :Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.d. Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah: Penurunan ukuran antropometri Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,retraksi otot intercostal) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapatmeningkat bila terjadi diare. Edema tungkai Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang)b. Defisit volume cairan berhubungan dengan diarec. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolikd. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuhe. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi