kegiatan belajar mengajar berbasis tik

29
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Oleh: 1. Guge Faizal Rahman Bastari (18) 2. Hanif Ilmawan (21) 3. Rofik Susetyo Nugroho (35) 4. Sakti yan Abiyanto (37)

Upload: kebonsapi

Post on 13-Jun-2015

878 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sebuah makalah tentang penggunaan TIK dalam KBM.

TRANSCRIPT

Page 1: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

BERBASIS TEKNOLOGI

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Oleh:

1. Guge Faizal Rahman Bastari (18)

2. Hanif Ilmawan (21)

3. Rofik Susetyo Nugroho (35)

4. Saktiyan Abiyanto (37)

5. Tegar Okta Yogana (39)

KELAS XI IA 7

SMA NEGERI 1 PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2008/2009

Page 2: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Peradaban manusia semakin maju. Hal itu dapat kita lihat pada semua

sektor kehidupan. Fleksibilitas juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan

manusia yang semakin banyak. Salah satu jawaban yang mampu untuk

menjawab kebutuhan manusia yang ada adalah Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah teknologi yang

erat kaitannya dengan barang-barang elektronika.

Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah tumpuan utama dalam

menghadapi era globalisasi. Semua urusan dapat dengan mudah dan cepat

diselesaikan dengan adanya TIK. Teknologi Informasi dan Komunikasi

merupakan suatu hal yang amat penting bagi negara-negara yang ada di

dunia, khususnya negara-negara maju. Semua negara maju bersaing untuk

mengembangkan dan berinovasi terus menerus dalam bidang TIK.

Indonesia sebagai negara berkembang sementara ini belum mampu bersaing

dengan negara-negara maju di dunia dalam hal TIK, akan tetapi setidaknya

Indonesia telah menggunakan TIK.

Indonesia saat ini telah mulai mengembangkan Kegiatan Belajar

Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Secara ringkas hal itu dapat

diartikan bahwa semua kegiatan belajar didasarkan pada teknologi informasi

dan komunikasi, atau dengan kata lain dalam belajar kita diharapkan mampu

menggunakan TIK secara maksimal untuk menunjang kegiatan belajar

mengajar. Konsekuensi dari hal tersebut adalah diikutsertakannya TIK

sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan ditingkat SMP dan SMA,

bahkan ditingkat SD. Dengan adanya mapel TIK pada setiap jenjang

pendidikan, diharapkan semua siswa mampu menguasai paling tidak tingkat

dasar dari TIK itu sendiri. Guru sebagai pembimbing juga harus menguasai

TIK dengan lebih baik. Apabila semua komponen yang ada dalam system

pendidikan saling bekerja sama dengan solid bukan tidak mungkin suatu

saat Indonesia akan menjadi negara maju dalam hal TIK.

Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK

ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke

penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas

ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5)

1

Page 3: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

dari waktu siklus ke waktu nyata. Dari kutipan pendapat tadi, jelas

tergambar bahwa apabila pembelajaran berbasis teknologi informasi dan

komunikasi benar-benar terwujud maka proses belajar mengajar tidak lagi

dibatasi oleh ruang dan waktu. Kapan saja dan dimana saja kita dapat

belajar. Banyak media yang telah tersedia untuk mewujudkan pembelajaran

berbasis teknologi informasi dan kominikasi, antara lain : komputer, laptop,

LCD, hotspot area, internet, dll. Tinggal pandai-pandainya kita

memanfaatkan semua perangkat TIK yang ada.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Kemajuan zaman selalu diiringi dengan kemajuan teknologi dalam

berbagai bidang. Tidak terkecuali kemajuan dalam bidang informasi dan

teknologi. Inovasi-inovasi baru selalu muncul untuk mempermudah manusia

dalam berkomunikasi.

Dalam era globalisasi, penguasaan teknologi dalam bidang informasi dan

komunikasi praktis menjadi suatu hal yang wajib dimiliki oleh suatu bangsa.

Bisa dikatakan, salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah

kemampuan masyarakatnya menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Kita bisa melihat negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan

Jepang. Di sana, internet merupakan hal yang sangat biasa. Internet bukan

lagi menjadi barang mewah yang dimiliki hanya oleh masyarakat

berpenghasilan menengah ke atas dan berpendidikan tinggi. Bandingkan

dengan Indonesia. Masih banyak masyarakatnya yang tidak mengenal

internet.

Sebenarnya, teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya melulu

soal internet. Kemampuan menggunakan komputer, misalnya dalam

penggunaan program pengolah kata, pengolah data, desain grafis, dan

sebagainya, juga harus dimiliki masyarakat. Hal ini perlu karena dapat

meningkatkan efektifitas kerja, produktivitas kerja, dan lain-lain.

Seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan komputer

dan internet tentunya akan memiliki nilai plus dalam persaingan kerja.

Bagaimana tidak? Dengan internet, orang tersebut akan memiliki wawasan

yang luas. Kemudian dengan komputer, orang tersebut akan mampu

mempresentasikan gagasan-gagasan miliknya dengan lebih jelas dan mudah

ditangkap.

Namun, di Indonesia belum terlihat adanya hal-hal seperti itu. Memang,

ada segelintir orang yang telah memiliki kemampuan tersebut. Sayangnya,

2

Page 4: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

mereka adalah orang-orang bernasib mujur yang berekonomi tinggi dan

berpendidikan tinggi. Tentu saja ini akan menyebabkan kesenjangan sosial

di antara masyarakat jika dibiarkan terlalu lama.

Masalah utama akhirnya jatuh pada generasi muda. Generasi muda

adalah penerima tongkat estafet dalam usaha untuk memajukan negara.

Sudah barang tentu mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi era

globalisasi. Jika tidak, bangsa ini akan selalu terpuruk dan hanya menjadi

negara konsumen, bukan sebagai produsen.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Sekarang, mari kita bersama-sama melihat negara kita tercinta,

Indonesia. Dengan populasi 234 juta jiwa (perkiraan pada bulan Juli 2007),

Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Namun,

ironis sekali melihat kenyataan bahwa kemampuan masyarakat dalam

menggunakan komputer dan internet masih begitu rendah.

Generasi muda yang kabarnya adalah para penerus bangsa sudah

sepantasnya mulai melakukan berbagai tindakan. Salah satu hal yang paling

mudah adalah menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Minimal, dasar-dasar teknologi informasi dan komunikasi dapat dikuasai.

Sarana terbaik untuk hal tersebut adalah sekolah. Namun, bagaimana

mungkin generasi muda mampu menguasai teknologi informasi dan

komunikasi dengan baik jika di Indonesia sendiri belum ada kegiatan belajar

mengajar yang berbasis TIK?

1.4 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Membuka wawasan semua elemen pendidikan tentang pentingnya

Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2. Memacu semangat guru dan siswa untuk lebih jauh mempelajari TIK.

3. Mengembangkan sistem pendidikan yang lebih inovatif dan kreatif

dengan pemanfaatan TIK di dalamnya.

4. Memejukan sistem pendidikan di Indonesia agar tidak tertinggal dengan

negara lain.

5. Membentuk sunber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing

dalam era global.

3

Page 5: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

BAB II

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI

2.1 MAKNA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) yaitu mengintegrasikan atau mengkombinasikan TIK ke

dalam KBM.

Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam

pembelajaran ke dalam empat tahap sebagai berikut:

► Tahap emerging, yaitu baru menyadari akan pentingnya TIK untuk

pembelajaran dan belum berupaya untuk menerapkannya.

► Tahap applying, yaitu satu langkah lebih maju dimana TIK telah

dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran).

► Pada tahap integrating, yaitu TIK telah diintegrasikan ke dalam

kurikulum (pembelajaran).

► Tahap transforming yaitu merupakan tahap yang paling ideal dimana

TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. TIK

diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran

(instructional purpose) maupun untuk administrasi (administrational

purpose). Tahap ini merupakan tahap Kegiatan Belajar Mengajar

berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang penulis harapkan.

Beberapa manfaat penerapan TIK bagi bidang pendidikan di Indonesia

adalah:

1. Kemudahan mengakses perpustakaan dunia maya,

2. Akses Pakar,

3. Beberapa kegiatan sekolah dilakukan secara online bila memungkinkan,

4. Tersedianya layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan,

5. Tersedianya fasilitas mesin pencari data,

6. Tersedianya fasilitas diskusi,

4

Page 6: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

7. Tersedianya fasilitas direktori alumni dan sekolah,

8. Tersedianya fasilitas kerjasama,

9. Memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-

Learning),

10. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi,

11. Menciptakan generasi penerus yang unggul dalam bidang TIK.

Sebagai media pendidikan komunikasi dilakukan dengan menggunakan

media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.

Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan

tatap muka tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan media-media

tersebut.

Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini guru dapat memberikan

layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula

siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai

sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan

komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya

apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses

pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet, Disebut juga

dengan e-learning.

Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet

yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah

tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.

Pihak yang berperan dalam mewujudkan KBM berbasis TIK yaitu:

A. SEKOLAH

Banyak sekolah sudah mulai menampilkan fasilitas TIK sebagai nilai

jual. Hal-hal pendukung yang diperlukan untuk terwujudnya KBM

berbasis TIK yaitu:

a. Menjelaskan kepada seluruh staff mengenai keterampilan apa yang

harus dimilikisiswa dalam menghadap abad 21.

b. Pelatihan yang berkelanjutan, serahkan pada pihak guru TIK sebagai

orang yang akan melatih guru-guru yang lain

c. Dalam forum rapat atau evaluasi program, sempatkan adakan forum

TIK . Sebuah ajang untuk berbagi kisah, keluh, dan kesah dalam

penggunaan TIK.

B. GURU

Guru kelas sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan siswa

mempunyai peran penting dalam pengintegrasian TIK. Guru kelas bisa

5

Page 7: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

menjadi contoh langsung atau role model bagi penggunaan perangkat

TIK di sekolah. Inisiatif guru kelas untuk sering-sering berkonsultasi

dengan guru TIK juga diperlukan. Dengan demikian guru TIK bisa

membantu mewujudkan apa keinginan dari guru kelas dalam kaitannya

dengan integrasi TIK ke dalam KBM. Selain itu, Guru TIK selayaknya

mempunyai jam khusus setelah pulang sekolah secara rutin untuk

melatih keterampilan serta menjadi teman dialog untuk semua guru

kelas.

Untuk menciptakan proses integrasi TIK di dalam pembelajaran,

maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9

(sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas

prinsip-prinsip:

[1] Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya

proses belajar yang menarik dan bermakna.

[2] Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide

baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk

memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini

ada dalam benaknya.

[3] Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau

komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman,

menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.

[4] Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias

berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

[5] Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan

suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan

dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.

[6] Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses

belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based

atau case-based learning”

[7] Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia

pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian

dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al

(2001)).

[8] Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan

untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual,

maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).

[9] High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih

6

Page 8: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving,

pengambilan keputusan, dll.).

Dengan terwujudnya kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi

informasi dan komunikasi, peran guru dan siswa dalam pembelajaran

akan berubah. Peran guru akan berubah dari: (1) sebagai penyampai

pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala

jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator,

navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan

mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak

memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap

siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam

pembelajaran akan mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima

informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses

pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi

menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai

aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif

dengan siswa lain. Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat

pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat

digambarkan sebagai berikut:

 Lingkungan Berpusat pada guru Berpusat pada siswa

Aktivitas kelas Guru sebagai sentral dan

bersifat didaktis

Siswa sebagai sentral dan

bersifat interaktif

Peran guru Menyampaikan fakta-

fakta, guru sebagai akhli

Kolaboratif, kadang-

kadang siswa sebagai

akhli

Penekanan pengajaran Mengingat fakta-fakta Hubungan antara

informasi dan temuan

Konsep pengetahuan Akumujlasi fakta secara

kuantitas

Transformasi fakta-fakta

Penampilan keberhasilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman ,

penilaian acuan patokan

Penilaian Soal-soal pilihan

berganda

Protofolio, pemecahan

masalah, dan penampilan

Penggunaan teknologi Latihan dan praktek Komunikasi, akses,

kolaborasi, ekspresi

2.2 SYARAT TERLAKSANANYA KBM BERBASIS TIK

7

Page 9: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu

pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:

(1) Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan

internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,

(2) Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural

bagi siswa dan guru, dan

(3) Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan

alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar

mencaqpai standar akademik.

(4) Kesadaran semua warga sekolah akan pentingnya TIK juga harus

dibentuk. Secanggih apapun sarana yang ada, tak akan berarti tanpa hal

tersebut.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi

pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar

kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa

sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai:

(1) sesuatu yang sulit dan berat,

(2) upaya mengisi kekurangan siswa,

(3) satu proses transfer dan penerimaan informasi,

(4) proses individual atau soliter,

(5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada

satuan-satuan kecil dan terisolasi,

(6) suatu proses linear.

Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan

mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:

(1) proses alami,

(2) proses sosial,

(3) proses aktif dan pasif,

(4) proses linear dan atau tidak linear,

(5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,

(6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan

kulktur siswa,

(7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan

pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.

Kehadiran TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindari lagi. Oleh

karena itu, diperlukan kesiapan untuk menerima TI, dan kemampuan untuk

8

Page 10: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

memanfaatkanya seoptimal mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TI dalam

pembelajaram secara optimal, diperlukan hal - hal berikut:

(1) Visi Pembelajaran - yang menjelaskan bagaimana pembelajaran

seharusnya: karakteristik, proses dan paradigmanya - di masa

mendatang. TI mcmbawa peruhahan dalam berbagai aspek

pembelajaran, termasuk paradigma pernbelajarannya. Apakah

pembelajaran tetap berfokus pada materi dan tenaga pengajar Ataukah

pembelajaran yang diinginkan adalah yang berfokus pada siswa atau

kompetensi? Apakah pembelajaran akan memiliki sifat fleksibel, dari

sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah pembela.jaran

dipersepsikan memerlukan TI? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan isi

pembelajaran yang memamfaatkan TI, sehingga TI dapat dimanfaatkan

dengan optimal.

(2) Realokasi sumber daya - hal ini sangat penting karena dari waktu ke

waktu penerimaan setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat.

Untuk memanfaatkan TI, yang memiliki initial cost yang sangat timggi,

diperlukan keberanian pimpinan Lembaga pendidikan untuk

mereloalokasikan sumber daya sesuai dengan prioritas yang ditentukan.

Alokasi sumberdaya ini dapat dibuat secara bertahap dan sistematis.

(3) Strategi implementasi - Sesuai dengan alokasi sumberdaya yang dibuat

bertahap, maka strategi implementasi pun perlu dilakukan secara

bertahap dan sistematik. Pentahapan ini menjamin bahwa langkah yang

dilakukan tidak terlalu besar sehingga dapat memutarbalikkan tradisi

pembelajaran yang sekarang sudah bcrjalan dan banyak orang sudah

merasa nyaman dengan hal itu. Pentahapan juga dapat memberikan

gambaran tentang keuntungan dari pemanfaatun TI, contoh keberhasilan

pemanfaatan TI yang kemudian dapat dimamfaatkan kepada kasus-kasus

lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan TI

(misalnya, keterampilan tenaga pengajar, siswa)

(4) Infrastruktur - sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya

pemanfaaran TI dalam pembela’jaran. Pemanfaatan TI sangat

bergantung pada kehadiran perangkat keras pendukung, perangkat lunak,

jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat mendukung. Jika salah

satu tidak tersedia, maka pemanfaatan TI tidak akan optimal.

(5) Akses siswa kepada TI - walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan

sistematis dan cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses

terhadap TI, maka pemanfaatan TI akan menjadi beban semata. Jika

memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TI yang dapat

9

Page 11: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

diakses oleh siswa atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa

siswa dapat mengakses TImisalnya melalui penyediaan daftar warnet,

computer and internet rental.

(6) Kesiapan tenaga pengajar - pembelajaran merupakan proses untuk

knowledge prodtion knowleg transmission, dan knowledge application.

Sementara itu, TI adalah alat yang dapat mempermudah dan

mempercepat terjadinya proses tersebut. Tenaga pengajar perlu memiliki

sikap dan pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut, sehingga tidak

menjadikan TI sebagai pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu,

persiapan tenaga pengajar dimulai dari tahap penyadaran, sampai tahap

adopsi dan pemanfaatan perlu dilakukan, melalui berbagai cara, seperli

pelatihan, learning by doing, sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar

meliputi computer., and intenet literacy, pengetahuan teknis dan

operasional komputer dan internet, keterarnpilan merancang

pembelajaran berhasis TI keterampilan memproduksi pembelajaran

berbasis TI, serta keterampilan mengintegrasikan TI dalam sistem

pembelajaran secara umum. Institusi pendidikan perlu melakukan

penataan tentang penghargaan bagi tenaga pengajar yang telah mulai

berpartisipasi dalarn pemanfaatan TI, sebagai salah satu bentuk motivasi

ekstemal.

(7) Kendali mutu dan penjaminan mutu - Inisiasi pembelajaran berbasis TI

perlu disikapi sebagai proyek pengembangan kualitas pembelajaran.

Dalam hal ini, perencanaan secara konseptual maupun operasional

merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Pemantauan inisiasi selama

dilaksanakan juga merupakan mekanisme pengendalian mutu yang tidak

dapat dihindarkan , kemudian evaluasi keberhasilan (cost-efftctiveness

dan cost efficiency) menjadi mata rantai akhir untuk menentukan

sejauhmana pembelajaran berbasis TI dapat memberikan hasil yang

optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TI akan

memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan, bukannya berkurang atau menyimpang.

Kolaborasi dan konsorsiurn - pembelajaran berbasis TI tidak mungkin

untuk berdiri sendiri. Kolaborasi dan pengembangan jejaring keahlian

merupakan landasan dasar dari keberhasilan pembelajaran berbasis TI.

Artinya, dituntut kerjasama dari berbagai pihak dalam beragam peran untuk

dapat mengembangkan pembelajaran berbasis T1, melaksanakannya, serta

mengevaluasi serta merevisi untuk kemudian meningkatkan kualitasnya.

Strategi tersebut memerlukan perencanaan dan juga sumberdaya yang tidak

10

Page 12: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

sedikit. Apakah kita mampu dan mau melakukan semua itu? Menurut

Machiavelli dalam bukunya The Prince: “There is nothing more difficu/t to

plan, more doubful of success, nor more dangerous to manage than the

creation of a new order of things”. Jika memang kita perlu berubah , maka

kita dapat melakukanyya.

2.3 HAMBATAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI DI INDONESIA

Jika memang TIK dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin

kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang

menyebabkan TIK dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin.

Penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur dan sarana

prasarana telekomunikasi. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga

masih mahal. Kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses

transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat

hukumnya yang mengaturnya. Serta apakah infrastruktur hukum yang

melandasi operasional pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk

menampung perkembangan baru berupa penerapan TIK untuk pendidikan

ini.

Ada beberapa hambatan yang juga perlu digaris bawahi berkaitan

dengan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran. Hambatan-hambatan tersebut

diantaranya yaitu 1) penolakan/keengganan untuk berubah (resistancy to

change) khususnya dari policy maker (kepala sekolah dan guru); 2) kesiapan

SDM (ICT literacy dan kompetensi guru); 3) ketersedian fasilitas TIK; 4)

ketersediaan bahan belajar berbasis aneka sumber; dan 5) keberlangsungan

(sustainability) karena keterbatasan dana.

Penolakan atau keengganan untuk berubah, khususnya dari para pembuat

kebijakan sekolah dan guru merupakan hal yang wajar mengingat TIK

masih dapat dikatakan sebagai suatu inovasi (hal baru). Sikap para

pengambil kebijakan atau guru terhadap TIK sebagian besar yang masih

rendah itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan terhadap TIK dan

peran pentingnya bagi pembelajaran. Disamping itu, sikap

keengganan/penolakan inipun didukung oleh karena redahnya melek

teknologi (ICT literacy). Sehingga, kesiapan guru dan kompetensi guru

untuk memanfaatkan TIK dalam pembelajaran menjadi lemah.

Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan

telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah. Penetrasi

11

Page 13: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Untuk itu perlu dipikirkan akses

ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Penggunaan Internet

devices lain seperti Internet TV diharapkan dapat menolong. Sementara itu

tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di

kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet.

Isi atau content yang berbahasa Indonesia masih langka. Hal ini

merupakan masalah yang cukup serius. Perlu kita upayakan kegiatan-

kegiatan atau inisiatif untuk memperkaya materi yang ditujukan kepada

siswa Indonesia. Proses ini harus dilakukan secara sadar dan proaktif.

2.4 PENERAPAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Berikut ini ialah sampel-sampel dari luar negeri hasil revolusi dari

sistem pendidikan yang berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi untuk

menunjang proses pembelajaran mereka:

1. SD River Oaks di Oaksville, Ontario, Kanada, merupakan contoh

tentang apa yang bakal terjadi di sekolah. SD ini dibangun dengan visi

khusus: sekolah harus bisa membuat murid memasuki era informasi

instan dengan penuh keyakinan. Setiap murid di setiap kelas

berkesempatan untuk berhubungan dengan seluruh jaringan komputer

sekolah. CD-ROM adalah fakta tentang kehidupan. Sekolah ini bahkan

tidak memiiki ensiklopedia dalam bentuk cetakan. Di seluruh

perpustakaan, referensinya disimpan di dalam disket video interktif dan

CD-ROM-bisa langsung diakses oleh siapa saja, dan dalam berbagai

bentuk: sehingga gambar dan fakta bisa dikombinasikan sebelum

dicetak;foto bisa digabungkan dengan informasi.

2. SMU Lester B. Pearson di Kanada merupakan model lain dari era

komputer ini. Sekolah ini memiliki 300 komputer untuk 1200 murid.

Dan sekolah ini memiliki angka putus sekolah yang terendah di Kanada:

4% dibandingkan rata-rata nasional sebesar 30%

3. Prestasi lebih spektakuler ditunjukkan oleh SMP Christopher Columbus

di Union City, New Jersey. Di akhir 1980-an, nilai ujian sekolah ini

begitu rendah, dan jumlah murid absen dan putus sekolah begitu tinggi

hingga negara bagian memutuskan untuk mengambil alih. Lebih dari

99% murid berasal dari keluarga yang menggunakan bahasa Inggris

sebagai bahasa kedua.

12

Page 14: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

Bell Atlantic- Sebuah perusahaan telepon di daerah itu membantu

menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah murid

dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah. Semuanya

dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer

pribadi. Sebagai gantinya, para guru mengadakan kursus pelatihan akhir

minggu bagi orangtua.

Dalam tempo dua tahun, baik angka putus sekolah maupun murid absen

menurun ke titik nol. Nilai ujian-standar murid meningkat hampir 3 kali

lebih tinggi dari rata-rata sekolah seantero New Jersey.

Apabila kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi informasi dan

komunikasi tingkat tinggi semacam ini dapat diterapkan di Indonesia, tentu

Indonesia akan menjadi negara yang sangat maju dalam bidang teknologi

informasi dan komunikasi. Namun untuk saat ini, Indonesia masih dalam

perjalanan untuk menggapainya.

    Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat

melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut

siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau

ketinggalan zaman. Dengan kondisi demikian maka  pendidikan khususnya

proses pembelajaran cepat atau lambat  tidak dapat terlepas dari keberadaan

komputer dan internet sebagai alat bantu utama.  Majalah Asiaweek terbitan

20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in

the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan

perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti

ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb.

Termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi

kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan

disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind

Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di

era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas

seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di

mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di

depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber

classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan

aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola

belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif

melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan

melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet

untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan

13

Page 15: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan

individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh

pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum

dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak

dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga

memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju

berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam

situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai

dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.  

2.5 LANGKAH PENERAPAN

Sebagai sumbang saran, dalam rangka mengintegrasikan TIK ke dalam

proses pembelajaran (kelas), penulis merekomendasikan beberapa hal

berikut untuk dipecahkan secara sistemik dan simultan:

1. Dukungan Kebijakan; sekolah mengeluarkan kebijakan untuk

mengedepankan pengintegrasian TIK untuk pembelajaran. Misalnya

melalui pencananagan visi, misi, peraturan dan rencana induk/rencana

strategis sekolah ke depan.

2. E-Leadership; Kepala sekolah dan atau beberapa guru panutan di

sekolah menyadari penuh pentingnya peran TIK untuk pembelajaran dan

berupaya untuk terus mempelajari dan menerapkannya di sekolah.

3. Penyiapan SDM; sekolah mengembangkan ICT literacy para guru dan

kompetensi guru dalam mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran

(termasuk berbagai strategi/metode pembelajaran yang efektif). Bila

perlu guru mengadopsi atau mengadaptasi strategi pembelajaran yang

telah terbukti efektif dan mengkomunikasikannya dengan kolega. Bila

perlu mengembangkan sendiri. Hal ini dpat dilakukan melalui pelatihan,

pengiriman mengikuti loka karya atau seminar, terlibat aktif dalam

komunitas jaringan sekolah dan lain-lain. Disamping itu, sekolah juga

harus menyiapkan tenaga teknis dalam bidang TIK untuk pembelajaran.

4. Penyiapan fasilitas; sekolah menyiapkan fasilitas yang kondusif agar

terjadinya belajar berbasis aneka sumber dengan menyiapkan beberapa

fasilitas seperti perpustakaan (cetak dan non-cetak), komputer yang

terhubung dengan LAN, koneksi internet, VCD/DVD player plus

televisi, serta komposisi ruang kelas.

5. Penyediaan software pembelajaran; penyediaan software pembelajaran

seperti buku, modul, LKS, program audio cassette, VCD/DVD, CD-

14

Page 16: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

ROM interaktif, dan lain-lain dapat dilakukan dengan cara membeli

produk yang telah ada di pasar atau memproduksi sendiri.

6. Penyiapan tenaga teknis; fasilitas TIK yang ada di sekolah hendaknya

didukung oleh beberapa tenaga teknis yang memiliki keahlian atau

keterampilan dalam mengelola dan memlihara peralatan tersebut.

2.6 PENYELESAIAN DARI PEMECAHAN

Dari sisi seorang Guru, dunia teknologi informasi merupakan dunia yang

sullit dicerna karena keterbatasan kemampuan. Beliau-beliau ada sebelum

perkembangan internet segila ini. Ditambah rutinitas sehari-hari dalam

sekolah tentunya menjadi semakin sulit untuk sekedar berinteraksi melalui

internet. Sementara realita-nya, dunia saat ini tidak bisa lepas dari internet.

Sungguh posisinya yang sangat sulit bagi seorang Guru pada dewasa ini.

Permasalahan kurikulum yang masih belum final (selalu gonta-ganti), Gaji

guru yang relatif masih rendah. Deraan ekonomi mengharuskan seorang

Guru harus berfikir dua kali dalam mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

Rasanya tidak adil bila kita semua menuntut beliau-beliau untuk berlaku

sebagaimana mestinya secara proporsional.

Sementara kebijakan-kebijakan pendidikan indonesia selalu terkait

dengan partai politik. Dunia pendidikan hanyalah isu yang dijadikan senjata

partai politik dalam meraih tujuan golongannya. Tidak terpikir sedikitpun

dari mereka bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan indonesia secara

menyeluruh.

Sekarang sudah menjadi benang kusut yang entah dimulai dari mana

untuk mengurainya. Bila kita mengharap kualitas pendidikan menjadi lebih

baik, tentu sarana dan prasarana pendidikan juga harus yang memadai.

Demikian pula para guru yang jelas-jelas bekerja untuk mencipta generasi

bangsa kedepan, begitu sulitkah untuk mensejahterakan hidupnya mengingat

kredibilitas mereka adalah bentuk kedepan indonesia.

Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini

adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah

Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE

merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah

membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK

tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui

web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh,

mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran

Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat

15

Page 17: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan

mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat

DVD.

16

Page 18: Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis TIK

BAB III

SARAN DAN KESIMPULAN

3.1 SARAN

1. Pendidikan adalah sarana yang sangat penting sebagai tolak ukur

kemajuan suatu negara, maka pemerintah dan masyarakat harus saling

mendukung satu sama lain.

2. Pemerintah harus lebih proaktif dalam mewujudkan sistem pendidikan

berbasis TIK dengan dukungan materi dan nonmateri.

3. Masyarakat harus mau menerima perubahan sistem pendidikan untuk

memajukan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.

3.2 KESIMPULAN

Suatu negara akan maju dalam segala aspek ekonomi, social, budaya,

maupun pertahanan dan keamanan dengan penopang pendidikan yang

bermutu. Zaman semakin maju dan berkembang, sehingga pendidikan

berbasis TIK ini merupakan solusi cerdas untuk menciptakan Sumber Daya

Manusia yang berkualitas bagi bangsa. Untuk membangun system

pendidikan ini memang perlu waktu, maka pemerintah dan masyarakat harus

saling sinkron untuk membangun fondasi pendidikan ini secara bertahap dan

pasti agar tidak ada kendala di suatu hari.

17