kedisiplinan yes alhamdulillah

Download Kedisiplinan Yes Alhamdulillah

If you can't read please download the document

Upload: wentyanggraini

Post on 25-Jun-2015

692 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Tugas IndividuPROPOSAL PENELITIANKEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SMU YANG AKAN MENGHADAPI UJIANMata Kuliah:Penyusunan Skala Psikologi Dosen Pengampu:Amri Hana M, S.PsiM. Ikbal, M.PsiOleh :Wenty Anggraini1550406010PSIKOLOGIFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2008BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Dari waktukewaktuperkembanganilmupengetahuandanteknologi makin pesat. Arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara lainmunculnya persaingandalamberbagai bidangkehidupan, diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya manisia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Kalauseseoranginginmeraihsukses, adasatuhal yangtidakboleh dilupakanyaitukedisiplinan. Sebenarnyaapaarti dari sebuahkedisiplinan sehingga memberikan dampak yang begitu besar? Dikatakan bahwa kedisiplinanadalahsikapmental untukmelakukanhal-hal yangseharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Meskipun pengertian disiplin sangat sederhana, tetapi agak sulit untuk menerapkan konsep-konsep kedisiplinan tadi hingga membudaya ke dalam kehidupan sehari-hari.Di dalam dunia pendidikan, disadari bahwa sekolah-sekolah masih perlu meningkatkan kedisiplinannya. Masih banyak ditemukan sekolah-sekolah yang belum berada pada tingkat disiplin yang baik, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar atauprestasi siswayangkurangbaik. Disiplin menjadi sarana pendidikan, karena dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan.Oleh karena itu, sekolah perlu menempatkan disiplin ke dalam prioritas program pendidikan. Dengan demikian, para siswa akan terbawa arus disiplin sekolah yang baik yang akan melahirkan siswa-siswa yang berprestasi.Tidak adahal yang lebih penting dalam manajemen diri dibandingkan dengankedisiplinan. Selainpentingnyamenemukanarahdantujuanhidup yang jelas, kedisiplinan merupakan syarat mutlak untuk mencapai impian atau melaksanakan misi hidup seseorang. Seseorang harus disiplin dalam mengembangkan diri (lifetime improvements) di segala aspek, harus disiplin dalam mengelola waktu dan uang, serta harus disiplin dalam melatih keterampilan dalam setiap bidang yang dipilih oleh seseorang.Disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi menurut Indaryani danMilwardani (dalamNadjamudin, 1998) adalahindikator sumber daya manusia yangberkualitas dan fondasi yang amat menentukan. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi jika dia dapat menunjukkanperilakuyangmencerminkanadanyakedisiplinan, kreativitas maupun etos kerja yang tinggi dalammengerjakan tugas-tugasnya. Sikap disiplinmerupakansikap yang harus ditingkatkan,karena memberimanfaat dansumbanganyangbesar, apalagi padanegarayangmasihberkembang seperti negara Indonesia.Berhubungan dengan manusia yang berkualitas, dalam khasanah ilmiah psikologi terdapat istilah prokrastinasi yang menunjukkan suatu perilaku yang tidak disiplin dalam penggunanaan waktu. Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan (Solomon & Rothblum, 1984; Tuckman, dalamhttp://all.successcenter-ohiostate. edu/references/procrastinator_APA_paper.htm).Pembangunan Indonesia dewasa ini menuntut adanya inovasi dan produktivitas, istilah prokrastinasi akan menjadi istilah yang berkonotasi negatif, yangmenurutFerrari, dkk.,(dalam Rizvi,1998) bahwa pada negara dengan teknologi sudah digunakan, ketepatan waktu menjadi hal yang sangat penting, sehingga prokrastinasi dapat dianggap sebagai suatu masalah.Menurut Ferrari (dalamRizvi,1998) bahwa prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif, dengan melakukan penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia. Tugas-tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Penundaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil, seperti sebagian pelajar di sana. Sekitar 25%sampai dengan 75%dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka(Ellis danKnaus; SolomondanRothblum; dalamFerrari, dkk, 1995). Pada hasil survey majalah New Statement 26 Februari 1999 juga memperlihatkan bahwa kurang lebih 20%sampai dengan 70%pelajar melakukan prokrastinasi.MenurutZakarilya (2002)anak-anak usia sekolah,dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum(SMU), cenderung lebih banyak mengisiwaktunyadengan bermain dan menonton televisi dari pada belajar. Semangat belajar mereka semakin lama semakin menipis, dan kalah dengan keinginan untuk bermain. Apalagi saat ini dengan banyak saluran televisi yang bisa dipilih, membuat anak terpaku di depan pesawat televisi. Masih untung jika permainan yang dilakukan bersifat positif. Pada kenyataannya, anak-anak usia sekolah terutama anak-anak SMUjustru terjerumus pada kegiatan-kegiatanyang bersifatnegatif seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, merokok, minumminuman keras dan sebagainya. Jika sudah terjerumus dalamkegiatan-kegiatan negatif seperti itu, jangankan menjaga semangat belajar, berangkat ke sekolah saja mungkin menjadi sebuah beban yang berat.Ditegaskan kembali oleh Tedjasaputra (2001) dibandingkan tugas sekolah, seperti pekerjaan rumah (PR) dan buku-buku sekolah, televisi memiliki dayatarikyanglebihbesarbagi anak. Perhatiananakakanlebih terpusat pada menyaksikan acara di televisi dari pada belajar, sehingga tugas sekolah menjadi tertunda bahkan menjadi terbengkalai dan anak merasa bosan untukbelajar. Komputer danvideogameadalahpesonayangbegitubesar selain televisi, bagi anak yang mempengaruhi jadwal kehidupan anak sehari-hari. Bisaanya anak menjadi malas belajar, sulit makan dan tidur tidak pada waktunya.Moonks, dkk. (1992) berpendapat bahwa pada remaja terjadi krisis yang nampak paling jelas pada penggunaan waktu luang yang sering disebut sebagai waktu pribadi orang (remaja) itu sendiri. Hal yang dapat dicatat adalah bahwa para remaja mengalami lebih banyak kesukaran dalam memanfaatkan waktu luangnya.Sebagai tunas harapan bangsa, remaja diharapkan dapat mempertahankaneksistensi bangsadi erayangakandatang. Remajasudah seharusnyamenjadi fokus utamagunamewujudkansumber dayamanusia yangberkualitas agar mereka dapat bersaingdalamera sekarangini dan mandatang. Remaja yang saat ini sedang menempuh bangku sekolah merupakan calon kompetitor yang akan menghadapi tingkat persaingan yang tinggi, namunbilamana perilakuprokrastinasi akademikseringdilakukan, akan dapat menjadi masalah tersendiri bagi mereka, sehingga dapat pula dikatakan bahwa tingkat kedisplinan mereka rendah, dan juga dapat dianggap sebagai salah satu indikator bahwa remaja masih belumbisa diharapkan menjadi sumber daya manusia seperti yang diharapkan.Demikian itu, prokrastinasi akademik pada mereka dapat dikatakan sebagai suatu masalah.Dikatakanjugabahwatingkat prokrastinasi akademikseseorangakan semakin meningkat seiring dengan makin lamanya studi seseorang (Solomon dan Rothblum, 1984). Jika masa remaja seseorang sudah melakukan prokrastinasi akademik, diasumsikanpadamahasiswatingkat prokrastinasi akademiknya semakin meningkat. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik pada remaja merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian.Bagaimana guru-guru memahami kedisiplinan dan bentuk-bentuk manajemen perilaku lain tergantung pada bagaimana mereka melihat pekerjaanmerekasebagai seoranggurudansejauhmanamerekameyakini bahwasemuaanakdapat belajar.Perilaku di kelas dan hasil belajar banyak dipengaruhi olehkualitas pengajaran. Gurumenguasai banyakfaktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Gurubertanggungjawabuntukberbagai siswa, termasukmerekadari keluarga yang tidak mampu atau kurang beruntung, siswa yang mungkin harus bekerjasetelahsekolah, ataumerekayangberasal dari kelompokminoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan berbagai kesulitan atau kecacatan belajar. Tak satupun dari situasi atau faktor ini harus menyebabkan masalahpendidikan, namunanak-anakini mungkinberesikomendapatkan pengalaman sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru tidak responsif terhadap kebutuhan dan kemampuan mereka atau mampu menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif dan disesuaikan menurut individu.Suatu bentuk perilaku kedisiplinan dapat tercermin dari patuhnya seseorang terhadap aturan-aturan yang berlaku bagi dirinya sendiri. Datangnya aturantersebut bisadari dirinyasendiri maupundari lingkungansosialnya. Sukses atau tidaknya individu menerapkan aturan yang menjadi prioritasnya itu, semuanyatergantungpadaniat dankemampuanmenegakkanaturan aturannya itu sendiri.Kedisiplinan seseorang dalam belajar, dapat diasumsikan sebagai ketaatan seseoranguntuk melakukan suatu proses belajar, dengan tanpa tergoda oleh halangan halangan atau sesuatu yang nantinya dapat menjadi penghambat berlangsungnyaprosesbelajaritutadi. Jadiperluadanyarasa disiplin yang cukup kuat untuk dapat mencapai suatu proses belajar yang baik.Setiap siswa, pada akhirnya akan tetap bertemu dengan yang namanya UjianAkhirNasional. Yaituujianyangdiperuntukkankepadasiswayang sudahmenapaki akhirdarimasadiadisekolahtempat diabelajar. Banyak siswa yang berlomba lomba untuk mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan, agar nantinyadapat mendaftarkandiri kejenjangyanglegih tinggi dengan nilai yang baik sehingga akan dapat diterima oleh sekolahan itu dengan mudah. Seperti contohnya, ada anak yang rela mengorbankan waktu bermainnya hanyademi mengikuti les les yang nantinya diharapkan akan memberi dampak dan manfaat yang cukup banyak, bagi si anak tersebut.Tetapi tidak sedikit pula siswa yang merasa sebuah moment Ujian Akhir Nasional sebagai waktu yang biasa saja, sehingga mereka akan tetap merasa santai dan menikmati waktu yang berlalu dengan sekedar pergi bersama teman teman, ataupun merasa tidak perlu belajar lagi. Atau ada pula yang berdalih bahwabelumsaatnyamemikirkanUjianAkhir Nasional denganterburu terburu sebagai senjata mereka untuk menghindari belajar. Bahwasanya belajarnya akan lebih mudah untuk mengingatnya jika waktu belajarnya mepet dengan waktu akan ujian berlangsung.B. Rumusan PermasalahanBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat kedisiplinan siswa SMU dalam yang akan menghadapi ujian?C. TujuanTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa SMU dalam yang akan menghadapi ujianD. Manfaat Manfaat dari penelitin ini adalah sebagai berikut :1. Manfaat TeoritisPenelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan bagi perkembanganilmuPsikologi, khususnyaPsikologi yangterkait dengan perilaku disiplin.2. Manfaat PraktisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi orang tua dan guru-guru dalam kaitannya dengan bagaimana kesiapan dan persiapan anak terhadap ujian yang tidak lama lagi akan segera dilaksanakan serta bagaimana kedisiplinan anak dalambelajar agar nantinya mencapai hasil yang maksimal. BAB IILANDASAN TEORI1. Pengertian KedisiplinanDisiplinmerupakanaspekyangsangat penting, karena bukanhanya diperlukan dalambidang ekonomi saja, tetapi juga dalambidang karir, jabatan, pendidikan, organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin merupakanmodal bagi individuagar dalamsetiapkarirnyalebihbaikdari sebelumnya sehingga tujuan dapat tercapai dengan mudah, dalam arti disiplin akan membawa individu kea rah kesuksesan dan kemajuan.Hurlock(2002: 82) berpendapat bahwa, kedisiplinanadalahmentaati terhadapperaturanyangberlakusertamenyesuaikandenganharapansocial yang tercakup dalam peraturan-peraturan yang diperlihatkan melalui pemberian hadiah atau pujian dan pengakuan social. Menurut Hurlock (2002: 83) ada beberapa macam kedisiplinan, yang meliputi disiplin otoriter, disiplin permissive, dan disiplin demokratis.Soegeng Prijodarminto (1994: 23) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban terhadap aturan yang diberlakukan. Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, melainkan perilaku atau perbuatan yang ia lakukan benar-benar kesadarandi dalamdirinya.nilai-nilai kepatuhan, kepekaan, dankepedulian telahmenjadi bagiandari perlakuan kehidupan.Sebelum orang menyatakan aneh kalau dia berbuat menyimpang, dirinya terlebih dahulu sudah merasa aneh, risih, atau merasa malu dan berdosa kalau berbuat menyimpang.Kedisiplinan berguna untuk mengarahkan siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Menurut Sobur (1985, h.64), kedisiplinan adalahsuatuprosesdari latihanataubelajar yangbersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan. Selanjutnya, menurut Hurlock (1991, h.82), disiplinberasal dari kata disciple yangberarti bahwaseseorangbelajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup menuju ke hidup yang berguna dan bahagia.Setiap anak perlu memiliki kedisiplinan bila ia ingin bahagia dan menjaadi pribadi yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplin seseorang dapat belajar berperilaku dengan cara cara yang berlaku di masyarakat sehingga ia dapat diterimaolehanggotakelompoksosialnya. Kedisiplinanpertamakali didapatkanseoranganak dari keluarganya,dan kemudian anak akan belajar tentang kedisiplinan ketika ia mulai masuk sekolah.Menurut Abu (1989, h.30), kedisiplinan sisiwa di sekolah adalah kepatuhansiswaterhadapperaturanperaturanyangtelahditetapkanoleh sekolah.Pendapatlainjuga dikemukakan oleh Soekanto (1996, h. 80) yang menyebutkan bahwa kedisiplinan merupakan suatu keadaan dimana perilaku berkembang dalam diri seseorang yang menyesuaikan diri dengan tertib pada keputusan, peraturan, dan nilai dari suatu pekerjaan.Sobur (1995, h. 64) berpendapat bahwa seseorang dapat dikatakan disiplin bila ia sudah berhasil dan bisa mengikuti dengan sendirnya tokoh tokoh yangtelahmenetapkan aturan tersebut. Tokoh tokoh itu antara lain adalah orang tua dan guru yang mengarahkan agar kehidupan menjadi lebih bermanfaat begi diri sendiri dan menimbulkan perasaan bahagia. Lebih lanjut Sobur juga mengatakan bahwa tujuan dair disiplin itu sendiri adalah membuat seseorang terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan kepada mereka bentuk bentuk tingkah laku yang pan tas dan yang tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka. selainitudisiplinjugasebagai pengarahandiri sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian diri dari luar. Sekolah yang baik mutunya akan menciptakan suasana pengajaran dan suasana kelas yang menyejukkan,yang akan menimbulkan motivasi belajar, penuhperhatiandanrasaaman, berlakuadil danadanyaketeraturanyang dapat memeliharakedisiplinanyangcukuptinggi, akansangat berpengaruh terhadappembentukansikapdanperilakukehidupanpendidikananakdan pola pikirnya dalam memandang masa depannya kelak nanti. Namun, usaha untuk menciptakan disiplin pada siswa siswa tentunya membutuhkan waktu yanglamadanharusditetapkansecarabijaksanasertaberlakupadasemua orang yangberada dilingkungan sekolah mulai dari kepala sekolah, guru guru, dan para siswa dengan sanksi sanksi yang diberikan secara bijaksana. (1989, h.30).Peraturanperaturanyangdibuat harus jelas dandapat dimengerti, sehingga secara logis seseorang dapat mengikutinya bukan hanya dalam artian mematuhi otoritas, melainkan jugamengerti bahwapelanggaranperaturan dapat merugikan kepentingan bersama dan diri sendiri. (Dreikurs dan Cassel, 1986, h.87). Dengan disiplin, siswa akan memiliki kecakapan mengenai cara belajar yangbaikdandisiplinjugamerupakansuatuproses pembentukan watak yang baik. Dengan adanya peraturan yang ditetapkan, maka siswa akan mengarahkan diri sehingga menghasilkan suatu kedisiplinan. (Gie, 1988, h.59).Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahwa kedisiplinanadalahseseorangyangdengansukarelaberperilakumengikuti, menyesuaikandiri dengantertibpadaperaturanperaturanyangberlaku untuk mencapai kehidupan yang lebih berguna dan bahagia. Dan kedisiplinan belajar adalah suatu keadaan yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban terhadap aturan yang lingkungan ciptakan demi tercapainya suatu kegiatan belajar. Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, tapi justru akan membebani dirinya bila nantinya dia tidak berbuat sebagaimana lazimnya.2. Aspek aspek KedisiplinanSoegeng Prijodarminto mengemukakan bahwa kedisiplinan itu memiliki 3 aspek, yaitu: 1) Sikap mental, yaitu merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran, dan pengendalian waktu.2) Pemahaman, yaitu mengenai system aturan perilaku, norma, criteria, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).3) Sikap ketaatan, yaitu secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Menurut Durkheim (1990, h.93) ada dua aspek dari disiplin, yaitu:a. Keinginan akan adanya keteraturan. Keseluruhan tatanan moral bertopang pada keteraturan ini.b. Penguasaan diriSeseorang yang disiplin akan memahami bahwa tidak semua keinginanya dapat terpenuhi karena ia harus menyesuaikan diri dengan realitas.Sedangkan menurut Sobur (1985, h.64) dalam kedisiplinan mengandung aspek kontrol diri, yaitu menguasai tingkah laku sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar sehingga siswa tidak mudah terpengaruh terhadap perilaku yang tidak atau kurang baik.Menurut Abu (1989, h.37), kedisiplinan memiliki aspek, yaitu:a. Ketertiban terhadap peraturan.Adanyaketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan peraturan secara tertulis maupun tidak tertulis.b. Tanggung jawabTanggung jawab memunculkan disiplin yang berkaitan dengan bersikap jujur dan penuh rasa tanggung jawab atas semua perbuatan dan berani menanggung resikonya.Pendapat dari tiga orang tokoh di atas, yaitu Durkheim, Abu, dan Sobur tentangaspekdari kedisiplinanmemiliki kesamaan, yaituaspekketertiban terhadap peraturan, aspek tanggung jawab, dan aspek kontrol diri.Hurlock (2002: 84) menyatakan bahwa disiplin bila dilatih mampu membentuk perilaku dan sikap individu sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok. Terdapat empat unsure pokok cara mendisiplinkan, yaitu (1) Peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) Konsisten dalam peraturan tersebut dandalamcarayangdigunakanuntukmengajarkandanmelaksanakan, (3) Hukuman pelanggaran peraturan, (4) Penghargaan untuk perilaku yang baik, yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.a. PeraturanPeraturanmerupakanpolayangditetapkanuntukmengatur tingkah laku. Tujuannya adalah untuk membekali individu dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Menurut Hurlock (2002: 85) ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam peraturan, yaitu:1) Fungsi peraturanPeraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu individu untuk membentuk makhluk yang bermoral. Pertama, peraturanmempunyai fungsi pendidikan, sebabperaturan memperkenalkan pada individu perilaku yang disetujui anggota kelompok yang tersebut.Kedua, peraturan membentu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.Agarperaturan dapatmemenuhikeduafungsi tersebut,peraturan ituharus dimengerti,diingat,dan diterima oleh seseorang.Peraturan diberikan dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya sebagian dimengerti, peraturan itu tidak berharga sebagai pedoman perilaku dan gagal mengekang perilaku yang tidak diinginkan.2) Jumlah peraturanBanyaknya peraturan yang ada sebagai pedoman perilaku bervariasi menurut situasi, usia, sikap orang yang mendisiplinkan, cara menanamkan disiplin, dan banyak faktor yang lain.b. HukumanHukuman(punishment) berasal dari kataLatin, punier yangberarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan, atau ganjaran sebgai balasan. walaupun tidak dikatakan secara jelas bahwa kesalahan perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam artian bahwa orang itu mengatahui bahwa peraturan itu salah tetapi tetap saja melakukannya.c. PenghargaanUnsur ketiga dari disiplin adalah penghargaan. Penghargaan menunjuk pada tiapbentukpenghargaan untuk suatu hasil yang baik.Penghargaan tidak perlu berupa materi, tetapi bisa juga berupa kata-kata pujian, senyuman, atau tepukan di pundak.1) Fungsi PenghargaanPenghargaan mempunyai tiga peranan penting agar individu berperilaku sesuai dengan cara yang direstui oleh masyarakat. Pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik yaitu bila suatu tindakan disetujui, individu merasa hal itu baik. sepertihalnya hukuman, penghargaan juga merupakan usaha individu untuk berperilaku menurut standar yang disetujui secara social nilai edukatif pendidikan itu meningkat.Kedua, penghargaan sebagai fungsi motivasi, yaitu untuk mengulangi perilaku yang disetujui yang dinyatakan dengan penghargaan di masa mendatang mereka berusaha untuk memberikan penghargaan. Ketiga, Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara, dan diadakannya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku ini.2) Jenis PenghargaanPenghargaanyang tepat harus disesuaikan dengan perkembangan individu, bila tidak akan kehilangan efektifitasnya. Beberapa Jenis penghargaan, yaitu: (a) Penerimaansocial, yaitu komentar seperti kamu membersihkan kamarmu dengan baik, saya tidak bisa melakukan sepertimu, selalu dihubungkan dengan tindakan tersebut. Bilapujiandiharapkannilai edukatif, iaharusmerefleksikantingkat persetujuan social atas tindakan daripada suasana hatiorang yang memberikan pujian. (b) Hadiah; hadiah kadang-kadang diberikan sebagai penghargaanuntukperilakuyangbaik. suatuhadiahdapat merupakan sebagai tanda kasih sayang, penghargaan atas suatu kemampuan atau prestasi seseorang, bentuk dorongan atau kepercayaan. Adapunsituasinnya, hadiahmenambahrasahargadiri seseorang individu. (c) Perlakuan Istimewa, misal menonton TV walaupun jam tidur sudah larut atau pergi nonton film terutama beguna sebagai penghargaan bagi seseorang individu yang lebih besar.3) Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragamanatas stabilitas. Iatidak sama dengan ketepatan, yang artinya tidak ada perubahan. sebaliknya artinya adalah suatu kecenderungan menuju kesamaan. bila disiplin itu konstan, tidak ad perubahan untuk menghadapi perubahan kebutuhan perkembangan yang berubah. Konsistensi harus menjadi semua aspek disiplin. harus ada konsistensi dalam setiap peraturan yang dijadikan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalamsistemperaturan ini dijalankan dan dipaksakan, dalam artan hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak menyesuaikan standar, dandalampenghargaan pada mereka yang menyesuaikan.Konsistensi dalamdisiplin mempunyai tiga peranan pernting. Pertama, konsisten mempunyai nilai mendidik yang besar. Bila peraturannta konsisteniamemacuproses belajar.Kedua, kensisten memiliki nilai moetivasi yang kuat. seorang individu yang mneyadari bahwa pengahrgaan selalu menyertai perilkau yang disetujui atau hukuman yang dilarang.Ketiga, konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.3. Terbentuknya DisiplinSoegeng Prijodarminto (1987: 26) menyatakan bahwa terbentuknya disiplin melalui serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan terhadapperaturanyangberlaku, kesadarandalammelaksanakanperaturan, dan kesetiaan anggota kepada pimpinan.a. Ketaatan dan KepatuhanKetaatan dan kepatuhan terhadap ketentuan, aturan-aturan atau kelaziman-kelaziman yang berlku sangat penting adanya. Fungsi dari kepatuhan dan ketaatan adalah untuk mencapai ketertiban dan kenyamanan dalam proses belajar.Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut, berdisiplin. Sedangkan kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan (Depdikbud, 1996: 40).Oleh karena itu masalah kepatuhan dalam mentaati peraturan-peraturan belajar masihbersifat abstraksekali, makaperludiidentifikasi terlebih bahulu indikator-indikator yang meliputi:1) PengetahuanPengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran), (Depdikbud, 1996: 995). Jadi pengetahuanyangdimaksudadalahkedisiplinanbelajar siswaSMA dalammenghadapi ujianadalahsegalasesuatuyangdiketahui oleh siswa berkenaan denganhal-hal apa saja yangharus dilaksanakan ataupun yang harus dihindari demi tercapainya suatu hasil yang maksimal dalamhasil belajarnyasebagai siswakelas 3SMAyang akan menghadapi ujian.2) PerilakuPerilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdikbud, 1996: 775). Perilaku dalam kedisiplinan belajar siswa SMA menjelang ujian adalah tanggapan atau reaksi berupa tindakan nyata untuk disiplin, untuk mendisiplinkan prosesbelajar agar tindakmendapat banyakgangguanyangberasal dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun dari sosial lingkungannya.Jika dikembalikan pada permasalahan semula, maka dengan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dimiliki oleh siswa dalam melaksanakankewajibannyasebagai seorangsiswaakandapat terwujud dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.b. KesadaranKesadaran berasal dari kata sadar yang mendapat imbuhan awalan ke dan akhiran an. Sadar diartikan sebagai tahu, sedangkan imbuhan ke dan an menunjukkan pada keadaan. Dengan demikian, kesadaran dapat dirumuskan sebagai berikut:1) Keadaan tahu, mengerti atau merasa.2) Keinsyafan.Dari batasan-batasandi atas dapat diambil kesimpulanbahwayang dimaksuddengankesadarandi sini adalahkeadaantahu, mengerti atau merasa atau sesuatu yang dirasakan tahu atau yang dialami seseorang.Setiapanggotaorganisasiharus menyadari bahwa aturan-aturanatau ketentuan-ketentuan ataupun kelaziman-kelaziman yang berlaku, yang harus dipatuhi adalah berguna untuk tercapainya tujuan,yang dalam hal ini adalah justru untuk kebaikan atau untuk kepentingan manusia itu sendiri, untuk keselamatan atau untuk keberhasilannya dalamusaha denganmemuaskan. Kesadarantersebut akanmenjadi pendorongdalam diri setiapanggotauntukbertingkahlaku, untukberbuat sesuai aturan, ketentuan-ketentuan atau kelaziman yang berlaku. Dengan kesadaran akan timbul atautumbuhapayangkitadengandisiplinyanghidupsebagai lawandaridisiplinyangmati.Kesadaran akan menjadidasaryangkuat bagi pengendalian diri. Pengendalian diri merupakan usaha,baik bagi mental, psikologis, maupun fisik yang berisi kemampuan untuk menjamin agar tingkah laku atau perbuatanseorang anaksesuaidengansyaratyang selayaknya atau dapat mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini termasuk kemampuan untuk menjaminagarseseorangberbuat, bertingkahlakusesuaidenganaturan atau ketentuan yang berlaku. Karena itu, kesadaran yang dimaksud hendaklah mengambil tempat dalam setiap hati nurani setiap anggota.c. KesetiaanKesetiaan merupakan keteguhan hati atau ketaatan setiap siswa kepada peraturanbaikyangdia buat sendiri maupunyangdibuat olehsosial lingkungannya. Kesetiaan merupakan hal yang sangat penting sekali demi terwujudnyaketertiban dan kenyamanan belajar siswa itu sendiri. Untuk mengetahui kesetiaan seseorang dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:1) Konsistenadalah keseimbangan antara tindakan yangdilaksanakan dengan ucapan. Konsisten dalamhal ini adalah tindakan-tindakan siswa dalam proses belajarnya harus sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya belajar dan mendapat hasil yang maksimal.2) Tanggung jawab adalah sikap yang berani menerima resiko atau konsekuesi dari apa yang telah dilakukannya. Jadi seorang siswa harus berani menanggung segala resiko atau konsekuesi dari apa yang dilakukan atau diperbuatnya. Tanggung jawab disini dapat dilihat dari menejemen waktu yang digunakan siswa untuk beristirahat di sela-sela belajarnya, atau yang lainnya.BAB IIIPENGEMBANGAN SKALA PSIKOLOGIa. Definisi OperasionalKedisiplinanadalah perilakusiswayangdengansukarela mengikuti, menyesuaikan dengan tertib pada aturanaturan yang berlaku untuk mencapai apa yang menjadi tujuan siswa dengan lebih mudah dan hasilnya maksimal. Tinggi rendahnya kedisiplinan siswa dapat diukur dengan skala kedisiplinan yang disusun berdasarkan tiga aspek kedisiplinan,yaitu: ketertiban terhadap aturan, tanggung jawab, dan kontrol diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala menunjukkan semakin tinggi kedisiplinan siswa, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah kedisiplinan siswa.Aspek-aspek dalam skala kedisiplinan ini meliputi:1. Ketaatan dan Kepatuhana) Pengetahuan Menunjukkan pengetahuan siswa dalammelihat arti dari sebuah kedisiplinan belajar.b) Perilaku Menunjukkan tanggapan atau reaksi berupa tindakan nyata untuk disiplin waktu proses belajar sedang atau akan berlangsung. 2. Kesadarana) Keadaan tahu, mengerti, dan merasa.Menunjukkan keadaan tahu, mengerti, dan merasa tentang makna dan tujuan disiplin dalam belajar.b) Kesadaran pribadiMenunjukkankesadaranpribadi siswamengenai pentingnyadisiplin dalam belajar.3. Kesetiaana) Konsisten Menunjukkan adanya keseimbangan antara tindakan yang dilaksanakan dengan ucapan. b) Tanggung jawab Menunjukkan sikap berani menanggung semua resiko atau konsekuensi dari apa yang telah dilakukannya.b. Blue PrintTabel BLUE PRINT SKALA KEDISIPLINANNo. VariabelSub VariabelIndikator No. Aitem Keterangan1. Kedisiplinan BelajarKetaatan dan kepatuhan- Pengetahuan- Perilaku1, 7, 13, 19, 252, 8, 14, 20, 26UF, F, UF, F, UFF, UF, F, UF, F2. Kesadaran - Keadaan tahu, mengerti, dan merasa- Kesadaran pribadi3, 9, 15, 21, 274, 10, 16, 22, 28F, UF, F, UF, FUF, F, UF, F, UF3. Kesetiaan - Konsisten- Tanggung jawab5, 11, 17, 23, 296, 12, 18, 24, 30F, UF, F, UF, FF, UF, F, UF, FJUMLAH 30 301. KETAATAN DAN KEPATUHAN Pengetahuan - Favourable 1. Dalamproses belajar, perlu adanya sebuah kedisiplinan demi tercapainya hasil yang maksimal2. Sebagai seorang murid, disipin dalam belajar menjadi sesuatu yang sangat penting- Unfavourable1. Tanpakedisiplinandalambelajarpun, sayabisadapathasil yang maksimal2. Saya merasa akan tetap bisa berprestasi, walaupun saya tidak bisa disiplin dalam belajar3. Kesuksesan tetap bisa saya raih, walaupundalambelajar saya seenaknya sendiri Perilaku - Favourable 1. Begituwaktubelajar sayatiba, sayaakanlangsungmelakukan kegiatan belajar2. Ketika waktu belajar tiba, hal-hal yang mengganggu proses belajar akan saya acuhkan 3. Ketika saya sedang belajar, saya akan menolak ajakan teman untuk pergi nonton di bioskop walaupun film itu kesukaan saya- Unfavourable1. Saya akan menemui teman saya yang datang berkunjung, walaupun pada saat saya sedang belajar2. Sayaakanlangsungberangkat nontonkonser grupbandfavorit saya walaupun besok akan ujian2. KESADARAN Keadaan tahu, mengerti, dan merasa- Favourable 1. Saya mengerti jika kedisiplinan dalam belajar sangatlah penting2. Jika saya menerapkan kedisiplinan dalam proses belajar saya, saya yakin hasil yang akan saya peroleh akan maksimal3. Disiplin dalam belajar, adalah salah satu faktor kesuksesan- Unfavourable1. Saya akan lebih memilih pergi jalan-jalan dengan teman, daripada belajar dalam persiapan Ujian 2. Walaupunsaya tahujika belajar dalamrangka persiapanujian penting, saya akan tetap merasa santai Kesadaran Pribadi- Favourable 1. Saat waktu belajar tiba, saya akan langsung menghentikan segala aktivitas saya yang tidak ada sangkut pautnya dengan belajar2. Sayaakanlebihmemilihuntukmembacamateri ujian, daripada pergi jalan-jalan dengan teman-teman- Unfavourable1. Ketika ada tontonan di televisi yang menarik, saya akan menghentikan belajar saya dan langsung melihat televisi itu 2. Sebelumujian dilaksanakan saya bebas melakukan semua hal untuk refreshing, karena pada saat ujian saya harus fokus ke pelajaran3. Saya belajar ketika sudah diperintahkan oleh kedua orang tua saya3. KESETIAAN Konsisten- Favourable 1. Saya mempunyai jadwal belajar yang sudah saya tepati2. Waktu belajar yang sudah saya tetapkan, akan saya patuhi3. Ketika jadwal waktu belajar tiba, saya akan langsung belajar- Unfavourable1. Saya tidak mempunyai jadwal belajar saya yang pasti2. Setiap harinya saya belum pasti mengulang materi yang diterangkan oleh pengajar Tanggung jawab- Favourable 1. Karena sebentar lagi saya akan mengikuti Ujian, maka saya harus lebih giat belajar 2. Walaupunsedangadakesibukan, sayatetapmenyisihkanwaktu setiap harinya untuk membaca buku pelajaran 3. Karena saya seorangpelajar, saya mempunyai tanggungjawab untuk selalu belajar di sela-sela aktivitas saya sehari-hari- Unfavourable1. Jika di rumah, saya hanya akan belajar ketika disuruh oleh orang tua 2. Hasil belajar sayanantinya, adalahmerupakantanggungjawab pengajar sayaBAB IVHASIL SKALA PSIKOLOGIa. Skala PsikologiDalam penelitian ini digunakan Skala Kedisiplinan Belajar untuk mengukur seberapabesar tingkat kedisiplinanbelajar siswasebelumujian nasional dilaksanakan. Namun dalam pelaksanaan tryoutskala pada penelitian ini digunakan Skala Kedisiplinan belajar yang dibuat secara umum. Tidak langsung dikerucutkan pada persiapan siswa SMA sebelum menghadapi ujian Nasional. Karena subyek yang peneliti pilih adalah mahasiswi UNNES yangakanmenghadapiujian yang sebentar lagiakandilaksanakan. Peneliti meilih untuk memakai subjek tesebut dikarenakan antara subjek yang sebenarnya dan yang di try outkan memiliki beberapa karakteristik yang sama.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala psikologi sebagai alat ukur. Dalam kegiatan penelitian ini yang digunakan adalahberupa skala Kedisiplinan Belajar yangberisi sejumlah pernyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalamarti laporanmengenai diri pribadinyauntukdapat mengukur tingkat kedisiplinan belajar siswa sebelummenghadapi ujian nasional. Melalui penggunaanskalapsikologi dalam pengumpulan data pada penelitian,maka diharapkan data yang diperoleh dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif melalui pengukuran disamping valid dan reliabel. Pengumpulan data melalui skalapsikologi dalampenelitian diharapkan dapat mengukur seberapa besar kedisiplinanbelajaryangdimiliki subjekdalampenelitiansecaraobjektif. Skalaini terdiri dari duakelompokyaituitemyangberbentukpositif atau mendukung (favorable) dan item yang berbentuk negatif atau tidak mendukung (unfavorabel).Pernyataan dalam aitem favorabel mempunyai skor sebagai berikut ini: Sangat sesuai (SS ) : 4Sesuai (S) : 3Tidak sesuai (TS) : 2Sangat tidak sesuai (STS) : 1Sementara itu, pernyataandalamaitemunfavorabel mempunyai skor sebagai berikut:Sangat sesuai (SS) : 1Sesuai (S) : 2Tidak sesuai (TS) : 3Sangat tidak sesuai (STS) : 41. Petunjuk pengisian skala Kedisiplinan BelajarBeri tanda V(cek) pada kolompilihan yangdianggapsesuai dengan keadaan,ide dan pendapat Anda. Adapun makna dari setiap jawaban adalah sebagai berikut :SS: Jika pernyataan sangat sesuai dengan apa yang saudara rasakan.S: Jika pernyataan sesuai dengan apa yang saudara rasakan.TS: Jika penyataan tidak sesuai dengan apa yang saudara rasakan.STS :Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan apa yang saudara rasakan.2. Skala kedisiplinan belajarNo.Aitem SS S TS STS1. Tanpakedisiplinandalambelajarpun, sayabisa dapat hasil yang maksimal2. Begitu waktu belajar saya tiba, saya akan langsung melakukan kegiatan belajar3. Saya mengerti jika kedisiplinan dalambelajar sangatlah penting4. Ketika ada tontonan di televisi yang menarik, saya akan menghentikan belajar saya dan langsung melihat televisi itu 5. Saya mempunyai jadwal belajar yang sudah saya tepati6. Karena sebentar lagi saya akan mengikuti Ujian, maka saya harus lebih giat belajar 7. Dalam proses belajar, perlu adanya sebuah kedisiplinan demi tercapainya hasil yang maksimal8. Saya akan menemui teman saya yang datang berkunjung, walaupun pada saat saya sedang belajar9. Saya akan lebih memilih pergi jalan-jalan dengan teman, daripada belajar dalam persiapan Ujian 10. Saat waktu belajar tiba, saya akan langsung menghentikan segala aktivitas saya yang tidak ada sangkut pautnya dengan belajar11. Sayatidakmempunyai jadwal belajar saya yang pasti12. Jika di rumah, saya hanya akan belajar ketika disuruh oleh orang tua 13. Saya merasa akan tetap bisa berprestasi di sekolah, walaupun saya tidak bisa disiplin dalam belajar14. Ketika waktu belajar tiba, hal-hal yang mengganggu proses belajar akan saya acuhkan 15. Jikasayamenerapkan kedisiplinan dalamproses belajar saya, saya yakin hasil yang akan saya peroleh akan maksimal16. Sebelum ujian dilaksanakan saya bebas melakukan semua hal untuk refreshing, karena pada saat ujian saya harus fokus ke pelajaran17. Waktu belajar yangsudah saya tetapkan, akan saya patuhi18. Walaupun sedang ada kesibukan, saya tetap menyisihkan waktu setiap harinya untuk membaca buku pelajaran 19. Sebagai seorang siswa, disipin dalam belajar menjadi sesuatu yang sangat penting20. Saya akan langsung berangkat nonton konser grup band favorit saya walaupun besok akan ujian21. Walaupunsaya tahujika belajar dalamrangka persiapanujianpenting, sayaakantetapmerasa santai22. Saya akanlebih memilih untuk membaca materi ujian, daripadapergi jalan-jalandenganteman-teman23. Setiap harinya saya belum pasti mengulang materi yang diterangkan oleh pengajar24. Hasil belajar saya nantinya, adalah merupakan tanggung jawab pengajar saya25. Kesuksesan tetap bisa saya raih, walaupun dalam belajar saya seenaknya sendiri26. Ketikasayasedangbelajar, sayaakanmenolak ajakan teman untuk pergi nonton di bioskop walaupun film itu kesukaan saya27. Disiplindalambelajar, adalahsalahsatufaktor kesuksesanb. Hasil Uji Coba (Try Out)Pada penelitian ini dilaksanakan uji coba Skala Kediplinan Belajar terhadap subjek uji coba penelitian. Adapun subjek dalam uji coba skala ini dilaksanakan pada mahasiswi Universitas Negeri Semarang. Subjek dalam uji coba skala ini berjumlah 50 orang. Dalam uji coba skala self-disclosure digunakan 30 aitem yang mengacu pada aspek-aspek yang membentuk kedisiplinan dalam belajar. Uji coba skala ini dilakukan untuk mengetahui aitem-aitemmana saja yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi. Dari uji coba skala yang dilakukan terhadap subjek uji coba,maka diperoleh hasil dimana terdapat 28 aitem valid dan 2 aitem tidak valid dari 30 aitem. Adapun aitem yang tidak valid tersebut adalah sebagai berikut ini:1. Saya akan menemui teman saya yang datang berkunjung, walaupun pada saat saya sedang belajar2. Setiap harinya saya belum pasti mengulang materi yang diterangkan oleh pengajarTerdapatnya 2 aitem yang tidak valid tersebut di atas maka diputuskan untuktidakdipergunakandalampenelitian. Halini dikarenakanpadaaitem tersebut telah terwakili oleh aitem-aitemlain yang mengacu pada aspek kedisiplinanbelajar.Dengan digugurkannya atau tidak digunakannya aitem-aitemyangtidakvalidtersebut didalampenelitian, makadiharapkanskala kedisiplinan belajar ini masih dapat digunakan sebagai alat ukur untuk memperoleh data dalam penelitian secara objektif terhadap subjek. Hasil perhitunganreliabilitasterhadapskalakediplinanbelajar siswa yang akan menempuh ujian, makadiperoleh reliabilitas sebesar 0,909 terhadap 30 aitem skala. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa skala 28. Saya belajar ketika sudah diperintahkan oleh kedua orang tua saya29. Ketika jadwal waktu belajar tiba, saya akan langsung belajar30. Karena saya seorang pelajar, saya mempunyai tanggungjawabuntukselalubelajardi sela-sela aktivitas saya sehari-harikediplinan belajardapat dipercaya sebagai alat ukur untuk pengambilan data dalam penelitian.c. Validitas dan Reliabilitas Skala PsikologiDari pelaksanaanuji cobaterhadapSkala KedisiplinanBelajar yang dilakukanterhadapsubjekuji coba, makadiperolehhasil berupadatayang menunjukan validitas dan reliabilitas skala. 1. ValiditasValiditas adalahindeksyangmenunjukkansejauhmanasuatu skalabenarbenardapatmengukur apayangperludiukur(Ancok, 1985, h.13). Skala yang tidak valid adalah skala yang hanya mampu mengungkap sebagian dari atribut yang seharusnya atau justru mengukuratribut lain(Azwar,2000,h. 7). Validitasberasal dari kata validityyang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecemasan suatu instrumen pengukur (tes) dalammelakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003 : 173). Validitas merupakan suatu ukuranyangmenunjukkan tingkat kevalidansuatuinstrumen. Suatuinstrumendikatakanvalidapabila mampumengukurapayangseharusnyadiukur(SuharsimiArikunto, 2002:144).Dalam penelitian ini untuk menguji kevalidan instrumen dilakukandenganvaliditas internal instrumenyangdicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan, (Suharsimi Arikunto, 2002 : 148).Suatu cara yang dapat digunakan untukmengetahui validitas suatu alat ukur adalah dengan mengkoreksikan antara skor yang diperoleh tiap tiap aitem dengan skor total. Korelasi antara skor item dengan skor total haruslah signifikan karena dengan begitu suatu alat ukur baru dapat dikatakan mempunyai validitas (Ancok, 1985, h. 13). Tinggi rendahnya validitas ditunjukkan dengan suatu koefisien validitas. Itemyang digunakan dalampenelitian ini dihitung dengan menggunakankorelasi antara skor item dan skor total item.Korelasi ini menggunakan rumus Product Moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:( )( )( ) ( )''

,`

.|

,`

.| NYYNXXNY XXYrxy2222Keterangan :xyr: Koefisien korelasi Product MomentXY: Jumlah perkalian skor item dengan skor totalX: Jumlah skor tiap-tiap itemY: Jumlah skor total item N : Jumlah subjekHasil perhitungan uji validitas alat ukur pada variabel KedisiplianBelajar padasiswamenjelangujiannasional dilakukan dengananalisis per indikator denganmenggunakanrumus korelasi product moment.Penghitungan uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel (r product moment) untuk N = 50 (subjek uji coba) dan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel 0,279. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 aitem atau pernyataan yang tidak valid. Hal ini dapat berarti bahwa terdapat 28 aitem dari 30 item dinyatakan valid. Keadaan hasil ini dikarenakan r hitung > r tabel. Pada penghitungan uji validitas tersebut ditemukannya r hitung terendah 0,178 dan tertinggi 0,699. Terdapatnya 2 aitemyang tidak valid tersebut di atas maka diputuskan untuk tidak dipergunakan dalam penelitian. Hal ini dikarenakan pada aitem tersebut telah terwakili oleh aitem-aitem lain yang mengacu pada aspek kedisiplinan belajar. Dengan digugurkannya atau tidak digunakannya aitem-aitemyang tidak valid tersebut di dalam penelitian, maka diharapkan skala kedisiplinan belajar ini masih dapat digunakan sebagai alat ukur untuk memperoleh data dalam penelitiansecaraobjektif terhadapsubjek. Berikut ini adalahtabel hasil perhitungan uji validitas variabel kedisiplinan belajar.Tabel Hasil Uji Validitas Kediplinan BelajarAitem SoalrHitung rTabel Keterangan1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.0,4370,4750,6710,5700,5060,4680,6400,1870,6990,5370,5400,5610,6490,3250,5040,4140,5840,4970,6820,6890,4160,6500,2480,4740,6700,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,2790,279ValidValidValidValidValidValidValidTidak ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidValidTidak ValidValidValid

,`

.|+ 222211 2xSS S24.25.26.27.28.29.30.0,4020,6220,6070,4870,5320,2790,2790,2790,2790,279ValidValidValidValidValid2. Reliabilitas Reliabilitas adalah taraf sejauh mana test tersebut sama dengan testitusendiri (Suryabrata, 1984, h. 29). Sedangkan menurut Ancok (1987, h. 19) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dipercaya atau dapat diandalkan.Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memilki reliabilitas tinggi adlah pengukuran yang dapat menghasilkan sata yang reliabel (Azwar, 2003 : 180). Reliabilitas instrumen merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kepercayaan instrumen dalam mengungkap data, artinya istrumen tidak bersifat tendensius, mengarahkan responden untuk memilihjawaban-jawabantertentu. Instrumenyangdapat dipercaya reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154).Untuk keperluan penelitian peneliti menggunakan jenis reliabilitas internal yaitu menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan terhadap kelompok responden (Suharsimi Arikunto, 2002 : 156).Reliabilitas memiliki nama lain seperti kepercayaan dan keajegan. Pengujian terhadap reliabilitas dengan mengunakan formula koefisien alpha yang dikemukan oleh Cronbach. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :Keterangan :: Koefisien reliabilitas Alpha21S: Varians skor belahan 122S: Varians skor belahan 22xS: Varians skor totalHasilperhitungan reliabilitas terhadap skala kedisiplinan belajar pada siswa yang akan menempuh ujian nasional, maka diperoleh reliabilitas sebesar 0,909terhadap30aitemskala. Olehkarenaitu, maka dapat disimpulkan bahwa skala kedisiplinan belajar yang dibuat tersebut dapatdipercayasebagaialat untukpengambilandatasecara objektif di dalam penelitian untuk mengetahui seberapa besar kedisiplinan belajar pada subjek penelitian. Berikut ini merupakan table hasil perhitungan uji reliabilitas variabel kedisiplinan belajar.Case Processing SummaryN %Cases Valid 50 100,0Excluded(a)0 ,0Total 50 100,0aListwise deletion based on all variables in the procedure.Reliability StatisticsCronbach's AlphaN of Items,909 30BAB VREFLEKSI; KESAN-PESAN PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIDalam penyusunan skala psikologi yang membahas tentang kedisiplinan belajar siswamenjelangpelaksaaanujiannasionalini ditemukanberbagai hambatan. Diantaranya adalah karakteristik subjek penelitian yang diinginkan olehpeneliti adalahsiswaSMAyangtergolonglemahdalamhal disiplin belajar. Tetapi pada kenyataannya peneliti memilih subjek mahasiswi UNNES secaraacak. Alasanmengapapeneliti memilihsubjekpenelitianmahasiswi UNNES adalah adanya karakteristik yang sama yaitu mahasiswi yang dalam persiapan menjelang ujianakhir semester. Tapi skala ini dapat dikatakan sudah dapat digunakan pada penelitian oleh peneliti pada subjek yang sebenarnyaTerdapatnya 30 aitem di dalam skala kedisiplinan belajar yang digunakan dalam uji coba skala ini dirasakan sangat minim sekali dan terbatas sekali dalamproses pengukuran validitas dan reliabilitas skala psikologi sebagai alat ukur dalam penelitian yang dilakuakan terdapap subjek penelitian. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan aitem-aitem yang gugur akibat tidak validdalampengukurantingkat validitas skala. Denganterdapatnya skala denganjumlahaitemyangbesar, maka diharapkandapat menjadi pilihan dalam palaksanaan pada subjek yang sebenarnya.BAB VIPENUTUPa. KesimpulanBerdasarkan analisis data seperti yang terurai di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :1. Dari hasil perhitunganterhadaphasiltryoutpadaskalakedisiplinan belajar, makadiperolehrhitung1dengantaraf signifikansi 5%untuk N=50. Oleh karena itu maka diperoleh rtabel0,279. Dari hasil perhitungantersebut, makadapat disimpulkanbahwarhitung1> rtabel 0,279. 2. Dengan membandingkannilair hitung dengan r tabel (r product moment) untukN=50(subjekujicoba) dantaraf signifikansi 5% diperolehr tabel 0,279, makadapat disimpulkanbahwaterdapat 2 aitem atau pernyataan yang tidak valid. 3. Terdapat 28 aitem dari 30 item dinyatakan valid, karena r hitung >r tabel. 4. Ditemukannya r hitung terendah terendah 0,178 dan tertinggi 0,699.5. Terdapatnya 2 aitem yang tidak valid tersebut maka diputuskan untuk tidak dipergunakan atau digugurkan dalam penelitian. Hal ini dikarenakanpadaaitem tersebuttelah terwakili oleh aitem-aitem lain yang mengacu pada aspek kedisiplinan belajar.6. Hasil perhitungan reliabilitas terhadap skala kedisiplinan belajarsiswa menjelang ujian akhir nasional, makadiperoleh reliabilitas sebesar 0,909 terhadap 30 aitem skala. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwaskalakediplinanbelajar yangdibuat tersebut dapat dipercaya sebagai alat untuk pengambilan data secara objektif di dalam penelitian untuk mengetahui seberapa besar kedisiplinan belajarpada subjek penelitian.b. Saran Adapun beberapa saran yang dapat digunakan untuk kepentingan penelitian yang akan datang adalah dimana penelitian berikutnya hendaknya dapat:1. Menggunakansampel dalamjumlahbesaragarhasil penelitiandapat representatif.2. Sebelum skala psikologi disebarkan terhadap sempel dalam penelitian, sebaiknya dilakukan uji coba skala terlebih dahulu agardapat diketahui validitasdanreliabilitasdari skalapsikologi tersebut. Denganhalini maka diharapkan peneliti dapat mengetahui aitem-aitem mana saja yang valid dan tidak valid untuk dapat digunakan dalam penelitian.3. Melakukan try out terhadap skala psikologi dengan jumlah subjek yang besar. Hal ini dimanajumlahsubjekdalam tryoutlebihbesar dari subjeksampel dalampenelitianyangsebenarnya. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi ketika beberapa aitemyang dibuat dalamskala ternyatamenunjukanhasil tidakvaliddanreliablesebagai alat ukur. Dengandilakukannyatry outterhadapsubjekdenganjumlahbesar makadapatdiambillangkahuntukmenghilangkansejumlahhasiltry out yang menunjukan hasil tidak valid yang dimungkinkan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan hal ini diharapkan penelitian dapat terus berjalan dengan subjek-subjek lain yang menunjukan hasil skala psikologi valid.4. Membuat dan menggunakan aiten-aitem dalam jumlah besar pada skala psikologi yang akandigunakan dalampenelitian. Hasil pengukuran terhadap aitem-aitem yang dilakukan pada try out skala psikologi dapat memungkinkandiperolehnyahasil dimanaterdapat aitem-aitemyang tidak valid dan reliable sebagai alat ukur. Pada keadaan tersebut dengan jumlah aitem yang besar pada skala, maka dapat memungkinkan untuk menggugurkanatautidakmenggunakanaitem-aitemyangtidakvalid tersebut untukkemudianmenggunakanaitem-aitemyangvaliduntuk dapat dipergunakanpadapenelitianterhadapsempel penelitianyang sebenarnya.5. Dalam mengumpulkan data hasil penelitian sebaiknya digunakan metode pelengkap disamping metode utama. Metode pelengkap dalam pengumpulan data tersebut dapat berupa metode wawancara dan observasi. Denganhal tersebut diharapkandapat diperolehhasil data yang lebih banyak. Selain itu, dengan metode tambahan ini maka juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengkroscek data yang telah didapat dengan menggunakan metode utama sebelumnya.DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka CiptaAtkinson, R.L, dkk. 1993.PengantarPsikologi: JilidI. AlihBahasa:Widjaja Kusuma. Batam Center: Interaksara.Azwar, Syaifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Azwar,Syaifuddin. 2007.Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakrta: Pustaka Pelajar Offset. Chaplin, J.P. 2001.Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Kartono, K. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.LAMPIRAN1. CorrelationsTOTALAitem 01 Pearson Correlation 0,437**Sig. (2-tailed) 0,001N 50Aitem 02 Pearson Correlation 0,475**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 03 Pearson Correlation 0,671**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 04 Pearson Correlation 0,570**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 05 Pearson Correlation 0,506**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 06 Pearson Correlation 0,468**Sig. (2-tailed) 0,001N 50Aitem 07 Pearson Correlation 0,640**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 08 Pearson Correlation 0,187Sig. (2-tailed) 0,195N 50Aitem 09 Pearson Correlation 0,699**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 10 Pearson Correlation 0,537**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 11 Pearson Correlation 0,540**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 12 Pearson Correlation 0,561**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 13 Pearson Correlation 0,649**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 14 Pearson Correlation 0,325*Sig. (2-tailed) 0,021N 50Aitem 15 Pearson Correlation 0,504**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 16 Pearson Correlation 0,414**Sig. (2-tailed) 0,003N 50Aitem 17 Pearson Correlation 0,584**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 18 Pearson Correlation 0,497**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 19 Pearson Correlation 0,682**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 20 Pearson Correlation 0,689**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 21 Pearson Correlation 0,416**Sig. (2-tailed) 0,003N 50Aitem 22 Pearson Correlation 0,650**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 23 Pearson Correlation 0,248Sig. (2-tailed) 0,083N 50Aitem 24 Pearson Correlation 0,474**Sig. (2-tailed) 0,001N 50Aitem 25 Pearson Correlation 0,670**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 26 Pearson Correlation 0,402**Sig. (2-tailed) 0,004N 50Aitem 27 Pearson Correlation 0,622**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 28 Pearson Correlation 0,607**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 29 Pearson Correlation 0,487**Sig. (2-tailed) 0,000N 50Aitem 30 Pearson Correlation 0,532**Sig. (2-tailed) 0,000N 50TOTAL Pearson Correlation 1Sig. (2-tailed)N 50* Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). ificant at the 0,01 level (2-tailed).** Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).2. Reliability StatisticsCronbach's AlphaN of Items,909 30AListwise deletion based on all variables in the procedure.Nama:Petunjuk pengisianBacalahsetiappernyataan dengan seksama kemudian berikan jawaban saudara pada kolom bagisetiap pernyataan tersebut dengan cara member tanda centang () sesuai dengan keadaan diri saudara.Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:SS = Sangat SesuaiS = SesuaiTS = Tidak SesuaiSTS = Sangat Tidak SesuaiSetiap orang dapat memberikan jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri saudara, karena di sini tidak ada jawaban yang dianggap salah.No.Aitem SS S TS STS1. Tanpa kedisiplinan dalam belajarpun, saya bisa dapat hasil yang maksimal2. Begitu waktu belajar saya tiba, saya akan langsung melakukan kegiatan belajar3. Saya mengerti jika kedisiplinan dalam belajar sangatlah penting4. Ketika ada tontonan di televisi yang menarik, saya akan menghentikan belajar saya dan langsung melihat televisi itu 5. Saya mempunyai jadwal belajar yang sudah saya tepati6. Karena sebentar lagi saya akan mengikuti Ujian, maka saya harus lebih giat belajar 7. Dalam proses belajar, perlu adanya sebuah kedisiplinan demi tercapainya hasil yang maksimal8. Saya akan menemui teman saya yang datangberkunjung, walaupunpada saat saya sedang belajar9. Saya akan lebih memilih pergi jalan-jalan dengan teman, daripada belajar dalam persiapan Ujian 10. Saat waktu belajar tiba, saya akan langsung menghentikan segala aktivitas saya yang tidak ada sangkut pautnya dengan belajar11. Saya tidak mempunyai jadwal belajar saya yang pasti12. Jikadi rumah, sayahanyaakanbelajar ketika disuruh oleh orang tua 13. Saya merasa akan tetap bisa berprestasi di sekolah, walaupun saya tidak bisa disiplin dalam belajar14. Ketikawaktubelajartiba, hal-hal yang mengganggu proses belajar akan saya acuhkan 15. Jika saya menerapkan kedisiplinan dalam proses belajar saya, saya yakin hasil yang akan saya peroleh akan maksimal16. Sebelumujiandilaksanakan saya bebas melakukansemuahal untukrefreshing, karena pada saat ujian saya harus fokus ke pelajaran17. Waktu belajar yang sudah saya tetapkan, akan saya patuhi18. Walaupun sedang ada kesibukan, saya tetapmenyisihkanwaktusetiapharinya untuk membaca buku pelajaran 19. Sebagai seorang siswa, disipin dalam belajar menjadi sesuatu yang sangat penting20. Saya akan langsung berangkat nonton konsergrup band favoritsaya walaupun besok akan ujian21. Walaupunsayatahujikabelajar dalam rangka persiapan ujian penting, saya akan tetap merasa santai22. Saya akan lebih memilih untuk membaca materi ujian, daripadapergi jalan-jalan dengan teman-teman23. Setiap harinya saya belum pasti mengulang materi yang diterangkan oleh pengajar24. Hasil belajar saya nantinya, adalah merupakan tanggung jawab pengajar saya25. Kesuksesan tetap bisa saya raih, walaupundalambelajar sayaseenaknya sendiri26. Ketika sedang belajar, saya akan menolak ajakan teman untuk pergi nonton di bioskop walaupun film itu kesukaan saya27. Disiplin dalam belajar, adalah salah satu faktor kesuksesan28. Saya belajar ketika sudah diperintahkan oleh kedua orang tua saya29. Ketikajadwal waktubelajar tiba, saya akan langsung belajar30. Karena saya seorang pelajar, saya mempunyai tanggungjawabuntukselalu belajar di sela-sela aktivitas saya sehari-hari