kecepatan_disolusi (1)

Upload: regita-ayu-lestari

Post on 02-Jun-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    1/32

    Abd Rahman Munir 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Difusi bebas atau transport aktif suatu zat melalui suatu cairan, zat padat

    atau melalui membran adalah suatu proses yang sangat penting dalam ilmu

    farmasi, pokok dari fenomena transport massa yang diterapkan dalam bidang

    farmasi adalah disolusi obat dari tablet, serbuk serta granul, liofulisasi,

    ultrafiltrasi dan proses mekanik lainnya, termasuk distribusi molekul obat di

    dalam jaringan.

    Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk

    sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting

    artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat

    tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.

    Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat,

    seperti salep, kapsul atau tablet.

    Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki

    daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang

    relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak

    sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang

    minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin

    dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan

    ester dengan teknik seperti mikronisasi obat atau kompleksasi.

    Mengingat pentingnya disolusi obat dalam bidang farmasi, maka sudah

    sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai kecepatan disolusi

    suatu obat, termasuk cara-cara dalam menentukan kecepatan disolusi suatu zat,

    menggunakan alat kecepatan disolusi suatu zat, dan menerangkan faktor-faktor

    yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat.

    Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, alat uji disolusi ada dua yaitu;

    alat uji disolusi tipe keranjang (basket) dan alat uji disolusi tipe dayung

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    2/32

    Abd Rahman Munir 2

    (paddle). Namun, dalam percobaan ini yang digunakan adalah alat uji disolusi

    tipe keranjang (basket).

    2. Tujuan Percobaan

    a.

    Menetukan kecepatan disolusi suatu obat

    b. Menggunakan alat kecepatan disolusi suatu zat

    c. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    3/32

    Abd Rahman Munir 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Dasar Teori

    Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukan ke dalam beaker

    glass yang berisi air atau dimasukan ke dalam saluran cerna (Saluran

    gastrointestinal), obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk

    padanya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga

    mengalami diistegrasi menjadi granul-granul, dan granul-grabuk mengalami

    pemecahan menjadi partikel halus. Diintegrasi, deagregrasi dan disolusi bisa

    berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat di tempat obat

    tersebut diberikan (Martin, 2008).

    Sejumlah metode untuk menguji disolusi dari tablet dan granul secara in

    vitro dapat digunakan metode keranjang dan dayung. Uji hancur pada suatu

    tablet didasarkan pada kenyataan bahwa, tablet itu pecah menjadi partikel-

    partikel kecil, sehingga daerah permukaan media pelarut menjadi lebih luas,

    dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam cairan tubuh. Namun,

    sebenarnya uji hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk

    hancur di bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberikan jaminan

    bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan

    kecepatan yang seharusnya. Oleh sebab itu, uji disolusi dan ketentuan uji

    dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet. Laju absorpsi dari obat-obat

    bersifat asam yang diabsorpsi dengan mudah dalam saluran pencernaan sering

    ditetapkan dengan laju larut obat dalam tablet (Martin, 2008).

    Agar diperoleh kadar obat yang tinggi di dalam darah, maka kecepatan

    obat dan tablet melarut menjadi sangat menentukan. Karena itu, laju larut dapat

    berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dan perbedaan

    bioavaibilitas dari berbagai formula. Karena itu, dilakukannya evaluasi

    mengenai apakah suatu tablet melepas kandungan zat aktifnya atau tidak bila

    berada di saluran cerna, menjadi minat utama dari para ahli farmasi (Martin,

    2008).

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    4/32

    Abd Rahman Munir 4

    Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam

    cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara

    oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-

    partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-

    usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium

    asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam

    lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi

    (Ansel, 1985).

    Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran

    cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau

    tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi

    menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi

    partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung

    secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut

    diberikan (Martin, 1993).

    Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau

    reaktivitas partikel-partikel padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami

    dua langkah berturut-turut (Gennaro, 1990):

    a.

    Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap

    atau film disekitar partikel

    b. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair

    Langkah pertama, larutan berlangsung sangat singkat. Langkah kedua,

    difusi lebih lambat dan karena itu adalah langkah terakhir.

    Adapun mekanisme disolusi dapat digambarkan sebagai berikut:

    Difusi layer model (theori film)

    Massa larutan dengan

    konsentrasi = Ct

    Kristal

    Lapisan film (h) dgn

    konsentrasi = Cs

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    5/32

    Abd Rahman Munir 5

    Pada waktu suatu partikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul

    obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu

    lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat.

    Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini,

    molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan

    dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi. Jika molekul-molekul obat

    terus meninggalkan larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan

    obat yang dilarutkan dari permukaan partikel obat dan proses absorbsi tersebut

    berlanjut (Martin, 1993).

    Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau

    jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu,

    laju obat yang terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya

    menembus menembus pembatas membran. Tetapi, jika laju disolusi untuk

    suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau

    bentuk dosis yang diberikan , proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap

    yang menentukan laju dalam proses absorbsi. Perlahan-lahan obat yang larut

    tidak hanya bisa diabsorbsi pada suatu laju rendah, obat-obat tersebut mungkin

    tidak seluruhnya diabsorbsi atau dalam beberapa hal banyak yang tidak

    diabsorbsi setelah pemberian ora, karena batasan waaktu alamiah bahwa obat

    bisa tinggal dalam lambung atau saluran usus halus (Martin, 1993).

    Pemikiran awal dilakukannya uji hancurnya tablet didasarkan pada

    kenyataan bahwa tablet itu pecah menjadi lebih luas dan akan berhubungan

    dengan tersedianya obat di dalam cairan tubuh. Namun sebenarnya uji hancur

    hanya waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang

    ditetapkan dan lewatnya partikel melalui saringan. Uji ini tidak memberi

    jaminan bahwa partikel-partilkel tersebut akan melepas bahan obat dalam

    larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Untuk itulah sebabnya uji disolusi

    dan ketentuan uji dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet (Martin,

    1993).

    Diperkirakan bahwa pelepasan paling langsung obat dari formula tablet

    diperoleh dengan mengukur bioavaibilitas in vivo. Ada berbagai alasan

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    6/32

    Abd Rahman Munir 6

    mengapa penggunaan in vivo menjadi sangat terbatas, yaitu lamanya waktu

    yang diperlukan untuk merencanakan, melakukan, dan mengitepretasi;

    tingginya keterampilan yang diperlukan bagi pengkajian pada manusia;

    ketepatan yang rendah serta besarnya penyimpangan pengukuran; besarnya

    biaya yang diperlukan; pemakaian manusia sebagai obyek bagi penelitian yang

    nonesensial; dan keharusan menganggap adanya hubungan yang sempurna

    antara manusia yang sehat dan tidak sehat yang digunakan dalam uji. Dengan

    demikian, uji disolusi secara in vitro dipakai dan dikembangkan secara luas,

    dan secara tidak langsung dipakai untuk mengukur bioavabilitas obat, terutama

    pada penentuan pendahuluan dari faktor-faktor formulasi dan berbagai metoda

    pembuatan yang tampaknya akan mempengaruhi bioavaibilitas. Seperti pada

    setiap uji in vitro, sangat penting untuk menghubungkan uji disolusi dengan tes

    bioavaibilitas in vitro (Ansel, 1989).

    Ada dua sasaran dalam mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk

    menunjukkan (Ansel, 1989):

    1.

    Penglepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100%

    2.

    Laju penglepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan

    laju penglepasan dari batch yang telah dibuktikan bioavaibilitas dan efektif

    secara klinis

    Suplemen 3 dari USPXX/NFXV menetapkan bahwa salah satu dari dua

    alat yang dicantumkan harus digunakan dalam pada penentuan laju larut (laju

    disolusi). Toleransi uji dinyatakan sebagai persen jumlah atau kadar di etiket

    obat dari obat yang larut selama batas waktu. Tes kecepatan melarut telah

    didesain untuk mengukur berapa kecepatan zat aktif dari satu tablet atau kapsul

    melarut ke dalam larutan. Hal ini perlu diketahui sebagai indikator kualitas dan

    dapat memberikan informasi sangat berharga tentang konsistensi dari batch

    satu ke batch lainnya. Tes disolusi ini didesain untuk membandingkan

    kecepatan melarutnya suatu obat, yang ada di dalam suatu sediaan pada kondisi

    dan ketentuan yang sama dan dapat diulangi (Ansel, 1989).

    Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis

    dari kelayakan sistem penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    7/32

    Abd Rahman Munir 7

    pada zat aktif yang dikandung oleh sediaan obat tertentu, dimana berpengaruh

    terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh. Jika

    disolusi makin cepat, maka absorbsi makin cepat. Zat aktif dari sediaan padat

    (tablet, kapsul, serbuk, seppositoria), sediaan system terdispersi (suspensi dan

    emulsi), atau sediaan-sediaan semisolid (salep, krim, pasta) mengalami disolusi

    dalam media/cairan biologis kemudian diikuti absorbsi zat aktif ke dalam

    sirkulasi sistemik (Anief, 1997).

    Kecepatan disolusi dalam berbagai keadaan dapat menjadi tahap

    pembatasan kecepatan zat aktif ke dalam cairan tubuh. Apabila zat padat ada

    dalam saluran cerna, mama terdapat dua kemungkinan tahap pembatasan

    kecepatan zat aktif tersebut, yaitu (Martin, 2008):

    1. Zat aktif mula-mula harus larut

    2.

    Zat aktif harus dapat melewati membran saluran cerna

    Analisis kecepatan disolusi zat aktif dari sediaannya merupakan analisis

    yang penting dalam pengujian mutu untuk sediaan-sediaan obat. Analisis

    disolusi telah masuk persyaratan wajib USP untuk persyaratan tablet dan

    kapsul, sejak tahun 1960. Berbagai studi telah berhasil dalam korelasi disolusi

    invivo dengan disolusi invitro. Namun, disolusi bukan merupakan suatu

    peramal koefisien terapi, tetapi disolusi lebih merupakan parameter mutu yang

    dapat memberikan informasi berharga tentang ketersediaan hayati dari suatu

    produk (Martin, 2008).

    Pengembangan dan penggunaan uji disolusi invitro untuk mengevaluasi

    dan menggambarkan disolusi dan absorbsi invitro bertujuan (Martin, 2008):

    Untuk mengetahui kepentingan bahwa sifat-sifat fisikokimia yang ada

    dalam model disolusi dapat berarti atau berpengaruh dalam proses invivo

    apabila dikembangkan suatu model yang berhasil meniru situasi invivo

    Untuk menyaring zat aktif penting dikaitkan dengan formulasinya dengan

    sifat disolusi dan absorbsinya sesuai.

    Sistem uji disolusi invitro dapat digunakan sebagai prosedur pengendalian

    mutu untuk produk akhir.

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    8/32

    Abd Rahman Munir 8

    Menjamin kesetaraan hayati (bioekivalen) dari batch yang berbeda dari

    bentuk sediaan solid apabila korelasi antara sifat disolusi dan ketersdiaan

    hayati telah ditetapkan.

    Metode yang baik sekali dan handal untuk memantau proses formulasi dan

    manufaktur.

    Penetapan kecepatan disolusi intrinsik berguna untuk mengetahui sifat

    disolusi zat aktif yang baru.

    Agar sistem disolusi invitro bernilai maka system harus meniru secara dekat

    sistem invivo sampai tingkat invitro-invivo yang konsisten tercapai. Oleh

    karena itu keuntungan dalam biaya, tenaga kerja, kemudahan dapat

    diberikan dengan penggunaan system.

    Faktor yang mempengaruhi Disolusi (Martin, 2008):

    1. Suhu

    Suhu akan mempengaruhi kecepatan melarut zat. Perbedaan sejauh lima

    persen dapat disebabkan oleh adanya perbedaan suhu satu derajat.

    2. Medium

    Media yang paling umum adalah air, buffer dan 0,1 N HCl. Dalam

    beberapa hal zat tidak larut dalam larutan air, maka zat organik yang dapat

    merubah sifat ini atau surfaktan digunakan untuk menambah kelarutan.

    Gunanya adalah untuk membantu kondisi sink sehinggan kelarutan obat

    di dalam medium bukan merupakan faktor penentu dalam proses disolusi.

    Untuk mencapai keadaan sink maka perbandingan zat aktif dengan

    volume medium harus dijaga tetap pada kadar 3-10 kali lebih besar

    daripada jumlah yang diperlukan bagi suatu larutan jenuh.

    Masalah yang mungkin mengganggu adalah adanya gas dari medium

    sebelum digunakan. Gelembung udara yang terjadi dalam medium karena

    suhu naik dapat mengangkat tablet, sehingga dapat menaikkan kecepatan

    melarut.

    3.

    Kecepatan Perputaran

    Kenaikan dalam pengadukan akan mempercepat kelarutan. Umumnya

    kecepatan pengadukan adalah 50 atau 100 rpm. Pengadukan di atas 100

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    9/32

    Abd Rahman Munir 9

    rpm tidak menghasilkan data yang dapat dipakai untuk membeda-bedakan

    hasil kecepatan melarut. Bilamana ternyata bahwa kecepatan pengadukan

    perlu lebih dari 100 rpm maka lebih baik untuk mengubah medium

    daripada menaikkan rpm. Walaupun 4% penyimpangan masih

    diperbolehkan, sebaiknya dihindarkan.

    4. Ketepatan Letak Vertikal Poros

    Disini termasuk tegak lurusnya poros putaran dayung atau keranjang,

    tinggi dan ketepatan posisi dayung/ keranjang yang harus sentris. Letak

    yang kurang sentral dapat menimbulkan hasil yang tinggi, karena hal ini

    akan mengakibatkan pengadukan yang lebih hebat di dalam bejana.

    5. Goyangnya poros

    Goyangnya poros dapat mengakibatkan hasil yang lebih tinggi karena

    dapat menimbulkan pengadukan yang lebih besar di dalam medium.

    Sebaiknya digunakan poros dan bejana yang sama dalam posisi sama bagi

    setiap percobaan karena masalah yang timbul karena adanya poros yang

    goyang akan dapat lebih mudah dideteksi.

    6.

    Vibrasi

    Bilamana vibrasi timbul, hasil yang diperoleh akan lebih tinggi. Hampir

    semua masalah vibrasi berasal dari poros motor, pemanas penangas air

    atau adanya penyebab dari luar. Alas dari busa mungkin dapat membantu,

    tetapi kita harus hati-hati akibatnya yaitu letak dan kelurusan harus dicek.

    7.

    Gangguan pola aliran

    Setiap hal yang mempengaruhi pola aliran di dalam bejana disolusi dapat

    mengakibatkan hasil disolusi yang tinggi. Alat pengambil cuplikan serta

    adanya filter pada ujung pipet selama percobaan berlangsung dapat

    merupakan penyebabnya.

    8. Posisi pengambil cuplikan

    Posisi yang dianjurkan untuk pengambilan cuplikan adalah di antara

    bagian puncak dayung (atau keranjang) dengan permukaan medium (code

    of GMP). Cuplikan harus diambil 10-25 mm dari dinding bejana disolusi,

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    10/32

    Abd Rahman Munir 10

    karena bagian ini diperkirakan merupakan bagian yang paling baik

    pengadukannya.

    9. Formulasi bentuk sediaan

    Penting untuk diketahui bahwa hasil kecepatan melarut yang aneh tidaklah

    selalu disebabkan oleh masalah peralatan saja, tetapi beberapa mungkin

    juga disebabkan oleh kualitas atau formulasi produknya sendiri. Beberapa

    faktor yang misalnya berperan adalah ukuran partikel dari zat berkhasiat,

    Mg stearat yang berlebih sebagai lubrikan, penyalutan terutama dengan

    shellak dan tidak memadainya zat penghancur.

    10.

    Kalibrasi alat disolusi

    Kalibrasi alat disolusi selama ini banyak diabaikan orang, ternyata hal ini

    merupakan salah satu faktor yang paling penting. Tanpa melakukannya

    tidak dapat kita melihat adanya kelainan pada alat. Untuk mencek alat

    disolusi digunakan tablet khusus untuk kalibrasi yaitu tablet prednisolon

    50 mg dari USP yang beredar di pasaran. Tes dilakukan pada kecepatan

    dayung atau keranjang 50 dan 100 rpm. Kalibrasi harus dilakukan secara

    teratur minimal setiap enam bulan sekali.

    Laju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut setelah

    diajukan dalam batasan-batasan kuantitatif. Oleh Noyes dan Whitney pada

    tahun 1897 dan telah dikerjakan dengan teliti oleh peneliti-peneliti lain,

    persamaan tersebut bisa dituliskan sebagai berikut (Martin,1993):

    dt

    dm=

    h

    Ds(c3-t)

    Atau:

    h

    dt=

    Vh

    Ds(C3-C)

    Dimana M adalah massa terlarut yang dilarutkan pada waktu t.dt

    dm

    adalah koefisien laju disolusi dari massa tersebut (massa/waktu) D adalah

    koefisien difusi dari zat terlarut dalam larutan.h ketebalan lapis difusi, C3

    kelarutan dari zat padat, yakni konsentrasi larutan jenuh dari senyawa tersebut

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    11/32

    Abd Rahman Munir 11

    pada temperature percobaan. Dan C adalah konsentrasi zat terlarut pada waktu

    t. Besarnyadt

    dc

    adalah laju disolusi dan K adalah volume larutan.

    Laju disolusi bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan ke

    dalam beaker yang berisi air atau dimasukkan ke dalam saluran cerna (saluran

    gastrointestinum), obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk

    padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer. Matriks dapat juga

    mengalami disintegrasi menjadi granul-granul. Dan granul-granul ini

    mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi

    dengan segala dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan

    melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan. Tahapan-

    tahapan ini dipisahkan agar lebih jelas seperti dapat dilihat pada gambar

    (Martin,1993).

    Disintegrasi

    Absorbsi

    (in vivo)

    Deagregasi

    Komposisi cairan lambung dan usus buatan, yaitu:

    a.

    Cairan lambung buatan Lp larutkan 2,0 g Natrium klorida P dan 3,2 g

    Pepsin P dalam 70 ml asam klorida P dan air secukupnya hingga 100 ml.

    Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2.

    b.

    Cairan usus buatan Lp larutkan 6,8 g kalsium fosfat monobasa P dalam 250

    ml air, campur dan tambahkan 190 ml Natrium Hidroksida 0,2 N dan 400ml

    TABLET

    ATAU KAPSUL

    PARTIKEL-

    PARTIKEL

    HALUS

    OBAT DALAM

    DARAH, CAIRANTUBUH LAINNYA

    DAN JARINGAN

    GRANUL ATAU

    AGREGAT

    OBAT LARUT

    DALAMLARUTAN (in

    vitro atau in vivo)

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    12/32

    Abd Rahman Munir 12

    air. Tambahkan 10,0 g Pamureatin P, campur dan atur pH hingga 7,5 0,1

    dengan natrium hidroksida 0,2 N. Encerkan dengan air hingga 1000 ml.

    2. Uraian Bahan

    a.

    Air Suling (Ditjen POM, 1979)

    Nama Resmi : Aqua destillata

    Nama Lain : Air Suling

    RM / BM : H2O / 18,02

    Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

    mempunyai rasa

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

    Kegunaan : Sebagai Pelarut

    b. Dapar Fosfat pH 7,2 (Ditjen POM, 1979)

    Campurkan 50 ml kalium fosfat monobasa 0,2 M dengan 42,80 ml natrium

    hidroksida 0,2 N LV dan encerkan dengan air hingga 200 ml.

    c. Ibuprofen (Ditjen POM, 1979)

    Nama Resmi : Ibuprofenum

    Nama Lain : Ibuprofen

    RM / BM : C13H18O2/ 206,28

    Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau

    khas lemah

    Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut

    dalam etanol, dalam metanol

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

    Kegunaan : Sebagai Pelarut

    d.

    Tablet Ibuprofen (Ditjen POM, 1979)

    Tablet Ibuprofen mengandung Ibuprofen, C13H18O2, tidak kurang dari 90,0

    % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

    Media disolusi : 900 ml dapar fosfat pH 7,2

    Alat tipe : 150 rpm

    Waktu : 30 menit

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    13/32

    Abd Rahman Munir 13

    3. Prosedur Kerja (Anonim, 2012)

    No. Alat Bahan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    Alat uji disolusi

    Timbangan

    Gelas ukur

    Spoit 20 ml

    Biuret 50 ml

    Gelas kimia 50 ml

    Gelas ukur 25 ml

    Botol 500 ml

    Botol 100 ml

    Vial

    Spektrofotometer

    Kurvet

    Botol semprot

    Asam salisilat

    Air

    Parasetamol

    Larutan NaOH

    Indikator fenolftalein

    Tween 80

    a.

    Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi

    Isilah bejana dengan 900 ml

    Pasang thermostat pada suhu 30oC

    Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 30oC, masukkan 2

    g asam salisilat dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm

    Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana setiap sedang waktu 1, 5, 10, 15,

    20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan

    sampel, segera digantikan dengan 20 ml.

    Tentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan cara

    titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indikator

    fenolftalein. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap

    waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan

    dengan air suling.

    Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 40o C dah suhu 50o C

    Tabelkan hasil yang diperoleh

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    14/32

    Abd Rahman Munir 14

    Buat kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan

    waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)

    b. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat

    Isilah bejana dengan 900 ml

    Pasang thermostat pada suhu 30oC

    Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai suhu 30oC, masukkan 2

    g asam salisilat dan hidupkan motor penggerak pada 50 rpm

    Ambil sebanyak 20 ml air dari bejana selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25,

    dan 30 menit setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel,

    segera digantikan dengan 20 ml air

    Tentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan cara

    titrasi asam-basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indicator fenoftalein.

    Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu

    terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan

    dengan air suling

    Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 100 dan 150 rpm

    Tabelkan hasil yang diperoleh

    Buat kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan

    waktu untuk setiap satuan waktu (dalam satu grafik)

    c. Penentuan parameter disolusi tablet parasetamol (prosedur lengkap lihat

    farmakope Indonesia IV)

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    15/32

    Abd Rahman Munir 15

    BAB III

    CARA KERJA

    1.

    Alat dan Bahan

    a.Alat yang digunakan :

    Alat uji disolusi tipe keranjang (basket)

    Gelas kimia

    Spoit

    Spektrofotometer

    Test Apparatus

    Vial

    b. Bahan yang digunakan :

    Air

    Dapar fosfat pH 7,2

    Tablet Ibupropfen

    2.

    Langkah Percobaan

    a.

    Bak mantel yaitu tempat labu disolusi dimasukkan, diisi dengan air

    b. Isi labu disolusi dengan dapar fosfat pH 7,2 sebagai medium disolusi.

    Volume larutan disolusi adalah 900 ml (lazimnya).

    c. Diatur pada suhu 37C 0,5C, dan diatur waktu dengan interval 5 menit

    hingga menit ke 40.

    d.

    Bila suhu dalam labu disolusi sudah mencapai 37C 0,5C (konstan),

    tablet ibuprofen dimasukkan dalam keranjang.

    e.

    Pada saat dimasukkan, dinyalakan pengaduk dengan kecepatan 150 rpm.

    f.

    Tiap interval waktu 5 menit, diambil 5 ml larutan disolusi dan dimasukkan

    ke dalam vial (catatan: pada waktu disolusi diambil 5 ml, larutan disolusi

    berkurang 5 ml, supaya volumenya tetap, maka dicukupkan larutan

    disolusinya hingga 900 ml).

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    16/32

    Abd Rahman Munir 16

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1.

    Hasil dan Pehitungan

    a. Hasil

    1. Penentuan Kurva Baku

    Konsentrasi () Absorban6 0,183

    9 0,273

    12 0,374

    15 0,452

    18 0,542

    2. Pengukuran Absorban Tablet Ibuprofen

    Waktu (t) Absorban (A)

    5 0,211

    10 0,231

    15 0,25220 0,273

    25 0,281

    30 0,289

    35 0,291

    40 0,293

    3. Penentuan Efisiensi Disolusi

    Menit Ke- Wt (mg) % Wt % W C (% W-% Wt) Log C

    5 30,852 mg 7,71 % 100 % 92,29 % 1,965

    10 33,862 mg 8,47 % 100 % 91,54 % 1,961

    15 37,023 mg 9,26 % 100 % 90,75 % 1,957

    20 40,183 mg 10,05 % 100 % 89,96 % 1,954

    25 41,387 mg 10,35 % 100 % 89,65 % 1,952

    30 42,591 mg 10,65 % 100 % 89,35 % 1,951

    35 42,892 mg 10,72 % 100 % 89,28 % 1,95

    40 43,193 mg 10,80 % 100 % 89,20 % 1,95

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    17/32

    Abd Rahman Munir 17

    b.

    Perhitungan

    1)

    Penentuan kurva baku

    Regresi antara konsentrasi dan absorban

    a = 6 x 10-3 = 0,006

    b = 0,0299

    Persamaan Garis:

    y = bx + a

    y= 0,0299x + 0,006

    2)

    Konsentrasi (Wt)Diketahui:

    a = 0,006

    b = 0,0299

    Volume yang dipipet = 5

    Volume medium = 900 ml

    Penyelesaian :

    y = a + bx

    ya

    b ol yg dipipet olume edium disolusi

    a) Konsentrasi pada menit Ke-5

    ppm

    mg

    b) Konsentrasi Pada menit Ke-10

    ppm

    mg

    c) Konsentrasi Pada menit Ke-15

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    18/32

    Abd Rahman Munir 18

    ppm

    mg

    d)

    Konsentrasi pada menit Ke-20

    ppm

    ppm

    e) Konsentrasi Pada menit Ke-25

    ppm

    mg

    f) Konsentrasi Pada menit Ke-30

    ppm

    mg

    g) Konsentrasi pada menit Ke-35

    ppm

    mg

    h)

    Konsentrasi Pada menit Ke-40

    ppm

    mg

    3)% Obat Terlarut (%Wt)

    t t

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    19/32

    Abd Rahman Munir 19

    BE paracetamol = 400 mg

    a) % Obat Terlarut pada menit Ke-5

    b) % Obat Terlarut pada menit Ke-10

    c) % Obat Terlarut pada menit Ke-15

    d) % Obat Terlarut pada menit Ke-20

    e) % Obat Terlarut pada menit Ke-25

    f)

    % Obat Terlarut pada menit Ke-30

    g)

    % Obat Terlarut pada menit Ke-35

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    20/32

    Abd Rahman Munir 20

    h)

    % Obat Terlarut pada menit Ke-40

    4) Perhitungan C = (%W-%Wt)

    C = %W - %Wt

    = 100 % - %Wt

    C5 = %W - %Wt

    = 100 % - 7,719 %

    = 92,287 %

    C10= %W - %Wt

    = 100 % - 8,465 %

    = 91,535 %

    C15= %W - %Wt

    = 100 % - 9,255 %

    = 90,745 %

    C20= %W - %Wt

    = 100 % - 10,045 %

    = 89,955 %

    C25= %W - %Wt= 100 % - 10,346 %

    = 89,654 %

    C30= %W - %Wt

    = 100 % - 10,647 %

    = 89,353 %

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    21/32

    Abd Rahman Munir 21

    C35= %W - %Wt

    = 100 % - 10,723 %

    = 89,277 %

    C40= %W - %Wt

    = 100 % - 10,798 %

    = 89,202 %

    5) Perhitungan Log C (%W-%Wt)

    log C5 = log 92,287

    = 1,965

    log C10 = log 91,535

    = 1,961

    log C15 = log 90,745

    = 1,957

    log C20 = log 89,955

    = 1,954

    log C25 = log 89,654

    = 1,952

    log C30 = log 89,353

    = 1,951

    log C35 = log 89,277

    = 1,950

    log C40 = log 89,202

    = 1,950

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    22/32

    Abd Rahman Munir 22

    x100 %

    6) Perhitungan K dan t

    Regresi antara waktu dengan Log C (%W-%Wt)

    y = bx + a

    a = 1,964

    b = - 0,0004

    r = - 0,936

    y = b x + alog ( wwt ) = - K + log w

    2,303

    Mengikuti persamaan Wagner : log ( wwt ) = - K + log w

    2,303

    Maka,

    K = - b x 2,303

    = - (- 0,0004) x 2,303

    = 0,00092 mg/menit

    T = 0,693

    K

    = 0,693

    0,00092

    = 30,9375 menit

    7)

    Perhitungan Efisiensi DisolusiRumus :

    U

    y t akhir

    U (yn yn)

    tn tn

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    23/32

    Abd Rahman Munir 23

    Keterangan :

    y = % Wt

    t = Waktu

    U

    (y y

    )

    t t

    U

    (y y

    )

    t t

    U

    (y y

    )

    t t

    U

    (y

    y

    )

    t t

    U

    (y y

    )

    t t

    U = 40,445 + 44,3 + 48,25 + 50,977 + 52,482= 236,454

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    24/32

    Abd Rahman Munir 24

    Maka,

    U

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    25/32

    Abd Rahman Munir 25

    KURVA

    A. Kurva Baku Ibuprofen

    B. Kurva Pengukuran Absorban Tablet Ibuprofen

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0 5 10 15 20

    ABSORBANSI

    KONSENTRASI

    KURVA BAKU IBUPROFEN

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    0.3

    0.35

    0 5 10 15 20 25 30

    WAKTU

    ABSORBAN

    PENGUKURAN ABSORBAN TABLET IBUPROFEN

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    26/32

    Abd Rahman Munir 26

    2.

    Pembahasan

    Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya

    suatu zat yang dapat terlarut tertentu setiap satuan waktu.

    Pada percobaan ini ditentukan tetapan disolusi dari tablet ibuprofen

    dalam media air suling, dimana besarnya tetapan tersebut menunjukkan cepat

    lambatnya disolusi atau kelarutan dari tablet ibuprofen tersebut. Disini

    digunakan air suling sebagai media disolusi karena air merupakan cairan

    penyusun utama dalam tubuh manusia. Jadi, diumpamakan obat berdisolusi di

    dalam tubuh. Selain itu juga karena ibuprofen kelarutannya dalam air agak

    sukar larut.

    Pada percobaan ini dilakukan pemanasan yang dipertahankan pada suhu

    37C, disesuaikan dengan suhu fisiologi tubuh manusia yaitu 37C-38C.

    Pada waktu larutan diambil, harus diusahakan pada bagian yang sama

    dari cairan, yaitu tepat di samping keranjang sampel, sebab pada bagian

    tersebut zat aktif langsung keluar dari keranjang dan dapat dipipet dengan

    tepat. Pemipetan yang dilakukan pada tempat yang berbeda dapat

    mengakibatkan perbedaan kadar zat aktif yang sangat besar. Dilakukan duplo

    agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan.

    Pemipetan dilakukan pada waktu yang berbeda-beda untuk melihat kapan

    ibuprofen akan terdisolusi dengan optimal pada media pelarut. Dari hasil yang

    diperoleh, dapat dijelaskan bahwa mula-mula ibuprofen akan terdisolusi

    dengan lambat dan lama kelamaan akan bertambah cepat. Setelah terdisolusi

    sempurna zat aktif akan diabsorbsi, dimetabolisme, dan kemudian akan

    memberikan efek terapi jika obat berada dalam tubuh.

    Uji disolusi digunakan untuk menetukan kesesuaian dengan persyaratan

    disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi, untuk sediaan tablet dan

    kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah.

    Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila

    dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing

    monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan

    untuk sediaan bersalut enteric, maka digunakan cara pengujian untuk sediaan

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    27/32

    Abd Rahman Munir 27

    lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat, kecuali dinyatakan

    lain dalam masing-masing monografi.

    Pembagian alat disolusi yaitu:

    Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang dibuat dari kaca atau

    bahan transparan lain yang inert, suatu mutur. Suatu batang logam yang

    digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup

    sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga

    dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37 0,5. Selama pengujian

    berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap.

    Bagian dari alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat

    memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi

    gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang

    memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian

    berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar

    setengah bola, tinggi 160 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas

    wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu

    penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga

    sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertical wadah,

    berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur

    kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan

    putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera

    dalam masing-masing monografi.

    Alat 2. Sama seperti alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang

    terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi

    sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari

    sumbu vertical wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.

    Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Jarak 25

    mm 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama

    pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan

    dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan

    tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    28/32

    Abd Rahman Munir 28

    bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat

    digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.

    Pada percobaan ini, digunakan air suling sebagai media disolusi karena

    air merupakan komponen paling besar yang berada di dalam tubuh manusia,

    jadi obat seakan-akan berdisolusi di dalam tubuh, selain itu karena mengingat

    kelarutan dari obat yang digunakan. Adapun volume dari labu disolusi yang

    digunakan adalah 900 ml. Hal ini dianalogikan terhadap suatu gelembung

    udara, maka gelembung udara tersebut akan masuk ke pori-pori dan bekerja

    sebagai barier pada interfase sehingga mengganggu disolusi obat.

    Pada percobaan ini, digunakan alat tipe 1 dengan metode keranjang

    (basket) karena tablet ibuprofen yang digunakan merupakan tablet bersalut.

    Selain itu alat disolusi juga diatur kecepatan putarannya sebesar 150 rpm

    karena ini diumpamakan sebagai kecepatan gerak peristaltik lambung.

    Larutan dalam labu dipipet sebanyak 5 ml tiap interval waktu 5 menit

    karena ingin ditentukan berapa persen obat yang dilepaskan tiap 5 ml tertentu

    tiap 5 ml. Serta dilakukan selama 30 menit karena pada umumnya tablet obat

    telah mencapai persyaratan kadar dalam waktu 30 menit.

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil, yaitu

    kecepatan disolusi tablet Ibuprofen adalah 0,00092 mg/menit, waktu paruh

    tablet Ibuprofen adalah 75,326 menit, dan efisiensi disolusi tablet Ibuprofen

    adalah 74,028 %. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia edisi IV, dalam

    waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 70 % dari jumlah yang tertera

    pada etiket. Jadi, hasil dari praktikum sesuai dengan literatur.

    Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat, yaitu;

    suhu, medium, kecepatan perputaran, kecepatan letak vertikel poros,

    goyangnya poros, vibrasi, gangguan pola aliran, posisi pengambil cuplikan,

    formulasi bentuk sediaan, dan kalibrasi alat disolusi.

    Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang

    diperoleh antara lain :

    o Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.

    o

    Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml.

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    29/32

    Abd Rahman Munir 29

    o Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel

    menggunakan pipet volume.

    Adapun aplikasi disolusi dalam bidang farmasi, yaitu:

    1.

    Penentuan kecepatan disolusi suatu zat perlu dilakukan karena kecepatan

    disolusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi absorpsi obat di

    dalam tubuh.

    2. Laju disolusi sangat diperlukan karena menyangkut tentang waktu yang

    dibutuhkan untuk penglepasan obat dalam bentuk sediaan dan diabsorbsi

    dalam tubuh

    3.

    Kecepatan disolusi sangat diperlukan untuk membantu memilih medium

    pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat.

    4. Membantu dalam mengatasi kesulitan-kesuliantan tertentu yang timbul

    pada waktu pembuatan larutan farmaetis.

    5. Sebagai standar atau uji kemurnian.

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    30/32

    Abd Rahman Munir 30

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Kecepatan disolusi tablet Ibuprofen adalah 0,00092 mg/menit

    Waktu paruh tablet Ibuprofen adalah 75,326 menit

    Efisiensi disolusi tablet Ibuprofen adalah 74,028 %

    Dalam penentuan kecepatan disolusi tablet Ibupropen digunakan alat test

    apparatus dengan metode tipe keranjang (basket).

    Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat, yaitu;

    suhu, medium, kecepatan perputaran, kecepatan letak vertikel poros,

    goyangnya poros, vibrasi, gangguan pola aliran, posisi pengambil

    cuplikan, formulasi bentuk sediaan, dan kalibrasi alat disolusi.

    2. Saran

    Sebaiknya pada praktikum ini dilakukan dengan dua metode yaitu

    gayung dan keranjang agar praktikum lebih dipahami dan diketahui secara

    mendalam.

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    31/32

    Abd Rahman Munir 31

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2012.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika II. Makassar: UMI

    Anief, M. 1997.Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. UGM Press. Yogyakarta.

    Ansel, Howard C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press

    Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.

    Jakarta

    Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.

    Jakarta

    Gennaro, A. R., et all. 1990. Remingtons Pharmaceutical Sciensces. Edisi 18th,

    Marck Publishing Company, Easton, Pensylvania

    Moechtar. 1990.Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press

    Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. 2008. Farmasi Fisik 2. Universitas

    Indonesia Press. Jakarta.

    Martin, A., et.all. 1993. Farmasi Fisika Edisi III. Universitas Indonesia Press.

    Jakarta.

  • 8/10/2019 Kecepatan_Disolusi (1)

    32/32

    LAMPIRAN