kebijakan pelayanan bimbingan rohani bagi

176
KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA (RSIJ) CEMPAKA PUTIH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Krisdayanti NIM: 11160520000076 PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M./1440 H

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

i

KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

(RSIJ) CEMPAKA PUTIH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Krisdayanti

NIM: 11160520000076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M./1440 H

Page 2: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Page 3: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Page 4: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

4

Pembimbing

KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

(RISJ) CEMPAKA PUTIH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana

sosial (S.Sos)

Oleh:

Krisdayanti

NIM: 11160520000076

Drs. Azwar Chatib, M.Si

NIP: 1955051 198503 1 006

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H./2020 M.

Page 5: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

i

ABSTRAK

Krisdayanti, NIM: 11160520000076

Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap

di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. Di bawah

bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.

Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien diartikan

sebagai asas atau dasar yang menjadi acuan Pelayanan Bimbingan

Rohani Pasien di rumah sakit. Adapun Pelayanan Bimbingan Rohani

adalah salah satu unit rumah sakit yang bertugas memberikan

bimbingan dan pendampingan kepada pasien rawat inap agar pasien

sabar dan tawakal dalam menghadapi sakit juga sebagai jembatan untuk

memeroleh husnul khotimah. Di samping itu, rohani merupakan bagian

penting dalam diri manusia,sehingga Pelayanan Bimbingan Rohani

perlu diberikan kepada pasien sebagai bagian dari ikhtiar mencari

kesembuhan.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan

Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di

Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. (2) menjelaskan

teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ

Cempaka Putih. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kualitatif dengan bentuk penelitian lapangan (field research)

dengan subjek penelitiannnya Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan

Rohani dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi

dan dokumentasi, untuk kemudian data yang diperoleh dianalisis

menggunakan teknik triangulasi.

Peneliti memeroleh hasil bahwa: (1) Kebijakan Pelayanan

Bimbingan Rohani bagi pasien di RSIJ Cempaka putih didasari atas

prinsip dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan kesepakatan bersama

bahwa bahwa kesehatan rohani menjadi bagian penting dalam proses

kesembuhan pasien. (2) Teknik Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi

pasien dijalankan sesuai dengan keputusan Direktur Utama RSIJ.

Page 6: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, puji syukur peneliti panjatkan

kepada Allah subhanahu wata’ala Rabb semesta alam yang dengan

cara-Nya telah memudahkan rangkaian proses pembuatan skripsi

dengan judul “Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih”

ini. Shalawat bertangkaikan salam semoga selalu tercurah limpahkan

kepada manusia yang paling mulia, nabi seluruh umat, Muhammad

sallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat dan pengikut-

pengikutny.

Ucapan terimakasih yang tak terbilang peneliti sampaikan

kepada manusia yang tidak pernah luput dalam mendoakan, selalu

mendukung dalam segala keadaan, yakni Ibunda Halimah, semoga

segala manfaat yang didapat peneliti juga pembaca menjadi ladang

pahala yang mengantarkannya menuju surga yang abadi. Aamiin. Tidak

lupa juga kepada Ayahanda Saidi Sakam, semoga senantiasa Allah beri

taufik dan hidayah. Aamiin. Ucapan terimakasih lainnya, penulis

tujukan untuk kakak-kakak tercinta, Hari Mustika Wati, Agus Mulyono

dan Diah Novita Agustin yang telah menjadi kakak-kakak siaga, tidak

lupa adikku terkasih Nurul Fatimatul Zahra. Dan Allah-lah sebaik-baik

pemberi balasan.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh

pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, kepada:

Page 7: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

iii

1. Suparto M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, DR. Siti Napsiah, MSW., selaku Wakil

Dekan I Bidang Akademik, serta Dr. Sihabudin Noor, MA

selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs.

Cecep Catrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan.

2. Ir. Noor Bekti Nugroho, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Artriani Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

4. Drs. Azwar Chatib, M.Si. selaku dosen Pembimbing yang telah

memberikan banyak arahan dan masukan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan. Semoga Allah balas segala baiknya.

Aamiin.

5. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Penasihat Akademik

Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam kelas B Angkatan 2016.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama peneliti

menempuh pendidikan jenjang strata satu ini. Semoga Allah

berikan balasan terbaik. Aamiin.

7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi yang telah memfasilitasi peneliti sehingga

mendapatkan referensi yang diperlukan.

8. Keluarga besar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih,

terkhusus kepada seluruh Pembimbing rohani pasien dan staf

Page 8: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

iv

yang telah menerima peneliti dengan baik. Semoga Allah beri

balasan terbaik. Aamiin.

9. Keluarga besar Pesantren Tahfidz Alif yang telah memberi

warna dan makna selama peneliti menempuh pendidikan di UIN

Jakarta, terkhusus Firda, Ka Ayu, Mbak Evi, Ka Zahro, Nisa dan

Amal. Semoga Allah mudahkan segala urusan kalian. Aamiin.

10. Siti Masripah teman setia yang telah membantu dengan senang

hati, mendengarkan dengan tulus ikhlas dan mendampingi

dengan penuh sabar. Semoga Allah menjaga dan membalas

segala kebaikannya. Aamiin.

11. Seluruh teman-teman Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

yang telah memberikan banyak kisah dan cerita selama peneliti

menempuh pendidikan di UIN ini. Semoga Allah menjaga

kalian. Aamiin.

Page 9: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

v

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... v

BAB I ....................................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ........................ Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi Masalah ..................... Error! Bookmark not defined.

C. Batasan Masalah .......................... Error! Bookmark not defined.

D. Rumusan Masalah ........................ Error! Bookmark not defined.

F. Tujuan Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.

F. Manfaat penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.

G. Tinjauan Kajian Terdahulu........... Error! Bookmark not defined.

H. Metodologi Penelitian .................. Error! Bookmark not defined.

1. Metode Penelitian ............... Error! Bookmark not defined.

2. Subjek dan Objek Penelitian ............. Error! Bookmark not

defined.

3. Tempat dan Waktu Penelitian ............ Error! Bookmark not

defined.

4. Pengumpulan Data ............. Error! Bookmark not defined.

5. Sumber Data ....................... Error! Bookmark not defined.

6. Teknik Analisis Data .......... Error! Bookmark not defined.

Page 10: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

vi

7. Keabsahan Data .................. Error! Bookmark not defined.

8. Teknik Penulisan Data ........ Error! Bookmark not defined.

I. Sistematika Penulisan .................... Error! Bookmark not defined.

BAB II ...................................................... Error! Bookmark not defined.

KAJIAN TEORI ..................................... Error! Bookmark not defined.

A. Landasan Teori ............................. Error! Bookmark not defined.

1. Rumah Sakit ....................... Error! Bookmark not defined.

2. Pasien Rawat Inap .............. Error! Bookmark not defined.

3. Bimbingan Rohani.............. Error! Bookmark not defined.

4. Pembimbing Rohani ........... Error! Bookmark not defined.

5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani ............... Error!

Bookmark not defined.

6. Tujuan Bimbingan Rohani . Error! Bookmark not defined.

7. Sasaran Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.

8. Fungsi Bimbingan Rohani .. Error! Bookmark not defined.

9. Metode Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.

10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani ... Error! Bookmark

not defined.

11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not

defined.

B. Kerangka Berpikir ........................ Error! Bookmark not defined.

GAMBARAN UMUM ............................ Error! Bookmark not defined.

LATAR PENELITIAN ........................... Error! Bookmark not defined.

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka

Putih .................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Visi Misi Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.

C. Layanan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih

Error! Bookmark not defined.

D. Fasilitas di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih

Page 11: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

vii

Error! Bookmark not defined.

E. Letak Rumah Sakit ...................... Error! Bookmark not defined.

F. Susunan Organisasi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

Error! Bookmark not defined.

G. Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam Jakarta

Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.

H. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not

defined.

I. Jadwal Kegiatan Bimbingan Rohani ......... Error! Bookmark not

defined.

J. Petugas Bimbingan Rohani ........... Error! Bookmark not defined.

BAB IV..................................................... Error! Bookmark not defined.

DATA DAN TEMUAN LAPANGAN .... Error! Bookmark not defined.

A. Deskripsi Informan .................... Error! Bookmark not defined.

B. Kebijakan Umum Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien

Rawat Inap ........................................ Error! Bookmark not defined.

C. Rekrutmen Tenaga Pembimbing Rohani .. Error! Bookmark not

defined.

D. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap

di RSIJ Cempaka Putih ..................... Error! Bookmark not defined.

E. Temuan Lapangan ...................... Error! Bookmark not defined.

BAB V ...................................................... Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

A. Analisis Hasil Wawancara ........... Error! Bookmark not defined.

1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien ............... Error!

Bookmark not defined.

2. Dasar Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien . Error! Bookmark

not defined.

3. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien

Rawat Inap .................................... Error! Bookmark not defined.

BAB VI ..................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

viii

KESIMPULAN DAN SARAN ............... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ................................ Error! Bookmark not defined.

B. Saran .......................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu kesehatan rohani atau spiritual menjadi topik utama

dalam beberapa tahun belakangan. Sebut saja WHO, Organisasi

Kesehatan Dunia ini memandang sehat adalah terpenuhinya

kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani dapat

terpenuhi dengan baik dengan memberikan asupan makanan

yang bergizi, tidur yang cukup dan olahraga yang teratur,

sedangkan kebutuhan rohani dapat terpenuhi dengan

mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Untuk

memenuhi kebutuhan jasmani kita tidak bisa mengisinya

dengan memperbanyak ibadah. Begitu pun sebaliknya,

kebutuhan rohani tidak dapat dicapai dengan hanya makan,

minum, tidur dan olahraga, karena keduanya merupakan dua

aspek yang berbeda namun saling berkaitan. Jika kondisi rohani

tidak baik, maka fisik pun menjadi tidak stabil. Adapun kondisi

rohani yang prima sedangkan kondisi fisik tidak baik, maka

ibadah pun akan terhambat, karenanya dua aspek ini saling

mempengaruhi dan penting untuk dijaga keseimbangannya.

Salah satu instansi yang memberikan Pelayanan dalam

bidang kesehatan adalah rumah sakit, karenanya penting untuk

diadakan suatu kebijakan yang mengatur tentang Pelayanan

Rohani terhadap pasien terkhusus pasien rawat inap dalam

sebuah rumah sakit. Karena pasien rawat inap lebih rentan

1

Page 14: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

2

untuk terkena stres, depresi, mental yang tidak sehat serta

berbagai gangguan rohani lainnya.

Hasil pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina

(Austria) menyatakan bahwa Bimbingan Rohani Pasien sebagai

sarana peningkatan religiositas pasien berdampak pada

peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Pun dengan

complementary medicine menyatakan bahwa bimbingan rohani

pasien memosisikan sebagai pelengkap pengobatan dan

Pelayanan konvensional di rumah sakit. Tidak hanya itu,

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa

rumah sakit sebagai institusi kesehatan yang berorientasi pada

human service dan pemenuhan kebutuhan Bio-Psycho-Socio-

Spiritual pasien secara integral. 1

Bersamaan dengan itu, Dirjen Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan RI mengatakan dalam satu seminar di

Purwokerto (2004) bahwa paradigma baru kesehatan

menyatakan bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya

bersifat klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan yang

bersifat mental-spiritual sebagai pendukung. Selain itu, ada

beberapa penelitian yang dilakukan secara langsung di rumah

sakit tentang kemanfaatan konseling Islam, di antaranya

penelitian Amin Supangat (2007) yang meneliti tentang

“Persepsi Pasien Terhadap Program Layanan Bimbingan Rohani

Islam di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”. Dalam

penelitian tersebut diungkapkan bahwa 96% responden

1 Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208.

Page 15: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

3

membutuhkan Bimbingan Rohani Islam.2

Selain urgensi kesehatan rohani bagi pasien rawat inap,

hasil observasi peneliti di beberapa rumah sakit didapati bahwa

kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani di setiap rumah sakit

memiliki cara dan kebijakan yang berbeda-beda, sehingga

pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap pun

menjadi tidak sama.

Sejalan dengan beberapa alasan di atas, hal inilah yang

mendorong rumah sakit untuk memberikan Pelayanan

Bimbingan Rohani bagi pasien. Pemberian Bimbingan Rohani

juga tidak kalah pentingnya dengan Pelayanan medis bagi

pasien. Sebagaimana Islam memandang kesehatan tidak hanya

fisik namun juga rohani atau spiritual.

Menyadari pentingnya Kebijakan Pelayanan Bimbingan

Rohani bagi pasien, maka seharusnya rumah sakit khususnya

rumah sakit yang menyandang predikat Islam perlu memberikan

layanan Bimbingan Rohani sebagai bentuk implementasi dari

poin-poin penting di atas.

Adapun salah satu rumah sakit dengan predikat Islam

yang memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien

adalah Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.

Selain memprioritaskan Pelayanan medis, RSIJ Cempaka Putih

juga memberikan prioritas yang sama pada Pelayanan non

medisnya yakni berupa Bimbingan Rohani bagi Pasien.

Menurut salah seorang Pembimbing rohani RSIJ Cempaka

Putih, bahkan Pelayanan Bimbingan Rohani ini menjadi

2 Ibid., hlm. 208-209.

Page 16: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

4

Pelayanan yang wajib diberikan bagi para pasien rawat inap.3

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa salah satu keunggulan

dari rumah sakit ini adalah Pelayanan Bimbingan Rohani itu

sendiri, menurutnya Bimbingan Rohani ini perlu diberikan

kepada pasien agar pasien tidak hanya siap dalam menerima

perawatan medis namun juga mampu menerima sakitnya

dengan hati yang lapang.

Selain Pelayanan Bimbingan Rohani, bangunan rumah

sakitnya pun terasa amat „religius‟ dengan warna hijau yang

mendominasi dan pada tiap-tiap sudut ruangan rumah sakit ini

diberi poster-poster yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur‟an yang

memotivasi pasien agar tidak putus asa ditambah dengan poster

bertuliskan asmaul husna di sepanjang lorong rumah sakit yang

menambah kesan damai bagi siapa saja yang memandangnya.4

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba

meneliti masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul

“Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka

Putih”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan yang terdapat di

Rumah Sakit Islam Jakarta (SRIJ) Cempaka Putih di antaranya:

1. Jenis sakit dan perilaku pasien rawat inap dalam

3 Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan dan

Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 14:13 WIB. 4 Observasi di RSIJ Cempaka Putih, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 10:00

WIB.

Page 17: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

5

menghadapi sakit yang berbeda-beda.

2. Respon pasien rawat inap dalam menerima Pelayanan

Bimbingan Rohani yang berbeda-beda.

3. Kebijakan Rumah Sakit dalam menerapkan Pelayanan

Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap yang berbeda-

beda.

4. Teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat

inap dilaksanakan sesuai dengan kebijakan rumah sakit

terkait.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas,

maka penelitian ini dibatasi hanya pada aspek Kebijkan Rumah

Sakit dalam memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi

Pasien Rawat Inap saja dengan ruang lingkup analisis

Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat

Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan

masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi

Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

Cempaka Putih?.

2. Bagaimana teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan

Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ Cempaka Putih?

F. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk:

Page 18: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

6

1. Menganalisis Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi

Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

Cempaka Putih.

2. Menjelaskan teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan

Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

bagi akademisi, praktisi, dan kepada pembaca terkhusus bagi

mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan

Bimbingan Penyuluhan Islam dalam bidang Pelayanan

Bimbingan Rohani di rumah sakit.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif bagi Pembimbing Rohani dan rumah sakit

yang di dalamnya terdapat Pelayanan Bimbingan Rohani untuk

mengembangkan berbagai pola bimbingan bagi pasien yang

membutuhkan.

G. Tinjauan Kajian Terdahulu

1. Skripsi Indah Chabibah (2011), mahasiswi Universitas

Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul

“Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam

Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan

Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Ciputat.” Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui layanan-layanan BRP yang

Page 19: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

7

diberikan kepada pasien LKC khususnya dalam membantu

proses kesembuhan pasien dengan menggunakan metode

kualitatif dan data-data diperoleh melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi. Adapun teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teori M. Arifin dan memperoleh

hasil bahwa pasien-pasien yang mendapat Pelayanan

Bimbingan Rohani Pasien, pasien kembali menemukan

semangat hidupnya, dapat mengontrol emosinya dan

menerima keadaan dengan ikhlas.

2. Skripsi Chintya Puspita Sari (2012), mahasiswa Universitas

Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul

“Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam

Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian di Polres Jakarta

Pusat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Polres Jakarta

Pusat serta untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan

Rohani Islam terhadap etos kerja kepolisian di Polres Jakara

Pusat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan

dokumentasi. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teori milik Arifin tentang pelaksanaan Bimbingan

Agama dengan hasil penelitian bahwa pemberian

Bimbingan Rohani Islam bagi kepolisian terbukti dapat

meningkatkan etos kerja kepolisian di Polres Jakarta Pusat.

3. Artikel Jurnal Ilmu Dakwah volume 36 nomor 1 tahun 2016

ini ditulis oleh Zallussy Debby Styana, Yuli Nurkhasanah

dan Erma Hidayanti dengn judul penelitian “Bimbingan

Page 20: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

8

Rohani Islam dalam Menumbuhkan Respon Spiritual

Adaptif bagi Pasien Stroke di Rumah Sakit Islam

Jakarta Cempaka Putih”. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan tujuan menjelaskan bagaimana

Pelayanan Bimbingan Rohani Islam dalam menumbuhkan

respon spiritual adaptif bagi pasien stroke di Rumah Sakit

Islam Jakarta Cempaka Putih. Upaya yang dilakukan

Pelayanan diantaranya dengan memberikan semangat

motivasi, sugesti dan bimbingan ibadah yang menghasilkan

respon spiritual yang adaptif dilihat dari tiga aspek yakni

aspek memiliki harapan yang realistis (meyakini bahwa

sakitnya akan sembuh), dapat mengambil hikmah (meyakini

bahwa sakitnya sebagai bentuk sayangnya Allah kepadanya)

dan memiliki ketabahan hati (kemampuan untuk sabar dan

menerima sakitnya).

4. Artikel Journal of Islamic Guidance and Counseling Volume

2 Nomor 2 Desember 2018 ditulis oleh Marisah dengan

judul penelitian “Urgensi Bimbingan Rohani Islam bagi

Pasien Rawat Inap” Penelitian yang dilakukan di RSUD

Raden Mattaher Jambi ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan metode deskriptif analisis serta

menggunakan penelitian lapangan. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan peneliti menemukan hasil bahwa

pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dilakukan dalam

bentuk face to face, massal dan dengan tulisan berupa doa-

doa. Kemudian respon pasien terhadap Pelayanan

Bimbingan Rohani Islam mendapat respon positif yakni

Page 21: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

9

pasien bisa menjalani penyembuhan dengan ajaran-ajaran

Islam, serta lebih sabar dan ikhlas menjalani masa

penyembuhan.

Perbedaan keempat karya ilmiah di atas dengan penelitian

ini adalah bahwa tidak ada satu pun yang membahas secara

spesifik mengenai Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani

bagi pasien rawat inap dengan objek penelitiannya

Pembimbing Rohani dan staf rumah sakit. Adapun

persamaannya terletak pada metode penelitian, yakni

metode kualitatif.

H. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Sebab, metode penelitian adalah cara-cara yang ditempuh

peneliti guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penelitiannya. Adapun bentuk penelitian ini adalah lapangan

(field research) yakni melakukan penelitian langsung

dengan datang ke Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

Cempaka Putih.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Menurut Denzi dan Lincold yang dikutip dari Albi

Anggito dan Johan Setiawan, penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

Page 22: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

10

jalan melibatkan berbagai metode yang ada.5 Sedangkan

menurut Erickson, penelitian kualitatif adalah penelitian

yang berusaha menemukan dan menggambarkan secara

naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan

yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.6

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Menurut Amirin yang dikutip oleh Fitrah dan Luthfiyah

subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang

mengenainya ingin diperoleh keterangan atau orang pada

latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.7

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Pembimbing

rohani selaku pelaksana Bimbingan Rohani dan para staf

RSIJ Cempaka Putih.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah keseluruhan gejala yang ada di

sekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya,

objek dalam penelitian kualitatif disebut situasi sosial yang

terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas

yang berinteraksi secara sinergis.8 Adapun objek dalam

penelitian ini adalah kebijakan Pelayanan Bimbingan

Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.

5 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Sukabumi: CV Jejak, 2018), hlm. 7. 6 Ibid., hlm. 7.

7 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kuantitatif,

Tindakan Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, ), hlm. 152. 8 Ibid., hlm. 156.

Page 23: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

11

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

Cempaka Putih Jalan Cempaka Putih Tengah I/1, Jakarta 10510

dengan rentang waktu penelitian mulai bulan Februari sampai

dengan Juli 2020.

4. Pengumpulan Data

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah

dijelaskan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud

mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh

Lincold dan Guba yang dikutip oleh Lexy, antara lain:

mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain

kebulatan, memverifikasi, mengubah dan memperluas

informasi yang diperolah orang lain, baik manusia

maupun bukan manusia (triangulasi).9 Adapun

wawancara pada penelitian ini dilakukan antara peneliti

dengan Pembimbing rohani serta para staf RSIJ

9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2017), hlm. 186.

Page 24: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

12

Cempaka Putih.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung untuk

memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian

untuk menjawab pertanyaan penelitian.10

Observasi

dilakukan jika data yang diperoleh melalui wawancara

kurang merefleksikan informasi yang diinginkan.11

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.12

5. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

10

Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif,

Kuantitatif dan Mixed Method), (Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019), hlm.

148. 11

Prasetyo Irawan, dkk., Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas

Terbuka), hlm. 6.24. 12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2006), hlm. 240.

Page 25: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

13

sumber darimana data ini diperoleh.13

Dalam penelitian ini

penulis menggunakan sumber data yaitu:

A. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber

data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.14

Sumber data pertama dalam penelitian ini adalah

Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan Rohani RSIJ

Cempaka Putih.

B. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber

kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.15

Sumber kedua dalam penelitian ini berupa dokumen-

dokumen, catatan-catatan serta buku-buku.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy,

analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.16

Sedangkan menurut Miles dan Huberman yang

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 129 14

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,

2010), hlm. 122. 15

Ibid., hlm. 171. 16

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2017), hlm. 248.

Page 26: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

14

dikuitp oleh Sugiyono menyatakan bahwa kegiatan analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

terus-menerus hingga datanya mencapai titik jenuh.17

Berikut diuraikan beberapa tahapan dalam menganalis data

model interaktif ini:18

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti membuat rangkuman, memilih

tema, membuat kategori dan pola tertentu sehingga

memiliki makna. Reduksi data merupakan bentuk

analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan,

membuang dan menyusun data ke arah pengambilan

kesimpulan.

Pada penelitian ini, setelah data tentang kebijakan

Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap

diperoleh, maka peneliti menyeleksi data-data tersebut

sesuai dengan kebutuhan peneliti yang dianggap relevan

dalam penelitian ini.

b. Display Data

Display data merupakan proses penyajian data setelah

dilakukan reduksi. Penyajian data dalam penelitian

kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar, bagan,

hubungan antar kategori, pola dan lain-lain sehingga

mudah dipahami pembaca.

Pada penelitian ini, setelah data mengenai kebijakan

17

Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan

Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), hlm. 123. 18

Ibid., hlm. 123-124.

Page 27: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

15

Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap

terseleksi dengan baik, maka data tersebut disusun dan

disajikan dalam bentuk deskrptif atau narasi.

c. Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian berisikan jawaban terhadap

rumusan masalah yang diajukan. Selain itu, kesimpulan

juga harus menghasilkan temuan baru di bidang ilmu

yang sebelumnya belum ada. Temuan tersebut dapat

berupa deskriptif tentang suatu objek atau fenomena

yang sebelumnya masih samar, setelah diteliti menjadi

lebih jelas, dapat pula berupa hipotesis bahkan teori

baru.

7. Keabsahan Data

Menurut Moleong, ada beberapa kriteria dengan berbagai teknik

dalam pemeriksaan keabsahan data, diantaranya:19

a. Kredibilitas (derajat kepercayaan)

Istilah kredibilitas atau derajat kepercayaan digunakan

untuk menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan

benar-benar menggambarkan keadaan objek yang

sesungguhnya. Adapun teknik yang digunakan dalam

menentukan derajat kepercayaan dalam penelitian ini adalah

teknik triangulasi. Yakni dengan (1) membandingkan data

hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan, (3) membandingkan apa yang dikatakan

19

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2017), hlm. 326.

Page 28: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

16

orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara

pribadi, (4) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dan

(5) pengecekan kredibilitas beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

Dan model triangulasi inilah yang dipakai peneliti dalam

penelitian ini.

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Hal ini dimaksudkan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Maksudnya peneliti hanya memfokuskan dan mencari

jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

c. Kebergantungan

Kebergantungan ini menggunakan teknik audit

kebergantungan yang fungsinya adalah untuk memeriksa

kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik

terhadap proses maupun terhadap hasil keluaran.

8. Teknik Penulisan Data

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

penulisan yang didasarkan pada Keputusan Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahnun 2017 Tentang

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi menjadi enam bab, dengan

Page 29: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

17

rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Pada bab ini peneliti memaparkan teori-teori

terkait penelitian di antaranya teori tentang

bimbingan rohani, mulai dari pengertian, tujuan,

manfaat dan lain sebagianya serta teori tentang

pasien rawat inap dan kebijakan rumah sakit.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Terdiri dari latar belakang berdirinya RSIJ

Cempaka Putih Perkembangan layananan

kesehatannya, visi misi dan tujuan RSJI,

kebijakan Pelayanan bimbingan rohani bagi

pasien rawat inap serta teknis pelaksanaan

bimbingan rohani bagi pasien rawat inap.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi uraian data dan temuan penelitian

BAB V PEMBAHASAN

Page 30: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

18

Bab ini menjelaskan analisis teori dan kaitannya

dengan temuan penelitian.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi simpulan dan saran

Page 31: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

19

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Rumah Sakit

A. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah

Sakit dan Kewajiban Pasien Bab 1 Pasal 1 menyatakan

bahwa “Rumah Sakit” adalah institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat.20

Adapun menurut Setya

Enti Rikomah dalam bukunya yang berjudul Farmasi

Rumah Sakit, menyatakan bahwa rumah sakit merupakan

salah satu jaringan kesehatan yang penting, kegiatan utama

sebuah rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan

yang maksimal kepada pasien. Rumah sakit merupakan

suatu organisasi yang kompleks yang menyelenggarakan

berbagai jenis playanan kesehatan melalui pendekatan

pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa

memandang agama, golongan dan kedudakan.21

20

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kewajiban Rumah Sakit

dan Kewajiban Pasien, (Jakarta:Menteri Kesehatn Republik Indonesia, 2018), hlm. 3. 21

Setya Enti Rikomah, Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta:CV Budi Utama,

Page 32: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

20

B. Pengertian Kebijakan Rumah Sakit

Carl Friedrich dalam Indiahono menyatakan bahwa

kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah

dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan

hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan

terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan

dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau

merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.

Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa di dalam kebijakan

terdapat suatu hal yang pokok yaitu adanya tujuan

(goal), sasaran (objective), dan kehendak (purpose). 22

Sementara itu Jones dalam Abidin

mendefinisikan kebijakan adalah perilaku yang tetap dan

berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di

dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan

masalah umum.23

Dari beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian aturan

yang dibuat oleh individu atau lembaga dengan sasaran

tertentu yakni pasien rawat inap dengan kriteria pasien

yang telah melakukan perawat minimal 5 (lima) hari

dan pasien yang meminta bimbingan kepada Petugas

2017), hlm. 1-2.

22 Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis,

(Yogyakarta: Gava Media, 2009), hlm. 18. 23

Zainal Abidin Said, Kebijakan Publik, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,

2004), hlm. 25.

Page 33: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

21

Bimbingan Rohani guna mencapai tujuan tertentu, yakni

membuat pasien dapat menerima sakitnya, bersikap

sabar, tabah dan tawakkal serta mengantarkan pasien

pada keadaan husnul khatimah jika Allah menakdirkan

pasien tersebut meninggal.

Adapun pemilihan pasien rawat inap sebagai

sasaran kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani adalah

karena pasien rawat inap sangat memungkinkan

terjadinya interaksi bimbingan yang terus-menerus,

tingginya kemungkinan stres, cemas, dan jenuh karena

penyakit yang diderita.

Sedangkan kebijakan rumah sakit adalah aturan-

aturan yang dibuat oleh rumah sakit baik tertulis

maupun tidak tertulis yang berkaitan dengan penyediaan

pelayanan kesehatan demi tercapainya tujuan rumah

sakit. Aturan tertulis terkait kebijakan Pelayanan

Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ ini

tertuang dalam Standar Posedur Operasional (SPO)

Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani, di antaranya:24

a. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan

yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien

lain.

b. Menolak Pelayanan Bimbingan Rohani yang tidak

sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Sedangkan, aturan tidak tertulis biasanya dibuat oleh

24

Dokumen Terkendali SPO Pelayanan Bimbingan Rohani RSIJ Cempaka

Putih, 2015.

Page 34: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

22

individu atas kesepakatan bersama yang dalam hal ini

adalah Pembimbing rohani sebagai Staf Pelaksana Kegiatan

Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien, di antaranya:

a. Mendoakan pasien dengan Bahasa Arab maupun Bahasa

Indonesia.

b. Menyampaikan materi bimbingan dengan contoh atau

kisah-kisah nyata tentang oarng yang terkena musibah.

c. Menyampaikan materi dengan serius tapi santai dan

tidak menggurui.

d. Menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan pasien.

e. Petugas Bimbingan Rohani Pria memakai Peci.

2. Pasien Rawat Inap

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tentang

kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien Bab 1 Pasal 1

ayat 2, pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

Pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung

maupun tidak langsung di Rumah Sakit.25

Sedangkan rawat inap adalah salah satu bentuk dari

pelayanan kedokteran. Rawat inap adalah pelayanan

kesehatan perorangan yang bersifat nonspesialistik dan

dilaksanakan untuk keperluan observasi, perawatan,

diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, di

25

Kementerian kesehatan, Hak Pasien Rawat Inap, diakses di

http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%2

0ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdf. Pada 23 februari

2020 pukul 20:19 WIB.

Page 35: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

23

mana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap,

paling singkat 1 (satu) hari.26

Dari pemaparan di atas dapat diambil pengertian

bahwa pasien rawat inap adalah individu yang melakukan

konsultasi masalah kesehatan langsung di rumah sakit dan

memperoleh tindakan medis yang mengharuskan individu

tersebut dirawat paling singkat 1 hari. Adapun pasien rawat

inap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasien

Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Puith yang sedang

melakukan perawatan minimal 5 hari, dan pasien yang

dirawat kurang dari 5 hari tidak termasuk dalam penelitian

ini, karena potensi untuk diberikan bimbingan lebih dari

satu kali sangat kecil, serta pasien yang meminta bimbingan

kepada Petugas Bimbingan Rohani.

3. Bimbingan Rohani

A. Pengertian Bimbingan Rohani

Menurut KBBI yang dikutip oleh Samsul Arifin,

bimbingan secara etimologi adalah petunjuk

(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, artinya

menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain

ke arah tujuan yang bermanfaat.27

Sedangkan Winkel mengatakan bahwa

bimbingan adalah cara pemberian pertolongan atau

26

Taufan Bramantoro, Pengantar Klasifikasi dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan: Penjelasan Praktis dari Undang-Undang dan Peraturan Menteri

Kesehatan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2017), hlm. 7. 27

Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

hlm. 16.

Page 36: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

24

bantuan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan

secara bijak dan dalam menyesuaikan diri terhadap

tuntutan-tuntutan hidup melalui pengembangan

kemampuan diri.28

Hal ini juga diungkapkan oleh Priyatno dan Anti,

mereka mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli

kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik

anak-anak, remaja maupun dewasa, agar yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan

mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan

saran yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan

norma-norma yang berlaku.29

Lebih lanjut Shertze dan Stone yang dikutip oleh

Luddin mengatakan bahwa bimbingan sebagai suatu

proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu

tersebut dapat paham akan dirinya dan dapat bertindak

secara wajar, sesuai dengan tuntutan kehidupan pada

umumnya, sehingga dia akan dapat menikmati

kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat

pada umumnya.30

28

Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta:

Gramedia Widiasarana, 1997), hlm. 17. 29

Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 99. 30

Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,

Page 37: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

25

Selaras dengan itu, DR. Rachman Natawidjaya

berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan

secara berkesinambungan, supaya individu tersebut

dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup

mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,

sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah,

keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.

Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup

dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi

kehidupan masyarakat umunya. Bimbingan membantu

individu mencapai perkembangan diri secara optimal

sebagai makhluk sosial.31

Dari beberapa pendapat di atas, Amin dalam

bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling Islam

menyimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang

diberikan secara sistematis kepada seseorang atau

masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-

potensi yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi

berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat

menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung

jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain, dan

bantuan itu dilakukan secara terus-menerus.32

Dari beberapa pengertian di atas dapat

(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm. 14-15.

31 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

2010), hlm.6. 32

Ibid., hlm. 7.

Page 38: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

26

dirumuskan bahwa bimbingan itu adalah:33

1. Suatu proses yang berkesinambungan sesuai dengan

dinamika yang terjadi dalam pelayanannya.

2. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan

yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi

bagi individu yang dibimbing.

3. Bimbingan itu diberikan pada individu, baik

perorangan maupun kelompok, pemecahan masalah

dalam bimbingan dilakukan oleh kekuatan klien itu

sendiri.

4. Bimbingan diberikan oleh orang-orang ahli, yang

telah memperoleh pendidikan serta latihan yang

memadai dalam bidang bimbingan.

5. Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma/nilai

yang berlaku dalam masyarakat.34

Apabila definisi tentang bimbingan tersebut

diperhatikan secara seksama, pengertian bimbingan

tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:35

1. Bimbingan merupakan suatu proses. Kata proses

menunjuk pada aktivitas yang terus-menerus;

berencana, bertahap, dan teratur atau sistematis. Dari

kata itu juga terkandung pengertian bahwa aktivitas

bimbingan membutuhkan waktu yang cukup

33

Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,

(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 15-16.

35

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

2010), hlm.9-10.

Page 39: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

27

panjang, tidak dapat dilakukan secara sporadis, atau

sewaktu-waktu saja. Kegiatan bimbingan juga tidak

dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan

membutuhkan teknik atau metode tertentu.

2. Bimbingan mengandung makna pelayanan atau

bantuan. Ini mengandung pengertian bahwa

bimbingan mengakui adanya potensi pada setiap

individu. Aktivitas individu harus dilakukan atas

dasar kesukarelaan pihak yang dibimbing.

3. Bantuan bimbingan diperuntukkan untuk semua

individu yang memerlukannya.

4. Layanan bimbingan ditujukan untuk perkembangan

optimal seseorang sebagai individu agar ia dapat

berkembang sebagai pribadi yang utuh, tangguh dan

kuat secara realitas.

5. Layanan bimbingan memperhatikan adanya

perbedaan individu. Aktivitas bimbingan

menggunakan teknik/metode pendekatan yang sesuai

dengan karakteristik atau ciri khas individu yang

dibimbing. di samping itu, layanan bimbingan juga

disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-

masing yang dibimbing. Dengan demikian, layanan

bimbingan lebih menekankan pada pendekatan yang

bersifat individual.

6. Kegiatan bimbingan mempunyai dua sasaran, yaitu

sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.

Sasaran jangka pendek dimaksudkan agar selama

Page 40: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

28

dan setelah memperoleh bimbingan, individu dapat

mencapai perkembangan secara optimal. Sedangkan

sasaran jangka panjang bimbingan adalah agar

individu yang telah mendapatkan layanan bimbingan

dapat memperoleh kebahagiaan hidup, terutama

berkaitan dengan kesejahteraan mental yang optimal.

Setelah membahas panjang lebar terkait

pengertian bimbingan, selanjutnya peneliti akan

memaparkan tentang rohani. Rohani atau ruh adalah

nama bagi nafsu yang dengannya mengalir

kehidupan, gerangan mencari upaya kebaikan, dan

upaya menghindari keburukan dari dalam diri

manusia.36

Ruh itulah yang disebut dalam firman

Allah subhanahu wata‟ala.

وح وح مه امش سبي ومب اوتيتم ويسئهىوك عه انش مه انعهم الا قهيلا قم انش

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang

ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhanku

dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan

sedikit.”(al-Israa‟: 85)

Serta pada ayat lain Allah subhanahu wata‟ala

berfirman:

وحي فقع يته ووفخت فيه مه س نه سبجذيه ىفئرا سىا

“maka apabila Aku telah menyempurnakan

kejadiannya, dan telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku,

maka tunduklah kamu kepadanya dengan sujud.” (al-

36

Ali Abdul Halim Mahmud, at-Tarbiyyah ar-Ruuhiyyah, (Jakarta: Gema

Insani Press), hlm. 65.

Page 41: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

29

Hijr: 29).

Makna rohani, sering kali dikaitkan dengan

spiritual/spiritualitas. Kedua kata ini memiliki makna

yang sama. Dalam Bahasa Arab dan Parsi, istilah

yang digunakan untuk spiritualitas adalah ruhaniyyah

(Arab), dan ma‟nawiyyah (Parsi). Istilah pertama

diambil dari kata ruh, sedangkan istilah kedua

diambil dari kata ma‟na, yang mengandung konotasi

kebatinan, “yang hakiki” lawan dari “kasat mata.”

Kedua istilah tersebut berkaitan dengan tataran

realitas lebih tinggi dari pada yang materiil dan

kejiwaan.37

Karena hal tersebut, maka pada penelitian

ini, peneliti menyamakan antara makna rohani dengan

spiritual.

Lebih lanjut, Imam al-Ghazali berpendapat

bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu roh

jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jamaniah yaitu zat

halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke

seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak

(hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta

dapat berpikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan

hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah

bagian dari yang ghaib. Dengan roh itu manusia dapat

mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhannya,

37

Adiwarman Azwar Karim, Spritual Management, (Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2009), hlm. 19.

Page 42: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

30

serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku.38

Itulah pengertian bimbingan dan rohani scara

terpisah, selanjutnya peneliti akan memaparkan

tentang bimbingan rohani dalam satu kesatuan yang

utuh. Sebagaimana dikemukakan oleh Musnawar

yang dikutip oleh Arifin, Bimbingan Rohani Islam

(Islami) adalah “proses pemberian bantuan terhadap

individu agar mampu hidup selaras dengan

ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.39

Menurut Isep, Bimbingan Rohani Islam

adalah proses pemberian bantuan, pemeliharaan,

pengembangan dan pengobatan rohani dari segala

macam gangguan dan penyakit yang mengotori

kesucian fitrah rohani manusia agar selamat

sejahtera dunai akhirat didasarkan kepada tuntunan

al-Qur‟an, al-Hadits dan hasil ijtihad melalui

metodologi penalaran dan pengembangan secara

istinbathyi (deduktif), istiqro‟iy (induktif/riset),

iqtibasiy (meminjam teori), dan „irfaniy

(laduni/hidhuri).40

Dalam pengertian lain, Bimbingan Rohani

38

Indah Chabibah, Skripsi Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalan

Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat,

(Jakarta: UIN Jakarta, 2011), hlm. 24. 39

Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

hlm. 17. 40

Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 1.

Page 43: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

31

Islam bagi pasien merupakan pelayanan yang

memberikan santunan rohani kepada pasien dan

keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar

tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan

memberikan tuntunan do‟a, cara bersuci, shalat dan

amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam

keadaan sakit.41

Dari beberapa pengertian di atas peneliti

mendefinisikan Bimbingan Rohani Pasien adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan

Pembimbing Rohani kepada pasien secara terus-

menerus atau berkelanjutan dalam rangka

memotivasi dan memberikan semangat agar pasien

dapat menerima sakitnya dengan ikhlas dan lapang

dada sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan al-

Hadits. Karena bertujuan untuk memotivasi dan

memberi semangat sesuai dengan al-Qur‟an dan al-

Hadits maka peneliti menyamakan antara Bimbingan

Rohani Pasien dengan Dakwah Pasien yakni

memiliki kesamaan sumber rujukan dan tujuan.

4. Pembimbing Rohani

A. Pengertian Pembimbing Rohani

Pembimbing berasal dari kata bimbing yang

berarti menuntun, sedangkan pembimbing berarti orang

41

Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),

hlm. 18.

Page 44: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

32

yang membimbing atau menuntun.42

Dalam penelitian ini, Pembimbing Rohani adalah

orang yang memiliki kemampuan untuk menuntun dan

menunjukkan kepada kebenaran dengan sasaran rohani

pasien rumah sakit.

B. Syarat Pembimbing Rohani

Adapun kualifikasi untuk menjadi Pembimbing

Rohani sebagai berikut:43

1. Personil yang telah memiliki pendidikan atau

sertifikat pelatihan yang sesuai dengan profesinya.

2. Personil yang memiliki kualifikasi keahlian di

bidang pemeliharaan, pengurusan dan penjagaan

aktivitas Rohani Islam di Rumah Sakit.

Lebih lanjut Abdul Basit dalam bukunya yang

berjudul Konseling Islam mengatakan bahwa ada

tiga prasyarat untuk menjadi Pembimbing Rohani

Islam yang profesional, yaitu:44

1. Memiliki Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud dalam persyaratan ini

bukan hanya menyangkut wawasan yang bersifat

generik, tetapi juga berkenaan dengan pengetahuan

yang sangat mendasar tentang perilaku manusia,

ilmu kesehatan, spiritualitas, kesehatan mental dan

etika sebagai Pembimbing Rohani.

42

KBBI Online Edisi V, diakses pada 8 Maret 2020. 43

Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah

Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 5. 44

Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 194-197.

Page 45: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

33

2. Memiliki Keahlian Praktis

Selain pengetahuan dasar, keahlian praktis pun

menjadi prasyarat utama bagi Pembimbing Rohani

dalam hal fiqh maridh (fiqih sakit) dan praktik-

praktik keagamaan yang dibutuhkan oleh pasien

seperti cara shalat, bertayammum, berdoa, dan

parktik ibadah lainnya.

3. Berakhlak Mulia

Prasyarat yang mesti dimiliki oleh seorang

Pembimbing Rohani. Di samping itu, dengan

kemampuan intelektual, Pembimbing Rohani Islam

memiliki kreativitas dalam aktivitas bimbingannya

dan dalam mempersiapkan masa depan.

5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani

A. Dasar Etis dan Yuridis

1. Kesepakatan hasil Lokakarya Nasional Keperawatan

tahun 1983, menyebutkan bahwa keperawatan

adalah bentuk Pelayanan professional yang

merupakan bagian integral dari Pelayanan

kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan berbentuk Pelayanan bio-psiko-sosio-

spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik

sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa

bantuan diberikan karena adanya kelemahan fisik

dan mental, keterbatasan pengetahuan serta

Page 46: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

34

kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan hidup

sehari-hari secara mandiri.45

2. Kode Etik Keperawatan Internasional tahun 2000,

disebutkan bahwa perawat harus memberikan

lingkungan dimana hak-hak manusia, nilai-nilai,

adaptasi dan kepercayaan spiritual dari individu,

keluarga, dan masyarakat tetap dihormati.46

3. Kode Etik Keperawatan Indonesia tahun 2000,

disebutkan bahwa perawat dalam memberikan

perawatan senantiasa memelihara suasana

lingkungan yang dihormati nilai-nilai budaya, adat

istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan

individu, keluarga dan masyarakat.47

4. Badan Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana

Kesehatan USA (JCAHO), telah menetapkan bahwa

setiap klien harus dilakukan pengkajian terhadap

keyakinan spiritual dan praktik-praktiknya serta

memberikan dukungan pemenuhan kebutuhan

spiritual.48

5. Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI

mengatakan dalam satu seminar di Purwokerto

(2004) bahwa paradigma baru kesehatan menyatakan

bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya bersifat

45

Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 18. 46

Ibid., hlm. 19. 47

Ibid., hlm. 19. 48

Ibid., hlm. 19.

Page 47: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

35

klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan

yang bersifat mental-spiritual sebagai pendukung.49

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 2018 tentang kewajiban Rumah

Sakit dan kewajiban pasien Pasal 17 ayat 2 tentang

hak pasien bahwa pasien berhak menolak Pelayanan

Bimbingan Rohani yang tidak sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianut.50

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab 1 Pasal 1 bahwa

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.51

Dari ketujuh dasar Yuridis di atas, dapat disimpulkan

bahwa tidak ada peraturan khusus secara tertulis

yang mengatur tentang kebijakan pelaksanana

Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit.

Artinya, kebijakan pelaksanaan Bimbingan Rohani

bagi pasien lebih berdasarkan pemahaman dan

kesepakatan bahwa pasien tidak hanya

49

Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208-209. 50

, Peraturan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018

tentang kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien diakses di

https://www.persi.or.id, pada 1 Juli 2020. Pukul 20:30. 51

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan, diakses di file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_Kesehatan.pdf,

pada 1 Juli 2020 pukul 21:00.

Page 48: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

36

membutuhkan perawatan medis tetapi juga butuh

perawatan rohani.

B. Dasar Teologis

Dasar teologis adalah tinjauan agama dalam konteks

kajian ini adalah tinjauan dari dasar-dasar al-Qur‟an

dan as-Hadits terkait dengan: bagaimana pandangan

Islam tentang perawatan terhadap orang sakit?

Orang sakit dalam Islam memiliki dua hal pokok

yaitu hak dan kewajiban:52

1. Hak untuk diurus (mendapat perawatan), hak ini

secara substantif terkait dengan maqashid al

Syar‟iy, yaitu lima tujuan pokok agama yang

mewajibkan menjaga: (1) Nilai hidup, (2)

Agama, (3) Akal, (4) Keturunan, (5) Harta.

2. Wajib menjaga pelaksanaan ibadah selama sakit

sesuai dengan batas kemampuannya selama

masih memiliki unsur kesadaran.

Selain itu, kegiatan Bimbingan Rohani sama seperti

kegiatan dakwah pada umumnya, dengan dasar

bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk

menyeru manusia pada jalan kebaikan.

Firman Allah subhanahu wata‟ala

م ببنتي إني سبيم سبك ببنحكمة وانمىعظة انحسىة وجبدنه ادع

52

Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 20.

Page 49: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

37

هي احسه إنا سباك هى اعهم بمه ضما عه سبيهه وهى اعهم

ببنمهتذيه

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Dialah Tuhanmu

yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl (16):

125).

Firman Allah subhanahu wata‟ala

ة ياذعىن انى انخ ببنمعشوف ويىىهىن يش ويأمشون ونتكه مىكم اما

وانئك هم انمفهحىن عه انمىكش

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang

ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar:‟merekalah

orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104).

Firman Allah subhanahu wata‟ala

ا ل مه انقشان مبهى شفبء وسحمة نهمؤمىيه ول يزد انظابنميه الا خسبسا ووىز

“dan Kami turunkan dari al-Qur‟an itu sesuatu yang

dapat menjadi obat penawar dan rahmat karunia bagi

orang ynag beriman dan al-Qur‟an itu bagi orang-

orang yang zalim hanya menambah kerugian belaka.”

(QS al-Isra (17): 82).

Page 50: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

38

Firman Allah subhanahu wata‟ala

ا.....يب ا يهب انازيه امىىا قىا اوفسكم واههيكم وبسا

“hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka….” (QS at-Tahrim (66): 6)

Di samping ayat-ayat di atas, terdapat pula beberapa

sabda nabi sallahu „alaihi wasallam yang menjelaskan

bahwa penasihatan atau bimbingan merupakan

kewajiban agama.53

Sabda Rasulullah sallahu „alaihi wasallam

يه انىاصيحة...... انذ

“agama adalah nasihat….” (HR. Muslim, no. 55)

6. Tujuan Bimbingan Rohani

Dalam merumuskan tujuan Bimbingan Rohani di rumah

sakit terdapat tiga aspek penting yang harus terbentuk

dalam diri pasien, yaitu: (1) pemahaman, (2) makna-

makna, (3) sistem kepercayaan. Pemahaman yang

dimaksud adalah pemahaman pasien terhadap masalah

sakit dan proses perawatan yang dijalani. Pemahaman

ini merupakan pintu bagi diri pasien untuk menemukan

berbagia makna dibalik sakitnya, tujuannnya adalah

bagaimana pasien memiliki pemahaman dan pemaknaan

yang benar tentang sakit yang dihadapi. Selanjutnya

pemahaman dan pemaknaan terhadap sakit membantu

53

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

2010), hlm. 20.

Page 51: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

39

pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan

(beliefs system) yang sangat membantu proses sembuh

pasien. Berdasarkan ketiga aspek tersebut maka, tujuan

utama Bimbingan Rohani Pasien adalah:54

1. Terjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada

diri pasien terhadap sakit yang dideritanya.

2. Membantu pasien menemukan berbagai makna dari

sakit dan proses perawatan yang dijalani.

3. Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan

dan keyakinan yang sangat membantu dalam proses

penyembuhan.

4. Salah satu sumber rujukan untuk menemukan sistem

kepercayaan dan keyakinan adalah sisi spiritualitas

dan keagamaan yang dianut pasien.

7. Sasaran Bimbingan Rohani

Menurut Isep, ada tiga sasaran Bimbingan Rohani, di

antaranya:55

1. Rohani manusia umumnya, karena substansi hidup

sesungguhnya adalah pemeliharaan fitrah rohani.

Sasarannya adalah rohani manusia yang sehat

dengan pemeliharaan dan pengembangan.

2. Rohani manusia yang mengalami gangguan oleh

penyakit rohani karena ketidakseimbangan atau

gangguan pada nafsani atau sistem kejiwaan

54

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,

2010), hlm. 21-22. 55

Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 2-3.

Page 52: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

40

manusia.

3. Rohani manusia yang secara fisik sedang mengalami

gangguan karena penyakit terutama para pasien

rawat inap di berbagai rumah sakit atau tempat

perawatan dan pengobatan umumnya dengan cara

perawatan dan pengobatan. Inilah yang disebut

Bimbingan Rohani Pasien.

8. Fungsi Bimbingan Rohani

Bimbingan Rohani sebagaimana yang telah

dijelaskan tersebut, mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Preventif atau pencegahan, yakni mencegah

timbulnya masalah pada seseorang.

2. Fungsi Kuratif atau korektif, yakni memecahkan

atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi

seseorang.

3. Fungsi Preventif dan Development, yakni

memelihara agar keadaan yang tidak baik menjadi

baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang

sudah baik menjadi lebih baik.56

9. Metode Bimbingan Rohani

Bimbingan Rohani memiliki metode dan tehnik.

Dimana metode diartikan sebagai cara untuk mendekati

masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan

sedangkan tehnik merupakan penerapan metode dalam

praktik. Metode dan tehnik Bimbingan Rohani menurut

56

Tohari Musnawar, Dasar-dasar dan Konseptual Bimbingan dan Konseling

Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 5.

Page 53: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

41

Isep Zainal yang dikuti oleh Tuti Alawiyah secara garis

besar dapat disebutkan seperti di bawah ini:57

1. Metode Langsung

Metode langsung adalah metode di mana

Pembimbing melakukan komunikasi langsung

dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat

diperinci secara individu dan kelompok, yaitu:

a. Metode Individual

Dalam hal ini Pembimbing melakukan

komunikasi langsung secara individual dengan

pihak yang dibimbingnya. Ini dapat dilakukan

dengan percakapan pribadi yakni:

1) Pembimbing melakukan dialog langsung

tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

2) Kunjungan ke ruang rawat inap (visit) yakni

pembimbing melakukan dialog dengan pihak

yang dibimbing dilaksanakan di ruang rawat

inap.

3) Kunjungan dan observasi kerja yakni

pembimbing melakukan percakapan individu

sekaligus mengamati kondisi pasien dan

lingkungannya.

b. Metode Kelompok

Dalam hal ini pembimbing melakukan

komunikasi langsung dengan cara berkelompok:

57

Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah

Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 6-7

Page 54: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

42

1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing

melaksanakan bimbingan dengan cara

mengadakan diskusi dengan keluarga pasien

yang mempunyai masalah yang sama.

2) Group teaching, yakni pemberian bimbingan

dengan memberikan materi bimbingan

tertentu (ceramah) kepada keluarga pasien

yang telah disiapkan.

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah metode bimbingan

yang dilakukan melalui media massa. Hal ini dapat

dilakukan secara individual atau kelompok:

a. Metode Individual

1) Melalui surat menyurat

2) Melalui telepon

3) Melalui audio visual

b. Metode Kelompok

1) Melalui papan bimbingan

2) Melalui surat kabar atau majalah

3) Melalui brosur

Dari metode dan tehnik Bimbingan Rohani di atas, dapat

memberikan gambaran metode mana yang tepat digunakan

oleh Petugas Bimbingan Rohani di rumah sakit.

10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani

Menurut Husna dan Suwarsono yang dikutip

oleh Mimit, teknis adalah sesuatu yang berkaitan dengan

proses pelaksanaan suatu proyek secara teknis dan

Page 55: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

43

dalam mengoperasikannya sesuai proyek tersebut

dilaksanakan.58

Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan

Rohani adalah kajian keperawatan yang didasarkan

kepada metode ilmiah sebagaimana standar proses

keperawatan pada umumnya, perbedaannya pada unit

kajian yaitu hanya pada aspek rohani atau spiritual

pasien. Pengkajian ini terfokus pada kebutuhan spiritual

pasien yang berrsumber kepada agama dan

keyakinannya beserta praktik ritualnya. Fokus kajian

tersebut meliputi: (1) ibadah pokok, (2) ibadah

tambahan, (3) bimbingan konseling dan penasehatan, (4)

konseling pasien berkebutuhan khusus dan

pendampingan. Sehingga pada keseluruhan tahap atau

teknis bimbingan rohani yang akan dipaparkan berikut

merujuk kepada masalah-maslaah yang ada pada

keempat aspek kajian tersebut. Sebagai metode ilmiah

untuk menyelesaikan masalah-masalah pada pasien,

maka Bimbingan Rohani harus dilakukan secara

sistematis. Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan

Rohani bagi pasien rawat inap, sebagai berikut:59

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan awal proses untuk

menggali dan mendapatkan data objektif dan data

subjektif kondisi rohani atau spiritual pasien. Yang

58

Mimit Primayastanto, Evapro (Evaluasi Proyek) Teori dan Aplikasi pada

Usaha Ikan Sidat (Anguilla sp), (Malang: UB Press: 2016), hlm. 46. 59

Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 47-50.

Page 56: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

44

termasuk data objektif misalnya: (1) afek dan sikap

seperti kondisi depresi, marah, cemas, acuh,

kesepian, kosong dan lain-lain, (2) perilaku

keagamaan seperti kebiasaan: berdo‟a, membaca

kitab suci, ibadah, kecewa terhadap agama, Tuhan,

takut mati, dan berbagai perilaku ekspressi

kecemasan yang terkait dengan aspek kehidupan

keagamaan, (3) verbalisasi seperti segala ungkapan

pembicaraan yang keluar dari mulut pasien yang

menyangkut aspek agama dan spiritual seperti

bertanya tentang Tuhan, akhirat, dosa,

membicarakan soal ibadah, amal baik, amal buruk

dan lain-lain, (4) hubungan interpersonal, misalnya

bagaimana respon pasien terhadap perawat,

pengobatan, para pengunjung, pemuka agama dan

lain-lain, (5) lingkungan, yang termasuk aspek ini

misalnya pasien memiliki atau tidak membawa alat

ibadah, kitab suci dan lain-lain.

Data subjektif adalah data-data yang bersifat

abstrak seperti (1) konsep tentang Tuhan, (2) sumber

harapan dan kekuatan pasien, (3) praktik agama dan

ritual keagamaan, (4) hubungan antara keyakinan

spiritual dengan kesehatan, (5) pandangan pasien

mengenai makna sakit dan penyakit, (6) sikap dan

keyakinan pasien mengenai agama dan kehidupan

spiritual.

2. Diagnosis atau Identifikasi Masalah

Page 57: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

45

Yaitu tahap lanjutan jika dari tahap pengkajian

terdapat masalah rohani yang memerlukan intervensi

Bimbingan Rohani. Yang harus diperhatikan

intervensi terhadap pasien ada dua sisi: pertama

intervensi terhadap fisik pasien hal ini dapat

dilakukan dengan berbagai pendekatan fisik terhadap

pasien. Kedua, intervensi terhadap psikis atau

kejiwaan pasien, hal ini dilakukan dengan berbagai

pendekatan psikologis termasuk pendekatan rohani

atau spiritual. Pendekatan rohani termasuk ke dalam

pendekatan psikologis karena sasarannya adalah

kejiwaan pasien.

3. Perencanaan

Yaitu tahapan menyusun rencana bagaimana

melakukan intervensi dengan tujuannya. Untuk

pasien dengan distress spiritual bagaimana intervensi

difokuskan pada upaya menciptakan lingkungan

yang mendukung praktik keagamaan yang biasanya

dilakukan pasien. Tujuannya ditetapkan secara

individual dengan mempertimbangkan riwayat

spiritual pasien.

4. Implementasi

Tahap ini adalah bagaimana tahap menerapkan

rencana intervensi dengan melakukan prinsi-prinsip

kegiatan Bimbingan Rohani sebagai berikut:

a. Periksa keyakinan spiritual pribadi Pembimbing

rohani.

Page 58: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

46

b. Fokuskan perhatian pada persepsi pasien

terhadap kebutuhan spiritualnya.

c. Asumsikan pasien mempunyai kebutuhan

spiritual.

d. Memahami pesan non verbal kebutuhan spiritual

pasien.

e. Dan lain-lain.

5. Evaluasi

Adalah tahapan untuk mengukur apakah pasien

telah mencapai hasil yang ditetapkan pada fase

perencanaan, sumber evaluasi adalah data-data yang

telah terkumpul terkait dengan pencapaian tujuan

Bimbingan Rohani. Contoh tujuan Bimbingan

Rohani tercapai secara umum misalnya pasien:

a. Dapat beristirahat dengan tenang.

b. Menunjukkan sikap penerimaan.

c. Mengekspersikan damai dengan Tuhan.

d. Melakuakn aktifitas dan ritual keagamaan.

e. Terbuka terhadap Pembimbing rohani

f. Afek positif seperti tidak marah, ansietas

berkurang, bebas rasa bersalah.

g. Dan lain-lain.

11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani

Terdapat empat aspek kajian dalam Bimbingan Rohani,

di antaranya:60

60

Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah

Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 50-55.

Page 59: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

47

1. Aspek Ibadah Pokok

Secara bahasa ibadah dapat berarti mengabdi,

menyembah, tata, tunduk, merendah diri atau

mengahambakan diri. Secara istilah ibadah adalah

melaksanakan segala perintah dan ketentuan Allah

baik yang wajib maupun yang disunnahkan sesuai

dengan perintah al-Qur‟an dan al-Hadits.

Ibadah yang rutin memiliki manfaat positif bagi

fisik dan kejiwaan manusia sedangkan ibadah yang

tidak rutin atau rendah memiliki dampak negatif bagi

fisik dan kejiwaan di antaranya mudah stres dan

tidak memiliki ketahanan mental spiritual yang kuat.

Sebaliknya ibadah yang rutin dan kuat dapat

memberikan ketahanan terhadap jiwa manusia dan

dapat membantu proses penyembuhan.

Ada pun bimbingan ibadah pokok bagi pasien

yakni bimbingan shalat, yang dimulai dari

bimbingan thaharah yang meliputi (1) bimbingan

istinja, yakni menghilangkan najis bagi pasien. (2)

bimbingan berwudhu, (3) bimbingan tayamum bagi

pasien yang tidak dapat menggunakan air karena

berbagai alasan medis, (4) bimbingan pelaksanaan

shalat wajib.

2. Aspek Ibadah Tambahan

Ibadah tambahan adalah ibadah selain ibadah

pokok yang dapat dilaksanakan oleh pasien selama

ia berada di rumah sakit. Jenis ibadah tambahan

Page 60: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

48

yang dapat dilakukan oleh pasien sesuai dengan

kemampuan pasien yaitu: (1) doa dan dzikir, (2)

tilawah atau membaca al-Qur‟an, (3) shalat sunnah,

(4) Shaum sunnah, (5) Bibliotherapy, yakni dengan

membacakan kisah-kisah atau cerita tertentu dengan

tujuan dapat menyembuhkan pasien.

3. Bimbingan Konseling, Konsultasi dan Penasehatan

Salah satu kebutuhan rohani atau spiritual pasien

di rumah sakit adalah pemberian nasihat.

Penasihatan ini sebenarnya bersifat umum dapat

dilakukan saat kunjungan Pembimbing rohani secara

rutin kepada pasien. Bentuknya dapat bersifat

obrolan non formal, sapaan, sharing, menampung

berbagai keluhan dan pertanyaan pasien mengenai

sakit yang terkait dengan persoalan keagamaan, atau

bahkan dapat dilakukan dalam bentuk formal seperti

ceramah baik dalam bentuk kelompok kecil maupun

secara individual. Secara umum terdapat beberapa

kebutuhan rohani yang dapat diberikan dalam

Pelayanan penasehatan seperti:

a. Kebutuhan untuk mendapat penjelasan mengenai

berbagai hal terkait dengan masalah agama

selama sakit.

b. Kebutuhan mendapat jawaban mengenai masalah

psikologi yang dihadapi.

c. Butuh mendapat kepastian dan pegangan selama

sakit.

Page 61: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

49

d. Butuh menemukan solusi kesembuhan yang

tidak bertentangan dengan agama.

e. Butuh tempat „curhat‟ dan berbagi dari berbagai

beban psikologis yang dihadapi.

4. Konseling untuk Pasien Berkebutuhann Khusus dan

Pendampingan

Yang dimaksud pasien berkebutuhan khusus

adalah pasien yang tidak hanya membutuhkan

bimbingan pelaksanaan ibadah, tetapi pasien yang

memiliki masalah psikologis, keagamaan dan

kompleksitas berbagai persoalan sehingga

membutuhkan penanganan dan Pelayanan khusus

dan intensif. Beberapa persoalan pasien khusus

dalam ranah spiritual yaitu: phobia spiritual, hampa

spiritual, menolak hal-hal spiritual dan agama,

trauma spiritual dan agama, hopeless (hilang harapan

sembuh), konflik spiritual dan agama, berpindah

keyakinan dan agama.

B. Kerangka Berpikir

Berawal dari asumsi peneliti bahwa Pelayanan Bimbingan

Rohani bagi pasien rawat inap merupakan pelayanan penunjang

bagi pasien, karenanya pemberian bimbingan bagi pasien rawat

inap adalah kewajiban rumah sakit. Artinya, pasien tidak hanya

membutuhkan pelayanan medis namun juga pelayanan non medis

seperti Bimbingan Rohani. Lebih lanjut peneliti berasumsi bahwa

Pelayanan Bimbingan Rohani ini efektif dan tepat guna jika

Page 62: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

50

pelaksanaanya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh

pemerintah sampai pada akhirnya pasien mampu menerima

sakitnya dengan sabar dan ikhlas.

Lebih lanjut peneliti melakukan observasi dan wawancara

kepada salah seorang Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam

Jakarta Cempaka Putih dan didapat fakta bahwa Pelayanan

Bimbingan Rohani bagi pasien sangat penting diberikan karena

pasien menjadi lebih siap dalam menjalani pengobatan medis juga

menumbuhkan semangat untuk sembuh. Namun demikian,

pemberian Bimbingan Rohani bagi pasien rawat ini ternyata tidak

ada aturan baku dari pemerintah. Sehingga kebijakan Pelayanan

Bimbingan Rohani diserahkan penuh kepada Rumah Sakit yang

bersangkutan dengan tetap memerhatikan dan mengikuti Standar

Operasional yang berlaku di Rumah Sakit tersebut.

Sehingga fokus pada penelitian ini adalah bagaimana kebijakan

Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ

Cempaka Putih dengan didukung teori bimbingan milik Samsul

Munir Amin, bahwa bimbingan adalah proses sistematis yang

berlangsung terus menerus. Pada metode bimbingan, peneliti

menggunakan teori milik Tuti Alawiyah, bahwa terdapat dua

metode yakni langsung dan tidak langsung. Kemudian, pada teori

materi bimbingan dan teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi

pasien, peneliti memakai teori Isep Zainal Arifin.

Diringkas dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Page 63: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

51

QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36

Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1

Pemahaman dan kesepakatan

bahwa pasien membutuhkan

Bimbingan Rohani

Bimbingan rohani sebagai proses pemberian santunan rohani dalam rangka memotivasi dan memberikan semangat bagi

pasien agar menerima sakit dengan lapang sesuai dengan

tuntunan al-Quran dan al-Hadits

Pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat

inap dengan keadaan rohani yang secara fisik sedang

mengalami gangguan karena penyakit dengan masa perawatan

minimal 5 hari dan pasien meminta Pelayanan Bimbingan

Rohani.

Tahapan pelaksanaan

Bimbingan Rohani:

- Pengkajian

- Identifikasi masalah

- Perencanaan

- Implementasi

- Evaluasi

Page 64: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

52

BAB III

GAMBARAN UMUM

LATAR PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)

Cempaka Putih61

Gagasan didirikannya Rumah Sakit Islam Jakarta

bermula dari kepedulian organisasi Muhammadiyah akan

kebutuhan Pelayanan Rumah Sakit yang bernafaskan Islam.

Hal demikian juga disampaikan oleh Dr. H. Kusnadi sebagai

salah satu tokoh Muhammadiyah yang tergugah dan mulai

memikirkan perlu adanya rumah sakit yang Pelayanannya

bersifat Islami.

Setelah melalui berbagai pertimbangan dan usul-usul

tentang pendirian rumah sakit serta ketentuan perundang-

undangan yang berlaku, maka tanggal 18 April 1967

berdasarkan akte nomor 36 tahun 1967, berdirilah yayasan

Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) yang diketuai langsung

oleh Dr. Kusnadi.

Berselang empat tahun dari pendirian yayasan RSIJ,

pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1971,

Rumah Sakit Islam Jakarta berdiri dengan kokoh yang

diresmikan oleh Presiden Soeharto.

Tahun 1972 – 1982 dapat dikatakan sebagai masa

pengembangan rumah sakit, mulai dari semakin banyaknya

61

Rumah Sakit Islam Jakarta, Sejarah RSIJ, diakses di

http://www.rsi.co.id/tentang-kami/sejarah, pada 27 Februari 2020.

QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36

Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1

Pemahaman dan kesepakatan bahwa

pasien membutuhkan Bimbingan Rohani

Bimbingan Rohani sebagai proses pemberian santunan rohani dalam

rangka memotivasi dan memberikan semangat bagi pasien agar

menerima sakit dengan lapang sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan

al-Hadits

Pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien

rawat inap dengan keadaan rohani yang secara fisik

sedang mengalami gangguan karena penyakit dengan

minimal 7 hari masa perawatan dan pasien meminta

bimbingan lanjutan

Teknis pelaksanaan Bimbingan

Rohani:

- Pengkajian

- Identifikasi masalah

- Perencanaan

- Implementasi

- Evaluasi

Page 65: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

53

kamar inap pasien, dibangunnya gedung-gedung baru yang

menunjang Pelayanan medis sampai pada pembangunan

ruang perawatan untuk Intensif Care Unit (ICU) yang

berlantai empat dan mampu menampung 100 orang yang

juga dilengkapi dengan fasilitas gas medik sentral.

Dari tahun ke tahun Rumah Sakit Islam Jakarta terus

berkembnag seperti pada tahun 1986/1987 memiliki

kapasitas tenpat tidur sebanyak 250 tempat tidur untuk

perawatan kelas III, yang berarti 50% total kapasitas tempat

tidur di Rumah Sakit Islam Jakarta.

Tanggal 23 Juni 2001 rumah sakit ini mampu

menyediakan 466 tempat tidur dengan didukung 1.444

orang tenaga medis, perawat, dan non medis serta berbagai

peralatan canggih.

Dari tahun ke tahun Rumah Sakit Islam Jakarta semakin

menunjukkan perkembangan yang pesat, sebut saja pada

tahun 2012, rumah sakit ini telah meresmikan gedung baru

“Gedung Mina” dan diresmikan langsung oleh Ketua Umum

PP Muhammadiyah Prof. DR. Din Syamsudin, MA bersama

Wamenkes Prof. DR. Ali Ghufron, MSc., Ph.D dan

Gubernur DKI Jakarta Ir. Joko Widodo dengan berbagai

fasilitas yang memadai di setiap lantainya.

kemudian pada tahun 2013 peletakan batu pertama

pembangunan gedung Pendidikan dan Pelatihan RS Islam

Jakarta Cempaka Putih, kemudian pada tahun 2014 RS

Islam Jakarta Cempaka Putih menjadi Rumah Sakit Tipe B –

Pendidikan Utama dan puncaknya adalah pada 28 Juni 2019

Page 66: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

54

RS Islam Jakarta Cempaka Putih Lulus Akreditasi Snars

Predikat Paripurna.

B. Visi Misi Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Islam

Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih62

1. Visi

RSIJ Cempaka Putih menjadi rumah sakit kepercayaan

masyarakat yang berfungsi sebagai pusat pendidikan

kedokteran dan perkaderan Persyarikatan

Muhammadiyah di Bidang Kesehtan.

2. Misi

Pelayanan kesehatan yang islami, profesional dan

bermutu dengan tetap peduli pada kaum dhuafa.

Mampu memimpin pengembangan rumah sakit

lainnya.

Mampu menyelenggarakan pendidikan kedokteran

dan perkaderan bagi tenaga kesehatan lainnya.

3. Falsafah

Rumah Sakit Islam Jakarta adalah perwujudan dari iman

sebagai amal shaleh kepada Allah subhanahu wata‟ala

dan menjadikannya sebagai sarana ibadah.

4. Tujuan

Mewujudkan derajat kesejahteraan yang setinggi-

tingginya bagi semua lapisan masyarakat melalui

pendekatan pemeliharaan kesehatan (promitif),

pencegahan (kuratif), dan pemulihan kesehatan

62

Rumah Sakit Islam Jakarta, Visi Misi RSIJ, diakses di

https://www.rsi.co.id/tentang-kami/visi-misi, pada 27 Februari 2020.

Page 67: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

55

(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta

tuntutan ajaran Islam dengan tidak memandang

agama, golongan dan kedudukan.

Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang

bermutu dan sesuai ajaran Islam.

C. Layanan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka

Putih63

1. Layanan Rawat Inap

2. Layanan Rawat Jalan

3. Layanan 24 Jam

4. Layanan Khusus

5. Medical Check Up

D. Fasilitas di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka

Putih64

1. Penunjang Medis, di antaranya:

a. Cath lab

b. MSCT Scan 128 Slice elektroensefalografi (EEG)

c. Endocopy Urologi Set

d. Uroflowmetri

e. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotrpsy)

f. USG Color Dopler, Kolposkopi Endoscopi

Retrograde Cholangio Pancreatografi (ERCP),

g. dan lain sebagainya.

63

Rumah Sakit Islam Jakarta, Layanan RSIJ, diakses di

https://www.rsi.co.id/tentang-kami/visi-misi, pada 27 Februari 2020. 64

Rumah Sakit Islam Jakarta, Layanan RSIJ, diakses di

https://www.rsi.co.id/fasilitas/penunjang-m edis, pada 27 Februari 2020.

Page 68: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

56

2. Fasilitas Umum, sepertit:

a. Bank dan ATM

b. Masjid

c. Mushalla

d. kantin, dan

e. Minishop

3. Fasilitas Lainnya, seperti:

a. home care – home service

b. layanan preventif

c. promotif dan rehabilitatif

d. layanan rohani dan

e. instalasi pengolahan air limbah.

E. Letak Rumah Sakit

Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih terletak di Jl.

Cempaka Putih Tengah I Nomor 1 RT. 11 RW. 5 Cempaka

Putih Timur Kecamatan Cempaka Putih Kota Jakarta Pusat,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510.

F. Susunan Organisasi Rumah Sakit Islam Jakarta

Cempaka Putih

1. Direktur Utama

2. Direktur Pelayanan

3. Direktur Penunjang

4. Direktur Keuangan

5. Direktur Sumber Daya Insani dan Pelayanan

6. Komite Etik Rumah Sakit

7. Komite Medis

8. Komite Keperawatan

Page 69: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

57

9. Komite Tenaga Kesehatan lain

10. Komite Mutu dan Manajemen Risiko

11. Komite Koordinasi Pendidikan (KOMKORDIK)

12. Kepala Unit Satuan Pemeriksa Internal

13. Manajer Rawat Jalan

14. Manajer Rawat Inap

15. Manajer Pelayanan Penunjang

16. Manajer Farmasi dan Strerilisasi

17. Manajer Penunjang

18. Manajer Rekam Medis

19. Manajer Keuangan

20. Manajer Sistem Informasi Rumah Sakit

21. Manajer Pemasaran

22. Manajer Sumber Daya Insani (SDI)

23. Manajer Bimbingan Rohani (Pelayanan)

24. Manajer Pelayanan Umum dan Legal (Yanum).

G. Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam

Jakarta Cempaka Putih

Pelayanan Bimbingan Rohani di RSJI sudah ada 5-10

tahun setelah berdirinya rumah sakit ini dan terdiri atas 2

jenis bimbingan yaitu:65

1. Bimbingan Rohani Pasien, yang diperuntukkan bagi

pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka

Putih dengan minimal kunjungan 1 (satu) kali bagi

setiap pasien.

65

Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan

dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 14:30 WIB.

Page 70: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

58

2. Pembinaan pegawai/karyawan, yakni pemberian

bimbingan yang diperuntukkan bagi seluruh karyawan

RSIJ, yang rutin dilakukan setiap pekan.66

Pelayanan Bimbingan Rohani pasien rawat inap di

RSIJ ini di bawah manajer Pembinaan Rohani yang

membawahi kepala urusan Pembimbing Agama dan

Kepala Urusan Nafsul Muthmainnah dengan rincian

tugas masing-masing bagian sebagai berikut:67

A. Manajer Pembinaan Rohani (Pelayanan)

1. Manajer Pembinaan Rohani mempunyai tugas

membantu direktur Sumber Daya Insani yang

selanjutnya disebut SDI dan Pelayanan, dengan

fungsi utamanya mengelola dan mengembangkan

fungsi pembinaan al-Islam dan ke-

Muhammadiyahan dan perkaderan pegawai,

dakwah dan pengelolaan nafsul muthmainnah

yang mengacu pada kebijakan SDI, peraturan

yang ditetapkan oleh badan pelaksana harian

Rumah Sakit Islam Jakarta, dan ketentuan yang

berlaku serta sasaran startegis diertorat SDI dan

Pelayanan.

Perlu digaris bawahi bahwa maksud dari

pengembangan fungsi pembinaan al-Islam dan

66

Wawancara dengan Ridwan, S.Kom.I. Selaku Koordinator Pembinaan

Karyawan dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 12 Maret 2020

14:00 WIB. 67

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka

Putih, hlm. 54-58.

Page 71: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

59

ke-Muhammadiyahan bagi pegawai adalah setiap

pegawai ketika berada di lingkungan RSIJ

Cempaka Putih, wajib mengikuti aturan

keagamaan yang berlaku di Muhammadiyah,

adapun ketika di luar Rumah Sakit, maka setiap

pegawai bebas untuk melakukan ritual

keagamaan yang diyakininya sekalipun bukan

Muhammadiyah. Artinya, bahwa setiap pegawai

dalam hal ini termasuk juga Pembimbing Rohani,

tidak mesti yang berlatarbelakang

Muhammadiyah, tapi ia paham bagaimana

Muhammadiyah dan mau mengikuti aturan ke-

Muhammadiyahan ketika berada di lingkungan

rumah sakit dan siap menyampaikan paham

Muhammadiyah pada pasien yang menjadi

bimbingannya.68

2. Manajer Pembinaan Rohani bertanggung jawab

kepada Direktur SDI.

B. Kepala Urusan Pembinaan Agama

1. Kepala Urusan Pembinaan Agama mempunyai

tugas membantu Manajer Pelayanan, dengan

tugas utamanya mengelola kegiatan dakwah

yang meliputi Pembinaan Agama bagi pegawai

dan keluarganya, pemakmuran masjid, Pelayanan

Bimbingan Rohani Pasien, pelayanan konsultasi

68

Wawancara dengan Widodo, S.Ag. selaku Manajer Bimbingan Rohani

RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:15 WIB.

Page 72: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

60

keluarga sakinah dan dakwah bagi masyarakat

luas yang mengacu pada kebijakan SDI,

peraturan ketenagakerjaan dan ketentuan yang

berlaku serta program kerja bagian pelayanan.

2. Kepala Urusan Pembinaan Agama bertanggung

jawab kepada Manajer Bimningan Rohani.

Kepala Urusan Pembinaan Agama membawahi bidang

Koordinator Pembinaan Agama Pegawai dan Dakwah

Pasien. Adapun tugas Koordinator Pembinaan Agama dan

Dakwah Pasien sebagai berikut:69

1. Mengkoordinir Petugas Bimbingan Rohani baik yang

ditugasi dibagian dakwah pasien maupun pembinaan

pegawai.

2. Mengevaluasi kinerja Pembimbing Rohani dan

melaporkannya kepada Manajer Bimbingan Rohani pada

setiap periode.

3. Melengkapi dokumen terkait dengan administrasi

Manajemen Bimbingan Rohani Pasien dan Pembinaan

Agama Pegawai.

C. Kepala Urusan Nafsul Muthmainnah

1. Kepala urusan Nafsul Muthmainnah mempunyai

tugas membantu Manajer Bimbingan Rohani,

dengan tugas utamanya mengelola kegiatan

pengurusan jenazah untuk pasien, pegawai dan

pihak luar yang meliputi pelayanan pengurusan

69

Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pe mbinaan Karyawan

dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 27 Juni 2020 18:00 WIB.

Page 73: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

61

dan pengantaran jenazah, pelatihan pengurusan

jenazah dan pengurusan keanggotaan yang

mengacu pada kebijakan SDI, peraturan

ketenagakerjaan dan ketentuan yang berlaku serta

program kerja bagian Binroh.

2. Kepala Urusan Nafsul Muthmainnah

bertanggung jawab kepada Manajer Binroh.

3. Kepala urusan Nafsul Muthmainnah membawahi

pelaksana : Pelayanan intern, Pelayanan

eksternal, administrasi dan keanggotaan Nafsul

Muthmainnah.

H. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani

Bagan 1 : struktur organisasi Bimbingan Rohani

Kepala Seksi

Pembinaan Agama

Kepala Seksi

Nafsul Muthmainnah

Koordinator

Dakwah Pasien

Koordinator

Pembinaan Agama Admin Nafsul

Muthmainnah

Manajer Bimbingan

Rohani

Koordinator

Kamar Jenazah

Page 74: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

62

I. Jadwal Kegiatan Bimbingan Rohani

Kegiatan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien diberikan

setiap hari oleh para Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam

Jakarta Cempaka Putih dari pagi sampai pagi lagi atau dengan kata

lain nonstop, 24 jam. Sehingga ada pembagian waktu kerjanya.

Tabel 1. Jadwal Harian Bimbingan Rohani

Shift Pagi

07.00 – 09.00 Menyiapkan data pasien yang akan dikunjungi

melalui sistem komputer yang tersedia

09.00 – 12.00 Melakukan kunjungan ke pasien rawat inap

12.00 – 13.00 Istirahat

13.00 – 14.00 Kunjungan lanjutan ke pasien rawat inap

Shift Sore

14.00 – 15.00 Menyiapkan data pasien yang akan dikunjungi

melalui sistem komputer yang tersedia

15.00 – 16.00 Shalat ashar

16.00 – 18.00 Kunjungan ke pasien rawat inap

18.00 – 19.00 Istirahat

19.00 – 21.00 Kunjungan lanjutan ke pasien rawat inap

Shift Malam

21.00 – 5.30 Mempersiapkan dan memonitor pasien yang akan

di kunjungi

5.30 – 07.00 Kunjungan ke pasien rawat inap

J. Petugas Bimbingan Rohani

Untuk menunjang keberhasilan program Bimbingan Rohani bagi

pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih, maka rumah sakit

Page 75: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

63

memfasilitasinya dengan menyediakan 4 pembimbing rohani, terdiri

dari 1 (satu) pembimbing perempuan dan 3 (tiga) pembimbing laki-

laki.

Tabel 2. Data Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam Jakarta

No. Nama Jabatan

1. Ridwan, S.Kom.I Koordinator pembinaan karyawan dan

dakwah pasien

2. Rahmatulloh, S.Ag Staf pelaksana dakwah pasien

3. Rohmat Amin, S.Pd.I Staf pelaksana dakwah pasien

4. Ida Farida, S.Ag Staf pelaksana dakwah pasien

Page 76: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

64

BAB IV

DATA DAN TEMUAN LAPANGAN

A. Deskripsi Informan

1. Latar Belakang Pembimbing Rohani Pasien

Ada tiga Pembimbing Rohani yang peneliti jadikan

sebagai informan dalam penelitian ini. Pertama adalah

Ridwan S.Kom.I dia adalah satu dari empat Pembimbing

Rohani Pasien yang ada di Rumah Sakit Islam Jakarta

Cempaka Putih. Pria berusia 49 tahun ini sudah tujuh tahun

berprofesi sebagai Pembimbing Rohani, menurutnya

semakin lama menjadi Pembimbing Rohani, maka semakin

banyak pelajaran yang akan didapat. Pria yang khas dengan

peci hitamnya ini memutuskan untuk menjadi Pembimbing

Rohani karena beberapa alasan. Pertama, karena sesuai

dengan disiplin ilmu yang telah dipelajari sewaktu

menempuh pendidikan strata satu bidang Komunikasi

Islam. Kedua, karena tuntunan hati. Menurutnya, menjadi

Pembimbing Rohani adalah panggilan jiwa karena dakwah

adalah kewajiban setiap Muslim, maka sudah semestinya

dia membantu mereka yang kehilangan motivasi dalam

menjalani kehidupan karena sakit yang dideritanya.

Selain sebagai Pembimbing Rohani, dia juga menjabat

sebagai Koordinator Pembinaan Karyawan dan Dakwah

Pasien, hal inilah yang menjadikan dia terus berinovasi

dalam rangka mengembangkan mutu Pelayanan Bimbingan

Rohani di RSIJ Cempaka Putih.

Page 77: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

65

Tujuh tahun bergelut dengan pasien dan segudang

masalah yang dihadapinya, tentu banyak suka maupun duka

yang dirasakan oleh pria yang murah senyum ini. Sukanya,

dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian dan peristiwa

yang ada yang terjadi dalam kehidupan manusia secara riil

selama menjadi Petugas Bimbingan Rohani, sehingga bisa

berguna bagi diri sendiri dan orang-orang sekitar.

Selanjutya, ketika memberikan motivasi dan ada perubahan

dalam diri pasien, entah ibadahnya atau sikapnya untuk

menjadi orang yang lebih baik. Dukanya, jika dinas malam

kemudian dipanggil, itu sedikit berat, tapi itu adalah tugas.

Duka lainnya adalah ketika ada pasien yang mengalami

kegelisahan yang mana sangat yang kemudia tidak bisa

dibantu oleh saya karena memang penyakitnya di luar

dugaan kami sebagai Pembimbing Rohani, contohnya

seperti gejala depresi yang menyulitkan kami untuk

memberikan motivasi.70

Pembimbing Kedua, adalah Rohmatulloh. Pria kelahiran

40 tahun silam ini sudah menjadi Pembimbing Rohani

sejak usianya 20 tahun, artinya setengah usianya dihabiskan

di rumah sakit, namun baru 5 tahun terakhir beliau menjadi

Pembimbing Rohani Pasien. Alasan kuat mengapa beliau

memilih untuk menjadi Pembimbing Rohani adalah karena

dukungan keluarga, bahkan sejak kecil sudah ditanami

70

Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan

dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 27 Juni 2020 pukul 10:00

WIB.

Page 78: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

66

nilai-nilai agama sehingga apapun yang berbau agama

selalu menarik bagi bapak kelahiran 1 Januari 1980 ini, dan

perhatiannya lebih ia tekankan pada rohani manusia. Selain

itu, menjadi Pembimbing Rohani Pasien adalah hal yang

menarik, karena secara tidak langsung kita dituntut untuk

membuat pasien dapat menerima penyakit yang sedang

dialaminya, sehingga ia dapat termotivasi dan menganggap

sakitnya itu bukanlah sesuatu yang memberatkan, namun

ada hikmah besar dibaliknya.

Sebagai salah satu staf pelaksana dakwah pasien, beliau

setiap harinya mengunjungi pasien-pasien untuk

memberikan bimbingan, karenanya tidak sedikit suka dan

duka serta kejadian-kejadian yang tak terlupakan yang

dialami beliau selama mengampu tugas tersebut. Hal ini

yang semakin memperkuat keyakinan beliau, bahwa salah

satu faktor penting dalam proses kesembuhan seseorang

adalah faktor rohaninya, sehingga tidak heran jika motto

hidup beliau adalah “selalu belajar dan meng-update

rohani”.

Ketiga, adalah Rohmat Amin, S.Pd.I. Pria kelahiran

Jakarta, 8 Maret 1979 ini menjabat sebagai Staf Pelaksana

Dakwah Pasien di RSIJ Cempaka Putih. Pria berkacamata

ini, sejak kecil sudah ditanami nilai-nilai agama, hal ini

terlihat dari riwayat pendidikan yang beliau terangkan. Dari

mulai pendidikan sekolah dasar sampai jenjang strata satu

semuanya berbasis agama, bahkan jenjang Sekolah

Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas beliau

Page 79: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

67

lalui di pondok pesantren.

Sebelum memutuskan untuk menjadi Pembimbing

Rohani Pasien, beliau berprofesi sebagai Guru Agama

Islam di beberapa sekolah di Jakarta, namun akhirnya

beliau berhenti, dan memilih untuk menjadi Pembimbing

Rohani Pasien. Setidaknya, ada tiga alasan mengapa beliau

memilih profesi yang terbilang jarang ini, diantaranya:

pertama, ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain.

Kedua, menumbuhkan kesadaran bahwa sakit merupakan

bagian dari cerita kehidupan. Ketiga, mencoba mengenal

dan mengetahui strategi untuk mencapai husnul khatimah.

Delapan tahun menjadi Pembimbing Rohani Pasien,

membuat beliau memiliki banyak pengalaman suka

maupun duka, di antara kesenangan beliau menjadi

Pembimbing Rohani Pasien adalah bertemu dan

mendapatkan pengalaman dari orang lain, karena objeknya

hidup. Sedang duka yang beliau rasakan adalah karena

tugasnya mengunjungi pasien, maka berpeluang besar

untuk terpapar sakit yang diderita pasien tertentu. Namun

demikian beliau selalu bekerja dengan hati, dengan harapan

dapat meninggalkan makna bagi banyak orang, sesuai

dengan motto hidupnya “menjadi manusia yang bermakna

bagi diri sendiri dan orang lain”.

2. Latar Belakang Manajer Bimbingan Rohani

Informan keempat sekaligus terakhir dalam penelitian

ini adalah Widodo S.Ag. Bapak dengan 3 orang anak ini

sudah bekerja di rumah sakit dan menjadi bagian dari Staf

Page 80: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

68

Bimbingan Rohani selama 24 tahun. Sebelum menjadi

manajer seperti sekarang ini, pria yang akrab dipanggil Pak

Wid ini aktif menjadi Pembimbing Rohani Pasien selama

enam bulan lamanya, setelah itu beliau lebih aktif ke

Bagian Pembinaan Pegawai.

Dua puluh empat tahun menghabiskan waktunya di

Rumah Sakit Islam Jakarta, membuatnya semakin kental

dengan paham Muhammadiyah, yang bahkan paham ini

sudah beliau tularkan kepada anggota keluarganya,

dibuktikan dengan anak-anaknya yang disekolahkan di

sekolah yang berbasis Muhammadiyah. Meski menurut pria

kelahiran Jakarta 1969 ini tidak ada kewajiban untuk

berpaham yang sama ketika di luar lingkungan rumah sakit,

namun alangkah indahnya jika kita istiqomah

berMuhammadiyah baik di dalam maupun di luar

lingkungan rumah sakit. Terlebih, bagi para Pembimbing

Rohani yang notabene adalah perpanjangan tangan dari

majlis tarjih dan majlis tabliqh Muhammadiyah. Karena itu

ketika telah dicelupkan dalam warna Muhammadiyah maka

berMuhammadiyahlah dengan sempurna.71

B. Kebijakan Umum Pelayanan Bimbingan Rohani bagi

Pasien Rawat Inap

1. Setiap pasien memiliki agama dan kepercayaan masing-

masing dan hal itu berperan dalam proses Pelayanan

Bimbingan Rohani Pasien. Artinya bahwa setiap akan

71

Wawancara dengan Widodo, S.Ag, selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih, pada Jum‟at 10 Juli 2020, pukul 09:00 WIB.

Page 81: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

69

dibimbing sesuai dengan agama yang dianut pasien, baik

Muslim maupun non Muslim.

2. Setiap pasien harus diidentifikasi mengenai agama dan

kepercayaannya oleh Petugas Bimbingan Rohani rumah

sakit. Sebelum melakukan bimbingan, Pembimbing Rohani

terlebih dahulu menanyakan agama pasien, dan setelah

mengetahui kepercayaan pasien, Pembimbing Rohani

melakukan bimbingan sesuai dengan agama pasien.

3. Pasien berhak untuk mendapatkan pelayanan kerohanian

sesuai agama dan kepercayaannya sesuai dengan ketentuan

yang berlaku di rumah sakit. Artinya, setiap pasien yang

dirawat di RSIJ Cempaka Putih berhak mendapat Bimbingan

Rohani, baik yang beragama Islam maupun bukan. Dengan

kata lain selama ia bagian dari manusia maka ia memiliki hak

yang sama.72

Apabila pasien beragama Islam maka Petugas

Bimbingan Rohani melakukan bimbingan sebagai berikut:73

a. Melakukan bimbingan agar pasien bisa menerima

sakitnya, bahwa sakit itu kemungkinannya ada dua, kalau

sehat maka bersyukur dan keimanan kita harus

bertambah dan apabila meninggal diharapkan husnul

khotimah.

b. Mengingatkan pasien untuk tidak meninggalkan ibadah

khususnya shalat.

c. Membimbing lebih banyak dzikir, istighfar dan doa.

72 Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. selaku Staf Pelaksana Dakwah

Pasien di RSIJ cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:12 WIB. 73

Standar Prosedur Operasional Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien RSIJ

Cempaka Putih, 2015.

Page 82: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

70

d. Petugas memberikan pengertian kepada keluarga agar

senantiasa mengingatkan dan membimbing pasien

melakukan shalat.

Apabila pasien beragama non Islam, maka Petugas

Bimbingan Rohani Melakukan:74

a. Rumah sakit mempersilakan kepada keluarga untuk

melakukan bimbingan rohani sesuai dengan agama dan

kepercayaan pasien dengan tetap berkoordinasi dengan

Petugas Bimbingan Rohani RSIJ Cempaka Putih.

b. Apabila pasien tidak bisa/kesulitan mendapatkan Petugas

Bimbingan Rohani yang sesuai dengan agama dan

kepercayaannya, maka Petugas Bimbingan Rohani RSIJ

memberikan Daftar Petugas Pelayanan non muslim dan

Petugas Pelayanan akan menghubungi Pelayanan yang

diminta.

c. Pasien non muslim dapat melakukan Bimbingan Rohani

sesuai dengan agama dan kepercayaannya dengan

melakukan: Petugas Pelayanan non muslim harus

melapor ke Satpam / Pelayanan RSIJ dan

Satpam/Pelayanan memberikan tanda pengenal dan

Petugas Pelayanan mendampingi Petugas Pelayanan non

muslim untuk memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani

4. Setiap Petugas Pelayanan Bimbingan Rohani harus berusaha

memahami Asuhan Pelayanan yang diberikan sesuai dengan

nila-nilai dan kepercayaan pasien. Bahwa setiap Petugas

74

Standar Prosedur Operasional Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien RSIJ

Cempaka Putih, 2015.

Page 83: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

71

Bimbingan Rohani di RSIJ Cempaka putih haruslah mereka

yang berlatar belakang pendidikan Agama Islam serta

memahami konsep dan aturan keMuhammadiyahan,

sehingga dalam memberikan bimbingan kepada pasien,

Petugas Bimbingan Rohani mengikuti aturan rumah sakit

yang berpaham Muhammadiyah.

5. Pasien dapat beribadah atau melakukan aktivitas ritual

keagamaan dengan syarat ibadah tersebut tidak mengganggu

orang lain/ketertiban umum. Artinya, meskipun pasien non

muslim tidak diberikan bimbingan seperti pasien muslim,

namun mereka berhak melakukan peribadatan sesuai

kepercayaannya dengan catatan tidak mengganggu pasien

lain maupun ketertiban umum.

6. Pasien dalam keadaan kritis atau tahap terminal berhak

mendapat Pelayanan kerohanian sesuai agama dan

kepercayaannya. Artinya, bahwa Pembimbingan Rohani

wajib datang dan membimbing atau mentalqin pasien yang

dalam keadaan kritis tersebut, tidak hanya itu, Pembimbing

Rohani juga ditugasi untuk memberikan pengarahan kepada

keluarga pasien agar sabar dan tabah serta mengajari

keluarga pasien bagaimana mentalqin. Adapun jika yang

dalam kedaan kritis adalah pasien non muslim, maka Petugas

Bimbingan Rohani hanya memberikan pengarahan kepada

keluarga pasien saja, berupa motivasi kesabaran.

7. Rumah sakit membantu pasien dalam menyediakan

Pelayanan kerohanian atas permintaan pasien dan keluarga.

Artinya, pasien/dan atau keluarga pasien meminta kepada

Page 84: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

72

pihak rumah sakit untuk diberikan Bimbingan Rohani, dan

Pembimbing Rohani mempunyai kewajiban untuk

mengunjungi pasien bersangkutan, karena hal itu

menyangkut hak pasien, yakni memperoleh Pelayanan

Bimbingan Rohani, terlebih atas dasar suka rela dari pasien

sendiri yang menandakan pasien amat membutuhkan

Pelayanan Rohani tersebut.

C. Rekrutmen Tenaga Pembimbing Rohani

1. Syarat Pembimbing Rohani Pasien75

a. Minimal pendidikan Aliyah (Keagamaan)

b. Menguasai Bahasa Arab

c. Lancar membaca al-Qur‟an,

d. mensosialisasikan manhaj yang dipahami oleh

Pimpinan Pusat Muhammadiyah kepada pasien.

Para Pembimbing Rohani memang tidak diwajibkan

berpaham Muhammadiyah, namun pada saat menjadi

bagian dari Pembimbing Rohani di RSIJ, harus

berkomitmen mengikuti paham Muhammadiyah ketika

berada di lingkungan RSIJ, dan alangkah lebih baiknya,

di luar lingkungan rumah sakit pun berpaham yang

sama.

2. Proses Rekrutmen

Proses rekrutmen adalah langkah-langkah seorang calon

Pembimbing Rohani Pasien mengikuti rangkaian test yang

ada di RSIJ sebelum dinyatakan layak dan diterima

75

Wawancara dengan Widodo, S.Ag, selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih, pada Jum‟at 10 Juli 2020, pukul 09:00 WIB.

Page 85: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

73

sebagai Pembimbing Rohani. Berikut adalah prosesnya:76

a. Tes administrasi, artinya calon Pembimbing Rohani

melengkapi berkas-berkas seperti ijazah dan Curiculum

vitae.

b. Tes kesehatan dan psikologi, bahwa calon Pembimbing

Rohani dipastikan sehat secara fisik dan psikologis.

c. Tes tulis al-Islam dan Profesi, bahwa calon Pembimbing

Rohani diberi soal-soal yang berkaitan dengan

pengetahuan agama secara umum yang tentu sesuai

dengan pemahaman Muhammadiyah. Sedangkan, test

tulis profesi berupa pertanyaan-pertanyaan seputar

profesi atau formasi bidang pelamar, dalam hal ini

menjadi Pembimbing Rohani.

d. Wawancara agama, di sini calon Pembimbing Rohani

dites bacaan al-Qur‟annya, kaifiyat shalatnya,

kemudian dikenalkan sedikit pemilik daripada RS ini

yang terkadang mereka tidak tahu kalau pemiliknya

adalah Muhammadiyah. Dan disampaikan kalau

memang diterima maka, istiqomah untuk

bermuhammadiyah, mengikuti keputusan-keputusan

dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

e. Pengumuman, pemberitahuan diterima atau tidaknya

calon Pembimbing Rohani yang telah mengikuti

rangkaian tes di atas.

76

Wawancara dengan Widodo, S.Ag, selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih, pada Jum‟at 10 Juli 2020, pukul 09:00 WIB.

Page 86: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

74

D. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat

Inap di RSIJ Cempaka Putih

Teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani adalah kajian

keperawatan yang didasarkan kepada metode ilmiah

sebagaimana standar proses keperawatan pada umumnya.77

Karena teknis pelaksanaan mencakup metode atau cara serta

tahapan-tahapan dalam melakukan Bimbingan Rohani, maka

teknis ini menjadi penting bagi terlaksananya Pelayanan

Bimbingan Rohani secara maksimal. Berikut adalah teknis

pelaksanaan Bimbingan Rohani di RSIJ Cempaka Putih:78

1. Memeriksa daftar pasien rawat inap pada sistem

komputer RSIJ

2. Tandai pasien yang belum mendapat bimbingan

3. Catat pada Form Pelayanan Bimbingan Rohani untuk

pasien baru masuk (baru)

4. Lakukan bimbingan ke pasien

a. Bimbingan dilakukan dengan prosedur

1) Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu

pagi (07:00 – 14:00) adalah pasien yang baru

masuk kemarin pukul 18:00 – 12.00 hari ini

2) Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu

sore (14:00 – 21:00) adalah pasien yang baru

masuk pukul 12:00 – 18:00.

3) Pasien laki-laki dibimbing oleh pembimbing

77

Mimit Primayastanto, Evapro (Evaluasi Proyek) Teori dan Aplikasi pada

Usaha Ikan Sidat (Anguilla sp), (Malang: UB Press: 2016), hlm. 46. 78

Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan

dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 15:00 WIB.

Page 87: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

75

laki-laki dan pasien perempuan dibimbing

oleh pembimbing perempuan

4) Pasien anak-anak usia 10 tahun ke bawah baik

laki-laki maupun perempuan dibimbing oleh

pembimbing perempuan

5) Pasien ICU dan HCU dibimbing oleh

pembimbing laki-laki

b. Langkah-langkah visit tiap-tiap pasien

1) Ucapkan salam ketika masuk ruangan

2) Hampiri pasien yang ingin dibimbing

3) Tanyakan kondisi pasien

4) Perkenalkan diri, maksud dan tujuan

5) Mulai memulai percakapan ringan dan santai,

sampai menemukan masalah

6) Berikan materi bimbingan

7) Akhiri dengan doa

8) Lakukan hal yang sama pada pasien selanjutnya

c. Setelah melakukan Bimbingan Rohani kepada pasien

dan keluarga, maka Petugas Pelayanan Bimbingan

Rohani melakukan:

1) Meminta tanda tangan pasien atau keluarga

2) Form kunjungan ditandatangi Petugas Binroh

dan petugas ruangan serta di stempel oleh

petugas ruangan

3) Petugas kembali ke kantor dan meletakkan form

kunjungan pada tempat yang telah disediakan.

4) Kepala bagian Pembinaan Agama

Page 88: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

76

menandatangani form kunjungan.

E. Temuan Lapangan

Data yang dipaparkan pada bagian ini berupa kegiatan-

kegiatan yang peneliti lakukan selama melakukan penelitian di

RSIJ Cempaka Putih yang diperoleh melalui wawancara

mendalam dengan pihak-pihak terkait, observasi lapangan

dengan cara simulasi kegiatan Pelayanan Bimbingan Rohani

Pasien dan pencarian dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Sebelum sampai dan melakukan rangkaian kegiatan

penelitian, mulai dari wawancara, observasi sampai pencarian

dokumen-dokumen terkait, peneliti terlebih dahulu meminta

izin dengan memberikan surat izin pengambilan data awal dan

observasi ke bagian Badan Koordinasi Pendidikan

(Komkordik) yang memang bertugas melayani mahasiswa

yang melakukan penelitian.

Kamis, 12 Maret 2020 peneliti mulai melakukan

wawancara kepada pihak-pihak terkait yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian di antaranya Pembimbing rohani dan

manajer bimbingan rohani.

Wawancara pertama yakni kepada Pembiming Rohani,

ketika sampai di ruang Bimbingan Rohani, peneliti disambut

baik oleh seluruh Pembimbing Rohani, sehingga proses

wawancara pun berjalan dengan baik dan lancar. Wawancara

dengan salah seorang Pembimbing Rohani berlangsung kurang

lebih selama satu jam dengan 10 pertanyaan.

Page 89: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

77

Setelah wawancara dengan informan utama, penelitian

sempat terhenti selama 2 (dua) bulan karena pandemi Covid-19.

Kemudian wawancara dilanjutkan pada Bulan Juni via daring

dan berlanjut di bulan Juli dengan kembali ke lapangan (RSIJ).

Selain penelitian yang sempat terhenti, dampak lain dari

adanya Pandemi Covid-19 ini adalah observasi lapangan yang

semula akan dilakukan dengan mengamati langsung bagaimana

Pembimbing Rohani memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani

kepada setiap pasien dengan mengunjungi kamar-kamar diubah

dengan melakukan simulasi Pelayanan Bimbingan Rohani yang

diberikan Pembimbing Rohani (Ridwan, S.Ag.) dengan pasien

Nisa Safitri. Simulasi dilakukan pukul 08: 40 WIB. Dalam

sebuah ruangan lengkap dengan tempat tidurnya.

Pembimbing Rohani memakai seragam dinas lengkap

dengan nametag dan pecinya sembari membawa formulir

bimbingan dan buku Tuntutan bagi Orang Sakit. Sebelum

memasuki ruangan, Pembimbing Rohani berdoa terlebih dahulu

untuk kesembuhan pasien “laa ba‟sa thohuurun in syaa Allah”,

setelah itu mengucapkan salam dengan lembut dan senyum tipis

nan ikhlas. Perlahan Pembimbing Rohani mendekat ke arah

pasien dan duduk di samping pasien. Petugas Bimbingan

Rohani mulai bertanya dengan santai namun penuh wibawa.

Pertanyaan yang diajukan seputar kehidupan sehari-hari seperti

nama, usia, status dan sesekali melontarkan candaan yang

membuat pasien tersenyum bahkan tertawa.

Setelah pasien sudah mulai menerima kehadiran

Pembimbing Rohani, selanjutnya Pembimbing Rohani

Page 90: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

78

menanyakan perihal apa yang dirasakan selama sakit dan

keadaan rohani pasien seperti bagaimana shalat, dzikir dan

tilawahnya sembari mengidentifikasi materi apa yang

dibutuhkan pasien bersangkutan.

Selanjutnya Pembimbing Rohani mulai masuk pada materi

Bimbingan. Karena pasien bersangkutan mengalami kesulitan

melakukan shalat ketika sakit, sehingga pasien sering sekali

merasa tidak tenang dan menjadi tidak sabar. Maka, langkah

pertama yang dilakukan Pembimbing rohani adalah

menjelaskan bagaimana pentingnya shalat dan dzikir untuk

selanjutnya dipraktikkan tata cara tayamum dan shalat bagi

orang sakit. Setelah panjang lebar membahas shalat dan

praktiknya bagi orang sakit, Pembimbing Rohani mulai

menerangkan materi tentang sabar, tawakal dan husnudzon

kepada Allah dengan memberikan contoh-contoh berupa kisah

nyata yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menghindari kejenuhan pasien karena diberikan

ceramah, terkadang di sela-sela bimbingan, Petugas Bimbingan

Rohani menyelipkan nyanyian yang mengandung makna bahwa

dunia memang tempatnya ujian, seperti pada lagu Ahmad Albar

yang berjudul Panggung Sandiwara. Meski metode yang

dipakai ceramah dan pembawaannya cenderung kalem dan

tenang, tapi Pembimbing Rohani tetap bisa ekspresif dan

sesekali memainkan gerak tubuhnya baik tangan maupun

kepala, serta intonasi suaranya pun disesuaikan dengan apa

yang sedang dibahas. Jika yang dibahas adalah ayat-ayat

tentang kabar gembira maka intonasi dan mimiknya

Page 91: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

79

menunjukkan raut tersenyum, adapun jika yang dibahas sesuatu

yang tidak menyenangkan, missal cerita tentang seseorang yang

kecelakaan, maka intonasinya turun dengan mimik yang

menggambarkan ketakutan.

Setelah 20 menit membahas tentang fiqih shalat, sabar,

tawakal dan husnudzon, Pembimbing Rohani mereview kembali

materi-materi yang telah dijelaskan secara singkat, dengan

maksud agar pasien lebih ingat apa yang telah panjang lebar

disampaikan tadi. Kemudian, tidak lupa diingatkan untuk selalu

shalat dan tilawash dan yang terakhir didoakan dimulai dengan

instighfar dan dilanjutkan dengan doa berbahasa Indonesia agar

pasien paham dengan apa yang ia aminkan. Sebelum

meninggalkan pasien, tidak lupa Pembimbing Rohani

memberikan Buku Tuntunan Rohani bagi Orang Sakit sembari

berpamitan dan memberi semangat lengkap dengan senyum

manisnya.

Dari observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi yang

telah peneliti lakukan, peneliti mendapati temuan-temuan

lapangan terkait dengan Kebijakan dan Teknis Pelaksanaan

Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam

Jakarta Cempaka Putih, sebagai berikut:

1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani dibuat berdasarkan

keputusan Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih Nomor

099/Kep/XVI/8/15 Tentang Panduan Pelayanan Bimbingan

Rohani Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

2. Ada dua jenis bimbingan yang diberikan oleh Pembimbing

Rohani, yakni Bimbingan Rohani Pasien dan Pembinaan

Page 92: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

80

Pegawai/karyawan.

3. Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien ada 3 jenis:

a. Pelayanan Bimbingan Rohani Rutin, adalah pelayanan

yang diperuntukkan untuk pasien baru maupun lama.

b. Pelayanan Bimbingan Rohani atas permintaan pasien

atau keluarga, artinya Pembimbing Rohani mengujungi

pasien berdasarkan permintaan.

c. Pelayanan Rohani Pasien Sakaratul Maut, dimaksudkan

agar pasien dapat ditalqin dan keluarga dapat menerima

dengan sabar keadaan pasien.

4. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien dibagi menjadi 3

shift yakni pagi dan sore

4.1 shift pagi dimulai pukul 07:00 – 14:00

4.2 shift sore dimulai pukul 14:00 – 21:00

4.3 shift malam dimulai pukul 21:00 – 07:00

pada shift pagi, sekitar pukul 07:00 – 09:00 para

Pembimbing Rohani menyiapkan data pasien yang akan

dikunjungi melalui sistem komputer yang telah disediakan,

kemudian dilanjutkan dengan visit ke tiap-tiap kamar sampai

pukul 12:00. Para Pembimbing Rohani memulai bimbingan

dengan memperkenalkan nama dan tujuan terlebih dahulu,

kemudian dilanjut dengan sesi ngobrol santai, sambil menggali

masalah apa yang dihadapi pasien. Setelah itu diberikan materi

bimbingan dengan metode ceramah. Pemberian bimbingan ini

dilakukan dengan metode individu, artinya pasien didatangi

satu satu dengan durasi bimbingan selama 5-60 menit

tergantung masalah yang dihadapi pasien. Sebagai penunjang,

Page 93: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

81

diakhir sesi bimbingan, pembimbing memberikan buku

Tuntunan Rohani bagi Orang Sakit yang di dalamnya berisikan

materi-materi seputar sakit dan cara menghadapinya. Setelah

selesai mengunjungi pasien, para Pembimbing Rohani istirahat

untuk makan siang dan shalat dzuhur selama satu jam dan

dilanjut bimbingan kembali pada pukul 13:00 - 14:00 dan

kemudian berganti shift.

Selanjutnya shift sore, pukul 14:00 – 15:00 Pembimbing

Rohani menyiapkan data pasien yang akan dikunjungi melalui

sistem komputer. Berselang satu jam, pembimbing mulai

melakukan bimbingan sampai pukul 18:00. Istirahat untuk

shalat maghrib pada pukul 18:00 – 19:00, dan kunjungan

dilanjutkan sampai pukul 21:00.

Shift terakhir atau shift malam dimulai pukul 21:00 –

07:00 dengan rincian; pukul 21:00 – 05:30 Pembimbing

Rohani mempersiapkan dan memonitor pasien yang akan

dikunjungi, baru pada pukul 05:30 pasien dikunjungi sampai

pukul 07:00.

Page 94: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

82

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Wawancara

Pada bab ini, peneliti menguraikan hasil wawancara dengan

seluruh informan yang selanjutnya dikaitkan dengan latar

belakang dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Wawancara dilakukan dengan 4 informan dengan rincian

tiga Pembimbing Rohani Pasien dan 1 Manajer Bimbingan

Rohani. Berikut adalah hasil wawancara yang telah dianalisis

oleh peneliti terkait dengan Kebijakan Pelayanan Bimbingan

Rohani pasien di RSIJ Cempaka Putih:

1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien

Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien atau RSIJ Cempaka

Putih menyebutnya dengan Kegiatan Dakwah Pasien, yang

berarti menyampaikan kebaikan pada orang-orang yang

sedang sakit sesuai Syariat Islam dengan cara-cara yang

ma‟ruf yang sesuai dengan al-Qur‟an dan al-Hadits, dengan

harapan pasien tetap menjaga ibadah-ibadah wajibnya serta

mendapat penguatan dari sisi rohaninya sebagai bagian dari

ikhtiar untuk mendapatkan kesembuhan.

“Intinya, bagaimana kita mengingatkan kepada pasien

dikala sakit, bagaimana shalat tetap dijaga, membantu

pasien yang tidak mengerti thaharah dan shalat di dalam

sakit”79

Lebih lanjut Rohmat Amin, salah satu Staf

79

Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:30 WIB.

Page 95: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

83

Pelaksana Dakwah Pasien menyatakan bahwa

“Pelayayan Bimbingan Pasien atau Bimbingan Rohani

adalah kegiatan yang terdiri dari sejumlah kalimat dan

perbuatan yang sifatnya khusus dan „unik‟ dengan tujuan

untuk mendapatkan penguatan dari sisi psikologis sebagai

bagian ihktiar untuk mendapatkan kesembuhan; Pelayanan

pasien adalah bentuk lain dari pengobatan”.80

Ridwan, Koordinator Dakwah Pasien lebih lanjut

menyatakan bahwa Bimbingan Rohani yang dimaksud RSIJ

Cempaka Putih adalah bukan bimbingan atau penyuluhan

full, tetapi lebih kepada sistem pendampingan saja atau

sistem pemberian dakwah.

“sebetulnya bimbingan di sini bukan bimbingan full,

artinya hanya sistem pendampingan. Adapun kalau ada

yang ingin konsultasi penuh sesuai dengan apa yang dia

hadapi itu perlu waktu yang panjang. Dan yang penting kita

lihat ibadahnya, apakah masih shalat atau tidak, apakah

dzikir atau tidak.”81

Dengan demikian sifat kontinuitas pada kata bimbingan

menjadi hilang. Namun demikian, rumah sakit

menyiasatinya dengan memaksimalkan pemberian materi

berupa buku dan penyampaian, dan jika ada pasien yang

ingin mendapat bimbingan lanjutan, pasien hanya perlu

mengisi formulir yang disediakan rumah sakit untuk

80

Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah

Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB. 81

Wawancara dengan Ridwan, S.Kom.I. Selaku Koordinator Dakwah Pasien

di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 27 Juli 2020 pukul 11:00 WIB.

Page 96: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

84

kemudian ditindak lanjuti oleh Tim Bimbingan Rohani.

2. Dasar Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien

Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih

merupakan rumah sakit swasta yang tata kelolanya di bawah

Persyarikatan Muhammadiyah, di mana organisasi

keagamaan ini mempunya tujuan dakwah amar ma‟ruf nahi

munkar, maka segala amal usaha yang dimiliki

Muhammadiyah salah satunya rumah sakit, itu arahnya

kepada dakwah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan

oleh Manajer Bimbingan Rohani bahwa “Karena rumah

sakit ini di bawah Perserikatan Muhammadiyah dan

Muhammadiyah itu dakwah amar ma‟ruf nahi munkar,

maka segala amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah

tidak saja rumah sakit, pendidikan dan lain sebagainya, itu

arahnya kepada dakwah.”82

Karenanya, pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani

adalah bentuk implementasi dari dakwah amar ma‟ruf nahi

munkar dalam bidang kesehatan dibuktikan dengan

didirikannya rumah sakit dengan basis Islam yang di

dalamnya terdapat satu unit yang tugasnya menyampaikan

yang ma‟ruf dan berani mencegah kemunkaran sesuai

dengan profesi masing-masing, yakni unit Pelayanan

Bimbingan Rohani yang tujuannya adalah mencegah dari

perbuatan menyimpang dalam proses ikhtiar mencari

pengobatan. Hal ini sejalan dengan apa yang diutarakan

82

Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:30 WIB.

Page 97: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

85

Manajer Bimbingan Rohani bahwa “rumah sakit ini dilatari

oleh kegalauan, bagaimana ada toko Islam yang meninggal

di salah satu rumah sakit di Jakarta, kemudian ada yang

akan „menyelewengkan akidahnya‟ sehingga terpikirlah

dokter Kusnadi, bagaimana kita bisa punya Rumah Sakit

yang memang itu bercorakkan Islam sehingga tidak ada

penyelewengan akidah, ada misi dakwah, kemudian itulah

cikal bakal berdiri rumah sakit dan Pelayanan bimbingan

rohani pasien.”83

Di samping dalam rangka memurnikan ajaran Islam,

adanya kebijakan Pelayanan bimbingan rohani bagi pasien

rawat inap juga didasari atas kesepakatan bersama seluruh

pendiri rumah sakit bahwa kesehatan rohani adalah satu

bagian penting dalam proses percepatan kesembuhan pasien

di samping pengobatan medis, bahkan pengobatan medis

menjadi lebih mudah ketika rohani pasien dalam keadaan

stabil, dan itu bisa diperoleh dengan pemberian Bimbingan

Rohani bagi pasien.

Sejalan dengan pendapat peneliti di awal, bahwa

kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat

Inap belum ada aturan secara yuridis, sehingga tidak semua

rumah sakit mengadakan Pelayanan Bimbingan Rohani.

Karenanya, menjadi wajar jika kebijakan setiap rumah sakit

dalam pelaksanaan pemberian Layanan Bimbingan Rohani

bagi pasien itu berbeda-beda, karena sifatnya memang

83

Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:40 WIB.

Page 98: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

86

kebijakan lokal rumah sakit.

3. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien

Rawat Inap

Bimbingan Rohani pasien dilakukan oleh Pembimbing

Rohani yang telah melewati kualifikasi sesuai dengan

standar rumah sakit, dan mereka bertindak sebagai

motivator, teman maupun ustadz bagi para pasien.

“Para Pembimbing Rohani, yang bertindak sebagai

motivator, kemudian kita tularkan kepada keluarga,

sehingga keluarganya mampu membimbing anggota

keluarganya yang sakit itu pada saat sakaratul maut. Kita

juga TOT kepada perawat, agar ketika kita tidak ada,

perawat bisa mentalqinkan pasien.”84

Adapun panduan pelaksanaan Pelayanan Bimbingan

Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih

dilaksanakan sesuai dengan keputusan Direktur Utama RSIJ

Cempak Putih dalam rangka meningkatkan mutu Pelayanan

rumah sakit sehingga perlu untuk membangun kepercayaan

pasien dan keluarga, dan upaya untuk meningkatkan mutu

Pelayanan adalah dengan disediakannya Pelayanan

Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap.

1. Sasaran Bimbingan Rohani

Secara umum, sasaran Bimbingan Rohani adalah

seluruh pasien baru yang sedang melakukan perawatan

84

Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:40 WIB.

Page 99: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

87

selama minimal 1 x 12 jam, artinya selama mereka

bagian dari umat manusia, apapun agamanya tetap

mendapat Pelayanan yang sama, tentu disesuaikan

dengan agama masing-masing pasien, dengan catatan

pasien bersangkutan mau untuk diberikan Bimbingan

Rohani. Pelayanan Bimbingan Rohani diberikan

sebanyak satu kali pada setiap pasien, ada pun pasien

yang ingin dikunjungi lebih dari itu, maka bisa mengisi

form yang tersedia.

“Bimbingan diberikan lebih dari 1 kali ketika pasien

dan atau keluarga pasien meminta untuk Petugas Binroh

memberikan pencerahan. Kedua, ketika pasien

mengalami grafik turun dari sisi kesehatannya; apakah

itu sakaratul maut, kritis. Maka wajib kepada Petugas

Binroh untuk memberikan pelayanan lebih dari sekali.

Kemudian yang ketiga, ketika pasien meninggal, itu mau

tidak mau wajib diberikan Pelayanan lebih dari sekali.

Secara umum itu ada tiga sebenarnya, kalau yang

lainnya ketika kesurupan, ketika pasien membutuhkan

jawaban dari misalnya bagaimana cara berwudhu atau

thaharah dalam keadaan sakit, ketika pasien

membutuhkan konsultasi atau diskusi dari sisi

permasalahan pribadi, misalnya dia merasa punya

salah terhadap keluarganya, dan dia berpikir jangan-

jangan orang yang pernah didzolimi melakukan sesuatu

sehingga kemudian jatuh sakit berhari-hari seperti

sekarang. Biasanya itu juga dipertanyakan oleh

Page 100: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

88

beberapa pasien.”85

Adapun jika pasien beragama non Islam, maka

pasien dapat memanggil Petugas Bimbingan Rohani dari

luar rumah sakit dengan tetap berkoordinasi dengan

Petugas Pelayanan RSIJ Cempaka Putih.

Menurut hemat peneliti, pemberian bimbingan yang

menyasar kepada seluruh pasien ini sudah tepat

dilakukan, berdasarkan teori yang dipakai dalam

penelitian ini bahwa rohani manusia umumnya adalah

sebagai substansi hidup dan pemeliharaan fitrah rohani

dalam rangka pemeliharaan dan pengembangan rohani

manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi

Bimbingan Rohani di RSIJ adalah fungsi preventif

(pencegahan). Ada pun pasien yang mendapat

bimbingan lanjutan atas dasar permintaan pasien

memiliki fungsi kuratif atau korektif, yakni

menanggulangi masalah yang sedang dihadapi pasien

baik stres, depresi dan lain sebagainya.

Selain dua fungsi yang didapatkan oleh pasien di

atas, rumah sakit juga dapat merasakan manfaat dengan

adanya pelayanan bimbingan ini, yakni fungsi promosi

atau development, karena pasar akan melihat poin yang

memiliki nilai jual yang tidak dapat dilihat dari rumah

sakit lain dan ini tentu menjadi nilai plus bagi RSIJ.

85

Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah

Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB.

Page 101: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

89

“Adapun fungsi bagi pasiennya adalah sebagai

tahap pengenalan bagi pasien baru datang ke RS ini,

bahwa disini ada salah satu kegiatan layanan Binroh, di

level keduanya, mencoba memberikan ikhtiar yang lebih

dalam kaitan pasien bisa lebih kuat dari sisi rohani

untuk mencapai kesembuhannya.”86

“Bisa berupa fungsi promosi, karena orang-orang

pasti ingin meninggal husnul khotimah sehingga

disitulah ada pelayanan tuntunan untuk husnul

khatimah. Ketika pasien itu dalam keadaan sakaratul

maut, diharapkan petugas dapat membimbing pasien

tersebut. Dan kita memberikan arahan juga kepada

keluarga, karena kita tidak bisa menunggu pasien terus-

menerus, jadi bagaimana keluarag kita bimbing, kita

arahkan agar dapat mentalqinkan keluarganya.”87

2. Materi Bimbingan Rohani

Secara keseluruhan, materi yang disampaikan

Pembimbing rohani berdasarkan buku Tuntunan Rohani

bagi Orang Sakit yang disusun oleh Tim Pelayanan RSIJ

Cempaka Putih menurut pemahaman

keMuhammadiyahan tentang bagaimana kaifiyat-

kaifiyat orang sakit dan diberikan secara cuma-cuma

bagi seluruh pasien rawat inap, baik laki-laki maupun

perempuan. Ada pun materi yang diberikan terdiri dari

86

Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah

Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB. 87

Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di

RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:40 WIB.

Page 102: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

90

empat poin besar; (1) sakit dan ikhtiar berobat, yang di

dalamnya memuat materi tentang hakikat sakit, anjuran

berobat dengan cara yang baik serta hikmah adanya

sakit. (2) tuntunan rohani bagi orang sakit, yakni lebih

banyak membahas tentang sabar, berbaik sangka kepada

Allah, ridho, raja‟ dan tawakal atau berserah diri. (3)

dzikir dan doa bagi orang sakit, pada materi ke-3 ini

lebih banyak praktiknya, seperti diajarakan macam-

macam bacaan dzikir serta keutamaannya serta diajarkan

berbagai macam doa-doa ketika sakit, di antaranya doa

mohon kesembuhan, doa minum obat, doa

menghilangkan rasa sakit, doa ketika akan dioperasi

sampai pada doa sehari-hari seperti doa makan, minum,

bangun tidur serta doa masuk dan keluar WC. (4)

Tuntunan Ibadah bagi Orang Sakit, ini lebih difokuskan

pada fiqih orang sakit seperti cara tayamum, cara-cara

shalat bagi orang sakit, hukum puasa bagi orang sakit

dan yang lainnya.

Dari sekian banyak materi yang ada dalam buku

panduan dan terbatasnya waktu dalam melakukan

bimbingan, maka materi-materi yang biasa muncul

adalah sabar, tawakal, doa, dan buku panduan itu sendiri

dengan tanpa melupakan tujuan utama dari bimbingan

itu sendiri, yakni menjaga ibadah dan dzikir pasien.

Artinya, karena keterbatasan waktu dan pembimbing

maka buku menjadi bagian dari materi yang diberikan

dalam rangka efisiensi dan efektifitas dalam

Page 103: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

91

penyampaian materi itu sendiri.

“secara umum, dari sekian banyak poin layanan

yang harus diterima oleh pasien, itu hanya tiga yang

wajib disampaikan. Yang pertamaa adalah buku, jadi

buku menjadi bagian dari materi bimbingan, do‟a. Jadi

petugas Pelayanan pertama datang harus mendoakan,

kemudian buku wajib diberikan dan ketiga pesan sabar.

Motivasi singkat.”88

Pemberian materi ibadah pokok seperti shalat

menjadi sangat penting bagi pasien, dalam rangka

memberikan ketahanan mental spriritual yang dapat

membantu proses penyembuhan. Karenanya yang mesti

ditekankan dalam pemberian materi adalah aspek ibadah

pokoknya, yakni shalat karena ia adalah perisai terhadap

sikap-sikap buruk yang mungkin akan muncul dalam

diri pasien. Karena akan menjadi sia-sia bimbingan

sabar dan tawakal jika pasien tidak memiliki kedekatan

dengan yang Sang Maha Menyembuhkan.

Jika pasien sudah melakukan ibadah pokoknya dalam

hal ini shalat, maka pemberian materi lainnya seperti

sabar, tawakal, ikhlas, husnudzoh akan semakin mudah

dan meresap ke dalam hati pasien.

3. Metode dan Teknik Bimbingan Rohani

Kedua ilmu ini penting dipelajari dan dikuasai oleh

Pembimbing Rohani, karena ia adalah jembatan untuk

88

Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah

Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB.

Page 104: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

92

mendekati dan menyelesaikan masalah pasien sehingga

diperoleh hasil yang memuaskan. Sebaik dan selengkap

apapun materi yang telah disusun oleh tim penyusun,

akan menjadi kurang maksimal jika Pembimbing Rohani

tidak bisa menyampaikan dengan baik dan tepat.

Metode yang dipakai Pembimbing Rohani dalam

membimbing pasien adalah metode langsung dan tidak

langsung. Metode langsung dilakukan dengan cara face

to face antara Pembimbing Rohani dan pasien dengan

teknik wawancara, ceramah dan praktik. Artinya

disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

“Dengan cara langsung, face to face, karena pasti

ada pertanyaan-pertanyaan pribadi yang tentu kita

tidak bisa membimbingnya secara umum, sehingga

beban-beban psikologisnya tersampaikan. Ada juga

metodenya wawancara, lebih kekeluargaan, bagaimana

kita menjadi bagian dari pasien. Artinya kita bukan

orang asing. Kadang juga ceramah, kita kombinasikan

saja agar tidak kaku.” 89

Teknik wawancara ini dilakukan oleh semua

Pembimbing Rohani, karena sifat bimbingannya tidak

satu arah. Ada pun ceramah dilakukan ketika pasien

memang membutuhkan siraman rohani, dan praktik

dilakukan ketika pemberian materi ibadah berupa

thaharah dan shalat bagi orang sakit.

89

Wawancara dengan Rohmatulloh selaku Staf Pelaksana Dakwah Pasien di

RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 5 Juli 2020 pukul 09:00 WIB.

Page 105: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

93

Metode tidak langsung dilakukan dengan

memberikan buku panduan orang sakit sebagai bentuk

kompensasi atas waktu dan Pembimbing yang terbatas

tersebut, juga sebagai cara agar Pelayanan Bimbingan

Rohani terlaksana dengan maksimal dalam rangka

efektifitas dan efisiensi waktu.

4. Faktor pendukung dan penghambat Pelayanan

Bimbingan Rohani

Ada banyak hal yang dapat mendukung proses

Pelayanan Bimbingan Rohani, baik dari sisi internal

maupun eksternal. Pertama, dari sisi internal.

Pelayanan Bimbingan Rohani di RSIJ ini difasilitasi

penuh oleh rumah sakit, baik dari sisi materil maupun

imateril dengan memberikan keleluasaan penuh terhadap

semua pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan

Pelayanan Bimbingan Rohani. Kedua, dari sisi eksternal.

Adanya sikap positif baik pasien maupun keluarga

pasien terhadap Pelayanan Bimbingan Rohani.

Seperti halnya faktor pendukung, faktor penghambat

pun dapat bersumber dari sisi internal dan eksternal.

Pertama, dari sisi internal. Keterbatasan jumlah Petugas

Bimbingan Rohani Pasien, sehingga dalam

Pelayanannya kadang-kadang tidak maksimal

dikarenakan jumlah pasien yang tidak berbanding lurus

dengan jumlah Petugas Bimbingan Rohani. Kedua,

faktor eksternal. Yakni pasien dan atau keluarga tidak

menyambut baik Pelayanan Bimbingan Rohani,

Page 106: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

94

sehingga yang terjadi pembimbing hanya masuk dan

berdoa sebentar.

“Faktor penghambatnya, (1) untuk sampai kepada

maksimal pelayanan adalah kadang dalam hari tertentu

jumlah pasien lebih banyak daripada jumlah petugas,

(2) tidak semua keluarga pasien atau pasien menerima

atau berkenan untuk diberikan pelayanan secara

keruhanian, (3) jenis penyakit, yang kadang-kadang

menular yang kemudian itu menjadi pembatas

fleksibilitas dari pelayanan yang kita berikan, artinya

berjarak. Misalnya pasien membutuhkan praktik dari

berwudhu, sementara pasien tersebut berpenyakit

menular, otomatis ada jarak yang memisahkan dan itu

yang menghambat maksimla atau tidaknya pasien

memahami materi yang diberikan. Kalau faktor

pendukungnya secara umum tentu (1) keluarga memang

membutuhkan dan ghirah untuk mendapatkan

pencerahan dari sisi agama khususnya penguatan

rohani terhadap penyakit yang didera, (2) adanya buku

sebagai solusi keterbatasan waktu yang ada dengan

banyaknya materi yang harus disampaikan kepada

pasien.”90

5. Tahapan Bimbingan Rohani

a. Observasi, sebelum melakukan bimbingan,

Pembimbing Rohani mengamati terlebih dahulu

90

Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah

Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB.

Page 107: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

95

bagaimana keadaan pasien terutama ibadahnya.

b. Identifikasi masalah, setelah mengamati

Pembimbing Rohani akan mulai mengetahui di

mana masalah pasien.

c. Visit ke tiap-tiap pasien, setelah masalah

ditemukan, maka Pembimbing Rohani mulai

mengunjungi pasien untuk memberikan materi

seputar masalah yang dihadapi pasien.

d. Evaluasi, langkah ini dilakukan satu bulan sekali

berkaitan dengan berapa jumlah total pasien

yang dikunjungi baik oleh Pembimbing laki-laki

maupun wanita, dengan tujuan agar masing-

masing poin di atas dapat ditingkatkan

kedepannya.

“Pertama kita lakukan observasi, sebelum

melakukan bimbingan, Pembimbing Rohani

mengamati terlebih dahulu bagaimana keadaan

pasien terutama ibadahnya. Setelah itu kita lihat apa

masalahnya, setelah itu kunjungan, visit ke tiap-tiap

pasien, setelah masalah ditemukan, maka

Pembimbing Rohani mulai mengunjungi pasien

untuk memberikan materi seputar masalah yang

dihadapi pasien. Dan yang terakhir evaluasi,

langkah ini dilakukan satu bulan sekali berkaitan

dengan berapa jumlah total pasien yang dikunjungi

baik oleh Pembimbing laki-laki maupun wanita,

dengan tujuan agar masing-masing poin di atas

Page 108: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

96

dapat ditingkatkan ke depannya.”91

Dalam buku Bimbingan dan Perawatan Rohani

Islam di Rumah karya Isep Zaenal Arifin yang peneliti

gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini,

menyebutkan bahwa tahapan Bimbingan Rohani terdiri

atas lima tahap. Artinya ada satu tahap yang tidak ada

dalam pelaksanaan Bimbingan Rohani Pasien di RSIJ

ini, yakni tahap perencanaan, menurut hemat peneliti,

tahap ini sebenarnya ada, dan dibuat ketika awal

pembentukan Unit Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien,

seperti pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO),

yang di dalamnya memuat Tata Laksana Pelayanan

Bimbingan Rohani bagi pasien.

Yang menarik adalah pada bagian evaluasi yang

dilakukan sebulan sekali dan objek yang dievaluasi

hanya jumlah keseluruhan pasien saja. Selain terlalu

lama, kebanyakan pasien yang dirawat tidak sampai satu

bulan sehingga pasti akan banyak sekali jumlahnya.

Alangkah lebih baik jika evaluasi dilakukan 1 minggu

sekali dengan objeknya yakni perkembangan pasien

selama mendapat bimbingan, sehingga pembimbing dan

staf mengetahui apa saja yang kurang dalam seminggu

terakhir ketika melakukan bimbingan.

91

Wawancara dengan Ridwan, S.Kom.I. Selaku Koordinator Dakwah Pasien

di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 27 Juli 2020 pukul 11:00 WIB.

Page 109: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

97

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat inap

bukanlah suatu kewajiban rumah sakit terhadap pasien.

Ada pun dasar Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani

bagi Pasien adalah dalam rangka mengimplementasikan

tujuan dakwah Organisasi Muhammadiyah, yakni amar

ma'ruf nahi munkar dan kesepakatan bahwa kesehatan

rohani menjadi bagian penting dalam proses kesembuhan

pasien.

2. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di

RSIJ Cempaka Putih disebut sebagai Dakwah Pasien

adalah pemberian layanan rohani dengan minimal 1 kali

dikunjungi selama melakukan perawatan di RSIJ.

3. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di

RSIJ Cempaka Putih ini diperuntukkan bagi seluruh pasien

rawat inap baru yang telah minimal melakukan perawatan

selama 1 x 12 jam, juga diperuntukkan bagi pasien lama

jika diminta oleh pasien dan atau keluarga pasien.

4. Tujuan diadakannya Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien

adalah agar pasien dapat sabar dan menerima sakitnya

serta mengantarkan pasien agar husnul khatimah.

5. Fungsi Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien adalah

fungsi preventif dan kuratif, sedangkan bagi rumah sakit

sendiri, sebagai fungsi development.

Page 110: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

98

6. Metode Bimbingan Rohani Pasien dilakukan dengan dua

cara, yakni metode langsung berupa praktik, yang

dilakukan ketika pemberian materi ibadah (shalat dan

tayamum) disamping itu ada materi-materi sabar, tawakal,

ikhlas, husdzon disampaikan dengan metode ceramah.

adapun metode tidak langsung melalui media buku yang

diberikan kepada setiap pasien yang dikunjungi.

7. Tahapan Bimbingan Rohani Pasien dimulai dengan

observasi pasien yang akan dikunjungi, identifikasi

masalah pasien, kemudian visit ke setiap pasien dan

terakhir melakukan evaluasi.

8. Faktor pendukung terlaksananya Bimbingan Rohani Pasien

diantaranya pertama, karena rumah sakit mendukung

penuh kegiatan bimbingan ini. kedua, respon positif dari

pasien dan atau keluarga pasien. ada pun faktor

penghambat keberhasilan Pelayanan Bimbingan Rohani

disebabkan karena pertama, faktor internal. tidak

sebandingnya jumlah pasien dengan Tenaga Bimbingan

Rohani. kedua, faktor eksternal. pasien dan atau keluarga

pasien tidak merespon dengan baik.

B. Saran

1. Bagi Manajer, perlu dilakukan perekrutan kembali

Pembimbing Rohani Pasien, agar pelaksanaan Pelayanan

Bimbingan Rohani menjadi maksimal dan pemberian

bimbingan tidak hanya sekali, namun berkelanjutan selama

pasien mendapatkan perawatan tanpa perlu mengisi

Page 111: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

99

formulir bimbingan lanjutan yang telah disediakan.

2. Bagi Manajer Bimbingan Rohani, perlu adanya pelatihan

terkait Tata Laksana Bimbingan Rohani Pasien yang

sifatnya internal dan eksternal guna menyelaraskan metode

dan teknik penyampaian juga sebagai bentuk kaderisasi

Pembimbing Rohani Pasien.

3. Bagi Petugas Bimbingan Rohani Pasien, evaluasi kegiatan

bimbingan alangkah lebih baiknya dilakukan setiap satu

pekan dengan objek pembahasannya perkembangan pasien

yang mendapatkan Bimbingan Rohani, agar kualitas dalam

Pelayanannya semakin baik dalam waktu yang relatif

cepat.

Page 112: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

100

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling

Islam. Jakarta: Amzah.

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.

Arifin, Isep Zaenal. 2017. Bimbingan dan Perawatan

Rohani Islam di Rumah Sakit. Bandung:

Fokusmedia.

Arifin, Samsul. 2018. Pendidikan Agama Islam.

Yogyakarta: Deepublish.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Basit, Abdul. 2017. Konseling Islam. Jakarta: Kencana.

Bramantoro, Taufan. 2017. Pengantar Klasifikasi dan

Akreditasi Pelayanan Kesehatan: Penjelasan

Praktis dari Undang-Undang dan Peraturan

Menteri Kesehatan. Surabaya: Airlangga

University Press.

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.

Jakarta: Kencana.

Fitrah, Muhammad dan Luthfiyah. 2017. Metodologi

Penelitian: Penelitian Kuantitatif Tindakan Kelas

& Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.

Helaluddin & Hengki Wijaya. 2019. Analisis Data

Page 113: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

101

Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan Praktik.

Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.

Hermawan, Iwan. 2019. Metodologi Penelitian

Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed

Method). Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis

Dynamic Policy Analysis,. Yogyakarta: Gava

Media.

Irawan, Prasetyo, dkk., 2011. Metode Penelitian. Jakarta:

Penerbit Universitas Terbuka.

Karim, Adiwarman Azwar. 2009. Spritual Management.

Bandung: PT Mizan Pustaka.

Luddin, Abu Bakar M. 2010. Dasar-dasar Konseling

Tinjauan Teori dan Prakti. Bandung: Citapustaka

Media Perintis.

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2000. at-Tarbiyyah ar-

Ruuhiyyah. Jakarta: Gema Insani Press.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien.

Jakarta:Menteri Kesehatn Republik Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musnawar, Tohari. 1992. Dasar-dasar dan Konseptual

Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII

Press.

Primayastanto, Mimit. 2016. Evapro (Evaluasi Proyek)

Page 114: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

102

Teori dan Aplikasi pada Usaha Ikan Sidat

(Anguilla sp). Malang: UB Press.

Priyatno dan Erman Anti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan

dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Rikomah, Setya Enti. 2017. Farmasi Rumah Sakit.

Yogyakarta: CV Budi Utama.

Said, Zainal Abidin. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta:

Yayasan Pancur Siwah.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Pelayanan RSIJ Cempaka Putih. 2017. Tuntunan

Rohani bagi Orang Sakit. Rumah Sakit Islam

Jakarta Cempaka Putih: Jakarta.

Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

WEBSITE

Kementerian kesehatan, Hak Pasien Rawat Inap, diakses

di

http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/perat

uran/46%20PMK%20No.%2069%20ttg%20Kew

ajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.

pdf. Pada 23 februari 2020.

Peraturan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

4 Tahun 2018 tentang kewajiban Rumah Sakit

dan kewajiban pasien diakses di

https://www.persi.or.id. pada 1 Juli 2020.

Page 115: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

103

Rumah Sakit Islam Jakarta, Layanan RSIJ, diakses di

https://www.rsi.co.id/fasilitas/penunjang-medis.

pada 27 Februari 2020.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan, diakses di

file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_K

esehatan.pdf. pada 1 Juli 2020.

JURNAL

Alawiyah, Tuti, 2016. Jurnal Metode Pelayanan

Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Bagi PPL

Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling

Islam).

SKRIPSI

Chabibah, Indah. 2011. Skripsi Bentuk Layanan

Bimbingan Rohani Pasien dalan Membantu

Proses Kesembuhan Pasien di Layanan

Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Jakarta: UIN

Jakarta.

Page 116: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Lampiran 1

Transkrip Hasil Wawancara

Informan 1

Nama : Ridwan, S.Kom.I

Usia : 49 Tahun

Jabatan : Koordinator Dakwah Pasien dan

Pegawai

Lama bekerja : 7 Tahun

Tempat dan Tanggal wawancara : RSIJ Cempaka Putih, 27 Juni 2020

Pukul : 10.00 – 12.00 WIB.

Peneliti Untuk menjadi Pembimbing Rohani di sini, secara

manajemen, apa saja syarat-syaratnya?

Informan Diharapkan orang yang konsen dalam bidang

kerohanian atau keagamaan, orang yang mau belajar

tentang kerohanian Islam, namun lebih bagus lagi

ditunjang dengan kemampuan akademik

Peneliti Apa yang menjadi dasar adanya Pelayanan Bimbingan

Rohani?

Informan Pertama, sebab berdirinya Muhammadiyah itu oleh

karena pada waktu itu KH. Ahmad Dahlan melihat

Umat Islam cenderung mundur karena kemurnian

agama Islam Tercederai, dari situlah semua amal usaha

Muhammadiyah khususnya dalam bidang kesehatan,

ada satu unit yang tugasnya menyampaikan sesuatu

Page 117: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

yang ma‟ruf dan berani mencegah kemunkaran sesuai

dengan profesi masing-masing. Kedua, menurut UU

yang berlaku bahwa pasien memiliki hak untuk

dikunjungi oleh seorang rohaniawan. Ketiga, setiap

manusia yang terkena musibah, ada yang kemudian

tidak siap menerima atas musibahnya, karena sifat

dasar manusia selalu mengeluh, takut dan lemah. Di

situlah kita hadir untuk memberikan support dari sisi

rohani tentang bagaimana seorang muslim menghadapi

setiap ujian dan cobaan yang menghampiri.

Peneliti Kemudian, apa tujuan dilaksanakannya Bimbingan

Rohani ini?

Informan Satu, mengeluarkan kesulitan dari sisi pasien untuk

menghadapi musibah ujian itu, akhirnya dia menerima

dengan ridho dan ikhlas. Sedangkan dari sisi

manajemen, ya semoga dakwah kita tersampaikan,

yakni ingin memurnikan ajaran-ajaran Islam.

Peneliti Jadi, seberapa penting rumah sakit ini memandang

kesehatan rohani pasien?

Informan Secara khusus, Rumah Sakit Islam yang di bawah

naungan Muhammadiyah itu sangat penting, karena

sesuai dengan arahan dari Persyarikatan

Muhammadiyah, bahwa memang tujuannya adalah

seperti yang telah saya sampaikan tadi. Sebagai Umat

Islam dan Muslim, tentu ketika dapat musibah itu

sangat penting adanya orang-orang atau seseorang yang

Page 118: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

dapat mendampingi ketika dia menerima musibah itu

sampai kemudian, jika Allah menakdirkan sakaratul

maut, kita bisa membimbingnya bahkan sampai nanti

kematiannya kita bisa melaksanakan sebagaiman kaifiat

kaifiat yang Rasulullah ajarkan itu. Ya memandikan,

mengkafani sampai menguburkan.

Peneliti Tadi disebutkan bahwa tujuannya adalah agar pasien

ikhlas dan ridha sampai pada akhirnya pasien mau

menerima sakitnya, jadi indikator bahwa tujuan yang

tadi disebutkan telah tercapai apa pak? Bisa dilihatnya

bagaimana?

Informan Kita mengunjungi pasien ada tiga kriteria. Orang sakit

biasa(flu pilek), atau didiagnosa tifus dalam perawatan.

Kemudian ada sakit yang sifatnya kronis atau menaun

atau kemudian yang sifatnya sekarat (pasien terminal).

Nah, indikatornya, kalau yang sakit biasa, dia

mengikhlaskan, kalau dalam sikap tidak menunjukkan

gerakan-gerakan yang sifatnya tidak brutal atau muka

masam, apapun yang ada disajikan dihadapannya, dia

menerima. Kita senyum dia akan senyum, kita ajak

ngobrol banyak dia mengikuti. Seperti itu juga yang

sudah sakit menaun, dia langsung bisa mengungkapkan

semua pengalaman hidupnya, disitulah kemudian dia

ada penyesalan dan kita berbincang terus, hari

berikutnya menunjukkan muka yang cerah untuk

menghadapi masa depan, selalu senyum, ngobrol

Page 119: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

banyak dengan kita dan menerima kita dengan baik.

Biasanya setiap kita datang mereka senang dan kalau

tidak datang dicarai cari, menanti kedatangan kita. Dan

pasien terminal lebih kepada keluarganya, unutk pasien

ini didoakan, bagaimana kita antarkan keluarga ini

menjadi menerima atas musibah itu, karena mungkin

keluarganya akan meninggalkannya. Kita menyadarkan

mereka-mereka. Kemudian jika dokter memutuskan

bahwa pasien tidak bisa diselamatkan, maka kita

mentalqinkannya, dikumpulkan semua keluarganya

untuk minta maaf satu persatu, keluarganya

membacakan Surat Yasin. Dengan tujuan agar kelak

pasien ini husnul khotimah.

Peneliti Rohani pasien seperti apa yang disasar dalam

bimbingan rohani ini?

Informan Yang mendapat bimbingan di sini adalah semua pasien

baru. Jadi begini, sebetulnya bimbingan di sini bukan

bimbingan full, artinya hanya sistem pendampingan.

Adapun kalau ada yang ingin konsultasi penuh sesuai

dengan apa yang dia hadapi itu perlu waktu yang

panjang. Dan yang penting kita lihat ibadahnya, apakah

masih shalat atau tidak, apakah dzikir atau tidak.

Peneliti Jadi, semua pasien mendapat bimbingan sekalipun

pasien tersebut ustadz misalnya?

Informan Iya betul, makanya ketika kita kunjungan, kita tidak

langsung memberikan ceramah, namun kita ajak

Page 120: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

ngobrol terlebih dahulu, jika responnya baik maka

bimbingan akan dilanjutkan, namun jika pasien

memberi respon negatif, ya kami tidak memaksa.

Makanya pertama kita datang, kemudian tanyakan

nama pasien. Kita lihat dulu respon dia ke kita.

Peneliti Lalu, apa saja fungsi adanya pelayanan bimbingan

rohani pasien?

Informan Fungsi bimbingan rohani bagi pasien adalah sebagai

fungsi kuratif, yakni menangani masalah yang sedang

dihadapi oleh pasien, memang idealnya harus ada

fungsi pencegahan.

Peneliti Materi apa saja yang diberikan ke pasien?

Informan Ini materinya ada di sini (ditunjukkan buku pedoman

sakit untuk pasien), ada kesabaran, cara shalat tayamum

dan lain sebagainya. Dan doa-doa. Dan ini

(menunjukkan buku tuntunan Ibu hamil, melahirkan)

sehingga materinya sebagian dari sini dan sebagian

laginnya dari buku ini. Dan semua pasien baru dapat

buku itu gratis dari kita. Jadi kita menyampaikan sesuai

dengan standar bakunya, tapi kan kita punya wawasan

yang lebih luas, artinya bagaimana kita bisa menggugah

dia ini yang tadinya ga shalat jadi mau shalat.

Peneliti Kemudian, metode apa yang dipakai dalam

menyampaikan materi ini?

Informan Umumnya ceramah, kemudian jika ada yang belum

bisa shalat, tayamum, maka kita berikan contoh. Kita

Page 121: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

pandu dan praktikkan. Jadi kita langsung ke pasien face

to face.

Peneliti Lalu bagaimana teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani

Pasien di sini?

Informan pertama, kita memeriksa daftar pasien rawat inap pada

sistem komputer RSIJ, Tandai pasien yang belum

mendapat bimbingan, Catat pada Form Pelayanan

Bimbingan Rohani untuk pasien baru masuk, Lakukan

bimbingan ke pasien. Adapun prosedur bimbingan ke

pasiennya adalah Pasien yang diberikan bimbingan

pada waktu pagi (07:00 – 14:00) adalah pasien yang

baru masuk kemarin pukul 18:00 – 12.00 hari ini,

Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu sore

(14:00 – 21:00) adalah pasien yang baru masuk pukul

12:00 – 18:00, Pasien laki-laki dibimbing oleh

pembimbing laki-laki dan pasien perempuan dibimbing

oleh pembimbing perempuan, Pasien anak-anak usia 10

tahun ke bawah baik laki-laki maupun perempuan

dibimbing oleh pembimbing perempuan, Pasien ICU

dan HCU dibimbing oleh pembimbing laki-laki. Dan

untuk langkah-langkah visit ke pasiennya itu kita

masuk ruangan, ucapkan salam ketika masuk ruangan,

hampiri pasien yang ingin dibimbing, tanyakan kondisi

pasien bersangkutan, perkenalkan diri, maksud dan

tujuan, mulai ngobrol santai, sampai menemukan

masalah, berikan materi bimbingan, akhiri dengan doa.

Page 122: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Peneliti Kalau untuk tahapan sampai pada evaluasi hasil

bimbingannya seperti apa pak?

Informan Pertama kita lakukan observasi, sebelum melakukan

bimbingan, Pembimbing Rohani mengamati terlebih

dahulu bagaimana keadaan pasien terutama ibadahnya.

Setelah itu kita lihat apa masalahnya, setelah itu

kunjungan, visit ke tiap-tiap pasien, setelah masalah

ditemukan, maka Pembimbing Rohani mulai

mengunjungi pasien untuk memberikan materi seputar

masalah yang dihadapi pasien. Dan yang terakhir

evaluasi, langkah ini dilakukan satu bulan sekali

berkaitan dengan berapa jumlah total pasien yang

dikunjungi baik oleh pembimbing laki-laki maupun

wanita, dengan tujuan agar masing-masing poin di atas

dapat ditingkatkan kedepannya.

Peneliti Baik. Kemudian untuk syarat jadi Pembimbing Rohani

di sini apa saja pak?

Informan Pertama, harus sarjana agama, karena bukan ke pasien

saja tapi melibatkan teman-teman karyawan yang harus

kita bina juga. Kedua, orang yang mau belajar terutama

tentang rohani Islam.

Peneliti Pada bagian tugas Manajer Bimbingan Rohani, tertulis

bahwa tuganya adalah mengelola dan mengebangkan

fungsi al-Islam dan keMuhammadiyahan bagi

perkaderan pegawai, apakah salah satu syarat

pembimbing rohani adalah yang berlatar

Page 123: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Muhammadiyah juga?

Informan tidak juga, banyak yang masuk sini yang bukan

Muhammadiyah. Yang penting ketika dia masuk dia tau

Muhammadiyah itu seperti apa, isinya apa.

Komitmenya memang setelah masuk, mau ga ikut

dengan manhaj ini. Memang sih nanti ada kartu

anggota, jadi setelah masuk otomatis Muhammadiyah.

Adapun di rumah nanti yanti jadi NU, ya kita kan

gatau.

Peneliti Berarti, untuk pemberian materi bimbingan sesuai

dengan pemahaman Muhammadiyah? Ada pun jika

pasien bermanhaj lain, itu bagaimana pak? Apakah

mengikuti manhaj pasien atau bagaimana?

Informan Iya betul, sesuai dengan keputusan Majlis Tarjih, semua

kaifiyat ibadahnya mengikuti Muhammadiyah. Jafi

semua pasien kita beri bimbingan berdasarkan

pemahaman kita, adapun pasien itu berbeda, ya kita

tidak menyalahkan, dipersilakan. Artinya kita

memberitahukan bhwa ini manhaj kita, baca al-Fatihah

sir dan seperti itu kita ga maksa.

Peneliti Dari semua pembimbing rohani pasien, yang paling

sebentar atau baru adalah bapak karena baru 7 tahun di

dakwah pasien yang lainnya sudah 8 tahun bahkan ada

yang 20 tahun, berarti selama 7 tahun ini tidak ada

perekrutan tenaga Binroh pasien?

Page 124: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Iya tidak ada, karena kami posisinya swasta penuh.

Dilihat dan kebutuhan dan sisi keuangan, pada akhirnya

diputuskan bahwa yang pensiun itu tidak diganti.

Peneliti Bapak mengatakan bahwa pasien memperoleh

bimbingan sebanyak 1 kali, itu yang wajib. Sedangkan

bimbingan sendiri berarti berkelanjutan. Lalu,

bagaimana syarat seorang pasien dapat bimbingan lebih

dari 1 kali?

Informan Jadi, sebetulnya istilah ini muncul dari dulu

„Bimbingan Rohani‟ mungkin perlu diubah nantinya,

karena dalam praktiknya kita tidak bisa kunjungan dua

tiga kali karena pasiennya sangat banyak dan tenaga

Binrohnya terbatas, ditambah akhir-akhir ini ada

sasaran mutu yang harus kita penuhi hanya satu kali

kunjungan, itu yang wajib. Adapun untuk kunjungan

selanjutnya, ini tergantung kita, artinya tergantung kita

bisa ga ke sana, karena memang pasien kita dulu-dulu

seblum Covid itu sangat banyak, apalagi perempuan.

Jadi, tidak bisa kemudain istilah bimbingan rohani

hakiki benar kita lakukan. Sebetulnya Dakwah Pasien,

artinya kita hanya memberitahukan bahwa iniloh shalat

ketika sakit, ini loh thahara ketika sakit, bahwa kita

berdakwah saja sebetulnya. Kalau membimbing kan

kesannya menuntun terus menerus. Jadi sebetulnya

kata-kata itu kurang pas, namun kata-kata itu dipakai

oleh manajemen. Artinya, Bimbingan Rohani tapi

Page 125: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

posisinya sebagai dakwah pasien, mendakwahkan saja,

kalau pasien mau mendengar kita Alhamdulillah, kalau

tidak, ya kita ga maksa. Lain dengan konsultasi, kalau

konsultan menuntut keahlian tersendiri dan akhirnya

kita akan dievaluasi dan hasilnya harus ada kemajuan.

Tapi kan kita buka. Kita hanya dakwah dan

membimbing saja, itu pun yang mau saja. Kalau yang

masuk rumah sakit ga mau dijenguk oleh petugas

Bimbingan Rohani, itu boleh, karena itu mengacu pada

UU Hak Asasi Manusia. Jadi, menurut saya istilah itu

tepatnya dakwah pasien. Karena kita sifatnya

menyampaikan bukan membimbing terus menerus.

Adapun nanti ada bimbingan terus menerus, ya boleh

tapi mungkin tidak bisa maksimal.

Peneliti Boleh? Berarti ada yang lebih dari satu kali dapat

bimbingan pak?

Informan Ada, kalau ada pasien yang minta untuk didatangi

Pembimbing Rohani, kita sediakan form yang isinya

permintaan pasien, permintaan Cyto. Ada empat item

yang kita datangi, (1) apabila pasien itu meninggal, (2)

apabila pasien sakaratul maut, (3) apabila pasien itu

gelisah. Artinya, kita wajib datang kalau pasien yang

meminta.

Peneliti Salah satu tugas dari Kepala Urusan Pembinaan Agama

adalah pembinaan agama pegawai dan keluarganya,

pemakmuran masjid, pelayanan Binroh pasien dll.

Page 126: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Apakah Binroh pasien bagian dari DKM masjid? Atau

bahkan Pembimbing Rohani itu adalah DKM

Masjidnya?

Informan Dipisah, jadi DKM masjid dibawah ranting Pelayanan

Bimbingan Rohani. Adapun kepengurusannya dengan

Binroh, artinya pengawasannya oleh Binroh, dan

pelaksananya kita ambil dari karyawan-karyawan yang

lain. Dan takmir masjidnya dari ranting

Muhammadiyah. Jadi yang jadi DKM masjid bisa saja

dari luar Binroh.

Peneliti Apa saja faktor pendukung dan penghambat Pelayanan

Bimbingan Rohani Pasien ini?

Informan Faktor pendukungnya, kita difasilitasi penuh oleh

rumah sakit, baik materil maupun moral yakni

memberikan keleluasan penuh terhadap semua

pekerjaan Pembimbing Rohani, adapun faktor

penghambatnya adalah keterbatasan Binroh, sehingga

bekerja kurang maksimal, karena jumlah pasien dan

petugas tidak berbanding lurus.

Peneliti Untuk menjadi Pembimbing Rohani di sini, secara

manajemen, apa saja syarat-syaratnya?

Informan Diharapkan orang yang konsen dalam bidang

kerohanian atau keagamaan, orang yang mau belajar

tentang kerohanian Islam, namun lebih bagus lagi

ditunjang dengan kemampuan akademik

Peneliti Apa yang menjadi dasar adanya Pelayanan Bimbingan

Page 127: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Rohani?

Informan Pertama, sebab berdirinya Muhammadiyah itu oleh

karena pada waktu itu KH. Ahmad Dahlan melihat

Umat Islam cenderung mundur karena kemurnian

agama Islam Tercederai, dari situlah semua amal usaha

Muhammadiyah khususnya dalam bidang kesehatan,

ada satu unit yang tugasnya menyampaikan sesuatu

yang ma‟ruf dan berani mencegah kemunkaran sesuai

dengan profesi masing-masing. Kedua, menurut UU

yang berlaku bahwa pasien memiliki hak untuk

dikunjungi oleh seorang rohaniawan. Ketiga, setiap

manusia yang terkena musibah, ada yang kemudian

tidak siap menerima atas musibahnya, karena sifat

dasar manusia selalu mengeluh, takut dan lemah. Di

situlah kita hadir untuk memberikan support dari sisi

rohani tentang bagaimana seorang muslim menghadapi

setiap ujian dan cobaan yang menghampiri.

Peneliti Kemudian, apa tujuan dilaksanakannya Bimbingan

Rohani ini?

Informan Satu, mengeluarkan kesulitan dari sisi pasien untuk

menghadapi musibah ujian itu, akhirnya dia menerima

dengan ridho dan ikhlas. Sedangkan dari sisi

manajemen, ya semoga dakwah kita tersampaikan,

yakni ingin memurnikan ajaran-ajaran Islam.

Peneliti Jadi, seberapa penting rumah sakit ini memandang

kesehatan rohani pasien?

Page 128: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Secara khusus, Rumah Sakit Islam yang di bawah

naungan Muhammadiyah itu sangat penting, karena

sesuai dengan arahan dari Persyarikatan

Muhammadiyah, bahwa memang tujuannya adalah

seperti yang telah saya sampaikan tadi. Sebagai Umat

Islam dan Muslim, tentu ketika dapat musibah itu

sangat penting adanya orang-orang atau seseorang yang

dapat mendampingi ketika dia menerima musibah itu

sampai kemudian, jika Allah menakdirkan sakaratul

maut, kita bisa membimbingnya bahkan sampai nanti

kematiannya kita bisa melaksanakan sebagaiman kaifiat

kaifiat yang Rasulullah ajarkan itu. Ya memandikan,

mengkafani sampai menguburkan.

Peneliti Disebutkan bahwa tujuannya adalah agar pasien ikhlas

dan ridha sampai pada akhirnya pasien mau menerima

sakitnya, jadi indikator bahwa tujuan yang tadi

disebutkan telah tercapai apa pak? Bisa dilihatnya

bagaimana?

Informan Kita mengunjungi pasien ada tiga kriteria. Orang sakit

biasa(flu pilek), atau didiagnosa tifus dalam perawatan.

Kemudian ada sakit yang sifatnya kronis atau menaun

atau kemudian yang sifatnya sekarat (pasien terminal).

Nah, indikatornya, kalau yang sakit biasa, dia

mengikhlaskan, kalau dalam sikap tidak menunjukkan

gerakan-gerakan yang sifatnya tidak brutal atau muka

masam, apapun yang ada disajikan dihadapannya, dia

Page 129: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

menerima. Kita senyum dia akan senyum, kita ajak

ngobrol banyak dia mengikuti. Seperti itu juga yang

sudah sakit menaun, dia langsung bisa mengungkapkan

semua pengalaman hidupnya, disitulah kemudian dia

ada penyesalan dan kita berbincang terus, hari

berikutnya menunjukkan muka yang cerah untuk

menghadapi masa depan, selalu senyum, ngobrol

banyak dengan kita dan menerima kita dengan baik.

Biasanya setiap kita datang mereka senang dan kalau

tidak datang dicarai cari, menanti kedatangan kita. Dan

pasien terminal lebih kepada keluarganya, unutk pasien

ini didoakan, bagaimana kita antarkan keluarga ini

menjadi menerima atas musibah itu, karena mungkin

keluarganya akan meninggalkannya. Kita menyadarkan

mereka-mereka. Kemudian jika dokter memutuskan

bahwa pasien tidak bisa diselamatkan, maka kita

mentalqinkannya, dikumpulkan semua keluarganya

untuk minta maaf satu persatu, keluarganya

membacakan Surat Yasin. Dengan tujuan agar kelak

pasien ini husnul khotimah.

Peneliti Rohani pasien seperti apa yang disasar dalam

Bimbingan Rohani ini?

Informan Yang mendapat bimbingan di sini adalah semua pasien

baru. Jadi begini, sebetulnya bimbingan di sini bukan

bimbingan full, artinya hanya sistem pendampingan.

Adapun kalau ada yang ingin konsultasi penuh sesuai

Page 130: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

dengan apa yang dia hadapi itu perlu waktu yang

panjang. Dan yang penting kita lihat ibadahnya, apakah

masih shalat atau tidak, apakah dzikir atau tidak.

Peneliti Jadi, semua pasien mendapat bimbingan sekalipun

pasien tersebut ustadz misalnya?

Informan Iya betul, makanya ketika kita kunjungan, kita tidak

langsung memberikan ceramah, namun kita ajak

ngobrol terlebih dahulu, jika responnya baik maka

bimbingan akan dilanjutkan, namun jika pasien

memberi respon negatif, ya kami tidak memaksa.

Makanya pertama kita datang, kemudian tanyakan

nama pasien. Kita lihat dulu respon dia ke kita.

Peneliti Lalu, apa saja fungsi adanya Pelayanan Bimbingan

Rohani pasien?

Informan Fungsi Bimbingan Rohani bagi pasien adalah sebagai

fungsi kuratif, yakni menangani masalah yang sedang

dihadapi oleh pasien, memang idealnya harus ada

fungsi pencegahan.

Peneliti Materi apa saja yang diberikan ke pasien?

Informan Ini materinya ada di sini (ditunjukkan buku pedoman

sakit untuk pasien), ada kesabaran, cara shalat tayamum

dan lain sebagainya. Dan doa-doa. Dan ini

(menunjukkan buku tuntunan Ibu hamil, melahirkan)

sehingga materinya sebagian dari sini dan sebagian

laginnya dari buku ini. Dan semua pasien baru dapat

buku itu gratis dari kita. Jadi kita menyampaikan sesuai

Page 131: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

dengan standar bakunya, tapi kan kita punya wawasan

yang lebih luas, artinya bagaimana kita bisa menggugah

dia ini yang tadinya ga shalat jadi mau shalat.

Peneliti Kemudian, metode apa yang dipakai dalam

menyampaikan materi ini?

Informan Umumnya ceramah, kemudian jika ada yang belum

bisa shalat, tayamum, maka kita berikan contoh. Kita

pandu dan praktikkan. Jadi kita langsung ke pasien face

to face.

Peneliti Lalu bagaimana teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani

Pasien di sini?

Page 132: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan pertama, kita memeriksa daftar pasien rawat inap pada

sistem komputer RSIJ, Tandai pasien yang belum

mendapat bimbingan, Catat pada form Pelayanan

Bimbingan Rohani untuk pasien baru masuk, Lakukan

bimbingan ke pasien. Adapun prosedur bimbingan ke

pasiennya adalah Pasien yang diberikan bimbingan

pada waktu pagi (07:00 – 14:00) adalah pasien yang

baru masuk kemarin pukul 18:00 – 12.00 hari ini,

Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu sore

(14:00 – 21:00) adalah pasien yang baru masuk pukul

12:00 – 18:00, Pasien laki-laki dibimbing oleh

Pembimbing laki-laki dan pasien perempuan dibimbing

oleh Pembimbing perempuan, Pasien anak-anak usia 10

tahun ke bawah baik laki-laki maupun perempuan

dibimbing oleh Pembimbing perempuan, Pasien ICU

dan HCU dibimbing oleh Pembimbing laki-laki. Dan

untuk langkah-langkah visit ke pasiennya itu kita

masuk ruangan, ucapkan salam ketika masuk ruangan,

hampiri pasien yang ingin dibimbing, tanyakan kondisi

pasien bersangkutan, perkenalkan diri, maksud dan

tujuan, mulai ngobrol santai, sampai menemukan

masalah, berikan materi bimbingan, akhiri dengan doa.

Peneliti Kalau untuk tahapan sampai pada evaluasi hasil

bimbingannya seperti apa pak?

Informan Pertama kita lakukan observasi, sebelum melakukan

bimbingan, Pembimbing Rohani mengamati terlebih

Page 133: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

dahulu bagaimana keadaan pasien terutama ibadahnya.

Setelah itu kita lihat apa masalahnya, setelah itu

kunjungan, visit ke tiap-tiap pasien, setelah masalah

ditemukan, maka Pembimbing Rohani mulai

mengunjungi pasien untuk memberikan materi seputar

masalah yang dihadapi pasien. Dan yang terakhir

evaluasi, langkah ini dilakukan satu bulan sekali

berkaitan dengan berapa jumlah total pasien yang

dikunjungi baik oleh Pembimbing laki-laki maupun

wanita, dengan tujuan agar masing-masing poin di atas

dapat ditingkatkan kedepannya.

Peneliti Baik. Kemudian untuk syarat jadi Pembimbing Rohani

di sini apa saja pak?

Informan Pertama, harus sarjana agama, karena bukan ke pasien

saja tapi melibatkan teman-teman karyawan yang harus

kita bina juga. Kedua, orang yang mau belajar terutama

tentang rohani Islam.

Peneliti Pada bagian tugas Manajer Bimbingan Rohani, di sana

tertulis bahwa tuganya adalah mengelola dan

mengebangkan fungsi al-Islam dan

keMuhammadiyahan bagi perkaderan pegawai, apakah

salah satu syarat Pembimbing Rohani adalah yang

berlatar Muhammadiyah juga?

Informan Tidak juga, banyak yang masuk sini yang bukan

Muhammadiyah. Yang penting ketika dia masuk dia tau

Muhammadiyah itu seperti apa, isinya apa.

Page 134: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Komitmenya memang setelah masuk, mau ga ikut

dengan manhaj ini. Memang sih nanti ada kartu

anggota, jadi setelah masuk otomatis Muhammadiyah.

Adapun di rumah nanti yanti jadi NU, ya kita kan tidak

tahu.

Peneliti Berarti, untuk pemberian materi bimbingan sesuai

dengan pemahaman Muhammadiyah? Ada pun jika

pasien bermanhaj lain, itu bagaimana pak? Apakah

mengikuti manhaj pasien atau bagaimana?

Informan Iya betul, sesuai dengan Keputusan Majlis Rarjih,

semua kaifiyat ibadahnya mengikuti Muhammadiyah.

Jadi, semua pasien kita beri bimbingan berdasarkan

pemahaman kita, adapun pasien itu berbeda, ya kita

tidak menyalahkan, dipersilakan. Artinya kita

memberitahukan bahwa ini manhaj kita, baca al-Fatihah

sir dan seperti itu kita tidak memaksa.

Peneliti Dari semua Pembimbing Rohani Pasien, yang paling

sebentar atau baru adalah bapak karena baru 7 tahun di

dakwah pasien yang lainnya sudah 8 tahun bahkan ada

yang 20 tahun, berarti selama 7 tahun ini tidak ada

perekrutan tenaga Pelayanan Pasien?

Informan Iya tidak ada, karena kami posisinya swasta penuh.

Dilihat dan kebutuhan dan sisi keuangan, pada akhirnya

diputuskan bahwa yang pensiun itu tidak diganti.

Peneliti Bapak mengatakan bahwa pasien memperoleh

bimbingan sebanyak 1 kali, itu yang wajib. Sedangkan

Page 135: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

bimbingan sendiri berarti berkelanjutan. Lalu,

bagaimana syarat seorang pasien dapat bimbingan lebih

dari 1 kali?

Informan Jadi, sebetulnya istilah ini muncul dari dulu

„Bimbingan Rohani‟ mungkin perlu diubah nantinya,

karena dalam praktiknya kita tidak bisa kunjungan dua

tiga kali karena pasiennya sangat banyak dan tenaga

Pelayanannya terbatas, ditambah akhir-akhir ini ada

sasaran mutu yang harus kita penuhi hanya satu kali

kunjungan, itu yang wajib. Adapun untuk kunjungan

selanjutnya, ini tergantung kita, artinya tergantung kita

bisa ga ke sana, karena memang pasien kita dulu-dulu

sebelum Covid itu sangat banyak, apalagi perempuan.

Jadi, tidak bisa kemudain istilah Bimbingan Rohani

hakiki benar kita lakukan. Sebetulnya Dakwah Pasien,

artinya kita hanya memberitahukan bahwa iniloh shalat

ketika sakit, ini loh thahara ketika sakit, bahwa kita

berdakwah saja sebetulnya. Kalau membimbing

terkesan menuntun terus menerus. Jadi sebetulnya kata-

kata itu kurang pas, namun kata-kata itu dipakai oleh

manajemen. Artinya, bimbingan rohani tapi posisinya

sebagai dakwah pasien, mendakwahkan saja, kalau

pasien mau mendengar kita Alhamdulillah, kalau tidak,

kita tidak memaksa. Lain dengan konsultasi, kalau

konsultan menuntut keahlian tersendiri dan akhirnya

kita akan dievaluasi dan hasilnya harus ada kemajuan.

Page 136: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

1

Tapi kan kita buka. Kita hanya dakwah dan

membimbing saja, itu pun yang mau saja. Kalau yang

masuk rumah sakit ga mau dijenguk oleh Petugas

Bimbingan Rohani, itu boleh, karena itu mengacu pada

UU Hak Asasi Manusia. Jadi, menurut saya istilah itu

tepatnya dakwah pasien. Karena kita sifatnya

menyampaikan bukan membimbing terus menerus.

Adapun nanti ada bimbingan terus menerus, ya boleh

tapi mungkin tidak bisa maksimal.

Peneliti Boleh? Berarti ada yang lebih dari satu kali dapat

bimbingan pak?

Informan Ada, kalau ada pasien yang minta untuk didatangi

Pembimbing Rohani, kita sediakan form yang isinya

permintaan pasien, permintaan Cyto. Ada empat item

yang kita datangi, (1) apabila pasien itu meninggal, (2)

apabila pasien sakaratul maut, (3) apabila pasien itu

gelisah. Artinya, kita wajib datang kalau pasien yang

meminta.

Peneliti Salah satu tugas dari Kepala Urusan Pembinaan Agama

adalah Pembinaan Agama Pegawai dan keluarganya,

pemakmuran masjid, Pelayanan Pelayanan Pasien dll.

Apakah Pelayanan pasien bagian dari DKM masjid?

Atau bahkan Pembimbing Rohani itu adalah DKM

Masjidnya?

Informan Dipisah, jadi DKM masjid dibawah ranting Pelayanan

Bimbingan Rohani. Adapun kepengurusannya dengan

Page 137: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Pelayanan, artinya pengawasannya oleh Pelayanan, dan

pelaksananya kita ambil dari karyawan-karyawan yang

lain. Dan takmir masjidnya dari ranting

Muhammadiyah. Jadi yang jadi DKM masjid bisa saja

dari luar Pelayanan.

Peneliti Apa saja faktor pendukung dan penghambat Pelayanan

Bimbingan Rohani Pasien ini?

Informan Faktor pendukungnya, kita difasilitasi penuh oleh

rumah sakit, baik materil maupun moral yakni

memberikan keleluasan penuh terhadap semua

pekerjaan Pembimbing Rohani, adapun faktor

penghambatnya adalah keterbatasan Pelayanan,

sehingga bekerja kurang maksimal, karena jumlah

pasien dan petugas tidak berbanding lurus.

Menyetujui

Informan peneliti

(Ridwan, S.Kom.I) (Krisdayanti)

Page 138: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan 2

Nama : Rohmatulloh

Usia : 41 Tahun

Jabatan : Staf Pelaksana Dakwah Pasien

Lama bekerja : 5 Tahun

Tempat dan tanggal wawancara : RSIJ Cempaka Putih, 5 Juli 2020

Pukul : 09.00 – 10.30 WIB.

Peneliti Apa itu Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien itu

pak?

Informan Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih ada satu

unit khusus yang fokus pada pembinaan, dan nama

unitnya adalah Unit Bimbingan Rohani. Kalau kita tarik

ke atas, ada direktur namanya Bindatra (Pembinaan

Dakwah dan Citra), turun ke Binroh, di antaranya

Sumber Daya Insani, Bimbingan Rohani, pelayanan

umum dan yang lainnya. Dibawah Bindatra itu. Terus

nanti ada pencitraan termasuk RSIJ TV, radio rumah

sakit itu nyambungnya ke sana. Untuk Binroh, itu

secara umum dibagi menjadi lima sub (1) pembinaan

pegawai, dan itu stafnya khusus. (2) dakwah pasien, nah

ini lebi fokus karena memang ke pasien tujuan

utamanya. (3) konsultasi keluarga sakinah, ini untuk

umum sebagaimana pasien, biasanya bimbingan pra

nikah dan kita kerjasama dengan MCU dll.(4)

Pelayanan jenazah/ Nafsul Muthmainnah internal, (5)

Page 139: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Nafsul Muthmainnah eksternal.

Peneliti Menurut bapak, pentingkah rumah sakit mengadakan

Pelayanan Bimbingan Rohani?

Informan Menurut saya, sangat penting sekali. Karena ketika

orang yang dapat musibah sakit secara psikologi itu

dalam keadaan tidak stabil, oleh karenanya butuh

bimbingan rohani yang memberikan motivasi dari sisi

rohaninya. Jadi kita menyatukan antara pengobatan

medis dan pengobatan rohani, nanti penyembuhan

secara medisnya akan lebih ringan karena dari sisi

rohani sudah diberikan masukan-masukan. Dan kita

bukan saja untuk pasien yang sakit yang lebih penting

kita memberikan bimbingan sakaratul maut, mengapa?

Berapa banyak rumah sakit yang tidak ada bimbingan

rohani dan ada pasien dalam keadaan sakaratul maut itu

dibiarkan saja atau tidak diberikan Bimbingan Rohani

bahkan keluarga bingung mau ngapain, dan kalimat

talqin pun tidak mengerti, yang ada ratapan, menangis

dan lain sebagainya. Jadi, adanya Bimbingan Rohani di

sini berusaha untuk kita arahkan supaya, kalau pasien

itu Allah takdirkan meninggal maka ia meninggal dalam

keadaan husnul khatimah. Kita berharap seperti itu.

Peneliti Itu kan dari sudut pandang bapak dan agama, tapi kalau

misalkan dari pemerintah sendiri, adakah anjuran bahwa

Page 140: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

rumah sakit harus mengadakan Pelayanan Bimbingan

Rohani di samping pelayanan medis?

Informan Kalau secara tertulis itu saya belum menemukan, namun

beberapa rumah sakit besar, pernah mengadakan studi

banding ke RS kita untuk mengadakan Binrohnya, jadi

saya kira ini sangat penting sekali untuk membantu

percepatan pemulihan pasien dan sekarang di beberapa

rumah sakit sudah mulai diberlakukan Bimbingan

Rohani

Peneliti Lalu, apa fungsi manajeman dan bagi pasien sendiri

dengan adanya Binroh ini?

Informan Ini salah satu pelayanan unggulan dari rumah sakit kita,

artinya rumah sakit ini mempunyai pelayanna lebih

unuk pasien. Kan tidak semua RS ada Bimbingan

Rohani Pasien, sehingga ini menjadi nilai plus bagi kita,

ditambah kita berlabel Islam, jadi selaras dengan kita.

Dan secara tidak langsung sebagai fungsi promosi

karena ini menjadi icon rumah sakit Islam tentu ada

bimbingan rohani, dan itu di RS kita ini benar-benar

dikedepankan, jadi secara otomatis menjadi promosi

tersendiri sebagai layanan unggulan, otomatis. Padahal

ini, berdirinya rumah sakit Islam ini disemangati oleh

nilai dakwah, jadi Binroh ini benar-benar dibutuhkan di

rumah sakit ini. Dan fungsi untuk pasiennya sendiri

sangat penting sekali, karena ternyata tidak saja sakit

Page 141: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

fisik, namun juga sakit rohani. Dan pasien sangat

mendapatkan manfaat sekali dengan adanya pelayanna

ini. Karena pasien dikuatkan ruhiyahnya. Dan ketika

motivasi terbangun, maka proses pengobatan itu lebih

cepat dalam penyembuhan pasien. Sehingga fungsinya

sebagai pencegahan dan pengobatan bagi pasien.

Karena kita tidak bisa menghilangkan rohani, sebab ia

bersanding dengan jasmani.

Peneliti Sasaran Bimbingan Rohani di sini adalah pasien yang

seperti apa?

Informan Secara umum semua pasien, di kita berlaku Sarmut,

1x12 jam pasien baru wajib dikunjungi oleh Binroh,jadi

semua pasien perawatan. Setelah itu baru ada

spesifikasinya setelah bimbingan berlanjutnya, biasanya

ada pasien-pasien khusus untuk mendapatkan support

lebih intens lagi, misalnya pasien yang sudah mulai

lemah. Sampai pada di ruang ICU lebih cenderung doa,

dan kita ajak keluarganya untuk doa bersama agar bisa

lebih tenang. Tapi, nanti ada bimbingan pasien sakaratul

maut, kita menginginkan pasien yang meninggal di RS

ini meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Jadi

semua pasien baru dikunjungi minimal satu kali dan

berhak mendapat buku bimbingan.

Peneliti Jika pasien ingin mendapat kunjungan lebih dari satu

kali, bagaimana prosesnya?

Page 142: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Biasanya konsultasi kepada perawat dan perawatlah

yang komunikasi dengan Binroh, dan kita liat

perkembangan pasien, jika dirasa memang butuh

support maka perawat yang menghubungi kita mau

seperti apanya tetapi rata-rata sekali bimbingan saja,

paling tidak pernah bertemu dengan Petugas Binroh.

Peneliti Materi yang diberikan apa saja?

Informan Secara umum, sesuai yang ada di buku. Artinya

bimbingan sabar, tawakal, pokoknya semua yang

berhubungan dengan motivasi kepada pasien. Kalau kita

sering sampaikan bahwasannya dengan dirawatnya

pasien merupakan cara Allah untuk menggugurkan

dosa, cara Allah untuk mengangkat derajat. Tanpa

pemberian Binroh, orang akan berpikir negatif dengan

ujian seperti ini, ketika datang petugas Binroh ternyata

sisi yang dianggap negatif itu positif. Bagaimana kita

bisa merubah mindset seperti itu? itulah tugas Binroh,

mengubah mainset dari pasien itu bahwa sakit bukan

sesuatu yang negatif. Dan materi yang diberikan

disesuaikan dengan kebutuhan pasien, jadi kita lihat

keadaan dan respon pasien. Artinya, dalam buku biru itu

acuan saja.

Peneliti Durasi waktu mengunjungi pasien berapa lama?

Page 143: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Kalau itu tergantung respon pasien, jika menunjukkan

sikap positif maka akan lama, jika tidak, ya hanya

sekedarnya. Tapi secara umum cukup responsif. Dan

rata-rata durasinya 7-1 jam. Dan memang begitulah

bimbingan rohani itu, karena intinya kita ingin

memberikan kenyamanan secara rohani, jadi ga

mungkin ketika pasien sedang konsultasi terus masih

banyak pertanyaan kita putus, artinya kita tuntaskan,

dan untuk masalah waktu, kita subsidi silang saja.

Peneliti Dalam sehari bapak mengunjungi berapa pasien?

Informan Jumlah pasien kan setiap harinya naik turun, bisa

seratus pasien dalam sehari, nah berarti dibagi tiga shift

berarti sekitar tiga puluh lebih, itu bisa kita lakukan.

Dan itupun jamnya berbeda-beda. Artinya pasien bisa

dikunjungi ke hari berikutnya.

Peneliti Metode penyampaian materi kepada pasiennya seperti

apa pak?

Informan Dengan cara langsung, face to face, karena pasti ada

pertanyaan-pertanyaan pribadi yang tentu kita tidak bisa

membimbingnya secara umum, sehingga beban-beban

psikologisnya tersampaikan. Ada juga metodenya

wawancara, lebih kekeluargaan, bagaimana kita menjadi

bagian dari pasien. Artinya kita bukan orang asing.

Kadang juga ceramah, kita kombinasikan saja agar tidak

kaku.

Page 144: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Peneliti Bagaimana pendapat bapak terkait kebijakan Pelayanan

Binroh pasien ini?

Informan Saya apresiasi, karena manajemen sangat support

kepada kita, dan secara pribadi memang kewajiban kita

„watawa shoubil haq watawa shoubish shobr‟.

Alhamdulillah RSIJ ini justru memberikan fasilitas

kepada kita dengan cukup baik sekali.

Menyetujui

Informan Peneliti

(Rohmatulloh) (Krisdayanti)

Page 145: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan 3

Nama : Rohmat Amin, S.Pd.I

Usia : 41 Tahun

Jabatan : Staf Pelaksana Dakwah Pasien

Lama bekerja : 8 Tahun

Tempat dan tanggal wawancara :RSIJ Cempaka Putih, 7 Juli 2020

Pukul : 13.00 – 14.30 WIB.

Peneliti apa yang dimaksud dengan Pelayanan Bimbingan

Rohani pasien di rumah sakit ini?

Informan Pelayanan Bimbingan Pasien atau Bimbingan Rohani

adalah kegiatan yang terdiri dari sejumlah kalimat dan

perbuatan yang sifatnya khusus dan „unik‟ dengan

tujuan untuk mendapatkan penguatan dari sisi

psikologis sebagai bagian ihktiar untuk mendapatkan

kesembuhan; Pelayanan pasien adalah bentuk lain dari

pengobatan. Dari dulu hingga hari ini, tidak sedikit

orang yang hanya meyakini kesembuhan itu bersumber

dari obat yang diberikan dokter, semetara hampir 90%

kita dapati di RS ini, obat pasien itu bukan semata

hanya dari obat yang diberikan secara medis, tapi juga

ketenangan perasaan dan pikiran. Bukti konkritnya

adalah, banyak orang yang minum obat bertahun-tahun,

berhari-hari tapi hati kosong bahkan senantiasa kacau

dalam berpikir ternyata lambat dalam memperoleh

kesembuhan.

Page 146: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Peneliti Lalu sebesar apa urgensinya sampai bapak bisa

sampaikan seperti itu?

Informan Agak sulit menjawab urgensinya jika dilihat dari sisi

kacamata dunia, karena memang faktanya didapati dari

sejumlah pasien yang hanya mengandalkan obat

sebagai sarana kesembuhannya, dan pasien yang

memahami dan meyakini bahwa ketengan perasaan,

pikiran itu bagian lain dari ikhtiar kesembuhan itu

ternyata lebih banyak yang mendapatkan kesembuhan

lebih cepat.

Peneliti Apa dasar yuridis atau teologi dari adanya Pelayanan

Binroh pasien di RS ini?

Informan Awalnya mencoba mengaplikasikan, mengamalkan

nilai Qur‟an surat al-Ashr ayat 3 „aamanuu wa

„amilushs shoolihaat‟ bahwa ternyata dalam hidup ini

ada manusia yang dia membutuhkan Pelayanan

kesembuhan oleh karena sakit yang dialami tetapi tidak

berbanding lurus dengan kemampuan ekonomi, maka

kenyataan itulah yang mendorong RS ini untuk

mengakomodir ketidakmampuan orang-orang tersebut

agar mendapatkan Pelayanan medis yang sama.

Kemudian yang kedua, betapa bahwa al-Qur‟an bicara

penyakit itu datangnya dari Allah dan juga bersama

dengan kesembuhannya. Maka, ketika kesembuhan itu

dari Allah dalam tanda kutip menjadi satu perkara yang

naïf ketika kita hanya menyandarkan atau meyakini

Page 147: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

kesembuhan itu dari dokter atau dari obat yang

diberikan olehnya. Jembatan atau kendaraan

menyampaikan teori bahwa kesembuhan dari Allah , itu

Pelayanan rohani, lewat kata-kata. Dan untuk landasan

yuridis, yang saya ketahui; mohon maaf lahir batin jika

memang salah, tidak ada landasan yang sifatnya

struktural dari pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan

kepada stakeholder-nya bahwa harus ada Bimbingan

Rohani yang anda kelola. Bukti nyatanya, yang pertama

memang tidak ditemukan peraturan pemerintahnya.

Yang kedua, juga ternyata memang tidak semua rumah

sakit di Indonesia berbungkus keagamaan Islam

ditemukan Pelayanan di dalamnya. Intinya banyak yang

rumah sakit basis kepemilikannya adalah umat Islam,

tapi ternyata tidak didapati Layanan Bimbingan Rohani

di dalamnya. Berarti itu bukti bahwa ternyata memang

menjadi suatu kebijakan atau strategi yang sifatnya

lokal. Sehingga, kebijakan lokal ini menjadi bukti atau

benang merah antara rumah sakit sebagai amal usaha di

tingkatan kelolaan harian dengan organisasi

Muhammadiyah sebagai payung organisasi dari Rumah

Sakit Islam itu. Jadi, oleh karena organisasi

Muhammadiyah itu menganggap penting Bimbingan

Rohani terhadap pasien, dimana dipahami bahwa sakit

itu menjadi salah satu jembatan menuju kematian untuk

diadakannya Layanan Bimbingan Rohani di semua

Page 148: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

rumah sakit yang berada di bawah organisasi

Muhammadiyah

Peneliti Jadi, tujuan diadakannya Pelayanan Bimbingan Rohani

Pasien ini adalah?

Informan Dari sisi dunia; bagian dari Pelayanan medis/strategi

marketing. Dari sisi agama; sebanyak mungkin kita

hantarkan orang yang sakit, jika memang itu menjadi

jembatan kematian, pasien mendapatkan nilai husnul

khotimah

Peneliti Bapak tadi sebutkan bahwa tujuan Pelayanan sendiri

sebagai tujuan marketing, maka bisa dikatakan bahwa

fungsi Pelayanan Binroh ini adalah fungsi

development?

Informan bisa juga dikatakan seperti itu karena memang kami

RSI tidak dapat menafikkan bahwa pasar itu akan

melihat poin yang bisa dijual yang tidak didapati dari

rumah sakit lain. Adapun fungsi bagi pasiennya adalah

sebagai tahap pengenalan bagi pasien baru datang ke

RS ini, bahwa disini ada salah satu kegiatan layanan

Binroh, di level keduanya, mencoba memberikan

ikhtiar yang lebih dalam kaitan pasien bisa lebih kuat

dari sisi rohani untuk mencapai kesembuhannya.

Peneliti Bimbingan ini diberikan kepada pasien minimal 1x,

jika pasien ingin mendapatkan bimbingan lagi maka

syaratnya?

Page 149: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Bimbingan diberikan lebih dari 1 kali ketika pasien dan

atau keluarga pasien meminta untuk petugas Pelayanan

memberikan pencerahan. Kedua, ketika pasien

mengalami grafik turun dari sisi kesehatannya; apakah

itu sakaratul maut, kritis. Maka wajib kepada Pelayanan

untuk memberikan Pelayanan lebih dari sekali.

Kemudian yang ketiga, ketika pasien meninggal, itu

mau tidak mau wajib diberikan Pelayanan lebih dari

sekali. Secara umum itu ada tiga sebenarnya, kalau

yang lainnya ketika kesurupan, ketika pasien

membutuhkan jawaban dari misalnya bagaimana cara

berwudhu atau thaharah dalam keadaan sakit, ketika

pasien membutuhkan konsultasi atau diskusi dari sisi

permasalahan pribadi, misalnya dia merasa punya salah

terhadap keluarganya, dan dia berpikir jangan-jangan

orang yang pernah didzolimi melakukan sesuatu

sehingga kemudian jatuh sakit berhari-hari seperti

sekarang. Biasanya itu juga dipertanyakan oleh

beberapa pasien.

Peneliti Apakah dengan tugas-tugas yang disebutkan di atas dan

dengan jumlah Pembimbing Rohani yang hanya 4 itu

bisa maksimal?

Informan Secara umum dapat kami katakan dengan tidak

berbanding lurusnya antara jumlah pasien dengan tugas

kewajiban yang harus diberikan, ya tentu sulit untuk

mengatakan Pelayanan yang diberikan mencapai

Page 150: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

maksimal dan memuaskan khususnya bagi pasien dan

atau keluarga pasien, sehingga strategi yang

dikedepankan atau menjadi jalan keluar dan solusi dari

tidak berbandingnya seperti saya sebut di atas adalah

dengan memberikan buku sebagai bagian dari cara

mendapatkan nilai efektivitas atau nilai efisiensi dari

sedikitnya waktu yang dimiliki oleh karena jumlah

petugasnya sedikit dengan jumlah pasien yang banyak.

Peneliti Kita tahu bahwa RSIJ ini background-nya

Muhammadiyah, bagaimana jika pasien yang berbeda

pemahaman agama Islamnya dengan RS ini itu

bagaimana?

Informan Di sinilah dinutuhkan kepiawaian dari petugas

Pelayanan untuk mengetahui lebih dulu dari sisi basic

organisasi atau warna akidah apakah dia

Muhammadiyah atau bukan itu harus diketahui lebih

dulu oleh petugas Pelayanan. Kedua, ketika sudah

didapati bahwa memang ada perbedaan warna akidah,

lalu kemudian strategi apa yang harus dimilki oleh

petugas Pelayanan untuk menyampaikan pesan agama

kepada orang yang nyata-nyata basic-nya itu bukan

organisasi Muhammadiyah?, bagi mereka yang ketika

didatangi iu menolak untuk diberikan bimbingan

dengan cara ajaran Muhammadiyah tentu petugas

Pelayanan bijak untuk tidak melanjutkan atau

meneruskan Pelayanan dari sisi teorotis

Page 151: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

keMuhammadiyahan kepada orang yang nyata-nyata

menolak atau tidak menerima ajaran Muhammadiyah.

Peneliti Tapi pada praktiknya ada ga yang seperti itu?

Informan Ada, mereka yang memang dari akidahnya tidak

meyakini bahkan menganggap atau menilai tidak afdhol

apa yang diajarkan petugas Pelayanan dengan

keMuhammadiyahannya dengan basic keyakinan yang

mereka miliki oleh karena berbedanya keyakinan

praktik ibadah yang biasa dilakukan kesehariannya.

Bentuknya, pertama, mereka tidak merespon dengan

respon yang positif, dari sisi wajahnya buang muka,

atau ada juga yang mengungkapkan dengan ekspresi

verbal, menolak „maaf kami tidak membutuhkan

bimbingan dari anda‟.

Peneliti Jadi tidak ada kriteria khusus agar pasien mendapat

bimbingan?

Informan Iya tidak ada spesifikasi khusus, bahwa yang berhak

untuk mendapat kunjugan dari petugas Binroh adalah

pasien yang melakukan rawat inap. Selama mereka

menjadi baian dari umat manusia walaupun berbeda

agama, itu mendapatkan layanan yang sama, tapi kata

kuncinya disaat mereka menerima layanan kita kepada

mereka.

Peneliti Berarti, ketika warna akidah pasien berbeda dengan

rumah sakit, apakah Pelayanan mengikuti warna

Page 152: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

akidahnya ketika membimbing?

Informan Bagi sebagian teman-teman kita, ada. Dilihat dari

beberapa faktor entah dari psikologis kekeluargaan,

entah itu psikologis kebutuhan, mungkin mengikuti apa

yang menjadi kemauan atau permintaan keluarga

pasien. Misal, di Muhammadiyah itu kan tidak biasa

menyebut kata-kata sayyidina ketika berdoa atau ketika

bershalawat, tapi ketika pasien kita membutuhkan atau

yakinnnya sayyidana itu diungkapkan, maka di

belakang layar, dimungkinkan ada yang melafalkan

kata sayyidina itu demi untuk memberikan kepuasan

secara rohani sehingga kemudian muncul satu

keyakinan atau fadhoil yang bisa didapat, dirasakan

oleh pasien. Tapi batasnnya ya mungkin standar umum,

yang penting ketika kita sama-sama mempertuhankan

Allah dan bernabikan Nabi Muhammad , mungkin sifat

perbedaan khilafiyah yang sifatnya furuiyah, mungkin

agak fleksibel untuk dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan.

Peneliti Jika rumah sakit menerima pasien dari segala latar

organisasi agama, bagaimana dengan para Binrohnya

sendiri?

Informan Kenyataannya, untuk saya pribadi, itu saya tidak

mengetahui , tidak meyakini dan saya juga tidak

menyadari bahwa dari kecil hingga tahun 2012 ketika

Page 153: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

saya mendaftar dan keterima di sini saya itu

Muhammadiyahkah atau bukan, namun kalau dilihat

dari sisi ritual ibadah kesehrian itu memang menajdi

bagian dari apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Kecuali satu, saya pribadi biasa baca „wajjahtu‟ ketika

iftitah, sementara Muhammadiyah tidak mengakui atau

tidak menganggap sempurna bacaan itu. Intinya, bahwa

pegawai Pelayanan itu tidak semuanya berbasic

Muhammadiyah. Namun ketika di sini harus

menjalankan apa yang sudah jadi keputusan rumah

sakit. Mau tidak mau, kita mengikuti. Dari sisi hukum

adat, kita meneysuaikan dengan kebiasaan yang berlaku

di rumah yang dikunjunginya atau didatanginya,

kendati pun disebut secara implisit sifatnya agak

munafik, tapi itu memang kenyataandna nampak.

Peneliti Selanjutnya, materi apa saja yang diberikan Petugas

Binroh kepada pasien?

Informan Secara teori atau bahasan itu memang ada di buku,

Cuma kalau dilihat dari sisi poin-poin yang biasa

disampaikan itu ada materi Bimbingan Rohani itu ada

ibadah (tata cara shalat dan thaharah), sabar, tawakal,

husnudzon, sakaratul maut, husnul khotimah. Jadi kalau

di buku tuntunan rohani itu lebih kepada dalil-dalil

penguatan saja.

Peneliti Apakah semua materi ini diberikan kepada pasien?

Page 154: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Idealnya memang diberikan semua, Cuma kembali

kepada kenyataan di awal tadi, oleh karena tidak

berbanding lurusnya antara jumlah pasien dengan

petugas Pelayanan, maka kemudian secara umum, dari

sekian banyak poin layanan yang harus diterima oleh

pasien, itu hanya tiga yang wajib disampaikan. Yang

pertamaa adalah buku, jadi buku menjadi bagian dari

materi bimbingan, do‟a. Jadi petugas Pelayanan

pertama datang harus mendoakan, kemudian buku

wajib diberikan dan ketiga pesan sabar. Motivasi

singkat. Karen akalau untuk bimbingan thaharah

dengan tayamum itu kan sifatnya tidak semua pasien

membutuhkannya, karena ada sebagian pasien yang

sudah bisa dan mengerti.

Peneliti Setiap pasien diberikan waktu berapa lama untuk

menerima bimbingan?

Informan Durasi yang diterima oleh pasien amat sangta

tergantung atau dipengaruhi dengan jumlah pasien yang

hadir dengan durasi tugas petugas Binroh. Pada

prinsipnya fleksibel. Kalau memang pasiennya sedikit,

maka petugas pasien akan memberikan layanan

sepenuhnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh

pasien. Misalnya, ketika memang didapati pasien mau

bertanya, maka mau tidak mau, ketika jumlah pasien

sedikit maka berapapun pertanyaan yang muncul dari

pasien itu wajib dijawab, sehingga ada yang setengah

Page 155: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

jam, ada yang satu jam. Tapi ada juga pasien yang

memang menujukkan bahasa tubuh yang memang tidak

berkenan untuk lama-lama dikunjungi, maka kadang-

kadang 3-5 menit saja. Jadi sifatnya, petugas melihat

kebutuhan dari pasien itu. Singkat kata, pasien yang

menentukan berapa lama layanan bimbingan itu harus

diberikan.

Peneliti Metode penyampainnya seperti apa?

Informan Metode disesuaikan dengan pasien, kalau kita bicara

dengan judul besar mengajar atau menyampaikan ilmu,

itukan disesuaikan dengan sifat materi yang diberikan.

Jadi kalau materi thaharah dan bimbingan shalat dalam

keadaan sakit, ya tentu metodenya praktik. Kemudian

kalau materinya tentang sabar, husnudzon tentu itu

sifatnya teori, startegi penyampaiannya dengan teori.

Berarti secara umum teori dan praktik.

Peneliti Faktor penghambat dan pendukung Pelayanan Binroh

Pasien ini apa saja pak?

Informan Faktor penghambatnya, (1) untuk sampai kepada

maksimal Pelayanan adalah kadang dalam hari tertentu

jumlah pasien lebih banyak daripada jumlah petugas,

(2) tidak semua keluarga pasien atau pasien menerima

atau berkenan untuk diberikan Pelayanan secara

keruhanian, (3) jenis penyakit, yang kadang-kadang

menular yang kemudian itu menjadi pembatas

fleksibilitas dari Pelayanan yang kita berikan, artinya

Page 156: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

berjarak. Misalnya pasien membutuhkan praktik dari

berwudhu, sementara pasien tersebut berpenyakit

menular, otomatis ada jarak yang memisahkan dan itu

yang menghambat maksimla atau tidaknya pasien

memahami materi yang diberikan.

Kalau faktor pendukungnya secara umum tentu (1)

keluarga memang membutuhkan dan ghirah untuk

mendapatkan pencerahan dari sisi agama khususnya

penguatan rohani terhadap penyakit yang didera, (2)

adanya buku sebagai solusi keterbatasan waktu yang

ada dengan banyaknya materi yang harus disampaikan

kepada pasien.

Peneliti Adakah aturan baku tentang teknis visit ke pasiennya?

Informan Kalau itu tidak ada, kita fleksibel saja, mengalir saja.

Jadi setiap petugas bisa berbeda dalam pelaksanaan

bimbingannya, bahkan doa yang disampaikannya pun

bisa berbeda. Tetapi daripada tidak ada doa yang

dijadikan standar, maka ada satu doa yang wajib untuk

dibaca oleh petugas rohani untuk pasien. Secara umum,

prinsipnya memang bebas doa apapun, atau doanya

berbahasa Indonesia.

Peneliti Bagaimana pendapat bapak terhadap kebijakan

Pelayanan Binroh Pasien ini?

Informan Sarannya, dari sisi internal, lebih khususnya dakwah

pasiennya, yang kedua dari sisi pasiennya.

Kalau dari sisi internalnya, alangkah gembiranya ketika

Page 157: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Menyetujui

Informan Peneliti

(Rohmat Amin, S.Pd.I) (Krisdayanti)

memang layanan bimbingan yang diberikan kepada

pasien itu ada standar baku dan itu terdokumentasi

dalam panduan, termasuk tata urutan umum, perkataan

apa yang harus diucapkan, perbuatan apa yang harus

dilakuakn ketika petugas dakwah pasien itu masuk dna

atau melewati pintu rawat inap yang hendak

dikunjungi. Sehingga bagi mereka yang baru, atau

belum berpengalaman itu tidak ngeblank. Sementara

dari sisi pasiennya bagaimana mereka bisa lebih

menerima, tapi berharap dengan segala keterbatasan

Petugas Bimbingan Rohani, baik keluarga maupun

pasien mampu untuk menunjukkan sikap yang lebih

ramah, senyumnya tidak sulit untuk dilakukan. Karena

biar bagaimana pun sesempurna apapun persiapan yang

dilakukan oleh petugas pasien, itu akan tidak punya

pengaruh yang maksimal ketika dia dihadapkan pada

situasi yang memang tidak dibayangkan ketika masuk

dan bertemu dengan pasien dan keluarga pasien.

Page 158: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan 4

Nama : Widodo, S.Ag

Usia : 51 Tahun

Jabatan : Manajer Bimbingan Rohani

Lama bekerja : 24 Tahun

Tempat dan tanggal wawancara : RSIJ Cempaka Putih, 10 Juli 2020

Pukul : 09.00 – 10.00 WIB.

Peneliti Apa yang dimaksud dengan Pelayanan Bimbingan

Rohani bagi pasien itu pak?

Informan Intinya, bagaimana kita mengingatkna kepada pasien

dikala sakit, bagaimana shalat tetap dijaga, membantu

pasien yang tidak mengerti thaharah dan shalat di

dalam sakit.

Peneliti Bagaimana urgensi Bimbingan Rohani bagi pasien?

Informan Kita menjaga bagaimana pasien agar tidak berobat

pada hal-hal yang menyimpang, kadang-kadang orang

ada kejenuhan dan mengarah pada pengobatan-

pengobatan alternatif dalam tanda kutip menyimpang.

Kalau pengobatan alternatif tidak menyimpang itu

tidak masalah. Tapi kadang-kadang ada alternatif yang

menyimpang.

Peneliti Kemudian, dasar diadakannya Pelayanan Bimbingan

Rohani di rumah sakit ini?

Page 159: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Karena rumah sakit ini di bawah Perserikatan

Muhammadiyah dan Muhammadiyah itu dakwah amar

ma‟ruf nahi munkar, maka segala amal usaha yang

dimiliki Muhammadiyah tidak saja rumah sakit,

pendidikan dan lain sebagainya, itu arahnya kepada

dakwah. Ada pun dasar secara nasional, dulu kita

sudah tetapkan dalam SK Menteri, namun belum

terwujud. Kita berharap ada, tidak saja di RS

Muhammadiyah, tetapi di rumah sakit - rumah sakit

milik pemerintah juga ada Binroh yang memang

masuk dalam struktur. Dan di Muhammadiyah itu,

seluruhnya rumah sakit ada Pelayanan Bimbingan

Rohani dan masuk dalam struktur. Sedangkan di RS

milik pemerintah ada tenaga-tenaga bantu yang tidak

masuk dalam struktur. Itu yang kita harapkan. Waktu

itu, sekitar tahun 1999 pernah ada seminar andaikan

pelayanan Binroh ini di SKP kan, agar di setiap rumah

sakit ada Binrohis-Binrohis. Kalau di dalam

Muhammadiyah sendiri Binroh memang masuk dalam

sktruktur karena memang esensi dari Muhammadiyah

itu sendiri, yakni dakwah. Jadi, dakwah yang efektif

tidak perlu mengumpulkan orang, orang datang kita

kunjungi dan didakwahi.

Peneliti Fungsi adanya Pelayanan Bimbingan Rohani di sini

apa pak?

Page 160: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Informan Bisa berupa fungsi promosi, karena orang-orang pasti

ingin meninggal husnul khotimah sehingga disitulah

ada pelayanan tuntunan untuk husnul khatimah. Ketika

pasien itu dalam keadaan sakaratul maut, diharapkan

petugas dapat membimbing pasien tersebut. Dan kita

memberikan arahan juga kepada keluarga, karena kita

tidak bisa menunggu pasien terus-menerus, jadi

bagaimana keluarag kita bimbing, kita arahkan agar

dapat mentalqinkan keluarganya.

Peneliti Lalu, siapa yang bertugas membimbing pasien?

Informan Para Pembimbing Rohani, yang bertindak sebagai

motivator, kemudian kita tularkan kepada keluarga,

sehingga keluarganya mampu membimbing anggota

keluarganya yang sakit itu pada saat sakaratul maut.

Kita juga TOT kepada perawat, agar ketika kita tidak

ada, perawat bisa mentalqinkan pasien.

Peneliti Kemudian, adakah kriteria menjadi Pembimbing

Rohani Pasien di sini?

Informan Kriterianya itu minimal Aliyah, awalnya. Kemudian

bisa Bahasa Arab, baca Qur‟an, kemudian nanti

mensosialisasikan manhaj yang dipahami oleh

pimpinan pusat Muhammadiyah. Jadi kita punya

Tarjih, dan tarjih inilah yang kita sosialisasikan kepada

petugas. Bahwa Ini paham agama yang dipakai

Muhammadiyah yang harus dapat disosialisasikan

kepada pasien. Sehingga kita harapkan tidak terjadi

Page 161: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

silang pendapat, kita mengharapkan Petugas

Bimbingan Rohani ini adalah perpanjangan tangan

Majlis Tarjih dan Majlis Tabligh untuk dapat

mensosialisasikan Islam itu kepada orang yang sakit.

Peneliti Jadi, Pembimbing Rohani harus Muhammadiyah?

Informan Tidak juga, hanya saja kami mengharapkan harus

istiqomah, jika di sini Muhammadiyah, maka di luar

pun begitu „shibghotallah‟ celupan Allah. Kita sudah

dicelupkan disini, diwarnakan dengan paham

Muhammadiyah, maka alangkah lebih baiknya di

keluarga juga dipahamkan yang sama pada istri dan

anak.

Peneliti Bagaimana sistem perekrutan untuk Pembimbing

Rohani?

Informan Sama seperti yang lainnya, melalui tes administrasi,

test kesehatan dan psikologi, tes tulis al-Islam dan

Profesi, kemudian ada wawancara agama, kita akan

melihat kemampuan bacaan al-Qur‟an , kaifiyat

shalatnya, kemudian kita kenalkan sedikit pemilik RS

ini yang terkadang para pelamar tidak tahu kalau

pemiliknya adalah Muhammadiyah. Dan kita

sampaikan kalau memang diterima harus istiqomah

untuk berMuhammadiyah, mengikuti keputusan-

keputusan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Peneliti Siapa yang membuat kebijakan Binroh ini pak?

Page 162: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

Menyetujui

(Widodo, S.Ag)

Informan Dibuat secara aliansi dengan rumah sakit lain yang

dibawah naungan Muhammadiyah.

Peneliti Sejak kapan Pelayanan Binroh ini ada pak?

Informan Lima atau sepuluh tahun setelah RS ini berdiri, setelah

semuanya dirasa ajeg, maka mulai didirikanlah

pelayanan Binroh ini, karena memang berdirinya

rumah sakit ini dilatari oleh kegalauan, bagaimana ada

toko Islam yang meninggal di salah satu rumah sakit di

Jakarta, kemudian ada yang akan „menyelewengkan

akidahnya‟ sehingga terpikirlah dokter Kusnadi,

bagaimana kita bisa punya Rumah Sakit yang memang

itu bercorakkan Islam sehingga tidak ada

penyelewengan akidah, ada misi dakwah, kemudian

itulah cikal bakal berdiri rumah sakit dan pelayanan

bimbingan rohani pasien. Dan strukturnya mulai ada

5-10 tahun setelah rumah sakit ini berdiri. Karena ini

Muhammadiyah, jadi diserahkan ke Muhammadiyah,

maka seluruhnya itu berdasarkan manhaj yang

ditetapkan oleh Muhammadiyah sebagai gerakan

dakwah di masyarakat.

Page 163: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

151

Page 164: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

152

Page 165: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

153

Page 166: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

154

Page 167: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

155

Page 168: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

156

Page 169: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

157

Page 170: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

158

Page 171: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Page 172: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Page 173: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Page 174: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Page 175: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Page 176: KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI

164

Gambar 11. Simulasi Pelayanan Bimbingan Rohani kepada pasien

rawat inap