kebahagiaan lansia yang tinggal di panti wreda …eprints.ums.ac.id/20299/24/09._naspub.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
KEBAHAGIAAN LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh :
HILDA DEWI ISNAENI
F 100 080 024
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2
KEBAHAGIAAN LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA
NASKAH PUBLILASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh :
HILDA DEWI ISNAENI
F 100 080 024
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
5
Kebahagiaan Lansia yang Tinggal di Panti Wreda
Hilda Dewi Isnaeni
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Manusia setiap hari akan terus menerus tumbuh dan berkembang. Dari bayi yang
baru lahir tumbuh dan berkembang hingga mencapai masa dewasa akhir kemudian
memasuki masa lanjut usia dan pada akhirnya meninggal dunia. Setiap lansia
menginginkan kebahagiaan baik secara fisik maupun psikis. Kebahagiaan fisik
adalah kesehatan sedangkan kebahagiaan psikis berhubungan dengan keagamaan dan
hubungan yang baik dengan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis lansia yang tinggal di
panti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan melakukan
wawancara dan obeservasi kepada subjek untuk mendapatkan data yang lebih
mendalam. Subjek penelitian ini adalah para lansia yang tinggal di Panti Wreda
Dharma Bhakti Surakarta.
Hasil dari wawancara dan observasi menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di panti
wreda bahagia. Hal ini dikarenakan para lansia merasa kebutuhan sehari-hari yang
sudah tercukupi, kegiatan sehari-hari yang sudah terjadwal dan setiap tahun diadakan
piknik dan lomba bagi warga panti. Banyak hal yang dipikrkan lansia pada saat
merasa bahagia seperti memikirkan keluarga, bersyukur kepada Allah dan senang
dapat hidup mandiri. Sedangkan hal-hal yang dilakukan para lansia saat bahagia
antara lain menyibukkan diri dengan hobi masing-masing, membantu pihak panti
secara sukarela diberbagai bidang dan melakukan ibadah.
Kata kunci : kebahagiaan,lansia
2
PENDAHULUAN
Manusia setiap hari akan terus
menerus tumbuh dan berkembang.
Dari bayi yang baru lahir tumbuh dan
berkembang hingga mencapai masa
dewasa akhir (Papalia, 2008).
Kemudian seseorang akan memasuki
usia lanjut dan meninggal dunia
(Santrock, 2002).
Pada usia lanjut seseorang
akan mengalami penurunan baik
secara fisik maupun psikis. Pada masa
lansia, seseorang kembali
memperhatikan kesehatan dan
melakukan olahraga secara rutin untuk
mengurangi keluhan rasa sakit yang
dirasakan oleh para lansia (dalam
Lloyd, 2010).
Sedangkan secara psikis para
lansia akan cemas menghadapi masa
akhir kehidupan atau kematian.
Memperkuat religiusitas juga dapat
membuat seorang lansia menjadi
bahagia secara psikis (Wallis,2005).
Berada dalam keluarga,
keterikatan, kehangatan keluarga dan
membina komunikasi yang baik
dengan keluarga dapat membantu para
lansia untuk merasakan kebahagiaan
(Tuntichaivanit, , Nanthamongkolchai,
Munsawaengsub dan Charupoonphol,
2009). Diener (dalam Demir, 2009)
mengemukakan pendapatnya bahwa
kebahagiaan dan kesejahteraan
merupakan hasil dari evaluasi kognitif
dan afektif dari kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosial serta hanya
memiliki dampak positif saja.
Kesibukan masing-masing
anggota keluarga yang menyebabkan
kurangnya perhatian pada lansia-lansia
ini. Tidak jarang para anak maupun
cucu yang terlampau sibuk sehingga
mengirimkan para lansia ke Panti
3
Wreda. Mereka dapat bekerja dengan
tenang dan maksimal, sedangkan para
lansia dirawat dengan baik.
Tetapi tidak jarang pula ada
lansia yang lebih menginginkan
tinggal di Panti Wreda karena
beranggapan bila mereka tinggal di
Panti Wreda tidak akan merepotkan
anggota keluarga yang lain, serta dapat
berkumpul dengan para lansia-lansia
yang ada di sana. Sehingga mereka
dapat berkomunikasi dan
bercengkrama dengan teman-teman
yang seumuran atau memiliki
pengalaman yang sama (Demir,2009).
METODE PENELITIAN
1. Wawancara
Pada penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara langsung
kepada subjek utama penelitian yaitu
para lansia yang tinggal di panti
wreda. Wawancara digunakan karena
dengan wawancara peneliti ingin
mengetahui dan mendapatkan data
dari responden (terwawancara) secara
lebih mendalam (Sugiyono, 2009).
Wawancara ini dipergunakan untuk
mengetahui dinamika psikologis
kebahagiaan pada para lansia yang
tinggal di panti wreda.
2. Observasi
Observasi digunakan dengan
alasan karena dengan observasi
peneliti dapat mengamati perilaku
subjek secara langsung,
memungkinkan peneliti melakukan
observasi pada saat melakukan
wawancara, dan memungkinkan
peneliti mampu memahami situasi
yang rumit (Moleong, 2011). Metode
observasi yang dipergunakan adalah
behavioral checklist. Behavioral
checklist adalah salah satu metode
observasi yang memberikan tanda cek
4
( pada perilaku yang diobservasi
muncul.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arti kebahagiaan bagi
seseorang sangatlah bervariasi.
Kebahagiaan anak kecil berbeda
dengan remaja, berbeda dengan
seseorang yang telah menginjak usia
dewasa bahkan berbeda jika seseorang
sudah beranjak ke usia lanjut. Semakin
kita tumbuh dan berkembang maka
semakin kompleks juga kebahagiaan
yang kita inginkan.
Bagi seorang lansia
kebahagiaan utama adalah dapat
menjalani masa lansia dengan baik,
berada dekat dengan keluarga dan
mendapatkan perhatian dari semua
pihak. Tapi hal tersebut akan terasa
lain bila seorang lansia tinggal di panti
wreda. Panti wreda dianggap sebagai
momok yang menakutkan bagi para
lansia. Banyak lansia yang
beranggapan bahwa panti wreda itu
merupakan tempat untuk mengucilkan
para lansia. Tempat dimana tidak ada
sanak saudara dan keluarga yang
memperhatikan. Keadaan yang serba
terbatas dan tidak dapat leluasa seperti
saat tinggal di rumah.
Lansia yang tinggal di panti
wreda mengatakan bahwa panti wreda
adalah tempat yang tepat bagi para
lansia bahkan ada yang mengatakan
bahwa panti wreda merupakan surga
Allah yang ada di dunia. Para lansia
yang tinggal di panti wreda Dharma
Bakti Surakarta mengaku bahagia
tinggal di sana dan akan terus tinggal
di panti hingga meninggal dunia.
Fasilitas yang tersedia di panti
adalah terjamin dari segi makanan dan
minuman, ada pemeriksaan kesehatan
dua kali dalam seminggu, tersedia
5
kamar yang dilengkapi dengan kasur
dan almari, kegiatan olahraga setiap
minggu, pembinaan agama baik Islam,
Kristen maupun Khatolik dan setahun
sekali diadakan piknik serta lomba.
Lansia setiap bulan juga mendapatkan
uang tapi jumlah nominalnya tidak
tentu terkadang banyak terkadang
sedikit, hal ini tergantung ada atau
tidaknya donasi yang masuk ke panti.
Petugas panti berusaha berlaku
adil terhadap semua warga panti. Bila
warga panti yang mandiri dan sehat
mendapatkan uang setiap bulan maka
warga panti yang sakit tidak mendapat
uang tapi digantikan dengan menu
makanan yang lebih enak dan bergizi
atau perlengkapan sehari-hari yang
lebih baik dari warga panti yang lain.
Kemudian bila warga panti yang sehat
mengikuti acara piknik maka warga
panti yang sakit tidak dapat
mengikutinya dan digantikan dengan
mendapatkan makanan yang lebih
enak dan bergizi. Hal tersebut tidak
membuat warga panti yang lain iri
melainkan warga panti yang sehat
merasa bersyukur karena masih diberi
kesehatan, dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan mandiri dan dapat
membantu warga lain yang sedang
dalam kesusahan.
Kebahagiaan yang dirasakan
para lansia yang tinggal di panti wreda
meliputi kebutuhan sandang, papan
dan pangan yang tercukupi serta
adanya hiburan dari para dermawan
maupun petugas panti. Hal tersebutlah
yang membuat lansia bahagia serta
merasa tentram untuk tinggal di panti.
VandenBos (2007) menyatakan bahwa
kebahagiaan adalah suatu emosi
senang, kepuasan dan kesejahteraan.
6
Erikson (dalam Setiabudhi,
1999) pada masa lansia, manusia
mengalamai fase ego integrity vs
despair. Ego integrity adalah keadaan
dimana seorang lansia dapat menerima
kondisi yang dialaminya, memaknai
kehidupan yang telah, sedang dan
akan dijalani, serta lansia memiliki
tanggung jawab atas kehidupannya
sehingga membuat lansia tersebut
menjadi berhasil dan bahagia. Lansia
yang tinggal di panti wreda merasa
puas dengan kehidupan yang dijalani
pada saat ini dan bersyukur atas apa
yang sudah para petugas panti berikan.
Para lansia sangat
berterimakasih kepada petugas panti
atas perhatian, pelayanan dan
pemberian yang diberikan kepada para
lansia. Sebagai bentuk rasa terima
kasih tersebut para lansia dengan
senang hati membantu pihak panti
dalam berbagai bentuk. Ada subjek
membantu dibidang kesehatan, ada
pula yang membantu di dapur,
membantu mengurusi kebun belakang
dan ada yang membantu
membersihkan musholla dan aula.
Pekerjaan tersebut dilakukan
dengan ikhlas dan tanpa paksaan dari
petugas panti. Subjek bekerja sesuai
dengan kemampuan. Bila sudah
merasa capek atau tidak mampu maka
diperbolehkan untuk tidak
mengerjakan pekerjaan tersebut.
Harga diri adalah faktor yang
membuat lansia merasa bahagia,
dengan harga diri para lansia dapat
mengenali diri sendiri, berpikiran
terbuka, menerima keadaan,
berperilaku baik, optimis, serta
memiliki hubungan baik dengan
masyarakat (Tuntichaivanit,
Nanthamongkolchai, Munsawaengsub
7
dan Charupoonphol, 2009). Dapat
melakukan hal yang berguna bagi
warga panti yang lain sangatlah
membuat lansia bahagia dan merasa
dihargai. Sehingga lansia dapat
menerima keadaan yang dialami saat
ini dengan hati ikhlas. Bentuk
partisipasi subjek dalam membantu
pihak panti dapat membuat subjek
memiliki hubungan baik dengan warga
panti yang lain ataupun dengan para
petugas panti.
Peristiwa-peristiwa yang ada di
panti juga dapat membuat para lansia
menjadi bahagia. Seperti yang
diungkapkan oleh subjek bahwa saat
mengikuti acara piknik adalah menjadi
saat yang membahagiakan. Selain
karena piknik merupakan agenda yang
jarang dilakukan oleh pihak pant,
piknik juga merupakan aktivitas yang
menyenangkan bagi para lansia.
Walaupun piknik tersebut hanya
dilakukan disekitar kota Solo tapi itu
sudah dapat membuat para lansia
menjadi bahagia. Menurut penuturan
seorang subjek, subjek merasa bahagia
saat mengikuti piknik walaupun hanya
disekitar Solo karena subjek dahulu
juga jarang mengunjungi tempat-
tempat rekreasi yang ada di Solo.
Charles dan Carstensen (dalam
Shmotkin dan Shrira, 2011)
mengenang sesuatu yang
menyenangkan daripada yang
menyedihkan atau sesuatu yang buruk
dapat menyebabkan peningkatan
regulasi emosi sosial yang baik dalam
menghadapi penurunan fisik dan
psikis yang dialami oleh para lansia.
Para lansia yang sudah lama
tinggal di panti wreda senantiasa akan
beradaptasi dengan keadaan panti
yang selalu berubah. Menurut cerita
8
salah seorang subjek, dahulu panti
memiliki kegiatan rutin yang dapat
meningkatkan pendapatan panti yaitu
memproduksi keset, kemoceng dan
sapu. Namun, setelah terjadi
pergantian kepala panti produksi
tersebut dihentikan karena
ketidakadaan uang untuk membeli
bahan baku.
Pembangunan panti pun
dilakukan secara berkala. Kamar-
kamar belakang menurut salah satu
subjek yang merupakan penghuni
lama panti baru saja dibangun
beberapa tahun yang lalu. Selain
beradaptasi dengan keadaan panti
yang berkembang menjadi lebih baik,
Para warga pun beradaptasi dengan
para penghuni baru atau beradaptasi
bila ada penghuni lama yang
meninggal dunia. Bila panti
kedatangan warga baru maka warga
lama akan bahu-membahu membantu
warga baru untuk dapat beradaptasi di
dalam panti dan merasa betah berada
di panti. Walaupun ada sebuah
kejadiaan percek-cokan antara warga
baru dengan warga lama yang
mengakibatkan warga baru
meninggalkan panti. Disamping
percek-cokan tersebut lebih banyak
ditemui keakraban antar para lansia.
Ada subjek yang dekat dan
biasa berbagi kebahagiaan dengan
seorang warga panti lain, ada yang
biasa berbagi kebahagiaan dengan
semua warga panti bahkan ada yang
lebih suka menikmati kebahagiaan
seorang diri. Myers (dalam Demir,
2009) mengatakan bahwa keakraban
atau kedekatan memiliki peranan
penting dalam kebahagiaan seseorang
karena dengan kedekatan dengan
orang-orang dapat menimbulkan
9
hubungan yang berkualitas. Teori
tersebut mendukung pendapat para
subjek.
Kedekatan antar warga panti
dapat membuat kebahagiaan para
warga panti tersebut lebih lengkap
karena di panti wreda hanya ada teman
dan petugas panti saja. Keakraban
antar warga panti tercipta karena
warga panti dengan warga panti yang
lain saling menbantu dan berusaha
menciptakan kerukunan. Selain itu ada
subjek yang berpendapat bahagia bila
dapat berbagi cerita dengan warga
panti yang lain.
KESIMPULAN
Pertama, kebahagiaan bagi
para lansia yang tinggal di panti wreda
adalah perasaan senang, tenang,
tentram, iklas, tidak memiliki beban
pikiran, mandiri, dapat membantu
orang lain dan semua kebutuhan
terpenuhi. Kebahagiaan yang
dirasakan oleh para penghuni panti
wreda adalah kebahagiaan akan
penerimaan diri yang positif terhadap
keadaan dengan iklas dan bersyukur
atas apa yang telah para lansia miliki
saat ini.
Kedua, banyak hal yang
membuat lansia betah dan senang
berada di panti. Adanya kegiatan yang
beragam seperti pembinaan agama,
kesehatan, olahraga, apel dan piknik.
Semua warga panti mengikuti kegiatan
tersebut dengan iklas dan hati senang.
Ketiga, para lansia sangat
senang dengan kegiatan yang
diberikan oleh panti terlebih lagi bila
kegiatan tersebut adalah piknik, baru
sekedar rencana saja sudah dapat
membuat para warga panti menjadi
gembira dan bersemangat hingga ada
warga panti yang menggunakan kursi
10
roda nekat untuk ikut walaupun harus
bersusah payah membawa kursi roda.
Keempat, wujud dari rasa
bahagia para lansia ditunjukkan
dengan kesukarelaan para lansia yang
mandiri dalam membantu para lansia
yang sakit. Ada lansia yang
mengabdikan diri pada bidang
kesehatan, membantu di dapur dan
mengurusi kebun belakang.
SARAN
Lansia yang Tinggal di Panti Wreda
Bagi para lansia diharapkan
bersyukur atas karunia yang diberikan
Allah. Menjaga kerukunan dengan
sesama warga panti, memelihara
kebersihan dan kenyamanan panti.
Petugas Panti Wreda
Bagi petugas panti tingkatkan
kinerjanya, lebih perhatian dengan
cara lebih sering mengajak para lansia
untuk berbicara dan mendengarkan
pendapat lansia. Menambah jumlah
kegiatan yang menyenangkan bagi
para warga panti. Sebaiknya kegiatan
tersebut memakan waktu yang banyak
agar para lansia tidak hanya berdiam
diri dikamar.
Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang tertarik
dengan penelitian tentang kebahagiaa
lansia yang tinggal di panti wreda
diharapkan dapat menyempurnakan
hasil penelitian ini dengan menggali
data lebih lanjut dan membuat
pertanyaa yang lebih spesifik serta
memperhatikan aspek-aspek lain
seperti menambahkan tentang peranan
petugas yang ada di panti, perhatian
dari keluarga, penilaian masyarakat
tentang lansia, dan perhatian dari
pemerintah terhadap para lansia yang
berada di panti wreda.
11
DAFTAR PUSTAKA
Demir, M. (2009). Close Relationships
and Happiness Among
Emerging Adults. Journal
Happiness Study (2010)
11:293–313. Diakses dari
http://springerlink.com pada
tanggal 10 Desember 2011
Llyod, J. (2010). Experts on aging:
Stay fit after 65 to live longer,
better. USA Today 11/21/2010.
Diakses dari
http://www.usatoday.com/your
life/fitness/exercise/2010-11-
21-staying-fit-old-age_N.html
pada tanggal 10 Desember
2011Moleong, L. J. (2011).
Metodologi penelitian
kualitatif, edisi refisi.
Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Moleong, L. J. (2011). Metodologi
penelitian kualitatif, edisi
refisi. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Papalia, Old, dan Feldman. (2009).
Human development,
perkembangan manusia. edisi
10, buku 2. Jakarta : Salemba
Humanika.
Santrock, J. W. (2002). Life Span
Development Perkembangan
Masa Hidup Jilid II (edisi
kelima). Jakarta : Erlangga.
Setiabudhi, T dan Hardywinoto.
(1999). Panduan Gerontologi
Tinjauan dari Berbagai Aspek.
Jakarta : Gramedia
Shmotkin, Dov, dan Amit Shrira.
(2011). Happiness and
Suffering in the Life Story: An
Inquiry into Conflicting
Expectations Concerning the
Association of Perceived Past
with Present Subjective Well-
Being in Old Age. Journal
Happiness Study DOI
10.1007/s10902-011-9270-x.
Diakses dari
12
http://springerlink.com pada
tanggal 19 September 2011.
Sugiyono. (2009). Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung
: CV. Alfabeta
Tuntichaivanit, Chutagai, Sutham
Nanthamongkolchai, Chokchai
Munsawaengsub dan Phitaya
Charupoonphol. (2009). Life
Happiness of the Elderly in
Rayong Province. Journal of
Public Health, January-April
2009 Vol. 39 No. 1. Diakses
dari
http://www.ph.mahidol.ac.th/jo
urnal/journal_ph/39_52/ pada
tanggal 10 Desember 2011.
VandenBos, G. R. (2007). APA
Dictionary of psychology.
Washington DC : American
Psychological Association
Wallis, C. (2005). The New Science of
Happiness. Diakses dari
http://timenews.com pada
tanggal 10 Desember 201