ke provinsi kalimantan baratdpr.go.id/dokakd/dokumen/k7-12-6191ad35ce4b4cc68... · kalimantan barat...

30
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN BARAT RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2016-2017 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2016

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI

    KE PROVINSI KALIMANTAN BARAT

    RESES MASA PERSIDANGAN I

    TAHUN SIDANG 2016-2017

    KOMISI VII

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA

    2016

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Di bidang energi kita masih menghadapi tantangan utama, berupa

    peningkatan kebutuhan dan konsumsi yang tidak diimbangi secara

    proporsional oleh ketersediaan dan peningkatan pasokan. Di sektor

    ketenagalistrikan kita juga dihadapkan pada persoalan keterbatasan pasokan

    energi listrik yang belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat.

    Termasuk di Provinsi Kalimantan Barat, yang juga masih terdapat masalah

    pemenuhan kebutuhan listrik, padahal provinsi ini juga memiliki sumber energi

    yang cukup banyak dan beragam, selain itu juga memiliki potensi energi yang

    dapat dikembangkan.

    Kalimantan Barat adalah daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

    yang relatif baik dan pada masa mendatang akan memerlukan energi listrik

    yang cukup besar untuk menggerakan roda perekonomian. Provinsi Kalimantan

    Barat memiliki tantangan terkait sektor energi, antara lain:

    - Rasio elektrikasi di Provinsi Kalimantan Barat masih cukup rendah yaitu

    berkisar 75%;

    - Keamanan pasokan energi listrik masih rentan, karena sebagian besar

    bahan bakar pembangkit listrik yang ada terutama jenis BBM dan gas

    masih didatangkan dari luar Kalbar;

    - Terbatasnya jalur distribusi dan fasilitas penyimpanan BBM dan LPG

    menyebabkan kelangkaan dan mahalnya harga BBM dan LPG di daerah

    terisolir, daerah perbatasan dan daerah kepulauan;

    - Pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Kalbar sebagai pembangkit

    listrik masih terbatas ( 3,5 MW, atau berkisar 1%), sementara potensi

    energi baru dan terbarukan cukup banyak, seperti : energi air, energi

    surya, bioenergi (biomassa dan biogas), batubara, gambut, dan uranium;

    - Pengembangan energi arus laut mulai dikembangkan pada periode

    2015-2019 namun belum sampai pada tahap kapasitas komersial dan

  • masih pada tahap penyiapan kebijakan, studi kelayakan, dan pilot

    project.

    - Provinsi Kalimantan Barat berpotensi untuk dikembangkan

    pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan

    melibatkan berbagai pihak dan masyarakat. Pada tahun 2015 BATAN

    melakukan pra-survey tapak lokasi PLTN di Kalbar.

    Sementara itu, di bidang pertambangan mineral dan batubara kita

    menghadapi tantangan dan masalah terkait dengan implementasi undang-

    undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, khususnya tentang

    pelaksanaan kewajiban pengolahan dan pemurnian hasil tambang di dalam

    negeri, masalah izin usaha pertambangan, dan masalah iklim usaha yang kurang

    kondusif serta masalah lainnya.

    Berdasarkan kondisi tersebut di atas, Komisi VII DPR RI memandang

    perlu untuk menjadikan Provinsi Kalimantan Barat sebagai obyek kunjungan

    pada reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2016 – 2017. Kunjungan ini

    dalam rangka melakukan fungsi pengawasan dan kegiatan untuk menyerap

    aspirasi masyarakat dan pemerintah daerah. Melalui kunjungan kerja ini

    diharapkan dapat mendukung pemerintah daerah dalam mengatasi masalah-

    masalah yang dihadapi serta membawa informasi dan data terkait bidang –

    bidang kerja Komisi VII DPR RI untuk ditindak lanjuti dalam menjalankan

    fungsinya.

    1.2. Dasar Hukum

    Dasar Hukum pelaksanaan kunjungan Komisi VII DPR RI adalah:

    - Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

    Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

    Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

    - Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1

    Tahun 2014 tentang Tata Tertib.

  • - Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tentang Agenda Kerja

    Masa Persidangan I Tahun Sidang 2016-2017.

    1.3. Maksud dan Tujuan

    Maksud diadakannya Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi

    Kalimantan Barat adalah dalam rangka menyerap aspirasi dan melihat secara

    langsung perkembangan di daerah khususnya pengelolaan energi dan sumber

    daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan teknologi. Adapun tujuan

    kunjungan kerja ini adalah sebagai berikut:

    1. Mendapatkan informasi dan melihat secara langsung perkembangan

    sektor energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan

    teknologi;

    2. Mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi di Provinsi

    Kalimantan Barat khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral,

    lingkungan hidup serta riset dan teknologi;

    3. Mengetahui tingkat efektivitas peran yang dilakukan oleh Pemerintah dan

    pemerintah daerah dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi

    oleh masyarakat di daerah.

    4. Secara khusus, fokus perhatian kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan

    Barat pada kesempatan ini pada sektor penyediaan energi dan masalah

    kelistrikan.

    1.4. Waktu, Lokasi Kunjungan dan Agenda Kegiatan

    Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI direncanakan akan

    dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober sd. 3 Nopember 2016 dan mempunyai

    lokasi tujuan kunjungan ke Provinsi Kalimantan Barat.

    Sedangkan agenda kegiatan Kunjungan Kerja adalah melakukan

    pertemuan dengan pihak yang terkait di daerah dan meninjau langsung ke

    lokasi, dengan agenda sebagai berikut:

    1. Pertemuan dengan Gubernur dan DPRD Provinsi Kalimantan Barat,

    Dinas Pertambangan dan Energi, Badan Lingkungan Hidup, Kementerian

  • ESDM, Kementerian Ristek Dikti RI, PT. Pertamina (Persero), PT. PLN

    (Persero), dan instansi terkait lainnya.

    2. Kunjungan dan Pertemuan dengan kepala LAPAN beserta jajarannya di

    Balai Pengamatan Dirgantara, Pontianak;

    3. Kunjungan dan Pertemuan dengan Direksi PT PLN (Persero) terkait

    dengan permasalahan kelistrikan dan upaya peningkatan rasio

    elektrifikasi dan RUPTL di Provinsi Kalimantan Barat;

    4. Kunjungan dan Pertemuan dengan Direksi PT Pertamina (Persero)

    terkait dengan permasalahan penyediaan dan distribusi BBM dan LPG;

    5. Pertemuan dengan PT. Well Harves Winning (WHW) beserta 10 besar

    perusahaan tambang (PT. Aneka Tambang Tbk, PT Harita Prima Abadi

    Mineral, PT. Kendawangan Putra Lestrai, PT. Mahkota Karya Utama, PT.

    Bintangar Maju Abadi, PT. Dinamika Sejahtera Mandiri, PT. Danpac

    Resources, PT. Persada Pratama Cemerlang, PT. Nusapati Nusantara, dan

    PT. Putra Alam Lestari);

    1.5. Sasaran dan Hasil Kegiatan

    Sasaran dari kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi

    Kalimantan Barat adalah melihat langsung untuk memperoleh informasi terkait

    dengan bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Lingkungan Hidup

    (LH), serta Riset dan Teknologi (RISTEK) serta ketenagalistrikan.

    Hasil kegiatan kunjungan Komisi VII DPR RI diharapkan bisa menjadi

    rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VII DPR RI dengan

    mitra terkait, khususnya dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan

    anggaran.

  • 1.6. Metodologi Pelaksanaan Kegiatan

    Pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan Komisi VII DPR RI dilakukan

    dengan tahapan sebagai berikut:

    1. Persiapan (menghimpun data dan informasi awal sebagai informasi

    sekunder, koordinasi dengan pihak terkait, dan persiapan administrasi

    kegiatan)

    2. Pelaksanaan kegiatan, dilakukan pertemuan dengan berbagai instansi

    dan melihat langsung objek kunjungan.

    3. Pelaporan, berisi seluruh rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan beserta

    rekomendasinya.

    4. Pembahasan dan tindaklanjut hasil-hasil kunjungan lapangan pada

    rapat-rapat Komisi VII DPR RI.

    1.7. Anggota Tim Kunjungan Kerja

    Kunjungan kerja ini diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR RI, yang merupakan

    representasi dari tiap-tiap fraksi, sebagaimana daftar dalam lampiran.

  • BAB II SEKILAS LOKASI KUNJUNGAN KERJA

    Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di

    Pulau Kalimantan dengan ibu kota ProvinsiKota Pontianak. Luas wilayah

    Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia).

    Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan

    Timur dan Kalimantan Tengah. Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu

    daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan

    kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di

    antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini

    masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman,

    walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar

    kecamatan.

    Ciri-ciri spesifik lainnya adalah bahwa wilayah Kalimantan Barat

    termasuk salah satu propinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan

    negara asing, yaitu dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur. Bahkan

    dengan posisi ini, maka daerah Kalimantan Barat merupakan provinsi di

    Indonesia yang mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar dari

    negara asing. Hal ini dapat terjadi karena antara Kalbar dan Sarawak telah

    terbuka jalan darat antar negara Pontianak - Entikong - Kuching (Sarawak,

    Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh sekitar enam sampai

    delapan jam perjalanan.

    Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki

    Provinsi Seribu Sungai. Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang

    mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering

    dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan

    jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat

    telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Sungai besar utama adalah

    S. Kapuas, yang juga merupakan sungai terpanjang di Indonesia (1.086 km),

    yang mana sepanjang 942 km dapat dilayari. Sungai-sungai besar lainnya

    adalah: S. Melawi, (dapat dilayari 471 km), S. Pawan (197 km), S. Kendawangan

    https://id.wikipedia.org/wiki/Provinsihttps://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Provinsihttps://id.wikipedia.org/wiki/Provinsihttps://id.wikipedia.org/wiki/Papuahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungai

  • ( 128 km), S. Jelai (135 km), S. Sekadau (117 km), S. Sambas (233 km), S. Landak

    (178 km).

    Meski Kalimantan Barat termasuk satu diantara daerah yang kaya hasil

    alam, khususnya pertambangan, namun sektor ini kini tak lagi jadi unggulan

    dalam target penerimaan pendapatan negara di Provinsi ini. Adanya regulasi

    pembatasan ekspor mentah hasil tambang, diduga jadi pemicunya. Sejak aturan

    pembatasan komoditas tambah mentah diberlakukan, pihaknya mengalami

    penurunan pendapatan hingga sekitar Rp 40 miliar. Jika pada 2014 penerimaan

    negara dari sektor tambang mencapai Rp 79 miliar, menurun menjadi sekitar

    Rp 34 miliar saja pada 2015

    Dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

    Pemerintahan Daerah, Gubernur memiliki kewenangan melakukan evaluasi dan

    mencabut izin pertambangan yang tidak Clear and Clean (CNC). Dari catatan dan

    data terdapat 5.000 izin bermasalah, dan baru sekitar 1.100 di cabut. Jika

    dahulu KPK yang mencabut, sekarang giliran gubernur yang mencabut

    perizinan yang telah dikeluarkan oleh kabupaten/kota, saat ini kewenangannya

    berada di Pemprov sesuai UU Pemda dan Permen ESDM Nomor 43 tahun 2015

    tentang Tata Cara Evaluasi Penertiban Izin Usaha Pertambangan Mineral dan

    Batubara.

    Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat sampai akhir Tahun

    2015 mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh sebesar 4,35%.

    Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat terjadi seiring dengan perlambatan

    investasi dan kontraksi ekspor Kalimantan Barat, terutama dari sektor

    pertanian dan industri pengolahan. Hal ini disebabkan antara lain karena

    kurangnya pasokan listrik. Tingkat inflasi Kalimantan Barat pada akhir Tahun

    2015 sebesar 5,79%. Kondisi perekonomian Kalimantan Barat pada Tahun

    2016 diprediksi tumbuh terbatas sebesar 4,64% - 5,21%, dengan sumber

    pertumbuhan berasal dari kinerja perekonomian utama, antara lain sektor

    industri dan sektor kontruksi.

    Perlu upaya untuk mempercepat peningkatan perekonomian di

    Kalimantan Barat, misalnya dengan adanya pengembangan beberapa Kawasan

    http://pontianak.tribunnews.com/tag/pertambangan/

  • Industri dan Kawasan Industri Khusus di Kalbar sehingga proses pembangunan

    dapat terwujud lebih cepat untuk kesejahteraan masyarakat secara merata.

    Diperlukan pasokan energi listrik yang memadai dan kontinyu terutama untuk

    mendukung sektor riil (misalnya : industri, pengolahan tambang, pertanian, dll).

    Rasio Elektrifikasi Provinsi Kalimantan Barat hingga September Tahun

    2016 mencapai 76,82% (Rasio Elektrifikasi Nasional tahun 2016 sebesar

    89,53%). Rasio Desa Berlistrik Kalimantan Barat hingga Semester I Tahun 2016

    mencapai 61,48% (belum termasuk realisasi pengembangan/perluasan

    jaringan distribusi Tahun 2016 yang sudah dalam tahap pembangunan).

    Pertumbuhan permintaan energi listrik selama 5 tahun terakhir sebesar

    10,03%. 95% pasokan energi listrik PLN masih menggunakan pembangkit

    listrik berbasis bahan bakar minyak dan sisanya merupakan pembangkit

    berbasis energi baru terbarukan serta pembelian listrik dari Sarawak Malaysia.

    Di Beberapa wilayah Kabupaten mengalami defisit daya/energi listrik dari sisi

    pembangkit listrik sehingga berakibat pemadaman bergilir. Masih ada daerah

    yang mendapat layanan suplai listriknya dibawah 12 jam (akses pasokan BBM

    ke lokasi PLTD lisdes yang cukup jauh).

  • BAB III

    PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA

    3.1. Kunjungan dan Pertemuan dengan Gubernur Kalimantan Barat

    beserta jajarannya

    Dalam pertemuan ini dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Barat

    Drs. Cornelis,MH, Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya beserta

    jajarannya. Pertemuan dilaksanakan di ruang rapat kantor Gubernur

    Kalimantan Barat, dalam pertemuan ini diperoleh infomasi antara lain sebagai

    berikut:

    - Masih terjadi ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan

    energi listrik, sehingga antara lain menyebabkan pertumbuhan sektor riil

    melambat;

    - Keamanan pasokan energi listrik masih rentan, karena sebagian besar

    bahan bakar pembangkit listrik yang ada terutama jenis BBM dan gas

    masih didatangkan dari luar Kalbar;

    - Pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Kalbar sebagai pembangkit

    listrik masih terbatas ( 3,5 MW per Akhir Tahun 2015), sementara

    potensi energi baru dan terbarukan cukup banyak, seperti : energi air,

    energi surya, bioenergi (biomassa dan biogas), energi angin, batubara,

    gambut, dan uranium;

    - Potensi energi di Kalimantan Barat berupa energi air, energi sinar

    matahari, biomassa/biogas, batubara dan uranium.

    - Potensi energi air sebesar 988 MW yang tersebar di beberapa Kabupaten

    terutama di Kabupaten Kapuas Hulu, Melawi dan Sintang dapat

    dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air, Minihidro maupun

    Mikrohidro.

    - Potensi energi listrik berbasis Biogas bersumber dari limbah cair

    pengolahan kelapa sawit (POME/Palm Oil Mill Effluent) dimana potensi

    ini cukup besar mengingat banyaknya perkebunan dan pabrik

    pengolahan kelapa sawit yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat.

  • - Potensi sampah kota yang dimiliki sebesar 300 ton/hari juga dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik biomassa.

    - Potensi batubara sebesar 160,6 Juta ton tersebar di Kabupaten Melawi,

    Sintang dan Kapuas Hulu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

    energi untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang.

    - Potensi uranium yang terdapat di kabupaten Melawi sebagai energi

    primer PLTN sebagai dukungan untuk bauran energi nasional dalam

    Rencana Umum Energi Nasional.

    - PT. Pertamina (Persero) 168 titik penyalur dan PT. AKR 21 titik

    penyalur, 189 titik penyalur.

    - Kegiatan LAPAN di Pontianak perlu disosialisasikan sehingga

    manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.

    - Provinsi Kalimantan Barat menjadi percontohan dalam pengelolaan data

    investasi pertambangan di Indonesia bagi provinsi lainnya.

    - Pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Kalbar sebagai pembangkit

    listrik masih terbatas ( 3,5 MW, atau berkisar 1%), sementara potensi

    energi baru dan terbarukan cukup banyak, seperti : energi air, energi

    surya, bioenergi (biomassa dan biogas), batubara, gambut, dan uranium.

    - Terbatasnya jalur distribusi dan fasilitas penyimpanan BBM dan LPG

    menyebabkan kelangkaan dan mahalnya harga BBM dan LPG di daerah

    terisolir, daerah perbatasan dan daerah kepulauan.

    - Pemeritah Provinsi Kalimantan Barat berkomitmen untuk melakukan

    percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan termasuk

    mensukseskan program kelistrikan 35 GW;

    - Pemanfaatan energi baru dan terbarukan dapat mendukung penyediaan

    energi listrik, sehingga mempercepat pertumbuhan sektor rill,

    meningkatkan rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik di Kalimantan

    Barat. Selain itu pemanfaatan EBT adalah sebagai salah satu upaya

    mengurangi GRK yang menyebabkan perubahan iklim. Indonesia

    memiliki komitmen nasional untuk penurunan emisi gas rumah kaca

    (GRK) sebesar 29% pada Tahun 2030.

  • - Menyusun rencana pengembangan ketenagalistrikan yang terintegrasi

    dengan melibatkan berbagai pihak berdasarkan peraturan dan

    perundangan yang berlaku sebagai landasan implementasinya,

    diantaranya adalah Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang

    Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan yang intinya

    adalah upaya-upaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk

    memberikan jaminan kemudahan perizinan, keuangan serta lahan dalam

    pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK);

    - Membuka peluang investasi pembangunan infrastruktur

    ketenagalistrikan melalui promosi serta menciptakan iklim investasi

    yang kondusif;

    - Mengembangkan dan meningkatkan pemanfaatan energi alternatif (baru

    dan terbarukan) termasuk pemanfaatan sumberdaya uranium untuk

    PLTN dengan melibatkan berbagai pihak dan masyarakat.

    - Total rencana pembangunan pembangkit listrik di Provinsi Kalimantan

    Barat secara menyeluruh dan bertahap dari Tahun 2016 dan 2025

    sebesar 1.629 MW.

    - Total rencana pengembangan Gardu Induk secara menyeluruh dari

    Tahun 2016 – 2025 sebesar 1.830 MVA.

    - Total rencana perluasan jaringan transmisi 150 kV secara menyeluruh

    dari Tahun 2016 – 2025 sepanjang 3.346 kms.

    - Total rencana perluasan jaringan distribusi tegangan menengah

    sepanjang 2.093 kms dan jaringan distribusi tegangan rendah sebesar

    2.120 kms.

    - Rencana Perluasan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) di Tahun 2016

    sepanjang 194,8 kms (Kilometer sirkuit) dan perluasan jaringan

    tegangan rendah (JTR) sepanjang 133,2 kms (Kilometer Sirkuit) tersebar

    di 13 kabupaten/kota

    - Pembelian listrik dengan Malaysia sudah terjadi lama, melalui jalur

    Bengkayang, Mambong. PT. PLN (Persero) yang berada di Kalimantan

    Barat telah memperoleh listrik dari Malaysia sebesar 50 MW sejak 20

  • Januari 2016, tanggfal 9 Mei 2016 meningkat menjadi 75 MW, dan pada

    tanggal 16 Mei 2016 meningkat kembali menjadi 95 MW. Dan akan

    ditingkatkan lagi menjadi 120 MW. Hal in dikarenakan terdapat

    beberapa proyek-proyek infrastruktur ketenagalistrikan yang belum bisa

    diselesaikan (PLTU Kalbar 2 x 200 MW, PLTD Peaker, PLTU Bengkayang

    2x27,5 MW, PLTU Parit Baru 2 x 50 MW). Sedangkan PLTU Maurang

    - Impor listrik dari Malaysia dengan harga Rp1.200 kwh sesudah

    dikurskan dengan nilai jual ke masyarakat Kalbar hanya sekitar Rp900

    per kwh. Listrik Malaysia bersumber dari Pembangkit listrik tenaga air

    (PLTA). Sedangkan apabila dari PT. PLN (Persero) dengan menggunakan

    PLTD biaya pokok produksi sebesar Rp 2.800.

    - Terdapat masalah LPG 3 kg, terutama daerah terpencil, dan pulau-pulau

    mengalami kendala-kendala, baik dalam pendistribusian dan

    ketersediaan.

    - Tambang uranium dan emas masih belum dilakukan eksplorasi.

    Perizinan tambang banyak 248 izin telah dicabut.

    - Pembangunan smelter tidak perlu banyak, hanya 6 lokasi. Saat ini yang

    sudah berjalan yaitu PT, Antam Tbk, di Bengkayan dan PT. WHW.

    - Berkaitan dengan kehutanan, meminta kampong dayak yang telah

    mendiami perkampungan tersebut agar tidak diusik keberadaannya.

    Lokasi-lokasi tersebut perlu dilakukan survey secara baik di lapangan.

    - Permasalahan pertambangan yang memiliki luasan kecil seluas 1 ha

    hingga 5 ha, agar perijinan cukup di Bupati, bukan harus memperoleh

    izin dari Gubernur. Padahal merupakan pertambangan untuk rakyat,

    yang berupa pasir, batu timbun, dll.

    - Aspirasi Bupati Kapuas Hulu yaitu Bp Nasir, Lokasi Kabupaten Kapuas

    Hulu dari Pontianak perjalanan 18 jam. Dengan 234 ribu. Berbatasan

    langsung dengan Malaysia. Untuk daerah yang remote area perlu speed

    boat selama 2 hari 2 malam, dibangun PLTMH sesuai dengan debit air.

    Apabila tidak ada aliran sungai, maka akan dibangun PLTS. Di daerah

  • perbatasan, ketersediaan listrik lokasi yang sudah teralir listrik terdapat

    di ibukota kecamatan.

    - Ada 14 desa yang terdapat di hulu, baru 5 desa yang teraliri listrik. Di

    daerah Kapuas hulu harga LPG 3 kg sebesar 25 ribu rupiah.

    - Terkait UU Minerba meminta agar ada porsi kewenangan yang diberikan

    kepada ke Bupati.

    - Aspirasi Wakil Bupati Kubu Raya yaitu Bp. Harimaus, Kabupaten Kubu

    Raya merupakan wilayah yang baru. Terkait persoalan pertambangan,

    dengan terbitnya UU No.24 Tahuj 2014 tentang Pemerintah Daerah, ada

    kendala terkait pertambangan galian C. Berhubung kewenangan

    diberikan kepada Provinsi, maka terdapat kehilangan pemasukan daerah

    sebesar 5 Milliar. Dan Pemerintah Provinsi belum siap dalam menerima

    hal ini, yang berakibat penambang tidak membayar pajak. Terdapat 9

    kecamatan sudah teraliri listrik, namun 20 desa belum teraliri listrik.

    - Meminta dukungan dari Komisi VII DPR RI agar perkampungan-

    perkampungan suku dayak yang telah lama menempati kawasan hutan

    tersebut.

    - Aspirasi Wakil Bupati Bengkayang. Jalan mengalami kerusakan akibat

    aktifitas pertambangan yang mengangkut galian C di daerah pelosok.

    Kelistrikan tidak mengalami permasalahan. Terdapat perijinan tambang

    batu, dengan luas 2 Ha-3 Ha. Untuk memperoleh perijinan dari Gubernur.

    - Aspirasi Bupati Landak. Terdapat permasalahan terhadap tunggakan

    listrik sebesar 9,2 Miliiar pada 9 kecamatan. Meminta agar pembayaran

    dengan system pulsa bukan system meteran.

    - Retribusi tambang untuk galian C, menjadi hak bagi pemerintah daerah II

    Kabupaten/kota. Perizinan untuk sementara waktu akan diberikan oleh

    Provinsi.

    - BPH Migas, sudah koordinasi dengan mitra AKR. Ada beberapa kondisi

    yang ada 8 on/off, 1 tidak mendapat izin, 2 tidak diusulkan

    kembali/pembinaan, 7 beroperasi penuh, dan ada 4 yang baru diusulkan

    SPBN sekakap, anjungan, dan batangkrang.

  • - SPBN Sanghai, SPBN Sekadau, SPBN segedong. Karena ada harga BBM

    lebih murah dari BBM subsidi yang mengalir di provinsi Kalimantan

    Barat. AKR beralasan tidak laku BBM yang dijual.

    - Agen LPG 3 kg, perlu segera diterbitkan dalam waktu secepat-cepatnya

    agar kelangkaan LPG 3 Kg, dapat segera diatasi.

    - KLHK, saat ini sedang diproses proper yang memiliki payung hukum

    dengan Perpres. Saat ini sedang disiapkan draftnya.

    - Kemampuan pasok 330 MW, beban pucak 310 MW. Sanggau dan

    ketapang dalam kondisi siaga, kecukupan daya mash bisa diatasi. PLTU

    baru di ketapan, PLTU sanggau 2x7 MW sudah beroperasi, akan

    beroparsi MPP sebesar 4 x 25 MW.

    - Tunggakan di Kabupaten Landak saat ini tersisa sebesar 5,2 milliar.

    Gambar 1. Pertemuan dengan Gubernur dan Wakil Gubernur beserta

    jajarannya

    3.2. Kunjungan dan Pertemuan dengan Kepala LAPAN beserta

    jajarannya

    Dalam pertemuan ini dihadiri oleh Kepala LAPAN Prof. Thomas

    Djamaludin. Pertemuan dilaksanakan di balai pengamatan dirgantara,

  • Pontianak-Kalimantan Barat, dalam pertemuan ini diperoleh infomasi antara

    lain sebagai berikut:

    - Kompetensi utama LAPAN:

    1. SAINS ANTARIKSA DAN SAINS ATMOFER;

    2. TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

    3. PENGINDERAAN JAUH

    4. KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

    - 7 Program Utama LAPAN:

    1. Pengembangan Teknologi Satelit,

    2. Pengembangan Teknologi Aeronautika (Pesawat Transport dan

    Sistem Pemantau Maritim Berbasis Pesawat Tanpa Awak),

    3. Pengembangan Roket Sonda untuk Menjadi Roket Peluncur Satelit,

    4. Pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh,

    5. Pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional,

    6. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Dinamika Atmosfer

    Equator,

    7. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Cuaca Antariksa dan

    Observatorium Nasional).

    Gambar 2. Evaluasi Misi N219

  • Tabel 1. Aspek dan manfaat Pengembangan Teknologi Aeronautika

    No Aspek Manfaat

    1 Penyelematan Kemampuan Bangsa dalam Rancangbangun Pesawat

    1. Program ini telah menyerap 300 engineer baru yang siap menerima transfer teknologi/pengalaman dalam rancangbangun pesawat terbang dari para senior yang sedang dan akan pensiun

    2. Dalam dunia penerbangan/engineering, transfer teknologi hanya bisa dlakukan dengan program riel pengembangan produk aircraft

    2. Ekonomi 1. Program ini telah menghidupkan kembali PT. DI sebagai Aircraft Company, sekaligus menghidupkan rantai pekerjaan mulai dari suplier, DGAC, UKM dan terbentuknya INACOM sebagai wadah 38 UKM teknologi penerbangan untuk mensupplay komponen dalam rangka meningkatkan kandungan lokal, sekaligus menciptakan lapangan kerja

    2. Penghematan devisa negara dalam pengadaan pesawat terbang yg sejenis

    3. Peluang export pesawat terbang sejenis 3. Transportasi

    Memberi peluang penggunaan pesawat terbang buatan sendiri untuk membangun transportasi daerah tertinggal

    4. Memperkuat jaringan SDM Teknologi Penerbangan

    Industri adalah pilar utama kedirgantaraan, jika industri hidup, maka jaringan pendidikan penerbangan dan juga litbang terkait penerbangan akan bergairah kembali karena merupakan suatu rantai pengembangan teknologi penerbangan nasional.

    - Pengembangan sistem pendukung keputusan cuaca antariksa dan

    observarium nasional.

    Gambar 3. Rencana observarium yang akan dibangun di Gunung Timau-Nusa Tenggara Timur

  • Tabel 2. Aspek dan manfaat Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

    Cuaca Antariksa dan Observatorium Nasional

    No. Aspek Manfaat

    1 Mitigasi bencana keantariksaan

    Mendukung BNPB dan Basarnas, Meningkatkan sistem peringatan dini terkait cuaca

    antariksa dan benda jatuh antariksa 2 Daya saing nasional Kemandirian nasional dalam penyelenggaraan

    keantariksaan Peningkatan peran Indonesia dalam mitigasi

    bencana keantariksaan secara internasional 3 Pendidikan Penyediaan teknologi keantariksaan untuk dunia

    pendidikan, mendukung Kemendikbud. Meningkatkan kesadaran masyarakat (space

    awareness) NTT dan Nasional terhadap keantariksaan

    Gambar 4. Pertemuan dengan Kepala LAPAN beserta jajarannya.

    3.3. Pertemuan dengan Dirjen Migas, Dirjen EBTKE, Dirjen

    Ketenagalistrikan, Anggota Komite BPH Migas, Direksi PT.

    Pertamina (Persero), Direksi PT. PLN (Persero), beserta jajarannya

    Dalam pertemuan ini dihadiri oleh Dirjen Migas, Dirjen EBTKE, Dirjen

    Ketenagalistrikan, Anggota Komite BPH Migas, Direksi PT. Pertamina (Persero),

    Direksi PT. PLN (Persero). Pertemuan dilaksanakan di ruang rapat Hotel

  • Mercure-Kalimantan Barat, dalam pertemuan ini diperoleh infomasi antara lain

    sebagai berikut:

    - Sistem jaringan listrik di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia

    terinterkoneksi di 4 (Empat) titik yaitu di Kabupaten Sambas, Sanggau,

    Bengkayang dan Kapuas Hulu.

    - Kontrak pembelian listrik PLN dari Sarawak Malaysia mencapai 230 MW

    (Mega Watt) dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik dan mengurangi

    konsumsi pemakaian Bahan Bakar Minyak di sistem kelistrikan

    Kalimantan Barat.

    - Pembelian energi listrik dari Sesco Malaysia dimulai sejak 20 Januari

    2016 sebesar 50 MW flat, ditingkatkan menjadi 90 MW pada tanggal 16

    Mei 2016. Rencananya akan ditingkatkan menjadi 120 MW dan saat ini

    sedang dalam proses amandemen 3 terkait kontrak jual beli energi

    listrik.

    - Kesiapan pembelian energi listrik menjadi 230 MW bergantung dari 2

    sistem transmisi yaitu SUTET 500 kV dari Bakun – Mambong

    diperkirakan selesai di semester 1 Tahun 2017 yang merupakan sisi

    sistem transmisi dari SESCO Malaysia dan sistem 150 kV dari GI

    Bengkayang-GI Ngabang-GI Tayan yang diperkirakan selesai di semester

    2 Tahun 2017.

    - Harga pembelian energi listrik menggunakan mata uang ringgit Malaysia

    setara dengan Rp.1000,- + pajak bea barang impor 14% dan dijual ke

    konsumen dengan harga rata-rata sebesar Rp.900,-

    - Pendistribusian energi listrik dari kabupaten di perbatasan ke

    wilayah/desa tertinggal di empat kabupaten tersebut yang masih

    terkendala dengan keterbatasan panjang jaringan listrik PLN yang sudah

    ada (Eksisting) dan masih tergantung pembangkit listrik desa.

    - Untuk pemenuhan energi listrik di 2 (dua) sistem isolated yaitu Sajingan

    (kabupaten Sambas) dan Badau (Kabupaten Kapuas Hulu) dilakukan

    pembelian energi listrik skala kecil dari Sesco Malaysia sebesar 200 kVA

    dan 400 kVA.

  • - Untuk pemenuhan energi listrik di Entikong (Kabupaten Sanggau)

    dilakukan pembelian energi listrik sebesar 1500 kVA.

    - Tantangan rasio elektrfikasi di provinsi Kalimantan Barat: Lokasi desa-

    desa yang belum terlistriki jauh dari jaringan terdekat sehingga investasi

    untuk melistrikinya semakin besar, Akses pendukung infrastruktur pada

    musim tertentu sulit dicapai secara normal untuk men-supply bahan

    bakar dan material, dan Kerapatan penduduk per km² sangat rendah.

    - Langkah strategis dalam menumbuhkan investasi kelistrikan:

    a. Menawarkan kepada pemilik pembangkit swasta untuk menjual

    kelebihan produksi listrik ke PLN dengan skema Excess Power.

    b. Meningkatkan peranserta pihak swasta dan pemerintah daerah

    untuk berpartisipasi dalam pembangunan pembangkit dengan

    skema IPP baik untuk pembangkit EBT dan non EBT.

    - Rencana Aksi Pemenuhan Pasokan dan Antisipasi Terhadap Gangguan:

    1. Pemeliharaan mesin Pembangkit sesuai Jam Kerja dan Kondisi.

    2016 : - MI mesin PLTG Siantan

    - FYI PLTU Sanggau

    - TO, SO, MO PLTD

    2. Penambahan pembangkit di lokasi remote yang kekurangan daya

    (2016: penambahan mesin di 5 lokasi)

    3. Penambahan feeder untuk evakuasi daya dari Pembangkit dan

    Gardu Induk

    4. Pembersihan ROW Jaringan Distribusi & Transmisi

    5. Inspeksi untuk mengetahui kondisi aset jaringan yang terpasang

    6. Kerjasama dengan Pemda/Tokoh/Pemuka untuk mencegah

    penyebab gangguan pada Jaringan dari sisi Non Teknis.

    - Kuota Jenis BBM Tertentu (minyak solar) tahun 2016 di Kalbar sebesar

    295.849 KL, realisasi pendistribusiannya s.d September 2016 sebesar

    170.179 KL atau 57,52%;

  • - Kuota Jenis BBM Khusus Penugasan (bensin RON 88) tahun 2016 di

    Kalbar sebesar 600.551 KL, realisasi pendistribusiannya s.d September

    2016 sebesar 410.940 KL atau 68,43%;

    - Kuota LPG 3 Kg Tahun 2016 di Kalbar 120.073 MT, realisasi

    pendistribusiannya s.d September 2016 sebesar 79.332 MT (66,07%).

    Gambar 5. Data Kekuatan Armada Laut MOR VI Kalimantan

    - Kabupaten Melawi Provinsi Kalimantan Barat memerlukan penambahan

    SPBU untuk menjaga stok ketersediaan BBM. Sistem pendistribusian

    BBM dan system keagenan di PT. Pertamina (Persero) perlu untuk

    diperbaiki.

    - Tantangan & Masalah Pendistribusian BBM & LPG di Kalimantan Barat:

    1. Insfrastruktur Jalan menuju Jobber Sanggau. Kendala distribusi BBM

    & LPG menuju Jobber Sanggau yang memiliki insfrastruktur jalan

    yang kurang memadai dan tidak dapat dilewati saat musim hujan

    (unsafe condition).

    2. Perairan alur Sungai Masuk ke Pontianak. Seringnya kandas beberapa

    kapal logisitik/batu bara dikarenakan pendangkalan sungai tersebut,

    padatnya alur lalu lintas masuk dan keluar sungai mengakibatkan

    terganggunya kapal kapal suplai BBM/BBK pada saat akan masuk ke

    TBBM

  • - Provinsi Kalimantan Barat siap apabila dibangun Pembangkit Listrik

    Tenaga Nuklir (PLTN).

    - Untuk menjadi Negara maju, harus bisa menguasai teknologi antariksa

    dan nuklir. Kedua potensi itu berada di Provinsi Kalimantan Barat.

    Gambar 6. Pertemuan dengan Direksi PT. PLN (Persero) dan Direksi PT.

    Pertamina (Persero).

    3.4. Pertemuan dengan PT. WHW dan 10 (sepuluh) perusahaan

    pertambangan di Kalimantan Barat

    Dalam pertemuan ini dihadiri oleh pimpinan perusahaan pertambangan

    antara lain: PT. Aneka Tambang Tbk, PT Harita Prima Abadi Mineral, PT.

    Kendawangan Putra Lestari, PT. Mahkota Karya Utama, PT. Bintangar Maju

    Abadi, PT. Dinamika Sejahtera Mandiri, PT. Danpac Resources, PT. Persada

    Pratama Cemerlang, PT. Nusapati Nusantara, dan PT. Putra Alam Lestari.

    Pertemuan dilaksanakan di ruang pertemuan hotel Mercure- Pontianak,

    Kalimantan Barat, dalam pertemuan ini diperoleh infomasi antara lain sebagai

    berikut:

    - PT. WHW merupakan perusahaan asing yang berkolaborasi dengan

    perusahaan lokas yaitu Harita Group.

    - Harita Group memiliki perusahaan bijih besi sebanyak 3 perusahaan dan

    23 perusahaan bijih bauksit.

  • - PT. WHW memerlukan TKA agar dapat berinves secara nyaman di

    Indonesia.

    - PT. WHW memerlukan rasa keamanan, karena saat ini terdapat 200an

    orang tenaga kerja asing.

    - PT. WHW memerlukan kepastian terhadap permasalahan tanah, karena

    sering terjadi perselisihan kepemilikan tanah.

    - PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW).

    a. Lokasi proyek berada di dusun sungai tengar, desa mekar utama,

    kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang-Kalimantan Barat.

    b. Bidang usaha industry pembuatan logam dasar bukan besi (KBLI:

    24202)

    c. Rencana Investasi: Total sebesar Rp 12.553.831.695.007, tahap 1

    sebesar Rp 7.080.934.602.599, tahap 2 sebesar

    Rp. 5.472.897.092.408.

    d. Realisasi investasi TW IV 2015 adalah sebesar

    Rp 7.875.502.984.461,-

    e. Pembangkit listrik untuk kebutuhan sendiri sebesar 80 MW (target

    produksi 1 juta Ton/tahun)

    - Dukungan yang dibutuhkan oleh PT. WHW antara lain:

    a. Dibutuhkan iklim investasi yang kondusif.

    Stabilitas Kamtibmas di WIUP Khusus/penetapan Obyek Vital

    Nasional;

    Dukungan Pemerintah dalam regulasi dan fasilitasi sengketa

    tanah/lahan;

    Pemberantasan potensi pungutan liar dalam aspek perijinan;

    Dukungan penegakan hukum dari seluruh stakeholders.

    b. Komitmen implementasi “tax holiday”

    Nilai investasi PT. WHW – AR + kali lipat dari syarat minimal

    sebesar 1 Trillun Rupiah;

    Satu-satunya di Indonesia industry hilir (alumina refinery);

  • Bersifat pionir dan memiliki teknologi baru yang ramah

    lingkungan.

    - Proses amdal untuk PT. WHW, bahwa proses amdal dilakukan oleh

    Pemerintah Daerah Provinsi Kalbar melalui dinas BPKLD.

    - Dengan jumlah total Potensi Sumberdaya BAUKSIT secara keseluruhan

    sampai saat ini adalah 4.376.304.014 Ton dengan rincian :

    a. 1.129.154.090 Ton (Cadangan)

    b. 3.247.149.924 Ton (Sumberdaya)

    - Penyebaran BIJIH BAUKSIT di Kalimantan Barat membentuk “Lateritic

    Belt” yang meliputi 9 Wilayah Kabupaten/Kota yaitu :

    f. Kota Singkawang

    g. Kabupaten Bengkayang

    h. Kabupaten Pontianak

    i. Kabupaten Landak

    j. Kabupaten Sanggau

    k. Kabupaten Sekadau

    l. Kabupaten Kubu Raya

    m. Kabupaten Kayong Utara

    n. Kabupaten Ketapang

    - Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kalimantan

    Barat memberikan izin amdal, serta berharap rekomendasi-rekomendasi

    amdal akan dilakukan penanganan lebih lanjut seiring berjalannya

    pendirian perusahaan PT.WHW.

    - Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI memberikan rekomendasi

    Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kalimantan

    Barat agar mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku

    dalam pemberian izin amdal dan meminta agar dokumen amdal untuk

    dipublikasikan secara luas agar dapat diakses oleh masyarakat.

    - PT. Tayan Alumina Abadi (Mitra Makmur Sejahtera) belum berproduksi sedang

    mengurus izin di kementerian perindustrian. Partner dari china.

  • - PT. Dinamika Sejahtera Mandiri belum berproduksi sedang mengalami

    permasalahan keuangan.

    - 9 (Sembilan) perusahaan yang diundang sudah mengekspor bahan mentah (ore

    bauksit).

    - Produksi pada tahun 2011: 12,26 juta Ton dengan harga perkiraan rata-rata

    2011: 31,28 USD, Untuk tahun 2013 tercapai 58 juta ton produksi pada tahun

    2013 dengan harga perkiraan rata-rata sebesar 11,58,.

    - Di wilayah Kalimantan Barat sampai dengan bulan Oktober tahun 2016

    belum ada industri pengolahan bijih bauksit menjadi ALUMINA yang

    telah siap beroperasi penuh serta menampung seluruh produksi

    Bauksit pemegang IUP Operasi Produksi.

    - Adanya larangan mengekspor Bijih Bauksit (Raw Material) dan

    kewajiban untuk melakukan pengolahan bijih Bauksit menjadi ALUMINA

    apabila akan menjual/ekspor keluar negeri bagi pemegang IUP Operasi

    Produksi terhitung mulai 12 Pebruari 2014.

    - Diprediksi akan terdapat stock Produksi Bijih Bauksit yang tidak

    dapat dijual/dipasarkan (Ekspor). Sehingga kegiatan produksi

    perusahaan akan terhenti karena belum ada penampung atau pembeli

    dari dalam Negeri.

    - Adanya persoalan bagi Perusahaan pemegang IUP yang akan mendirikan

    Industri Pengolahan & Pemurnian bijih bauksit menjadi ALUMINA

    antara lain :

    a. Diperlukannya Pasokan sumber energi / Listrik yang cukup besar

    b. Banyaknya perusahaan pemegang IUP Komoditas Bauksit

    mempunyai cadangan yang tidak cukup atau layak apabila akan

    membangun Industri Alumina sendiri.

    b. Adanya areal Wilayah IUP yang dalam pemanfaatannya / Kegiatan

    Operasi Produksi wilayahnya tumpang tindih dengan sektor usaha

    lain atau terjadi pemanfaatan lahan ganda (Misal dengan sektor

    Perkebunan), sehingga diperlukan waktu yang cukup lama dalam

    menyelesaikannya.

  • a. Terdapat areal IUP prospek berada dalam Kawasan Hutan dan

    proses pinjam pakai Kawasan dari Kementerian Kehutanan

    memerlukan waktu yang lama

    - Bagi perusahaan pemegang IUP Eksplorasi maupun Operasi Produksi

    dengan komoditas bijih Bauksit yang ada di Kalimantan Barat dalam

    menyikapi UU Nomor 4 Tahun 2009 , PP Nomor 1 Tahun 2014 serta

    Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2014 , disarankan sebagai berikut:

    a. Agar segera mempercepat proses pembangunan Industri Pengolahan

    dan Pemurnian bijih Bauksit menjadi ALUMINA

    b. Mengadakan kerjasama dengan pemilik Industri ALUMINA di dalam

    negeri.

    c. Menjalin Kerjasama dengan pemegang IUP lain dalam rangka

    membangun Industri Alumina.

    d. Merencanakan Pembangunan Industri ALUMINA dengan pihak lain

    (INVESTOR).

    Gambar 7. Pertemuan dengan sepuluh perusahaan pertambangan

  • BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    Dalam kunjungan kerja di Provinsi Kalimantan Barat diperoleh

    kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

    1. Pemenuhan kebutuhan energi listrik dari energi fosil (BBM) harus

    dikurangi secara bertahap mengingat cadangannya semakin terbatas

    serta menghasilkan gas rumah kaca (GRK);

    2. Kondisi geografis di Kalimantan Barat, menyebabkan banyak daerah

    khususnya daerah perdesaan belum dapat dilayani oleh PT. PLN,

    sehingga kebutuhan energi listrik pada daerah-daerah tersebut dapat

    dipenuhi dari pemanfaatan sumber EBT yang tersedia di tempat;

    3. Percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan (PIK) adalah

    sesuatu yang tidak dapat ditunda, karena faktor ketersediaan energi

    listrik menjadi kunci untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian

    khususnya pada sektor riil di Kalbar, dalam rangka mewujudkan

    kesejahteraan masyarakat yang adil dan merataProvinsi Kalimantan

    adalah daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relative baik

    dan pada masa mendatang akan memerlukan energi listrik yang cukup

    besar untuk menggerakkan roda perekonomian;

    4. Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI menerima masukan untuk RUU

    Minerba bahwa untuk bahan galian C perizinan tidak perlu ke Gubernur,

    namun cukup hanya sampai pada Bupati/Walikota karena luasan

    wilayah hanya berkisar kurang dari 5 Ha.

    5. LAPAN memiliki rencana membangun observasi di NTT, Pengembangan

    Remote Sensing, pengembangan Teknologi Satelit, Roket Sonda untuk

    Menjadi Roket Peluncur Satelit, dan Sistem Pemantauan Bumi Nasional.

    Oleh karena itu Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI meminta agar

    LAPAN mengajukan usulan tersebut secara detil beserta anggaran yang

    diajukan dalam pembahasan APBN.

  • 6. Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI menyetujui usulan dari

    Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat untuk membangun Pembangkit

    Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Provinsi Kalimantan Barat.

    7. Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI memberikan rekomendasi

    Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kalimantan

    Barat agar mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku

    dalam pemberian izin amdal dan meminta agar dokumen amdal untuk

    dipublikasikan melalui website Pemda Provinsi Kalimantan Barat dan

    Website HARITA Group dapat diakses oleh masyarakat.

    8. Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI akan melakukan kunjungan

    spesifik ke Tanjung Pinang-Pulau Bintan untuk meninjau progress

    pembangunan smelter.

    9. Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI meminta agar HARITA Group

    agar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan tunggakan-tunggakan

    lainnya yang menjadi hak Negara untuk segera diselesaikan.

    10. Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI meminta agar perusahaan-

    perusahaan pertambangan memberikan data-data terkait dengan jumlah

    bahan tambang mentah (ore) yang diekspor sebelum Januari 2014.

  • BAB V PENUTUP

    Demikian Laporan Kegiatan Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke

    Provinsi Kalimantan Barat sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk

    ditindaklanjuti oleh Komisi VII DPR RI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

    khususnya fungsi pengawasan.

    Pontianak, 2 November 2016

    Tim Kunjungan Komisi VII DPR RI

    Ketua Tim,

    IR. H, MULYADI

    .

  • Lampiran: