kata pengantar - linacintaindonesia.files.wordpress.com · web viewbudaya jawa dan eksistensinya....
TRANSCRIPT
BUDAYA JAWA DAN EKSISTENSINYA
Oleh
Nurlina Wijaya KusumawatiA.410080051 (2008/2009)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTASURAKARTA
2009
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah ini. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Bahasa Indonesia semester dua FKIP Matematika Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Di dalam makalah ini kami membahas tentang Budaya Jawa dan
eksistensinya di dalam masyarakat Jawa saat ini. Karena mengingat sekaran
fenomena yang dapat kita saksikan yang menunjukkan semakin g ini banyak sekali
lunturnya kesadaran masyarakat terhadap budaya kita ini.
Makalah ini sudah barang tentu jauh dari sempurna. Kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Tidak luput kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kemaslahatan umum.
Penyusun
2
DAFTAR ISIHalaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................... 3
ABSTRAKSI ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................ 6
D. Luaran yang Diharapkan.................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka............ .................................................... 6
F. Metode Pendekatan........... .......................... .................... 7
G. Budaya Jawa dan Eksistensinya........................................ 7
H. Kesimpulan....... ................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 17
3
ABSTRAKSI
Di daerah Jawa Tengah segala macam bidang seni tumbuh dan berkembang
dengan baik, dan hal ini dapat kita saksikan pada peninggalan-peninggalan yang ada
sekarang.
Jawa Tengah yang merupakan salah satu dari sepuluh daerah tujuan wisata di
Indonesia dapat dengan mudah dijangkau dari segala penjuru baik darat, laut,
maupun udara.
Globalisasi berjalan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan tegnologi, di
samping membawa kemajuan di dalam pribadi pemuda dan setiap elemen
masyarakat, globalisasi juga memberikan dampak buruk terhadap sebuah budaya.
Eksistensi budaya menjadi terancam, sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap budaya mereka adalah tujuan yang paling utama.
Dengan adanya kesadaran dari masing-masing pribadi masyarakat akan dapat
sangat membantu tetap bertahannya budaya kita, karena kesadaran akan
menggerakkan hati mereka untuk mencintai budaya mereka. Dengan demikian, hal
tersebut akan mendorong mereka untuk selalu berusaha menjaga keberadaannya,
sehingga eksistensi budaya ini akan terus tetap terjaga.
Kata kunci : budaya, Jawa, eksistensi
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jawa adalah bagian dari kepulauan NKRI yang paling padat
penduduknya. Pulau Jawa itu sendiri terbagi menjadi provinsi Banten, Jawa
Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain padat
penduduknya, Jawa juga kaya akan khasanah budaya, karena dari masing-
masing provinsi tersebut memiliki budaya, tradisi, dan latar belakang yang
berbeda-beda.
Dewasa ini kelangsungan budaya di pulau Jawa semakin terancam
keberadannya, terlebih lagi dengan adanya modernisasi, globalisasi, dan
kemajuan teknologi maka mengakibatkan semakin mudah pula merasuknya
budaya asing yang sangat berpeluang merusak budaya tersebut.
Kini semakin terlihat dengan jelas bahwa tidak dapat dipungkiri budaya
kita kini semakin tersingkir. Pemuda lebih condong kepada budaya Barat dan
semakin jarang masyarakat yang peduli dengan budaya leluhur mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan seperti yang telah
dikemukakan di atas, perlu dicari jawab atas pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut
(1) Apakah budaya Jawa itu?
(2) Bagaimanakah eksistensinya sekarang ini?
(3) Apakah yang menyebabkan terancamnya eksistensi budaya Jawa?
(4) Langkah apa sajakah yang harus kita lakukan untuk tetap menjaga eksistensi
budaya Jawa?
5
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang budaya dan untuk membangkitkan semangat mereka untuk
mencintai budayanya.
D. Luaran yang Diharapkan
Makalah ini disusun supaya masyarakat lebih faham akan budaya Jawa
“Tengah” yang menjadi budaya leluhur mereka, selain itu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap budaya mereka adalah tujuan yang paling utama.
Dengan adanya kesadaran dari masing-masing pribadi masyarakat akan dapat
sangat membantu tetap bertahannya budaya kita, karena kesadaran akan
menggerakkan hati mereka untuk mencintai budaya mereka. Dengan demikian,
hal tersebut akan mendorong mereka untuk selalu berusaha menjaga
keberadaannya, sehingga eksistensi budaya ini akan terus tetap terjaga.
E. Tinjauan Pustaka
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi ( budi atau akal )
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan
pengalamannya dan menjadi landasan bagi tingkah lakunya.
Sebuah kebudayaan adalah milik bersama anggota masyarakat atau suatu
golongan sosial, yang penyebaran dan pewarisan kepada anggota-anggotanya
yakni kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan
menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan
maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh mereka).
6
Kejawen adalah peradaban yang terbentuk di Jawa merupakan aturan
moral yang terapi unsur-unsur religius. Bagi masyarakat Jawa, mitos adalah
sebuah sistem ide yang digunakan sebagai “cara untuk menjelaskan dunia”.
Digelar dua buah kongres untuk mengembalikan kejayan budaya Jawa.
Kongres yang pertama, kongres sastra Jawa (KSJ) diadakan di Solo (6-7 Juli
2009) . Kongres kedua , Kongres Bahasa Jawa (KBJ) digelar di jantung
peradaban Jawa, Yogyakarta (15-21 Juli 2009).
F. Metode Pendekatan
Untuk mencari penyelesaian dari rumusan masalah yang telah ada, maka
kami melakukan pengamatan terhadap problematika yang terjadi di masyarakat
melalui fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari dan dari internet. Dan untuk memberikan keluaran maka kami mencari
solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada.
G. Budaya Jawa dan Eksistensinya
1. Asal-Usul Budaya Jawa
“Dalam catatan Yunani, yang ditulis Claucius Ptolomeus (tahun 165
M) istilah labadiou (jawadwipa) digunakan untuk menyebut pulau Jawa, yang
mana kurang lebih artinya adalah sebuah pulau yang jauh terletak di tenggara
yang kaya akan beras .
Njowo digunakan sebagai sebuah ungkapan untuk mendefinisikan
tingkah laku seseorang, atau dengan kata lain njowo itu adalah mengerti;
paham; beretika sesuai dengan (budaya) Jawa .
Peradaban tertua di Indonesia yang tercatat dalam perjalan pelancong-
pelancong (dari Cina maupun pedagang India ) masa lalu adalah Sakanagara
(abad 1 M) sendiri terletak di pesisir barat Pulau Jawa, di sekitar daerah
Pandeglang. Dari komunitas ini kemudian lahirlah Taramarajuk (abad 4 M).
Sedangkan di bagian tengah Pulau Jawa, peradaban tertua di awali dengan
7
kerajaan Kalingga (abad 6 M). Kemudian untuk Pulau Jawa bagian timur ,
peradaban pertama yang dicatat adalah kerajaan Kanjuruhan dengan
ditemukannya prasasti Dinoyo (tahun 760) yang ditulis dengan huruf Jawa
Kuno (Kawi). Kemudian dilanjutkan dengan kerajaan yang didirikan oleh
Mpu Sendok, raja terakhir dari Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Mataram
pada abad 9 M, yang memindahkan ibukota kerajaan lebih ke timur di tepi
Sungai Brantas. Diduga karena bencana alam meletusnya gunung Merapi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan “peradaban tertua yang pernah
tercatat di Pulau Jawa dimulai dari barat ke timur”. Juga terdapat bentuk
sinkritisme yang paling pas dan harmonis antara ajaran teologi Islam-Hindu-
Buddha-dan Jawa”.
2. Macam –Macam Kesenian dalam Budaya Jawa
Budaya yang terdapat di pulau Jawa sangatlah beragam, namun di sini
kita akan membahas tentang budaya Jawa Tengah yang lebih dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan budaya Jawa. Jawa tengah adalah salah satu
provinsi di pulau Jawa yang memiliki budaya daerah yang sangat beragam.
Jawa Tengah yang merupakan salah satu dari sepuluh daerah tujuan
wisata di Indonesia dapat dengan mudah dijangkau dari segala penjuru baik
darat, laut, maupun udara. Provinsi ini juga telah melewati sejarah yang
panjang dari jaman purba hingga sekarang.
Di Jawa Tengah segala macam bidang seni tumbuh dan berkembang
dengan baik, dan hal ini dapat kita saksikan pada peninggalan-peninggalan
yang ada sekarang.
3. Seni Arsitektur Bangunan Jawa Tengah
Pembagunan Jawa Tengah pada umumnya bangunan induk serta
bangunan lain di seputarnya secara keseluruhan merupakan kompleks
perumahan yang dinamakan “Padepokan Jawa Tengah”, seni bangunan dari
jaman Sanjayawangsa dan Syailendrawangsa. Jawa Tengah juga dikenal
8
dengan sebutan “ The Island of Temples “ karena memang di Jawa Tengah
bertebaran candi-candi.
Pendopo Agung yang berbentuk “Joglo Trajumas”, atapnya yang luas
ditopang 4 Soko Guru (tiang pokok), 12 Soko Goco, dan 20 Soko Rowo.
Kesemuanya membuat penampilan bangunan itu berkesan “momot”, artinya
berkemampuan menampung segala hal, sesuai dengan fungsinya sebagai
tempat menerima tamu. Pendopo Agung dihubungkan dengan ruang
“pringgitan”, yang aslinya sebagai tempat pertunjukan ringgit atau wayang
kulit. Pringgitan ini berarsitektur limas. Bangunan lain adalah bentuk rumah
adat “ Joglo Tajuk Mangkurat”, “Joglo Pangrawit”, dan rumah bercorak
“Doro Gepak”.
4. Tarian Daerah Jawa Tengah
Tari Jawa memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakatnya.
Selain sebagai hiburan, beberapa tarian yang lainnya juga memiliki fungsi
sakral yaitu disajikan dalam pelantikan dan penghormatan raja-raja. Tarian
Jawa itu berwujud seni tari yang adiluhung , sakral , dan religius.Tari Jawa
tersebut banyak jenisnya. Tarian tersebut di antaranya sebagai berikut: (1)
tari Srimpi, (2) tari Bedaya Ketawang, (3) wireng, (4)prawirayudha, (5) dan
(6) tari Kuda-Kuda. Khusus di Mangkunegaran disebut tari Langendriyan ,
yang mengambil kisah Damarwulan .
Tari yang terkenal di Kraton Solo di antaranya adalah Srimpi dan
Bedaya Ketawang. Menurut kitab Wredhapradhangga yang dianggap sebagai
pencipta dari tari Bedaya Ketawang adalah Sultan Agung (1613-1645) yakni
yang menjabat sebagai raja pertama kerajaan Mataram. Tari ini tidak hanya
ditampilkan saat pelantikan raja namun juga ditampilkan setahun sekali ketika
hari-hari besar dan upacara kraton.
Rangakaian tari Bedaya Ketawang dan nama penarinya dengan
urutan sebagai berikut: Batak, Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit ngarep, Apit
mburi, Gulu, Dhada, dan Boncit.
9
Sementara Kraton Kasunanan Pakubuwono juga menciptakan tarian,
yaitu tari Srimpi. Tarian ini menggambarkan perang antara dua satria. Jenis
tari srimpi di antaranya: Srimpi Padelori, Andhong-andhong, Arjuna
Mangsah, Dhempel Sangopati, Elo-elo, Dempel, Gambir Sawit, Muncar,
Gandokusuma, dan Srimpi Lobong. Selain itu juga terdapat tarian Jawa
modern yang biasanya disajikan saat hajatan, di antaranya : (1) tari
Gambyong, (2) tari Merak, (3) tari Golek, (4) tari Gambiranom, (5) tari
Minak Jingggo, (6) tari Karonsih, (7) tari Gatotkaca Gandrung, dan lain-lain.
Tayub juga merupakan salah satu tarian Jawa yang biasa ditampilkan dalam
hajatan.
5. Seni Peran Ketoprak
Ketoprak adalah salah satu kebudayaan daerah Jawa Tengah, yang
mana kesenian ini diperankan oleh sekelompok orang dengan membawakan
peran dan karakter dari tokoh-tokoh dari kisah-kisah cerita rakyat dari Jawa.
Cerita yang sering diangkat dalam ketoprak adalah Ramayana dan
Mahabarata, yang kesemuanya bercerita tentang kebaikan akan selalu menang
melawan keangkaramurkaan.
Karena itulah sebabnya mengapa masyarakat Jawa memiliki sikap “andap
asor”, lemah-lembut, ramah-tamah, sopan-santun, dan penuh filosofi.
6. Wayang
Wayang adalah salah satu tradisi bercerita di Jawa Tengah yang masih
berlanjut hingga saat ini yang paling berkembang dan terkenal hingga ke
penjuru dunia.Wayang merupakan salah satu kesenian Jawa yang hingga
sekarang ini masih eksis.
Kesenian wayang sering disajikan dalam hajatan. Wayang tidak jauh
berbeda dengan ketoprak. Jika ketoprak diperankan oleh manusia, sementara
tokoh-tokoh cerita dalam wayang diperankan dengan properti yang disebut
wayang itu sendiri yakni sejenis miniatur dengan bentuk sosok manusia yang
10
digambarkan sesuai dengan sifatnya dan berbahan dari kulit . Wayang
dijalankan oleh seorang dhalang.
Beberapa alat yang digunakan dalam pewayangan di antaranya adalah:
“kelir” (background dalam bentuk layar yang berupa kain berwarna putih),
“blencong” (sejenis lampu yng digunakan untuk menambah kesan untuk
menguatkan suasana dari jalan ceritanya), “debog” (batang pisang yang
digunakan sebagai tempat untuk menancapkan wayang-wayang yang hendak
dimainkan), “cempala” dan “kepyak” (sejenis alat untuk menciptakan suara
pengiring saat wayang dijalankan).
7. Lagu Daerah Jawa Tengah
Budaya Intelektual di tanah Jawa pada masa lalu ternyata sudah dapat
dikatakan tinggi, hal ini terbukti banyak karya-karya sastra yang ditulis,
meskipun berbentuk tembang (sastra sekar) macapat yang juga ternyata
memiliki aturan-aturan baku , yang kalau kita pelajari akan tampak nilai-nilai
intelektualitas yang tinggi.
Ciri lain yang menonjol dari karya-karya itu adalah nilai mistiknya,
sehingga membaca karya mereka seakan kita hanya akan mengungkap
khasanah mitos yang tidak rasional. Padahal jika diperhatikan secara seksama
banyak dari karya mereka yang mengandung informasi yang meyakinkan.
Jawa Tengah memiliki lagu daerah, yang dibagi atas : (1) tembang
dolanan(Ilir-Ilir, Cublak-Cublak Suweng, Gundhul Pacul, dan lain-lain), (2)
tembang macapat (Maskumambang, Pocung, Gambuh, Megatruh, Mijil,
Kinanthi, Durma, Pangkur, Asmaradana, Sinom, dan Dhandanggula), dan (3)
gendhing Jawa kreasi (modern).
8. Kesenian Musik Jawa Tengah
Musik Jawa yang disebut gamelan sering digunakan untuk mengiringi
gendhing-gendhing dan tari , terdiri atas gender,demung, bonang, bonang
penerus, gambang, gong, kempul, kethuk, kenong, saron, peking, siter, rebab,
suling, dan kendhang. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, yang
11
menuntun suara adalah rebab sementara yang menuntun “sampak” (Tempo)
adalah kendhang.
Gamelan Jawa itu adalah salah satu corak gamelan yang eksis di Jawa
Tengah dan Yoyakarta dan sebagian Jawa Timur. Musik gamelan Jawa
berbeda dengan gamelan dari daerah lainnya. Jika gamelan Jawa pada
umumnya mempunyai nada lembut dan menggunakan tempo lebih lambat,
berbeda dengan gamelan Bali yang mempunyai tempo lebih cepat dan
gamelan Sundha yang mana musiknya mendayu-dayu serta didominasi
dengan suara seruling.
Gamelan Jawa juga mempunyai aturan-aturan yang sudah baku di
antaranya terdiri atas beberapa “puteran dan pathet” (tinggi rendahnya nada).
Juga ada aturan “sampak” (tempo) dan “gongan” (melodi) yang kesemuanya
terdiri atas empat nada. Sementara yang memainkan gamelan disebut
“Panayagan” atau “nayaga” dan yang menyanyi disebut “pesinden”
(wiraswara atau swarawati).
9. Bahasa Daerah Jawa Tengah
Kebudayaan Jawa yang paling melekat dalam pribadi setiap
masyarakatnya adalah bahasa Jawa. Setiap hari di mana saja dan kapan saja
mereka selalu menerapkannya. Dari anak kecil hingga orang dewasa dapat
menggunakannya dengan fasih, meskipun hanya sebagian kecil dari mereka
yang benar-benar menguasai bahasa Jawa tersebut, karena bahasa jawa
memiliki tingkatan-tingkatan dalam penggunaanya. Tingkatan-tingkatan
tersebut menyebabkan tidak semua dari mereka dapat menguasai dengan baik.
Bahasa Jawa terdiri atas bahasa krama inggil, krama alus , krama lugu, krama
madya, dan ngoko.
Krama inggil biasanya digunakan sebagai bahasa para MC hajatan,
krama alus digunakan saat berbicara dengan orang yang dihormati, sedangkan
ngoko digunakan dalam perbincangan antara orang-orang dekat atau biasa
digunakan oleh para orang tua untuk berbicara dengan anak-anak mereka,
12
atau oleh orang dewasa kepada orang-orang usia di bawah mereka dan dialog
antara teman sebaya. Keanekaragaman ini menambah kekayaan budaya Jawa,
namun hal ini juga justru menjadikan masyarakatnya enggan untuk
menerapkannya.
10. Eksistensi Budaya Jawa
Di balik kekayaan dan keagungan budaya Jawa, kelangsungan
budaya Jawa kini semakin terancam punah. Semakin sedikit pula
masyarakatnya yang sadar akan kebudayaan itu sendiri. Sebagian besar dari
mereka juga kurang mengenal dengan baik budayanya tersebut, hal ini
mengakibatkan semakin rendahnya kesadaran mereka akan budaya serta
keinginan untuk menjaganya juga semakin rendah.
Hal ini terbukti, karena banyak dari mereka yang tidak mengerti dan
tidak mau tahu akan budayanya sendiri, lebih senang dengan budaya asing
yang dianggap “keren”.Banyak dari kalangan masyarakat yang lebih suka
mengenakan produk asing, mengembangkan pemikiran asing yang dianggap
modern, dan hal ini juga melanda pada bahasa yang mereka pergunakan
dalam berkomunikasi. Kenyataan yang terjadi sekarang ini adalah, banyak
dari pemuda daerah yang lupa akan budaya mereka. Banyak dari remaja
yang tidak lagi menguasai bahasa Jawa dengan baik.
Semakin lama Budaya Jawa semakin tergerus oleh jaman , terlihat
dari sebuah fakta bahkan atau mungkin kita mengalami sendiri saat guru
mengajari tembang Jawa justru ditertawakan oleh murid-muridnya.Sebagian
orang menganggap menguasai budaya bukanlah hal yang penting, mereka
menganggap ini adalah hal yang usang dan kuno , dan menghambat
kemajuan.
11. Yang Menyebabkan Lunturnya Budaya Jawa
Globalisasi berjalan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan
tegnologi, di samping membawa kemajuan di dalam pribadi pemuda dan
setiap elemen masyarakat, globalisasi juga memberikan dampak buruk pada
13
budaya. Eksistensi budaya menjadi terancam, karena masyarakat yang
merasakan kemajuan jaman selalu beranggapan bahwa budaya daerah
tidaklah penting karena yang ada dalam otak mereka adalah bagaimana
caranya dapat terus mengikuti kemajuan iptek yang terjadi.
Ironinya bukan hanya sekedar memberi dampak buruk terhadap
sikap masyarakat, namun juga merasuk ke dalam jiwa mereka kemudian
tertanam kukuh dan kemudian menguasai mereka. Sehingga mengalahkan
kesadaran mereka dalam berbudaya.
Salah satu penyebab utama yang lainnya adalah karena pemerintah
tidak lagi memasukkan pendidikan bahasa Jawa ke dalam kurikulum
pendidikan 1975. Barulah sepuluh tahun kemudian terasa mengapa pemuda
tidak dapat menguasai budaya Jawa dan tata krama Jawa.Namun, di sisi lain
tidak sedikit warga negara asing yang kagum akan budaya Jawa dan sangat
antosias serta berlomba-lomba untuk bisa dan belajar budaya Jawa.
Memang sebuah kenyataan pahit yang harus diterima. Namun hal
tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja. Rasa bangga tidak cukup hanya
diucapakan di bibir saja, namun harus dibuktikan dengan tindakan nyata,
yaitu kita wajib menjaga dan melestarikan budaya kita.
Rupanya karena eksistensi budaya Jawa yang semakin
menhawatirkan keadannya ini, digelar dua buah kongres untuk
mengembalikan kejayannya. Kongres yang pertama, kongres sastra Jawa
(KSJ) diadakan di Solo (6-7 Juli 2009) .
Meskipun belum dapat menghasilkan hasil-hasil yang lebik kongkrit,
delapan puluh sastrawan Jawa yang hadir nampak cukup puas. Kongres
kedua , Kongres Bahasa Jawa (KBJ) digelar di jantung peradaban Jawa,
Yogyakarta (15-21 Juli 2009).
Budaya adalah sebuah identitas yang akan membuat kita bertahan.
Bertahan bukan dengan melawan tetapi dengan menerima. Menerima
beragam berbedaan yang akan selalu hadir dalam perputaran jaman. Dan
14
masih ada harapan , karena masih banyak anak-anak yang belajar tentang
budaya mereka.Dan mereka akan belajar banyak melalui kisah-kisah heroic
yang akan mempengaruhi keputusan mereka kelak.
Banyak cara yang dapat kita tempuh.Memang tidak sedikit dana
yang dibutuhkan dalam hal ini, tetapi jika harus dibayar mahal dengan
musnahnya sebuah budaya itu tidaklah akan sepadan.
Dengan mendirikan sanggar-sanggar akan sangat membantu dalam
menjaga kelangsun gan budaya ini. Menumbuhkan minat masyarakat adalah
langkah awal yang harus kita kerjakan. Selanjutnya akan menjadi pekerjaan
rumah bagi kita semua, yakni turut ambil bagian di dalamnya.
Bagi yang memiliki kemampuan lebih dapat menyumbangkan
tenaganya sebagai pelatih dalam sanggar tari misalnya. Sebagai guru vokal,
kita juga dapat melestarikan budaya dengan cara mengajarkan tembang-
tembang Jawa dalam kelas.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melestarikan budaya ini
dengan cara menerapkan bahasa Jawa dengan baik dan benar.Di dalam
lingkungan sekolah dengan cara menyisipkan mata pelajaran Bahasa Jawa
adalah sebuah langkah yang tepat. Karena mau tidak mau seorang siswa
akan dituntut untuk belajar budaya Jawa ini.
Kita jangan mau kalah dengan orang-orang asing yang antosias
mempelajari budaya kita, karena kalau kita sampai terlena maka hal ini
justru akan menjadi bumerang bagi kita semua. Sebuah fakta Reog
Ponorogo kebudayaan asli Jawa Timur dihak patenkan oleh Malaysia, dan
masih banyak hal-hal kecil lainnya yang seharusnya ini menjadi suatu
kebanggaan bagi kita.
Dulu kita harus kehilangan yaitu tempe yang diakui oleh Jepang,
Reog oleh Malaysia, dan masih banyak identitas kita yang terampas. Ini
adalah suatu hinaan dan pukulan keras bagi kita. Oleh karena itu kita harus
menjaga jangan sampai hal ini terulang lagi untuk kedua kalinya.
15
Ada peribahasa “ Tak ada gading yang tak retak “, ini adalah
peribahasa yang tepat untuk menggambarkan keadaan budaya kita sekarang
ini. Namun jika dirawat gading yang retakpun dapat dipakai sebagai hiasan,
Begitu pula dengan budaya, jika kita penuh kesadaran dan keikhlasan
menjaga kelangsungannya maka budaya ini akan tetap terjaga
kelestariannya, keindahan, serta kekhasanahannya sehingga dapat kita
nikmati hingga akhir nanti.
Jadikan budaya ini untuk terus dan tetap eksis, sehingga generasi
penerus kita akan tetap dapat menikmati budaya yang elok, agung, dan
mempesona ini. Kita harus bangga memiliki budaya ini, karena budaya
tidak hanya tersohor hingga ke penjuru dunia, tetapi juga merupakan aset
yang begitu luar biasa.
Setiap kebudayaan tanpa ditopang oleh kekuasaan politik tidak akan
bertahan. Sebaliknya kekuasaan politik membutuhkan identas. Dengan
memanfaatkan kebudayaan tertentu , sebuah rezim kekuasaan memiliki
identitas . Di sini kebudayaan menjadi alat kekuasaan.Sehingga campur
tangan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini.
H. Kesimpulan
Dengan mengetahui dan memahami budayanya, maka masyarakat akan
tergerak hatinya untuk mencintai dan menjaga budaya mereka. Jika rasa
memiliki telah tumbuh, maka mereka tidak akan pernah mau kehilangan
budayanya. Sehingga mereka akan berusaha dengan keras untuk menjaga
budayanya tersebut dari segala hal yang mengancam keberadaan budaya tersebut
dan mereka akan selalu berusaha untuk melestarikannya.
Kita harus berupaya keras untuk mencari jalan keluar dari permasalahan
ini, sehingga kita semua dapat terus menjaga kelestariannya. Dengan demikian
generasi penerus kita masih dapat menikmati budaya yang elok ini.
Sehingga kekhasanahan budaya bangsa ini juga akan tetap terjaga hingga
akhir nanti. Karena menjaga budaya daerah sama halnya dengan nenjaga budaya
16
negeri ini. Dan hal ini adalah salah satu perwujudan kecintaan kita kepada tanah
air.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1978. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta : Balai Pustaka
Maruti,Retno.2009. Asal-Usul Budaya Jawa.http://www.tokohindonesia.com[ 8 Mei 2009]Nasukha, Yaqub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah.
Surakarta : Penerbit Media Perkasa
Yudiono, K.S. 1984. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah.
Semarang : Universitas Diponegoro
17
18