kata pengantar - bimpapah.com · tanaman buah jeruk yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah rusak...
TRANSCRIPT
i Panduan Pascapanen Jeruk
KATA PENGANTAR
Indonesia memiliki beragam jenis buah-buahan yang menjadi
andalan salah satunya adalah buah jeruk. Mutu buah jeruk dapat
mengalami penurunan setelah panen, sehingga diperlukan
penanganan pascapanen yang baik dan benar.
Penanganan pascapanen yang baik dan benar (Good Handling
Practices/GHP) pada buah jeruk merupakan salah satu mata rantai
dalam pencapaian standar mutu yang ditetapkan oleh konsumen di
pasar domestik atau internasional. Penanganan pascapanen
tanaman buah jeruk yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah
rusak bertujuan untuk memberikan nilai tambah pada produk,
mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-
perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan.
Beragamnya jenis dan karakteristik buah yang ditangani membawa
dampak terhadap variasi teknologi yang digunakan dalam
pascapanen buah. Salah satu hambatan yang dihadapi dalam
penerapan pascapanen buah khususnya jeruk antara lain masih
minimnya panduan pascapanen buah jeruk yang tersedia.
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu Buku Panduan
Pascapanen Buah Perdu seri Buah Jeruk.
ii Panduan Pascapanen Jeruk
Kami menyadari bahwa buku panduan pascapanen buah perdu
seri jeruk ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan substansi dan
penyajiannya akan sangat kami hargai. Akhirnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian buku panduan ini, kami
menyampaikan terima kasih.
Jakarta, Juli 2013
Ir. Rahman Pinem, MM
iii Panduan Pascapanen Jeruk
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... iv
I. Pendahuluan ....................................................................... 1
II. Definisi dan Ruang Lingkup ................................................. 2
2. 1. Definisi ............................................................................ 2
2.2. Ruang Lingkup ................................................................ 3
2.3. Tujuan .............................................................................. 4
2.4. Karakteristik Spesifik Komoditas ..................................... 4
2.5. Potensi Penyebab Kerusakan Buah Jeruk ...................... 6
III. Penanganan Pascapanen Jeruk ....................................... 8
IV. Kegiatan Penanganan Pascapanen ................................. 9
4.1. Panen............................................................................ 9
4.2. Pascapanen ................................................................ 11
V. Penutup ............................................................................. 27
iv Panduan Pascapanen Jeruk
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jeruk ............................................................................ 1
Gambar 2. Contoh kerusakan pada buah jeruk ............................. 8
Gambar 3. Alur Penanganan Pascapanen Buah Jeruk.................. 9
Gambar 4. Panen jeruk oleh petani ............................................. 11
Gambar 5. Buah jeruk yang harus disortasi ................................. 13
Gambar 6. Sortasi jeruk di tempat pengumpulan sementara. ...... 13
Gambar 7. Pembersihan Buah Jeruk ........................................... 14
Gambar 8. Penguningan jeruk ..................................................... 17
Gambar 9. Pelabelan pada buah jeruk ........................................ 18
Gambar 10. Grading buah jeruk .................................................. 19
Gambar 11. Beberapa Contoh Kemasan Jeruk. .......................... 25
Gambar 12. Pemasaran jeruk di pasar tradisional ....................... 26
1 Panduan Pascapanen Jeruk
I. Pendahuluan
Jeruk merupakan salah satu komoditas buah andalan di
Indonesia. Varietas jeruk yang banyak dibudidayakan di
Indonesia adalah jeruk siam dan jeruk keprok. Berdasarkan
data statistik tahun 2011, jumlah tanaman jeruk menghasilkan
telah mencapai 18.870.119 pohon dengan total produksi
mencapai 1.721.252 ton.
Gambar 1. Jeruk
Salah satu permasalahan dalam agribisnis jeruk di Indonesia
adalah rendahnya mutu buah yang dihasilkan. Indikator
rendahnya mutu antara lain terlihat dari penampilan buahnya
yang kurang menarik, burik dan kusam pada kulit buah,
ukuran dan tingkat kematangan buah jeruk yang tidak
seragam sehingga menjadi kalah bersaing terhadap
penampilan jeruk impor yang umumnya memiliki penampilan
menarik, berkulit mengkilap, berwarna cerah dan ukuran
2 Panduan Pascapanen Jeruk
seragam dengan cita rasa yang disenangi konsumen. Hal ini
disebabkan cara budidaya dan pascapanen yang diterapkan
petani masih belum sepenuhnya sesuai dengan cara
budidaya yang baik (Good Agricultural Practices) dan cara
penanganan pascapanen yang baik (Good Handling
Practices) .
Secara sederhana, konsumen menilai mutu buah jeruk
berdasarkan tiga aspek terutama yang mencakup harga,
penampilan dan rasa. Harga yang kompetitif dapat dicapai
melalui efisiensi produksi dan pengurangan kehilangan hasil.
Penampilan sendiri dinilai dari keseragaman terhadap warna
buah, kecerahan dan kebersihan kulit buah, dan bentuk serta
ukuran buah jeruk yang akan dibeli. Komponen penilai
berikutnya adalah rasa serta kandungan air dari buah jeruk itu
sendiri. Memperhatikan kondisi tersebut, maka diperlukan
upaya penerapan GAP dan GHP secara simultan agar
produsen jeruk dapat memenuhi persyaratan konsumen
sehingga memiliki daya saing jual yang lebih baik.
II. Definisi dan Ruang Lingkup
2. 1. Definisi Good Handling Practices (GHP) adalah norma penanganan
pascapanen produk pertanian yang baik untuk memberikan
jaminan mutu dan keamanan pangan terhadap produk yang
dihasilkan.
3 Panduan Pascapanen Jeruk
Pascapanen buah jeruk merupakan rangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mempertahankan mutu buah jeruk
setelah panen dan meningkatkan daya saing dengan
mengacu pada Good Handling Practices (GHP).
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pascapanen
adalah suatu dokumen pribadi petani/ pelaku usaha yang
berisi uraian tentang tahapan proses pekerjaan yang terdiri
dari serangkaian atau beberapa kegiatan yang dilaksanakan.
Cara Penanganan Pascapanen buah yang baik terdapat pada
Undang-undang Penanganan Hortikultura yaitu UU No. 12
/1992 pasal 31 didukung UU hortikultura no. 13 tahun 2010.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam penanganan pascapanen
meliputi pemanenan, pembersihan, penyortiran, pengkelasan,
pengemasan, pelabelan dan penyimpanan.
2.2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penanganan pascapanen terdiri dari
persyaratan manajemen, persyaratan teknis, dan persyaratan
sarana dan prasarana. Persyaratan – persyaratan tersebut
tercakup dalam unsur-unsur GHP meliputi lokasi, bangunan,
fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan perlakuan, proses
penanganan, pengemasan dan pelabelan, produk akhir,
penyimpanan, pengendalian hama dan penyakit pascapanen,
tenaga pelaksana, pengangkutan dan distribusi, serta
pengawasan dan pembinaan.
Penanganan pascapanen buah jeruk pada umumnya meliputi
aspek ;
4 Panduan Pascapanen Jeruk
• Panen
• Sortasi
• Pembersihan buah
• Perlakuan tambahan
• Pengkelasan/ Grading
• Pengemasan
• Penyimpanan sementara
• Pengangkutan
2.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan buku panduan pascapanen buah
jeruk adalah untuk memberikan panduan bagi petani/
kelompok tani atau pelaku usaha agribisnis jeruk untuk
meningkatkan daya jual buah yang dihasilkan melalui
penerapan pascapanen buah jeruk yang baik sehingga
mendapatkan produk yang memenuhi standar mutu, untuk
menjawab permintaan pasar yang terus meningkat.
2.4. Karakteristik Spesifik Komoditas
Buah jeruk merupakan buah non klimaterik yaitu buah yang
harus dipanen pada saat masak penuh atau siap konsumsi,
karena tidak ada peningkatan fase pematangan pada buah
setelah petik. Buah non-klimaterik tidak menunjukkan
peningkatan laju produksi etilen dan CO2 setelah dipanen.
Produksi etilen buah jeruk sangat rendah, yaitu kurang dari
0,1 µL/kg per jam pada suhu 20ºC.
5 Panduan Pascapanen Jeruk
Jeruk tergolong buah yang laju respirasinya rendah, yaitu 5 –
10 mg CO2/kg per jam pada kisaran suhu 5ºC. Jeruk matang
memiliki kadar air 77 – 92 % dan kadar gula sekitar 12%,
serta mengandung 1 – 2 % asam sitrat dan mungkin
mengandung asam tartarat, malat dan oksalat dalam jumlah
kecil. Kadar gula buah jeruk matang berkisar 9 – 13 (º brix),
tergantung pada masing-masing varietas buah jeruk.
Jeruk yang banyak dibudidayakan dan diperdagangkan di
Indonesia ialah jeruk siam dan jeruk keprok. Perbedaan
utama dari kedua kelompok ini adalah kulit buah jeruk keprok
berwarna hijau cerah dan relatif tipis. Ciri lain adalah rasa
pahit getir bila buah segera dikonsumsi setelah petik.
Sementara jeruk siam umumnya dibudidayakan di dataran
rendah, walaupun juga dapat dibudidayakan di dataran tinggi.
Jeruk siam yang dibudidayakan di dataran tinggi umumnya
memiliki kulit tebal dan berwarna kuning. Sedangkan ciri khas
jeruk keprok atau mandarin adalah aroma yang kuat saat kulit
buah dikupas, mudah dikupas, warna kulit cerah, kulit buah
agak berpori, tahan untuk ditransportasi, dan tidak
meninggalkan rasa pahit walaupun dikonsumsi segera
setelah panen. Jeruk keprok umumnya sesuai untuk dataran
tinggi. Karakteristik beberapa jenis buah jeruk Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.
6 Panduan Pascapanen Jeruk
Tabel 1. Karakteristik Beberapa Jenis Buah Jeruk Lokal
Karakteristik Jeruk Siem
Madu1
Jeruk Keprok
(Batu)2
Berat Perbuah (g) 79.19 120.68
Diameter 6.00 6.65
Kekerasan 1.03 2.42
Total Asam (%) 0.51 0.52
Total Padatan Terlarut
(ºBrix)
11.5 - 13 11.0
Vitamin C (mg/100 g) 70.10 38.21
Penampakan Warna Kuning-
oranye terdapat
bercak coklat
Hijau-
kekuningan
Rasa Didominasi rasa
manis dan
sedikit asam
Rasa manis
dengan sedikit
asam (Segar)
Sumber : 1Napitupulu et al. (1990), 2Wijadi dan Winarno (1987).
2.5. Potensi Penyebab Kerusakan Buah Jeruk
Buah jeruk sebagai salah satu komoditas hortikultura memiliki
sifat mudah rusak. Buah jeruk segar setelah dipetik masih
melangsungkan proses fisiologis yang dapat menurunkan
mutu kesegaran buah yang dapat dilihat dari penampakan,
susut bobot dan penurunan nilai gizinya.
Aktivitas panen dan penanganan yang kurang tepat, sortasi
yang tidak baik, pengemasan dan pengepakan,
pengangkutan dan penyimpanan yang kurang diperhatikan
serta adanya serangan hama dan penyakit dapat
7 Panduan Pascapanen Jeruk
menyebabkan kerusakan buah jeruk. Kerusakan pada saat
panen dapat menjadi masalah yang serius, karena kerusakan
tersebut mempercepat pembusukan buah jeruk, susut bobot
dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang
berakibat pada cepatnya kemunduran produk.
Penyebab kerusakan buah antara lain :
1. Mekanis
Kerusakan Mekanis disebabkan oleh benturan, gesekan,
dan kontak fisik yang terjadi pada saat panen dan
pascapanen.
2. Fisiologis
Kerusakan fisiologis disebabkan oleh pengaruh suhu
ekstrim, kelembaban dan keseimbangan antara gas O2
dan CO2.
3. Kimiawi
Kerusakan kimiawi disebabkan oleh pengaruh bahan
kimia (pestisida dan pupuk an-organik).
4. Biologis
Kerusakan biologis disebabkan oleh pengaruh bakteri,
jamur, virus, serangga dan organisme pengganggu
lainnya.
8 Panduan Pascapanen Jeruk
Gambar 2. Contoh kerusakan pada buah jeruk
III. Penanganan Pascapanen Jeruk
Penanganan pascapanen dapat dilakukan oleh setiap bagian
dari rantai pasok, mulai petani, kelompok tani, gapoktan,
maupun pengumpul bahkan pemasok. Oleh karenanya,
perlakuan penanganan pascapanen pada setiap bagian
tersebut akan berbeda dan sangat dipengaruhi oleh tujuan
dan motivasi pelaku. Satu hal yang perlu diingat adalah,
semakin efisien dan efektif penanganan pascapanen yang
dilakukan, maka semakin rendah potensi kerusakan atau
kehilangan pascapanen buah. Di lain pihak penampilan buah
jeruk yang menarik tidak akan dapat diperoleh bila buah
dipetik bukan pada tingkat kematangan optimal.
Penanganan pacapanen pada buah jeruk umumnya meliputi;
pemanenan, sortasi, pencucian, pengeringan, pelabelan,
pengkelasan (grading), penyimpanan, pengemasan dan
pengangkutan (distribusi). Perlakuan tambahan yang dapat
9 Panduan Pascapanen Jeruk
diterapkan untuk menambah nilai atau daya saing buah jeruk
adalah pelilinan dan penguningan. Hal ini sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Alur Penanganan Pascapanen Buah Jeruk.
IV. Kegiatan Penanganan Pascapanen Jeruk
4.1. Panen
Pemanenan buah sangat berpengaruh terhadap mutu buah
yang dihasilkan. Oleh karena itu, buah jeruk harus dipanen
pada saat kematangan yang tepat. Petunjuk atau tanda
kematangan pada jeruk dapat dilihat dari ciri-ciri fisik
10 Panduan Pascapanen Jeruk
buahnya. Ciri – ciri buah jeruk matang antara lain ; warna kulit
buah sudah hijau kekuning-kuningan dan bagian bawah buah
bila ditekan terasa agak empuk dan berongga.
Proses kematangan buah jeruk ditandai oleh perubahan
warna kulit, rasa menjadi lebih manis, rasa asam/ hambar
berkurang, dan kadar jusnya meningkat maksimum kemudian
menurun lagi. Jeruk yang matang dapat ditandai oleh kadar
jus dan rasio total padatan terlarut/ TPT (dalam ºBrix) dengan
persentase asam sitrat bebas air dalam jus. Buah jeruk siap
dipanen bila kandungan jusnya 33 – 40% dan nilai TPT nya
10 - 12º Brix (Anonim, 2004).
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan panen
jeruk antara lain ;
▪ Melihat catatan umur buah dan penggunaan pestisida
terakhir
▪ Alat panen yang digunakan harus dalam keadaan bersih.
Pembersihan alat dapat menggunakan klorox.
▪ Usahakan tidak memanen pada saat hujan/ udara masih
berembun. Buah jeruk mudah menjadi rusak apabila
dipetik dalam keadaan basah. Kulit buah jeruk dapat
membengkak sewaktu basah dan mudah menjadi memar
atau tergores. Selain itu, pemanenan dalam keadaan
kering dapat menurunkan resiko kontaminasi.
▪ Sisakan tangkai buah sesedikit mungkin (rata dengan
permukaan buah) agar tidak melukai buah lainnya.
▪ Menggunakan keranjang panen sesuai kapasitas agar
buah jeruk terhindar dari kerusakan mekanis.
11 Panduan Pascapanen Jeruk
Gambar 4. Panen jeruk oleh petani
4.2. Pascapanen
4.2.1. Pengangkutan dari kebun ke bangsal pascapanen
Pindahkan hasil panen ke bangsal pascapanen untuk
mendapat perlakuan pascapanen. Pengangkutan hasil
hendaknya dilakukan dengan memanfaatkan alat angkut
yang tepat baik secara manual maupun dengan bantuan
kendaraan bermotor. Titik kritis pada kegiatan ini adalah
kecepatan pemindahan, beban angkut, perubahan suhu,
paparan sinar matahari dan resiko benturan antar buah.
Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengangkutan hasil panen adalah :
- Alat angkut dalam keadaan bersih dan dapat melindungi
produk.
- Keranjang/ wadah tidak diisi secara berlebihan
- Keranjang/ wadah yang berisi jeruk hasil panen tidak
ditumpuk.
12 Panduan Pascapanen Jeruk
- Selama pengangkutan buah ternaungi dan terdapat aliran
udara yang lancar.
- Pemindahan dilakukan dengan prosedur yang tepat.
4.2.2. Sortasi
Sortasi bertujuan memisahkan buah yang layak dan tidak
layak untuk dipasarkan (busuk, terserang hama penyakit,
cacat, terlalu muda/tua dan lain-lain). Sortasi dapat
dilakukan di kebun saat pemetikan buah, sebelum
pengangkutan dari tempat pengumpulan sementara atau
saat di bangsal pascapanen.
Sortasi pertama kali dilakukan saat pemanenan buah, yaitu
memisahkan buah yang matang dengan yang terlalu muda/
tua atau yang terkena serangan hama penyakit.
Selanjutnya, sortasi juga dilakukan di bangsal pascapanen
saat awal perlakuan dan di tahap akhir sebagai bagian dari
quality control.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
sortasi antara lain:
▪ Pisahkan buah yang muda dari buah yang matang atau
terlalu matang.
▪ Pisahkan buah yang baik dari yang rusak atau busuk,
bentuk abnormal, maupun luka.
▪ Pilih buah yang mulus, tidak luka, tidak terserang
penyakit pasca panen, tidak ada cacat fisik dan
mikrobiologis.
13 Panduan Pascapanen Jeruk
Gambar 5. Buah jeruk yang harus disortasi
Gambar 6. Sortasi jeruk di tempat pengumpulan sementara.
4.2.3. Pembersihan buah
Pembersihan buah jeruk bertujuan untuk memperbaiki
penampilan buah menjadi lebih menarik, berkilat dan
terbebas dari cemaran/ kotoran lainnya yang ada pada kulit
buah atau yang terbawa dalam keranjang panen.
Pembersihan buah jeruk dapat dilakukan secara mekanik
atau dengan pencucian. Pembersihan secara mekanik
dapat menggunakan mesin pembersih jeruk atau secara
manual dengan kain bersih. Sementara pembersihan
14 Panduan Pascapanen Jeruk
dengan menggunakan air perlu dilanjutkan dengan
pengeringan.
Air pencucian dapat ditambahkan klorin dan air sabun.
Klorin merupakan salah satu zat pembersih yang murah
tetapi efektif untuk membunuh organisme penyebab
penyakit dalam suspensi air tetapi tidak sampai menembus
jaringan buah atau bersifat mengontrol penyakit yang
disebabkan infeksi. Dosis penggunaan klorin untuk
pencucian adalah 100 – 150 ppm (Ritenour et. al, 2004).
Pencucian buah jeruk dengan air sabun dapat dilakukan
dengan merendam buah jeruk dalam air yang dicampur
deterjen atau cairan pembersih 0,5 - 1%, kemudian digosok
pelan-pelan menggunakan lap halus atau sikat lunak jangan
sampai merusak kulit. Selanjutnya buah dibilas dengan air
bersih. Buah yang telah dicuci kemudian dikeringkan secara
manual dengan kain yang halus dan bersih atau secara
otomatis dengan blower/ kipas untuk menghindari serangan
jamur.
Gambar 7. Pembersihan Buah Jeruk
15 Panduan Pascapanen Jeruk
4.2.4. Perlakuan Tambahan
4.2.4.1. Pelapisan Lilin
Pelapisan lilin merupakan salah satu perlakuan tambahan
yang dapat dipilih untuk membuat kulit buah jeruk
nampak mengkilap. Pelapisan lilin pada buah jeruk
memiliki dua manfaat yaitu memperbaiki penampilan agar
lebih menarik serta memperpanjang daya simpan dari
buah jeruk. Buah jeruk memiliki lapisan lilin alami, tetapi
dapat terganggu ketika jeruk dibersihkan atau dicuci
untuk menghilangkan kontaminan pada permukaan buah.
Rusaknya lapisan lilin alami dapat mengakibatkan
peningkatan kehilangan air dalam buah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelilinan
adalah buahnya masih segar (tidak lama setelah panen),
lilin yang digunakan tidak mempengaruhi organoleptik
buah jeruk, tidak beracun dan cepat kering (tidak lengket
dan tidak mudah pecah) serta mudah diperoleh. Lilin
yang digunakan harus termasuk dalam bahan tambahan
pangan yang aman dikonsumsi (food grade) dan
diharapkan mengkilap dan licin serta dapat membentuk
lapisan yang tipis.
Pelapisan lilin terhadap buah jeruk dapat memperlambat
proses fisiologis yang terjadi. Pelilinan berdasarkan SNI
01-3165-2009, diperkenankan sepanjang tidak
menyebabkan perubahan mutu dan karakteristik buah
dengan memperhatikan persyaratan keamanan pangan.
Lilin yang digunakan adalah lilin berbahan dasar air
(water based) yang diemulsikan dengan konsentrasi 4 –
16 Panduan Pascapanen Jeruk
12%. Emulsi lilin yang dipakai terdiri dari lilin lebah,
parafin, lesitin, air biasa dan larutan fungisida benomyl
200 ppm (Tirtosoekotjo, 1990). Pelilinan dilakukan
dengan cara penyemprotan, pencelupan atau pengolesan
buah jeruk dengan lilin.
4.2.4.2. Penguningan (Degreening)
Penguningan adalah proses pemecahan klorofil (pigmen
hijau pada kulit buah) untuk memunculkan warna kuning
jingga. Penguningan merupakan perlakuan tambahan
yang dapat digunakan pelaku usaha untuk meningkatkan
daya tarik buah jeruk. Buah jeruk yang memiliki warna
buah tidak merata (hijau kekuningan) dapat
menggunakan teknologi ini untuk memperbaiki
penampilan kulit buah. Penguningan merupakan proses
perubahan pigmen hijau (klorofil) pada kulit jeruk secara
kimiawi dan pembentukan warna jingga (karotenoid) pada
kulit jeruk. Penguningan tidak berpengaruh terhadap
kandungan zat di dalam buah jeruk tetapi sedikit
mempengaruhi daya simpannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguningan
(degreening) adalah tingkat kematangan buah, kondisi
pohon, kondisi iklim, praktik pascapanen yang biasa
diterapkan petani. Sebelum dilakukan proses
penguningan, perlu dilakukan inisiasi pemecahan warna
kulit (dapat dilakukan pada kondisi suhu malam hari 7ºC
– 13ºC.
17 Panduan Pascapanen Jeruk
Penguningan umumnya menggunakan zat perangsang
metabolik seperti etilen, asetilen (karbid), dan ethrel.
Konsentrasi etilen yang digunakan dalam penguningan
adalah antara 1 – 6 ppm. Proses perlakuan dengan
menggunakan gas etilen pada dosis tertentu dilakukan
dalam suatu ruangan yang tertutup rapat/ bersirkulasi
dengan suhu dan kelembaban tertentu. Suhu ruangan
tempat penguningan adalah antara 24 – 28ºC dengan
kelembabab udara 90 – 98%. Perlu pengaturan suhu dan
kelembaban optimum pada tempat penyimpanan jeruk
yang akan dikuningkan agar proses penguningan berjalan
optimal. Lamanya proses penguningan yang diperlukan
tergantung pada tingkat kematangan dan kandungan
klorofil pada buah saat panen.
Gambar 8. Penguningan jeruk
4.2.5. Pelabelan
Pelabelan pada buah jeruk atau kemasan diperlukan untuk
mencantumkan informasi mengenai buah yang akan
dipasarkan kepada konsumen. Pelabelan dapat digunakan
18 Panduan Pascapanen Jeruk
pada kemasan buah atau pada dokumen yang menyertai
buah apabila buah dijual curah.
Gambar 9. Pelabelan pada buah jeruk
Label pada kemasan yang diangkut menggunakan kontainer
harus menggunakan tulisan pada sisi yang sama, mudah
dibaca dan tidak dapat dihapus, serta tampak dari luar atau
ditunjukkan pada dokumen yang menyertai pengiriman
barang. Apabila isi kemasan tidak tampak dari luar, maka
kemasan harus diberi label yang berisi informasi mengenai
nama buah dan ditulis sebagai nama varietas.
Informasi yang tercantum pada label berdasarkan SNI Jeruk
Keprok sekurang-kurangnya mencantumkan ;
• Nama dan varietas buah
• Nama dan alamat perusahaan eksportir, pengemas dan
atau pengumpul
• Asal buah
• Kelas
19 Panduan Pascapanen Jeruk
• Ukuran (kode ukuran atau kisaran bobot dalam gram)
• Bobot buah dalam setiap kemasan
4.2.6. Pengkelasan/ Grading
Setelah sortasi dilakukan pengkelasan/ grading yang
bertujuan untuk memisahkan buah berdasarkan ukuran,
besaran, diameter buah atau parameter pengelompokkan
lainnya yang ditentukan untuk memudahkan pengepakan,
pemasaran dan penentuan harga jual. Grading buah jeruk
dapat dilakukan secara manual dengan tangan berdasarkan
pengamatan secara visual atau menggunakan alat
sederhana.
\
Gambar 10. Grading buah jeruk
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat grading/
pengkelasan buah jeruk :
▪ Kebersihan bangsal pascapanen dimana grading/
pengkelasan dilakukan.
20 Panduan Pascapanen Jeruk
▪ Buah dapat dipilah berdasarkan ukuran fisik atau tingkat
mutu penampilan buah ke dalam beberapa kelas
berbeda.
▪ Buah yang sudah dipilah berdasarkan kelas dikumpul-
kan pada wadah yang berbeda-beda.
Pengkelasan buah jeruk keprok berdasarkan SNI 01-3165-
2009 menggolongkan jeruk keprok ke dalam tiga kelas mutu
yaitu kelas super, kelas A, dan kelas B.
Kelas super
Jeruk keprok pada kelas ini bermutu paling baik dan
mencerminkan ciri varietas/ tipe komersial, bebas dari
kerusakan kecuali kerusakan sangat kecil.
Kelas A
Jeruk keprok pada kelas ini bermutu baik dan
mencerminkan ciri varietas/ tipe komersial dengan
kerusakan kecil yang diperbolehkan yaitu ; sedikit
penyimpangan pada bentuk, warna kulit, kulit terkait dengan
pembentukan buah, dan ada sedikit bekas luka/ cacat pada
kulit akibat mekanis. Dengan total area yang mengalami
penyimpangan dan cacat maksimum 10% total luas
permukaan buah dan penyimpangan tersebut tidak boleh
mempengaruhi mutu daging buah.
Kelas B
Jeruk keprok pada kelas ini memiliki kerusakan kecil yang
diperbolehkan. Total area yang mengalami penyimpangan
dan cacat maksimum 15% dari total luas permukaan buah
21 Panduan Pascapanen Jeruk
dan penyimpangan tersebut tidak boleh mempengaruhi
mutu daging buah.
Penggolongan jeruk keprok pada SNI 01-3165-2009 juga
dikelompokkan dalam 4 (empat) kode ukuran berdasarkan
diameter, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kode ukuran berdasarkan diameter
Kode Ukuran Diameter (milimeter)
1 ≥ 71
2 61 - 70
3 51 - 60
4 40 - 50
Selain berdasarkan standar mutu SNI, pengkelasan buah
jeruk dapat pula mengikuti permintaan pasar. Pengkelasan
buah jeruk tersebut umumnya menurut banyaknya buah
jeruk per kg seperti yang dapat dilihat.
Tabel 3. Pengkelasan buah berdasarkan jumlah per kg
Grade Jumlah Buah Jeruk/ kg
A 5 - 6
B 7 - 8
C 9 - 11
D 12 - 20
22 Panduan Pascapanen Jeruk
4.2.7. Penyimpanan
Penyimpanan diperlukan apabila buah jeruk tidak langsung
dijual. Tempat penyimpanan jeruk hendaknya bersih, sejuk
dengan sirkulasi udara yang baik serta perlu memiliki
sanitasi dan higienis yang baik. Selain itu penumpukan buah
dibatasi untuk mengurangi memar/ kerusakan buah.
Penyimpanan jeruk dapat dilaksanakan dengan beberapa
cara :
1. Penyimpanan pada suhu rendah dan sistem First In First
Out (FIFO).
Penyimpanan pada suhu rendah mempunyai
keuntungan :
a. Menurunkan laju respirasi karena semakin tinggi
suhu, laju respirasi semakin tinggi dan sebaliknya
b. Menurunkan produksi etilen
c. Menghambat pertumbuhan mikroba
Penyimpanan sistem FIFO (First In First Out) bertujuan
untuk menjaga sirkulasi buah. Setiap produk yang masuk
pertama kali ke ruang pendingin, produk tersebut yang
pertama kali juga dikeluarkan untuk dijual ke pasar.
2. Penyimpanan dengan ventilasi alami (Natural ventilation
storage) atau penyimpanan dengan sirkulasi udara
secara alami melalui ventilasi yang ada (jendela/
lubang).
Suhu penyimpanan yang baik untuk buah-buahan adalah 15
– 25ºC dengan kelembaban relatif 85 - 95%. Pada
penyimpanan buah segar kelembaban relatif tidak boleh
23 Panduan Pascapanen Jeruk
lebih rendah dari 80%, karena akan menyebabkan kulit
buah mengkerut. Umumnya buah jeruk disimpan pada suhu
di atas 12ºC. Pada kondisi penyimpanan ini semua varietas
jeruk relatif bebas dari induksi cacat kulit.
Penyimpanan buah jeruk dapat pula menggunakan plastik.
Pembungkusan dengan plastik dapat memperpanjang umur
simpan jeruk sehingga mengurangi susut bobot akibat
proses metabolik. Buah yang dibungkus plastik perlu
diberikan fungisida agar jamur tidak berkembang. Plastik
high density polyethylen (HDPE) dan low density
polyethylen (LDPE) telah digunakan secara komersial di
beberapa negara untuk membungkus buah jeruk.
4.2.8. Pengemasan
Buah yang telah bersih dipilah berdasarkan ukurannya
kemudian dikemas dalam kemasan yang baik agar
memudahkan dalam proses distribusi sesuai dengan lokasi
tujuan pemasaran.
Kemasan yang baik adalah kemasan yang mampu
melindungi buah jeruk dari kerusakan selama pengangkutan
dan menjaga kesegaran buah. Bahan kemasan harus bersih
serta memiliki mutu yang cukup untuk mencegah kerusakan
eksternal maupun internal buah. Kemasan buah yang
digunakan dapat memberikan daya tarik/ nilai estetika untuk
konsumen.
24 Panduan Pascapanen Jeruk
Kemasan harus memenuhi syarat mutu, higienis, ventilasi
dan harus bebas dari benda serta aroma asing. Kemasan
harus memiliki ketahanan agar dapat menjamin dan
mempertahankan mutu saat penanganan dan pengiriman
buah.
Beberapa jenis kemasan buah jeruk adalah sebagai berikut :
I. Keranjang Plastik
a. Sesuai untuk transportasi jarak pendek antar kota
b. Setiap Keranjang dapat menampung maksimum 40 kg
buah jeruk.
c. Ukuran keranjang 60 cm x 40 cm x 40 cm
II. Peti kayu
a. Sesuai untuk transportasi jarak jauh antar pulau antar
provinsi.
b. Setiap peti dapat menampung maksimum 40 kg buah.
c. Ukuran peti 60 x 40 x 50 cm, dengan ketebalan papan
kayu 1,5 - 2 cm.
d. Jarak antar papan 2-3 cm untuk ruang udara.
III. Kotak karton
a. Sesuai untuk transportasi jarak menengah dan jauh
(pasar modern)
b. Setiap kotak dapat memuat 5 – 10 kg buah, dengan
mutu yang seragam.
c. Ukuran kotak karton 40 x 40 x 20 cm, ketebalan karton
3 - 5 mm.
25 Panduan Pascapanen Jeruk
d. Terdapat dua buah lubang ventilasi pada masing-
masing sisi samping kotak karton.
Gambar 11. Beberapa Contoh Kemasan Jeruk.
4..2.9. Pengangkutan (Distribusi)
Pengangkutan bertujuan untuk menyampaikan produk dari
produsen ke tangan konsumen dengan menjaga mutu
hasil. Pengangkutan buah jeruk di Indonesia umumnya
menggunakan angkutan darat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengangkutan/ distribusi buah jeruk :
▪ Pencatatan jumlah dan waktu distribusi
▪ Kebersihan sarana transportasi yang digunakan
▪ Gunakan alat transportasi sesuai dengan tujuan pasar
dan jarak tempuh, untuk pasar modern dapat
menggunakan transportasi berpengatur udara/
berpendingin dengan suhu diatur 12-15 º C.
▪ Selama pengangkutan hindari sinar matahari, panas
berlebihan dan hujan atau dilakukan pada malam hari.
▪ Tumpukan kemasan dari karton maksimal 3 tumpuk,
dengan peti atau keranjang plastik maksimal 4 tumpuk.
26 Panduan Pascapanen Jeruk
Gambar 12. Pemasaran jeruk di pasar tradisional
27 Panduan Pascapanen Jeruk
5. Penutup
Pascapanen buah jeruk merupakan kegiatan untuk
mempertahankan mutu produk buah jeruk setelah panen,
dengan melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan Good
Handling Practices (GHP) serta menjamin adanya konsistensi
dalam pelaksanaan setiap kegiatan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
Panduan pascapanen buah jeruk dapat digunakan sebagai
acuan atau bahan informasi bagi petugas/ petani/ kelompok
tani dalam penanganan pascapanen buah jeruk, agar buah
tetap mempunyai ketahanan dan mutu yang baik setelah
panen, sehingga dapat menekan kehilangan/kerusakan
setelah panen.
28 Panduan Pascapanen Jeruk
Tim Penyusun
1. Ir. A. Widodo Heru, M.Sc
2. Nurli Eriza, SP
3. Olivia Asian, SE, MM
4. Parjianto
5. Ermi Nurcahyani, S.TP
6. Didik Lisnanto
7. Maulita Novelianti, S.TP
8. Dr. Ir. Darda Effendi, M.Si (Pusat Kajian Hortikultura Tropika)
9. Ir. Hasanuddin Yasni, MM (Asosiasi Rantai Pendingin
Indonesia)
10. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
11. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
12. Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi
13. Dinas Pertanian Kabupaten Jember
14. Dinas Pertanian Kabupaten Malang
15. Petani Jeruk Kabupaten Banyuwangi
16. Petani Jeruk Kabupaten Jember
17. Petani Jeruk Kabupaten Malang