kata pengantar - web viewkolom statigrafi formasi mengkarang di sepanjang sungai merangin mencapai...
TRANSCRIPT
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah
kita dapat melaksanakn kegiatan ekskursi Pengantar Geologi ini di Geopark
Merangin mulai dari hari Kamis tanggal 13 April sampai dengan tanggal 16 April
2017. Dan karena rahmat Allah pula lah Saya dapat menyusun laporan Pengantar
Geologi kegiatan Ekskursi Geopark Merangin ini.
Laporan ini disusun dari adanya materi yang sesuai didapatkan pada saat
dilapangan. Materi yang terdapat pada laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran dari para pembaca masih tetap di butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jambi, 20 April 2017
Nadia Arum Sari
i
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
I.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
I.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................................2
I.3 Waktu dan Tempat...............................................................................................2
BAB II GEOLOGI REGIONAL..................................................................................3
II.1 Pemerian Umum Geologi...................................................................................4
II.1.1 MORFOLOGI..............................................................................................4
II.1.2 STATIGRAFI..............................................................................................4
A. Formasi Mengkarang.....................................................................................5
B. Formasi Telukwang........................................................................................6
C. Formasi Peneta...............................................................................................7
D. Formasi Muaraenim.......................................................................................8
E. Formasi Kasai................................................................................................8
F. Granit Tantan.................................................................................................9
II.2. Struktur dan Tektonika......................................................................................9
II.3 Sinopsis Sejarah Geologi..................................................................................10
BAB III HASIL LAPANGAN...................................................................................13
III.1 Jeram Ladeh....................................................................................................13
III.2 Teluk Gedang..................................................................................................15
III.3 Muara Karing..................................................................................................17
III.4 Sekitar Sungai Mengkarang............................................................................18
III.5 Musesum Geopark Merangin..........................................................................19
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................21
ii
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB V KESAN DAN PESAN...................................................................................22
V.1 Kesan................................................................................................................22
V.2 Pesan................................................................................................................22
BAB VI DOKUMENTASI.........................................................................................23
VI. 1 Jeram Ladeh...................................................................................................23
VI. 2 Muara Karing.................................................................................................23
VI.3 Museum Geopark Merangin...........................................................................24
iii
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jurusan Teknik Kebumian merupakan salah satu jurusan yang membutuhkan
kinerja yang optimal sewaktu berada dilapangan. Selain itu, juga perlu bagi seorang
mahasiswa untuk mempelajari matakuliah yang berhubungan dengan jurusan
kebumiannya salah satunya ialah belajar ilmu Pengantar Geologi. Maka dari itu
untuk memenuhi matakuliah Pengantar Geologi, mahasiswa perlu terjun langsung
untuk mempelajari lingkungan yang ada disekitarnya yang terdapat berbagai batuan
maupun fosil yang dipelajari di matakuliah dasar geologi ini. Di Jambi, zona yang
paling terkenal akan batuan dan fosil yang terdapat didalamnya ialah Geopark
Merangin.
Zona Inti Geopark Merangin Jambi terletak di kawasan Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi, merupakan salah satu pusat pusat petualangan alam terbaik di dunia,
sebagian taman bumi yang memiliki fosil flora dan fauna berusia parem ini berada di
daerah aliran sungai Batang Merangin yang berhulu di danau Kerinci kabupaten
Kerinci. “Geopark” (taman bumi) di Kabupaten Merangin, Jambi, merupakan tempat
yang menakjubkan baik sebagai tempat penelitian maupun sebagai lokasi pariwisata.
Di lokasi tersebut ditemukan fosil flora dan fauna berusia 250-290 juta tahun lalu
dalam keadaan utuh dan tiada duanya di dunia. Namun lokasi tersebut harus segera
dilindungi agar keanekaragaman geologi (geodiversiti) tersebut tidak rusak dan
hilang.
Penelitian yang dilakukan mahasiswa pada Pengantar Geologi ini juga berfungsi
untuk membiasakan mahasiswa untuk dapat terbiasa didalam melakukan pekerjaan
lapangan dan mengetahui dasar-dasar ilmu yang harus dimiliki didalam jurusan
teknik kebumian. Agar pada saat kerja lapangan, mahasiswa ini sudah mampu untuk
mengaplikasikannya didalam kehidupannya sehari-hari. Dan ilmu dasar ini dapat
dipergunakannya sebagai dasar untuk melanjutkan matakuliah selanjutnya.
1
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
I.2 Maksud dan Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan bertujuan untuk :
1. Mahasiswa mampu membedakan kekar dan sesar yang ada pada batuan.
2. Mahasiswa mampu mengenali batuan maupun fosil yang terdapat pada setiap
lokasi yang ada pada Geopark Merangin.
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan setiap batuan maupun fosil yang ada di
Geopark Merangin.
4. Mahasiswa mampu membedakan karakter ataupun ciri-ciri dari setiap batuan
dan fosil yang ada di Geopark Merangin.
I.3 Waktu dan Tempat
1. Kamis, 13 April 2017 pada pukul 11.00-18.00 WIB, perjalanan menuju
Homestay 1 yang ada di Desa Air Batu dari Mendalo, Jambi.
2. Jumat, 14 April 2017 pada pukul 07.30-10.00 WIB, tracking dari Homestay 1
yang ada di Desa Air Batu menuju LP 1 Jeram Ladeh.
3. Jumat, 14 April 2017 pada pukul 10.20-12.05 WIB, tracking dari LP 1 Jeram
Ladeh yang ada di Desa Air Batu menuju LP 2 Teluk Gedang.
4. Jumat, 14 April 2017 pada pukul 12.15-12.45 WIB, tracking dari LP 2 Teluk
Gedang yang ada di Desa Air Batu menuju LP 3 Muara Karing.
5. Jumat, 14 April 2017 pada pukul 13.00-13.30 WIB, pulang tracking dari LP 3
Muara Karing yang ada di Desa Air Batu menuju homestay 1.
6. Jumat, 14 April 2017 pada pukul 14.00-16.00 WIB, pick up dari homestay 1
yang ada di Desa Air Batu menuju homestay 2 yang ada di desa Bedeng Rejo.
7. Sabtu, 15 April 2017 pada pukul 07.40-10.00 WIB, tracking dari homestay 2
yang ada di desa Bedeng Rejo menuju LP 4 Mengkarang.
8. Sabtu, 15 April 2017 pada pukul 11.00-14.25 WIB, tracking dari LP 4
Mengkarang pulang ke homestay 2 yang ada di desa Bedeng Rejo.
9. Minggu, 16 April 2017 pada pukul 10.00-14.30 WIB, dari homestay 2 yang
ada di desa Bedeng Rejo menuju Museum Geopark Merangin, Bangko.
2
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Kawasan Paleobotani Park Merangin merupakan kawasan inti yang seluruhnya berada di Kabupaten Merangin bagian selatan khususnya di bantaran dan aliran Sungai Batang Merangin dan Batang Mengkarang. Fosil – fosil tertua yang ditemukan berusia ± 300 juta tahun berupa fosil Cordaites, Calamites, Pecopterid, Taeniopteris sp, Sphenopteris sp, dan Araucarioxylon (nama ilmiah latin dari tanam – tanaman). Kolom statigrafi Formasi Mengkarang di sepanjang sungai merangin mencapai ketebalan sekitar 500 m dengan ketebalan tanah penutup sekitar 1-7 m dengan jenis tanah andosol, litosol, regosol.
Selain itu kawasan ini memiliki beberapa potensi Geodiversity bernilai tinggi untuk dikembangkan sebagai situs warisan geologi. Lokasinya berdekatan dengan beberapa objek geoheritage objek wisata alam seperti goa dan petualangan arum jeram standar internasional serta beragam atraksi kehidupan sosial budaya masyarakat.
Gambar II.1. Peta Geologi Geopark Merangin
3
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
II.1 Pemerian Umum Geologi
II.1.1 MORFOLOGI
Wilayah kajian, secara fisiografi termasuk kedalam kawasan peralihan antara
mendala Pegunungan Barisan dan Daerah Rendah Sumatera Bagian Timur
(Verstappen, 1973). Morfologi kawasan ini didominasi oleh dataran
menggelombang, dengan undulasi yang tidak begitu kasar. Rangkaian punggungan
topografi yang menempati wilayah ini umumnya searah dengan sumbu Pulau
Sumatera, yaitu Baratlaut – Tenggara, namun sebagian ada juga yang memotong arah
jurus perlapisan batuan sedimen. Ketinggian wilayah yang dimulai dari kawasan
Taman Nasional Kerinci – Seblat di wilayah Kerinci, batuan sedimen terlipat kuat,
kawasan intrusi, dan kawasan batuan sedimen terlipat lemah adalah dari 2800 m
sampai 400 m dpl. Vegetasi bervariasi dari mulai hutan hujan – hutan produksi yang
cukup rimbun, kawasan – kawasan budidaya yang umumnya tidak lebat, serta
setempat berupa ladang dan semak belukar kebun karet, kebun kopi, serta kelapa
sawit.
II.1.2 STATIGRAFI
Berdasarkan Peta Regional pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa satuan
batuan tertua dikawasan ini adalah formasi Mengakarang (Pm) yang menjemari
dengan dan ditindih secara selaras oleh formasi Telukwang (Pt) yang berumur Perem
Awal – Tengah. Ke arah Barat dari wilayah kajian, Formasi Mengakarang dan
Telukwang ini menjemari dengan Formasi Pelapat. Formasi Mengkarag tersusun
oleh batuan sedimen klastika halus – kasar bersisipan batuan klastika gunung api dan
batuan karbonat, sedangkan Formasi Telukwang berupa batuan sedimen klastika
kasar dengan anggota batu gamping. Sementara itu, Formasi Palepat terdiri atas
batuan gunung api dengan sisipan batuan sedimen klastika halus – kasar dan batu
gamping.
Batuan berumur Perem tersebut yang ditrobos oleh granit horenblenda
berumur Trias Akhir – Awal Jura, memperlihatkan kontak tektonik dengan Formasi
Asai (Ja) berumur Jura Tengah yang berupa batuan sedimen – meta dengan sisipan
batu gamping dan Formasi Peneta (KJp) berumur Jura Akhir – Kapur Awal, yang
4
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
tersusun oleh runtuhan batuan sedimen klastika halus – kasar dan sisipan batu
gamping, umumnya termalihkan derajat rendah.
Runtuhan batuan sedimen Pra-tersier tersebut telah mengalami proses ubahan
dan pemalihan tingkat rendah. Meskipun demikian, struktur sedimen masih terlihat
jelas dan juga kandungan fosil fauna dan flora yang dapat dipakai sebagai penentu
umur. Lingkunagn pengendapannya berkisar dari lingkungan darat sampai laut
dangkal.
Selanjutnya batuan berumur Tersier yang tersingkap adalah Formasi
Muaraenim berumur Mio – Pliosen (Tmpm) hadir secara setempat, dan Formasi
Kasai (QTk) berumur Plio- Plistosen yang penyebarannya cukup luas (gambar 2).
A. Formasi Mengkarang
Satuan batuan ini berupa perselingan batupasir, batulanau, batulempung,
serpih, tuf, dan konglomerat, umumnya tekersikkan serta sisipan batu gamping dan
batu bara. Batupasir, kelabu terang – gelap berbutir halus – kasar membundar
tanggung dan terpilah buruk, tebal setiap lapisan antara 0,5 – 2,5 m. Kuarsa, felspar,
lempung, kalsit, dan klorit merupakan komponen utama batupasir, dengan massa
dasar lempung, felspar, dan kalsit.
Batulanau, kelabu gelap, tufan, agak pasiran, mengandung fosil tumbuhan,
tebal lapisan antara 0,2 - 3,0 m, berlapis kurang baik – baik. Batulempung, kelabu
kecoklatan – kehijauan. Serpih, kelabu gelap kehitaman, berlapis baik, mengandung
5
Gambar II.2. Peta Regional
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
fosil brakhiopoda dan tumbuhan; tebal setiap lapisan 1 – 15 m, setempat
mengandung lapisan batubara tipis – tipis. Tuf, kelabu gelap, bersusunan basa –
asam; klastika, setempat berselingan dengan batu gamping dan sisipan batubara
setebal 15 cm; berlapis baik; terdapat juga kepingan kayu tekersikkan dan stigmaria;
tebal lapisan tuf ini berkisar dari 0,5 -1,5 m. Konglomerat, aneka bahan, kelabu
kehijauan dan kecoklatan; komponen yang berukuran 0,5 -20 cm, dominan terdiri
atas batuan gunung api (basal dan trakhit), serpih, batupasir halus, dan granit;
setempat berselingan dengan tuf bersusun dasit; tebal runtunan 0,15 -10 m.
Batu gamping, jenis wackestone, kelabu gelap kehitaman, sebagai sisipan
dalam serpih, setempat dolomitan, termalihkan lemah, terlipat kuat, bersalingan
dengan tuf basa. Fosil yang terkandung adalah Fusulina, Fusulinella, Bellerophon,
Pseudoschwagerina maranginensis Thompson, Scheagerina rutschi Thompson, dan
Bivalvia. Selain itu ditemukan pula fosil ganggang, ganggang-pseudo, foraminifera
kecil, fusulinoid, dan koral yang menunjukkan umur Asselian ( Perem Awal )
(Beauvais drr., 1984). Dapat disimpulkan bahwa umur kumpulan fosil tersebut
berkisar dari Sakmarian – Artinskian (Awal Perem –Akhir Perem Awal).
Formasi Mengkaranag ini secara keseluruhan diduga terendapkan di
lingkungan darat – laut dangkal, berlumpur, dalam kondisi rezim energi rendah,
berdekatan dengan suatu busur kepulauan bergunung api. Sebarannya terletak di
Sungai Mengkarang, Karing, Merangin, Ketiduran, dan Titi Meranti.
B. Formasi Telukwang
Secara litologis, satuan batuan ini terdiri atas perselingan konglomerat aneka
bahan, batupasir, dan batulanau, berlapis baik dan tebal; sisipan batu gamping, tuf
terlas-kan (ignimbrit), riolit, dan andesit yang terubah kuat, mengandung ironstone.
Komponen konglomerat berupa kepingan basal dan andesit yang terkloritkan,
batupasir, batuan tekersikkan, granit (monzonit/monzodiorit), batu gamping, dan
kuarsa. Didalam lapisan batupasir terdapat bongkah batu gamping.
Batulanau, kelabu gelap, keras, berlapis tebal. Batu gamping berupa kalsilulit
dan kalkarenit (mudstone – grainstone), berlapis baik, tebal 10 – 30 cm; mengandung
fosil foraminifera, moluska, dan ganggang; struktur stylolite. Setempat ditemukan
sisipan tuf pasiran bersusunan dasitis. Tuf terlas-kan yang mengandung kepingan
6
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
andesit dan kaca gunung api, serta struktur perarian terputus-putus, terdpat dibagian
bawah dan tengah satuan.
Formasi iniyang tebalnya bisa mencapai 200 m, dan diduga terendapkan di
lingkungan daraat – laut dangkal, telah terubah dantermalihkan lemah. Sebarannya di
Sungai Merangin ke arah hulu dan hilir Telukwang, Sungai Mengkaarang bagian
hilir, dan Sungai Salamuku.
C. Formasi Peneta
Bagian bawah formasi ini tersusun oleh batulanau, serpih, dan batupasir
berbutir halus – menengah yang termalihkan lemah; sisipan batu gamping malih, dan
setempat batusabak. Ke arah atas, satuan berangsur menjadi batu pasir kasar dan
konglomerat, mengandung sisipan batu pasir kuarsa.
Batu lanau, seceara setempat, mengandung lensa – lensa batu pasir yang
tercenangga kuat dan kaya akan pirit. Seringkali ditemukan batuan yang tergerus dan
tekersikkan. Pirit juga tersebar didalam batusabak, batupasir meta, dan serpih.
Struktur perlapisan sejajar dan bersususn, slumping, seta perdaunan umum
ditemukan.
Kumpulan fosil moluska dalam satuan batuan menunjukkan umur Kapur
Awal (Tobler, 1919). Smenetara itu, Beauvais drr. (1984), berdasarkan kandungan
fosil calcarae, ganggang, dan koral didalam sisipan batu gamping meta, berpendapaat
bahwa umur batuan adalah Jura Akhir. Fosil amonit yang ditemukan oleh
Baumberger (1925) menunjukkan umur Kapur Awal, sedangkan kepingan amonit
yang ditemukan oleh Tobler (1919) menurut Geyssant (dalam Beavais drr., 1984)
berumur Jura Akhir. Beberapa spesies fosil nanno menunjukkan umur Aptian –
Santonian (kapur Awal; Puslitbang Geologi, 1995). Berdasarkan temuan fosil – fosil
tersebut, disimpulakan umur formasi berkisar dari Jura Akhir – Kapur Awal.
Lingkungan pengendapannya ditafsirkan sebagai laut dangkal yang terletak
dibusur belakang, sedangkan secara tektonik termasuk kedalam daur orogen dan daur
kuarsa. Tebal satuan sekitar 400 m. Formasi ini tersebar di wilayah hulu aliran
Sungai Mengkarang.
7
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
D. Formasi Muaraenim
Satuan batuan sedimen ini terdiri atas perselingan batu pasir, batu pasir dan
batu lempung tufan, sisipan batubara, dan tuf pada bagian atas satuan. Ke arah atas,
satuan kaya akan bahan asal gunung api.
Batupasir terdiri atas kuarsa, glokonit, mineral hitam, dan kepingan batuan;
mengandung damar dan sisipan lignit. Setempat, bagian paling atas runtunan
mengandung sisipan tipis bahan karbonan dan oksida besi. Fosil foraminifera kecil,
moluska, dan fosil daun yang terkandung dalam batulempung, terutama menempati
bagian bawah formasi.
Satuan batuan ini berlapis baik dan mengalasi secara tidak selaras Formasi
Kasai; terendapkan di lingkungan laut dangkal yang ke arah atas secara cepat
berubah menjadi peralihan dan darat. Ketebalan fomasi ini umumnya mencapai 200
m. Umurnya diduga akhir Miosen Akhir – Awal Pliosen Akhir. Satuan batuan ini
tersingkap secara setempat di hulu Sungai Mengkenan, ke arah timur Desa
Bedengrejo.
E. Formasi Kasai
Formasi Kasai tersusun oleh tuf dan tuf berbatu apung (pumis); dengan
sisipan batupasir, batu lempung, dan batu lanau yang umumnya tufan; setempat
ditemukan konglomerat, breksi tuf, serta sisipan lignit dan gambut; kayu tekersikkan
sangat umum, dan oksida besi pada bagian bawah formasi.
Tuf umumnya bersusunan asam (riolitan) dan seringkali terkaolinkan serta
mengandung pumis berukuran antara 0,5 – 5 cm; umumnya berasosiasi dengan fosil
kayu tekersikkan berdiameter sampai 1 meteran.
Batu pasir, tufan, mengandung lensa-lensa konglomerat, setempat struktur
silang-siur mangkok. Batu lempung dan batu lanau, tufan, tebal sekitar 3 m, struktur
perairan sejajar. Konglomerat aneka bahan, komponennya dikuasai oleh pumis,
sedikit obsidian, andesit, basal, kuarsa, dan batuan terkersikkan. Lignit dan gambut,
tersisip diantara batulempung dan batu pasir.
Satuan belapis baik – pejal, struktur silang-siur pada batuan berbutir kasar
sangat umum. Lingkungan pengendapan darat, bahan yang terendapkan adalah hasil
kikisan dan erosi dari Geantiklin Barisan. Formasi ini dapat mencapai ketebalan 450
8
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
m, dan umurnya adalah Plio-Plistosen. Singkapannya cukup luas dikawasan sebelah
barat dan utara Sungai Merangin, sebelah timur Sungai Mengkarang, serta wilayah
antara Sungai Merangin dan Mengkarang.
F. Granit Tantan
Batuan ini terdiri atas granit, granodiorit, dan aplit. Granit biotit -
horendblenda, terubah; sebagian plagioklas terubah menjadi klorit dan epidot;
hipidiomorfis – subporfiritik; fenokris K-Na felspar sebagian terkloritkan dan
terkaolinkan; sebagian plagioklas, ortoklas, dan kuarsa membentuk tekstur granofir.
Granodiorit biotit-horenblenda, terubah, sebagian horenblenda terubah
menjadi biotit dan klorit; serisit berupa ubahan dari plagioklas dan ortoklas,
sedangkan kaolin berasal dari ortoklas; mengandung senolit diorit-kuarsa. Aplit,
aplogranit biotit, terubah, epidot ubahan dari mineral mafik. Tonalit (diorit kuarsa),
terubah, piroksen dan horenblenda sebagian terubah menjadi epidot, klorit, dan
serisit.
Satuan bentuan umumnya tergerus dan tersesarkan, serta terlapuk kuat;
menerobos formasi mengkarang dan telukwang, dan bersentuhan tektonik dengan
Formasi Peneta. Umur mutlak satuan batuan adalah 171,50 +1,30 jtl. Dan 200 + 10,0
jtl atau Trias Akhir –Jura Awal. Singkapannya terhadap di kiri dan kanan Sungai
Merangin sekitar Dusun Air Batu.
II.2. Struktur dan Tektonika
Struktur yang hadir berupa sesar, perlipatan, kelurusan, perdaunan, dan
kekar, yang secara regional berarah barat laut – tenggara dan barat laut – timur
tenggara. Jenis sesar berupa sesar mendatar menganan dan sesar naik, yang menepati
batuan sedimen malihan Formasi Mangkarang dan Peneta, serta trobosan berumur
pratersier. Perlipatan setempat terdeteksi di dalam Formasi Telukwang dengan arah
kemiringan yang rendah. Kelurusan hanya terdeteksi pada batuan sedimen formasi
kasai yang berumur Plio-Plistosen. Sementara itu, perdaunan umumnya di jumpai
pada batuan sedimen malih Formasi Mangkarang dan Peneta, sedangkan kekar
terdapat baik pada batuan sedimen malih maupun terobosan yang semuanya berumur
pratersier.
9
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Perem awal ditandai oleh pengendapan sedimen klastika dan batu gamping
terumbu Formasi Mangkarang dengan sisipan-sisipan batuan klastika gunung api,
kemudian batuan sedimen klastika Formasi Telukwang dan Anggota Batu Impi
Formasi Telukwang. Lingkungan pengendapan satuan - satuan batuan tersebut
berada di tepi benua sampai laut dangkal, bersamaan dengan kegiatan gunung api
andesit – besal formasi palepat, yang selain menghasilkan lava juga batuan klastika
gunung api. Kegiatan ini ditafsirkan terjadi di busur kepulauan bergunung api dengan
rangkaian terumbu, yang erat kaitannya dengan lajur penunjaman. Berdasarkan
analisis kemagnetan purba, Formasi Mengkarang terendapkan pada posisi 30º LU
(Wahyono drr., 1996), dan telah mengalami rotasi searah jarum jam sejak Perem.
Pada akhirnya Trias – Awal Jura, terjadi penerobosan Granit Tantan terhadap
batuan berumur Perem, yang disertai dengan pencenanggaan pemalihan regional
berderajat rendah. Kegiatan penurunan yang berlangsung dari Jura Tengah sampai
Kapur Awal, pada kala Jura Akhir – Awal Kapur ditandai dengan terendapkannya
batuan sedimen klastika halus Formasi ditandai dengan terendapkannya batuan
sedimen klastika halus Formasi Peneta.
Penerobosan oleh Granit Arai, pada Kapur Tengah, terhadap Formasi Peneta,
diikuti oleh pencenanggaan, pengangkatan, dan pemalihan berderajat rendah pada
batuan formasi tersebut. Kegiatan tektonika ini, diikuti oleh penggabungan
(amalgamasi) antara Blok Mengkarang-Pelepat dan Blok Peneta dalam bentuk
kontak tektonik/sesar naik yang diduga berlangsung pada Kapur Akhir.
Tektonika Meiosen Tengah – Awal Pliosen ditandai oleh pengangkatan Lajur
Barisan. Di kawasan busur – belakang terendapkan batuan sedimen klastika Formasi
Muaraenim dalam kondisi susutlaut, lingkungan peralihan. Pada kegiatan tektonika
selanjutnya, yakni Plio-Plistosen, seluruh daerah terangkat, diikuti oleh proses
pengerosian,dan terbentuknya sesar mendatar menganan berarah barat laut –
tenggara, dan pelipatan. Pada saat kegiatan tektonika ini, pengendapan batuan
sedimen klastika gunung api Formasi Kasai berlangsung.
II.3 Sinopsis Sejarah Geologi
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia
10
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa dan Nusa
Tenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara, dan dikenal
sebagai wilayah zamrud khatulistiwa atau untaian mutiara dari timur, karena
kekayaan alamnya yang berlimpah. Sumber daya yang berlimpah tersebut dan
tersebar luas berupa sumber daya hayati dan nir-hayati (sumber daya geologi)
merupakan hasil dari dinamika bumi yang berlangsung sejak ratusan juta tahun lalu.
Bentuk dan konfigurasi bumi Nusantara mencerminkan suatu proses panjang
interaksi antara gaya-gaya endogen dan eksogen yang mendistribusikan potensi
sumber daya mineral, energi, dan kebencanaan seperti yang sering terjadi akhir-akhir
ini. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara yang secara geologis
memiliki posisi unik yaitu berada pada pusat tumbukan Lempeng Eurasia di bagian
Utara, dan lempeng Pasifik di bagian Timur laut yang mengakibatkan Indonesia
mempunyai tatanan tektonik yang kompleks. Semua proses tersebut meninggalkan
jejak – jejak perubahan berupa bentang alam, fosil, batuan, dan aspek-aspek geologi
lainnya yang mempunyai nilai historis dan ilmiah sangat tinggi serta menjadi bagian
dari sejarah pembentukan bumi hingga yang terjadi saat ini sebagai Warisan Geologi
baik dalam skala lokal, nasional maupun Internasional (World Heritages).
Jambi merupakan bagian dari batuan dasar Sumatera yang berumur
Paleozoikum diperkirakan merupakan suatu mozaik yang terdiri dari lempeng –
lempeng mikro atau “terane”, termasuk didalamnya pecahan – pecahan Cathaysian
dan Gondwana. Hamilton (1979) dan Tjia (1989) menduga bahwa Garis Raub-
Bentong (RBL), yang memisahkan kedua pecahan tersebut menerus hingga ke
Sumatera yaitu sampai wilayah Pegunungan Tigapuluh. Walaupun demikian,
penyelidik lainnya khususya Plunggono dan Cameron (1984), memperpanjang jejak
RBL sampai keluar dari P. Sumatera melalui kepulauan Timah.
Metcalfe (1988), mengusulkan agar Sumatera Baratlaut dan Sumatera Tengah
bersama dengan bagian dari Semenanjung Malaysia dan Muangthai yang disebut
Terrane Subimasu, dipisahkan dari daratan Gondwana Australia pada akhir dari
Perem Awal dan bertumbukan dengan Sumatera bagian tenggara bersama-sama
dengan Indocina dan Semenanjung Malaya bagian Timur yang terletak lebih ke
Utara di seberang laut (Paleo – Tethys) pada Trias Akhir sepanjang RBL. Sebagai
akibat langsung tumbukan tersebut adalah terbentuknya rangkaian utama sabuk
11
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
granit – timah Semenanjung Malaysia yang secara setempat tersingkap di
Pegunungan Tigapuluh di Sumatera. Cobbing dk. (1986), menyatakan umur
Rangkaian Granit Utama adalah 220-200 juta tahun dan ini mendukung model
Metcalfe sebelumnya mengenai tumbukan Sibumasa dan Indocina serta Malaya
bagian Timur pada Trias Akhir.
Peristiwa selanjutnya yang terekam di Lembar Sorolangun adalah
penerobosan plutonik granitoid terhadap batuan Perem pada Jura Awal, yaitu Granit
Tantan. Peristiwa magma Jura Awal ini, yang diperkirakan berkaitan dengan
penunjaman, kemungkinan disertai pecenanggaan (Deformasi) dan peristiwa
pemalihan regional berderajat rendah (Simandjuntak dkk.,1991). Pada akhir dari
kapur awal penunjuman terhenti dan batuan Samudra Terrane Woyla terakrasi ke
pinggiran daratan sumatera.
Penunjaman pada tersier sampai Resen di bawah Sumatera mengakibatkan
terbentuknya busur magmatik yang luas dan berupa pegunungan barisan. Namun
demikian penunjaman di bawah Sumatera mungkin telah terjadi sejak Perem Akhir
(Cameron et al., 1980) atau lebih awal lagi (Katili, 1969, 1972) walaupun secara
tidak menerus. Meskipun tidak menerus, kedudukan busur dan palung yang sangat
kemungkinan besar telah ada sejak Miosen. Timbunan tangan akibat penunjaman
miring ini secara berkala di lepaskan melalui sesar menganan kearah tepi lempeng
(Fitch, 1972) dan menghasilkan sistem sesar utama sumatera, yang menjajar
memanjang pulau dan memotong busur magmatik/gunung api. Dengan demikian
geologi lembar ini melalui batuan alas pra-tersier, lapisan sedimen dan gunung api
tersier dan kuarter yang menutupinya.
12
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB III
HASIL LAPANGAN
Gambar A Gambar B
Gambar III.1. Peta Kontur Tracking Yang Dilaksanakan Selama 2 Hari. A = track 1; B = track 2.
Tabel 1. Hasil Yang Ditemukan Pada Tiap-Tiap Lintas Pengamatan
No. Nama Lintasan Pengamatan Hasil yang ditemukan
1. Jeram Ladeh Batuan beku granodiorit.
2. Teluk Gedang Fosil Araucaryoxylon, calamites,
cordaites.
3. Muara Karing Fosil calamites dan cordaites.
4. Mengkarang Fosil cordaites dan fosil kerang
cangkang 2 (brakhiopoda).
5. Museum Biodiversity, geodiversity dan
culturediversity.
III.1 Jeram Ladeh
Titik koordinat pada daerah Air Batu ini ialah sebesar X = 182058 dan Y =
97599674. Pada daerah Jeram Ladeh bentang alam yang diperlihatkan berupa aliran
sungai, seperti yang terlihat pada gambar 4. Pada daerah Jeram Ladeh ditemukan
adanya kekar dan sesar pada batuan. Kekar merupakan retakan yang tidak
13
Titik awal Homestay 1
Mengkarang
Jeram Ladeh
Teluk Gedang
Muara Karing
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
mengalami pergeseran. Sedangkan Sesar merupakan retakan yang mengalami
pergeseran yang merupakan bagian periode lanjutan dari adanya kekar.
Gambar III. 2. Bentang Alam Jeram Ladeh
Gambar III. 3. Sesar Geser
14
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Pada daerah ini terdapat intrusi yang terjadi pada batuan beku Granodiorit
yang tersingkap kepermukaan. Intrusi batuan merupakan salah satu fenomena
geologi yakni penerobosan batuan yang berada dibawah dan muncul keatas
permukaan bumi.
Di Jeram Ladeh ini, terdapat kekar tegak, memiliki formasi granit tantan,
terdapat sesar mendatar serta adanya singkapan. Batuan yang tedapat pada daerah ini
sendiri yakni batuan beku Granodiorit.
Gambar III. 4. Batu Granodiorit
Gambar 6 menunjukkan contoh batuan yang terdapat di LP 1 Jeram Ladeh ini. Batu granodiorit ini sendiri termasuk kedalam jenis batuan beku asam dengan warna hijau keabuan. Memiliki Granularitas berupa Faneritik dengan kemas Subhedral dan dengan komposisi : Plagioklas, kuarsa, biotit, dan horblenda.
III.2 Teluk Gedang
Titik koordinat pada daerah Air Batu ini ialah sebesar X = 182825 dan Y =
9760770. Bentang alam yang terdapat pada daerah ini ialah berupa bentangan aliran
sungai. Pada daerah ini terdapat dua fosil kayu (fosil Araucayoxylon) yakni
terfosilkan secara in-situ (tetap dilokasinya) maupun secara ex-situ dan terdapat fosil
pandan (fosil cordaites). Selain itu di LP ini juga terdapat pasir kuarsa yang
berwarna hitam mengkilap.
Gambar III.5. Bentang Alam Teluk Gedang
15
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Gambar III.6. Fosil Kayu Araucaryoxylon
Gambar III.7. Fosil Pandan Cordaites
Koordinat lintasan pengamatan 2 ini ialah 0200 09’ 43,4”LS, 1020 09’
58,2”BT. Terjadi kontak formasi dan kontak batuan, formasi yang terdapat pada
daerah ini ialah Formasi Kasai dan Formasi Mengkarang.
Gambar III.8. Formasi Kasai
16
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Gambar III.9. Formasi Mengkarang
III.3 Muara Karing
Pada LP 3 ini, didapatka titik koordinat X = 183377 dan Y = 9761827. Pada daerah ini, bentang alam yang ditunjukan berupa aliran Sungai Muara Karing yang terdapat pada gambar 12. Pada daerah ini terdapat formasi kasai dan formasi mengkarang. Ditempat ini terdapat fosil Araucaryoxylon, Cordaites, dan Calamites yang terdapat pada masing-masing gambar 13, gambar 14 dan gambar 15. Serta terdapat sesar turun/normal. Sesar turun/normal ini terjadi jika ada penurunan bidang sedangkan bidang yang lain tetap, sehingga bentuknya seperti tangga.
Pada daerah ini, terdapat fosil tunggul kayu dan fosil pakis Calamites serta
fosil pandan Cordaites. Fosil Pandan sendiri berada pada titik koordinat X = 183379
dan Y = 9761791.
Gambar III.10. Bentang Alam Sungai Muara Karing
17
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Gambar III.11. Fosil Tunggul Kayu
Gambar II.12. Fosil Pakis Calamites
Gambar III.13. Fosil Pandan Cordaites
III.4 Sekitar Sungai Mengkarang
Titik koordinat pada daerah sekitaran Mengkarang ini ialah X = 186675 dan
Y = 9758325. Pada LP ini dijelaskan bahwa terdapat fosil pakis dan fosil kerang
cangkang 2 (brakhiopoda).
Fosil yang terjadi pada semua daerah LP ini ialah terjadi secara
tiba-tiba/ekstrime. Fosil ini terbentuk karena adaanya aliran piroklastik. Aliran ini
terjadi karena adanya suhu yang mencapai 600ºC yang apabila melewati suatu aliran
maka benda tersebut akan hangus terbakar dan aliran yang dilewatinya akan tercetak
18
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
secara langsung. Aliran piroklastik ini terjadi karena adanya hembusan, jatuhan dan
aliran
III.5 Museum Geopark Merangin
Di Museum Geopark Merangin terdapat berbagai macam batuan dan fosil.
Didalam museum sendiri bagian dari isi museum dibagi menjadi 3, yakni
Geodiversity, Biodiversity dan Culturediversity. Didalam Geodiversity, salah satu
contohnya ialah fosil Araucaryoxylon. Selain itu, di museum juga terdapat hewan-
hewan dan tumbuhan yang diawetkan yang digolongkan kedalam Biodiversity. Serta
benda-benda yang ada dan dipergunakan pada zaman dahulu oleh masyarakat sekitar
yang digolongkan kedalam Culturediversity misalnya parang berkaligrafi yang
terdapat diMuseum Geopark Merangin tersebut.
Fosil - Fosil Kayu (Geodiversity)
Gambar A Gambar B Gambar C
Gambar III.14. Fosil Batuan Yang Terdapat Di Museum Geopark Merangin. Gambar A Fosil Kayu Sungkai; Gambar B Pecopterid dan Gambar C Pecopterid
Biodiversity (Hewan Dan Tumbuhan Yang Diawetkan)
Gambar A Gambar B Gambar CGambar III.15. Biodiversity. Gambar A tumbuhan yang diawetkan; Gambar B
Hewan-hewan darat yang diawetkan; Gambar C Ikan yang diawetkanCulturediversity
19
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Gambar A Gambar B Gambar C
Gambar III.16. Gambar Culturediversity Gambar A alat yang digunakan untuk menangkap ikan; Gambar B tempat penyimpanan air; Gambar C Tempat untuk
penyimpanan bahan makanan
20
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB IV
KESIMPULAN
Dari praktikum lapangan yang telah dilakukan, mahasiswa dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Kekar merupakan retakan yang tidak mengalami pergeseran. Sedangkan
Sesar merupakan retakan yang mengalami pergeseran yang merupakan
bagian periode lanjutan dari adanya kekar.
2. Batuan dan fosil yang ada dapat dikenali dengan memperhatikan karakteristik
yang diteliti melalui pengamatan secara detail.
3. Batuan dan fosil dapat dideskripsikan melalui pengamatan secara fisik
maupun kimiawi untuk membuktikan jenis batuan tersebut.
4. Cara membedakan jenis batuan dan fosil yakni dengan melakukan
perbandingan antara batuan dan fosil yang satu dengan yang lainnya. Pada
batu baik itu dari ciri-ciri batuan yang telah dideskripsikan maupun pada fosil
dengan pengamatan serat-serat yang telah tercetak.
21
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB V
KESAN DAN PESAN
V.1 Kesan
Selama perjalanan menuju ke Geopark Merangin, banyak sekali kebersamaan
antar sesama. Salah satunya mencoba untuk saling akrab satu sama lain walaupun
berbeda prodi dan angkatan. Tetapi kebersamaan yang membuat keakraban antar
sesama jurusan teknik kebumian menjadi erat.
Selain itu, batuan-batuan dan fosil yang ada di Geopark Merangin membuka
mata untuk selalu menjaga lingkungan kita, yakni fosil yang terdapat karena adanya
faktor-faktor tertentu. Dan faktor penyebab terbentuknya fosil bukan hanya karena
umurnya yang lebih dari 10.000 tahun tetapi juga bisa terjadi secara tiba-tiba atau
ekstrime.
Dengan adanya melihat jenis batuan baik itu kekar, sesar maupun formasi
yang terbentuk serta fosil-fosil baik tumbuhan maupun hewan yang ada secara
langsung di Geopark Merangin menunjukkan bahwa kita dapat memperkirakan apa
yang telah terjadi dimasa lampau sehingga dapat membentuk batuan yang berupa
seperti itu.
V.2 Pesan
Untuk selalu menjaga lingkungan yang ada dengan baik dengan tidak
merusaknya serta tidak membuang sampah sembarangan. Mejaga agar fosil dan
batuan tetap terjaga keasliannya di Geopark Merangin dengan tidak merusak fosil
tersebut.
22
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
BAB VI
DOKUMENTASI
VI. 1 Jeram Ladeh
Gambar 1 Sesar Geser
VI. 3 Muara Karing
Gambar 10 Bentang Alam Sungai Muara Karing Gambar 2 Fosil Tunggul
Kayu
23
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Gambar 3 Fosil Pakis Calamites Gambar 4 Fosil Pandan Cordaites
24
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
VI.4 Museum Geopark Merangin
25
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
26
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
27
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Hewan yang diawetkan
28
Laporan Ekskursi Pengantar Geologi Geopark Merangin
Tumbuhan yang Diawetkan
29