kata pengantar · kajian ekonomi regional sulawesi selatan triwulan iv-2007 i kata pengantar ......
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
i
Kata Pengantar
Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit diwilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survey), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2005 ini KER yang dibuat juga mencakup kedua provinsi tersebut, namun masih dengan format gabungan.Hal tersebut dikarenakan faktor infrastruktur yang mendukung belum memungkinkan untuk melakukan pemisahannya secara Iebih jelas. Namun demikian, mulai tahun 2007 materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi.
Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontiyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung dimasa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR
Ttd.
Rizal A. Djaafara
Pemimpin
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
iii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ i
DAFTAR ISI ~ iii
DAFTAR GRAFIK ~ v
DAFTAR TABEL ~ vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI PEKDA IV-2007 ~10
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 13
1.1. Permintaan Daerah ~ 14
a. Konsumsi ~ 15
b. Investasi ~ 17
c. Net Ekspor Impor ~ 19
1.2. Penawaran Daerah ~ 21
a. Sektor Pertanian ~ 24
b. Sektor Jasa - jasa ~ 26
c. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 28
d. sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 29
e. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan ~ 30
f. Sektor Lainnya ~ 31
BOKS 1 : FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG PENGEMBANGAN
INDUSTRI PARIWISATA DI SULAWESI SELATAN ~ 35
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 39
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 42
2.2. Sumber Tekanan Inflasi dan Inflasi per Komoditasi ~ 50
2.2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar ~ 51
2.2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar ~ 52
2.3. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) ~ 53
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
iv
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 55
3.1. Perkembangan Moneter ~ 55
3.2. Perkembangan Bank Umum ~ 56
3.2.1. Perkembangan Kelembagaan dan Asset ~ 56
3.2.2. Perkembangan DPK dan Kredit ~ 57
3.2.3. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) ~ 62
3.2.4. Kinerja Bank Umum Syariah ~ 63
3.2.5. Kinerja Bank Pekreditan Rakyat (BPR) dan
BPR Syariah (BPRS) ~ 64
BOKS 2 : PEMETAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN BANK DAN NON BANK
DALAM PENYALURAN KREDIT PADA USAHA MIKRO KECIL (UMK)
DI SULAWESI SELATAN ~ 67
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 71
4.1. Pengedaran Uang Kartal ~ 71
4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 71
4.1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 72
4.1.3. Uang Palsu ~ 73
4.2. Lalu Lintas Pembayaran Giral ~ 74
4.2.1. Kliring Lokal ~ 74
4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) ~ 75
BAB 5 KETENAGAKERJAAN ~ 77
5.1. Tenaga Kerja Indonesia ~ 77
5.2. Status Pekerjaan ~ 79
BAB 6 KEUANGAN DAERAH ~ 83
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 87
7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 87
7.2. Outlook Inflasi ~ 89
7.3. Prospek Perbankan ~ 90
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
v
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan ~ 13 Grafik 1.2. Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya ~ 16 Grafik 1.3. Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama ~ 16 Grafik 1.4. Penjualan Makanan dan Tembakau ~ 16 Grafik 1.5. Penjualan Kendaraan dan Suku Cadang ~ 16 Grafik 1.6. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu ~ 17 Grafik 1.7. Kredit Konsumsi Bank Umum ~ 17 Grafik 1.8. Penjualan Semen di Sulsel ~ 18 Grafik 1.9. Penjualan Bahan Konstruksi ~ 18 Grafik 1.10. Kredit Produktif (Investasi + Modal Kerja) Bank Umum ~ 18 Grafik 1.11. Indeks Realisasi Kegiatan Dunia Usaha ~ 18 Grafik 1.12. Nilai dan Volume Ekspor Non Migas Sulawesi Selatan ~ 19 Grafik 1.13. Nilai dan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan ~ 20 Grafik 1.14. Perkembangan PDRB Perdagangan Antar Propinsi ~ 21 Grafik 1.15. Produksi Subsektor Perikanan ~ 26 Grafik 1.16. Kredit Sektor Pertanian (Bank Umum) ~ 26 Grafik 1.17. Kredit Sektor Jasa-jasa (Bank Umum) ~ 27 Grafik 1.18. Jumlah Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang di Bandara Hasanuddin ~ 28 Grafik 1.19. Arus Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Makassar ~ 30 Grafik 1.20. Kredit Sektor Perdagangan (Bank Umum) ~ 30 Grafik 1.21. Nilai Tambah Bruto Bank Umum Sulsel ~ 31 Grafik 1.22. Produksi Terigu di Sulsel ~ 32 Grafik 1.23. Kredit Sektor Industri (Bank Umum) ~ 32 Grafik 1.24. Realisasi Pengadaan Semen di Sulsel ~ 32 Grafik 1.25. Penjualan Listrik (Juta Kwh) di Sulsel ~ 32 Grafik 1.26. Kredit Sektor Pertambangan-Penggalian (Bank Umum) ~ 33 Grafik 1.27. Kredit Sektor Konstruksi (Bank Umum) ~ 34 Grafik 1.28. Penjualan Bahan Konstruksi ~ 34
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan ~ 39 Grafik 2.2. Diagregasi Inflasi (y.o.y) ~ 42 Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 43 Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi kelompok Makanan Jadi ~ 44 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 46 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 47 Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 48 Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 49 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 50 Grafik 2.10. Perbandingan Laju Inflasi (y-o-y) Kota-kota di
Wilayah Zona Sulampua ~ 53
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
vi
Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi (dlm Milyar Rp) ~ 55 Grafik 3.2. Perkembangan Penghimpunan DPK Bank Umum Per Jenis Simpanan ~ 57 Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum ~ 58 Grafik 3.4. Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Sulsel ~ 59 Grafik 3.5. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 59 Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 59 Grafik 3.7. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Per Sektor Ekonomi Triwulan IV-2007 ~ 60 Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum untuk Sektor Perdagangan ~ 60 Grafik 3.9. Kolektibilitas Kredit Bank Umum ~ 61 Grafik 3.10. Net Interest Margin (NIM) dan Laba/Rugi ~ 63 Grafik 3.11. Perkembangan Bank Syariah di Sulsel ~ 63 Grafik 3.12. Pangsa Kredit BPR/S Per Sektor Ekonomi ~ 65
Grafik 4.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di KBI Makassar ~ 72 Grafik 4.2. Perkembangan PTTB Bank Indonesia Makassar ~ 73 Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan ~73 Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS ~ 75
Grafik 5.1. Tingkat Pendidikan TKI di Sulsel ~ 77 Grafik 5.2. Jenis Kelamin TKI di Sulsel ~ 78 Grafik 5.3. Negara Tujuan TKI di Sulsel ~ 78 Grafik 5.4. Indeks Kondisi Ekonomi dan Ketersediaan Lapangan Kerja di Sulsel ~ 80
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 90
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
vii
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 14 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (q.t.q) ~ 15 Tabel 1.3. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Konsumsi (y.t.d) ~ 17 Tabel 1.4. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Investasi (y.t.d) ~ 18 Tabel 1.5. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Ekspor Impor (y.t.d) ~ 21 Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 22 Tabel 1.7. Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 22 Tabel 1.8. Pertumbuhan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d) ~ 23 Tabel 1.9. Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d) ~ 23 Tabel 1.10. Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija ~ 24 Tabel 1.11. Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi di Daerah Bosowasipulu ~ 25 Tabel 1.12. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Jasa-jasa (%, y.o.y) ~ 27 Tabel 1.13. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Angkutan-Komunikasi (%, y.o.y) ~ 29 Tabel 1.14. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (%, y.o.y) ~ 29 Tabel 1.15. Produksi Semen di Sulsel ~ 31 Tabel 1.16. Laba Rugi Perbankan Sulawesi Selatan ~ 31 Tabel 1.17. Produksi Semen di Sulsel ~ 32
Tabel 2.1. lnflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 40 Tabel 2.2. lnflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, q.t.q) ~ 40 Tabel 2.3. Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Bahan Makanan ~ 43 Tabel 2.4. Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Makanan Jadi ~ 45 Tabel 2.5. Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Perumahan ~ 45 Tabel 2.6. Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Pendidikan ~ 46 Tabel 2.7. Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Sandang ~ 47 Tabel 2.8. Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Kesehatan ~ 48 Tabel 2.9. Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Transportasi ~ 49 Tabel 2.10. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (y.o.y) ~ 51 Tabel 2.11. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (q.t.q) ~ 51
Tabel 2.12. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (y.o.y) ~ 52 Tabel 2.13. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (q.t.q) ~ 52
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum di Sulawesi Selatan ~ 56 Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 56 Tabel 3.3. Penghimpunan Dana Bank Umum di Sulsel ~ 58 Tabel 3.4. Penyaluran Kredit dan DPK Per Kabupaten/Kota di Sulsel ~62 Tabel 3.5. Indikator Utama BPR/S di Sulsel ~ 65
Tabel 4.1. Perkembangan Traksaksi Kliring Lokal di Sulsel ~ 74
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
viii
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Kegiatan ~ 79 Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan ~ 79
Tabel 6.1. Perkembangan DAU Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) ~ 83 Tabel 6.2. Perkembangan DAK Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) ~ 84 Tabel 6.3. Perkembangan DAK per-Bidang Pembangunan se -Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) ~ 85
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
1
Ringkasan Eksekutif GAMBARAN UMUM
PDRB Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2007 tumbuh
11,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 7,41% (y.o.y) maupun dibandingkan triwulan IV-2006
sebesar 2,90% (y.o.y). Begitu juga secara triwulanan, kinerja
perekonomian daerah mengalami pertumbuhan sebesar 2,59%
(q.t.q), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang tercatat 2,39% (q.t.q). Namun secara kumulatif,
laju pertumbuhan ekonomi Sulsel tercatat sebesar 6,19% (y.t.d)
mengalami perlambatan dibanding laju pertumbuhan tahun 2006
yang tercatat sebesar 6,71% (y.t.d).
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1
tercatat sebesar 5,71% (y.o.y), mengalami perlambatan
dibandingkan, baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 6,98% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi
nasional yang tercatat sebesar 6,59% (y.o.y). Secara triwulanan, laju
inflasi pada periode laporan mengalami penurunan yaitu dari 3,39%
(q.t.q) pada triwulan III-2007 menjadi deflasi sebesar 0,53% (q.t.q),
lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,66% (q.t.q). Adapun
berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan
akhir bulan Desember 2007 adalah sebesar 5,71% (y.t.d). Angka ini
lebih rendah dibandingkan laju inflasi kumulatif pada periode sama
tahun 2006 yang tercatat sebesar 7,21% (y.t.d).
Berdasarkan proxy atau taksiran terhadap besaran moneter
(uang giral dan kuasi), uang kuasi mencatat kenaikan sebesar
22,77% yaitu dari Rp16,01 trilyun pada triwulan IV-2006 menjadi
Rp19,65 trilyun pada triwulan IV-2007. Sementara uang giral
mencatat kenaikan sebesar 1,04% yaitu dari Rp5,01 trilyun pada
triwulan IV-2006 menjadi Rp5,06 trilyun pada triwulan IV-2007.
1 Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS)
PDRB Sulsel pada triwulan IV-2007 tumbuh 11,12% (y.o.y) …..
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2
Kinerja intermediasi perbankan di Sulsel berdasarkan
indikator rasio kredit dibanding DPK (LDR) pada triwulan IV-2007
tercatat adalah sebesar 91,24%, lebih tinggi dibandingkan LDR posisi
akhir 2006 yang tercatat sebesar 85,55%.
Jumlah Non Performing Loan secara gross (NPLs gross) di
wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,14 trilyun atau turun sebesar
3,56% dibandingkan akhir 2006 yang tercatat sebesar Rp2,22
trilyun. Secara rasio (NPL gross dibandingkan dengan total kredit),
perbankan Sulsel tercatat mengalami perbaikan kinerja, yaitu dari
rasio 12,38% pada akhir 2006 menjadi 9,53% pada triwulan IV-
2007, begitu pula terjadi apabila rasio pada triwulan IV-2007
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 12,31%. Lebih lanjut
rasio NPLs net juga memperlihatkan perbaikan yaitu dari 5,96% pada
akhir 2006 menjadi 3,58%.
Berdasarkan segmentasi kredit, sebagian besar
kredit/pembiayaan bank Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pangsa kredit UMKM
dibandingkan total kredit pada triwulan IV-2007 adalah sebesar
54,08% atau lebih tinggi dibanding pangsa pada posisi akhir tahun
2006 yang sebesar 51,74%. Kredit UMKM tersebut tercatat
mengalami peningkatan sebesar 30,97%, yaitu dari Rp9,27 triliun
pada akhir 2006 menjadi Rp12,14 triliun pada akhir 2007.
Sementara itu jika dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya,
pertumbuhan kredit UMKM di Sulsel tercatat adalah sebesar 5,54%.
Pada triwulan IV-2007, inflow ke KBI Makassar tercatat
sebesar Rp1,31 triliun, atau meningkat 41,73% (y.o.y) dibandingkan
triwulan III-2007. Kondisi yang sama juga terjadi pada outflow yang
turun sebesar 30,59% (y.o.y) dibandingkan triwulan lalu atau
menjadi Rp1,81 triliun, sehingga pada triwulan IV-2007, KBI
Makassar mengalami net-otflow .
Secara kumulatif, pada tahun 2007, inflow ke Bank Indonesia
tercatat sebesar Rp4,67 triliun, atau turun 50,88% dibanding
dengan inflow pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Begitu
juga dengan outflow dari Bank Indonesia sebesar Rp3,79 triliun, atau
turun 56,78% dibandingkan outflow triwulan IV-2006. Dengan
…….. (LDR) pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 91,24%, lebih tinggi ….
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
3
demikian maka perkasan KBI Makassar berada dalam posisi net-
inflow yaitu sebesar Rp878,93 milyar.
Secara kumulatif pada tahun 2007, tercatat adanya
peningkatan penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Sulawesi
Selatan ke luar negeri yaitu sebesar 21,2%(y.o.y) atau menjadi 1.419
orang dibanding pencapaian pada tahun 2006. Peningkatan tersebut
didorong pengiriman TKI pada triwulan III-2007 yang cukup tinggi
yaitu sebesar 535 orang, sementara pengiriman TKI pada triwulan IV-
2007 tercatat hanya sebesar 126 orang atau terjadi peningkatan
21,2% (y.o.y).
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.
142/PMK.07/2007 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus
(DAK) Tahun 2008, rata-rata nilai DAK yang akan dialokasi ke
kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan selama tahun 2008 adalah
sebesar Rp1,18 triliun. Besar alokasi DAK untuk tahun 2008 tersebut
mengalami peningkatan sebesar 20,30% dibanding DAK tahun
2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama tahun 2008
diperkirakan akan terdapat pening-katan pembangunan di Sulsel
yang secara otomatis akan berdampak pada pertumbuhan
perekonomian daerah.
PERKEMBANGAN KONDISI MAKROEKONOMI
Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2007
masih didominasi kinerja konsumsi dalam pembentukan PDRB Sulsel,
terutama konsumsi rumah tangga. Secara tahunan (y.o.y), hampir
semua sektor di sisi permintaan pada triwulan IV-2007 tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2007, kecuali
kinerja ekspor. Perlambatan pada kinerja konsumsi diperkirakan
disebabkan oleh kembali normalnya konsumsi masyarakat setelah
mengalami peningkatan selama bulan Ramadhan yang terjadi
menjelang akhir triwulan lalu. Sedangkan, kinerja ekspor cenderung
tumbuh secara cukup signifikan yang disebabkan oleh peningkatan
kinerja ekspor antar propinsi. Dari sisi penawaran secara tahunan,
sektor bangunan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu
sebesar 18,60% (y.o.y), yang diperkirakan karena adanya percepatan
pembangunan proyek-proyek pemerintah.
…. tercatat adanya peningkatan penyaluran TKI dari Sulsel ke luar negeri …..
Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2007 berada dalam fase pertumbuhan yang cukup tinggi ….
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4
Apabila dilihat secara triwulanan, peningkatan laju
pertumbuhan pada triwulan IV-2007 tersebut didorong juga oleh
adanya peningkatan kinerja ekspor. Sementara kinerja konsumsi dan
investasi mengalami perlambatan. Kinerja ekspor tercatat tumbuh
sebesar 10,12% yang disumbang oleh kinerja ekspor antar negara
(2,71%). Dari sisi penawaran, dorongan peningkatan laju inflasi
triwulanan tersebut didominasi sektor kinerja sektor perdagangan-
hotel-restoran dan bangunan. Peningkatan pada sektor perdagangan
diperkirakan adanya kegiatan keagamaan selama akhir tahun,
sementara pada sektor bangunan juga disebabkan karena
percepatan pembangunan proyek-proyek pemerintah selama
triwulan IV-2007.
Pada tahun 2007, perekonomian Sulsel tumbuh sebesar
6,19% (y.t.d) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2006
(6,71%). Secara umum, perlambatan terjadi pada empat sektor
ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, pertambangan-penggalian,
industri pengolahan dan jasa-jasa. Perlambatan di sektor pertanian
diperkirakan terjadi oleh karena adanya penurunan luas lahan
pertanian sedangkan perlambatan di sektor industri pengolahan
diperkirakan terjadi penurunan produksi terutama di sektor industri
pengolahan semen. Sementara perlambatan pada sektor
pertambangan diperkirakan karena sempat terjadi aktivitas
demontrasi oleh karyawannya pada triwulan IV-2007 yang
menyebabkan penurunan produktivitas sektor ini. Berdasarkan
sumbangan, sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat sebagai
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2007
yaitu sebesar 1,40% diikuti sektor pertanian (1,09%) dan sektor
angkutan-komunikasi (0,77%).
PERKEMBANGAN INFLASI
Laju inflasi tahunan tertinggi pada triwulan IV-2007 terjadi
pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 11,27%
(y.o.y), sedangkan laju inflasi tahunan terendah terjadi pada
kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar
0,27% (y.o.y). Peningkatan pada kelompok bahan makanan tersebut
disumbang oleh laju inflasi pada komoditas minyak goreng yang
Pada tahun 2007, perekonomian Sulsel tumbuh sebesar 6,19% (y.t.d). ……
Determinan inflasi pada triwulan IV-2007 terutama diperkirakan berasal dari sisi permintaan ….
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
5
diperkirakan disebabkan oleh kenaikan harga CPO di pasar
internasional serta minimnya pasokan di dalam negeri.
Sementara secara triwulanan, deflasi pada triwulan IV-2007
disumbangkan oleh deflasi pada kelompok bahan makanan,
terutama subkelompok ikan segar terutama pada komoditas ikan
bandeng yang diperkirakan karena masa panen komoditas tersebut
yang menyebabkan pasokannya melimpah.
Determinan inflasi pada triwulan IV-2007 terutama
diperkirakan berasal dari sisi permintaan (demand push inflation),
yaitu meningkatnya permintaan atas barang/jasa sehubungan
dengan Hari Raya Idul Adha, Natal dan perayaan Tahun Baru. Inflasi
volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan IHK Sulsel
pada triwulan IV-2007, yang antara lain seperti beras, bawang merah
dan minyak goreng yang masing-masing menyumbang sebesar
0,38% (y.o.y); 0,49% (y.o.y) dan 0,54% (y.o.y) terhadap total inflasi
daerah. Selanjutnya, inflasi inti Sulsel mencatat andil sebesar 2,48%
(y.o.y) dengan laju inflasi 4,81% (y.o.y). Sumbangan tertinggi pada
laju inflasi inti Sulsel tersebut antara lain disumbang oleh komoditas
emas perhiasan (0,38%), akademi/perguruan tinggi (0,19), SLTA
(0,14%), ikan kembung (0,11%) dan tepung terigu (0,08%). Pada
komoditas tepung terigu, selain menjadi salah satu komoditas yang
memberikan sumbangan terbesar pembentukan inflasi inti,
komoditas tersebut juga merupakan komoditas yang mengalami
inflasi tertinggi yaitu sebesar 46,31%. Inflasi pada komoditas
terpung terigu tersebut disebabkan oleh peningkatan harga gandum
di pasar internasional yang merupakan bahan utama pembuatan
tepung terigu. Selain itu, pola distribusi tepung terigu di Sulsel masih
dikuasai oleh satu distributor (distributor tunggal) sehingga
pembentukan harga tepung terigu di pasar regional lebih berpotensi
terjadinya peningkatan harga komoditas tersebut.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan
IV-2007 sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor
keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Dari sisi kelembagaan, pada
triwulan IV-2007 terdapat penambahan 6 kantor bank, yang terdiri
Kinerja bank umum pada triwulan IV-2007 mencatat beberapa peningkatan…
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
6
dari 5 kantor bank konvensional (unit) dan 1 kantor unit usaha
syariah.
Aset bank umum pada triwulan IV-2007 juga menujukkan
peningkatan, menjadi Rp32,46 triliun atau meningkat sebesar
29,06% dibandingkan akhir tahun 2006. Peningkatan aset tersebut
didorong oleh pertumbuhan aset bank swasta yaitu sebesar 38,47%,
sementara kelompok bank pemerintah tumbuh sebesar 24,58%.
Dari sisi pangsa, kelompok bank pemerintah masih mendominasi
pembentukan aset bank umum di Sulsel. Secara triwulanan, aset
bank umum Sulsel tercatat meningkat sebesar 6,19%, yang
didorong oleh peningkatan aset kelompok bank swasta yaitu sebesar
3,15% sementara kelompok bank pemerintah berkontribusi sebesar
3,04%.
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum
pada triwulan IV-2007 tercatat meningkat sebesar 17,51% dari akhir
tahun 2006 menjadi Rp24,60 trilyun. Sementara itu, secara
triwulanan, DPK tercatat meningkat sebesar 8,35%. Sedangakan
untuk kredit/pembiayaan juga tercatat meningkat sebesar 25,32%
dari akhir tahun 2006 menjadi Rp22,44 triliun. Adapun secara
triwulan, kredit/pembiayaan pada triwulan IV-2007 tercatat tumbuh
5,78% (q.t.q).
Pada periode laporan, NIM perbankan daerah tercatat
sebesar Rp1,90 triliun atau naik sekitar 27,01% dibandingkan posisi
akhir 2006. Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan
pendapatan bunga yaitu sebesar 19,49%. Dari indikator tersebut,
rasio NIM mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun lalu, yaitu dari 7,83% menjadi 8,42%. Peningkatan tersebut
juga terjadi secara triwulanan, dimana pada triwulan III-2007 rasio
NIMnya tercatat sebesar 6,12%.Sejalan dengan peningkatan NIM
tersebut di atas, laba perbankan Sulsel pada triwulan IV-2007 juga
meningkat sebesar 32,33% dari Rp617,13 miliar pada triwulan IV-
2006 menjadi Rp816,64 miliar pada triwulan IV-2007, atau
meningkat 25,46% bila dibandingkan laba triwulan III-2007 yang
tercatat sebesar Rp650,89 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
7
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Selama triwulan IV-2007, jumlah temuan uang rupiah palsu
di wilayah KBI Makassar adalah sebanyak 157 lembar atau naik 30
lembar dibandingkan dengan triwulan IV-2006. Jumlah temuan uang
palsu yang paling banyak ditemukan adalah uang kertas pecahan
Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar 61,15% dan
24,84% dari total lembar uang palsu yang ditemukan. Jumlah uang
palsu yang ditemukan selama triwulan IV-2007 adalah senilai
Rp8.985.000, sementara pada triwulan IV-2006 adalah sebesar
Rp8.430.000.
Nilai rata-rata transaksi pembayaran antar bank melalui
sistem kliring di Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2007 adalah
sebesar Rp107,213 miliar per bulan atau naik 16,76% dibanding
akhir tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp91,82 miliar. Sementara
volume transaksi kliring rata-rata adalah 3.857 warkat per bulan,
naik 22,98% dibanding akhir 2006 yang tercatat sebesar 3.140
warkat per bulan. Secara kumulatif, nilai transaksi kliring rata-rata
sebesar Rp89,591 miliar per bulan, lebih rendah dibandingkan nilai
transaksi rata-rata kliring pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp94,975
miliar. Begitu pula untuk volume kliring rata-rata pada tahun 2007
yang tercatat sebesar 3.336 per bulan, lebih rendah dibanding
volume kliring rata-rata tahun 2006 sebesar 4.195 per bulan.
Penurunan tersebut relatif sejalan dengan perlambatan pertumbuhan
ekonomi Sulsel pada tahun 2007, khususnya yang terjadi pada
semester I tahun 2007.
Selanjutnya, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga
akhir periode laporan tercatat sebesar 0,86%, lebih tinggi
dibandingkan angka pada triwulan IV-2006 yang sebesar 0,63%.
Berdasarkan nilai nominalnya, rasio rata-rata warkat yang ditolak
juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,93% dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
0,72%.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas),
per Agustus 2007 terjadi peningkatan pekerja (penduduk usia di atas
…..jumlah temuan uang palsu naik 30 lembar dibandingkan triwulan IV-2006….
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
8
15 tahun) di Sulsel, yaitu sebesar 2,06% dibanding Agustus 2006
atau menjadi 5,42 juta orang. Dari jumlah tersebut, tercatat yang
menjadi angkatan kerja adalah sebesar 61,07% dan yang bekerja
pada angkatan kerja tersebut sebesar 88,75%. Angka angkatan
kerja yang bekerja tersebut, pada tahun 2007, mengalami
peningkatan sebesar 7,33% (y.o.y) dari posisi Agustus 2006 yang
tercatat sebesar 2,74 juta orang.
Peningkatan tersebut didorong oleh penyerapan jumlah
angkatan kerja yang relatif meningkat pada sektor pertanian, sektor
perdagangan yaitu masing-masing sebesar 9,76% dan 5,56%. Di
sisi lain, sektor jasa dan lainnya (listrik/gas/air, tambang, konstruksi,
angkutan dan lembaga keuangan) tercatat memberikan kontribusi
negatif terhadap penyerapan angkatan kerja daerah.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami
peningkatan DAK, dimana kabupaten/kota yang menerima DAK
terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar 5,99% dari
total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%) dan
Kabupaten Sinjai (5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya, Kota
Makassar mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 134,25%.
Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar yang terus
menerus meningkat mengingat posisinya yang merupakan ibukota
provinsi.
Apabila ditinjau per bidang pembangunan, pembangunan
dibidang pendidikan menjadi prioritas pembangunan di Sulsel
dengan alokasi sebesar 33,73% dari total DAK, yang meningkat
35,58% dari DAK 2007. Kondisi tersebut dimaksudkan untuk
menjalankan program pemerintah dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan masyarakat. Selain itu, bidang infrastruktur juga menjadi
prioritas pembangunan di Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total
DAK, yang meningkat 17,24% dari DAK 2007, terutama untuk
pembangunan jalan dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat
bidang baru yang mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah
pusat yaitu bidang kehutanan dan kependudukan.
Berdasarkan Sakernas terjadi peningkatan pekerja …..
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
9
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah alokasi
bidang pertanian di wilayah Sulsel yang tercatat mengalami
penurunan 12% dibanding alokasi DAK 2007. Kondisi ini cukup
memprihatinkan mengingat sektor tersebut merupakan sektor
unggulan Sulawesi Selatan. Namun sharenya terhadap total Produk
Domestik Regional Bruto terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahun.
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2008 diperkirakan
terdapat tekanan pertumbuhan terutama pada sektor pertanian yang
diperkirakan akan tetap mengalami peningkatan namun dalam
jumlah yang relatif minim. Diperkirakan dorongan pertumbuhan
sektor ini berasal dari sektor tanaman bahan pangan meskipun pada
triwulan nanti masih merupakan masa tanam.
Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih
akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel pada
triwulan I-2008, terutama pada kinerja konsumsi rumah tangga dan
pemerintahan. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga tersebut
diperkirakan dalam jumlah yang relatif minim mengingat terdapat
kecenderungan adanya peningkatan harga-harga beberapa
komoditas, terutama pada bahan makanan. Sehingga cenderung
masyarakat akan menahan konsumsi terutama untuk hal-hal
kebutuhan pokok saja.
Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu
diwaspadai adalah kondisi sosial politik yang masih relatif mengacam
terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel. Masalah pilkada Sulsel
yang sekarang dalam tahap penyelesaian masih berpotensi
menimbulkan instabilitas perekonomian sehingga hal tersebut
cenderung mendorong pihak investor atau para pelaku usaha untuk
berjaga-jaga dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak
ada kejadian yang cukup mengganggu proses kinerja pembangunan,
seperti bencana alam, maka diperkirakan perekonomian Sulsel pada
triwulan mendatang, secara tahunan akan lebih tinggi dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya yaitu pada kisaran 8% ± 1%
Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi …..
Ditinjau dari pertumbuhannya, bidang pendidikan mengalami peningkatan alokasi DAK ….
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
10
(y-o-y), yang masih sejalan dengan perkirakan pertumbuhan ekonomi
Sulsel pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,75% ± 1% (y-t-d).
Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan
terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama untuk komoditas
beras dan tepung terigu. Dorongan inflasi pada komoditas beras
diperkirakan karena faktor stok beras yang mulai menipis mengingat
pada triwulan I-2008 merupakan masa tanam padi sehingga
produktivitasnya relatif menurun sedangkan permintaan masyarakat
terhadap komoditas dimaksud relatif tetap.
Akibat tekanan harga pada beberapa komoditas maka
diperkirakan laju inflasi cenderung meningkat. Peningkatan tersebut
lebih disebabkan faktor kondisi perekonomian dunia yang
berdampak ke regional (Sulsel) serta pasokan regional yang relatif
terbatas. Untuk triwulan mendatang diperkirakan laju inflasi secara
tahunannya lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi triwulan I-
2007 yaitu pada kisaran 6,8% ± 1% (y-o-y).
Pada triwulan IV-2007, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi
Selatan memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dan
diperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus berlanjut seiring
dengan perkembangan perekonomian daerah. Tingkat suku bunga
Bank Indonesia (BI-rate) selama triwulan IV-2007 yang sebesar
8,00% diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan
perbankan meskipun dari sisi simpanan khususnya deposito dapat
mengakibatkan penurunan, namun di sisi lain kondisi tersebut
menuntu perbankan untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa
pelayanannya kepada masyarakat. Disamping itu dengan adanya
peningkatan belanja pemerintah daerah dan kenaikan harga
beberapa komoditas secara umum tentunya akan mendorong
terjadinya peningkatan jumlah uang beredar yang secara tidak
langsung akan mendorong terjadinya peningkatan penghimpunan
dana pihak ketiga dan penyaluran kredit/pembiayaan perbankan.
Diperkirakan faktor sosial politik (pilkada) Sulsel ke depan yang akan
menjadi perhatian perbankan dalam beroperasi.
Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan terjadi pada kelompok bahan makanan, ………..
Akibat tekanan harga pada beberapa komoditas diperkirakan laju inflasi cenderung meningkat …
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
11
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN – PROPINSI SULAWESI SELATAN
Trw-1 Trw-2 Trw-3 Trw-4 Trw-1 Trw-2 Trw-3 Trw-4
- Total (y-o-y) 15.23 16.85 16.52 7.21 6.68 5.11 6.98 5.71
- Bahan makanan (y o y) 16.96 20.83 20.69 16.07 14.52 10.53 16.84 11.27
- Makanan jadi (y o y) 11.44 13.52 11.74 5.72 4.98 3.28 3.75 4.03
- Perumahan (y o y) 10.16 10.66 10.40 3.26 2.89 2.55 2.45 3.01
- Sandang (y o y) 7.20 8.85 6.06 4.79 5.49 3.38 6.37 9.29
- Kesehatan (y o y) 5.48 5.71 5.92 3.33 2.85 2.71 4.08 4.39
- Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (y o y) 8.31 9.15 13.49 13.12 12.99 12.12 8.50 8.25
- Trasnport dan komunikasi (y o y) 29.99 29.67 29.60 0.98 0.54 0.48 0.35 0.27
- % pertumbuhan, triwulanan 1.81 3.62 -1.14 -0.95 1.01 4.72 2.39 2.59
Sisi Permintaan (% pertumbuhan, q-t-q)
- Konsumsi Total 1.95 2.42 0.69 3.52 1.36 2.82 2.78 2.45
- Investasi Total -1.14 1.39 0.57 2.62 3.58 4.40 3.66 1.23
- Ekspor 4.99 -7.27 0.51 -4.91 -18.06 16.73 1.16 10.12
- Impor 2.96 -16.11 7.53 7.43 -19.02 14.24 2.27 10.45
Sisi Produksi (% pertumbuhan, q-t-q)
1. Pertanian 2.88 4.15 -0.60 -6.60 1.24 8.79 2.06 -1.00
2. Pertambangan dan Penggalian -3.42 2.82 2.58 2.85 -2.69 4.83 -1.42 3.48
3. Industri Pengolahan 0.39 2.76 1.47 -2.36 -0.09 3.77 3.23 3.34
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.61 5.67 -2.67 0.91 2.23 3.22 3.67 5.89
5. Konstruksi/Bangunan -4.68 2.06 2.36 1.54 -1.74 1.37 5.72 12.63
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.85 3.36 2.07 0.98 1.10 2.70 3.65 4.02
7. Angkutan dan Komunikasi 1.67 1.68 2.27 1.60 -0.03 3.35 6.13 5.06
9. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.10 11.04 1.93 4.39 0.50 3.03 1.28 3.10
10. Jasa-jasa 9.43 2.44 -16.44 4.92 7.25 1.65 0.66 2.14
- % pertumbuhan, tahunan 9.37 9.78 6.08 2.78 2.42 3.79 7.41 11.12
Sisi Permintaan (% pertumbuhan, y o y)
- Konsumsi Total 7.83 8.84 7.49 8.17 8.82 9.15 10.88 9.75
- Investasi Total -1.50 4.03 2.95 3.59 8.15 11.60 15.02 13.47
Nilai Ekspor-Impor (dalam Ribuan USD)
- Ekspor 279,706 737,553 1,232,371 2,018,758 580,224.00 895,989.00 701,841.00 669,261.70*
- Impor 94,146 169,811 244,103 333,867 85,323.00 80,677.00 112,203.79 85,216.33*
Sisi Produksi (% pertumbuhan, y o y)
1. Pertanian 9.52 7.95 4.53 -2.52 -3.11 2.02 4.51 11.29
2. Pertambangan dan Penggalian 9.85 7.33 5.19 4.78 5.53 7.60 3.41 4.06
3. Industri Pengolahan 10.47 9.57 8.33 1.60 1.12 2.72 4.50 10.60
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.06 10.94 7.85 3.95 5.57 3.63 10.38 15.83
5. Konstruksi/Bangunan 5.18 6.73 4.93 1.11 4.23 3.52 6.92 18.60
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.92 12.17 7.65 4.75 6.68 8.49 10.54 11.94
7. Angkutan dan Komunikasi 6.13 7.43 7.11 6.34 5.78 7.69 11.62 15.20
9. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.69 9.80 8.84 15.30 13.43 10.62 9.46 8.13
10. Jasa-jasa 16.52 17.05 4.45 6.28 1.99 -4.48 15.01 12.07
2006
PDRB Triwulanan (q t q)
PDRB Tahunan (y o y)
Laju Inflasi tahunan
2007INDIKATOR
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
12
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN – PROPINSI SULAWESI SELATAN
Trw-1 Trw-2 Trw-3 Trw-4 Trw-1 Trw-2 Trw-3 Trw-4
- Uang Giral 3,713.60 4,242.55 4,563.79 5,408.16 4,301.35 4,710.53 4,933.21 5,060.05
- Uang Kuasi 13,869.10 14,390.42 14,564.44 16,626.62 16,299.90 17,149.70 17,769.75 19,653.27
- Jumlah Bank Umum 31 31 31 31 32 33 35 35- Jumlah Kantor Bank Umum (Tdk. Termsk. BRI Unit) 516 516 516 516 544 553 572 578- Jumlah BPR 30 30 30 30 27 27 27 27- Jumlah Kantor BPR 42 42 42 42 45 45 45 45
- Giro 3,672.81 4,242.55 4,563.79 5,351.07 4,301.35 4,710.53 4,933.21 5,060.05 - Deposito 5,969.71 6,107.65 6,102.07 6,299.43 6,881.48 6,942.20 6,929.73 6,718.81 - Tabungan 7,637.49 8,228.06 8,392.18 9,910.99 9,418.42 10,207.50 10,840.02 12,820.68 - Total 17,280.01 18,578.26 19,058.04 21,561.49 20,601.25 21,860.23 22,702.96 24,599.54
Kredit Bank Umum Konvensional (eksekuting & Chanelling)
- Kredit (miliar Rp) ^ 15,303.99 16,660.51 17,234.27 18,069.89 18,303.23 19,871.45 21,218.35 22,444.37- UMKM (% Kredit) 51.89 52.34 54.09 54.18 53.78 54.45 54.20 54.08- LDR 94.17 89.68 90.43 83.81 88.85 90.90 93.46 91.24
- Posisi Kas 1,868.62 1,295.77 1,416.70 263.69 1,649.47 259.06 1,656.32 300.62- Inflow (kumulatif triwulan) 2,528.93 2,095.22 2,630.67 2,255.79 2,017.68 498.84 840.78 1,314.40- Outflow (kumulatif triwulan) 1,564.42 2,287.21 2,321.21 2,601.93 410.03 1,190.21 386.49 1,806.04- PTTB (kumulatif triwulan) 268.44 352.93 697.08 881.14 949.41 474.28 468.29 870.38- Jumlah Uang Palsu (lbr.) 83 15 138 127 352 179 233 157
- RTGS - incoming (miliar Rp) 6881.20 7181.59 2987.42 10252.70 7,629.14 8,207.83 8,711.76 7,137.14- RTGS - outgoing (miliar Rp) 14368.68 13331.78 3282.37 11639.71 10,801.58 8,069.47 9,925.34 5,552.41- Nominal Kliring (miliar Rp) 6,093.67 6,266.30 5,589.75 5,417.37 4,306.76 5,397.16 6,056.61 6,432.80- Jumlah Warkat (ribuan lembar) 299.45 310.00 240.17 185.05 169.83 204.29 220.99 231.43- Jumlah Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%) 0.75 0.59 0.71 0.63 0.46 0.54 0.62 0.86- Nominal Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%) 0.77 0.71 0.72 0.72 0.56 0.63 0.64 0.93
Keterangan:*) = Data sementaray - o - y = tahunany - t - d = year to dateq t q = triwulananKUK = Kredit Usaha KecilNPL = Non Performing LoanDPK = Dana Pihak KetigaPTTB = Pemberian Tanda Tidak BerhargaRTGS = Real Time Gross Settlement (untuk nominal transaksi di atas Rp100 juta)^ = Hanya disalurkan oleh Bank di Sulsel
2006
Cash Flow KBI (miliar Rp)
Besaran Moneter (miliar Rp)
Jumlah Bank dan Kantor Bank
Transaksi Non Tunai (Kliring & RTGS: kumulatif)
Dana Pihak Ketiga Bank Umum konv. (miliar Rp)
2007INDIKATOR
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
13
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2007
tumbuh 11,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,41%
(y.o.y) maupun dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 2,90% (y.o.y). Dari sisi penawaran
(sektoral), seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif namun terdapat 2 (dua) sektor
yang mengalami perlambatan. Berdasarkan sumbangan sektoralnya, sektor pertanian
tercatat sebagai penyumbang tertinggi pertumbuhan tahunan ekonomi daerah. Dari sisi
permintaan, laju pertumbuhan daerah secara umum masih didukung oleh kinerja konsumsi
terutama konsumsi rumah tangga. Sementara secara triwulanan, kinerja perekonomian
daerah mengalami pertumbuhan sebesar 2,59% (q.t.q), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat 2,39% (q.t.q). Peningkatan tersebut
disumbangkan oleh kinerja perdagangan-hotel-restoran dan bangunan. Sedangkan secara
kumulatif, laju pertumbuhan ekonomi Sulsel tercatat sebesar 6,19% (y.t.d) mengalami
perlambatan dibanding laju pertumbuhan tahun 2006 yang tercatat sebesar 6,71% (y.t.d).
Kondisi tersebut didorong oleh melambatnya kinerja beberapa sektor ekonomi utama daerah
yaitu sektor pertanian, pertambangan dan industri pengolahan.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2003 2004 2005 2006 2007 -
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00Ju
taan
Rp
Nilaiy.o.yq.t.q
Sumber : KBI Makassar & BPS SulselCatt : Triwulan IV-2007 : angka perkiraan KBI Mks
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
14
1.1 Sisi Permintaan
Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2007 berada dalam fase
pertumbuhan yang cukup tinggi, setelah pada triwulan I dan II mengalami perlambatan. Dari
sisi pangsa, konsumsi masih mendominasi pembentukan PDRB Sulsel, terutama konsumsi
rumah tangga. Secara tahunan (y.o.y), semua sektor di sisi permintaan pada triwulan laporan
tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2007, terutama konsumsi. Hal ini
diperkirakan disebabkan oleh kembali normalnya konsumsi masyarakat setelah mengalami
peningkatan selama bulan Ramadhan yang terjadi menjelang akhir triwulan lalu. Konsumsi
Pemerintah cenderung pula mengalami perlambatan di bandingkan triwulan III-2007,
demikian pula kinerja investasi di daerah. Di sisi lain, kinerja ekspor cenderung tumbuh secara
cukup signifikan yang disebabkan oleh meningkatnya kinerja net ekspor dan relatif
melambatnya kinerja impor daerah.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) II'06 III'06 IV'06 I'07 II'07 III'07 IV'07 *
1 Konsumsi 8.87 8.72 9.39 8.82 9.15 10.88 9.75a. Konsumsi Rumah Tangga 7.38 6.55 7.00 6.51 7.10 9.65 8.64b. Konsumsi Nirlaba 5.89 6.98 7.40 4.41 6.41 10.51 17.53
c. Konsumsi Pemerintah 14.68 17.09 18.56 17.45 16.58 15.20 13.282 Investasi 3.83 2.95 3.59 8.15 11.60 15.02 13.47
a. Pembentukan Modal 3.71 3.71 3.34 5.38 8.04 12.67 15.16b. Perubahan Stok 7.57 -15.92 12.70 94.00 119.84 86.99 -44.01
3 Net Ekspor Impor 19.05 -6.15 -42.22 -49.73 -40.19 -31.65 21.93a. Ekspor 22.00 32.58 34.64 27.91 3.14 1.70 6.55b. Impor 23.04 48.39 63.87 65.67 17.89 10.31 4.49
9.09 6.09 2.90 2.42 3.79 7.41 11.12
1 Konsumsi 6.40 6.26 6.78 6.40 6.58 8.01 7.49a. Konsumsi Rumah Tangga 4.18 3.69 3.97 3.67 3.96 5.47 5.10b. Konsumsi Nirlaba 0.04 0.04 0.04 0.03 0.04 0.06 0.11
c. Konsumsi Pemerintah 2.18 2.52 2.77 2.70 2.59 2.48 2.282 Investasi 0.66 0.51 0.61 1.36 1.90 2.50 2.32
a. Pembentukan Modal 0.62 0.61 0.56 0.87 1.27 2.04 2.54b. Perubahan Stok 0.04 -0.11 0.06 0.49 0.62 0.46 -0.22
3 Net Ekspor Impor 2.04 -0.68 -4.49 -5.34 -4.69 -3.10 1.31a. Ekspor 9.05 12.44 13.38 9.16 1.45 0.81 3.31b. Impor 7.01 13.12 17.88 14.51 6.14 3.91 2.00
9.09 6.09 2.90 2.42 3.79 7.41 11.12Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
KETERANGAN Pertumbuhan (%, y.o.y)
KETERANGAN Sumbangan (%, y.o.y)
Sumbangan Total (%, y.o.y)
Pertumbuhan Total (%, y.o.y)
PERIODE
Apabila dilihat secara triwulanan, pertumbuhan pada triwulan laporan yang lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya tersebut didorong peningkatan kinerja net ekspor
sementara kinerja konsumsi dan investasi mengalami perlambatan. Kinerja konsumsi pada
triwulan IV-2007 tercatat sebesar 2,45%, lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan
triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 2,78% (tabel 1.2). Perlambatan tersebut disumbang
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
15
oleh perlambatan pada kinerja konsumsi rumah tangga yang relatif besar, sementara kinerja
konsumsi nirlaba dan pemerintah memberikan peningkatan sumbangan dibanding triwulan
sebelumnya. Sementara perlambatan pada investasi terjadi karena sumbangan kontraksi
pada perubahan stok yang relatif besar.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (q.t.q)
II'06 III'06 IV'06 I'07 II'07 III'07 IV'07 *
1 Konsumsi 2.51 1.17 3.51 1.36 2.82 2.78 2.45a. Konsumsi Rumah Tangga 2.01 0.57 3.27 0.53 2.58 2.96 2.32b. Konsumsi Nirlaba 1.37 0.26 1.04 1.68 3.31 4.12 7.46
c. Konsumsi Pemerintah 4.36 3.38 4.44 4.23 3.59 2.15 2.712 Investasi 1.17 0.57 2.62 3.58 4.40 3.66 1.23
a. Pembentukan Modal 1.10 0.59 2.94 0.66 3.65 4.90 5.22b. Perubahan Stok 3.22 0.07 -7.30 102.60 16.97 -14.88 -72.25
3 Net Ekspor Impor 12.30 -17.12 -39.40 -10.88 33.62 -5.28 8.10a. Ekspor 44.76 2.59 5.11 -18.06 16.73 1.16 10.12b. Impor 60.54 9.30 16.59 -19.02 14.24 2.27 10.45
3.34 -1.06 -0.83 1.01 4.72 2.39 2.59
1 Konsumsi 1.82 0.85 2.58 1.05 2.17 2.10 1.86a. Konsumsi Rumah Tangga 1.14 0.32 1.85 0.31 1.52 1.70 1.34b. Konsumsi Nirlaba 0.01 0.00 0.01 0.01 0.02 0.03 0.05
c. Konsumsi Pemerintah 0.67 0.53 0.72 0.73 0.64 0.38 0.472 Investasi 0.19 0.09 0.44 0.62 0.78 0.64 0.22
a. Pembentukan Modal 0.18 0.09 0.47 0.11 0.61 0.81 0.88b. Perubahan Stok 0.02 0.00 -0.04 0.51 0.17 -0.16 -0.66
3 Net Ekspor Impor 1.32 -2.00 -3.85 -0.65 1.77 -0.36 0.50a. Ekspor 14.70 1.19 2.44 -9.13 6.86 0.53 4.57b. Impor 13.37 3.19 6.29 -8.48 5.09 0.89 4.07
3.34 -1.06 -0.83 1.01 4.72 2.39 2.59Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
Sumbangan (%, q.t.q)
Sumbangan Total (%, q.t.q)
KETERANGAN
PERIODEKETERANGAN
Pertumbuhan Total (%, q.t.q)
Pertumbuhan (%, q.t.q)
a. Konsumsi
Kinerja konsumsi pada triwulan laporan tumbuh sebesar 9,75% (y.o.y), lebih lambat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2007. Perlambatan juga terjadi secara
triwulanan, dari 2,78% (q.t.q) pada triwulan III-2007 menjadi 2,45% (q.t.q) pada triwulan IV-
2007. Perlambatan ini lebih banyak disumbang oleh konsumsi rumah tangga, yang
diperkirakan terjadi akibat perbedaan pola konsumsi. Terkait dengan kegiatan bulan
Ramadhan yang pada tahun sebelumnya jatuh pada triwulan IV, sedangkan pada tahun
2007 jatuh pada akhir triwulan III-2007. Perlambatan pada kinerja konsumsi rumah tangga
hanya terjadi pada kisaran yang relatif kecil mengingat tetap adanya dorongan konsumsi
pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha yang jatuh menjelang akhir tahun
2007. Sementara itu, secara tahunan perlambatan juga terjadi pada konsumsi pemerintah
yang tercatat sebesar 13,28% pada triwulan laporan setelah triwulan sebelumnya meningkat
15,20% (y.o.y).
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
16
Grafik 1.2Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya
-
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
Mily
ar R
p
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.5 Penjualan Kendaraan dan Suku Cadang
-
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12ar R
p
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Pola pertumbuhan konsumsi
rumah tangga tersebut terlihat pada
beberapa prompt indikator dibawah ini,
yang cenderung menunjukkan adanya
perlambatan konsumsi rumah tangga.
Grafik 1.3. Indeks Ketepatan Waktu Pembelian
Barang Tahan Lama
85
90
95
100
105
110
115
120
125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007Inde
ks
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahanlama
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Grafik 1.4. Penjualan Makanan dan Tembakau
-
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
Mily
ar R
pSumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Secara kumulatif, laju kinerja
konsumsi tahun 2007 tercatat sebesar
9,66% lebih tinggi dibanding laju kinerja
konsumsi tahun 2006 (8,70%).
Peningkatan laju tersebut didorong oleh
meningkatnya penghasilan rumah tangga,
penjualan kendaraan dan suku cadang,
serta kredit konsumsi yang disalurkan oleh
perbankan daerah.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
17
Grafik 1.6 Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6
Bulan yang lalu
85
95
105
115
125
135
145
155
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007Inde
ks
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Bank Umum
3.10
4.25
6.31 6.
58 6.89 7.
14 7.48 7.
85
9.79
9.26
8.56
0
2
4
6
8
10
12
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Tabel 1.3. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Konsumsi (y.t.d) KETERANGAN 2004 2005 2006 2007 *
Konsumsi Rumah Tangga 5.37% 2.98% 6.94% 7.99% a. Makanan 5.79% 3.98% 6.14% 7.52% b. Bahan Makanan 4.57% 1.05% 8.54% 8.90%Konsumsi Nirlaba 4.94% 1.89% 6.26% 9.76%Konsumsi Pemerintah 4.67% -17.96% 15.50% 15.56%
KONSUMSI 5.20% -2.17% 8.70% 9.66%Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
b. Investasi
Kinerja investasi daerah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 13,47%
(y.o.y) melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,02% (y.o.y).
Perlambatan tersebut juga terjadi secara triwulanan, yaitu dari 3,66% (q.t.q) pada triwulan
III-2007 menjadi 1,23% (q.t.q) pada triwulan IV-2007. Perlambatan tersebut disumbang oleh
kinerja perubahan stok yang mengalami kontraksi sebesar 44,01% (y.o.y) dan 72,25%
(q.t.q). Kontraksi pada perubahan stok tersebut diperkirakan karena tindakan para pelaku
usaha untuk berjaga-jaga dalam menghadapi kondisi politik (Pilkada Sulsel) yang terjadi pada
triwulan laporan. Dilihat dari komponen investasi, secara tahunan (y.o.y) kinerja perubahan
stok mengalami penurunan namun kontribusinya masih lebih kecil dibanding kontribusi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB sendiri terjadi pertumbuhan tahunan yang
lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 15,16% (y.o.y).
Sementara secara triwulanan, pada triwulan IV-2007 terjadi pertumbuhan sebesar 5,22%
(q.t.q) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 4,90%
(q.t.q). Pertumbuhan PMTB tersebut dapat dilihat pada beberapa prompt indikator dibawah
ini yang cenderung menunjukkan adanya peningkatan kegiatan investasi di Sulsel.
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
18
Grafik 1.8. Penjualan Semen di Sulsel
-
100
200
300
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007Rib
uan
Ton
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.9. Penjualan Bahan Konstruksi
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007Mily
ar R
p
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.10 Kredit Produktif (Investasi+Modal Kerja)
Bank Umum
6.71 6.85
9.12 9.37 9.66 9.93 10
.43
10.4
5
11.3
1
11.9
6
12.6
5
0
2
4
6
8
10
12
14
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Grafik 1.11 Indeks Realisasi Kegiatan Dunia Usaha
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007
Sumber : KBI Makassar Survei Kegiatan Dunia
Sementara itu secara kumulatif, laju kinerja investasi tahun 2007 tercatat sebesar
12,09% (y.t.d) lebih tinggi dibanding laju kinerja investasi tahun 2006 yang tercatat sebesar
2,40% (y.t.d). Pertumbuhan laju kinerja investasi secara kumulatif tersebut diperkirakan
terjadi karena iklim usaha yang makin kondusif, terutama di sektor properti dan konstruksi,
yang selama tahun 2007 makin marak pembangunannya.
Tabel 1.4. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Investasi (y.t.d) KETERANGAN 2004 2005 2006 2007 *
a. Pembentukan Modal 7.76% -13.97% 2.20% 10.37%b. Perubahan Stok 25.38% 123.79% 9.24% 65.98%
INVESTASI 7.93% -12.41% 2.40% 12.09%Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
19
c. Net Ekspor Impor
Pada triwulan laporan, kinerja net ekspor impor tercatat mengalami pertumbuhan
yang signifikan yaitu sebesar 21,93% (y.o.y), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami
kontraksi. Pertumbuhan tersebut juga terjadi secara triwulanan, dimana pada triwulan IV-
2007 terjadi pertumbuhan sebesar 8,10% (q.t.q) sedangkan pertumbuhan pada triwulan III-
2007 tercatat kontraksi sebesar 5,28% (q.t.q). Pertumbuhan tersebut disebabkan
pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan impor. Kinerja ekspor
pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 6,55% (y.o.y). Begitu juga secara triwulanan, pertumbuhan ekspor
pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 10,12% (q.t.q) lebih tinggi dibanding pertumbuhan
triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 1,16% (q.t.q). Peningkatan tersebut relatif didorong
oleh peningkatan nilai kinerja ekspor antar propinsi, yang diperkirakan lebih disebabkan oleh
tingginya permintaan terhadap komoditas primer Sulsel oleh para eksportir di luar wilayah
Sulsel. Peningkatan kinerja ekspor antar propinsi tersebut menyumbang 3,44% (y.o.y)
terhadap pertumbuhan kinerja ekspor. Sedangkan kinerja ekspor antar negara sendiri
kontraksi sebesar 0,30% (y.o.y) yang ditandai dengan penurunan volume ekspor antar
negara dari Sulsel. Kondisi ini menyebabkan dampak positif dari peningkatan harga dari
komoditas primer di pasar internasional kurang mendorong peningkatan kinerja ekspor antar
negara. Volume ekspor antar negara dari Sulsel tercatat mengalami kontraksi sebesar
26,77% (y.o.y) dari 607,65 ton pada triwulan IV-2006 menjadi 445,01 ton pada triwulan
laporan. Hal ini terjadi akibat penurunan produksi komoditas terutama komoditas mineral
bukan logam yaitu sebesar 177,47 ton dari 371,30 ton pada triwulan IV-2006 menjadi
193,83 ton pada triwulan laporan.
Grafik 1.12. Nilai dan Volume Ekspor Non Migas Sulawesi Selatan
-
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
Ribu Ton
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450Juta US$
VolumeNilai
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
20
Seiring dengan penurunan volume ekspor daerah, nilai ekspor juga tercatat menurun
dari US$786,39 juta menjadi US$669,26 juta, yang juga didorong oleh penurunan nilai
ekspor komoditas biji logam dan sisa-sisa logam yaitu sebesar US$93,75 juta, dari US$590,56
juta pada triwulan IV-2006 menjadi US$496,81juta.
Kinerja impor juga tercatat mengalami perlambatan yaitu sebesar 4,49% (y.o.y),
yang diperkirakan disebabkan oleh tingkat harga komoditas di pasar internasional yang
masih tinggi. Perlambatan tersebut terutama disumbang oleh impor antar negara yang
sumbangannya menurun dari 3,69% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,00%
(y.o.y). Sementara secara triwulanan, kinerja impor mengalami peningkatan sebesar 10,45%
lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 2,27%.
Pertumbuhan triwulanan tersebut didorong oleh kinerja impor antar propinsi yaitu sebesar
3,42%.
Grafik 1.13. Nilai dan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
Ribu Ton
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50Juta US$VolumeNilai
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Untuk kegiatan perdagangan barang dan jasa antar provinsi, pada triwulan laporan
secara netto (net keluar – masuk) masih mengalami defisit yang tercatat sebesar Rp2,00
triliun, yang lebih rendah dibanding triwulan IV-2006. Penurunan defisit tersebut disebabkan
oleh meningkatnya nilai perdagangan yang keluar dari Sulsel. Kinerja perdagangan yang
keluar wilayah Sulsel tersebut pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 41.15% (y.o.y),
sementara kinerja perdagangan yang masuk wilayah Sulsel tercatat kontraksi sebesar 0,01%
(y.o.y). Sementara secara triwulanan terjadi peningkatan defisit, yaitu dari Rp1,84 triliun pada
triwulan III-2007 menjadi Rp2,00 pada triwulan IV-2007. Penurunan tersebut didorong oleh
kinerja impor antar propinsi yang meningkat lebih tinggi dibanding kinerja ekspor antar
propinsi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
21
Grafik 1.14. Perkembangan PDRB Perdagangan Antar Propinsi (Triliun Rp)
(2.50)
(2.00)
(1.50)
(1.00)
(0.50)
-
0.50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007
Triliun Rp
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50Triliun Rp
NetEkspor Antar Prop.Impor Antar Prop.
Sumber : BPS Sulsel, diolahCatt : Trw. IV-2007 : Perkiraan KBI Mks
Secara kumulatif, laju kinerja net ekspor impor Sulsel pada tahun 2007 tercatat kontraksi
sebesar 30,94%, lebih rendah dibandingkan kontraksi kinerja net ekspor impor tahun 2006
yang sebesar 0,03%. Kondisi ini disebabkan penurunan kinerja pada ekspor antar propinsi
Sulsel seiring dengan meningkatnya harga komoditas Sulsel di pasar internasional. Hal ini
mendorong para eksportir untuk melakukan ekspor komoditas Sulsel ke luar negeri.
Sedangkan di sisi lain, terjadi peningkatan kinerja impor antar negara yang tercatat sebesar
28,85% (y.t.d) terutama pada komoditas gandum dan olahan gandum.
Tabel 1.5. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Ekspor Impor (y.t.d) KETERANGAN 2004 2005 2006 2007 *
Ekspor -1.73% 101.42% 17.42% 8.23% a.Antar Negara -7.58% 237.21% 13.94% 17.89% b.Antar Propinsi 3.68% -10.73% 28.26% -18.55%Impor 0.82% 52.74% 23.33% 18.99% a.Antar Negara -4.55% 658.98% 14.32% 28.85% b.Antar Propinsi 1.23% 9.47% 27.79% 14.63%
Net Ekspor Impor -62.94% 3270.78% -0.03% -30.94%Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
1.2 Penawaran Daerah
Dari sisi penawaran secara tahunan, tercatat tujuh sektor mengalami pertumbuhan
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor bangunan, pada triwulan laporan
tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,60% (y.o.y), diikuti sektor listrik-
gas-air bersih dan angkutan-komunikasi masing-masing tercatat sebesar 15,83% (y.o.y) dan
15,20% (y.o.y).
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
22
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV *)1 Pertanian 8.34 5.92 4.97 -2.56 -3.11 2.02 4.51 11.292 Pertambangan & Penggalian 9.80 7.27 5.13 4.70 5.53 7.60 3.41 4.063 Industri Pengolahan 10.47 8.91 8.33 1.60 1.12 2.72 4.50 10.604 Listrik, Gas dan Air Bersih 8.12 10.45 7.85 3.95 5.57 3.63 10.38 15.835 Bangunan 5.18 6.73 4.93 1.11 4.23 3.52 6.92 18.606 Perdagangan, Hotel & Restoran 7.39 8.06 7.05 5.96 6.68 8.49 10.54 11.947 Angkutan dan Komunikasi 5.65 6.78 7.68 7.11 5.78 7.69 11.62 15.208 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 2.97 6.86 9.31 15.76 13.43 10.62 9.46 8.139 Jasa-jasa 17.77 25.33 3.48 5.18 1.99 -4.48 15.01 12.07
8.99 9.09 6.09 2.90 2.42 3.79 7.41 11.12Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
SEKTOR EKONOMI2006
PDRB
2007
Dari sisi sumbangan, secara umum semua sektor memberikan sumbangan positif
terhadap pertumbuhan tahunan ekonomi Sulsel, dimana sektor pertanian tercatat sebagai
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 3,28% (y.o.y).
Tabel 1.7. Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV1 Pertanian 2.58 1.87 1.56 -0.78 -0.95 0.62 1.40 3.282 Pertambangan & Penggalian 0.95 0.72 0.52 0.48 0.54 0.74 0.34 0.433 Industri Pengolahan 1.46 1.24 1.17 0.23 0.16 0.38 0.64 1.494 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.08 0.10 0.07 0.04 0.05 0.03 0.10 0.155 Bangunan 0.24 0.31 0.23 0.05 0.19 0.16 0.32 0.886 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.11 1.17 1.04 0.89 0.99 1.22 1.56 1.837 Angkutan dan Komunikasi 0.44 0.51 0.58 0.53 0.43 0.57 0.89 1.198 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0.18 0.41 0.55 0.90 0.77 0.62 0.57 0.529 Jasa-jasa 1.96 2.75 0.38 0.56 0.24 -0.56 1.58 1.35
8.99 9.09 6.09 2.90 2.42 3.79 7.41 11.12Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
SEKTOR EKONOMI2006 2007 *)
PDRB
Pada tahun 2007, perekonomian Sulsel tumbuh sebesar 6,19% (y.t.d) lebih rendah
dibanding pertumbuhan tahun 2006 (6,71%). Secara umum, perlambatan terjadi pada
empat sektor ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, pertambangan-penggalian, industri
pengolahan dan jasa-jasa. Perlambatan di sektor pertanian diperkirakan terjadi oleh karena
adanya penurunan luas lahan pertanian sedangkan perlambatan di sektor industri
pengolahan diperkirakan terjadi penurunan produksi terutama di sektor industri pengolahan
semen. Sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
23
tertinggi yaitu sebesar 10,33% terutama pada subsektor bank yang tumbuh sebesar
13,70%. Lebih lanjut, sektor angkutan-komunikasi tercatat tumbuh 10,15% dan sektor
perdagangan-hotel-restoran tumbuh sebesar 9,45%.
Tabel 1.8. Pertumbuhan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d)
1 Pertanian 6.91 4.10 3.592 Pertambangan & Penggalian 4.81 6.63 5.123 Industri Pengolahan 7.30 7.22 4.744 Listrik, Gas dan Air Bersih 6.54 7.55 8.855 Bangunan 6.82 4.41 8.436 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.38 7.10 9.457 Angkutan dan Komunikasi 7.78 6.81 10.158 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 4.31 8.72 10.339 Jasa-jasa 3.40 12.80 5.64
6.18 6.71 6.19Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
PDRB
SEKTOR EKONOMI 2005 2006 2007 *)
Berdasarkan sumbangan kumulatifnya, sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat
sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2007 yaitu sebesar
1,40% diikuti sektor pertanian (1,09%) dan sektor angkutan-komunikasi (0,77%).
Tabel 1.9. Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d)
1 Pertanian 2.14 1.28 1.092 Pertambangan & Penggalian 0.49 0.66 0.513 Industri Pengolahan 1.01 1.01 0.674 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.06 0.07 0.085 Bangunan 0.32 0.21 0.396 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.94 1.05 1.407 Angkutan dan Komunikasi 0.58 0.52 0.778 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0.26 0.52 0.629 Jasa-jasa 0.38 1.40 0.65
6.18 6.71 6.19Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
PDRB
2005 2006 2007 *)SEKTOR EKONOMI
Secara triwulanan, perekonomian Sulsel tercatat tumbuh sebesa2,59% (q.t.q) lebih
tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yaitu sebesar 2,39% (q.t.q). Pertumbuhan
triwulanan tersebut didorong oleh sektor perdagangan-hotel-restoran (0,61%) dan sektor
bangunan (0,46%). Sementara sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar -1,00%.
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
24
Kontraksi pada sektor pertanian tersebut disebabkan adanya masa tanam yang terjadi pada
triwulan IV-2007.
a. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 11,29% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,51% (y.o.y). Pertumbuhan sektor
ini didorong oleh sub sektor tanaman bahan makanan terutama oleh peningkatan
produktivitas padi, meskipun produktivitas palawija menurun. Sementara itu secara kumulatif
(y.t.d), sektor pertanian mengalami perlambatan dan diperkirakan oleh adanya pergeseran
musim yang mengakibatkan produktivitas sektor ini pada triwulan I-2007 menurun cukup
tinggi (masa tanam) namun pada triwulan-triwulan berikutnya mengalami peningkatan.
Perlambatan tersebut terjadi pada subsektor tanaman perkebunan dan perikanan.
Perlambatan pada subsektor perkebunan diperkirakan karena kondisi tanaman perkebunan,
seperti kakao, yang makin tidak produktif terkait dengan umur tanaman, hama dan kondisi
cuaca. Kondisi-kondisi tersebut di atas terlihat pada prompt indikator untuk komoditas
pertanian utama Sulsel, dimana tanaman padi maupun palawija mengalami pertumbuhan
positif, meski luas lahan panen tercatat mengalami penurunan. Pada sisi lainnya, subsektor
perikanan secara tahunan (y.o.y) tercatat mengalami peningkatan.
Tabel 1.10. Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija
IV'06 2006 IV'07 20071 Padi 807,919 3,627,985 1,002,465 3,644,079 24.08 0.442 Palawija 232,194 1,345,865 208,897 1,481,571 -10.03 10.08
a. Jagung 58,550 720,310 108,244 833,841 84.87 15.76b. Ubi Jalar 13,741 54,124 13,607 48,832 -0.98 -9.78c. Ubi Kayu 136,369 475,694 65,819 506,942 -51.73 6.57d. Kacang Tanah 6,203 40,524 5,623 42,532 -9.35 4.96e. Kedelai 6,846 27,449 5,071 20,805 -25.93 -24.20f. Kacang Hijau 10,485 27,764 10,533 28,619 0.46 3.08
IV'06 2006 IV'07 20071 Padi 157,942 751,727 193,083 736,273 22.25 -2.062 Palawija 46,984 357,157 31,806 317,111 -32.30 -11.21
a. Jagung 17,441 241,350 8,151 209,287 -53.27 -13.28b. Ubi Jalar 1,322 9,554 1,269 4,531 -4.01 -52.57c. Ubi Kayu 8,913 23,688 6,989 32,721 -21.59 38.13d. Kacang Tanah 5,776 41,750 5,059 36,689 -12.41 -12.12e. Kedelai 4,223 17,058 2,038 10,630 -51.74 -37.68f. Kacang Hijau 9,309 23,757 8,300 23,253 -10.84 -2.12
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah
y.t.d 2007
KOMODITI
KOMODITI Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha) y.t.d 2007
y.o.y IV'07
y.o.y IV'07
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
25
Tabel 1.11. Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi di Daerah Bosowasipulu
IV'06 2006 IV'07 2007
1 Bone 180,266 513,542 179,087 523,375 -0.65 1.912 Soppeng 26,664 179,880 23,993 185,006 -10.02 2.853 Wajo 120,715 399,119 117,470 323,999 -2.69 -18.824 Sidrap 72,122 354,260 58,083 329,637 -19.47 -6.955 Pinrang 132,424 439,046 137,022 401,174 3.47 -8.636 Luwu 61,483 185,382 86,289 258,570 40.35 39.487 Luwu Utara 23,020 111,016 37,082 136,668 61.09 23.118 Luwu Timur 28,619 120,332 32,910 119,613 14.99 -0.60
645,313 2,302,577 671,936 2,278,042 4.13 -1.07
IV'06 2006 IV'07 20071 Bone 46,674 115,640 43,473 122,569 -6.86 5.992 Soppeng 5,040 32,770 2,777 32,574 -44.90 -0.603 Wajo 26,658 90,929 28,819 73,590 8.11 -19.074 Sidrap 16,488 72,480 7,742 60,913 -53.04 -15.965 Pinrang 25,717 83,536 31,637 82,349 23.02 -1.426 Luwu 14,207 46,550 13,079 47,875 -7.94 2.857 Luwu Utara 5,197 25,850 8,217 28,993 58.11 12.168 Luwu Timur 6,786 26,722 6,786 24,582 0.00 -8.01
146,767 494,477 142,530 473,445 -2.89 -4.25Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah
y.o.y IV'07
y.t.d 2007
y.o.y IV'07
y.t.d 2007
TOTAL
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha) KABUPATEN
KABUPATEN
TOTAL
Berdasarkan prompt indikator tersebut, secara tahunan, tampak bahwa produktivitas
tanaman padi mengalami peningkatan sebesar 24,08% (y.o.y) meskipun dalam masa tanam
dan kondisi curah hujan yang tinggi. Peningkatan tersebut diakibatkan adanya peningkatan
luas panen tanaman padi, terutama di kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Total hasil produksi
padi beberapa kabupaten yang berada di daerah Bosowasipilu, mengalami peningkatan
sebesar 4,13% (y.o.y), terutama di daerah Luwu dan sekitarnya (tabel 1.8). Sementara untuk
tanaman palawija, secara tahunan tercatat mengalami penurunan produktivitas dan
diperkirakan disebabkan oleh tingginya faktor curah hujan.
Subsektor perikanan, pada triwulan laporan, memberikan kontribusi positif terhadap
sektor pertanian yang tercatat sebesar 0,22% (y.o.y). Peningkatan kontribusi tersebut
dikarenakan terjadi peningkatan produktivitas di subsektor perikanan yaitu sebesar 2,71%
(y.o.y).
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
26
Grafik 1.15. Produksi Subsektor Perikanan
105.
28
113.
05
109.
11
108.
21
102.
51
119.
26
118.
01
104.
54
156.
77
-34.
61%
2.71
%-5.2
1%
-7.5
4%3.52
%
-
2040
6080
100120
140160
180
4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007
Ribuan Ton
-40%-35%-30%-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%
TOTAL
y.o.y
Sumber : BPS Sulsel
Grafik 1.16. Kredit Sektor Pertanian (Bank Umum)
0.65
0.37
0.79 0.
84
0.82 0.
85
0.86
0.82 0.
86
0.88
0.85
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Sehubungan dengan masa tanam yang terjadi pada triwulan IV-2007 tersebut,
mengakibatkan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2007 tercatat mengalami kontraksi
sebesar 1,00% (q.t.q), yang didorong kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan
dan perikanan. Kontraksi pada subsektor perikanan ini diperkirakan karena kondisi cuaca
pada triwulan IV-2007 relatif tidak kondusif untuk subsektor ini. Kondisi subsektor perikanan
tersebut terlihat pada produksi sebsektor perikanan (grafik1.15) yang menunjukkan
pernurunan pada triwulan IV-2007.
b. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 12,07% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,01% (y.o.y).
Sektor ini memberikan kontribusi sekitar 1,35% terhadap total pertumbuhan ekonomi di
Sulawesi Selatan.
Apabila dilihat dari subsektornya, perlambatan pertumbuhan pada sektor ini
disebabkan oleh penurunan kontribusi subsektor pemerintahan umum, sementara subsektor-
subsektor lainnya relatif tidak mengalami perubahan kontribusi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perlambatan pada subsektor jasa pemerintahan umum tersebut diperkirakan
karena percepatan pelaksanaan program-program pemerintah pada triwulan III-2007
mengingat pelaksanaan Pilkada Gubernur Sulsel yang dilaksanakan pada bulan November
2007. Sehingga kegiatan pemerintah selama triwulan IV-2007 relatif menurun aktivitasnya
dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
27
Tabel 1.12. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Jasa-jasa (%, y.o.y)
IV'06 III'07 IV'07 *a Pemerintahan Umum 5.00 15.64 12.36b Swasta 7.37 7.57 8.50
1. Sosial Kemasyarakatan 10.67 9.25 10.252. Hiburan dan Rekreasi 4.21 5.80 5.603. Perorangan dan Rumah tangga 4.04 5.81 6.87
5.18 15.01 12.07a Pemerintahan Umum 0.51 1.52 1.28b Swasta 0.06 0.06 0.07
1. Sosial Kemasyarakatan 0.04 0.04 0.042. Hiburan dan Rekreasi 0.00 0.00 0.003. Perorangan dan Rumah tangga 0.01 0.02 0.02
0.56 1.58 1.35Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolahCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
SUBSEKTOR
Pertumbuhan Tahunan (y.o.y)
Sumbangan Tahunan (y.o.y)
Sementara dari prompt indikator kredit bank umum pada sektor jasa-jasa, terjadi
peningkatan yang diperkirakan kreditur yang menerima kredit tersebut adalah perorangan
dan rumah tangga seiring dengan pertumbuhan kinerja sub-subsektor perorangan dan
rumah tangga pada rincian PDRB yang tercatat tumbuh 6,87% (y.o.y).
Grafik 1.17. Kredit Sektor Jasa-jasa (Bank Umum)
0.69
0.54
0.92
1.08
0.76
0.96 1.
07
1.05
1.24
1.31
1.58
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Sementara secara triwulanan, sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sebesar
2,14% (q.t.q) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007. Pertumbuhan tersebut
juga didorong oleh pertumbuhan kinerja pemerintahan umum yaitu sebesar 0,22%.
Secara kumulatif, laju pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2007 tercatat sebesar
5,64% (y.t.d) mengalami perlambatan dibanding laju pertumbuhan sektor ini tahun 2007
(12,80%). Perlambatan ini juga terjadi pada subsektor pemerintahan umum yang
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
28
diperkirakan karena proses pelaksanaan pilkada Gubernur Sulsel yang relatif mengganggu
efektivitas kinerja pemerintah daerah.
c. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan, tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 15,20% (y.o.y), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 11,62% (y.o.y). Angka pertumbuhan ini didorong oleh kontribusi
subsektor angkutan, terutama angkutan udara yang berkontribusi sebesar 0,59% (y.o.y).
Secara kumulatif, sektor ini mengalami laju pertumbuhan pada tahun 2007 yaitu sebesar
10,15% (y.t.d), lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tahun 2006 (6,81%).
Peningkatan tersebut lebih banyak didorong oleh peningkatan kinerja angkutan udara dan
komunikasi. Peningkatan kontribusi kinerja angkutan udara tersebut diperkirakan akibat
kenaikan volume penumpang angkutan udara yang meningkat terutama terkait dengan
banyaknya periode libur panjang, di tahun 2007 serta semakin tajamnya persaingan harga
dari penyedia moda angkutan udara secara nasional yang turut berimbas terhadap
peningkatan animo masyarakat Sulsel terhadap jasa angkutan udara.
Grafik 1.18. Jumlah Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang di Bandara Hasanuddin
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007
Ribuan
KedatanganKeberangkatan
Sumber : Bandara Hasanuddin Makassar
Sementara untuk subsektor komunikasi tumbuh sebesar 11,20% (y.o.y) dengan
sumbangan sebesar 0,18% (y.o.y) yang relatif tetap dibanding triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan subsektor komunikasi ini mengalami perlambatan meskipun dalam kisaran
yang relatif tetap.
Secara triwulanan, sektor angkutan-komunikasi justru mengalami perlambatan
dibanding pertumbuhan triwulan III-2007. Tercatat pada triwulan IV-2007 tumbuh sebesar
5,06% sementara pertumbuhan triwulan III-2007 sebesar 6,13%. Perlambatan tersebut
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
29
didorong oleh kontraksi pada kinerja subsektor angkutan laut/sungai. Diperkirakan
perlambatan tersebut disebabkan oleh berpindahnya penumpang angkutan laut ke angkutan
udara dengan pertimbangan waktu dan biaya antara kedua sarana tersebut.
Tabel 1.13. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Angkutan-Komunikasi (%, y.o.y)
IV'06 III'07 IV'07 *a Pengangkutan 6.10 11.61 16.21
1. Angkutan Rel 0.00 0.00 0.002. Angkutan Jalan raya 4.07 7.55 10.273. Angkutan Laut/sungai 0.40 8.55 5.944. Angkutan Udara 13.50 20.61 32.015. Jasa Penunjang Angkutan 7.34 9.04 16.45
b Komunikasi 11.33 11.66 11.207.11 11.62 15.20
a Pengangkutan 0.37 0.71 1.011. Angkutan Rel 0.00 0.00 0.002. Angkutan Jalan raya 0.11 0.20 0.283. Angkutan Laut/sungai 0.01 0.11 0.074. Angkutan Udara 0.22 0.36 0.595. Jasa Penunjang Angkutan 0.03 0.04 0.07
b Komunikasi 0.17 0.18 0.180.53 0.89 1.19
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolahCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
Sumbangan Tahunan (y.o.y)
Pertumbuhan Tahunan (y.o.y)
SUBSEKTOR
d. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Sektor perdagangan-hotel-restoran pada triwulan laporan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 11,94% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,54%. Laju pertumbuhan tersebut disumbang
oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 1,66% (y.o.y).
Sumbangan subsektor tersebut relatif dapat ditinjau dari peningkatan arus barang yang
masuk dan keluar melalui pelabuhan Makassar Sulsel, terutama kegiatan muat barang untuk
ekspor yang menunjukkan peningkatan.
Tabel 1.14. Perkembangan PDRB Riil :Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (%, y.o.y)
IV'06 III'07 IV'07 *a Perdagangan Besar dan Eceran 6.08 10.56 11.94b Hotel 1.08 12.48 14.39c Restoran 5.55 9.99 11.52
5.96 10.54 11.94a Perdagangan Besar dan Eceran 0.82 1.41 1.66b Hotel 0.00 0.03 0.03c Restoran 0.07 0.12 0.15
0.89 1.56 1.83Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolahCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar
SUBSEKTOR
Pertumbuhan Tahunan (y.o.y)
Sumbangan Tahunan (y.o.y)
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
30
Sementara secara kumulatif, laju pertumbuhan sektor ini pada tahun 2007 tercatat
sebesar 9,45% (y.t.d), lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan pada tahun 2006 (7,10%).
Pertumbuhan sektor ini, baik tahunan maupun kumulatif, disumbang oleh subsektor
perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 1,66% (y.o.y) dan 1,27% (y.t.d).
Sumbangan subsektor tersebut relatif dapat ditinjau dari peningkatan arus barang yang
masuk dan keluar melalui pelabuhan Makassar Sulsel, terutama kegiatan muat barang untuk
ekspor yang menunjukkan peningkatan.
Secara total, terjadi peningkatan arus bongkar muat barang sebesar 11,96% sejalan
dengan peningkatan subsektor perdagangan besar dan eceran. Sementara untuk subsektor
perhotelan, mengalami pertumbuhan sebesar 14,39% (y.o.y) namun kontribusinya tidak
mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya.
Grafik 1.19. Arus Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Makassar
0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
2005 2006 2007Juta
Ton
BongkarMuat
Sumber : PT. Pelindo IV Cab. Mks
Grafik 1.20. Kredit Sektor Perdagangan (Bank Umum)
2.66 3.
19
4.05 4.
32 4.78 4.
98 5.33 5.
62
6.19 6.
53 7.06
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Peningkatan secara tahunan dan kumulatif tersebut juga terjadi secara triwulanan,
dimana sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat tumbuh sebesar 4,02% lebih tinggi
dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 3,65%. Peningkatan
tersebut juga didorong oleh peningkatan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran
sebesar 0,57% (q.t.q)..
e. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan
Pertumbuhan sektor keuangan-sewa-jasa perusahaan pada triwulan laporan tercatat
sebesar 8,13% (y.o.y) atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 9,46% (y.o.y). Perlambatan tersebut disumbang oleh kontribusi subsektor bank yang
menurun dari 0,31% (y.o.y) menjadi 0,20% (y.o.y). Sementara itu subsektor-subsektor
lainnya mengalami kenaikan kontribusi namun kurang mendorong pertumbuhan pada sektor
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
31
Grafik 1.21Nilai Tambah Bruto Bank Umum Sulsel
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007riliu
n R
p 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%NTB y.o.y
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
ini. Namun demikian, secara triwulanan (q.t.q), sektor ini tercatat tumbuh sebesar 3,10%,
lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yang sebesar 1,28%. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada suksektor bank yang tercatat sebesar 0,09%. Peningkatan
pertumbuhan juga terjadi secara kumulatif (y.t.d), sektor ini tercatat tumbuh sebesar
10,33%, lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan pada 2006 (8,72%). Peningkatan tersebut
disebabkan kinerja perbankan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kinerja
di tahun 2006.
Perlambatan pertumbuhan
tahunan serta peningkatan
triwulanan dan kumulatif pada
subsektor bank tercermin pada
Nilai Tambah Bruto (NTB) bank
umum di Sulsel yang
menunjukkan adanya
perlambatan pertumbuhan
tahunan namun secara
triwulanan dan kumulatif terjadi
peningkatan nominal dibanding
kinerjanya di tahun 2006.
f. Sektor Lainnya
Sektor industri pengolahan tercatat tumbuh 10,60% (y.o.y) pada triwulan laporan,
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar
4,50% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut didorong oleh kontribusi subsektor industri makanan,
minuman dan tembakau yang relatif besar yaitu dari 0,26% menjadi 1,05% sementara
industri semen dan barang galian bukan logam menyumbang 0,32% dari sebelumnya
sebesar 0,27%. Pertumbuhan tersebut juga terjadi secara triwulanan, yang tercatat tumbuh
sebesar 3,34% sementara pertumbuhan triwulan III-2007 sebesar 3,23%. Pertumbuhan
triwulanan tersebut didorong oleh pertumbuhan kinerja industri semen dan barang galian
bukan logam yang sebesar 0,12%. Pertumbuhan subsektor- subsektor tersebut terlihat pada
prompt indikator dibawah ini :
Tabel 1.15. Produksi Semen di Sulsel (Subsektor industri semen dan barang galian bukan logam)
y.o.y q.t.qIV'07 - IV'06 IV'07 - III'07
Produksi Semen 283,897 279,605 284,806 0.32% 1.86%Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
KETERANGAN IV'06 III'07 IV'07
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
32
Grafik 1.25. Penjualan Listrik (Juta Kwh) di Sulsel
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
*
2007
*
Ribuan GWh
Energi Terjual
Sumber : PLN* : Taksiran KBI Mks
Grafik 1.22 Produksi Terigu di Sulsel
(Subsektor ind. mknn, mnman & temb)
(5)
5
15
25
35
45
55
65
75
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12*
Ribuan M/T
2006 20072007
Sumber : BPS Sulsel* : Taksiran KBI Makassar
Grafik 1.23 Kredit Sektor Industri (Bank Umum)
1.18
1.19
1.56 1.60
1.54
1.46
1.49
1.44 1 .
60
1.51
1.44
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Namun apabila dibanding
dengan total pertumbuhan pada tahun
2006, sektor ini tercatat mengalami
perlambatan. Pada tahun 2007, sektor ini
tercatat tumbuh sebesar 4,74% (y.t.d)
sementara pada tahun 2006
pertumbuhannya tercatat sebesar 7,22%
(y.t.d). Perlambatan dimaksud lebih
disebabkan oleh produksi industri semen
pada tahun 2007 yang peningkatannya
lebih lambat dibanding peningkatan
produksi semen tahun 2006 .
Sektor listrik-gas-air bersih
pada triwulan laporan tercatat tumbuh
sebesar 15,83% (y.o.y) lebih tinggi
dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya (10,38%, y.o.y). Secara
triwulanan, sektor ini juga tercatat
tumbuh lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya. Pada triwulan IV-2007
tercatat tumbuh sebesar 5,89%
sementara triwulan III-2007 tumbuh
sebesar 3,67%. Begitu juga secara
kumulatif, sektor ini juga tumbuh sebesar 8,85% (y.t.d) lebih tinggi dibanding pertumbuhan
Grafik 1.24. Realisasi Pengadaan Semen di Sulsel
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
2004 2005 2006 2007
Juta Ton
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
Produksiy.t.d
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
33
Grafik 1.26. Kredit Sektor Pertambangan-Penggalian (Bank Umum)
0.09
0.13
0.13
0.03
0.02
0.04
0.05
0.03
0.020.
03
0.03
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
0.12
0.14
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
pada tahun 2006 (7,75%). Pertumbuhan sektor ini, baik tahunan, triwulanan maupun
kumulatif, didominasi oleh sumbangan subsektor listrik yaitu sebesar 0,14% (y.o.y), 0,05%
(q.t.q) dan 0,08% (y.t.d) dengan pertumbuhan sebesar 17,14% (y.o.y) lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,15% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan
triwulanan dan kumulatif dari subsektor listrik masing-masing tercatat sebesar 0,05% (q.t.q)
dan 9,43% (y.t.d), yang diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan
masyarakat akan sumber energi listrik tersebut.
Sektor pertambangan-penggalian pada triwulan laporan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 4,06% (y.o.y) setelah triwulan sebelumnya mengalami perlambatan
yaitu sebesar 3,41% (y.o.y). Dengan adanya peningkatan tersebut maka sumbangan
terhadap PDRB daerah meningkat menjadi sebesar 0,43% (y.o.y). Peningkatan tersebut
masih didominasi sumbangan kinerja subsektor pertambangan bukan migas yaitu sebesar
0,30%, dan dari subsektor penggalian yang sumbangan meningkat dari 0,05% menjadi
0,12%.
Sementara secara triwulanan, tercatat pada triwulan IV-2007 tumbuh sebesar 3,48%
lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2007 yang kontraksi sebesar 1,42%.
Peningkatan tersebut juga didorong oleh
sumbangan kinerja subsektor
pertambangan bukan migas yaitu
sebesar 0,26%. Sedangkan secara
kumulatif, sektor ini justru mengalami
perlambatan yaitu dari 6,63% (y.t.d)
pada tahun 2006 menjadi sebesar
5,12% (y.t.d) pada tahun 2007.
Perlambatan ini sejalan dengan
perkembangan kredit bank umum di
Sulsel untuk sektor ini (grafik 1 26).
Sektor bangunan, pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan seiring dengan
pertumbuhan sektor industri pengolahan yaitu mengalami peningkatan lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya, terutama terkait dengan subsektor industri pengolahan
semen. Pada triwulan laporan, sektor ini tumbuh 18,60% (y.o.y) dengan sumbangan
terhadap PDRB daerah sebesar 0,88% (y.o.y). Salah satu faktor yang turut memicu
pertumbuhan sektor ini di periode laporan adalah realisasi percepatan proyek-proyek
pemerintah sehubungan dengan akan berakhirnya tahun anggaran. Peningkatan sektor ini
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
34
tercermin pula dari penjualan bahan konstruksi. Kondisi tersebut juga menyebabkan
terjadinya pertumbuhan triwulanan sektor ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulanan
triwulan III-2007, yaitu dari 5,72% pada triwulan III-2007 menjadi 12,63%. Apabila
dibanding tahun 2006, sektor ini juga mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan selama
tahun 2007 tercatat sebesar 8,43% (y.t.d) lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun 2006
yang tercatat sebesar 4,41% (y.t.d). Pertumbuhan tersebut diperkirakan karena makin
maraknya pembangunan perumahan dan konstruksi di Sulsel.
Grafik 1.27. Kredit Sektor Konstruksi (Bank Umum)
0.40
0.65 0.
70 0.73 0.75 0.
77
0.59
0.81
0.95
0.92
0.73
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Grafik 1.28. Penjualan Bahan Konstruksi
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007Mily
ar R
p
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
35
Salah satu kondisi yang menjadikan mengapa Parwisata dianggap dapat
mensukseskan pembangunan ekonomi negara berkembang adalah terdapatnya berbagai
permasalahan pemasaran ekspor dari barang-barang tradisional yang diproduksi oleh negara-
negara tersebut diantaranya lambatnya peningkatan permintaan luar negeri karena berbagai
macam proteksi, serta tingginya persaingan akibat seragamnya barang-barang yang
diekspor. Di Indonesia sendiri, pariwisata telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi
penting dan menjadi penghasil devisa nomor satu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu: (1) berkurangnya peranan minyak bumi sebagai penghasil devisa; (2) merosotnya nilai
ekspor migas; (3) prospek pariwisata yang cenderung meningkat; serta (4) besarnya potensi
pariwisata yang dimiliki (Spilanne, 1994).
Berdasarkan data yang dikutip dari WTO, pada tahun 2000 wisatawan manca
negara (wisman) internasional mencapai jumlah 698 juta orang yang mampu menciptakan
pendapatan sebesar USD 476 milyar. Sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri di masing-
masing negara jumlahnya lebih besar lagi dan kelompok ini merupakan penggerak utama
dari perekonomian nasional. Indonesia sendiri merupakan negara dengan urutan kedelapan
yang dikunjungi oleh 5,064 juta dengan peroleh devisa USD. 5,7 miliar (pada tahun 2000).
Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang
besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional
(inbound tourism) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan
1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang
berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia
sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.
Namun demikian, terlepas dari potensi pariwisata yang cukup besar bagi Indonesia,
Jero Wacik (2007) menyatakan bahwa pariwisata Indonesia masih dihadapkan pada
persoalan mendasar yakni memulihkan kepercayaan wisatawan untuk datang ke Indonesia.
Untuk memulihkan kepercayaan wisatawan pasca musibah tentunya perlu kerja keras semua
pihak baik pemerintah, perilaku bisnis, maupun masyarakat (pers) dengan melakukan
berbagai langkah strategis. Langkah strategis perlu dilakukan dengan pemulihan
kepercayaan pasar, khususnya terhadap kondisi kejadian di tahun 2006 mengenai masalah
keamanan, flu burung, lingkungan, dan bencana alam.
Box 1 Faktor Penghambat dan Pendorong Pengembangan
Industri Pariwisata di Sulawesi Selatan (Penelitian Bersama KBI Makassar dgn Akademi Pariwisata Fajar Makassar)
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
36
Untuk provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sendiri, kunjungan wisatawan baik
mancanegara (wisman) maupun nusantara (wisnus) selama tiga tahun terakhir, berdasarkan
data yang dikutip dari Dinas Pariwisata dan Budaya provinsi Sulawesi Selatan, justru
mengalami peningkatan di tahun 2006. Pada tahun 2004 kunjungan wisman 13,197,
kemudian tahun 2005 sebanyak 16,172 dan di tahun 2006 menjadi 22,249 wisman. Dan
untuk wisnus sendiri ditahun 2004 kunjungan wisnus 694,457, kemudian tahun 2005
sebanyak 783,088 dan terakhir tahun 2006 sebanyak 1,120,895 wisatawan. Mengacu
kepada kondisi tersebut, pariwisata, yang merupakan salah satu sektor potensial bagi
penerimaan PAD di Sulsel, ternyata sangat mungkin dikembangkan lebih optimal lagi. Data
yang dikutip dari Dinas Pariwisata dan Budaya provinsi Sulsel selama lima tahun terakhir
penerimaan devisa dari wisman terus mengalami peningkatan, dari US$ 2,9 juta di tahun
2002 hingga US$ 8,8 juta di tahun 2006. Liberalisasi wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan oleh pemerintah provinsi Sulsel baik wisata alam, wisata bahari, agrowisata,
maupun wisata budaya, termasuk wisata sejarah yang banyak dimiliki oleh daerah ini.
Namun semua itu belum dikelola secara maksimal. untuk itu pemerintah daerah perlu
melakukan terobosan dengan membuat suatu kegiatan baru yang disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi daerah setempat dan letak geografis yang mendukung terlaksananya
program tersebut dan sesuai dengan apa yang diharapkan, termasuk didalamnya adalah
pembangunan kepariwisataan di daerah.
Bertolak dari uraian di atas maka kajian penelitian tentang faktor penghambat dan
pendorong pengembangan industri pariwisata di provinsi Sulsel sangat diperlukan terutama
untuk mengungkap (1) faktor-faktor apakah yang menghambat perkembangan industri
pariwisata, di provinsi Sulawesi Selatan; (2) faktor-faktor apakah yang mendorong
perkembangan industri pariwisata, di provinsi Sulawesi Selatan; (3) faktor-faktor manakah
yang paling dominan dalam pengembangan industri pariwisata di provinsi Sulawesi Selatan.
Adapun sampel fokus penelitian ini adalah pada dua daerah yaitu Kotamadya Makassar dan
Kabupaten Tanah Toraja. Pemilihan lokasi ini didasari beberapa pertimbangan, yaitu (1)
kedua lokasi tersebut memberikan konstribusi tertinggi atas kunjungan wisatawan baik
mancanegara maupun nusantara dan (2) lokasi-lokasi tersebut terletak pada secara geografis
representatif mewakili Sulawesi Selatan, dimana Kabupaten Tanah Toraja mewakili Sulawesi
Selatan bagian utara, dan Kota Makassar mewakili Sulawesi Selatan bagian Selatan.
Penelitian ini sendiri akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (bulan Oktober-Desember 2007)
dengan jumlah sampel yang ditarik sebanyak 40 orang wisatawan mancanegara dan 35
orang wisatawan nusantara di kedua daerah penelitian sehingga jumlah keseluruhan sampel
adalah minimal 150 responden.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
37
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada setiap wisatawan yang
terpilih sebagai sampel. Dimensi data yang akan diungkap melalui kuisioner ini antara lain
adalah : (1) identitas dan demografi; (2) persepsi wisatawan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi mereka dalam memilih destinasi wisata, seperti faktor keamanan, faktor daya
tarik objek wisata, faktor fasilitas wisata, faktor Infastruktur dan sarana pendukung.
Sedangkan data sekunder berupa dokumen-dokumen pendukung diperoleh dari dinas-dinas
terkait pada tingkat provinsi, kabupaten/ kota, di Sulsel. Selanjutnya, unit analisis pada
penelitian ini adalah wisatawan mancanegara dan nusantara yang mengunjungi objek wisata
di kabupaten Tana Toraja dan Kota Makassar.
Hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan mengungkapkan bahwa:
a. Untuk daerah wisata Tana Toraja, faktor-faktor pendorong dalam pengembangan
industri pariwisata baik dari persepsi wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara adalah faktor keamanan, faktor daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, dan
sarana pendukung wisata. Sementara yang masuk dalam kategori faktor penghambat
adalah infrastruktur.
b. Untuk daerah wisata Makassar, faktor-faktor pendorong dalam pengembangan industri
pariwisata baik dari persepsi wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara
adalah faktor keamanan, faktor daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, sarana
pendukung wisata, dan faktor infrastruktur. Sementara yang menjadi faktor penghambat
tidak ditemukan.
c. Hasil pemeringkatan faktor-faktor pendorong/penghambat yang diteliti dalam penelitian
ini (yang dilakukan dengan metode Borda) menunjukkan bahwa:
i. Wisatawan mancanegara di Tana Toraja menempatkan keamanan pada peringkat
pertama, diikuti oleh fasilitas wisata, daya tarik objek wisata, infrastruktur dan sarana
pendukung wisata pada peringkat kelima.
ii. Wisatawan nusantara di Tana Toraja menempatkan keamanan pada peringkat
pertama, diikuti oleh daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, infrastruktur dan sarana
pendukung wisata pada peringkat kelima.
iii. Wisatawan mancanegara di Makassar menempatkan daya tarik objek wisata pada
peringkat pertama, diikuti oleh keamanan, fasilitas wisata, infrastruktur dan sarana
pendukung wisata pada peringkat kelima.
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
38
iv. Wisatawan nusantara di Makassar menempatkan keamanan pada peringkat pertama,
diikuti oleh daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, infrastruktur dan sarana
pendukung wisata pada peringkat kelima.
Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Daerah
Sulsel terutama terkait dengan upaya-upaya yang dapat dipertimbangkan guna
mengembangkan kinerja pariwisata di Sulsel pada periode-periode yang akan datang, yaitu :
a. Dalam rangka pengembangan industri pariwisata di Tana Toraja baik untuk wisatawan
mancanegara maupun nusantara, maka pemerintah melalui instansi terkait perlu untuk
(1) menciptakan suasana yang aman dari dari bencana alam yang sering terjadi di Tana
Toraja; (2) memperhatikan kondisi objek (situs) bersejarah yang ada di Tana Toraja yang
saat ini kondisinya sudah tidak terawat; (3) memperbaiki infrastruktur, khususnya kondisi
jalan, baik jalan provinsi maupun jalan daerah Tana Toraja dan (4) menetapkan
standarisasi fasilitas dan pelayanan hotel dan restoran.
b. Dalam rangka pengembangan industri pariwisata di Makassar baik untuk wisatawan
mancanegara maupun nusantara, maka pemerintah melalui instansi terkait perlu untuk
(1) menciptakan rasa aman khususnya dari demonstrasi yang marak terjadi di Makassar;
(2) memperhatikan kondisi objek (situs) bersejarah yang ada di Makassar yang selama ini
sudah terlupakan dan tidak terawat dengan baik; (3) memperbaiki kondisi jalan-jalan di
Makassar untuk memperlancar dan meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam
mengakses objek-objek wisata di Makassar; (4) meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam berlalu lintas dan memberdayakan pihak yang terkait dalam menciptakan kondisi
berlalu lintas yang aman dan nyaman; (5) menetapkan standar fasilitas hotel dan restoran
serta fasilitas MICE melalui kebijakan daerah atau Peraturan Daerah yang mengatur
mengenai pariwisata.
c. Selain itu, Pemerintah Daerah perlu untuk melakukan sinergitas terhadap berbagai
instansi yang terkait dengan elemen-elemen utama pada industri pariwisata dan perlu
mengkonsepkan pembuatan event-event wisata yang lebih menarik guna meningkatkan
angka kunjungan wisatawan ke provinsi Sulsel.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
39
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1 tercatat sebesar 5,71%
(y.o.y), mengalami perlambatan dibandingkan baik dengan laju inflasi tahunan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 6,98% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang
tercatat sebesar 6,59% (y.o.y). Penurunan tersebut diperkirakan karena relatif melimpahnya
pasokan bahan makanan, terutama sayur-sayuran serta menurunnya harga ikan.
Laju inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat
sebesar 11,27% (y.o.y) atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 16,84% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi tahunan terendah terjadi pada
kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar 0,27% (y.o.y). Berdasarkan
sumbangannya, kelompok bahan makanan masih merupakan penyumbang tertinggi
terhadap laju inflasi daerah yaitu sebesar 3,19% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 4,78% (y.o.y). Adapun penyumbang inflasi terendah adalah
kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,05% (y.o.y).
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
QI-04 QII-04 QIII-04
QIV-04
QI-05 QII-05 QIII-05
QIV-05
QI-06 QII-06 QIII-06
QIV-06
QI-07 QII-07 QIII-07
QIV-07
%
q.t.qy.o.yy.t.d
Sumber : BPS, diolah
1 Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS Prov. Sulsel)
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
40
Secara triwulanan, laju inflasi pada periode laporan mengalami penurunan yaitu dari
3,39% (q.t.q) pada triwulan III-2007 menjadi deflasi sebesar 0,53% (q.t.q), lebih rendah bila
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,66% (q.t.q).
Deflasi harga pada triwulan ini, hanya terjadi di kelompok bahan makanan yang lebih
didominasi deflasi pada komoditas sayur-sayuran dan ikan segar. Inflasi triwulanan tertinggi
masih terjadi pada kelompok sandang yang tercatat sebesar 4,28% (q.t.q) sedangkan inflasi
terendah masih pada kelompok tranportasi-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar 0,04%
(q.t.q).
Adapun berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir
bulan Desember 2007 adalah sebesar 5,71% (y.t.d). Angka ini lebih rendah dibandingkan
laju inflasi kumulatif pada periode sama tahun 2006 yang tercatat sebesar 7,21% (y.t.d).
Tekanan harga kumulatif tertinggi terjadi di kelompok bahan makanan yaitu sebesar 11,27%
(y.t.d) sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok transportasi-komunikasi-jasa
keuangan yang tercatat sebesar 0,27% (y.t.d).
Determinan inflasi pada triwulan laporan terutama diperkirakan berasal dari sisi
permintaan (demand push inflation), yaitu meningkatnya permintaan atas barang/jasa
sehubungan dengan Hari Raya Idul Adha, Natal dan perayaan Tahun Baru. Inflasi volatile
foods masih tercatat mendominasi perkembangan IHK Sulsel pada triwulan laporan bila
dibandingkan dengan kelompok barang/jasa yang harganya diatur pemerintah
(administreted) maupun inflasi inti (core-inflation).
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y)
KETERANGAN QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07
Bahan Makanan 5.88 6.5 10.61 7.45 16.96 20.83 20.69 16.07 14.52 10.53 16.84 11.27 Makanan Jadi 7.22 7.69 9.17 14.64 11.44 13.52 11.74 5.72 4.98 3.28 3.75 4.03 Perumahan 7.16 6.23 6.2 12.34 10.16 10.66 10.4 3.26 2.89 2.55 2.45 3.01 Sandang 4.22 3.92 6.52 6.97 7.2 8.85 6.06 4.79 5.49 3.38 6.37 9.29 Kesehatan 2.48 3.19 3.4 5.85 5.48 5.71 5.92 3.33 2.85 2.71 4.08 4.39 Pendidikan 16.53 16.19 15.27 8.25 8.31 9.15 13.49 13.12 12.99 12.12 8.5 8.25 Transpor 16.51 11.06 9.72 40.6 29.99 29.67 29.6 0.98 0.54 0.48 0.35 0.27
Bahan Makanan 1.63 1.79 2.86 2.09 4.59 5.68 5.67 4.20 3.99 2.97 4.78 3.19 Makanan Jadi 1.19 1.26 1.50 2.35 1.87 2.21 1.92 0.91 0.79 0.52 0.59 0.63 Perumahan 1.72 1.49 1.48 2.92 2.41 2.51 2.43 0.75 0.65 0.57 0.54 0.67 Sandang 0.27 0.25 0.42 0.45 0.45 0.55 0.38 0.28 0.32 0.20 0.37 0.54 Kesehatan 0.08 0.10 0.11 0.18 0.17 0.18 0.18 0.10 0.08 0.08 0.11 0.12 Pendidikan 0.93 0.90 0.91 0.51 0.50 0.55 0.86 0.76 0.74 0.68 0.52 0.51 Transpor 2.69 1.87 1.66 6.70 5.24 5.17 5.08 0.20 0.11 0.09 0.07 0.05UMUM / TOTAL 8.52 7.67 8.95 15.20 15.23 16.85 16.52 7.21 6.68 5.11 6.98 5.71
Sumber : BPS, diolah
INFLASI (%, y.o.y)
Sumbangan terhadap Inflasi Umum (%, y.o.y)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
41
Tabel 2.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, q.t.q)
KETERANGAN QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07
Bahan Makanan -0.72 1.29 2.33 4.42 8.06 4.64 2.22 0.42 6.61 1.00 8.05 -4.36 Makanan Jadi 4.66 0.62 2.10 6.63 1.73 2.50 0.49 0.88 1.02 0.84 0.95 1.16 Perumahan 2.94 0.07 0.84 8.14 0.95 0.52 0.61 1.15 0.58 0.19 0.51 1.70 Sandang 0.53 0.83 2.74 2.71 0.74 2.38 0.12 1.48 1.41 0.33 3.01 4.28 Kesehatan 1.42 0.74 0.60 2.98 1.07 0.96 0.80 0.47 0.59 0.83 2.15 0.76 Pendidikan 0.12 0.00 7.38 0.70 0.17 0.78 11.64 0.37 0.06 0.00 8.04 0.13 Transpor 8.71 0.30 0.33 28.51 0.50 0.06 0.28 0.13 0.07 0.00 0.15 0.04
Bahan Makanan -0.20 0.35 0.64 1.21 2.11 1.28 0.63 0.12 1.87 0.30 2.39 -1.35 Makanan Jadi 0.75 0.10 0.34 1.09 0.28 0.40 0.08 0.14 0.16 0.13 0.15 0.18 Perumahan 0.70 0.02 0.20 1.90 0.22 0.12 0.14 0.25 0.13 0.04 0.11 0.36 Sandang 0.03 0.05 0.17 0.17 0.04 0.14 0.01 0.09 0.08 0.02 0.17 0.24 Kesehatan 0.04 0.02 0.02 0.09 0.03 0.03 0.02 0.01 0.02 0.02 0.06 0.02 Pendidikan 0.01 0.00 0.44 0.04 0.01 0.04 0.65 0.02 0.00 0.00 0.48 0.01 Transpor 1.44 0.05 0.06 4.89 0.10 0.01 0.05 0.02 0.01 0.00 0.03 0.01UMUM / TOTAL 2.77 0.59 1.87 9.40 2.79 2.01 1.58 0.66 2.28 0.51 3.39 -0.53
Sumber : BPS, diolah
INFLASI (%, q.t.q)
Sumbangan terhadap Inflasi Umum (%, q.t.q)
Berdasarkan sumbangannya terhadap laju inflasi, secara tahunan, inflasi volatile
foods masih merupakan penyumbang tertinggi yaitu sebesar 2,61% (y.o.y) dengan laju inflasi
sebesar 10,99% (y.o.y). Tekanan harga masih berasal dari kelompok barang yang termasuk
inflasi non inti (khususnya volatile food) yang antara lain adalah beras, bawang merah dan
minyak goreng yang masing-masing menyumbang sebesar 0,38% (y.o.y); 0,49% (y.o.y) dan
0,54% (y.o.y) terhadap total inflasi daerah.
Selanjutnya, inflasi inti Sulsel mencatat andil sebesar 2,48% (y.o.y) dengan laju
inflasi 4,81% (y.o.y) diikuti oleh kelompok administrated yang mencatat andil sebesar
0,62% (y.o.y) dengan laju inflasi pada triwulan laporan sebesar 2,53% (y.o.y). Komoditas-
komoditas yang memberikan sumbangan tertinggi pada laju inflasi inti Sulsel tersebut antara
lain disumbang oleh komoditas emas perhiasan (0,38%), akademi/perguruan tinggi (0,19),
SLTA (0,14%), ikan kembung (0,11%) dan tepung terigu (0,08%). Pada komoditas tepung
terigu, selain menjadi salah satu komoditas yang memberikan sumbangan terbesar
pembentukan inflasi inti, komoditas tersebut juga merupakan komoditas yang mengalami
inflasi tertinggi yaitu sebesar 46,31%. Inflasi pada komoditas terpung terigu tersebut
disebabkan oleh peningkatan harga gandum di pasar internasional yang merupakan bahan
utama pembuatan tepung terigu. Selain itu, pola distribusi tepung terigu di Sulsel masih
dikuasai oleh satu distributor (distributor tunggal) sehingga pembentukan harga tepung
terigu di pasar regional lebih berpotensi terjadinya peningkatan harga komoditas tersebut.
Secara umum harga-harga komoditi yang termasuk dalam kelompok administrated
mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, terutama
komoditas rokok kretek filter dan rokok kretek yang mengalami kenaikan harga masing-
masing sebesar 0,18% (y.o.y) dan 0,12% (y.o.y). Kondisi ini diperkirakan terjadi akibat
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
42
adanya kenaikan cukai rokok yang kemudian berimbas langsung kepada harga jual eceran
kedua komoditas tersebut.
Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi (y.o.y)
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
QI-04 QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05 QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06 QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07 QII-07
QIII-07
QIV-07
%
Inflasi IHKInflasi Inti (Core)Inflasi AdministeredInflasi Volatile Food
Sumber : BPS, diolah
Dengan meningkatnya tekanan harga pada volatile foods tersebut, khususnya
komoditas-komoditas yang sangat diperlukan bagi masyarakat umum, maka peran
pemerintah daerah sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dari komoditas-
komoditas dimaksud, terutama dengan menjaga kelancaran distribusi dan upaya-upaya
mengoptimalkan stabilisasi harga seperti pelaksanaan operasi pasar yang efisien, tepat waktu
dan tepat sasaran.
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan inflasi tahunan, inflasi tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan
makanan yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y). Pendorong kenaikan tersebut diperkirakan
karena peningkatan konsumsi masyarakat terhadap bahan makanan sehubungan dengan
kegiatan perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, kelompok
transportasi-komunikasi-jasa keuangan, masih cenderung terus mengalami perlambatan yang
pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,27% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, deflasi
yang terjadi pada triwulan IV-2007 tersebut didorong oleh deflasi pada kelompok bahan
makanan. Deflasi pada kelompok ini diperkirakan karena permintaan yang menurun
sehubungan dengan berakhirnya masa bulan Ramadhan yang terjadi pada triwulan III-2007.
penurunan permintaan tersebut sejalan dengan penurunan kinerja konsumsi pada PDRB
Sulsel. Sementara sumbangan terhadap besaran inflasi dari setiap kelompok barang dan jasa
pada triwulan IV-2007 di Sulawesi Selatan, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang
terkecil adalah sebagai berikut :
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
43
Tabel 2.3 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Bahan Makanan SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Padi-padian 6.61 Tepung Terigu 46.31Daging & Hasilnya 11.58 Ayam Hidup 20.20Ikan Segar 2.85 Ikan Kembung 45.18Ikan Diawetkan 3.18 Ikan Dalam Kaleng 6.02Telur, Susu & Hslnya 19.00 Telur Ayam Ras 32.36Sayur-sayuran 20.67 Tomat Sayur 87.50Kacang-kacangan 5.30 Kacang Tanah 29.89Buah-buahan 4.32 Tomat Buah 80.95Bumbu-bumbuan 27.50 Bawang Merah 173.29Lemak & Minyak 39.26 Minyak Goreng 64.51Bahan Makan Lainnya 8.53 Emping Mentah 10.16
Padi-padian 0.52 Beras 0.38Daging & Hasilnya 0.26 Daging Ayam Ras 0.13Ikan Segar 0.22 Cakalang 0.16Ikan Diawetkan 0.01 Teri 0.005Telur, Susu & Hslnya 0.39 Telur Ayam Ras 0.24Sayur-sayuran 0.51 Tomat Sayur 0.18Kacang-kacangan 0.03 Kacang Tanah 0.02Buah-buahan 0.05 Tomat Buah 0.02Bumbu-bumbuan 0.55 Bawang Merah 0.49Lemak & Minyak 0.63 Minyak Goreng 0.54Bahan Makan Lainnya 0.01 Krupuk Udang 0.003
Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Kelompok Bahan Makanan pada
triwulan IV-2007 tercatat sebesar 11,27%
(y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sumbangan kelompok ini
sebesar 3,19% (y.o.y) terhadap
pembentukan inflasi di daerah. Berdasarkan
subkelompoknya, sumbangan terbesar
adalah dari subkelompok lemak dan minyak
yang tercatat sebesar 0,63% dengan
komoditas penyumbang inflasi terbesar
adalah minyak goreng (0,54%).
Inflasi tertinggi pada kelompok ini
juga terjadi pada subkelompok lemak dan
minyak yang tercatat sebesar 39,26%
(y.o.y) dengan komoditas yang sama, yaitu
minyak goreng dengan inflasi tercatat
sebesar 64,51% (y.o.y). Kenaikan harga komoditas tersebut selain disebabkan oleh masih
tingginya harga CPO di luar negeri juga disebabkan relatif minimnya pasokan minyak goreng
di pasaran. Kondisi yang terakhir tersebut menyebabkan harga meningkat terlebih pada saat
akhir tahun dimana diperkirakan konsumsi minyak goreng mengalami peningkatan
sehubungan dengan adanya berbagai hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) dan tahun
baru.
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
-5
0
5
10
15
20
25
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
%
m.t.mq.t.qy.o.yy.t.d
Sumber : BPS, diolah
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
44
Sementara secara triwulanan, deflasi pada kelompok ini didorong oleh sumbangan
deflasi pada sub kelompok ikan segar yaitu sebesar 1,93%, terutama oleh komoditi ikan
bandeng yang menyumbang deflasi sebesar 0,63%. Deflasi pada sub kelompok ini
diperkirakan karena kondisi cuaca yang kurang kondusif sehingga produksi ikan laut menjadi
berkurang sedangkan di perikanan darat (tambak) yaitu ikan bandeng terjadi masa panen
atau terpaksa dilakukan panen sebelum waktunya sehubungan dengan kekuatiran petani
akan kondisi cuaca tersebut yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ikan di
tambak. Sementara permintaan terhadap ikan segar tersebut menurun sehubungan dengan
adanya persepsi masyarakat karena kondisi cuaca mengakibatkan pasokan ikan segar
berkurang dan apabila terdapat dipasaran kondisi ikan relatif dalam kualitas yang tidak segar
serta mahal harganya.
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau mengalami inflasi tahunan
sebesar 4,03%(y.o.y) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,75% (y.o.y),
namun masih lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar
5,72% (y.o.y). Inflasi tertinggi pada kelompok ini terjadi pada subkelompok tembakau-
minuman beralkohol yaitu sebesar 7,47% (y.o.y) terutama pada komoditas rokok kretek
yang diperkirakan karena terjadi kenaikan cukai komoditas dimaksud.
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Penyumbang terbesar pembentukan inflasi pada kelompok ini adalah subkelompok
tembakau-minuman beralkohol yang tercatat sebesar 0,32% (y.o.y) dengan komoditas
penyumbang inflasi utama adalah rokok kretek filter (0,18%) yang juga disebabkan oleh
adanya kenaikan cukai pada komoditas rokok.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
45
Secara triwulanan, kelompok ini
mengalami inflasi sebesar 1,16% lebih
tinggi dibanding inflasi pada triwulan III-
2007 yang sebesar 0,95%. Peningkatan
inflasi pada triwulan IV-2007 ini didorong
oleh sumbangan inflasi subkelompok
tembakau dan minuman beralkohol yang
tercatat sebesar 0,11%, terutama pada
sumbangan komoditas rokok kretek yang
sebesar 0,06%.
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar tercatat mengalami
pertumbuhan laju inflasi sebesar 3,01% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,67%
(y.o.y). Diantara empat subkelompok dalam kelompok ini, subkelompok bahan bakar-
penerangan-air tercatat mengalami pertumbuhan harga tertinggi yaitu sebesar 3,86% (y.o.y),
terutama masih pada komoditas minyak tanah dan gas elpiji yang masing-masing tercatat
inflasi sebesar 8,39% (y.o.y) dan 7,69% (y.o.y). Inflasi pada komoditas-komoditas tersebut
disebabkan adanya kelangkaan pasokan sementara permintaan terhadap komoditas-
komoditas tersebut relatif meningkat sehingga terjadi adanya peningkatan harga, bahkan
untuk gas elpiji yang mempunyai harga normalnya sekitar Rp55.000/tabung (12 kg)
meningkat menjadi Rp100.000/tabung (20 kg). Diperkirakan kondisi tersebut sebagai akibat
perilaku pihak distributor yang menimbun komoditas dimaksud mengingat pada Januari
2008 akan dilaksanakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji oleh Pertamina untuk
daerah Sulsel.
Dari sisi sumbangan, subkelompok bahan bakar-penerangan-air juga merupakan
penyumbang tertinggi pembentukan inflasi tahunan yang tercatat sebesar 0,30% (y.o.y)
dengan komoditas penyumbang
inflasi utama adalah minyak tanah
dan gas elpiji yang masing-masing
memberikan sumbangan sebesar
0,20% (y.o.y) dan 0,09% (y.o.y).
Sumbangan komoditas ini
mengalami peningkatan pada
triwulan laporan, yang diperkirakan
terjadi karena minimnya pasokan di
pasaran akibat distribusi yang
Tabel 2.4 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Makanan Jadi
SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Makanan Jadi 3.09 Gado-gado 14.88 Minuman Tdk Beralkohol 1.81 Minuman Kesegaran 5.18 Tembakau & Min. Beralkohol 7.47 Rokok Kretek 10.69
Makanan Jadi 0.26 Mie 0.06 Minuman Tdk Beralkohol 0.06 Gula Pasir 0.02 Tembakau & Min. Beralkohol 0.32 Rokok Kretek Filter 0.18Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Tabel 2.5Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Perumahan SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Biaya Tempat Tinggal 2.32 Besi Beton 19.77Bhn Bkr, Penerangan & Air 3.86 Minyak Tanah 8.39Perlengkapan Rumah Tangga 2.58 Sapu 16.86Penyelenggaraan RT 3.64 Abu Gosok 38.89
Biaya Tempat Tinggal 0.24 Tukang Bukan Mandor 0.05Bhn Bkr, Penerangan & Air 0.30 Minyak Tanah 0.20Perlengkapan Rumah Tangga 0.05 Meja Kursi Tamu 0.02Penyelenggaraan RT 0.08 Pembasmi Nyamuk Bakar 0.03
Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
46
Tabel 2.6Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Pendidikan SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Jasa Pendidikan 11.59 SLTA 19.30Kursus-kursus/Pelatihan 1.27 Kursus Bahasa Asing 2.78Perlengkapan/Peralatan Pendd 1.22 Pulpen/Ballpoint 12.20Rekreasi 0.06 Pita Kaset 0.81Olahraga 0.09 Sepatu Olah Raga Pria 0.12
Jasa Pendidikan 0.49 Akademi/Perguruan Tinggi 0.19Kursus-kursus/Pelatihan 0.0029 Kursus Bahasa Asing 0.003Perlengkapan/Peralatan Pendd 0.01 Pulpen/Ballpoint 0.01Rekreasi 0.0005 Televisi Berwarna 0.0003Olahraga 0.0001 Sepatu Olahraga Pria 0.0001
Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
terhambat, sedangkan permintaan komoditas tersebut relatif meningkat. Ketidakseimbangan
supply dan demand di pasar tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan harga komoditas
dimaksud pada triwulan laporan.
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
QI-04
QII-
04
QIII-
04
QIV
-04QI-0
5
QII-
05
QIII-
05
QIV
-05QI-0
6
QII-
06
QIII-
06
QIV
-06QI-0
7
QII-
07
QIII-
07
QIV
-07%
m.t.mq.t.qy.o.yy.t.d
Sumber : BPS, diolah
Secara triwulanan, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 1,70% lebih tinggi
dibanding inflasi triwulanan pada triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 0,51%. Peningkatan
tersebut juga didorong oleh sumbangan subkelompok bahan bakar-penerangan-air yang
tercatat sebesar 0,23%, terutama pada komoditas minyak tanah (0,14%) dan gas elpiji
(0,09%).
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga pada periode laporan masih mengalami
perlambatan laju peningkatan harga dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 8,50% (y.o.y). Pada periode laporan, kelompok ini mencatat laju inflasi sebesar
8,25% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 0,51% (y.o.y) terhadap laju inflasi di Sulsel.
Subkelompok jasa pendidikan mengalami pertumbuhan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar
11,59% (y.o.y), terutama pada
komoditas-komoditas pendidikan
seperti SLTA (19,30%), SLTP
(17,16%) dan Sekolah Dasar
(16,92%).
Selain sebagai subkelompok
yang mengalami inflasi tahunan
tertinggi, subkelompok jasa
pendidikan juga merupakan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
47
subkelompok penyumbang inflasi tahunan tertinggi dengan sumbangan sebesar 0,49%.
Pada subkelompok ini, komoditas Akademi/Perguruan Tinggi masih merupakan penyumbang
inflasi daerah yang tertinggi yaitu sebesar 0,19%. Sumbangan yang relatif besar tersebut
terjadi seiring dengan masa tahun ajaran untuk perguruan tinggi yang jatuh pada awal
periode triwulan III-2007.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, maka secara triwulanan, kelompok ini tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,13% lebih rendah dibanding inflasi triwulanan pada triwulan III-
2007 yang tercatat sebesar 8,04%. Perlambatan tersebut juga didorong oleh sumbangan
subkelompok jasa pendidikan yang menurun, terutama pada komditas akademi.perguruan
tinggi, SLTA, SLTP dan sekolah dasar.
Kelompok Sandang pada periode
laporan mengalami inflasi sebesar
9,29% (y.o.y) dengan sumbangan
0,54% (y.o.y). Kelompok ini mengalami
peningkatan laju inflasi tahunan lebih
tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya (6,37%; y.o.y) maupun
dengan periode yang sama tahun 2006
(4,79%; y.o.y). Peningkatan inflasi
tahunan kelompok ini disumbangkan
Tabel 2.7Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Sandang SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Sandang Laki-laki 4.02 Celana Dalam Pria 9.23Sandang Wanita 3.28 Mukena 8.37Sandang Anak-anak 2.49 Sandal 6.57Barang Pribadi & Sandang Lainnya 29.63 Emas 37.30
Sandang Laki-laki 0.07 Celana Panjang Jeans 0.02Sandang Wanita 0.06 Baju Muslim 0.01Sandang Anak-anak 0.02 Seragam Sekolah Anak 0.01Barang Pribadi & Sandang Lainnya 0.39 Emas 0.38Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
48
Tabel 2.8Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Kesehatan SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Jasa Kesehatan 0.03 Biaya untuk KB 1.48Obat-obatan 2.94 Obat Gosok/Balsem 10.69Jasa Perawatan Jasmani 4.85 Trp Gunting Rmbt Wanita 5.81Perawatan Jasmani & Kosmetika 6.26 Sabun Mandi 16.28
Jasa Kesehatan 0.0002 Biaya untuk KB 0.0001Obat-obatan 0.01 Obat Gosok/Balsem 0.004Jasa Perawatan Jasmani 0.01 Trp Gunting Rmbt Pria 0.007Perawatan Jasmani & Kosmetika 0.10 Sabun Mandi 0.04Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
oleh subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya terutama oleh komoditas emas yaitu
sebesar 0,38% (y.o.y) yang diperkirakan sebagai dampak terjadinya peningkatan harga emas
di pasaran internasional.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
-2
0
2
4
6
8
10
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Dengan peningkatan harga komoditas dimaksud menyebabkan subkelompok
barang pribadi dan sandang lainnya mengalami laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 29,63%
(y.o.y), sekaligus sebagai penyumbang inflasi tahunan tertinggi (0,39%, y.o.y).
Sejalan dengan peningkatan harga emas tersebut, maka laju inflasi triwulanan pada
triwulan IV-2007 juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan Iii-2007. Tercatat laju
triwulanan pada triwulan IV-2007 sebesar 4,28% sementara triwulan III-2007 sebesar
3,01%. Sumbangan triwulanan komoditas emas perhiasan pada triwulan IV-2007 tercatat
sebesar 0,17%.
Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi
tahunan sebesar 4,39% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,12%, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya,
baik lajui inflasi maupun sumbangan
tahunannya (4,08%; y.o.y).. Diantara
empat subkelompok dalam kelompok
ini, perawatan jasmani dan kosmetika
masih mencatat laju inflasi tertinggi
yaitu sebesar 6,26% (y.o.y) dengan
komoditas berupa sabun mandi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
49
Tabel 2.9 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas
di Kelompok Transportasi SUB KELOMPOK % KOMODITAS %
Transpor 0.27 Bahan Pelumas/Oli 5.49Komunikasi & PengirimanSarana & Penunjang Transpor 1.34 Accu 35.84Jasa Keuangan
Transpor 0.04 Sepeda Motor 0.02Komunikasi & PengirimanSarana & Penunjang Transpor 0.01 Tarip jalan tol 0.01Jasa Keuangan
Sumber : BPS, diolah
SUMBANGAN TERTINGGI
INFLASI TERTINGGI
(16,28%, y.o.y). Disamping sebagai sub kelompok yang mengalami inflasi tahunan tertinggi,
subkelompok tersebut juga merupakan penyumbang inflasi tahunan tertinggi, yaitu sebesar
0,10% (y.o.y) dengan komoditas penyumbang inflasi yang sama, yaitu sabun mandi (0,04%,
y.o.y).
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Apabila dibandingkan dengan laju inflasi triwulanan triwulan III-2007, laju inflasi
triwulanan triwulan IV-2007 mengalami perlambatan, yaitu dari 2,15% pada triwulan III-
2007 menjadi 0,76%. Perlambatan tersebut didorong oleh penurunan sumbangan
subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang tercatat sebesar 0,01%, terutama
pada komoditas sabun mandi dan shampo.
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan pada triwulan laporan
mencatat pertumbuhan laju inflasi sebesar 0,27% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar
0,05% (y.o.y). Kelompok ini kembali mencatat laju inflasi tahunan terendah dibanding
kelompok lainnya sejak triwulan I-2007.
Diantara empat subkelompok dalam
kelompok ini, subkelompok sarana dan
penunjang transpor masih tercatat
mengalami laju inflasi tertinggi yaitu
sebesar 1,34% (y.o.y), meskipun
cenderung mengalami perlambatan.
Adapun komoditas yang mencatat laju
inflasi tertinggi adalah komoditas accu
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
50
(35,84%) dan tarip jalan tol (32,50%) yang terjadi pada awal periode triwulan III-2007.
Sementara itu, subkelompok transpor masih tercatat sebagai penyumbang inflasi tahunan
tertinggi yaitu sebesar 0,04% (y.o.y) dengan komoditas penyumbang utama adalah sepeda
motor (0,02%) yang diperkirakan terjadi peningkatan permintaan atas komoditas dimaksud.
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
QI-04
QII-04
QIII-04
QIV-04
QI-05
QII-05
QIII-05
QIV-05
QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
%
m.t.m
q.t.q
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Perlambatan laju inflasi secara tahunan pada kelompok ini juga terjadi pada laju
inflasi secara triwulanan. Tercatat laju inflasi triwulanan pada triwulan IV-2007 sebesar
0,04% lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan pada triwulan III-2007 yang tercatat
sebesar 0,15%. Perlambatan laju inflasi triwulanan tersebut juga didorong sumbangan
subkelompok transpor yang mengalami penurunan dari 0,34% pda triwulan III-2007 menjadi
0,27%, terutama pada komoditas bahan pelumas/oli yang mengalai penurunan sumbangan
dari 10,36% pada triwulan III-2007 menjadi 5,49%.
2.2. Sumber Tekanan Inflasi dan Inflasi per Komoditas
Berdasarkan jenis barang dan jasa, sumber tekanan inflasi secara mayoritas
disumbangkan oleh komoditi yang berasal dari kelompok bahan makanan. Secara umum, 4
dari 7 kelompok barang/jasa mengalami peningkatan sumbangan terhadap laju inflasi
Makassar (Sulawesi Selatan). Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya
konsumsi masyarakat khususnya di akhir triwulan laporan, terutama bulan suci Ramadhan
dan perayaan hari-hari raya keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha dan Natal) serta perayaan
menyambut tahun baru. Di sisi lain, minimnya pasokan di komoditas yang masuk dalam
subkelompok bahan bakar yang turut memberikan dorongan peningkatan inflasi di
Makassar. Adapun 3 dari 7 kelompok tercatat mengalami penurunan sumbangan yang
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
51
diperkirakan karena telah meredanya dampak kenaikan BBM pada triwulan IV-2005 dan
peningkatan biaya pendidikan pada tahun ajaran 2007/2008.
2.2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar
Berdasarkan data dari 7 kelompok barang dan jasa yang merupakan kompilasi dari
351 komoditas yang dikonsumsi secara umum di kota Makassar, inflasi pada triwulan
laporan masih didominasi oleh komoditas-komoditas dalam kelompok bahan makanan.
Komoditas minyak goreng kembali memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi kota
Makassar yaitu sebesar 0,54%, yang lebih disebabkan oleh minimnya pasokan CPO untuk
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kondisi ini terkait dengan tingginya harga CPO di
luar negeri sehinga cenderung mendorong pelaku ekonomi untuk mendahulukan
permintaan untuk kegiatan ekspor. Selanjutnya, penyumbang inflasi terbesar kedua adalah
komoditas bawang merah yang menyumbang 0,49%. Tekanan harga dari komoditas ini
diperkirakan dipicu oleh relatif minimnya pasokan komoditas tersebut seiring dengan cuaca
yang kurang kondusif untuk kegiatan produksi komoditas dimaksud. Penyumbang inflasi
terbesar ketiga adalah beras (0,38%; y.o.y) yang turut memberikan tekanan harga
sehubungan dengan relatif minimnya pasokan mengingat masa panen yang telah berakhir
pada triwulan sebelumnya.
Tabel 2.10 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar
(y.o.y)
Tabel 2.11 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar
(q.t.q)
No. KOMODITI BOBOTPertumbuhan
(y.o.y)Sumbangan
(y.o.y)No. KOMODITI BOBOT
Pertumbuhan (q.t.q)
Sumbangan (q.t.q)
1 Minyak Goreng 0.84 64.51 0.54 1 Bawang Merah 0.28 163.37 0.462 Bawang Merah 0.28 173.29 0.49 2 Emas Perhiasan 1.15 14.38 0.173 Beras 6.86 5.60 0.38 3 Minyak Tanah 2.33 6.07 0.144 Emas Perhiasan 1.02 37.30 0.38 4 Cabe Rawit 0.20 58.87 0.125 Telur Ayam Ras 0.74 32.36 0.24 5 Gas Elpiji 1.16 7.69 0.096 Minyak Tanah 2.43 8.39 0.20 6 Cabe Merah 0.19 40.10 0.087 Akademi/Perguruan Tinggi 2.51 7.56 0.19 7 Telur Ayam Ras 0.86 6.70 0.068 Rokok Kretek Filter 2.71 6.61 0.18 8 Rokok Kretek 1.11 5.08 0.069 Tomat Sayur 0.20 87.50 0.17 9 Rokok Kretek Filter 2.67 1.89 0.05
10 Cakalang 0.88 17.71 0.16 10 Ayam Hidup 0.20 24.34 0.0511 SLTA 0.74 19.30 0.14 11 Tepung Terigu 0.19 19.14 0.0412 Bayam 0.25 53.35 0.13 12 Daging Sapi 0.64 5.24 0.0313 Daging Ayam Ras 1.24 10.21 0.13 13 Semen 0.35 8.17 0.0314 Rokok Kretek 1.12 10.69 0.12 14 Kelapa 0.33 8.01 0.0315 Cabe Merah 0.17 66.68 0.11 15 Mie 1.71 1.14 0.0216 Kembung/Gembung 0.24 45.18 0.11 16 Donat 0.27 5.90 0.0217 Gas Elpiji 1.23 7.69 0.09 17 Tukang Bukan Mandor 1.35 1.10 0.0118 Kelapa 0.30 27.92 0.08 18 Susu Kental Manis 0.36 3.95 0.0119 SLTP 0.48 17.16 0.08 19 Asam 0.22 6.25 0.0120 Sekolah Dasar 0.48 16.92 0.08 20 Mie Kering Instan 0.70 1.92 0.01
Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
52
Sementara secara triwulanan, komoditas bawang merah memberikan sumbangan
tertinggi terhadap laju inflasi triwulanan pada triwulan IV-2007. Penyebab kenaikan
komoditas tersebut seperti yang disebutkan di atas. Komoditas penyumbang inflasi
triwulanan terbesar kedua adalah komoditas emas perhiasan yang diperkirakan disebabkan
oleh kenaikan harga komoditas dimaksud di pasar internasional yang berimbas secara
regional di Makassar. Selanjutnya komoditas penyumbang inflasi terbesar ketiga adalah
komoditas minyak tanah, yang disebabkan karena adanya kelangkaan pasokan komoditas
tersebut, sementara permintaannya relatif cukup tinggi. Di sisi lain, dengan adanya
pelaksanaan program konversi minyak tanah ke gas elpiji oleh Pertamina, cenderung terjadi
perilaku untuk melakukan penimbunan yang dilakukan oleh para distributor.
2.2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar
Selain merupakan penyumbang terhadap kenaikan laju inflasi pada triwulan laporan,
pada kelompok bahan makanan terdapat pula beberapa komoditas yang memberikan
sumbangan terhadap deflasi di Sulsel. Komoditas-komoditas tersebut memberikan
sumbangan deflasi dikarenakan oleh cukup tersedianya pasokan komoditas-komoditas
dimaksud sehingga mendorong terjadinya penurunan harga. Selain itu, khususnya untuk
komoditas bandeng, yang secara umum dibudidayakan di tambak-tambak tidak terganggu
oleh faktor iklim yang menyebabkan stok komoditas tersebut relatif cukup banyak di pasar.
Tabel 2.12 Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar
(y.o.y)
Tabel 2.13 Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar
(q.t.q)
No. KOMODITI BOBOTPertumbuhan
(y.o.y)Sumbangan
(y.o.y)No. KOMODITI BOBOT
Pertumbuhan (q.t.q)
Sumbangan (q.t.q)
1 Bandeng 2.35 -12.33 -0.29 1 Bandeng 2.57 -24.70 -0.632 Cabe Rawit 0.46 -25.31 -0.12 2 Layang 1.75 -26.74 -0.473 Bawang Putih 0.24 -21.74 -0.05 3 Cakalang 1.30 -25.09 -0.334 Kentang 0.16 -16.24 -0.03 4 Daging Ayam Ras 1.41 -9.04 -0.135 Layang 1.38 -1.56 -0.02 5 Teri 0.70 -13.89 -0.106 Pepaya 0.17 -10.87 -0.02 6 Tembang 0.27 -23.65 -0.067 Wortel 0.09 -19.70 -0.02 7 Merah 0.30 -18.52 -0.068 Kayu Lapis 0.15 -7.83 -0.01 8 Kembung/Gembung 0.38 -14.11 -0.059 Udang Basah 0.54 -1.56 -0.01 9 Kangkung 0.50 -9.85 -0.05
10 Jeruk Nipis/Limau 0.04 -21.05 -0.01 10 Bayam 0.41 -11.54 -0.0511 Kacang Hijau 0.12 -4.11 -0.01 11 Baronang 0.29 -13.83 -0.0412 Batu Bata/Batu Tela 0.12 -2.39 -0.003 12 Cumi-Cumi 0.18 -22.00 -0.0413 Daun Kacang Panjang Muda 0.11 -1.89 -0.002 13 Ikan Asin Belah 0.18 -21.89 -0.0414 Jeruk 0.20 -0.51 -0.001 14 Pepaya 0.18 -19.61 -0.0415 Cumi-Cumi 0.15 -0.51 -0.001 15 Tongkol 0.13 -25.09 -0.0316 Kakap Merah 0.02 -3.62 -0.001 16 Pisang 0.45 -6.56 -0.0317 Ongkos Cuci/Cetak Film 0.01 -1.33 -0.0001 17 Udang Basah 0.53 -5.19 -0.0318 Telepon Seluler 0.10 -0.08 -0.0001 18 Katamba 0.38 -6.83 -0.0319 Ice Cream 0.08 0.00 0.0000 19 Sunglir/Sungli 0.16 -15.32 -0.0220 Kopi Manis 0.21 0.00 0.0000 20 Kol Putih/Kubis 0.11 -14.75 -0.02
Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
53
Secara triwulanan, 3 komoditas penyumbang deflasi terbesar pada laju inflasi
triwulanan triwulan IV-2007 terjadi pada komoditas-komoditas yang masuk dalam kelompok
ikan segar. Secara umum, deflasi pada komoditas-komoditas ini diperkirakan karena pasokan
yang relatif melimpah sementara permintaan terhadap ikan segara sendiri menurun yang
diperkirakan karena adanya persepsi masyarakat karena kondisi cuaca mengakibatkan
pasokan ikan segar berkurang dan apabila terdapat dipasaran kondisi ikan relatif dalam
kualitas yang tidak segar serta mahal harganya. Sehingga mendorong terjadinya penurunan
konsumsi ikan segar.
2.3. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua)
Pada triwulan laporan, dua dari delapan kota di zona Sulampua mengalami
perlambatan laju inflasi tahunan bila dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan
sebelumnya, yaitu kota Makassar dan Ambon yang masing-masing tercatat sebesar 5,71%
(y.o.y) dari 6,98% (y.o.y); 5,85% (y.o.y) dari 6,03% (y.o.y). Laju inflasi tahunan terendah di
zona Sulampua pada triwulan laporan terjadi di kota Makassar sedangkan laju inflasi tahunan
tertinggi di zona Sulampua terjadi di kota Ternate yang tercatat sebesar 10,43% (y.o.y).
Grafik 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Tahunan Kota-kota di Wilayah Zona Sulampua
0
5
10
15
20
25
QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07
% Makassar Manado Gorontalo Jayapura Ambon Palu Kendari Ternate
Sumber : BPS, dio lah
Secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi di kota Ternate yang tercatat sebesar
5,21% (q.t.q) selanjutnya diikuti kota Gorontalo yang tercatat sebesar 4,51% (q.t.q). Laju
inflasi triwulanan terendah terjadi di kota Makassar yang justru mengalami deflasi sebesar
0,53%.
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
55
Grafik 3.1. Uang Giral dan Kuasi di Sulsel(dlm Miliar rupiah)
0
5
10
15
20
25
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Triliun Rp
Uang Giral Uang Kuasi
Sumber : KBI Makassar
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Kondisi likuiditas moneter di Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2007 secara umum
mengalami peningkatan, terutama pada saat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun
baru yang jatuh pada periode triwulan IV-2007. Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi
Selatan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, ditandai dengan pertumbuhan
beberapa indikator utama perbankan antara lain penyaluran kredit, penghimpunan dana,
total aset dan Net Interest Margin perbankan daerah.
Perkembangan perbankan di Sulsel tersebut mendorong pertumbuhan sektor
ekonomi Sulsel secara umum, terutama sektor keuangan-persewaan dan jasa perusahaan
dimana perbankan merupakan subsektor yang dominan terhadap pembentukan PDRB di
sektor tersebut. Disamping itu berbagai kegiatan perbankan untuk mendukung
perkembangan sektor rill mulai menunjukkan hasil, seperti Bazar Perbankan Syariah yang
dilaksanakan pada triwulan IV-2007.
3.1 Perkembangan Moneter
Berdasarkan proxy atau
taksiran terhadap besaran moneter
tersebut (uang giral dan kuasi), kondisi
likuiditas moneter di Sulsel pada
triwulan IV-2007 mengalami
peningkatan dibanding posisi akhir
2006. Secara tahunan, uang kuasi
mencatat kenaikan sebesar 22,77%
yaitu dari Rp16,01 trilyun pada
triwulan IV-2006 menjadi Rp19,65
trilyun pada triwulan IV-2007.
Sementara uang giral mencatat
kenaikan sebesar 1,04% yaitu dari Rp5,01 trilyun pada triwulan IV-2006 menjadi Rp5,06
trilyun pada triwulan IV-2007. Peningkatan tersebut juga terjadi secara triwulanan, tercatat
uang kuasi dan giral mengalami peningkatan sebesar 9,99% dan 2,57 apabila dibandingkan
triwulan III-2007.
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
56
3.2 Perkembangan Bank Umum
3.2.1. Perkembangan Kelembagaan dan Asset
Kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan IV-2007 mencatat
beberapa peningkatan. Dari sisi kelembagaan, pada triwulan IV-2007 terdapat penambahan
6 kantor bank, yang terdiri dari 5 kantor bank konvensional (unit) dan 1 kantor unit usaha
syariah. Penambahan jumlah kantor perbankan yang beroperasi di daerah tersebut
menggambarkan tetap adanya upaya untuk menggali potensi pembiayaan di Sulawesi
Selatan. Mencermati bahwa kantor bank dibuka tersebut berskala menengah kecil, maka
diharapkan ke depan keberadaan unit-unit perbankan tersebut dapat lebih mengoptimalkan
fungsi intermediasi di Sulawesi Selatan.
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum di Sulawesi Selatan
1 2 3 4 1 2 3 4Jumlah Bank Umum 31 31 31 32 32 33 35 35 - BU Konvensional 25 25 25 26 26 26 27 27 - BU Syariah 2 2 2 2 2 2 3 3 - Unit Usaha Syariah 4 4 4 4 4 5 5 5Jumlah Kantor BU 544 0 0 545 544 553 572 578 - BU Konvensional 526 527 526 534 552 557 - BU Syariah 13 12 13 13 14 14 - Unit Usaha Syariah 5 6 5 6 6 7Sumber : KBI Makassar
20072006KETERANGAN
Sejalan dengan perkembangan kelembagaan, perkembangan aset bank umum pada
triwulan IV-2007 juga menujukkan peningkatan. Pada triwulan IV-2007, total aset bank
umum mencapai Rp32,46 triliun atau meningkat sebesar 29,06% dibandingkan akhir tahun
2006. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan total aset bank swasta mencatat
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 38,47% dibanding akhir tahun 2006, sementara
kelompok bank pemerintah tumbuh sebesar 24,58%. Dari sisi pangsa, kelompok bank
pemerintah masih mendominasi pembentukan aset bank umum di Sulsel. Secara triwulanan,
aset bank umum Sulsel tercatat meningkat sebesar 6,19%, yang lebih didorong oleh
peningkatan aset kelompok bank swasta yang tercatat memberikan sumbangan sebesar
3,15% sementara kelompok bank pemerintah berkontribusi sebesar 3,04%.
Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
- Pemerintah 9,429.65 11,247.65 12,688.15 14,567.59 17,043.81 21,233.28 - Swasta 4,332.99 5,729.89 6,375.20 7,681.17 8,105.27 11,223.26
Total Aset 13,806.29 17,027.65 19,063.35 22,248.76 25,149.07 32,456.53 Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
URAIAN 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
57
3.2.2. Perkembangan DPK dan Kredit
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan IV-2007
tercatat meningkat sebesar 17,51% yaitu dari Rp20,93 trilyun pada akhir tahun 2006
menjadi Rp24,60 trilyun. Sementara itu, secara triwulanan, DPK tercatat meningkat sebesar
8,35% yaitu dari sebesar Rp22,70 triliun pada triwulan III-2007 menjadi sebesar Rp24,60
triliun pada triwulan IV-2007. Berdasarkan jenis simpanan, pertumbuhan tertinggi tercatat
untuk tabungan yaitu sebesar 34,72% (y.o.y), diikuti deposito dan giro masing-masing
sebesar 4,83% (y.o.y) dan 1,04% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, terjadi penurunan
deposito yaitu sebesar -3,04% (q.t.q) menjadi Rp6,72 triliun, sementara giro dan tabungan
mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,57% dan 18,27%. Penurunan deposito tersebut
diperkirakan disebabkan tingkat suku bunga deposito yang makin menurun sejalan dengan
penurunan BI-rate, sehingga mendorong masyarakat untuk mengalihkan simpanannya
kepada bentuk investasi lain. Kondisi lain yang diperkirakan sangat mungkin terjadi adalah
pemindahan dana dari deposito ke pada bentuk tabungan sebagai instrumen penyimpanan
sementara sebelum dikonversi kepada bentuk investasi lain.
Grafik 3.2. Perkembangan Penghimpunan DPK Bank Umum per Jenis Simpanan
2.64 2.87 3.33
3.31 3.81 4.10 5.
01
4.30 4.71 4.93 5.06
6.726.
93
6.94
6.88
6.41
6.216.
17
6.055.62
3.54
3.95
6.34 7.
54 7.70
7.38 7.94 8.
11 9.52 9.42 10
.21
10.8
4 12.8
2
0
2
4
6
8
10
12
14
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp Giro Deposito Tabungan
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Berdasarkan kelompok bank, kelompok bank pemerintah masih mendominasi total
DPK di Sulsel, yaitu sebesar 64,03%. Peningkatan DPK terbesar juga dialami oleh kelompok
bank pemerintah yaitu sebesar 18,99%, terutama pada tabungan (34,53%). Sedangkan
untuk DPK pada kelompok bank swasta, tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 14,97%,
dengan pertumbuhan tertinggi adalah pada bentuk simpanan berupa tabungan (35,65%).
Untuk penghimpunan deposito, bank swasta memiliki pangsa lebih besar dibanding bank
pemerintah, yakni sebesar 60,47% terhadap total deposito bank umum .
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
58
Grafik 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum
981 11
11
1543
1596
1655
1707
1791
1830 19
8721
22 2244
0
5
10
15
20
25
4 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 *
2003 2004 2005 2006 2007
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Tabel 3.3. Penghimpunan Dana Bank Umum di Sulsel
16,646.92 20,933.65 24,599.54- Giro 3,327.10 5,007.94 5,060.05- Deposito 5,618.95 6,444.69 6,753.50- Tabungan 7,700.87 9,481.02 12,785.99
25.75 17.5110,171.54 13,237.90 15,752.11
- Giro 2,524.25 4,084.37 4,017.71- Deposito 2,114.97 2,415.74 2,669.74- Tabungan 5,532.31 6,737.79 9,064.66
30.15 18.996,475.38 7,695.75 8,847.43
- Giro 802.85 923.57 1,042.34- Deposito 3,503.97 4,028.95 4,083.77- Tabungan 2,168.55 2,743.23 3,721.33
18.85 14.97Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
2006 2007 Bank Umum 2005
Pertumbuhan (%)Bank Swasta
Pertumbuhan (%)
Total Bank Umum
Pertumbuhan (%)Bank Pemerintah
Selanjutnya, pada periode yang sama, kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank
umum di Sulsel juga tercatat mengalami peningkatan sebesar 25,32% dari Rp17,91 trilyun
akhir tahun 2006 menjadi Rp22,44 trilyun pada triwulan IV-2007. Adapun secara triwulan,
kredit/pembiayaan pada triwulan IV-2007 tercatat tumbuh 5,78% dibandingkan posisi pada
triwulan III-2007. Peningkatan kredit tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel
yang mengalami peningkatan.
Berdasarkan segmentasi kredit, sebagian besar kredit/pembiayaan bank Sulsel
diklasifikasikan sebagai kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pangsa kredit
UMKM dibandingkan total kredit pada triwulan IV-2007 adalah sebesar 54,08% atau lebih
tinggi dibanding pangsa pada posisi
akhir tahun 2006 yang sebesar 51,74%.
Kredit UMKM tersebut tercatat
mengalami peningkatan sebesar
30,97%, yaitu dari Rp9,27 triliun pada
akhir 2006 menjadi Rp12,14 triliun pada
akhir 2007. Sementara itu jika
dibandingkan dengan posisi triwulan
sebelumnya, pertumbuhan kredit UMKM
di Sulsel tercatat adalah sebesar 5,54%.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
59
Berdasarkan jenis penggunaan,
sebagian besar portofolio kredit masih
didominasi oleh kredit konsumsi
(43,64%), namun secara perlahan pangsa
kredit modal kerja mendekati pangsa
kredit konsumsi yaitu sebesar 41,54%.
Pertumbuhan kredit modal kerja tercatat
lebih tinggi dibandingkan jenis kredit
lainnya yaitu sebesar 33,71%(y.o.y) yaitu
dari Rp6,97trilyun pada akhir 2006
menjadi Rp9,32 trilyun, diikuti pertumbuhan kredit konsumsi yang tercatat sebesar 30,97%
(y.o.y) sementara untuk kredit invetasi justru mengalami penurunan yaitu sebesar 3,82%.
Peningkatan pangsa kredit modal kerja
tersebut yang mendekati porsi kredit
konsumsi relatif menggambarkan
positifnya ekspektasi pelaku usaha di
Sulawesi Selatan terhadap kinerja
perekonomian daerah dalam jangka
pendek (1-2 tahun ke depan) sehingga
aktivitas usaha akan mengalami
percepatan dalam jangka pendek meski
masih dalam besaran yang terbatas.
Grafik 3.6 . Perkembangan Kredit Bank Umum Per Jenis Penggunaan
6.97
6.23
5.92
6.49 7.
10
7.75
8.51 9.32
3.333.
44
3.56
3.353.46
3.443.
43
3.46
6.58
6.89
7.14 7.48
7.85
8.56 9.26 9.
79
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 *
2006 2007
Triliun Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Berdasarkan sektor ekonomi, sektor lainnya (yang didalamnya termasuk kredit
konsumsi) paling besar menyerap kredit, yakni mencapai Rp9,84 triliun, atau 43,86% dari
Grafik 3.4. Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Sulsel
819 8
63
9278
89
1214
1150
1082
984
54.08%54.20%54.45%53.78%
51.74%52.05%52.14%
51.32%
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 *
2006 2007Trili
un R
p 50%50%51%51%52%52%53%53%54%54%55%55%Kredit UMKM Pangsa thd Total Kredit
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Grafik 3.5. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum per Jenis Penggunaan
Investasi, 14.82%
Modal Kerja,
41.54% Konsumsi,
43.64%
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
60
Grafik 3.7. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Per Sektor Ekonomi Trw. IV-2007
Pertambangan, 0.10%
Industri, 7.11%
Listrik, Gas & Air, 0.48%
Konstruksi, 4.08%
Perdagangan, 31.47%
Angkutan, 2.03% Jasa Dunia Usaha,
5.92%
Jasa Sosial, 1.14%
Lainnya, 43.86%
Pertanian, 3.82%
Sumber : Lap. Bulanan Bank UmumSumber : Lap. Bulanan Bank Umum
total kredit. Selanjutnya, kredit
untuk sektor jasa pada triwulan IV-
2007 tercatat tumbuh sebesar
30,99% dibanding akhir tahun
2006. Pertumbuhan kinerja kredit
pada sektor ini sejalan dengan
pertumbuhan sektor ini yang
cenderung disebabkan oleh faktor
libur panjang yang relatif
menggerakkan sub-subsektor
hiburan dan rekreasi. Sementara
itu, penyaluran kredit terbesar
lainnya adalah kepada sektor
perdagangan yang mencapai
31,47% dari total kredit, atau
sebesar Rp7,06 triliun. Pada triwulan IV-2007 penyaluran kredit kepada sektor perdagangan
mengalami pertumbuhan sebesar 32,39% dibandingkan posisi pada triwulan yang sama
tahun lalu. Pertumbuhan sektor perdagangan ini sejalan pula dengan pertumbuhan sektor
perdagangan-hotel-restoran. Pertumbuhan kredit per sektor tertinggi tercatat terjadi pada
kredit untuk sub sektor jasa-jasa dunia usaha yang meningkat 56,43%, diikuti oleh kredit
untuk sektor perdagangan dan kredit lainnya yang masing-masing meningkat sebesar
32,39% dan 30,99%.
Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum untuk Sektor Perdagangan
5.334.78
4.32
4.98 5.
62 6.19 6.
53
7.06
9.84
9.31
8.61
7.89
7.51
7.19
7.07
6.63
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 *
2006 2007
Triliun Rp
Perdagangan Lainnya
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
61
Jumlah Non Performing Loan secara gross (NPLs gross) di wilayah Sulsel tercatat
sebesar Rp2,14 trilyun atau turun sebesar 3,56% dibandingkan akhir 2006 yang tercatat
sebesar Rp2,22 trilyun. Secara rasio (NPL gross dibandingkan dengan total kredit),
perbankan Sulsel tercatat mengalami perbaikan kinerja, yaitu dari rasio 12,38% pada akhir
2006 menjadi 9,53% pada triwulan IV-2007, begitu pula terjadi apabila rasio pada triwulan
IV-2007 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,31%. Lebih
lanjut rasio NPLs net juga memperlihatkan perbaikan yaitu dari 5,96% pada akhir 2006
menjadi 3,58%. Dari sisi sektoral, NPLs gross terbesar berada di sektor industri dan pertanian
yaitu sebesar 45,45% dan 43,04%. Adapun secara netto, sektor industri masih mendominasi
pangsa NPLs net yaitu sebesar 20,43% diikuti sektor konstruksi dengan NPLS net sebesar
5,47%.
Grafik 3.9. Kolektibilitas Kredit Bank Umum
2.3
6
2.4
9
2.6
3
2.2
2 2.4
9
2.5
4
2.6
1
2.1
4
0
1
1
2
2
3
3
1 2 3 4 1 2 3 4 *
2006 2007
Triliun Rp NPLs GrossSumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Kinerja intermediasi bank umum di Sulsel berdasarkan indikator rasio kredit dibanding
DPK (LDR) pada triwulan IV-2007 tercatat adalah sebesar 91,24%, lebih tinggi dibandingkan
LDR posisi akhir 2006 yang tercatat sebesar 85,55%. Namun apabila dibandingkan dengan
triwulan III-2007 yang LDRnya tercatat sebesar 93,46%, kinerja intermediasi bank umum
pada triwulan IV-2007 mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan peningkatan
kredit yang relatif tidak dapat mengimbangi peningkatan DPK.
Apabila dilihat dari sisi kabupaten/kota, LDR tertinggi terdapat di Kabupaten Takalar
yang tercatat sebesar 156,12%, kemudian diikuti Kabupaten Jeneponto (151,47%) dan
Kabupaten Maros (132,50%). Berdasarkan data LDR tersebut di atas, terlihat bahwa kota-
kota di sekitar Makassar (Metropolitan), yaitu Kabupaten Takalar, Gowa, Maros dan
Jeneponto masih mencatat LDR di atas 100%. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
efek spill-over mengingat Makassar sebagai pusat keuangan/perbankan. Dengan kondisi
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
62
tersebut, aliran uang (kredit) dari perbankan yang berpusat di Makassar relatif lebih lancar
menuju ke daerah-daerah tersebut yang memiliki kebutuhan yang besar untuk pembiayaan
pembangunan wilayahnya.
Tabel 3.4. Penyaluran Kredit dan DPK Per Kabupaten/Kota di Sulsel
DPK KREDIT LDR DPK KREDIT LDRKab. Pinrang 291,937 263,541 90.27% 367599 332594 90.48%Kab. Gowa 213,179 295,411 138.57% 306244 385102 125.75%Kab. Wajo 651,215 428,894 65.86% 828405 881890 106.46%Kab. Bone 642,518 568,517 88.48% 708984 668663 94.31%Kab. Tana Toraja 288,766 184,575 63.92% 327837 222511 67.87%Kab. Maros 173,290 246,502 142.25% 212346 281366 132.50%Kab. Luwu 903,151 803,272 88.94% 1035833 923777 89.18%Kab. Sinjai 261,449 181,492 69.42% 248809 237043 95.27%Kab. Bulukumba 410,750 281,775 68.60% 536169 359946 67.13%Kab. Bantaeng 222,371 100,220 45.07% 146427 137082 93.62%Kab. Jeneponto 119,608 175,669 146.87% 150803 228414 151.47%Kab. Selayar 178,588 55,947 31.33% 191696 66178 34.52%Kab. Takalar 121,594 193,370 159.03% 161192 251660 156.12%Kab. Barru 225,245 152,348 67.64% 250718 188140 75.04%Kab. Sidenreng Rappang 217,972 195,983 89.91% 265530 243631 91.75%Kab. Pangkajene Kepulauan 302,149 211,963 70.15% 369038 249433 67.59%Kab. Soppeng 266,347 204,453 76.76% 304594 264348 86.79%Kab. Enrekang 235,983 148,194 62.80% 311350 171942 55.22%Kodya Makassar 13,802,389 12,435,444 90.10% 16195461 15317986 94.58%Kodya Pare-Pare 870,070 467,997 53.79% 928198 585958 63.13%Kotif Palopo 487,846 309,929 63.53% 703649 441195 62.70%Kotif Watampone 47,230 3,920 8.30% 48661 5511 11.33%Sumber : lap. Bulanan Bank Umum
KABUPATEN / KOTA2006 2007
3.2.3. Perkembangan Net Interest Margin (NIM)
Pada periode laporan, NIM (selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh Bank
dengan biaya bunga yang harus dibayarkan oleh bank) perbankan daerah tercatat sebesar
Rp1,90 triliun atau naik sekitar 27,01% dibandingkan posisi akhir 2006. Peningkatan
tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga yaitu sebesar 19,49% dan sisanya
disumbangkan oleh biaya bunga. Pendapatan bunga meningkat sebesar 11,27% yaitu dari
Rp2,59 triliun pada akhir 2006 menjadi Rp2,88 triliun pada triwulan IV-2007. Sementara itu,
biaya bunga turun 10,30% dibandingkan dengan triwulan IV-2006 dari Rp1,09 triliun. Dari
indikator tersebut, kinerja perbankan daerah tercatat mengalami peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 7,83% menjadi 8,42%. Peningkatan tersebut juga
terjadi secara triwulanan, dimana pada triwulan III-2007 rasio NIMnya tercatat sebesar
6,12%. Peningkatan NIM tersebut disebabkan oleh semakin besarnya spread antara
pendapatan bunga dengan biaya bunga terutama didorong oleh peningkatan penyaluran
kredit khususnya kepada sektor lainnya dan perdagangan.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
63
Grafik 3.11. Perkembangan Bank Syariah di Sulsel
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007
Miliar Rp
0%
50%
100
150
200
250Aset DPK
Pembiayaan FDR
Sejalan dengan peningkatan NIM tersebut di atas, laba perbankan Sulsel pada
triwulan IV-2007 juga meningkat sebesar 32,33% dari Rp617,13 miliar pada triwulan IV-
2006 menjadi Rp816,64 miliar pada triwulan IV-2007, atau meningkat 25,46% bila
dibandingkan laba triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp650,89 miliar.
Grafik 3.10. Net Interest Margin (NIM) dan Laba/Rugi
2.07%
4.13%
6.02%
7.83%8.42%
2.09%
4.11%
6.12%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
1 2 3 4 1 2 3 4 *
2006 2007
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5Triliun Rp
Laba/Rugi
Pendapatan Bunga
Biaya Bunnga
NIM
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
3.2.4. Kinerja Bank Umum Syariah
Pada triwulan IV-2007, terdapat penambahan jumlah kantor bank syariah sebanyak
satu unit kantor cabang Bank Sulsel Syariah di Maros, sehingga kelembagaan perbankan
syariah pada triwulan IV-2007 terdiri dari 8 bank (3 bank umum syariah dan 5 bank
konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah) dengan jumlah kantor total sebanyak 21
kantor. Dari sisi
penghimpunan dana
perbankan syariah pada
triwulan IV-2007 berhasil
menghimpun dana (DPK)
sebesar Rp530,92 miliar,
yang mengalami peningkatan
sebesar 9,01% (q.t.q)
dibandingkan triwulan III-
2007 yang tercatat sebesar
Rp487,05 miliar atau
meningkat 35,85%
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
64
dibandingkan pencapaian pada akhir tahun 2006 yang sebesar Rp390,80 miliar. Peningkatan
triwulanan disumbang oleh tabungan yang tercatat sebesar 8,51% (q.t.q), sementara untuk
simpanan giro memberikan kontribusi negatif yaitu sebesar -3,29%. Sedangkan peningkatan
tahunan terbesar disumbang oleh deposito, yaitu sebesar 18,01% dan mengalami
peningkatan sebesar 47,15% hingga mencapai Rp219,64 miliar. Sumbangan lainnya
diberikan oleh tabungan yaitu sebesar 17,88% atau mengalami peningkatan sebesar
37,89% menjadi Rp341,61 miliar. Sementara giro tercatat mengalami penurunan sebesar
0,26% menjadi Rp56,94 miliar Peningkatan instrumen deposito diperkirakan karena nilai
bagi hasilnya masih melebihi tingkat suku bunga perbankan konvensional sehingga tetap
menarik nasabah dalam menempatkan dananya pada jenis instrumen tersebut.
Dari sisi pembiayaan, kinerja perbankan syariah pada triwulan IV-2007 tercatat
mencapai sebesar Rp858,27 miliar atau meningkat sebesar 30,55% dibandingkan dengan
akhir 2006. Penggunaan pembiayaan tersebut didominasi untuk modal kerja (44,19%),
diikuti kredit konsumsi (39,80%) dan kredit investasi (16,01%). Sementara itu dari sisi
sektoral, alokasi pembiayaan sebagian besar masih disalurkan ke sektor lainnya (39,80%) dan
jasa dunia usaha (25,48%). Lebih lanjut, kualitas pembiayaan perbankan syariah secara bruto
(NPF gross) masih lebih baik dibandingkan dengan kredit perbankan konvensional yaitu
sebesar 5,54%, lebih baik pula dibanding akhir tahun 2006 yang tercatat sebesar 5,81%.
Secara triwulanan, pada triwulan IV-2007 terjadi peningkatan pembiayaan sebesar 8,33%
(q.t.q) dibandingkan pembiayaan pada triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp792,26
miliar. Peningkatan pembiayaan tersebut didorong oleh sumbangan peningkatan
pembiayaan konsumsi yaitu sebesar 4,94%.
Dengan adanya peningkatan yang relatif tinggi pada penghimpunan dana dan
ekspansi pembiayaan secara langsung maka akan meningkatkan perkembangan aset
perbankan syariah, yang pada triwulan IV-2007 menjadi sebesar Rp1,03 triliun atau tumbuh
34,85% dibanding akhir 2006, atau tumbuh 6,07% dibanding aset pada triwulan III-2007.
3.2.5. Kinerja Bank Pekreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS)
Dari segi kelembagaan, pada triwulan IV-2007 jumlah bank dan kantor BPR yang
beroperasi di wilayah Sulsel tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya
yaitu sebanyak 27 bank (21`konvensional dan 6 syariah) dengan 45 kantor (32 konvensional
dan 13 syariah). Total kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S pada triwulan
IV-2007 tercatat naik sebesar 77,70% dibanding posisi triwulan IV-2006 atau menjadi
Rp175,04 miliar pada triwulan IV-2007. Peningkatan tersebut juga terjadi apabila
dibandingkan dengan triwulan III-2007 dimana kredit yang disalurkan tercatat sebesar
Rp155,05 miliar. Sehingga kredit yang disalurkan BPR/S pada triwulan IV-2007 naik 12,89%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
65
Grafik 3.12. Pangsa Kredit BPR/S per Sektor Ekonomi
- Lain-lain, 60.70%
- Perindustrian, 1.02%
- Pertanian, 8.38%
- Perdagangan, 22.33%
- Jasa-jasa, 7.57%
Sumber : Lap. Bulanan BPR
dibanding posisi triwulan III-2007. Searah dengan alokasi dana oleh bank umum, maka
mayoritas kredit BPS/S masih dialokasikan pada sektor lainnya (sebagian besar untuk
konsumsi) dan sektor perdagangan, yaitu masing-masing sebesar 60,70% dan 22,33%.
Adapun dari sisi kualitas
kredit/pembiayaan yang
disalurkan oleh BPR/S, rasio NPLs
(gross) BPR/S pada triwulan IV-
2007 tercatat adalah sebesar
7,82%, lebih baik dibandingkan
kinerja pada triwulan IV-2006
yang tercatat sebesar 11,63%.
Perbaikan rasio tersebut juga
terjadi secara triwulanan, yang
tercatat rasio NPLs pada triwulan
III-2007 sebesar 8,63%.
Dari sisi penghimpunan dana,
Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR/S
mencatat peningkatan sebesar
66,19% dari Rp68,46 miliar pada
triwulan IV-2006 menjadi
Rp113,78 miliar pada triwulan IV-
2007. Dengan demikian, rasio
perbandingan kredit/pembiayaan
dengan dana pihak ketiga (LDR)
BPR/S pada triwulan IV-2007
tercatat mengalami peningkatan dari 143,88% menjadi 153,84%. Kondisi ini merupakan
cerminan dari peningkatan fungsi intermediasi BPR/S yang sejalan dengan kinerja
intermediasi oleh bank umum (baik konvensional maupun syariah). Namun bila dibandingkan
dengan LDR triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 158,40%, maka kinerja BPR/S di Sulsel
mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan karena peningkatan penyaluran
kredit yang tercatat sebesar 12,89% (q.t.q) tidak mampu mengimbangi peningkatan DPK
yang tercatat sebesar 16,24% (q.t.q).
Tabel 3.5. Indikator Utama BPR/S di Sulsel
DPK 38,105 68,462 113,779
Kredit 62,621 98,505 175,039
LDR 164.34% 143.88% 153.84%
NPL 15.44% 11.44% 7.82%
Laba Rugi 418.80 1,173 3,900
Sumber : Lapbul BPR
2005RINCIAN 2005 2006
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
67
Usaha Mikro Kecil pada umumnya sangat berhubungan dengan kehidupan rakyat
kecil sehari-hari mengingat banyaknya komponen masyarakat yang berkerja pada sektor ini.
Keunggulan UMK pada dasarnya berupa fleksibilitas kebutuhan investasi yang relatif kecil,
berbasis bahan baku lokal dan mampu menyerap cukup banyak tenaga kerja terutama
angkatan kerja yang tidak tersalur pada sektor pemerintahan dan industri yang
membutuhkan kualifikasi standar pendidikan dan keterampilan tertentu.
Namu demikian, dukungan pembiayaan terhadap pengembangan UMK ini
dirasakan masih sangat kurang memadai. Khusus untuk pembiayaan UMK di wilayah Sulsel
terdapat beberapa aspek penting (Yunus, 2003 dan 2006; Robinson, 2004; Untoro, 2004),
antara lain (1) masih terdapatnya resistensi dari pihak perbankan daerah dalam penyaluran
kredit kepada UMK yang lebih bersifat fund channeling; (2) UMK masih menilai terdapatnya
kendala birokrasi dan aturan yang menyebabkan berkurangnya akses terhadap kredit
perbankan; (3) masih terbatasnya sumber pendanaan dengan biaya dana yang terjangkau di
daerah; (4) terjadinya double financing, kompetisi yang tidak adil, lemahnya informasi dan
jaringan yang kemudian menyebabkan munculnya moral hazard dan adverse selection; (5)
perlunya bantuan teknis atau pembinaan untuk mendorong UMK agar dapat memenuhi
lending criteria dan pemahaman terhadap cakupan pendanaan oleh lembaga pembiayaan
bank maupun non bank.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1)
untuk mengetahui peranan lembaga pembiayaan bank dan non bank dalam penyaluran
kredit pada UMK di Sulsel; (2) untuk mengetahui peta penyaluran kredit lembaga
pembiayaan bank dan non-bank pada UMK di Sulsel; (3) untuk mengetahui keterkaitan
antara karakteristik UMK dengan perilaku pengambilan kredit melalui lembaga pembiayaan
bank dan non-bank dan (4) untuk memaparkan studi kasus tentang bagaimana teknik dan
strategi yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan bank dan non-bank dalam rangka
melakukan penyaluran kredit pada UMK di Sulsel. Fokus penelitian ini adalah pada enam
kabupaten/kota yaitu Makassar, Pangkep, Wajo, Enrekang, Takalar dan Bulukumba.
Penentuan daerah-daerah tersebut didasarkan kepada kondisi karakteristik jenis usaha yang
difokuskan pada penelitian ini (hortikultura/tanaman pangan, perikanan/kelautan, dan
industri rumah tangga) di masing-masing kabupaten/kota di Sulsel, sementara unit analisis
adalah UMK yang memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan bank dan non
Box 2
Pemetaan Lembaga Pembiayaan Bank dan Non-Bank Dalam Penyaluran Kredit Pada Usaha Mikro Kecil (UMK)
di Sulawesi Selatan (Penelitian Bersama Bank Indonesia dgn Rielbank Universitas Hasanuddin)
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
68
bank yang melakukan kegiatan usaha pada ketiga jenis usaha di atas. Penelitian ini sendiri
akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (bulan Oktober-Desember 2007) dengan jumlah
sampel yang ditarik sebanyak 360 unit usaha.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada dua katagori
kelompok sampel, yaitu sampel pengusaha UMK dan lembaga pembiayaan bank dan non-
bank. Selanjutnya, dalam penelitian ini, selain pelaksanaan survei terhadap UMK dilakukan
pula indepth interview bagi pelaku usaha non-bank pada masing-masing kabupaten/kota
yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Isi dari indepth interview tersebut antara lain adalah
sejarah perkembangan usaha, nilai dan jenis kredit yang disalurkan, tingkat imbal
hasil/bunga, teknik pemasaran kredit, ada/tidaknya kerjasama dengan lembaga lain serta
tingkat kepedulian dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun metode analisis pada
penelitian ini adalah (1) analisis deskriptif; (2) analisis pemetaan untuk melihat posisi relatif
masing-masing lembaga pembiayaan terkait dengan karakteristik UMK dengan
menggunakan tabulasi silang; (3) analisis kuantitatif (chi-square) untuk mengetahui
hubungan antara karekteristik usaha seperti status badan usaha, jenis usaha, kepemilikan
tempat usaha, ketersediaan dokumen kredit, nilai aset dan skala usaha; dan (4) untuk studi
kasus (sebagaimana disebutkan dalam tujuan penelitian) di samping menggunakan analisis
deskriptif yang dilengkapi dengan indepth interview.
Hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan mengungkapkan bahwa:
a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pemberian kredit menurut jenis usaha
UMK (hortikultura/tanaman pangan, perikanan/kelautan, dan industri rumah tangga) baik
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan bank maupun non-bank. Dengan kata lain,
berdasarkan perspektif lembaga pembiayaan, ketiga jenis usaha ini memiliki prospek
usaha yang relatif sama.
b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian kredit skala mikro dan kecil baik
yang dilakukan oleh lembaga keuangan bank maupun non-bank. Lembaga pembiayaan
non-bank cenderung untuk lebih memperhitungkan faktor risiko kredit dibandingkan
lembaga pembiayaan bank.
c. Debitur (pengusaha mikro/kecil) yang mengambil kredit melalui dua sumber lembaga
pembiayaan (bank dan non-bank) memiliki rata-rata nilai kredit yang lebih besar
dibandingkan debitur yang memilih hanya salah satu sumber lembaga pembiayaan.
Secara implisit, kondisi ini menunjukkan bahwa plafon kredit yang ditetapkan oleh
masing-masing lembaga pembiayaan relatif lebih kecil dibandingkan kebutuhan kredit
debitur.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
69
d. Diantara unit usaha yang bankable terdapat 25,59% yang lebih memilih kepada lembaga
pembiayaan non-bank. Kondisi ini disebabkan oleh kesesuaian dan mudah dipenuhinya
jaminan, syarat-syarat pemberian kredit relatif lebih ringan dan proses persetujuan yang
tidak berbelit-belit. Lebih lanjut, lembaga pembiayaan non-bank memiliki ciri khas berupa
jangka waktu kredit yang fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan debitur, kedekatan
nasabah dengan lembaga sumber pembiayaan non-bank serta terdapatnya berbagai
bonus.
Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi baik kepada pemangku
kebijakan maupun perbankan di daerah, yaitu :
a. Diharapkan partisipasi bank swasta untuk dapat mengambil bagian dalam pemberian
kredit pada UMK di daerah kabupaten dan kecamatan dapat ditingkatkan.
b. Perbankan diharapkan dapat memberikan persyaratan kredit yang lebih berdasarkan
kepada skala usaha misalnya semakin kecil skala usaha maka semakin kecil imbal
hasil/bunga yang dibebankan dan persyaratan administrasi yang relatif dipermudah.
c. Lembaga pembiayaan non-bank, khususnya ventura dan pegadaian perlu memperluas
jaringan dengan membuka akses di daerah, khususnya kecamatan dan pedesaan agar
UMK yang bergerak pada jenis usaha hortikultura/tanaman pangan dan
perikanan/kelautan akan lebih memiliki akses terhadap sumber-sumber pembiayaan.
d. Mengingat pengusaha mikro/kecil cenderung memilih lembaga pembiayaan yang dekat
dengan lokasi usaha (biasanya adalah koperasi) maka lembaga pembiayaan yang berada
di wilayah kota perlu meningkatkan kerjasama dengan lembaga pembiayaan yang lebih
dekat dengan pelaku usaha, misalnya dengan mengoptimalkan mekanisme channeling.
e. Pemerintah Daerah (Pemda) perlu mencermati kemungkinan pengembangan regulasi
yang memudahkan UMK mengakses sumber-sumber pembiayaan yang tersedia di
daerah, khususnya bagi lembaga pembiayaan bank maupun non-bank yang dimiliki oleh
Pemda.
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
71
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia terus mengupayakan terselenggaranya sistem
pembayaran yang efisien, cepat dan aman. Hal ini disebabkan karena Sistem Pembayaran
(payment system) merupakan salah satu jenis layanan utama perbankan dalam mendukung
kelancaran aktivitas perekonomian. Dari sisi media transaksi sistem pembayaran yang ada
saat ini dapat berupa sistem pembayaran tunai (menggunakan uang kartal) dan sistem
pembayaran non tunai (kliring dan BI-RTGS).
Pada triwulan IV-2007, perkembangan sistem pembayaran non tunai, Bank Indonesia
terus melakukan penyempurnaan sistem kliring, yaitu dengan mengimplementasikan Sistem
Kliring Nasional (SKN) dan sistem RTGS. Sementara pada sistem pembayaran tunai, Bank
Indonesia terus berupaya memenuhi kebutuhan uang kartal dalam jumlah dan pecahan yang
cukup dan layak edar, terutama pada saat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun
baru.
4.1. Pengedaran Uang Kartal
4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Aliran uang kartal masuk (inflow) maupun aliran uang keluar (outflow) di KBI
Makassar pada triwulan IV-2007 mengalami penurunan dibanding triwulan IV-2006.
Penurunan tersebut, selain karena adanya mekanisme Cash Center, juga diperkirakan adanya
pergeseran bulan Ramadhan yang pada tahun 2007 jatuh pada triwulan III-2007. Pada
triwulan IV-2007, inflow ke KBI Makassar tercatat sebesar Rp1,31 triliun, atau meningkat
41,73% (y.o.y) dibandingkan triwulan III-2007. Kondisi yang sama juga terjadi pada outflow
yang turun sebesar 30,59% (y.o.y) dibandingkan triwulan lalu atau menjadi Rp1,81 triliun,
sehingga pada triwulan IV-2007, KBI Makassar mengalami net-otflow .
Sementara secara triwulanan, pada triwulan IV-2007 terjadi peningkatan outflow
yang sangat tinggi yaitu sebesar 367,29% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mengalami penurunan sebesar 67,53% (q.t.q). Peningkatan tersebut selain karena adanya
kegiatan keagamaan, juga diperkirakan adanya pengaruh kegiatan pilkada Sulsel. Sementara
inflow juga meningkat yaitu sebesar 56,33% (q.t.q) namun lebih rendah dibanding inflow
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 68,55%.
Secara kumulatif, pada tahun 2007, inflow ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp4,67
triliun, atau turun 50,88% dibanding dengan inflow pada triwulan yang sama tahun
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
72
sebelumnya. Begitu juga dengan outflow dari Bank Indonesia sebesar Rp3,79 triliun, atau
turun 56,78% dibandingkan outflow triwulan IV-2006. Dengan demikian maka perkasan KBI
Makassar berada dalam posisi net-inflow yaitu sebesar Rp878,93 milyar.
Grafik 4.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di KBI Makassar
(1,000)
(500)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007
Triliun RpInflow
Outflow
Netto
4.1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Sebagai upaya untuk menjaga agar uang yang diedarkan dalam kondisi yang layak
edar, Bank Indonesia melakukan pemusnahan terhadap uang yang tidak layak edar
kemudian digantikan dengan yang yang masih segar dan layak. Rasio PTTB terhadap aliran
uang kertas yang masuk (inflow) ke KBI Makassar tercatat sebesar 66,22% atau senilai
Rp870,38 miliar, meningkat dibandingkan rasio PTTB pada triwulan IV-2006 yaitu sebesar
sebesar 39,06%. Berdasarkan nominalnya, sebagian besar uang yang dimusnahkan adalah
pecahan Rp50.000 dan Rp100.000, masing-masing sebesar 53,74% dan 24,86% dari total
nominal pemusnahan uang. Dengan asumsi bahwa sistem Cash Center telah berjalan cukup
baik maka kondisi ini diperkirakan dapat menggambarkan tingginya tingkat perputaran
penggunaan uang kartal di daerah.
Apabila dibandingkan dengan triwulan III-2007, tercatat terjadi peningkatan nilai
PTTB yaitu dari Rp469,29 miliar menjadi Rp870,38 miliar. Peningkatan pecahan PTTB terbesar
terjadi pada pecahan Rp100.000. Sementara dari sisi lembar, pecahan uang yang paling
banyak dihancurkan yaitu pecahan Rp1.000 dan Rp50.000 yang masing-masing berjumlah
9,51 juta lembar dan 9,35 juta lembar.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
73
Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan
50,000 , 61.15%
100,000 , 24.84%
5,000 , 4.46%
10,000 , 3.18%20,000 ,
6.37%
Grafik 4.2. Perkembangan PTTB Bank Indonesia Makassar
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007
Triliun Rp
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%
Inflow
PTTB
PTTB/Inflow
4.1.3. Uang Palsu
Selama triwulan IV-2007,
jumlah temuan uang rupiah palsu di
wilayah KBI Makassar adalah
sebanyak 157 lembar atau naik 30
lembar dibandingkan dengan
triwulan IV-2006. Jumlah temuan
uang palsu yang paling banyak
ditemukan adalah uang kertas
pecahan Rp50.000 dan Rp100.000
masing-masing sebesar 61,15% dan
24,84% dari total lembar uang palsu
yang ditemukan. Jumlah uang palsu
yang ditemukan selama triwulan IV-2007 adalah senilai Rp8.985.000, sementara pada
triwulan IV-2006 adalah sebesar Rp8.430.000. Peningkatan temuan uang palsu tersebut
relatif menggambarkan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri
keaslian uang rupiah. Upaya yang terus dilakukan Bank Indonesia untuk menekan
perkembangan peredaran uang palsu tersebut antara lain dengan melakukan sosialisasi ciri-
ciri keaslian uang rupiah dan peningkatan penayangan iklan layanan masyarakat mengenai
instrumen pembayaran tunai tersebut. Apabila dibandingkan dengan triwulan III-2007,
temuan uang palsu pada triwulan IV-2007 mengalami penurunan. Uang palsu yang
ditemukan selama triwulan III-2007 tercatat sebesar 233 lembar dengan nilai total sebesar
Rp14.185.000, dengan pecahan terbesar yang dilakukan pemalsuan adalah pecahan
Rp50.000 (46%) dan Rp100.000 (35%). Secara kumulatif, jumlah uang palsu yang
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
74
ditemukan selama tahun 2007 tercatat sebesar Rp58.160.000, sementara selama tahun
2006 temuan uang palsu hanya sebesar Rp23.990.000.
4.2. Lalu Lintas Pembayaran Giral
4.2.1. Kliring Lokal
Nilai rata-rata transaksi pembayaran antar bank melalui sistem kliring di Sulawesi
Selatan pada triwulan IV-2007 adalah sebesar Rp107,213 miliar per bulan atau naik 16,76%
dibanding akhir tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp91,82 miliar. Sementara volume
transaksi kliring rata-rata adalah 3.857 warkat per bulan, naik 22,98% dibanding akhir 2006
yang tercatat sebesar 3.140 warkat per bulan. Secara kumulatif, nilai transaksi kliring rata-
rata sebesar Rp89,591 miliar per bulan, lebih rendah dibandingkan nilai transaksi rata-rata
kliring pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp94,975 miliar. Begitu pula untuk volume kliring rata-
rata pada tahun 2007 yang tercatat sebesar 3.336 per bulan, lebih rendah dibanding volume
kliring rata-rata tahun 2006 sebesar 4.195 per bulan. Penurunan tersebut relatif sejalan
dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2007, khususnya yang terjadi
pada semester I tahun 2007.
Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Sulsel
1 2 3 4 1 2 3 4 Total Perputaran Kliring - Lembar (ribuan) 299.44 310.00 240.17 185.05 169.84 204.30 220.99 231.43 - Nominal (miliar Rp) 6,093.67 6,266.29 5,589.75 5,417.37 4,306.76 5,397.16 6,056.61 6,432.80 Rata-rata Harian Perputaran Kliring - Lembar (ribuan) 4.83 5.00 3.81 3.14 2.74 3.30 3.45 3.86 - Nominal (miliar Rp) 98.28 101.07 88.73 91.82 69.46 87.05 94.63 107.21 Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/BG Kosong - Lembar (%) 0.75 0.59 0.71 0.63 0.46 0.54 0.62 0.86 - Nominal (%) 0.77 0.71 0.72 0.72 0.56 0.63 0.64 0.93
2006 2007URAIAN / TRIWULAN
Secara triwulanan, terjadi peningkatan peningkatan nilai rata-rata harian perputaran
kliring yaitu dari Rp94,63 miliar menjadi Rp107,21 miliar. Peningkatan tersebut selain karena
kegiatan keagamaan juga didorong oleh adanya percepatan pembangunan proyek
pemerintah.
Selanjutnya, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir periode laporan
tercatat sebesar 0,86%, lebih tinggi dibandingkan angka pada triwulan IV-2006 yang sebesar
0,63%. Berdasarkan nilai nominalnya, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga mengalami
peningkatan menjadi sebesar 0,93% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,72%.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
75
4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS)
BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) merupakan salah satu
penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana di atas Rp100 juta. Pada periode
laporan, sejalan juga dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel, transaksi masuk
(incoming) dan transaksi keluar (outgoing) melalui RTGS menunjukkan penurunan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan transaksi pada
periode laporan ini diperkirakan karena iklim usaha sedang melambat sehubungan dengan
kondisi politik daerah yang relatif kurang kondusif. Secara tahunan (y-o-y), transaksi
incoming turun sebesar 35,29% menjadi Rp5,55 triliun, sementara transaksi outgoing turun
sebesar 30,39% menjadi Rp7,14 triliun. Dengan demikian, secara netto terjadi net-outgoing
sebesar Rp1,58 triliun, lebih kecil dibandingkan net-outgoing periode yang sama tahun
sebelumnya yang sebesar Rp1,67 triliun. Penurunan tersebut juga terjadi apabila
dibandingkan dengan triwulan III-2007, dimana inflow dan outflow pada triwulan III-2007
masing-masing tercatat sebesar Rp8,71 triliun dan Rp9,93 triliun.
Secara kumulatif, pada tahun 2007, terjadi penurunan incoming di Sulsel yaitu
sebesar 13,18% dibanding tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp39,56 triliun. Sementara itu,
untuk outgoing terjadi peningkatan sebesar 16,05% dibanding tahun 2006 yang tercatat
sebesar Rp27,30 triliun. Kondisi tersebut mengakibatkan net–incoming pada tahun 2007
menurun sebesar 78,28% atau menjadi Rp2,66 triliun dibandingkan pencapaian pada tahun
2006. Perkembangan tersebut relatif turut mengindikasikan adanya perlambatan pergerakan
sektor riil daerah yang mencerminkan kinerja perekonomian Sulawesi Selatan yang juga
cenderung melambat.
Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS
(4)
(2)
-
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007
Triliun RpInflowOutflowNetto
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
77
Bab 5
Ketenagakerjaan
5.1. Tenaga Kerja Indonesia
Secara kumulatif pada tahun 2007, tercatat adanya peningkatan penyaluran Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) dari Sulawesi Selatan ke luar negeri yaitu sebesar 21,2%(y.o.y) atau
menjadi 1.419 orang dibanding pencapaian pada tahun 2006. Peningkatan tersebut
didorong pengiriman TKI pada triwulan III-2007 yang cukup tinggi yaitu sebesar 535 orang,
sementara pengiriman TKI pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 126 orang atau
terjadi peningkatan 21,2% (y.o.y).
Peningkatan secara kumulatif tersebut diperkirakan terjadi masih tingginya angka
putus sekolah di Sulsel dan masih rendahnya tingkat penghasilan yang dapat diperoleh
dengan tingkat pendidikan tersebut sehingga mendorong masyarakat yang mengalami
putus sekolah menjadi TKI.
Grafik 5.1 Tingkat Pendidikan TKI Sulsel
(200)
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 Jml 1 2 3 4 Jml 1 2 3 4 Jml
2005 2006 2007
a. <= SLTP b. SLTA c. Perguruan Tinggi
Sumber : Dinas Transmigrasi dan Tenaga
Kondisi tersebut di dibuktikan dengan tingkat pendidikan TKI Sulsel, dimana 92,4%
TKI Sulsel memiliki taraf tingkat pendidikan SLTP ke bawah, sedangkan sisanya tingkat
pendidikan SLTA. Sementara itu, untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi jumlahnya relatif
minim dan diperkirakan golongan penduduk dengan tingkat pendidikan tersebut cenderung
mencari kerja di tingkat regional atau berpindah ke daerah di luar Sulsel yang masih memiliki
lowongan pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi di Sulsel.
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
78
Grafik 5.2 Jenis Kelamin TKI Sulsel
(200)
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 Jml 1 2 3 4 Jml 1 2 3 4 Jml
2005 2006 2007
a. Laki-laki b. Perempuan
Sumber : Dinas Transmigrasi dan Tenaga
Dari sisi jenis kelamin, pada tahun 2007, pengiriman TKI didominasi oleh tenaga kerja
berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 57,6% yang relatif akan diperkerjakan menjadi
tenaga buruh kasar di luar negeri. Adapun berdasarkan negara tujuan, Malaysia merupakan
negara tujuan utama dengan pangsa sebesar yaitu sebesar 58,2% dari total TKI Sulsel, diikuti
Arab Saudi dengan pangsa sebesar 35,2%.
Grafik 5.3 Negara Tujuan TKI Sulsel
(200)
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 Jml 1 2 3 4 Jml 1 2 3 4 Jml
2005 2006 2007
a. Malaysia b. Jepang
c. Arab Saudi d. Lainnya
Sumber : Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
79
5.2. Status Pekerjaan
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), per Agustus 2007
terjadi peningkatan pekerja (penduduk usia di atas 15 tahun) di Sulsel, yaitu sebesar 2,06%
dibanding Agustus 2006 atau menjadi 5,42 juta orang. Dari jumlah tersebut, tercatat yang
menjadi angkatan kerja adalah sebesar 61,07% dan yang bekerja pada angkatan kerja
tersebut sebesar 88,75%. Angka angkatan kerja yang bekerja tersebut, pada tahun 2007,
mengalami peningkatan sebesar 7,33% (y.o.y) dari posisi Agustus 2006 yang tercatat sebesar
2,74 juta orang.
Tabel 5.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Kegiatan Agustus Agustus
2006 20071 Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas 5,313,803 5,423,403 2 Angkatan Kerja 3,139,320 3,312,177
a. Bekerja 2,738,632 2,939,463 b. Tidak Bekerja 400,688 372,714
3 Bukan Angkatan Kerja 2,174,483 2,111,226 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK, %) 59.1 61.1 5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT, %) 12.8 11.3
Sumber : BPS Sulsel
KEGIATAN UTAMA
Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Ags 2006 Ags 2007Jumlah % Jumlah %
FORMAL 880,744 32.16 746,189 25.39 - Berusaha dibantu buruh tetap 72,367 8.22 76,088 10.20- Buruh/karyawan 808,377 91.78 670,101 89.80
INFORMAL 1,857,888 67.84 2,193,274 74.61- Berusaha sendiri 523,490 28.18 533,763 24.336- Berusaha dibantu buruh tidak tetap 712,165 38.33 845,680 38.558- Pekerja bebas pertanian 67,837 3.65 116,621 5.317- Pekerja bebas non pertanian 38,053 2.05 39,035 1.780- Pekerja tidak dibayar 516,343 27.79 658,175 30.009
TOTAL 2,738,632 87.24 2,939,463 88.747Sumber : BPS Sulsel
STATUS PEKERJAAN
Peningkatan tersebut didorong oleh penyerapan jumlah angkatan kerja yang relatif
meningkat pada sektor pertanian, sektor perdagangan yaitu masing-masing sebesar 9,76%
dan 5,56%. Di sisi lain, sektor jasa dan lainnya (listrik/gas/air, tambang, konstruksi, angkutan
dan lembaga keuangan) tercatat memberikan kontribusi negatif terhadap penyerapan
angkatan kerja daerah.
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
80
Sejalan dengan masih tingginya kontribusi sektor pertanian tersebut, maka dari sisi
status pekerjaan utama, angkatan kerja yang bekerja didominasi oleh kegiatan ekonomi
informal yaitu sebesar 74,6% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja, sementara sisanya
pada status pekerjaan sebagai karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap. Kondisi tersebut
cenderung menggambarkan kondisi lapangan kerja di Sulsel, yaitu bahwa lapangan kerja
formal di Sulsel relatif sangat minim meski lapangan kerja di Sulsel tetap tersedia, namun
masih rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja menyebabkan angkatan kerja tersebut
tidak terserap secara optimal oleh lapangan kerja saat ini yang ada.
Namun demikian, secara umum terjadi peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) di Sulsel yang pada Agustus 2007 tercatat 61,07 atau lebih tinggi dibanding
periode-periode sebelumnya. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga
mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 11,25 atau lebih rendah dibanding periode-
periode sebelumnya.
Kondisi tersebut di atas tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan ketersediaan
lapangan kerja di Sulsel pada saat survei tenaga kerja tersebut dilakukan. Berdasarkan survei
yang dilakukan Bank Indonesia Makassar, pada bulan saat survei tenaga kerja dilakukan,
yaitu bulan Agustus 2007, terdapat kecenderungan adanya peningkatan kondisi ekonomi
dan ketersediaan lapangan kerja yang sejalan dengan adanya peningkatan TPAK di Sulsel.
Diperkirakan peningkatan TPAK tersebut disebabkan oleh adanya ketersediaan lapangan
kerja yang didukung oleh kondisi ekonomi yang kondusif.
Grafik 5.4 Indeks Kondisi Ekonomi dan Ketersediaan Lapangan Kerja di Sulsel
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007Inde
ks
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
81
Di sisi lain, apabila dibandingkan antara peningkatan ketersediaan lapangan kerja
pada saat tersebut dengan penurunan pada kegiatan ekonomi formal maka kondisi ini
diperkirakan disebabkan oleh menurunnya kesempatan kerja di kegiatan ekonmi formal,
sehingga para calon dan atau tenaga kerja cenderung mencari lapangan pekerjaan ke
kegiatan ekonomi informal. Yang perlu dicermati adalah pergeseran tenaga kerja dari
kegiatan ekonomi formal ke informal, terutama pada sektor pertanian yang mengakibatkan
terjadi peningkatan tenaga kerja pada sektor tersebut. Sementara sektor pertanian yang
merupakan sektor unggulan Sulsel dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan
kontribusi dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi Sulsel.
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
83
Bab 6
Keuangan Daerah
Alokasi anggaran pemerintah pusat kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk tahun anggaran 2008 telah ditetapkan
oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 110 tanggal 6 Desember 2007,
pemerintah telah membagi Dana Alokasi Umum kepada provinsi dan kota. Adapun DAU
untuk provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan 23 kabupaten/kota di Sulsel dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 6.1. Perkembangan DAU Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. BIDANG 2007 2008 Growth1 Prop. Sulsel 599,508 656,710 9.54%2 Kab. Bantaeng 206,737 224,668 8.67%3 Kab. Barru 229,246 248,995 8.61%4 Kab. Bone 494,234 529,055 7.05%5 Kab. Bulukumba 332,719 363,390 9.22%6 Kab. Enrekang 230,254 252,233 9.55%7 Kab. Gowa 379,657 417,799 10.05%8 Kab. Jeneponto 280,676 296,146 5.51%9 Kab. Luwu 289,606 318,300 9.91%
10 Kab. Luwu Utara 268,664 303,618 13.01%11 Kab. Maros 286,004 312,182 9.15%12 Kab. Pangkep 266,302 326,056 22.44%13 Kab. Pinrang 313,755 340,756 8.61%14 Kab. Selayar 217,506 242,377 11.43%15 Kab. Sidrap 265,277 296,496 11.77%16 Kab. Sinjai 255,440 284,002 11.18%17 Kab. Soppeng 292,386 317,481 8.58%18 Kab. Takalar 264,008 294,665 11.61%19 Kab. Tana Toraja 362,625 396,159 9.25%20 Kab. Wajo 305,940 336,188 9.89%21 Kota Pare Pare 208,125 228,255 9.67%22 Kota Makassar 583,842 643,328 10.19%23 Kota Palopo 202,459 226,221 11.74%24 Kab. Luwu Timur 216,885 241,003 11.12%
TOTAL 7,351,855 8,096,082 10.12%Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Berdasarkan data pada tabel di atas, DAU untuk wilayah Sulsel mengalami
peningkatan sebesar 10,12% dari Rp7,35 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp8,10 triliun
pada tahun 2008. Kabupaten/kota yang mengalami peningkatan DAU tertinggi yaitu
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
84
Kabupaten Pangkep yang tercatat sebesar 22,41%, sementara pemerintah Provinsi Sulsel
menerima alokasi dana yang terbesar dari seluruh DAU yang dialokasi ke wilayah Sulsel.
Kemudian untuk DAK tahun 2008, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.
142/PMK.07/2007 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008, rata-
rata nilai DAK yang akan dialokasi ke kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan selama tahun 2008
adalah sebesar Rp1,18 triliun. Besar alokasi DAK untuk tahun 2008 tersebut mengalami
peningkatan sebesar 20,30% dibanding DAK tahun 2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa
selama tahun 2008 diperkirakan akan terdapat peningkatan pembangunan di Sulsel yang
secara otomatis akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian daerah.
Tabel 6.2. Perkembangan DAK Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. KABUPATEN / KOTA 2007 2008 Growth1 Takalar 44,979 55,819 24.10%2 Pangkep 41,866 53,756 28.40%3 Gowa 50,874 59,973 17.89%4 Maros 49,634 61,655 24.22%5 Parepare 32,399 39,708 22.56%6 Sidrap 43,606 53,586 22.89%7 Barru 37,003 45,317 22.47%8 Pinrang 41,652 51,781 24.32%9 Enrekang 37,202 44,443 19.46%10 Bone 57,838 70,831 22.46%11 Soppeng 40,100 46,023 14.77%12 Wajo 44,938 55,531 23.57%13 Tana Toraja 46,041 56,873 23.53%14 Sinjai 53,769 61,839 15.01%15 Selayar 41,089 47,395 15.35%16 Bantaeng 39,875 46,248 15.98%17 Bulukumba 45,519 54,692 20.15%18 Jeneponto 41,391 48,509 17.20%19 Kota Palopo 32,080 40,268 25.52%20 Luwu 52,413 62,561 19.36%21 Luwu Utara 55,983 56,360 0.67%22 Luwu Timur 44,098 49,221 11.62%23 Makassar 8,535 19,993 134.25%
TOTAL 982,884 1,182,382 20.30%Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami peningkatan DAK, dimana
kabupaten/kota yang menerima DAK terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar
5,99% dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%) dan Kabupaten Sinjai
(5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya, Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi
yaitu sebesar 134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar yang terus
menerus meningkat mengingat posisinya yang merupakan ibukota provinsi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
85
Apabila ditinjau per bidang pembangunan, pembangunan dibidang pendidikan
menjadi prioritas pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari total DAK.
Kondisi tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain itu, bidang infrastruktur juga menjadi
prioritas pembangunan di Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, terutama untuk
pembangunan jalan dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru yang
mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat yaitu bidang kehutanan dan
kependudukan.
Ditinjau dari pertumbuhannya, bidang pendidikan mengalami peningkatan alokasi
DAK sebesar 35,58%, sementara untuk infrastruktur terjadi peningkatan alokasi sebesar
17,24%. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah alokasi bidang pertanian di
wilayah Sulsel yang tercatat mengalami penurunan 12% dibanding alokasi DAK 2007.
Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat sektor tersebut merupakan sektor unggulan
Sulawesi Selatan. Namun sharenya terhadap total Produk Domestik Regional Bruto terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Tabel 6.3. Perkembangan DAK per-Bidang Pembangunan Se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)
No. BIDANG 2007 2008 Growth1 Pendidikan 294,159 398,834 35.58%2 Kesehatan 172,210 187,688 8.99%3 Infrastuktur 321,728 377,205 17.24%
a. Jalan 183,352 224,090 22.22%b. Irigasi 83,884 94,949 13.19%c. Air bersih 54,492 58,166 6.74%
4 Prasarana Pemerintahan 13,469 6,793 -49.57%5 Kelautan dan Perikanan 76,545 76,645 0.13%6 Pertanian 87,330 87,222 -0.12%7 Lingkungan Hidup 17,443 17,443 0.00%8 Kehutanan - 9,304 100.00%9 Kependudukan - 21,248 100.00%
TOTAL 982,884 1,182,382 20.30%Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
87
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
7.1 Outlook Kondisi Makroregional
Kinerja perekonomian daerah secara tahunan pada triwulan laporan mengalami
peningkatan yang cukup tinggi, dengan pertumbuhan yang positif pada tiap sektor. Namun
demikian, secara kumulatif sektor-sektor produktif ekonomi daerah tercatat mengalami
perlambatan, terutama pada sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan dan jasa.
Pada periode laporan, sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat memberikan kontribusi
yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel. Di sisi permintaan, laju pertumbuhan
regional pada tahun 2007, secara umum masih tetap didukung oleh kinerja konsumsi
terutama konsumsi rumah tangga dan pemerintah, yang merupakan motor penggerak
pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2008 diperkirakan terdapat tekanan
pertumbuhan terutama pada sektor pertanian meski akan tetap mengalami peningkatan
dengan besaran yang relatif terbatas. Dorongan pertumbuhan pada sektor ini berasal dari
subsektor tanaman bahan pangan, meskipun pada triwulan tersebut masih merupakan masa
tanam. Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perikanan diperkirakan akan
turut mendorong sektor pertanian terutama perikanan laut mengingat kondisi cuaca yang
relatif sudah mulai kondusif.
Di sektor pertambangan dan penggalian, pertambangan non migas diperkirakan
akan mengalami peningkatan pada triwulan mendatang seiring dengan adanya peningkatan
target produksi pada tahun 2008.
Pada sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami tekanan pertumbuhan
khususnya pada subsektor makanan-minuman-tembakau, mengingat terdapat kenaikan
harga bahan makanan seperti gandum yang digunakan sebagai bahan baku terigu. Untuk
subsektor semen-barang galian non logam diperkirakan akan mengalami pertumbuhan,
namun dalam jumlah yang relatif terbatas.
Sektor perdagangan-hotel-restoran diperkirakan juga akan menjadi faktor penggerak
pertumbuhan ekonomi di Sulsel, mengingat masih tingginya pola konsumsi masyarakat
terhadap komoditas yang ada. Kondisi yang mendukung lainnya pada kinerja sektor
perdagangan-hotel-restoran adalah maraknya perluasan pembangunan di masing-masing
daerah kabupaten/kota sehingga diperkirakan mampu mendorong peningkatan volume
perdagangan antar kota.
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
88
Sektor bangunan diperkirakan akan turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi
daerah seiring dengan adanya peningkatan DAK yang akan diterima kabupaten/kota se-
Sulsel selama tahun 2008. Adanya peningkatan DAK sebesar 20,30% dibanding alokasi pada
tahun 2007 diperkirakan akan mampu menstimulasi kinerja sektor bangunan meski
kontribusinya masih relatif terbatas guna mendorong kinerja perekonomian daerah dalam
jangka panjang.
Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor
penggerak perekonomian Sulsel pada triwulan I-2008, khususnya bersumber pada konsumsi
rumah tangga dan pemerintahan. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan
dalam jumlah yang relatif minim mengingat terdapat kecenderungan adanya peningkatan
harga-harga beberapa komoditas, terutama pada bahan makanan. Sehingga cenderung
masyarakat akan menahan konsumsi terutama untuk hal-hal kebutuhan pokok saja. Namun
demikian, peningkatan konsumsi oleh rumah tangga dapat mengalami peningkatan yang
signifikan apabila Pemerintah akan kembali merealisasikan peningkatan gaji PNS di awal
tahun dan di sisi lain tetap mempertahankan penyesuaian harga pada komoditas-komoditas
administred price untuk tetap berada pada batas-batas yang wajar.
Pada konsumsi konsumsi pemerintah daerah diperkirakan akan memberikan
sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan
mendatang dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan terakhir tahun 2007
maupun triwulan I-2007. Kondisi ini seiring dengan adanya proyeksi meningkatnya alokasi
APBD se-Sulsel.
Nilai ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan masih memberikan kontribusi
positif, terutama pada subsektor ekspor antar propinsi, meski nilai ekspor antar negara
diperkirakan akan tumbuh secara positif dan meningkat seiring dengan adanya perbaikan
harga beberapa komoditas ekspor Sulsel di pasar internasional. Sementara kinerja impor
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dengan besaran yang terbatas seiring dengan
adanya kenaikan harga-harga komoditas yang sering diimpor oleh Sulsel.
Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah kondisi sosial
politik yang masih relatif dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas
perekonomian Sulsel. Masalah Pilkada Sulsel yang sekarang dalam tahap penyelesaian masih
berpotensi menimbulkan instabilitas keamanan yang menyebabkan pihak investor atau para
pelaku usaha untuk mengambil posisi wait and see dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Selain itu pelaksanaan pilkada daerah seperti kabupaten Bone, yang diselenggarakan
pada triwulan I-2008 ini serta pelaksanaan pilkada di bebarapa daerah lain selama tahun
2008 diperkirakan akan turut memberikan arah terhadap perkembangan ekonomi daerah.
Apabila pelaksanaan dan penyelesaian Pilkada tersebut berjalan aman dan kondusif maka hal
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
89
tersebut akan menjadi momentum yang sangat baik bagi tumbuh kembangnya kinerja
perekonomian daerah.
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang
cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, seperti bencana alam, maka diperkirakan
perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan akan lebih tinggi dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya yaitu pada kisaran 8% ± 1% (y-o-y), yang masih
sejalan dengan perkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2008 yaitu sebesar
5,75% ± 1% (y-t-d).
7.2 Outlook Inflasi
Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2007 tercatat mengalami
perlambatan dibandingkan laju inflasi tahun 2006. Perlambatan tersebut lebih disebabkan
oleh relatif melimpahnya pasokan komoditas pada kelompok bahan makanan dan makanan
jadi serta mulai normalnya pengaruh kenaikan harga eceran dan BBM, meredanya pengaruh
kenaikan biaya sekolah yang terjadi pada tahun ajaran 2007/2008.
Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada
kelompok bahan makanan, terutama untuk komoditas beras dan tepung terigu. Dorongan
inflasi pada komoditas beras diperkirakan karena faktor stok beras yang mulai menipis
mengingat pada triwulan I-2008 merupakan masa tanam padi sehingga produktivitasnya
relatif menurun sedangkan permintaan masyarakat terhadap komoditas dimaksud relatif
tetap. Adapun dorongan inflasi pada komoditas tepung terigu diperkirakan disebabkan
karena adanya peningkatan harga gandum di pasar internasional yang merupakan bahan
baku tepung terigu, selain tekanan dari kenaikan harga bahan baku terigu. Di kelompok
makanan jadi sendiri, adanya penyesuaian cukai rokok kretek yang berlaku pada Januari
2008 akan turut mendorong terjadinya inflasi. Lebih lanjut, kelangkaan minyak tanah dan
gas elpiji yang sempat terjadi pada awal tahun dan penundaan program konversi minyak
tanah ke gas elpiji hingga bulan Februari 2008, diperkirakan akan turut memberi andil
terhadap kecenderungan pelaku ekonomi untuk menahan supply dari komoditas-komoditas
tersebut yang tentunya akan memberikan tekanan inflasi pada kelompok perumahan-gas-
listrik-air-bahan bakar.
Sumber tekanan lain adalah berasal dari kemungkinan kenaikan harga bahan
bangunan sebagai akibat tertundanya pasokan batubara kepada produsen-produsen semen
utama di Sulsel akan berkontribusi terhadap kenaikan harga jual rumah dan sewa rumah.
Akibat tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka
diperkirakan laju inflasi akan cenderung mengalami peningkatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, pada triwulan mendatang laju inflasi tahunan diperkirakan akan lebih tinggi
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
90
dibandingkan dengan laju inflasi triwulan I-2007 yaitu pada kisaran 6,8% ± 1% (y-o-y).
Adapun inflasi daerah secara kumulatif pada akhir tahun 2008 diperkirakan adalah sebesar
6%-8% (y.t.d).
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
-2040
6080
100120140
160180200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
Inde
ks
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
184.5
179
Sumber : KBI Makassar, Survei Konsumen
Perkiraan tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen di Kota Makassar yang
mengindikasikan bahwa secara umum responden berpersepsi bahwa terjadi perubahan
harga barang dan jasa dalam periode 3 bulan ke depan akan mengalami peningkatan.
7.3. Prospek Perbankan
Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan
peningkatan yang cukup signifikan dan diperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus
berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian daerah. Tingkat suku bunga Bank
Indonesia (BI-rate) selama triwulan IV-2007 yang sebesar 8,00%, diharapkan dapat
mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan meskipun dari sisi simpanan,
khususnya deposito, berpotensi untuk terus menurun. Namun demikian, kondisi tersebut
menuntut perbankan daerah untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya
kepada masyarakat.
Disamping itu, dengan adanya peningkatan belanja pemerintah daerah dan perkiraan
akan naiknya gaji PNS sehingga dapat mengimbangi kenaikan harga beberapa komoditas
secara umum, tentunya akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah uang beredar yang
secara tidak langsung akan mendorong terjadinya peningkatan penghimpunan dana pihak
ketiga (meski dalam jumlah yang terbatas).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
91
Selanjutnya perkiraan kondisi sosial politik di Sulsel ke depan yang cenderung untuk
tetap stabil diharapkan mampu untuk meningkatkan keyakinan masyarakat dan pelaku
usaha untuk melakukan ekspansi usahanya. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi
kinerja intermediasi perbankan daerah, khususnya peningkatan kredit/pembiayaan yang
disalurkan.
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
93
LAMPIRAN
1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV *)1 Pertanian 2,936,214.41 3,033,643.38 3,022,626.59 2,810,078.76 2,845,009.16 3,095,058.73 3,158,937.74 3,127,310.59 2 Pertambangan & Penggalian 933,798.93 960,057.15 984,786.42 1,012,695.72 985,463.19 1,033,035.78 1,018,403.38 1,053,857.45 3 Industri Pengolahan 1,346,803.19 1,375,704.30 1,395,971.72 1,363,033.64 1,361,873.52 1,413,158.13 1,458,851.72 1,507,506.53 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 89,658.04 94,273.29 91,754.55 92,588.47 94,653.38 97,698.76 101,283.16 107,245.71 5 Bangunan 433,325.14 442,234.33 452,671.06 459,642.19 451,644.42 457,822.88 484,010.35 545,132.21 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,410,197.07 1,424,077.16 1,448,623.96 1,488,005.46 1,504,390.80 1,544,963.36 1,601,303.93 1,665,652.61 7 Angkutan dan Komunikasi 716,228.72 727,085.34 744,470.01 757,856.89 757,607.41 782,972.39 830,990.38 873,042.72 8 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 548,569.30 579,540.75 593,225.24 619,136.61 622,252.84 641,103.90 649,318.07 669,467.87 9 Jasa-jasa 1,135,809.69 1,232,649.02 1,030,530.50 1,080,112.22 1,158,396.58 1,177,482.98 1,185,197.73 1,210,503.70
9,550,604.48 9,869,264.72 9,764,660.05 9,683,149.97 9,781,291.31 10,243,296.90 10,488,296.44 10,759,719.38 Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel*) Angka Perkiraan KBI Makassar
2006LAPANGAN USAHA
PDRB
2007
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV *)KONSUMSI 6,927,422.36 7,101,210.08 7,184,610.40 7,436,933.96 7,538,358.63 7,750,987.95 7,966,440.43 8,162,015.17 1. Konsumsi Rumah Tangga 5,393,966.24 5,502,638.09 5,533,852.63 5,714,819.60 5,744,925.82 5,893,342.57 6,067,616.51 6,208,622.18 a. Makanan 3,577,644.91 3,644,904.64 3,663,858.14 3,756,187.37 3,771,212.12 3,881,948.74 4,001,512.77 4,089,603.89 b. Non Makanan 1,816,321.33 1,857,733.45 1,869,994.49 1,958,632.23 1,973,713.70 2,011,393.83 2,066,103.74 2,119,018.28
2. Konsumsi Nirlaba 58,314.24 59,113.92 59,266.02 59,881.71 60,887.72 62,901.92 65,493.48 70,379.29 3. Konsumsi Pemerintah 1,475,141.88 1,539,458.07 1,591,491.75 1,662,232.65 1,732,545.09 1,794,743.46 1,833,330.44 1,883,013.70 INVESTASI ('I') 1,596,911.15 1,615,534.01 1,624,798.09 1,667,350.27 1,727,022.96 1,802,939.80 1,868,908.74 1,891,876.03 1. Pembentukan Modal 1,547,059.93 1,564,077.59 1,573,305.65 1,619,616.78 1,630,313.49 1,689,819.94 1,772,621.11 1,865,151.94 2. Perubahan Stok 49,851.21 51,456.42 51,492.44 47,733.49 96,709.47 113,119.86 96,287.63 26,724.09 EKSPOR ('X') 3,136,075.66 4,539,647.93 4,657,450.32 4,895,444.13 4,011,304.39 4,682,339.54 4,736,674.44 5,216,247.11 1. Antar Negara 1,860,849.16 3,198,673.87 3,514,438.94 4,086,519.52 3,227,936.72 3,833,676.52 3,789,821.12 4,074,436.68
2. Antar Propinsi 1,275,226.50 1,340,974.06 1,143,011.38 808,924.61 783,367.67 848,663.02 946,853.33 1,141,810.43 IMPOR ('M') 2,109,804.68 3,387,127.29 3,702,198.76 4,316,578.39 3,495,394.67 3,992,970.39 4,083,727.17 4,510,418.92 1. Antar Negara 901,270.17 1,136,677.41 937,566.47 1,171,720.38 1,253,305.95 1,426,254.75 1,298,185.97 1,365,821.45 2. Antar Propinsi 1,208,534.51 2,250,449.89 2,764,632.30 3,144,858.01 2,242,088.72 2,566,715.64 2,785,541.20 3,144,597.46
PDRB 9,550,604.48 9,869,264.73 9,764,660.04 9,683,149.97 9,781,291.31 10,243,296.90 10,488,296.44 10,759,719.38
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel*) Angka Perkiraan KBI Makassar
KOMPONEN2006 2007
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
94
Tabel 1.c
Perkembangan PDRB Kumulatif Sulsel Menurut Penggunaan
Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
KONSUMSI 26,357,692.88 28,650,176.78 31,417,802.17 1. Konsumsi Rumah Tangga 20,707,933.54 22,145,276.56 23,914,507.08 a. Makanan 13,795,256.31 14,642,595.05 15,744,277.52 b. Non Makanan 6,912,677.23 7,502,681.51 8,170,229.56
2. Konsumsi Nirlaba 222,638.70 236,575.88 259,662.41 3. Konsumsi Pemerintah 5,427,120.64 6,268,324.34 7,243,632.68 INVESTASI ('I') 6,352,151.44 6,504,593.53 7,290,747.53 1. Pembentukan Modal 6,168,581.69 6,304,059.95 6,957,906.48 2. Perubahan Stok 183,569.75 200,533.57 332,841.04 EKSPOR ('X') 14,673,037.21 17,228,618.04 18,646,565.48 1. Antar Negara 11,111,454.61 12,660,481.49 14,925,871.04 2. Antar Propinsi 3,561,582.60 4,568,136.55 3,720,694.44 IMPOR ('M') 10,958,863.51 13,515,709.13 16,082,511.14
1. Antar Negara 3,627,656.41 4,147,234.42 5,343,568.11 2. Antar Propinsi 7,331,207.10 9,368,474.71 10,738,943.02
PDRB 36,424,018.02 38,867,679.22 41,272,604.04
KOMPONEN 2005 2006 2007
Tabel 1.d Perkembangan PDRB Kumulatif Sulsel
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
1 Pertanian 11,337,554.79 11,802,563.14 12,226,316.21 2 Pertambangan & Penggalian 3,649,469.74 3,891,338.22 4,090,759.80 3 Industri Pengolahan 5,112,433.17 5,481,512.85 5,741,389.91 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 342,428.68 368,274.35 400,881.01 5 Bangunan 1,712,294.89 1,787,872.72 1,938,609.85 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 5,388,580.61 5,770,903.64 6,316,310.69 7 Angkutan dan Komunikasi 2,757,776.02 2,945,640.97 3,244,612.89 8 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 2,152,675.32 2,340,471.90 2,582,142.68 9 Jasa-jasa 3,970,804.79 4,479,101.42 4,731,580.99
36,424,018.02 38,867,679.22 41,272,604.03
2007LAPANGAN USAHA
PDRB
2005 2006
Tabel 1.e Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp)
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV *)1 Pertanian 4,537,464.25 4,709,066.35 4,744,935.41 4,521,791.29 4,724,739.10 5,217,163.40 5,488,954.47 5,612,212.36 2 Pertambangan & Penggalian 1,231,855.65 1,286,541.12 1,337,136.85 1,394,457.49 1,368,452.55 1,442,374.87 1,460,692.47 1,556,140.55 3 Industri Pengolahan 1,991,128.55 2,066,236.55 2,113,923.56 2,074,047.72 2,106,288.72 2,240,168.11 2,346,103.59 2,465,991.96 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 148,074.71 157,542.74 160,883.01 162,814.11 168,908.69 175,715.62 183,170.36 194,165.58 5 Bangunan 665,890.74 686,758.99 710,188.81 727,953.88 729,287.62 752,148.87 804,177.86 915,274.95 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 2,251,264.23 2,333,603.78 2,418,257.68 2,504,740.76 2,559,315.34 2,664,164.11 2,798,947.08 2,979,055.12 7 Angkutan dan Komunikasi 1,224,774.46 1,258,273.53 1,295,648.31 1,324,140.64 1,334,318.57 1,387,722.92 1,483,089.23 1,563,921.66 8 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 849,096.25 905,362.12 938,638.22 982,096.29 1,003,208.56 1,043,089.48 1,071,588.85 1,110,782.68 9 Jasa-jasa 1,767,377.92 1,969,919.93 1,673,030.10 1,777,907.79 1,949,141.88 2,023,737.19 2,082,744.20 2,296,516.67
14,666,926.77 15,373,305.10 15,392,641.96 15,469,949.98 15,943,661.04 16,946,284.58 17,719,468.10 18,694,061.54 Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah*) Angka Perkiraan KBI Makassar
LAPANGAN USAHA2006
PDRB
2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
95
Tabel 1.f
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp)
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV *)KONSUMSI 11,166,563.80 11,361,113.59 11,643,052.88 12,386,622.72 13,023,490.85 13,666,720.84 14,399,860.72 15,136,325 1. Konsumsi Rumah Tangga 8,692,309.79 8,749,134.82 8,935,214.12 9,420,067.64 9,843,203.95 10,312,649.52 10,902,442.50 11,446,635 a. Makanan 5,559,996.19 5,610,566.36 5,768,621.92 6,128,431.08 6,414,046.12 6,691,265.71 7,097,520.47 7,475,818 b. Non Makanan 3,132,313.59 3,138,568.46 3,166,592.20 3,291,636.56 3,429,157.83 3,621,383.81 3,804,922.03 3,970,817 2. Konsumsi Nirlaba 90,369.33 93,604.55 95,017.98 97,973.99 103,143.82 111,704.76 119,621.74 130,152 3. Konsumsi Pemerintah 2,383,884.68 2,518,374.22 2,612,820.78 2,868,581.09 3,077,143.08 3,242,366.56 3,377,796.48 3,559,537 INVESTASI ('I') 2,402,788.16 2,606,629.52 2,648,271.25 2,801,176.36 2,900,791.92 3,128,323.60 3,339,432.12 3,509,665 1. Pembentukan Modal 2,332,185.13 2,533,294.16 2,573,535.18 2,726,977.12 2,776,154.65 2,977,703.48 3,210,634.48 3,464,671 2. Perubahan Stok 70,603.03 73,335.36 74,736.07 74,199.24 124,637.27 150,620.11 128,797.65 44,994 EKSPOR ('X') 4,281,535.84 6,253,143.14 5,880,591.70 6,186,022.64 5,982,375.17 7,079,526.39 7,426,318.95 8,678,674 1. Antar Negara 2,183,642.93 4,035,642.90 4,258,364.48 4,599,438.99 4,355,721.83 5,250,021.08 5,361,254.54 6,085,733 2. Antar Propinsi 2,097,892.91 2,217,500.24 1,622,227.22 1,586,583.65 1,626,653.33 1,829,505.30 2,065,064.42 2,592,940 IMPOR ('M') 3,183,961.04 4,847,581.15 4,779,273.87 5,903,871.74 5,962,996.90 6,928,286.25 7,446,143.70 8,630,601 1. Antar Negara 1,023,304.76 1,298,975.06 1,034,808.34 1,333,419.95 1,518,986.76 1,786,211.22 1,675,944.88 1,812,534 2. Antar Propinsi 2,160,656.28 3,548,606.09 3,744,465.53 4,570,451.79 4,444,010.14 5,142,075.03 5,770,198.83 6,818,067
PDRB 14,666,926.76 15,373,305.10 15,392,641.96 15,469,949.98 15,943,661.04 16,946,284.58 17,719,468.10 18,694,062 Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah*) Angka Perkiraan KBI Makassar
KOMPONEN2006 2007
2. Data Inflasi
Tabel 2.a
Perkembangan Laju Inflasi Gabungan di Kota Makassar Menurut Kelompok Barang dan Jasa Triwulan III-2007
Triwulanan TahunanOkt-07 Nov-07 Des-07 (q-t-q) (y-o-y)
1 Bahan Makanan -1.41 -6.24 3.46 -4.36 11.272 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.08 0.23 0.84 1.16 4.033 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 0.15 0.11 1.43 1.70 3.014 Sandang 1.86 2.10 0.27 4.28 9.295 Kesehatan 0.06 0.04 0.66 0.76 4.396 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.00 0.00 0.13 0.13 8.257 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.09 -0.08 0.04 0.04 0.27
-0.27 -1.74 1.50 -0.53 5.71Sumber : BPS, diolah
Bulanan (m-t-m)
UMUM / TOTAL
KELOMPOK
Tabel 2.b Perkembangan Laju Inflasi Gabungan di Wilayah KKBI Makassar
Triwulanan TahunanOkt-07 Nov-07 Des-07 (q-t-q) (y-o-y)
1 Makassar -0.27 -1.74 1.50 -0.53 5.712 Manado -0.26 2.01 1.69 3.46 10.133 Gorontalo 0.19 0.79 3.50 4.51 7.024 Jayapura 2.85 -0.03 1.59 4.45 10.345 Ambon 0.13 -0.10 1.05 1.08 5.856 Palu 0.89 -0.36 3.30 3.85 8.137 Kendari 0.95 1.23 0.72 2.94 7.538 Ternate 3.98 -1.37 2.60 5.21 10.43
Sumber : BPS, diolah
Bulanan (m-t-m)KOTA
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
96
Tabel 2.c Perkembangan Inflasi Tahunan (y.o.y) Sulampua
Okt-07 Nov-07 Des-07Umum 6.31 6.21 7.43
1 Bahan Makanan 10.99 10.77 14.022 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.96 4.68 4.643 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 4.73 4.49 5.254 Sandang 7.03 8.15 8.055 Kesehatan 4.97 5.36 6.016 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 6.17 6.57 6.607 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.63 0.54 0.59
1 Makassar 4.79 3.88 5.712 Manado 7.42 9.86 10.133 Gorontalo 5.18 5.55 7.024 Jayapura 10.01 9.54 10.345 Ambon 5.68 5.44 5.856 Palu 6.95 6.8 8.137 Kendari 9.17 8.36 7.538 Ternate 7.81 6.88 10.43
Sumber : BPS, diolah
Trw. IV - 2007
INFLASI KOTA-KOTA
KELOMPOK
Tabel 2.d Perkembangan Inflasi Triwulanan (q.t.q) Sulampua
Okt-07 Nov-07 Des-07Umum 2.14 1.11 1.83
1 Bahan Makanan 3.44 0.63 2.812 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.72 0.70 0.743 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 1.35 0.81 1.624 Sandang 3.80 4.54 3.865 Kesehatan 1.57 1.70 1.756 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 4.75 3.43 0.587 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.31 0.08 0.08
1 Makassar 2.18 -0.32 -0.532 Manado 2.77 2.85 3.463 Gorontalo 2.95 2.55 4.514 Jayapura 3.58 2.88 4.455 Ambon 0.75 0.10 1.086 Palu 1.83 1.37 3.857 Kendari -1.42 1.38 2.948 Ternate 5.65 3.78 5.21
Sumber : BPS, diolah
KELOMPOKTrw. IV - 2007
INFLASI KOTA-KOTA
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
97
Tabel 2.e Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Sulampua
Okt-07 Nov-07 Des-07Umum 0.37 -0.34 1.80
1 Bahan Makanan 0.15 -1.65 4.372 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.03 0.20 0.513 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 0.50 0.13 0.994 Sandang 1.80 1.62 0.405 Kesehatan 0.40 0.49 0.856 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.07 0.39 0.127 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.17 -0.01 0.05
1 Makassar -0.27 -1.74 1.502 Manado -0.26 2.01 1.693 Gorontalo 0.19 0.79 3.504 Jayapura 2.85 -0.03 1.595 Ambon 0.13 -0.10 1.056 Palu 0.89 -0.36 3.307 Kendari 0.95 1.23 0.728 Ternate 3.98 -1.37 2.60
Sumber : BPS, diolah
KELOMPOKTrw. IV - 2007
INFLASI KOTA-KOTA
3. Data Perbankan
Tabel 3.a
Uang Giral dan Uang Kuasi (Bank Umum dan BPR) (dalam Milyar Rp)
Q4-05 3,532.64 13,563.21
Q1-06 3,330.08 13,463.71
Q2-06 3,777.65 13,914.93
Q3-06 4,097.51 14,378.94
Q4-06 5,007.94 16,008.19
Q1-07 4,301.35 16,379.55
Q2-07 4,710.53 16,876.31
Q3-07 4,933.21 17,867.64
Q4-07 5,060.05 19,653.27
Sumber : KBI Makassar
UANG KUASI UANG GIRAL TRIWULAN
Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
98
Tabel 3.b Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum dan BPR/S
(dlm Milyar Rp) TRIWULAN DPK KREDIT LDR
Q1-06 16,786.60 16,032.53 95.51%Q2-06 17,972.82 16,630.68 92.53%Q3-06 18,469.05 17,181.38 93.03%Q4-06 21,016.14 18,007.93 85.69%Q1-07 20,680.90 18,413.39 89.04%Q2-07 21,948.51 19,995.71 91.10%Q3-07 22,800.85 21,355.95 93.66%Q4-07 24,713.32 22,619.41 91.53%
Sumber : Lap. Bulanan Bank, diolah
Tabel 3.c Kredit UMKM Bank Umum (dlm Jutaan Rp)
1 2 3 4 1 2 3 4Kredit Total 15,956,987 16,546,870 17,073,707 17,909,416 18,303,226 19,871,446 21,218,353 22,444,370 Kredit UMKM 8,188,661 8,627,664 8,887,283 9,267,119 9,843,879 10,819,612 11,500,378 12,137,451 Pertumbuhan K. UMKM 3.19% 5.36% 3.01% 4.27% 6.22% 9.91% 6.29% 5.54%Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
2006 2007KETERANGAN
Tabel 3.d
Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (dlm Milyar Rp)
1 2 3 4 1 2 3 4Modal Kerja 5,916,445 6,227,654 6,490,275 6,973,193 7,095,600 7,747,522 8,514,332 9,323,870 Investasi 3,455,943 3,428,169 3,439,476 3,457,663 3,353,188 3,562,846 3,442,894 3,325,639 Konsumsi 6,584,599 6,891,047 7,143,956 7,478,560 7,854,438 8,561,078 9,261,127 9,794,861
JUMLAH 15,956,987 16,546,870 17,073,707 17,909,416 18,303,226 19,871,446 21,218,353 22,444,370 Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
KETERANGAN2006 2007
Tabel 3.e Pangsa Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi
3 4 3 4 Pertanian 853,052 855,667 875,896 857,764 2.68% 0.25% 3.82% Pertambangan 35,893 51,037 29,825 21,593 -16.91% -57.69% 0.10% Industri 1,561,921 1,595,145 1,507,203 1,595,416 -3.50% 0.02% 7.11% Listrik, Gas & Air 110,026 110,984 113,375 108,203 3.04% -2.51% 0.48% Konstruksi 746,379 767,394 946,741 915,911 26.84% 19.35% 4.08% Perdagangan 4,975,926 5,334,263 6,529,682 7,062,195 31.23% 32.39% 31.47% Angkutan 642,628 614,549 592,088 456,304 -7.86% -25.75% 2.03% Jasa Dunia Usaha 776,949 849,124 1,052,111 1,328,319 35.42% 56.43% 5.92% Jasa Sosial 185,243 216,393 262,667 255,035 41.80% 17.86% 1.14% Lainnya 7,185,690 7,514,860 9,308,765 9,843,630 29.55% 30.99% 43.86%
JUMLAH 17,073,707 17,909,416 21,218,353 22,444,370 24.28% 25.32% 100.00%Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Share 4'07
SEKTOR EKONOMI2006 2006 Growth
3'07 - 3'06Growth
4'07 - 4'06
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007
99
Tabel 3.f Perkembangan Bank Syariah di Sulawesi Selatan
(dlm Milyar Rp)
1 2 3 4 1 2 3 4Aset 554,199 636,334 703,531 761,902 772,965 841,842 968,575 1,027,415 DPK 254,873 287,958 340,756 390,798 392,561 413,887 487,053 530,917 Pembiayaan 534,099 584,171 606,166 657,401 678,865 721,882 792,257 858,269 FDR 209.55% 202.87% 177.89% 168.22% 172.93% 174.42% 162.66% 161.66%Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum Syariah
2006 2007KETERANGAN
4. Data Sistem Pembayaran
Tabel 4.a Aliran Uang Kartal (dlm Milyar Rp)
TRIWULAN INFLOW OUTFLOW NET FLOW
Q1-04 2,052.44 1,273.85 778.59
Q2-04 1,727.99 2,065.96 (337.97)
Q3-04 2,202.78 1,779.30 423.48
Q4-04 2,331.91 2,008.60 323.31
Q1-05 2,355.46 1,411.84 943.62
Q2-05 1,794.43 2,058.49 (264.06)
Q3-05 2,419.75 2,306.14 113.61
Q4-05 2,848.91 2,377.70 471.21
Q1-06 2,528.94 1,564.43 964.51
Q2-06 2,095.22 2,287.21 (191.99)
Q3-06 2,630.66 2,321.21 309.45
Q4-06 2,255.79 2,601.93 (346.14)
Q1-07 410.03 2,017.68 (1,607.65)
Q2-07 498.84 1,190.21 (691.37)
Q3-07 840.78 386.49 454.29
Q4-07 1,314.40 1,806.04 (491.64)
Sumber : KBI Makassar
Tabel 4.b Pemberian Tanda Tidak berharga (PTTB)
TRIWULAN INFLOW PTTB PTTB / Inflow
Q1-04 2,052.44 625.72 30.49%
Q2-04 1,727.99 499.98 28.93%
Q3-04 2,202.78 570.20 25.89%
Q4-04 2,331.91 454.80 19.50%
Q1-05 2,355.46 711.94 30.23%
Q2-05 1,794.43 873.00 48.65%
Q3-05 2,419.75 610.61 25.23%
Q4-05 2,848.91 267.48 9.39%
Q1-06 2,528.94 268.43 10.61%
Q2-06 2,095.22 352.93 16.84%
Q3-06 2,630.66 698.08 26.54%
Q4-06 2,255.79 881.14 39.06%
Q1-07 410.03 949.41 231.55%
Q2-07 498.84 474.28 95.08%
Q3-07 840.78 468.29 55.70%
Q4-07 1,314.40 870.38 66.22%
Sumber : KBI Makassar
Tabel 4.c Transaksi Non Tunai via RTGS
(dlm Milyar Rp)
1 2 3 4 1 2 3 4Incoming 111.47 116.46 125.57 169.39 121.06 132.72 138.32 117.00 Outgoing 233.59 184.12 181.02 191.19 170.72 130.32 157.55 91.02 Netto -122.12 -67.66 -55.45 -21.8 -49.66 2.4 -19.23 25.98Sumber : KBI Makassar
2006 2007RATA-RATA DLM 3 BLN