kata pengantar -...
TRANSCRIPT
I
`
KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan
yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang
didasarkan pada publikasi dan data-data yang sudah dikeluarkan oleh
Kementerian/Lembaga, dan instansi internasional, maupun hasil dari Focus Group
Discussion (FGD) yang dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga.
Publikasi triwulan III tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan III tahun 2015. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat
dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi
perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia
triwulan III tahun 2015 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan
investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun
dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan
publikasi ini dapat tercapai.
Jakarta, November 2015
Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS
Ringkasan Eksekutif
Perekonomian dunia hingga triwulan III tahun 2015 masih melambat akibat
moderasi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Disisi lain, laju pertumbuhan
ekonomi negara-negara berkembang terhambat karena ketidakpastian
perekonomian global. Fluktuasi pasar keuangan juga meningkat tajam, seiring
dengan penurunan harga komoditas dan tekanan pada nilai tukar mata uang negara-
negara berkembang. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 1,5
persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan III
tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY). Kondisi ini disebabkan oleh
perlambatan akumulasi persediaan sebagai upaya sektor bisnis mengurangi stok di
gudang yang berlimpah.
Penguatan ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun
perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis
utang Eropa 2010 masih berjalan melambat. Pada triwulan III tahun, perekonomian
28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 0,4 persen (YoY) atau sama dengan
triwulan II tahun 2015. Di sisi lain, perekonomian Kawasan Eropa (U19) tumbuh
sebesar 0,3 persen, melambat dibandingkan triwulan II tahun 2015 yang tumbuh
sebesar 0,4 persen. Perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa pada
triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh net perdagangan Kawasan Eropa dengan
seluruh dunia yang tercatat negatif. Selain itu, juga dipicu oleh perlambatan
ekonomi global, pelemahan mata uang Euro, dan penguatan permintaan dalam
negeri yang meningkatkan impor.
Sementara itu, perekonomian Tingkok hingga triwulan III tahun 2015 masih
dihadapkan pada perbaikan ekonomi global yang melemah dan tekanan
pembangunan ekonomi dalam negeri. Sepanjang bulan Juli hingga September 2015,
pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,9 persen (YoY), menurun dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 merupakan paling
rendah sejak tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh pelemahan investasi dan tekanan
bagi perekonomian yang meningkat, setelah kebijakan pemotongan suku bunga
dilaksanakan.
Perekonomian Indonesia juga mengalami perlambatan pada triwulan III tahun 2015
dengan hanya tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY) atau menjadi yang paling rendah
sejak tahun 2009. Pada triwulan III tahun sebelumnya, ekonomi Indonesia mampu
tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia terutama
diwarnai oleh ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan oleh
ketidakpastian naik atau turunnya Fed Fund Rate dan devaluasi Yuan. Dari sisi
lapangan usaha, perlambatan ekonomi dipicu oleh melambatnya pertumbuhan 12
lapangan usaha. Salah satu sektor yang mengalami perlambatan secara berarti
adalah sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontraksi sebesar 5,6 persen
(YoY), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III tahun 2014 yang melambat
sebesar 0,8 persen (YoY).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2015 mengalami defisit
sebesar USD 4,6 miliar atau menurun dibandingkan NPI triwulan II tahun 2015 yang
surplus USD 2,9 miliar. Menguatnya kinerja tersebut disebabkan oleh membaiknya
defisit neraca transaksi berjalan dengan defisit sebesar USD 4,0 miliar (1,9 persen
PDB). Sejalan dengan defisit NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan III tahun
2015 turun menjadi USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.
Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, baik secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM) dan
bahkan mencatatkan deflasi pada bulan September 2015. Inflasi tahunan (YoY)
Indonesia pada bulan Juli-September 2015 masing-masing sebesar 7,26 persen, 7,18
persen, dan 6,25 persen. Inflasi tahun kalender pada bulan September 2015 tersebut
merupakan yang terendah selama 10 tahun terakhir.
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III
tahun 2015 sebesar Rp 47,8 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III tahun 2014
atau tumbuh sebesar 15,0 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi
triwulan III tahun 2015 sebesar USD 7.401,1 juta, dan mengalami pertumbuhan
negatif sebesar minus 0,8 persen dibandingkan triwulan III tahun 2014. Sementara
itu, dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus menunjukkan peningkatan.
sampai dengan triwulan III tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp
3.091,1 triliun.
Penjualan mobil dan motor pada bulan Januari-September 2015 menurun
dibandingkan bulan Januari-September 2014. Penurunan ini disebabkan oleh
melemahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya harga jual mobil akibat
depresiasi Rupiah. Sampai dengan bulan September 2015 penjualan mobil sebanyak
764.683 unit, sedangkan pada bulan Januari-September 2014 mencapai 932.943
unit. Penjualan motor sampai dengan bulan September 2015 sebanyak 5.424.073
unit, sedangkan pada bulan Januari-September 2014 mencapai 6.728.484 unit.
Sementara itu, penjualan semen terus meningkat sejak bulan Agustus 2015.
Penjualan semen bulan Oktober 2015 sebesar 2.713 juta ton, yang merupakan
penjualan tertinggi sepanjang tahun 2015. Namun penjualan tersebut masih lebih
rendah dibandingkan penjualan bulan Oktober tahun 2014 yang sebesar 21.577 juta
ton.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan III tahun 2015
meningkat dibandingkan triwulan III tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman rata-
rata per bulan mencapai 779.086 orang, sedangkan total kunjungan selama bulan
Januari-September mencapai 7.191.771 orang.
III Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ III
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................................VII
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... IX
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ................................................................................................. 2
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat .............................................................................. 2
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa .......................................................................................... 4
Perekonomian Tiongkok ................................................................................................................ 7
Perekonomian Jepang ..................................................................................................................... 9
Perekonomian Singapura ............................................................................................................ 11
OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016 ...................................................................................... 12
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA ................................................................................. 16
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA .................................................................................... 19
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .......................................................................................... 19
Indeks Tendensi Konsumen....................................................................................................... 23
Indeks Keyakinan Konsumen .................................................................................................... 24
Neraca Pembayaran Indonesia ................................................................................................. 26
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ......................................................................................... 31
Pembiayaan Utang Pemerintah ................................................................................................ 31
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang .................................................................................. 31
Posisi Utang Pemerintah ............................................................................................................. 32
Surat Berharga Negara (SBN) ................................................................................................... 34
Pinjaman ............................................................................................................................................ 37
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ...................................................................... 39
Penundaan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/10/2015
tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu Tetap Meresahkan Pengusaha
Elektronika ........................................................................................................................................ 39
Kementerian Perdagangan Berencana Melakukan Redefinisi Kebutuhan
Barang Komplementer, Tes Pasar, dan After Sales Untuk Importir Produsen ..... 39
Penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 72/M-DAG/PER/9/2015
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-
DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan
IV Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan
Jasa yang Diperdagangkan ......................................................................................................... 40
Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Berupa Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-03/PJ/2015 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan
Elektronik .......................................................................................................................................... 41
Penerbitan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana ................................................................................. 42
Hasil Utama Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat ........................ 42
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ................................................................................................. 43
Perkembangan Ekspor ................................................................................................................. 43
Perkembangan Impor ................................................................................................................... 47
Perkembangan Neraca Perdagangan ..................................................................................... 49
Perkembangan Harga Domestik .............................................................................................. 52
Perkembangan Harga Internasional ...................................................................................... 52
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ......................................................... 53
PERKEMBANGAN INVESTASI ........................................................................................................... 57
Perkembangan Investasi ............................................................................................................. 57
Realisasi Investasi Semester III Tahun 2015 ..................................................................... 58
Realisasi Per Sektor ....................................................................................................................... 58
Realisasi Per Lokasi ....................................................................................................................... 59
Realisasi per Negara ...................................................................................................................... 61
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ............................................ 62
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ..................................... 62
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA .................. 62
Ekspor ASEAN Ke Tiongkok....................................................................................................... 63
Impor ASEAN Dari Tiongkok ..................................................................................................... 64
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) ... 65
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA .............................. 66
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN .............................................................................................. 66
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER .................................................................................. 69
Perkembangan Moneter Global ................................................................................................ 69
Perkembangan Moneter Domestik ......................................................................................... 71
V Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
INFLASI ....................................................................................................................................................... 72
Inflasi Global ..................................................................................................................................... 72
Inflasi Domestik .............................................................................................................................. 73
Nilai Tukar Mata Uang Dunia .................................................................................................... 76
Indeks Harga Saham ..................................................................................................................... 78
Indeks Harga Komoditas Internasional ................................................................................ 80
Harga Bahan Pokok Nasional .................................................................................................... 81
Respon Kebijakan Moneter ........................................................................................................ 82
SEKTOR PERBANKAN .......................................................................................................................... 84
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI........................................................................................... 87
Pertumbuhan Industri Pengolahan ........................................................................................ 87
Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri ......................................................................... 90
Data Penjualan Komoditas Industri Utama ......................................................................... 94
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri............................................................. 97
Jumlah Wisatawan ......................................................................................................................... 98
LAMPIRAN ..............................................................................................................................................101
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ............................................................................102
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ............................................................................103
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang......................................................................................104
Lampiran 3: Indeks Saham Global .........................................................................................105
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ....................................................106
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional ........................................................................107
VII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ....................................................................................... 3
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa ........................................................................ 5
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) .................................................................. 9
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 .................................................................................. 11
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF .......................................................................................... 12
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) ......................................................................................... 14
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) ............................................................................... 16
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ................................................................................................................................ 20
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ........................................................................................................... 22
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ......................................................................................................................... 23
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari –Oktober 2015.................................................. 24
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan III Tahun 2015 ............... 28
Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan III Tahun 2015 (triliun rupiah) .............................................................................................................................................................................. 31
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Triliun Rupiah) ......... 32
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan III Tahun 2015 ............................................ 33
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................................................................................. 33
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah) ............................................................................................................................................................................. 34
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) ............................................................................................................................................................................. 35
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah) ......... 36
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah) ...... 37
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................. 44
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015 ................................................................................................................................................................ 45
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................................................................................. 46
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan III Tahun 2015 ......... 46
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan III Tahun 2015 ............................................................................... 47
Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan III Tahun 2015 ................................................................................................................................................................................... 48
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan III Tahun 2015 .................................................... 49
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ............................................................... 50
Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ........................................................................................... 50
Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang ................................................................................................ 50
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika ............................................................................................. 51
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India ................................................................................................... 51
VIII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Tabel 33. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu .................................................................................................. 52
Tabel 34. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih .............................................................................. 52
Tabel 35. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III Tahun 2015............................................... 54
Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan III Tahun 2015 (persen) ............................................. 57
Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Triwulan III ............................................................... 58
Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasar Sektor .............................................................................................................................................................. 58
Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015 ................................................... 59
Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar) ................................................................................................................................ 60
Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ........................................................................................................................................................... 60
Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015 ................................................... 61
Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015 ............................... 61
Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................ 62
Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok ...................................................................................................................... 63
Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok .................................................................................................................... 64
Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia .................................................... 65
Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN .......................................................................................................................... 67
Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN ............................................................................................................................ 67
Tabel 50. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD) ....................................................................................... 69
Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase) .................................................................................................................................................................... 71
Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY) ..................................................................................................................... 73
Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik ........................................................................................................................... 74
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ........................................................................... 74
Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) .............................................................................................. 74
Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) ........................................................................................ 75
Tabel 57. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMA Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015 ................. 92
Tabel 58. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMDN Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015 .............. 93
Tabel 59. Nilai Tukar Mata Uang ............................................................................................................................. 104
Tabel 60. Indeks Saham Global ................................................................................................................................ 105
Tabel 61. Indeks Harga Komoditas Internasional .............................................................................................. 106
Tabel 62. Harga Bahan Pokok Nasional ................................................................................................................. 107
IX Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)......................................................................... 17
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan III Tahun 2015 (persen) ............................................................................................................................................................................ 19
Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015 ...................................................................................................................................................................... 24
Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Oktober 2015 .......... 25
Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 ............. 26
Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................................................................................. 27
Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 27
Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga September 2015 .......................................................................... 43
Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015 ............................................................................ 47
Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan III Tahun 2015 ...... 54
Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .............................. 65
Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi ............ 66
Gambar 13. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY) .................................................................................................... 72
Gambar 14. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ...................................................................... 77
Gambar 15. Indeks Saham BRIC & Indonesia ......................................................................................................... 79
Gambar 16. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia ................................................................................................. 79
Gambar 17. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia .......................................................................................... 79
Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global ............................................................ 80
Gambar 19. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................... 81
Gambar 20. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok ..................................................... 82
Gambar 21. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ........................................................................ 84
Gambar 22. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ...................................................... 85
Gambar 23. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ..................................................... 85
Gambar 24. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) ............................................................ 87
Gambar 25. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %) ............................................................................................................................................................................ 87
Gambar 26. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas ........................................... 88
Gambar 27. Tenaga Kerja Sektor Industri (Juta Jiwa) ......................................................................................... 89
Gambar 28. Ekspor Produk Industri ........................................................................................................................ 89
Gambar 29. Perkembangan PMA Sektor Industri ................................................................................................. 90
Gambar 30. Perkembangan PMDN Sektor Industri .............................................................................................. 91
Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ............................................................. 94
Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ............................................................. 95
Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 (Juta Ton) ...................................... 96
Gambar 34. Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan Penjualan Semen Triwulan III Tahun 2015 ............. 97
Gambar 35. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan III Tahun 2015 ...................................................... 97
Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan III Tahun 2015 ....................................................... 98
X Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Gambar 37. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan III Tahun 2015 ................................................................................................................................................................................... 99
Gambar 38. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama ....................... 100
Gambar 39. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015 ............................................................... 102
Gambar 40. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015 .............................................................. 103
1 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan III
tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,3
persen (YoY).
Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,9 persen (YoY) pada triwulan
III tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 1,3 persen (YoY).
Sepanjang bulan Juli hingga September 2015, ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,9
persen (YoY), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).
Pada bulan Oktober 2015, IMF memproyeksi perekonomian dunia tetap tumbuh sebesar
3,1 persen pada tahun 2015.
2 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia hingga semester I tahun 2015 masih melambat akibat
moderasi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Disisi lain, laju pertumbuhan
ekonomi negara-negara berkembang terhambat karena ketidakpastian
perekonomian global. Fluktuasi pasar keuangan juga meningkat tajam, seiring
dengan penurunan harga komoditas dan tekanan pada nilai tukar mata uang negara-
negara berkembang. Selain itu, perlambatan arus modal masuk dan kelanjutan
kebijakan suku bunga dibawah ambang batas nol diperkirakan masih terjadi akibat
kemungkinan pengetatan kebijakan yang dipengaruhi oleh kondisi keuangan
eksternal. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat sejalan dengan
perkiraan, namun dampak antar wilayah lebih besar dari perkiraan awal. Hal ini
menggambarkan pelemahan harga komoditas khususnya baja dan tingkat ekspor
Tiongkok.
Harga komoditas mengalami pelemahan pada triwulan III tahun 2015. Hal ini
disebabkan oleh supply minyak yang tetap tinggi dan kemungkinan output yang
terus meningkat, seiring dengan kesepakatan nuklir dengan Iran dan penurunan
permintaan global. Harga komoditas logam juga mengalami penurunan bersamaan
dengan pelemahan permintaan global, karena perlambatan aktivitas manufaktur
Tiongkok dan tingginya supply sebagai dampak boom investasi sektor pertambangan
pada triwulan sebelumnya.
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat
Bureau Economic Analysis merilis revisi terakhir pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat triwulan II tahun 2015 yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,7 persen menjadi
tumbuh sebesar 3,9 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun
2015 disebabkan oleh pelemahan belanja pemerintah. Meskipun demikian, kenaikan
belanja konsumen, dan ekspor lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh
moderat sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015, melambat
dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY).
Kondisi ini disebabkan oleh perlambatan akumulasi persediaan karena adanya
upaya sektor bisnis mengurangi stok di gudang yang berlimpah.
Pertumbuhan PDB riil pada triwulan III tahun 2015 tercermin dari kontribusi positif
pada meningkatnya pengeluaran konsumsi pribadi, belanja pemerintah pusat dan
daerah, investasi tetap residensial, ekspor, dan investasi tetap non-residensial.
Sementara, penurunan investasi peralatan bisnis dan impor berkontribusi negatif
bagi perekonomian. Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis perlambatan
konsumsi yang tumbuh 3,2 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015, setelah
tumbuh 3,5 persen (YoY) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pengeluaran
konsumsi menyumbang 70,0 persen dari seluruh perekonomian Amerika Serikat.
3 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Konsumsi barang mengalami kenaikan sebesar 4,5 persen (YoY), dan konsumsi jasa
naik sebesar 2,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015. Belanja konsumen yang
menguat seperti furnitur dan jasa seperti asuransi dan jasa kesehatan yang
meningkat lebih dari dua kali lipat.
Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara keseluruhan tumbuh sebesar 1,7 persen
(YoY) pada triwulan III tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan III tahun 2014
sebesar 1,8 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah pusat hanya tumbuh sebesar 0,2
persen (YoY) dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 3,7 persen. Di sisi lain, belanja pemerintah untuk bidang
pertahanan terkontraksi sebesar 1,4 persen, meningkat setelah tumbuh sebesar 4,5
persen (YoY). Belanja pemerintah non-pertahanan mengalami pertumbuhan sebesar
2,8 persen pada triwulan III tahun 2015, menguat setelah tumbuh 2,5 persen (YoY)
pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sama hal nya dengan belanja
pemerintah pusat, belanja pemerintah daerah mengalami kenaikan dengan tumbuh
sebesar 2,6 persen (YoY), sedangkan triwulan III tahun 2014 tumbuh sebesar 0,6
persen (YoY).
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)
2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Pertumbuhan Ekonomi –0,9 4,6 4,3 2,1 0,6 3,9 1,5
Konsumsi 1,3 3,8 3,5 4,3 1,8 3,6 3,2
Barang 1,1 6,7 4,1 4,1 1,1 5,5 4,5
Jasa 1,4 2,4 3,1 4,3 2,1 2,7 2,6
Investasi –2,5 12,6 7,4 2,1 8,6 5,0 -5,6
Ekspor -6,7 9,8 1,8 5,4 -6,0 5,1 1,9
Impor 2,8 9,6 -0,8 10,3 7,1 3,0 1,8
Belanja Pemerintah 0,0 1,2 1,8 –1,4 -0,1 2,6 1,7
Belanja Pemerintah Pusat 0,3 –1,2 3,7 –5,7 1,1 0,0 0,2
Belanja Pertahanan –4,6 –0,5 4,5 –10,3 1,0 0,3 -1,4
Belanja Non-Pertahanan 8,9 –2,2 2,5 2,1 1,2 –0,5 2,8
Belanja Pemerintah Daerah –0,2 2,6 0,6 1,3 –0,8 4,3 2,6
Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2015
Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar 5,6 persen (YoY), menurun tajam
dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY). Hal ini
disebabkan oleh faktor pelemahan kegiatan eksplorasi akibat pemangkasan
anggaran oleh perusahaan-perusahaan energi seperti Schlumberger dan
Halliburton, Berdasarkan laporan Bureau Economic Analysis, perlambatan investasi
mencerminkan peningkatan pertumbuhan investasi tetap residensial, investasi non-
residensial, investasi produk kekayaan intelektual dan investasi struktur non-
residensial, serta penurunan pada invetasi peralatan non-residensial. Pada tahun
2015, The Fed melaksanakan kebijakan tight monetary policy, seiring dengan tren
4 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
penurunan harga komoditas dunia termasuk minyak mentah, serta perbaikan
kosumsi dalam negeri, pasar tenaga kerja, dan apresiasi mata uang dolar. Pada bulan
September 2015, The Fed mempertahankan federal fund rate (FFR) karena
perlambatan penciptaan lapangan kerja, tingkat pengangguran tetap stagnan, dan
tingkat inflasi juga masih berada dibawah target.
Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis neraca perdagangan pada bulan
September 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD 40,8 miliar,
menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 48,0 miliar. Defisit
perdagangan barang turun menjadi sebesar USD 60,3 miliar, sedangkan sektor jasa
mengalami penurunan surplus menjadi sebesar USD 19,5 miliar. Ekspor barang dan
jasa naik dari USD 3,0 miliar menjadi USD 187,9 miliar. Kinerja ekspor barang
meningkat terutama disebabkan oleh peningkatan barang modal dan barang
konsumsi khususnya barang antik, perangko serta perhiasan. Sementara itu, ekspor
jasa mengalami sedikit kenaikan disebabkan oleh peningkatan bisnis jasa (jasa
penelitian dan pembangunan, jasa manajerial dan profesional, jasa hubungan dan
teknis perdagangan) dan transportasi (termasuk jasa pelabuhan dan tarif
penumpang). Impor barang dan jasa meningkat USD 4,2 miliar menjadi USD 228,7
miliar, dengan peningkatan pada impor barang yang disebabkan oleh kenaikan pada
barang konsumsi, barang modal, serta bahan dan penawaran barang industri.
Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya untuk transportasi (termasuk jasa
pelabuhan dan tarif penumpang) dan wisata (untuk semua tujuan termasuk
pendidikan).
Berdasarkan Bureau of Labor Statistics, jumlah pengangguran hingga bulan
September 2015 turun sebesar 400.000 orang menjadi 7,9 juta orang. Dalam 12
bulan terakhir tingkat pengangguran turun 0,8 persen atau sebesar 1.300.000 orang.
Kenaikan jumlah lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai sektor, diantaranya
pada bisnis jasa dan profesional, kesehatan, perdagangan retail, bisnis jasa makanan
dan minuman. Pada bulan September 2015, penyerapan tenaga kerja di sektor non-
pertanian sebesar 142.000 orang. Kondisi ini menunjukkan perlambatan dua bulan
berturut-turut, setelah data jumlah lapangan kerja AS bulan Agustus 2015 hanya
naik sebesar 136.000. Tingkat partisipasi angkatan kerja AS bulan September 2015
sebesar 62,4 persen atau menurun dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya sebesar 62,7 persen. Hal ini menunjukkan partisipasi tenaga kerja turun
ke tingkat terendah dalam 38 tahun. Pelemahan data tenaga kerja AS disebabkan
oleh perlambatan ekonomi Tiongkok yang berdampak terhadap penurunan harga
komoditas dan kondisi finansial global, serta mempengaruhi kekuatan ekonomi AS.
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa
Penguatan di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun perbaikan
resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa
5 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
2010 masih berjalan lambat. Perlambatan Ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa
pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh net perdagangan Kawasan Eropa
dengan seluruh dunia yang tercatat negatif, seperti yang terjadi pada negara Jerman,
Perancis dan Italia. Selain itu, perlambatan ekonomi global, pelemahan mata uang
Euro, dan penguatan permintaan dalam negeri yang mendorong impor juga
berkontribusi negatif bagi perekonomian.
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa
Pertumbuhan PDB (%)
Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)
Q3-14 Q3-15 Q2-15 Q3-15
Kawasan Eropa (U19) 0,8 1,6 0,4 0,3
Uni Eropa (U28) 1,3 1,9 0,4 0,4
Sumber: Eurostat
Berdasarkan publikasi Eurostat, Rumania diperkirakan menjadi negara di kawasan
Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan III tahun 2015,
yaitu sebesar 1,4 persen (QtQ). Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan
sedikit melambat dengan tumbuh 0,3 persen (QtQ), dibandingkan triwulan II tahun
2015 yang tumbuh hanya 0,4 persen. Finlandia menjadi negara yang diperkirakan
mengalami kontraksi ekonomi paling dalam pada triwulan III tahun 2015, yang
besarnya 0,6 persen (QtQ). Di sisi lain, perekonomian Portugal diperkirakan
mengalami stagnasi pada triwulan III tahun 2015. Sedangkan Italia, Perancis, dan
Spanyol dalam tren positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 0,2
persen (QtQ), 0,3 persen (QtQ), dan 0,8 persen (QtQ). Perekonomian Yunani
diperkirakan terkontraksi sebesar 0,5 persen, setelah sebelumnya mengalami
pertumbuhan sebesar 0,4 persen pada triwulan II tahun 2015.
Pada bulan September 2015, indeks harga sektor industri dari keseluruhan industri
di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan sebesar 3,1 persen
(YoY), dan 3,8 persen (YoY). Sementara, produksi industri di kawasan Eropa dan Uni
Eropa mengalami peningkatan dengan tumbuh sebesar 1,7 persen (YoY), dan 1,8
persen (YoY), dibandingkan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Produksi
industri meningkat disebabkan oleh kenaikan produksi barang modal sebesar 2,2
persen, barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 2,1 persen, barang setengah jadi
sebesar 1,8 persen, dan barang konsumsi tahan lama sebesar 2,6 persen
dibandingkan September 2014. Sementara itu, produksi sektor industri yang
menguat di kawasan Uni Eropa disebabkan oleh peningkatan barang modal sebesar
2,7 persen, barang konsumsi tahan lama dan tidak tahan lama sebesar 1,7 persen,
produksi energi sebesar 0,1 persen, serta barang setengah jadi sebesar 1,4 persen
dibandingkan bulan September 2014.
Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada
bulan September 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR 20,5 miliar,
6 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
meningkat dibandingkan bulan September 2014 yang besarnya EUR 17,4 miliar.
Pada September 2015, negara-negara Uni Eropa juga mengalami surplus sebesar
EUR 4,3 miliar, meningkat dibandingkan bulan September 2014 yang surplus
sebesar EUR 2,0 miliar. Sejalan dengan tren positif neraca perdagangan Eropa,
volume perdagangan ritel bulan September 2015 di kawasan Eropa meningkat
sebesar 2,9 persen (YoY) dan 3,7 persen (YoY) di Uni Eropa dibandingkan bulan
September 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan penjualan pada sektor non-
makanan sebesar 4,0 persen, bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 5,3 persen
serta sektor makanan, minum, dan tembakau sebesar 1,6 persen. Di sisi lain,
peningkatan volume perdagangan Uni Eropa karena penjualan pada sektor non-
makanan naik sebesar 4,9 persen, dan sektor makanan, minuman, dan tembakau
naik sebesar 2,3 persen, serta bahan bakar kendaraan bermotor naik sebesar 5,3
persen.
Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan. Rasio
defisit anggaran pemerintah terhadap PDB pada triwulan II tahun 2015 di kawasan
Eropa menjadi sebesar 2,0 persen, sedikit menurun dibandingkan triwulan I tahun
2015 yang besarnya 2,1 persen. Defisit anggaran pemerintah terhadap PDB di Uni
Eropa juga menurun dari triwulan I tahun 2014 sebesar 2,5 persen menjadi 2,4
persen pada triwulan II tahun 2015. Sementara itu, perbaikan fiskal di kawasan
Eropa dan Uni Eropa diikuti perbaikan kondisi tingkat utang terhadap PDB. Pada
triwulan II tahun 2015, di kawasan Euro tingkat utang mencapai 92,2 persen dari
PDB, sedikit menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 92,7
persen. Sejalan dengan penurunan tingkat utang terhadap PDB di kawasan Eropa,
Uni Eropa juga mengalami penurunan tingkat utang sebesar 87,8 persen terhadap
PDB dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang besarnya 88,1 persen. Pada triwulan
II tahun 2015, Yunani, Italia, dan Portugal menjadi negara dengan tingkat utang
terhadap PDB tertinggi yaitu masing-masing sebesar 167,8 persen; 136,0 persen;
dan 128,7 persen. Sementara itu negara dengan tingkat utang terhadap PDB
terendah adalah Estonia yang besarnya 9,9 persen, Luxemburg yang besarnya 21,9
persen, dan Bulgaria yang besarnya 28,3 persen.
Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan Eropa diikuti oleh penurunan
jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan
September mencapai 10,8 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan September
2014 yang besarnya 11,5 persen (YoY). Tingkat pengangguran pada bulan
September 2015 merupakan yang terendah sejak bulan Januari 2012. Sementara itu,
tingkat pengangguran di Uni Eropa pada bulan September 2015 adalah sebesar 9,3
persen, menurun dibandingkan bulan September 2014 yang besarnya 10,1 persen.
Eurostat mengestimasi jumlah tenaga kerja di Uni Eropa sebanyak 22.631 juta
orang, dimana 17.323 juta orang berada di kawasan Eropa. Jumlah orang yang
menganggur di Uni Eropa turun sebesar 1.832 juta orang, dan 1.194 juta orang di
7 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan September 2014. Tingkat
pengangguran tertinggi terdapat di Spanyol (21,6 persen), dan Yunani (25,0 persen
pada bulan Juli 2015). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah adalah
Jerman (4,5 persen), dan Republik Ceko (4,8 persen).
Perekonomian Tiongkok
Perekonomian Tingkok hingga triwulan III tahun 2015 masih dipengaruhi oleh
pada perbaikan ekonomi global yang melemah dan tekanan pembangunan ekonomi
dalam negeri. Pemerintah Tiongkok menerapkan perekonomian yang terus
bergerak maju dengan tetap menjaga stabilitas, mendorong restrukturisasi,
perbaikan regulasi makro ekonomi, reformasi yang lebih mendalam dan terbuka,
mendukung kewirausahaan skala besar dan inovasi, serta meningkat supply barang
dan jasa publik. Hal ini menyebabkan perekonomian Tiongkok secara bertahap
masih melambat seiring dengan berlanjutnya reformasi struktural, meskipun
mengarah pada kondisi yang positif.
Perekonomian Tiongkok bergerak pada jalur yang tepat, beberapa indikator
ekonomi mengalami kenaikan secara stabil. Pemerintah Tiongkok menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi tidak lagi menjadi prioritas. Sepanjang bulan
Juli hingga September 2015, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,9 persen
(YoY), menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 7,2 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan III tahun
2015 merupakan paling rendah sejak tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh
pelemahan investasi dan tekanan bagi perekonomian yang meningkat, setelah
kebijakan pemotongan suku bunga dilaksanakan. Tiongkok mengharapkan
pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan, serta dapat memaksimalkan
instrumen kebijakan fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan tajam yang
berdampak pada berkurangnya lapangan kerja dan pendapatan.
Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic Tiongkok, nilai tambah
industri tersier pada triwulan III tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB
dan tumbuh 8,4 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ini menandai percepatan pengembangan dan inovasi di bidang
perindustrian. Nilai tambah industri primer dan sekunder juga meningkat sebesar
3,8 persen (YoY) dan 6,0 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan produksi
industri mengarah pada kestabilan. Nilai tambah industri pertambangan dan
manufaktur masing-masing meningkat sebesar 3,3 persen (YoY) dan 7,0 persen
(YoY). Kesenjangan pendapatan antara rumah tangga perkotaan dan pedesaan
semakin mengecil. Pada triwulan III tahun 2015, pendapatan per kapita rumah
tangga di perkotaan adalah 2,83 kali dari rumah tangga pedesaan atau berkurang
0,03 persen (YoY) dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula
dengan pengurangan konsumsi energi per unit PDB mencapai 5,7 persen (YoY).
8 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Investasi aset tetap Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 tumbuh 10,3 persen
(YoY). Sementara itu, anggaran pemerintah untuk invetasi mengalami kenaikan
sebesar 20,5 persen (YoY). Berbeda dengan investasi lainnya, pinjaman dalam
negeri dan investasi asing masing-masing mengalami penurunan 4,4 persen (YoY)
dan 26,2 persen (YoY). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Tiongkok
yang fokus mendorong perbaikan konsumsi dalam negeri melalui penyaluran kredit,
untuk mendorong pertumbuhan UMKM dan sektor pertanian. Di sisi lain,
Kementerian Perdagangan Tiongkok merilis penjualan retail barang konsumsi pada
bulan September 2015 tumbuh 10,9 persen (YoY), melambat dibandingkan bulan
September 2014 yang tumbuh sebesar 11,6 persen (YOY). Kondisi ini disebabkan
oleh pelemahan penurunan harga minyak dan produk turunan minyak, seiring
pertumbuhan penjualan padi-padian dan bahan makanan lainnya.
Sektor properti Tiongkok yang sempat terpuruk akibat perlambatan ekonomi pada
semester I tahun 2014, secara bertahap semakin menguat. Pada triwulan III tahun
2015, penjualan bangunan perumahan dan bangunan komersial naik masing-masing
sebesar 18,2 persen (YoY) dan 15,3 persen (YoY). Selain itu , total investasi di sektor
real estate selama semester I tahun 2015 sebesar CNY 7.053,4 miliar, atau tumbuh
sebesar 4,2 persen (YoY) diharapkan dapat memberikan sentimen positif dalam
penguatan kinerja sektor properti Tiongkok. People's Bank of Tiongkok (PBoC)
masih memiliki peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter longgar dalam
rangka mendorong perekonomian yang melambat. Biro Statistik Nasional Tiongkok
merilis IHK naik sebesar 1,6 persen (YoY) atau dibawah target pemerintah sebesar
3,0 persen. Bank Sentral memiliki kapasitas lebih lanjut untuk memacu pinjaman,
meskipun telah memangkas suku bunga sebanyak lima kali sejak November 2014.
Dengan demikian, PBoC akan melakukan beberapa tindakan, diantaranya
penerbitan surat utang bertenor tiga bulan secara mingguan, penambahan waktu
perdagangan mata uang Yuan menjadi 7 jam (04.30 -11.30) mulai akhir bulan
November 2015, dan melakukan perdagangan langsung antara mata uang Yuan dan
mata uang Swiss, Franc.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 akibat reformasi
struktural berdampak pada kinerja neraca perdagangan yang memburuk.
Perdagangan Tiongkok pada bulan September 2015 hanya mencapai surplus
sebesar USD 60,34 miliar. Surplus neraca perdagangan Tiongkok sedikit menguat
dibandingkan bulan Agustus 2015 yang besarnya USD 60,24 miliar. Kinerja ekspor
bulan September 2015 mengalami penurunan sebesar 3,7 persen (YoY)
dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan perbaikan
permintaan eksternal yang melambat, dan depresiasi nilai tukar Euro terhadap CNY.
Sementara itu, impor mengalami penurunan hingga sebesar 20,4 persen (YoY)
dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Kinerja impor yang melemah
9 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
akibat penurunan harga komoditas global, dan perbaikan pemintaan dalam negeri
Tiongkok.
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY)
PMI Tiongkok
Agustus-15 September-15
HSBC 50,2 50,5
NBS Tiongkok 49,7 49,8
Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic Tiongkok, 2015
Perbaikan aktivitas manufaktur Tiongkok menunjukkan kinerja sektor manufaktur
menguat selama dua bulan berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh permintaan
terhadap barang ekspor yang meningkat. Namun demikian, indeks tenaga kerja
diperkirakan terus menurun dan tekanan disinflasi yang meningkat. Hal ini
menandai penurunan jumlah buruh pabrik terendah dalam lima setengah tahun.
Pada bulan September 2015, aktivitas perekonomian di sektor manufaktur
menunjukkan kestabilan. National Bureau of Statistic Tiongkok juga merilis data
PMITM sebesar 49,8 sedikit menguat dibandingkan bulan Agustus 2015. Hal ini
disebabkan oleh indeks produksi, indeks permintaan baru, dan indeks waktu
pengiriman dari supplier sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih tinggi
dari batas nilai indeks PMITM manufaktur Tiongkok yang besarnya 50,0. Kondisi ini
menggambarkan perekonomian Tiongkok momentum penguatan sektor manufaktur
pada triwulan III tahun 2015, karena jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur dan
inventori bahan mentah untuk produksi manufaktur masih berkurangnya. Dengan
demikian, upaya bertahap untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi serta
penciptaan lapangan kerja dari pemerintah sangat dibutuhkan.
Perekonomian Jepang
Perekonomian Jepang yang terus stagnan mendorong pemerintah di bawah Perdana
Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe telah mencanangkan kebijakan baru yang dikenal
sebagai Abenomics. Sejak awal tahun 2013, Jepang memberlakukan perubahan rezim
moneter, yaitu bank sentral Jepang menetapkan target inflasi sebesar 2,0 persen.
Pemerintah Shinzo Abe mendukung perubahan ini dengan kebijakan fiskal dan
reformasi struktural. Kebijakan fiskal yang dilaksanakan pemerintah Jepang yaitu
menaikkan pajak penjualan menjadi 8,0 persen pada bulan April 2014, dan 10,0
persen pada bulan Oktober 2015. Kebijakan kenaikan pajak penjualan dilaksanakan
untuk membayar tingkat utang pemerintah Jepang yang besar, dimana tingkat utang
pemerintah ini merupakan terburuk di antara negara-negara maju. Sedangkan
kebijakan reformasi struktural yang dilakukan pemerintah Jepang salah satunya
adalah dengan merelaksasi kekakuan pasar tenaga kerja.
Berdasarkan publikasi Cabinet Office, perekonomian Jepang pada triwulan III tahun
2015 diperkirakan terkontraksi sebesar 0,8 persen (YoY). Kondisi ini merupakan
penurunan pertumbuhan kedua berturut-turut dan penanda awal fase resesi
10 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
ekonomi. Pelemahan ekonomi Jepang menjadi hambatan bagi supply side termasuk
labor shortage, akibat aging population yang meningkat semakin cepat. Selain itu,
perekonomian Jepang masih berada dalam jerat deflasi selama lebih dari 15 tahun.
Seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang, tingkat pengangguran
mengalami kenaikan. Pengangguran Jepang pada bulan September 2015 tumbuh 0,0
persen (MtM) dibandingkan bulan Agustus 2015 yang besarnya 3,4 persen (MtM).
Namun demikian, jumlah pengangguran secara tahunan menurun hingga sebesar 2,6
persen (YoY) atau menjadi sebesar 2,27 juta orang dibandingkan bulan September
2014.
Pemerintah Jepang berada dalam posisi sulit, kenaikan pajak penjualan untuk
mengurangi beban utang pemerintah semakin membuat perekonomian Jepang
terpuruk. Di sisi lain, kebijakan Abenomics yang pro pengeluaran semakin
menambah utang pemerintah. Namun demikian, Pemerintah Jepang belum
merencanakan penambahan anggaran untuk membiayai perangkat stimulus
ekonomi, walaupun kebijakan tersebut dapat menguatkan permintaan. Demikian
hal nya dengan pemerintah Jepang, Bank of Japan (BOJ) belum melakukan kembali
pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh
perekonomian Jepang masih berada pada jalur perbaikan yang moderat. BOJ
sebelumnya telah mengucurkan stimulus moneter melalui pembelian obligasi
tahunan pemerintah sebesar JPY 80 triliun. Melalui penundaan kebijakan
pelonggaran baik kuantiatif maupun kualitatif, BOJ berharap pengetatan pasar
tenaga kerja dapat mendorong upah dan mempercepat pertumbuhan harga. Selain
itu, pembelian obligasi pemerintah terus menerus untuk mendorong inflasi, serta
berakibat pada berkurangnya likuditas dan mendistorsi pasar.
Pada bulan September 2015, Jepang diperkirakan kembali mengalami pelemahan
defisit perdagangan dan mata uang. Publikasi Departemen Keuangan Jepang
memperkirakan neraca perdagangan mengalami defisit sebesar JPY115,8 juta pada
bulan September 2015, menguat dibandingkan pada bulan September 2014 yang
besarnya JPY 962,0. Defisit neraca perdagangan pada bulan September 2015
merupakan yang terendah dalam tujuh bulan terakhir. Secara umum, nilai ekspor
Jepang pada bulan September 2015 hanya tumbuh sebesar 0,6 persen (YoY)
dibandingkan bulan September 2014. Perlambatan kinerja ekspor disebabkan
pelemahan permintaan dari Tiongkok, meskipun depresiasi Yen mendorong barang
ekspor lebih kompetitif. Di lain pihak, impor mengalami penurunan dengan
terkontraksi sebesar 11,0 persen (YoY), dibandingkan bulan September 2014.
Kinerja impor yang menguat disebabkan oleh peningkatan dalam impor bahan
bakar fosil untuk mengimbangi kebutuhan energi akibat penutupan pembangkit
listrik tenaga nuklir pasca gempa dan tsunami pada bulan Maret 2011.
11 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Perekonomian Singapura
Perlambatan ekonomi Singapura pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh
rebalancing ekonomi Tiongkok, kontraksi sektor manufaktur akibat permintaan
global yang tidak menentu, dan ketidakpastian perbaikan ekonomi global.
Perekonomian Singapura sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis global akibat
keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar, sehingga permasalahan
eksternal akan berdampak besar terhadap kinerja perekonomian dalam negeri
Singapura. Namun demikian, pertumbuhan sektor jasa yang solid membawa
perekonomian Singapura terhindar dari resesi.
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015
Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)
Q3-14 Q3-15 Q2-15 Q3-15
Pertumbuhan Ekonomi 2,8 1,9 2,6 1,9
Manufaktur 1,7 -6,2 0,9 -4,6
Konstruksi 1,1 1,6 0,7 -1,6
Perdagangan Retail dan
Grosir 2,1 6,8 1,9 5,3
Asuransi dan Keuangan 9,9 4,8 7,9 -0,4
Akomodasi dan Jasa Makanan 1,0 0,9 4,5 11,9
Bisnis Jasa 2,6 1,5 2,5 2,6
Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura
Seiring dengan perlambatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura
mengalami penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics Singapore, kinerja
ekspor terkontraksi sebesar 8,9 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan
September 2014. Sementara, kinerja impor juga terkontraksi sebesar 10,9 persen
(YoY), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pelemahan kinerja
ekspor disebabkan oleh penurunan tajam ekspor minyak domestik yang
terkontraksi hingga 37,9 persen (YoY) dan re-ekspor minyak sebesar 0,1 persen
(YoY). Namun, penguatan ekspor domestik non-minyak sebesar 0,3 persen (YoY),
belum dapat mendorong secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan
September 2015.
Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan III tahun 2015 disebabkan
oleh penurunan rekayasa transportasi, elektronika dan industri biomedis. Di sisi
lain, perlambatan sektor konstruksi Singapura pada triwulan III tahun 2015
disebabkan oleh pelemahan aktivitas konstruksi sektor swasta. Produksi sektor
perdagangan ritel dan grosir pada triwulan III tahun 2015 semakin membaik
disebabkan oleh perbaikan kinerja segmen perdagangan grosir. Seiring dengan
penguatan di sektor perdagangan ritel dan grosir, sektor akomodasi dan jasa
makanan Singapura juga mengalami pertumbuhan yang signifikan disebabkan oleh
segmen akomodasi karena momentum perbaikan jumlah kunjungan wisatawan.
Sebaliknya, perlambatan kinerja di sektor asuransi dan keuangan dipengaruhi oleh
12 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
sedikit penguatan manajemen keuangan, asuransi dan segmen lainnya. Sementara,
pertumbuhan di sektor bisnis jasa yang cenderung melambat disebabkan pelemahan
segmen sewa dan leasing serta jasa administrasi dan pendukung.
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura memperkirakan tahun
2015 negara tersebut akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung
moderat. Sektor yang berorientasi eksternal seperti asuransi dan keuangan, serta
perdagangan besar akan mendukung pertumbuhan. Namun, sektor manufaktur
diperkirakan tetap melemah. Penurunan harga minyak mentah akan menyebabkan
perlambatan pertumbuhan sektor kelautan dan lepas pantai. Pertumbuhan sektor
berbasis padat kerja seperti retail dan jasa makanan juga diperkirakan melambat,
karena pengetatan pasar tenaga kerja. Dengan demikian, pemerintah Singapura
akan menjaga pertumbuhan ekonomi pada level 1,0-3,0 persen.
OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF WEO-IMF Realisasi Perkiraan
Kelompok Negara 2014 2015 2016
Dunia 3,4 3,1 3,6
Negara Maju 1,8 2,0 2,2
Amerika Serikat 2,4 2,6 2,8
Kawasan Eropa 0,9 1,5 1,6
Negara Berkembang 4,6 4,0 4,5
Tiongkok 7,3 6,8 6,3
ASEAN-5 4,6 4,6 4,9 Amerika Latin dan Karibia
1,3 -0,3 0,8
Sub Sahara Afrika 5,0 3,8 4,3
Sumber: World Economic Outlook, Oktober 2015
Resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan
pelemahan kondisi ekonomi negara-negara berkembang dan perbaikan ekonomi
negara-negara maju yang berjalan lambat. Potensi pertumbuhan PDB dunia yang
masih terkoreksi pada tahun 2015 disebabkan oleh penurunan harga komoditas,
depresiasi mata uang negara-negara berkembang, dan volatilitas pasar keuangan
terus meningkat. Namun demikian, aktivitas perekonomian global mengalami
sedikit penguatan pada tahun 2016. Perbaikan ekonomi negara-negara maju yang
dimulai tahun 2014 diperkirakan semakin menguat. Disisi lain, beberapa proyeksi
pertumbuhan negara-negara berkembang mengalami kenaikan secara bertahap
diantaranya Brazil, Rusia, beberapa negara Amerika Latin, dan Timur Tengah,
meskipun perekonomian Tiongkok diperkirakan masih melambat.
IMF memperkirakan perbaikan ekonomi Amerika Serikat terus berjalan. Hal ini
didorong oleh penurunan harga energi, fiscal drag, penguatan neraca pembayaran
dan pasar perumahan yang terus membaik. Namun, net ekspor diperkirakan
13 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
menurun akibat penguatan dolar terjadi pada tahun 2016. Di sisi lain, perekonomian
di kawasan Eropa diperkirakan terus membaik dan pertumbuhannya cenderung
moderat. Penurunan harga minyak dunia, kebijakan moneter longgar, dan depresiasi
mata uang Euro. Pemulihan ekonomi Eropa diperkirakan melambat tidak hanya
disebabkan oleh demografi dan perlambatan total faktor produksi. Dengan
demikian, perkiraan pertumbuhan ekonomi Eropa cenderung moderat dan kenaikan
tingkat inflasi.
Sementara, pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung
melambat pada tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh moderasi pertumbuhan
investasi Tiongkok khususnya di sektor perumahan. IMF memperkirakan aksi
kebijakan dari pemerintah Tiongkok sejalan dengan berkurangnya kerentanan
terhadap percepatan pertumbuhan kredit dan investasi. Selain itu, implementasi
reformasi struktural, penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya
diperkirakan mendorong ekspansi aktivitas ekonomi yang berorientasi konsumen,
dan mengurangi perlambatan. Disisi lain, penguatan ekonomi India diperkirakan
terjadi akibat reformasi kebijakan seiring dengan kenaikan investasi dan penurunan
harga komoditas. Perlambatan ekonomi ASEAN-5 dipengaruhi oleh pelemahan term
of trade Malaysia, serta perbaikan ekonomi Thailand, Filipina, dan Vietnam akibat
penurunan harga minyak mentah.
Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan
masih melambat pada tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat pada
tahun 2016. Proyeksi penurunan harga komoditas menekan kinerja perekonomian
beberapa negara eksportir komoditas di Amerika Latin. Sementara itu, Brazil
sebagai salah satu perekonomian terbesar diperkirakan kembali tumbuh dibawah
prediksi. Penurunan kepercayaan konsumen dan bisnis, serta permintaan dalam
negeri terjadi akibat gangguan politik, penurunan investasi secara cepat, dan
pengetatan kebijakan makroekonomi. Selain itu, Venezuela diperkirakan mengalami
resesi yang cukup dalam pada tahun 2015 dan 2016, karena harga minyak mentah
terus menurun sejak bulan Juni 2014 telah memperburuk ketidakseimbangan
makroekonomi dan memberi tekanan bagi neraca pembayaran.
Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika cenderung mengalami perlambatan
sebagai dampak dari penurunan harga komoditas khususnya minyak mentah. Hal ini
terjadi akibat penurunan permintaan dari Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar
negara Sub Sahara Afrika dan pengetatan kondisi keuangan global. Sementara,
Negara-negara eksportir minyak mentah seperti Nigeria diperkirakan tumbuh
sebesar 4,0 persen, sedangkan Angola terkontraksi sebesar 3,5 persen. Sebaliknya,
negara-negara importer minyak mentah diperkirakan rata-rata tumbuh 4,0 persen,
dimana kelanjutan investasi bidang infrastruktur dan konsumsi rumah tangga yang
semakin menguat.
14 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY)
Pertumbuhan PDB (%)
2014 2015 2016
ADO Update ADO Update
Asia 6,2 6,3 5,8 6,3 6,0
Asia Timur 6,5 6,5 6,0 6,3 6,0
Tiongkok 7,3 7,2 6,8 7,0 6,7
Jepang -0,1 1,1 1,5 1,4 1,6
Asia Selatan 6,8 7,2 6,9 7,6 7,3
Asia Tengah 5,1 3,5 3,3 4,5 4,2
ASEAN 4,4 4,9 4,4 5,3 4,9
Singapura 2,9 3,0 2,1 3,4 2,5
Sumber: Asian Development Outlook, 2015
Pada bulan September 2015, ADB mengeluarkan proyeksi mengenai pertumbuhan
negara-negara berkembang di Asia tahun 2015 dan 2016. Perekonomian negara-
negara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya
perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan
negara Tiongkok dan India. Prospek perlambatan negara-negara berkembang Asia
menyebar ke seluruh kawasan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia
Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara diperkirakan masih cenderung moderat.
Sementara, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tengah menunjukkan pelemahan.
ADB memprediksi pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur
masih melambat akibat permintaan eksternal yang melemah, meskipun terdapat
stimulus fiskal di Korea Selatan dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok.
Perlambatan ekonomi di kawasan Asia Timur paling dirasakan oleh negara Mongolia
dimana penurunan penanaman modal asing, output pertanian, dan kelanjutan
kebijakan moneter ketat yang diberlakukan pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor
negara Taiwan mengalami penurunan akibat perlambatan ekonomi Tiongkok. Pada
tahun 2016, kinerja perekonomian di negara-negara maju diasumsikan mengalami
perbaikan yang akan berdampak positif bagi negara-negara di kawasan Asia Timur
kecuali Tiongkok.
Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 dipengaruhi oleh
penurunan investasi dan produksi industri, kebijakan fiskal yang lebih kontraktif,
kebijakan moneter akomodatif, serta nilai tukar Yuan terhadap USD. Sementara,
tingkat ekspor diperkirakan menurun seiring dengan perbaikan ekonomi negara-
negara mitra dagang yang berjalan lambat. Namun demikian, neraca perdagangan
dan neraca pembayaran dalam kondisi surplus seiring dengan penurunan impor
akibat fluktuasi harga komoditas dan subtitusi impor. Disisi lain, pelemahan sektor
properti, perlambatan pertumbuhan investasi, dan reformasi struktural
diperkirakan menekan laju pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan fiskal dan
moneter yang komodatif, serta penguatan permintaan eksternal dan dalam negeri
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016.
15 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Aktivitas perekonomian Jepang terkontraksi sebesar 1,2 persen pada triwulan II
tahun 2015, dimana pelemahan permintaan baik dalam maupun luar negeri.
Konsumsi swasta juga terkontraksi sebesar 1,6 persen akibat kenaikan upah yang
relatif kecil dan udara dingin di bulan Juni 2015. Sementara itu, investasi Jepang
cenderung volatile, dimana investasi perumahan swasta meningkat tetapi investasi
bisnis justru mengalami penurunan. Selain itu, permintaan terhadap ekspor Jepang
yang terus berkurang pada triwulan II tahun 2015 seiring penurunan ekspor riil di
berbagai negara. Namun demikian, penguatan profit perusahaan swasta, depresiasi
mata uang Yen, dan penurunan harga minyak mentah mendorong perkiraan
pertumbuhan positif ekonomi Jepang. Fluktuasi pasar keuangan, devaluasi mata
uang Tiongkok, dan depresiasi mata uang negara lain di Asia dapat menekan
permintaan ekspor Jepang. Konsumsi dalam negeri dan investasi diproyeksikan
mengalami perbaikan, meskipun fase perlambatan permintaan eksternal
diperkirakan tetap terjadi.
Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan pada tahun
2015 menurun disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang cenderung
moderat, perlambatan ekonomi di negara-negara maju, perdagangan global,
penundaan mengenai reformasi struktural India yang berakhir deadlock di
Parlemen. Disisi lain, perlambatan aktivitas ekonomi negara-negara lain dapat
memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan kawasan Asia Selatan. Kondisi ini
disebabkan oleh penurunan pendapatan sektor pariwisata Maladewa dan pemulihan
ekonomi akibat gempa besar di Nepal berjalan lambat, meskipun permintaan dalam
negeri Bangladesh dan Pakistan cukup kuat.
Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring
dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia.
Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara eksportir energi seperti Azerbaijan,
Kazakhstan, Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat penurunan harga
minyak mentah dan gas. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara-negara importir
energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta Tajikistan juga melambat karena
pelemahan konsumsi domestik akibat remittances yang lebih rendah. Pada tahun
2016, pelemahan ekonomi pada sebagian besar negara-negara eksportir akibat
perlambatan ekonomi Federasi Rusia dan Tiongkok akan menahan laju
pertumbuhan ekonomi di Kawasan Asia Tengah.
Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015 mengalami perlambatan, dimana
pertumbuhan enam dari sepuluh negara ASEAN dikoreksi turun yaitu Indonesia,
Kamboja, Laos, Filipina, Singapura, Thailand. Hal ini disebabkan oleh permintaan
yang melemah di sebagian besar negara maju termasuk Tiongkok. Selain itu,
pelemahan permintaan global, penurunan harga minyak global, dan komoditas
berpengaruh besar bagi kinerja ekspor Brunei Darusalam dan Malaysia. Pada tahun
16 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
2016, perekonomian ASEAN diperkirakan membaik melalui peningkatan ekspor dan
investasi pemerintah, seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global.
Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015, proyeksi pertumbuhan ekonomi
Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan ekspor pada
sebagian besar negara tujuan ekspor, serta kontraksi pertumbuhan pada sektor
manufaktur yang menyebabkan penurunan output rekayasa transportasi, dan
industri biomedis. Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan oleh perkiraan
tumbuhnya sektor jasa khususnya perdagangan besar, retail, bisnis jasa, dan
konstruksi. Pada sisi penerimaan, kenaikan konsumsi swasta akan mendorong
pengeluaran konsumsi, meskipun permintaan dalam negeri masih melemah akibat
penurunan inventoris.
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA
Pada triwulan III tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami
fluktuasi akibat kekhawatiran pasar minyak mentah akibat kondisi oversupply. Tren
harga minyak mentah cenderung volatile pada triwulan III tahun 2015 disebabkan
oleh penghapusan sanksi ekonomi terkait kesepakatan nuklir Iran, serta publikasi
IEA dan OPEC pada bulan September 2015 merevisi naik tingkat permintaan minyak
mentah pada Triwulan III tahun 2015 berturut-turut sebesar 0,45 juta barel per hari
dan 0,04 juta barel per hari dibandingkan publikasi sebelumnya. Selain itu,
penurunan Oil Rig Count di Amerika Serikat turun selama empat minggu berturut-
turut di bulan September 2015 hingga 35 rig, dan tingkat stok minyak mentah
sektor komersial Amerika Serikat akhir bulan September 2015 lebih rendah 1,4 juta
barel dibandingkan dengan stok pada akhir bulan sebelumnya. Kondisi ini dapat
mendorong harga minyak mentah sedikit menguat, mengingat Amerika Serikat
merupakan konsumen minyak kedua terbesar di dunia.
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel)
Harga Minyak Mentah Dunia
Rata-rata Triwulanan
Rata-rata Bulanan
2015 2015
Q1 Q2 Q3 Juli Agts Sept
Crude Oil (Rata-rata) 51.6 60.5 48.8 54.3 45.7 46.3
Crude Oil; Brent 53.9 62.1 50.0 55.9 47.0 47.2
Crude Oil; Dubai 52.2 61.4 49.9 56.3 47.2 46.2
Crude Oil; WTI 48.6 57.8 46.4 50.9 42.9 45.5
Indonesian Crude Price Oil
51.6 60.5 45.9 51.81 42.8 43.1
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar
internasional. Fluktuasi harga minyak ICP disebabkan oleh supply minyak OPEC
17 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
pada bulan Agustus 2015 mengalami kenaikan 0,013 juta barel per hari atau
menjadi 31,54 juta barel per hari. Selain itu, laporan Energy Information
Administration menyatakan tingkat stok dan distillate fuel oil Amerika Serikat
selama akhir bulan September 2015 masing-masing mengalami peningkatan 4,6 juta
barel, dan 1,9 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya. Untuk kawasan Asia
Pasifik, penguatan harga minyak mentah disebabkan oleh kenaikan permintaan
naphta dan gas/minyak diesel untuk industri petrochemical di Korea Selatan, dan
potensi peningkatan permintaan Kondensat dari Indonesia, sesuai dengan rencana
akan beroperasinya Kilang TPPI (kapasitas 0,1 juta barel per hari) mulai bulan
Oktober 2015. Namun demikian, penurunan impor minyak mentah Tiongkok di
bulan Agustus 2015 sebesar 4.1 juta mt dibandingkan bulan Juli 2015, dan
permintaan minyak mentah jenis direct burning karena menurunnya intake
pembangkit listrik di Jepang sempat menyebabkan pelemahan.
Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
18 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2015 tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY),
melambat dibandingkan dengan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,9 persen
(YoY).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2015 defisit sebesar USD 4,6
miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan defisit NPI pada triwulan II tahun 2015 yang
besarnya USD 2,9 miliar.
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
19 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan III tahun 2015
dengan hanya tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY), atau menjadi yang paling rendah
sejak tahun 2009. Pada triwulan II tahun 2015 dan triwulan III tahun 2014,
perekonomian Indonesia mampu tumbuh masing-masing sebesar 4,7 persen (YoY)
dan 4,9 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia terutama diwarnai oleh
ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan oleh ketidakpastian naik atau
turunnya Fed Fund Rate dan devaluasi Yuan. Ketidakpastian tersebut menyebabkan
volatilitas nilai tukar Rupiah, sehingga mempengaruhi kinerja ekspor dan impor.
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan III Tahun 2015 (persen)
4.9
4.2 4.1
5.6
6.1
6.8
6.2
6.5 6.56.3
6.0 5.96.1 6.2
5.9 5.95.6 5.6 5.5 5.6
5.15.0 4.9 5.0
4.7 4.74.7
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi dipicu oleh melambatnya
pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha. Apabila dibandingkan dengan
triwulan III tahun 2014, sebanyak 12 lapangan usaha mengalami perlambatan
(YoY). Kedua belas lapangan usaha tersebut adalah 1) Pertambangan dan
Penggalian, 2) Pengadaan Listrik dan Gas, 3) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 4)
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 5) Jasa
Perusahaan, 6) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 7) Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 8) Jasa Lainnya, 9)
Transportasi dan Pergudangan, 10) Industri Pengolahan, 11) Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan, dan 12) Real Estat.
Di sisi lain, sebanyak lima lapangan usaha tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan III tahun 2014. Keempat lapangan usaha tersebut adalah 1) Jasa Keuangan
dan Asuransi 2) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 3)
Informasi dan Komunikasi, 4) Jasa Pendidikan, dan 5) Konstruksi.
20 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan III tahun 2015 melambat
dengan kontraksi sebesar 5,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan III tahun 2014 yang melambat sebesar 0,8 persen (YoY). Penurunan
pertumbuhan ini terjadi karena kontraksi pada Pertambangan Bijih Logam sebesar
16,1 persen (YoY). Pertambangan Batubara dan Lignit serta Pertambangan Minyak,
Gas dan Panas Bumi terkontraksi masing-masing sebesar 19,5 persen dan 0,9 persen
(YoY). Sementara itu, Pertambangan dan Penggalian Lainnya meningkat 13,3
persen (YoY).
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY)
URAIAN 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,2 4,6 3,5 4,6 5,3 5,0 3,6 2,8 4,0 6,8 3,2
Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,7 2,7 -2,0 1,1 0,8 2,2 -1,2 -6,2 -5,6
Industri Pengolahan 4,7 5,4 3,7 4,2 4,5 4,8 5,0 4,2 4,0 4,3 4,3
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es
9,8 4,7 2,4 4,4 3,3 6,5 6,0 6,5 1,7 0,8 0,6
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
3,5 3,6 4,7 4,5 3,6 3,2 2,8 2,7 2,9 6,0 7,6
Konstruksi 5,4 6,3 6,5 6,2 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3,0 4,8 4,9 6,1 6,1 5,1 4,8 3,5 4,0 1,8 1,5
Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,9 8,3 8,9 8,4 8,5 8,0 7,1 6,3 6,6 7,1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7,0 7,0 6,9 6,3 6,5 6,4 5,9 4,9 3,6 3,9 4,5
Informasi dan Komunikasi 10,6 11,4 10,1 9,5 9,8 10,5 9,8 10,0 10,1 9,8 10,8
Jasa Keuangan dan Asuransi 13,2 11,0 9,2 3,5 3,2 4,9 1,5 10,2 7,6 2,5 10,3
Real Estate 8,9 7,7 5,4 4,3 4,7 4,9 5,1 5,3 5,3 5,0 4,8
Jasa Perusahaan 7,8 7,6 8,2 8,0 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1,6 -2,1 6,4 3,8 2,9 -2,5 2,6 6,9 4,7 6,6 1,2
Jasa Pendidikan 11,7 3,2 8,6 9,4 5,2 5,4 7,3 7,1 5,9 12,2 8,3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,9 5,2 8,3 10,7 7,7 8,5 9,9 6,1 7,3 8,2 6,5
Jasa lainnya 5,6 5,6 6,2 8,2 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,2
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7 4,7
Sumber: Badan Pusat Statistik
Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga dipicu oleh perlambatan pertumbuhan
Penyediaan Listrik dan Gas yang hanya tumbuh sebesar 0,6 persen (YoY), yang pada
triwulan III tahun 2014 dapat tumbuh sebesar 6,0 persen (YoY). Perlambatan ini
21 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
terjadi karena kontraksi pada pengadaan gas dan produksi es sebesar 6,4 persen
(YoY).
Selain itu, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial meningkat sebesar 6,5 persen (YoY)
meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III tahun
2014 yang besarnya 9,9 persen (YoY). Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor juga melambat dengan hanya tumbuh sebesar 1,5 persen
(YoY), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh
sebesar 4,8 persen (YoY). Perlambatan ini dipengaruhi oleh Perdagangan Besar dan
Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor yang melambat sebesar 1,5 persen (YoY).
Meskipun demikian, Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya tumbuh
sebesar 1,6 persen (YoY).
Perlambatan pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada Jasa Perusahaan dengan
pertumbuhan sebesar 7,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan III tahun 2014 yang besarnya 9,3 persen (YoY). Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum juga melambat, yaitu tumbuh sebesar 4,5 persen
(YoY) pada triwulan III tahun 2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III
tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,9 persen (YoY).
Sementara itu, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
tumbuh sebesar 1,2 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015 atau melambat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III tahun 2014 yang besarnya 2,6
persen (YoY). Jasa lainnya tumbuh sebesar 8,2 persen (YoY), lebih rendah
dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 9,5 persen (YoY).
Transportasi dan Pergudangan tumbuh 7,1 persen (YoY), lebih rendah dari
pertumbuhan pada triwulan III tahun 2014 yang besarnya 8,0 persen (YoY).
Perlambatan ini terjadi akibat perlambatan pertumbuhan Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan, Angkutan Laut, serta Angkutan Darat yang hanya tumbuh
masing-masing sebesar 1,5 persen (YoY), 1,6 persen (YoY), dan 7,5 persen (YoY).
Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY), juga melambat dibandingkan
dengan triwulan III tahun 2014 yang besarnya 5,0 persen (YoY) akibat kontraksi
yang besar pada Industri Tekstil dan Pakaian Jadi serta Industri Kayu, Barang dari
Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, masing-masing sebesar 6,1
persen (YoY) dan 3,8 persen (YoY).
Kinerja Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 3,2 persen (YoY),
lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,6 persen
(YoY). Kinerja tersebut menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan II tahun
2015 yang tumbuh sebesar 6,8 persen. Sementara itu, Real Estate tumbuh sebesar
4,8 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh
sebesar 5,1 persen (YoY).
22 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun
2015 ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pengeluaran Konsumsi
LNPRT dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang masing-masing tumbuh
sebesar 6,6 persen (YoY), 6,4 persen (YoY) dan 5,0 persen (YoY) pada triwulan III
tahun 2015. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang paling tinggi adalah Konsumsi
Kolektif yang tumbuh sebesar 8,9 persen (YoY), meningkat signifikan dibanding
disbanding triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY).
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)
URAIAN 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
5,5 5,2 5,4 5,4 5,4 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 5,0
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,5 6,4 6,7 12,8 23,7 22,8 5,6 -0,2 -8,3 -7,9 6,4
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,0 3,2 12,4 7,9 6,1 -1,5 1,3 2,8 2,7 2,1 6,6
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
7,9 5,5 6,0 2,1 4,7 3,7 3,9 4,3 4,4 3,7 4,6
Ekspor Barang dan Jasa 3,5 2,1 1,3 9,4 3,2 1,4 4,9 -4,5 -1,0 -0,1 -0,7
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
2,9 0,9 4,9 -0,9 5,0 0,4 0,3 3,2 -2,4 -6,9 -6,1
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7 4,7
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pada triwulan III tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit
yang Melayani Rumah Tangga) tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan III tahun 2014
yang besarnya 5,6 persen (YoY). Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi LNPRT
didorong oleh berbagai kegiatan persiapan menjelang PILKADA.
Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY),
meningkat cukup berarti dibandingkan pada triwulan III tahun 2014 yang tumbuh
sebesar 1,3 persen (YoY). Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada
triwulan III tahun 2015 didorong oleh peningkatan konsumsi kolektif yang besarnya
8,9 persen (YoY) dan penurunan konsumsi individu sebesar 2,8 persen (YoY).
Sementara itu, pada triwulan II tahun 2015 konsumsi kolektif terkontraksi sebesar
3,9 persen (YoY), dan sedangkan konsumsi individu tumbuh sebesar 12,9 persen
(YoY).
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan III tahun 2015 tumbuh
sebesar 4,6 persen (YoY), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan
PMTB pada triwulan III tahun 2014 yang besarnya mencapai 3,9 persen (YoY).
Peningkatan PMTB terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan kendaraan sebesar 6,8
persen (YoY), mesin dan perlengkapan sebesar 2,5 persen (YoY), serta bangunan
23 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
sebesar 6,3 persen (YoY). Produk kekayaan intelektual dan CBR terkontraksi
masing-masing sebesar 5,8 persen (YoY) dan 9,8 persen (YoY) pada triwulan III
tahun 2015. Sementara itu, peralatan lainnya melambat dan tumbuh sebesar 7,3
persen (YoY).
Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana
ekspor barang dan jasa masih terkontraksi sebesar 0,7 persen (YoY), memburuk
dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang pertumbuhannya mencapai 4,9 persen
(YoY). Pertumbuhan negatif tersebut terjadi akibat perlambatan ekonomi negara
mitra dagang seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,7 persen menjadi 2,0
persen, Tiongkok yang melambat dari 7,0 persen menjadi 6,9 persen, dan Singapura
dari 1,7 persen menjadi 1,4 persen. Sementara itu, ekspor barang non-migas yang
terkontraksi sebesar 2,6 persen (YoY). Selain itu, ekspor barang migas mengalami
perlambatan sebesar 7,3 persen (YoY). Meskipun demikian, ekspor jasa mampu
tumbuh tinggi sebesar 4,7 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan triwulan
III tahun 2014 yang pertumbuhannya sebesar 1,6 persen (YoY). Di sisi lain, impor
barang dan jasa terkontraksi sebesar 6,1 persen (YoY) atau menurun dibandingkan
triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 0,3 persen (YoY). Penurunan
pertumbuhan impor terjadi akibat terkontraksinya pertumbuhan impor barang non-
migas dan jasa yang masing-masing tumbuh 8,0 dan 6,0 persen (YoY).
Indeks Tendensi Konsumen
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III tahun 2015 mencapai 109,0
basis poin yang menunjukkan kondisi ekonomi konsumen sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen
disebabkan oleh peningkatan pada semua komponen indeks. Komponen pendapatan
rumah tangga meningkat dengan nilai sebesar 108,4. Selain itu, komponen pengaruh
inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari serta tingkat konsumsi beberapa
komoditi makanan juga meningkat dengan nilai sebesar 109,1 basis poin. Tingkat
optimisme konsumen ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II tahun 2015
yang mencapai 105,2.
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Pendapatan rumah tangga 108,8 110,7 113,5 106,1 96,63 104,4 108,4
Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari
110,4 112,6 109,9 106,3 109,0 105,6 109,1
Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)
112,5 108,5 113,2 113,0 100,7 105,6 111,6
Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2 109,0
Sumber: Badan Pusat Statistik
24 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Meskipun pada triwulan III tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun 3,0 persen
(YoY), masih terdapat optimisme konsumen yang menganggap triwulan III tahun
2015 lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme
konsumen pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan akan lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 dengan ITK sebesar 102,6 basis poin.
Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II tahun 2015
terutama didorong oleh penurunan perkiraan pendapatan rumah tangga sebesar
109,1 dan penurunan rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan
pesta/hajatan sebesar 102,6.
Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2013 2014 2015
Indeks TendensiKonsumen
104.7 108 112 109.6 110 110.8112.4107.6100.9105.2 109
Kenaikan YoY (persen)(RHS)
-1.7 -0.7 0.8 0.9 5.06212.59260.3571-1.825-8.273-5.054-3.025
-10-8-6-4-20246
92
96
100
104
108
112
116
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia menurun pada bulan Juli 2015 yang
besarnya 109,9. Pada bulan Agustus 2015, nilai IKK meningkat menjadi sebesar
112,6. Namun pada bulan September 2015, IKK mengalami pelemahan menjadi 97,5.
Pada bulan Oktober, nilai IKK meningkat tipis menjadi sebesar 99,3. Peningkatan
tersebut terutama didorong oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
sebesar 4 poin, meskipun Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) menurun 0,3 poin.
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari –Oktober 2015
KETERANGAN 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 120,2 120,2 116,9 107,4 112,8 111,3 109,9 112,6 97,5 99,3
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
109,7 110,3 107,5 98,9 102,6 100,3 98,8 101,2 87,8 87,5
Penghasilan saat ini 124,5 124,5 124,8 118,2 120,9 120,5 114,6 121,6 108,1 106,7
Ketersediaan lapangan kerja 96,5 95,6 93,5 84,3 89,5 86,1 84,9 85,0 68,6 66,8
Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
108,2 110,8 104,2 94,3 98,5 94,3 97,0 97,1 86,7 88,9
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 130,7 130,2 126,2 115,9 122,9 122,4 120,9 124,0 107,2 111,2
25 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
KETERANGAN 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt
Ekspektasi Penghasilan 143,4 144,1 141,9 135,1 139,5 138,7 137,7 143,4 128,8 131,0
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja
114,7 113,6 110,5 101,7 107,5 105,9 104,7 107,3 85,7 92,4
Ekspektasi Kegiatan Usaha 133,9 132,7 126,2 111,1 121,9 122,5 120,4 121,3 106,9 110,2
Sumber: Bank Indonesia
Pada bulan Oktober 2015, terjadi pelemahan IKE dibandingkan dengan bulan
sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden terhadap penghasilan yang
menurun dari 108,1 pada bulan September 2015 menjadi sebesar 106,7 pada bulan
Oktober 2015. Selain itu, pelemahan IKE juga disebabkan oleh persepsi responden
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang juga menurun dari 68,6 pada bulan
September 2015 menjadi sebesar 66,8 pada bulan Oktober 2015. Meskipun
demikian, indeks persepsi responden terhadap ketepatan waktu pembelian barang
tahan lama pada bulan Oktober 2015 sebesar 88,9 meningkat dibandingkan dengan
bulan September 2015.
Sementara itu, IEK pada bulan Oktober 2015 sebesar 111,2 meningkat dibandingkan
dengan IEK pada bulan September 2015 yang besarnya 107,2. Pada bulan Oktober
2015, indeks ekspektasi kegiatan usaha yang meningkat dari 106,9 pada bulan
September 2015 menjadi 110,2 pada bulan Oktober 2015. Di sisi lain, indeks
ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan indeks ekspektasi penghasilan juga
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6,7 dan 2,2 poin.
Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Oktober 2015
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt
2014 2015
Indeks Keyakinan Konsumen(IKK)
120,6120,1116,5120,2120,2116,9107,4112,8111,3109,9112,697,5 99,3
Kenaikan YoY (persen) (RHS) 10,1 5,1 0 3 3,4 -1,1 -5,7 -3,5 -4,3 -8,3 -6,32-18,6-17,7
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
0
20
40
60
80
100
120
140
Sumber: Bank Indonesia
Trend penurunan IKK terjadi pada bulan Agustus–Oktober 2015. Pada bulan
Agustus 2015, pertumbuhan IKK sempat menguat tipis sebesar 6,3 persen (YoY).
Pertumbuhan IKK pada bulan September 2015 melemah tajam sebesar 18,6 persen
26 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
(YoY). Sementara pada bulan Oktober 2015, IKK kembali menguat tipis sebesar 17,7
persen.
Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2015 defisit sebesar
USD 4,6 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan NPI pada triwulan II tahun
2015 yang mencapai surplus sebesar USD 2,9 miliar. Meskipun kinerja NPI tersebut
menurun, defisit neraca transaksi berjalan membaik yaitu dengan defisit sebesar
USD 4,0 miliar (1,9 persen PDB). Pada triwulan sebelumnya, defisit neraca transaksi
berjalan mencapai USD 4,2 miliar (2,0 persen PDB). Di sisi lain, surplus neraca
transaksi modal dan finansial pada triwulan III tahun 2015 sebesar USD 1,2 miliar
lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan II tahun 2015 sebesar USD
2,2 miliar. Sejalan dengan defisit NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan III
tahun 2015 turun menjadi USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.
Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015
85
90
95
100
105
110
115
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2013 2014 2015
Transaksi Berjalan Transaksi Modal dan Finansial
Neraca Keseluruhan Posisi Cadangan Devisa (RHS)
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja defisit neraca transaksi berjalan yang membaik pada triwulan III tahun 2015
didorong oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan non-migas, yaitu menjadi
sebesar USD 6,1 miliar. Nilai surplus tersebut meningkat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang sebesar USD 5,9 miliar. Perbaikan neraca perdagangan
non-migas tersebut didorong oleh penurunan impor yang relatif tajam, yaitu sebesar
18,2 persen (YoY) menjadi sebesar USD 36,0 miliar. Sementara itu, neraca
perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD 2,1 miliar atau relatif sama
dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena penurunan surplus neraca
perdagangan gas terkompensasi dengan penurunan defisit neraca perdagangan
minyak.
Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga didukung oleh penurunan defisit neraca
jasa sebesar persen 26,5 (YoY), menjadi sebesar USD 2,0 miliar pada triwulan III
tahun 2015. Membaiknya defisit neraca jasa tersebut disebabkan oleh menurunnya
27 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
impor jasa pengangkutan seiring penurunan impor barang dan kenaikan surplus
jasa perjalanan seiring meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara.
Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2013 2014 2015
Ekspor Non-migas Impor Non-migas Ekspor Migas Impor Migas
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan III tahun 2015
sebesar USD 1,2 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan II tahun 2015 yang
sebesar USD 2,2 miliar dan pada triwulan III tahun 2014 yang sebesar USD 14,7
miliar. Penurunan surplus tersebut disebabkan karena terjadinya net jual asing
surat utang pemerintah dan saham domestik.
Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2013 2014 2015
Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya
Sumber : Bank Indonesia
28 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Pada triwulan III tahun 2015, tercatat aliran investasi langsung sebesar USD 4,1
miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD
6,5 miliar seiring dengan dengan perlambatan perekonomian domestik dari 3,8
persen (QtQ) pada triwulan II tahun 2015 menjadi 3,2 persen (QtQ). Kinerja
tersebut terutama disebabkan oleh pembayaran pinjaman utang luar negeri dari
pihak afiliasi yang lebih tinggi, di saat aliran modal asing langsung melalui ekuitas
sedikit lebih rendah.
Investasi portofolio mengalami defisit sebesar USD 1,5 miliar, dari sebesar USD 6,3
miliar pada triwulan II tahun 2015. Masih berlanjutnya ketidakpastian kenaikan
suku bunga Fed Fund Rate, meningkatnya risiko pasar keuangan global, melemahnya
perekonomian domestik dan melemahnya nilai tukar Rupiah mempengaruhi
penurunan investasi portofolio. Peningkatan risiko pasar keuangan global terjadi
seiring kebijakan Bank Sentral Tiongkok yang melakukan devaluasi Yuan dan
mengadopsi sistem nilai tukar yang lebih fleksibel.
Sementara itu, investasi lainnya surplus sebesar USD 0,4 miliar atau membaik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami defisit sebesar USD 6,5
miliar. Surplus tersebut disebabkan oleh meningkatnya penarikan neto utang
dagang, meningkatnya transaksi penempatan simpanan sektor swasta asing di
dalam negeri serta pembayaran pinjaman luar negeri korporasi yang lebih rendah
dari pembayaran pada triwulan sebelumnya.
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan III Tahun 2015
2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
I. Transaksi Berjalan -6,0 -10,1 -8,6 -4,3 -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,2 -4,3 -4,0
A. Barang 1,6 -0,6 0,1 4,7 3,4 -0,4 1,6 2,4 3,1 4,1 4,1
- Ekspor 44,9 45,2 43,8 48,1 43,9 44,5 43,6 43,2 37,8 39,7 36,0
- Impor -43,3 -45,8 -43,7 -
43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -32,0
1. Barang Dagangan Umum
1,3 -0,8 -0,5 4,2 2,8 -0,7 1,2 2,2 2,7 3,8 4,0
- Ekspor, fob. 44,6 45,0 43,2 47,5 43,4 44,2 43,2 42,9 37,5 39,4 35,7
- Impor, fob. -43,3 -45,8 -43,7 -
43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -31,7
1. Non-migas 4,1 1,3 2,1 6,3 5,6 2,5 4,3 4,9 3,9 5,9 6,1
a. Ekspor 36,1 37,0 34,7 38,9 35,8 36,7 36,0 36,6 33,1 34,7 32,0
b. Impor -32,0 -35,8 -32,6 -
32,6 -30,2 -34,2 -31,6 -31,6 -29,1 -28,8 -25,9
2. Migas -2,9 -2,1 -2,6 -2,1 -2,7 -3,2 -3,1 -2,8 -1,3 -2,1 -2,1
a. Ekspor 8,5 7,9 8,5 8,7 7,6 7,5 7,3 6,4 4,4 4,6 3,7
b. Impor -11,3 -10,0 -11,2 -
10,8 -10,3 -10,7 -10,4 -9,2 -5,6 -6,8 -5,8
2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,1
29 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,4
- Impor, fob. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3
B. Jasa – jasa -2,6 -3,6 -2,8 -3,1 -2,1 -2,8 -2,5 -2,6 -1,9 -2,7 -2,0
II. Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
III. Transaksi Finansial
0,0 8,7 4,5 8,7 7,1 13,9 14,7 9,6 6,3 2,5 1,2
1. Investasi langsung 3,3 3,3 5,5 0,2 3,5 3,8 6,0 2,6 2,9 3,1 2,7
2. Investasi portofolio 3,8 3,8 1,5 1,8 8,7 8,0 7,4 1,9 8,5 5,7 -2,2
3. Investasi lainnya -6,9 1,6 -2,2 6,8 -4,9 2,1 1,4 5,1 -5,3 -6,5 0,4
IV. Total (I + II + III) -6,0 -1,4 -4,1 4,4 2,2 4,3 7,7 3,7 2,1 -2,0 -2,9
V. Selisih Perhitungan Bersih
-0,6 -1,0 1,5 0,0 -0,1 0,0 -1,2 -0,8 -0,9 -0,9 -1,7
VI. Neraca Keseluruhan (V + VI)
-6,6 -2,5 -2,6 4,4 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9 -4,6
- Posisi Cadangan Devisa
104,8 98,1 95,7 99,4 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0 101,7
Dalam Bulan Impor 5,7 5,4 5,2 5,5 5,7 6,1 6,3 6,4 6,6 6,8 6,8
Transaksi Berjalan (%PDB)
-2,7 -4,5 -3,9 -2,1 -2,3 -4,3 -3,0 -2,7 -1,9 -2,1 -1,9
Sumber : Bank Indonesia
30 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
Sampai dengan triwulan III tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai
Rp 279,6 triliun.
Sampai dengan triwulan III tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.091,1
triliun.
Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup
siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada akhir tahun 2010 menjadi Rp 2.299,9 triliun pada
Triwulan III tahun 2015
Sampai dengan bulan Triwulan III tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri mencapai
Rp45,41 triliun atau 99,0 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015.
31 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
Pembiayaan Utang Pemerintah
Dalam tahun 2015, utang pemerintah ditargetkan mencapai Rp 279,4 triliun (neto)
yang terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 297,7 triliun, pinjaman luar
negeri (neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto)
sebesar Rp 1,7 triliun. Dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus
menunjukkan peningkatan. Tabel 13 di bawah menunjukkan perkembangan
pembiayaan utang pemerintah selama lima tahun terakhir. Dalam periode lima
tahun terakhir (2010-2014), realisasi pembiayaan utang pemerintah meningkat
rata-rata sebesar 30,7 persen. Pada tahun 2010 pembiayaan utang pemerintah
mencapai sebesar Rp 86,9 triliun dan terus meningkat menjadi Rp 253,7 triliun di
tahun 2014. Di tahun 2014, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto)
sebesar Rp 265,0 triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp 13,4 triliun,
dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp 2,2 triliun.
Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan III Tahun 2015 (triliun rupiah)
Sumber : Kementerian Keuangan
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang
Pada tabel 14 dapat dilihat pagu dan realisasi pembiayaan utang sampai dengan
Triwulan III tahun 2015. Selama tahun 2015, target pembiayaan melalui pinjaman
(neto) adalah sebesar negatif Rp 18,3 triliun yang terdiri dari pinjaman luar negeri
(neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp
1,7 triliun. Sementara itu, target pembiayaan melalui SBN (neto) adalah sebesar Rp
297,7 triliun. Sampai dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi pembiayaan utang
seluruhnya mencapai Rp279,6 triliun. Jumlah ini melebihi nilai yang ditetapkan pada
APBN-P 2015 yang ditargetkan sebesar Rp 279,4 triliun.
Berdasarkan komposisinya, sampai dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi
pembiayaan utang melalui SBN (neto) memiliki porsi terbesar, yakni sebesar Rp
274,9 triliun atau mencapai 92,3 persen dari nilai yang ditetapkan dalam APBN-P
2015. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh pinjaman luar negeri dan pinjaman
Jenis Pembiayaan Utang
I SBN (Neto) 91.1 119.9 159.7 224.6 265.0 297.7 30.6 II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (4.6) (17.8) (23.5) (5.8) (13.4) (20.0) 31.0
a. Penarikan (Bruto) 54.8 33.7 31.4 51.4 50.7 44.2 (1.9) i. Pinjaman Program 29.0 15.3 15.0 18.4 16.9 7.5 (12.6) ii. Pinjaman Proyek 17.1 14.3 12.6 33.0 33.8 36.7 18.6 b. Penerusan Pinjaman (8.7) (4.2) (3.8) (3.9) (1.2) (3.4) (38.8) c. Pembayaran Cicilan Pokok (50.6) (47.3) (51.1) (57.2) (64.2) (64.2) 6.1
III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 0.4 0.6 0.8 0.5 2.2 1.7 53.3 Jumlah 86.9 102.7 137.0 219.3 253.7 279.4 30.7
Rata-Rata 2010-2014
Real 2013
Real 2014
APBN-P 2015
Real 2010
Real 2011
Real 2012
32 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014
dalam negeri. Sampai dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi pinjaman (neto)
mencapai Rp 4,8 triliun. Realisasi pinjaman luar negeri (neto) mencapai sebesar Rp
4,1triliun atau jauh melampaui target 593,5 persen dari nilai yang ditetapkan di
dalam APBN-P 2015 yang mencapai negatif Rp 20,0 triliun. Sementara itu,sampai
dengan akhir Triwulan III tahun 2015, realisasi pinjaman dalam negeri mencapai
angka Rp 0,7 triliun atau mencapai sebesar 42,7 persen dari nilai APBN-P 2015 yang
ditargetkan sebesar Rp 1,7 triliun.
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Triliun Rupiah)
Sumber : Kementerian Keuangan
Posisi Utang Pemerintah
Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2010-Triwulan III tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel 15 di bawah. Dalam kurun waktu 2010-September 2015, total
utang pemerintah pusat meningkat rata-rata sebesar 12,9 persen. Sampai dengan
Triwulan III tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.091,1 triliun.
Total utang pemerintah tersebut terdiri atas dua bagian, yakni utang dalam bentuk
pinjaman dan dalam bentuk SBN. Sampai dengan Triwulan III tahun 2015,
outstanding pinjaman pemerintah mencapai sebesar Rp 791,7 triliun atau naik rata-
rata sebesar 5,1, persen dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015.
Sementara itu, outstanding SBN sampai dengan Triwulan III tahun 2015 mencapai
Rp 2.299,4 triliun, atau meningkat rata-rata sebesar 16,7 persen.
T O T A L ( n e t o ) 2 1 9 . 3 2 5 3 . 7
P I N J A M A N ( n e t o ) - 5 . 3 - 1 1 . 3
P i n j a m a n L u a r N e g e r i ( n e t o ) - 5 . 8 - 1 3 . 4
- P i n j a m a n P r o g r a m 1 8 . 4 1 6 . 9
- P i n j a m a n P r o y e k 3 6 . 9 3 5 . 0
- P e n e r u s a n P i n j a m a n ( S L A ) - 3 . 9 - 1 . 2
- P e m b a y a r a n C i c i l a n P o k o k U L N - 5 7 . 2 - 6 4 . 2
P i n j a m a n D a l a m N e g e r i ( n e t o ) 0 . 5 2 . 2
- P i n j a m a n D a l a m N e g e r i 0 . 6 2 . 4
- P e m b a y a r a n C i c i l a n P o k o k P D N 0 . 1 0 . 2
S U R A T B E R H A R G A N E G A R A ( n e t o ) 2 2 4 . 7 2 6 5 . 0
- S B N 3 2 7 . 7 4 2 8 . 1
- J a t u h t e m p o d a n B u y b a c k S B N - 1 0 3 . 1 - 1 6 3 . 2
I N S T R U M E N R e a l 2 0 1 3 R e a l 2 0 1 4
2 7 9 . 4 2 7 9 . 6 1 0 0 . 1 %
- 1 8 . 3 4 . 8 4 8 3 . 4 %
- 2 0 . 0 4 . 1 5 9 3 . 5 %
7 . 5 3 0 . 9 4 1 1 . 4 %
4 1 . 1 1 5 . 4 3 7 . 5 %
- 4 . 5 - 1 . 5 3 4 . 2 %
- 6 4 . 2 - 4 0 . 7 6 3 . 4 %
1 . 7 0 . 7 4 2 . 7 %
2 . 0 0 . 7 3 2 . 6 %
0 . 3 - 0 . 1 - 2 2 . 8 %
2 9 7 . 7 2 7 4 . 9 9 2 . 3 %
4 5 2 . 2 3 9 8 . 2 8 8 . 1 %
- 1 5 7 . 1 - 1 2 3 . 3 7 8 . 5 %
A P B N - P 2 0 1 5 R e a l 2 0 1 5 P e r s e n t a s e
33 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan III Tahun 2015
Catatan:
*Termasuk semi commercial
**Beberapa termasuk semi concessional
***Seluruhnya termasuk commercial
Sumber : Kementerian Keuangan
Dari tabel 15 dapat dilihat persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang
pemerintah selama 2010-Triwulan III tahun 2015. Dalam kurun waktu tersebut,
porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan dari
36,7 persen di tahun 2010 menjadi 25,6 persen pada Triwulan III tahun 2015.
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan III Tahun 2015
Sumber: Kementerian Keuangan
Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah terus mengalami
peningkatan dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015. Sampai Triwulan III
tahun 2015, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai 74,4 persen dari total
utang pemerintah. Porsi outstanding SBN domestik terhadap total outstanding utang
secara rata-rata berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding SBN
valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami peningkatan dari 9,6 persen
pada tahun 2010 menjadi 21,0 persen pada Triwulan III tahun 2015.
T o t a l U t a n g
P e m e r i n t a h P u s a t
( d a l a m t r i l i u n
I D R ) a P i n j a m a n
( d a l a m t r i l i u n
I D R )
2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5
1 , 6 8 1 . 6 6 1 , 8 0 8 . 9 5
1 , 9 7 5 . 4 3 2 , 3 7 5 . 4 9
2 , 6 0 4 . 9 4 3 , 0 9 1 . 0 6
6 1 7 . 2 6
6 2 1 . 2 9 6 1 4 . 3 3
7 1 4 . 4 4 6 7 3 . 7 2
7 9 1 . 6 8
b S B N ( d a l a m
t r i l i u n I D R )
D e n o m i n a s i V a l a s
D e n o m i n a s i R u p i a h
P r o s e n t a s e P i n j a m a n
T e r h a d a p T o t a l
U t a n g P r o s e n t a s e
S B N V a l a s
T e r h a d a p T o t a l
U t a n g P r o s e n t a s e
S B N D o m e s t i k
T e r h a d a p T o t a l
U t a n g
1 , 0 6 4 . 4 0 1 , 1 8 7 . 6 6
1 , 3 6 1 . 1 0 1 , 6 6 1 . 0 5
1 , 9 3 1 . 2 2 2 , 2 9 9 . 3 8
1 6 1 . 9 7
1 9 5 . 6 3 2 6 4 . 9 1
3 9 9 . 4 0 4 5 6 . 6 2
6 5 0 . 0 4
9 0 2 . 4 3 9 9 2 . 0 3
1 , 0 9 6 . 1 9 1 , 2 6 1 . 6 5
1 , 4 7 4 . 6 0 1 , 6 4 9 . 3 4
3 6 . 7 % 3 4 . 3 % 3 1 . 1 % 3 0 . 1 % 2 5 . 9 % 2 5 . 6 % 9 . 6 % 1 0 . 8 % 1 3 . 4 % 1 6 . 8 % 1 7 . 5 % 2 1 . 0 %
5 3 . 7 % 5 4 . 8 % 5 5 . 5 % 5 3 . 1 % 5 6 . 6 % 5 3 . 4 %
T o t a l U t a n g
P e m e r i n t a h P u s a t
a P i n j a m a n
1 .
P i n j a m a n L u a r
N e g e r i B i l a t e r a l * ) M u l t i l a t e r a l * * ) K o m e r s i l * * * ) S u p p l i e r s * * * ) L a i n - L a i n * * * ) 2 .
P i n j a m a n D a l a m
N e g e r i
b S B N
D e n o m i n a s i V a l a s
D e n o m i n a s i R u p i a h
O u t s t a n d i n g ( d a l a m
I D R t r i l i u n )
2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 1 , 6 8 1 . 6 6
1 , 8 0 8 . 9 5 1 , 9 7 7 . 7 1
2 , 3 7 5 . 4 9
6 1 7 . 2 6 6 2 1 . 2 9
6 1 6 . 6 1 7 1 4 . 4 4
6 1 6 . 8 7
6 2 0 . 2 8 6 1 4 . 8 1
7 1 2 . 1 7
3 8 0 . 6 7 3 8 1 . 6 6
3 5 9 . 8 0 3 8 3 . 5 3
2 0 8 . 2 8
2 1 2 . 9 6 2 3 0 . 2 3
2 8 8 . 2 9
2 7 . 3 4 2 5 . 1 5
2 4 . 3 7 4 0 . 0 0
0 . 5 7
0 . 5 0 0 . 4 1
0 . 3 5
- -
- -
0 . 3 9
1 . 0 1 1 . 8 0
2 . 2 7
1 , 0 6 4 . 4 0 1 , 1 8 7 . 6 6
1 , 3 6 1 . 1 0 1 , 6 6 1 . 0 5
1 6 1 . 9 7
1 9 5 . 6 3 2 6 4 . 9 1
3 9 9 . 4 0
9 0 2 . 4 3 9 9 2 . 0 3
1 , 0 9 6 . 1 9 1 , 2 6 1 . 6 5
O u t s t a n d i n g ( d a l a m
I D R t r i l i u n ) R a t a - R a t a
2 0 1 4 2 0 1 0 - 2 0 1 5 2 , 6 0 4 . 9 4
3 , 0 9 1 . 0 6 1 2 . 9
6 7 3 . 7 2 7 9 1 . 6 8
5 . 1 6 7 0 . 8 1
7 8 7 . 8 7 5 . 0
3 3 2 . 2 2 3 6 9 . 3 4
- 0 . 6 2 9 2 . 0 1
3 6 5 . 4 5 1 1 . 9
4 6 . 3 4 5 2 . 8 8
1 4 . 1 0 . 2 4
0 . 1 9 - 1 9 . 6
- -
2 . 9 1
3 . 8 1 5 7 . 8
1 , 9 3 1 . 2 2 2 , 2 9 9 . 3 8
1 6 . 7 4 5 6 . 6 2
6 5 0 . 0 4 3 2 . 0
1 , 4 7 4 . 6 0 1 , 6 4 9 . 3 4
1 2 . 8
2 0 1 5
34 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014
Surat Berharga Negara (SBN)
Tabel 17 dibawah menunjukkan posisi outstanding SBN dalam kurun waktu 2010-
Triwulan III tahun 2015. Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada akhir tahun 2010
menjadi Rp 2.299,9 triliun pada Triwulan III tahun 2015. Dalam kurun lima tahun
terakhir, pasar keuangan domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke
tahun. Selama periode tersebut, penerbitan SBN domestik meningkat rata rata
sebesar 12,8 persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak pada
meningkatnya outstanding SBN domestik. Outstanding SBN domestik meningkat
dari Rp 902,4 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 1.650,4 triliun pada Triwulan III
tahun 2015.
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah)
Sumber: Kementerian Keuangan
Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas di pasar internasional juga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu 2010-Triwulan
III tahun 2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 32,0 persen.
Outstanding SBN valas meningkat dari Rp 162,0 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp
J E N I S S B N
I . S B N
R u p i a h F i x e d
R a t e O R I V a r i a b l e
R a t e Z e r o
C o u p o n S P N S B S N S U P S B R S D H I T o t a l
S B N R u p i a h
I I . S B N
V a l a s I N D O S B S N
V a l a s R I E U R O R I J P Y T o t a l
S B N V a l a s
G R A N D T O T A L
S B N ( I + I I )
A s u m s i K u r s
( I D R / U S D )
A s u m s i K u r s
( I D R / J P Y )
A s u m s i K u r s
( I D R / E U R )
N i l a i S B N
V a l a s - I N D O
( d a l a m m i l i a r
U S D ) - S B S N
( d a l a m m i l i a r
U S D ) - R I E U R O
( d a l a m m i l i a r
E U R O ) - R I J P Y
( d a l a m m i l i a r
J P Y )
K o m p o s i s i S B N
R u p i a h ( d a l a m
% ) S B N
V a l a s ( d a l a m
% )
3 1 D e s
2 0 1 0
3 9 9 , 7 2 4
4 0 , 6 7 2
1 4 2 , 7 9 5
2 , 5 1 2
2 9 , 7 9 5
2 5 , 7 1 7
2 4 8 , 4 3 2
-
1 2 , 7 8 3
9 0 2 , 4 3 0
1 4 5 , 6 5 4
5 , 8 4 4
1 0 , 4 7 8
1 6 1 , 9 7 6
1 , 0 6 4 , 4 0 6
8 , 9 9 1
1 1 0
1 6 . 2 0
0 . 6 5
9 5 . 0 0
0 . 8 5
0 . 1 5
3 1 - D e c - 1 1
4 8 5 , 5 1 5
3 1 , 6 2 7
1 3 5 , 0 6 3
2 , 5 1 2
2 9 , 9 0 0
3 8 , 9 8 8
2 4 4 , 6 3 6
-
2 3 , 7 8 3
9 9 2 , 0 2 5
1 6 9 , 5 7 2
1 4 , 9 6 2
1 1 , 0 9 6
1 9 5 , 6 3 0
1 , 1 8 7 , 6 5 5
9 , 0 6 8
1 1 7
1 8 . 7 0
1 . 6 5
9 5 . 0 0
0 . 8 4
0 . 1 6
3 1 - D e c - 1 2 3 1 - D e c - 1 3 3 1 - D e c - 1 4 3 0 - S e p - 1 5
5 7 6 , 2 4 0 7 0 7 , 3 9 1
8 9 1 , 8 6 6 1 , 0 3 9 , 7 9 6
3 4 , 1 5 3
4 3 , 8 8 2 5 4 , 0 9 7
5 4 , 0 9 8
1 2 2 , 7 5 5 1 2 2 , 7 5 5
1 1 3 , 3 4 4 1 0 4 , 1 8 0
1 , 2 6 3
- -
-
2 2 , 8 2 0 3 4 , 0 5 0
3 9 , 9 5 0 4 0 , 4 5 0
6 3 , 0 3 5
8 7 , 1 7 4 1 1 0 , 7 0 4
1 5 0 , 4 3 3
2 4 0 , 1 4 4 2 3 4 , 8 7 0
2 2 9 , 0 5 4 2 2 3 , 8 6 4
-
- 2 , 3 9 1
2 , 3 9 1
3 5 , 7 8 3 3 1 , 5 3 3
3 3 , 1 9 7 3 5 , 1 9 7
1 , 0 9 6 , 1 9 3
1 , 2 6 1 , 6 5 5 1 , 4 7 4 , 6 0 3
1 , 6 5 0 , 4 0 9
2 2 1 , 9 2 7 3 3 0 , 8 0 9
3 6 3 , 1 2 4 4 7 9 , 0 3 9
2 5 , 6 2 6
5 0 , 5 8 4 6 2 , 2 0 0
1 0 2 , 5 7 8
1 5 , 1 3 3 3 6 , 8 0 8
1 7 , 3 5 5
1 8 , 0 0 6 1 6 , 1 5 9
3 1 , 0 8 2
2 6 4 , 9 0 7 3 9 9 , 4 0 0
4 5 6 , 6 1 6 6 4 9 , 5 0 7
1 , 3 6 1 , 1 0 0
1 , 6 6 1 , 0 5 5 1 , 9 3 1 , 2 1 8
2 , 2 9 9 , 9 1 5
9 , 6 7 0 1 2 , 1 8 9
1 2 , 4 4 0 1 4 , 6 5 7
1 1 2
1 1 6 1 0 4
1 2 2 . 3 2
1 5 , 1 3 3 1 6 , 4 9 2
2 2 . 9 5 2 7 . 1 4
2 9 . 1 9 3 2 . 6 9
2 . 6 5
4 . 1 5 5 . 0 0
7 . 0 0
1 . 0 0 2 . 2 5
1 5 5 . 0 0
1 5 5 . 0 0 1 5 5 . 0 0
2 5 5 . 0 0
0 . 8 1 0 . 7 6
0 . 7 6 0 . 7 2
0 . 1 9
0 . 2 4 0 . 2 4
0 . 2 8
35 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014
650,0 triliun pada Triwulan III tahun 2015. Dalam mata uang asing, sampai dengan
Triwulan III tahun 2015, outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah
sebesar USD 32,69 miliar dan mata uang Yen Jepang sebesar JPY255,00 miliar dan
dalam mata uang Euro sebesar EUR 2,25 miliar. Penerbitan SBN dalam mata uang
EUR ini dilakukan Pemerintah untuk pertama kalinya pada bulan Juli 2014 sebesar
EUR 1,0 miliar dan kemudian pada bulan Juli 2015 sebesar EUR 1,25 miliar.
Euro bonds diharapkan dapat membuka basis investor baru bagi pemerintah untuk
menerbitkan surat utang di masa depan. Permintaan atas Euro bonds sangat tinggi
yang menunjukkan bahwa kepercayaan asing terhadap Indonesia makin meningkat.
Selain itu strategi yang dilakukan pemerintah ketika yield dalam dolar naik, maka
pemerintah masuk ke Euro dimana yield di Euronya mengalami penurunan. Imbal
hasil (yield) Euro bonds ini juga jauh lebih rendah, sedangkan harganya juga lebih
bagus. Selain membuka basis investor baru, penerbitan Euro bonds juga diharapkan
mampu memperoleh suatu benchmark yield curve surat utang Indonesia yang baru
yang akan menjadi referensi bagi para pihak di Indonesia di kemudian hari dalam
menerbitkan Euro bonds.
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)
Sumber : Kementerian Keuangan
Selanjutnya tabel 18 menunjukkan target dan realisasi penerbitan SBN 2015 (neto)
terkait perannya sebagai instrumen utama pembiayaan APBN. Dalam upaya
pemenuhan target pembiayaan SBN neto, penerbitan SBN dilakukan secara periodik.
Kenaikan penerbitan SBN dalam kurun waktu lima tahun terakhir antara lain
ditujukan untuk refinancing. Refinancing tersebut dilakukan melalui penerbitan
utang baru yang mempunyai syarat dan kondisi yang lebih baik. Sampai dengan
T a r g e t N o m i n a l R e a l i s a s i % R e a l i s a s i s d 3 0 S e p t e m b e r 2 0 1 5
S B N N e t t o 2 7 7 , 0 4 9 , 8 0 0 2 9 7 , 6 9 8 , 3 8 2 2 7 4 , 8 6 0 , 9 1 9 9 2 . 3 3 % S B N J a t u h T e m p o 2 0 1 5 1 5 3 , 6 1 2 , 3 2 4 1 5 4 , 1 1 2 , 3 2 4 1 2 1 , 9 1 9 , 2 8 7 7 9 . 1 1 % R e n c a n a B u y b a c k 3 , 0 0 0 , 0 0 0 3 , 0 0 0 , 0 0 0 1 , 4 0 1 , 2 9 0 4 6 . 7 1 % K e b u t u h a n P e n e r b i t a n 2 0 1 5 ( G r o s s ) * 4 3 0 , 6 6 2 , 1 2 4 4 5 2 , 1 8 5 , 7 0 6 3 9 8 , 1 8 1 , 4 7 7 8 8 . 0 6 % S U N 2 9 6 , 3 3 4 , 4 6 2 S U N D o m e s t i k 2 0 9 , 7 6 0 , 0 0 0 - O N 1 6 2 , 6 1 0 , 0 0 0 - S P N 4 4 , 1 5 0 , 0 0 0 - P r i v a t e P l a c e m e n t 3 , 0 0 0 , 0 0 0 - S U N R I T E L - S U N V a l a s 8 6 , 5 7 4 , 4 6 2 S B S N 1 0 1 , 8 4 7 , 0 3 5 S B S N D o m e s t i k 7 5 , 4 2 5 , 0 3 5 S B S N V a l a s 2 6 , 4 2 2 , 0 0 0 * M e n y e s u a i k a n R e a l i s a s i C a s h M a n a g e m e n t d a n D e b t S w i t c h
U r a i a n T a r g e t A P B N - P 2 0 1 5
36 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014
Triwulan III tahun 2015, realisasi penerbitan SBN neto mencapai Rp 274,9 triliun
atau mencapai 92,3 persen persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN-P 2015.
Posisi kepemilikan SBN domestik sampai dengan Triwulan III tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Dari sisi kepemilikan SBN domestik, sampai
dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi penerbitan SBN domestik lebih banyak
diserap oleh investor nonbank; terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana,
dan investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN domestik yang
diserap oleh investor nonbank mencapai Rp 905,3 triliun atau 65,0 persen dari total
SBN domestik. Investor perbankan menyerap Rp 400,7triliun atau 28,8 persen dari
total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar 6,2 persen dimiliki oleh institusi
pemerintah.
Selanjutnya dari tabel 19 dapat dilihat juga bahwa kepemilikan SBN domestik oleh
investor non-bank dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015 meningkat
rata-rata sebesar 17,4 persen. Peningkatan ini lebih besar dibanding peningkatan
kepemilikan SBN domestik oleh investor perbankan yang meningkat rata-rata 13,0
persen dari Rp 217,27 triliun di akhir tahun 2010 menjadi Rp 400,7 triliun pada
Triwulan III tahun 2015. Sedangkan kepemilikan SBN domestik oleh Institusi
Pemerintah meningkat tinggi rata-rata sebesar 37,8,0 persen dari Rp 17,42 triliun di
tahun 2010 menjadi Rp 86,5 triliun pada Triwulan III tahun 2015.
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah)
Sumber : Kementerian Keuangan
Selanjutnya dalam tabel 19 dapat dilihat juga persentase kepemilikan SBN domestik.
Dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015, kepemilikan investor asing pada
SBN meningkat rata-rata sebesar 21,7 persen. Besarnya kepemilikan asing
mengindikasikan bahwa investor asing memiliki kepercayaan terhadap kondisi
fundamental perekonomian di dalam negeri. Namun demikian, besarnya
kepemilikan asing terhadap SBN tersebut perlu diwaspadai karena sangat rentan
B a n k B a n k
B U M N R e k a p
B a n k S w a s t a
R e k a p B a n k
N o n R e k a p
B P D
R e k a p B a n k
S y a r i a h
I n s t i t u s i P e m e r i n t a h
N o n B a n k s
R e k s a d a n a A s u r a n s i A s i n g D a n a
P e n s i u n
S e k u r i t a s I n d i v i d u L a i n
l a i n
T o t a l
2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 R a t a - R a t a P e r s e n t a s e
K e p e m i l i k a n 2 1 7 . 2 7
2 6 5 . 0 3 2 9 9 . 6 6
3 3 5 . 4 3 3 7 5 . 5 5
4 0 0 . 6 7 1 3 . 0 2 8 . 7 8 %
1 3 1 . 7 2 1 4 8 . 6 4
1 4 7 . 5 2
5 4 . 9 3 6 7 . 3 3
8 1 . 5 8
2 6 . 2 6 4 2 . 8 4
6 2 . 0 7
1 . 4 1 4 . 3 2
3 . 6 7
2 . 9 5 1 . 9 0
4 . 8 3
1 7 . 4 2 7 . 8 4
3 . 0 7 4 4 . 4 4
4 1 . 6 3 8 6 . 4 6
3 7 . 8 6 . 2 1 %
4 0 6 . 5 2 4 5 0 . 7 5
5 1 7 . 5 3 6 1 5 . 3 8
7 9 2 . 7 7 9 0 5 . 2 8
1 7 . 4 6 5 . 0 2 % 5 1 . 1 6
4 7 . 2 2 4 3 . 1 9
4 2 . 5 0 4 5 . 7 9
6 1 . 6 3 3 . 8 4 . 4 3 %
7 9 . 3 0 9 3 . 0 9
8 3 . 4 2 1 2 9 . 5 5
1 5 0 . 6 0 1 6 5 . 7 1
1 5 . 9 1 1 . 9 0 % 1 9 5 . 7 6
2 2 2 . 8 6 2 7 0 . 5 2
3 2 3 . 8 3 4 6 1 . 3 5
5 2 3 . 3 8 2 1 . 7 3 7 . 5 9 %
3 6 . 7 5 3 4 . 3 9
5 6 . 4 6 3 9 . 4 7
4 3 . 3 0 4 7 . 9 0
5 . 4 3 . 4 4 % 0 . 1 3
0 . 1 4 0 . 3 0
0 . 8 8 0 . 8 1
0 . 1 9 7 . 9 0 . 0 1 %
3 2 . 4 8 3 0 . 4 1
2 8 . 6 3 2 . 0 6 %
4 3 . 4 3 5 3 . 0 5
6 4 . 6 4 4 6 . 6 8
6 0 . 5 1 7 7 . 8 3
1 2 . 4 5 . 5 9 %
6 4 1 . 2 1 7 2 3 . 6 2
8 2 0 . 2 6 9 9 5 . 2 5
1 , 2 0 9 . 9 5 1 , 3 9 2 . 4 1
1 6 . 8 1 . 0 0
37 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014
terhadap risiko terjadinya sudden reversal yang dapat berdampak sistemik terhadap
perekonomian secara nasional. Untuk mengantisipasi terjadinya resiko tersebut,
berbagai kebijakan dilakukan pemerintah, antara lain dengan melakukan
penyempurnaan terhadap protokol manajemen krisis (crisis management
protocol/CMP) di pasar SBN dan mempersiapkan skema mekanisme stabilisasi
pasar SBN melalui Bond Stabilisation Framework (BSF).
Pinjaman
Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman
dalam negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan
pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi pembiayaan utang melalui
pinjaman pada tahun 2010-Triwulan III tahun 2015. Sampai dengan bulan Triwulan
III tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp 45,41 triliun atau 99,0
persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015. Realisasi pinjaman luar
negeri tersebut merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru
mencapai Rp 13,90 triliun atau 37,9 persen dari pagu APBN-P 2015 dan pinjaman
program sebesar Rp 30,85 triliun atau melampaui pagu APBN-P 2015 mencapai
sebesar 411,4 persen dari pagu APBN-P 2015. Masih rendahnya realisasi pinjaman
proyek, antara lain disebabkan oleh lambatnya proses pengadaan barang dan jasa,
lambatnya proses pembebasan lahan dan pemberian ijin pemanfaatan lahan,
perubahan desain proyek, reorganisasi dan perubahan nomenklatur beberapa K/L,
penggantian pejabat perbendaharaan, serta adanya rencana pembatalan
pembiayaan beberapa proyek melalui pinjaman luar negeri. Selain itu, pelaksanaan
proyek dalam semester I tahun 2015 pada umumnya baru sampai pada tahap
penyelesaian proses pengadaan barang dan jasa, sehingga penyerapan dana masih
terbatas pada pembayaran uang muka atau kegiatan persiapan proyek. Sementara
itu terkait realisasi pinjaman program, tingginya realisasi pinjaman program
disebabkan karena pencairan pinjaman program telah dilakukan sesuai dengan
jadwal penarikan dan proses penyelesaian policy matrix telah selesai. Selanjutnya
adalah realisasi pinjaman dalam negeri. Sampai dengan akhir Triwulan III tahun
2015 realisasi pinjaman dalam negeri mencapai Rp 0,65 triliun atau sebesar 38,6
persen dari pagu APBN-P 2015.
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah)
Sumber : Kementerian Keuangan
P I N J A M A N P i n j a m a n
L u a r N e g e r i
- P i n j a m a n
P r o g r a m - P i n j a m a n
P r o y e k P i n j a m a n
D a l a m N e g e r i
J E N I S P E M B I A Y A A N
U T A N G
5 5 . 1 9 3 4 . 3 7 3 1 . 9 5 5 1 . 8 7 5 2 . 9 0 4 5 . 8 7 4 5 . 4 1 9 9 . 0 % 5 4 . 7 9 3 3 . 7 5 3 1 . 0 2 5 1 . 4 0 5 0 . 7 2 4 4 . 1 8 4 4 . 7 5 1 0 1 . 3 % 2 8 . 9 7 1 5 . 2 7 1 5 . 0 0 1 8 . 4 3 1 6 . 9 0 7 . 5 0 3 0 . 8 5 4 1 1 . 4 % 2 5 . 8 2 1 8 . 4 8 1 6 . 0 5 3 2 . 9 7 3 3 . 8 2 3 6 . 6 8 1 3 . 9 0 3 7 . 9 % 0 . 4 0 0 . 6 2 0 . 8 0 0 . 4 8 2 . 1 8 1 . 6 9 0 . 6 5 3 8 . 6 %
R e a l 2 0 1 0 R e a l
2 0 1 1 R e a l 2 0 1 2 R e a l
2 0 1 4 % R e a l 2 0 1 3 A P B N - P
2 0 1 5 R e a l 2 0 1 5
38
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar USD 36.721,5
juta, mengalami penurunan sebesar 16,3 persen jika dibandingkan dengan triwulan III
tahun 2014.
Pada akhir triwulan III tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 33.992,8
juta atau menurun sebesar 23,5 persen (YoY).
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan III tahun 2015 mengalami surplus
sebesar USD 2.704,7 juta, yang disebabkan karena neraca perdagangan sektor nonmigas
surplus sebesar USD 4.615,2 juta.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK
DAN INTERNASIONAL
39
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Penundaan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/10/2015
tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu Tetap Meresahkan Pengusaha
Elektronika
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/10/2015 (Permendag Nomor
87/2015) tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu ditetapkan dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing nasional, dimana terjadi penyederhanaan
perizinan di bidang perdagangan, khususnya impor produk tertentu. Permendag
Nomor 87/2015 tersebut diterbitkan oleh Menteri Perdagangan pada 15 Oktober 2015
dan rencananya diberlakukan mulai 1 November 2015. Namun kebijakan tersebut
banyak menuai kritik dari kalangan pengusaha.
Dalam Permendag Nomor 87/2015, Menteri Perdagangan menghapus ketentuan
penetapan sebagai Importir Terdaftar (IT) Produk Tertentu. Produk tertentu yang
dimaksud adalah kosmetik, pakaian jadi, obat tradisional, elektronik, alas kaki, mainan
anak. Dengan begitu, impor produk-produk tersebut tidak memerlukan IT lagi, hanya
perlu Angka Pengenal Importir Umum (API-U) saja. Gabungan Pengusaha Elektronik
(Gabel) menyatakan bahwa aturan impor ini akan membuat impor ilegal, terutama
elektronika, semakin membanjiri pasar Indonesia. Sebab, kini pemegang API-U bisa
mengimpor semua produk tertentu yang tertera di Permendag Nomor 87/2015, tidak
terbatas pada 1 produk saja.
Dengan adanya Permendag Nomor 87/ 2015, perusahaan asing bisa dengan mudahnya
membuat API-U, membuat kantor di Indonesia dengan hanya mempekerjakan sekitar 5
orang karyawan, menyewa gudang, lalu berdagang di Indonesia. Sementara industri
dalam negeri sendiri belum dapat berkompetisi.
Gabel menilai aturan baru Menteri Perdagangan ini tidak mendukung industri di dalam
negeri dan mendorong pengusaha hanya menjadi pedagang/importir saja. Oleh karena
itu, Permendag Nomor 87/2015 diharapkan dapat segera direvisi.
Kementerian Perdagangan Berencana Melakukan Redefinisi Kebutuhan Barang
Komplementer, Tes Pasar, dan After Sales Untuk Importir Produsen
Sesuai dengan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap 1, Kementerian Perdagangan telah
menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015
(Permendag Nomor 70/2015) tentang Angka Pengenal Importir (API) yang tujuannya
adalah melakukan penyederhanaan ketentuan mengenai API. Dalam Permendag
No.70/2015, Angka Pengenal Importir (API) dibedakan menjadi dua yaitu API
Produsen (API-P) dan API Umum (API-U). API U digunakan bagi importir yang
melakukan impor barang apa saja, yang bertujuan untuk diperdagangkan. Sementara
untuk API-P, digunakan oleh importir yang melakukan impor barang untuk
dipergunakan sendiri, yaitu impor bahan baku, bahan penolong, bahan barang modal,
40
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
atau bahan yang mendukung produksinya. Barang yang diimpor tersebut tidak boleh
dipindahtangankan.
Dalam peraturan sebelumnya, Permendag Nomor 27/2012, importir produsen masih
diperbolehkan untuk melakukan impor barang komplementer, barang untuk keperluan
tes pasar dan layanan purnajual, sepanjang mendapat rekomendasi dari Kementerian
Perindustrian. Impor barang-barang tersebut dapat dipindahtangankan kepada
konsumen langsung. Namun berdasarkan Permendag Nomor 70/2015 yang akan
berlaku pada 1 Januari 2016, importir produsen tidak lagi diperbolehkan untuk
mengimpor barang-barang tersebut.
Menurut Kementerian Perdagangan, pembatasan terhadap API-P bukan bertujuan
untuk membatasi ruang gerak importir produsen. Namun berdasarkan praktek yang
berlaku selama ini disinyalir banyak importir produsen yang menyalahgunakan API-P,
seperti impor barang untuk keperluan tes pasar namun dilakukan dalam jangka waktu
yang cukup lama sampai 5-10 tahun. Oleh sebab itu Kementerian Perdagangan akan
melakukan redefinisi atas Kebutuhan Barang Komplementer, Tes Pasar, dan After Sales
untuk importir Produsen. Diharapkan ketentuan tersebut tidak membuka celah bagi
produsen untuk berubah fungsi sebagai pedagang.
Penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 72/M-DAG/PER/9/2015
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-
DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan
Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan Jasa
yang Diperdagangkan
Pada tanggal 28 September 2015, Kementerian Perdagangan melakukan revisi atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-DAG/PER/3/2007 (Permendag Nomor
14/2007) tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan Jasa yang Diperdagangkan,
menjadi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 72/M-DAG/PER/9/2015 (Permendag
Nomor 72/2015). Permendag Nomor 14/2007 tersebut masuk sebagai salah satu
peraturan yang didebirokratisasi dalam Paket Kebijakan Ekonomi Tahap 1.
Perubahan ketentuan mengenai SNI wajib tersebut dilakukan dalam rangka: (1)
simplifikasi perizinan impor yang dapat mempercepat arus dokumen; (2)
penyederhanaan terhadap persyaratan perizinan yang mengunci waktu pengurusan
perizinan terhadap izin transaksional; (3) mendorong percepatan pelayanan perizinan
di K/L teknis secara real time online dan terintegrasi dalam INSW; serta memperbaiki
kinerja pelayanan perizinan perdagangan. Secara garis besar, revisi Permendag Nomor
72/2015 adalah terkait 3 (tiga) hal yaitu:
(1) Mekanisme pengawasan pra pasar, dimana sebelumnya mekansime pengawasan
pra pasar terhadap produk impor dilakukan melalui Surat Pendaftaran Barang
(SPB) dan SPB tersebut wajib dimiliki importir setiap kali melakukan impor, saat
41
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
ini mekanisme pengawasan produk hanya dilakukan melalui Nomor Pendaftaran
Barang (NPB). NPB wajib dimiliki oleh importir produk SNI yang diberlakukan
wajib dan berlaku sesuai dengan masa berlaku Sertifikat Produk Pengguna Tanda
(SPPT) SNI.
(2) Waktu pelayanan, dimana terdapat pengurangan jangka waktu penerbitan NPB.
Sebelumnya penerbitan NPB dilakukan maksimal 5 hari kerja sejak permohonan
diterima lengkap dan benar, serta surat penolakan NPB diterbitkan maksimal 3 hari
kerja sejak permohonan diterima. Saat ini penerbitan NPB dilakukan maksimal 3
hari kerja sejak permohonan diterima lengkap dan benar, sedangkan surat
penolakan NPB diterbitkan maksimal 2 hari kerja sejak permohonan diterima.
(3) Sanksi, dimana terhadap barang impor SNI wajib yang berada di kawasan pabean
akan dilakukan pemusnahan dan wajib re-ekspor apabila permohonan SPB ditolak
atau tidak memiliki SPPT-SNI. Saat ini, sanksi yang dilakukan adalah pembekuan
NPB (sampai pelaku usaha menyampaikan hasil perbaikan) terhadap barang impor
yang ditemukan tidak sesuai SNI serta pemusnahan dan kewajiban re-ekspor
terhadap barang impor SNI wajib di kawasan pabean yang tidak memiliki NPB.
Isu terkait Permendag Nomor 72/2015 saat ini adalah terkait sweeping terhadap
barang impor yang beredar di pasaran. Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal
Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa Permendag Nomor
72/2015 hanya diberlakukan terhadap barang-barang yang diberlakukan SNI wajib.
Dari total 8.000 lebih barang, baru 118 barang yang sudah diberlakukan SNI wajib,
sehingga pedagang eceran tidak perlu khawatir. Melalui peraturan tersebut justru
diharapkan pedagang eceran dapat ikut berperan aktif untuk melakukan pengawasan
barang beredar, dengan cara memperhatikan NPB dan ketentuan lain atas barang yang
ditawarkan oleh pemasoknya.
Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Berupa Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-03/PJ/2015 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-03/PJ/2015 tentang Penyampaian Surat
Pemberitahuan Elektronik yang diterbitkan pada 13 Februari 2015 mengatur
mengenai pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) dapat dilaukan dalam bentuk
formulir kertas (hardcopy) ataupun dokumen elektronik. Penyampaian dokumen SPT
selain dengan cara langsung mauun melalui pos, melalui perusahaan jasa ekspedisi,
juga dapat di lakukan melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak,
antara lain melalui elektronik. Dengan demikian, penyampaian surat pemberitahuan
pajak (SPT) secara elektronik ini akan memudahkan wajib pajak karena akan lebih irit
waktu, tidak perlu menyampaiakan secara hardcopy, yang tentunya juga memerlukan
waktu dan biaya untuk menyampaikan dokumen tersebut. Dengan di terbitkannya
peraturan tersebut, sangat mendukung upaya Indonesia untuk perbaikan peringat
42
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
kemudahan usaha (Ease of Doing Business). Peraturan tersebut mendukung salah satu
indikator EoDB, yaitu indikator Paying Taxes.
Penerbitan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana
Selain peraturan Dirjen Pajak, dalam rangka mendukung perbaikan peringkat
Indonesia dalam kemudahan berusaha/Ease of Doing Business (EoDB), pada indikator
Kemudahan Penegakan Kontrak/Enforcing Contract, Mahkamah Agung telah
mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana pada 7 Agustus 2015. Dalam peraturan tersebut, yang
di maksud penyelesaian gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksanaan di
persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan material paling banyak Rp
200.000.00 (dua ratus juta rupiah) sesuai definisi penyelesaian gugatan sederhana
pada pasal 1 ayat 1. Pengadilan ini dilakukan oleh hakim tunggal, dengan waktu
penyelesaian dua puluh lima (25) hari dan sekali banding dengan keputusan tetap
selama 30 hari.
Tahapan penyelesaian gugatan sederhana dalam pasal 5 di atur bahwa Gugatan
sederhana diperiksa dan diputus oleh Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan.
Adapun Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana meliputi: a. pendaftaran;
pemeriksaan gugatan sederhana; c. penetapan hakim dan penunjukan panitera
pengganti; d. pemeriksaan pendahuluan; e. penetapan hari siding dan pemanggilan
para pihak; f. pemeriksaan siding dan perdamaian; g. Pembuktian; dan h. putusan.
Dalam peraturan ini juga di sebutkan terdapat dua jenis perkara yang tidak bisa
diselesaikan dalam small claim court. Pertama, perkara yang penyelesaian sengketanya
dilakukan melalui pengadilan khusus sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Kedua, perkara sengketa hak atas tanah (Pasal 3 ayat (2).
Hasil Utama Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat
Trans Pacific Partnership (TPP) telah mencapai kesepakatan diantara 12 negara
anggotanya pada 5 Oktober 2015. Mereka sepakat untuk memangkas tarif dan
menetapkan standar umum perdagangan antar negara-negara anggota TPP. Sebagai
informasi, TPP adalah kerjasama perdagangan regional yang melibatkan 12 negara di
kawasan pasifik yang merepresentasikan sekitar 40 persen (sumber: office of the US
trade representative; 2015) dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Terkait telah disepakatinya kerjasama TPP, Pemerintah menyiratkan ketertarikannya
untuk bergabung dalam TPP. Hal ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo ketika
bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, pada akhir bulan Oktober
2015. Namun demikian, masih diperlukan waktu yang panjang untuk Indonesia dapat
bergabung ke dalam TPP, banyak perhitungan yang harus dilakukan dan banyak pula
peraturan harus diubah. Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam TPP setelah TPP
mencapai kesepakatan, maka berarti Indonesia tidak mempunyai kesempatan untuk
43
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
bernegosiasi dengan semua negara anggota dan harus siap untuk mengadopsi seluruh
kerangka kerjasama TPP yang telah disepakati. Jika aturan yang diterapkan di dalam
negeri belum sesuai dengan aturan yang disepakati dalam TPP, maka Indonesialah
yang harus melakukan penyesuaian.
Salah satu pertimbangan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah cakupan TPP
yang luas dengan tingkat liberalisasi yang tinggi. Persyaratan ini membuat Indonesia
harus membuka sektor-sektor yang selama ini dinilai sensitif. Dengan kata lain,
Indonesia pun harus siap melakukan reformasi ekonomi dan regulasi, seperti yang
dilakukan negara-negara ASEAN yang tergabung dalam TPP yaitu Vietnam, Brunei, dan
Malaysia. Sebagai catatan, saat ini pemerintah masih fokus dalam proses penyelesaian
perundingan perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yaitu
suatu blok kerja sama ekonomi yang beranggotakan negara-negara ASEAN dan enam
negara mitra lainnya, yaitu Australia, Tiongkok, India, Jepang, Korea, dan Selandia Baru.
Selain itu, pemerintah juga telah memulai kembali persiapan perundingan Indonesia-EU
CEPA (European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement), yaitu suatu
perjanjian perdagangan yang cakupannya hampir setingkat dengan TPP. Jika Indonesia
dapat menyelesaikan perundingan RCEP dan Indonesia-EU CEPA, maka hal tersebut
dapat dijadikan sebagai batu loncatan bagi Indonesia untuk bergabung ke dalam TPP.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
Perkembangan Ekspor
Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga September 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar USD 36.721,5
juta, mengalami penurunan sebesar 16,3 persen jika dibandingkan dengan triwulan III
tahun 2014. Pada periode yang sama, ekspor sektor migas dan non-migas mengalami
penurunan sebesar 42,9 persen dan 10,6 persen. Sementara itu, komoditas hasil
44
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
minyak dalam sektor migas turun sebesar 56,5 persen, sedangkan ekspor produk
pertambangan dalam sektor non-migas menurun sebesar 15,5 persen.
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan III Tahun 2015 Komoditas 2012 2013 2014 Q3 2014 Q3 2015 Sept-15
Nilai Ekspor (USD Juta) 190,020.27 182,551.80 175,979.99 43,881.62 36,721.46 12,528.88
Migas 36,977.26 32,633.03 30,018.78 7,717.10 4,404.01 1,451.30
Minyak Mentah 12,293.41 10,204.71 9,528.23 2,547.15 1,636.46 588.04
Hasil Minyak 4,163.37 4,299.13 3,623.35 861.98 375.35 107.71
Gas 20,520.48 18,129.19 17,180.28 4,307.98 2,392.17 755.55
Non Migas 153,043.00 149,918.76 145,961.21 36,164.51 32,317.45 11,077.58
Pertanian 5,569.22 5,712.98 5,770.59 1,568.57 1,564.32 536.07
Industri 116,125.14 113,029.88 117,329.96 28,743.35 25,795.26 8,967.12
Pertambangan 31,329.94 31,159.53 22,850.34 5,850.78 4,945.53 1,570.12
Pertumbuhan Ekspor* (%)
-6.62 -3.93 -3.60 2.34 -16.32 -17.98
Migas -10.85 -11.75 -8.01 4.04 -42.93 -44.66
Minyak Mentah -11.10 -16.99 -6.63 -6.21 -35.75 -44.27
Hasil Minyak -12.84 3.26 -15.72 -16.40 -56.46 -64.96
Gas -10.28 -11.65 -5.23 17.35 -44.47 -40.04
Non Migas -5.54 -2.04 -2.64 1.99 -10.64 -12.45
Pertanian 7.81 2.58 1.01 -0.11 -0.27 -6.01
Industri -4.96 -2.67 3.80 7.43 -10.26 -9.37
Pertambangan -9.59 -0.54 -26.67 -17.96 -15.47 -28.22
Proporsi Ekspor** (%) 100 100 100 100 100 100
Migas 19.46 17.88 17.06 17.59 11.99 11.58
Minyak Mentah 6.47 5.59 5.41 5.80 4.46 4.69
Hasil Minyak 2.19 2.36 2.06 1.96 1.02 0.86
Gas 10.80 9.93 9.76 9.82 6.51 6.03
Non Migas 80.54 82.12 82.94 82.41 88.01 88.42
Pertanian 2.93 3.13 3.28 3.57 4.26 4.28
Industri 61.11 61.92 66.67 65.50 70.25 71.57
Pertambangan 16.49 17.07 12.98 13.33 13.47 12.53
Sumber Pertumbuhan (%)
-6.62 -3.93 -3.60 2.34 -16.32 -17.98
Migas -2.11 -2.10 -1.37 0.71 -5.15 -5.17
Minyak Mentah -0.72 -0.95 -0.36 -0.36 -1.59 -2.08
Hasil Minyak -0.28 0.08 -0.32 -0.32 -0.58 -0.56
Gas -1.11 -1.16 -0.51 1.70 -2.90 -2.41
Non Migas -4.46 -1.68 -2.19 1.64 -9.36 -11.01
Pertanian 0.23 0.08 0.03 0.00 -0.01 -0.26
Industri -3.03 -1.65 2.54 4.87 -7.20 -6.71
Pertambangan -1.58 -0.09 -3.46 -2.39 -2.08 -3.54
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)
45
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Total nilai ekspor sektor non-migas Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah
sebesar USD 32.317,5 juta dan mengalami penurunan sebesar 10,6 persen (YoY).
Berdasarkan data pada total nilai ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel
22), didapat komoditas dengan nilai ekspor terbesar pada triwulan III tahun 2015
adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS-15) dengan nilai USD 4.300,0 juta,
dengan proporsi 13,3 persen terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan nilai
dan proporsi terbesar selanjutnya adalah Bahan bakar mineral (HS-27) dengan nilai
USD 3.783,6 juta, dengan proporsi 11,7 persen terhadap total ekspor non-migas.
Namun, apabila melihat dari sisi pertumbuhan pada triwulan III tahun 2015, Bijih,
Kerak dan Abu Logam (HS-26) memiliki nilai pertumbuhan positif yang paling besar,
yaitu sebesar 45,0 persen. Sementara itu, Bahan bakar mineral (HS-27) merupakan
barang ekspor dengan pertumbuhan negatif paling besar pada triwulan III tahun 2015,
yaitu sebesar -25,5 persen (YoY), yang diikuti oleh Lemak dan minyak hewan/nabati
(HS-15) yaitu sebesar -17,2 persen.
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015
HS Komoditas Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q3 2014 Q3 2015 Q32014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015
15 Lemak & minyak hewan/nabati 5,195.64 4,299.98 25.71 -17.24 14.37 13.31
27 Bahan bakar mineral 5,079.28 3,783.57 -10.00 -25.51 14.04 11.71
85 Mesin/peralatan listrik 2,440.68 2,111.37 -9.04 -13.49 6.75 6.53
40 Karet dan Barang dari Karet 1,672.75 1,563.95 -24.90 -6.50 4.63 4.84
87 Kendaraan dan Bagiannya 1,367.66 1,428.73 23.31 4.47 3.78 4.42
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 1,499.99 1,373.31 0.69 -8.45 4.15 4.25
71 Perhiasan/Permata 883.22 1,186.03 9.17 34.28 2.44 3.67
26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 807.05 1,170.24 -46.55 45.00 2.23 3.62
62 Pakaian jadi bukan rajutan 970.42 1,000.57 -0.54 3.11 2.68 3.10
64 Alas kaki 915.70 962.95 3.83 5.16 2.53 2.98
Lainnya 15,332.12 13,436.74 -15.44 -12.36 42.40 41.58
TOTAL NON MIGAS 36,164.51 32,317.44 1.99 -10.64 100.00 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Total volume ekspor non-migas Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar
111.554,5 juta kg dan mengalami penurunan sebesar -8,9 persen (YoY). Berdasarkan
data total volume ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel 23), didapat
komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan III tahun 2015 adalah bahan
bakar mineral (HS-27) dengan volume 87.757,5 juta kg, dengan proporsi 78,7 persen
terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan volume dan proporsi terbesar
selanjutnya adalah Lemak & minyak hewan/nabati (HS-15) dengan berat 7.172,9 juta
kg, dengan proporsi 6,4 persen terhadap total ekspor non-migas. Namun, apabila
melihat dari sisi pertumbuhan pada triwulan III tahun 2015, Bijih, kerak, dan abu
logam (HS-26) memiliki volume pertumbuhan paling besar, yakni sebesar 3,2 persen
(YoY). Sementara itu, Garam, Belerang, Kapur (HS-25) merupakan barang ekspor non-
46
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
migas dengan pertumbuhan negatif paling besar jika dibandingkan dengan sembilan
komoditas lainnya, dengan penurunan sebesar -51,8 persen (YoY).
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015
HS Komoditas Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q3 2014 Q3 2015 Q32014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015
15 Lemak & minyak hewan/nabati 7,354.99 7,172.93 36.08 -2.48 6.01 6.43
23 Ampas/Sisa Industri Makanan 1,300.22 1,239.35 20.48 -4.68 1.06 1.11
25 Garam, Belerang, Kapur 4,379.58 2,110.44 -1.62 -51.81 3.58 1.89
26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 1,408.51 1,453.03 -96.09 3.16 1.15 1.30
27 Bahan bakar mineral 95,751.81 87,757.51 -1.63 -8.35 78.19 78.67
38 Berbagai produk kimia 1,261.96 832.96 14.86 -33.99 1.03 0.75
40 Karet dan Barang dari Karet 838.47 863.96 -2.39 3.04 0.68 0.77
44 Kayu, Barang dari Kayu 1,598.25 1,323.57 33.03 -17.19 1.31 1.19
47 Bubur kayu/Pulp 965.66 890.28 1.48 -7.81 0.79 0.80
48 Kertas/Karton 1,169.97 1,093.56 13.51 -6.53 0.96 0.98
Lainnya 6,425.09 6,816.89 23.00 6.10 5.25 6.11
TOTAL NON MIGAS 122,524.52 111,554.50 -21.94 -8.90 100 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan ekspor non-migas ke-5 (lima) negara tujuan utama pada triwulan III
tahun 2015 turun sebesar 12,7 persen (YoY). Dari ke lima negara tujuan utama,
seluruhnya mengalami penurunan ekspor non-migas. Penurunan terbesar terjadi pada
ekspor non-migas ke India (27,2 persen).
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan III Tahun 2015
Negara Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi (%)
2014 Q3 2014 Q3 2015 Q32014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015
Amerika Serikat 15,856.78 3,967.33 3,780.11 5.96 -4.72 10.97 11.70
Tiongkok 16,458.86 3,604.05 3,267.92 -24.70 -9.33 9.97 10.11
Jepang 12,223.74 3,606.58 3,148.46 -5.60 -12.70 9.97 9.74
India 14,565.74 3,353.35 2,441.06 23.62 -27.21 9.27 7.55
Singapura 10,065.89 2,324.64 2,079.19 -6.75 -10.56 6.43 6.43
TOTAL 5 NEGARA
69,171.02 16,855.94 14,716.74 -3.99 -12.69 46.61 45.54
TOTAL LAINNYA 76,789.78 19,308.57 17,600.69 -13.64 -8.85 53.39 54.46
TOTAL NONMIGAS
145,960.80 36,164.51 32,317.44 -8.86 -10.64 100.00 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
47
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Perkembangan Impor
Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pada akhir triwulan III tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 33.992,8
juta atau menurun sebesar 23,5 persen (YoY). Impor barang konsumsi, bahan baku dan
barang modal masing-masing mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -17,9
persen, -24,5 persen dan 20,9 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
2014. Nilai Impor hasil minyak (USD 3.824,8 juta) pada triwulan III tahun 2015 lebih
besar dibandingkan impor minyak mentah (USD 2,046,6 juta) dan gas (USD 443,1 juta).
Impor sektor migas dan nonmigas mengalami pertumbuhan yang negatif masing-
masing sebesar -43,7 persen dan -16,6 persen.
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan III Tahun 2015
Komoditas 2012 2013 2014 Q3 2014 Q3 2015 Sept-15
Nilai Impor (USD Juta) 191,670.90 186,628.30 178,178.80 44,421.00 33,992.80 11,511.70
Barang Konsumsi 13,415.20 13,138.90 12,667.20 3,175.80 2,607.20 821.50
Bahan Baku 140,111.30 141,957.20 136,208.60 33,993.70 25,651.50 8,661.40
Barang Modal 38,144.40 31,532.20 29,303.00 7,251.50 5,734.10 2,028.80
Migas 42,565.30 45,266.40 43,459.90 11,223.90 6,314.50 1,912.20
Minyak Mentah 10,803.20 13,585.80 13,072.53 3,404.20 2,046.60 703.50
Hasil Minyak 28,680.50 28,568.10 27,363.16 7,020.10 3,824.80 1,100.70
Gas 3,081.60 3,112.90 3,024.97 799.60 443.10 108.00
Non Migas 149,125.30 141,362.30 134,718.90 33,197.10 27,678.30 9,599.50
Pertumbuhan Impor* (%)
8.02 -2.63 -4.53 -3.30 -23.48 -25.95
Barang Konsumsi (%) 0.17 -2.06 -3.59 -5.50 -17.90 -29.71
Bahan Baku (%) 7.01 1.32 -4.05 -2.03 -24.54 -26.33
Barang Modal (%) 15.21 -17.33 -7.07 -7.97 -20.93 -22.59
Migas (%) 4.58 6.35 -3.99 -2.61 -43.74 -47.63
Minyak Mentah (%) -3.15 25.76 -3.78 1.19 -39.88 -19.66
48
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Komoditas 2012 2013 2014 Q3 2014 Q3 2015 Sept-15
Hasil Minyak (%) 1.94 -0.39 -4.22 -5.25 -45.52 -56.34
Gas (%) 118.17 1.02 -2.82 6.36 -44.58 -57.65
Non Migas (%) 9.00 -5.21 -4.70 -3.54 -16.62 -19.29
Proporsi Impor (%) 100 100 100 100 100 100
Barang Konsumsi (%) 7.00 7.04 7.11 7.15 7.67 7.14
Bahan Baku (%) 73.10 76.06 76.44 76.53 75.46 75.24
Barang Modal (%) 19.90 16.90 16.45 16.32 16.87 17.62
Migas (%) 22.21 24.25 24.39 25.27 18.58 16.61
Minyak Mentah (%) 5.64 7.28 7.34 7.66 6.02 6.11
Hasil Minyak (%) 14.96 15.31 15.36 15.80 11.25 9.56
Gas (%) 1.61 1.67 1.70 1.80 1.30 0.94
Non Migas (%) 77.80 75.75 75.61 74.73 81.42 83.39
Sumber Pertumbuhan (%)
-3.30 -23.48 -25.95
Barang Konsumsi (%) 0.01 -0.14 -0.26 -0.39 -1.37 -2.12
Bahan Baku (%) 5.12 1.00 -3.10 -1.56 -18.52 -19.81
Barang Modal (%) 3.03 -2.93 -1.16 -1.30 -3.53 -3.98
Migas (%) 1.00 1.10 -1.00 -0.66 -8.13 -7.91
Minyak Mentah (%) -0.18 1.88 -0.28 0.09 -2.40 -1.20
Hasil Minyak (%) 0.29 -0.06 -0.65 -0.83 -5.12 -5.39
Gas (%) 1.90 0.02 -0.05 0.11 -0.58 -0.54
Non Migas (%) 7.00 -3.94 -3.55 -2.64 -13.54 -16.09
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)
Pertumbuhan impor non-migas pada triwulan III tahun 2015 (YoY) mengalami
penurunan sebesar -16,6 persen disebabkan oleh adanya penurunan impor di berbagai
komoditas diantaranya penurunan impor mesin dan peralatan mekanik (HS-8) sebesar
46,3 persen dengan proporsi 12,6 persen dari nilai total impor non-migas; penurunan
impor mesin dan peralatan listrik (HS-85) sebesar 44,3 persen dengan proporsi impor
8,4 persen; serta penurunan impor plastik dan barang dari plastik (HS-39) sebesar 44,3
persen dengan proporsi impor 3,8 persen.
Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan III Tahun 2015
HS KOMODITAS Nilai Impor (Juta USD)
Pertumbuhan Y-o-Y (%)
Proporsi (%)
Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015
84 Mesin dan Peralatan Mekanik 6,509.65 3,494.79 -3.69 -46.31 19.61 12.63
85 Mesin dan Peralatan Listik 4,157.36 2,314.50 -7.29 -44.33 12.52 8.36
39 Plastik dan Barang dari Plastik 1,899.40 1,061.68 -3.41 -44.10 5.72 3.84
87 Kendaraan Bermotor dan Bagiannya
1,607.78 980.52 -15.72 -39.01 4.84 3.54
29 Bahan Kimia Organik 1,769.40 947.95 3.25 -46.43 5.33 3.42
72 Besi dan Baja 1,803.20 771.66 -15.74 -57.21 5.43 2.79
49
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
HS KOMODITAS Nilai Impor (Juta USD)
Pertumbuhan Y-o-Y (%)
Proporsi (%)
Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015
73 Benda-benda dari Besi dan Baja
1,059.47 637.05 -0.03 -39.87 3.19 2.30
10 Serealia 877.76 408.25 7.32 -53.49 2.64 1.47
23 Sisa Industri Makanan 991.32 366.07 29.56 -63.07 2.99 1.32
31 Pupuk 532.29 318.60 12.19 -40.15 1.60 1.15
Lainnya 12,521.76 16,695.78 -2.61 -60.78 37.72 60.32
TOTAL NON MIGAS 33,197.10 27,678.26 -5.86 -16.62 100.00 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai impor dari 5 (lima) negara utama asal impor Indonesia pada triwulan III tahun
2015 mengalami penurunan sebesar 14,5 persen (YoY). Penurunan impor terbesar
berasal dari Jepang, Thailand, dan Amerika dengan penurunan masing-masing sebesar
30,3 persen, 20,8 persen, dan 14,1 persen. Pada triwulan III tahun 2015, impor dari
Tiongkok merupakan impor terbesar Indonesia dengan proporsi sebesar 24,6 persen
dengan pertumbuhan negatif (YoY) sebesar 6,3 persen.
Pada triwulan III tahun 2015, impor non-migas dari kawasan ASEAN dan Uni Eropa
masih cukup besar, dengan proporsi masing-masing sebesar 25,4 persen dan 27,5
persen dari total impor non-migas Indonesia. Namun dari sisi pertumbuhan (YoY),
impor non-migas dari kawasan ASEAN menunjukkan pertumbuhan yang negatif yaitu
sebesar 4,7 persen. Sedangkan pertumbuhan impor non-migas yang berasal dari Uni
Eropa mengalami peningkatan sebesar 147 persen.
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan III Tahun 2015
Negara Nilai Impor Non Migas (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi (%)
2014 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015
Tiongkok 30,461.55 7,251.65 6,794.05 51.51 -6.31 21.84 24.55
Jepang 16,938.18 4,324.14 3,015.19 13.18 -30.27 13.03 10.89
Singapura 10,150.53 2,542.63 2,410.31 2.00 -5.20 7.66 8.71
Thailand 9,694.76 2,461.66 1,949.98 99.36 -20.79 7.42 7.05
Amerika 8,102.40 1,858.21 1,596.99 -50.37 -14.06 5.60 5.77
TOTAL 5 NEGARA 75,347.42 18,438.29 15,766.52 14.67 -14.49 55.54 56.96
TOTAL ASEAN 28,942.00 7,348.50 7,027.39 1.78 -4.37 22.14 25.39
TOTAL UNI EROPA 12,668.80 3,075.97 7,597.54 -24.79 147.0 9.27 27.45
TOTAL LAINNYA 92,166.31 22,772.63 18,470.63 -23.72 -18.89 44.17 43.16
TOTAL NONMIGAS 134,718.90 33,197.10 27,678.26 -4.12 -16.62 100.00 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan III tahun 2015 mengalami surplus
sebesar USD 2.704,7 juta, hal itu disebabkan karena neraca perdagangan sektor non-
migas mencatatkan surplus sebesar USD 4.615,2 juta. Sementara neraca perdagangan
sektor migas pada triwulan yang sama mengalami defisit sebesar USD 1.910,5 juta.
50
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan III tahun 2015 mengalami
pertumbuhan sebesar 601,4 persen (YoY).
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan III Tahun 2015
2014 Q3 2014 Q3 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q3 2015
Ekspor Total (USD Juta) 176,292.70 43,881.60 36,697.49 -3.43 -16.37
Ekspor Migas 30,331.86 7,717.10 4,403.98 -7.05 -42.93
Ekspor Non Migas 145,960.80 36,164.51 32,293.51 -2.64 -10.70
Impor Total (USD Juta) 178,178.80 44,421.00 33,992.80 -4.53 -23.48
Impor Migas 43,459.90 11,223.90 6,314.50 -3.99 -43.74
Impor Non Migas 134,718.90 33,197.10 27,678.30 -4.70 -16.62
Neraca Perdagangan (USD Juta) -1,886.10 -539.40 2,704.69 -53.74 601.43
Migas -13,128.04 -3,506.80 -1,910.52 3.92 -45.52
Non Migas 11,241.90 2,967.41 4,615.21 31.38 55.53
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 mengalami
defisit sebesar USD 3.229,9 juta, hal itu disebabkan oleh defisit pada neraca
perdagangan sektor non-migas sebesar USD 3.526,1 juta, yang lebih besar dari surplus
pada sektor migas sebesar USD 296,2 juta.
Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok
2014 Q3 2014 Q3 2015
Pertumbuhan YoY) (%)
2014 Q3 2015
Ekspor Total (USD Juta) 17,606.22 3,910.23 3,635.50 -22.10 -7.03
Ekspor Migas 1,147.36 306.18 367.58 -13.07 20.05
Ekspor Non Migas 16,458.86 3,604.05 3,267.92 -22.66 -9.33
Impor Total (USD Juta) 30,624.34 7,312.28 6,865.40 2.60 -6.11
Impor Migas 162.78 60.63 71.34 -41.66 17.67
Impor Non Migas 30,461.55 7,251.65 6,794.05 3.01 -6.31
Neraca Perdagangan (USD Juta) -13,018.12 -3,402.05 -3,229.90 79.61 -5.06
Migas 984.57 245.55 296.23 -5.41 20.64
Non Migas -14,002.69 -3,647.60 -3,526.13 68.93 -3.33 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan III tahun 2015 mengalami surplus
sebesar USD 1.280,0 juta, hal itu disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan
sektor migas dan non migas masing-masing sebesar USD 1.146,7 juta dan USD 133,3
juta.
Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang
2014 Q3 2014 Q3 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q2 2015
Ekspor Total (USD Juta) 23,165.66 5,473.89 4,301.91 -14.47 -21.41
Ekspor Migas 8,599.92 1,867.31 1,153.45 -21.83 -38.23
Ekspor Non Migas 14,565.74 36,065.77 3,148.46 -9.44 -91.27
Impor Total (USD Juta) 17,007.58 4,353.19 3,021.93 -11.81 -30.58
51
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
2014 Q3 2014 Q3 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q2 2015
Impor Migas 69.40 29.05 6.73 -69.89 -76.81
Impor Non Migas 16,938.18 4,324.14 3,015.19 -11.10 -30.27
Neraca Perdagangan (USD Juta) 6,158.08 1,120.70 1,279.98 -21.07 14.21
Migas 8,530.52 1,838.26 1,146.72 -20.81 -37.62
Non Migas -2,372.44 -717.56 133.26 -20.12 -118.57
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada bulan triwulan III tahun 2015 mengalami
surplus sebesar USD 2.377,6 juta. Hal tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca
perdagangan sektor non-migas dan sektor migas, masing-masing sebesar USD 2.183,1
juta dan USD 194,5 juta.
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika
2014 Q3 2014 Q3 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q3 2015
Ekspor Total (USD Juta) 16,529.90 4,175.07 3,979.18 5.34 -4.69
Ekspor Migas 673.12 207.74 199.06 10.39 -4.18
Ekspor Non Migas 15,856.78 3,967.33 3,780.11 5.14 -4.72
Impor Total (USD Juta) 8,170.11 1,874.78 1,601.59 -9.88 -14.57
Impor Migas 67.71 16.57 4.61 -64.68 -72.21
Impor Non Migas 8,102.40 1,858.21 1,596.99 -8.69 -14.06
Neraca Perdagangan (USD Juta) 8,359.80 2,300.29 2,377.58 26.17 3.36
Migas 605.41 191.17 194.46 44.81 1.72
Non Migas 7,754.38 2,109.12 2,183.12 24.91 3.51
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perdagangan Indonesia-India juga menunjukkan kinerja yang baik karena
menunjukkan surplus neraca perdagangan selama triwulan III tahun 2015, yaitu
sebesar USD 1.840,0 juta. Surplus ini disebabkan oleh surplus pada neraca
perdagangan sektor non migas sebesar USD 1.854,53 juta, sedangkan sektor migas
mengalami defisit sebesar USD 14,6 juta.
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India
2014 Q3 2014 Q3 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q3 2015
Ekspor Total (Juta USD) 12,248.96 3,356.61 2,448.89 -4.67 -27.04
Ekspor Migas 25.22 3.25 7.82 91.02 140.40
Ekspor Non Migas 12,223.74 3,353.35 2,441.06 -5.91 -27.21
Impor Total (Juta USD) 3,952.08 948.40 608.94 -6.00 -35.79
Impor Migas 388.22 67.43 22.41 17.42 -66.76
Impor Non Migas 3,563.86 880.98 586.53 -6.04 -33.42
Neraca Perdagangan (Juta USD) 8,296.88 2,408.20 1,839.95 -0.30 -23.60
52
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
2014 Q3 2014 Q3 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q3 2015
Migas -363.00 -64.17 -14.59 99.13 -77.27
Non Migas 8,659.88 2,472.37 1,854.53 -5.44 -24.99
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Harga Domestik
Sejak bulan Februari 2015 hingga September 2015, lima komoditas tertentu (beras
medium, gula pasir, tepung terigu, minyak goreng kemasan, dan minyak goreng curah)
mengalami fluktuasi harga yang cukup besar. Meskipun sempat mengalami penurunan
harga pada bulan Juli 2015, harga kelima komoditas tersebut kembali mengalami
peningkatan tajam pada bulan Agustus 2015. Namun pada bulan September 2015,
harga kelima komoditas cenderung stabil dimana peningkatan harga paling tinggi
hanya terjadi pada komoditas beras medium yaitu sebesar 2,3 persen.
Tabel 33. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu
Komoditas Unit Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-
15 Jul-15
Agt-15
Sep-15
HA
RG
A
Minyak Goreng Kemasan
Rp/620ml 15,102 15,214 15,198 15,191 14,563 12,463 15,124 14,980
Minyak Goreng Curah
Rp/kg 11,269 11,302 11,233 11,190 10,767 7,215 10,777 10,778
Tepung Terigu Rp/kg 8,799 8,833 8,832 8,863 8,904 6,237 8,722 8,766
Beras Medium Rp/kg 9,943 10,375 10,010 9,892 9,930 6,003 10,145 10,374
Gula Pasir Rp/kg 11,158 11,428 11,807 12,533 13,116 8,453 12,765 12,662
INF
LA
SI
PE
RIO
DIK
(%
)
Minyak Goreng Kemasan
% -0.05 0.7 -0.1 -0.04 -4.1 -14.4 21.4 -0.95
Minyak Goreng Curah
% -0.55 0.3 -0.6 -0.38 -3.8 -32.9 49.4 0.01
Tepung Terigu % -0.44 0.4 -0.02 0.35 0.5 -29.9 39.8 0.50
Beras Medium % 3.09 4.4 -3.5 -1.18 0.4 -39.5 69.0 2.26
Gula Pasir % -0.08 2.4 3.3 6.15 4.7 -35.5 51.0 -0.81
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
Perkembangan Harga Internasional
Berdasarkan data harga komoditas internasional yang didapat dari World Bank,
diketahui bahwa pada akhir triwulan III tahun 2015 (September), sebagian besar harga
komoditas internasional terpilih mengalami penurunan secara periodik apabila
dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dimana penurunan harga terbesar adalah
pada komoditas udang (8,3 persen) disusul oleh karet (7,8 persen), dan batubara (7,5
persen). Sementara itu, peningkatan harga komoditas terbesar pada bulan akhir
triwulan III tahun 2015 dialami oleh komoditas timah sebesar 918,8 persen.
Tabel 34. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih Komoditas Unit 2013 2014 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agust-15 Sep-15
ENERGI
Coal, Australia ($/mt)
84.60
70.13
60.40
58.84
59.13
58.57
54.16 Crude oil, West Texas
($/bbl)
97.90
93.11
59.27
59.80
50.90
42.86
45.45
53
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Komoditas Unit 2013 2014 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agust-15 Sep-15
PERTANIAN
Cocoa ($/kg)
2.44
3.06
3.10
3.24
3.33
3.15
3.28
Coffee, robusta ($/kg)
2.08
2.22
1.93
1.99
1.92
1.89
1.80
Palm oil ($/mt)
857.00
821.44
659.00
671.00
635.00
549.00
538.00
Soybeans ($/mt)
538.00
491.77
389.00
397.00
405.00
381.00
368.00
Shrimp, Mexico ($/kg)
13.84
17.25
15.54
15.76
15.87
15.87
14.55
Woodpulp ($/mt)
823.10
876.91
875.00
875.00
875.00
875.00
875.00 Rubber*, Singapore
($/kg)
2.79
1.96
1.84
1.83
1.64
1.42
1.31 LOGAM & MINERAL
Copper ($/mt)
7,332.00
6,863.40
6,294.78
5,833.01
5,456.75
5,127.30
5,217.25
Iron ore ($/dmtu)
135.00
96.94
60.00
63.00
52.00
56.00
57.00
Nickel ($/mt)
15,032.00
16,893.38
13,511.34
12,825.23
11,413.10
10,386.00
9,937.55
Tin ($/mt)
22,283.00
21,898.87
15,803.59
15,064.94
15,071.53
1,516.77
15,453.34
Zinc ($/mt)
1,910.00
2,160.97
2,281.80
2,082.09
2,000.68
1,807.64
1,720.23 INFLASI PERIODIK
ENERGI
Coal, Australia (%) -12.24 -17.10 4.47 -2.58 0.49 -0.95 -7.53
Crude oil, West Texas Int.
(%) 3.93 -4.89 8.87 0.89 -14.88 -15.80 6.04
PERTANIAN
Cocoa (%) 2.09 25.50 7.94 4.52 2.78 -5.41 4.13
Coffee, robusta (%) -8.37 6.56 -4.89 3.11 -3.52 -1.56 -4.76
Palm oil (%) -14.21 -4.15 -0.45 1.82 -5.37 -13.54 -2.00
Soybeans (%) -8.97 -8.59 -1.52 2.06 2.02 -5.93 -3.41
Shrimp, Mexico (%) 37.57 24.63 -0.70 1.42 0.70 0.00 -8.32
Woodpulp (%) 7.91 6.54 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rubber*, Singapore, RSS3
(%) -17.46 -29.87 8.33 -0.54 -10.38 -13.41 -7.75
LOGAM & MINERAL
Copper (%) -7.91 -6.39 4.18 -7.34 -6.45 -6.04 1.75
Iron ore (%) 5.06 -28.19 15.38 5.00 -17.46 7.69 1.79
Nickel (%) -14.35 12.38 5.30 -5.08 -11.01 -9.00 -4.32
Tin (%) 5.48 -1.72 -0.61 -4.67 0.04 -89.94 918.83
Zinc (%) -2.05 13.14 3.12 -8.75 -3.91 -9.65 -4.84
Sumber: World Bank, diolah
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan III Tahun 2015
Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IIItahun 2015 naik dibandingkan triwulan
sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 106,0. Penurunan terjadi pada tiga lapangan
usaha, sementara 14 lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan. Lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; dan Industri
54
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Pengolahan merupakan lapangan usaha dengan penurunan indeks, sedangkan
lapangan usaha yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Transportasi dan
Pergudangan. Adapun perkiraan ITB triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar 103,7.
Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan III Tahun 2015
Sumber: BPS, diolah
Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun di banding triwulan
sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (menigkat)dibanding
triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan
Tabel 35. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III Tahun 2015
Variabel pembentuk ITB Trw III-2015
No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2015
Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas
Produksi/Usaha
Rata Rata Jam
Kerja
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
99,57 - 99,57 -
2 Pertambangan dan Penggalian 96,18 96,24 98,62 95,10 3 Insdustri Pengolahan 99,26 99,86 98,04 99,27 4 Pengadaan Listrik dan Gas 109,27 114,64 111,70 103,77
5 Pengadaaan Air 107,01 108,94 108,72 104,69
6 Kosntruksi 109,26 116,69 106,39 104,30
7 Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
110,51 113,76 111,49 107,39
55
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Variabel pembentuk ITB Trw III-2015
No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2015
Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas
Produksi/Usaha
Rata Rata Jam
Kerja
8 Transportasi dan Pergudangan 112,02 115,60 108,92 110,35
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 109,02 112,66 109,03 105,98
10 Informasi dan Komunikasi 108,03 110,20 106,06 107,05
11 Jasa Keuangan 110,79 108,61 112,59 111,84
12 Real Estat 101,65 96,30 94,55 109,09
13 Jasa Perusahaan 109,48 113,64 104,62 108,06
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
110,96 113,32 108,57 110,00
15 Jasa Pendidikan 111,47 113,11 117,60 107,53
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109,98 108,88 117,11 107,89
17 Jasa Lainnya 109,02 110,09 105,52 109,61
Indeks Tendensi Bisnis 106,04 108,20 104,95 104,71
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
56
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
PERKEMBANGAN INVESTASI DAN
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Pada sisi penggunaan, pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar 4,6 persen (YoY).
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III tahun
2015 sebesar Rp 47,8 miliar, tumbuh sebesar 15 persen dibanding triwulan III tahun
2014.
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan III tahun 2015
mengalami defisit sebesar USD 9.206 juta.
57
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
PERKEMBANGAN INVESTASI
Perkembangan Investasi
Berdasar perhitungan PDB dengan menggunakan tahun dasar tahun 2010,
perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2015 tumbuh sebesar 4,7 persen
(YoY), melambat dibanding periode yang sama tahun 2014, dengan pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh sektor Informasi dan Komunikasi dari sisi produksi yang tumbuh
sebesar 10,8 persen.
Secara spasial, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2015
masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau Jawa dan Sumatera, dengan
kontribusi terhadap PDB sebesar 58,3 persen, diikuti pulau Sumatera sebesar 22,4
persen, Kalimantan 8,0 persen dan pulau-pulau lainnya 11,4 persen.
Pada sisi penggunaan, pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar 4,6 persen (YoY) dibanding triwulan III tahun 2014 sementara
pertumbuhan (QtQ) mengalami kenaikan sebesar 3,4 persen.
Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan III Tahun 2015 (persen) Q3-2014
(QtQ) Q3-2014
(YtY) Q3-2015
(QtQ) Q3-2015
(YtY)
(%) (%) (%) (%)
Pertumbuhan PDB (%) 3,16 4,92 3,21 4,73
Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan)
2,47 3,86 3,38 4,62
a. Bangunan 3,10 4,52 4,51 6,25
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri -4,68 -5,66 3,33 2,53
c. Kendaraan -4,20 -10,00 9,30 6,80
d. Peralatan Lainnya 6,70 4,81 3,43 7,28
e. Sumber Daya Hayati 16,24 6,18 -5,69 -5,79
f. Produk Kekayaan Intelektual 0,83 55,61 -12,72 -9,80
Share (%, atas dasar Harga Berlaku)
Share PMTB terhadap PDB 31,82 32,39
a. Bangunan 23,70 24,55
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 3,25 3,15
c. Kendaraan 1,42 1,49
d. Peralatan Lainnya 0,42 0,45
e. Sumber Daya Hayati 1,86 1,75
f. Produk Kekayaan Intelektual 1,17 1,01
Sumber: BKPM, diolah
Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTB, pertumbuhan
triwulan III tahun 2015 (YoY) sebesar 4,6 persen secara lebih detil didorong oleh
pertumbuhan Peralatan Lainnya sebesar 7,3 persen, Kendaraan sebesar 6,8 persen dan
Bangunan dengan pertumbuhan 6,3 persen. Adapun sumbangan terbesar dalam
58
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
komponen PMTB pada triwulan III tahun 2015 secara detil yaitu pada Bangunan
dengan sumbangan 24,6 persen.
Realisasi Investasi Semester III Tahun 2015
Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Triwulan III
TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY) (%)
(Rp Miliar) (USD juta) PMDN PMA
2007 34.878,7 10.341,4 68,9 72,6
2008 20.363,4 14.871,4 -41,6 43,8
2009 37.799,8 10.815,2 85,6 -27,3
2010 60.626,3 16.214,8 60,4 49,9
2011 76.001,1 19.474,2 25,4 20,1
2012 92.182,0 24.564,7 21,3 26,1
2013 128.150,6 28.617,5 39,0 16,5
2014 156.126,2 28.529,7 21,8 -0,3
2015 Trw I 42.524,5 6.563,5 22,8 -4,3
2015 Trw II 42.934,7 7.372,6 12,4 -0,8
2015 Trw III 47.829,0 7.401,1 15,0 -0,8 Sumber : BKPM, diolah
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III tahun
2015 sebesar Rp 47,8 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III tahun 2014 atau
tumbuh sebesar 15,0 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi triwulan
III tahun 2015 sebesar USD 7.401,1 juta, dan mengalami pertumbuhan negatif sebesar
minus 0,8 persen dibandingkan triwulan III tahun 2014.
Realisasi Per Sektor
Realisasi per sektor untuk PMA pada triwulan III tahun 2015 sebesar USD 7.401,1juta
atau mengalami penurunan sebesar minus 0,8 persen dibandingkan triwulan III tahun
2014. Penurunan terjadi di sektor primer dan sekunder, dengan penurunan terbesar
pada sektor sekunder sebesar minus 8,5 persen. Untuk PMDN pada periode yang sama
terjadi pertumbuhan sebesar 15,0 persen. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan
sektor primer sebesar 50,1 persen, sektor tersier 14,3 persen dan sektor sekunder 7,5
persen. Adapun dilihat secara sumbangannya, pada triwulan III tahun 2015, untuk PMA
sektor sekunder memberikan sumbangan terbesar dengan share 42,5 persen dan
pemberi sumbangan terbesar untuk PMDN yaitu sektor tersier sebesar 44,2 persen.
Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasar Sektor
Tahun PMA Jumlah (juta USD)
PMDN Jumlah
(Rp. Miliar)
Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
2007 599,3 4.697,0 5.045,1 10.341,4 4.377,4 26.289,8 4.211,5 34.878,7
59
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Tahun PMA Jumlah (juta USD)
PMDN Jumlah
(Rp. Miliar)
Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
2008 335,6 4.515,2 10.020,5 14.871,4 1.757,7 15.914,8 2.690,8 20.363,4
2009 462,6 3.831,1 6.521,2 10.815,0 4.415,9 19.434,4 13.949,5 37.799,8
2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12.327,4 25.485,3 22.813,6 60.626,3
2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16.306,9 39.048,0 20.645,7 76.000,6
2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20.369,1 49.888,9 21.924,0 92.182,0
2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25.715,6 51.171,1 51.263,9 128.150,6
2014 2.235,4 3.493,0 1.127,8 6.856,2 1.794,9 11.115,0 21.711,2 34.621,1
2015 Trw I 1.779,2 2.867,2 1.917,1 6.563,5 5.238,5 17.452,2 19.833,8 42.524,5
2015 Trw II 1.331,7 2.508,9 3.532,0 7.372,6 2.435,9 25.562,8 14.936,0 42.934,7
2015 Trw III 1.481,1 3.145,5 2.774,6 7.401,1 6.630,1 20.049,0 21.150,0 47.829,0
Pertumbuhan YoY (%) (2015 Trw III/2014 Trw III)
-5,0 -8,5 12,8 -0,8 50,1 7,5 14,3 15,0
Share 2015 Trw III (%) 20,0 42,5 37,5 100,0 13,9 41,9 44,2 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Dilihat per sektor/bidang usaha, pada triwulan III tahun 2015 realisasi PMA pada lima
besar sektor/bidang dan persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan
adalah sektor Listrik, Gas dan Air dengan persentase 14,4 persen, Pertambangan 12,3
persen, Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 11,1 persen, Industri Logam,
Mesin dan Elektronik 9,8 persen dan Industri Kimia dan Farmasi 7,8 persen. Untuk
PMDN, terbesar secara berurutan adalah Transportasi, Gudang dan Komunikasi 22,5
persen, Listrik, Gas, dan Air 12,2 persen, Industri Mineral Non Logam 11 persen,
Industri Kimia dan Farmasi 10,5 persen dan Industri Makanan 8,3 persen.
Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015 PMA PMDN
Sektor/Bidang Usaha Juta USD % Terhadap
total
Sektor/Bidang Usaha Rp. Miliar
% Terhadap total
1 Listrik, Gas dan Air 1064,9426 14,4 1 Transportasi, Gudang & Komunikasi
10.743,9 22,5
2 Pertambangan 907,7437 12,3 2 Listrik, Gas dan Air 5.830,2 12,2
3 Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran
820,0795 11,1 3 Ind. Mineral Non Logam
5.255,3 11,0
4 Ind. Logam, Mesin & Elektronik
723,9839 9,8 4 Ind. Kimia dan Farmasi 5.019,9 10,5
5 Ind. Kimia dan Farmasi 578,2389 7,8 5 Industri Makanan 3.969,3 8,3
Gabungan lainnya 3306,128 44,7 Gabungan lainnya 17.010,5 35,6
Jumlah /Total 7401,1166 100,0 Jumlah /Total 47.829,0 100,0
Sumber: BKPM, diolah
Realisasi Per Lokasi
Berdasar lokasi perwilayah, pada triwulan III tahun 2015 dibanding triwulan III tahun
2014, pertumbuhan realisasi PMDN terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dengan
pertumbuhan sebesar 1994,6 persen diikuti Papua sebesar 259,4 persen dan Jawa 30,4
60
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
persen. Dilihat dari sumbangannya, Jawa, Sumatera dan Kalimantan memberikan
sumbangan terbesar pada triwulan III tahun 2015 yaitu 57,6 persen, 21,9 persen dan
9,1 persen.
Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar)
Tahun
Lokasi
Total Sumatera Jawa Bali & NT
Kalimantan
Sulawesi Maluku Papua
2007 10.754,5 18.668,9 15,7 1.558,0 3.881,6 0,0 0,0 34.878,7
2008 4.840,1 7.819,6 29,0 1.821,4 1.147,5 0,0 294,7 15.952,3
2009 12.230,7 25.766,5 50,8 2.934,4 1.187,4 0,0 41,0 42.210,8
2010 4.224,2 35.140,4 2.119,3 14.575,6 4.337,6 0,0 229,3 60.626,3
2011 16.334,4 37.176,3 356,9 13.467,4 7.227,6 13,6 1.424,9 76.001,1
2012 14.256,2 52.692,9 3.167,8 16.739,7 4.901,0 323,9 100,5 92.182,0
2013 22.913,8 66.495,7 4.400,2 28.713,6 3.624,2 1.114,9 888,2 128.150,6
2014 29.561,1 97.057,1 468,9 21.419,5 7.113,4 156,3 349,9 156.126,3
2015 Trw III 10.452,4 27.532,8 1.130,3 4.359,9 3.481,0 0,0 872,7 47.829,0 Pertumbuhan YoY (%)
(2015 Trw III/2014 Trw III)
12,1 30,4 1994,6 -43,4 12,6 -100,0 259,4 15,0
Share Trw III 2015(%)
21,9 57,6 2,4 9,1 7,3 0,0 1,8 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Untuk PMA pertumbuhan triwulan III tahun 2015 dibandingkan triwulan III tahun
2014 mengalami penurunan sebesar minus 0,8 persen dengan pertumbuhan positif
terjadi di Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan dan Maluku. Lokasi lainnya
yaitu Jawa, Sulawesi dan Papua mengalami pertumbuhan negatif. Secara sumbangan,
pada triwulan III tahun 2015 pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera memberikan
sumbangan terbesar yaitu 51,1 persen, 23,4 persen dan 11,6 persen.
Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)
Tahun
Lokasi
Total Sumatera Jawa
Bali & NT
Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2007 1.398,5 8.503,5 56,7 300,6 79,6 0,0 2,5 10.341,4
2008 1.009,9 13.566,8 95,5 115,2 65,4 0,0 18,7 14.871,5
2009 776,2 9.370,6 233,8 284,4 141,6 5,9 2,8 10.815,3
2010 747,1 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 248,9 346,8 16.214,8
2011 2.076,3 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0 19.474,2
2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5 24.564,9
2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5
2014 3.844,5 15.436,7 993,2 4.673,7 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6
2015 Trw III 860,8 3.781,7 407,2 1.729,7 194,7 165,2 261,9 7.401,1 Pertumbuhan YoY
(%) (2015 Trw III/2014 Trw
III)
0,5 -3,3 74,1 96,0 -83,6 290,7 -23,3 -0,8
61
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Share Trw III 2015 (%)
11,6 51,1 5,5 23,4 2,6 2,2 3,5 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan III tahun 2015 untuk PMDN, lima
besar lokasi investasi yang diminati seluruhnya terletak di Pulau Jawa, dengan
kontribusi realisasi PMDN terbesar yaitu Jawa Barat sebesar 18 persen.
Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015
PMA PMDN
Lokasi (Provinsi) Juta USD % Thd Total Lokasi (Provinsi) Rp. Miliar % Thd Total
Jawa Barat 1.544,3 20,9 Jawa Barat 8.614,7 18,0
Jawa Timur 847,1 11,4 DKI Jakarta 6.836,1 14,3
DKI Jakarta 654,5 8,8 Jawa Timur 5.970,5 12,5
Banten 606,8 8,2 Jawa Tengah 3.103,1 6,5
Kalimantan Timur 594,3 8,0 Banten 2.951,5 6,2
Gabung lainnya 3.154,2 42,6 Gabung lainnya 20.353,1 42,6
Jumlah 7.401,1 100,0 Jumlah 47.829,0 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Untuk PMA, lima lokasi dengan realisasi paling besar berturut-turut adalah Jawa Barat,
Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten dan Kalimantan Timur dengan sumbangan realisasi
PMA terbesar berasal dari Jawa Barat sebesar 20,9 persen.
Realisasi per Negara
Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015
PMA Juta USD %Terhadap Total
Negara
Singapura 1.248,8 16,9
Jepang 917,3 12,4
Belanda 494,9 6,7
Malaysia 322,9 4,4
R. R. Tiongkok 245,8 3,3
Gabung Lainnya 4.171,5 56,4
Jumlah 7.401,1 100,0 Sumber : BKPM, diolah
Pada triwulan III tahun 2015, empat dari lima besar negara asal investasi PMA
merupakan negara-negara di Asia, yaitu: 1) Singapura, dengan nilai investasi sebesar
USD 1.248,8 juta atau 16,9 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Jepang dengan
nilai USD 917,3 juta (12,4 persen); 3) Malaysia dengan nilai realisasi investasi USD
322,9 juta (4,4 persen); 4) R. R. Tiongkok dengan nilai realisasi investasi USD 245,8 juta
(3,3 persen). Belanda berada di peringkat ke-3 dengan nilai USD 494,9 Juta atau 6,7
persen dari total realisasi investasi PMA.
62
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia
Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan
pada tabel di bawah.
Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional
No PERJANJIAN EKONOMI STATUS
1 ASEAN-EU Free Trade Agreemeent (FTA) Negotiations launched (the 7th round
of negotiations) 2 ASEAN-Hong Kong, Tiongkok Free Trade Agreement Negotiations launched (the 3rd round
of negotiations) 2 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation
Arrangement
Negotiations launched (consultation
pre-negotiation) 3 Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement
Negotiations launched (the 2nd
round of negotiations) 4 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade
Agreement
Negotiations launched (the 9th round
of negotiations) 5 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Negotiations launched
(the 10th round of negotiations) 6 Republic of Korea-Indonesia Free Trade Agreement Negotiations launched (the 7th round
of negotiations) 7 Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA) Negotiations launched (the 1st round
of negotiations) 8 Indonesia-Chile FTA Conclusion of Joint Study Group (JSG)
9 Indonesia-Turki FTA Conclusion of JSG
10 Indonesia-Tunisia FTA JSG ongoing
11 Indonesia-Mesir FTA Establishment of JSG
12 Trade Preferential System of the Organization of the
Islamic Conference
Signed but not yet In Effect
13 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect
14 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect
15 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation
Agreement
Signed and In Effect
16 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect
17 ASEAN-Tiongkok Comprehensive Economic Cooperation
Agreement
Signed and In Effect
18 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic
Cooperation Agreement
Signed and In Effect
19 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect
20 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect
21 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight
Developing Countries
Signed and In Effect
Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan III tahun 2015
mengalami defisit sebesar USD 9.206 juta. Indonesia, Singapura, dan Filipina
mengalami defisit perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 3.009,6
juta, USD 7.480,0 juta, dan USD 1.706,1 juta. Sementara itu, Malaysia dan Thailand
63
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
mengalami surplus perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 2.658,8
juta dan USD 331,9 juta.
Ekspor ASEAN Ke Tiongkok
Nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 mengalami
pertumbuhan positif sebesar 3,5 persen (QtQ). Namun, bila dibandingkan dengan
triwulan yang sama di tahun 2014 (YoY), nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok mengalami
penurunan sebesar 4,0 persen.
Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok
Nilai Ekspor ASEAN ke Tiongkok (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015
(QtQ) (%) Q3 2015
(YoY) (%) Q3 2015
(%)
ASEAN (5 negara) 40.064,8 41.459,0 3,5 -4 9,6
Indonesia 5.014,9 5.419,3 8 3 1,3
Mineral Products
1.711,5
1.964,8 15
5 0,5
Mineral Fuels, Mineral Oils & Products
1.583,5
1.781,5
13 2
0,4
Animal or Vegetable Fats and Oils
726,3
895,9
23 48
0,2
Pulp of Wood, Paper and Paperboard
397,1
409,0
3 20
0,1
Malaysia 13.984,1 13.557,5 -3 -6 3,1
Machinery, Electrical Equipment
8.625,8 9.289,3 8 -5
2,1
Electrical Machinery and Equipment
7.784,5 8.464,2 9 -4
2,0
Mineral Products 2.525,7 1.569,4 -38 -4 0,4
Mineral Fuels, Mineral Oils & Products
2.229,9 1.137,1 -49 -20
0,3
Singapura 7.297,7 6.961,3 -5 -9 1,6
Machinery, Electrical Equipment
3.337,1 3.333,4 0 -5
0,8
Electrical Machinery and Equipment
2.302,1 2.313,8 1 -8
0,5
Plastics, Rubber and Articles Thereof
988,5 1.039,8 5 -18
0,2
Mineral Products 894,9 672,6 -25 -33 0,2
Thailand 9.089,6 10.281,7 13 5 2,4
Machinery, Electrical Equipment
3.495,3 4.028,4 15 -1
0,9
Nuclear Reactors, Machinery 1.614,8 1.720,9 7 -15 0,4
Electrical Machinery and Equipment
1.880,4 2.307,5 23 14
0,5
Plastics, Rubber and Articles Thereof
1.917,4 1.905,0 -1 -5
0,4
Filipina 4.678,5 5.239,3 12 -15 1,2
Machinery, Electrical 3.302,9 3.547,0 7 -5 0,8
64
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Nilai Ekspor ASEAN ke Tiongkok (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*
Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015
(QtQ) (%) Q3 2015
(YoY) (%) Q3 2015
(%)
Equipment
Electrical Machinery and Equipment
2.282,5 2.525,5 11 1
0,6
Mineral Products 727,5 1.161,9 60 -26 0,3
Nuclear Reactors, Machinery 1.020,4 1.021,5 0 -17 0,2
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok
Impor ASEAN Dari Tiongkok
Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok
Nilai Impor ASEAN dari Tiongkok (juta
USD)
Pertumbuhan Proporsi*
Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015
(QtQ) (%) Q3 2015 (YoY)
(%) Q3 2015 (%)
ASEAN (5 negara) 47.216,6 50.665,7 7,3 1,5 8,5
Indonesia 8.613,6 8.428,7 -2,1 -12,7 1,4
Machinery, Electrical Equipment 3.094,6 2.971,0 -4,0 -10,5 0,5
Nuclear Reactors, Machinery 1.568,9 1.600,3 2,0 -5,8 0,3
Electrical Machinery and Equipment
1.525,6 1.370,7 -10,2 -15,5
0,2
Textiles and Textile Articles 1.154,6 1.016,4 -12,0 -8,8 0,2
Malaysia 11.595,8 10.899,7 -6,0 -11,4 1,8
Machinery, Electrical Equipment 3.704,0 3.709,1 0,1 -3,9 0,6
Electrical Machinery and Equipment
2.407,3 2.470,2 2,6 -3,5
0,4
Textiles and Textile Articles 1.367,9 1.312,7 -4,0 -30,6 0,2
Base Metals and Articles 1.296,7 1.238,9 -4,5 -4,7 0,2
Singapura 11.774,1 14.441,3 22,7 12,0 2,4
Machinery, Electrical Equipment 5.183,5 6.416,0 23,8 29,1 1,1
Electrical Machinery and Equipment
3.191,1 4.538,0 42,2 59,0
0,8
Nuclear Reactors, Machinery 1.992,4 1.878,0 -5,7 -11,2 0,3
Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport
1.414,5 1.735,1 22,7 22,4
0,3
Thailand 8.798,6 9.950,8 13,1 11,4 1,7
Machinery, Electrical Equipment 3.329,9 4.076,1 22,4 26,8 0,7
Electrical Machinery and Equipment
1.606,5 1.664,8 3,6 0,2
0,3
Nuclear Reactors, Machinery 1.723,4 2.411,3 39,9 55,2 0,4
Base Metals and Articles 1.184,2 1.271,7 7,4 7,7 0,2
Filipina 6.434,5 6.945,2 7,9 12,9 1,2
65
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Nilai Impor ASEAN dari Tiongkok (juta
USD)
Pertumbuhan Proporsi*
Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015
(QtQ) (%) Q3 2015 (YoY)
(%) Q3 2015 (%)
Machinery, Electrical Equipment 1.588,1 1.782,4 12,2 5,3 0,3
Base Metals and Articles 1.079,0 1.051,3 -2,6 2,4 0,2
Electrical Machinery and Equipment
948,0 1.140,3 20,3 12,3
0,2
Textiles and Textile Articles 938,7 1.046,9 11,5 53,1 0,2
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok
Impor ASEAN-5 dari Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar USD
50.665,7 juta atau naik sebesar 7,3 persen (QtQ) dan 1,5 persen (YoY). Dibandingkan
dengan triwulan III tahun 2014 (YoY), impor dari Tiongkok ke Indonesia dan Malaysia
turun sebesar 12,7 persen dan 11,4 persen. Namun, dibandingkan dengan triwulan III
tahun 2014 (YoY), impor dari Tiongkok ke Singapura, Thailand, dan Philipina masing-
masing naik sebesar 12,0 persen, 11,4 persen dan 12,9 persen.
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal
(SKA)
Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia
Periode SKA Preferensi
(%) SKA Non-Preferensi
(%) SKA Preferensi + SKA Non
Preferensi (%)
2012 45,4 11,8 57,2
2013 50,7 12,4 63,1
2014 50,6 11,9 62,5 Jan-Sept 2015 62,6 13,8 76,4
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
66
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Sepanjang bulan Januari-September 2015, penggunaan SKA preferensi dan SKA non-
preferensi telah mencapai 76,4 persen terhadap total ekspor Indonesia dimana SKA
preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan pemanfaatan sebesar 62,6 persen.
Sementara itu, sepanjang bulan Januari-September 2015, spesifik untuk SKA preferensi,
Form A yang merupakan suatu form preferensi yang ditujukan ke empat puluh negara
dunia yang juga mencakup wilayah Uni Eropa merupakan form yang paling banyak
dimanfaatkan dengan tingkat pemanfaatan sebesar 23,7 persen diikuti oleh Form D
yang merupakan form preferensi yang ditujukan ke negara-negara anggota ASEAN
(18,5 persen). Pada kurun waktu yang sama Form B yang merupakan form non-
preferensi yang ditujukan ke 242 negara di dunia mendominasi pemanfaatan
penggunaan SKA Non-Preferensi dengan tingkat pemanfaatan sebesar 90.7 persen.
Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN
Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan III tahun 2015
adalah sebesar USD 8.308,2 juta sedangkan nilai impor dari Indonesia ke ASEAN
terhitung sebesar USD 9.578,0 juta. Sehingga, pada triwulan ketiga tahun ini Indonesia
mengalami defisit neraca perdagangan sebesar sebesar USD 1.269,7 juta. Berkaitan
dengan pertumbuhan kumulatif nilai ekspor dan impor antara triwulan III 2014 dan
triwulan III tahun 2015, baik ekspor maupun impor mengalami penurunan
pertumbuhan masing-masing sebesar 17,3 persen dan 23,6 persen.
Namun, pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN pada triwulan III tahun 2015 (YoY)
dilihat dari masing-masing negara tujuan, mengalami tren pertumbuhan yang
bervariasi dimana Laos adalah negara tujuan ekspor yang mengalami pertumbuhan
67
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
positif tertinggi (252,9 persen) sedangkan Brunei merupakan negara tujuan yang
ekspor yang mengalami penurunan terbesar (-35,1 persen).
Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN
Negara
Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan
(%)* Proporsi (%)**
Juli-15 Agus-15 Sept-15 Kumulatif Q3 2015 / Q3
2014 (YoY) Q3 2015
Brunei 5,8 5,5 4,7 16,0 -35,1 0,2
Kamboja 28,7 34,3 36,4 99,5 -12,6 1,2
Laos 0,4 0,8 1,3 2,4 252,9 0,03
Malaysia 578,9 581,3 555,1 1.715,2 -27,4 20,6
Myanmar 58,8 50,0 58,3 167,1 15,7 2,0
Filipina 331,1 404,3 401,7 1.137,1 7,3 13,7
Singapura 923,3 1.039,1 1.062,0 3.024,4 -27,6 36,4
Thailand 428,5 508,2 487,4 1.424,1 -9,2 17,1
Vietnam 214,3 269,0 239,1 722,4 21,5 8,7 Total Ekspor 2.569,8 2.892,5 2.846,0 8.308,2 -17,3 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**) : proporsi terhadap total ekspor (%)
Dari aspek impor, semua negara importir juga mengalami trend pertumbuhan yang
bervariasi dengan Myanmar sebagai negara importir yang mengalami pertumbuhan
positif tertinggi (203,7 persen) dan Brunei sebagai negara importir yang mengalami
penurunan terbesar (-54,0 persen).
Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN
Negara
Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan (%)* Proporsi (%)**
Juli-15 Agus-15 Sept-15 Kumulatif Q3 2015 / Q3 2014
(yoy) Q3 2015
Brunei 37,7 0.7 1.8 40.2 -54.0 0,4
Kamboja 1.9 2.0 2.1 6.1 29,6 0,1
Laos 0 0 0 0 -100,0 0,0
Malaysia 722.1 640.0 596.6 1.958.7 -28,4 20,5
Myanmar 15.8 25.0 13.8 54.6 203,7 0,6
Filipina 43.0 67.5 44.3 154.8 -8,4 1,6
Singapura 1.691.7 1.635.4 1.440.5 4.767.6 -23,6 49,8
Thailand 577.9 693.8 695.0 1.966.7 -21,1 20,5
Vietnam 148.6 248.7 232.0 629.4 -19,6 6,6
Total Impor 3.238.7 3.313.2 3.026.1 9.578.0 -23,6 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**) : proporsi terhadap total impor (%)
68 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Juli-September 2015 masing-masing
sebesar 7,26 persen, 7,18 persen, dan 6,25 persen.
Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan III tahun 2015
sebesar Rp 14.086,00 per USD, melemah sebesar 9,9 persen dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Rata-rata IHSG pada triwulan III tahun 2015 sebesar 4.512.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan Agustus 2015
adalah sebesar 20,73 persen, meningkat 0,45 persen dibanding triwulan
sebelumnya (QtQ).
Pada bulan Agustus 2015, rasio kredit bermasalah mengalami peningkatan
sebesar 0,25 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ), yaitu menjadi 2,75
persen.
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN
69 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
69
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER
Perkembangan Moneter Global
Perekonomian dunia masih mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III tahun 2015 terutama terjadi di Amerika Serikat,
Tiongkok, Rusia, dan Brazil. Perlambatan perekonomian diiringi dengan tren
penurunan cadangan devisa berbagai negara kawasan terutama pada negara
kawasan ASEAN. Sebaliknya, peningkatan cadangan devisa terjadi pada negara-
negara maju. Peningkatan cadangan devisa tertinggi dialami oleh Inggris sebesar 2,7
persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ).
Tabel 50. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD)
Juni Juli Agustus September %QtQ
BRIC
Brazil 368,67 368,25 368,16 361,37 -2
Rusia 361,57 357,63 366,34 371,27 2,7
India 356,00 353,46 351,44 350,29 -1,6
Cina 340,77 339,90 334,44 345,79 1,5
ASEAN-5
Indonesia 108,03 107,55 105,35 101,72 -5,8
Malaysia 105,48 96,65 94,73 93,34 -11,5
Singapura 253,28 250,12 250,41 251,64 -0,7
Thailand 160,27 156,94 155,84 155,53 -2,9
Filipina 80,64 80,33 80,26 80,55 -0,1
Fragile-5
Turki 119,61 120,65 121,25 119,68 0,1
Afrika Selatan 46,83 45,82 46,08 46,13 -1,5
Negara Maju
Jepang 1.242,94 1.242,32 1.244,15 1.248,94 0,5
Kawasan Euro 736,76 695,99 714,79 n.a
Inggris 153,89 156,76 157,79 158,02 2,7
Amerika Serikat 120,82 119,21 120,74 120,97 0,1
Sumber: International Monetary Fund, data
Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) tidak
menutup kemungkinan bahwa The Fed akan melakukan kebijakan peningkatan suku
bunganya. Solidnya permintaan domestik merupakan alasan utama The Fed untuk
dapat meningkatkan suku bunganya. Inflasi AS menurun menjadi 0,0 persen pada
bulan September 2015 secara tahunan (YoY) dengan tingkat pengangguran yang
menurun menjadi 5,1 persen dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat
pengangguran AS semakin mendekati tingkat estimasi Non-Accelerating Inflation
Rate Of Unemployment (NAIRU) yang berarti juga memberikan sinyal bahwa peluang
The Fed untuk menaikkan suku bunganya pada akhir tahun 2015 atau awal tahun
2016 semakin besar.
Perekonomian kawasan Euro selama triwulan III tahun 2015 masih
mempertahankan pemulihan ekonominya. Volatilitas politik dan risiko finansial
70 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
70
membayangi pemulihan ekonomi seiring dengan perpanjangan pinjaman Yunani.
European Central Bank (ECB) masih melangsungkan kebijakan Quantitative Easing
(QE) hingga bulan September 2016 untuk menstimulus pertumbuhan dan
menghindari deflasi berkepanjangan. Kebijakan QE masih belum direspon positif
oleh peningkatan tingkat inflasi, bahkan terjadi deflasi pada akhir triwulan III
menjadi 0,1 persen. Tingkat pengangguran mengalami penurunan pada triwulan III
tahun 2015 menjadi 10,8 persen. Disamping itu, indeks kepercayaan konsumen
semakin menurun menjadi -7,1 persen pada akhir triwulan III tahun 2015.
Perekonomian Rusia masih mengalami resesi pada akhir triwulan III tahun 2015.
Dewan Eropa memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia hingga Januari 2016
sehubungan dengan konflik politik antara Rusia-Ukraina yang masih terus berlanjut.
Melemahnya ekonomi Rusia karena ekonomi Rusia sangat tergantung pada ekspor
energi yang dilanda anjloknya harga minyak. Rubel sampai akhir triwulan III tahun
2015 terus melemah terhadap USD. Tingkat inflasi tetap pada kisaran 15 persen
pada bulan September 2015. Tingkat inflasi ini masih jauh di atas target inflasi
jangka panjang Central Bank of Russia (CBR) sebesar 4 persen.
Perekonomian Asia Pasifik mengalami perlambatan. Isu akan terjadinya
peningkatan suku bunga The Fed dan terjadinya depresiasi mata uang negara-
negara emerging market di Asia dapat berpengaruh pada peningkatan biaya
pinjaman, peningkatan volatilitas keuangan, serta pengurangan arus modal negara-
negara di Asia. Sementara itu, perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan
pada triwulan III tahun 2015 seiring dengan melemahnya data manufaktur. Hal ini
semakin memburuk karena masih dirasakannya imbas dari kejatuhan saham
Shanghai Composite (SSEC). Perlambatan ekonomi direspon oleh Bank Sentral
Tiongkok (PboC) dengan memangkas tingkat suku bunganya menjadi 4,6 persen
pada bulan Agustus 2015.
Perekonomian Brazil kembali mengalami penurunan selama triwulan III tahun
2015. Terjadi peningkatan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang
semakin meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat inflasi Brazil pada Juli
mencapai 9,56 persen (YoY), di mana angka ini merupakan yang tertinggi sejak 12
(dua belas) tahun terakhir. Sementara itu tingkat pengangguran Brazil meningkat
menjadi 7,6 persen pada bulan September 2015 yang merupakan pengangguran
tertinggi sejak 2 (dua) tahun terakhir. Kelesuan perekonomian tersebut disikapi
oleh Bank Sentral Brazil (Banco Central do Brasil) dengan memfokuskan kebijakan
moneter untuk pencapaian inflasi pada tingkat 4,5 persen dan tetap
mempertahankan suku bunganya pada triwulan III tahun 2015.
71 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
71
Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase)
Negara Juni-15 Juli-15 Agust-15 Sept-15
Kanada 0,75 0,50 0,50 0,50
Cina 4,85 4,85 4,60 4,60
India 7,25 7,25 7,25 6,75
Selandia Baru 3,25 3,00 3,00 2,75
Sumber: Bank Indonesia
Di tengah prospek peningkatan suku bunga The Fed, selama triwulan III tahun 2015
bank sentral sebagian besar negara memilih untuk mempertahankan suku
bunganya. Adapun beberapa bank sentral yang menurunkan tingkat suku bunganya,
antara lain Kanada, Tiongkok, India, dan Selandia Baru (Tabel 51). Penurunan suku
bunga ini dilakukan untuk menstimulus perekonomian. Penurunan suku bunga bank
sentral diperkirakan akan semakin memperlemah nilai tukar yang diharapkan ke
depannya dapat meningkatkan ekspor masing-masing negara untuk mencapai
surplus neraca perdagangan.
Perkembangan Moneter Domestik
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2015 meningkat menjadi
4,73 persen (YoY) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,67 persen (YoY).
Peningkatan perekonomian Indonesia secara tahunan dari sisi produksi terutama
didorong oleh sektor Informasi dan Komunikasi, sedangkan dari sisi pengeluaran
didorong oleh komponen Konsumsi Pemerintah. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi diiringi oleh penurunan inflasi. Sebaliknya, nilai tukar rupiah mengalami
pelemahan selama triwulan III tahun 2015. Tingkat inflasi September 2015 sebesar
6,83 persen (YoY) dengan nilai tukar rupiah pada posisi akhir bulan Rp 14.653 per
USD. Pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak diikuti dengan peningkatan kinerja
ekspor di mana kinerja ekspor akhir triwulan III tahun 2015 justru menurun
menjadi USD 12,5 miliar yang sebelumnya pada akhir triwulan II tahun 2015
sebesar USD 13,4 miliar.
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan III tahun 2015 sebesar Rp
4507,9 triliun, tumbuh melambat 12,7 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan
pada akhir triwulan II tahun 2015 yang sebesar 13,0 persen (YoY) (Gambar 13).
Perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang kuasi (simpanan berjangka
dan tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta simpanan giro valuta asing)
dan uang beredar dalam arti sempit (M1). Jika dilihat berdasarkan faktor yang
mempengaruhi, perlambatan pertumbuhan uang beredar disebabkan oleh
melambatnya pertumbuhan tagihan kepada sektor lainnya, sebaliknya pertumbuhan
kredit mengalami peningkatan tipis.
72 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
72
Gambar 13. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY)
Sumber: Bank Indonesia
Cadangan Devisa selama Juli-September 2015 masih mengalami penurunan. Pada
Juli 2015 terjadi penurunan cadangan devisa menjadi USD 107,6 miliar. Penurunan
tersebut disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran untuk pembayaran utang luar
negeri Pemerintah dan penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar
Rupiah. Begitu juga dengan cadangan devisa pada Agustus dan September 2015
yang masing-masing menurun menjadi USD 105,4 miliar dan USD 101,7 miliar.
Di tengah perlambatan ekonomi dunia, kinerja pasar modal Indonesia ikut melemah,
hal ini tercermin pada IHSG yang memiliki tren menurun pada akhir triwulan III
tahun 2015. Penurunan IHSG mencapai titik terendahnya pada akhir September
2015 yang mencapai level 4.120,5 dan merupakan IHSG terendah sejak September
2013. Pelemahan indeks saham ini disebabkan oleh sentimen negatif dari faktor
eksternal maupun domestik. Di sisi eksternal, sentiment negatif terutama datang
dari perlambatan manufaktur Tiongkok dan di sisi domestik sentimen negatif
berasal dari melemahnya nilai tukar Rupiah.
INFLASI
Inflasi Global
Sebagian besar negara mengalami penurunan inflasi selama periode Juli-September
2015 (Tabel 52). Penurunan tingkat inflasi terjadi di Indonesia, Brazil, Malaysia,
Filipina, Amerika Serikat, dan Jepang. Bahkan Kawasan Euro dan Inggris mengalami
deflasi pada akhir September 2015. Pada akhir triwulan III tahun 2015, meskipun
inflasi Rusia mengalami penurunan, negara ini tetap menempati tingkat inflasi
tertinggi dibanding negara lainnya dengan nilai inflasi sebesar 15,7 persen (YoY).
Sebaliknya, Thailand merupakan negara yang mengalami tingkat deflasi tertinggi.
Deflasi Thailand pada periode Juli-September 2015 masing-masing sebesar 1,05
persen, 1,19 persen, dan 1,07 persen (YoY). Selain Thailand, Singapura juga tercatat
mengalami deflasi.
73 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
73
Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY)
Jul-15 Agt-15 Sept-15
Indonesia 7,26 7,18 6,25
BRIC
Brazil 9,56 9,53 9,49
Russia 15,6 15,8 15,7
India 4,37 4,35 5,14
China 1,6 2 1,6
ASEAN-4
Singapura -0,4 -0,8 -0,6
Malaysia 3,3 3,1 2,6
Thailand -1,05 -1,19 -1,07
Filipina 0,8 0,6 0,4
Negara Maju
Kawasan Euro 0,2 0,1 -0,1
AS 0,2 0,2 0
Inggris 0,1 0 -0,1
Jepang 0,2 0,2 0
Sumber: Bloomberg, data
Tingkat inflasi Amerika Serikat hingga akhir September 2015 masih jauh dari target
inflasi jangka panjang The Fed sebesar 2,0 persen. Penurunan inflasi terjadi karena
penurunan harga bahan bakar minyak sebagai akibat melimpahnya pasokan.
Tingkat inflasi yang masih jauh dari target The Fed menjadi salah satu pertimbangan
The Fed untuk menunda peningkatan suku bunganya.
Inflasi Domestik
Indonesia tercatat mengalami penurunan tingkat inflasi jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, baik secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM) dan
bahkan mencatatkan deflasi pada bulan September 2015. Penurunan inflasi
terutama terjadi karena kembali normalnya kondisi permintaan dan penawaran
barang, khususnya kelompok bahan makanan setelah Hari Raya Idul Fitri. Meskipun
dampak El-Nino masih dirasakan di beberapa wilayah hingga akhir bulan September
2015, namun secara keseluruhan stabilitas harga bahan pokok masih terkendali.
Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Juli-September 2015 masing-masing
sebesar 7,26 persen, 7,18 persen, dan 6,25 persen. Pada periode yang sama secara
bulanan (MtM), Indonesia mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,93 persen,
0,39 persen, dan -0,05 persen. Sedangkan secara tahun kalender, Indonesia
mencatatkan inflasi sebesar 1,9 persen pada Juli 2015, yang kemudian pada bulan
Agustus dan September 2015 sebesar 2,29 persen dan 2,24 persen (Tabel 53). Inflasi
tahun kalender pada bulan September 2015 merupakan yang terendah selama 10
tahun terakhir.
74 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
74
Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik
Jul-15 Agt-15 Sept-15
Year-on-Year 7,26 7,18 6,83
Month-to-month 0,93 0,39 -0,05
Tahun kalender 1,9 2,29 2,24
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Berdasarkan komponennya, secara tahunan (YoY), inflasi paling tinggi dimiliki oleh
komponen inflasi harga diatur Pemerintah, namun dengan tren yang semakin
menurun. Selama bulan Juli-September 2015 inflasi harga diatur Pemerintah
masing-masing mencatatkan inflasi sebesar 13,53 persen, 12,32 persen, dan 11,26
persen. Adapun inflasi harga bergejolak memiliki tren yang berfluktuasi selama
periode yang sama. Sementara itu, inflasi inti masih dalam kisaran stabil. Berbeda
halnya secara tahunan, inflasi harga bergejolak secara bulanan (MtM) mengalami
penurunan dan mencatatkan deflasi pada bulan September 2015 sebesar 1,25
persen (Tabel 54).
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen
Komponen
YoY MtM
Jul-15 Agt-15 Sept-
15 Jul-15 Agt-15
Sept-
15
Inti 4,86 4,92 5,07 0,34 0,52 0,44
Bergejolak 8,97 9,65 8,52 2,13 0,95 -1,25
Diatur pemerintah 13,53 12,32 11,26 1,67 -0,45 -0,4
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Pada bulan Juli dan September 2015, komponen harga bergejolak merupakan
pembentuk tertinggi inflasi/deflasi bulanan (MtM), dimana pada bulan Juli 2015
harga bergejolak menyumbang inflasi sebesar 0,39 persen dan pada bulan
September 2015 harga bergejolak menyumbang deflasi sebesar 0,23 persen. Kondisi
yang berbeda terjadi pada bulan Agustus 2015 dimana inflasi harga bergejolak dan
harga diatur Pemerintah tidak menjadi penyumbang inflasi terbesar, melainkan
penyumbang inflasi terbesar dibentuk oleh inflasi inti yang mencapai 0,31 persen
(Tabel 55).
Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share)
Komponen
Apr-15 Mei-15 Jun-15
UMUM (headline) 0,36 0,5 0,54
Inti 0,14 0,13 0,16
Bergejolak -0,15 0,29 0,33
Diatur Pemerintah 0,37 0,08 0,05
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
75 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
75
Secara tahunan (YoY), terdapat tiga kelompok pengeluaran yang memiliki inflasi
tertinggi selama triwulan III tahun 2015, yaitu kelompok pengeluaran makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau, bahan makanan, serta kelompok pengeluaran
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Jika dilihat secara bulanan (MtM), terjadi kondisi yang berbeda setiap bulannya.
Pada bulan Juli 2015, inflasi bulanan tertinggi dimiliki oleh kelompok pengeluaran
Bahan Makanan sebesar 2,02 persen (MtM). Komoditas yang dominan memberikan
sumbangan inflasi antara lain ikan segar, daging ayam ras, dan cabai merah. Pada
Agustus 2015, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 1,72 persen (MtM), sebaliknya terjadi
deflasi pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan
sebesar 0,58 persen (MtM). Sementara itu, pada bulan September 2015 kelompok
Bahan Makanan mengalami deflasi tertinggi sebesar 1,07 persen (MtM), komoditas
yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain daging ayam ras, cabai
merah, bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng. Sebaliknya inflasi tertinggi
terjadi pada kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,89 persen
(MtM) (Tabel 56).
Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY)
Kelompok Pengeluaran YoY MtM
Jul-15 Agt-15 Sept-15 Jul-15 Agt-15 Sept-15
UMUM (headline) 7,26 7,18 6,83 0,93 0,39 -0,05
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 8,67 8,17 8,00 1,74 -0,58 -0,4
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 4,02 4,17 4,39 0,34 1,72 0,89
Kesehatan 5,60 5,99 6,15 0,36 0,70 0,44
Sandang 3,29 3,06 4,10 0,39 0,01 0,83
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 6,99 6,38 5,78 0,13 0,16 0,20
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau 8,19 8,39 8,26 0,51 0,71 0,39
Bahan Makanan 8,66 9,26 8,26 2,02 0,91 -1,07
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Secara tahunan (YoY), 82 kabupaten/kota mengalami inflasi selama triwulan III
tahun 2015 (Lampiran 1). Pada akhir triwulan III tahun 2015, terjadi inflasi sebesar
6,83 persen (YoY) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,67. Selama
Juli-September 2015, kota Tual tercatat memiliki inflasi tertinggi masing-masing
sebesar 14,93 persen (YoY); 14,26 persen (YoY); dan 13,67 persen (YoY). Inflasi
tahunan tertinggi di kota Tual terjadi pada kelompok Bahan Makanan. Sementara
itu, inflasi tahunan terendah di bulan Juli dimiliki oleh kota Maumere, di bulan
Agustus dimiliki oleh kota Manokwari, dan di bulan September dimiliki oleh kota
76 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
76
Meulaboh. Ketiga kota tersebut mencatat tingkat deflasi pada kelompok pengeluaran
Bahan Makanan.
Secara bulanan (MtM) sebaran inflasi/ deflasi di 82 kabupaten/ kota lebih merata
dibandingkan secara tahunan (Lampiran 1). Inflasi tertinggi pada bulan Juli 2015
dimiliki kota Pangkal Pinang sebesar 3,18 persen (MtM), pada bulan Agustus 2015
dimiliki kota Tanjung Pandan sebesar 2,29 persen (MtM), dan pada bulan September
2015 dimiliki kota Merauke sebesar 1,33 persen (MtM). Bahan makanan
mendominasi inflasi pada kota Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan, terutama pada
komoditas ikan dan daging. Sementara itu, di Merauke penyebab tingginya inflasi
adalah sektor pendidikan karena memasuki tahun ajaran baru. Sebaliknya, deflasi
terendah pada bulan Juli dimiliki kota Merauke; pada bulan Agustus dimiliki kota
Ambon; dan pada bulan September dimiliki kota Sibolga.
Nilai Tukar Mata Uang Dunia
Berdasarkan nilainya pada akhir bulan, selama triwulan III tahun 2015, dolar
Amerika Serikat (USD) menguat pada sebagian besar mata uang negara lain baik
secara bulanan (MtM), awal tahun (YtD), maupun tahunan (YoY) (Lampiran 2). Tren
penguatan USD sejalan dengan normalisasi kebijakan The Fed dan perbaikan data
perekonomian Amerika Serikat yang memberikan tekanan terhadap hampir semua
mata uang dunia, termasuk Rupiah.
Secara bulanan (MtM), pada bulan Juli 2015, USD menguat terhadap seluruh mata
uang, termasuk Rupiah. Tekanan tertinggi dialami oleh Kyat Myanmar dimana
penguatan USD terhadap Kyat sebesar 10,5 persen (MtM). Sementara itu, pada bulan
Agustus 2015 tekanan tertinggi dialami Ringgit Malaysia, sebaliknya USD sempat
melemah hingga 2 persen (MtM) terhadap Yen Jepang dan Euro. Pada September
2015 tekanan tertinggi dialami oleh Real Brazil, sebaliknya USD melemah terhadap
Rupee India, Yen Jepang, Renminbi Cina, dan Peso Filipina.
Jika dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), selama Juli-
September 2015, USD menguat terhadap hampir seluruh mata uang negara lain.
Penguatan USD terhadap Real Brazil adalah yang tertinggi selama bulan Juli-
September 2015. Dolar Amerika Serikat sempat melemah secara YtD terhadap
Poundsterling Inggris sebesar 0,2 persen pada bulan Juli 2015.
Rusia merupakan negara yang mengalami tekanan tertinggi secara tahunan (YoY)
Rusia pada akhir bulan Juli-September 2015 dibanding mata uang lainnya, dengan
penguatan sekitar 65-73 persen. Konflik politik dan tren penurunan harga minyak
menjadi penyebab utama goncangnya perekonomian Rusia, termasuk pelemahan
Rubel Rusia.
77 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
77
Gambar 14. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)
Sumber: Bank for International Settlements
Secara relatif, nilai tukar rupiah tergolong lemah dibandingkan mata uang negara
sekawasan, namun sedikit lebih baik dibandingkan Ringgit Malaysia dan Kyat
Myanmar. Pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) memang tidak hanya
membuat rupiah melemah, namun juga mengkoreksi nilai tukar mata uang beberapa
negara. Sementara itu, secara riil, nilai tukar rupiah relatif lebih rendah
dibandingkan negara sekawasan lainnya dan menunjukkan tren penurunan (lihat
Gambar 14). Pada bulan September 2015, nilai REER Indonesia menurun menjadi
85,53 dibanding bulan sebelumnya, akan tetapi REER Indonesia berada diatas REER
Malaysia yang sebesar 85,51. Pada bulan September 2015, nilai REER negara
kawasan ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar 115,80, disusul REER
Singapura dan Thailand masing-masing 110,56 dan 100,81.
Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan III tahun 2015 sebesar
Rp 14.086,00 per USD, melemah sebesar 9,9 persen dibandingkan triwulan
sebelumnya. Nilai tukar Rupiah terhadap USD pada akhir bulan September 2015
mencapai Rp 14.653,00 per USD. Pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh faktor
eksternal maupun faktor internal. Tekanan terhadap Rupiah dari faktor eksternal;
terutama dipengaruhi oleh faktor kekhawatiran akan normalisasi kebijakan Bank
Sentral AS (The Fed). Kekhawatiran tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi AS
yang semakin didukung kuat dengan perlambatan ekonomi Tiongkok, sehingga
mendorong permintaan terhadap dolar AS yang selanjutnya menopang penguatan
USD. Sedangkan dari faktor internal antara lain dengan berkurangnya nilai ekspor
dan cadangan devisa serta adanya lonjakan permintaan terhadap USD untuk
pembayaran utang.
78 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
78
Indeks Harga Saham
Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama triwulan III tahun 2015
mengalami tren pelemahan saham dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara
bulanan (MtM), pada bulan Juli 2015, pelemahan indeks saham tertinggi dialami
oleh Tiongkok (SSEA) mencapai 14,3 (MtM) persen, sedangkan penguatan saham
dialami oleh kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Malaysia. Pada
bulan Agustus dan September 2015, hampir seluruh indeks saham mengalami
pelemahan secara bulanan. Tiongkok (SSEA) dan Jepang (N225) mengalami
pelemahan indeks terdalam pada bulan Agustus dan September 2015. Sementara
itu, Malaysia menunjukkan penguatan indeks saham meski tipigas pada akhir bulan
September 2015 yaitu sebesar 0,5 persen (MtM). Pelemahan bursa saham karena
sentimen negatif dari perlambatan ekonomi dunia yang diperkirakan masih akan
berlanjut hingga akhir tahun 2015 (Lampiran 3).
Dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), negara yang bursa
sahamnya mengalami pelemahan secara berkala selama triwulan III tahun 2015
adalah Indonesia (IHSG), Singapura (STI), Malaysia (KLCI), Thailand (SETI), dan
Amerika Serikat (DJIA). Indonesia (IHSG) mengalami pelemahan terdalam secara
YtD selama bulan Juli-September 2015 dengan masing-masing pelemahan 8,1
persen, 13,7 persen, dan 19,2 persen. Sebaliknya, secara YtD, indeks saham Jepang
(N225) mengalami penguatan tertinggi pada bulan Juli 2015 dan Agustus 2015,
masing-masing 18 persen (YtD) dan 8,3 persen (YtD).
Bursa saham yang mengalami penguatan terbesar secara tahunan (YoY) selama
triwulan III tahun 2015 adalah Tiongkok (SSEA) yang mencapai 66,4 persen (YoY)
pada akhir bulan Juli 2015 dengan pertumbuhan yang semakin menurun menjadi
sebesar 29,1 persen pada akhir September 2015. Sebaliknya, bursa saham yang
mengalami pelemahan terbesar adalah Rusia (RTS), yakni mencapai 29,7 persen
(YoY) pada akhir bulan September 2015.
Seiring dengan perbaikan ekonomi di AS, pada tanggal 30 September 2015, Indeks
DJIA dan S&P 500 ditutup pada level 16.284,7 dan 1.998,7. Jika dibandingkan secara
bulanan (MtM), awal tahun (YtD), maupun tahunan (YoY), terlihat bahwa bursa
saham Wall Street memiliki tren positif hanya pada bulan Juli 2015 dan selanjutnya
mengalami tren negatif. Pelemahan bursa saham Wall Street seiring dengan
pelemahan bursa kawasan Eropa (STOXX-50) akibat goncangan saham Volkswagen.
79 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
79
Gambar 15. Indeks Saham BRIC & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
Gambar 16. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
Gambar 17. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
80 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
80
Rata-rata IHSG pada triwulan III tahun 2015 sebesar 4.512. Nilai rata-rata IHSG
tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II tahun 2015. IHSG baik secara
bulanan (MtM), awal tahun (YtD), dan tahunan (YoY) mengalami pelemahan. Tren
pelemahan IHSG semakin tinggi hingga akhir September 2015, namun dilanjutkan
dengan penguatan pada awal hingga pertengahan Oktober 2015. Pergerakan yang
sama juga dialami oleh indeks saham negara-negara ASEAN 3 (Malaysia, Singapura,
dan Thailand). Begitu juga dengan indeks saham Tiongkok dan India. Akan tetapi,
jika dibandingkan dengan negara maju, tren IHSG menunjukkan tren pelemahan
terburuk (Gambar 15, 16, dan 17). Pelemahan IHSG selama triwulan III tahun 2015
terutama dipengaruhi oleh sentimen negatif eksternal melemahnya manufaktur
Tiongkok beserta sentiment negatif internal terhadap data-data perekonomian
domestik yang belum kondusif, namun cukup terkendali dengan dikeluarkannya
paket kebijakan Pemerintah.
Indeks Harga Komoditas Internasional
Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global
40
60
80
100
120
140
160
BERAS GULA GANDUM COKELAT JAGUNG KACANG KEDELAI Sumber: Bloomberg, data diolah
(3 Januari 2012=100)
Mayoritas komoditas internasional masih mengalami pergerakan indeks harga yang
menurun selama triwulan III tahun 2015, baik secara bulanan (MtM), dibanding
awal tahun (YtD) maupun secara tahunan (YoY). Komoditas beras adalah satu-
satunya komoditas yang mengalami penguatan indeks harga selama Juli-Agustus
2015, baik secara bulanan (MtM) maupun dibanding awal tahun (YtD). Sedangkan
secara tahunan (YoY), hampir semua indeks harga komoditas terpilih mengalami
penurunan secara berkala dengan penurunan indeks harga terdalam dimiliki
komoditas minyak mentah Brent Oil dan gas alam (Lampiran 4).
Pada awal triwulan III tahun 2015, sebagian besar indeks harga komoditas pangan
global mengalami penurunan dan berlanjut hingga Agustus 2015. Kondisi yang
berbeda terjadi pada bulan September 2015 dimana mayoritas indeks harga
komoditas pangan global mengalami peningkatan kecuali komoditas kacang kedelai
81 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
81
(Gambar 18). Harga kedelai jatuh sebagai akibat cuaca yang buruk di wilayah
perkebunan Amerika Serikat dan Brazil sebagai sentra penghasil kedelai dan
membuat produksi hasil perkebunan menurun.
Gambar 19. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global
Sumber: Bloomberg, data diolah
(3 Januari 2012=100)
Tren penurunan indeks harga sebagian besar komoditas yang terjadi pada triwulan
III tahun 2015 ini mencerminkan kelesuan perekonomian dunia. Pada akhir bulan
September 2015 komoditas mineral global yang mengalami peningkatan indeks
harga secara bulanan (MtM), sedangkan minyak mentah Brent Oil, gas alam dan
komoditas logam mulia berupa emas masih melanjutkan penurunan indeks harga
(Gambar 19). Kecenderungan penurunan indeks harga logam mulia menunjukkan
bahwa permintaan akan komoditas ini menurun seiring dengan penguatan dolar
Amerika Serikat yang membuat sifat hedging logam mulia emas menjadi turun.
Tren penurunan harga minyak yang terjadi sejak pertengahan tahun 2014 lalu
karena melimpahnya pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang tidak
didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari negara OPEC. Sementara itu,
anjloknya harga juga tidak didukung oleh peningkatan permintaan global akan
komoditas ini. Penurunan indeks harga gas alam secara utama disebabkan oleh
meningkatnya produksi khususnya
Harga Bahan Pokok Nasional
Selama periode Juli-September 2015 mayoritas komoditas bahan pokok terpilih
mengalami pergerakan harga yang fluktuatif secara bulanan (MtM). Sementara itu,
hanya gula pasir yang mengalami penurunan harga secara berkala. Pada akhir bulan
Juli dan Agustus 2015, harga bahan pokok yang mengalami peningkatan harga
terbesar dialami oleh cabai merah keriting, cabe merah biasa beserta daging ayam
broiler. Ketiga komoditas tersebut masing-masing meningkat sekitar 3-4 persen
(MtM) pada akhir Agustus 2015. Sebaliknya, pada akhir bulan September 2015
komoditas daging ayam broiler, telur ayam ras, cabe merah keriting, dan cabe merah
82 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
82
biasa mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 12,7 persen, 3,3 persen,
2,7 persen, dan 5,4 persen (MtM) (Lampiran 5). Penurunan harga terutama
disebabkan oleh kembali normalnya permintaan bahan pokok setelah perayaan hari
besar Idul Adha terutama pada komoditas daging ayam, telur, dan cabai merah.
Komoditas bawang merah mengalami penurunan harga terdalam mencapai 9,9
persen (MtM) pada Juli 2015 dan dilanjutkan dengan penurunan sebesar 18,3
persen (MtM) pada akhir Agustus 2015 (Gambar 20). Anjloknya harga bawang
merah ditengarai karena panen raya yang bersamaan di beberapa wilayah di
Indonesia.
Gambar 20. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok
Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah (2009=100)
Jika dibandingkan dengan posisi pada awal tahun 2015 (YtD), selama bulan Juli-
September 2015, komoditas bahan pokok yang mengalami peningkatan harga
secara berkala adalah daging sapi, telur ayam ras, tepung terigu, beras medium, dan
gula pasir. Sebaliknya, komoditas yang mengalami tren penurunan harga adalah
minyak goreng curah, kedelai impor, kedelai lokal, cabe merah keriting, dan cabe
merah biasa. Penurunan harga tertinggi terjadi pada komoditas cabe merah keriting
dan cabe merah biasa dimana masing-masing turun sebesar 47,4 persen dan 48,5
persen (YtD) pada akhir September 2015.
Secara tahunan (YoY), selama triwulan III tahun 2015, mayoritas harga bahan pokok
nasional meningkat. Sementara itu hanya komoditas minyak goreng curah dan
kedelai impor yang mengalami tren penurunan harga secara berkala. Adapun bahan
pokok yang mengalami fluktuasi harga secara tahunan antara lain daging ayam
broiler, kedelai lokal, dan bawang merah.
Respon Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 17 September 2015
memutuskan untuk mempertahankan BI rate menjadi sebesar 7,5 persen dengan
suku bunga Lending Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit Facility
pada level 5,50 persen. Keputusan mempertahankan tingkat suku bunga didasarkan
pada tingkat inflasi yang diperkirakan masih dalam kisaran inflasi yang rendah dan
83 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
83
terkendali. Keputusan BI-rate dipandang sejalan dengan target inflasi yang
terkendali dan rendah di bawah sasaran 4±1 persen pada 2015-2016 dan untuk
mendukung terwujudnya surplus transaksi berjalan.
Pada akhir Agustus 2015, BI melakukan perubahan kedua atas Peraturan Bank
Indonesia (PBI) tentang transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan
Pihak Domestik dan Pihak Asing. Bank Indonesia mengubah batas nilai maksimum
pembelian valuta asing (valas) melalui transaksi spot yang dilakukan tanpa
keperluan tertentu (underlying) menjadi sebesar 25.000 USD per bulan per nasabah.
Hal ini dilakukan oleh BI sebagai upaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Pada September 2015, sejalan dengan paket kebijakan Pemerintah, dalam rangka
menjaga stabilitas perekonomian, Bank Indonesia mengeluarkan lima paket
kebijakan, yaitu: (i) Memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong sektor riil
dari sisi supply perekonomian; (ii) Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah; (iii)
Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah; (iv) Memperkuat pengelolaan
penawaran dan permintaan valuta asing (valas); dan (v) Langkah-langkah lanjutan
untuk pendalaman pasar keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga masih konsisten
dengan kebijakan pelonggaran makroprudensial untuk menstimulus perekonomian
melalui penyesuaian kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) dengan instrumen
pelonggaran batas atas Loan to Funding Ratio (LFR) bagi bank yang sudah
memenuhi pencapaian tertentu Kredit UMKM dengan kualitas kredit yang baik.
Mengingat permasalahan domestik dan tantangan perekonomian global yang masih
diwarnai ketidakpastian, Pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.
Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon kebijakan dalam meredam fluktuasi
nilai tukar rupiah, yaitu: (i) Mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur. Di
tengah pelemahan konsumsi dan net-ekspor, kunci peningkatan pertumbuhan
ekonomi adalah kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah perlu menerapkan
kebijakan fiskal countercyclical. Pertumbuhan yang tinggi dan membaiknya
fundamental perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk menarik kembali
kepercayaan investor dan membangun persepsi positif pasar, sehingga sudden
capital outflow dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk manufaktur,
prioritas impor untuk barang modal yang sifatnya produktif. Current Account Deficit
(CAD) yang sehat merupakan syarat bagi rupiah untuk kembali menggeliat. Namun,
pemerintah jangan terlena dengan CAD yang membaik, tanpa melihat komposisi
didalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal utama perbaikan CAD.
Sementara impor dapat diprioritaskan untuk membeli barang modal terutama yang
mendukung pembangunan infratsruktur; (iii) Manajemen ekspektasi penting.
Meningkatkan kualitas komunikasi publik untuk menciptakan optimisme dan
mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan menyampaikan
capaian yang sudah dilakukan pemerintah secara berkala, terutama terkait dengan
proyek-proyek besar.
84 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
84
Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus
diintensifkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter
tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem
keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial,
dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap secara konsisten diarahkan
untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke
tingkat yang lebih sehat.
SEKTOR PERBANKAN
Gambar 21. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Agustus 2015
Indikator ketahanan perbankan dan sektor keuangan cukup terjaga di triwulan ke III
tahun 2015 di tengah pertumbuhan ekonomi yg masih terbatas. Hal tersebut
ditunjukkan Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) meningkat
dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat CAR pada bulan Agustus 2015 adalah
sebesar 20,73 persen, meningkat 0,45 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ).
Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen pada
bulan Agustus 2015 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (QtQ) menjadi
88,81 persen. Untuk rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sedikit
mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ)
menjadi 2,75 persen di bulan Agustus 2015.
Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan tetap tumbuh meskipun mengalami
perlambatan di tengah terbatasnya pertumbuhan perekonomian domestik. Pada
triwulan III tahun 2015, pertumbuhan DPK mengalami perlambatan dari 13,18
persen (YoY) pada triwulan sebelumnya menjadi 11,51 persen (YoY). Secara
nominal, DPK pada triwulan III tahun 2015 tumbuh sebesar 2,32 persen dibanding
triwulan sebelumnya menjadi Rp. 4.322 triliun.
85 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
85
Gambar 22. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015
Gambar 23. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015
Kredit masih tetap menunjukkan pertumbuhan, di tengah pertumbuhan ekonomi yg
masih terbatas. Kredit triwulan III tahun 2015 tercatat sebesar Rp 3.987 triliun,
tumbuh sebesar 3,16 persen dibanding triwulan sebelumnya atau sebesar 10,90
persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kredit Modal Kerja tercatat tumbuh
sebesar 3,10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (QtQ) atau sebesar 10,32
persen dibandingkan tahun sebelumnya (YoY) menjadi sebesar Rp 1.894 triliun.
Kredit Investasi tumbuh sebesar 4,27 persen dibandingkan triwulan sebelumnya
(QtQ) atau sebesar 13,03 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY). Pada bulan
September 2015, kredit investasi tercatat sebesar Rp 977 triliun. Kredit Konsumsi
juga mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 2,29 persen dibandingkan triwulan
sebelumnya (QtQ) atau sebesar 10,17 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY).
Tercatat pada bulan September 2015, kredit konsumsi adalah sebesar Rp 1.117
triliun.
86 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
86
Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku
mencapai 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 486,7 triliun.
Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai
5,26 persen (YoY).
Rata-rata kunjungan wisman per bulan selama triwulan kedua tahun ini sekitar 776.303 orang
dengan jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang.
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DAN
PARIWISATA
87 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
87
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Gambar 24. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Pada triwulan III Tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga
berlaku mencapai Rp. 531,7 triliun dan tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY).
Pertumbuhan sektor industri non-migas tersebut mampu menopang pertumbuhan
PDB nasional pada triwulan III tahun 2015 yang hanya tumbuh sebesar 4,71 persen
(YoY). Hal ini melanjutkan tren yang sudah dimulai dari tahun 2011. Di tengah
perlambatan ekonomi baik di Indonesia maupun dunia, tumbuhnya sektor industri
pengolahan non-migas menjadi sebuah pencapaian yang sangat baik.
Gambar 25. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
88 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
88
Sebagian besar dari lima belas subsektor pengolahan non-migas mencatatkan
pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri kimia,
farmasi dan obat tradisional; industri barang logam dan industri makanan dan
minuman (mamin) yang berturut-turut tumbuh 8,6 persen, 8,0 persen dan 7,9
persen (Gambar 25). Di sisi lain, tiga subsektor industri pengolahan non-migas
mencatat pertumbuhan negatif diantaranya industri tekstil dan pakaian jadi,
industri kertas, serta barang dari kertas dan kayu. Pada tiga triwulan terakhir tahun
2015, industri tekstil mencatat pertumbuhan negatif. Dengan kurang lebih 1,3 juta
tenaga kerja yang bekerja di sektor tekstil, pertumbuhan negatif tersebut menjadi
perhatian khusus bagi para pemangku kepentingan. Asosiasi Pertekstilan Indonesia
menyatakan bahwa pertumbuhan yang negatif tidak hanya disebabkan oleh
turunnya permintaan dari luar negeri, tetapi juga disebabkan oleh penurunan daya
beli masyarakat Indonesia dan mahalnya biaya input, khususnya biaya gaji buruh.
Hal ini sangat mungkin untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga sejauh mana
efektivitas metode baru penghitungan upah minimum provinsi (UMP). Penetapan
UMP hanya sebesar jumlah persentase pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat
meringankan beban usaha pelaku industri tekstil.
Gambar 26. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Pada triwulan III tahun 2015, subsektor makanan dan minuman masih menjadi
subsektor yang dominan dalam industri pengolahan non-migas. Kontribusi
subsektor makanan dan minuman dalam pertumbuhan PDB industri pengolahan
non-migas merupakan yang terbesar, atau mencapai hampir 45,0 persen dari
pertumbuhan industri pengolahan non-migas. Pelaku usaha sektor makanan
minuman yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia (GAPMMI), memberikan pertimbangan kepada para pemangku kebijakan
terkait dengan ketersediaan bahan baku seperti gula, garam, daging hewan dengan
harga kompetitif. Hal ini menjadi perhatian utama, sehingga mendukung
5,24
89 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
89
pertumbuhan subsektor makanan minuman. Pemangku kebijakan harus tetap
memperhitungkan tren penurunan daya beli masyarakat yang mempengaruhi
pertumbuhan subsektor makanan, meskipun subsektor ini memiliki tingkat
elastisitas permintaan yang rendah.
Gambar 27. Tenaga Kerja Sektor Industri (Juta Jiwa)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Jumlah tenaga kerja industri per bulan Agustus 2015 adalah sejumlah 15,25 juta
tenaga kerja, relatif tidak berubah jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja per
bulan Agustus 2014. Di tengah kelesuan perekonomian global, penambahan jumlah
tenaga kerja sektor industri menjadi sebuah hal sulit. Berdasarkan informasi yang
didapat dari beberapa asosiasi industri, pelaku usaha berusaha untuk tidak
melakukan PHK dan lebih memilih untuk melakukan pengurangan jam kerja
ataupun merelokasi industri menuju daerah dengan biaya tenaga kerja yang lebih
murah. Namun demikian, jika pelemahan perekonomian terus berlanjut maka
pilihan PHK menjadi sesuatu yang sulit dihindari.
Gambar 28. Ekspor Produk Industri
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Nilai ekspor produk industri Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2015
mencapai USD 25,4 miliar, atau mengalami penurunan sebesar 10,05 persen
dibandingkan triwulan II tahun 2014 (YoY). Melihat pertumbuhan ekonomi global
90 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
90
yang terus menurun dan kinerja ekspor yang melambat, target ekspor yang
dicanangkan naik hingga tiga kali lipat di 2019 akan menjadi sebuah tantangan
besar. Salah satu penyebab penurunan ekspor komoditas maupun manufaktur
adalah karena turun nya permintaan dari Tiongkok, Jepang dan Eropa. Hal ini perlu
diantisipasi karena tren penurunan ekspor produk industri, dimana ekspor industri
sudah menurun selama empat triwulan berturut-turut. Selain itu, pemangku
kebijakan dapat mengeluarkan kebijakan yang mengantisipasi penurunan
permintaan dunia dan mendukung pertumbuhan ekspor industri.
Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri
Proyek investasi PMA pada triwulan III tahun 2015 telah direalisasikan melalui
1.648 proyek dengan nominal investasi sebesar USD 3,1 miliar. Investasi PMA
mengalami kenaikan nominal yang signifikan yaitu sebesar USD 0,6 miliar,
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
investasi pada sektor tambang, industri logam, mesin dan elektronik, kendaraan
bermotor, alat berat, perumahan, serta listrik dan gas. Proyek investasi di bidang
kelistrikan mengalami kenaikan sangat signifikan dari triwulan sebelumnya. Kondisi
ini disebabkan banyaknya proyek elektrifikasi oleh pemerintah yang mulai
dikerjakan, dimana yang sebagian besar diserahkan oleh investor asing.
Sampai dengan triwulan III tahun 2015, realisasi investasi industri PMA yang telah
dilaksanakan mencapai nilai sebesar USD 8,5 miliar. Apabila dibandingkan dengan
capaian realisasi investasi PMA triwulan III tahun 2014, pada tahun 2015
mengalami penurunan sebesar USD 1,6 miliar. Hal ini disebabkan oleh kelesuan
ekonomi dunia yang dialami oleh negara maju maupun negara berkembang. Namun
demikian, laporan terbaru terkait investasi dunia dalam World Investment Report
2015 yang dirilis oleh PBB menyebutkan bahwa Asia bagian Timur (terdiri dari Asia
Timur dan Asia Tenggara) merupakan salah satu wilayah tujuan investasi asing
terbesar di dunia dan Indonesia menduduki posisi kedua tertinggi di Asia Timur dan
posisi tertinggi pertama di Asia Tenggara dalam PMA.
Gambar 29. Perkembangan PMA Sektor Industri
Sumber: BKPM 2015, diolah
91 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
91
Pada triwulan III tahun 2015, jumlah proyek PMA menurun sebesar 238, dibanding
triwulan sebelumnya. Namun demikian, jumlah total investasi proyek PMA sampai
dengan triwulan III tahun 2015 telah melampaui jumlah investasi proyek PMA yang
direalisasikan di tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan III tahun 2015, jumlah
total investasi PMA telah mencapai 4,854 proyek, sedangkan hanya mencapai 4,509
pada tahun 2014
Di sisi lain, nilai PMDN triwulan III tahun 2015 mencapai Rp 20 triliun dan jumlah
proyek PMDN mencapai 516 proyek yang terealisasi. Berdasarkan nilai maupun
jumlah PMDN di triwulan III tahun 2015 mengalami penurunan, dibandingkan
triwulan II tahun 2015. Hal tersebut berkaitan dengan siklus investasi yang memang
selalu naik di pertengahan dan akhir tahun. Nilai investasi PMDN di sektor industri
mulai melampaui pencapaian investasi di tahun 2014. Sampai dengan triwulan III
tahun 2015, total nilai investasi PMDN di tahun 2015 sudah mencapai Rp 63,06
triliun, atau meningkat sebesar Rp 21,26 triliun dibandingkan tahun 2014. Hal yang
sangat menarik diperhatikan yaitu ketika kelesuan ekonomi yang sangat tinggi
dirasakan oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia, ternyata para
investor dalam negeri banyak menanamkan modalnya di sektor industri industri
makanan, kimia, farmasi, mineral non logam, dan permesinan serta elektronik.
Gambar 30. Perkembangan PMDN Sektor Industri
Sumber: BKPM 2015, diolah
Berdasarkan secara keseluruhan PMA sektor industri, gambar 30 menunjukkan
bahwa sebanyak USD 724 juta dari total investasi PMA sebesar USD 3,145 miliar
diinvestasikan pada subsektor industri logam, mesin dan elektronik. Investasi
tersebut merupakan investasi yang bertahan di posisi tertinggi dari tahun 2014,
disusul oleh investasi industri dari subsektor kimia dan farmasi yaitu sebesar 578
juta USD, serta subsektor kendaraan bermotor dan alat transportasi sebesar 526
juta USD. Secara keseluruhan realisasi PMA berdasarkan asal negara adalah,
investasi Malaysia tercatat USD 2,6 miliar, Singapura USD 2,3 miliar, Jepang USD 1,6
miliar, Amerika Serikat USD 0,6 miliar, dan British Virgin Islands sebesar USD 0,4
miliar.
92 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
92
Tabel 57. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMA Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015
No Subsektor Industri Nilai PMA
(Juta USD)
Jumlah Proyek
PMA
1 Industri Makanan 421 328
2 Industri Tekstil 136 137
3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 61 63
4 Industri Kayu 6 25
5 Ind. Kertas dan Percetakan 186 49
6 Ind. Kimia dan Farmasi 578 199
7 Ind. Karet dan Plastik 236 117
8 Ind. Mineral Non Logam 255 73
9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 724 394
10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam
0 2
11 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain
526 183
12 Industri Lainnya 15 78
TOTAL 3,145 1,648
Sumber: BKPM 2015, diolah
Pada triwulan III tahun 2015, realisasi investasi proyek PMDN untuk sektor industri
masih didominasi oleh industri makanan yang mencapai 204 unit proyek, industri
kimia farmasi sebesar 71 unit proyek, serta industri logam, mesin dan elektronik
sebanyak 64 unit proyek. Sampai dengan triwulan III tahun 2015, berdasarkan
realisasi investasi PMDN secara akumulatif nilai terbesar masih dipegang oleh
subsektor industri makanan sebesar 636 unit proyek dan industri logam, mesin dan
elektronik sebesar 223 unit proyek. Selanjutnya, posisi ketiga dan keempat terbesar
adalah subsektor industri kimia dan farmasi serta subsektor karet dan plastik
masing-masing sebesar 218 dan 174 unit proyek PMDN pada tahun 2015.
Sejalan dengan jumlah investasi proyek PMDN tersebut, industri makanan juga
menerima nominal investasi terbesar dibanding sektor lainnya, yakni sebesar 29,0
persen atau total investasi sampai dengan triwulan III tahun 2015 sebesar Rp 18,1
triliun. Hal ini terjadi di tahun-tahun sebelumnya karena makanan merupakan salah
satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Selanjutnya, investasi PMDN dari investasi
industri kimia dan farmasi sebesar 25,0 persen atau Rp 16,05 triliun. Pertumbuhan
PDB industri sektor makanan dan minuman terus mengalami kenaikan pada tiap
triwulannya. Pada tahun 2015 PDB industri telah tumbuh sebesar 8,4 persen, 8,6
persen, dan 7,0 persen pada triwulan I hingga triwulan III tahun 2015. GAPMMI
mencatatkan bahwa banyaknya investor yang melirik masuk ke industri makanan
93 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
93
dan minuman di Indonesia, karena didorong oleh besarnya populasi yang
merepresentasikan tingkat konsumsi makanan dan minuman di tanah air.
Tabel 58. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMDN Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015
No Subsektor Industri Nilai PMDN
(Rp. Miliar)
Jumlah Proyek
PMDN
1 Industri Makanan 3,969 204
2 Industri Tekstil 274 23
3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki - 4
4 Industri Kayu 942 18
5 Ind. Kertas dan Percetakan 2,002 19
6 Ind. Kimia dan Farmasi 5,020 71
7 Ind. Karet dan Plastik 409 46
8 Ind. Mineral Non Logam 5,255 45
9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 2,053 64
10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik &
Jam
- 1
11 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat
Transportasi Lain
104 17
12 Industri Lainnya 21 4
TOTAL 20,049 516
Sumber: BKPM 2015, diolah
Industri makanan dari tahun ke tahun masih menjadi primadona para pelaku bisnis
global. Hal ini disebabkan oleh perekonomian Indonesia yang sebagian besar
ditopang oleh sektor konsumsi. Semakin banyaknya jumlah kalangan menengah di
Indonesia didukung dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan mencapai
250 juta orang, nilai investasi subsektor industri makanan akan terus meningkat.
Perkembangan realisasi penanaman modal subsektor lndustri logam dasar, barang
logam, mesin, dan elektronik berfluktuatif serta memiliki tren meningkat PMDN
maupun PMA. Peningkatan tren pada tiga tahun terakhir, baik realisasi PMDN
maupun PMA didorong oleh proyeksi pertumbuhan konsumsi baja, barang mesin,
dan elektronik. Pertumbuhan konsumsi baja domestik yang dipengaruhi oleh pangsa
pasar industri otomotif, infrastruktur, dan konstruksi mengalami peningkatan yang
cukup pesat.
Berdasarkan pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2015, menunjukkan bahwa
industri logam, mesin, dan elektronik memiliki tren pertumbuhan yang positif yaitu
sebesar 6,4 persen (YoY) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,7 persen
(YoY). Hal ini menunjukkan kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang
94 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
94
mesin dan elektronik dari waktu ke waktu yang didorong oleh peningkatan daya beli
dan pendapatan, khususnya kelas menengah.
Data Penjualan Komoditas Industri Utama
Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015
Sumber: GAIKINDO 2015, diolah
Gambar 31 menunjukkan bahwa penjualan mobil memiliki tren musiman yang jelas.
Penjualan mobil selalu mengalami penurunan pada bulan mendekati Hari Raya atau
bulan banyak libur (Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru). Pada tahun 2015, penjualan
mobil mengalami penurunan yang sangat drastis pada bulan Juli 2015 yaitu sebesar
55.165 unit mobil. Hal ini disebabkan oleh adanya cuti bersama lebaran dan masa
libur anak sekolah. Tren penurunan ini dibuktikan dengan peningkatan penjualan
mobil yang sangat drastis pada dua bulan berikutnya, yaitu bulan Agustus dan
September menjadi sebesar 90.538 unit dan 93.038 unit. Secara kumulatif, selama
sembilan bulan tahun 2015 penjualan mobil mengalami penurunan dibandingkan
dengan kumulatif Sembilan bulan di tahun 2014. Sampai bulan September 2015,
penjualan mobil mencapai 764.683 unit, sedangkan sampai bulan September 2014
mencapai 932.943 unit. Penurunan daya beli masyarakat tahun 2015 yang menjadi
faktor utama turunnya penjualan mobil.
Namun demikian, pelemahan ekonomi dunia juga berimbas pada industri
manufaktur kendaraan roda empat, khususnya penjualan mobil tahun 2015. Industri
manufaktur mobil di Indonesia yang didominasi oleh Astra Internasional mencatat
bahwa perusahaan masih menggunakan komponen bahan baku impor dari luar
negeri. Jika depresiasi nilai rupiah terhadap US dolar, maka harga bahan baku akan
menjadi sangat mahal. Di samping itu, kenaikan gaji pekerja disesuaikan dengan
kenaikan UMR setiap tahun tidak sebanding dengan kenaikan produktifitas dari
pekerja, sehingga biaya produksi menjadi semakin besar. Konsekuensi kenaikkan
95 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
95
harga jual mobil akan menyebabkan penurunan minat konsumen untuk membeli
yang juga dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat.
Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015
Sumber: GAKINDO dan ASTRA 2015, diolah
Pada bulan Juli 2015, penurunan drastis terjadi pada penjualan motor namun
apabila dibandingkan dengan mobil, jumlah penjualan motor masih tetap lebih
tinggi. Pada periode Januari-Oktober 2015, total penjualan motor mendapatkan
penjualan terbesar di bulan Agustus yaitu sekitar 622.089 unit karena mendekati
Hari Raya Idul Fitri. Tiga faktor utama penyebab kenaikan penjualan pada bulan
Agustus 2015 yaitu (1) hari kerja pada bulan Agustus lebih banyak jika
dibandingkan dengan Juli; (2) pertumbuhan terjadi karena sebagian konsumen yang
tertahan pembeliannya akibat libur Lebaran, sehingga merealisasikan belanja
sepeda motor pada bulan berikutnya; (3) stok di dealer berkurang akibat
permintaan sebelum Lebaran.
Secara akumulatif, penjualan motor pada tahun 2015 juga mengalami penurunan
penjualan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai bulan September 2015,
penjualan motor tercatat mencapai 5.424.073 unit, sedangkan sampai bulan
September 2014 penjualan motor mencapai 6.728.484 unit. Penurunan penjualan
motor juga diakibatkan oleh kondisi ekonomi yang masih belum stabil, dan
depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US dolar, sehingga daya beli masyarakat
semakin menurun. Selain itu, harga motor baru terus meningkat sejalan dengan
kenaikan inflasi tahunan dan pembelian komponen mesin yang sebagian masih
impor.
96 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
96
Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 (Juta Ton)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah
Penjualan semen di Indonesia pada bulan Juli 2015 mengalami penurunan yang
lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014. Penjualan semen pada bulan Juli 2015
tercatat masih yang terendah di sepanjang tahun 2015 yaitu sebesar 1.478 juta ton.
Penjualan semen sama seperti siklus penjualan mobil dan motor, turun drastis di
bulan Juli dikarenakan banyaknya hari libur dan naik kemudian naik kembali di
bulan-bulan selanjutnya.
Pada bulan Agustus 2015 penjualan semen mulai mengalami kenaikan yang sangat
drastis sebesar 2.300 juta ton, dan terus menerus meningkat. Penjualan di bulan
Oktober tercatat mencapai penjualan tertinggi sepanjang tahun 2015 yaitu sebesar
jumlah 2.713 juta ton. Perbandingan dengan tahun sebelumnya, penjualan semen
tahun ini masih lebih rendah. Sampai bulan Oktober 2015 penjualan semen baru
mencapai 20.969 juta ton, sedangkan pada bulan yang sama di tahun 2014
penjualan semen telah mencapai 21.577 juta ton. Sebagaimana dalam gambar 34,
peningkatan penjualan semen pada triwulan III tahun 2015 tersebut seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi.
Perkiraan penjualan semen tahun 2015 akan terus meningkat, sejalan dengan mulai
berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Beberapa proyek yang akan
segera direalisasikan diantaranya proyek tol Trans-Sumatra, proyek jalan tol
Balikpapan–Samarinda Barat, proyek MRT Timur-Barat (Balaraja-Cikarang), proyek
revitalisasi 3 bandara skala kecil dan menengah dari target 10 bandara, yaitu di
Lampung, Palu dan Pulau Komodo, Proyek transmisi listri HVDC (High Voltage Direct
Current) interkoneksi Sumatera–Jawa, proyek transmisi listrik Sumatera Selatan ke
Sumatera Utara, proyek transportasi kereta api ekspres bandara Soekarno Hatta,
proyek infrastruktur bidang energi diantaranya Kilang minyak Bontang, Proyek Air
minum Semarang Barat, dan Proyek PLTU Batang kapasitas 2000 megawatt.
97 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
97
Gambar 34. Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan Penjualan Semen Triwulan III Tahun 2015
3.9-2.8
8.9 0.0
-4.3
-13.2
8.5
7.2 6.5
6.57.7
6.0 5.4
6.8
-15
-10
-5
0
5
10
0
2000
4000
6000
8000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015
Penjualan Semen (ton)Penjualan Semen (RHS) (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik dan BKPM, diolah
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri
Gambar 35. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan III Tahun 2015
13.0012.83
12.20
12.40
12.60
12.80
13.00
13.20
13.40
13.60
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
n
Jul
Aug
Sept Oct
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sept
2014 2015
Posisi Kredit Modal Kerja Sektor Industri (Miliar Rp, sk. kiri)
Posisi Kredit Investasi Sektor Industri (Miliar Rp, sb. kiri)
Bunga Kredit Modal Kerja Sektor Industri (%, sb. kanan)
Bunga Kredit Investasi Sektor Industri (%, sb. kanan)
Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah
Pada triwulan III tahun 2015, pinjaman modal kerja rupiah dan valas perbankan
untuk sektor industri terus mengalami pertumbuhan senilai Rp 521 triliun, dan
posisi pinjaman kredit investasi sebesar Rp 212 triliun. Semenjak triwulan II tahun
2015, baik bunga kredit investasi maupun bunga kredit modal kerja mengalami
penurunan seiring suku bunga BI yang menurun menjadi 7,5 persen di bulan
Februari 2015. Per bulan September 2015, suku bunga kredit investasi dan kredit
modal kerja di sektor industri adalah sebesar 12,83 persen dan 13,00 persen.
Penurunan bunga kredit tersebut walau hanya sekitar 20 basis poin, diharapkan
mampu menjadi stimulus bagi sektor perindustrian dalam menjalankan operasional
98 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
98
perusahaan dan meningkatkan investasi di tengah kondisi perekonomian yang
melemah.
Jumlah Wisatawan
Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan III Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Pada triwulan III tahun 2015 seperti gambar 36, menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah wisman di periode yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata kunjungan
wisman per bulan selama triwulan III tahun 2015 berjumlah 779.086 orang dan
jumlah total kunjungan wisman selama sembilan bulan di tahun 2015 mencapai
7.191.771 orang. Angka ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pada bulan September 2015, jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan bulan September 2014.
Hal itu disebabkan oleh tanggal 28 September 2015 merupakan Hari Pariwisata
Dunia, dan Kementerian Pariwisata beserta beberapa stakeholders pariwisata telah
menyiapkan serangkaian kegiatan kepariwisataan di Indonesia.
Peningkatan jumlah wisman pada triwulan III tahun 2015 ini dapat disebabkan
antara lain karena (1) pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar yang otomatis
meningkatkan daya beli wisman dan meningkatkan daya saing obyek pariwisata di
Indonesia, (2) penambahan rute penerbangan langsung ke Bali, (3) promosi yang
begitu gencar dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui berbagai media antara
lain internet, iklan TV, dan koran, dan (4) banyaknya paket wisata yang ditawarkan
seperti yang dilakukan oleh PT. Pelni dengan menyediakan paket wisata bahari
menuju Karimun Jawa pada bulan Juli 2015.
Sampai triwulan III tahun 2015, wisatawan mancanegara yang paling banyak
mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk utama adalah wisatawan
berkebangsaan Singapura sebanyak 1.080.212 orang. Selain wisatawan
berkebangsaan Singapura, terdapat empat kebangsaan lainnya yang banyak
mengunjungi Indonesia yaitu Tiongkok, Malaysia, Australia, dan Jepang dengan
99 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
99
jumlah wisatawan berturut-turut sebanyak 873.897, 866.137, 779.010, dan 366.144
orang. Sejak diberlakukannya kebijakan bebas visa bagi beberapa negara sejak bulan
Juni 2015, menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia. Pada periode Januari-Agustus 2015, wisman dari
Tiongkok tercatat paling banyak mengunjungi Indonesia. Sebanyak 66.311 wisman
dari Tiongkok masuk ke Indonesia melalui Bali, 33.991 wisman dari Jakarta, dan
sebanyak 4.376 wisman mengunjungi dari Batam. Bali menjadi salah satu destinasi
favorit wisman dari Tiongkok.
Gambar 37. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan III Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia terhitung melalui 19 pintu
masuk utama seperti Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Batam (Kepulauan Riau), Tanjung
Uban (Kepulauan Riau), dan Juanda (Jawa Timur) dengan jumlah kunjungan
terbanyak melalui Ngurah Rai. Tingginya jumlah wisman yang masuk melalui
Ngurah Rai, Soekarno-Hatta, dan Batam sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Kementerian Pariwisata yaitu pengembangan Great Bali, Great Jakarta, dan
Great Batam. Pada bulan Agustus 2015, Sanur telah diresmikan sebagai kampung
wisata digital dan etalase Usaha Kecil Menengah (UKM) pertama di Indonesia dan
dilakukan pembukaan Sanur Village Festival ke-10. Hal tersebut merupakan salah
satu penyebab terjadinya peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke
Indonesia pada umumnya serta Bali pada khususnya di bulan September 2015.
Selain itu, di kota lain yaitu Yogyakarta terdapat acara Jogja Travel Mart yang
merupakan salah satu penyebab tingginya pertumbuhan wisman yang ke kota
tersebut sebesar 62,4 persen dibandingkan tahun 2014 pada periode yang sama
yaitu bulan September. Kunjungan wisman ke Yogyakarta mengalami peningkatan
pada bulan September 2015 yang terlihat melalui jumlah wisman yang masuk
melalui Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta.
100 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
100
Gambar 38. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama
Triwulan III Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
101 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
101
LAMPIRAN
1. INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA 2. NILAI TUKAR MATA UANG 3. INDEKS SAHAM GLOBAL 4. INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL 5. HARGA BAHAN POKOK NASIONAL
102 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
102
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)
Gambar 39. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015
-1,00%
1,00%
3,00%
5,00%
7,00%
9,00%
11,00%
13,00%
15,00%
MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga
Pematang SiantarMedan
Padang SidempuanPadang
Bukittinggi
Tembilahan
Pekanbaru
Dumai
Bungo
Jambi
Palembang
Lubuk Linggau
Bengkulu
Bandar Lampg
Metro
Tanjung Pandan
Pangkal Pinang
Batam
Tanjung Pinang
Jakarta
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Tasikmalaya
Cilacap
Purwokerto
KudusSurakarta
SemarangTegal
YogyakartaJemberBanyuwangiSumenep
KediriMalangProbolinggoMadiun
SurabayaSerang
TangerangCilegon
Singaraja
Denpasar
Mataram
Bima
Maumere
Kupang
Pontianak
Singkawang
Sampit
Palangkaraya
Tabalong
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Manado
Palu
Bulukumba
Watampone
Makassar
Parepare
Palopo
Kendari
Bau-Bau
Gorontalo
MamujuAmbon
TualTernateManokwari
SorongMeraukeJayapura
Juli Agustus September
Sorong
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
103 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
103
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)
Gambar 40. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
-4,00%
-3,00%
-2,00%
-1,00%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga
Pematang SiantarMedan
Padang SidempuanPadang
Bukittinggi
Tembilahan
Pekanbaru
Dumai
Bungo
Jambi
Palembang
Lubuk Linggau
Bengkulu
Bandar Lampg
Metro
Tanjung Pandan
Pangkal Pinang
Batam
Tanjung Pinang
Jakarta
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Tasikmalaya
Cilacap
Purwokerto
Kudus
SurakartaSemarang
TegalYogyakarta
JemberBanyuwangiSumenepKediri
MalangProbolinggoMadiunSurabaya
SerangTangerang
Cilegon
Singaraja
Denpasar
Mataram
Bima
Maumere
Kupang
Pontianak
Singkawang
Sampit
Palangkaraya
Tabalong
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Manado
Palu
Bulukumba
Watampone
Makassar
Parepare
Palopo
Kendari
Bau-Bau
Gorontalo
Mamuju
AmbonTual
TernateManokwari
SorongMeraukeJayapura
Juli Agustus September
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 104
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang
Tabel 59. Nilai Tukar Mata Uang
Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan.
Negara Juli 2015 Agustus 2015 September 2015
Rata-rata Triwulanan
QtQ (%) PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Indonesia 13539 1,5 9,3 16,9 14067 3,9 13,6 20,3 14653 4,2 18,3 20,2 14086 9,9
Turki 2,77 3,3 18,8 29,4 2,9149 5,2 25,0 34,8 3,0256 3,8 29,8 32,8 2,904 12,8
Afrika Selatan 12,68 4,2 9,8 18,4 13,2799 4,7 15,0 24,5 13,8549 4,3 20,0 22,8 13,272 13,9
BRIC
Brazil 3,42 10,3 28,7 51,1 3,6205 5,8 36,2 61,9 3,9475 9,0 48,5 61,3 3,663 27,2
Rusia 61,71 11,5 6,8 72,9 64,2249 4,1 11,1 73,0 65,3619 1,8 13,1 65,1 63,764 18,1
India 64,14 0,8 1,2 5,9 66,4825 3,7 4,9 9,9 65,59 -1,3 3,5 6,2 65,403 3,0
Cina 6,21 0,1 0,0 0,6 6,379 2,7 2,8 3,8 6,356 -0,4 2,4 3,5 6,315 2,5
ASEAN-6
Singapura 1,37 1,8 3,7 10,0 1,4118 2,9 6,7 13,1 1,4223 0,7 7,5 11,5 1,402 5,6
Malaysia 3,83 1,5 9,6 19,9 4,1925 9,4 19,9 33,0 4,395 4,8 25,7 34,0 4,140 16,5
Thailand 35,00 3,6 6,2 8,7 35,834 2,4 8,8 12,2 36,37 1,5 10,4 12,1 35,736 7,6
Filipina 45,74 1,4 2,3 5,2 46,78 2,3 4,6 7,3 46,726 -0,1 4,5 3,9 46,415 3,6
Myanmar 1235 10,5 19,8 27,1 1276,5 3,4 23,8 31,4 1287 0,8 24,8 29,5 1266 15,1
Negara Maju
Kawasan Euro 0,91 1,4 10,2 21,9 0,892 -2,0 8,0 17,1 0,8947 0,3 8,3 13,0 0,899 -0,4
Inggris 0,64 0,5 -0,2 8,1 0,6517 1,8 1,6 8,2 0,661 1,4 3,0 7,2 0,651 3,8
Jepang 123,89 1,1 3,5 20,5 121,23 -2,1 1,2 16,5 119,88 -1,1 0,1 9,3 121,667 -2,1
Korea Selatan 1170,31 4,9 7,0 13,9 1182,9 1,1 8,1 16,7 1185,39 0,2 8,4 12,3 1180 6,3
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 105
Lampiran 3: Indeks Saham Global
Tabel 60. Indeks Saham Global
Negara Juli 2015 Agustus 2015 September 2015
Rata-rata Triwulanan
QtQ (%) PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Indonesia (IHSG) 4802,5 -2,2 -8,1 -5,6 4509,6 -6,1 -13,7 -12,2 4223,9 -6,3 -19,2 -17,8 4512,0 -14,0
BRIC
Brazil (IBOV) 50685,0 -4,3 0,7 -9,1 46438,0 -8,4 -7,8 -24,0 44818,0 -3,5 -11,0 -17,3 47313,7 -15,4
Russia (RTSI) 858,8 -8,6 8,6 -29,6 833,6 -2,9 5,4 -30,0 789,7 -5,3 -0,1 -29,7 827,4 -16,0
India (BSE) 28114,6 1,2 2,2 8,6 26283,1 -6,5 -4,5 -1,3 26154,8 -0,5 -4,9 -1,8 26850,8 -5,9
China (SSEA) 3663,7 -14,3 13,3 66,4 3206,0 -12,5 -0,9 44,6 3052,8 -4,8 -5,6 29,1 3307,5 -28,6
ASEAN-4
Singapura (STI) 3202,5 -3,5 -4,8 -5,1 2921,4 -8,8 -13,2 -12,2 2790,9 -4,5 -17,1 -14,8 2971,6 -15,9
Malaysia (KLCI) 1723,1 1,0 -2,2 -7,9 1612,7 -6,4 -8,4 -13,6 1621,0 0,5 -8,0 -12,2 1652,3 -5,0
Thailand (SETI) 1440,1 -4,3 -3,8 -4,1 1382,4 -4,0 -7,7 -11,5 1349,0 -2,4 -9,9 -14,9 1390,5 -10,3
Negara Maju
Amerika Serikat (DJIA)
17689,9 0,4 -0,7 6,8 16528,0 -6,6 -7,3 -3,3 16284,7 -1,5 -8,6 -4,4 16834,2 -7,6
Amerika Serikat (S&P 500)
2103,8 2,0 2,2 9,0 1972,2 -6,3 -4,2 -1,6 1920,0 -2,6 -6,7 -2,6 1998,7 -6,9
Kawasan Euro (STOXX-50)
3600,7 5,2 14,4 15,6 3269,6 -9,2 3,9 3,1 3100,7 -5,2 -1,5 -3,9 3323,7 -9,5
Jepang (N225) 20585,2 1,7 18,0 31,8 18890,5 -8,2 8,3 22,5 17388,2 -8,0 -0,4 7,5 18954,6 -14,1
Hong Kong (Hang Seng)
24636,3 -6,1 4,4 -0,5 21670,6 -12,0 -8,2 -12,4 20846,3 -3,8 -11,7 -9,1 22384,4 -20,6
Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 106
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional
Tabel 61. Indeks Harga Komoditas Internasional
Komoditas Juli 2015 Agustus 2015 September 2015 Rata-rata
Triwulan QtQ (%) PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Beras 80,0 13,3 0,2 -11,3 82,5 3,2 3,4 -5,6 91,7 11,1 14,9 3,6 84,7 29,9
Gula 45,5 -9,3 -23,3 -32,3 43,6 -4,0 -26,4 -31,0 49,7 13,8 -16,2 -21,4 46,2 -0,9
Gandum 76,0 -18,8 -15,3 -5,8 73,4 -3,4 -18,2 -12,3 78,0 6,3 -13,1 7,3 75,8 -16,6
Kacang Kedelai 80,5 -7,1 -3,8 -19,9 73,7 -8,5 -11,9 -17,6 73,2 -0,6 -12,5 -2,3 75,8 -15,6
Jagung 64,4 -9,7 -4,0 0,5 63,4 -1,6 -5,5 -0,7 65,5 3,3 -2,3 16,3 64,4 -8,1 Minyak Mentah (Brent Oil)
46,6 -17,9 -8,9 -50,8 48,3 3,7 -5,5 -47,5 43,1 -10,7 -15,6 -48,9 46,0 -23,9
Gas Alam 58,7 -4,1 -6,2 -32,0 58,1 -1,0 -7,1 -35,5 54,6 -6,1 -12,8 -39,3 57,1 -10,9
Emas 66,7 -6,5 -7,5 -14,7 69,0 3,4 -4,4 -12,1 67,9 -1,5 -5,8 -8,0 67,9 -4,8
Tembaga 68,1 -9,6 -16,4 -27,1 67,4 -1,1 -17,3 -26,3 67,5 0,1 -17,1 -22,3 67,7 -10,5
Perak 50,1 -5,4 -5,5 71,8 49,5 -1,1 -6,5 -25,4 67,5 36,2 27,4 16,2 55,7 27,5
3 Januari 2012=100 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 107
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional
Tabel 62. Harga Bahan Pokok Nasional
Komoditas Juli 2015 Agustus 2015 September 2015
Rata-rata Triwulan PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
PAB MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Minyak Goreng Curah
11.200 -0,3 -0,9 -5,6 10.780 -3,8 -4,6 -6,2 10.780 0,0 -4,6 -5,7 10.920
Daging Sapi 107.520 2,2 6,2 1,5 109.484 1,8 8,2 9,6 108.390 -1,0 7,1 8,5 108.465
Daging Ayam Broiler 32.400 6,2 9,2 5,8 33.650 3,9 13,4 9,8 29.380 -12,7 -1,0 -1,9 31.810
Telur Ayam Ras 22.180 -2,7 1,0 6,2 23.050 3,9 4,9 9,3 22.280 -3,3 1,4 10,4 22.503
Tepung Terigu 8.980 0,3 1,5 2,1 9.020 0,4 1,9 2,0 8.970 -0,6 1,4 1,2 8.990
Kedelai Impor 11.010 0,3 -2,9 -2,6 10.930 -0,7 -3,6 -4,0 11.030 0,9 -2,7 -2,3 10.990
Kedelai lokal 10.900 -0,2 -1,1 3,1 10.760 -1,3 -2,4 -0,1 10.840 0,7 -1,7 -0,4 10.833
Beras Medium 10.050 0,6 5,9 13,3 10.140 0,9 6,8 13,5 10.350 2,1 9,0 16,1 10.180
Gula Pasir 13.010 -1,0 16,6 14,8 12.760 -1,9 14,3 13,1 12.660 -0,8 13,4 13,1 12.810
Cabe Merah Keriting 32.240 10,6 -48,0 66,4 33.500 3,9 -45,9 65,4 32.600 -2,7 -47,4 25,4 32.780
Cabe Merah Biasa 30.730 10,2 -47,3 48,2 31.740 3,3 -45,6 62,0 30.030 -5,4 -48,5 16,9 30.833
Bawang Merah 24.440 -9,9 16,9 -9,0 19.970 -18,3 -4,5 -8,6 20.080 0,6 -3,9 1,7 21.497
Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik
membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015