kasus skabies hamdi
DESCRIPTION
jhfjgfvTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SKABIES
Oleh: Mohd Hamdi Bin Mohd Ibrahim
Pembimbing :Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM
PENDAHULUAN
Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada
keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan
yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa
gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut
mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat
tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika
hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi
menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.1
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
pada lapisan epidermis superfisial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan
produknya. Penyebab penyakit ini adalah Sarcoptes scabiei var hominis, termasuk filum
arthropoda, kelas arachnida, ordo ascarima, super famili Sarcoptes.5 Skabies disebut
juga the itch, pamaan itch, dan seven year itch. Di Indonesia, penyakit ini dikenal
dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampera dan gatal agogo.4
Diperkirakan sekitar 300 juta orang diseluruh dunia telah terinfeksi tungau skabies ini.3
Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita skabies atau
penderita yang bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung
misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain.2
Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni:1
1
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih
tinggi pada malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga,
sebagian tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.
4. Menemukan tungau. Ini merupakan hal yang paling diagnostik.
Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki
lapisan stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae,
sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela
jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.5 Karena sifatnya yang
sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat. Banyak
faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara lain: sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta
ekologik.1
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. MS
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :Jl. Jatibogor RT 02/RW 04, Kecamatan Surajati,
Kabupaten Tegal
Pekerjaan : Tukang bangunan
2
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status : Belum Menikah
II. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan tanggal 10 Juni 2014 pukul 11.05 WIB di Poliklinik Kulit
RSU Kardinah Tegal.
a. Keluhan Utama
Bruntus – bruntus yang terasa gatal pada perut, paha kiri dan kanan, kemaluan dan
bokong sejak 2 minggu yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah diantar oleh ibunya
dengan keluhan bruntus bruntus yang terasa gatal pada perut, paha kiri dan kanan,
kemaluan dan bokong. Keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu sebelum pasien berobat ke
poli, awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung jarum pentul dirasakan berawal dari
kemaluan kemudian semakin banyak dan meluas ke paha kiri dan kanan, bokong, dan
perut sampai ke bagian pusar. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada
malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal
yang dirasakan membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan.
Keluhan demam disangkal. Untuk mengurangi keluhan, pasien biasanya menaburi tubuh
pasien dengan bedak Salisilat yang dibeli di apotek.
Saat pertama kali gatal tersebut muncul, pasien tidak digigit oleh serangga.
Keluhan demam, batuk pilek dan sakit menelan disangkal. Riwayat gangguan buang air
kecil disangkal. Riwayat berhubungan seks juga disangkal.
3
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan 2 orang saudara. Ukuran
rumah kecil dengan ingkungan padat penduduk. Riwayat orang sekitar yang mengalami
keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni adik pasien yang berusia 17 tahun
yang mengalami hal yang sama beberapa hari pasien mengalami gatal-gatal. Pasien
biasanya mandi 2 x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2 x dalam sehari termasuk
pakaian dalam. Pasien mengaku terkadang memakai handuk adiknya.
Ibu pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun biasa dan disetrika. Riwayat
penyakit yang sama sebelumnya disangkal ibu pasien. Riwayat asma dan penyakit alergi
disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat
alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan debu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Adik pasien yang menderita keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat asma,
alergi makanan, obat-obatan dan debu disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 100x/m
Suhu : afebris
Pernapasan : 20x/m
4
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 58 Kg
Kepala :Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak ada
kelainan kulit
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata hitam,
tidak ada madarosis
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)
Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan kulit
(lihat status dermatologikus)
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat
kelainan kulit (lihat status dermatologikus)
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat kelainan
kulit (lihat status dermatologikus)
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak terdapat
kelainan kulit
b. Status Dermatologis
Distribusi : Regional
Ad Regio : Abdomen, femoralis anterior dan trigonum femoralis sinistra dextra,
genitalia, dan glutealis.
5
Lesi : Multipel, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar
sampai lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm, menimbul dari permukaan
kulit, kering.
Efloresensi : papul eritematosa, ekskoriasi.
Gambar 1: Lesi pada abdomen
6
Gambar 2: Lesi pada genitalia
Gambar 3: Lesi di gluteus
7
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mikroskopik Scrapping dengan tetesan minyak emersi di bawah
mikroskop pembesaran 40x untuk mencari Sarcoptes Scabiei dewasa, larva, telur
dengan preparat kaca obyek, lalu ditutup kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya
Hasil : ditemukan Sarcoptes scabiei dewasa
Gambar 4: Gambar Mikroskopis Sarcoptes scabiei dengan pembesaran 40X
8
V. RESUME
Seorang anak laki – laki, berusia 21 tahun pekerja tukang bangunan, beragama
Islam datang diantar oleh ibunya untuk berobat ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSU
Kardinah tanggal 10 Juni 2014 dengan keluhan bruntus – bruntus yang terasa gatal pada
perut, paha kiri dan kanan, kemaluan dan bokong. Keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu
sebelum pasien berobat ke poli, awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung jarum pentul
dirasakan berawal dari kemaluan kemudian semakin banyak dan meluas ke paha kiri dan
kanan, bokong, dan perut.
Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan
menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal yang dirasakan
membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan. Keluhan demam
disangkal. Adik pasien mengalami hal yang sama. Pasien tinggal bersama orang tuanya
di rumah dan 2 orang saudara. Ukuran rumah kecil dengan ingkungan padat penduduk.
Pasien mengaku terkadang memakai handuk adiknya. Tidak ada riwayat digigit
serangga sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada regio abdomen, femoralis
anterior, trigonum femoralis, genitalia, dan glutealis. Lesi multiple, diskret, bilateral,
batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm,
menimbul dari permukaan kulit, kering. Efloresensi papul eritematosa, ekskoriasi. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan tungau dewasa.
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Skabies.
2. Prurigo hebra
3. Pedikulosis korporis
VII. DIAGNOSIS KERJA
Skabies.
9
VIII. PENATALAKSANAAN
a. UMUM
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara
penularannya
2. Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular
3. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan tempat tinggal
4. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir
dengan menggunakan air panas
5. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin
6. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan resiko infeksi
7. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita
keluhan yang sama seperti adiknya.
8. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim
yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika
terkena air harus diulang kembali. Krim dioleskan ke seluruh tubuh
saat malam hari menjelang tidur dan didiamkan selama 8 jam hingga
keesokan harinya. Obat digunakan 1 x seminggu dan dapat diulang
seminggu kemudian.
b. KHUSUS
1. Topikal
Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari
selama 10 jam, satu kali dalam seminggu
2. Sistemik
Anti histamin : Klorfeniramin maleat 2 x ½ tablet
10
IX. PROGNOSIS
a. Quo ad Vitam : bonam, tidak ada kegawatan mengancam nyawa
b. Quo ad Functionam : bonam dengan penanganan berkelanjutan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien
c. Quo ad Sanam : bonam terutama jika kepatuhan berobat dan
penggunaan obat-obatan berjalan baik dan benar
d. Quo ad Cosmetikam : bonam, bekas luka dapat kembali seperti semula
PEMBAHASAN
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan bruntus – bruntus kemerahan
yang gatal timbul pada perut, kemaluan, paha kiri dan kanan dan bokong. Keluhan gatal
dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang
tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama
dibenarkan oleh ibu pasien, yakni adik pasien. Pasien mengaku terkadang menggunakan
handuk adiknya. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini
sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal
skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.1 Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2
dari 4 tanda kardinal yakni :
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi
pada malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga,
sebagian tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.
11
Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya orang di
sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama dan ditemukannya tungau pada
pemeriksaan mikroskopik.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada regio abdomen,
femoralis anterior dan trigonum femoralis dextra dan sinistra, genitalia, dan glutealis.
Lesi multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai
lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering. Efloresensi
papul eritematosa, ekskoriasi. Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana di dalam
teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang
tipis.2
Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo hebra yaitu penyakit
kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat pada anak dengan tingkat
social ekonomi dan hygiene rendah. Penyebab pasti belum diketahui, diduga sebagai
penyakit herediter, akibat kepekaan kulit terhadap gigitan serangga. Tanda khasnya
adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.
Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini dapat
disingkirkan karena pasien baru mengalami keluhan 2 minggu yang lalu dan tidak peka
tehadap gigitan nyamuk. Sedangkan pada pedikulosis korporis kelainan kulitnya berupa
papul milier disertai bekas garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien.
Penatalaksanaan pada kasus skabies dapat dilakukan baik dengan non-
medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non-medikamentosa yaitu dengan
memberikan edukasi seperti sering melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus
diobati, menjaga kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci
dengan menggunakan air hangat, dan kasur, bantal, dan benda-benda lain yang tidak
bisa dicuci dapat dijemur, kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan
perkembangan penyakit .1,5
12
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 % krim
dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu.
Pada teori yang telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik diberikan pada
pasien skabies berupa permetrin 5 % mengingat efektif pada semua stadium skabies dan
toksisitasnya yang rendah1. Serta penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan
mudah di apotek. Selain itu untuk mengurangi gatal yang dialami pasien terutama pada
malam hari juga diberikan obat antihistamin yaitu Klorfeniramin maleat atau CTM
2x1/2 tablet. Obat ini murah dan mudah didapat namun memiliki efek mengantuk
karena efek sedatif.4
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yaitu
adiknya yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies tidak
diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh
manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei. 3,4
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.
2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin.
FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.
3. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah. Denpasar : 2000.
4. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi Praktis .
Ed. 1. PERDOSKI. 1989.
5. Stone, S.P, scabies and pedikulosis, in: Freedberg, et al. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill
Professional. 2003
14