kasus skabies hamdi

21
LAPORAN KASUS SKABIES Oleh: Mohd Hamdi Bin Mohd Ibrahim Pembimbing :Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM PENDAHULUAN Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. 1 Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi pada lapisan epidermis superfisial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Penyebab penyakit ini adalah Sarcoptes scabiei var hominis, termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo ascarima, 1

Upload: hamdi-ibrahim

Post on 28-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhfjgfv

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Skabies Hamdi

LAPORAN KASUS

SKABIES

Oleh: Mohd Hamdi Bin Mohd Ibrahim

Pembimbing :Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM

PENDAHULUAN

Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada

keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan

yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa

gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut

mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat

tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika

hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi

menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.1

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

pada lapisan epidermis superfisial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan

produknya. Penyebab penyakit ini adalah Sarcoptes scabiei var hominis, termasuk filum

arthropoda, kelas arachnida, ordo ascarima, super famili Sarcoptes.5 Skabies disebut

juga the itch, pamaan itch, dan seven year itch. Di Indonesia, penyakit ini dikenal

dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampera dan gatal agogo.4

Diperkirakan sekitar 300 juta orang diseluruh dunia telah terinfeksi tungau skabies ini.3

Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita skabies atau

penderita yang bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung

misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain.2

Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni:1

1

Page 2: Kasus Skabies Hamdi

1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih

tinggi pada malam hari

2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga,

sebagian tetangga yang berdekatan

3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada

ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.

4. Menemukan tungau. Ini merupakan hal yang paling diagnostik.

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki

lapisan stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae,

sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela

jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.5 Karena sifatnya yang

sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat. Banyak

faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara lain: sosial

ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya

promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta

ekologik.1

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. MS

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat :Jl. Jatibogor RT 02/RW 04, Kecamatan Surajati,

Kabupaten Tegal

Pekerjaan : Tukang bangunan

2

Page 3: Kasus Skabies Hamdi

Pendidikan : SMK

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Status : Belum Menikah

II. Anamnesis

Autoanamnesis dilakukan tanggal 10 Juni 2014 pukul 11.05 WIB di Poliklinik Kulit

RSU Kardinah Tegal.

a. Keluhan Utama

Bruntus – bruntus yang terasa gatal pada perut, paha kiri dan kanan, kemaluan dan

bokong sejak 2 minggu yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah diantar oleh ibunya

dengan keluhan bruntus bruntus yang terasa gatal pada perut, paha kiri dan kanan,

kemaluan dan bokong. Keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu sebelum pasien berobat ke

poli, awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung jarum pentul dirasakan berawal dari

kemaluan kemudian semakin banyak dan meluas ke paha kiri dan kanan, bokong, dan

perut sampai ke bagian pusar. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada

malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal

yang dirasakan membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan.

Keluhan demam disangkal. Untuk mengurangi keluhan, pasien biasanya menaburi tubuh

pasien dengan bedak Salisilat yang dibeli di apotek.

Saat pertama kali gatal tersebut muncul, pasien tidak digigit oleh serangga.

Keluhan demam, batuk pilek dan sakit menelan disangkal. Riwayat gangguan buang air

kecil disangkal. Riwayat berhubungan seks juga disangkal.

3

Page 4: Kasus Skabies Hamdi

Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan 2 orang saudara. Ukuran

rumah kecil dengan ingkungan padat penduduk. Riwayat orang sekitar yang mengalami

keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni adik pasien yang berusia 17 tahun

yang mengalami hal yang sama beberapa hari pasien mengalami gatal-gatal. Pasien

biasanya mandi 2 x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2 x dalam sehari termasuk

pakaian dalam. Pasien mengaku terkadang memakai handuk adiknya.

Ibu pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun biasa dan disetrika. Riwayat

penyakit yang sama sebelumnya disangkal ibu pasien. Riwayat asma dan penyakit alergi

disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat

alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan debu.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Adik pasien yang menderita keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat asma,

alergi makanan, obat-obatan dan debu disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital:

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 100x/m

Suhu : afebris

Pernapasan : 20x/m

4

Page 5: Kasus Skabies Hamdi

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 58 Kg

Kepala :Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak ada

kelainan kulit

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata hitam,

tidak ada madarosis

Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit

Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit

Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)

Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan kulit

(lihat status dermatologikus)

Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat

kelainan kulit (lihat status dermatologikus)

Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat kelainan

kulit (lihat status dermatologikus)

Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak terdapat

kelainan kulit

b. Status Dermatologis

Distribusi : Regional

Ad Regio : Abdomen, femoralis anterior dan trigonum femoralis sinistra dextra,

genitalia, dan glutealis.

5

Page 6: Kasus Skabies Hamdi

Lesi : Multipel, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar

sampai lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm, menimbul dari permukaan

kulit, kering.

Efloresensi : papul eritematosa, ekskoriasi.

Gambar 1: Lesi pada abdomen

6

Page 7: Kasus Skabies Hamdi

Gambar 2: Lesi pada genitalia

Gambar 3: Lesi di gluteus

7

Page 8: Kasus Skabies Hamdi

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan mikroskopik Scrapping dengan tetesan minyak emersi di bawah

mikroskop pembesaran 40x untuk mencari Sarcoptes Scabiei dewasa, larva, telur

dengan preparat kaca obyek, lalu ditutup kaca penutup dan dilihat dengan

mikroskop cahaya

Hasil : ditemukan Sarcoptes scabiei dewasa

Gambar 4: Gambar Mikroskopis Sarcoptes scabiei dengan pembesaran 40X

8

Page 9: Kasus Skabies Hamdi

V. RESUME

Seorang anak laki – laki, berusia 21 tahun pekerja tukang bangunan, beragama

Islam datang diantar oleh ibunya untuk berobat ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSU

Kardinah tanggal 10 Juni 2014 dengan keluhan bruntus – bruntus yang terasa gatal pada

perut, paha kiri dan kanan, kemaluan dan bokong. Keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu

sebelum pasien berobat ke poli, awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung jarum pentul

dirasakan berawal dari kemaluan kemudian semakin banyak dan meluas ke paha kiri dan

kanan, bokong, dan perut.

Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan

menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal yang dirasakan

membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan. Keluhan demam

disangkal. Adik pasien mengalami hal yang sama. Pasien tinggal bersama orang tuanya

di rumah dan 2 orang saudara. Ukuran rumah kecil dengan ingkungan padat penduduk.

Pasien mengaku terkadang memakai handuk adiknya. Tidak ada riwayat digigit

serangga sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas normal. Pada

pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada regio abdomen, femoralis

anterior, trigonum femoralis, genitalia, dan glutealis. Lesi multiple, diskret, bilateral,

batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm,

menimbul dari permukaan kulit, kering. Efloresensi papul eritematosa, ekskoriasi. Pada

pemeriksaan mikroskopik ditemukan tungau dewasa.

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Skabies.

2. Prurigo hebra

3. Pedikulosis korporis

VII. DIAGNOSIS KERJA

Skabies.

9

Page 10: Kasus Skabies Hamdi

VIII. PENATALAKSANAAN

a. UMUM

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara

penularannya

2. Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular

3. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan

lingkungan tempat tinggal

4. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir

dengan menggunakan air panas

5. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin

6. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat

menyebabkan luka dan resiko infeksi

7. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita

keluhan yang sama seperti adiknya.

8. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim

yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika

terkena air harus diulang kembali. Krim dioleskan ke seluruh tubuh

saat malam hari menjelang tidur dan didiamkan selama 8 jam hingga

keesokan harinya. Obat digunakan 1 x seminggu dan dapat diulang

seminggu kemudian.

b. KHUSUS

1. Topikal

Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari

selama 10 jam, satu kali dalam seminggu

2. Sistemik

Anti histamin : Klorfeniramin maleat 2 x ½ tablet

10

Page 11: Kasus Skabies Hamdi

IX. PROGNOSIS

a. Quo ad Vitam : bonam, tidak ada kegawatan mengancam nyawa

b. Quo ad Functionam : bonam dengan penanganan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien

c. Quo ad Sanam : bonam terutama jika kepatuhan berobat dan

penggunaan obat-obatan berjalan baik dan benar

d. Quo ad Cosmetikam : bonam, bekas luka dapat kembali seperti semula

PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemeriksaan

penunjang yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan bruntus – bruntus kemerahan

yang gatal timbul pada perut, kemaluan, paha kiri dan kanan dan bokong. Keluhan gatal

dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang

tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama

dibenarkan oleh ibu pasien, yakni adik pasien. Pasien mengaku terkadang menggunakan

handuk adiknya. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini

sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal

skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.1 Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2

dari 4 tanda kardinal yakni :

1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi

pada malam hari

2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga,

sebagian tetangga yang berdekatan

3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada

ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.

4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

11

Page 12: Kasus Skabies Hamdi

Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya orang di

sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama dan ditemukannya tungau pada

pemeriksaan mikroskopik.

Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada regio abdomen,

femoralis anterior dan trigonum femoralis dextra dan sinistra, genitalia, dan glutealis.

Lesi multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai

lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering. Efloresensi

papul eritematosa, ekskoriasi. Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana di dalam

teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang

tipis.2

Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo hebra yaitu penyakit

kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat pada anak dengan tingkat

social ekonomi dan hygiene rendah. Penyebab pasti belum diketahui, diduga sebagai

penyakit herediter, akibat kepekaan kulit terhadap gigitan serangga. Tanda khasnya

adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.

Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini dapat

disingkirkan karena pasien baru mengalami keluhan 2 minggu yang lalu dan tidak peka

tehadap gigitan nyamuk. Sedangkan pada pedikulosis korporis kelainan kulitnya berupa

papul milier disertai bekas garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien.

Penatalaksanaan pada kasus skabies dapat dilakukan baik dengan non-

medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non-medikamentosa yaitu dengan

memberikan edukasi seperti sering melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus

diobati, menjaga kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci

dengan menggunakan air hangat, dan kasur, bantal, dan benda-benda lain yang tidak

bisa dicuci dapat dijemur, kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan

perkembangan penyakit .1,5

12

Page 13: Kasus Skabies Hamdi

Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan

obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 % krim

dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu.

Pada teori yang telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik diberikan pada

pasien skabies berupa permetrin 5 % mengingat efektif pada semua stadium skabies dan

toksisitasnya yang rendah1. Serta penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan

mudah di apotek. Selain itu untuk mengurangi gatal yang dialami pasien terutama pada

malam hari juga diberikan obat antihistamin yaitu Klorfeniramin maleat atau CTM

2x1/2 tablet. Obat ini murah dan mudah didapat namun memiliki efek mengantuk

karena efek sedatif.4

Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati

dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga

sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yaitu

adiknya yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies tidak

diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh

manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei. 3,4

13

Page 14: Kasus Skabies Hamdi

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.

2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin.

FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.

3. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi

Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

Sanglah. Denpasar : 2000.

4. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi Praktis .

Ed. 1. PERDOSKI. 1989.

5. Stone, S.P, scabies and pedikulosis, in: Freedberg, et al. Fitzpatrick’s

Dermatology In General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill

Professional. 2003

14