kasus kebakaran pada tambang batubara dan penanggulangannya

24
KASUS KEBAKARAN PADA TAMBANG BATUBARA DAN PENANGGULANGANNYA A. PENDAHULUAN Batubara terbentuk dari tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Karena berasal dari material organik yaitu selulosa, sudah tentu batubara tergolong mineral organik pula. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagai berikut : 5(C 6 H 10 O 5 ) ---> C 20 H 22 O 4 + 3CH 4 + 8H 2 O + 6CO 2 + CO C 20 H 22 O 4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub- bituminus, bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur C akan semakin tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut. Sedangkan gas-gas yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara. Secara teoretis, jumlah gas metan yang terkumpul pada proses terbentuknya batubara bervolume satu ton adalah 300m 3 . Kondisi terperangkapnya gas ini akan terus berlangsung ketika lapisan batubara atau batuan di sekitarnya tersebut terbuka akibat pengaruh alam seperti longsoran atau karena penggalian (penambangan). Gas di tambang dalam 1

Upload: wiwit-v-sagita-nugroho

Post on 31-Dec-2015

388 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas kuliah gw, haha

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

KASUS KEBAKARAN PADA TAMBANG BATUBARA DAN

PENANGGULANGANNYA

A. PENDAHULUAN

Batubara terbentuk dari tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses

fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Karena berasal dari material

organik yaitu selulosa, sudah tentu batubara tergolong mineral organik pula. Reaksi

pembentukan batubara adalah sebagai berikut :

5(C6H10O5) ---> C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO

C20H22O4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus, atau

antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur C

akan semakin tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut.

Sedangkan gas-gas yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbon

monoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di

celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara.

Secara teoretis, jumlah gas metan yang terkumpul pada proses terbentuknya

batubara bervolume satu ton adalah 300m3. Kondisi terperangkapnya gas ini akan

terus berlangsung ketika lapisan batubara atau batuan di sekitarnya tersebut terbuka

akibat pengaruh alam seperti longsoran atau karena penggalian (penambangan).

 Gas di tambang dalam

Gas-gas yang muncul di tambang dalam (underground) terbagi menjadi gas

berbahaya (hazardous gas) dan gas mudah nyala (combustible gas). Gas berbahaya

adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan yang dapat menyebabkan kondisi

1

Page 2: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah nyala adalah gas yang berpotensi

menyebabkan kebakaran dan ledakan di dalam tambang.Pada tambang dalam, gas

berbahaya yang sering ditemukan adalah karbon monoksida (CO), sedangkan yang

dapat muncul tapi jarang ditemui adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2),

dan nitrogen dioksida (NO2). 

CO adalah gas tak berwarna, tak berasa, tak berbau, dan memiliki berat jenis

sebesar 0,967. Pada udara biasa, konsentrasinya adalah 0 sampai dengan beberapa

ppm, dan menyebar secara merata di udara. CO timbul akibat pembakaran tak

sempurna, ledakan gas dan debu, swabakar, kebakaran dalam tambang, peledakan

(blasting), pembakaran internal pada mesin, dll. Gas ini sangat beracun karena

kekuatan ikatan CO terhadap hemoglobin adalah 240-300 kali dibandingkan ikatan

oksigen dengan hemoglobin. Selain beracun, gas ini sebenarnya juga memiliki sifat

meledak, dengan kadar ambang ledakan adalah 13-72 persen.

Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalah gas

metan (CH4). Metan adalah gas ringan dengan berat jenis 0,558, tidak berwarna, dan

tidak berbau. Gas ini muncul secara alami di tambang batubara bawah tanah sebagai

akibat terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh kegiatan

penambangan. Dari segi keselamatan tambang, keberadaan metan harus selalu

dikontrol terkait dengan sifatnya yang dapat meledak. Gas metan dapat terbakar dan

meledak ketika kadarnya di udara sekitar 5-15 persen dengan ledakan paling hebat

pada saat konsentrasinya 9,5 persen pada saat terdapat sumber api yang memicunya. 

2

Page 3: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

B. PERMASALAHAN

Batubara adalah bahan bakar padat yang mengandung abu, oleh karena itu

pemanfaatan batubara akan melibatkan biaya tinggi untuk alat yang diperlukan bagi

penanganan (coal handling) dan pembakaran batubara. Penanganan batubara

membutuhkan beberapa perilaku khusus karena batubara sendiri dapat menyebabkan

bencana jika dalam penanganannya tidak benar. Penanganan batubara memerlukan

pengamanan, karena ada beberapa masalah dalam penanganan batubara antara lain :

a. Batubara dapat terbakar sendiri

b. Batubara dapat menimbulkan ledakan

c. Batubara dapat menimbulkan pencemaran, kalau ada angin kencang debunya

beterbangan kemana-mana

Sebagai contoh, Pertengahan Januari 2006 lalu, kembali terjadi kebakaran di

tambang batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit Pertambangan Ombilin di

Sawahlunto, Sumatera Barat. Kejadian serupa pernah terjadi pada tahun 2002 lalu,

bahkan sampai menimbulkan ledakan gas metan yang mengguncang kota Sawahlunto

hingga radius 20 km.

Mengapa kebakaran terjadi pada tambang batubara bawah tanah bisa

menyebabkan ledakan gas metan? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

kebakaran dan ledakan tersebut? Tulisan ini dimaksudkan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan di atas, sekaligus untuk menjelaskan karakteristik tambang

terkait dengan potensi bahaya yang dimilikinya, terutama masalah gas dan kebakaran.

3

Page 4: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

C. PEMBAHASAN

Batubara dapat terbakar sendiri (Self Combustion) setelah mengalami proses

yang bertahap yaitu sebagai berikut :

1) Tahap pertama : mula-mula batubara akan menyerap oksigen dari udara secara

perlahan-lahan dan kemudian temperatur batubara akan naik

2) Tahap kedua : sebagai akibat temperatur naik kecepatan batubara menyerap

oksigen dari udara bertambah dan temperatur kemudian akan mencapai 100-

1400C

3) Tahap ketiga : setelah mencapai temperatur 1400C, uap dan CO2 akan terbentuk

4) Tahap keempat : sampai temperatur 2300C, isolasi CO2 akan berlanjut

5) Tahap kelima : bila temperatur telah berada diatas 3500C, ini berarti batubara

telah mencapai titik sulutnya dan akan cepat terbakar

SEBAB-SEBAB TERBAKAR SENDIRI

Batubara merupakan bahan bakar organik dan apabila bersinggungan langsung

dengan udara dalam keadaan temperatur tinggi (misalnya musim kemarau yang

berkepanjangan) akan terbakar sendiri. Keadaan ini akan dipercepat oleh :

a. Rekasi eksothermal (uap dan oksigen diudara), hal ini yang paling sering terjadi

b. Bacteria

c. Aksi katalis dari benda-benda anorganik

Sedangkan kemungkinan terjadinya terbakar sendiri terutama antara lain :

a. Karbonisasi yang rendah (low carbonization)

b. Kadar belerangnya tinggi (>2%). Ambang batas kadar belerang baiknya hanya

sebesar 1,2% saja.

MENGATASI BATUBARA YANG TERBAKAR SENDIRI

Bilamana batubara ditimbun ditempat penimbunan yang tertutup (indoor

storage) maka harus dibuat peraturan agar gudang penyimpanan tersebut bersih dari

endapan-endapan debu batubara, terutama yang ditemukan dipermukaan alat-alat.

Dengan demikian maka perlu ada perawatan yang terus menerus dan konstan. Apabila

tempat penimbunan ini terbuka (outdoor storage) maka sebaiknya dipilihkan tempat

yang rata dan tidak lembab, hal ini untuk menghindari penyusupan kotoran-kotoran

(impurities). Untuk batubara yang berzat terbang tinggi perlu dipergunakan siraman

4

Page 5: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

air (sprinkler). Penyimpanan batubara yang terlalu lama juga membahayakan, paling

lama sebaiknya 1 bulan.

 

TINGGI ONGGOKAN

Tingginya onggokan tumpukan batubara memang sulit untuk ditentukan sebab

masing-masing tempat penimbunan memiliki kondisi sendiri-sendiri antara lain iklim,

kelembaban, penyinaran.

PENGECEKAN DINI TERHADAP GEJALA TERBAKAR

a. Pengecekan Temperatur

Untuk mengetahui temperatur maksimum dari onggokan batubara dapat

ditentukan 1-2m dibawah permukaan dari tumpukan. Caranya : buat lubang vertikal

dibantu dengan pipa berperforasi. Kegunaan pipa agar lubang tidak tertimbun

batubara lagi sedang kegunaan perforasi agar temperatur didalam lubang sama dengan

temperatur dalam onggokan.

b. Batubara dapat menimbulkan ledakan

Ledakan debu batubara disebabkan oleh :

1. Ukuran partikel debu : <20 mesh (=0,833 mm)

2. Terdapat hubungan antara zat terbang dan derajat peledakan

Volatile (%)

Volatile ratio = ---------------------------------------

Volatile (%) + Fixed carbon (%)

Apabila volatile ratio>0,12 maka kemungkinan terjadinya ledakan debu

batubara selalu ada. Bila komponen abu dalam debu batubara >70-80% maka tidak

perlu takut bahaya ledakan. Kondisi untuk meledak akan terjadi bila partikel-partikel

halus cukup waktu mengembangnya (floating time). Juga adanya gas-gas pembakar

dalam udara dapat membantu terjadinya peledakan.

c. Cara penanggulangan ledakan

1. Gunakan gas inert (gas N2). Gas ini cukup mahal harganya, selain itu juga cepat

menguap sehingga selalu harus diperiksa valve pressure-nya. Tempatkan tabung

gas N2 ini didalam tempat penyimpanan batubara gerus (pulverized coal bin),

juga dibagian filter (B/F)

2. Dilakukan pembersihan secara periodik untuk menghindari pembentukan

endapan debu batubara

5

Page 6: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

3. Menghilangkan kemungkinan sumber tercapainya titik sulut batubara (ignition

point) didalam instalasi

4. Perhatikan, dicari dan temukan sumber kebakaran sedini mungkin

5. Dalam hal timbunan batubara ditutupi dengan plastik, usahakan agar konsentrasi

O2 kurang dari 12%. Pada timbunan terbuka, penggunaan siraman air dengan

menggunakan sprinkler system yang otomatis akan sangat membantu dalam

usaha mencegah kebakaran batubara. Caranya : control operator panel (CPO)

di pipa ditaruh didalam timbunan batubara kemudian disetel pada temperatur

tertentu. Apabila temperatur timbunan batubara meningkat dan melebihi

temperatur yang disetel di COP, maka sprinkler otomatis akan bekerja sendiri

menyirami timbunan batubara tersebut.

d. Perawatan debu batubara

Lembaran plastik penutup timbunan batubara adalah yang terbaik, diusahakan

tidak menggunakan plastik berwarna gelap. Timbunan dipadatkan dengan bulldozer

untuk mengurangi hadirnya oksigen didalam sela-sela batubara. Pada timbunan

batubara terbuka permukaan timbunan sebaiknya disemprot dengan cairan yang

mengeraskan permukaan. Cairan ini adalah produk tambahan dari pengilang minyak.

VENTILASI TAMBANG DALAM

Untuk menangani permasalahan gas yang muncul di tambang dalam,

perencanaan sistem ventilasi yang baik merupakan hal mutlak yang harus dilakukan.

Selain untuk mengencerkan dan menghilangkan gas-gas yang muncul dari dalam

tambang, tujuan lain dari ventilasi adalah untuk menyediakan udara segar yang cukup

bagi para karyawan tambang, dan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang

panas di dalam tambang akibat panas bumi, panas oksidasi, dll.

Dengan memperhatikan ketiga tujuan di atas, maka volume ventilasi (jumlah

angin) yang cukup harus diperhitungkan dalam perencanaan ventilasi. Secara ideal,

jumlah angin yang cukup tersebut hendaknya terbagi secara merata untuk lapangan

penggalian (working face), lokasi penggalian maju (excavation), serta ruangan mesin

dan listrik (Gambar 1 dan 2). 

6

Page 7: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

Gambar 1. Analisis ventilasi di tambang Taiheiyou-Hokkaido

(sumber: Masahiro Inoue, Kyushu University)

Jumlah angin yang terlalu kecil akan menyebabkan gas-gas mudah terkumpul

sehingga konsentrasinya meningkat, jumlah pasokan oksigen berkurang, dan

lingkungan kerja menjadi panas. Sebaliknya, bila volume anginnya terlalu besar,

maka hal ini dapat menimbulkan masalah serius pula yaitu swabakar batubara

(spontaneous combustion).

Swabakar batubara terjadi akibat proses oksidasi batubara. Dalam kondisi

normal, batubara akan menyerap oksigen di udara dan menimbulkan proses oksidasi

perlahan, sehingga terjadi panas oksidasi. Karena nilai konduktivitas panas batubara

adalah 1/4 dari konduktivitas panas batuan, maka panas oksidasi sulit berpindah ke

batuan di sekitarnya, sehingga akan terus terakumulasi di dalam batubara secara

perlahan. Bila sistem ventilasi yang baik untuk menangani hal ini tidak dilakukan,

maka suhunya akan terus meningkat dan dapat mencapai titik nyala, yang akhirnya

menimbulkan kebakaran.

7

Page 8: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

Gambar 2. Tampilan 3D lorong ventilasi di tambang Taiheiyou-Hokkaido

(sumber: Masahiro Inoue, Kyushu University)

Apabila kegiatan penggalian batubara di suatu zona sudah selesai dan akan

berpindah ke lapangan penggalian berikutnya, maka lorong atas lapangan (top level)

dan lorong bawah lapangan (bottom leve) harus disekat (sealing) sempurna, untuk

mencegah masuknya aliran udara segar sehingga proses oksidasi batubara terhenti.

Pada bagian dalam lorong yang telah disekat, kadar metan akan terus bertambah,

sedangkan oksigen akan menurun.

KASUS OMBILIN

Kebakaran atau lebih tepatnya swabakar di tambang batubara bawah tanah

Ombilin yang terjadi lagi pada pertengahan Januari 2006 lalu dimulai dari lorong

tambang yang telah disekat rapat, kemudian terbuka akibat kegiatan penambangan liar

(illegal mining) (Gambar 3). 

Minimnya pengetahuan teknologi ventilasi yang dimiliki oleh para penambang

liar mengakibatkan sekat yang harus dijaga rapat akhirnya dibongkar untuk

mengambil batubara yang masih tersisa di dalam. Akibatnya, lorong yang telah disekat

tadi terbuka kembali, sehingga proses oksidasi batubara berlangsung kembali. Pada

saat itu, kadar metan yang sangat tinggi ketika lorong disekat akan menurun. Apabila

kadar metan mencapai nilai ambang ledakan yaitu 5-5 persen, dan swabakar

berlangsung terus hingga menimbulkan nyala api, maka bencana ledakan gas metan

akan terjadi.

8

Page 9: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

Gambar 3. Swabakar di tambang Ombilin, Februari 2004

(sumber: Yuzo Kawaguchi, Mitsui Mining Engineering Co., Ltd)

Selain itu, tidak adanya rencana penggalian yang baik dari para penambang

liar mengakibatkan banyak lorong yang dibuat akhirnya saling berdekatan dengan

lorong yang sudah ada. Jarak antar lorong yang terlalu dekat akan mengakibatkan

pilar batuan atau batubara yang terletak diantara lorong-lorong tersebut tidak memiliki

kekuatan optimal untuk menyangga tekanan batuan di sekelilingnya sehingga lapisan

batubara akan retak dan mudah remuk. Kondisi ini selanjutnya akan memicu oksidasi

batubara berjalan lebih cepat karena luas permukaan batubara yang dilalui angin

menjadi semakin besar, sehingga terjadi kebakaran dalam tambang.

MENCEGAH BATUBARA TERBAKAR KARENA SELF COMBUSTION

Bagi banyak perusahaan batubara, baik Owner, Kontraktor ataupun Port

Service Pelabuhan Khusus Bongkar Muat Batubara merupakan masalah besar ketika

stock batubara yang ada di stockpile terbakar. Batubara tersebut sudah susah payah

untuk dikeluarkan dari perut bumi begitu sampai di permukaan dengan cepatnya

terbakar, maka hasil kerja menjadi sia-sia. Ketika terbakar, tidak hanya perusahaan

saja yang rugi tetapi juga cukup berdampak pada lingkungan karena asap batubara

yang terbakar sungguh sangat berbahaya bagi kesehatan bagi beberapa orang, bau

asap dapat menyebabkan pusing, mual dan sesak nafas.

9

Page 10: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

Terdapat 2 hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya batubara

terbakar dengan sendirinya, yaitu :

A. Tindakan Preventive, Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya self combustion/terbakar dengan sendirinya. Tindakan tersebut adalah :

1. Batubara tersebut dibentuk seperti kerucut.

Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan terjadinya longsor.

Karena apabila berbentuk setengah kerucut yang berarti ada bagian yang rata

diatas tumpukan batubara maka apabila terjadi hujan dapat membuat genangan

air dan akhirnya batubara akan terkikis dan menjadi longsor karena aliran air

hujan.

2. Bagian tepi dipadatkan menggunakan bucket excavator.

Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi ruang kosong yang

timbul dalam tumpukan batubara karena celah antar batubara. Dengan

memadatkan berarti batubara akan memiliki lebih sedikit ruang kosong yang

berisi udara/oksigen/O2 dimana terjadinya kebakaran salah satu faktornya

adalah Oksigen (O2). Apabila tidak memiliki ruang kosong maka hawa panas

yang keluar dari batubara akan relatif stabil dan tertahan didalam dengan tidak

menimbulkan kebakaran.

3. Menggunakan cairan kimia

Cairan yang dimaksud adalah produk untuk coal treatment yang

memiliki fungsi berbeda – beda, seperti :

a. Outodust/Vinasol

Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 21 hari

b. Focustcoat

Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 60 hari

c. Hydrosol

Produk ini dapat mencegah self combustion selama ± 75 hari

d. Suppressol

Produk ini adalah untuk dust control atau mencegah debu/ash yang

muncul dari batubara

Sebagai contoh pada penggunaan salah satu cairan kimia adalah

Hydrosol. Cairan tersebut dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1:40

dimana 1 (satu) liter Hydrosol dicampurkan dengan 40 (empat puluh) liter air.

10

Page 11: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

Luasan penggunaan Hydrosol adalah 1:10, dimana 1 (satu) liter Hydrosol

untuk 10 (sepuluh) ton batubara. Kemudian campuran tersebut ditempatkan

dalam drum dan disemprotkan ke batubara dengan menggunakan alkon dengan

ujung pipa output (setelah disambung dengan selang/hose karet) yang

persempit sehingga akan menghasilkan output seperti hujan. Proses

penyemprotan itu dilakukan ke seluruh permukaan batubara sebanyak 2

lapis/layer dan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

4. Pemeriksaan temperatur rutin

Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengukur suhu panas

permukaan batubara. Apabila kita menemukan titik permukaan yang terasa

panas maka harus dibuatkan lubang dengan menggunakan pipa besi sedalam

±1 meter untuk mengeluarkan hawa panas batubara. Lubang tersebut dibiarkan

selama ±1 jam dan akan ditutup dan padatkan kembali.

Proses pembuatan lubang ini dilakukan pada sore hari disaat matahari

sudah tidak menyengat atau pada malam hari apabila sampai pada sore hari

matahari masih bersinar.

5.Volcano Trap

Istilah ini dipakai untuk membuang asap yang muncul dari dalam

tumpukan batubara. Tidak semua asap yang keluar dari tumpukan batubara

adalah karena telah terjadi self combustion tetapi lebih karena suhu di dalam

tumpukan batubara yang panas tetapi lapisan luar tumpukan batubara dingin

karena terjadinya hujan, atau karena embun. Asap yang keluar dapat dicium

dari baunya untuk mengindikasi apakah terjadi karena terbakar ataukah karena

hawa panas. Apabila asap yang keluar berbau belerang dan menyengat serta

berwarna putih pekat maka berarti telah terjadi batubara yang terbakar, tetapi

apabila asap yang muncul tidak berbau menyengat dan berwarna putih

transparan maka hanya terjadi karena hawa panas.

Apabila asap karena hawa panas maka yang dapat dilakukan hampir

sama dengan poin 4. Hanya saja lubang yang dibuatkan di sumber asap keluar

sedalam sekitar 50cm untuk mengeluarkan hawa panas tersebut dan dibiarkan

selama sekitar 1 jam kemudaian ditutup dan padatkan kembali. Apabila asap

karena terjadi kebakaran, pada poin B akan Kami bahas lebih detail.

11

Page 12: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

6. Pembuatan Parit

Dilakukan pada sekitar tumpukan batubara dengan kedalaman ±1 meter

dan dialirkan pada saluran pembuangan yang menuju settling pond. Hal

tersebut bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang terdapat dalam tumpukan

batubara yang terjadi karena hujan akan mengalir ke parit dari batubara

ataupun melewati celah-celah tanah. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk

mengurangi kadar TM (Total Moisture)

B. Tindakan Burnout, tindakan yang diambil untuk memadamkan batubara yang

sudah terbakar karena self combustion. Batubara yang terbakar memiliki beberapa

ciri, yaitu :

a. Asap berwarna putih pekat, berbau belerang dan menyengat. Hal ini terjadi

apabila batubara yang terbakar belum menycapai permukaan dan masih terjadi di

dalam tumpukan batubara,

b. Permukaan berwarna kuning emas, berasap dan panas tentunya. Ini terjadi

apabila kebakaran sudah mencapai permukaan yang berarti kebakaran sudah luas

dan dalam.

Untuk tindakan pemadaman dapat dilakukan dalam beberapa tahap agar tidak

meluas, yaitu seperti :

1. Pembuatan lubang

Hal ini dilakukan apabila kebakaran masih berupa asap sehingga kita

dapat membuat lubang untuk mencari sumber api. Perlu diingat bahwa dalam

pembuatan lubang apabila ditemukan batubara yang berwarna kuning atau

sudah menjadi debu berwarna emas atau kuning tua maka itu harus dibuang

jauh dari tumpukan batubara karena dapat mengkontaminasi batubara lainnya

menjadi ikut terbakar.

2. Pembuangan debu

Hal ini dilakukan apabila kebakaran sudah terjadi sampai ke permukaan.

Pembuangan debu dari sisa batubara yang terbakar harus dilakukan pelan-

pelan agar tidak terbang dibawa angin dan akan mengkontaminasi batubara

lainnya sehingga akan memunculkan potensi terbakar. Pembuang debu

sampai dengan ditemukannya batubara yang sudah menjadi bara api.

12

Page 13: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

3. Pengambilan bara api

Setiap terjadinya kebaran pasti ada sumbernya yang berupa bara api.

Langkan awal adalah kita memadamkan dengan mengambil dan membuang

sumber kebakaran yaitu batubara yang sudah berubah menjadi bara api

tersebut, dan kita buang dapat dengan menggunakan sekop.

4. Penggunaan Detergent

Penggunaan detergent ini boleh apa saja yang penting dia berupa serbuk

dan berbusa. Detergent tersebut disebarkan dalam lubang yang sudah kita

buat kemudian kita semprot dengan air agar berbusa. Busa inilah yang akan

mendinginkan hawa panas (hampir sama fungsinya dengan foam pada

APAR).

13

Page 14: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

D. KESIMPULAN

Batubara merupakan bahan bakar organik dan apabila bersinggungan langsung

dengan udara dalam keadaan temperatur tinggi (misalnya musim kemarau yang

berkepanjangan) akan terbakar sendiri, setelah mengalami beberapa tahapan. Keadaan

ini akan dipercepat oleh :

a. Rekasi eksothermal (uap dan oksigen diudara), hal ini yang paling sering terjadi

b. Bacteria

c. Aksi katalis dari benda-benda anorganik

Sedangkan kemungkinan terjadinya terbakar sendiri terutama antara lain :

a. Karbonisasi yang rendah (low carbonization)

b. Kadar belerangnya tinggi (>2%). Ambang batas kadar belerang baiknya hanya

sebesar 1,2% saja.

Bilamana batubara ditimbun ditempat penimbunan yang tertutup (indoor

storage) maka harus dibuat peraturan agar gudang penyimpanan tersebut bersih dari

endapan-endapan debu batubara, terutama yang ditemukan dipermukaan alat-alat.

Dengan demikian maka perlu ada perawatan yang terus menerus dan konstan.

Apabila tempat penimbunan ini terbuka (outdoor storage) maka sebaiknya dipilihkan

tempat yang rata dan tidak lembab, hal ini untuk menghindari penyusupan kotoran-

kotoran (impurities). Untuk batubara yang berzat terbang tinggi perlu dipergunakan

siraman air (sprinkler). Penyimpanan batubara yang terlalu lama juga

membahayakan, paling lama sebaiknya 1 bulan.

Terdapat 2 hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya batubara

terbakar dengan sendirinya, yaitu :

A. Tindakan Preventive, Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya self combustion/terbakar dengan sendirinya. Tindakannya seperti :

1. Batubara tersebut dibentuk seperti kerucut

2. Bagian tepi dipadatkan menggunakan bucket excavator

3. Menggunakan cairan kimia

4. Pemeriksaan temperatur rutin

5. Volcano Trap

6. Pembuatan Parit

14

Page 15: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

B. Tindakan Burnout, tindakan yang diambil untuk memadamkan batubara yang

sudah terbakar karena self combustion. Batubara yang terbakar memiliki

beberapa ciri, yaitu :

a. Asap berwarna putih pekat, berbau belerang dan menyengat. Hal ini terjadi

apabila batubara yang terbakar belum menycapai permukaan dan masih terjadi

di dalam tumpukan batubara,

b. Permukaan berwarna kuning emas, berasap dan panas tentunya. Ini terjadi

apabila kebakaran sudah mencapai permukaan yang berarti kebakaran sudah

luas dan dalam.

Untuk tindakan pemadaman dapat dilakukan dalam beberapa tahap agar tidak

meluas, yaitu seperti :

1. Pembuatan lubang

2. Pembuangan debu

3. Pengambilan bara api

4. Penggunaan Detergent

15

Page 16: Kasus Kebakaran Pada Tambang Batubara Dan Penanggulangannya

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Sukandarrumidi, Msc, PhD. Batubara dan Gambut. Gajah Mada University Press.

Referensi dari internet, diakses pada 10 Desember 2013, jam 21.00 WIB :

http://f-nurhuda.web.ugm.ac.id/Sumber%20daya%20alam1/tambang%20batubara3_files/z-

berita-beritaiptek-2006-02-20-Potensi-Bahaya-Tambang-Batuba.htm

http://benyjemblunk.blogspot.com/mencegah-batubara-terbakar-karena-self-combustion.html

http://patriotgeofisika.blogspot.com/2011/01/coal-mining-underground.html

16