karya tulis ilmiah pemeriksaan kadar unsur nitrogen,...
TRANSCRIPT
-
KARYA TULIS ILMIAH
PEMERIKSAAN KADAR UNSUR NITROGEN, FOSFOR, KALIUM PADA TANAH LAHAN PERTANIAN JERUK
YANG MENGGUNAKAN PESTISIDA DI DESA AJINEMBAH KECAMATAN MEREK
KABUPATEN KARO TAHUN 2019
Karya Tulis Ilmiah Penelitian Ini Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III
OLEH :
APRI SALWAN SIREGAR
NIM: P00933016061
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KABANJAHE 2019
-
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : PEMERIKSAAN KADAR UNSUR NITROGEN, FOSFOR,
KALIUM PADA TANAH LAHAN PERTANIAN JERUK
YANG MENGGUNAKAN PESTISIDA DI DESA
AJINEMBAH KECAMATAN MEREK KABUPATEN
KARO TAHUN 2019
NAMA : APRI SALWAN SIREGAR
NIM : P00933016061
Karya Tulis Ini Disetujui Untuk Diseminarkan Di Hadapan Tim
Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Medan
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Kabanjahe, Agustus 2019
Menyetujui
Jernita Sinaga SKM, M.PH
NIP. 197406082005012003
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Erba Kalto Manik, SKM, M.sc
NIP. 196203261985021001
-
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : Pemeriksaan Kadar Unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium
Pada Tanah Lahan Pertanian Jeruk Yang
Menggunakan Pestisida Di Desa Ajinembah
Kecamatan Merek Kabupaten Karo Tahun 2019
NAMA : APRI SALWAN SIREGAR
NIM : P00933016061
Karya Tulis Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe Poltekkes Kemenkes RI Medan
Tahun 2019
Penguji I, Penguj II,
Susanti Perangin angin SKM, M.Kes Nelson Tanjung SKM, M.Kes
NIP. 197308161998032001 NIP. 196302171986031003
Ketua Penguji,
Jernita Sinaga, SKM, M.PH
NIP. 197406082005012003
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Erba Kalto Manik, SKM, M.Sc
NIP. 196203261985021001
-
BIODATA PENULIS
Nama : Apri Salwan Siregar
NIM : P00933016061
Tempat/tgl Lahir : Simanosor Julu, 14 April 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Anak Ke : 1 (Satu) dari 3 (Tiga) Bersaudara
Alamat : Desa Sipagimbar Kecamatan Saipar Dolok Hole
Nama Ayah : Abdul Hapis Siregar S.pd
Nama Ibu : Hamsawati Ritonga S.pd
Telp/Hp : 081262446212
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD ( 2004-2010) : SD NEGERI 101740 SIPAGIMBAR
SMP ( 2010-2013) : MTsN SAIPAR DOLOK HOLE
SMA ( 2013-2016) : MAN 1 PADANGSIDIMPUAN
DIPLOMA III : POLTEKKES KEMENKES MEDAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
-
KEMENTERIAN KESEHATAN RI MEDAN POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN KABANJAHE KARYA TULIS ILMIAH AGUSTUS 2019 APRI SALWAN SIREGAR
“PEMERIKSAAN KADAR UNSUR NITROGEN, FOSFOR, KALIUM PADA TANAH LAHAN PERTANIAN JERUK YANG MENGGUNAKAN PESTISIDA DI DESA AJINEMBAH KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO TAHUN 2019”
vi + 36 Halaman + Daftar Pustaka + Lampiran
ABSTRAK
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah sentra produksi buah jeruk di Sumatera Utara. Melihat tingginya potensi agroindustri di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo, maka tingkat kesuburan tanah sangat perlu diperhatikan. Kesuburan tanah dapat ditinjau dari kemampuan tanah untuk menyuplai unsur hara yang tersedia bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.
Evaluasi kesuburan pada tanah merupakan pendiagnosaan keharaan dalam tanah dan anjuran pemupukan. Salah satu sering yang digunakan dalam menilai kesuburan suatu tanah adalah melalui pendekatan dengan analisis tanah dan uji tanah.
Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment (eksperimen quasi) untuk mengetahui unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium pada tanah lahan pertanian jeruk yang menggunakan pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo.
Unsur hara nitrogen yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah 20% dimana berdasarkan kriteria tanah rendah, unsur hara fosfor yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah 10% dimana berdasarkan kriteria tanah sangat rendah. unsur hara kalium yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah 120% dimana berdasarkan kriteria tanah sangat tinggi.
Kepada pihak petani untuk lebih memahami terhadap penggunaan pupuk kimia hendaknya mulai dikurangi, karena akan mempengaruhi komposisi unsur hara tanah, akibatnya akan menjadi racun bagi tumbuhan pada tanah itu sendiri karena hara tanah mulai tidak seimbang.
Kata Kunci : Pestisida, Unsur Hara Tanah, Kesuburan Tanah
-
MINISTRY OF HEALTH MEDAN POLYTECHNIC OF HEALTH DEPARTEMENT OF ENVIROMENTAL HEALTH KABANJAHE SCIENTIFIC PAPERS AUGUST, 2019 APRI SALWAN SIREGAR "EXAMINATION OF NITROGEN ELEMENTS, PHOSPHOR, KALIUM IN LAND AGRICULTURAL LAND USING PESTICIDES IN AJINEMBAH VILLAGE, MEREK SUB-DISTRICT, KARO DISTRICT, 2019"
ABSTRACT
Karo Regency is one of the orange production centers in North Sumatra. Seeing the high potential of agro-industry in North Sumatra Province especially Karo District, the level of soil fertility is very important. Soil fertility can be seen from the soil's ability to supply nutrients available to plants to support plant growth and production.
Evaluation of soil fertility is a diagnostic of soil fertility and fertilizer recommendations. One often used in assessing the fertility of a soil is through an approach with soil analysis and soil testing.
The type of research carried out in this study is Quasi Experiment (quasi experiment) to determine the nutrient elements of nitrogen, phosphorus, and potassium in citrus agricultural land using pesticides in Ajinembah Village, Merek Sub-District of Karo District.
The nitrogen nutrient element that is inspected using a Soil Test Kit is 20% where based on low soil criteria, the phosphorus nutrients examined using a Soil Test Kit are 10% which based on very low soil criteria. Potassium nutrients that are examined using a Soil Test Kit are 120% which based on soil criteria is very high.
To farmers to better understand the use of chemical fertilizers should begin to be reduced, because it will affect the composition of soil nutrients, the result will be toxic to plants on the soil itself because soil nutrients are starting to become unbalanced.
Keywords: Pesticides, Soil Nutrients, Soil Fertility
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prioritas pembangunan di Indonesia terletak pada pembangunan
ekonomi yang dititik beratkan pada sektor pertanian. Secra keseluruhan
sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian
nasional. Hal tersebut didasarkan pada peranannya sebagai penyedia
bahan pangan, bahan baku industri, sumber pendapatan bagi jutaan
petani yang tersebar di seluruh Indonesia, serta sebagai sumber
penghasil devisa negara setelah sektor minyak dan gas. Pertanian
mencakup beberapa subsektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan (Djalil, 2012).
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang
dalam (kedalaman yang sangat melebihi 150 cm), strukturnya gembur;
pH 6,0 - 6,5, kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman
adalah cukup, dan tidak terdapat faktor pembatas dalam tanah untuk
pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002).
Bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman, keadaan
tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan. Hal ini disebabkan
karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang
dan pensuplai unsur hara. Makin halusnya partikel akan menghasilkan
luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin luas. Dengan
demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas
dibanding 2 fraksi lainnya. Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai
reaksi kimiawi tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah
(Hanafiah, 2005).
Semakin sempitnya lahan pertanian di Indonesia, maka sulit untuk
mengharapkan petani kita berproduksi secara optimum. Diperkirakan
bahwa konservasi lahan pertanian ke nonpertanian di Indonesia akan
semakin meningkat adengan rata-rata 30.000 – 50.000 ha pertahun,
-
diperkirakan jumlah petani telah mencapai sekitar 12 juta orang
(Prabowo, 2010).
Prabowo (2010) menyebutkan penerepan sistem pertanian yang
mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimia masih sangat
melekat pada model pertanian kita, padahal peningkatan produksi dari
bahan-bahan tersebut hanya bersifat sementara, sedangakan dampak
negatifnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada
sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang emudia berimbas pada semakin
luasnya lahan kritis di Indonesia.
Salah satu kerugian penggunaan pestisida pada tanaman
pertanian adalah timbulnya residu pestisida pada tanaman sebagai bahan
makanan manusia. Sebagian besar residu pestisida terakumulasi di
dalam tanah. Residu ini dapat bertahan dalam waktu lama dalam tanah
sampai beberapa tahun tergantung jenis pestisidanya. Residu pestisida
ini dapat mempengaruhi kehidupan di dalam tanah, terakumulasi di dalam
tubuh hewan dan dapat berpindah dari satu hewan ke hewan lainnya
melalui rantai makanan.
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah sentra produksi
buah jeruk di Sumatera Utara. Jeruk memiliki prospek dan potensi pasar
yang sangat baik di dalam maupun di luar negeri, maka pengusahaan
komoditas tersebut memerlukan peningkatan baik kuantitas, kualitas
maupun kontinuitas. Sampai saat ini produktivitas jeruk di Indonesia
masih rendah (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 1996).
Melihat tingginya potensi agroindustri di Provinsi Sumatera Utara
khususnya Kabupaten Karo, maka tingkat kesuburan tanah sangat perlu
diperhatikan. Kesuburan tanah dapat ditinjau dari kemampuan tanah
untuk menyuplai unsur hara yang tersedia bagi tanaman untuk
mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Namun bila kadar
unsur-unsur hara yang tersedia berlebihan , tanaman dapat teracuni.
Suplai unsur-unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah,
yaitu sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Ketiga sifat ini saling
berinteraksi dalam mengkondisikan tanah, baik subur maupun tidak
subur. Kesuburan tanah selalu berkonotasi dengan produktivitas tanah
-
yang ditunjukkan oleh hasil dari tanaman yang ditanam pada tanah
tersebut.
Untuk memaksimalkan produksi hasil pertanian, maka perlu
diperhatikan apa yang menjadi variabel penting dalam memehami
kesuburan tanah. Salah satu variabel tersebut adalah unsur hara, maka
analisis unsur hara dalam tanah perlu dilakukan.
Evaluasi kesuburan pada tanah merupakan pendiagnosaan
keharaan dalam tanah dan anjuran pemupukan. Salah satu sering yang
digunakan dalam menilai kesuburan suatu tanah adalah melalui
pendekatan dengan analisis tanah dan uji tanah. Terdapat 3 parameter
kesuburan tanah yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai status
kesuburan tanah, yaitu kadar Nitrogen, Fosfor, dan Kalium sesuai
petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul “Pemeriksaan Kadar Unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium
Pada Tanah Lahan Pertanian Jeruk Yang Menggunakan Pestisida di
Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo Tahun 2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut “Pemeriksaan Kadar Unsur Nitrogen,
Fosfor, Kalium Pada Tanah Lahan Pertanian Jeruk Yang Menggunakan
Pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo Tahun
2019”.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Mengetahui Kadar Unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium Pada Tanah
Lahan Pertanian Jeruk Yang Menggunakan Pestisida di Desa Ajinembah
Kecamatan Merek Kabupaten Karo Tahun 2019”.
C.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kadar unsur Nitrogen pada tanah lahan pertanian
jeruk yang menggunakan pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan
Merek Kabupaten Karo Tahun 2019.
-
2. Mengetahui kadar unsur Fosfor pada tanah lahan pertanian jeruk
yang menggunakan pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan
Merek Kabupaten Karo Tahun 2019.
3. Mengetahui kadar unsur Kalium pada tanah lahan pertanian jeruk
yang menggunakan pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan
Merek Kabupaten Karo Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan, khususnya
Unsur Hara Nitrogen, Fosfor, Kalium Pada Tanah Lahan Pertanian
Jeruk Yang Menggunakan Pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan
Merek Kabupaten Karo Tahun 2019.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah kepustakaan ilmu pengetahuan mengenai
Unsur Hara Nitrogen, Fosfor, Kalium Pada Tanah Lahan Pertanian
Jeruk Yang Menggunakan Pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan
Merek Kabupaten Karo Tahun 2019.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.1. Pengertian Tanah
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit
bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan
batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa makanan
dan hewan, yang merupakan medum pertumbuhan tanaman dengan
sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor iklim, bahan
induk, bentuk wilayah dan waktu pembentukan tanah (Bachtiar,2006).
Dalam bidang pertanian, tanah memiliki arti yang lebi khusus dan
penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil
pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik dari organisme
(vegetasi atau hewan) yang hidup diatsnya atau didalamnya. Selain itu
di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari hujan yang
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam
proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan
organik terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon.
Dengan demikian tanah (dalam arti pertanian) dapat didefinisikan
sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam
horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air
dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Meskipun sebagian besar nutrisi untuk tanaman ini berasal dari
tanah, tidak semua tanah cocok untuk pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan proses terbentuk dan kandungan mineralnya, ada puluhan
jenis tanah di dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 18 jenis tanah.
Jenis tanah yang cocok untuk pertanian dan perkebunan adalah tanah
yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
Mengandung banyak unsur organik
pH < 7
-
Tidak mengeras setelah ditanami
Memiliki kelembapan tinggi, bukan di musim kemarau
A.2. Klasifikasi tanah berdasarkan proses terbentuknya
Menurut (Soepratohardjo,2006) Indonesia adalah negara
kepulauan dengan daratan yang luas degan jenis tanah yang berbeda-
beda. Berikut ini adalaha macam-macam / jenis-jenis yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia :
1. Tanah Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari
lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir adalah tanah yang bersifast kurang baik bagi
pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen
yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Aluvial / Endapan adalah tanah yang dibentuk dari lumpur
sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat
tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di
pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah /
dingin.
5. Tanah Vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi
letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang
tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai disekitar lereng gunung
berapi.
6. Tanah Laterit adalah tanah tidak subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air
hujan yang tinggi.
7. Tanah Mediteran adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang
terbentuk dari pelapukan batuan kapur.
8. Tanah Organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk
bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan
tumbuhan rawa.
A.3. Analisis Tanah
-
Menurut Sutedjo (2008) untuk melakukan penanaman di sebuah
lahan, perlu diketahui terlebih dahulu kualitas dari tanah di lahan
tersebut. Penelitian untuk mengetahui kualitas tanah dapat dilakukan
dengan cara analisis terhadap struktur dan kandungannya. Analisis itu
bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat dan karakteristik tanah. Dengan
demikian maka dapat diketahui jenis-jenis tanaman yang cocok untuk
ditanam pada lahan tersebut. Analisis ini tentunya bertujuan untuk :
Menjamin perkembangan tanaman dengan baik.
Meningkatkan produksi tanaman.
Mencegah kerugian pendapatan dan kerugian waktu bagi
pengusaha tanaman.
Mencegah kerusakan tanah akibat penanaman yang tidak cocok
dengan kualitas tanahnya.
Analisis yang dilakukan pada tanah dapat bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Sistem penggolongan (klasifikasi) masing-masing dibuat
berdasarkan pertimbangan ilmiah atau teknik, misalnya :
a. Tentang pH (kemasaman tanah) :
4,5 – 5.0 : keadaan tanah masam sekali.
5,0 – 5,5 : keadaan tanah adalah masam.
5,5 – 6,0 : keadaan tanah agak masam.
6,0 – 6,5 : keadaan tanah masam lemah.
6,5 – 7,0 : keadaan tanah netral.
b. Tentang kandungan bahan pada tanah :
Kalium (K) menurut hasil penelitian tersediakan ≥0,3 %, ini berarti
tersedianya K dalam tanah cukup tinggi, sehingga pemupukan
dengan K mungkin tidak diperlukan lagi.
Susunan tanah yang terdiri dari agregat-agregat berukuran lebih
kecil dari 5 mm, kalau struktur atau susunan tanahnya berbentuk
gumpal dinyatakan sebagai sangat halus.
Analisis secara kualitatif seringkali dilakukan dengan menggabungkan
sejumlah variabel, yang kemudian dapat digunakan untuk menentukan
tumbuhan apa yang sebaiknya ditanam pada tanah tersebut, misalnya :
menurut hasil penelitian pada sebidang tanah ternyata kandungan P
-
yang terdapat pada tanah tersebut lebih besar dari 12 ppm, kandungan
K lebih besar dari 80 ppm, Zn tersediakan lebih besar dari 0,6 ppm,
sedangkan DHL ternyata kurang dari 2,5 mS. Perkembangan ilmu
pertanian terutama mengenai kesuburan tanah, berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang dilakukan para pakar telah menyatakan bahwa kurang
suburnya tanah disebabkan tanah itu kekurangan unsur-unsur hara
tertentu, untuk itu tanah memerlukan pemupukan. Pemupukan dengan
zat-zat kimiawi tertentu (pupuk anorganik) banyak kebaikan-
kebaikannya, antara lain :
Dapat melengkapi unsur hara yang kurang, dalam jumlah yang
dianggap perlu.
Unsur hara tanaman dapat diberikan dalam perbandingan yang
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Unsur hara tanaman dapat diberikan dalam bentuk yang mudah
tersedia
Dapat diberikan pada saat yang tepat serta penggunaannya lebih
mudah dan lebih murah (konsentrasi tinggi).
Namun disamping itu terdapat keburukannya, yaitu :
Dapat membahayakan kesehatan manusia.
Bila terlalu banyak (berlebihan) dapat menimbulkan keracunan
bagi tanaman.
Dengan demikian perlu dilakukan analisis kimiawi pada tanah, yang
tujuannya, yaitu :
Menemukan cara untuk menganggulangi tanah yang kekurangan
unsur hara tertentu.
Menemukan cara untuk menghindari kelebihan unsur tanah hara
tertentu.
Jadi kekurangan unsur hara dan berlebihannya unsur hara tertentu yang
terdiri atas zat kimiawi adalah sama buruknya bagi tanah dan tanaman
yang dikembangkanpertumbuhannya pada tanah itu (Sutedjo, 2008).
A.4. Kesuburan Tanah
-
Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya
untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup
serta dalam keseimbangan yang tepat dalam lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman (Hardjowigeno ,2010).
Kesuburan kimia tanah yaitu kesuburan tanah yang ditentukan oleh
jumlah jenis dan ketersediaan senyawa atau unsue atau ion-ion dalam
tanah. Parameter kesuburan kimia tanah ditentukan dalam jumlah kation
yang dapat berubah, kpk, kejenuhan basa, karbon organik, ketersedian
N, P, dan K, pH, Kejenuhan Al dan Fe. Sifat kimia tanah ini sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dalam tanah (Rahmi et
al,2014).
Manajemen hara yang baik untuk produksi tanaman adalah
didasarkan pada pegetahuan tentang hara yang dibutuhkan tanaman
dan ketersediaan hara di dalam tanah. Perawatan manajemen hara
dapat didasarkan pada jumlah hara yang terambil dari dalam tanah oleh
tanaman saat panen. Agar produksi tanaman dapat berhasil dan
berkelanjutan dalam waktu yang lama, tanah harus mengandung
sejumlah hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, terutama nitrogen,
fosfor, dan kalium. (Ahmad et al 2014).
Kebutuhan pupuk bagi tanaman didasarkan atas : (1) jumlah hara
yang terangkut bersama panen, (2) cadangan hara yang ada di dalam
tanah, (3) tanda kekurangan hara pada tanaman. Penentuan kebutuhan
pupuk berdasarkan cadangan hara di dalam tanah memerlukan analisis
tanah di laboratorium. Penentuan krbutuhan pupuk berdasarkan tanda
kekurangan hara yang diperlihatkan tanaman memerlukan keahlian dan
pengalaman khusus, kadang-kadang gejala kekurangan antara unsur
yang satu dengan unsur yang lain sulit dibedakan dan gejala tersebut
tidak menggambarkan berapa jumlah pupuk yang harus diberikan.
Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan perkiraan jumlah hara yang
terangkut bersama panen merupakan cara yang paling sederhana dan
mudah (Uspiana,2014).
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam,
yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi
bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada
-
akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang
berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat
bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan diimbas
(induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan diciptakan oleh
pengaruh lain dari lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim dan musim.
Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat
diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).
Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia
dan biologi tanah yang terukur, yang terkorelasikan dengan keragaan
(performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian
sebelumnya. Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara langsung
berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan
cara penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab - sebab yang
menentukan kesuburan tanah. Dengan cara penaksiran kedua hanya
dapat diungkapkan tanggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang
dihadapinya. Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan
biologi tanah sebagai berikut :
a. Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah volume, tekstur, struktur,
kadar air tanah, drainase dan porositas tanah. Pengaruh struktur dan
tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung.
Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih
tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan
panjang akar pada pakan ternak yang tumbuh pada tanah remah
umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan
ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat
per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak,
sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah
yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar
memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang
berpori, dibandingkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman
-
makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti
tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit
bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar
tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah
yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik.
Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu
faktor utama pembentuk agregat tanah. Tekstur tanah ditentukan di
lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan
menurut bagan alir di laboratorium dengan mengunakan metode pipet
atau metode hidrometer. Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat
tanah. Biasanya perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna tanah
semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan
bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak
dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di
daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warna
tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat di dalam tanah
berbentuk Fe2+. Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran
partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut
ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu; pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm; debu, berukuran
2 – 50 mikron; dan liat, berukuran dibawah 2 mikron. Tanah bertekstur
pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan
rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan
kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya
sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Tekstur tanah sangat
berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan
lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda
dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir
memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada
tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukannya juga
berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan
sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
-
b. Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan,
dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan
jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah
juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah
ditebarkan ke tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah,
reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa
(KB), dan kemasaman. Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman
atau pH (potential of hydrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang
menggambarkan jumlah relatif ion H terhadap ion OH- didalam larutan
tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada
kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar
daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah
lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali)
atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation
kalsium, magnesium, kalium dan natrium.
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah
rawa seperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak
mengandung asam sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah
dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak
mengandung garam natrium. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur
hara diserap oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap
oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut
sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. PH tanah juga
menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang
selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat
diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi
mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu
dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi
tanaman. pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan
-
mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5,5-7 bakteri jamur pengurai
organik dapat berkembang dengan baik.
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar
batas optimal. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap
tanaman dalam jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat
penting untuk diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai.
Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat
memperburuk pH tanah. Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah
dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH
tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur.
Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan
tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis
tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.
c. Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna
tanah(khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan
algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan
polusi tanah. Tanah dikatakan subur bila mempunyai kandungan dan
keragaman biologi yang tinggi. Organisme (mikroorganisme) tanah
penting dalam kesuburan tanah karena :
berperan dalam siklus energi
berperan dalam siklus hara
berperan dalam pembentukan agregat tanah
menentukan kesehatan tanah, suppressive atau conducive
terhadap munculnya penyakit terutama penyakit menular soil
borne pathogen
A.5. Kandungan Unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium dan
Fungsinya Dalam Tanah
a. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar
1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan
-
protein. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan
organik halus dan bahan organik kasar), pengikatan oleh
mikroorganisme dari nitrogen udara, pupuk, dan air hujan.
Sumber nitrogen berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan
lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder.
Fiksasi nitrogen secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman
jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan nitrogen dan senyawa lainnya setelah mengalami proses
dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Manfaat dari nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan
tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan
klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Nitrogen
terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-
bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O, dan unsur N lainnya.
Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun
bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4 dan urea dalam
bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam
tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami
imobilisasi. Sebagian nitrogen terangkut, sebagian kembali scbagai
residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui
pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang
atau bertambah karena pengendapan.
b. Fosfor
Unsur fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk
buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah
diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7. Dalam siklus fosfor terlihat
bahwa kadar larutan fosfor merupakan hasil keseimbangan antara
suplai dari pelapukan mineral-mineral fosfor, pelarutan (solubilitas)
fosfor terfiksasi dan mineralisasi fosfor organik dan kehilangan fosfor
berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian di dalam tanah
terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik.
Manfaat dari fosfor untuk tanah antara lain ialah sebagai berikut:
-
berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam
tanaman
merangsang pembungaan dan pembuahan
merangsang pertumbuhan akar
merangsang pembentukan biji
merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan
sel
Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas
yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar fosfor organik dalam bahan
organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 - 0,5 %.
Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar
alami fosfor rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman
tanpa memperhatikan suplai fosfor kemungkinan besar akan gagal
akibat defisiensi fosfor. Jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada
tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
c. Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor
yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari
kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh
muatan negatif nitrat, fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986),
menyatakan bahwa ketersediaan kalium merupakan kalium yang dapat
dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan
dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari
kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-
mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan
tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah.
Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau
tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan
tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan
kalium yang melimpah.
Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang
terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation
-
tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik
mengandung sedikit kalium.
Adapun fungsi dari kalium dalam tanah antara lain:
berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi,
enzim dan mineral termasuk air
meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman terhadap
penyakit
Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun
menjadi lemas atau rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak
hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak
coklat pada pucuk daun.
Fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai
berikut: (1) untuk menyehatkan pertumbuhan tanaman, (2) dapat
menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna
yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis (pada daun
muda berwarna kuning), (3) meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman, (4) meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di
dalam tanah (Sutedjo, 2008).
Tanaman yang kekurangan urea (zat hara N) tumbunya kerdil,
anakan sedikit dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua,
sebaliknya tanaman yang di pupuk urea berlebihan, tumbuhnya subur,
daun hijau, mudah rebah dan pemasakan lambat. Tanaman yang
kekurangan zat hara fosfat (P) tumbuhnya kerdil, daun berwarna hijau
tua, anakan sedikit. Sedangkan tanaman yang kekurangan kalium (K),
batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat menua, mudah terserang
hama dan penyakit, mudah rebah (Pusri, 2007 Dalam Padmanabha,
2014).
Fosfor berpengaruh menguntungkan pada hal-hal sebagai berikut:
(1) pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin, (2)
pembangunan dan pembuahan, termasuk pembuahan biji, (3) apabila
tanaman berbuah, pengaruh akibat pemberian nitrogen yang berlebihan
akan hilang, (4) perkembangan akar, khusus lateral dan akar halus
berserabut, (5) membantu menghindari tumbangnya tanaman, (6) mutu
-
tanaman, khusus rumput untuk makanan ternak dan sayuran, (7)
kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Pada garis besarnya fungsi kalium antara lain sebagai berikut: (1)
membantu perkembangan akar sehingga dapat meningkatkan serapan
unsur hara oleh tanaman, (2) membantu dalam pembentukan biji
tanaman menjadi lebih berisi dan padat, (3) membantu pembentukan
protein dan karbohidrat (4) secara tidak langsung membantu
mengaktifkan enzim.
Tanaman kekurangan K menunjukkan pertumbuhan yang
terhambat. Sistem perakaran tanaman jelek/terhambat, batang tanaman
menjadi lemah. Biji dan buah kecil dan mempunyai bentuk tidak normal.
Hal ini disebaban tanaman mudah terserang penyakit. Dalam
hubungannya dengan proses-proses fisiologi tanaman, kekurangan K
dapat menyebabkan; akumulasi karbohidrat dapat larut dan gula
reduksi, sintesa protein terhambat, pemanfaatannya substrat respirasi
terhambat, kecepatan oksidasi fosforilasi dan fotofosforilsi menurun.
Sehingga apabila disimpulkan bahwa defisiensi K dalam tanaman erat
hubungannya dengan metabolisme N dan karbohidrat (Winarso, 2005).
A.6. Pestisida
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal
katanya pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama
dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud hama bagi petani sangat
luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing
yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan. Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 (yang
dikutip oleh Djojosumarto,2008) pestisida adalah semua zat kimia atau
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit
yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
b. Memberantas rerumputan.
-
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau
bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
d. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-
hewan peliharaan dan ternak.
e. Memberantas dan mencegah hama-hama air.
f. Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad
renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,
memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering
disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untuk
membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain.
(Djojosumarto, 2008).
Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan,
pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan
/ pemusnahan pestisida.
Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan
efek negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida sebaiknya
pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi dan
ekologi organisme pengganggu tanaman. (Wudianto R, 2010).
A.7. Penggolongan Pestisida
a. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran (Wudianto R, 2010)
yaitu :
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang
bisa mematikan semua jenis serangga.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah
fungsi/cendawan.
3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung
bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.
4. Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
-
5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa
kimia yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-
laba. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa
kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis
binatang pengerat, misalnya tikus.
6. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu :
siput, bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak.
7. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan
untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
8. Pestisida lain seperti Pisisida, Algisida, Advisida dan lain-lain.
9. Pestisida berperan ganda yaitu pestisida yang berperan untuk
membasmi 2 atau 3 golongan organisme pengganggu tanaman.
b. Berdasarkan Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida (Djojosumarto,
2008)
1. Racun Kontak
Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga
sasaran lewat kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian
tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.
2. Racun Pernafasan (Fumigan)
Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja
lewat sistem pernapasan.
3. Racun Lambung
Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan
serta masuk ke dalam organ pencernaannya.
4. Racun Sistemik
Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan
herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan
pada bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman
melalui akar atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang
berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada
insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau
menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.
5. Racun Metabolisme
-
Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses
metabolismenya.
6. Racun Protoplasma
Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi
rusak.
A.8. Jenis Pestisda yang berpengaruh dengan Tanah
a. Organoklorin
Penggunaan Pestisida Organoklorin telah mengakibatkan
pecemaran terhadap udara, air, dan tanah. Area pertanian yang
menggunakan banyak materi organik akan mengandung residu
pestisida yang tinggi karena tanah yang seperti ini dapat
mengadsorbsi senyawa hidrokarbon yang mengandung klor
(hidrokarbon terklorinasi). Daya racun terhadap organisme tertentu
dinyatakan dalam LD 50 ( Lethal Dose atau takaran yang
mematikan). LD 50 menunjukkan banyaknya racun persatuan
berat organisme yang dapat membunuh 50% dari populasi jenis
binatang yang digunakan untuk pengujian, biasanya dinyatakan
sebagai berat bahan racun dalam miligram, perilogram berat satu
ekor binatang uji. Jadi semakin besar daya racunnya semakin
besar dosis pemakaiannya. Jenis organoklorin yang sering
digunakan para petani adalah DDT, Dieldrin, dan Endrin.
b. Organofosfat
Degradasi insektisida merupakan penurunan konsentrasi
insektisida di alam, karena sebagian atau seluruh senyawa
insektisida tersebut mengalami perubahan struktur kimia dari
bentu asal menjadi metabolitnya. Degradasi terjadi melalui
beberapa proses, yaitu:
1. Hidrolis terjadi jika insektisida bereaksi dengan air (H2O)
membentuk senyawa metabolitnya.
2. Fotodegrasi merupakan perubahan komposisi senyawa
insektisida karena terkena cahaya matahari.
-
3. Biodegradasi meruapakan penguraian senyawa insektisida di
alam karena proses biologi. Biodegradasi terjadi karena ada
aktivitas mikroorganisme.
4. Volatilasi merupakan proses penguapan insektisida dari fase
padat atau cair ke fase gas. Kemampuan volatilasi insektisida
tergantung pada titik didihnya.
Ada empat faktor dasar yang penting dalam mempercepat proses
degradasi insektisida, khususnya di pertanian daerah tropis.
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Hujan
Hujan akan membasuh insektisida dari permukaan daerah
aplikasi, sebagian besar dari daun dan batag. Kemudian
insektisida jatuh ke tanah, dari tanah bisa berpindah lagi
melalui erosi, dibawa air hujan, lepas kebawah tanah, atau
mengalami evaporasi.
2. Cahaya Matahari
Cahaya matahari lebih kuat di daerah tropis, hal ini
mengakibatkan degradasi fotolitik yang lebih besar.
3. Temperatur dan Mikroorganisme
Iklim panas, aktivitas mikroorganisme dan kecepatan
penguapan yang tinggi menyebabkan penghancuran insektisida
yang lebih cepat. Jika suatu senyawa kimia mulai terdegrasi
akan ada sejumlah zat yang hilang seiring pertambahan waktu.
Kemudian disusul dengan pembentukan senyawa baru yang
strukturnya lebih sederhana. Apabila ditinjau dari toksisitasnya,
senyawa baru ini bisa kurang toksik daripada senyawa asal
atau bahkan bisa lebih toksik dari senyawa asal. Penurunan
konsentrasi merupakan fungsi dari waktu, sehingga sering
bertambahnya waktu maka akan terjadi penurunan konsentrasi.
A.9. Residu Pestisida
Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil
pertanian, bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida (Kelompok
-
Kerja Penyusunan Revisi Metode Analisis Residu Pestisida Pada Hasil
Pertanian, 2008).
Pestisida kimiawi hingga saat ini masih dianggap sebagai satu-
satunya senjata pamungkas untuk menghadapi serangan OPT
(Orgaisme Pengganggu Tanaman), hal ini dikarenakan kompleksnya
permasalahan-permasalahan yang sering dijumpai dilapangan.
Pada saat ini dan masa yang akan datang, pestisida tampaknya
masih menjadi salah satu komponen penting guna pengendalian
organisme pengganggu tanaman. Aplikasi pestisida kimia saat ini masih
banyak dilakukan oleh petani dengan cara disemprotkan dan disebarkan
yang memungkikan sebagian besar deposit pestisida jatuh pada
permukaan tanah.
Lamanya persistensi pestisida tergantung dari jenis, konsentrasi
dan keadaan lingkungan atau tempat pestisida tertinggal. Pestisida,
terutama pestisida kimia, telah dikenal memiliki pengaruh negatif
terhadap organisme dalam tanah (Rombke et al.,2007).
Perkembangan penelitian tentang toksikologi lingkungan
mengalami perkembangan yang cepat dalam beberapa dekade terakhir,
akan tetapi di daerah tropis masih sedikit yang meneliti tentang
pengaruh pestisida terhadap ekosistem dalam tanah. Beberapa
organisme dapat dijadikan sebagai indikator tercemarnya suatu
lingkungan. Di antara organisme tersebut adalah cacing tanah.
Cacing tanah menyusun sebagian besar biomasa dari invertebrata
daratan dimana mereka memainkan peran penting dalam membentu
struktur dan meningkatkan kandungan nutrisi pada tanah. Cacing tanah
juga memiliki pera penting dalam berbagai fungi ekosistem seperti
pembentukan bahan organik atau struktur tanah.
Cacing tanah melakukan perubahan pada struktur tanah melalui
pembentkan saluran – saluran pada tanah yang emningkatkan aliran air
dan gas di dalam tanah, menggabungkan serasah ke dalam tanah,
mencampur mineral tanah dan materi organik dan memecahkan materi
organik dalam tanah (Edwards, 2005; Bardgett, 2005).
Akumulasi insektisida terhadap hewan non target dalam tanah
penting diketahui karena hewan tanah tersebut dapat berperan sebagai
-
redestribusi insektisida sehingga dapat mempengaruhi rantai transfer
insektisida ke tingkat organisme yang lebih tinggi.
A.10. Baku Mutu Tanah
Parameter tanah yang ditetapkan sebagai baku mutu tanah
sangat terkait dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu,
penentuan parameter baku mutu tanah secara umum sulit ditentukan.
Walaupun rancangan baku mutu tanah telah diatur dalam rancangan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1994. Rancangan
Kepmen ini menyebutkan bahwa baku mutu tanah ditetapkan oleh
masing-masing Gubernur dengan berpedoman pada Baku Mutu
Nasional. Penentuan baku mutu dilakukan berdasarkan penelitian dan
tetap menampung aspirasi dari masyarakat, pengusaha dan pihak yang
berkepentingan.
Pusat Penelitian Tanah dari Departemen Pertanian (1983)
telah mengajukan kriteria penilaian sifat fisik kimia tanah berdasarkan
sifat umum tanah yang didapat secara empiris. Kriteria penilaian sifat
kimia tanah tersebut disajikan paga gambar tabel berikut.
Tabel Kriteria Sifat Fisik Kimia Tanah
Sifat Tanah Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
C-Organik < 1,0% 2,0% 3,3% 5,0% >5,0%
N Total < 0,1% 0,2% 0,5% 0,75% >0,75%
P2O5 < 10% 20% 40% 60% >60%
K2O < 10% 20% 40% 60% >60%
K < 0,1% 0,2% 0,5% 1,0% >1,0%
Na < 0,1% 0,45% 0,7% 1,0% >1,0%
Ca < 2% 5% 10% 20% >20%
Mg < 0,4% 1,0% 2,0% 8,0% >1,0%
Kejenuhan
Basa < 20% 35% 50% 70% >1,0%
-
Kejenuhan
Aluminium < 10% 20% 30% 60% >1,0%
Cadangan
Mineral < 5% 10% 20% 40% >1,0%
pH (Potensial
Hydrogen) 5,5 6,5 7,5 8,5 8,5
B. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Keterangan :
1. Variabel Bebas, yaitu variabel yang mendapat perlakuan dari
penelitian.
a. Pemeriksaan Kadar Unsur Nitrogen
b. Pemeriksaan Kadar Unsur Fosfor
c. Pemeriksaan Kadar Unsur Kalium
2. Variabel Terikat, yaitu variabel yang mengalami perubahan karena
adanya perlakuan dari variabel bebas.
Sampel tanah lahan pertanian jeruk adalah sebagai variabel
terikat.
C. Defenisi Operasional
1. Sampel tanah adalah sampel tanah yang diambil dari lahan
pertanian jeruk yang sudah menggunakan pestisida.
2. Pemeriksaan kadar unsur adalah pengujian kadar unsur nitrogen,
fosfor, dan kalium terhadap tanah yang diambil dari lahan
pertanian jeruk yang sudah menggunakan pestisida.
Pemeriksaan Kadar Unsur
Nitrogen, Fosfor, dan
Kalium
Sampel Tanah Lahan
Pertanian Jeruk
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Quasi
Eksperiment (eksperimen quasi) untuk mengetahui unsur hara
nitrogen, fosfor, dan kalium pada tanah lahan pertanian jeruk yang
menggunakan pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan Merek
Kabupaten Karo.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel tanah di Desa Ajinembah Kecamatan
Merek Kabupaten Karo Tahun 2019, dan selanjutnya dianalisis kadar
unsurnya di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Kabanjahe.
B.2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019.
C. Cara Pengumpulan Data
C.1. Data Primer
Diperoleh melalui pengambilan sampel dilapangan. Kemudian
pengujian kadar unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di Laboratorium
Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Kesehatan Lingkungan
Kabanjahe.
C.2. Data Sekunder
Diperoleh melalui penelusuran literatur dan kepustakaan berupa
hasil penelitian sebelumnya mengenai karakteristik kadar unsur
Nitrogen, Fosfor, dan Kalium serta penelitian lain yang terkait.
D. Alat dan Bahan
1. Alat : Bor tanah ( auger ), Cangkul, Pisau, dan Spidol
-
2. Bahan : Ember, Plastik Sampel, Plastik Label, Kertas Manila, dan
buku “Munsell Soil Color Chart”
E. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan meliputi 2 tahap yaitu persiapan awal, dan
tahap uji di Laboratorium.
E.1. Tahap Persiapan Awal
Tahap Pengambilan Sampel Tanah
1. Menentukan tempat pengambilan sampel tanah individu
2. Rumput – rumput, batu – batuan atau kerikil, sisa tanaman atau
bahan organik segar yang terdapat dipermukaan tanah di
bersihkan.
3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel
tanah sebaiknya pada kondisi kapasitas kelembapan tanah
sedang.
4. Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah ( auger )
dengan titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau
lapisan olah.
5. Sampel tanah individu tersebut dicampur dan diaduk merata
dalam ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar.
Setelah bersih dan teraduk rata, diambil sampel kira kira 1 kg dan
dimasukkan ke dalam kanton plastic sampel tanah.
6. Untuk pemberian label, label dalam harus dibungkus dengan
plastic dan dimasukkan diantara plastic pembungkus supaya
tulisan tidak otor atau basah, sehimgga abel tersebut dapat dibaca
sesampainya di laboratorium. Sedangkan label luar diberi
keterangan mengenai nomor sampel tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan
alamat pemohon serta peta lokasi.
E.2. Tahap Uji Laboratorium
E.2.1. Sampling dan Preparasi Tanah
Kumpulkan sampel tanah dari kebun sebelum diberi air. Buang
beberapa pupuk dari tanah dan gunakan tabung sampling atau
sendok untuk mengambil sampel dari bagian akar tanaman, atas
-
hingga bawah. Gabungan sampel mempengaruhi representative hasil
pengujian. Campurkan 8 – 10 sampel dan sebarkan/dibagi ke dalam
kertas atau plastic kering. Biarkan sampel di udara kering selama 1
malam dan saring sampel.
E.2.2. Prosedur Ekstrasi
1. Isi Extraction Tube (0704) sebanyak 14 mL Universal Extracting
Solution (5173PS).
2. Gunakan 0,5 g spoon (0698) untuk menambahkan 8 sendok
sampel tanah. Tutup dan kocok selama 1 menit.
3. Gunakan filter paper (0465) dan plastic funnel (0459) untuk
menyaring suspensi tanah ke dalam tabung ekstraksi kedua
(0704). Filtrate dari tabung ekstraksi kedua merupakan ekstraks
tanah yang dapat digunakan untuk beberapa parameter pengujian
(prosedur pengujian dihalaman selanjutnya).
E.2.3. Pengujian Nitrogen
1. Gunakan pipet 1 ml (0354) untuk memindahkan 1 ml tanah yang
sudah diekstraksi pada spot plate (0159).
2. Tambahkan Nitrate reagent #1 (5146)
3. Gunakan 0,5 g spoon (0698) untuk menambahkan 1 sendok
Nitrate Reagent 2 Powder (5147).
4. Aduk dengan String rod (0519). Aduk selama 5 menit hingga
warnanya merata.
5. Cocokkan warna sampel dengan Nitrate Nitrogen Color Chart
(1315).
E.2.4. Pengujian Fosfor
1. Gunakan pipet (0364) untuk memasukkan tanah yang sudah
diekstrak ke dalam tabung “Phosphorus B”
2. Tambahkan 6 tetes Phosphorus Reagent 2 (2156). Tutup dan
kocok hingga merata.
3. Tambahkan Phosphorus Test Tablet (5706 A). tutup dan kocok
hingga terlarut.
-
4. Bandingkan hasilnya engan Phosphorus Color Chart (1312). Lihat
chart dan sampel pada posisi pencahayaan yang natural untuk
hasil yang optimum.
E.2.5. Pengujian Kalium ( Potassium )
1. Gunakan pipet (0364) untuk memasukkan tanah yang sudah
diekstrak ke dalam tabung Potash “A” (0245).
2. Tambahkan 1 Potassium Reagent B Tablet (5161 A). Tutup dan
kocok hingga terlarut.
3. Tambahkan Pottasium Reagent C (5162) hingga tabung Potash
“A” terisi digaris atas. Biarkan hingga Potassium Reagent C (5162)
menuruni bagian sisi tabung. Aduk hingga merata. Jika ada
endapan artinya terdapat Potassium.
4. Pastikan tabung Potash “B” (0246) dalam kondisi kosong pada
Potassium Reading Plate (1107).
5. Pindahkan sampel dari Potash “A” menggunakan pipet (0364).
6. Secara perlahan masukkan sampel ke dalam tabung Potash “B”.
Perhatikan garis hitam pada tabung Potash “B”. Tambahkan
sampel hingga garis hitam menghilang/tidak ada.
7. Catat nilai yang tertera pada sisi tabung Potash “B” dalam satuan
pounds/arce sebagai Potassium.
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang
diambil langsung dari Desa Ajinembah kecamtan Merek Kabupaten Karo.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa data kuantitatif dari
kadar Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Hasi pemeriksaan yang diperoleh
disajikan dalam Tabel 4.1
Tabel.4.1
Hasil Pemeriksaan unsur N, P, K dalam Tanah Lahan Pertanian pertanian
jeruk yang menggunakan pestisida di Desa Ajinembah Kecamatan Merek
Kabupaten Karo.
No Jenis
Unsur Hara
Hasil
Pemeriksaan Alat Keterangan
1 NITROGEN 20%
Soil Test Kit
( Kertas
LaMotte)
Rendah
2 FOSFOR 10%
Soil Test Kit
( Kertas
LaMotte)
Sangat
Rendah
3 KALIUM 120%
Soil Test Kit
( Kertas
LaMotte)
Sangat
Tinggi
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa unsur hara nitrogen
yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah 20% dimana
berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong rendah.
-
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa unsur hara fosfor
yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah 10% dimana
berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong sangat rendah.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa unsur hara kalium
yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah 120% dimana
berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong sangat tinggi.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel tanah
yang di peroleh dari Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo.
Parameter yang dianalisis adalah kadar Nitrogen, Fosfor, dan Kalium.
Unsur hara Nitrogen, Fosfor, dan Kalium merupakan unsur hara makro
yang sangat penting dibandingkan unsur hara mikro maupun unsur hara
makro lainnya, ketiga unsur ini dibutuhkan tanaman untuk proses
pertumbuhannya.
B.1. Nirogen
No Jenis
Unsur Hara
Hasil
Pemeriksaan Alat Keterangan
1 NITROGEN 20%
Soil Test Kit
( Kertas
LaMotte)
Rendah
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar
1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan
protein. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah
(bahan organik halus dan bahan organik kasar), pengikatan oleh
mikroorganisme dari nitrogen udara, pupuk, dan air hujan. Dari
analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil Nitrogen yaitu sebesar
20%. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tahun 1994 dalam Pusat Penelitian Tanah dari Departemen
Pertanian (1983) kriteria sifat fisik kimia tanah Nitrogen
-
Sifat Tanah Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
N Total < 0,1% 0,2% 0,5% 0,75%
>0,75
%
Manfaat dari nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan
tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan
klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Tanaman
yang kekurangan urea (zat hara N) tumbunya kerdil, anakan sedikit
dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua, sebaliknya
tanaman yang di pupuk urea berlebihan, tumbuhnya subur, daun
hijau, mudah rebah dan pemasakan lambat. Dengan demikian tanah
yang ada pada lahan pertanian jeruk tersebut kurang cocok untuk
ditanam suatu tanaman, kecuali tanah tersebut perlu diberi pupuk
yang mengandung unsur Nitrogen.
Sebaliknya apabila kelebihan unsur hara Nitrogen pada tanaman
maka gejala yang akan timbul pada tanaman berupa warna gelap,
pertumbuhan vegetatif yang hebat, dan tanaman mudah rusak karena
dingin dan membeku.
B.2. Fosfor
No Jenis
Unsur Hara
Hasil
Pemeriksaan Alat Keterangan
2 FOSFOR 10%
Soil Test Kit
( Kertas
LaMotte)
Sangat
Rendah
Dari analisis yang telah dilakukan konsentrasi unsur Fosfor
tergolong sangat rendah yaitu sebesar 10%. Unsur P merupakan
komponen utama dari proses fotosintesis. Unsur P biasanya
tergantung dalam berbagai pupuk. Pupuk tersebut penting untuk
tanah yang mengalami defisiensi unsur P, terutama tanah yang tidak
-
sering dipupuk. Seperti halnya nitrogen, unsur P harus ada dalam
bentuk anorganik sederhana sebelum diadsorpsi oleh tanaman. Unsur
P biasanya dalam bentuk ion ortophosphat yang merupakan jenis
paling tersedia untuk tanaman pada pH tanah yang mendekati netral.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kosentrasi unsur P
dalam tanah pertanian jeruk yang menggunakan pestisida di Desa
Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo bernilai sangat rendah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tahun 1994 dalam Pusat Penelitian Tanah dari Departemen
Pertanian (1983) kriteria sifat fisik kimia tanah Fosfor
Sifat Tanah Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
P2O5 < 10% 20% 40% 60% >60%
Fosfor berpengaruh menguntungkan pada hal-hal sebagai berikut:
(1) pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin, (2)
pembangunan dan pembuahan, termasuk pembuahan biji, (3) apabila
tanaman berbuah, pengaruh akibat pemberian nitrogen yang
berlebihan akan hilang, (4) perkembangan akar, khusus lateral dan
akar halus berserabut, (5) membantu menghindari tumbangnya
tanaman, (6) mutu tanaman, khusus rumput untuk makanan ternak
dan sayuran, (7) kekebalan terhadap penyakit tertentu. Tanaman
yang kekurangan zat hara fosfat (P) tumbuhnya kerdil, daun berwarna
hijau tua, anakan sedikit.
Dengan demikian tanah yang ada pada lahan pertanian jeruk
tersebut kurang cocok untuk ditanam suatu tanaman, kecuali tanah
tersebut perlu diberi pupuk yang mengandung unsur nitrogen (N),
Fosfor (P), dan Kalium (K). Walaupun fosfor di dalam cukup banyak,
tetapi tanaman masih bisa kekurangan fosfor. Karena, sebagian besar
fosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa
yang sukar larut dalam air. Hal ini terkait dengan fungsi P untuk
-
pertumbuhan akar tanaman, pembentukan protein, transfer energi
dan moleku – molekul penyimpanan.
B.3. Kalium
No Jenis
Unsur Hara
Hasil
Pemeriksaan Alat Keterangan
3 KALIUM 120%
Soil Test Kit
( Kertas
LaMotte)
Sangat
Tinggi
Dari analisis yang telah dilakukan konsentrasi unsur Kalium
tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 120%. Kalium mengaktifkan
beberpa enzim dan memegang peranan penting dalam keseimbangan
air di dalam tanaman sebagai transformasi karbohidrat. Unsur K
membantu pembentukan protein, fotosintesis, kualitas buah-buahan
dan pengurangan penyakit pada tanaman. Hasil-hasil pertanian
biasanya berkurang sangat besar pada tanah yang mengalami
defisiensi kalium.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tahun 1994 dalam Pusat Penelitian Tanah dari Departemen
Pertanian (1983) kriteria sifat fisik kimia tanah Kalium
Sifat Tanah Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
K2O < 10% 20% 40% 60% >60%
Unsur K ditawarkan ke tanaman dalam bentuk mineral mineral
tanah, bahan-bahan organik dan sebagai pupuk. Bila pupuk yang
mengandung nitrogen ditambahkan ke dalam tanah, maka pelepasan
kalium dari dalam tanah akan besar untuk produktivitas tanaman.
Kalium merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam kerak
bumi sebesar 2,6 %, tetapi kalium ini tidak mudah tersedia didalam
tanaman. Sedangkan tanaman yang kekurangan kalium (K),
-
batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat menua, mudah
terserang hama dan penyakit, mudah rebah. Pada garis besarnya
fungsi kalium antara lain sebagai berikut: (1) membantu
perkembangan akar sehingga dapat meningkatkan serapan unsur
hara oleh tanaman, (2) membantu dalam pembentukan biji tanaman
menjadi lebih berisi dan padat, (3) membantu pembentukan protein
dan karbohidrat (4) secara tidak langsung membantu mengaktifkan
enzim. Sebaliknya apabila unsur hara Kalium kelebihan pada
tanaman maka pada musim kering tanaman bisa mengalami dehidrasi
Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa tanah yang ada pada
lahan pertanian jeruk yang menggunakan pestisida di Desa
Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo mempunyai
konsentrasi K yang paling tinggi. Pengaruh musim berpengaruh pada
konsentrasi unsur K. Hal ini terkait dengan sifat K yang mudah
bergerak antara tanaman dan larutan daam tanah sebagai ion yang
dengan mudah lepas ke ekosistem.
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang “Pemeriksaan Kadar Unsur Nitrogen,
Fosfor, Kalium Pada Tanah Lahan Pertanian Jeruk Yang Menggunakan
Pestisida Di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo” di
dapat Kesimpulan Sebagai berikut:
1. Unsur hara nitrogen yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah
20% dimana berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong rendah.
2. Unsur hara fosfor yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah
10% dimana berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong sangat
rendah.
3. Unsur hara kalium yang diperiksa menggunakan Soil Test Kit adalah
120% dimana berdasarkan kriteria tanah nilainya tergolong sangat
tinggi.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Peneltian ini menggunakan data-data dengan akurasi yang menengah
sehingga tingkat akurasinya juga sedang, sehingga diharapkan
penelitian selanjutnya melakukan perbedaan perlakuan seperti
membedakan unsur hara terhadap lahan pertanian lainnya.
2. Kepada pihak petani untuk lebih memahami terhadap penggunaan
pupuk kimia hendaknya mulai dikurangi, karena akan mempengaruhi
komposisi unsur hara tanah, akibatnya akan menjadi racun bagi
tumbuhan pada tanah itu sendiri karena hara tanah mulai tidak
seimbang.
-
3. Kepada pihak petani agar memperhatikan pemberian pupuk buatan
pabrik sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan serta
diseimbangi dengan pemberian pupuk alam dengan cara
mengembalikan sisa gabah setelah panen, sebagai kunci utama
kesuburan tanahhnya tetap terjaga.
4. Kepada pihak Masyarakat mengurangi praktek pembakaran dan
penggunaan bahan kimia (pestisida) karena hal itu berdampak
kepada makrofauna tanah yang mengakibatkan kesuburan tanah
berkurang.
-
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, E., 2006. Ilmu Tanah. Medan:Fakultas Pertanian USU
Direktorat Perlindugan Holtikultura. 1996. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Holtikultura. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Holtikultra. Direktorat Jenderal Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta.
Djojusumarto, P., 2008. Tekhnik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Djalil, A.M. 2012. Pertumbuhan Subsektor Perkebunan dan Dampaknya terhadap Perekonomian Provinsi Lampung. Pp. 2.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademi Presindo. Jakarta. 288 hal.
Hanafiah, Kemas Ali. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kelompok Kerja Penyusunan Revisi Metode Analisis Residu Pestisida pada Hasil Pertanian. 2006. Metode Analisis Residu Pestisida pada Hasil Pertanian. Jakarta:Departemen Pertanian
Padmanabha, G., Dewa, M.A., Nyoman, D. 2014. Pengaruh Dosis pupuk Organikdan Anorganik terhadap hasil tanaman padi sawah dan Sifat kimia Tanah Pada Inceptisol Kerambitan Tabanan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol 3. No. 1, hal: 41-50.
Prabowo, R. (2010). Kebijakan Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Di Indonesia. Jurnal mediagro. Vol 6. No 2..Hal: 62 – 73.
Rahmi, A dan M. P, Briantary. 2014. Karakteristik Sifat Kmia dan Status Kesuburan Tanah Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha Tani Beberapa Kampung di Kabupaten Kutai Barat.Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda. 30 – 36 hal.
Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, 2008. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Jakarta. Rineka Cipta.
Syarif, E. 1995. Ilmu Tanah Edisi Ketiga. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Pp. 37.
Wahyudi, I. 2009. Manfaat Bahan Organik Terhadap Peningkatan Ketersediaan Fosfor dan Penurunan Toksisitas Aluminium di Ultisol. Agroland 16 (4) : 265 – 272 hal.
Winarso, s. 2005. Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Gaya Media.
Wudianto, R., 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penerbit PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Yasin, S., Otalinda Yusi., dan Gusnidar. 2010. Perbaikan Kesuburan Tanah Regosol dengan Bahan Ornaik Untuk Tanaman Melon. Universitas
Andalas. Padang. Jerami Vol.3.No.3. 1-7 hal.
-
DOKUMENTASI