karya tulis ilmiah - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/320/1/kti(1).pdfa....

88
1 IDENTIFIKASI KONDISI DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidiksn Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan OLEH : NI NYOMAN WIDANI NIM P00320014081 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2017

Upload: danglien

Post on 13-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

IDENTIFIKASI KONDISI DEPRESI LANSIADI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

MINAULA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidiksnDiploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Keperawatan

OLEH :

NI NYOMAN WIDANINIM P00320014081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN2017

2

3

4

MOTTO

Setiap belajar tentu tidak selalu mendapatkan

kesuksesan, pastinya pernah mengalami pahitnya

kegagalan.

Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan

dengan penuh keikhlasan, menyelesaikan dengan penuh

kebahagian, dan di sertai Doa untuk menggapai cita-cita,

yakinlah akan terkabul dan tercapai.

Kupersembahkan karya tulis ini kepada ayah, ibu

tercinta, almamater, agama, bangsa dan Negara.

5

RIWAYAN HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Ni Nyoman Widani

Nim : P00320014081

Tempat, dan Tgl, Lahir : Puasana, 1 Juni 1996

Suku / Bangsa : Bali / Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

B. Pendidikan

1. TK TRI SARI, tamat tahun 2002

2. SD Negeri 2 Tribudaya, tamat tahun 2008

3. SMP Negeri 3 Amonggedo, tamat tahun 2011

4. SMA Negeri 5 Kendari, tamat tahun 2014

5. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari

Jurusan Keperawataan sampai sekarang.

6

ABSTRAK

Ni Nyoman Widani ( P00320014081 ) Identifikasi Kondisi Depresi Lansia DiPanti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Yang dibimbing oleh ibu ReniDevianti Usman dan ibu Fitri Wijayati. ( xii + 59 + 10 lampiran + 7 tabel).Depresi lansia adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi di kalangan lansiaumumnya angka depresi terjadi dua kali lebih tinggi dikalangan lansia dari padaorang dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi depresi lansiadi Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Variabel penelitian ini yaitupenyebab depresi dan tingkat depersi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptifyang dilakukan pada tanggal 19 juni 2017. Sampel penelitian berjumlah 65 orangyang di ambil secara total sampling. Data di peroleh dari data sekunder dan primerdengan instrumen penelitian adalah lembar kuesioner. Hasil penelitian respondenyang menyebabkan depresi pada lansia dipanti Sosial Tresna Werdha MinaulaKendari yang memiliki faktor penyebab depresi yaitu sebanyak 65 orang (100%),sedangkan yang tidak memiliki faktor penyebab depresi yaitu sebanyak (0%).Berdasarkan tingkat depresi dari 65 orang responden sebagian besar kategori depresiringan yaitu 37 orang ( 56.92% ), hanya 9 orang ( 13.85% ) yang mengalami depresidan kategori tidak depresi yaitu 19 orang (29.23%). Saran Diharapkan dapatmenambah pengetahuan dan kemampuan pihak sosial menggali tentang permasalahanpenyebab depresi dan kondisi depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna WerdhaMinaula Kendari.

Kata Kunci : Kondisi Depresi, Penyebab Depresi, Tingkat Depresi, Lansia.

Daftar Pustaka : 14 buah ( 2007 – 2016 ).

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karunia-nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini dengan judul ’’ Identifikasi Kondisi Depresi Lansia Di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari’’ yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan diploma D III Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan dapat

terselesaikan.

Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta atas semua bantuan moril maupun material, mativasi,

dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang penulis

jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulus ilmiah banyak tantangan

dan rintangan yang ditemukan, namun atas rahmat Allah SWT, tekad dan kemauan

yang keras terutama berkat adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak

sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terlaksana dan terselesaikan, sesuai

dengan jadwal yang telah di tentukan, olehnya itu dengan segala kerendahan hati dan

keiklas hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Reni Devianti U.

M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku pembimbing I dan ibu Fitri Wijayati, S.Kep,Ns,M.kep

selaku pembimbing II yang telah mengorbankan waktu dan pikiran dalam

memberikan bimbingan, pengarahan sejak awal penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Ucapkan terima kasih penulis juga tujukan kepada:

8

1. Bapak Petrus, SKM,M.Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Bapak Muslimin L., A.Kep.,S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

3. Kepada UPTD PSTW Minaula Kendari yang telah memberikan izin untuk

melakukan pengambilan data awal dan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari.

4. Tim penguji, Abd. Syukur B., S.Kep., Ns. M.Kep. selaku penguji 1, bapak

Akhmad. SST.M.Kes. selaku penguji II, bapak Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep

selaku penguji III, yang telah meluangkan waktu menjadi penguji dan

memberikan saran yang membangun untul penulis.

5. Bapak dan Ibu desen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan serta

seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik yang

diberikan selama penulis menuntut ilmu.

6. Buat saudaranku atas bantuan dan support yang selalu di berikan seingga penulis

dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.

7. Buat sahabat kecilku ( Ayu, Dewi, Citra, Halimah) yang selama ini telah

memberikan banyak motivasi dan bantuan.

8. Kepada teman-teman seperjuanganku Lilis, Adel, Desi, Kk Eka, Fitri, Lena, Nita,

Ayu, Nyoman, Ice, Iskandar, Juita, Yolan, Mardila, Marwah, Bella, Akbar,

Azizul, Ifa, Novita, Kk Ani, Rahma, Ratna, Erik, Resky, Revi, Salina, Sri,

Suriani, Vita, Viki, Wawan, Kk Dimas dan seluruh mahasiswa kelas A dan B

Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan angkatan 2014. Dan semua

pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9

9. Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan

yang ada pada Penulisan, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan, dan

kekeruangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat

10. mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan Karya Tulis tulis ini.

11. Akhir kata, semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib yang dilewati dari masa studi

yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis

amin.

Kendari Juli 2017

Penulis

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… iii

MOTTO……………………………………………………………….. iv

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………... v

ABSTRAK …………………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………....... vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL …………………………………………………… xii

DAFTAR LAMPILAN……………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………… 4

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 4

D. Manfaat Penelitian……………………………………………… 5

BAB II KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Tentang Lansia………………………………………. 6

B. Tinjauan Tentang Kondisi Depresi Pada Lansia………………. 28

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Pikir…………………………………………………. 41

B. Kerangka Konsep…………………………………………….... 41

C. Variabel Penelitian…………………………………………….. 42

11

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif…………………… 42

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………………………………………………… 44

B. Tempat dan Waktu…………………………………………….. 44

C. Populasi dan Sampel………………………………………….... 44

D. Jenis dan Cara Pengambilan Data……………………………… 45

E. Pengolahan Data……………………………………………….. 46

F. Analisa Data…………………………………………………..... 46

G. Penyajian Data…………………………………………………. 46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN

A. Hasil Penelitian……………………………………………….. 47

B. Pembahasan…………………………………………………… 52

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………. 61

B. Saran ………………………………………………………….. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

12

DAFTAR TABEL

Tabel . 2.1 Katagori Tingkat Depresi…………………………………………31

Tabel .5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari………………………......48

Tabel .5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari………………...49

Tabel .5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari………………….49

Tabel .5.4 Distribusi Faktor Responden Berdasarkan Jenis Penyebab Depresi

Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari……50

Tabel .5.5 Distribusi Kondisi Depresi Berdasarkan Penyebab Depresi Pada

Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari………….51

Tabel .5.6 Distribusi Kondisi Depresi Berdasarkan Tingkat Depresi Pada

Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari………….51

.

13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden.

2. Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden.

3. Lampiran 3 : Lembar Instrumen

4. Lampran 4 : Master Tabel Penelitian

5. Lampiran 5 : Surat Pengantar Pengambilan Data Awal DariJurusan.

6. Lampiran 6 : Surat Izin pengambilan Data Awal Di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari.

7. Lampiran 7 : Surat Izin Permohonan Izin Penelitian Dari Jurusan.

8. Lampiran 8 : Surat Izin Permohonan Izin penelitian Dari PoltekkesKemenkes Kendari.

9. Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan

Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.

10. Lampiran 10 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari

Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari.

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap

perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia

lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah

kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap

dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoatmodjo,2007).

Populasi lansia di dunia dari tahun ketahun semakin meningkat bahkan

pertambahan lansia menjadi yang paling mendominasi apa bila dibandingkan

dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok usia lainnya. Data World

Population Prospects: the 2015 Revision, pada tahun 2015 ada 901.000.000 orang

berusia 60 tahun atau lebih, yang terdiri 12% dari jumlah populasi global pada

tahun 2015 dan 2030, jumlah orang berusia 60 tahun atau lebih diproyeksikan

akan tumbuh sekitar 56%, dari 901 juta menjadi 1,4 milyar, dan pada tahun 2050

populasi lansia diproyeksikan lebih dari dua kali lipat di tahun 2015, yaitu

mencapai 2.1 milyar (United Nations, 2015).

Asia menempati urutan pertama dengan populasi lansia terbesar, dimana pada

tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia, menyumbang 56% dari total

populasi lansia di dunia. Pertumbuhan Lansia di Negara berkembang jumlah

penduduk usia 60 tahun ke atas di perkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun

2015-2050 (United Nations, 2013 dalam jayati 2016).

15

Menurut WHO,2016 lebih dari 20% lansia dengan usia 60 tahun atau lebih

mengalami gangguan mental seperti depresi, demensia dan kecemasan.

Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di urutan ke empat setelah China,

India, dan Jepang. Pada tahun 2016 jumlah lanjut usia 22,6 juta jiwa dari total

populasi penduduk 255,5 juta orang (8,84 %) dari total penduduk (BPS, 2016).

Angka tersebut menunjukan peningkatan dari tahun 2015 dimana jumlahn lanjut

usia di Indonesia mencapai 10.227.281 jiwa (8,36 %) dari total penduduk. Angka

tersebut juga menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 didapatkan proposi lansia

sebesar 8,1% dan pada tahun 2014 jumlah lansia di Indonesia mencapai

10.155.457 jiwa (8,33 %). (Badan Pusat Statistik, 2015).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik Kota Kendari

jumlah penduduk lanjut usia di Sulawesi Tenggara tahun 2014 sebanyak 137.130

jiwa atau (5.80%) dari jumlah penduduk 2.360.611 jiwa. Di tahun 2015 jumlah

lansia sebanyak 150.768 jiwa (6.15%) dari jumlah penduduk 2.448.081 jiwa. Dan

pada tahun 2016 jumlah lansia sebanyak 157.493 (6.30%) dari jumlah penduduk

2.499.540 jiwa (BPS Kota Kendari 2017). Data tersebut menujukan terjadinya

peningkatan jumlah lansia setiap tahun di Sulawesi Tenggara.

Pada data tersebut menunjukan bahwa terdapat kecenderungan masalah

kesehatan lansia pada masa yang akan datang. Adanya peningkatan jumlah lansia

diartikan sebagai bertambahnya harapan hidup lansia. Hal ini mengindikasikan

bahwa status kesehatan dan kesejahteraan penduduk pada umumnya meningkat,

termasuk lansia (Ardani,2013)

16

Masalah kesehatan pada lansia dapat mempengaruhi perubahan pada

kondisi fisik yang meliputi sistem persyarafan, pendengaran, penglihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, respirasi, gastrointestinal,

genitourinaria, endokrin, integumuen, musculoskeletal. Perubahan kondisi fisik

dapat mempengaruhi keadaan psikologis lansia salah satunya

depresi(Wahyudi,2008).

Kondisi depresi pada lansia adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan

desimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang

ditunjukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam. Adapun faktor

penyebab depresi pada lanjut usia yaitu penyakit fisik, penuaan, dan kurangnya

perhatian dari keluarga, psikologis, sosial, status pernikahan , psikososial dan jenis

kelamin. Dampak depresi pada lansia sangatlah buruk. Depresi yang tidak diobati

menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan medis, memberi

pengaruh negative pada kualitas hidup dan peningkatan kematian selain itu

dampak depresi dikemukakan oleh (Wykle, 2006) berupa risiko timbulnya

penyakit fisik, bertambah parahnya penyakit fisik, penyembuhan kognitif,

bertambahnya angka bunuh diri ataupun penyakit yang mematikan.

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Pracheth dkk (2013) di India,

memberikan hasil dari 218 lanjut usia yang diteliti, terdapat 64 orang (29,36%)

yang mengalami depresi.

Menurut penelitian Sari tahun 2012 menjelaskan bahwa angka depresi

dikalangan lansia terjadi dua kali lebih tinggi di bandingkan orang dewasa.

Sehingga lansia yang berada di panti menunjukan angka depresi ringan sampai

17

sedang antara 50% sampai 75% yang menyerang lansia dengan perawatan jangka

panjang

Berdasarkan data dari PSTW Minaula Kendari bahwa jumlah lansia saat ini

yang tinggal sebanyak 95 orang. Dari hasil wawancara singkat terhadap 8 orang

lansia didapatkan bahwa mereka mengeluh adanya berbagai persoalan hidup yang

mereka hadapi seperti kegagalan dalam mendidik anaknya, konfilk dengan

keluarga atau anak, Selain itu, penempatan Mereka dipanti sebagai bentuk

pengasingan dalam keluarga, apabila dengan kondisi hidup anak yang

berkecukupan. Hal ini menjadi beban tersendiri bagi lanjut usia untuk melepaskan

ketergantungan dari anak - anaknya sehingga muncul dalam benak lansia, perasaan

kecewa, tidak dihargai, sedih, marah, dendam dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Identifikasi Kondisi Depresi Lansia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari.

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan tersebut diatas maka dapat dirumuskan Bagaimanakah

Kondisi Depresi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi kondisi depresi lansia di Panti Soaial Tresna Werdha

Minaula Kendari.

18

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi penyebab depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari.

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Panti Sosial

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kemampuan pihak sosial

menggali tentang permasalahan penyebab depresi dan kondisi depresi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

2. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam asuhan keperawatan

pada lanjut usia yang tidak tinggal dengan keluarga mengenai kondisi depresi

pada lansia.

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lansia

1. Pengertian

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Batubara Irwan, 2008).

2. Batasan – Batasan Lanjut Usia

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat katagori lansia:

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun,

2) Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun,

3) Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun,

4) Usia sangat tua ( very old) usia >90 tahun.

b. Menurut Hurlock (1979) perbedaan lanjut usia ada dua tahap

1) Carly old age (usia 60 – 70 tahun),

2) Advanced old age ( usia >70 tahun).

c. Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu :

1) Young old ( usia 60 – 69 tahun),

2) Middle age old ( usia 70 – 79 tahun),

3) Old – old ( usia 80 – 89 tahun),

4) Very old – old ( usia > 90 tahun ).

20

3. Proses Penuaan

a. Teori Biologi

Teori biologi mencakup teori gerontik dan mutasi, immunology

slow theory, teori setres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang

(Batubara Irwan, 2008).

1) Teori genetic dan mutasi

Menurut teori genetic dan mutasi, manua terprogram secara

genetic untuk spesies – spesies tertentu. Manua terjadi sebagai akibat

dari perubahan biokimia yang di program oleh molekul – molekul

DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai

contoh yang khas adalah mutasi atau penurunan kemampuan fungsi sel

atau sel – sel kelamin .

Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang

disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contohnya adalah

adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat

pada lansia yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel itu sendiri.

Pada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan perusakan

(wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stre yang

menyebabkan sel - sel tubuh menjadi lelah. Pada teori ini juga

didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia,

tidak ada perlindunagan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan

gizi.

2) Immunology slow theory

21

Menurut Immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif

dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh

yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

3) Teori stress

Teori setres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya

sel – sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak

dapat memepertahankan kestabilan lingkungan internal,

kesetabilan usaha, dan stress yang menyebabkan sel – sel tubuh

lwlah terpakai.

4) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel –sel tidak dapat melakukan regenerasi

5) Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel –

sel yang tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

b. Teori psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

22

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang

efektif (Batubara Irwan, 2008).

Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi

dapat menjadi karakteristik konsep diri dari orang lansia. Konsep diri yang

positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah

terhadap nilai – nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya (Batubara

Irwan, 2008).

Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi

kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan

mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi(Batubara Irwan, 2008).

Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan

dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula

penurunan kemampuan untuk meneriama. Memproses dan merespon

stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi / reaksi yang berbeda dari

stimulasi yang ada (Batubara Irwan, 2008).

Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis

organ otak. Namun untuk fungsi – fungsi positif yang dapat dikaji ternyata

mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut,

kemampuan memberi alasan secara abstrak, dan melakuakan penghitungan.

Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatiu

kejadian / peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Memori terdiri atas tiga komponen sebagai berikut:

23

1) Ingatan yang paling singkat dan segera. Contohnya penggulangan

angka

2) Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga

beberapa hari yang lalu.

3) Ingatan jangka panjang.

4) Kemampuan belajar yang menurun dapat menjadi karena banyak hal.

Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi, pada lansia

juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan mengganggap

bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.

c. Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu:

1) Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak

pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal – hal yang dihargai

masyarakat, Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau (1964)

mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hokum

pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain mimmons (1945)

mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin

interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status

sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar –

menukar.

Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok

merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar besarnya dan

24

menekan kerugian hingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul

apabila seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar

dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.

Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang sehingga

menyebabkan interaksi sosial juga berkurang, yang tersisa hanyalah

harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah

Pokok –pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut :

a) Masyarakat terdiri dari atas actor –aktor sosial yang berupaya

mencapai tujuannya masing – masing.

b) Dalam upaya tersebut tenjadi interaksi sosial yang memerlukan

biaya dan waktu.

c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor harus

mengeluarkan biaya.

d) Actor senantiasa berusaha mancari keuntungan dan mencegah

terjadinya kerugian.

e) Hanya interaksi yang ekonomis sja yang dipertahankan olehnya.

2) Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling

awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry

(1961). Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat

kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan – lahan

menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.

25

Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan

kondisi agar para lansia tidak menarik diri. Proses penuaan

mengakibatkan interaksi sosial mulai menurun, baik secara kualitas

maupun kuantitas.

Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda ( triple loss) yaitu:

a) Kehilangan peran ( loss of roles)

b) Hambatan kontak soasil ( restriction of contacts dan relation –

ships)

c) Berkurangnya komitmen ( reduced commitment to sosial moralres

and values )

Menurut teori ini seseorang lansia dinyatakan mengalami

proses penuaan yang berhaisl ia menarik dari dari kegiatan terdahulu

dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta

mempersiapakan diri dalam menghadapi kematiannya.

Pokok – pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut:

1. Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa

pension. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran

dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak

dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

26

2. Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini,

karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang,

sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.

3. Tiga aspek utam dalam teori ini adalah proses menarik diri

yangbterjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dpat dihindari

serta hal ini harus diterima oleh lansia dan masyarakat.

3) Teori aktivitas

Teori aktivitas dikembangkan oleh palmore (1965) dan lemon

et al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung

dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasaan dalam melakukan

aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting

dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi

aktivitas lansia dapat menurun, akan terapi di lain sisi dapat

dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau

nenek, ketua RK, seorang duda atau janda , serta karena ditinggal

wafat pasangan hidupnya.

Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses

penuaaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap mudah dan

berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.

Pokok – pokok teori aktivitas adalah

a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan

keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

27

Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan

kebijakan terrhadap lansia, karena memungkinkan pada lansia untuk

berinteraksi sepenuhnya di masyarakat.

4) Teori kesinambungan

Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini

mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.

Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya

kelak pada saat ini menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya

hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah

meskipun ia telah nmenjadi lansia .

Menurut teori penarikan diri dari teori aktivitas, proses penuan

merupakan suatu pergerakan dan proses yang searah. Akan tetapi pada

teori kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak arah,

bergantung dari bagaimana penerimaan seseoprang terhadap status

kehidupan.

Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah bahwa sulit untuk

memperoleh gambaran umumtentang seseorang karena kasta tiap

orang sangat berbeda.

Pokok – pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut:

a) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif

dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamananya di

28

masa lalu, lansia hrus memiliki peran apa yang harus

dipertahankan atau dihilangkan.

b) Peran lansia yang hilang tak diganti

c) Lansia berkesempatan untuk memiliki berbagai macam cara untuk

beradaptasi.

5) Teori perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah

dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian

perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung, dan Erickson. Sigmund

Freud meneliti tentang psikoanalisis serta perubahan psikososial anak

dan balita. Membagi kehidupan menjadi delapan fase yaitu:

a) Lansia yang menerima apa adanya,

b) Lansia yang takut mati,

c) Lansia yang merasakan hidup penuh arti,

d) Lansia yang menyesali diri,

e) Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan,

f) Lansia yang kehidupannya berhasil,

g) Lansia yang merasa terlambat untuk untuk memperbaiki diri

h) Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusan

(ego integrity vs despair).

29

Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas

perkembangan (developmental tasks) selama hidup yang harus

dilaksanakan oleh lansia, yaitu:

a) Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis,

b) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan,

c) Menemukan makna kehidupan,

d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

e) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga,

f) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia,

g) Menerima dirinya sebagai seorang lansia.

Birchenall, dan Streight R (1973), menekankan tentang

perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami

perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupanya.

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi

tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap

berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun

negative. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara

menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh

lansia tersebut.

Pokok - pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut:

a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa

kehidupnya

30

b) Masa tua merupakan masa penyusuaian diri terhadap kenyataan

sosial yang baru, yaitu pensiun dan atau mendudu menjanda

c) Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang

berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan

sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup

dan teman-temannya.

6) Teori stratifikasi usia

Wiley (1971), menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia

kronologis yang mengagambarkan serta membentuk adanya perbedaan

kapasitas, peran kewajiban, dan hak mereka berdasarkan usia. Dua

elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan

prosesnya.

a) Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut : bagaimanakah peran

dan harapan menurut penggolongan usia, bagaimanakah penilaian

strata oleh strata itu sendiri dan strata lainnya, bagaimanakah

terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada

masing – masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan

kebijakan lansia.

b) Proses mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah

menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang ada,

bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan

terus –menerus.

Pokok –pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut.

31

a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat.

b) erdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok.

c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan

yang dilakukan bersifat deterministic dan dapat dipergunakan untuk

mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap

kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan

keterkaitannya dengan kelompok usia lanjutnya.

Kelemahan adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk

menilai lansia secra perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat

kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan

kelompok etnik.

d. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semester dan persepsi individu tentang arti

kehidupan.

Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepercayaan .

Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan /demensia spiritual adalah suatu

kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.

Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk

pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya,

kepercayaan adalah suatu fenomena timbale balik, yaitu suatu hubungan

32

aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu

keyakinan, cinta kasih, dan harapan.

Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antar orang

dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai – nilai dan

pengetahuan. Flowler juga berpendapat bahwa perkembnagan spiritual

pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

4. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,

psikologis dan sosial (Batubara Irwan, 2008).

a. Perubahan fisik

1) Sel : Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurut, dan

cairan intraseluler menurun.

2) Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan kaku, kemampuan

memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan valume),

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

3) Respirasi : otot – otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik

napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan

batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.

4) Persarafan :Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin

33

akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respons motorik dan

refleks.

5) Musculoskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh

(osteoporosis), bungkuk ( kifosis ), persendian membesar dan menjadi

kaku (atrofi otot ), kram, tremor, tendo mengerut dan mengalami

sklerosis.

6) Gastrointestinal : esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar

menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori

menurun sehingga menyebabkan aksesori menurun sehingga

menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.

7) Genitourinaria : ginjal : mengecil, aliran darah ke ginjal menurut,

penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun,

sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.

8) Vesika urinaria : otot – otot melemah, kapasitasnya menurun, dan

retensi urine. Prostat : hipertrofi pada 75 % lansia.

9) Vagina : selaput lender mongering dan sekresi menurun.

10) Belajar dan memori : kemampuan belajar masih ada tetapi relative

menurun. Memori ( daya ingat ) menurun karena proses endoding

menurun.

11) Intelingesi : secara umum tidak banyak berubah.

12) Personality dan adjustment (pengaturan ) : tidak banyak perubahan,

hamper seperti saat muda.

34

13) Pencapaian ( achievement ) : sains, filosofi, seni, dan music sangat

memengaruhi.

a. Perubahan – perubahan umum dalam penampilan lansia

Bagian kepala : bentuk mulut berubah akibat kehilangan gigi atau

karena harus memakai gigi palsu, penglihatan agak kabur, mata tak

bercahaya dan sering mengeluarakan cairan, dagu mengendur tampak

berlipat, pipi berkerut, kulit berkerut dan kering, bintik hitam pada kulit

tampak lebih banyak, serta rambut menipis dan berubah menjadi putih

atau abu –abu.

Bagian tubuh : bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut

membesar dan tampak membuncit, pinggul tampak mengendur dan

lebih lebar dibandingkan dengan waktu sebelumnya, garis pinggang

melebar menjadikan badan tampak seperti terisap, serta payudara

bagi wanita menjadi kendur.

Bagian persendian : pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat,

sedangkan ujung tangan tampak mengerut. Kaki menjadi kendur

dan pembuluh darah balik menonjol, terutama ada di sekitar

pergelangan kaki. Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena

disepanjang bagian belakang tangan menonjol – menonjol., serta ibu jari

membengkak dan bisa meradang serta tibul kelosis. Kaku tangan

dan kaki menebal, mengeras, dan mengapur.

35

b. Beberapa kemunduran organ tubuh seperti yang disebutkan oleh kartari

(1990), di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Kulit : kulit berubah menjadi lebih tipis, kering, keriput, dan

elastisitas menurun. Dengan demikian, fungsi kulit sebagai

penyekat suhu lingkungan dan periasai terhadap masuknya kuman

terganggu.

2) Rambut : rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak mengilap.

Ini berkaitan dengan perubahan degenerative kulit .

3) Otot : jumlah sel otot berkuarang, ukurannya mengecil atau terjadi

atrofi sementara jumlah jaringan iakt bertambah, valume otot secara

keseluruhan menyusut, fungsinya menurun, serta kekuatannya

berkurang.

4) Jantung dan pembuluh darah : pada usia lanjut kekuatan mesin

pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting

khusus di jantung dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intima

menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar

kolesterol tinggal, serta hal lain yang memudahkan timbulnya

penggumpalan darah dan thrombosis.

5) Tulang : pada proses menua, kadar kapur (kalsium ) dalam tulang

menurun, akibatnya tulang menurun, akibatnya tulang menjadi

keropos (osteoporosis) dan mudah patah.

6) Seks : produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan

bertambahnya umur.

36

Menurut Boedhi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu

penyakit atau sakit, tetapi suatu proses perubahan dimana kepekaan

bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang

sering dikenal dengan geriatric giant, di mana lansia akan mengalami

yaitu imobilisasi; instabilitas ( mudah jatuh ), intelektualitas terganggu

(demensia), isolasi (depresi ), inkontinensia, impotensi, imunodefisiensi,

infeksi mudah terjadi, impaksi (konstipasi), iatrogenesis ( kesalahan

diagnosis), insomnia, impairment of (gangguan pada ) penglihatan,

pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi, dan integritas kulit,

malnutrisi.

c. Perubahan umum fungsi pancaindra pada lansia

1. Sistem penglihatan : ada penurunan yang konsisten dalam

kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang

rendah serta menurunannya sensitivitas terhadap warna.

Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbiop atau tidak

dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas

lensa mata kurang.

2. Sistem pendengaran : orang berusia lanjut kehilangan kemampuan

mendengar bunyi nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari

berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ

basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga.

Mereka pada umumnya tetap dapat mendengar pada suara rendah

37

dari pada nada C sejelas orang yang lebih muda. Menurut

pengalaman, pria cenderung lebih banyak kehilngan pendengaran

pada masa tuanya dibandingkan dengan wanita.

3. Sistem perasa : perubahan penting dalam alat perasa pada usia

lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas

perasa yang terletak di lidah dan dipermukaan bagian dalam pipi.

Saraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah banyak

sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu, terjadi penurunan

sensitivitas papil-papil pengecap terutama terhadap rasa manis dan

asin.

4. Sistem penciuman : daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan

dengan bertambahnya usia, sebagian karena pertumbuhan sel di

dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya

bulu rambut di lubang hidung.

5. Sistem peraba : kulit menjadi semakin kering dan keras , maka

indra peraba dikulit semakin peka. Sensitivitas terhadap sakit dapat

terjadi akibat penurunan ketahanan terhadap rasa sakit. Rasa sakit

tersebut berbeda untuk setiap baagian tubuh. Bagian tubuh yang

ketahannya sangat menurunn, antara lain adalah bagian dahi dan

tangan, sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua organ tersebut.

d. Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia

1. Kekuatan otot : penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada

kelenturan otot –otot tangan bagian depan dan otot – otot yang

38

menopang tegaknya tubuh. Orang berusia lanjut lebih cepat merasa

lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan

diri dari keletihan dibanding orang yang lebih muda.

2. Kecepatan motorik : penurunan kecepatan dalam bergerak bagi

lansia dapat dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi dan keterampilan

dalam bergerak seperti dalam menulis. Kecepatan dalam bergerak

tampak sangat menurun setelah usia 60-an.

3. Kekakuan motorik : kekakuan motorik lansia cenderung menjadi

canggung dan kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang

dibawa dan dipegangnya tertumpah dan terjatuh. Lansia melakukan

sesuatu dengan tidak hati – hati dan dikerjakan secara tidak teratur.

Kerusakan dalam keterampilan motorik terjadi dengan susunan

terbalik terhadap berbagai keterampilan yang telah dipelajari.

Keterampilan yang lebih dulu dipelajari justru lebih sulit dilupakan

dan keterampilan yang baru dipelajari lebih cepat dilupakan.

b. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis sering terjadi pada lansia meliputi depresi

dan kecemasan (Batubara Irwan, 2008).

1) Masalah – masalah umum yang sering dialami oleh lansia

a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung

pada orang lain.

39

b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan

untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola

hidupnya.

c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status

ekonomi dan kondisi fisik.

d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang

telah meninggal atau pergi jauh dan atau cacat.

e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang

semakin bertambah.

f) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai

orang dewasa.

g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus

direncanakan untuk orang dewasa.

h) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk

lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama

yang berat dengan yang lebih cocok.

2) Masalah Psikologis pada lansia

a) Penyebab depresi pada lansia

1. Penyakit fisik

2. Penuaan

3. Kuranganya perhatian dari pihak keluarga

4. Gangguan pada otak ( penyakit cerebrovaskular).

b) Penyebab kecemasan pada lansia

40

Dua jenis situasi yang menimbulkan (memprovokasi)

kecemasan, adalah sebagai berikut :

1. Situasi melibatkan insiktual yang melanda prototik

2. Situasi peringatan atau dikenal sebagai kecemasan signal

3) Dampak gangguan psikologis pada lansia

Masalah psikologis yang tidak diatasi dengan baik maka dapat

menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia

kearah kerusakan atau kemerosotan yang progresif, misalnya

bingung, panik, depresi, apatis dan lansia akan mengalami masalah

gangguan jiwa.

c. Perubahan sosial

1) Peran : post power syndrome, single woman, dan single parent.

2) Keluarga emptiness : kesendirian, kehampaan.

3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan akan meninggal. Berada di rumah terus – menerus akan cepat

pikun ( tidak berkembang )

4) Abuse : kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan non verbal

(dicubit, tidak diberikan makan ).

5) Masalah hukum : berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan

pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

6) Pensiun : kalau jadi PNS aka nada tabungan (dana pensiun ). Kalau

tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.

41

7) Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok

bagi lansia dan income security .

8) Rekreasi : untuk ketenangan batin.

9) Keamanan : jatuh, terpeleset.

10) Transportasi : kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi

lansia.

11) Politik :kesempatan yang sama untuk terlipat dan memberikan

masukan dalam sistem politik yang berlaku.

12) Pendidikan : berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

13) Agama : melaksanakan ibadah.

14) Panti jompo merasa di buang / diasingkan.

B. Tinjauan Tentang Kondisi Depresi Pada lansia

1. Depresi

a. Pengertian

Depresi merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di

kalangan lansia. Umumnya angka depresi terjadi dua kali lebih tinggi

dikalangan lansia daripada orang dewasa. perasaan sedih,

ketidakberdayaan, dan desimis, yang berhubungan dengan suatu

penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditunjukan kepada diri sendiri

atau perasaan marah yang dalam(Irwan.B, 2008).

Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan

terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi soaial,

42

kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering

disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi

tetap utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan

kognitif (kusharyadi,2010).

b. Tipe depresi

Terdapat 2 tipe depresi yaitu eksogen atau depresi reaktif dan

depresi edongen:

Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam

hidupnya. Individu dengan depresi endogen betul – betul dapat

mengalami gangguan mental bahkan mengalami delusi, dan sering kali

mencoba bunuh diri. Bunuh diri adalah pengalaman yang biasa pada

lansia, terutama laki –laki. Oleh karena itu, semua ancaman ini harus

ditangani dengan serius.

Klien dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan

yang cukup pada situasi depresi, seperti setelah berduka karena

kehilangan atau selama tinggal di rumah sakit. Kadang – kadang dapat

dilakukan sesuatu terhadap penyebab depresi yang dialami lansia yang

ketakutan untuk kembali ke rumah setelah tinggal di rumah sakit. Hal

yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa mereka

mendapat cukup dukungan di rumah.

c. Gejala yang terjadi umumnya

Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:

43

1) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi

tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun

berbeda jika kondisinya telah parah seseorang cenderung akan

kehilangan gairah makan

2) Nyeri ( nyeri otot dan nyeri kepala).

3) Berat badan berubah drastis.

4) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam

faktor peenentu, sebagian orang mengalami depresi justru terlalu

banyak tidur.

5) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan

jernih dan untuk memecahkan masalah secara efektif. Orang yang

mengalami depresi merasa kesulitan perhatiannya pada sebuah

masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umun yang sering

terjadi adalah saya tidak bisa berkonsentrasi.

6) Keluarnya keringat berlebihan.

7) Sesak nafas.

8) Muntah.

9) Diare.

10) Berdebar-depar.

11) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang

mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari

kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan

44

idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi

mungkin akan gampang letih dan lemah.

12) Pandangan kosong

13) Kurang atau hilangnya perhatian pada diri, orang lain, atau

lingkungan.

14) Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih, atau

cepat lelah sepanjang waktu.

Penggolongan depresi menurut (Soejono,2007) berdasarkan gejala-

gejala di bawah ini yaitu:

1) Konsentrasi dan perhatian menurun.

2) Harga diri dan kepercayaan diri menurun.

3) Perasaan bersalah dan tidak berguna.

4) Pesimis terhadap masa depan.

5) Gangguan membahayakan diri atau bunuh diri.

6) Gangguan tidur.

7) Gangguan nafsu makan.

Tingkat depresi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1Katagori Tingkat Depresi

Tingkat Depresi GejalaRingan 1-2Sedang 3-4Berat >4

Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

45

d. Penyebab depresi pada lansia

1) Penyakit Fisik

Ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses

menua (Stieglitz, 1945 ), yakni :

a) Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner), ginjal, dan

lain-lain.

b) Gangguan metabolisme hormonal, misalnya diabetes mellitus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.

c) Gangguan pada persendian, misalnya osteoarthritis, gout artritis,

ataupun penyakit kolagen lainnya.

d) Berbagai macam neoplasma.

Timbulnya penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat

oleh faktor luar, misalnya makanan, kebiasaan hidup yang salah,

infeksi, dan trauma. Sifat penyakit dapat dimulai secara perlahan,

sering kali tanpa tanda-tanda atau keluhannya ringan, dan baru

diketahui sesudah keadaannya parah. Hal ini perlu sekali untuk

dikenali agar tidak salah atau terlambat menegakkan diagnosis

sehingga terapi dan tindakan keperawatan segera dapat dilaksanakan

( Wahjudi,2008 ).

Lanjut usia juga dapat mengalami beberapa penyakit secara

bersamaan, mengenai multi-organ atau multisistem. Sifat penyakit

lanjut usia biasanya progresif dan menimbulkan kecacatan smpai

46

penderitanya mengalami kematian. Lanjut usia pun biasanya rentan

penyakit lain karena daya tahannya menurun ( Wahjudi,2008 ).

Penyakit pada lanjut usia berbeda dengan yang terdapat pada

populasi lain. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa penyakit pada

lanjut usia sebagai berikut:

a) Penyakit bersifat multipatologis atau penyakit lebih dari satu.

b) Bersifat degeneratif, saling terkait, dan silent.

c) Mengenai multi-organ atau multisistem.

d) Gejala penyakit yang muncul tidak jelas atau tidak khas.

e) Penyakit bersifat kronis dan cenderung menimbulkan kecacatan

lama sebelum meninggal.

f) Sering terdapat polifarmasi dan iatrogenik.

g) Biasanya juga mengandung komponen psikologis dan sosial.

h) Lanjut usia lebih sensitive terhadap penyakit akut.

Orang tua yang sudah masuk dalam usia lanjut memang rentan

dengan berbagai penyakit, sebab metabolisme tubuh mereka juga

menurun. Hal tersebut akan sering menyebabkan lansia menjadi

sakit kronis, penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan kondisi

yang berlanjut dapat menyebabkan lanjut usia ini merasa depresi

( Wahjudi,2008 ).

Penyakit kronis yang diderita bertahun-tahun biasanya

menjadikan lansia lebih mudah terkena depresi. penelitian yang

47

dilakukan oleh Qing(2009) Menyebutkan bahwa terdapat beberapa

penyakit kronis yang menjadi faktor resiko meningkatnya depresi

yaitu stroke, hilangnya fungsi pendengaran, hilangnya fungsi

penglihatan, penyakit jantung, penyakit kronis paru, penyakit

arthritis, hipertensi dan diabetes. Gangguan tidur yang terjadi pada

lansia juga merupakan salah satu tada gejala utama dari depresi.

2) Penuaan

WHO dan undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan

bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah

suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari

dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian

(Wahjudi,2008 ).

Proses menua merupakan proses yang terus menerus atau

berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua

mahluk hidup. Misalnya, dengan terjadinya kehilangan jaringan pada

otot, susunan syaraf hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan

sama. Ada kalanya seseorang belum tergolong lanjut usia atau masih

muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Ada

48

pula orang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat,

segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui

bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia.

Manusia secara lambat progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi

meteoritic dan structural yang disebut sebagai penyakit degenaratif

misalnya hipertensi, arteriosklerosis, diabetes mellitus, dan kanker

yang akan menyebabkan berakhirnya hidup ( Wahjudi,2008 ).

Lanjut usia yang belum bisa menerima perubahan proses

penuaan yang dialami dirinya sekarang bisa menyebabkan depresi

pada lansia.

3) Kurangnya perhatian dari pihak keluarga

Orang tua yang tinggal sendirian di rumah akan rentan mengalami

depresi. Mereka akan merasa sangat khawatir sebab harus melakukan

aktifitas secara sendirian tanpa ada bantuan dari anaknya. Lansia

akan selalu mengharapkan kehadiran anak, namun di satu sisi lain

mereka tidak bisa terus menerus bergantung. Selain itu dengan

tinggal sendiri akan membuat lansia merasa kesepian dan menjadi

ketakutan. Apa lagi lansia yang tinggal dipanti mereka akan merasa

diasingan dalam keluarga, apabila dengan kondisi hidup anak yang

berkecukupan. Hal ini menjadi beban tersendiri bagi lanjut usia untuk

melepaskan ketergantungan dari anak-anaknya sehingga muncul

dalam benak lansia, perasaan kecewa, tidak dihargai, sedih, marah

49

dan sebagainya. Lansia akan mengalami stres yang berkepanjangan

dan akan lebih rentan mengalami depresi( Wahjudi,2008 ).

4) Psikologis

Perubahan psikologis sering terjadi pada lansia meliputi

depresi dan kecemasan (Batubara Irwan, 2008).

Masalah – masalah umum yang sering dialami oleh lansia

a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung

pada orang lain.

b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan

untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola

hidupnya.

c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status

ekonomi dan kondisi fisik.

d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang

telah meninggal atau pergi jauh dan atau cacat.

e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang

semakin bertambah.

f) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai

orang dewasa.

g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus

direncanakan untuk orang dewasa.

50

h) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk

lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama

yang berat dengan yang lebih cocok.

5) Sosial

Suatu keadaan yang dirasakan sangat menekan sehingga

seseorang tidak dapat beradaptasi dan bertahan. Stresor sosial

merupakan faktor risiko terjadinya depresi. Peristiwa-peristiwa

kehidupan baik yang akut maupun kronik dapat menimbulkan

depresi, misalnya percecokan yang hampir berlangsung setiap

hari baik di tempat kerja atau di rumah tangga, kesulitan

keuangan, dan ancaman yang menetap terhadap keamanan

(tinggal di daerah yang berbahaya atau konflik) dapat mencetus

depresi (Marta, 2012).

6) Psikososial

Psikososial juga berperan sebagai faktor terjadinya depresi.

Orang tua sering kali mengalami periode kehilangan orang-

orang yang dikasihinya, misalnya pasangan hidup, teman

dekat, atau anggota keluarga. Faktor risiko depresi lainnya

yang termsuk dalam stressor psikososial adalah riwayat

depresi sebelumnya, kematian pasangan hidup, perceraian,

peristiwa merugikan dan tidak diharapkan yang baru saja

diterima. Selain itu, kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan

kekuasaan/jabatan juga dapat menjadi stresor psikososial yang

51

meningkatkan risiko depresi pada lanjut usia. Kehilangan rasa

aman, kehilangan kebebasan, serta pemiskinan sosial dan

lingkungan juga dapat menjadi stresor psikososial yg memicu

depresi (Kurniawaty,2012).

7) Status Perkawinan

Gangguan depresi mayor lebih sering dialami individu yang

bercerai atau berpisah bila dibandingkan dengan yang menikah

atau lajang. Status perceraian menempatkan seseorang pada

risiko yang lebih tinggi untuk menderita depresi. Hal yang

sebaliknya dapat pula terjadi, yaitu depresi menempatkan

seseorang pada risiko diceraian. Wanita lajang lebih jarang

menderita depresi dibandingkan dengan wanita menikah.

Sebaliknya, pria yang menikah lebih jarang menderita depresi

bila dibandingkan dengan pria lajang. Depresi lebih sering pada

orang yang tinggal sendiri bila dibandingkan dengan yang tinggal

bersama kerabat (Marta, 2012).

e. Dampak Depresi

Dampak depresi pada lansia sangatlah buruk. Depresi yang

tidak diobati menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan

dan medis, memberi pengaruh negatif pada kualitas hidup dan

peningkatan kematian ( Smoliner,2009).

Dampak depresi dikemukakan oleh (Wykle, 2006) berupa

risiko timbulnya penyakit fisik, bertambah parahnya penyakit fisik,

52

penyembuhan kognitif, bertambahnya angka bunuh diri ataupun

penyakit yang mematikan.

f. Cara mengukur tingkat depresi

Terdapat berbagai Insrumen untuk mengukur tingkat depresi yaitu

dengan menggunakan GDS ( Geriatric Depression Scale)

Geriatric Depression Scale merupakan salah satu instrumen

yang paling sering digunakan untuk mendiagnosa depresi pada usia

lanjut. GDS dikembangkan dan divalidasi oleh dua studi yaitu dalam

salah satu studi, dipilih 100 soal dengan 2 tipe jawaban ya atau tidak

yang berguna untuk membedakan depresi pada usia lanjut dengan

normal usia lanjut, kemudian di pilih 30 pertanyaan yang mempunyai

korelasi tertinggi dengan total skor dengan 100 pertanyaan apabila

diterapakan pada 100 responden usia lanjut di populasi. Dalam

penelitian lainnya, skala 30 pertanyaan divalidasi dengan skala depresi

lain, seperti Skala Depresi Zung (SDS), dan Skala Depresi Hamilton

(HAMD). Dari studi lain, didapatkan korelasi antara kriteria klasifikasi

(tidak depresi, depresi ringan, dan depresi berat) dengan masing-masing

skala GDS, SDS, dan HAMD didapatkan r = 0,82 , r = 0,69 , r = 0,83

dan semuanya secara statistik bermakna. Pada GDS-30 pertanyaan,

didapatkan sensitivitas 84% untuk skor di atas 11 dan spesifi sitas 95%

dengan DSM III sebagai baku emas.

Karena pertanyaan yang panjang dan banyak pada GDS-30

pertanyaan, dikembangkan versi yang lebih pendek, bervariasi antara 15

53

pertanyaan dan 1 pertanyaan. Di antara versi-versi tersebut, GDS 15

pertanyaan paling sering digunakan untuk mendeteksi depresi pada

lanjut usia dan dapat berfungsi sebaik GDS 30 pertanyaan, 5 meskipun

fakta menunjukkan bahwa GDS-15 sedikit berbeda dari GDS-30 dalam

kemampuannya mendeteksi depresi dan kapabilitasnya berbeda

tergantung jenis kelamin, pengaturan, dan acuan baku yang digunakan

(ICD atau DSM).

54

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Pikir

Proses penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari,

berjalan secara terus - menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan

menyebabkan perubahan anatomi, fisikologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga

akan memengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.

Masalah Perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia meliputi

perubahan psikologis, sosial dan fisik. Masalah tersebut dapat berupa keadaan

fisik lemah, mudah tersinggung, emosi tidak labil, kecewa, tidak bahagia, dan

merasa tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan

mengalami gangguan depresi.

B. Kerangka Konsep Variabel yang Diteliti

Masalah Kondisi Depresi

Keterangan : = Variabel yang diteliti

Lansia

Penyebab Depresi

Tingkat Depresi

55

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu kondisi Depresi

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Kondisi Depresi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi mental

yang dialami oleh lansia yang meliputi penyebab depresi dan tingkat depresi

di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

a. Penyebab Depresi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal yang

berperan terhadap kejadian depresi yang meliputi kondisi penyakit fisik,

penuaan, kurangnya perhatian dari keluarga, psikologis, psikososial,

sosial, dan status perkawinan.

Adapun cara mengukur penyebab depresi yaitu dengan menggunkan

kuesioner dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika responden menjawab “ya” pada pertanyaan no. 1dan 3 maka

diberikan skor 1

2) Jika responden menjawab “tidak” pada pertanyaan no. 2, 4, 5, 6, dan 7

maka diberikan skor 1 selainnya mendapatkan skor 0

Kriteria Obyektif:

a) Tidak memiliki faktor penyebab jika responden memperoleh skor 0

b)Memiliki faktor penyebab jika responden memperoleh skor ≥ 1

b. Tingkat Depresi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan

sedih, ketidakberdayaan, dialami oleh lansia.

Adapun cara mengukur kejadian depresi yaitu dengan menggunakan GDS

( Geriatric Depression Scale)

56

1) Jawaban tidak untuk no. 1, 5, 7, 11, 13 mendapatkan skor 1

2) Jawaban ya untuk no.2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15 mendapatkan skor

1 selainnya mendapat skor 0

Kriteria Obyektif :

a) Tidak depresi : jika skor 0-4

b) Depresi Ringan : jika skor 5 – 9

c) Depresi Berat : jika skor ≥ 10

2. Lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 tahun atau lebih dari 60 tahun yang berada di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

57

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi depresi lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari.

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 13 Maret – 24 Juli 2017

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang

akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yang berjumlah 75 orang (Hidayat.A,

2008).

2. Sampel

Menurut Arikunto, Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Arikunto,2006). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari

58

populasi dari lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Namun

saat pengambilan data penelitian di panti berlangsung, sebanyak 65 orang

responden yang dapat ikut dalam penelitian ini disebabkan 10 orang lansia

lainnya tidak berada dipanti. Dengan teknik pengambilan secara total

sampling (Purwanto, 2013).

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh menggunakan kuesioner yang

dibagikan pada seluruh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari yang terkait dengan gambaran umum, lokasi penelitian

dan jumlah lansia.

2. Cara Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpualan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan lembar kuesioner penyebab depresi dan kuesioner GDS

( Geriatric Depression Scale ) pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari.

59

E. Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner (Notoatmodjo, 2010).

2. Coding

Coding merupakan membuat atau membuat kode pada tiap – tiap data yang

termasuk kategori yang sama (Notoatmodjo, 2010).

3. Scoring

Scoring adalah memberi skor pada data yang telah dikumpulkan.

4. Tabulating

Tabulating adalah Membuat tabel, jawaban- jawaban yang sudah diolah

kemudian dimasukan kedalam tabel lalu di analisa secara deskriptif melalui

persentase dan perhitungan- perhitungan dengan menggunakan skala gutman.

Kemudian diurutkan makna persentase atau hasil perhitungan tersebut.

F. Analisa Data

Untuk mendapatkan presentase hasil dari observasi yang telah di teliti maka akan

dianalisa dengan menggunakan rumus :

X= x k

Keterangan :

X = jumlah presentase variabel yang diteliti

f = frekuensi kategori yang di amati

n = jumlah sampel peneliti

60

k = konstanta ( 100 %) (Chandra, 2008 dalam Sabaruddin, 2015:29)

G. Penyajian Data

Pada penelitian ini yaitu dalam bentuk table yang kemudian dinarasikan secara

deskriptif ( memaparkan) variabel yang telah diteliti.

61

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

a. Keadaan Geografi

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari berlokasi di Desa

Ranooha Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Provinsi

Sulawesi Tenggara, dengan luas tanah ± 3 Ha dengan batas-batas sebagai

berikut : sebelah utara berbatasan dengan jalan poros Bandara Halueleo

sebelah selatan berbatasan dengan lahan perkebunan masyarakat sebelah

Barat dan Timur Berbatasan dengan Rumah Masyarakat.

b. Fasilitas Umum

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari memiliki

beberapa fasilitas umum yaitu jalan umum, pagar besi atau beton, sumur

bor, listrik, serta 2 unit bis, 3 unit mobil oprasional, 1 unit mobil ambulan,

5 unit motor oprasional. Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

memiliki fasilitas utama yaitu wisma penerima manfaat yaitu sebanyak 12

unit, Ruang serba guna 1 unit, Ruang perawatan khusus 1 unit, Ruang

keterampilan 1 unit, Ruang poliklinik 1 unit, Ruang dapur 1 unit, Ruang

pemulasaran jenasah 1 unit, Kantor 1 unit, Rumah Dinas 6 unit, Rumah

jabatan 1 unit, Aula 1 unit, Masjid 1 unit, Gudang 1 unit, Kolam ikan 1

unit.

62

c. Jumlah dan Latar Belakang Pendidikan Petugas

Petugas di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

berjumlah 55 orang terdiri atas 19 orang Pegawai Negara Sipil ( PNS )

dan 36 orang Pegawai Honorer.

2. Karakteristik Responden

a. Kelompok Umur

Gambaran distribusi responden berdasarkan umur di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel.5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula KendariNo Kelompok Umur Frekuensi Persen1 60-74 Thn 34 52.3 %2 75 – 90 Thn 27 41.5 %3 >90 Thn 4 6.2%

Jumlah 65 100%Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa, dari 65 orang

responden diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berada pada

kelompok umur 60-74 tahun dengan jumlah 34 orang (52.3%), kelompok

umur 75 – 90 tahun dengan jumlah 27 orang (41.5%), kelompok umur

>90 tahun dengan jumlah 4 orang (6.2)%.

b. Jenis kelamin

Gambaran distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari dapat dilihat pada tabel 5.2 di

bawah ini

63

Tabel.5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula KendariNo Jenis Kelamin Frekuensi Persen(%)1 Laki – Laki 36 55.4%2 Perempuan 29 44.6%

Jumlah 65 100%Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, ditinjau dari distribusi jenis kelamin

diperoleh hasil bahwa dari 65 orang responden sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki dengan jumlah 36 orang (55.4%) dan responden yang

berjenis kelamin perempuan berjumalah 29 orang (44.6%).

c. Tingkat Pendidikan

Gambaran distribusi responden berdasarkan tingakat pendidikan di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari dapat dilihat pada tabel 5.3 di

bawah ini.

Tabel.5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula KendariNo Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen1 Tidak Sekolah 38 58.5%2 SD 22 33.8%3 SMP 3 4.6%4 SMA 2 3.1%

Jumlah 65 100%Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Berdasarkan pada tabel 5.3 di atas menunjukan bahwa dari 65 orang

responden yang terbanyak responden tidak bersekolah dengan jumalah 38

orang (58.5%), kemudian sebanyak 22 orang (33.8%) berpendidikan SD,

64

sebanyak 3 orang (4.6%) berpendidikan SMP, dan yang paling sedikit

SMA 2 orang (3.1%).

3. Variabel Penelitian

a. Jenis penyebab

Tabel.5.4Distribusi Faktor Responden Berdasarkan Jenis Penyebab Depresi

Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula KendariNo Penyebab Depresi Jumlah Persen(%)1 Penyakit Fisik 65 100%2 Penuaan 6 9%3 Kurang Kunjungan Keluarga 29 45%4 Psikologis 6 9%5 Sosial 60 92%6 Psikososial 0 0%7 Status Perkawinan 49 75%

Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Tabel 5.4 di atas menunjukan bahwa dari 65 orang responden memiliki

penyebab depresi yang beragam seluruh responden atau 65 orang (100%)

memiliki penyakit fisik, penyebab kedua terbanyak adalah penyebab

sosial yaitu 60 orang (92%), penyebab ketiga terbanyak adalah penyebab

status perkawinan yaitu 49 orang (75%), penyebab keempat terbanyak

adalah penyebab kurang kunjungan keluarga yaitu 29 orang (45%),

penyebab kelima terbanyak adalah penyebab penuaan yaitu 6 orang (9%)

dan tidak ada responden yang memiliki penyebab psikososial.

65

b. Penyebab Depresi

Tabel.5.5

Distribusi Kondisi Depresi Berdasarkan Penyebab DepresiPada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula KendariNo Penyebab Depresi Frekuensi Persen(%)1 Tidak memiliki faktor penyebab 0 0%%2 Memiliki faktor penyebab 65 100%

JUMLAH 65 100%Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Tabel 5.5 di atas menunjukan bahwa dari 65 orang responden berdasarkan

penyebab depresi, menunjukan bahwa seluruh responden memiliki faktor

penyebab depresi yaitu sebanyak 65 responden (100%) dan sebanyak

responden (0%) yang tidak memiliki faktor penyebab.

c. Tingkat Depresi

Tabel.5.6Distribusi Kondisi Depresi Berdasarkan Tingkat Depresi

Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna WerdhaMinaula Kendari

No Kejadian Depresi Frekuensi Persen(%)Tidak Depresi 19 29.23%

1 Depresi Ringan 37 56.92%2 Depresi Berat 9 13.85%

Jumlah 65 100%Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2017

Tabel 5.6 di atas menunjukan bahwa dari 65 orang responden

berdasarkan tingkat depresi, sebagian besar kategori depresi ringan yaitu

37 orang ( 56.92% ), hanya 9 orang ( 13.85% ) yang mengalami depresi

dan kategori tidak depresi yaitu 19 orang (29.23%).

66

2. Pembahasan

1. Penyebab Depresi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 65 orang

responden berdasarkan penyebab depresi, menunjukan bahwa dari 65 responden

memiliki faktor penyebab depresi yaitu sebanyak 46 responden (71%) dan

sebanyak 19 responden (29%) yang tidak memiliki faktor penyebab.

Seiring dengan bertambahnya usia dan memasuki fase lansia kan

menyebabkan perubahan pada aspek fisik psikologis dan sosial, perubahn fisik

yang sering terjadi misalnya pada sistem kardiovaskuler, respirasi, persarafan,

musculoskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, dan vesika urinaria.

Perubahan pada sistem musculoskeletal yaitu jika cairan tulang menurun

sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk ( kifosis), persendian membesar

dan kaku, kram, tremor. Sedangkan pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan

pada katup jantung yang menjadi kaku, kemampuan memompa menurun,

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Jika perubahan ini tidak cepat

di tangani maka lkakan menjadi penyakit kronis sehingga bisa menjadi gejala

penyebab depresi pada lansia.

Timbulnya penyakit yang mengakibatkan keluhan fisik pada lansia tersebut

dapat dipercepat atau diperberat oleh faktor luar, misalnya makanan, kebiasaan

hidup yang salah, infeksi, dan trauma. Sifat penyakit dapat dimulai secara

perlahan, sering kali tanpa tanda-tanda atau keluhannya ringan, dan baru

diketahui sesudah keadaannya parah. Hal ini perlu sekali untuk dikenali agar

67

tidak salah atau terlambat menegakkan diagnosis sehingga terapi dan tindakan

keperawatan segera dapat dilaksanakan ( Wahjudi, 2008 ).

Lanjut usia juga dapat mengalami beberapa penyakit secara

bersamaan, mengenai multi-organ atau multisystem. Sifat penyakit lanjut usia

biasanya progresif dan menimbulkan kecacatan sampai penderitanya mengalami

kematian. Lanjut usia pun biasanya rentan penyakit lain karena daya tahannya (

Wahjudi, 2008 ).

Beberapa penyakit kronis yang menjadi faktor resiko meningkatnya

kerentanan seseorang terhadap depresi yaitu stroke, hilangnya fungsi

pendengaran, hilangnya fungsi penglihatan, penyakit jantung, penyakit kronis

paru, penyakit arthritis, hipertensi dan diabetes. Gangguan tidur yang terjadi pada

lansia juga merupakan salah satu tada gejala utama dari depresi (Qing,2009).

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan lansia yang

berjumlah 65 orang mengalami keluhan fisik yang dapat menurunkan kualitas

hidup. Keluhan fisik tersebut, dapat meningkatkan lansia mengalami depresi,

apalagi jika kondisi tersebuat tidak mendapatkan penanganan yang sesuai.

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa faktor penyebab depresi

terbanyak kedua adalah kondisi sosial lansia sebanyak 60 orang (92%) lansia

kurang bersosialisasi dengan lansia yang berada dipanti.

Beberapa penyebab sosialisasi pada lansia diantaranya adalah citra

tubuh, penurunan kemampuan fisik, menurunya serta kemunduran pada beberapa

sistem tubuh dapat berdampak pada kemampuan lansia dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Salah satu penyakit atau keluhan yang paling sering

68

dialami oleh lansia adalah pada sistem muskuloskaletal adalah kekakuan, dan

nyeri pada sendi ini merupakan yang dapat berdampak pada kemampuan dalam

fungsi pergerakan. Berdasarkan pada susunan tentang penyakit yang sering

dialami oleh lansia yang diteliti tahun 1998 menunjukan bahwa rematik adalah

penyakit yang terbanyak dilaporkan dialami oleh lansia yaitu sebesar (35,3%).

Rematik merupakan penyakit yang menyerang sendi dan tulang dengan salah

satu manifestasinya membatasi rentang gerak sendi. Keterbatasan tersebut

menyebabkan berkurangnya kemampuan mobilitas lansia dan meningkatkan

ketergantungan lansia terhadap orang lain.

Berdasarkan diagnosa yang pernah dibuat oleh dokter atau petugas

kesehatan lainnya dan diketahui oleh lansia, penyakit yang terbanyak yang

pernah diderita lanjut usia adalah penyakit rematik sebesar (35,3%). Sehingga

terapi dan tindakan keperawatannya segera dapat dilaksanakan. Dapat pula pada

lanjut usia mengalami beberapa penyakit secara bersamaan. Sifat penyakit lanjut

usia biasanya progresif sampai penderitanya mengalami kematian. Orang-orang

lanjut usia pu biasanya rentan penyakit lain, karena daya tahannya telah

menurun( Kamso,dkk,1993).

Perubahan fisik yang diakibatkan oleh penyakit dapat mempengaruhi

persepsi atau pandangan lansia terhadap dirinya. Misalnya perubahan postur

tubuh, menurunnya elastisitas kulit, lambat saat bergerak atau berjalan dapat

membuat lansia berpandangan negatif tentang dirinya, akibatnya lansia akan

merasa dirinya tidak menarik penampilan fisik sehingga lansia membatasi diri

untuk berinteraksi dengan orang lain.

69

Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia yaitu Kekuatan otot

: penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada kelenturan otot –otot tangan

bagian depan dan otot – otot yang menopang tegaknya tubuh. Orang berusia

lanjut lebih cepat merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk

memulihkan diri dari keletihan dibanding orang yang lebih muda. Kecepatan

motorik : penurunan kecepatan dalam bergerak bagi lansia dapat dilihat dari tes

terhadap waktu, reaksi dan keterampilan dalam bergerak seperti dalam menulis.

Kecepatan dalam bergerak tampak sangat menurun setelah usia 60-an. Kekakuan

motorik : kekakuan motorik lansia cenderung menjadi canggung dan kaku. Hal

ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan terjatuh.

Lansia melakukan sesuatu dengan tidak hati – hati dan dikerjakan secara tidak

teratur. Kerusakan dalam keterampilan motorik terjadi dengan susunan terbalik

terhadap berbagai keterampilan yang telah dipelajari. Keterampilan yang lebih

dulu dipelajari justru lebih sulit dilupakan dan keterampilan yang baru dipelajari

lebih cepat dilupakan (Irwan,B.,2008)

Hasil penelitian untuk status perkawinan dari 65 orang responden di

dapatkan 49 orang responden (75%) tidak mempunyai pasangan, status

perkawinan salah satu faktor penyebab depresi pada lansia hal ini berhubungan

dengan rasa berbagi dan kasih sayang yang dibutuhkan oleh lansia. Pasangan

hidup juga sebagai tempat dimana untuk mengungkapkan perasaan sedih yang

dirasakan, dan sebagai penyemangat dalam penjalani kehidupan.

Gangguan depresi mayor lebih sering dialami individu yang bercerai

atau berpisah bila dibandingkan dengan yang menikah atau lajang. Status

70

perceraian menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi untuk

menderita depresi. (Marta, 2012).

Hal ini sesuai dengan Penelitian yang telah dilakukan Carrera tahun

2014 yang menunjukan angka depresi lebih banyak dialami oleh seseorang yang

tidak menikah dari 90 responden 57 responden atau (63,3%) yang tidak menikah

hal ini disebabkan oleh karena seseorang yang berstatus tidak menikah atau duda

atau janda beresiko hidup sendiri, dimana hidup sendiri juga merupakan faktor

risiko terjadinya bahwa gangguan depresi lebih sering dialami seseorang yang

bercerai atau berpisah dibanding dengan yang menikah.

2. Tingkat Depresi

Dari hasil penelitian pada 65 orang responden menunjukan bahwa

kategori depresi ringan yaitu 37 orang (56,92%) disebabkan adanya perasaan

gelisah, keadaan yang tidak sesuai dengan harapan, serta adanya rasa kesepian

karena berkurangnya peran yang dirasakan dan selalu mengkhawatirkan sesuatu

hal yang buruk bakal terjadi. Berbagai keadaan tersebut menjadi stresor bagi

lansia untuk memunculkan perasaan depresi. Lansia merasa tidak mampu lagi

melakukan keinginan yang dapat memuaskan dirinya untuk membuat hidupnya

merasa bahagia dan tidak bisa menerima keadaan yang terjadi saat ini sehingga

lansia menjadi sangat tertekan dan pada akhirnya memunculkan kejadian depresi.

Penelitian yang dilakukan oleh Sumiarti (2008) menemukan bahwa

keterbatasan fisik akibat penyakit yang sering diderita lansia menyebabkan

kejadian depresi dimana keterbatasan aktivitas fisik berpengaruh secara

signifikan terhadap kejadian depresi pada lansia.

71

Penelitian lain dilakukan oleh Sumirta (2008) menemukan bahwa

keterbatasan fisik yang dimiliki lansia menjadi pemicu terhadap munculnya

depresi pada lansia. Lansia dengan keterbatasan fisik yang besar tidak dapat

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri cenderung menjadi depresi

dengan keadaannya.

Depresi merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri antara lain:

semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan

tidur, dan makan. Kejadian depresi neliputi gejala psikologik dan gejala somatik.

Gejala psikologik antara lain adalah: menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik,

putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang, tidak dapat mengambil keputusan,

mudah lupa dan timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Gejala somatik antara lain:

penderita kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat, apatis, bicara dan

gerak geriknya pelan, terdapat anoreksia, isomnia, dan konstipasi (Maramis,

2005).

Dari hasil penelitian diatas menunjukan bahwa dari 65 orang

responden berdasarkan tingkat depresi, dengan kategori tidak depresi yaitu 19

orang (29.23%). Hal ini disebabkan karena lansia bisa beradaptasi dengan

lingkungan barunya sehingga lansia merasa nyaman tinggal dipanti meskipun

lansia sering merasa kesepian tapi lansia lebih memilih dipanti karena sebagian

besar lansia mengalami konflik dengan keluarga atau pasangan. Dari 65

responden 19 orang, tinggal dipanti adalah pilihan atau keinginan sendiri

bertujuan untuk mencari kebahagian dimasa tuanya. Namun lansia yang tidak

depresi ada kemungkinan akan mengalami depresi ringan dan Depresi ringan

72

dapat berkembang menjadi depresi berat jika tidak ditangani sejak dini,

pentingnya untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda depresi, sehingga perlu

mendapat terapi yang efektif untuk mencegah kondisi depresi menjadi lebih

berat.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian Nuryanti tahun 2006

mengatakan bahwah tingkat depresi ringan sebesar 47.1% lebih banyak

dibandingkan dengan tingkat depresi sedang sebanyak 29.4% dan tidak ada

responden yang mengalami depresi berat.

Menurut penelitian Ratep tahun 2014 mengatakan bahwa dari 84 orang

responden, 46 responden ( 54,8%) tidak depresi, 26 responden ( 30.9%) depresi

ringan dan 12 responden ( 14,3%) depresi Berat. Hal ini juga didukung dengan

teori. Tingkat depresi yang disebabkan adanya adaptasi yang berbeda pada

lansia, diantaranya dari kondisi fisik maupun mental pada lansia. Lansia yang

tidak dapat beradaptasi dengan petugas maupun dengan lansia lainnya, dapat

mengakibatkan perubahan emosional pada diri lansia tersebut. Hal ini dapat

memicu kecemasan. Kecemasan yang terus-menerus akan menimbulkan depresi.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa yang tidak

mengalami depresi bukan berarti tidak akan mengalami depresi namun akan

rentan mengalami depresi ringan jika tidak diperhatikan penyebab depresi dan

tanda gejala depresi pada lansia. Begitu pula pada depresi ringan akan

berkembang menjadi depresi berat apabila penyebab depresi dan tanda gejala

depresi pada lansia tidak diperhatikan atau tidak diatasi secepat mungkin. Begitu

73

juga dengan depresi berat dapat berkembang menjadi masalah kejiwaan jika

tidak ditangani sejak dini.

74

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang identifikasi kondisi depresi lansia di panti

sosial tresna werdha minaula kendari, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari 65 orang responden berdasarkan penyebab depresi, sebagian besar

memiliki faktor penyebab yaitu 65 orang ( 100%) dan tidak ada tidak

memiliki faktor penyebab yaitu 0 orang (0%).

2. Dari 65 orang responden berdasarkan tingkat depresi, sebagian besar kategori

depresi ringan yaitu 37 orang ( 56.92% ), hanya 9 orang ( 13.85% ) yang

mengalami depresi berat dan kategori tidak depresi yaitu 19 orang (29.23%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengajukan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Panti Sosial, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

kemampuan pihak sosial menggali tentang permasalahan penyebab depresi

dan kondisi depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari.

2. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam

asuhan keperawatan pada lanjut usia yang tidak tinggal dengan keluarga

mengenai kondisi depresi pada lansia.

75

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, I Gusti Ayu Indah.dkk. 2013. Jurnal Angka Kejadian Depresi Pada LansiaDi Panti Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013.

Chandra. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Fena Soleha Bewati.

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika.

Irwan Batubara. Dkk. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : SalembaMedika.

Kashariyadi. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Malang :Salembang Medika.

Marta, Ollyvia Freeska Dwi. 2012. Jurnal Determinan Tingkat Depresi Pada LansiaDi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.

Nugroho. 2014. Jurnal Mengenali Depresi pada Usia Lanjut Penggunaan GeriatricDepression Scale (GDS) untuk Menunjang Diagnosis.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Jakarta : EGC.

Purnomo, arwani. 2013. Jurnal Hubungan Antara KarakteristikDengan KejadianDepresi Pada Lansia Di Panti Werdha Pelkris Pengayoman KotaSemarang..

Sari, Kartika. 2012. Jurnal Gambaran Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti SosialTresna Wherdha Budi Mulia 01 Dan 02 Jakarta Timur.

Saryono. 2010. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Jakarta : Julia Medika.

Sumardi, Wirasto dkk. 2007. Jurnal Pengaruh Faktor-Faktor Psikososial DanInsomnia Terhadap Depresi Pada Lansia Di Kota Jogyakarta.

Widianingrum, santi.2016. Jurnal Gambaran Umum Kakarteristik Lansia DenganDepresi Di Panti Wilayah Kota Semarang.

76

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Responden

Di-

Tempat

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan maka saya

Nama : Ni Nyoman Widani

Nim : P00320014081

Saya sebagai mahasiswa politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan,

bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul “Identifikasi Kondisi Depresi

Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari’’.

Sehubungan dengan hal ini saya mohon anda meluangkan waktu untuk

menjadi responden dalam penelitian ini, apa bila anda di persilahkan untuk

menandatangani surat persetujuan responden berikut ini. Atas partisipasi dan

kebijakan responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Ni Nyoman Widani

Lampiran 2

77

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan

Jurusan Keperawatan yang berjudul “Identifikasi Kondisi Depresi Lansia Di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari’’.

Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia, tanda tangan saya ini

menunjukan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan

sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun, semoga dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Kendari, 2017

Responden

78

Lampiran 3

LEMBAR INSTRUMEN

IDENTIFIKASI KONDISI DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA MINAULA KENDARI

A. Data Responden

1. Hari/tanggal :

2. Nama :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan :

B. Cara Mengukur Penyebab Depresi

Berikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda.

1. Apakah anda menderita suatu penyakit selama 1 bulan terakhir ini?

A. Ya

B. Tidak

2. Apakah anda merasa tidak bahagia sebagai lansia saat ini ?

A. Ya

B. Tidak

3. Apakah keluarga anda jarang mengunjungi anda selama berada di panti

sosial tresna werdha minaula kendari ?

No. Urut Responden:

79

B. Ya

C. Tidak

4. Apakah anda merasa tidak nyaman berada dipanti?

A. Ya

B. Tidak

5. Apakah selama dipanti anda tidak pernah mengikuti kegiatan sosial?

A. Ya

B. Tidak

6. Apakah anda tidak mempunyai teman selama berada dipanti?

A. Ya

B. Tidak

7. Apakah selama dipanti anda tidak bersama suami atau istri anda?

A. Ya

B. Tidak

C. Cara Mengukur Kejadian Depresi :

80

Berikan tanda ceklis ( ) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan

kehidupan anda ?

2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak

kegiatan dan minat/kesenangan anda ?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa?

4 Apakah anda sering bosan ?

5 Apakah anda mempunyai semangat baik

sepanjang waktu?

6 Apakah anda takut sesuatu menjadi buruk akan

terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian

besar waktu anda ?

8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

9 Apakah anda senang tinggal di rumah dari pada

keluar mengerjakan sesuatu hal yang baru?

10 Apakah anda mempunyai banyak masalah

dengan daya ingat anda dibanding kebanyakan

orang?

11 Apakah anda piker hidup anda sekarang ini

menyenangkan?

81

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti

perasaan anda saat ini?

13 Apakah anda merasa anda penuh sengat?

14 Apakah anda merasa bahwa anda tidak ada

harapan?

15 Apakah anda pikir bahwa keadaan orang lain

lebih baik daripada anda?

82

83

84

85

86

87

LAMPIRAN

Menjelaskan lembar instrumen menjelaskan soal instrumen tingkat depresi

88

Menjelaskan soal instrumen penyebab depresi menjelaskan lembar instrumen