karya tulis abine dafa.pdf
TRANSCRIPT
-
GAMBARAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PELAYANAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN SCHIZOFRENIA YANG MENDAPATKAN THERAPY
PSIKOFARMAKA DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir
Sebagai Syarat Kelulusan di Program Studi Keperawatan Lawang
Politeknik Kesehatan Malang
DISUSUN OLEH :
MUNIRUL ANAM
NIM:2001.141
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LAWANG
2004
-
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS : GAMBARAN PERAWAT DALAM MELAKSANAK PELAYANAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN SCHIZOFRENIA YANG
MENDAPATKAN THERAPY PSIKOFARMAKA DI RUMAH SAKIT
JIWA Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
NAMA : MUNIRUL ANAM
NIM : 2001.141
KARYA TULIS INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI
LAWANG, 6 AGUSTUS 2004
Pembimbing I Pembimbing II
Albertus Setijono, SST,S.Pd Abdul Hanan, S.Kep.Ners
NIP. 140 070 566 NIP. 140 252 954
-
TELAH DIUJI
Pada Tanggal 7 Agustus 2004
Panitia Penguji
Ketua : Ganif Djuwadi,SST,S.Pd,M.Kes ..
Anggota : 1. Albertus Setijono,SST, S.Pd ..
2. Abdul Hanan, S.Kep.Ners ..
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Lawang
Politeknik Kesehatan Malang
H. Siswanto, S.Pd., M.Kes
NIP. 140 059 269
-
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
Gambaran Perawat dalam Melaksanakan Pelayanan Keperawatan pada Klien Schizofrenia yang
Mendapatkan Therapy Psikofarmaka di Rumah Sakit Jiwa Wediodiningrat Lawang.
Kayra Tulis Ilmiah ini dalam rangka salah satu penyelesaian tugas akhir sebagai syarat
kelulusan pada program D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Malang Program Studi
Keperawatan Lawang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Isnaeni DTN, SKM, M.Kes, selaku direktur Politeknik Kesehatan Malang
2. Bapak H. Siswanto, S.Pd, M.Kes , selaku Ketua Program Studi Keperawatan Lawang
3. Bapak Dr. G. Pandu Setiawan, SpKj, selaku Direktur Rumah Sakit dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang
4. Bapak Ganif Djuwadi, SST,S.Pd, M.Kes, selaku koordinator pembimbing penyusunan
Karya Tulis Ilmiah
5. Bapak Albertus Setijono, SST,S.Pd, selaku pembimbing I dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Bapak Abdul Hanan, S.Kep.Ners, selaku pembimbing II dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Tim Penguji dan seluruh dosen di Program Studi Keperawatan Lawang
-
8. Abi dan Ummiku serta adikku yang telah memberikan pengorbanan yang tak ternilai
selama menempuh studi di Program Studi Keperawatan Lawang
9. Teristimewa SSN, cinta kasihmu telah menumbuhkam semangat baru dalam hidupku.
10. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan
penyusunan Karya Tulis selanjutnya. Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini
daparbermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang ilmu keperawatan khususnya
keperawatan jiwa.
Lawang, Agustus 2004
Peneliti
-
ABSTRAK
Anam, Munirul.2004. Gambaran Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Keperawatan
pada Klien Shcizofrenia yang Mendapatkan Therapy Psikofarmaka di Rumah Sakit Jiwa dr.
Rdjiman Wediodiningrat Lawang. Krya Tulis Ilmiah Program Studi Keperawatan Lawang
Politeknik Kesehatan Malang. Pembimbing (1) Albertus Setijono, SST, S.Pd, (2) Abdul
Hanan, S.Kep.Ners.
Kata Kunci : Perawat, Pelayanan Keperawatan, Klien, Schizofrenia, Therapy
Psikofarmaka
Klien gangguan jiwa khususnya schizofrenia mempunyai keunikan yang tidak didapatkan
pada klien dengan penyakit fisik , yaitu mereka tidak merasa memiliki masalah dengan
kesehatannya, sehingga seringkali klien schizofrenia menolak minum obat. Dengan keunikan
tersebut seringkali perawat mengalami kesulitan dalam memberikan obat pada klien, hal ini
dibuktikan dari 24 perawat di Ruang Perkutut dan Seruni hampir setengahnya (+_ 40%)
masih mengalami kesulitan dalam memberikan obat pada klien schizofrrenia.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan pada klien schizophrenia yang
mendapatkan therapy psikofarmaka. Jumlah populasi adalah 24 orang, sampel diambil
menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dalaksanakan di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang pada tanggal 17-22 Mei 2004. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner dan pengolahan data dengan prosentase sekor.
Hasil penelitian menunjukkkan dari 24 perawat yang melaksanakan pelayanan
keperawatan pada klien schizofrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka hamnpir
seluruhmya (79,17%) dalam kategori baik. Dari analisa sesuai dengan sub variabelnya
diketahu gambaran perawat dalam persiapan pemberian obat (70,83%) dalam kategori baik,
dalam melaksanakan pemberian obat (70,83%) dalam kategori baik dan dalam mengevaluasi
pemberian obat (66,67%) dalam kategori baik.
Berdasarka hasil penelitian diketahui gambaran perawat dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan pada klien schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka secara
umum hampir seluruhnya (79,17%) dalam kategori baik. Oleh karena itu kepada pihak
perawat dan pihak rumah sakit jiwa diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan.
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...... ..i
LEMBAR PENGESAHAN ii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI iii
KATA PENGANTARiv
ABSTRAK..v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL.vii
DAFTAR GAMBARviii
DAFTAR LAMPIRAN..ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah..3
1.3 Tujuan Penelitian ..3
1.4 Manfaat Penelitian.4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perawat.5
2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan ..8
2.3 Schizofrenia 10
2.4 Therapy Psikofarmaka pada klien Schizofrenia...13
2.5 Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan dalam Therapy Psikofarmaka..20
2.6 Kerangka Konsep.25
-
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian 27
3.2 Populasi, Sampel dan Sampling.27
3.3 Variabel Penelitian 28
3.4 Definisi Variabel29
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian30
3.6 Teknik Pengumpulan Data.31
3.7 Pengolahan dan Analisa Data31
3.8 Penyajian Data...33
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian...34
4.2 Pembahasan38
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.45
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA.49
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Obat Golongan Pertama.14
Tabel 2.2 Obat Golongan Kedua...14
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarka jenis kelamin di Ruang Perkutut dan Seruni
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang tahun 200434
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Ruang Perkutut dan Seruni Rumah
Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrtat Lawang tahun 2004...35
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden dalam melaksanakan pelayanan keperawatan pada klien
schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka di Ruang Perkutut dan Seruni Rumah
Sakit Jiwa Dr. Eaddjiman Wediodiningrat Lawanh tahun 2004...36
Tabel 4.4 Distribusi frekuesi responden dalam melakukan persiapan pemberian obat pada klien
schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka di Ruang Perkutut dan Seruni Rumah
Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang tahun 2004.36
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden dal;am melaksanakan pemberian obat pada klien
schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka di Ruang Perkutut dan Seruni Rumah
Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang tahun 2004.37
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden dalam melakukan evaluasi pemberian obat pada klien
schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka di Ruang Perkutut dan Seruni Rumah
Sakit Radjiman Wediodiningrat Lawang tahun 200437
-
DAFTAR GAMBAR
Ganbar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian..25
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RENCANA KEGIATAN PENELITIAN50
Lampiran 2 KISI-KISI ANGKET PENELITIAN 51
Lampiran 3 LEMBAR INFORMASI..52
Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN.53
Lampiran 5 LEMBAR ANGKET54
Lampiran 6 PERHITUNGAN DAN PEMBERIAN SKOR PELAKSANAAN PELAYANAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN SCHIZOFRENIA YANG MENDAPATKAN
THERAPY PSIKOFARMAKA..59
Lampiran 7 TABULASI PELAKSANAAN PELAYANAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
SCHIZOFRENIA YANG MENDAPATKA THERAPY PSIKOFARMAKA60
Lampiran 8 SURAT IJIN PENELITIAN...63
Lmpiran 9 LEMBARKONSULTASI.65
-
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti sekarang ini perawat dituntut untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan secara profesional karena masyarakat semakin kritis dan sadar akan haknya
dalam menerima pelayanan kesehatan atau keperawatan. Perawat dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
professional yang sesuai dengan kode etik keperawatan. Hal ini disebabkan karena disamping
memiliki jumlah terbesar dalam jajaran petugas kesehatan, perawat juga memiliki kontak
waktu yang lama dalam memberikan pelayanan kesehatan kedapa pasien.
Klien gangguan jiwa khususnya schizophrenia mempunyai keunikan yang tidak
didapatkan pada klien dengan penyakit fisik, yaitu bahwa mereka tidak merasa memiliki
masalah dengan kesehatannya. Dengan keunikan tersebut maka seringkali pemberian obat
pada klien gangguan jiwa tidak mencapai sasaran karena klien menolak minum obat,
mencurigai obat sebagai racun untuk dirinya tidak mau menelan obat atau bahkan
menyimpan obat untuk bunuh diri. Hal ini sangat merugikan bagi klien dan keluarga, karena
apabila terjadi kambuh setelah putus obat maka untuk mengembalikan ke kondisi semula
memerlukan dosis yang lebih besar lagi (Yani dkk, 2000).
-
Studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 1 Maret 2004 di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang menyebutkan bahwa jumlah klien
schizophrenia yang menjalani rawat inap dan mendapatkan therapy psikofarmaka selama
bulan Februari sebanyak 113 pasien. Jumlah klien schizophrenia yang mengalami
kekambuhan sehingga harus menjalani rawat inap kembali selama bulan Februari sebanyak
58 pasien.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan perawat ruangan MPKP yaitu Ruang
Perkutut dan Ruang Seruni pada tanggal 1 Maret 2004 didapatkan informasi bahwa di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang terdapat 2 ruang perawatan yang
melaksanakan model pelayanan perawatan professional yaitu Ruang Perkutut dan Ruang
Seruni, dengan jumlah perawat sejumlah 24 orang. Selain itu juga didapatkan informasi
bahwa dari sejumlah 24 perawat, hamper setengahnya (+_ 40%) masih mengalami kesulitan
dalam memberikan obat pada klien schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka,
hal ini disebabkan karena klien menolak minum obat dan kurang kooperatif dalam menjalani
therapy psikofarmaka. Menurut hemat penulis maka perawat diharapkan daoat melaksakan
pelayanan keperawatan secara professional terutama dalam memberikan obatkepada pasien.
Parawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan pada klien schizophrenia yang
mendapatkan therapy psikofarmaka sangat penting untuk diteliti, karena jika tidak diteliti
maka kinerja perawat dan mutu pelayanan keperawatan tidak dapat diketahui sehingga
kualitas manajemen atau pengelolaan pelayanan keperawatan sulit untuk ditingkatkan. Hal
inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran perawat
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan pada klien schizophrenia yang mendapatkan
therapy psikofarmaka di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
-
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka seorang perawat dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan dalam therapy psikofarmaka harus mempunyai cukup
pengetahuan tentang strategi psikofarmakologika yang tersedia, namun demikian informasi
ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic pada asuhan pasien (Stuart
dan Sundeen, 1998). Selain itu untuk bisa menjalankan pelayanan keperawatan dalam
therapy psikofarmaka dengan baik, perawat juga membutuhkan kiat tertentu yaitu cara
khusus yang unik dan individual dalam penberian obat kepada klien (Yani dkk, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut : Bagaimanakah ganbaran perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan
pada klien schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan pada klien
schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka di Rumah Sakit Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui persiapan perawat dalam memberikan obat pada klien schizophrenia yang
mendapatkan therapy psikofarmaka di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
-
2) Mngetahui tata laksana perawat dalam memberikan obat pada klien schizophrenia yang
mendapatkan therapy psikofarmaka di Rumah Sakit JiwaDr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
3) Mengetahui tindakan dalam mengevaluai pemberian obat pada klien schizophrenia yang
mendapatkan therapy psikofarmaka di Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang ilmu keperawatan jiwa khususnya
ten tang pelaksanaan pelayanan keperawatan pada klien schizophrenia yang mendapatkan
therapy psikofarmaka.
1.4.2 Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai sarana informasi mengenai pelaksanaan pelayanan keperawatan dan
dapat dogunakan sebagai dasar acuan mempertahankan serta meningkatkan manajemen
atau pengelolaan mutu pelayanan keperawatan yang berkualitas dari rumah sakit.
1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan
Merupakan dokumentasi ilmiah dan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan jiwa di Progra Studi Keperawatan Lawang.
1.4.4 Bgi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan keperawatan, khususnya yang berkenaan
masalah keperawatan pada klien schizophrenia yang mendapatkan therapy psikofarmaka.
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang konsep perawat, pelayanan keperawatan,
schizophrenia, therapy psikofarmaka pada klien schizophrenia, pelaksanaan pelayanan
keperawatan dalam therapy psikofarmaka dan kerangka konsep penelitian.
2.1 Konsep Perawat
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(Undang-undang Kesehatan No. 23, 1992).
2.1.1 Peran Perawat
Menurut Gaffar (1999) peran perawat yang utama terdiri dari empat,yaitu :
1) Peran sebagai pelaksana (care giver)
Perawat dalam hal ini adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung
atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Metode
yang digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan.
Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector dan
advocate, communicator serta rehabilitator.
2) Peran sebagai pendidik (health educator)
Perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta
tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
-
kelompok atau masyarakat) maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik
keperawatan antara sesame perawat atau tenaga kesehatan lain.
3) Peran sebagai pengelola
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola
pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada di bawah tanggung jawabnya
sesuai dengan konsep manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan.
Ssebagai pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan
atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan system pelayanan
keperawatan.
4) Peran sebagai peneliti
Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan
pendidikan keperawatan.
2.1.2 Fungsi dan tugas perawat
Perawat kesehatan diharapkan melaksanakan fungsi dan tugas sebagai berikut (Depkes
RI, 1998) :
1) Menentukan kebutuhan kesehatan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk berperan
serta dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatannya.
2) Memnerikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan, kesehatan
lingkungan, kesehatan mental, gizi kesehatan ibu dan anak, pencegahan kecelakaan,
kesehatan gigi dan mulut.
-
3) Memberikan pelayanan keperawatan kepada ibu hamil dan nifas, yang meliputi
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan yang normal, perawatan nifas, penentuan
kasus resiko tinggi secara dini serta rujukan kasus yang tidak dapat ditanggulanginya.
4) Memberikan pelayanan keperawatan kepada bayi dan anak, yang meliputi pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan, penyuluhan gizi, imunisasi, perawatan anak yang skait,
dan pelaksanaan tindakan pengobatan sederhana pada penyakit yang sering terjadi.
5) Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB), yang meliputi pemberian informasi dan
motivasi kepada pasangan usia subur (PUS), pemberian obat dan alat kontrasepsi
termasuk pemasangan spiral (AKDR) , tindak lanjut pada akseptor untuk mengatasi
gejala sampingan bila ada, dan untuk mencegah putus keluarga berencana (drop out).
6) Melaksanakan tindakan keperawatan darurat dan memberikan pertolongan pertama pada
kasus patah tulang, luka bakar, keracunan, tenggelam, gigitan serangga dan binatang,
pendarahan, kejang dan pingsan dan lain-lain.
7) Mengenal tanda dan gejala penyakit yang sering terjadi, baik penyakit menular mapun
yang tidak menular, memberikan pengobatan sederhana serta merujuk kasus yang tidak
dapat ditanggulanginya.
8) Melaksanakan tindakan keperawatan lanjutan pada kasus dari puskesmas dan pasien yang
pulang dari rumah sakit, termasuk perawatan di rumah, bimbingan keluarga dalam hal
merawat anggota keluarga yang sakit.
9) Memberikan asughan keperawatan kepada pasien di rumah sakit dan institusi pelayana
kesehatan lainnya, yang meliputi perawatan darurat, perawatan penyakit dalam dan
bedah, perawatan bayi da anak, perawatan ibu termasuk menolong persalinan normal dan
perawatan pasien saraf dan jiwa.
-
10) Melaksanakan tugas administrasi sederhana dalam program pelayanan kesehatan
masyarakat, termasuk pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan, latihan dan
pengawasan dukun bersalin dan petugas kesehatan lainnya, serta perencanaan dan
penelitian program pelayana kesehatan dengan masyarakat dan anggota tim kesehatan
lain.
11) Memantau dan menilai kegiatan pelayanan keperawatan.
2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai dagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Gaffar, 1999).
Ruang lingkup pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat kesehatan meliputi
asuhan keperawatan yang paripurna kepada empat tingkat klien dalam berbagai tempat kerja.
Secara terinci ruang lingkup pelayanan keperawatan tersebut adalah sebagai berikut (Depkes RI,
1998) :
1 . Tingkat individu, meliputi
1) Pasien yang dirawat di ruang perawatan rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan
lainnya.
2) Pasien di unit rawat jalan rumah sakit dan puskesmas
3) Pasien/anggota keluarga dengan masalah kesehatan khusus yang ditemukan oleh perawat
kesehatan di rumah dan di panti
-
2. Tingkat keluarga, meliputi :
1) Keluarga dengan status social ekonomi yang rendah yang mempunyai masalah kesehatan,
2) Keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang sakit
3) Keluarga yang menghadapi masalah kesehatan dan dapat dibantu oleh perawat
3. Tingkat kelompok, meliputi:
1) Kelompok dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat tahap pertumbuhan dan
perkembangan seperti ibu hmil dan anak balita.
2) Kelompok dengan masalah kesehatan khusus yang membutuhkan pengawasan kesehatan
secara berlanjut misalnya kelompok dengan penyakit menular.
3) Kelompok yang mudah diserang penyakit misalnya perokok berat dan wanita tuna susila.
4. Tingkat masyarakat
Yang dimaksud disini adalah masyarakat yang berada dalam batas-batas geografi tertentu
seperti panti dan pegunungan atau yang mempunyai kebudayaan yang sama.
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan
Menurut Azwar (1996) ada 3 unsur pokok yang mempengaruhi pelayanan keperawatan, yaitu :
1) Unsur masukan
Yang dimaksud unsure masukan disini adalah semua hal yang dibutuhkan untuk
terselenggaranya pelayanan keperawatan meliputi :
1. Tenaga pelaksana meliputi medis, perawat dan non medis
2. Sarana meliputi medis,non medis, obat, bahan habis
3. Dana (material)
-
4. Pasien
2) Unsur lingkungan
Yang dimaksud dengan unsure lungkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan keperawatan misalnya kebijakan instansi
kesehatan, organisasi dan manajemen pelayanan keperawatan.
3) Unsur proses
Yang dimaksud dengan unsure proses disini adalah semua tindakan pelayanan
keperawatan yang dilakukan mulai dari anamnesis sampai dengan pelayanan tindak
lanjut.
2.3 Schizofrenia
2.3.1 Schizofrenia
Schizophrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas
(Reality Testing Ability/ RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self insight) buruk (Maramis,
1998).
2.3.2 Gejala schizophrenia
1) Gejala Positif
1. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah bibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional. Namun
penderita tetap meyakini kebenarannya.
-
2. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera penderita tanpa ada rangsangan (stimulus),
misalnya penderita mendengar suara atau bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber
suara dari suara atau bisikan itu.
3. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicaradengan semangat.
4. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
5. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
6. Menyimpan rasa permusuhan
2) Gejala Negatif
1. Alam perasaan (affect) dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari
wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lain, suka melawan (day dreaming).
3. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
4. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social.
5. Sulit dalam berpikir abstrak.
6. Tidak ada dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada usaha (Maramis, 1998).
2.3.3 Pembagian schizophrenia
1). Schizophrenia simplek
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplek adalah
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan proses berpikir biasanya sulit
ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan
sekali.
-
2). Schizophrenia hebefrenik
Permulaannya perlahan-lahan atau seringkali timbul pada usia antara 15-25 tahun. Gejala
yang menyolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi, gangguan psikomotor dan halusinasi banyak sekali.
3). Schizophrenia katatonik
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut sering didahului oleh stress
emosional. Mungkin terjadi gaduh, gelisah katatonik atau stupor katatonik.
4). Schizophrenia Paranoid
Schizophrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya penyakit.
Hebrefrenia dan katatonia sering lama kelamaan menunjukkan gejala-gejala schizophrenia
bercampur. Gejala yang menyolok ialah waham primer disertai waham-waham sekunder dan
halusinasi. Baru dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses piker,
gangguan efek dan kemauan.
5). Schizophrenia Akut
Gejala schizophrenia timbul mendadak sekali dan seperti dalam mimpi, kesadaran
mungkin berkabut, dalam keadaan ini timbul perasaan seakan dunia luar maupun dirinya sendiri
berubah semuanya seakan mempunyai suatu arti yang khusus hanya (disebut keadaan aneiroid).
6). Schizophrenia Residual
begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi
(inappropriate) penarikan dari hubungan social.
-
7). Schizophrenia Afektif
Gejalanya didominasi oleh gangguan alam perasaan (mood,affect) disertai waham dan
halusinasi. Gangguan alam perasaan yang menonjol adalah perasaan gembira yang berlebihan
dan perasaan sedih yang mendalam (Maramis, 1998).
2.4 Therapy Psikofarmaka pada Klien Schizofrenia
Dewasa ini banyak jenis obat psikofarmaka yang digunakan untuk mengobati penderita
schizophrenia. Hingga sekarang belum ditemukan obat yang ideal, masing-masing jenis obat
psikofarmaka ada kelebihan dan kekurangannya, selain itu juga ada efek samping. Misalnya ada
obat psikofarmaka yang lebih berkhasiat menghilangkan gejala negative schizophrenia daripada
gejala positif schizophrenia atau sebaliknya, ada juga yang lebih cepat menimbulkan efek
samping dan sebagainya (Hawari,2001).
menurutHawari (2001) obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat
antara lain sebagai berikut :
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu singkat
b) Tidak ada efek samping, kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu relative singkat baik gejala positif maupun negative
schizophrenia
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogmitif (daya pikirdan daya ingat)
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan dependensi
h) Tidan menyebabkan relaksasi otot
-
i) Dan kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar di pasaran hanya dapat diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan generasi pertama dan
golongan generasi kedua. Beberapa contoh dibawah ini adalah jenis obat psikofarmaka yang
dimaksudkan nama generic dan nama dagang yang beredar di Indonesia :
Table 2.1 Obat golongan generasi pertama
No. Nama generik Nama dagang
1.
2.
Clorpromazine HCL
Trifluoperazine
Largactil,Promactil,Meproseptil
Stelazine
Sumber : Hawari,2001
Tabel 2.2 Obat golongan generasi kedua
No. Nama generik Nama dagang
1.
2.
3.
4.
Risperidone
Clozapine
Quetiapine
Olanzapine
Risperdal
Clorazile
Seroquel
Ziprexa
Sumber : Hawari, 2001
Dari berbagai jenis obat psikofarmaka tersebut diatas efek samping yang sering dijumpai
meskipun relative kecil dan jarang adalah gejala ekstramiramidal (extrapyramidal
syndrome/EPS) yang mirip dengan penyakit Parkinson (parkinsonism) misalnya kedua tangan
-
gemetar (tremor), kekakuan alat gerak (kalau berjalan seperti robot), otot leher kaku sehingga
kepala yang bersangkutan seolaholah terpelintir atau tertarik dan lain sebagainya. Bila terdapat
efek ekstrapiramidal tadi dapat diberikan oleh penawarannya yaitu obat dengan nama generic
Trihexipinidil HCl, Bemzhexol HCl, levodope + benzerazide dan Bromocriptine mesilate,
sedangkan nama dagangnya adalah aarkine, artane, madopar dan parlodel (Hawari,2001).
Menurut Yani dkk, (2000) obat yang sering digunakan dalam tatanan pelayanan
kesehatan jiwa sangat beragam jenis dan bentuknya. Jenis obat tersebut adalah :
1). Largactil
(1) Indikasi
Largactil diindikasikan untuk mensupresi gejala psikosa :agitasi,ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham dan gejala lain yang biasanya terdapat pada
penderitaa schizophrenia, manic depresif, gangguan personalitas, psikosa involutional,
psikosamasa kecil.
(2) Indikasi untuk gangguan non psikosa
Largactil dosis rendah diberikan untuk mengatasi mual, muntah, cegukan dan dapat
dipakai pada gejala non psikosa yaitu mengontrol gejala agitasi, ketegangan, kegelisahan,
kecemasan, dan insomnia.
(3)Cara pemberian untuk kasus psikosa
Largactil dapat diberikan peroral atau suntikan intramuskuler. Dosis permulaan adalah
25-100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
-
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu kali pada malam hari atau
dapat diberikan tiga kali sehari.
Dalam satu minggu gejala psikosa yang menonjol seperti agitasi, rasa permusuhan, rasa
permusuhan diharapkan telah hilang. Bila gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan
secara perlahan-lahan sampai 600-900 mg/hari.
Biasanya dengan dosis 600mg/hari gejala diatas tidak teerkontrol. Menaikkan dosis hanya dapat
dipertimbangkan bila gejala yang tersebut di atas belum terkontrol dengan mengingat
kemungkinan efek samping atau kelainan metabolism pada individu tersebut. Bila kedua ha
tersebut terjadi perlu dipertimbangkan nutuk mengubah terapi dari largactil dengan antipsikotik
lain.
(4) Mekanisme kerja
Sampai saat ini bagaimana kerja largactil dalam mengatasi gejala psikosa belum jelas
benar. Berdasarkan penelitian pada hewan, kemungkinan bahwa largactil menghambat atau
memblok reseptor dopamine pada dopaminergik di otak.
(5) Kontraindikasi
Largactil sebaiknya tidak diberikan pada klien yang dalam keadaan koma, keracunan
alcohol, habiturat atau narkotika dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
(6) Efek samping
Efek samping yang sering terjadi :
a) Lesu dan mengantuk. Biasanya terjadi pada hari-hari pertama pemberian obat
-
b) Hipotensi orthosatik. Terutama pada pemberian parenteral.
c) Mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenorr