karmil perang modern ind
TRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARAT KOWIL GUNA
MENGHADAPI TANTANGAN TUGAS KE DEPAN DAN PERANG MODERN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Perkembangan dinamika politik Negara Kesatuan Republik
Indonesia sejak bangkitnya era Reformasi dan tumbangnya rejim Orde
Baru, citra TNI dimasa lalu mulai disoroti oleh masyarakat. Banyak
kegiatan TNI yang menyimpang dari profesi dan jati diri serta
dijadikannya seagai alat kekuasaan, menempatkan TNI sebagai
momok masyarakat. Pemerintah yang demikian kuat disegala bidang,
menjadikan rakyat sebagai objek pembangunan mengakibatkan rakyat
tidak dapat berbuat banyak dan tidak berani mengoreksi atau
mengkritik pemerintah.
b. Mengambil pelajaran dari pengalaman yang lalu, maka TNI
dengan segera merubah paradigma pengabdianya untuk menjawab
tantangan jaman seiring dengan perubahan kehidupan bernegara
melalui proses reformasi 1998 yang memaksa seluruh komponen
bangsa untuk melaksanakan reformasi internal termasuk didalamnya
TNI-AD selaku pembina utama teritorial yang secara perlahan dan
bertahap akan mengalihkan fungsi-fungsi tersebut kepada pemerintah
sipil.
c. Setelah reformasi berjalan enam tahun mulai tampak penurunan
dari tujuan Reformasi semula karena adanya pengaruh kepentingan
berbagai pihak yang tidak menginginkan negara ini tumbuh dan
menjadi besar. Diantaranya melalui berbagai intrik yang dapat
diidentifikasikan sebagai bagian dari propaganda perang modern
negara-negara besar terhadap NKRI. Dihadapkan dengan
tantangan tugas ke depan, untuk tetap dapat melaksanakan tugas-
tugas kewilayahan melalui fungsi pembinaan teritorial maka perlu
TERBATAS
2
diupayakan suatu konsep untuk meningkatkan kemampuan aparat
Kowil guna menghadapi tantangan tugas ke depan dan perang
modern.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang upaya peningkatan kemampuan aparat Kowil guna
menghadapi tantangan tugas ke depan dan perang modern
b. Tujuan. Sebagai masukan bagi komando atas dalam
meningkatkan kemampuan aparat Kowil di masa mendatang
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Tulisan ini dibatasi pada upaya
peningkatan kemampuan aparat Kowil ditinjau dari kemampuan pokok dan
kemampuan pelengkap serta pemahaman tentang Perang Modern dengan
tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Landasan pemikiran
c. Kondisi aparat Kowil pada saat ini.
d. Faktor-faktor yang berpengaruh.
e. Kondisi aparat Kowill yang diharapkan.
f. Upaya peningkatan kemampuan aparat Kowil.
g. Penutup.
4. Pendekatan. Tulisan ini menggunakan pendekatan observasi
lapangan dan teoritis keilmuan.
5. Pengertian.
a. Fungsi pembinaan teritorial adalah fungsi yang harus
dilaksanakan oleh TNI-AD guna mewujudkan kemanunggalan
TNI- Rakyat untuk mendukung keberhasilan tugas pokok.
3
b. Perang Modern yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan
wujud dari perang non fisik berupa perang informasi, perang
idiologi, perang psikologi, perang ekonomi dan perang tehnologi
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
6. Umum. TNI-AD mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab
sesuai dengan ketentuan undang-undang. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut TNI-AD selalu memperhatikan koridor hukum, peraturan dan rambu-
rambu yang ada sejalan dengan tata kehidupan bernegara termasuk
didalamnya melaksanakan pembinaan teritorial.
7. Landasan Idiil. Berpedoman pada Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa dalam mewujudkan NKRI yang berkedaulatan rakyat dan
berdasarkan atas permusyawartan/perwakilan.
8. Landasan Konstitusional. UUD 1945 Sebagai payung hukum
sehingga TNI-AD tidak terkesan jalan sendiri tetapi melalui kesepakatan
bangsa.
9. Landasan Oprasional
a. Sapta Marga. Merupakan bentuk kesetiaan prajurit TNI-AD
kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Sumpah Prajurit. Cerminan loyalitas prajurit TNI-AD akan
nama baik dan kehormatan institusinya.
c. Delapan Wajib TNI. Sebagai pedoman bagi sikap dan prilaku
prajurit terhadap lingkungan dan rakyatnya.
10. Lain-lain.
a. Pengarahan Kasad tentang Visi, Misi dan Pembinaan Teritorial
TNI AD menekankan betapa pentingnya Binter untuk menciptakan
kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai rohnya TNI AD, sehingga perlu
upaya mengoptimalkan pelaksanaan Binter dengan benar.
4
b. Pokok-pokok Perang Darat diantaranya tentang perang modern
memberikan pemahaman tentang hakekat perang modern sebagai
suatu perang total yang melibatkan seluruh potensi bangsa sehingga
untuk menghadapinya harus dikerahkan seluruh potensi bangsa
sebagai kekuatan tangkal.
BAB III
KONDISI APARAT KOWIL SAAT INI
11. Umum. Gambaran secara umum tentang kondisi saat ini adalah hal-
hal yang dianggap menonjol dilapangan dan dapat menghambat
keberhasilan tugas aparat Kowil dalam interaksinya terhadap
masyarakat dan lingkungan.
12. Kemampuan pokok ( kemampuan teritorial ).
a. Lemahnya proses cegah dini dan deteksi dini. Melihat
beberapa kejadian yang terjadi belakangan ini menunjukkan lemahnya
kepedulian aparat Kowil terhadap perkembangan yang terjadi di
lingkungan tugasnya dan ketidakmampuannya menghimpun informasi
dan kejadian apa yang seharusnya dilaporkan atau dilokalisasi
sehingga yang terjadi di lapangan adalah seakan-akan keberadaan
aparat Kowil benar-benar tidak ada dan tidak berperan untuk dapat
memberikan solusi untuk mengatasi kemungkinan persolan yang
mungkin timbul.
b. Lemahnya fungsi pengawasan dan pengendalian
lapangan. Pada dasarnya fungsi pengawasan dan pengendalian
merupakan bagian dari majemen teritorial yang berbasis kuat pada
tingkat Kodim, sedangkan bagi satuan-satuan di bawah Kodim lebih
cenderung kepada mengikuti dan melaksanakan acuan yang
digariskan satuan atasannya. Persoalan yang kemudian timbul adalah
lemahnya tahap pengaturan kegiatan dan lemahnya fungsi
pengawasan dan pengendalian lapangan yang sangat rentan terhadap
adanya kesalahan penjabaran tugas.
5
c. Ketidakmampuan penguasaan wilayah. Pemahaman
terhadap kemampuan penguasaan wilayah bagi aparat Kowil masih
terbatas pada data-data demografi dan potensi daerah saja. Para
aparat Kowil tidak mampu atau tepatnya belum dapat memahami
situasi dan kondisi apa yang sedang berlalu di daerahnya sehingga
para aparat Kowil tersebut baru sampai tahap dapat membaca wilayah
secara terbatas.
d. Gamang dalam menghimpun kemampuan perlawanan
rakyat. Kemampuan ini sangat terkait erat dengan kemampuan
pelengkap yaitu kemampuan penguasaan tehnologi, siosiologi dan
informasi. Dalam hal ini harus diakui bahwa aparat Kowil belum dapat
mengolah bagaimana membina kemampuan perlawanan rakyat
seiring dengan maraknya isue-isue nasional dan perkembangan
tantangan global sehingga upaya yang dilakukan tidak tepat guna dan
tidak efektif.
e. Kurangnya kemampuan komunikasi sosial. Apabila
mengacu kepada tuntutan kemampuan komunikasi sosial yang harus
dikuasai oleh aparat Kowil dalam Bujuknik Komunikasi Sosial
(Methode), maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
sosial aparat Kowil saat ini masih sangat kurang bsehingga diperlukan
kerja keras dan upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapainya.
13. Kemampuan pelengkap. Kemampuan pelengkap yang dimaksud
adalah penguasaan tehnologi, sosiologi dan informasi yang sangat minim
dari aparat Kowil. sebagai bentuk upaya mengimbangi manuver negatif yang
dilakukan oleh pihak-pihak sipil yang bekerja untuk kepentingan pihak asing.
14. Pemahaman tentang Perang Modern.
a. Istilah perang modern mulai mengemuka pasca berakhirnya
perang dingin, untuk menyebut bentuk perang yang mengutamakan
6
penggunaan kekuatan politik, ekonomi dan sosial budaya untuk
mengalahkan dan menguasai lawannya, namun dengan tetap disertai
penyiapan dan bahkan penggunaan kekuatan militer, baik untuk
memperbesar tekanan psikologis maupun untuk melaksanakan
penaklukan. Untuk menghadapi perang modern diperlukan
kemampuan yang komprehensif yang tidak hanya bertumpu pada
kemampuan penggunaan kemiliteran saja. Sosialisasi pengertian
perang modern masih terbatas dikalangan perwira TNI AD. Aparat
Kowil yang tugas pokoknya berkaitan erat dengan pengerahan seluruh
potensi negara untuk kepentingan pertahanan justru belum mengerti
perang modern.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
15. Umum. Sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan aparat
Kowil guna menghadapi tantangan tugas ke depan dan perang modern
terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dominan, khususnya yang
berkaitan dengan kondisi citra TNI saat ini dan faktor lingkungan strategis.
16. Faktor Intern.
a. Kekuatan. Adanya dukungan sebagian besar masyarakat dari
berbagai lapisan yang masih membutuhkan keberadaan dan peran
serta TNI untuk bersama-sama memajukan kehidupan berbangsa dan
bernegara dari keterpurukan sejak Reformasi 1998 serta munculnya
kesadaran bahwa kondisi yang terjadi saat ini merupakan dampak dari
adanya upaya sistimatis dan campur tangan asing melalui antek-
anteknya di dalam negri sehingga harus dilawan dengan semangat
nasionalis dan cinta tanah air.
b. Kelemahan
1) Iklim kebebasan berpendapat dan demokrasi dalam
kerangka reformasi telah membuat setiap orang bebas berbicara
tanpa kendali hukum dan seperti tanpa beban moral. Kondisi ini
7
telah dimanfaatkan oleh sebagian kecil kelompok tertentu yang
tidak senang terhadap TNI untuk mengungkit-ungkit kesalahan
dan kelemahan TNI dalam upaya membentuk opini yang negatif
tentang TNI bagi masyarakat.
2) Adanya kelompok tertentu yang selalu berusaha
memisahkan TNI dengan rakyat dengan membuat fenomena
aktual seperti tuntutan pembubaran koter, penghapusan Babinsa
atau kembalinya TNI kebarak dll.
3) Kondisi keamanan dalam negri yang semakin memburuk
dipolitisir seakan-akan TNI tidak mampu mengatasi keadaan.
17. Faktor ektern.
a. Peluang
1) Opini masyarakat internasional yang memandang militer
Indonesia sudah tidak berkuasa dan tunduk pada supermasi sipil
dalam pemerintahan Republik Indonesia serta mendukung
kehidupan demokrasi di Indonesia.
2) Adanya pandangan positf bahwa pemerintah Indonesia
ikut aktif dalam upaya global internasional untuk memerangi
terorisme internasional dan bersikap kooperatif.
b. Kendala
1) Globalisasi internasional yang sangat gencar telah
menembus berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dan
bernegara dengan ditandai dengan isue-isue demokrasi,
keterbukaan dan hak azasi manusia (HAM) serta kelestarian
lingkungan (ekosistem). Isue-isue tersebut oleh kelompok LSM
internasional dikaitkan dengan sepak terjang dari “trade record”
TNI dimasa lalu.
2) Adanya keterlibatan dan tekanan negara lain yang selalu
menyoroti pelaksanaan demokrasi dan HAM di Indonesia
8
khususnya yang dilakukan oleh TNI dan aparat keamanan
lainnya serta adanya thema sentral globalisasi baru yaitu
terorisme internasional dan senjata pemusnah massal.
BAB V
KONDISI APARAT KOWIL YANG DIHARAPKAN
18. Umum. Sebagai pedoman sebelum menentukan secara tehnis
langkah-langkah upaya peningkatan kemampuan aparat Kowill, maka
terlebih dahulu harus ditetapkan standarisasi tentang aparat Kowil yang
diharapkan.
19. Kemampuan pokok (kemampuan Binter).
a. Kemampuan temu cepat dan lapor cepat. Mampu dengan
cepat menghimpun informasi dan kejadian secara tepat dan akurat
dengan mendatangi dan mendekati objek kejadian. Mampu
menentukan tindakan apa yang harus diambil termasuk didalamnya
melokalisasi penyebaran masalah dan melaporkannya ke komando
atas pada kesempatan pertama dengan tetap memperhatikan sandi
berita.
b. Memiliki kemampuan manajemen yang baik. Kemampuan
manajemen yang dimaksud bertumpu pada perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian.
Apabila kemampuan manajemen ini dapat dilaksanakan dengan baik
tentunya akan membantu menghindari kesalahan dalam penjabaran
9
tugas-tugas dan memaksimalkan fungsi pengawasan dan
pengendalian serta akan menciptakan proses kerja yang efektif.
c. Penguasaan wilayah yang baik. Kemampuan yang dituntut
adalah dapat memahami tentang kondisi medan atau objek secara
nyata dan tidak hanya diatas kertas. Selain itu memahami kontur
kependudukan di wilayah binaannya dengan tetap selalu mengikuti
perkembangan situasi dan kondisi daerah yang berlaku.
d. Mampu membina dan memaksimalkan potensi
perlawanan rakyat. Kemampuan membina potensi perlawanan
rakyat harus didasari oleh semangat kemanunggalan TNI- Rakyat,
sehingga bentuk perlawanan rakyat yang akan diorganisir akan mudah
untuk diarahkan. Dalam hal ini para aparat Kowil dituntut untuk dapat
mengorganisir perlawanan rakyat dan mampu menerapkan bagaimana
membina kemampuan bela negara masyarakat dilingkungan tugasnya.
e. Mahir menerapkan komunikasi sosial. Kemampuan ini
adalah mutlak dikuasai dengan baik oleh para aparat Kowil.
Komunikasi sosial sebagai methoda merupakan ujung tombak
keberhasilan fungsi pembinaan teritorial di lapangan untuk dapat
memobilisasi semua komponen masyarakat, bergaul dan berkoordinasi
dengan sesama aparat serta mampu beradaptasi dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Juga dalam rangka menyampaikan pesan dan
misi Angkatan Darat dalam melancarkan dan melaksanakan tugas
pokoknya atau pada kerangka misi nasional yang lebih luas.
20. Memaksimalkan kemampuan pelengkap. Melatih dan
melengkapi kemampuan pokok dengan kemampuan lain seperti penguasaan
terhadap tehnologi, sosiologi dan informasi untuk mengimbangi kontra
tehnologi, sosiologi dan informasi yang dilancarkan pihak asing dengan
perang modernnya.
21. Pemahaman tentang Perang Modern.
10
a. Bentuk Perang Modern mulai berkembang pasca keruntuhan Uni
Sovyet dimana perang ini mengutamakan penggunaan kekuatan
politik, ekonomi dan sosial budaya untuk mengalahkan dan menguasai
lawan, namun dengan tetap disertai penyiapan dan bahkan
penggunaan kekuatan militer terbatas, baik untuk memperbesar
tekanan psikologis dan memperkuat posisi tawar maupun untuk
melaksanakan penaklukan/penyelesaian akhir. Menghadapi hal ini dan
dikaitkan dengan kondisi negara saat ini, pimpinan TNI AD sangat
menggaris bawahi penggunaan kekuatan politik, ekonomi dan sosial
budaya sebagai komponen dari
perang modern. Penggunaan kekuatan non-militer tersebut tentunya
sangat berkaitan erat dengan pengerahan komponen yang ada di
masyarakat. Untuk dapat menggerakkan komponen ini, diperlukan
suatu penyiapan secara dini dan terus menerus yang dilakukan melalui
pembinaan teritorial sehingga dapat tercipta kekuatan tangkal politis,
ekonomi maupun sosial yang tangguh dalam menghadapi ancaman
perang modern.
b. Perang Modern sebagai suatu perang dengan totalitas pelibatan
semua komponen negara harus dipahami dengan benar oleh aparat
kewilayahan sehingga pelaksanaan tugas sehari-hari dapat selalu
berorientasi pada penciptaan daya tangkal terhadap kemungkinan
ancaman perang modern. Negara Indonesia yang sampai saat ini
masih belum mampu keluar dari krisis multidimensi sangat rentan
terhadap terjadinya kehancuran. Apabila kita terlibat dalam perang
modern saat ini, maka dapat dikatakan bahwa secara politis, ekonomi
maupun sosial budaya, negara Indonesia telah mengalami kekalahan.
Aparat kewilayahan harus dapat melihat hal tersebut sebagai bagian
dari upaya musuh untuk menghancurkan Indonesia melalui perang
modern. Agar Indonesia tidak mengalami kehancuran total, maka
sendi-sendi kehidupan yang rapuh tersebut harus ditegakkan kembali.
Tentunya penegakan kembali sendi-sendi kehidupan tersebut tidak
dapat dilakukan sendiri oleh aparat kewilayahan, melainkan harus
11
dilakukan secara bersama-sama dengan seluruh komponen
masyarakat. Peran aparat kewilayahan dalam hal ini hanyalah
memberikan pemahaman yang sama kepada masyarakat serta
mempengaruhi masyarakat untuk bersama-sama menegakkan
kembali sendi-sendi kehidupan yang rapuh tersebut. Pemahaman
seperti inilah yang diharapkan dapat tertanam pada diri setiap individu
aparat kewilayahan sehingga dapat dijadikan sebagai acuan berpikir
dan bertindak dalam pelaksanaan tugasnya.
BAB VI
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARAT WILAYAH
22. Umum. Berdasarkan kondisi aparat Kowil saat ini dihadapkan
kepada berbagai faktor yang mempengaruhi, maka upaya peningkatan
kemampuan aparat Kowill dalam rangka melaksanakan Binter perlu
dirumuskan tujuan dan sasaran yang jelas serta langkah-langkah nyata yang
diterapkan oleh subyek terhadap obyek melalui metode dan upaya-upaya
yang dilaksanakan.
23. Tujuan dan Sasaran.
12
a. Tujuan. Mewujudkan aparat Kowil yang memiliki kemampuan
pokok dan pelengkap sehingga mampu menjawab tantangan tugas ke
depan dan dampak perang modern.
b. Sasaran.
1) Kemampuan pokok:
a). Mampu melaksanakan lima kemampuan Binter
dengan baik dan terintegrasi dengan penguasaan sikap
teritorial.
b). Mampu memerankan dan menjadi ujung tombak yang
tangguh sebagai penyambung informasi, misi dan visi
yang berkaitan dengan kepentingan nasional umumnya
dan TNI AD khususnya.
2) Kemampuan pelengkap. Memahami bahwa kemampuan
penguasaan tehnologi informasi seperti komputer dan internet
serta sosiologi adalah kemampuan melekat yang harus dimiliki
para aparat Kowil sebagai sarana yang dapat memudahkan dan
membantu tugas pokok para aparat Kowil dilapangan.
24. Subjek, Objek dan Metoda.
a. Subjek.
1) Komandan satuan wilayah keatas. Sebagai pengambil
keputusan dan kebijaksanaan disatuannya harus tampil
terdepan dalam upaya menjadi contoh meningkatkan
kemampuan aparat Kowil bagi para bawahannya.
2) Para perwira. Sebagai menejer lapangan yang
mendorong percepatan pencapaian kebijaksanaan komando atas
dalam meningkatkan kemampuan aparat Kowil.
b. Objek. Adalah seluruh anggota militer yang bertugas di satuan
kewilayahan.
c. Metode.
1) Keteladanan unsur pimpinan.
13
2) Ceramah
3) Sosialisasi.
4) Pendidikan formal/dalam satuan.
5) Drill dan aplikasi.
6) Pengawasan dan pengendalian.
7) Koordinasi dan komunikasi tatap muka.
25. Upaya – upaya yang dilaksanakan. Bertitik tolak dari metode
yang dikembangkan maka perlu adanya upaya-upaya yang realistis agar
peningkatan kemampuan aparat Kowil dapat mencapai hasil yang optimal.
a. Meningkatkan kemampuan pokok.
1) Meningkatkan kemampuan temu cepat dan lapor cepat.
a) Meningkatkan kemampuan pelaporan perorangan
yang bersifat teknis sesuai dengan tugas dan jabatannya,
dengan memperbanyak intensitas latihan untuk
melatihkan teknis pelaporan dan pengumpulan informasi
melalui drill teknis dan taktis mulai dari tingkat perorangan
sampai dengan satuan.
b) Membiasakan dan melatih intuitif dan naluri untuk
secara reflek individu membuat keputusan dan pelaporan
secara cepat dan tepat dihadapkan kepada berbagai
perkembangan kondisi lingkup penugasan sesuai jabatan
masing-masing secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
c) Meningkatkan koordinasi dan komunikasi terhadap
sesama aparat untuk mendapatkan bahan dan informasi
sebagai Bapulket dengan data yang akurat dan
mendukung kredibilitas laporan yang akan dibuatnya.
d) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan dan latihan dalam rangka peningkatan kualitas
sumber daya aparat Kowil baik melalui lembaga
14
pendidikan formal maupun pendidikan/penataran dalam
satuan.
2) Meningkatkan kemampuan manajemen teritorial .
a) Memberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan
latihan manajemen umum maupun khusus sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
b) Membiasakan pada setiap pekerjaan agar dapat
direncanakan,dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik,
terinci dan berturut-turut sesuai pentahapan yang ada
serta mengoptimalkan pengendalian dan pengawasan
yang melekat dengan menerapkan program dan
mengedepankan kualitas hasil kerja sebagai tolak ukur
keberhasilan dan pembinaan selanjutnya.
c) Berusaha meningkatkan budaya belajar dan berlatih
hingga mencapai tingkat pengalaman yang memadai
sesuai dengan disiplin ilmu manajemen yang pada
akhirnya akan menimbulkan keyakinan dalam pelaksanaan
tugas pokok secara profesional.
d) Bagi unsur pimpinan senantiasa memberikan contoh
praktis dan selalu berupaya menjadi referensi hidup bagi
para bawahan dalam mengatur dan mengerjakan
pekerjaannya secara sistimatis berdasarkan prosedur dan
standar pencapaian yang telah ditentukan.
3) Meningkatkan kemampuan penguasaan wilayah.
a) Mengoptimalkan dan selalu menjaga kualitas
hubungan yang baik dengan unsur-unsur Muspida/Muspika
termasuk di dalamnya aparat kejaksaan, kehakiman,
badan statistik dan unsur Ormas/LSM melalui jalur
koordinasi dan komunikasi yang sehat sepanjang waktu
dengan mengedepankan semangat kekeluargaan dan
saling menghormati.
15
b) Unsur pimpinan senantiasa meningkatkan dan
menekankan tingkat kewaspadaan melalui pengawasan
dan pengendalian unsur bawahan dengan selalu menjaga
komunikasi dua arah dan rantai komando.
c) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
terhadap kondisii medan / objek nyata , data
kependudukan serta situasi dan kondisi daerah sesuai
wilayah tanggung jawabnya masing-masing.
4) Meningkatkan kemampuan perlawanan rakyat
a) Senantiasa membina kemampuan bela negara
terhadap masyarakat untuk mengetahui tingkat
kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman
yang sewaktu-waktu timbul dan melatih mereka untuk
terbiasa dan mengedepankan semangat nasionalisme dan
wawasan kebangsaan.
b) Memberikan sosialisasi tentang ancaman perang
modern yang sangat membahayakan integritas NKRI
melalui kerangka materi bela negara dan wawasan
kebangsaan.
c) Melaksanakan counter opini terhadap upaya aktif
pihak-pihak LSM tertentu yang selalu mengangkat sisi
buruk dan kelemahan TNI dengan upaya penerangan
masyarakat yang persuasif dan terus menerus tentang
kesungguhan TNI untuk mendukung dan memajukan
kehidupan demokrasi di tanah air.
d) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian
terhadap kegiatan-kegiatan pihak asing dan perpanjangan
tangannya di dalam lingkungan masyarakat yang selalu
memprovokasi/ mengambil keuntungan pribadi dari
berbagai persoalan dan situasi sosial kemasyarakatan
yang mengatasnamakan demokrasi dan kepentingan kaum
tertindas dengan cara selalu menjaga keseimbangan
16
informasi / counter opini sehingga soliditas mayarakat
lebih kokoh.
5) Meningkatkan kemampuan komunikasi sosial.
a) Meningkatkan kualitas hubungan dan koordinasi
yang baik dengan semua elemen masyarakat terutama
para tokoh agama dan masyarakat melalui komunikasi
tatap muka dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan
keagamaan dan nasional yang ada.
b) Meningkatkan dan menciptakan komunikasi yang
akrab dan saling mengisi dengan unsur-unsur aparat
pemerintah daerah lainnya dengan metoda kunjungan
dinas atau olahraga bersama.
c) Selalu meningkatkan pengetahuan komunikasi sosial
melalui jalur pendidikan, penataran, seminar dan job
trainning tentang pemahaman terhadap pentingnya
komunikasi sosial dan keuntungan yang dapat diambil.
d) Pada tingkat unsur pimpinan berupaya memberikan
dan mengadakan kesempatan dialog interaktif dengan
elemen masyarakat dan sebagai sarana untuk memantau
perkembangan opini masyarakat dikaitkan dengan
kepentingan organisasi TNI khususnya dan negara
umumnya.
e) Meningkatkan naluri adaptasi lingkungan dengan
berupaya berada ditengah-tengah masyarakat dan secara
proaktif membantu kesulitan rakyat sekelilingnya sehingga
tercipta suasana bahwa keberadaan aparat kowil sangat
dibutuhkan masyarakat sekitarnya.
f) Mengoptimalkan metode ketauladanan dari para
aparat Kowil dalam berbagai aspek kehidupan dengan
tetap mengacu kepada Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan
17
8 Wajib TNI kepada masyarakat melalui prilaku terpuji
dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk komunikasi
sosial yang ampuh dan efektif.
b. Meningkatkan kemampuan pelengkap
1) Meningkatkan budaya belajar dan berlatih secara terus-
menerus dengan selalu mengikuti perkembangan kemajuan
pengetahuan, tehnologi dan informasi sehingga mampu
mengimbangi laju kemajuan masyarakat lingkungannya sesuai
dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan oleh organisasi secara
profesional dimulai dari unsur pimpinan ke bawah.
2) Meningkatkan kemampuan tehnis penguasaan tehnologi
informasi dengan memanfaatkan kesempatan pendidikan yang
ada dan jalur pendidikan lainnya guna mempertinggi nilai
sumber daya aparat Kowil.
3) Selalu mempertajam informasi dan wawasan yang
berkembang disesuaikan dengan misi/kepentingan negara
maupun TNI AD sehingga dapat diambil langkah-langkah
penyesuaiannya sebagai bentuk antisipasi bahkan bila
memungkinkan upaya pengecekan terhadap ancaman-ancaman
aktual intelektual yang berkembang di masyarakat sipil dan
militer.
4) Memahami bahwa di era globalisasi informasi saat ini
penguasaan tehnologi komputer, informasi internet dan sosiologi
bukanlah hal yang eksklusif tetapi sangat vital dan mendasar
untuk dikuasai oleh aparat Kowil guna mendukung tercapainya
tugas pokok.
c. Sosialisasi pemahaman tentang Perang Modern.
Sosialisasi tentang perang modern sangat diperlukan agar seluruh
aparat kewilayahan memahaminya dan mampu menyesuaikan diri
18
untuk selalu mengembangkan daya antisipatif dalam penugasan
sehari-hari sehingga gejala-gejala terjadinya perang modern dapat di
deteksi dengan cepat untuk dilakukan upaya mengatasi. Hal-hal yang
berkaitan dengan perang modern yang harus disosialisasikan kepada
seluruh aparat kewilayahan sampai dengan tingkat terbawah adalah:
1). Hakekat perang modern.
2). Bentuk perang modern.
3) Tahapan perang modern.
4) Kesiapan Angkatan Darat dalam menghadapi perang
modern.
BAB VII
PENUTUP
26. Kesimpulan. Peningkatan kemampuan aparat Kowil guna
menghadapi tantangan tugas dan perang modern adalah mutlak
dilaksanakan sehingga diperlukan suatu upaya yang optimal untuk
mencapainya meliputi bidang kemampuan pokok dan kemampuan
pelengkap serta pemahaman tentang Perang Modern. Dengan
kemampuan tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan tugas yang
semakin komplek dan dinamis.
27. Saran. Perlu adanya piranti lunak yang mengatur standar
kemampuan aparat Kowil dengan memperhatikan norma dasar figur prajurit
TNI-AD sehingga dapat dijadikan pedoman bagi pembinaan kemampuan dan
penggunaan aparat Kowill dilapangan.
28. Demikian tulisan ini dibuat dengan segala keterbatasan yang ada.
Saran dan masukan sangat diharapkan demi penyempurnaan isi dari
19
penulisan ini. Semoga tulisan yang singkat ini dapat membawa manfaat bagi
kita semua.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN APARAT KOWIL GUNA MENGHADAPI TANTANGAN TUGAS KE DEPAN DAN PERANG MODERN
SUBYEK OBYEK METODA DANSAT
TER PERWIRA
SELURUH APARAT KOWIL
KETELADANAN CERAMAH/DIALOG AKTIF SOSIALISASI DIK FORMAL/ DLM SATUAN DRILL WAS DAL KOORDINASI DAN KUMUNIKASI TATAP MUKA
ENVIRON MENTAL OUT PUT FAKTOR INTERN - KEKUATAN - KELEMAHAN
FAKTOR EKTERN- PELUANG- KENDALA
TERBATAS
INSTRUMENTAL INPUT
PANCASILA SAPTA MARGA SUMPAH PRAJURIT DELAPAN WAJIB TNI ASAS DAN PRINSIP
BINTER
KONDISI APARAT KOWIL
SAAT INI
KONDISI APARAT KOWIL YANG DIHARAPKAN
MENDUKUNG TUPOK BINTER
UMPAN BALIK
TERBATAS