karakterisasi dan komposisi kimia minyak biji alkesa (pouteria … · 2015. 6. 19. · analisis...

44
1 KARAKTERISASI DAN KOMPOSISI KIMIA MINYAK BIJI ALKESA (Pouteria campechiana) CHARACTERIZATION AND CHEMICAL COMPOSITION OF CANISTEL (Pouteria campechiana) SEED OIL Greesla Anggera Jaya*, Hartati Soetjipto**, A. Ign. Kristijanto** *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika **Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia [email protected] ABSTRACT The objectives of the research are: Firstly, to produce optimal canistel (Pouteria campechiana) seed oil as revealed by the length of time extraction. Secondly, to characterize the physico-chemical of canistel seed oil produced. Thirdly, to isolate and to identify the chemical composition of the canistel seed oil. The determination of physico-chemical canistel seed oil was carried out based on SNI 01-3555-1998. The isolation and identification of chemical composition of canistel seed oil was done using Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Data of yield and physico- chemical of canistel seed oil were analyzed by Randomized Completely Block Design (RCBD), 4 treatments and 6 replications. As the treatment is the extraction time which are 4.5; 6; 7.5; and 9 hours, respectively, while the time of analysis as a block. The results showed that the length of time extraction of canistel seed oil optimal at 7.5 hours is 4.81 ± 0.56 %. Long time extraction effect on yield, moisture content of oil, peroxide and saponification value. In contrary, there is no effect on the acid value of canistel seed oil. The main components of canistel seed oil are methyl 9-octadecenoic 73,89 %, hexadecanoic acid 24,42 %, heptadecanoic acid 5,48 %, and pentadecanoic acid 0.52 %, respectively. The results of GC-MS showed that the neutral lipid fraction of canistel seed oil consists of 4 main components namely 6-octadecenoic acid 58.76 %, hexadecanoic acid 24.42 %, octadecanoic acid 11.08 %, and eicosanoic acid 2.04 %, while the glycolipid fraction: 9-octadecenoic acid 60.40 %, hexadecanoic acid 16.33 %, 8,11-octadecadienoic acid 11.13 %, and octadecanoic acid 7.99 %. And the phospholipid fractions are: 9-octadecenoic acid 50.19 %, hexadecanoic acid 17.52 %, and 8,11-octadecadienoic acid 16.82 %. Keywords: canistel, fractionation, GC-MS, seed oil, physico-chemical PENDAHULUAN Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan merupakan salah satu komoditas penting di dunia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, pangan, maupun bahan kosmetika. Berdasarkan data dari Oil World, total produksi 17 jenis minyak nabati dan lemak dunia mencapai 236 juta ton pada

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    KARAKTERISASI DAN KOMPOSISI KIMIA MINYAK BIJI ALKESA

    (Pouteria campechiana)

    CHARACTERIZATION AND CHEMICAL COMPOSITION OF CANISTEL (Pouteria campechiana) SEED OIL

    Greesla Anggera Jaya*, Hartati Soetjipto**, A. Ign. Kristijanto**

    *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika **Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

    Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia

    [email protected]

    ABSTRACT

    The objectives of the research are: Firstly, to produce optimal canistel (Pouteria campechiana) seed oil as revealed by the length of time extraction. Secondly, to characterize the physico-chemical of canistel seed oil produced. Thirdly, to isolate and to identify the chemical composition of the canistel seed oil. The determination of physico-chemical canistel seed oil was carried out based on SNI 01-3555-1998. The isolation and identification of chemical composition of canistel seed oil was done using Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Data of yield and physico-chemical of canistel seed oil were analyzed by Randomized Completely Block Design (RCBD), 4 treatments and 6 replications. As the treatment is the extraction time which are 4.5; 6; 7.5; and 9 hours, respectively, while the time of analysis as a block. The results showed that the length of time extraction of canistel seed oil optimal at 7.5 hours is 4.81 ± 0.56 %. Long time extraction effect on yield, moisture content of oil, peroxide and saponification value. In contrary, there is no effect on the acid value of canistel seed oil. The main components of canistel seed oil are methyl 9-octadecenoic 73,89 %, hexadecanoic acid 24,42 %, heptadecanoic acid 5,48 %, and pentadecanoic acid 0.52 %, respectively. The results of GC-MS showed that the neutral lipid fraction of canistel seed oil consists of 4 main components namely 6-octadecenoic acid 58.76 %, hexadecanoic acid 24.42 %, octadecanoic acid 11.08 %, and eicosanoic acid 2.04 %, while the glycolipid fraction: 9-octadecenoic acid 60.40 %, hexadecanoic acid 16.33 %, 8,11-octadecadienoic acid 11.13 %, and octadecanoic acid 7.99 %. And the phospholipid fractions are: 9-octadecenoic acid 50.19 %, hexadecanoic acid 17.52 %, and 8,11-octadecadienoic acid 16.82 %.

    Keywords: canistel, fractionation, GC-MS, seed oil, physico-chemical

    PENDAHULUAN

    Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

    merupakan salah satu komoditas penting di dunia yang dapat dimanfaatkan sebagai

    sumber energi, pangan, maupun bahan kosmetika. Berdasarkan data dari Oil World,

    total produksi 17 jenis minyak nabati dan lemak dunia mencapai 236 juta ton pada

    mailto:[email protected]

  • 2

    tahun 2020. Angka ini bertambah dari tahun 2013 yang berjumlah 189,5 juta ton.

    Diperkirakan, produksi akan naik secara linear tetapi permintaan tumbuh secara

    exponential sehingga permintaan akan tumbuh lebih cepat daripada produksi (Amri,

    2013). Melihat besarnya kebutuhan akan minyak nabati, maka diperlukan adanya

    sumber-sumber minyak nabati yang baru yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan

    salah satunya adalah biji alkesa (Pouteria campechiana).

    Alkesa (P.campechiana) berasal dari wilayah Amerika Tengah serta Meksiko

    Selatan dan termasuk tanaman sawo-sawoan (Laoli, 2012). Buah alkesa kaya akan

    niasin, karoten (provitamin A) dan mengandung asam askorbat (Morton dkk., 1987

    dalam Triono, 2001). Buah alkesa dan P. reticulata mempunyai aktivitas antioksidan

    (Franco, 2006 dalam Silva dkk., 2009). Sampai sejauh ini, di Indonesia belum

    ditemukan penelitian terhadap karakterisasi dan komposisi kimia penyusun minyak biji

    alkesa (P. campechiana), umumnya penelitian dilakukan terhadap daging buah, daun,

    dan batang Pouteria. Berdasarkan latar belakang di atas maka, tujuan dari penelitian ini

    adalah

    1. Menghasilkan minyak biji alkesa (P. campechiana) yang optimal ditinjau dari lama

    waktu ekstraksi.

    2. Mengkarakterisasi sifat fisiko-kimia kimia minyak biji alkesa (P. campechiana)

    hasil berbagai lama waktu ekstraksi

    3. Mengisolasi dan mengidentifikasi komposisi kimia minyak biji alkesa (P.

    campechiana) menggunakan Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GC-MS).

    METODOLOGI

    Bahan dan Piranti

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji alkesa (P. campechiana)

    yang diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya, sedangkan bahan kimiawi yang digunakan

    adalah heksana, kloroform, asam asetat glasial, etanol (pro analysis, Merck), asam

    klorida, akuades, kalium idodida (pra kristal), natrium tiosulfat, kanji, kalium

    hidroksida, indikator fenolftalein, dan natrium hidroksida (Merck).

    Piranti yang digunakan antara lain: neraca analitis 4 digit (Mettler H 80, Mettler

    Instrument Corp., USA), neraca analitis 2 digit (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp., USA),

    soxhlet, penangas air (Memmert), rotary evaporator, Gas Chromatography–Mass

    Spectrometry (GC-MS), grinder, buret, pendingin tegak, dan peralatan gelas.

  • 3

    Metode Penelitian

    Preparasi Sampel

    Biji alkesa (P. campechiana) dikupas kulit bijinya, dipotong tipis-tipis lalu

    dikering-anginkan. Irisan biji alkesa kering dihaluskan dengan menggunakan grinder

    dan disimpan di dalam tempat yang kering dan tertutup rapat.

    Penentuan Kadar Air Biji Alkesa (Standar Nasional Indonesia, SNI 01-2891-1992)

    Cawan petri dipanaskan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam.

    Cawan didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Cawan ditimbang dan dicatat

    massanya. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram pada cawan yang sudah didapatkan

    massanya. Cawan yang berisi sampel dipanaskan ke dalam oven pada suhu 105°C

    selama 1 jam. Cawan beserta sampel didinginkan ke dalam desikator hingga suhu ruang

    kemudian dilakukan penimbangan. Pemanasan dan penimbangan diulangi hingga

    diperoleh massa yang konstan.

    Ekstraksi Minyak Biji Alkesa (Huchin dkk., 2013, dimodifikasi)

    Lima puluh gram irisan biji alkesa yang telah dihaluskan dengan grinder

    dimasukkan ke dalam kertas saring. Sampel diekstraksi dengan 250 ml heksana pada

    suhu 80°C menggunakan peralatan soxhlet selama 4,5; 6; 7,5; dan 9 jam. Hasil ekstraksi

    dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 50-60°C. Minyak hasil ekstraksi

    dipindahkan ke dalam botol timbang yang telah ditimbang lalu disimpan pada suhu

    20°C sampai siap untuk dianalisis lebih lanjut.

    Penentuan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Alkesa

    Penentuan aroma dan warna ditentukan dengan pemaparan secara deskriptif,

    penentuan kadar air (SNI 01-3555-1998), bilangan peroksida (SNI 01-3555-1998),

    bilangan penyabunan (SNI 01-3555-1998), dan bilangan asam (SNI 01-3555-1998).

    Analisis Komposisi Lemak Total Minyak Biji Alkesa

    Analisis komposisi lemak total minyak biji alkesa dilakukan dengan

    menggunakan Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GCMS-QP20102 Shimadzu)

    (UGM Yogyakarta), jenis kolom AGILENTJ%W DB-I dengan panjang 30 meter dan

    suhu 70 °C. Suhu injeksi 310 °C pada tekanan 16,5 kPa dengan total aliran 41,8

    mL/menit dan kecepatan linier 26,6 cm/detik. Purge flow 3,0 mL/menit dengan split

    ratio 73,0. ID 0,25 mm dengan gas pembawa Helium dan pengionan EI 70 Ev.

  • 4

    Fraksinasi Komponen Penyusun Minyak Biji Alkesa (Ramadan, et al., 2006)

    Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom dengan elusi

    pelarut yang berbeda. Pelarut kloroform digunakan untuk elusi netral lipid, pelarut

    aseton untuk elusi glikolipid dan pelarut metanol untuk elusi fosfolipid. Selanjutnya

    dilakukan identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Glikolipid dan

    fosfolipid dikarakterisasi dengan perbandingan pelarut kloroform/ metanol/ larutan

    amonia (65:25:4, v/v/v), sementara netral lipid dikarakterisasi dengan perbandingan

    pelarut heksana/ dietileter/ asam asetat (60: 40: 1, v/v/v). Penentuan komponen

    penyusun minyak biji alkesa dilakukan dengan cara hasil fraksinasi minyak dianalisis

    dengan Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GC-MS).

    Analisa Data

    Data dianalisis dengan menggunakan rancangan dasar RAK (Rancangan Acak

    Kelompok) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Sebagai perlakuan adalah lama waktu

    ekstraksi yaitu 4,5; 6; 7,5; dan 9 jam, sedangkan sebagai kelompok adalah waktu

    analisis. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Beda

    Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel dan Torrie, 1980).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Pengaruh Lama Waktu Ekstraksi terhadap Sifat Fisiko-Kimia Minyak

    Biji Alkesa

    Minyak biji alkesa yang dihasilkan berwarna kuning dengan aroma manis buah

    alkesa. Hasil rataan rendemen dan sifat fisiko-kimia minyak biji alkesa

    (P.campechiana) yang dihasilkan antar lama waktu ekstraksi disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Rataan Rendemen dan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Alkesa antar Lama Waktu Ekstraksi

    Keterangan : *SE = Simpangan Baku Taksiran *W = BNJ 5 %

    *Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.

    Waktu

    Ekstraksi

    (Jam)

    Rendemen

    (% ± SE)

    Kadar Air

    Minyak

    (% ± SE)

    Bilangan

    Peroksida

    (mgrek/kg ± SE)

    Bilangan Asam

    (mg KOH/g lemak ± SE)

    Bilangan

    Penyabunan

    (mg KOH/g lemak ± SE)

    4,5 4,26 ± 0,54a 1,79 ± 0,67ab 46,67 ± 15,91b 49,41 ± 17,61a 93,61 ± 20,32b

    6 4,53 ± 0,66a 3,79 ± 2,05b 35,42 ± 14,85a 48,35 ± 17,69a 112,73 ± 18,16c

    7,5 4,81 ± 0,56b 1,16 ± 0,41a 37,91 ± 17,90ab 46,50 ± 21,59a 89,96 ± 21,03a

    9 4,92 ± 0,57b 1,66 ± 0,61a 29,58 ± 15,36a 46,97 ± 19,90a 93,15 ± 22,64b

    W 0,274 2,060 10,008 8,409 11,693

  • 5

    Rendemen

    Tabel 1. menunjukkan rendemen minyak biji alkesa meningkat sejalan dengan

    lama waktu ekstraksi. Rendemen minyak yang diperoleh antara waktu ekstraksi 4,5 dan

    6 jam sama, kemudian meningkat pada 7,5 jam, tetapi antara 7,5 dan 9 jam hasilnya

    tidak berbeda.

    Kadar Air

    Kadar air merupakan salah satu parameter uji penting terhadap sifat kimia

    minyak, karena terkait dengan reaksi hidrolisa. Reaksi tersebut dapat menyebabkan

    kerusakan minyak, karena adanya kandungan sejumlah air dalam minyak (Ketaren,

    1986).

    Tabel 1. menunjukkan bahwa kadar air minyak biji alkesa yang dihasilkan

    cenderung menurun setelah pemanasan 6 jam dan sama sejalan dengan lama waktu

    ekstraksi. Nampaknya hal ini disebabkan karena semakin lama waktu ekstraksi maka

    semakin banyak air yang menguap.

    Bilangan Peroksida

    Parameter ini penting dalam menentukan derajat kerusakan pada minyak

    (Ketaren, 1986). Minyak yang baik memiliki kadar bilangan peroksida rendah, sehingga

    semakin rendah bilangan peroksida semakin baik kualitas minyak (Arlene dkk., 2010).

    Tabel 1. menunjukkan bahwa bilangan peroksida antar lama waktu ekstraksi

    berfluktuasi. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa persenyawaan peroksida bersifat

    tidak stabil terhadap panas (Ketaren, 1986). Nilai bilangan peroksida yang diperoleh

    berkisar antara 29,58 – 46,67 mgrek/kg. Nilai ini jauh lebih besar jika dibandingkan

    dengan bilangan peroksida minyak biji mamey sapota (P. sapota) yaitu 5,45 mgrek/kg

    (Huchin dkk., 2013).

    Bilangan Asam

    Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas (Ketaren,

    1986). Bilangan asam yang kecil menunjukkan kandungan asam lemak bebasnya cukup

    kecil dan terjadi sedikit kerusakan (Handayani dkk., 2008). Tabel 1. menunjukkan

    bahwa bilangan asam minyak biji alkesa tidak terpengaruh oleh lama waktu ekstraksi.

    Jika dibandingkan dengan nilai bilangan asam minyak biji mamey sapota (P. sapota)

    4,4 mg KOH/g lemak (Huchin dkk., 2013), nilai bilangan asam minyak biji alkesa tergolong

  • 6

    tinggi. Nilai bilangan asam yang tinggi ini menunjukkan kadar asam lemak bebas yang

    tinggi pula dan diduga berasal dari reaksi hidrolisis minyak.

    Gambar 1. Reaksi Hidrolisis Lemak

    Bilangan Penyabunan

    Bilangan penyabunan merupakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

    menyabunkan sejumlah contoh minyak (Ketaren, 1986). Tabel 1. menunjukkan bahwa

    bilangan penyabunan minyak biji alkesa antar perlakuan waktu ekstraksi berfluktuasi.

    Nilai bilangan penyabunan yang diperoleh berkisar antara 89,96 – 112,73 mg KOH / g lemak

    dengan berat molekul 256. Bila dibandingkan dengan bilangan penyabunan minyak biji

    ketapang yaitu 68,83 mg KOH/g lemak dengan bobot molekul 298 (Handayani dkk., 2008),

    hasil ini tidak bertentangan dengan Ketaren (1986) yang menyatakan bahwa minyak

    yang mempunyai bobot molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang

    lebih tinggi daripada minyak yang mempunyai bobot molekul tinggi.

    Analisis Komposisi Lemak Total Minyak Biji Alkesa

    Hasil pengukuran KG-SM ekstrak minyak biji alkesa disajikan dalam Gambar 2.

    Gambar 2. Kromatogram KG-SM Minyak Biji Alkesa (P.campechiana)

  • 7

    Analisa minyak biji alkesa P. campechiana dengan KG-SM menunjukkan

    adanya 4 puncak yang muncul pada kromatogram. Sedangkan analisa data hasil

    spektroskopi massa tiap puncak dilakukan dengan membandingan spectra data base

    Wiley yang disajikan pada Gambar 3.

    a1

    a2

    Spektrum a1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 1 (Gambar 2),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum a2 (Wiley), yang teridentifikasi

    sebagai metil pentadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 1

    (Gambar 2) merupakan puncak dari metil pentadekanoat.

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 2) serupa

    dengan spektrum b2 (Wiley) (Gambar 4), yang teridentifikasi sebagai metil

    heksadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2 (Gambar 2) adalah

    metil heksadekanoat.

    b1

    b2

    Gambar 3. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (a1) Metil Pentadekanoat Minyak Biji Alkesa (a2) Metil Pentadekanoat Wiley

    Gambar 4. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (b1) Metil Heksadekanoat Minyak Biji Alkesa (b2) Metil Heksadekanoat Wiley

  • 8

    Demikian pula untuk spektra puncak nomor 3 dan 4 serupa dengan spektrum c2

    dan d2 (Wiley) (Gambar 5 dan 6), yang teridentifikasi sebagai metil 9-oktadekenoat

    dan metil heptadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 dan 4

    (Gambar 2) adalah metil 9-oktadekenoat dan metil heptadekanoat.

    c1

    c2

    d1

    d2 Lampiran 3

    Tabel 2. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Biji Alkesa

    Efek Mc. Laferty menunjukkan metil ester rantai panjang tidak bercabang

    memiliki puncak khas m/e 74 yang merupakan ekspresi dari kation [CH3COOCH3+].

    Beberapa pemecahan yang khas seperti m/e 56, 42, 28 kemungkinan merupakan

    fragmen alkena (Ismiyanto dkk., 2006). Pola fragmentasi gugusan metil ester asam

    lemak menurut Mc. Laferty disajikan pada Gambar 7.

    Gambar 5. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (c1) Metil 9-oktadekenoat Minyak Biji Alkesa (c2) Metil 9-oktadekenoat Wiley

    Gambar 6. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (d1) Metil Heptadekanoat Minyak Biji Alkesa (d2) Metil Heptadekanoat Wiley

  • 9

    Gambar 7. Pola fragmentasi gugusan metil ester asam lemak menurut Mc. Laferty

    Gambar 8. Usulan Pola Fragmentasi Metil 9-oktadekenoat

    Komposisi penyusun minyak biji alkesa yang telah teridentifikasi disajikan pada

    Tabel 2.

  • 10

    Tabel 2. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Biji Alkesa

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia

    Rumus Molekul

    BM Kandungan

    (%)

    256

    270

    296

    298

    0,52

    20,10

    73,89

    5,48

    1

    20,050 Metil Pentadekanoat

    C16H32O2

    2

    22,275 Metil Heksadekanoat

    C17H34O2

    3

    24,058 Metil 9-oktadekenoat

    C19H36O2

    4 24,333 Metil Heptadekanoat

    C19H38O2

    Tabel 2 menunjukkan adanya 4 komponen yaitu metil 9-oktadekenoat (nomor

    puncak 3) sebesar 73,89 %, metil heksadekanoat (nomor puncak 2) sebesar 20,10 %,

    metil heptadekanoat (nomor puncak 4) sebesar 5,48 %, dan metil pentadekanoat (nomor

    puncak 1) sebesar 0,52 %.

    Kandungan asam oleat minyak biji alkesa sebesar 73,89 %, jika dibandingkan

    dengan kandungaan asam oleat dalam minyak biji mamey sapota sebesar 60,32 %

    (Huchin dkk., 2013), minyak biji alpukat 71,72 % (Pramudono dkk., 2008), dan minyak

    biji ketapang 33,49 % (Handayani dkk., 2008) maka kandungan asam oleat minyak biji

    alkesa relatif paling besar diantara yang lain. Dilihat dari kandungan asam lemak tidak

    jenuh yang relatif tinggi, maka minyak biji alkesa sangat berpotensi, sehingga dapat

    dikembangkan dalam bidang kosmetika maupun pangan.

    Fraksinasi Komponen Penyusun Minyak Biji Alkesa

    Netral Lipid

    Hasil pengukuran KG-SM fraksi netral lipid minyak biji alkesa disajikan dalam

    Gambar 9.

  • 11

    Gambar 9. Kromatogram KG-SM Fraksi Netral Lipid Minyak Biji Alkesa

    Analisa fraksi netral lipid minyak biji alkesa dengan KG-SM menunjukkan

    adanya 9 puncak yang muncul pada kromatogram. Analisa data hasil spektroskopi

    massa dilakukan dengan membandingkan spectra data base Wiley yang diperlihatkan

    pada Gambar 10.

    e1

    e2

    Spektrum e1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 9),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum e2 (Wiley), yang teridentifikasi

    sebagai metil heksadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2

    (Gambar 9) merupakan puncak dari metil heksadekanoat.

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 1, 3, dan 4 (Gambar 9)

    serupa dengan spektrum f2, g2, dan h2 (Wiley) (Gambar 11, 12, dan 13), yang

    Gambar 10. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (e1) Metil Heksadekanoat Minyak Biji Alkesa (e2) Metil Heksadekanoat Wiley

    1 2

    8

    3

    5 4

    9 7 6

  • 12

    teridentifikasi sebagai metil 6-oktadekenoat, metil oktadekanoat, dan metil eikosanoat

    sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 1, 3, dan 4 (Gambar 9) adalah metil

    6-oktadekenoat, metil oktadekanoat, dan metil eikosanoat.

    f1

    f2

    g1

    g2

    Gambar 11. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (f1) Metil 6-oktadekenoat Minyak Biji Alkesa (f2) Metil 6-oktadekenoat Wiley

    Gambar 12. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (g1) Metil oktadekanoat Minyak Biji Alkesa (g2) Metil oktadekanoat Wiley

  • 13

    h1

    h2

    Komposisi semua penyusun fraksi netral lipid minyak biji alkesa yang telah

    teridentifikasi disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Komposisi Kimiawi Penyusun Fraksi Netral Lipid Minyak Biji Alkesa

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia

    Rumus Molekul

    BM Kandungan

    (%)

    296

    270

    298

    326

    -

    222

    382

    242

    354

    58,76

    24,42

    11,08

    2,04

    1,15

    0,73

    0,70

    0,69

    0,44

    1

    40,333 Metil 6-oktadekenoat

    C19H36O2

    2

    36,848 Metil heksadekanoat

    C17H34O2

    3

    40,880 Metil oktadekanoat

    C19H38O2

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    44,369

    43,922

    52,391

    50,830

    32,387

    47,718

    Metil eikosanoat

    Tidak teridentifikasi

    Farnesol isomer Metil

    tetrakosanoat Metil

    tetradekanoat Metil

    dokosanoat

    C21H42O2

    -

    C15H26O

    C25H50O2

    C15H30O2

    C23H46O2

    Tabel 3 menunjukkan adanya 4 komponen utama fraksi netral lipid minyak biji

    alkesa yaitu metil 6-oktadekenoat sebesar 58,76 %, metil heksadekanoat 24,42 %, metil

    oktadekanoat 11,08 %, dan metil eikosanoat 2,04 %.

    Gambar 13. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (h1) Metil eikosanoat Minyak Biji Alkesa (h2) Metil eikosanoat Wiley

  • 14

    Kandungan tertinggi komposisi kimia fraksi netral minyak biji alkesa yaitu metil

    6-oktadekenoat atau asam petroselat sebesar 58,76 %. Jika dibandingkan dengan

    komposisi minyak biji mamey sapota (P. sapota) yang hanya memiliki asam palmitat,

    stearat, oleat, dan linoleat (Huchin dkk., 2013), maka komposisi fraksi netral lipid

    minyak biji alkesa memiliki keunggulan karena kandungan metil 6-oktadekenoat atau

    asam petroselat yang merupakan asam lemak tidak jenuh.

    Glikolipid

    Hasil pengukuran KG-SM fraksi glikolipid minyak biji alkesa disajikan dalam Gambar

    14.

    Gambar 14. Kromatogram KG-SM Fraksi Glikolipid Minyak Biji Alkesa

    Analisa fraksi glikolipid minyak biji alkesa dengan KG-SM menunjukkan

    adanya 5 puncak yang muncul pada kromatogram, namun yang teridentifikasi hanya 4

    komponen. Analisa data hasil spektroskopi massa dilakukan dengan membandingkan

    spectra data base Wiley yang diperlihatkan pada Gambar 15.

    i1

    i2

    1

    2

    3 4

    Gambar 15. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (i1) Metil heksadekanoat Minyak Biji Alkesa (i2) Metil heksadekanoat Wiley

  • 15

    Spektrum i1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 14),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum i2 (Wiley), yang terdidentifikasi

    sebagai metil heksadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2

    (Gambar 14) merupakan puncak dari metil heksadekanoat.

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 3 (Gambar 14) serupa

    dengan spektrum j2 (Wiley) (Gambar 16), yang teridentifikasi sebagai metil 8-11

    oktadekadienoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 (Gambar 14)

    adalah metil 8-11 oktadekadienoat.

    j1

    j2

    Demikian pula untuk spektra puncak nomor 1 dan 4 serupa dengan spektrum k2

    dan l2 (Wiley) (Gambar 17 dan 18) yang teridentifikasi sebagai metil 9-oktadekenoat

    dan metil oktadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 1 dan 4

    (Gambar 14) adalah metil 9-oktadekenoat dan metil oktadekanoat.

    Gambar 16. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (j1) Metil 8-11 oktadekadienoat Minyak Biji Alkesa (j2) Metil 8-11

    oktadekadienoat Wiley

  • 16

    k1

    k2

    l1

    l2

    Komposisi penyusun fraksi glikolipid minyak biji alkesa yang telah

    teridentifikasi disajikan pada Tabel 4.

    Gambar 17. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (k1) Metil 9-oktadekenoat Minyak Biji Alkesa (k2) Metil 9-oktadekenoat Wiley

    Gambar 18. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (l1) Metil oktadekanoat Minyak Biji Alkesa (l2) Metil oktadekanoat Wiley

  • 17

    Tabel 4. Komposisi Kimiawi Penyusun Fraksi Glikolipid Minyak Biji Alkesa

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia

    Rumus Molekul

    BM Kandungan

    (%)

    296

    270

    294

    298

    -

    60,40

    16,33

    11,33

    7,99

    4,15

    1

    40,245 Metil 9-oktadekenoat

    C19H36O2

    2

    36,734 Metil heksadekanoat

    C17H34O2

    3

    40,106 Metil 8-11 oktadekadienoat

    C19H34O2

    4

    5

    40,707

    42,696

    Metil oktadekanoat

    Tidak teridentifikasi

    C19H38O2

    -

    Tabel 4 menunjukkan adanya 4 komponen utama fraksi glikolipid minyak biji

    alkesa yang teridentifikasi yaitu metil 9-oktadekenoat 60,40 %, metil heksadekanoat

    16,33 %, metil 8-11 oktadekadienoat 11,33 %, dan metil oktadekanoat 7,99 %.

    Fosfolipid

    Hasil pengukuran KG-SM fraksi fosfolipid minyak biji alkesa disajikan dalam Gambar

    19.

    Gambar 19. Kromatogram KG-SM Fraksi Fosfolipid Minyak Biji Alkesa

    Analisa fraksi fosfolipid minyak biji alkesa dengan KG-SM menunjukkan

    adanya 4 puncak yang muncul pada kromatogram, namun yang teridentifikasi hanya 3

    komponen. Analisa data hasil spektroskopi massa dilakukan dengan membandingkan

    spectra data base Wiley yang diperlihatkan pada Gambar 20.

    4

    2

    1

    3

  • 18

    m1

    m2

    Spektrum m1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 19),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum m2 (Wiley), yang

    terdidentifikasi sebagai metil heksadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak

    nomor 2 (Gambar 19) merupakan puncak dari metil heksadekanoat.

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 3 dan 1 (Gambar 19)

    serupa dengan spektrum n2 dan o2 (Wiley) (Gambar 21 dan 22), yang teridentifikasi

    sebagai metil 8-11 oktadekadienoat dan meti 9-oktadekenoat, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 3 dan 1 (Gambar 19) adalah metil 8-11

    oktadekadienoat dan metil 9-oktadekenoat.

    n1

    n2

    Gambar 20. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (m1) Metil heksadekanoat Minyak Biji Alkesa (m2) Metil heksadekanoat Wiley

    Gambar 21. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (n1) Metil 8-11 oktadekadienoat Minyak Biji Alkesa (n2) Metil 8-11

    oktadekadienoat Wiley

  • 19

    o1

    o2

    Komposisi penyusun fraksi fosfolipid minyak biji alkesa yang telah

    teridentifikasi disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5. Komposisi Kimiawi Penyusun Fraksi Fosfolipid Minyak Biji Alkesa

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia

    Rumus Molekul

    BM Kandungan

    (%)

    296

    270

    294

    298

    50,19

    17,52

    16,82

    15,47

    1

    40,228 Metil 9-oktadekenoat

    C19H36O2

    2

    36,759 Metil heksadekanoat

    C17H34O2

    3

    40,117 Metil 8-11 oktadekadienoat

    C19H34O2

    4

    32,789 Tidak teridentifikasi

    C19H38O2

    Tabel 5 menunjukkan adanya 3 komponen utama fraksi fosfolipid minyak biji

    alkesa yaitu metil 9-oktadekenoat 50,19 %, metil heksadekanoat 17,52 %, dan metil 8-

    11 oktadekadienoat 16,82 %.

    Gambar 22. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (o1) Metil 9-oktadekenoat Minyak Biji Alkesa (o2) Metil 9-oktadekenoat Wiley

  • 20

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

    1) Hasil minyak biji alkesa (P. campechiana) paling optimal sebesar 4,81 ± 0,56 %

    dalam waktu ekstraksi 7,5 jam.

    2) Lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen, kadar air minyak, bilangan

    peroksida, dan bilangan penyabunan, sebaliknya tidak berpengaruh terhadap bilangan

    asam minyak biji alkesa.

    3) Komposisi penyusun minyak biji alkesa tersusun atas 4 komponen kimiawi yaitu

    asam 9-oktadekenoat 73,89 %, asam heksadekanoat 20,10 %, asam heptadekanoat

    5,48 %, dan asam pentadekanoat 0,52 %. Hasil pengukuran KG-SM fraksi netral

    lipid minyak biji alkesa terdiri atas 4 komponen utama yaitu asam 6-oktadekenoat

    58,76 %, asam heksadekanoat 24,42 %, asam oktadekanoat 11,08 %, dan asam

    eikosanoat 2,04 %, fraksi glikolipid: asam 9-oktadekenoat 60,40 %, asam

    heksadekanoat 16,33 %, asam 8,11-oktadekadienoat 11,13 %, dan asam

    oktadekanoat 7,99 %, sedangkan fraksi fosfolipid: asam 9-oktadekenoat 50,19 %,

    asam heksadekanoat 17,52 %, dan asam 8,11-oktadekadienoat 16,82 %.

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Amri, Q. (2013). 2020, Kebutuhan Minyak Nabati Dunia Bergantung kepada CPO Indonesia. Sawit Indonesia. http://www.sawitindonesia.com/kinerja/2020-kebutuhan-minyak-nabati-dunia-bergantung-kepada-cpo-indonesia. Diunduh pada 8 Januari 2013.

    Arlene, Ariestya., Steviana, K., dan Ign Suharto. (2010). Pengaruh Temperatur dan F/S terhadap Ekstraksi Minyak dari Biji Kemiri Sisa Penekanan Mekanik. Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Universitas Diponegoro Semarang.

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI 01-2891-1992: Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI 01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan Minyak . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

    Handayani, M, Putri., dan Subagus, W. (2008). Analisis Biji Ketapang (Terminalia catappa L.) sebagai suatu Alternatif Sumber Minyak Nabati. Majalah Obat Tradisional, Vol. 13, No. 45.

    Huchin, V., Ivan, E., Raciel, E., Luis, F., and Enrique, S. (2013). Chemical composition of crude oil from the seeds of pumpkin (Cucurbita spp.) and mamey sapota (Pouteria sapota Jacq.) grown in Yucatan, Mexico. Journal of Food , 37-41.

    Ismiyarto., Siti, A, Halim., dan Pratama, J, Wibana. (2006). Identification of Fatty Acid compotition in Turi Seed Oil (Sesbania grandiflora (L) Pers). Jurnal Sains Kimia dan Aplikasi, Vol. IX, No.1.

    Ketaren S. (1986). Minyak dan Lemak Pangan, Ed. 1. Jakarta: UI-Press.

    Laoli, N. (2012). Meneropong Buah Alkesa yang Masih Tersisa. http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2012/02/05/meneropong-buah-alkesa-yang-masih-tersisa-433121.htm . Diunduh pada 19 Desember 2013.

    Pramudono, Bambang., Septian, A, Widioko., dan Wawan, Rustyawan. (2008). Ekstraksi Kontinyu dengan Simulasi Batch Tiga Tahap AliranLawan Arah: Pengambilan Minyak Biji Alpukat menggunakan Pelarut N-Hexane dan Iso Propil Alkohol. Jurnal Reaktor, Vol. 12, No. 1, 37-41.

    Ramadan, M., G, S., dan Y.N, S. (2006). Characterisation of Fatty Acids and Bioactive Compounds of Kachnar (Bauhinia purpurea L.) Seed Oil . Science Direct Food Chemistry 98 , 359-365.

    Silva, C., Luiz, A., and Damaris, S. (2009). Genus Pouteria: chemistry and biological activity. Journal of Pharmacognosy, 19(2A) 501-509.

    Steel, R., and J.H, Torie. (1980). Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta: Gramedia.

    Triono, Teguh. (2001). Sawo-sawoan: Suatu Potensi yang Terkesampingkan. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, 96-106. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

  • 22

    LAMPIRAN I

    MAKALAH SEMINAR I

    SEMIRATA 2014

    IPB, BOGOR, 9-11 MEI 2014

  • 23

  • 24

    1 PENDAHULUAN

    Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

    dan merupakan salah satu komoditas penting di dunia yang dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber energi, pangan, maupun bahan kosmetika.

    Berdasarkan data dari Oil World, total produksi 17 jenis minyak nabati dan

    lemak dunia mencapai 236 juta ton pada tahun 2020. Angka ini bertambah

    dari tahun 2013 yang berjumlah 189,5 juta ton. Diperkirakan, produksi akan

    naik secara linear tetapi permintaan tumbuh secara exponential sehingga

    permintaan akan tumbuh lebih cepat daripada produksi [1]. Melihat

    besarnya kebutuhan akan minyak nabati, maka diperlukan adanya sumber-

    sumber minyak nabati yang baru yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut

    dan salah satunya adalah biji alkesa (Pouteria campechiana (Kunth.)

    Baehni).

    Alkesa (P.campechiana) berasal dari negara Guatemala (Amerika

    Tengah), Meksiko serta Hindia Barat (Amerika Utara) dan termasuk

    tanaman sawo-sawoan, sehingga sering disebut sawo alkesa atau di daerah

    Jawa Barat dikenal dengan sebutan "sawo walanda" (sawo Belanda) [2].

    Buah alkesa kaya akan niasin, karoten (provitamin A) dan mengandung

    asam askorbat [3]. Buah alkesa dan P. reticulata mempunyai aktivitas

    antioksidan (Franco, 2006 dalam [4]). Sampai sejauh ini, belum ada

    penelitian yang meneliti tentang komposisi kimiawi penyusun minyak biji

    alkesa (P. campechiana), umumnya penelitian hanya dilakukan terhadap

    daging buah, daun, dan batang Pouteria. Berdasarkan latar belakang di atas

    maka, tujuan dari penelitian ini adalah

    1 Menghasilkan minyak biji alkesa (P. campechiana) yang optimal ditinjau

    dari lama waktu ekstraksi.

    2 Mengidentifikasi komposisi kimia minyak biji alkesa (P. campechiana)

    menggunakan Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GC-MS).

  • 25

    3 METODA

    a. Bahan dan Piranti

    2.1.1 Bahan

    Biji alkesa (P. campechiana) diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya

    sedangkan bahan kimiawi yang digunakan adalah heksana (pro analysis,

    Merck).

    2.1.2 Piranti

    Piranti yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitis

    4 digit (Mettler H 80, Mettler Instrument Corp., USA), neraca analitis 2 digit

    (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp., USA), soxhlet, penangas air (Memmert),

    rotary evaporator, Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GC-MS),

    grinder, dan peralatan gelas.

    2.2 Metoda

    2.2.1 Preparasi Sampel

    Biji alkesa (P. campechiana) dikupas kulit bijinya, dipotong tipis-tipis lalu

    dikering-anginkan. Irisan biji alkesa kering dihaluskan dengan menggunakan

    grinder dan disimpan ke dalam tempat yang tertutup rapat.

    2.2.2 Ekstraksi Minyak Biji Alkesa ([5], dimodifikasi)

    50 gram irisan biji alkesa yang telah dihaluskan dengan grinder

    dimasukkan ke dalam kertas saring. Sampel diekstraksi dengan 250 ml

    heksana pada suhu 80°C menggunakan peralatan soxhlet selama 4,5; 6;

    7,5; dan 9 jam. Hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotary evaporator pada

    suhu 50-60°C. Minyak hasil ekstraksi dipindahkan ke dalam botol timbang

    yang telah ditimbang lalu disimpan pada suhu 20°C sampai siap untuk

    dianalisis lebih lanjut.

    2.2.3 Analisis Komposisi Kimiawi Minyak Biji Alkesa

    Analisis komposisi kimiawi minyak biji alkesa dilakukan dengan

    menggunakan Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GCMS-QP20102

    Shimadzu) (UGM Yogyakarta), jenis kolom AGILENTJ%W DB-I dengan

    panjang 30 meter dan suhu 70 °C. Suhu injeksi 310 °C pada tekanan 16,5

    kPa dengan total aliran 41,8 mL/menit dan kecepatan linier 26,6 cm/detik.

  • 26

    Purge flow 3,0 mL/menit dengan split ratio 73,0. ID 0,25 mm dengan gas

    pembawa Helium dan pengionan EI 70 Ev.

    2.3 Analisa Data

    Data dianalisis dengan menggunakan rancangan dasar RAK

    (Rancangan Acak Kelompok) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Sebagai

    perlakuan adalah lama waktu ekstraksi yaitu 4,5; 6; 7,5; dan 9 jam,

    sedangkan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Pengujian antar

    rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur

    (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% [6].

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Rendemen

    Rendemen minyak biji alkesa yang dihasilkan berkisar antara 4,26 ± 0,54

    % sampai 4,92 ± 0,57 % (Tabel 1.), minyak berwarna kuning dengan aroma

    manis buah alkesa.

    Tabel 1. Rataan Rendemen (% ± SE) Minyak Biji Alkesa (P.campechiana) antar Lama Waktu Ekstraksi

    Waktu Ekstraksi (Jam) Rendemen (% ± SE)

    4,5

    6

    7,5

    9

    4,26 ± 0,54a

    4,53 ± 0,66a

    4,81 ± 0,56b

    4,92 ± 0,57b

    Keterangan : *SE = Simpangan Baku Taksiran

    *BNJ 5 % : W = 0,274

    *Angka yang diikuti huruf yang tidak sama

    menunjukkan berbeda nyata sedangkan

    angka yang diikuti huruf yang sama

    menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda

    nyata.

    TTTTTT

    Dari Tabel 1. tampak rendemen minyak biji alkesa meningkat sejalan

    dengan lama waktu ekstraksi. Rendemen minyak yang diperoleh antara

    waktu ekstraksi 4,5 dan 6 jam sama, demikian juga halnya dengan 7,5 dan 9

  • 27

    jam. Rendemen minyak biji alkesa dengan waktu ekstraksi 7,5 jam yang

    paling optimal.

    3.2 Analisa Komposisi Kimiawi Minyak Biji Alkesa

    Hasil pengukuran KG-SM ekstrak minyak biji alkesa disajikan dalam

    Gambar 1.

    Gambar 1. Kromatogram KG-SM Minyak Biji Alkesa (P.campechiana)

    Hasil analisa minyak biji alkesa P. campechiana dengan KG-SM

    menunjukkan adanya 4 puncak yang muncul pada kromatogram (Gambar

    1). Sedangkan analisa data hasil spektroskopi massa dilakukan dengan

    membandingkan spectra data base Wiley yang diperlihatkan pada Gambar

    2.

    Spektrum a1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 1

    (Gambar 1), dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum a2

    (Wiley), yang terdidentifikasi sebagai Metil Pentadekanoat, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 1 (Gambar 1), merupakan puncak dari

    Metil Pentadekanoat.

  • 28

    a1

    a2

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 1)

    serupa dengan spektrum b2 (Wiley) (Gambar 3), yang teridentifikasi sebagai

    Metil Heksadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2

    (Gambar 1) adalah Metil Heksadekanoat.

    b1

    b2

    Demikian pula untuk spektra puncak nomor 3 dan 4 serupa dengan

    spektrum c2 dan d2 (Wiley) (Gambar 4 dan 5), yang teridentifikasi sebagai

    Metil 9-oktadekenoat dan Metil Heptadekanoat, sehingga dapat disimpulkan

    Gambar 2. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (a1)

    Metil Pentadekanoat Minyak Biji Alkesa (a2) Metil Pentadekanoat Wiley

    Gambar 3. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (b1)

    Metil Heksadekanoat Minyak Biji Alkesa (b2) Metil Heksadekanoat Wiley

  • 29

    bahwa puncak nomor 3 dan 4 (Gambar 1) adalah Metil 9-oktadekenoat dan

    Metil Heptadekanoat.

    c1

    c2

    d1

    d2

    Mc. Laferty menyatakan umumnya metil ester rantai panjang tidak

    bercabang merupakan puncak khas m/e 74 yang merupakan ekspresi dari

    kation [CH3COOCH3+]. Beberapa pemecahan yang khas seperti m/e 56, 42,

    28 kemungkinan merupakan fragmen alkena [7].

    Gambar 4. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (c1)

    Metil 9-oktadekenoat Minyak Biji Alkesa (c2) Metil 9 oktadekenoat Wiley

    Gambar 5. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (d1)

    Metil Heptadekanoat Minyak Biji Alkesa (d2) Metil Heptadekanoat Wiley

  • 30

    Gambar 6. Pola fragmentasi gugusan metil ester asam lemak menurut Mc. Laferty

    Gambar 7. Pola Fragmentasi Metil 9-oktadekenoat

    Komposisi penyusun minyak biji alkesa yang telah teridentifikasi disajikan

    pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan adanya 4 komponen yaitu Metil 9-

    oktadekenoat (nomor puncak 3) sebesar 73,89 %, Metil Heksadekanoat (nomor

  • 31

    puncak 2) sebesar 20,10 %, Metil Heptadekanoat (nomor puncak 4) sebesar

    5,48 %, dan Metil Pentadekanoat (nomor puncak 1) sebesar 0,52 %.

    Tabel 2. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Biji Alkesa

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia

    Rumus Molekul

    BM Kandungan

    (%)

    256

    270

    296

    298

    0,52

    20,10

    73,89

    5,48

    1 20,050 Metil Pentadekanoat

    C16H32O2

    2 22,275 Metil Heksadekanoat

    C17H34O2

    3 24,058 Metil 9-oktadekenoat

    C19H36O2

    4 24,333 Metil Heptadekanoat

    C19H38O2

    Kandungan asam oleat minyak biji alkesa sebesar 73,89 %, jika dibandingkan

    dengan kandungaan asam oleat dalam minyak biji mamey sapota sebesar 60,32 %

    [5], minyak biji alpukat 71,72 % [8], dan minyak biji ketapang 33,49 % [9]

    menunjukkan bahwa kandungan asam oleat minyak biji alkesa paling besar

    diantara yang lain.

    KESIMPULAN DAN PROSPEK

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap minyak biji alkesa

    P.campechiana maka dapat disimpulkan bahwa hasil minyak biji alkesa paling

    optimal ditinjau dari lama waktu ekstraksi 7,5 jam yaitu sebesar 4,81 ± 0,56 %.

    Minyak biji alkesa tersusun dari 4 komponen kimiawi yaitu Asam 9-Oktadekenoat

    73,89 %, Asam Heksadekanoat 20,10 %, Asam Heptadekanoat 5,48 %, dan Asam

    Pentadekanoat 0,52 %. Dilihat dari kandungan asam lemak tidak jenuh yang relatif

    tinggi, maka minyak biji alkesa sangat berpotensi, sehingga dapat dikembangkan

    dalam bidang kosmetika, pangan, dan energi.

    5. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Amri, Q. (2013). 2020, Kebutuhan Minyak Nabati Dunia Bergantung kepada CPO

    Indonesia. Sawit Indonesia. http://www.sawitindonesia.com/kinerja/2020-

    kebutuhan-minyak-nabati-dunia-bergantung-kepada-cpo-indonesia. Diunduh

    pada 8 Januari 2013.

  • 32

    [2] Laoli, N. (2012). Meneropong Buah Alkesa yang Masih Tersisa.

    http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2012/02/05/meneropong-buah-alkesa-

    yang-masih-tersisa-433121.htm . Diunduh pada 19 Desember 2013.

    [3] Morton, J., and Miami, F. (1987). Canistel. Fruits of warm climates , 402-405.

    [4] Silva, C., Luiz, A., and Damaris, S. (2009). Genus Pouteria: chemistry and

    biological activity. Journal of Pharmacognosy , 19(2A) 501-509.

    [5] Huchin, V., Ivan, E., Raciel, E., Luis, F., and Enrique, S. (2013). Chemical

    composition of crude oil from the seeds of pumpkin (Cucurbita spp.) and

    mamey sapota (Pouteria sapota Jacq.) grown in Yucatan, Mexico.

    Journal of Food , 37-41.

    [6] Steel, R., and J.H, Torie. (1980). Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu

    Pendekatan Biometrik. Jakarta: Gramedia.

    [7] Ismiyarto., Siti, A, Halim., dan Pratama, J, Wibana. Identification of Fatty

    Acid compotition in Turi Seed Oil (Sesbania grandiflora (L) Pers).

    Semarang: Universitas Diponegoro.

    [8] Pramudono , Bambang., Septian, A, Widioko., dan Wawan, Rustyawan.

    Ekstraksi Kontinyu dengan Simulasi Batch Tiga Tahap Aliran Lawan

    Arah: Pengambilan Minyak Biji Alpukat menggunakan Pelarut N-Hexane

    dan Iso Propil Alkohol.

    http://eprints.undip.ac.id/1173/1/Artikel_BambangPram_UNDIP_8.pdf.

    Diunduh pada 5 Mei 2014.

    [9] Handayani, M, Putri., dan Subagus, W. (2008). Analisis Biji Ketapang

    (Terminalia catappa L.) sebagai suatu Alternatif Sumber Minyak Nabati.

    http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/42Handayani%20&%20Wahyuono%20-

    %2013%20_45_Revisi%201.pdf. Diunduh pada 5 Mei 2014.

  • 33

  • 34

    LAMPIRAN II

    MAKALAH SEMINAR II

    SN-KPK VI 2014

    UNS, SURAKARTA

    21 JUNI 2014

  • 35

  • 36

    rotary evaporator, Gas Chromatography–

    Mass Spectrometry (GC-MS), grinder,

    buret, pendingin tegak, dan peralatan

    gelas.

    Preparasi Sampel

    Biji alkesa (P. campechiana) dikupas

    kulit bijinya, dipotong tipis-tipis lalu dikering-

    anginkan. Irisan biji alkesa kering

    dihaluskan dengan menggunakan grinder

    dan disimpan ke dalam tempat yang

    tertutup rapat.

    Ekstraksi Minyak Biji Alkesa ([4],

    dimodifikasi)

    50 gram irisan biji alkesa yang telah

    dihaluskan dengan grinder dimasukkan ke

    dalam kertas saring. Sampel diekstraksi

    dengan 250 ml heksana pada suhu 80°C

    menggunakan peralatan soxhlet selama

    4,5; 6; 7,5; dan 9 jam. Hasil ekstraksi

    dipekatkan dengan rotary evaporator pada

    suhu 50-60°C. Minyak hasil ekstraksi

    dipindahkan ke dalam botol timbang yang

    telah ditimbang lalu disimpan pada suhu

    20°C sampai siap untuk dianalisis lebih

    lanjut.

    Analisis Komposisi Kimiawi

    Minyak Biji Alkesa

    Analisis komposisi kimiawi minyak biji

    alkesa dilakukan dengan menggunakan

    Gas Chromatography–Mass Spectrometry

    (GCMS-QP20102 Shimadzu) (UGM

    Yogyakarta), jenis kolom AGILENTJ%W

    DB-I dengan panjang 30 meter dan suhu 70

    °C. Suhu injeksi 310 °C pada tekanan 16,5

    kPa dengan total aliran 41,8 mL/menit dan

    kecepatan linier 26,6 cm/detik. Purge flow

    3,0 mL/menit dengan split ratio 73,0. ID

    0,25 mm dengan gas pembawa Helium dan

    pengionan EI 70 Ev.

    Penentuan Sifat Fisiko-Kimiawi

    Minyak Biji Alkesa

    Penentuan aroma dan warna

    ditentukan dengan pemaparan secara

    deskriptif, penentuan kadar air (SNI 01-

    3555-1998), bilangan peroksida (SNI 01-

    3555-1998), bilangan penyabunan (SNI 01-

    3555-1998), dan bilangan asam (SNI 01-

    3555-1998).

    Analisa Data Data dianalisis dengan menggunakan

    rancangan dasar RAK (Rancangan Acak

    Kelompok) dengan 4 perlakuan dan 6

    ulangan. Sebagai perlakuan adalah lama

    waktu ekstraksi yaitu 4,5; 6; 7,5; dan 9 jam,

    sedangkan sebagai kelompok adalah

    waktu analisis. Pengujian antar rataan

    perlakuan dilakukan dengan menggunakan

    uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat

    kebermaknaan 5% [5].

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Komposisi Kimiawi

    Penyusun Minyak Biji Alkesa

    Hasil pengukuran KG-SM ekstrak

    minyak biji alkesa disajikan dalam Gambar

    1 (Lampiran 1). Analisa minyak biji alkesa

    P. campechiana dengan KG-SM

    menunjukkan adanya 4 puncak yang

    muncul pada kromatogram. Sedangkan

    analisa data hasil spektroskopi massa

    dilakukan dengan membandingan spectra

    data base Wiley yang diperlihatkan pada

    Gambar 2 (Lampiran 1).

    Spektrum a1 (sampel) merupakan

    spektrum dari puncak nomor 1 (Gambar 1),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa

    dengan spektrum a2 (Wiley), yang

    terdidentifikasi sebagai metil

    pentadekanoat, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 1

    (Gambar 1), merupakan puncak dari metil

    pentadekanoat.

  • 37

    Dengan cara yang sama spektrum

    dari puncak nomor 2 (Gambar 1) serupa

    dengan spektrum b2 (Wiley) (Gambar 3)

    (Lampiran 1), yang teridentifikasi sebagai

    metil heksadekanoat, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 2

    (Gambar 1) adalah metil heksadekanoat.

    Demikian pula untuk spektra puncak

    nomor 3 dan 4 serupa dengan spektrum c2

    dan d2 (Wiley) (Gambar 4 dan 5),

    (Lampiran 2) yang teridentifikasi sebagai

    metil 9-oktadekenoat dan metil

    heptadekanoat, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 3 dan 4

    (Gambar 1) adalah metil 9-oktadekenoat

    dan metil heptadekanoat.

    Efek Mc. Laferty menunjukkan metil ester rantai panjang tidak bercabang

    memiliki puncak khas m/e 74 yang

    merupakan ekspresi dari kation

    [CH3COOCH3+]. Beberapa pemecahan

    yang khas seperti m/e 56, 42, 28

    kemungkinan merupakan fragmen alkena

    [6]. Pola fragmentasi gugusan metil ester

    asam lemak menurut Mc. Laferty disajikan

    pada Gambar 6 (Lampiran 2).

    Komposisi penyusun minyak biji alkesa yang telah teridentifikasi disajikan

    pada Tabel 1 (Lampiran 3). Tabel 1

    menunjukkan adanya 4 komponen yaitu

    metil 9-oktadekenoat (nomor puncak 3)

    sebesar 73,89 %, metil heksadekanoat

    (nomor puncak 2) sebesar 20,10 %, metil

    heptadekanoat (nomor puncak 4) sebesar

    5,48 %, dan metil pentadekanoat (nomor

    puncak 1) sebesar 0,52 %.

    Kandungan asam oleat minyak biji

    alkesa sebesar 73,89 %, jika dibandingkan

    dengan kandungaan asam oleat dalam

    minyak biji mamey sapota sebesar 60,32 %

    [4], minyak biji alpukat 71,72 % [7], dan

    minyak biji ketapang 33,49 % [8] maka

    kandungan asam oleat minyak biji alkesa

    relatif paling besar diantara yang lain.

    Analisis Pengaruh Lama Waktu

    Ekstraksi terhadap Sifat Fisiko-

    Kimiawi Minyak Biji Alkesa

    Rendemen

    Minyak biji alkesa yang dihasilkan

    berwarna kuning dengan aroma manis

    buah alkesa. Hasil rataan rendemen dan

    sifat fisiko kimia minyak biji alkesa

    (P.campechiana) yang dihasilkan antar

    lama waktu ekstraksi disajikan pada Tabel

    2 (Lampiran 4).

    Tabel 2. tampak rendemen minyak biji

    alkesa meningkat sejalan dengan lama

    waktu ekstraksi. Rendemen minyak yang

    diperoleh antara waktu ekstraksi 4,5 dan 6

    jam sama, demikian juga halnya dengan

    7,5 dan 9 jam. Rendemen minyak biji

    alkesa dengan waktu ekstraksi 7,5 jam

    yang paling optimal.

    Kadar Air

    Kadar air merupakan salah satu

    parameter uji penting terhadap sifat kimia

    minyak, karena terkait dengan reaksi

    hidrolisa. Reaksi tersebut dapat

    menyebabkan kerusakan minyak, karena

    adanya kandungan sejumlah air dalam

    minyak [9].

    Tabel 2. menunjukkan bahwa kadar

    air minyak biji alkesa yang dihasilkan

    cenderung menurun dan sama sejalan

    dengan lama waktu ekstraksi. Diduga

    karena semakin lama waktu ekstraksi maka

    semakin banyak air yang menguap.

    Bilangan Peroksida

    Parameter ini penting dalam

    menentukan derajat kerusakan pada

    minyak [9]. Minyak yang baik memiliki

    kadar bilangan peroksida rendah, sehingga

    semakin rendah bilangan peroksida

    semakin baik kualitas minyak [10]. Tabel 2.

    menunjukkan bahwa bilangan peroksida

  • 38

    antar lama waktu ekstraksi berfluktuasi. Hal

    ini merupakan suatu indikasi bahwa

    persenyawaan peroksida bersifat tidak

    stabil terhadap panas [9]. Nilai bilangan

    peroksida yang diperoleh berkisar antara

    29,58 – 46,67 mgrek/kg. Nilai ini jauh lebih

    besar jika dibandingkan dengan bilangan

    peroksida minyak biji mamey sapota (P.

    sapota) yaitu 5,45 mgrek/kg [4].

    Bilangan Asam

    Bilangan asam merupakan ukuran dari

    jumlah asam lemak bebas [9]. Bilangan

    asam yang kecil menunjukkan kandungan

    asam lemak bebasnya cukup kecil dan

    terjadi sedikit kerusakan [8]. Berdasarkan

    Tabel 2. Tampak bahwa bilangan asam

    minyak biji alkesa sama sejalan dengan

    lama waktu ekstraksi. Jika dibandingkan

    dengan nilai bilangan asam minyak biji

    mamey sapota (P. sapota) 4,44 mg KOH/g lemak

    [4], nilai bilangan asam minyak biji alkesa

    tergolong tinggi. Nilai bilangan asam yang

    tinggi ini menunjukkan kadar asam lemak

    bebas yang tinggi pula dan berasal dari

    hidrolisis minyak.

    Bilangan Penyabunan

    Bilangan penyabunan merupakan

    jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

    menyabunkan sejumlah contoh minyak [9].

    Tabel 2. menunjukkan bahwa bilangan

    penyabunan minyak biji alkesa antar

    perlakuan waktu ekstraksi berfluktuasi. Nilai

    bilangan penyabunan yang diperoleh

    berkisar antara 89,96 – 112,73 mg KOH / g lemak

    dengan berat molekul 256. Bila

    dibandingkan dengan bilangan penyabunan

    minyak biji ketapang yaitu 68,83 mg KOH/g

    lemak dengan bobot molekul 298 [8], hasil ini

    tidak bertentangan dengan Ketaren (1986)

    yang menyatakan bahwa minyak yang

    mempunyai bobot molekul rendah akan

    mempunyai bilangan penyabunan yang

    lebih tinggi daripada minyak yang

    mempunyai bobot molekul tinggi.

    KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

    4) Komponen penyusun minyak biji alkesa

    tersusun atas 4 komponen kimiawi yaitu

    asam 9-oktadekenoat 73,89 %, asam

    heksadekanoat 20,10 %, asam

    heptadekanoat 5,48 %, dan asam

    pentadekanoat 0,52 %. Dilihat dari

    kandungan asam lemak tidak jenuh

    yang relatif tinggi, maka minyak biji

    alkesa sangat berpotensi, sehingga

    dapat dikembangkan dalam bidang

    kosmetika, pangan, dan energi.

    5) Lama waktu ekstraksi berpengaruh

    terhadap rendemen, kadar air minyak,

    bilangan peroksida, dan bilangan

    penyabunan, sebaliknya tidak

    berpengaruh terhadap bilangan asam

    minyak biji alkesa.

    DAFTAR RUJUKAN [1] Laoli, N. (2012). Meneropong Buah

    Alkesa yang Masih Tersisa.

    http://wisata.kompasiana.com/kuli

    ner/2012/02/05/meneropong-

    buah-alkesa-yang-masih-tersisa-

    433121.htm . Diunduh pada 19

    Desember 2013.

    [2] Triono, Teguh. (2001). Sawo-sawoan:

    Suatu Potensi yang

    Terkesampingkan. Prosiding

    Seminar Hari Cinta Puspa dan

    Satwa Nasional, 96-106. Lembaga

    Ilmu Pengetahuan Indonesia.

    [3] Silva, C., Luiz, A., and Damaris, S.

    (2009). Genus Pouteria: chemistry

  • 39

    and biological activity. Journal of

    Pharmacognosy, 19(2A) 501-509.

    [4] Huchin, V., Ivan, E., Raciel, E., Luis, F.,

    and Enrique, S. (2013). Chemical

    composition of crude oil from the

    seeds of pumpkin (Cucurbita spp.)

    and mamey sapota (Pouteria

    sapota Jacq.) grown in Yucatan,

    Mexico. Journal of Food , 37-41.

    [5] Steel, R., and J.H, Torie. (1980). Prinsip

    dan Prosedur Statistika Suatu

    Pendekatan Biometrik. Jakarta:

    Gramedia.

    [6] Ismiyarto., Siti, A, Halim., dan Pratama,

    J, Wibana. (2006). Identification of

    Fatty Acid compotition in Turi Seed

    Oil (Sesbania grandiflora (L) Pers).

    Jurnal Sains Kimia dan Aplikasi,

    Vol. IX, No.1.

    [7] Pramudono, Bambang., Septian, A,

    Widioko., dan Wawan, Rustyawan.

    (2008). Ekstraksi Kontinyu dengan

    Simulasi Batch Tiga Tahap

    AliranLawan Arah: Pengambilan

    Minyak Biji Alpukat menggunakan

    Pelarut N-Hexane dan Iso Propil

    Alkohol. Jurnal Reaktor, Vol. 12, No. 1, 37-41.

    [8] Handayani, M, Putri., dan Subagus, W.

    (2008). Analisis Biji Ketapang

    (Terminalia catappa L.) sebagai

    suatu Alternatif Sumber Minyak

    Nabati. Majalah Obat Tradisional,

    Vol. 13, No. 45.

    [9] Ketaren S. (1986). Minyak dan Lemak

    Pangan, Ed. 1. Jakarta: UI-Press.

    [10] Arlene, Ariestya., Steviana, K., dan Ign

    Suharto. (2010). Pengaruh

    Temperatur dan F/S terhadap

    Ekstraksi Minyak dari Biji Kemiri

    Sisa Penekanan Mekanik. Seminar

    Nasional Rekayasa Kimia dan

    Proses. Universitas Diponegoro

    Semarang

  • 40

    Lampiran 1

    Gambar 1. Kromatogram KG-SM Minyak Biji Alkesa (P.campechiana)

    a1

    a2

    b1

    b2

    Lampiran 2

    Gambar 2. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (a1)

    Metil Pentadekanoat Minyak Biji Alkesa (a2) Metil Pentadekanoat Wiley

    Gambar 3. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (b1)

    Metil Heksadekanoat Minyak Biji Alkesa (b2) Metil Heksadekanoat Wiley

  • 41

    c1

    c2

    d1

    d2

    Lampiran 3

    Tabel 2. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Biji Alkesa

    Gambar 6. Pola fragmentasi gugusan metil ester asam lemak menurut Mc. Laferty

    Gambar 4. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (c1)

    Metil 9-oktadekenoat Minyak Biji Alkesa (c2) Metil 9-oktadekenoat Wiley

    Gambar 5. Perbandingan Spektrum Massa Metil Ester Minyak Biji Alkesa dengan data base Wiley (d1)

    Metil Heptadekanoat Minyak Biji Alkesa (d2) Metil Heptadekanoat Wiley

  • 42

    Lampiran 3

    Gambar 7. Pola Fragmentasi Metil 9-oktadekenoat

    Tabel 1. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Biji Alkesa

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia

    Rumus Molekul

    BM Kandungan (%)

    256

    270

    296

    298

    0,52

    20,10

    73,89

    5,48

    1 20,050 Metil Pentadekanoat

    C16H32O2

    2 22,275 Metil Heksadekanoat

    C17H34O2

    3 24,058 Metil 9-oktadekenoat

    C19H36O2

    4 24,333 Metil Heptadekanoat

    C19H38O2

  • 43

    Lampiran 4

    Tabel 2. Rataan Rendemen dan Sifat Fisiko-Kimiawi Minyak Biji Alkesa antar Lama Waktu

    Ekstraksi

    Keterangan : *SE = Simpangan Baku Taksiran

    *BNJ 5 %

    *Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan

    angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda

    nyata.

    Waktu

    Ekstraksi

    (Jam)

    Rendemen

    (% ± SE)

    Kadar Air

    Minyak

    (% ± SE)

    Bilangan

    Peroksida

    (mgrek/kg ± SE)

    Bilangan Asam

    (mg KOH/g lemak ± SE)

    Bilangan

    Penyabunan

    (mg KOH/g lemak ± SE)

    4,5 4,26 ± 0,54a 1,79 ± 0,67ab 46,67 ± 15,91b 49,41 ± 17,61a 93,61 ± 20,32b

    6 4,53 ± 0,66a 3,79 ± 2,05b 35,42 ± 14,85a 48,35 ± 17,69a 112,73 ± 18,16c

    7,5 4,81 ± 0,56b 1,16 ± 0,41a 37,91 ± 17,90ab 46,50 ± 21,59a 89,96 ± 21,03a

    9 4,92 ± 0,57b 1,66 ± 0,61a 29,58 ± 15,36a 46,97 ± 19,90a 93,15 ± 22,64b

  • 44