kandungan bahan kering dan bahan organik berbagai …digilib.unila.ac.id/54965/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KANDUNGAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK BERBAGAIJENIS RUMPUT YANG DITANAM DI BAWAH NAUNGAN
KELAPA SAWIT
(Skripsi)
Oleh
Yudi Purwanto
JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
KANDUNGAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK BERBAGAIJENIS RUMPUT YANG DITANAM DI BAWAH NAUNGAN
KELAPA SAWIT
Oleh
Yudi Purwanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh naungan kelapa sawitterhadap bahan kering dan bahan organik berbagai jenis rumput. Penelitian inidilaksanakan pada Februari--Mei 2018 di area perkebunan kelapa sawit dan lahankosong yang bertempat di Desa Tanjung Agung, Lampung Selatan. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) metode split plot design(Rancangan Petak Terbagi). Perlakuan pada penelitian ini yaitu (1) jenis naunganyang terdiri dari, N0 (tanpa naungan); N1 (naungan kelapa sawit) dan (2) jenistanaman rumput yang terdiri dari, A1 (rumput gajah); A2 (rumput setaria); A3(rumput odot). Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% , laluhasil berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa naungan pohon kelapa sawit tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadapkandungan bahan kering rumput, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadapkandungan bahan organik rumput. Jenis rumput tidak berpengaruh nyata (P>0,05)terhadap bahan kering rumput tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadapkandungan bahan organik rumput.
Kata kunci: Bahan kering, Bahan organik, Jenis rumput, dan Naungan.
ABSTRACT
DRY MATTER AND ORGANIC MATTER CONTENT OF VARIOUSTYPE GRASS UNDER PALM OIL TREE SHADE
By
Yudi Purwanto
This research intended to determine the effect of palm oil shade on dry matter andorganic matter of various type grass. This research held on February—May 2018at Tanjung Agung Village, South Lampung. This research used CompletelyRandomized Design (CRD) with split plot design method. Treatmentsimplemented in this research was (1) shade type that consist of N0 (withoutshade); N1 (palm oil shade) and (2) grass type that consist of A1 (napier grass);A2 (setaria); A3 (dwarf napier grass). Data were obtained analyzed with analysisof variance at 5% significant level, then significant result proceeded with DuncanMultiple Range Test. The research showed that palm oil shade not significant(P>0.05) effected on increase dry matter content, but significant (P<0.05) effectedon organic matter content. Grass type did not show significant result (P>0.05) ondry matter content, but significant (P<0.05) effected on organic matter content.
Key words: Cry matter, Organic matter, Shade, and Type of grass.
KANDUNGAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK BERBAGAIJENIS RUMPUT YANG DITANAM DI BAWAH NAUNGAN
KELAPA SAWIT
Oleh
Yudi Purwanto
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Panjang, Bandar Lampung pada 1 Januari 1997 yang
merupakan putra ke empat dari empat bersaudara pasangan Almarhum Bapak
Kesit dan Ibu Supatmi.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar (SD) Negeri 3 Tanjung Agung pada 2008,
sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 1 Katibung pada 2011, dan sekolah
menengah (SMA) Negeri 10 Bandar Lampung pada 2014. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada
2014.
Selama masa studi, penulis melaksanakan magang di Balai Inseminasi Buatan
(BIB) Lampung Tengah, melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Ciomas Adi
Satwa Farm II, Lampung Selatan, melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Margoyoso, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus pada Januari--
Maret 2018 dan terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan
(HIMAPET).
“Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan
kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang
mengajar kamu”. (HR. Ath-Thabrani)
“Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak
dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah
menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu.
(HR. Ath-Thabrani)
PERSEMBAHAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan berkah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan
sebuah karya sederhana ini yang kupersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan
mengajari segala hal yang tidak ku mengerti, serta selalu berdoa
untuk keberhasilan dan keberkahan dari ilmu yang ku dapat.
Terima kasih untuk segalanya dan semoga Allah selalu melindungi
kita semua
Kakak-kakakku yang tercinta, terima kasih atas motivasi,
semangat, dan doanya selama ini. Seluruh keluarga yang
senantiasa memberikan saran, doa, dan dukungan selama ini.
Seluruh keluarga besar peternakan, pendidik, sahabat, dan teman-
teman, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan selama ini.
Alamater tercinta yang telah membawa penulis sampai titik ini.
UNILA
SANWACANA
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik Berbagai Jenis Rumput yang
Ditanam di Bawah Naungan Kelapa Sawit”. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.--selaku Dekan Fakultas
Pertanian--yang telah memberikan izin;
2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Ketua Jurusan Peternakan --yang
senantiasa memberikan waktu dan dukungan;
3. Bapak Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P.--selaku Sekretaris Jurusan
Peternakan--yang telah memberikan dukungan;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Pembimbing Utama--atas saran,
bimbingan, nasihat, dukungan, motivasi, dan arahannya kepada penulis;
5. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S.--selaku Pembimbing Anggota --atas saran,
masukkan, dukungan, dan nasihatnya kepada penulis;
6. Bapak Liman, S.Pt., M.Si. --selaku pembahas--atas saran, bimbingan, dan
bantuannya kepada penulis;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.-- selaku Dosen Pembimbing
Akademik--yang senantiasa memberikan motivasi;
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan
pembelajaran dan pemahaman yang berharga;
9. Bapak, Ibuku tercinta Bapak Almarhum Kesit dan Ibu Supatmi serta kakak,
Pujianto, Nuriyadi, Joko Purnomo, atas doa, cinta kasih, motivasi, semangat
dan dukungan baik moril maupun materil yang diberikan selama ini;
10. Dini Febriana atas perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang
diberikan selama ini;
11. Dini, Zulfa, Cloudia, Desi, Winda, Evi Wulandari, Elly Tri Susilowati, Denis
Juarsa, Riski, Sepri, Adi, Agus, yang telah membantu dalam penelitian;
12. Sahabat-sahabatku seperjuangan Zulfa, Cloudia, Anjar, Weldi, Tommy, Adit,
Falah dan Siti atas motivasi, semangat, canda, dan tawa selama ini;
14. Kakanda dan Ayunda Angkatan 2012 dan 2013, teman seperjuangan
Angkatan 2014, dan adik-adik ku Angkatan 2015, 2016, dan 2017 Jurusan
Peternakan terimakasih atas pertemanan dan dukungan selama perkuliahan
sampai sekarang dan semoga sukses selalu;
15. Seluruh pihak yang telah ikut terlibat selama penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Bandar Lampung, Desember 2018
Yudi Purwanto
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
C. Kegunaan Penelitian .................................................................... 3
D. Kerangka Pemikiran..................................................................... 4
E. Hipotesis ...................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput......................................................................................... 7
B. Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit ................................................ 15
C. Naungan. ...................................................................................... 16
D. Kualitas Hijauan........................................................................... 18
E. Pupuk ........................................................................................... 19
F. Intensitas Cahaya ......................................................................... 20
G. Defoliasi ....................................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ....................................................................... 24
Bahan dan Alat Penelitian............................................................ 24
B.1. Bahan penelitian ................................................................... 24
B.2. Alat penelitian ...................................................................... 24
C. Rancangan Penelitian .................................................................... 25
C.1. Rancangan perlakuan ........................................................... 25
C.2. Rancangan percobaan........................................................... 25
C.3. Pelaksanaan penelitian ......................................................... 26
D. Peubah yang Diukur...................................................................... 31
E. Analisis Data.................................................................................. 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Perlakuan Berbagai Jenis Rumput di Bawah NaunganTerhadap Kandungan Bahan Kering Rumput ............................... 32
B. Pengaruh Perlakuan Berbagai Jenis Rumput di Bawah NaunganTerhadap Kandungan Bahan Organik Rumput ............................. 35
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 39
B. Saran ............................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 40
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan bahan kering rumput gajah, rumput setaria, danrumput odot di bawah naungan pohon kelapa sawit ..................... 33
2. Kandungan bahan organik rumput gajah, rumput odot, danrumput setaria di bawah naungan pohon kelapa sawit.................. 36
3. Kandungan bahan kering rumput gajah, rumput odot, danrumput setaria di bawah naungan pohon kelapa sawit dan tanpanaungan ......................................................................................... 47
4. Analisis sidik ragam bahan kering ................................................ 47
5. Kandungan bahan organik rumput gajah, rumput odot danrumput setaria di bawah naungan pohon kelapa sawit dan tanpanaungan ......................................................................................... 48
6. Analisis sidik ragam bahan organik .............................................. 48
7. Hasil uji lanjut duncan bahan organik........................................... 49
8. Hasil pengukuran intensitas cahaya di lahan naungan .................. 49
9. Hasil pengukuran intensitas cahaya di lahan tanpa naungan ........ 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak penelitian ...................................................................... 26
2. Hasil C/N rasio tanah naungan pohon kelapa sawit...................... 50
3. Hasil C/N rasio tanah lahan kosong .............................................. 50
4. Pembuatan plot pada lahan penelitian........................................... 51
5. Penyemprotan herbisida dan pemberian pupuk kandang pada
lahan penelitian ............................................................................. 51
6. Pemanenan rumput........................................................................ 52
7. Pencoperan rumput dan penjemuran rumput ................................ 52
8. Penggilingan dan penimbangan untuk analisis ............................. 53
9. Data curah hujan bulanan satuan milimeter (mm) periode 2018
kecamatan katibung, lampung....................................................... 53
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketersediaan hijauan makanan ternak ruminansia harus ditingkatkan karena
ransum ternak terdiri dari pakan hijauan. Hijauan sangat penting bagi ternak
ruminansia karena hijauan mengandung protein kasar, lemak, serat kasar, bahan
ekstrak tanpa nitrogen, dan mineral. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan
baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting
dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan ternak ruminansia. Konsumsi
ransum ternak ruminansia yang berasal dari hijauan dengan konsumsi segar
perhari 10 - 15% dari bobot tubuh, sedangkan sisanya adalah konsentrat dan
pakan tambahan.
Pertambahan populasi ternak ruminansia menyebabkan peningkatan kebutuhan
pakan hijauan. Terdapat berbagai sumber pakan hijauan seperti rumput. Rumput
mempunyai produksi hijauan dan kandungan serat kasar yang tinggi, cocok untuk
ditanam pada padang penggembalaan ternak atau rumput potong karena
reproduksi dari tunas dan batang mampu pulih dari pemotongan, rumput mampu
mempertahankan pertumbuhan vegetative terus menerus yang terputus oleh
periode kekeringan atau dingin, dan sistem akar mengikuti partikel tanah
sehingga rumput penting dalam meningkatkan kebutuhan pakan hijauan.
2
Saat ini luas lahan untuk penanaman hijauan semakin berkurang karena secara
bertahap telah menjadi padang pemukiman penduduk, kawasan industri dan
perkebunan. Perubahan fungsi tersebut dapat menyebabkan area yang digunakan
untuk penamanan hijauan makanan ternak terbatas, akibatnya tentu produksi
ternak menurun. Untuk mengatasi kekurangan pakan hijauan tersebut, salah
satunya dengan memanfaatkan hijauan makanan ternak yang tumbuh di area
tanaman perkebunan seperti kelapa, karet, kelapa sawit, dan tanaman lainnnya.
Luas area perkebunan kepala sawit di Indonesia pada tahun 2016 menurut
Direktorat Jendral Perkebunan adalah 11.672.861 hektar. Luasnya area
perkebunan pohon sawit di Indonesia, memungkinkan untuk memanfaatkan lahan
selanya untuk pengembangan budidaya rumput sebagai hijauan makanan ternak
dan kondisi tanah yang lembab dan gembur di bawah tanaman kelapa sawit akan
mengandung banyak mikroorganisme sehingga kesuburan tanah dapat terjaga.
Namun seiring dengan meningkatnya umur tanaman kelapa sawit maka cahaya
yang diterima tanaman yang tumbuh di sela tanaman kelapa sawit, termasuk
tanaman pakan hijauan semakin berkurang. Kekurangan cahaya bagi tanaman
tentu akan menggangu proses fotosintesis, akibanya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak optimal. Kondisi tersebut tentu akan mempengaruhi
produktivitas hijauan makanan ternak.
Pentingnya kebutuhan hijauan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak maka
dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui respon dari beberapa jenis
rumput unggul yang tumbuh di sela tanaman kelapa sawit.
3
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. mengetahui interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap
kadar bahan kering dan bahan organik rumput;
2. mengetahui pengaruh naungan kelapa sawit terhadap bahan kering dan
bahan organik rumput;
3. mengetahui pengaruh jenis rumput terhadap kadar bahan kering dan bahan
organik rumput.
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini yaitu:
1. meningkatkan produktivitas hijauan untuk memenuhi kebutuhan pakan
ternak berdasarkan kualitas (bahan kering dan bahan organik) yang ditanam
di bawah naungan kelapa sawit;
2. memanfaatkan sela lahan perkebunan kelapa sawit;
3. memberikan informasi bagi para peneliti dan kalangan akademis atau
instansi terkait dengan adanya naungan yang dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif lahan untuk menanam hijauan makanan ternak.
4
D. Kerangka Pemikiran
Hijauan yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia salah satunya rumput, yang
mempunyai produksi hijauan dan kandungan serat kasar yang tinggi. Menurut
Purbajanti (2013) rumput merupakan jenis tanaman yang sebagian besar
digunakan sebagai sumber pakan hijauan ternak herbivora. Rumput termasuk
tanaman semusim dan tahunan yang semuanya bersifat herbaceous (tidak
berkayu), termasuk monocotyledeae (biji berkeping tunggal) dan perakaran
rumput berbentuk akar serabut.
Sumber pakan hijauan umumnya dari padang rumput atau padang penggembalaan
yang luasnya semakin lama semakin berkurang. Sehingga hijauan makanan
ternak terbatas, akibatnya tentu produksi ternak menurun. Upaya mengatasi
kekurangan pakan hijauan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan hijauan
makanan ternak yang tumbuh di area tanaman perkebunan seperti kelapa, karet,
kelapa sawit dan tanaman lainnnya. Pada lahan perkebunan kelapa sawit dapat
digembalakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba, karena
di sela tanaman kelapa sawit tersebut ditumbuhi oleh pakan hijauan baik yang
sengaja ditanam ataupun yang tumbuh secara alami dan tanah di area pohon sawit
memiliki tanah yang subur. Menurut Sanchez (1993) dalam jurnal Farizaldi
(2011) menyatakan kondisi tanah yang lembab dan gembur mengandung banyak
mikroorganisme sehingga kesuburan tanah dapat terjaga. Sedangkan pakan
hijauan yang tumbuh secara alami di sela tanaman kelapa sawit yang disukai
ternak antara lain Cynodon dactylon, Paspalum conjugatum, Axonophus
compressus, dan lain-lain.
5
Pengelolaan tanaman hijauan pada lahan naungan tidak menyebabkan kerusakan
tanaman kelapa sawit atau menyebabkan terjadinya erosi tanah. Hasil penelitian
(Purba dkk., 1998) menyatakan bahwa penanaman tanaman sela tidak
mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit. Selain itu, beberapa studi pada kondisi
dimana ketersediaan N dalam tanah sangat terbatas, ternyata produksi biomasa
tertinggi pada perlakuan naungan yang sedang dibandingkan pada kondisi
terbuka.
Penanaman rumput di bawah naungan kelapa sawit akan mempengaruhi
kualitasnya yaitu kandungan bahan kering dan bahan organik. Hal ini bisa terjadi
karena temperatur tanah yang ternaungi cenderung sedang, sehingga beberapa
jumlah besar fauna tanah, seperti cacing tanah dapat berperan dalam perombakan
daun yang gugur sehingga mampu meningkatkan nitrogen tanah. Menurut
Eriksen and Whitney (1981) dari segi kualitas, rumput yang ditanam dibawah
naungan meningkat dengan adanya penimbunan mineral P, Ca, Mg serta
peningkatan kandungan N. Berdasarkan hal tersebut kandungan N yang
meningkat dapat murunkan kadar serat kasar sehingga kandungan bahan kering
dan bahan organik dapat meningkat.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah
1. terdapat interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap
kadar bahan kering dan bahan organik rumput;
6
2. terdapat pengaruh naungan kelapa sawit terhadap kadar bahan kering dan
bahan organik rumput;
3. terdapat pengaruh jenis rumput terhadap kadar bahan kering dan bahan
organik rumput.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput
Rumput merupakan jenis tanaman yang sebagian besar digunakan sebagai sumber
pakan hijauan ternak herbivora. Rumput termasuk tanaman semusim dan tahunan
yang semuanya bersifat herbaceous (tidak berkayu), termasuk monocotyledeae
(biji berkeping tunggal) dan perakaran rumput berbentuk akar serabut (Purbajanti,
2013). Tumbuhan monokotil seperti rumput, mempunyai sifat tumbuh yang
membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman
horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit
(Siregar, 1994).
Rumput termasuk keluarga Gramineae dan merupakan tumbuhan yang dapat
tumbuh liar hampir di seluruh area terbuka atau terlindung, baik di daerah tropis
maupun sub tropis. Rumput dapat tumbuh secara berumpun atau individu.
Tanaman rumput mempunyai adaptasi yang lebih baik terhadap temperatur dan
curah hujan dibandingakan dengan family tanaman yang lainnya, baik di daerah
panas (tropik), daerah dingin, kawasan gersang (kering) maupun di dataran tinggi.
75% spesies tanaman rumput ini digunakan sebagai hijauan makanan ternak
(Moser & Nelson, 2003).
8
Rumput yang digunakan sebagai pakan ternak berasal dari rumput yang tumbuh
bebas (tidak sengaja ditanam) dan rumput yang sengaja ditanam (rumpu tunggul).
Sebagai pakan utama ternak ruminansia rumput mempunyai beberapa kelebihan
diantaranya adalah: (1) sebagian rumput adalah palatabel bila umurnya belum tua;
(2) hanya sedikit yang bersifat toksik; dan (3) mempunyai kemampuan tumbuh
yang baik (Kamal, 1998). Rumput dapat dipanen dengan cara pemotongan dan
grazing yang selanjutnya dimanfaatkan oleh ternak secara langsung ataupun
setelah penyimpanan. (Hopkins, 2000).
1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil)
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (Rumput-rumputan)
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum Schaum (Rukmana, 2005)
Rumput gajah salah satu jenis rumput yang memiliki umur panjang, memiliki
batang yang tebal selain itu rumput gajah juga memiliki daun yang lebar, tajam
dan berbulu. Rumput gajah ini berasal dari Afrika yang bersifat perennial,
9
memiliki batang dengan internodus pendek dan bunga yang berwarna kuning
kecoklatan. Rumput gajah dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah,
tumbuh dari daratan rendah sampai pegunungan Yahya (2002).
Hal ini ditambahkan dengan pernyataan Sanderson dan Paul (2008) yang
berpendapat bahwa rumput gajah juga dapat hidup pada tanah kritis dimana
tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik. Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi.
Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien sehingga
tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman
ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat
tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008).
Ketersediaan dan kandungan nutrisi rumput gajah sangat dipengaruhi oleh iklim
dan jenis tanah. Rumput gajah memiliki kandungan nutrien berupa bahan kering
20,29%, protein kasar 6,26%, lemak 2,06%, serat kasar 32,60%, abu 9,12%.
BETN 41,82%, kalsium 0,46%, dan fosfor 0,37% (Fathul. dkk, 2013). Rumput
gajah merupakan salah satu jenis hijauan unggul untuk makanan ternak karena
berproduksi tinggi, kualitasnya baik dan daya adaptasinya tinggi. Rumput gajah
ini banyak ditanam dan dimanfaatkan pada peternakan penggemukan sapi potong,
persusuan dan pembibitan. Produksi segar rumput gajah jenis Hawai berbulu di
Indonesia mencapai 277 ton/ha/tahun dan umumnya rumput gajah digunakan
sebagai rumput potong (Sinaga, 2007). Rumput Gajah (P. purpureum)
merupakan tanaman pakan ternak yang sangat responsif terhadap pemupukan
berat (Lugiyo dan Sumarto, 2000). Pertumbuhan dan produksi rumput gajah di
Indonesia sangat bervariasi. Pertumbuhan dan produksi rumput ini akan lebih
10
baik bila dilakukan pemupukan dengan dosis yang tepat dan sesuai. Penggunaan
dosis pupuk N secara optimal dapat meningkatkan produksi rumput gajah.
Produksi rumput gajah yang meliputi produksi bahan segar, produksi bahan
kering, rasio batang dan daun, kandungan bahan kering dan bahan organik rumput
gajah (Harsanti dan Ardiwinata, 2011). Rumput gajah dapat dipanen pada umur
25-30 hari pada musim hujan atau 50-60 hari pada musim kemarau (Moran,
2005), Sedangkan menurut (Ismono dan Susetyo, 1977) panen pertama pada
rumput gajah dapat dilakukan pada umur 50- 60 hari setelah tanaman mencapai
tinggi 1 m. Panen selanjutnya setiap 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari
sekali pada musim kemarau. Tinggi potongan dari permukaan tanah antara 10-15
cm. Jarak tanam bervariasi 60 x 75 cm, 60 x 100 cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm.
2. Rumput Setaria (Setaria sphacelata)
Hasan (2012) menyatakan Secara umum sistematika rumput setaria adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Liliopsida
Kelas : Magniophyta
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Setaria
Spesies : Setaria sphacelata
11
Rumput setaria (Setaria sphacelata) salah satu jenis rumput yang berasal dari
Afrika tropic dan dapat diperbanyak dengan cara pols dan biji (Mcllroy, 2000).
Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, kuat, tinggi dapat mencapai 2 m,
berdaun halus pada bagian permukaan, daun lebar berwarna hijau gelap,
berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang pipih,
dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Lubis,1992).
Rumput setaria sesuai untuk daerah tropic lembab, tumbuh membentuk rumpun
lebat dan kuat, tumbuh baik pada ketinggian 1000-3000 m di atas permukaan air
laut, tahan naungan dan genangan, rumput setaria dapat mencapai tinggi 1,5 m,
responsi terhadap pupuk N dan produksinya berkisar antara 60-100 ton/ha/th
(Soegiri. dkk, 1992).
Rumput setaria sebagai hijauan pakan ternak ruminansia yang dapat diberikan
dalam bentuk rumput potongan dan rumput padang pengembalaan. Rumput
setaria juga dimanfaatkan sebagai mulsa tanah. Apabila dalam jumlah yang
melimpah, rumput setaria juga dapat dibuat hay dan silase. Pada kondisi baik satu
rumpun rumput setaria biasanya menghasilkan ratusan batang, pertumbuhan
kembali (regrowth) setelah dipotong sangat cepat namun dengan bertambahnya
umur rasio batang dan daun cepat meningkat akan bersamaan dengan menurunnya
nilai nutrisi. Produksi berat segar rumput setaria mencapai 100-110 ton/ha/tahun.
Nilai gizi yang terkandung dalam rumput setaria adalah protein kasar 6 -7 %, serat
kasar 42,0 %, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1 % dan lemak 2,8 %.
Rumput setaria dapat digunakan sebagai tanaman rumput untuk padang
penggembalaan, karena tahan injakan (Prawiradiputra dkk, 2006).
12
Rumput setaria dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap
genangan air. Pembiakan dapat dilakukan dengan memisahkan rumpun dan
menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm (Sutopo, 2000). Pada umumnya rumput
setaria pemotongan pertama pada umur 40 - 45 hari pada saat musim penghujan,
sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 - 60 hari. Bila pemotongan pertama
dilakukan lebih dari waktu 60 hari akan menyebabkan kandungan nutrisi turun.
Besarnya kandungan zat makanan di dalamnya tergantung dari cara memotong,
umur pemotongan dan unsur hara tanah. Rumput setaria memiliki kandungan
nutrien berupa bahan kering 15,90%, protein kasar 10,30%, lemak 2,91%, serat
kasar 33,70%, abu 12,00%, BETN 41,09%, kalsium 0,37%, dan fosfor 0,19%
(Fathul. dkk, 2013). Pemotongan pada rumput setaria dapat dilakukan pada umur
35 – 40 hari (musim hujan) dan 60 hari (musim kemarau). Tinggi pemotongan
antara 10 – 15 cm dari permukaan tanah. Jarak tanam rumput setaria 40 – 50 cm
(Ismono dan Susetyo, 1977).
Rumput setaria merupakan salah satu pakan yang sangat penting untuk
dikembangkan karena penggunaannya sebagai padang pengembalaan dan rumput
potong serta kandungan gizinya yang sangat baik bagi kebutuhan ternak. Kadar
nitrogen yang terdapat pada rumput setaria bervariasi tergantung pada umur
tanaman. Kadar nutrisi antara satu kultivar dengan kultivar lainnya berbeda, hal
ini disebabkan perbedaan waktu berbunga. Rumput setaria merupakan rumput
yang dapat beradaptasi baik terhadap tanah asam dengan kesuburan rendah dan
tahan yang terkena genangan air (Reksohadiprodjo, 1994).
13
3. Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv.Mott)
Sistematika dari tanaman Rumput Gajah Odot menurut Syarifuddin (2006) :
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum cv. Mott
Rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) merupakan jenis rumput
unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi
serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini
merupakan hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini
dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan,
serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini
tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus
menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah
mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat
berperan sebagai penangkal angin terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006).
Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah
pada fase vegetatif sebelum pembentukan bunga (Harrison. dkk, 1994)
14
Ciri-ciri rumput gajah mini atau odot yaitu pertumbuhan cepat, tumbuh berumpun
dan bertunas atau rhizoma, perakaran kuat dan dalam, daun dan batang tidak
berbulu, batang lunak mudah dimakan ternak, rumput odot memiliki produksi
yang tinggi dan sangat mudah berkembang, di musim hujan biasanya batangnya
lebih lunak sehingga sangat disukai kambing atau domba, jumlah anakannya
sangat banyak dalam 2 kali masa panen bisa mencapai 20 anakan setiap
rumpunnya, ini hanya berawal dari 1 batang rumput odot yang ditanam, rumput
odot tidak cocok ditanam di lahan yang terlalu basah atau tergenang air, odot tidak
berkembang secara maksimal di lahan yang terlalu rindang butuh sinar matahari
dalam jumlah yang banyak (Conan, 2016). Rumput ini memiliki ciri-ciri seperti:
merupakan tanaman berumur panjang, membentuk rumpun mirip seperti padi,
tingginya dapat mencapai 1--1,8 m. Sistem perakarannya memiliki rhizome-
rhizome yang pendek, banyak menghasilkan anakan (Soetanto & Subagyo, 1988).
Rumput gajah jenis ini berbeda dari rumput gajah yang biasa dibudidayakan oleh
peternak saat ini. Rumput gajah biasa tingginya sekitar 4,5 meter, sedangkan
rumput odot bisa mencapai 1 meter, dengan rumpun yang sangat rapat mirip
pandan. Rumput odot jauh lebih efisien dalam penggunaan lahan. Untuk lahan 1
meter persegi rumput gajah biasa hanya menghasilkan sekitar 29,5 kg/ha/tahun,
maka rumput odot bisa mencapai sekitar 36 kg/tahun. Hampir semua bagian
rumput odot bisa dimakan oleh sapi, sedangkan rumput gajah biasa hanya sekitar
60-70% saja (Purwawangsa dkk, 2014). Kandungan nutrisi rumput gajah mini
antara lain bahan kering 13,55%, bahan organik 85,55%, abu 14,45%, protein
kasar 13,94% dan NDF 54,02% (Sirait dkk., 2014).
15
B. Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan juga Elaeis guineensis Jacq.
Elaeis berasal dari Elaion dalam bahasa Yunani berarti minyak, guineensis berasal
dari kata Guinea yaitu Pantai Barat Afrika, dan Jacq merupakan singkatan dari
Jacquin seorang botanis dari Amerika (Pahan, 2010). Kelapa sawit, saat ini
berkembang pesat di Indonesia.
Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Kelas : Angiospermae
Ordo : Palmales
Family : Palmaceace
Subfamili : Palminae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis, Elaeis oleifera dan Elaeis odora
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Daerah perkembangan kelapa
sawit yang sesuai berada pada 15 º LU--15 º LS. Curah hujan optimal yang
dikehendaki antara 2.000 – 2.500 mm per tahun dengan pembagian merata
sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5 – 7 jam per
hari dan suhu optimum berkisar 22º - 32ºC. Ketinggian di atas permukaan laut
yang optimum berkisar 0 -- 500 meter. Kelapa sawit menghendaki tanah yang
subur, gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan
drainasenya baik. Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan dan
keseimbangan unsur – unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4 – 6,5 sedangkan pH optimum berkisar 5 – 5,5. Permukaan air tanah dan
16
keasaman tanah (pH) sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara yang dapat
diserap oleh air (Risza, 1994).
Produktivitas hijauan pakan yang tumbuh di bawah tanaman kelapa sawit dapat
diperbaiki melalui penanaman tanaman pakan unggul yang tahan terhadap
naungan. Hasil penelitian Farizaldi (2011) mengemukakan bahwa produksi bahan
kering hijauan baik dari jenis rumput maupun jenis legume, pada lahan tanaman
kelapa sawit umur 8 tahun lebih rendah (berbeda nyata) dari produksi bahan
kering hijauan pada lahan tanaman kelapa sawit 5 tahun dan 3 tahun. Akan tetapi
produksi bahan kering hijauan dari jenis rumput dan legum pada lahan tanaman
kelapa sawit umur 5 tahun relatif sama (tidak berbeda nyata) dengan produksi
bahan kering hijauan dari jenis rumput dan legum pada lahan tanaman kelapa
sawit umur 3 tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan tanaman sela di antara kelapa
sawit meliputi: (1) lingkungan tumbuh tanaman kelapa sawit, seperti iklim dan
tanah, (2) karakteristik tanaman kelapa sawit, seperti jenis, perakaran, batang, dan
tajuk, (3) karakteristik tanaman sela (Wardiana dan Mhmud, 2003).
C. Naungan
Naungan memilki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas
hijauan, sehingga dapat mengubah komposisi kimia. Kandungan protein kasar
biasanya lebih tinggi pada bagian tanaman yang berada di atas dari pada yang
berada di bawah (Taufan, 2013). Naungan dapat mempengaruhi produksi dan
kualitas suatu jenis hijauan. Dengan demikian spesies hijauan pakan yang tahan
17
terhadap naungan akan mempunyai produksi dan kualitas yang tinggi meskipun
tumbuh pada areal yang ternaungi rumput gajah dapat hidup atau mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang ternaungi (Nurhayati, 2016).
Pengaruh naungan juga dapat mempengaruhi hijauan yang tumbuh di bawahnya,
cahaya yang ada dibawah naungan lebih sedikit dibandingkan dilahan yang tidak
berada dibawah naungan. Naungan baik secara alami maupun buatan
mengakibatkan pengurangan jumlah cahaya yang diterima oleh tanaman.
Sebagian besar rumput tropis mengalami penurunan produksi sejalan dengan
menurunnya intensitas sinar matahari, namun jenis rumput yang tahan terhadap
naungan sering menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau bahkan
masih meningkat pada naungan sedang. Hasil penelitian Alvarenga dkk. (2004)
menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam pada kondisi tanpa naungan
cenderung memiliki produksi berat kering akar yang lebih tinggi dibandingkan
tanaman dengan naungan. Tetapi produksi hijauan yang toleran naungan masih
dapat meningkat pada naungan sedang (Samarakoon dkk., 1990).
Naungan dibuat untuk mengurangi intensitas cahaya yang sampai pada tanaman
dan berfungsi untuk menghindari terpaan air hujan secara langsung pada tanaman
saat musim hujan. Naungan yang diberikan secara fisik pada tanaman, tidak
hanya menurunkan intensitas radiasi matahari, tetapi juga mempengaruhi unsur-
unsur mikro lainnya (Sirait, 2005).
18
D. Kualitas Hijauan
Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3 golongan yaitu rumput
(Gramineae), leguminosa/legume (Leguminoseae) dan golongan non rumput dan
non leguminosa. Perbedaan jenis hijauan antara legume dan rumput secara umum
adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada kandungan serat kasar dan protein
kasar (Hasan, 2012). Rumput merupakan jenis tanaman yang sebagian besar
digunakan untuk pakan hijuan ternak herbivora. Tanaman rumput termasuk
tanaman monokotil. Rumput yang digunakan untuk makanan ternak harus
berkualitas baik, palatabilitas tinggi dan bias diberikan ke ternak secara tidak
terbatas terbatas (Purbajanti, 2013).
Nilai nutrisi hijauan pakan tergantung pada spesies atau varietas, lingkungan
(tanah, iklim, penggembalaan), bagian tanaman, dan umur tanaman (Adwita.
dkk,1997). Kualitas dan kuantitas setiap tanaman pakan dipengaruhi oleh
kandungan hara dalam tanah terutama nitrogen (N). Kebutuhan tanaman pakan
akan nitrogen sangat tinggi terutama dari kelompok tanaman serealia termasuk
sorgum. Nitrogen ini dapat memperlambat masaknya biji (memperpanjang masa
vegetatif). Kondisi ini menyebabkan akumulasi hasil fotosintesis dalam tanaman
dapat berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan produktivitas tanaman
sebagai pakan. Kandungan nitrogen yang tinggi juga berfungsi untuk memacu
proses pembentukan daun tanaman, karena nitrogen merupakan unsur hara
pembentuk asam amino dan protein sebagai bahan dasar tanaman dalam
penyusunan daun (Keraf. dkk., 2015).
19
E. Pupuk
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur
untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Memupuk berarti
menambahkan suatu bahan yangmengandung unsur hara tertentu ke dalam tanah
(pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) untuk meningkatkan kesuburan tanah
(Lingga dan Marsono, 2006). Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak
merusak tanah, menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan
belerang) dan mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu,
pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas
mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah
(Mayadewi, 2007).
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak,
urin dan sisa pakan yang tidak dapat dihabiskan. Kadar hara pupuk kandang
bervariasi, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktorantara lain jenis ternak, umur,
keadaan individu hewan, makanan yang dimakan, alas kandang serta
penyimpanan sebelum digunakan (Purbajanti, 2013). Pemberian pupuk KCl
dengan dosis 50 kg per hektar merupakan dosis yang terbaik untuk pertumbuhan
tinggi tanaman jagung hibrida Andalas 4 (Djalil, 2003).
Pupuk kandang broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari
pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat
yang diberikan, selain itu dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa
makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang sehingga dapat menyumbangkan
20
tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap sayuran. Beberapa hasil
penelitian aplikasi pupuk kandang kotoran ayam selalu memberikan respon
tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang
kotoran ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang
cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk
kandang lainnya (Widowati. dkk, 2005).
Menurut Sutriadi dan Nursyamsi (2005), aplikasi pupuk kandang kotoran ayam
sebesar 2ton/ha dapat meningkatkan produksi jagung sebesar 6 % pada musim
pertama dan 40 % pada musim kedua. Jumlah pemberian pupuk kandang kotoran
ayam rata-rata yang biasa diberikan di Indonesia berkisar 20-30 ton/ha. Menurut
Sajimin.dkk, (2011) pemberian pupuk kandang kotoran ayam 20 ton/ha
menghasilkan kandungan protein kasar tertinggi pada Alfalfa.
F. Intensitas Cahaya
Berdasarkan ekologi terhadap kemampuan penerimaan cahaya, Lukitasari (2010)
menyatakan bahwa secara garis besar tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu: 1) Heliofit, tanaman yang tumbuh baik jika terkena cahaya matahari penuh,
dan 2) Skiofit, tanaman yang tumbuh baik pada intensitas cahaya yang rendah.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu faktor
makro dan faktor mikro. Yang termasuk dalam faktor makro adalah: cahaya
matahari, suhu, kelembaban, awan, angin, serta pencemaran udara. Sedangkan
faktor mikro meliputi media tumbuh dan kandungan O2 dan CO2 yang ada di
udara, Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi
menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih
21
sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih tebal tetapi ukurannya
lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung.
Menurut Salisbury dan Ross (1992) cahaya matahari mempunyai peranan besar
dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan
perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan perkecambahan tanaman,
metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan
tingkat produksi tanaman. Tanaman hijau memanfaatkan cahaya matahari melalui
proses fotosintesis. Pendapat di atas diperkuat oleh Baharsyah dkk, (1980) bahwa
cahaya matahari sangat besar peranannya dalam proses fisiologis yaitu
fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, pembukaan dan
penutupan stomata, berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan.
Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman
melalui proses fotosintesis. Hubungan antara penyinaran matahari dengan hasil
adalah kompleks terutama untuk tanaman kedelai yang memang pada dasarnya
merupakan tanaman yang menyukai cahaya matahari penuh.
Proses penangkapan energi matahari dikenal dengan fotosintesis. Proses ini akan
berlangsung dengan baik jika cahaya matahari yang jatuh ke permukaan tanaman
melalui klorofil optimal dan akan terganggu jika sebaliknya. Cahaya matahari
merupakan faktor iklim yang sangat penting dalam fotosintesis karena berperan
sebagai sumber energi pembentuk bahan kering tanaman. Gangguan yang timbul
dapat dilihat dari bentuk atau penampilan pertumbuhan tanaman dan pertambahan
Cahaya yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi dalam tiga komponen penting
yaitu: kualitas, lama penyinaran, dan intensitas. Kualitas cahaya berhubungan
dengan panjang gelombang, dimana panjang gelombang yang mempunyai laju
22
pertumbuhan baik pada fase vegetatif maupun generatif adalah cahaya tampak
dengan panjang gelombang 360 nm sampai 760 nm (Salisbury dan Roos 1995).
Kurniaty. dkk, (2010) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang terlalu rendah
akan menghasilkan produk fotosintesis yang tidak maksimal, sedangkan intensitas
cahaya yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap aktivitas sel-sel stomata
daun dalam mengurangi transpirasi sehingga mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman. Hijauan yang tumbuh di bawah naungan akan
menurunkan kandungan nutrisi hijauan pada lahan tersebut. Hal itu disebabkan
oleh cahaya matahari tidak seluruhnya sampai pada hijauan karena terhalangi oleh
naungan, sehingga didapatkan hasil fotosintesis yang tidak maksimal dan akhirnya
mengganggu pertumbuhan hijauan tersebut (Mangiring, 2003).
G. Defoliasi
Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas
permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri
sewaktu ternak digembalakan (Suwarso, 2009). Pemotongan dalam tanaman
hijauan perlu dilakukan. Pemotongan sangat mempengaruhi pertumbuhan
berikutnya, semakin sering dilakukan pemotongan dalam interval yang pendek
maka pertumbuhan kembali akan semakin lambat, ini disebabkan karena tanaman
tidak ada kesempatan yang cukup untuk berasimilasi (Rahman, 2002).
Perlu diatur jarak antar pemotongan pertama, kedua dan selanjutnya, sebab
setelah defoliasi, pertumbuhan tanaman memerlukan zat-zat yang kaya akan
energi seperti gula dan pati. Interval pemotongan yang panjang tidak
23
mengkhawatirkan tetapi pada interval pemotongan pendek atau intensitas
pemotongan tinggi dapat menyebabkan kandungan karbohidrat dalam akar akan
menurun sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kembali. Cadangan
karbohidrat setelah defoliasi segera dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi.
Zat tersebut kemudian dipergunakan untuk pertumbuhan. Jarak defoliasi pada
musim penghujan sebaiknya 40 hari sekali dan musim kemarau 60 hari sekali
(Soetrisno. dkk, 2008). Makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan
airnya dan proporsi dinding selnya lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel
(Beever. dkk, 2000).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari--Mei 2018 di area perkebunan kelapa
sawit yang berumur 7 tahun dan lahan kosong di sekitar perkebunan kelapa sawit yang
bertempat di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan
dan analisis kandungan bahan kering dan bahan organik dilakukan di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
B. Bahan dan Alat Penelitian
B.1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit rumput odot (Pennisetum
purpureum cv. Mott), bibit rumput setaria (Setaria sphacelata), dan bibit rumput gajah
(Pennisetum purpureum).
B.2. Alat penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, alat penyiram tanaman,
alat penyemprot herbisida, ember, timbangan analitik, oven, desikator, tang
penjepit,buret, gelas erlenmeyer 125 ml, tali rafia, waring, dan alat tulis.
25
C. Rancangan Penelitian
C.1. Rancangan Perlakuan
Perlakuan pada penelitian ini adalah :
1. Perlakuan utama : naungan yang terdiri dari 2 yaitu:
N0 : Tanpa naungan kelapa sawit
N1 : Dengan naungan kelapa sawit
2. Perlakuan pada anak petak : jenis rumput yang terdiri dari 3 yaitu:
A1 : Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
A2 : Rumput setaria (Setaria sphacelata)
A3 : Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)
C.2. Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) metode split splot design (rancangan petak terbagi). Perlakuan utama
berupa ada tidaknya naungan (N0 dan N1) sedangkan perlakuan anak petak pada
masing-masing perlakuan utama berupa jenis rumput (A1, A2, dan A3). Setiap
unit perlakuan percobaan berupa petak berukuran 2,40 x 2,25 m2. Setiap unit
percobaan diulang sebanyak 4 kali, sehingga didapat 24 unit percobaan. Tata letak
penanaman rumput terdapat pada Gambar 1.
26
N0A3U2 N0A1U2 N0A2U2
N0A2U1 N0A3U1 N0A2U3
N0A3U3 N0A3U4 N0A1U4
N0A1U1 N0A1U3 N0A2U4
N1A2U4 N1A3U3 N1A1U2
N1A1U4 N1A3U1 N1A3U4
N1A1U1 N1A2U3 N1A2U1
N1A3U2 N1A1U3 N1A2U2
Gambar 1. Tata letak penelitian
C.3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental yang terdiri dari beberapa
tahapan yaitu: tahap pemilihan lahan, tahap budidaya rumput, dan tahap analisis
proksimat.
C.3.1. Pemilihan Lahan
Pemilihan lahan didasarkan pada lahan kelapa sawit yang memiliki naungan yang
tidak terlalu rapat dan tidak terlalu memiliki banyak celah, yaitu pada lahan kelapa
sawit yang berumur 7 tahun. Lahan tanpa naungan kelapa sawit dipilih
berdasarkan letak lahan yang tidak terlalu jauh dari kelapa sawit agar unsur hara
tanah tidak berbeda jauh.
27
C.3.2. Budidaya Rumput
Tahap budidaya rumput meliputi persiapan dan pengolahan lahan, persiapan bibit
rumput, penanaman rumput, pemupukan, dan pemanenan rumput.
C.3.2.1. Persiapan dan Pengolahan Lahan
1. Melakukan pemilihan tempat dan pengukuran tempat penelitian di bawah
naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar perkebunan kelapa sawit;
2. Melakukan penyemprotan herbisida pada lahan yang berada di bawah
naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar perkebunan kelapa sawit;
3. Menggemburkan tanah dengan menggunakan cangkul pada lahan yang
berada di bawah naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar
perkebunan kelapa sawit;
4. Memupuk lahan di bawah naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar
perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan pupuk kandang yang berasal
dari kotoran ayam dengan dosis 20 ton/ hektar;
5. Membuat petak perlakuan dengan ukuran plot 2,40 x2,25 meter2 dan jarak
antar plot 1 meter2;
6. Setelah petak terbentuk maka dilakukan pemupukan kembali dengan
menggunakan pupuk kimia yaitu pupuk TSP dengan dosis 50 kg/ha dan
pupuk KCL dengan dosis 50 kg/ha.
28
C.3.2.2. Persiapan Bibit Rumput
1. Mencari bibit rumput gajah, rumput setaria dan rumput odot yang
berkualitas baik;
2. Memotong batang rumput menggunakan pisau pada bagian 4 ruas dari ruas
yang paling bawah.
C.3.2.3. Penanaman Rumput
1. Mengambil bibit rumput, rumput setaria, dan rumput odot yang telah
disiapkan;
2. Menanam rumput gajah, rumput setaria, dan rumput odot dengan jarak
tanam 100 cm;
3. Menanam rumput dengan cara stek batang dengan 2 ruas batang
dibenamkan di dalam tanah;
4. Melakukan perawatan seperti penyiraman dan pembersihan gulma secara
rutin selama 64 hari selama waktu pemeliharaan rumput.
C.3.2.4. Pemupukan
1. Melakukan pemupukan lanjutan setelah penanaman;
2. Melakukan pemupukan menggunakan pupuk TSP, KCL, dan N masing-
masing dengan dosis 50 kg/ Ha, 50 kg/ Ha, dan 100 kg/ Ha;
3. Melakukan pemupukan dengan menaburkan pupuk di sekitar tanaman
rumput.
29
C.3.2.5. Pemeliharaan
Penyulaman dan penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kerapatan tanaman
yang diinginkan, apabila ada tanaman yang tidak tumbuh segera diganti dengan
yang baru, atau tanaman yang terlalu rapat dikurangi. Proses pengairan dilakukan
setiap pagi dan sore hari atau menyesuaikan dengan cuaca, sedangkan
penyiangan (pembersihan gulma) dilakukan setiap 7 hari sekali.
C.3.2.6. Pemanenan
1. Melakukan pemanenan setelah tanaman rumput masuk pada fase vegetatif;
2. Melakukan pengukuran intensitas cahaya menggunakan alat lux meter pada
empat titik lokasi pemanenan;
3. Mengambil rumput yang akan dijadikan sampel analisis dengan
menggunakan bantuan sabit;
4. Memasukkan hasil panen rumput ke dalam wadah untuk kemudian
dilakukan pengeringan untuk dilakukan analisis bahan kering dan bahan
organik.
C.3.2.7. Analisis Bahan Kering (BK)
1. Memanaskan cawan petri di dalam oven dengan suhu 105o selama 1 jam ;
2. Cawan porselen didinginkan di dalam desikator selama 15 menit;
3. Menimbang cawan porselen (A);
4. Memasukan ± 0,5 g sampel ke dalam cawan porselen, lalu menimbang
bobotnya (B);
30
5. Memasukkan cawan petri yang telah berisi sampel analisis ke dalam oven
dengan suhu 135o selama minimal 2 jam;
6. Mendinginkan cawan porselen ke dalam desikator selama 15 menit;
7. Menimbang cawan porselen yang berisi sampel (C);
8. Menghitung kadar air dengan rumus
KA(%)= (B-A)gram - (C-A)gram X 100%
(B-A)gram
Keterangan:KA = Kadar air(%)A = Bobot cawan porselen (gram)B = Bobot cawan porselen ditambah sampel sebelum dipanaskan (gram)C = Bobot cawan porselen ditambah sampel setelah dipanaskan (gram)
9. Lakukan secara duplo lalu hitung rata-rata;
10. Menghitung kadar bahan kering dengan menggunakan rumus
BK= 100% - KA
Keterangan:BK = kadar bahan kering (%) dan KA= kadar air (%).
C.3.2.8. Analisis Bahan Organik (BO)
1. Menimbang sampel sebanyak 1 gram (B);
2. Menuangkan sampel ke dalam cawan porselen;
3. Memasukan cawan petri yang berisi sampel ke dalam tanur dengan suhu
575oC selama 2 jam;
4. Mendinginkan sampel selama 15 menit di dalam desikator;
5. Menimbang sampel yang telah menjadi abu (A);
31
6. Menghitung kadar abu dengan rumus
A (gram)Kadar Abu = X 100%
B (gram)
Keterangan:A= Banyaknya abu (gram)B= Banyaknya sampel awal (gram)
D. Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah:
1. Kandungan bahan kering rumput
2. Kandungan bahan organik rumput
E. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analisis of
Varians) dan apabila hasil berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Berganda
Duncan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan sebagai
berikut:
1. Tidak terjadi interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap
bahan kering dan bahan organik.
2. Naungan pohon kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan
bahan kering rumput, tetapi berpengaruh nyata terhadap kandungan bahan
organik rumput.
3. Jenis rumput tidak berpengaruh nyata terhadap bahan kering rumput, tetapi
berpengaruh nyata kandungan bahan organik rumput.
4. Kandungan bahan organik yang terbaik terdapat pada lahan tanpa naungan
dan rumput gajah.
B. Saran
Penanaman rumput pada lahan naungan sebaiknya menggunakan rumput odot
dan rumput setaria karena tahan terhadap naungan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius.Yogyakarta
Adwita, A., M. Woerjono, dan Soemartono. 1997. Evaluasi ketahanan terhadapkekeringan beberapa varietas jagung. Jurnal Penelitian Berkala PascaSarjana. Universitas Gajah Mada. 10 (2): 178-185
Alvarenga, A.A., M.C. Evaristo, C. Erico, J. Lima, and M.M. Marcelo. 2004.Effect of different light levels on the initial growth and photosynthetic ofCroton urucurana baill in southeastern Brazil. R. Arvore 27 : 53-57
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), 2018. Data Curah HujanBulanan Satuan Milimeter (mm) Periode 2018 Kecamatan Katibung.BMKG Stasiun Klimatologi Masgar Lampung, Lampung
Baharsjah, J.S. 1980. Pengaruh Naungan pada Berbagai Tahap Perkembangan danPopulasi Tanaman terhadap Pertumbuhan. Tesis : Pasca Sarjana IPB,Bogor
Beever,D.E., N. Offer and M. Gill. 2000. The Feeding Value of Grass and GrassProducts. In: A. Hopkins (Ed) Grass: Its Production and Utilization.Published for British Grassland Soc. By Beckwell Science. 141-195.
Conan, B. 2016. Sukses Beternak Kambing. Universitas Indonesia. Jakarta
Djalil, M. 2003. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan pembentukan komponen tongkol jagung hibrida andalas 4. Jurnal Stigma VolXI : 302-304
Eriksen, F.I, and A.S. Whitney. 1981. Effects of light intensity on growth of sometropical forage species. I. Interaction of light intensity and nitrogenfertilization on six forage grasses. Agron J. 73:427-433
Farizaldi. 2011. Produktivitas hijauan makanan ternak pada lahan perkebunankelapa sawit berbagai kelompok umur di PTPN 6 Kabupaten BatanghariProvinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 14:68-73
41
Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2015. Pengetahuan Pakan danFormulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian,Lampung
Halim, M.R.A., S. Samsuri, dan I.A. Bakar. 2013. Yield and nutritive quality ofnine napier grass varieties in Malaysia. Malaysian. J. Anim Sci. 16:37-44
Harrison, J. H., R. Blauwiekel and M. R. Stokes. 1994. Fermentation andutilizationof grass silage (Review). Journal of Dairy Science 77 (10).3209-3235
Harsanti, E.S. dan A.N. Ardiwinata. 2011. Arang Aktif Meningkatkan KualitasLingkungan. Agritani Edisi 6-12 Maret 2011 No. 3400 Tahun XLI. Hlm:10-11.
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Ternak. IPB Press. Bogor
Hopkins, A. 2000. Grass. Its Production and Utilization. Ed. Ke-3. UK. TheBritish Grassland Society. Blackwell Science. 153 p
Ifradi., Evitayani, A. Fariani., L. Warly, Suyitman, S.Yani, and Emikasmira.2012. Pengaruh dosis pupuk N, P dan K terhadap kecernaan secara invitro rumput gajah (Penisetum purpureum) cv Taiwan yang diinokulasiCMA Glomusmanihotis pada lahan bekas tambang batubara. JurnalPeternakan Indonesia. 14 (1). 279-285
Indra. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Lagu Pengomposan. Diakses darihttp//:petroganik.blogspot.co.id/2008/06/faktor-yang mempengaruhi-laju-pengomposan.html pada 28 Agustus 2018
Ismono, I. dan S. Susetyo. 1977 . Pengenalan Jenis Hijaun Tropika Penting.Produksi Hijauan Makanan Ternak Untuk Sapi Perah . BPLPP.Lembang. Bandung
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium MakananTernak. Jurusan Nutrisi dan Makan Ternak. Fakultas Peternakan.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Keraf F.K., 2015. Pengaruh pemupukan nitrogen dan umur tanaman terhadapproduksi dan kualitas rumput Kume (Sorghum plumosum var.timorense). Jurnal Peternakan Indonesia. Vol. 17 (2)
Kurniaty, R., B. Budiman., dan M. Suartana. (2010). Pengaruh media dannaungan terhadap mutu bibit suren (Toona sureni MERR.). JurnalPenelitian Hutan Tanaman. 7(2):77 – 83
42
Lingga dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta
Lugiyo dan Sumarto. 2000. Teknik Budidaya Rumput Gajah cv Hawaii(Pennisetum purpureum). Prosiding Temu Teknis Fungsional NonPeneliti. Diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian : 120 - 125
Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press.Madiun
Mangiring, W. 2003. Mutu dan Produksi Rumput Gajah pada Kondisi IntensitasCahaya dan Pemupukan Nitrogen Berbeda. Karya Ilmiah. UniversitasLampung. Bandar Lampung
Mayadewi, N. A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadappertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Jurnal Agritrop. 26 (4):153– 159
Mcllroy, R. J. 2000. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. PradnyaParamita. Jakarta
Miller, A., and Darrell. 1984. Forage Crops. McGraw-Hill Book Co. United Statesof America
Moran, J. 2005. Growing quality forages. In: Tropical Dairy Farming:FeedingManagement for Small Holder Dairy Farmers in the Humid Tropics.Department of Primary Industries, Australian
Moser, L.E. and Nelson C.J. 2003. Structure and morphology of grass.In: BarnesRF, Nelson CJ, Collins M and Moore KJ, editor. Forage. An introductionto grassland agriculture. Ed ke - 6. USA. Iowa State University Press. PP25-50
Mulyono dan Sarwono. 2008. Spesifikasi Kambing Peranakan Ettawah dalamPemeliharaan di Lingkungan yang Berbeda. Program PenyuluhPeternakan. Dinas Peternakan Jawa Timur. Jawa Timur
Munasik M, C.L. Sutrisno, S. Anwar,and C. H. Prayitno. 2012. The growth, yield,and quality of elephant grass (Pennisetum purpureum) spesific tolerant ofacid soils by mutagenesis of ethylmethana sulfonate. Anim Prod. 14:87-91
43
Nurhayati. 2016. Sumber daya genetik tanaman pakan ternak toleran naungan.Wartazoa. 26 (2)
Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Huluhingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta
Prasad, R. and J.F Power. 1997 Soil Fertility Management For SustainableAgliculture. CRC Lewis Publishers. Boca Raton New York
Prawiradiputra, B., R. Sajimin, N.D. Purwantara, dan I. Herdiawan. 2006. HijauanMakanan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian Depertemen Pertanian. Bogor.
Prawiranata, W., S. Harran dan Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar FisiologiTumbuhan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Purbajanti, E. D. 2013. Rumput dan Legum. Penerbit Graha Ilmu.Yogyakarta
Purwawangsa, Handian, dan B.W. Putera. 2014. Pemanfaatan lahan tidur untukpenggemukan sapi. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. 1 (2) :92 – 96.
Purwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung. Penerbit Angkasa
Rahman, S. 2002. Introduksi tanaman makanan ternak di lahan perkebunan:respon beberapa jenis tanaman makanan ternak terhadap naungan dantatalaksana pemotongan. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. 4(1):46-53
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik EdisiRevisi BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Risza, dan Suyatno. 1994. Kelapa Sawit (Upaya Peningkatan Produktivitas).Kanisius. Yogyakarta
Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.Yogyakarta
Sajimin, N.D., Purwantari, dan R. Mujiastusti. 2011. Pengaruh Jenis dan TarafPemberian Pupuk Organik pada Produktifitas Tanaman Alfalfa(Medicago sativa L.) di Bogor Jawa Barat. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner.Balai Penelitian Ternak. Bogor
Salisbury, B. Frank, Cleon dan W. Ross. 1995. FisiologiTumbuhan Jilid1. ITB.Bandung
Sallisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing.Company Belmont. California
44
Samarakoon, S.P., J.R. Wilson dan H.M. Shelton. 1990. Growth morphology, andnutritivevalue of shaded Stenotaphrum secundatum, Axonopuscompressus and Pennisetum clandestinum. J Agric Sci. 114:161--169
Sanchez, P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 2 (Diterjemahan)oleh Institut Teknologi. Bandung
Sanderson, M. A. and R. A., Paul. 2008. Perennial forages as second Generationbioenergy crops. International Journal of Molecular Sciences, 9 : 768-788
Sari, P. 2018. Pengaruh Jenis Rumput dan Naungan di Bawah Pohon KelapaSawit terhadap Produksi Bahan Segar dan Bahan Kering serta ProporsiBatang dan Daun Hijauan Rumput. Skripsi. Program Sarjana, UniversitasLampung, Lampung (Belum di publikasikan)
Setanto, H dan I. Subagyo. 1988. Landasan Agrostologi. Universitas Brawijaya.Malang
Sinaga, R. 2007. Analisis model ketahanan rumput gajah dan rumput raja akibatcekaman kekeringan berdasarkan respons anatomi akar dan daun. JurnalBiologi Sumatera, Januari 2007, hlm. 17 – 20 ISSN 1907-5537 : 2(1)
Sirait, J. 2005. Pertumbuhan Dan Serapan Nitrogen Rumput Pada Naungan danPemupukan Yang Berbeda. Tesis. Program Pascasarjana. InstitutPertanian Bogor. Bogor
Sirait J., A. Tarigan., dan K. Simanihuruk. 2014. Karakteristik Morfologi RumputGajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada Jarak Berbeda diDua Kabupaten di Sumatera Utara. Pross. Prosiding Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner 2014. Sei Putih (Indonesia). LokaPenelitian Kambing Potong. Deli Serdang
Siregar, S.B. 1994.Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis MakananTernak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan DepartemenPertanian. Jakarta
Soegito, S. Rodiah dan Arifin. 1992. Pemurnian dan Perbanyakan BenihPerjenisKedelai. Badan Penelitian Tanaman Pangan. Malang
Soetanto, H. dan I. Subagyo. 1988. Landasan Agrostologi. Malang: BPFE.Universitas Brawijaya. Malang
45
Soetrisno, D. Joko., B. Suhartanto, N. Umami, dan N. Suseno. 2008. IlmuHijauan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas GadjahMada. Yogyakarta
Sulaiman, A.H., dan G. Sinuraya. 1994. Dasar-Dasar Biokimia untuk Pertanian.Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan
Susetyo, S. 2001. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan DepartemenPeternakan. Jakarta
Sutopo, L. 2000. Bercocok Tanam. CV Rajawali. Jakarta
Sutriadi, M. T., dan D. Nursyamsi. 2005. Penelitian uji tanah hara kalium di tanahinceptisol untuk kedelai (Glicyne max, L.). Jurnal Ilmu Pertanian. 18:102-118
Suwarso. 2009. Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta
Syarifuddin, N.A. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah EnzilasePada Berbagai Umur Pemotongan. Skripsi FakultasPertanian Universitas Lampung, Lampung
Taufan. 2013. Potensi Hijauan Di Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pakan SapiPotong Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi. Jurusan Peternakan,Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.Samarinda
Tillman, A.D., N. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S.Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta
Volesky, J. D. dan B. E. Anderson. 2007. Defoliation effects on production andnutritive value of four irrigated cool season Perenial Grasses. Agron. J.99 : 494
Wardana, E. Dan Z. Mahmud. 2003. Tanaman Sela Di antara Pertanaman KelapaSawit. Pross. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. LokaPenelitian Tanaman Sela Perkebunan, Parung Kuda, Jawa Barat
Widowati, L.R., S. Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005. PengaruhKompos Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral danPupuk Hayati terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara dan ProduksiSayuran Organik. Laporan Proyek Penelitian Program PengembanganAgribisnis, Balai Penelitian Tanah. TA 2005
46
Wong, C.C. 1991. Shade tolerance of tropical forage. Proceeding of WorkshopForages for Plantation Crops. Ed by Shelton, H. M. and Sturr, W. W.ACIAR No. 32 : 64
Yahya. 2002. Ilmu Pertanian. Erlangga. Jakarta.