kaleidoskop kebijakan cukai dan pajak rokok 2015
TRANSCRIPT
Kebijakan Cukai dan Pajak Rokok 2015: Kebijakan Fiskal untuk Kesehatan Masyarakat ABDILLAH AHSAN
WAKIL KEPALA LEMBAGA DEMOGRAFI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, UNIVERSITAS INDONESIA
Prevalensi konsumsi tembakau pada penduduk usia > 15 tahun
53.462.2 63.1 65.6 65.8 66
1.7 1.3 4.5 5.2 4.1 6.7
2731.5 34.4 34.2 34.3 36.3
0
20
40
60
80
100
1995 2001 2004 2007 2010 2013
Laki2
Perempuan
Lk+Prmpn
Source: SKRT (1995), SURKESNAS (2001, 2004), RISKESDAS(2007, 2010, 2013)- Indonesia NIHRD-Litbangkes
Meningkatnya Prevalensi Hipertensi
3PROMKES_KEMENKES
Meningkatnya Stroke
4PROMKES_KEMENKES
5PROMKES_KEMENKES
6PROMKES_KEMENKES
PREVALENSI (%) KONSUMSI TEMBAKAU HISAP DAN KUNYAH PADA POPULASI USIA >= 15 TAHUN , RISKESDAS 2007, 2010, 2013
34.234.7
36.3
55.6
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
2007
2010
2013
37.0
43.5
48.3
49.4
50.0
50.8
51.1
51.1
51.2
52.0
53.0
53.3
54.2
54.7
54.9
55.2
55.6
55.9
55.9
56.1
56.7
57.4
57.9
58.0
58.0
58.4
58.5
59.2
59.5
59.6
59.7
61.2
62.8
63.2
Papua
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Papua Barat
Kalimantan Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Kalimantan Timur
Nusa Tenggara Timur
Jambi
Riau
DI Yogyakarta
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
DKI Jakarta
Kep.Bangka Belitung
Maluku
Jawa Tengah
Sulawesi Utara
Indonesia
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
Jawa Timur
Kepulauan Riau
Aceh
Bengkulu
Maluku Utara
Banten
Sumatera Barat
Lampung
Jawa Barat
Nusa Tenggara Barat
Gorontalo Prevalensi merokok padalaki-laki usia 10 tahun keatas di Indonesia, 2013
0.60.60.6
0.90.91.01.11.11.21.21.21.21.3
1.41.51.61.61.6
1.71.8
1.92.12.1
2.32.5
2.62.82.8
3.03.43.43.4
3.94.7
DI Yogyakarta
Aceh
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Jawa Timur
Bengkulu
Bali
Maluku
Jawa Tengah
Jambi
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Lampung
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Gorontalo
Riau
Kep.Bangka Belitung
Indonesia
Sumatera Barat
Banten
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Kalimantan Barat
Jawa Barat
Maluku Utara
Papua Barat
Sulawesi Utara
Papua
Prevalensi merokok padaperempuan usia 10 tahun ke atasdi Indonesia, 2013
Prevalensi Perokok Remaja(15-19 tahun)
Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007*, 2010
9.9 12.318.3
0.05.0
10.015.020.025.030.035.040.045.050.0
DI Y
ogy
akar
ta
Jaw
a Te
nga
h
Nu
sa T
engg
ara
Tim
ur
Jaw
a B
arat
Jaw
a Ti
mu
r
Nu
sa T
engg
ara
Bar
at
DK
I Jak
arta
Mal
uku Bal
i
Lam
pu
ng
IND
ON
ESIA
Ban
ten
Mal
uku
Uta
ra
Go
ron
talo
Pap
ua
Bar
at
Pap
ua
Sula
we
si U
tara
Sum
atra
Sel
atan
Sula
wes
i Ten
gah
Ben
gku
lu
Sula
wes
i Ten
ggar
a
Sula
wes
i Bar
at
Jam
bi
Sula
wes
i Sel
atan
Kal
iman
tan
Bar
at
Sum
atra
Uta
ra
Kal
iman
tan
Ten
gah
Kep
ula
uan
Ria
u
DI A
ceh
Kal
iman
tan
Tim
ur
Sum
atra
Bar
at
Ria
u
Kal
iman
tan
Sel
atan
Ban
gka
Bel
itu
ng
RERATA KONSUMSI ROKOK YANG DIHISAP (JUMLAH BATANG PER HARI) BERDASARKAN PROVINSI PADA POPULASI 10 TAHUN KE ATAS, RISKESDAS
2013
0 1.6
18
55.4
16.6
4.6 3.8
-5
5
15
25
35
45
55
65
75
3 - 4 tahun5 - 9 tahun 10 - 14 tahun
15 - 19 tahun
20 - 24 tahun
25 - 29 tahun
>= 30 tahun
PROPORSI (%) UMUR MULAI MEROKOK MENURUT KELOMPOK UMUR PADA POPULASI USIA 10 TAHUN KE ATAS YANG PERNAH MEROKOK, RISKESDAS 2013
56.8
96
84.6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
DK
I Jak
arta
Bal
iD
I Yo
gyak
arta
Ban
ten
Go
ron
talo
Kep
ula
uan
Ria
uJa
wa
Bar
atJa
wa
Tim
ur
Ban
gka
Bel
itu
ng
Nu
sa T
engg
ara
Bar
atM
alu
kuD
I Ace
h
Kal
iman
tan
Tim
ur
Jaw
a Te
nga
hSu
mat
era
Sela
tan
Pap
ua
Sum
ater
a U
tara
Kal
iman
tan
Sel
atan
Ria
uP
apu
a B
arat
Sula
wes
i Uta
raJa
mb
iSu
mat
era
Bar
atSu
law
esi S
elat
anSu
law
esi T
engg
ara
Sula
wes
i Ten
gah
Kal
iman
tan
Ten
gah
Mal
uku
Uta
raN
usa
Ten
ggar
a Ti
mu
rK
alim
anta
n B
arat
Sula
wes
i Bar
atB
engk
ulu
Lam
pu
ng
Ind
on
esia
PREVALENSI (%) MEROKOK DALAM GEDUNG PADA POPULASI 10 TAHUN KE ATAS YANG SAAT INI MEROKOK, RISKESDAS 2013
38.5
56.7
1.9
35.2
51.3
32.3
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
10
-1
4
15
-1
9
20
-2
4
25
-2
9
30
-3
4
35
-3
9
40
-4
4
45
-4
9
50
-5
4
55
-5
9
60
-6
4
65
+
Laki
-lak
i
Per
emp
uan
Tid
ak s
eko
lah
Tid
ak T
amat
SD
Tam
at S
D
Tam
at S
LTP
Tam
at S
LTA
Tam
at D
1-D
3/P
T
Tid
ak b
erke
rja
Peg
awai
Wir
asw
asta
Pet
ani/
Nel
ayan
/Bu
ruh
Lain
nya
kuin
til 1
kuin
til 2
kuin
til 3
kuin
til 4
kuin
til 5
PREVALENSI (%) MEROKOK USIA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KARAKTERISTIK RESPONDEN RISKESDAS 2013
Price, Consumption & Lung Cancer, France
Sources: Jha & Hill, 2012
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
Year
Nu
mb
er/
ad
ult
/da
y a
nd
de
ath
ra
tes
50
100
150
200
250
300
Pri
ce
(%
re
lati
ve
to
19
80
) Lung cancer death rates per 100,000 (divided
by four): men age 35-44
Relative price
# cigarettes/adult/day
Sumber: WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2015
Prevalensi konsumsi tembakau pada penduduk usia > 15 tahun
53.462.2 63.1 65.6 65.8 66
1.7 1.3 4.5 5.2 4.1 6.7
2731.5 34.4 34.2 34.3 36.3
0
20
40
60
80
100
1995 2001 2004 2007 2010 2013
Laki2
Perempuan
Lk+Prmpn
Source: SKRT (1995), SURKESNAS (2001, 2004), RISKESDAS(2007, 2010, 2013)- Indonesia NIHRD-Litbangkes
Prevalensi Perokok Remaja(15-19 tahun)
Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007*, 2010
9.9 12.318.3
0.05.0
10.015.020.025.030.035.040.045.050.0
DI Y
ogy
akar
ta
Jaw
a Te
nga
h
Nu
sa T
engg
ara
Tim
ur
Jaw
a B
arat
Jaw
a Ti
mu
r
Nu
sa T
engg
ara
Bar
at
DK
I Jak
arta
Mal
uku Bal
i
Lam
pu
ng
IND
ON
ESIA
Ban
ten
Mal
uku
Uta
ra
Go
ron
talo
Pap
ua
Bar
at
Pap
ua
Sula
we
si U
tara
Sum
atra
Sel
atan
Sula
wes
i Ten
gah
Ben
gku
lu
Sula
wes
i Ten
ggar
a
Sula
wes
i Bar
at
Jam
bi
Sula
wes
i Sel
atan
Kal
iman
tan
Bar
at
Sum
atra
Uta
ra
Kal
iman
tan
Ten
gah
Kep
ula
uan
Ria
u
DI A
ceh
Kal
iman
tan
Tim
ur
Sum
atra
Bar
at
Ria
u
Kal
iman
tan
Sel
atan
Ban
gka
Bel
itu
ng
RERATA KONSUMSI ROKOK YANG DIHISAP (JUMLAH BATANG PER HARI) BERDASARKAN PROVINSI PADA POPULASI 10 TAHUN KE ATAS, RISKESDAS
2013
0 1.6
18
55.4
16.6
4.6 3.8
-5
5
15
25
35
45
55
65
75
3 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun 15 - 19 tahun 20 - 24 tahun 25 - 29 tahun >= 30 tahun
PROPORSI (%) UMUR MULAI MEROKOK MENURUT KELOMPOK UMUR PADA POPULASI USIA 10 TAHUN KE ATAS YANG PERNAH MEROKOK, RISKESDAS 2013
38.5
56.7
1.9
35.2
51.3
32.3
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
10
-1
4
15
-1
9
20
-2
4
25
-2
9
30
-3
4
35
-3
9
40
-4
4
45
-4
9
50
-5
4
55
-5
9
60
-6
4
65
+
Laki
-lak
i
Per
emp
uan
Tid
ak s
eko
lah
Tid
ak T
amat
SD
Tam
at S
D
Tam
at S
LTP
Tam
at S
LTA
Tam
at D
1-D
3/P
T
Tid
ak b
erke
rja
Peg
awai
Wir
asw
asta
Pet
ani/
Nel
ayan
/Bu
ruh
Lain
nya
kuin
til 1
kuin
til 2
kuin
til 3
kuin
til 4
kuin
til 5
PREVALENSI (%) MEROKOK USIA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KARAKTERISTIK RESPONDEN RISKESDAS 2013
Amanat Konstitusi Tentang Pengendalian Konsumsi RokokUndang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 113
(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat Adiktif diarahkan agar tidak mengganggu danmembahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakauDst
Pasal 114
Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkanperingatan kesehatan Bergambar .
Pasal 115 ayat 2
Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya.
Amanat konstitusi pengendalian konsumsi rokok
UU No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai Pasal 2 ayat 1
1.konsumsinya perlu dikendalikan;
2.peredarannya perlu diawasi;
3.pemakaiannya berdampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup
4.pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan
Kesimpulan : Konstitusi mengamanatkan pengendalian konsumsi rokok, semua pihak harus taat
Kebijakan Cukai Rokok 2015 dan 2016
Type of Cigarette
Production Group
Ret. Price Range (Rp)
Excise tariff (Rp)
Ret. Price Range (Rp)
Excise tariff (Rp)
% increase retail price
% increase excise tariff
% excise tariff to retail price 2015
2015 2016
SKM
I ≥800 415≥ 1,000 480 25,0% 15,7% 48%
II> 588 305> 740 340 25,9% 11,5% 46%511-588 265590-740 300 15,5% 13,2% 45%
SPM
I ≥ 820 425≥ 930 495 13,4% 16,5% 53%
II> 520 270> 800 305 53,8% 13,0% 38%425-520 220505-800 255 18,8% 15,9% 39%
SKT
I>825 290> 1,115 320 35,2% 10,3% 29%606-825 220775-1115 245 27,9% 11,4% 26%
II> 417 140> 605 155 45,1% 10,7% 26%385-417 125430-605 140 11,7% 12,0% 27%
IIIA ≥ 286 85≥ 400 90 39,9% 5,9% 23%IIIB ≥ 286 80≥ 370 80 29,4% 0,0% 22%
Average 28,5% 11,3% 35%
Peta jalan ROKOK kemenperin Vs Kemenkes Permenperin No. 63/M-IND/PER/8/2015 (peta jalan produksi hasil tembakau 2015-2020)
Permenperin No. 63/M-IND/PER/8/2015 (peta jalan produksi hasil tembakau 2015-2020)
Permenkes No 40 tahun 2013 (peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan)
Permenkes No 40 tahun 2013 (peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan)
Rekomendasi Pemerintah harus mengambil posisi pro-kesehatan masyarakat untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam mengurangi konsumsi rokok dan bahaya kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Meskipun dampak positif dari peningkatan cukai terhadap kesehatan masyarakat tidak terlihat secara langsung, peningkatan persentase tarif cukai dalam jangka panjang dapat menyelamatkan ribuan penduduk Indonesia.
Pemerintah harus mempertimbangkan untuk berpegang pada the FCTC Article 6 Guidelinessebagai panduan, karena dalam panduan tersebut dipaparkan standar internasional yang berbasis fakta untuk mengimplementasikan kebijakan cukai hasil rokok yang efektif sehingga manfaat fiskal dan kesehatan dapat tercapai.
RekomendasiBerdasarkan the FCTC Article 6 Guidelines, penting bagi pemerintah untuk menyederhanakan sistem cukai dengan mengurangi rentang harga antara rokok yang paling murah dan paling mahal. Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi efek substitusi antar merek rokok dan mengurangi permintaan rokok. Reformasi sistem cukai rokok / hasil rokok dapat dilakukan melalui:
- mengeliminasi tingkatan produksi (production tiers);
- menggunakan cukai spesifik dan tunggal;
- menerapkan peningkatan cukai untuk seluruh produk rokok; dan
- secara otomatis menyesuaikan cukai spesifik dengan inflasi.
RekomendasiMenurut “the FCTC Article 5.3 Guidelines,” pemerintah harus menerapkan panduan pelaksanaan (code of conduct) untuk seluruh kementerian dan pejabat yang berwenang untuk melarang interaksi pemerintah dengan industri rokok dan mengharuskan transparansi penuh dan akuntabilitas dari setiap bentuk interaksi. Hal ini dilakukan demi pelaksanaan peraturan, pengawasan, pengendalian, termasuk formulasi dan implementasi kebijakan cukai rokok.
Pemerintah harus secara hati-hati mempertimbangan cara untuk menggunakan penerimaan negara dari Dana Bagi Hasil Cukai Rokok (DBHCHT) dan Pajak Rokok Daerah. Mempromosikan pengendalian rokok dan aktivitas gaya hidup sehat harus menjadi prioritas, demi peningkatan kesehatan masyarakat. Selain itu, pemerintah harus menggunakan penerimaan negara tersebut untuk mendampingi produsen rokok kecil dan petani untuk beralih mata pencaharian lain.
Indonesia harus mempertimbangkan untuk meratifikasi “the WHO FCTC” secara serius. Dengan demikian, implementasi cukai rokok dan kebijakan pengendalian rokok akan diperkuat.