kajian risiko dan aksi adaptasi perubahan iklim sektor...

18
Kajian Risiko dan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangan di Dusun Karang Tengah, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari Program ICCTF - USAID tahun 2016 - 2017 Mitra pelaksana oleh YEU (Yakkum Emergency Unit)

Upload: ngotu

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Risiko dan Aksi AdaptasiPerubahan Iklim Sektor SpesifikKetahanan Pangan di Dusun Karang Tengah, Desa Giricahyo,Kecamatan Purwosari

Program ICCTF - USAID tahun 2016 - 2017Mitra pelaksana oleh YEU (Yakkum Emergency Unit)

1Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

Kajian Risiko dan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangan di Dusun Karang Tengah, Desa Giricahyo,Kecamatan Purwosari

Program ICCTF - USAID tahun 2016 - 2017Mitra pelaksana oleh YEU (Yakkum Emergency Unit)

2Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

Pendekatan berbasis komunitas atau desa merupakan salah satu bagian penting untuk memperkuat aksi atau program adaptasi perubahan iklim. Memastikan risiko, kerentanan dan menguatkan ketangguhan yang melibatkan secara langsung dari hulu ke hilir di tingkat aksi adaptasi akan membangun rasa memiliki program dan menjamin keberlangsungan setelah program adaptasi selesai.

Program YEU-ICCTF telah memilih pendekatan ini untuk memastikan bahwa kegiatan adaptasi benar-benar tepat pada sektor atau wilayah dengan risiko tinggi dan memiliki dampak langsung ke komunitas. Pengembangan analisis risiko berbasis komunitas menjadi sangat penting karena sebagian besar dari perilaku atau aksi adaptasi terutama di tingkat tapak berhubungan erat dengan tuntutan perubahan paradigma (paradigm shift) masyarakat terhadap lingkungan fisik, biotik dan kultural, oleh karena itu keterlibatan komunitas dalam pendekatan yang YEU-ICCTF pilih sangat membantu efektifitas program adaptasi.

Selain pendekatan tingkat kebijakan (dan anggaran pembangunan), adaptasi pada tingkat kelompok rentan masih sangat tergantung pada inisiatif komunitas. Pola umum yang terjadi pada level kebijakan biasanya membutuhkan proses perubahan terkait adaptasi yang lebih lama, sehingga short cut melalui aksi langsung ke komunitas masih akan dibutuhkan. Namun demikian, program adaptasi masih akan selalu membutuhkan kajian risiko dan kerentanan perubahan iklim dimanapun dan sampai kapanpun seperti pembelajaran dalam buku ini, untuk menjamin bahwa kegiatan adaptasi memenuhi aspek standar (sebagaimana instrumen adaptasi yang dikembangkan ICCTF) yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai program spesifik adaptasi perubahan iklim.

Tentu saja selain manfaat yang diharapkan, ada juga kekurangan dalam buku ini, sehingga masukan dan saran dengan senang hati selalu kami tunggu terkait pembelajaran analisis risiko dan kerentanan adaptasi.

KATA PENGANTAR

3Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

DAFTAR ISI

I Identifikasi target cakupan wilayah dan/atau sektor spesifik dan masalah dampak perubahan iklim

4

II Penyusunan kajian kerentanan dan risiko iklim 5

2.1 Analisis kondisi iklim dan kejadian iklim ekstrim historis di wilayah kajian 5

2.2 Penyusunan skenario iklim masa depan 7

III Pengkajian dampak kejadian iklim historis yang mengancam fungsi ekologis 8

IV Proyeksi kerentanan dan risiko 9

V Pemetaan kapasitas kelembagaan dalam mengendalikan dampak perubahan iklim 10

VI Penyusunan pilihan aksi adaptasi perubahan iklim 11

6.1 Peta potensi dusun 11

6.2 Daftar pilihan adaptasi 12

6.3Prioritisasi pilihan adaptasi berdasarkan pertimbangan ketersediaan sumberdaya dan kendala pelaksanaan setiap pilihan adaptasi

13

Kesimpulan 14

4Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

IDENTIFIKASI TARGET CAKUPAN WILAYAH DAN/ATAU SEKTOR SPESIFIK DAN MASALAH DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

I.

Kajian risiko dan aksi adaptasi perubahan iklim dilakukan melalui diskusi kelompok yang diikuti oleh perwakilan masyarakat (kelompok tani) Dusun Karang Tengah, pemerintah desa Giricahyo dan tim BP3K Kecamatan Purwosari. Cakupan dari kajian analisis ini adalah untuk sektor Pertanian dan Perikanan dengan basis data ditingkat dusun, yaitu Dusun Karang Tengah, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari.

Level Analisis Sektoral

Tingkat Kerawanan

JenisBahaya Iklim

TingkatBahaya Iklim

Kerugian Akibat Bahaya Iklim

Kontribusi terhadap PDRB

Pertanian Tinggi

Curah hujantidak stabil Tinggi Tinggi Sedang

Kekeringan Tinggi Tinggi Sedang

Peternakan Sedang Kekeringan Tinggi Tinggi Sedang

Tabel 1.1 Identifikasi target cakupan sektor spesifik

5Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

PENYUSUNAN KAJIAN KERENTANAN DAN RISIKO IKLIMII.

Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan disominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian dikawasan ini kurang optimal. Wilayah Gunungkidul paling selatan mempunyai awal hujan paling akhir dan curah hujan yang lebih rendah dibanding wilayah utara.

2.1 Analisis kondisi iklim dan kejadian iklim ekstrim historis di wilayah kajianAnalisis kondisi iklim dan kejadian iklim ekstrim historis untuk variabel curah hujan periode enam tahun terakhir melalui metode studi dokumen.

Tabel 2.1 Curah hujan Kabupaten Gunungkidul tahun 2009 s/d 2014

Curah Hujan/Rainfalls (mm)

No. Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. Januari 226,17 226,17 357,06 442,78 499,78 387,94

2. Februari 265,11 265,11 408,33 322,39 296,11 332,78

3. Maret 125,17 125,17 325,81 397,50 168,83 108,22

4. April 126,67 126,67 241,24 158,50 198,78 179,89

5. Mei 109,67 109,67 134,20 73,11 172,78 63,89

6. Juni 36,67 36,67 0 0,92 334,17 56,50

7. Juli 1,72 1,72 0 0,00 131,67 59,56

8. Agustus 0,50 0,50 0 0 0,06 0,83

9 September 0,00 0,00 0 0,00 0,06 0,00

10. Oktober 56,19 56,19 43,17 78,44 68,22 0,44

11. November 101,38 101,38 256,78 227,25 245,28 220,11

12. Desember 126,31 126,31 389,39 399,25 374,17 471,78

Total 1 175,56 2 295,69 2 155,98 2 100,14 2 489,91 1 881,94

Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Gunungkidul

Tabel 2.2 Data rata-rata curah hujan bulanan (milimeter) tahun 1980 s/d 2015 Kabupaten Gunungkidul

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

356 295 218 147 72 34 35 11 19 95 227 299

Sumber: BMKG BPP Panggang (2016)

6Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

Berdasarkan data dari Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul, curah hujan rata-rata tahun 2015 sebesar 2.528,42 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 117 hari/tahun. Penyimpangan curah hujan terhadap normalnya di Kabupaten Gunungkidul dalam suatu periode yang panjang, diukur dengan Standarized Precipitation Index (SPI). Berdasarkan nilai SPI, tingkat kekeringan dan kebasahan di Kabupaten Gunungkidul termasuk normal, dengan nilai SPI – 0,99 s/d 0,99.

Berdasarkan pengalamam, petani membaca cuaca dengan Pranotomongso, yang dituangkan dalam menerapkan musim tanam• Musim hujan I (rendeng) antara bulan Oktober - Februari.• Musim hujan II (mareng) antara bulan Maret - Juni.• Musim hujan III/kemarau (ketigo) antara bulan Juli - Oktober.

Berikut Kalender Musim berdasarkan ilmu titen dari petani

KeteranganBulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Hujan/kemarau

Tanam MT II MT I

Pupuk Pupuk 2

Pupuk dasar

Pupuk 1 kimia

Pupuk 2 kimia

PanenPanen padi,

jagung

Panen padi,

jagung, palawija

Panen palawija

Panen ubi

kayu

Panen ubi

kayu

Paceklik X X X X

Pakan ternak (hijauan, kering, beli)

hijau hijau hijau hijau Kering, beli

Kering, beli

Kering, beli

Kering, beli

Kering, beli

Kering, beli hijau hijau

Jual (ternak, padi, palawija)

Jual palawija

1

Jual ternak

Jual ternak & palawija

2

Harga pasaran tani & ternak (rendah/relatif tinggi)

Harta palawija rendah

Harga palawija rendah

Harga palawija rendah

Harga palawija rendah

Harga ternak tinggi (Idul

Adha)

Harga palawija

tinggi

Harga ternak

& palawija

tinggi

Harga ternak

& palawija

tinggi

Awal musim hujan biasanya di minggu III/IV Oktober, masa tanam pertama di minggu kedua November dan masa tanam kedua di minggu kedua Maret. Masa pemupukan tergantung air dengan masa 20 hari lamanya. Kendala pemupukan, saat sudah ditabur pupuk tapi tidak ada hujan (tanah panas). Ada 2-3 kali masa pemupukan: pupuk dasar di bulan Oktober awal, lalu minggu II Oktober diberi urea, dan pemupukan ketiga di bulan November. Pemupukan masa tanam kedua, untuk kacang hanya 1 kali, kalau jagung 2 kali sekitar bulan April. Saat Saat bulan Januari harga bibit tinggi. Harga ternak tinggi biasanya karena ketersediaan pakan banyak, sehingga hasil ternak bagus.

7Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

2.2 Penyusunan skenario iklim masa depan BMKG memaparkan bahwa berdasarkan pengalaman selama 50 tahun terakhir, 75% El Nino yang kuat akan diikuti oleh La Nina. Sehingga El Nino 2015/16 berpotensi diikuti oleh La Nina. Transisi bertahap dari El Nino ke La Nina 2016 menyebabkan curah hujan yang tinggi di Indonesia (mirip dengan apa yang terjadi pada tahun 1997/1998). BMKG menegaskan bahwa efek La Nina telah dimulai pada bulan Juli dengan intensitas rendah dan akan berlanjut sampai November 2016-Januari 2017 dengan intensitas sedang. Sampai dengan minggu ketiga bulan Juni 2016, sekitar 56 persen dari daerah di Indonesia telah memasuki musim kemarau. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Sumatera, Jawa dan Kalimantan masih mengalami musim hujan. Pengaruh Indian Ocean Dipole terutama dirasakan di Indonesoa bagian Barat sedangkan pengaruh La Nina dirasakan di bagian tengah. Indonesia Timur kemungkinan akan mengalami kondisi normal (yaitu musim kemarau). Berdasarkan data dari minggu kedua dan ketiga bulan Juni, curah hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia dianggap "di atas normal". Secara keseluruhan musim kemarau 2016 diprediksi akan lebih pendek dengan kondisi yang lebih basah. Diramalkan tidak akan ada musim kemarau di tahun 2016 untuk beberapa daerah di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Musim hujan diprediksi akan maju, secara umum Agustus–November 2016 sudah memasuki periode musim hujan. Kondisi basah cukup kondusif untuk komoditas padi dan jagung; tetapi tidak cukup bagus untuk: petani garam, tembakau, bawang merah, dan cabe.

Untuk skenario iklim masa depan, BMKG tidak memiliki data. Yang tersedia adalah prakiraan cuaca jangka pendek (harian, mingguan, bulanan, tiga bulanan). Sementara petani masih menggunakan pranotomongso.

8Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

PENGKAJIAN DAMPAK KEJADIAN IKLIM HISTORIS YANG MENGANCAM FUNGSI EKOLOGISIII.

Tahun Kejadian Dampak terhadap Pertanian Dampak terhadap Peternakan

2010

– 2

011

Kekeringan

1. Kesulitan air, tanaman kering jadi gagal panen

2. Hama: tikus, uret, dan lain-lain3. Diserang kera ekor panjang4. Hasil pertanian menurun.

1. Mencari rumput susah2. Kebutuhan air susah3. Hewan ternak kurus4. Hasil ternak berkurang sehingga

menjadi dampak penyakit

2012

– 2

013

Curah hujan panjang

1. Hasil pertanian meningkat

Pada tahun 2011, 3 petak dapat 4 sak. Pada tahun 2012, 3 petak dapat 11 sak

Tercukupi makanan hijauan ternak

Hujan abu

1. Gagal panen2. Paska hujan abu (tahun berikutnya),

tanah lebih subur. Saat itu pupuk sulit didapat, tapi tanah dapat dengan mudah ditanami karena subur.

Pakan hijau sulit didapat, hewan jadi sakit tenggorokan

2014

– 2

016

Hujan terlambat

1. Penanaman mundur2. Terjadi 2x penanaman benih3. Muncul hama uret4. Muncul jamur tanah

1. Sulit mencari pakan ternak2. Harus mendatangkan dari luar

daerah (Bantul)

Curah hujan tidak stabil

1. Serangan hama penyakit2. Produksi menurun drastis

Banyak hewan yang mati

Langka pupuk kimia

Pertumbuhan tanaman kurang maksimal

9Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

PROYEKSI KERENTANAN DAN RISIKO IV.

Pasti terjadi Curah hujan tidak stabil Kekeringan

Kemungkinan besar terjadi

40%-60%bisa terjadi

Kemungkinan kecil

20%-40%

Kemungkinan sangat kecil

< 20%

Kerusakan sangat ringan

< 20%

Kerusakan ringan

20%-40%

Kerusakan sedang

40%-60%

Kerusakan parah

60%-80%Rusak total

10Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

PEMETAAN KAPASITAS KELEMBAGAAN DALAM MENGENDALIKAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIMV.

KegiatanKontribusi pemangku kepentingan

Pemerintah Desa Kelompok Tani BP2KP YEU

Pembuatan pupuk organik dan pestisida hayati

Pengawasan • Penyedian kotoran ternak, daun, sersah & bahan baku utama

• Peralatan• Tempat

pertemuan • Tempat

penyimpanan pupuk

• Pendistribusian

• Fasilitasi pelatihan

• Pendampingan

• Biaya pelatihan • Fasilitasi bahan

baku penunjang • Pendampingan

Pembuatan pakan ternak

Pengawasan • Penyedian daun, sersah & bahan baku utama

• Peralatan• Tempat

pertemuan • Tempat

penyimpanan pupuk

• Pendistribusian

• Fasilitasi pelatihan

• Pendampingan

• Biaya pelatihan • Fasilitasi bahan

baku penunjang • Mesin pencacah • Pendampingan

Penangkaran Benih & Demplot organik

Tanah bengkok • Tenaga• Peralatan

• Pendampingan • Pengamatan

dan penelitian penangkaran benih

• Penanganan pasca panen

• Pendampingan• Benih

11Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

PENYUSUNAN PILIHAN AKSI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM VI.

6.1 Peta Potensi Dusun

Dulu banyak lahan pertanian, tapi karena populasi bertambah, maka ada perubahan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan. Lalu ketika pertanian sudah tidak menghasilkan, maka lahan berubah menjadi hutan rakyat. Telaga Jombor punya 2 sumber untuk air minum manusia dan untuk ternak. Telaga Jombor tanaman sudah ada yang ditebang. Telaga Nglarangan saat ini sudah kering, kalau musim hujan bisa penuh. Kering karena sudah banyak endapan tanah (pendangkalan), padahal tanaman masih besar-besar. Perlu pengerukan (sudah masuk dalam RPJM Desa tahun 2016-2021). Tiap tahun akan dibahas lagi, sehingga nanti harus dipertimbangkan apakah akan tetap menjadi prioritas atau tidak. Sudah banyak perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan hutan, dan juga karena hama Kera ekor panjang semakin banyak. Orang lebih memilih bekerja menjadi tukang. Di sini, lahan perhutanan malah menjadi pertanian, ada sedikit lahan pribadi menjadi hutan rakyat. Lahan Kehutanan beralih fungsi menjadi lahan pertanian sekitar tahun 1982, warga mengambil pohon jati dan akasia. Dipersilakan Kehutanan memanfaatkan tanah untuk pertanian, tapi harus menanam pohon, tapi setelah pohon besar langsung ditebang.

12Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

6.2 Daftar pilihan adaptasi

Sektor Faktor Kerentanan

Potensi Bahaya

Tingkat Risiko Saat

ini

Tingkat Risiko Masa

DepanPilihan

AdaptasiSumberdaya yang dimiliki

Tantangan/ Kekurangan/ Keterbatasan

Pert

ania

n

- Gagal Panen - Manajemen

pupuk yg tidak tepat

- Pengelolaan lahan tidak optimal

- Ketersediaan pupuk tidak mencukupi

- Kekeringan- Curah hujan

tidak stabil/musim tidak teratur

Tinggi Tinggi

- Penangkaran benih unggul: segreng handayani agung harjuna

- Demplot organik

- penanganan pasca panen

Tenaga - Belum pernah dilatih pembuatan benih

- Pembenihan jagung sendiri, rentan dimakan semut

- Biaya benih tinggi, harga jual panen rendah

Pembuatan pupuk organik

Kotoran ternak Alat pembuatan pupuk organik

Peningkatan sarana dan prasarana pertanian: alat perontok padi & jagung, hand-sprayer, gareko, alas jemur, kendaraan angkut, hand-tractor.

Tenaga Keterbatasan dana

Serangan hama Tinggi Tinggi

Pelatihan pembuatan pestisida nabati

Pengendalian hama sederhana

Belum mengetahui cara pengendalian yang tepat

Pete

rnak

an

Ternak kekurangan pakan

Kekeringan Sedang Sedang

Pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif

- pernah dilatih pembuatan pakan ternak dari fermentasi jerami

- bahan pembuatan pakan: dedak, janggel, klobot jagung, damen

- menanam rumput gajah di galengan dan disiram secara manual

- Tidak memiliki alat pencacah ternak

- Tidak memiliki ketrampilan membuat pakan ternak alternatif

Penyakit ternak Kekeringan Rendah Rendah

- Konsultasi dengan mantri

- Pencatatan umur hewan & penghitungan kebutuhan pakan

Lahan, tenaga, biaya seadanya

- Tidak mengetahui gejala awal & pencegahan

- Belum ada rutinitas pemberian vaksin hewan

13Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

Pert

ania

n

1. Pengolahan lahan dengan sumber daya tenaga jika lahan luas dan tanah keras, maka dibutuhkan hand-tractor.

2. Benih. Sangat tergantung cuaca, tepat waktu, tepat umur, tepat pupuk. Iklim menjadi tantangan. Walau punya benih bagus tapi kalau penyimpanan tidak bagus, bisa tidak jadi.Benih padi varietas handalan; segreng handayani (penangkaran oleh pabrik & sertifikat varietas murni). Tapi di daerah sini kebanyakan masih varietas lokal. Untuk persediaan benih segreng, petani bisa melakukan penangkaran mandiri, bisa dilakukan kelompok (ada syarat penangkaran). Sehingga benih segreng yang dijual sudah bukan jenis untuk konsumsi lokal, tapi bisa dijual keluar daerah dan diusulkan untuk mendapatkan sertifikat -> Balai Penangkaran dan Sertifikasi Benih. Untuk sebatas kebutuhan kelompok. Saat ini petani lokal belum memiliki pemikiran untuk agrobisnis, karena dalam hitungan mulai tanam hingga panennya, tenaga kerja tidak dihitung. Masih hitungan sederhana; hasil panen dikurangi pengeluaran selama penanaman, hasilnya untung/rugi.

Pete

rnak

an

1. Meskipun ada bahan-bahan untuk pakan ternak, tapi belum tau cara mengelolanya sehingga perlu ada peningkatan SDM dan penyediaan alat pencacah untuk pakan ternak (chopper).

2. Pelatihan yang diperlukan untuk peningkatan SDM: pelatihan pengolahan pakan ternak, inseminasi buatan, dan pembuatan pupuk organik.

Catatan:

6.3 Prioritisasi pilihan adaptasi berdasarkan pertimbangan ketersediaan sumberdaya dan kendala pelaksanaan setiap pilihan adaptasi

KendalaSumberdaya (Biaya)

Besar Sedang Rendah

RendahPembuatan pupuk organik

Pengadaan hand-sprayer, gareko, alas jemur

Penanganan pasca panen Pencatatan umur hewan & penghitungan kebutuhan pakan

SedangPelatihan pembuatan pakan ternak alternatif

Pelatihan pembuatan pestisida nabati

Tinggi Penangkaran benih unggul dan demplot organik

Peningkatan sarana dan prasarana pertanian: alat perontok padi & jagung

14Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

Perlu diadakan pelatihan untuk penangkaran benih seperti segreng handayani (bisa tahan iklim kering panjang, usia pendek, tidak membutuhkan pupuk banyak)., pembuatan pestisida nabati/alami, pembuatan pupuk organik, pengolahan pakan ternak, penanganan paska panen, dan pengolahan hasil pertanian. Dari penyuluh pertanian, bersedia menfasilitasi pelatihan-pelatihan. Untuk fasilitas berupa SDM (fasilitator) dan materi-materinya saja, namun belum bisa menyediakan dana dari Dinas.

Untuk penangkaran benih (untuk dipakai sendiri), perlu beli benihnya dulu baru persiapan lahannya khusus untuk penangkaran benih yang bebas dari varietas tanaman lain. Besaran lahan tergantung kebutuhan petani dan ketersediaan lahan. Lahan yang bisa dijadikan untuk penangkaran bisa di dekat tlogo karena kiri kanannya tidak ada padi.

Prioritas pelatihan : pembuatan pupuk organik (Juli-Agustus), pestisida nabati (Juli-Agustus). Penangkaran benih bisa dilakukan saat penanaman pertama (bulan November). Untuk pelatihan pengolahan pakan ternak, praktik dengan bahan-bahan yang biasanya tidak mau dimakan ternak (Agustus).

Penanganan paska panen antara lain penyimpanan hasil panen, penjemuran, bentuk penyimpanan, dsb. saran pelatihan ini dilakukan sebulan sebelum panen.

KESIMPULAN

15Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

16Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

TIM PENYUSUN YEU

Manajer ProyekHepi Rahmawati

Pendamping MasyarakatIbnu Subrata

Staf Informasi dan KomunikasiAnastasia Maylinda

KONTRIBUTOR

Fasilitator BPP (Balai Penyuluh Pertanian)Kecamatan Purwosari

Koordinator Penyuluh PurwosariIriyanto

PenyuluhTri LestariSumijaTumiyo

Petugas OPTTri Astono

ICCTF

Evaluator ICCTFUlly BudimanMuhammad Varih SovyJakfar Hari PutraNi Komang WidianiJoseph Viandrito

Evaluator PMU USAIDSudaryanto

Layout BukuOki Triono

Buku Kajian Risiko dan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangan di DusunKarang Tengah, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

16Kajian isiko dan ksi daptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangandi usun Karang Tengah, esa Giricahyo, Kecamatan Purwosari

ICCTF SecretariatWisma Bakrie 2 Building, 20th floor,

Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-2,Jakarta 12920, Indonesia

P (+62)21 5794 5760F (+62)21 5794 5759

E [email protected]

w w w . i c c t f . o r . i d

Indonesia Climate Change Trust Fund 2017