kajian hukum islam tentang peranan pemerintah...

112
KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH DESA DAN BPD DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN UMUM (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: AHMAD NURALIF NIM: 106045201520 KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Upload: lamhuong

Post on 15-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAHDESA DAN BPD DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

DAN KESEJAHTERAAN UMUM

(Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

AHMAD NURALIF

NIM: 106045201520

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 2: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala

rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul yang berjasa besar kepada

kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “Kajian Hukum Islam Tentang Peranan Pemerintah

Desa Dan BPD Dalam Pelaksanaan Pembangunan Dan Kesejahteraan Umum

(Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)” penulis

susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana

Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah

(Ketatanegaraan Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Setulus hati, penulis sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan

mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya

penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan yang berharga ini perkenankan penulis untuk

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

Page 3: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

ii

1. Bapak Prof. Dr. K.H.M. Amin Suma, SH., MH., MM. Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag, dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. Ketua dan

Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas

waktu dan solusinya selama ini.

3. Bapak Iding Rasyidin S.Ag., M.Si., sebagai Dosen Pembimbing I penulis

yang senantiasa membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Heldi, M.P.d., sebagai Pembimbing II yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan beliau yang sangat berarti.

5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang memberikan berbagai

macam disiplin ilmu pengetahuan selama proses studi yang sangat berate

bagi perkembangan pemikiran dan wawasan yang luas perihal Islamic

Legal Politics (Siyasah Wal Qanun).

6. Segenap Pengelola Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta atas pelayanan

referensi buku-bukunya.

7. Sahabat-sahabat penulis yang tercinta, Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah

Tahun Akademik 2006-2007, Ade, Apri, Asriyah, Bangkit, Deni, Dinda,

Eri, Esha, Eca, Mufti, Ridwan, Yudha, Atiqoh, Naziah, Lina, Imran, Dian,

Page 4: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

iii

Lutfi, Supardi, Bowo, Rifqo, terima kasih penulis ucapkan kepada

sahabat-sahabat semua baik yang disebutkan namanya maupun tidak yang

telah berbagi ilmu ketika belajar di kampus tercinta ini.

8. Kakakku Husna Nurafiah S.P.d.I dan Abdul Mutaqien AMd., adikku

Robiatun Nurasyiyyah, terima kasih atas segalanya.

Last but not least, penulis memohonkan ampunan kepada Allah Robbil Izzati

terkhhusus untuk orang tua Penulis Ahmad Sulthoni (alm) semoga Allah senantiasa

melimpahkan magfirahNya di alam sana dan menjadikan kuburnya Raudhah min

riyadhil jinan terlebih ibunda tercinta Emay Sumarni terima kasih atas kasih sayang

dan ketabahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah S1 di kampus

bersejarah ini. Terakhir penulis berdo’a kepada Allah semoga ilmu yang telah kita

dapat di kampus ini bermanfaat bagi kita semua dan diberkahi oleh Allah SWT.

Amien.

Jakarta, 20 Juni 2010 M

Penulis

Page 5: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

D. Kerangka Teoritis ...........................................................................8

E. Kerangka Konsepsional .................................................................9

F. Metode Penelitian ...........................................................................12

G. Review Studi Terdahulu .................................................................15

H. Sistematika Penulisan ....................................................................18

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DESA

A. Pengertian Pemerintahan Desa dan Dasar Hukumnya .................. 20

B. Macam-Macam Wewenang Pemerintahan Desa ............................. 29

C. Alasan-Alasan Diberlakukannya Pemerintahan Desa ..................... 35

D. Perbedaan Pemerintahan Desa Dengan Kelurahan.......................... 39

BAB III KEDUDUKAN PEMERINTAH DESA DAN BPD MENURUT

HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Sekilas Tentang Desa Pemagarsari Parung Bogor........................... 44

B. Hubungan Pemerintahan Desa sebagai Unit Ulil Amri yang

terkecil Dalam Al-Qur’an ................................................................ 54

C. Kedudukan Pemerintah Desa Dan BPD Menurut Hukum

Islam dan Peraturan Perundang-undangan.......................................56

Page 6: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

v

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA

PEMAGARSARI KECAMATAN PARUNG

KABUPATEN BOGOR

A. Sumber-Sumber Pendapatan Desa Pemagarsari di Bidang

Pertanian, Perindustrian, dan Perdagangan Menurut Hukum

Islam Dan Peraturan Perundang-undangan......................................73

B. Penilaian Hukum Islam Terhadap Pembangunan dan

Kesejahteraan Masyarakat Desa Pemagarsari di Bidang

Pertanian, Perindustrian dan Perdagangan.......................................84

C. Analisis Hasil Penelitian Di Desa Pemagarsari

Kecamatan Parung Kabupaten Bogor .............................................. 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 99

B. Saran-saran .................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 102

LAMPIRAN.........................................................................................................105

Page 7: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada hakikatnya adalah usaha peningkatan taraf hidup manusia ke

tingkat yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih nyaman, lebih enak dan lebih tentram

serta lebih menjamin kelangsungan hidup dan penghidupan di masa yang akan

datang. Dengan demikian usaha pembangunan mempunyai arti humanisasi atau usaha

memanusiakan manusia.1 Pembangunan dari dan untuk manusia seutuhnya, berarti

manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan, berusaha menciptakan

keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hidupnya, dimulai dari lembaga

tinggi Negara seperti Presiden sampai ke tingkat Daerah dan Desa.

Pembangunan sebagai usaha memanusiakan manusia pada hakikatnya juga

merupakan usaha yang mempunyai makna etik, hukum, serta nilai ajaran agama baik

dalam tujuan yang ingin dicapai maupun dalam cara pelaksanaan usaha mencapai

tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu, bukan hanya tujuan pembangunan

yang harus sesuai dengan nilai-nilai etik dan ajaran agama. Akan tetapi juga cara

mencapai tujuan pembangunan itu, jika nilai-nilai etik dan ajaran agama tidak

melekat dalam proses pembangunan maka pada gilirannya akan mengakibatkan

1 Machnun Husein, Etika Pembangunan Dalam Pemikiran Islam di Indonesia, (RajawaliPers. Jakarta. 1986). h.1.

Page 8: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

2

lahirnya tindakan yang bersifat dehumanistik, atau merusak kemanusiaan. Oleh sebab

itu, disinilah pentingnya peran Pemerintah dari tingkat yang paling atas yaitu

Presiden, Menteri-Menteri sampai ke tingkat Pemerintahan Desa dalam pelaksanaan

pembangunan dan kesejahteraan umum.

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa dan saat ini telah termuat dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur pula tentang desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan saat ini telah diganti dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menegaskan bahwa desa tidak lagi

merupakan wilayah administratif, bahkan tidak lagi menjadi bawahan atau unsur

pelaksanaan daerah, tetapi menjadi daerah istimewa dan bersifat mandiri yang berada

dalam wilayah kabupaten sehingga setiap warga desa berhak berbicara atas

Page 9: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

3

kepentingan sendiri sesuai kondisi sosial budaya yang hidup di lingkungan

masyarakatnya.2

Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak awal berdirinya pada tanggal 17

Agustus 1945 dengan sistem desentralisasi.3 Para Pendiri Negara telah menjatuhkan

pilihannya pada prinsip pemencaran kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan

Negara Indonesia yang tujuannya jelas tercantum pada alinea keempat pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

“…….melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial”.4

Untuk mencapai maksud itu para pejabat di daerah-daerah membantu

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Kesejahteraan Sosial melalui

pembangunan daerah, karena daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat

otonom atau bersifat daerah administrasi.

2 HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan Utuh, (Rajawali Pers.Jakarta. 2003). h. 16.

3 Trianto, & Titik Triwulan, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan. (PrestasiPustaka Publisher. Jakarta. 2007). h.140.

4 Amandemen I, II, III, IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. (PenerbitPustaka Agung Harapan . Surabaya. 2004). h. 2

Page 10: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

4

Dalam perkembangannya tugas pembantuan dari pemerintah pusat kepada daerah

dan desa di dalam Undang-Undang Dasar 1945 hanya mengatur secara garis besarnya

saja, seperti ditegaskan dalam penjelasannya, bahwa:

..........Undang-Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat

garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggaraan

Negara. Lebih-lebih hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan pokok itu

diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, merubah dan

mencabut.5

Penjelasan tersebut diatas cukup bijaksana, karena Undang-Undang Dasar 1945

memang menghendaki hal-hal yang diatur didalamnya hanya memuat aturan-aturan

pokok saja, sedangkan hal-hal yang memerlukan pengaturan lebih rinci diserahkan

kepada Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yang sesuai dengan dinamika

perkembangan masyarakat, sehingga prakteknya di desa dalam menyelenggarakan

Pemerintahan Desa, Kepala Desa melaksanakan kewenangan hak dan kewajiban

selaku Pimpinan Pemerintahan Desa yaitu Menyelenggarakan Rumah Tangga sendiri

dan merupakan tanggung jawab utama dibidang Pemerintahan Umum termasuk

didalamnya Pelaksanaan Pembangunan dan Kesejahteraan umum sesuai dengan

5 Pipin Syarifin & Dedah Jubaedah, Hukum Pemerintahan Daerah. (Pustaka Bani Quraisy.

Bandung. 2005). h. 116.

Page 11: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

5

peraturan perundang-undangan yang berlaku juga menumbuhkan jiwa gotong-royong

masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan Pemerintahan Desa.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Kepala Desa dibantu

oleh Perangkat Desa yang terdiri dari Sekretariat Desa, Kepala Dusun/Unsur

Wilayah, Unsur Pelaksana Teknis dan bermitra secara sejajar dengan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) selaku Legislatif di tingkat Desa. Namun pada

implementasinya, hakikat dan makna serta tujuan dan sasaran pelaksanaan

pembangunan dan kesejahteraan umum yang telah diatur dalam peraturan perundang-

undangan belum dapat direalisasikan secara utuh, hal ini misalnya yang terjadi di

Desa Pemagarsari Kecamatan Parung yang sampai saat ini pembangunan dan

kesejahteraan masyarakatnya masih terdapat banyak hambatan dalam pelaksanaan

pembangunannya, sehingga dalam hal inilah yang mendorong rasa ingin tahu penulis

menemui jawaban atas permasalahan tersebut dengan meneliti tentang Pemerintah

Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pelaksanaan pembangunan dan

kesejahteraan umum kemudian ditinjau dari aspek hukum Islam, dan ini menarik

untuk diteliti, sehingga penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH DESA

DAN BPD DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN

KESEJAHTERAAN UMUM (STUDI KASUS DESA PEMAGARSARI

KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR)”.

Page 12: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak meluas, maka dalam penelitian ini penulis terfokus

pada peraturan perundang-undangan serta kajian Hukum Islam mengenai peranan

Pemerintah Desa dan BPD dalam pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan

umum (Studi kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor).

2. Perumusan Masalah

Melihat judul skripsi tersebut dan latar belakang permasalahan seperti terurai

diatas, maka penulis perlu membuat rumusan masalah yang dianggap penting yang

akan dicari jawabannya dalam penelitian ini.

Diantara rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Kinerja Pemerintah Desa dan BPD Dalam Pelaksanaan

Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Pemagarsari?

2. Apa Sajakah Yang Menjadi Penghambat Pelaksanaan Pembangunan dan

Kesejahteraan Masyarakat Desa Pemagarsari?

3. Bagaimanakah Konsep Pembangunan dan Kesejahteraan di Desa Pemagarsari

Dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan?

Page 13: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap realitas sosial, agama serta

pertumbuhan ekonomi khususnya dalam ruang lingkup desa setelah diberlakukannya

otonomi daerah dengan seluas-luasnya serta tinjauan hukum Islam terhadap

Pemerintahan Desa. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Kinerja Pemerintah Desa dan BPD Dalam Pelaksanaan

Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Pemagarsari.

2. Mengetahui Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembangunan dan

Kesejahteraan Masyarakat Desa Pemagarsari.

3. Mengetahui Konsep Pembangunan dan Kesejahteraan di Desa Pemagarsari

Dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan.

2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang

kajian Hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan mengenai proses

berjalannya kinerja Pemerintah Desa di dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam

masalah pembangunan struktur dan infrastruktur serta kesejahteraan umum setelah

diberlakukannya otonomi daerah yang seluas-luasnya oleh Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah dengan asas tugas pembantuan (medebewind). Di samping itu

Page 14: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

8

penulis ingin mengetahui secara mendalam mengenai pertimbangan dan kebijakan

serta langkah-langkah yang diambil oleh penyelenggara Pemerintahan Desa dalam

proses pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan umum.Adapun manfaat yang

ingin dicapai penulis yaitu:

1. Mendapatkan pengetahuan tentang ilmu pemerintahan yang secara spesifik

membahas tentang desa sehingga penulis dapat mengetahui program-program

yang dilakukan oleh desa untuk melaksanakan pembangunan dan

kesejahteraan masyarakatnya.

2. Dan mudah-mudahan hasil dari penelitian ini juga dapat menambah khazanah

keilmuan Ketatanegaraan yang secara spesifik membahas tentang tinjauan

Hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan tentang Pemerintahan Desa.

D. Kerangka Teoritis

Secara teoritis etika pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Pancasila, yang dibangun atas realitas Keindonesiaan yang sudah sekian abad

lamanya bersemayam dalam dada bangsa Indonesia, yaitu realitas kemajemukan

sosial, budaya dan agama. Adapun sumber nilai-nilai dalam Pancasila itu sendiri

sesungguhnya adalah agama. Oleh karena itu, dalam menghadapi proses

pembangunan yang senantiasa mengalami perubahan terus menerus ini, etika agama

diharapkan dapat memberikan sumbangan amat berharga dalam rangka memelihara

dan menjaga keseimbangan dalam etos pembangunan.

Page 15: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

9

Dalam kaitan ini tampak bahwa etika agama sesungguhnya merupakan

pendukung etika Pancasila itu. Dan didalam hubungannya dengan pembangunan

manusia seutuhnya panggilan etika agama dalam rangka memperkuat etika Pancasila

terasa sangat penting.

Tanpa bermaksud memitoskan mayoritas, tentunya etika Islam mempunyai

kedudukan dan peranan yang amat penting untuk menumbuhkan dan memperkokoh

etika Pancasila, yang sekaligus merupakan dasar dan filsafat pembangunan. Pada saat

kita menghadapi pembangunan, yang digambarkan sebagai awal perwujudan yaitu

masyarakat makmur, adil dan sejahtera yang mana dengan ketaatan kepada Allah

SWT dan RasulNya serta ketaatan Kepada Pemerintah baik di tingkat pusat maupun

daerah yang sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat al-Nisa Ayat 59 yang

berbunyi:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlahkepada Rasul dan kepada pemangku kekuasaan (pemimpin, guru)diantaramu. Maka jika kamu berselisih dalam suatu (urusan), kembalikanlahia pada (kitab) Allah dan (Sunnah) Rasul, jika kamu benar-benar berimanterhadap Allah dan hari kemudian. Itulah yang lebih baik dan lebih baguskesudahannya. (Q.S. al-Nisa: 59)

Page 16: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

10

Ahmad Musthafa Al-Maraghi mengomentari ayat ini sebagai berikut: ”Taatilah

Allah dan beramalah dengan berpedoman kitab Allah; dan taatilah Rasul, karena

sesungguhnya Dialah yang menerangkan kepada manusia tentang apa yang

diturunkan Allah kepada mereka. Sesungguhnya telah berlaku ketentuan Allah itu,

bahwa para Rasul itu bertugas untuk menjalankan syari’at Allah untuk mereka yang

beriman, dan juga para Rasul itu bertanggungjawab menjaga orang-orang yang

beriman. Karena itu, Allah mewajibkan atas kaum Muslimin untuk menaati Rasul.

Pengertian taatilah Ulil Amri adalah para penguasa ahli-ahli hukum, para ulama,

panglima-panglima, para pemimpin dan para zu’ama. Mereka ini mampu

mengembalikan manusia kepada ketentuan-ketentuan yang dibawa oleh Rasul dalam

seluruh aspek kehidupan untuk kebaikan yang menyeluruh. Apabila Ulil Amri telah

bermufakat menentukan suatu peraturan, rakyat wajib untuk menaatinya dengan

syarat mereka itu bisa dipercaya dan tidak menyalahi ketentuan Allah dan RasulNya,

yang telah diketahui secara mutawatir. Sesungguhnya mereka (Ulil Amri) adalah

orang-orang yang terpilih dalam pembahasan suatu masalah dan dalam menentukan

kesepakatan mereka.6

Dalam realitasnya, pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan umum tidak

terlepas oleh kinerja pemerintah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945

dan Pancasila yang dibantu pelaksanaannya dengan asas tugas pembantuan

6 Abdul Qodir Jaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995). h.92.

Page 17: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

11

pemerintah pusat kepada daerah dan desa, sehingga pembangunan di tingkat nasional

banyak dipengaruhi oleh faktor kinerja pemerintahan daerah dan desa. Oleh karena

itu, perkembangan dan pertumbuhan pembangunan terutama di desa sangat besar

pengaruhnya oleh etos kerja aparatur pemerintah desa itu sendiri.

E. KERANGKA KONSEPSIONAL

Untuk mengupayakan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahpahaman

dalam hal mengartikan konsep-konsep pokok dalam penelitian ini, maka penelitian

ini ditentukan bahwa:

1. Yang dimaksud dengan “Hukum Islam” adalah hukum yang dibangun

berdasarkan pemahaman manusia atas nash al-Qur’an maupun al-Sunnah

untuk mengatur kehidupan manusia yang secara universal relevan pada setiap

zaman (waktu) dan makan (ruang) manusia.7

2. Yang dimaksud dengan “Pemerintah Desa” adalah Aparatur/pejabat desa

diantaranya yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Staf desa lainnya.

3. Yang dimaksud “Badan Permusyawaratan Desa” selanjutnya disebut BPD

adalah suatu badan yang sebelumnya disebut Badan Perwakilan Desa, yang

7 Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas sosial, (Penamadina, Jakarta 2004).h. 6.

Page 18: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

12

berfungsi menetapkan peraturan desa, bersama Kepala Desa menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat.8

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam Penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah Pemerintahan Desa

dan beberapa lembaga yang ada di dalam struktur organisasi pemerintahan desa

dalam menjalankan otonomi daerah dengan tujuan pembangunan dan kesejahteraan

sosial yang kemudian dianalisis dengan Hukum Islam (Ketatanegaraan Islam). Maka

mengingat begitu pentingnya kedalaman empiris yang harus dapat dijangkau maka

cara kerja atau metode yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini akan

menampilkan beberapa metode penelitian. Pada garis besarnya hanya ada dua macam

metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Dalam penelitian ini Metode

yang digunakan penulis adalah metode penelitian hukum normatif didalamnya akan

dikombinasikan dengan metode komparatif, pengamatan, survey dan observasi serta

studi kasus.

Metode Komparatif orientasi bahasannya lebih pada perbandingan berbagai

macam hal dengan tujuan mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang

dilakukan aparatur pemerintah dalam melaksanakan pembangunan dan kesejahteraan

8 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Rajawali Pers. Jakarta. 2005). h. 170.

Page 19: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

13

umum. Serta metode pengamatan untuk menangkap "what people do" atau apa yang

dilakukan oleh seseorang atau aparatur pemerintah serta observasi dengan tujuan

untuk mendeskripsikan setting, kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat di dalam

kegiatan pembangunan dan juga kesejahteraan umum.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif dan juga pendekatan secara empiris, yakni dengan menekankan pada sumber

hukum Islam dan peraturan-peraturan lain yang berlaku dalam bentuk peraturan

perundang-undangan. Pendekataan ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam

mengenai kinerja pemerintahan desa setelah diberlakukannya otonomi daerah yang

terkait dalam masalah pembangunan struktur dan infrastruktur desa serta

kesejahteraan umum.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini akan digunakan data primer dan data sekunder. Di bawah

ini akan dirinci satu per satu apa saja yang termasuk ke dalam data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Didapatkan dari Kantor Pemerintahan Desa Pemagarsari Kecamatan

Parung Kabupaten Bogor, berupa dokumen-dokumen yang terkait

dengan pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan umum serta

keputusan-keputusan desa berdasarkan otonomi daerah kabupaten Bogor.

Page 20: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

14

Selain itu juga data primer diperoleh lewat interview (wawancara)

kepada aparatur pemerintahan desa kemudian data tersebut dianalisis

dengan cara menguraikan dan menghubungkan dengan masalah yang

dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan

studi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan.

Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah al-Quran, al-Hadits, kitab-

kitab fikih, buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, dan Undang-Undang Nomor

32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, Peraturan Pemerintah

Kabupaten Bogor Nomor 3 tahun 2000 tentang Organisasi dan tata kerja

Pemerintah Desa serta Peraturan lainnya yang dapat mendukung skripsi

ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Untuk Memperoleh data dilakukan dengan menggunakan Studi Dokumenter.

yaitu dengan cara mengkaji yang terdapat dari berbagai macam literatur

kepustakaan berupa buku-buku, majalah-majalah, website atau literatur

lainnya yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas untuk dikaji dan

dicatat bagian-bagian yang penting yang nantinya ada titik benang merah

Page 21: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

15

tentang pemerintahan desa dalam mewujudkan pembangunan dan

kesejahteraan umum dalam perspektif hukum Islam.

b. Interview atau wawancara yakni tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langung antara pewawancara dengan pihak-pihak yang ada kaitannya

dengan judul skripsi ini yaitu aparatur pemerintahan desa dan para tokoh

masyarakat setempat. Dengan tujuan agar memperoleh data yang lengkap

untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

Di Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis isi

(content analysis) yaitu analisis data kualitatif terhadap data kuantitatif.9

Kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan bahasa penulis sendiri,

dengan demikian akan nampak rincian jawaban atas pokok permasalahan

yang diteliti.

Sementara untuk teknis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada

buku "Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007".

9 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 1996). h.153

Page 22: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

16

G. Review Studi Terdahulu

Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh

mahasiswa-mahasiswa sebelumnya yang berkaitan erat dengan judul skripsi yang

akan diteliti oleh penulis. Akan tetapi, setelah penulis membaca beberapa skripsi

tersebut ada perbedaan pembahasan yang cukup signifikan, sehingga dalam penulisan

skripsi ini nantinya tidak ada timbul kecurigaan plagiasi. Untuk itu di bawah ini akan

penulis kemukakan skripsi yang pernah ditulis oleh mereka, diantaranya sebagai

berikut :

1. Judul : “Pelaksanaan Hak Interpelasi DPRD Kota Medan Dalam Rangka

Mengawasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004”.

Penulis : Muhammad Rinaldi/SS/SJS/2007.

Skripsi ini membahas seputar pelaksanaan hak interpelasi DPRD

dalam rangka mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan daerah Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, yaitu DPRD berfungsi menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat daerahnya, sehingga kepadanya

diberikan seperangkat hak: hak anggaran, hak mengajukan pertanyaan, hak

meminta keterangan, hak mengadakan perubahan, hak mengajukan

pernyataan pendapat dan hak angket (penyelidikan).

Page 23: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

17

Juga hak-hak lainnya yang hanya diatur melalui tata tertib DPRD,

Khusus mengenai hak penyelidikan diatur dalam undang-undang karena

penggunaan hak interpelasi mempunyai konsekuensi yang luas, baik

konsekuensi politis, yuridis, maupun sosiologis.

2. Judul:"Rukun Negara Malaysia Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam".

Penulis: Norhalimah Ahmad SS/SJS/2009.

Skripsi ini membahas tentang Rukun Negara yang ada di Malaysia

yaitu menjelaskan tentang keberadaannya yang tidak bertentangan dengan

prinsip negara dalam Islam, yaitu dengan adanya bukti bahwa Rukun Negara

mengakui Islam sebagai agama yang utama di Malaysia tetapi tetap

menghormati dan mengharuskan rakyat Malaysia nonMuslim berpegang

teguh kepada agama masing-masing, kemudian dijelaskan juga Pemerintahan

Malaysia yang tidak zalim, yaitu rakyat Malaysia harus taat kepada

pemerintah dan negara seperti yang terdapat dalam prinsip kedua Rukun

Negara, maka dengan berjalannya Rukun Negara di Malaysia diharapkan

masyarakat warga Negara Malaysia dapat hidup secara damai dan senantiasa

mengutamakan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya.

3. Judul: "Islam Politik Dalam Realitas: Studi Partisipasi Politik Masyarakat

Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang"

Penulis: Jaenal Abidin/SS/SJS/2009

Page 24: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

18

Berdasarkan pada perumusan yang diangkat dalam judul skripsi ini, berikut

akan dijawab beberapa permasalahan tentang konsep partisipasi politik

menurut demokrasi modern, serta realitasnya dalam masyarakat muslim

kecamatan Cikupa.

Pertama, konsep partisipasi politik mengalami perkembangan seiring dengan

beerkembangnya konsep demokrasi. Tidak hanya berhubungan dengan

perilaku, dan juga sikap atau persepsi warga negara secara konvensional,

tetapi lebih luas mencakup segala tahapan pembuatan kebijakan. Agama

sebagai suatu fenomena sosial yang diekspresikan dalam kolektivitas sosial

anggotanya menunjukan identitas bersama, pola interaksi sosial yang teratur,

atau harapan yang sama (norma-norma agama) menyangkut keyakinan dan

perilaku. Dimensi kebudayaan sangat penting untuk menganalisa fenomena

masyarakat yang mempunyai landasan organisasi modern. Unsur agama Islam

berkolerasi positif dan signifikan dalam hampir semua aspek sampai dimensi

partisipasi politik.

Page 25: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

19

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok

penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata

urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama, pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, kerangka

konsepsional, metode penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua adalah Ketentuan umum tentang pemerintahan desa yang mencakup

Pengertian pemerintahan desa dan dasar hukumnya, Macam-macam Pemerintahan

desa, Alasan-alasan diberlakukannya pemerintahan desa dan Perbedaan pemerintahan

desa dengan kelurahan.

Bab Ketiga adalah Kedudukan Pemerintah Desa dan BPD menurut Hukum Islam

dan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup sekilas tentang Desa Pemagarsari

Parung Bogor, Kedudukan Kepala Desa Menurut Hukum Islam dan Peraturan

Perundang-undangan dan Kedudukan BPD menurut Perspektif Hukum Islam dan

Peraturan Perundang-undangan.

Bab Keempat adalah Analisis Terhadap Pelaksanaan Pembangunan dan

kesejahteraan Masyarakat Di Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor

yang mencakup Sumber-sumber Pendapatan Desa menurut Hukum Islam dan

Peraturan Perundang-undangan, Kajian Hukum Islam tentang Pembangunan di Desa

Page 26: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

20

Pemagarsari, Tinjauan Hukum Islam terhadap aspek kesejahteraan umum di Desa

Pemagarsari dan analisis hasil penelitian di desa Pemagarsari Kecamatan Parung

Kabupaten Bogor.

Bab Kelima merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam penulisan

skripsi yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 27: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

21

BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DESA

A. Pengertian Pemerintahan Desa dan Dasar Hukumnya

Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah

pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat

desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya

yang besar, maka perlu adanya Peraturan-Peraturan atau Undang-Undang

yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang

pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal.

Sejak Tahun 1906 hingga 1 Desember 1979 Pemerintahan Desa di

Indonesia diatur oleh perundang-undangan yang dibuat oleh penjajah Belanda.

Sebenarnya pada tahun 1965 tentang Desapraja yang menggantikan

perundang-undangan yang dibuat oleh Belanda yang disebut Inlandsche

Gemeente Ordonantie (IGO) dan Inlandsche Gemeente Ordonantie

Buitengewesten (IGOB). Tetapi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1969 yang menyatakan tidak berlaku lagi dan peraturan pemerintah

pengganti undang-undang maka Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965

dalam prakteknya tidak berlaku walaupun secara yuridis undang-undang

Page 28: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

22

tersebut masih berlaku hingga terbentuknya undang-undang yang baru yang

mengatur Pemerintahan Desa.1

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintah

Desa diatur dengan:

a. Inlandsche Gemeente Ordonantie yang berlaku untuk Jawa dan Madura

(Staatblad 1936 No. 83) Inlandsche Gemeente Ordonnantie

Buitengewesten yang berlaku untuk luar Jawa dan Madura (Staatblad 1938

No. 490 juncto Staatblad 1938 No. 81)

b. Indische Staatsregeling (IS) pasal 128 ialah landasan peraturan yang

menyatakan tentang wewenang warga masyarakat desa untuk memilih

sendiri kepala desa yang disukai sesuai masing-masing adat kebiasaan

setempat.

c. Herzein Indonesisch Reglement (HIR) dan Reglemen Indonesia Baru

(RIB) isinya mengenai Peraturan tentang Hukum Acara Perdata dan

Pidana pada Pengadilan-Pengadilan Negeri di Jawa dan Madura.

d. Sesudah kemerdekaan peraturan-peraturan tersebut pelaksanaannya harus

berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Keputusan

Rembuk Desa dan sebagainya.2

1 HAW. Widjaja, Pemerintahan Desa Dan Administrasi Desa Menurut Undang-UndangNomor 5 Tahun 1979,( Rajawali Pers. Jakarta 1993). h. 11.

2 Ibid h. 11.

Page 29: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

23

Memang sebelum dikeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 maka

tidak ada peraturan Pemerintah Desa yang seragam di seluruh Indonesia, misalnya

ada yang berlaku di Pulau Jawa dan Madura dan ada pula yang berlaku di luar Jawa

dan Madura. Hal ini kurang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk dapat

tumbuh dan berkembang ke arah kemajuan yang dinamis. Sulit memelihara persatuan

dan kesatuan nasional, sulit memelihara integritas nasional dan sulit untuk pembinaan

masyarakat yang bersifat terbuka terhadap pembangunan.

Adapun Dasar Hukum dalam Pemerintahan Desa yaitu subsistem daripada Sistem

Pemerintahan Daerah.

1. Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 18: Pembagian Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil, dengan

bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang

memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam system

pemerintahan Negara, dan hak-hak usul dalam daerah yang bersifat istimewa.

Dalam penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan:

I. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eendheidsstaat maka Indonesia tak

akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga,

Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi akan dibagi pula

dalam daerah yang lebih kecil.

Page 30: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

24

Di daerah-daerah yang bersifat otonom (Streek dan locale

rechtsgemeenschappen) atau bersifat daerah administrasi belaka,

semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang.

Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan

daerah oleh karena di daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar

permusyawaratan.

II. Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende

landschappen dan volkgemenschappen (daerah dan kelompok masyarakat

adat) seperti Desa di Jawa, Nagari di Minangkabau, Dusun dan Marga di

Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli

dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah

istimewa tersebut dan segala peraturan Negara yang mengenai daerah-

daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut.

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974

Dari isi dan jiwa pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta

penjelasannya sebagaimana tersebut diatas maka jelaslah bahwa pemerintah

diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekosentrasi di

bidang ketatanegaraan. Sebagai konsekuensi dari prinsip tersebut diatas maka

dalam undang-undang ini dengan tegas dinyatakan adanya Daerah Otonom

Page 31: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

25

dan Wilayah Administratif.3 Dalam model ini jelas terlihat bahwa kebijakan

desentralisasi di Indonesia menghendaki penyelenggaraan pemerintahan

daerah yang berbasis pada partisipasi masyarakat. Partisipasi menjadi konsep

penting karena masyarakat ditempatkan sebagai subjek utama dalam

penyelenggaraan otonomi daerah.4

Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi disebut Daerah

Otonom yang selanjutnya disebut Daerah yang dalam undang-undang ini

dikenal adanya Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Sedangkan wilayah

yang dibentuk berdasarkan asas dekosentrasi disebut wilayah Administratif

yang dalam undang-undang ini disebut wilayah. Wilayah-wilayah disusun

secara vertikal yang merupakan lingkungan kerja perangkat pemerintah

menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di daerah. Pembentukan

wilayah-wilayah dalam susunan vertikal adalah meningkatkan pengendalian

dalam rangka menjamin kelancaran penyelenggaran pemerintahan.5

3 M.R. Khairul Muluk, Menggugat Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan Daerah (SebuahKajian Dengan Pendekatan Berpikir Sistem). (Bayu Media Publishing. Malang 2007). h. 3

4 Ibid. hal.3.5 Taliziduhu Ndraha, Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, (Bumi Aksara, Jakarta. 1991). h.

11.

Page 32: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

26

Asas-asas Penyelenggaran Pemerintahan

a. Umum

Di muka telah dijelaskan bahwa sebagai konsekuensi dari pasal 18

Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian diperjelas dalam

Garis-Garis Besar Haluan Negara, Pemerintah diwajibkan

melaksanakan asas desentralisasi dan dekosentrasi dalam

menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Tetapi di samping asas

desentralisasi dan asas dekosentrasi undang-undang ini juga

memberikan dasar-dasar penyelenggaraan berbagai urusan

pemerintahan di daerah menurut asas tugas pembantuan.6

b. Desentralisasi

Urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada Daerah

dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi pada dasarnya

menjadi wewenang dan tanggung jawab Daerah sepenuhnya.

Dalam hal ini prakarsa sepenuhnya diserahkan kepada Daerah baik

yang menyangkut penentuan kebijaksanaan, perencanaan,

pelaksanaan, maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaannya.

6 Inu Kencana Syafi’ie, Ilmu Pemerintahan Dalam Al-Qur’an, (Bumi Aksara, Jakarta). h. 287.

Page 33: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

27

Demikian pula perangkap pelaksanaannya adalah perangkat daerah

desa itu sendiri yaitu terutama Dinas-Dinas Daerah.7

c. Dekosentrasi

Oleh karena itu semua urusan pemerintahan dapat diserahkan

kepada Daerah menurut asas desentralisasi, maka penyelenggaraan

berbagai urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh

perangkat Pemerintah di daerah berdasarkan asas dekosentrasi.

Urusan-urusan yang dilimpahkan Pemerintah kepada pejabat-

pejabatnya di daerah menurut asas dekosentrasi ini tetap menjadi

tanggung jawab Pemerintah Pusat baik mengenai perencanaan,

pelaksanaan maupun pembiayaannya. Unsur pelaksanaannya

adalah terutama instansi-instansi vertikal yang dikoordinasikan

oleh Kepala Daerah dalam kedudukannya selaku perangkat

Pemerintah Pusat, tetapi kebijaksanaan urusan dekosentrasi

tersebut sepenuhnya ditentukan oleh Pemerintah Pusat.8

d. Tugas Pembantuan

Di muka telah disebutkan bahwa tidak semua urusan pemerintah

dapat diserahkan kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya.

Jadi beberapa urusan Pemerintahan masih tetap merupakan urusan

7 Moh. Kusnardi & Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, (Penerbit Gaya Media Pratama. Jakarta.2005). h. 207.

8 Ibid h. 207.

Page 34: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

28

Pemerintah Pusat. Akan tetapi adalah berat sekali bagi

Pemerintahan Pusat untuk menyelenggarakan seluruh urusan

pemerintah di daerah yang masih menjadi wewenang dan tanggung

jawabnya itu atas dasar dekosentrasi, mengingat terbatasnya

kemampuan perangkat Pemerintah Pusat di Daerah. Dan juga

ditinjau dari segi dayaguna dan hasilguna adalah kurang dapat

dipertanggungjawabkan apabila semua urusan Pemerintah Pusat di

Daerah harus dilaksanakan sendiri oleh perangkatnya di daerah

karena hal itu akan memerlukan tenaga dan biaya yang sangat

besar jumlahnya. Lagi pula mengingat sifatnya sebagai urusan sulit

untuk dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ikut sertanya

Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Atas dasar pertimbangan-

pertimbangan tersebut maka undang-undang ini memberikan

kemungkinan untuk dilaksanakan berbagai urusan pemerintahan di

daerah menurut asas tugas pembantuannya.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

a. Pasal 2, Desa

1) Desa dibentuk dengan memperhatikan syarat-syarat luas wilayah, jumlah

penduduk dan syarat-syarat lain yang ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri.

Page 35: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

29

2) Pembentukan nama, batas, kewenangan, hak dan kewajiban Desa ditetapkan

dan diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan

oleh Menteri Dalam Negeri.

3) Ketentuan tentang pemecahan, penyatuan dan penghapusan Desa diatur

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

4) Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang.

Syarat-syarat pembentukan, pemecahan dan penghapusan Desa dalam undang-

undang ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri, sedangkan

pelaksanaan diatur dengan dengan Peraturan Daerah yang baru sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang. Peraturan Menteri Dalam Negeri

dimaksud dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Faktor manusia/jumlah penduduk, faktor alam, faktor letak dan faktor

sosial budaya termasuk adat-istiadat.

b) Faktor-faktor obyektif lainnya seperti penguasaan wilayah keseimbangan

antara organisasi luas wilayah dan pelayanan.

b. Pasal 22, Kelurahan

1) Dalam Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota Kabupaten, Kotamadya,

Kota Administratif dan kota-kota lain yang akan ditentukan lebih lanjut

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri, dapat dibentuk Kelurahan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf b.

Page 36: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

30

2) Kelurahan yang dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan memperhatikan

syarat luas wilayah, jumlah penduduk dan syarat-syarat luas wilayah, jumlah

penduduk dan syarat-syarat lain yang akan ditentukan lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri.

3) Pembentukan nama dan batas kelurahan diatur dengan Peraturan Daerah

sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

4) Ketentuan tentang pemecahan, pengaturan dan penghapusan kelurahan diatur

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

5) Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (3), berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang.

B. Macam-Macam Wewenang Pemerintahan Desa

Kewenangan pemerintahan dalam Negara Kesatuan seperti Indonesia

pada dasarnya adalah milik pemerintah pusat. Akan tetapi dengan kebijakan

desentralisasi, pemerintah pusat menyerahkan kewenangan pemerintahan

kepada daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Apabila dicermati dari Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

penyerahan kewenangan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah

dilakukan dengan cara open end arrangement atau general competence (Hanif

Nurcholis, 2005: 76). Artinya, pusat menyerahkan kewenangan pemerintahan

Page 37: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

31

kepada daerah untuk menyelenggarakan kewenangan berdasarkan kebutuhan

dan prakarsanya sendiri di luar kewenangan yang dimiliki pusat.9

Penyerahan jenis kewenangan yang sifatnya luas kepada daerah

(kabupaten/kota), menurut Dede Rosyada dilandasi oleh sejumlah pemikiran

sebagai berikut:

Pertama, makin dekat produsen dan distributor pelayanan publik

dengan warga masyarakat yang dilayani, semakin tepat sasaran merata,

berkualitas dan terjangkau pelayanan publik tersebut. Pemerintah daerah

sebagai produsen dan distributor pelayanan publik dinilai lebih memahami

aspirasi warga daerah, lebih mengetahui potensi dan kendala daerah, dan lebih

mampu mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik yang berlingkup

lokal.

Kedua, penyerahan kewenangan luas kepada daerah dapat membuka

peluang bagi aktor-aktor politik lokal dan sumber daya manusia yang

berkualitas di daerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan

melakukan inovasi karena kewenangan merencanakan, membahas,

memutuskan, melaksanakan, mengevaluasi, dan akuntabilitas mengenai jenis

kewenangan luas tersebut berada pada aktor politik lokal dan sumber daya

manusia lokal yang berkualitas.

9 Diani Budiarto, dkk, Perspektif Pemerintahan Daerah Otonomi, Birokrasi, dan PelayananPublik, (FISIP Universitas Djuanda, Bogor. 2005). h. 14.

[Type a quote from the document or the summary of aninteresting point. You can position the text box anywherein the document. Use the Text Box Tools tab to change theformatting of the pull quote text box.]

Page 38: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

32

Ketiga, karena distribusi sumber daya manusia yang berkualitas tidak

merata, dan kebanyakan berada di pusat dan kota-kota besar lainnya, maka

penyerahan jenis kewenangan luas tersebut juga dimaksudkan agar sumber

daya manusia yang berkualitas di pusat dan kota-kota besar diredistribusikan

ke daerah.

Keempat, pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi masalah

nasional yang tidak saja dipikulkan kepada pemerintah pusat semata. Akan

tetapi dengan adanya penyerahan kewenangan tersebut diharapkan terjadi

diseminasi kepedulian dan tanggung jawab untuk meminimalisir atau bahkan

menghilangkan masalah tersebut sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan

awal dari otonomi daerah.

Penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah seperti itu

dinamakan penyelenggaraan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini

berjalan dalam kerangka prinsip desentralisasi. Rondinelli dan Nellis

memaknai desentralisasi sebagai the transfer of responsibility for planning,

management, and the raising and allocation of resources from the central

government and its agencies to field units of government agencies,

subordinate units or levels of government, semi autonomous public authorities

or corporations, areawide, regional or functional authorities, or non-

governmental private or voluntary organizations.

Page 39: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

33

Desentralisasi, dari makna tersebut memiliki empat bentuk, yaitu:

1. Devolution, yaitu penyerahan urusan fungsi-fungsi pemerintahan dari

pemerintah pusat atau pemerintah lebih atasnya kepada pemerintah di

bawahnya sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah;

2. Deconcentration, yaitu pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat

atau atasannya kepada para pejabat mereka di daerah;

3. Delegation, yaitu penunjukkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah

atasannya kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan tugas-tugas

pemerintahan dengan pertanggungjawaban tugas kepada pemerintah

atasannya;

4. Privatization, yaitu pengalihan kewenangan dari pemerintah kepada

organisasi non-pemerintah baik yang berorientasi profit maupun non-

profit.

Prinsip devolution biasanya mengacu pada desentralisasi politik,

deconcentration pada desentralisasi administrasi, dan delegation maupun

privatization sebagai tugas sub-contracting. Penerapan prinsip-prinsip

desentralisasi tersebut dapat melahirkan fungsi dan peran pemerintah

daerah yang berbeda. Dalam konteks ini terdapat setidaknya dua

Page 40: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

34

model/perspektif untuk menggambarkan peran yang dimainkan oleh

pemerintah daerah.10

Pertama, autonomus model (model otonom), menggambarkan bahwa

pemerintah daerah secara relatif terpisah (separated) dari pemerintah

pusat. Terlepas dari seberapa besar cakupan pemerintah daerah, dalam

perspektif ini peran Negara sebatas memonitor aktivitas pemerintah

daerah. Kemudian terdapat pemisahan yang jelas antara kewenangan

pemerintah pusat dan kewenangan pemerintah daerah.

Model otonom tersebut berakar dari sejarah dan budaya pemerintahan

yang disebarkan oleh Inggris. Keberadaan pemerintah daerah bukanlah

ciptaan pemerintah pusat walaupun keberadaannya terintegrasi dalam

sistem nasional. Kecuali untuk beberapa hal, menurut Alderfer,

karakteristik dasar pemerintahan daerah di Inggris adalah unit lokal yang

bebas dari pengendalian kekuasaan di luarnya.

Adapun Kewenangan Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Pada Bab III

Pasal 7 disebutkan bahwa urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan

desa mencakup:

10 Dede Rosyada dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Demokrasi, Hak AsasiManusia dan Masyarakat Madani, (Prenada Media, Jakarta. 2003). h. 151.

Page 41: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

35

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul

desa;

b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/kota; dan

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-

undangan diserahkan kepada desa.

Pasal 8

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

huruf b adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat

meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

Pasal 9 (1). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan penyerahan

urusan menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya

kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b diatur dengan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan

Menteri. (2). Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disertai dengan pembiayaannya.

Page 42: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

36

Pasal 10 (1). Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 huruf c wajib disertai dengan dukungan pembiayaan, sarana dan

prasarana, serta sumber daya manusia. (2). Penyelenggaraan tugas

pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada

peraturan perundang-undangan. (3). Desa berhak menolak melaksanakan

tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak disertai

dengan pembiayaan, prasarana dan sarana, serta sumber daya manusia.11

C. Alasan-Alasan Diberlakukannya Pemerintahan Desa

Salah satu kekhasan bangsa Indonesia terletak pada keanekaragaman adat

istiadat, bahasa, pakaian, budaya dan sebagainya. Dan itu pulalah sebabnya,

dalam kenyataan terdapat keanekaragaman dalam kesatuan masyarakat yang

terendah. Kesatuan masyarakat dimaksud adalah umpamanya Desa di Jawa dan

Madura, Gampong di Aceh, Huta di Batak, Nagari di Minangkabau,

Dusun/Marga di Sumatera Selatan, Suku di beberapa daerah Kalimantan, dan

sebagainya.

Istilah “desa”, menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam makna

Hukum Tata Negara, tidaklah dipakai untuk menunjuk bahwa terdapat

keseragaman, atau kesatuan pendapat, bahwa pengertian desa di Jawa dan Madura

11 Ronal Siahaan, dkk, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia & Peraturan MenteriDalam Negeri Tahun 2008 Tentang Desa, Kelurahan, Kecamatan, (CV. Novindo Pustaka Mandiri.Jakarta. 2008). h. 13.

[Type a quote from the document or thesummary of an interesting point. You canposition the text box anywhere in thedocument. Use the Text Box Tools tab tochange the formatting of the pull quote textbox.]

Page 43: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

37

adalah sama dengan luar Jawa dan Madura. Istilah “desa” dipakai, karena untuk

kesatuan masyarakat yang terendah istilah “desa” telah menjadi istilah umum.

Menurut Soetardjo Kartohadikoesoemo, desa adalah suatu kesatuan hukum,

dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan

pemerintahan sendiri. Adapun Hazairin berpendapat, bahwa:

“Desa di Jawa dan Madura, Nagari di Minangkabau sebagai masyarakat adat,

yaitu masyarakat hukum adat adalah, kesatuan-kesatuan kemasyarakatan yang

mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa, dan kesatuan lingkungan hidup

berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya”.12

Kesatuan masyarakat, desa, huta, nagari, marga ataupun lainnya, pada

dasarnya berdasarkan pada dua hal yaitu asas territorial dan asas genekologis.

Desa di Jawa dan Madura, berasaskan territorial, sedangkan kesatuan masyarakat

di Luar Jawa dan Madura berasaskan genekologis. Perbedaan asas tersebut

menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, membawa dampak pada

perbedaan kedudukan diantara keduanya:

Pertama, di Jawa Kepala Desa dipilih oleh warga desa secara langsung,

sedangkan di Tapanuli dan Minangkabau Raja Hutau dan Wali Nagari tidak

langsung dipilih oleh rakyat, tapi dipilih oleh sekelompok orang sebagai tertua

dalam kesatuan masyarakat tersebut.

12 Trianto & Titik Triwulan Tutik, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan,(Prestasi Pustaka, Jakarta. 2007). h. 317.

Page 44: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

38

Kedua, hubungan antar warga desa, antara warga desa dengan pimpinan desa.

Ketiga, status sosial-ekonomi kepala desa. Adanya tanah bengkok bagi kepala

desa di Jawa dan Madura, dapat dianggap sebagai suatu segi ekonomis,

sedangkan segi sosial kepala desa adalah kedudukan terhormat di desa. Di luar

Jawa, Raja Huta di Tapanuli dan Wali Nagari di Minangkabau, kedudukannya

semata-mata kehormatan saja. Sama sekali tidak ada unsur ekonomis.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa Pasal 1 huruf

a, menyatakan yang dimaksud dengan Desa adalah suatu wilayah yang ditempati

oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.

Adapun Undang-Undang No. 22 tahun 1999 (Pasal 1 huruf o) maupun

Undang-Undang Pemerintah Daerah (Pasal 1 angka 12) memberikan definisi yang

sama mengenai “Desa”, yaitu:

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi,

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk

dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di kabupaten/kota,

Page 45: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

39

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat.

Undang-Undang Pemerintahan Daerah mengakui otonomi yang dimiliki oleh

desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa diberikan penugasan

ataupun pendelegasian dari Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah untuk

melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedang terhadap desa di luar desa

geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk

karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain

yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan

diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan

dari desa itu sendiri.

Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyelenggaran Pemerintahan Desa

dibentuk Badan Permusyawaran Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan

budaya yang berkembang di Desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga

pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, seperti dalam pembuatan

dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan

Keputusan Kepala Desa. Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang

Page 46: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

40

berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan

masyarakat desa.

Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat Desa yang

dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati

atau Wali Kota melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala

Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada

rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya namun

tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan

Desa untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-

hal yang bertalian dengan pertanggungjawaban dimaksud.

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa seperti pembentukan, penghapusan,

penggabungan, perangkat pemerintahan desa, keuangan desa, pembangunan desa

dan lain sebagainya dilakukan oleh kabupaten dan kota yang ditetapkan dalam

peraturan daerah mengacu pada pedoman yang ditetapkan Pemerintah.

D. Perbedaan Pemerintahan Desa Dengan Kelurahan

a. Pemerintahan Desa

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai

kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan

Page 47: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

41

berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun

Bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat 5 yang dimaksud desa atau yang disebut

nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun yang dimaksud Pemerintahan Desa berdasarkan Peraturan

Pemerintah Tentang Desa Pasal 1 ayat 6 yaitu penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa dibentuk atas asas

prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial

budaya masyarakat setempat.13

13 Dr. Taliziduhu Ndraha, Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, (Bumi Aksara, Jakarta,Tahun 1991). Hal. 91.

Page 48: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

42

Adapun pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 1

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa,

maka harus memenuhi syarat pembentukan desa yaitu:

a. Jumlah penduduk;

b. Luas wilayah;

c. Bagian wilayah kerja;

d. Perangkat; dan

e. Sarana dan prasarana pemerintahan.14

Adapun Struktur Administratif Pemerintahan Desa seabagai berikut:

Camat

LMD /BPD Kepala Desa

Sekretaris Desa

K. Urusan K. Urusan K. Urusan

Pamong Desa Pamong Desa Pamong Desa Pamong Desa

Kepala Dusun Kepala Dusun Kepala Dusun Kepala Dusun

Masyarakat

14 Ibid. h.91.

Page 49: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

43

b. Kelurahan

Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, yang

tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005

tentang Kelurahan. Pada Bab I ketentuan Umum Pasal 1 ayat 5 menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai

perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan, kemudian

pada pasal 1 ayat 6 yang dimaksud Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan lain

adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan

merupakan mitra lurah dalam memberdayakan masyarakat.

Berbeda dengan Pemerintahan Desa, Kelurahan dibentuk di wilayah

kecamatan namun pembentukannya berbeda dengan desa, berdasarkan Pasal 2

ayat 2 Pembentukan Kelurahan dapat berupa penggabungan beberapa kelurahan

atau bagian kelurahan yang bersandingan, atau pemekaran dari satu kelurahan

menjadi dua kelurahan atau lebih. Kemudian pembentukan kelurahan

sebagaimana ayat 1 harus sekurang-kurangnya memenuhi syarat;

a. Jumlah penduduk;

b. Luas wilayah;

c. Bagian wilayah kerja;

Page 50: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

44

d. Sarana dan prasarana pemerintahan.

Adapun Struktur Organisasi Kelurahan sebagai berikut:

Camat

Lurah

Sekretaris

U 1 U 2 U 3 U4 U5

RW

RT RT RT RT RT

Page 51: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

45

BAB III

KEDUDUKAN PEMERINTAH DESA DAN BPD MENURUT HUKUM ISLAM

DAN PERATURAN-PERUNDANG-UNDANGAN

A. Sekilas Tentang Desa Pemagarsari Parung Bogor

I. Sejarah Singkat Desa Pemagarsari

Desa Pemagarsari berasal dari kampung yang bernama Pemagarsari, Sebelum

pemekaran pada tahun 1982 masuk ke wilayah Desa Parung. Wilayah yang

dimekarkan yaitu bagian Selatan dari Desa Parung terdiri dari 3 (tiga) nama

kampung diantaranya :

1. Kampung Lebak wangi

2. Kampung Tajur dan

3. Kampung Sawah

Berdasarkan saran yang telah masuk hingga sampai saat ini, pemekaran Desa

Parung bagian Selatan menjadi Desa PEMAGARSARI.1

Desa Pemagarsari sampai saat ini memasuki Periode ke 4 dari 3 orang

Pemimpin

i. Priode I Dipimpin oleh Bapak E. Sulaeman pada Tahun 1982–1992.

1 Laporan Data Potensi Desa Pemagarsari, (Parung: Kantor Desa Pemagarsari 2009).

Page 52: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

46

ii. Priode II dan III Dipimpin oleh Bapak H. Mamad selama 2 Priode

pada Tahun 1992- 2007.

iii. Priode IV Dipimpin oleh Bapak Achmad Djamaludin pada tahun 2007

sampai dengan saat ini.

II. Landasan Dasar Pemerintahan Desa

Guna mengatur jalannya Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) Pemagarsari bersama-sama dengan Perangkat Desa membuat berbagai

peraturan Desa sebagai dasar operasional pelaksanaan kegiatan, yang selanjutnya

dijabarkan dan dilaksanakan oleh Kepala Desa selaku Pemerintahan Desa bersama

dengan Lembaga-lembaga Kemasyarakatan Desa yaitu LPM, MUD, BKM, PKK

Karang Taruna, Ketua Rt dan Rw serta Komponen Masyarakat.

Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah

Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 1950 Nomor 8 ).

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 125, Tambahan

Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4437).

Sebagaimana diubah dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaga

Negara Republik Indonesia Nomor 4548 ).

Page 53: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

47

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaga Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4438).

4. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 6 Tahun 2002 tentang Bagian

Desa Dari Hasil Penerimaan Pendapatan Daerah (Lembaran Daerah

Kabupaten Bogor Tahun 2002 Nomor 53).

5. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Desa (Lembaran Daerah

Kabupaten Bogor Tahun 2006 Nomor 254).

III. Gambaran Umum Desa Pemagarsari

Desa Pemagarsari merupakan salah satu desa dari 9 desa di Kecamatan

Parung Kabupaten Bogor, yang secara geografis berada pada ketinggian 125m

di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata -rata 298,1 mm dan suhu

udara berkisar antara 22-14 oC, dan memiliki Luas wilayah seluas 266,068

ha.Yang terdiri dari :

1. Pemukiman : 147 Ha.

4. Pertanian : 11 Ha.

5. Ladang : 70 Ha.

6. Pemakaman : 6 Ha.

Page 54: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

48

7. lain-lain : 32.068 Ha

Dengan memiliki batas-batas wilayah teritorial sebagai berikut :

-Sebelah Utara : Desa Parung

-Sebelah Timur : Desa Citayam Kecamatan Tajur Halang.

-Sebelah Selatan : Desa Jabon Mekar

-Sebelah Barat : Desa Waru Jaya

Peta Desa Pemagarsari Sebagai Berikut:

Page 55: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

49

Berdasarkan hasil pendataan jumlah penduduk Desa Pemagarsari pada

tahun 2006 berjumlah 11.265 Jiwa

Laki-laki : 5.729 Jiwa

Perempuan : 5.536 Jiwa

Dengan jumlah Kepala Keluarga= 2.411 KK

Sedangkan jumlah Penduduk pada tahun 2007 sebanyak 11.305 jiwa.

Laki – laki : 5.751 Jiwa

Perempuan : 5.554 Jiwa

Dengan jumlah Kepala Keluarga= 2.510 KK.2

Karena, letak geografis dan batas-batas wilayah teritorial tersebut,

Desa Pemagarsari memiliki daerah yang setrategis untuk kegiatan-kegiatan

ekonomi perdagangan, pemerintahan, dan pemukiman.

IV. Potensi Desa Pemagarsari

a. Sumber Daya Mansusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu potensi yang sangat berpengaruh

terhadap gerak Pembangunan baik Pembangunan Fisik maupun Non Fisik baik

sebagai objek maupun sebagai subjek pembangunan.

2 Kantor Desa Pemagarsari Kec. Parung, Kab. Bogor, Tgl 03/04/10.

Page 56: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

50

Adapun jumlah mata Pencaharian Anggota Keluarga sebagai berikut :

1. PNS : 210 orang

2. TNI/PORLI : 3 orang

3. Karyawan : 183 orang

4. Wiraswasta : 315 orang

5. Petani/Peternak : 34 orang

6. Jasa/ Buruh : 726 orang

7. Lainnya : 4.134 orang

b. Potensi Pendidikan

Dalam rangka meningkatkan pendidikan masyarakat di wilayah Desa

Pemagarsari memiliki sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut :

1. TK / TPA : 3 buah

2. SD / MI : 7 buah

3. SLTP : 2 buah

4. SMA : 2 buah

Page 57: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

51

berdasarkan data tingkat pendidikan masyarakat adalah :

- Tidak Tamat SD : 283 orang

- Tamat SD : 290 orang

- Tamat SLTP : 308 orang

- Tamat SLTA : 296 orang

- Tamat D.1 : 81 orang

- Tamat D.2 : 54 orang

- Tamat D.3 : 27 orang

- Tamat S.1/Sarjana : 50 orang

c. Kesehatan

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sarana dan prasarana

kesehatan yang ada di Desa Pemagarsari adalah :

1. Pos Yandu : 8 buah

2. Kader Pos Yandu : 33 orang

3. Bidan Desa : 2 orang

4. Dukun Beranak : 5 orang

Page 58: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

52

5. Klinik : 2 buah

6. Rumah Sakit : 1 buah

d. Perekonomian

Potensi perekonomian di Desa Pemagarsari sebagian besar masyarakat

mempunyai usaha ekonomi yang mampu menggerakan perekonomian, dan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Jenis Usaha masyarakat diantaranya :

1. Usaha agrobisnis tanaman : 100 orang

2. Usaha kerajinan Bordir/mute : 5 kelompok

3. Usaha kerajinan anyaman : 2 kelompok

4. Usaha aneka makanan ringan : 4 orang

5. Usaha Menjahit pakaian : 4 orang

6. Usaha pembudidayaan lele : 2 Kelompok

7. Usaha kerajinan Pot Bunga : 1 orang

8. Usaha pedagang buah-buahan : 15 orang

9. Usaha warung/rumah makan/toko : 200 orang

Page 59: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

53

10. Usaha Sablon pakaian : 4 kelompok

11. Usaha Jahit dan Bordir : 6 kelompok

12. Usaha kerajinan rotan : 1 orang

13. Usaha Pembuatan Roti : 1 orang

14. Usaha Peternakan Ayam Potong : 5 orang

15. Usaha Counter HP : 20 orang

V. Bidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial

Masyarakat

Pemerintahan Desa Pemagarsari menganut struktur Organisasi Pola

Maksimal yaitu terdiri dari: Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur

Pemerintahan, Kaur Perekonomian, Kaur Pembangunan, Kaur Keuangan,

Kaur Kesra, Kaur umum dan Bendaharawan Desa

Dengan jumlah perangkat desa seluruhnya sebanyak 11 orang. Dalam

pelaksanaan kegiatan dibidang pemerintahan telah dilaksanakan kegiatan

sebagai berikut :

1. Pelayanan administrasi Kependudukan Kepemilikan KTP, KK,

dan Akta kelahiran.

2. Pelayanan pertanahan berupa penerbitan surat keterangan yang

berkaitan dengan masalah pertanahan.

Page 60: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

54

3. Penagihan Pajak Bumi dan Bangun (PBB)

4. Pembinaan administrasi Rt dan Rw.dan

5. Kegiatan administrasi dibidang Pemerintahan

Adapun Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pemagarsari Sebagai Berikut:

A.

BPD KEPALA DESA

SEKRETARIS

KAUR KAUR KAUR KAUR KAUR KAUR

UNSUR WILAYAH

KADUS I KADUS II

PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN AMIL

I II III IV V

Page 61: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

55

B. Hubungan Pemerintahan Desa Sebagai Unit Ulil Amri Yang Terkecil

Dalam al-Qur’an

Pemerintahan Desa sebagai penyelenggara urusan pemerintahan

terkecil yang berkedudukan langsung di bawah kecamatan memiliki hak dan

kewajiban sebagaimana telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor. 32

Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Sebagai Unit Pemerintahan dalam skala

yang lebih kecil, Pemerintahan Desa mempunyai tugas yang diamanatkan

oleh peraturan perundang-undangan, begitu pula dalam perspektif Hukum

Islam, Pemerintahan Desa mempunyai tugas sebagai pemegang amanat

kekuasaan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

dalam melaksanakan Otonomi Daerah yang seluas-luasnya di dalam rumah

tangganya sendiri demi tercapainya pelaksanaan pembangunan dan

kesejahteraan umum yang merata bagi warga masyarakat Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sebagai pelaksana amanat yang dibebankan oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pemerintahan Desa mempunyai

wewenang untuk menegakan kepastian hukum dan keadilan sebagaimana

dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat: 58 yang berbunyi:

Page 62: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

56

Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yangberhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum diantara manusiasupaya kamu menetapkan dengan adil (Q.S. al-Nisa: 58).

Sebagai pelaksana amanat dari Pemerintahan pusat dan Daerah, Pemerintahan

Desa mempunyai kewenangan dan hak-hak di dalam melaksanakan tugas-tugasnya,

dalam hal ini yang menjadi hak-hak Pemerintahan Desa adalah sebagai Ulil Amri

dimana warga masyarakat mempunyai kewajiban menaati Ulil Amri agar

terealisasinya pelaksanaan tugas-tugas yang menjadi kewenangannya di segala

bidang dalam unit lingkup pemerintahan desa. Sebagaimana dalam al-Qur’an telah

dijelaskan tentang kewajiban menta’ati Ulil Amri dalam Surat al-nisa ayat 59 yang

berbunyi:

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan RasulNya dan Ulil Amridiantara kalian. Maka jika kamu berselisih dalam suatu (urusan),kembalikanlah ia pada (kitab) Allah dan (sunnah) Rasul, jika kamu benar-benar beriman terhadap Allah dan hari kemudian, itulah yang lebih baik danlebih bagus kesudahannya”. (Q.S. al-Nisa: 59)

Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari Shalih Abu Hurairah Radhiyallahu

Anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

Page 63: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

57

،،

،،

Artinya:“Sepeninggalanku akan datang kepada kalian pemimpin-pemimpin, kemudianakan datang kepada kalian pemimpin yang baik dengan membawakebaikannya, kemudian akan datang kepada kalian pemimpin yang jahatdengan membawa kejahatannya. Maka dengarkan mereka, dan taatilah apasaja yang sesuai dengan kebenaran. Jika mereka berbuat baik, makakebaikan tersebut untuk kalian dan mereka, dan jika berbuat jahat, makakalian mendapat pahala dan mereka mendapat dosa.”3

C. Kedudukan Pemerintah Desa Dan BPD Menurut Hukum Islam dan

Peraturan Perundang-undangan

Dalam Ajaran Islam telah banyak dijelaskan tentang pentingnya

masalah Pemerintahan baik yang menyangkut urusan duniawi maupun urusan

ukhrawi, hal ini dikarenakan adanya pendapat bahwa Islam adalah agama

yang komprehensif, didalamnya terdapat sistem ketatanegaraan, sistem

ekonomi, sistem sosial dan sebagainya. Namun dalam skripsi ini lebih

menerangkan tentang pandangan Hukum Islam mengenai Kedudukan

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Dalam al-Qur’an telah dijelaskan tentang prinsip kepemimpinan yaitu

dalam Surat Ali Imran ayat 118 yang berbunyi:

3 Imam Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara

Dalam Syari’at Islam), (Darul Falah, Jakarta. 2007). hal.2.

Page 64: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

58

Artinya:“Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi temankepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, karena mereka tidakhenti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apayang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dimulut mereka adalah lebihbesar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami) jikakamu memahaminya”. (Q.S. Ali Imran: 118).

Dengan demikian jelaslah pentingnya Pemerintahan baik Pusat

maupun Daerah, maka dengan adanya tugas pembantuan yang diemban oleh

Pemerintahan Desa diharapkan warga masyarakat dapat langsung

menyalurkan aspirasinya melalui orang-orang yang dipercayainya di tingkat

pemerintahan desa, karena dalam al-Qur’anpun pada Surat Ali Imran ayat

118, Allah memerintahkan ummatNya untuk mengambil dan menjadikan

orang-orang yang dipercaya di dalam menjalankan roda pemerintahan pusat

maupun desa yaitu orang-orang berasal dari golongannya, karena dianggap

lebih dapat dipercaya dan lebih mengetahui asal usul dan adat kebiasaan

masyarakat sehingga dapat mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat. Dengan dipilihnya kepala pemerintahan dari golongan sendiri maka

Page 65: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

59

lembaga imamah (pemerintah) mempunyai tugas dan tujuan umum

sebagaimana telah dikemukakan Imam Al-Mawardi yaitu:

Pertama, mempertahankan dan memelihara agama dan prinsip-

prinsipnya yang ditetapkan dan apa yang menjadi ijma’ oleh salaf (generasi

pertama umat Islam). Kedua, melaksanakan kepastian hukum diantara pihak-

pihak yang bersengketa atau berperkara dan berlakunya keadilan yang

universal antara penganiaya dan yang dianiaya. Ketiga, melindungi wilayah

Islam dan memelihara kehormatan rakyat agar mereka bebas dan aman baik

jiwa maupun harta. Keempat, memelihara hak-hak rakyat dan hukum-hukum

Tuhan. Kelima, membentuk kekuatan untuk menghadapi musuh. Keenam,

jihad terhadap orang-orang yang menentang Islam setelah adanya dakwah

agar mereka mengakui eksistensi Islam. Ketujuh, memungut pajak dan

sedekah menurut yang diwajibkan syara’, nash dan ijtihad. Kedelapan,

mengatur penggunaan harta baitul mal secara efektif. Kesembilan, meminta

nasehat dan pandangan dari orang-orang terpercaya. Kesepuluh, dalam

mengatur umat dan memelihara agama, pemerintah dan kepala Negara harus

langsung menanganinya dan meneliti keadaan yang sebenarnya.4

Menurut Al-Ghazali, tugas dan tujuan lembaga pemerintahan adalah

lembaga yang memiliki kekuasaan dan menjadi alat melaksanakan syari’at,

mewujudkan kemaslahatan rakyat, menjamin ketertiban urusan dunia dan

4 J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (PT. Rajawali Pers,Jakarta). Hal. 260.

Page 66: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

60

urusan agama. Ia juga berfungsi sebagai lambing kesatuan umat Islam demi

kelangsungan sejarah umat Islam.5

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah diterbitkannya

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai

pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 maka, Peraturan

Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Pengaturan

Mengenai Desa harus disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 8 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Walaupun terjadi

pergantian Undang-Undang namun prinsip dasar sebagai landasan pemikiran

pengaturan mengenai desa tetap.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Bab IV Tentang

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Bagian Kesatu Pasal 11 disebutkan

bahwa yang dimaksud Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa dan

BPD. Kemudian dijelaskan kembali pada bagian kedua Tentang Pemerintahan

Desa paragraf Pasal 12 disebutkan;

1) Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 terdiri

dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.

2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.

5 Ibid h. 260.

Page 67: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

61

3) Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

terdiri atas

a. Sekretariat Desa;

b. Pelaksana Teknis Lapangan;

c. Unsur Kewilayahan.

4) Jumlah Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat.

5) Susunan Organisasi dan tata kerja pemerintahan desa

ditetapkan dengan peraturan desa.

Adapun Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Kepala Desa diatur dalam

Pasal 14 yaitu:

1) Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.6

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Kepala Desa mempunyai wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

6 HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UUNo. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, (Rajawali Pers. Jakarta. 2005). h.279.

Page 68: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

62

c. Menetapkan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas

dan ditetapkan bersama BPD;

d. Membina kehidupan masyarakat desa;

e. Membina kehidupan masyarakat desa;

f. Membina perekonomian desa;

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan; dan

i. Melakukan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.7

Dalam Pasal 15 dijelaskan sebagai berikut:

1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

7 Ronal Siahaan, dkk. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia & PeraturanMenteri Dalam Negeri Tahun 2008 Tentang Desa, Kelurahan dan Kecamatan, (CV. NovindoPustaka Mandiri, Jakarta Indonesia). h. 21.

Page 69: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

63

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dari Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme;

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;

g. Menaati dan menegakan seluruh peraturan perundang-undangan;

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan

desa;

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat

istiadat;8

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan

hidup.

8 Jawahir Thontowi, Islam, Politik, dan Hukum, (Madyan Press Yogyakarta, Yogyakarta).

2002. h. 242.

Page 70: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

64

2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa

mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.

3) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali

dalam satu tahun.

4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun musyawarah BPD.

5) Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang

ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam

berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya.

6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh

Bupati/Walikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan

pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut.

7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada

Bupati/Walikota melalui Camat dan kepada BPD.

Adapun Prinsip yang diajarkan dalam Islam yaitu Musyawarah sebagaimana

Allah telah memerintahkan umatNya untuk selalu menyelesaikan dan mengatur

Page 71: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

65

usrusan pemerintahan dengan cara musyawarah (syura), dalam Surat Ali Imran

ayat 159 dan Surat Al-Syura ayat 38 Allah berfirman:

Artinya:Maka disebakan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadapmereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah merekamenjauhkan dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlahampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusanitu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallahkepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakalkepadaNya. (Q.S. Ali Imran :159)

Artinya:Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya danmendirikan Shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarahantara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kamiberikan kepada mereka. (Q.S. al-Syura : 38)

Dalam kajian Fiqh Siyasah dikenal istilah Ahl al-hall wa al-‘aqd yang artinya

“Orang-orang yang mempunyai wewenang untuk melonggarkan dan mengikat”

istilah ini dirumuskan oleh ulama fiqih untuk sebutan bagi orang-orang yang

bertindak sebagai wakil umat untuk menyuarakan hati nurani mereka. Tugasnya

Page 72: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

66

antara lain memilih khalifah, imam, kepala Negara secara langsung. Karena itu ahl

al-hall wa al-‘aqd juga disebut oleh Imam Al-Mawardi sebagai ahl al-ikhtiyar

(golongan yang berhak memilih). Peranan golongan ini sangat penting untuk memilih

salah seorang diantara ahl al-imamat (golongan yang berhak dipilih) untuk menjadi

khalifah. 9

Paradigma pemikiran ulama fiqih merumuskan istilah ahl al-hall wa al-‘aqd

didasarkan pada sistem pemilihan empat khalifah pertama yang dilaksanakan oleh

para tokoh sahabat yang mewakili dua golongan, Anshar dan Muhajirin. Mereka ini

oleh ulama fiqih diklaim sebagai ahl al-hall wa al-‘aqd yang bertindak sebagai wakil

umat.10 Walaupun sesungguhnya pemilihan itu, khususnya pemilihan Abu Bakar dan

Ali bersifat spontan atas dasar tanggung jawab umum terhadap kelangsungan

keutuhan umat dan agama. Namun kemudian kedua tokoh itu mendapat pengakuan

dari umat. Dalam hubungan ini tepat definisi yang dikemukakan oleh Dr. Abdul

Karim Zaidan. “Ahlul Halli Wal ‘Aqdi ialah orang-orang yang berkecimpungan

langsung kepada mereka. Mereka menyetujui pendapat wakil-wakil itu karena ikhlas,

konsekuen, taqwa, adil dan kecemerlangan pikiran serta kegigihan mereka di dalam

memperjuangkan kepentingan rakyatnya.”

9 Muhammad Tahir Azhariy, Negara Hukum (Suatu Studi Prinsip-prinsipnya Dilihat dari SegiHukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, (Kencana, Jakarta.2004). h. 112.

10 Taufiq al-Syawi, Syuro Bukan Demokrasi, (Gema Insani Press, Jakarta). 1997. h. 279.

Page 73: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

67

Bertolak dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa ahl al-hall wa al-‘aqd

merupakan suatu lembaga pemilih. Orang-orangnya berkedudukan sebagai wakil-

wakil rakyat, dan salah satu tugasnya memilih khalifah atau kepala Negara. Ini

menunjukkan bahwa sistem pemilihan khalifah dalam pemikiran ulama fiqih, dan

kecendrungan umat Islam generasi pertama dalam sejarah, adalah secara tidak

langsung atau melalui perwakilan. Ini dari segi fungsionalnya, sama seperti Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di tingkat

Pusat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di tingkat Daerah dan sampai unit

pemerintahan terendah di Indonesia yaitu di tingkat Desa dikenal adanya Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Sebagaimana telah diatur di dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa disebutkan pada

bagian ketiga Pasal 29 disebutkan bahwa BPD berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa, Pasal 30 berisi sebagai berikut:

1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan

keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan

mufakat.

2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari ketua dari Rukun

Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau

pemuka masyarakat lainnya.

3) Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat

diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Page 74: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

68

Pasal 31

Jumlah Anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang

dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah

penduduk dan kemampuan keuangan desa.

Pasal 32

1) Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.

2) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji

secara bersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh

Bupati/Walikota.

Pasal 33

1) Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (orang) orang Wakil

Ketua, dan 1 (satu) orang Sekretaris.

2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh

anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus.

3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota

tertua dan dibantu oleh anggota termuda.

Pasal 34

BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Pasal 35

BPD mempunyai wewenang:

Page 75: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

69

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan

peraturan kepala desa;

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa;

d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa;

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi

masyarakat; menyusun tata tertib BPD. Pasal 36 BPD mempunyai hak :

a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;

b. Menyatakan pendapat.

Pasal 37

(1) Anggota BPD mempunyai hak :

a. Mengajukan rancangan peraturan desa;

b. Mengajukan pertanyaan;

c. Menyampaikan usul dan pendapat;

d. Memilih dan dipilih; dan

e. Memperoleh tunjangan.

(2) Anggota BPD mempunyai kewajiban :

a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-

undangan;

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

desa;

Page 76: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

70

c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

d. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat;

e. Memproses pemilihan kepala desa;

f. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompk dan

golongan;

g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat;

dan

h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga

kemasyarakatan.

Pasal 38

1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.

2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila

dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota

BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.11

3) Dalam hal tertentu Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-

kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan

ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah

1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir.

11 http//www.bkn.go.id/peraturanisi. Diakses tanggal 04/05/10.

Page 77: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

71

4) Hasil Rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan

notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris Desa.

Pasal 39

1) Pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan

keuangan desa.

2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ditetapkan dalam APD Desa.

Pasal 40

1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan

keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD.

2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam

APD Desa.

Pasal 41

1) Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai

Kepala Desa dan Perangkat Desa.

2) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :

a. Sebagai pelaksana proyek desa;

b. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan

mendiskriminasikan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan

warga atau golongan masyarakat lain;

Page 78: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

72

c. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang

dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau

tindakan yang akan dilakukannya;

d. Menyalahgunakan wewenang; dan

e. Melanggar sumpah/janji jabatan.

Pasal 42

1) Ketentuan lebih lanjut mengenai BPD, ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

2) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

sekurang-kurangnya memuat :

a. Persyaratan untuk menjadi anggota sesuai dengan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat;

b. Mekanisme musyawarah dan mufakat penetapan anggota;

c. Pengesahan penetapan anggota;

d. Fungsi, dan wewenang;

e. Hak, kewajiban, dan larangan;

f. Pemberhentian dan masa keanggotaan;

g. Penggantian anggota dan pimpinan;

h. Tata cara pengucapan sumpah/janji;

i. Pengaturan tata tertib dan mekanisme kerja;

j. Tata cara menggali, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

k. Hubungan kerja dengan kepala desa dan lembaga kemasyarakatan;

Page 79: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

73

l. Keuangan dan administratif.

Berkaitan dengan Otonomi Daerah, bagi Pemerintah Desa; dimana

keberadaannya berhubungan langsung dengan masyarakat dan sebagai ujung tombak

pembangunan. Desa semakin dituntut kesiapannya baik dalam hal merumuskan

Kebijakan Desa dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes), merencanakan pembangunan

desa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta dalam memberikan pelayanan

rutin kepada masyarakat. Demikian pula dalam menciptakan kondisi yang kondusif

bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi masyarakat dalam

mengelola dan menggali potensi yang ada sehingga dapat menghadirkan nilai tambah

ekonomis bagi masyarakatnya. Dengan demikian, maka cepat atau lambat desa-desa

tersebut diharapkan dapat menjelma menjadi desa-desa yang otonom, yakni

masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang

dirasakannya.

Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan Otonomi Desa adalah Pemerintah

Desa semakin mampu memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dan mampu

membawa kondisi masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Dengan

terselenggaranya Otonomi Desa, maka hal itu akan menjadi pilar penting Otonomi

Daerah. Keberhasilan Otonomi Daerah sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya

Otonomi Desa. 12

12 http://www.thamrin.wordpress.com/kewenangan-desa-antara-mimpi-dan-kenyataan.,Diakses Tgl 3/04/10.

Page 80: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

74

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA PEMAGARSARI

KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR

A. Sumber-Sumber Pendapatan Desa Pemagarsari di Bidang Pertanian,

Perindustrian, dan Perdagangan Menurut Hukum Islam Dan Peraturan

Perundang-undangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72

Tahun 2005 tentang Desa, Pada Bagian Kedua disebutkan tentang Sumber

Pendapatan Desa, yaitu pada Pasal 68:

1) Sumber pendapatan desa terdiri atas :

a. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa,

hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain

pendapatan asli desa yang sah;1

b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per

seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian

diperuntukkan bagi desa;

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima

oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus),

1 http//www.bkn.go.id/peraturanisi. Diakses tanggal 04/05/10.

Page 81: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

75

yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang

merupakan alokasi dana desa;

d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

e. Hibah atau sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.2

2) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d disalurkan melalui

kas desa.

3) Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak

dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

Pasal 69

Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf a terdiri

atas :

a. Tanah kas desa;

b. Pasar desa;

c. Pasar hewan;

d. Tambatan perahu;

e. Bangunan desa;

f. Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; dan

2 Ronal Siahaan, dkk, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia & PeraturanMenteri Dalam Negeri Tahun 2008 Tentang Desa, Kelurahan dan Kecamatan, (CV. NovindoPustaka Mandiri, Jakarta Indonesia). h. 34.

Page 82: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

76

g. Lain-lain kekayaan milik desa.

Pasal 70

1) Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi

yang sudah dipungut oleh Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak dibenarkan

adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa.

2) Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Desa tidak

dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh Pemerintah atau Pemerintah

Kabupaten/Kota.

3) Bagian desa dari perolehan bagian pajak dan retribusi daerah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan pengalokasiannya ditetapkan

dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Pasal 71

1) Pemberian hibah atau sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat

(1) huruf e tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada

desa.

2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun tidak

bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APD Desa.

Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Desa Bagian Kelima dijelaskan tentang Badan Usaha Milik Desa

Page 83: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

77

Pasal 78

1) Dalam menigkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa dapat

mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi

Desa.3

2) Pembentukan Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud ayat (1)

ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundang-

undangan.

3) Bentuk Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

berbadan hukum.

Pasal 79

1) Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (1)

adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa.

2) Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari :

a. Pemerintah Desa;

b. Tabungan Masyarakat;

c. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota;

d. Pinjaman; dan/atau

e. Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling

menguntungkan.

3 Ibid. hal.35.

Page 84: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

78

3) Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan

masyarakat.

Sumber pendapatan Desa dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBD). Kepala Desa dan BPD menetapkan APBD setiap tahun dengan

Peraturan Desa. Pedoman penyusunan APBD ditetapkan oleh Bupati. Tata cara dan

pungutan objek pendapatan dan belanja desa ditetapkan bersama antara kepala desa

dan Badan Perwakilan Desa.4

Adapun sumber-sumber pendapatan masyarakat Desa Pemagarsari cukup

bervariatif, yaitu dibidang perekonomian juga telah dilaksanakan pembinaan usaha

ekonomi masyarakat seperti Tanaman hias, Home industri, kerajinan rakyat yaitu

berupa bimbingan keterammpilan, manajemen usaha serta pemasarannya Desa

Pemagarsari dapat dikatagorikan sebagai daerah sentra produk diantaranya: kerajinan

tangan (beading), Industri Pembuatan Obat Tradisional, agro bisnis tanaman hias dan

pertanian perikanan lele jumbo, saat ini dari ke empat produk diatas merupakan

produk unggulan desa pemagarsai. Selain dari ke empat produk tersebut, sebagian

masyarakat juga membuka usaha kerajinan anyaman, aneka makanan ringan, usaha

bordir, usaha sablon, usaha rumah makan, usaha warung sembako /lansam, peternak

ayam broiler, bengkel sepeda motor dan lain-lain.5

4 HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan Utuh, (RajawaliPers. Jakarta. 2003). h. 131.

5 Hasil Ekspos Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPM) Desa Pemagarsari. Tahun2009.

Page 85: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

79

Adapun rincian usaha yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

(LPM) Desa Pemagarsari untuk memberdayakan dan memberikan dukungan kepada

masyarakat, yaitu:

1. Bidang industri kecil /industri rumah tangga

a. Beading (pemasangan manik-manik)

b. Bordir pakaian dan kerudung

c. Sablon pakaian dan kerudung

d. Keripik pisang/singkong

e. Rias pengantin atau salon

f. Pembuatan kue pengantin atau catering

g. Pelatihan perbengkelan

h. Pengrajin sepatu

2. Bidang petanian dan perikanan

a. Mengembangkan tanaman hias

b. Budi daya ikan lele

c. Peternak ayam broiler

3. Perdagangan umum

a. Warung lansam /sembako

b. Rumah makan

c. Konter HP.

Page 86: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

80

` Adapun Dalam Ajaran Islam yang menjadi sumber-sumber pendapatan

pemerintah yaitu Ghanimah, Kharaj, Fai, Jizyah, dan Tebusan Tawanan Perang

Kelima jenis pendapatan ini muncul dalam konteks Daulah Khilafah Islamiyah

sebagai dampak dari politik luar negeri (jihad) yang dilakukan oleh kaum Muslim.

ketika Daulah Khilafah Islamiyah tegak, tidak sedikit jumlah pemasukan negara yang

berasal dari pos ini. Kemudian sumber-sumber pendapatan pemerintah dalam Islam

juga berasal dari Zakat, Infak, Wakaf, Sedekah, dan Hadiah. ini adalah mekanisme

distribusi harta atau kekayaan yang sifatnya non-ekonomi. Potensi zakat di Indonesia

saat ini dengan asumsi yang minimalis diperkirakan sekitar Rp 103.5 triliun.6

Kepemilikan Negara (State Ownership) Yaitu hukum-hukum syara’ yang

menetapkan pengelolaannya didasarkan kepada pandangan khallifah, seperti harta

pajak, kharaj dan jizyah. Berdasarkan hal ini maka harta fa’i, pajak, kharaj, jizyah dan

sebagainya merupakan harta milik Negara, karena Rasulullah saw mengelola semua

jenis harta itu berdasarkan pendapatnya. Allah Swt berfirman :

6 http://www.mit-itb.blogspot.com/syariat-islam-dalam-pengelolaan sumber.html.diakses

tanggal 02/04/10.

Page 87: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

81

Artinya:

Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yangberasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, KerabatRasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalamperjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orangkaya saja diantara kamu. (QS. al-Hasyr (59): 7).

Secara ringkas, politik ekonomi dalam Islam bisa dipaparkan sebagai berikut:

1. Wajib memenuhi seluruh kebutuhan primer (pokok) bagi setiap individu

rakyat, seluruhnya, dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan sekunder

dan tersier semaksimal mungkin. Allah swt berfirman :

Artinya:

Dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsaralagi fakir (Q.S. al-Hajj [22]: 28).

Page 88: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

82

Artinya:272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akantetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yangdikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamumembelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah. dan apasaja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberipahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya(dirugikan).273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) dijalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahumenyangka mereka orang Kaya Karena memelihara diri dari minta-minta.kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak memintakepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamunafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.(Q.S. al-Baqarah [2]: 272-273).

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orangmiskin, pengurus-pengurus zakat (amil), para muallaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalanAllah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.(Q.S. al-Taubah :60).

Page 89: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

83

Jelaslah bahwa Islam memperhatikan berbagai permasalahan ekonomi, baik

mengenai kefakiran, alokasi dan distribusi yang buruk, tidak adanya produktifitas,

atau tidak adanya harta kekayaan. Islam mendorong kaum Muslim untuk

membahagiakan orang-orang fakir dan miskin, agar memungkinkan mereka bisa

memenuhi seluruh kebutuhan primernya, dan Islam mewajibkan Negara untuk

memenuhi hal itu.7

2. Memandang semua orang yang ada di tengah-tengah masyarakat sebagai

manusia, sebelum memandang dari sisi lain, baik itu dari segi agama

ataupun suku. Saat yang sama juga memandang setiap manusia sebagai

individu, bukan sebagai kumpulan individu dalam masyarakat. Islam

mendorong manusia untuk berusaha dalam mencari rizkinya. Allah swt

berfirman:

Artinya:Maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebahagian darirezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu kembali setelah dibangkitkan.(Q.S. al-Mulk [67]: 15).

Nabi Muhammad saw bersabda:

ط

7 Ahmad ‘Athiyat, Jalan Baru Islam Studi Tentang Transformasi Dan Kebangkitan Umat,(Pustaka Thariqul Izzah, Penyunting; Dede Koswara, Jakarta. 2004). h. 246.

Page 90: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

84

artinya:Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik dari makanmakanan kecuali hasil jerih payahnya sendiri.

: ف: ف(

(

artinya:Sesungguhnya dari berbagai dosa itu ada dosa yang tidak bisaterhapus oleh puasa dan juga tidak oleh shalat. kemudian ada yangbertanya: ‘Apakah yang bisa menghapusnya wahai Rasulullah?Rasulullah menjawab: ‘kesungguhan dalam mencari rezeki’.

)(

artinya:Imam (khalifah) itu adalah seorang pemimpin. dan diabertanggungjawab terhadap urusan rakyatnya.

Inilah paparan singkat seputar sistem ekonomi Islam. Apabila

kita pelajari sejarah, kita akan menemukan bahwa Negara Islam benar-

benar telah menerapkan sistem ekonomi ini terhadap rakyatnya.

Negara telah memungut harta dari sumbernya, seperti zakat, kharaj,

dan jizyah, lalu mengembalikan harta tersebut dan

mendistribusikannya kepada mereka yang berhak. Negara Islam juga

mengambil cukai di sepanjang perbatasan dan dari pedagang non-

Muslim.

Page 91: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

85

B. Penilaian Hukum Islam Terhadap Pembangunan dan Kesejahteraan

Masyarakat Desa Pemagarsari di Bidang Pertanian, Perindustrian dan

Perdagangan

Pada dasarnya Pembangunan Desa adalah seluruh kegiatan

pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi seluruh aspek

kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan

swadaya gotong royong. Pembangunan desa diarahkan untuk memanfaatkan

secara optimal potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas

hidup, keterampilan dan prakarsa dengan mendapat bimbingan dan bantuan

dari aparatur pemerintah sesuai dengan bidang tugas masing-masing.8

Mengacu pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembangunan desa ditunjukkan untuk kesejahteraan rakyat, dengan demikian

rakyat pulalah yang harus melaksanakan dan memelihara hasilnya serta

meneruskan langkah pembangunan selanjutnya.

Pembangunan desa secara operasional dimaksudkan sebagai proses

dimana usaha-usaha masyarakat desa dipadukan dengan usaha pemerintah

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengintegrasikan kehidupan

bangsa dan memungkinkan mereka memberikan sumbangan sepenuhnya

kepada kemajuan nasional.

8 Syamsir Salam & Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN SyarifHidayatullah, Jakarta. 2008). h. 48.

Page 92: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

86

Pembangunan masyarakat desa (Community Development)

mengandung makna pembangunan dengan pendekatan kemasyarakatan, dan

pengorganisasian masyarakat. Sedangkan pembangunan desa (rural

development) pengertiannya lebih luas, karena di dalamnya mencakup

pembangunan masyarakat desa, dimana terintegrasi usaha-usaha pemerintah

dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat di berbagai bidang kehidupan.

Dengan demikian untuk mewujudkan desa-desa yang terus

berkembang, yakni dari desa swadaya, desa swakarsa menjadi desa

swasembada, perlu adanya sistem yang mengatur tentang kegiatan-kegiatan

pemerintah dan masyarakat antara lain dalam bentuk program pembangunan

secara terpadu.9

Secara garis besar yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan

pembangunan desa adalah: (1). Di tingkat pusat adalah Menteri Dalam Negeri

yang mempunyai tanggungjawab mengadakan kerjasama di bidang

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa dengan departemen/lembaga

pemerintah non departemen terkait. (2). Di tingkat daerah adalah Gubernur,

Bupati, Camat, dan Kepala Desa/Kelurahan sesuai dengan kedudukannya

sebagai kepala wilayah.

9 Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, (Gajah Mada University Press.Yogyakarta. 1996). h. 136.

Page 93: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

87

Pembangunan desa sebagai bagian dari pembangunan nasional tentu

memiliki tujuan yang tidak lepas dari pembangunan secara keseluruhan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tujuan pokok dari pembangunan desa

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Pertama, Tujuan jangka pendek, yaitu: menaikkan taraf hidup rakyat

khususnya rakyat pedesaan yang berarti menciptakan situasi dan kondisi

kekuatan dan kemampuan desa dan masyarakat desa dalam suatu tingkat yang

lebih kuat dan nyata untuk tahap-tahap pembangunan selanjutnya.

Kedua, Tujuan jangka panjang, yaitu tercapainya masyarakat adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dalam hubungannya dengan sasaran

pembangunan desa ditujukan untuk menaikan produksi yang potensial yang

dimiliki masyarakat desa dan meningkatkan kesejahteraan dalam rangka

pembangunan ekonomi.

Islam merupakan rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam) di

dalam ajarannya berisikan tentang banyak hal, masalah pembangunan dan

kesejahteraan merupakan masalah yang sangat penting karena dengannya

kehidupan akan berjalan dengan baik. Manusia di muka bumi ini yang

berkedudukan sebagai khalifah mempunyai amanat dari RabbNya untuk

senantiasa menjalankan kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya. Bahwa

segala hal yang diperbuat di dunia ini kelak akan dimintai

pertanggungjawabannya, terlebih dalam Islam diajarkan bahwa perbuatan

yang paling baik ialah pekerjaan yang dilakukan oleh jerih payah usaha

Page 94: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

88

sendiri baik di bidang pertanian, perindustrian maupun perdagangan, karena

semua itu merupakan sumber mata pencaharian yang dapat dilakukan oleh

masyarakat yang tinggal di pedesaan meskipun untuk saat ini mata

pencaharian masyarakat desa bukan hanya sekadar di bidang pertanian,

perindustrian maupun perdagangan saja. dalam Al-Qur’an Allah Swt

berfirman:

artinya:lalu apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dancarilah sebagian dari karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyaksupaya kamu beruntung. (Q.S. al-Jumu’ah; 10)

Untuk menghilangkan kesan bahwa perintah shalat dilakukan seharian penuh,

sebagaimana yang diwajibkan kepada orang-orang Yahudi pada hari Sabtu, ayat

diatas melanjutkan dengan menegaskan; Lalu apabila telah ditunaikan shalat, maka

jika kamu mau, maka bertebaranlah di muka bumi untuk tujuan apapun yang

dibenarkan Allah dan carilah dengan bersungguh-sungguh sebagian dari karunia

Allah, karena Allah sangat banyak dan tidak mungkin kamu dapat mengambil

seluruhnya, dan ingatlah Allah banyak-banyak jangan sampai kesungguhan kamu

mencari karunia-Nya itu melengahkan kamu. Berdzikirlah dari saat ke saat dan setiap

Page 95: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

89

tempat dengan hati atau bersama lidah kamu supaya kamu beruntung memperoleh

apa yang kamu dambakan.10

artinya:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmudari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamuberbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. al-Qashash [28]: 77).

Muhammad Asad dalam ayat ini mengatakan bahwa dalam ungkapan “dan

janganlah kamu melupakan” terkandung suatu himbauan untuk menjadi dermawan

sekaligus untuk bersifat pertengahan. Kedua himbauan itu sesungguhnya sejalan

dengan pesan keadilan dalam term al-wasath yang merupakan karakteristik

masyarakat yang dibangun oleh Al-Qur’an. Dengan kata lain, ummah wasath yang

menjadi ciri masyarakat beriman, ditandai oleh keseimbangan antara pemenuhan

kebutuhan duniawi dengan pemenuhan kebutuhan ukhrawi, sebagai umat penengah

antara rasul dan manusia yang menerjemahkan keteladanan rasul bagi segenap

manusia. Tindakan ekstrem materialistik yang terlalu cenderung bersifat duniawi,

10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume14, (Lentera Hati. Jakarta. 2002). h. 229.

Page 96: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

90

sebagaimana yang disimbolkan dengan Qarun jelas merupakan peringatan Al-Qur’an

yang paling keras.11

Sejarah mencatat bahwa kondisi masyarakat kota Madinah yang dibentuk

oleh Nabi Muhammad SAW, dimana kehidupan masyarakat Madinah pada saat itu

sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip dalam civil society. Islam sebagai agama

universal dalam pandangan Abdurrahman Wahid tidak mengatur bentuk Negara yang

terkait dengan konteks ruang dan waktu sehingga Nabi Muhammad SAW sendiri

tidak menamakan sebagai kepala Negara Islam dan Nabi tidak melontarkan ide

suksesi yang tentunya sebagai prasyarat bagi kelangsungan Negara. Walaupun Nabi

telah melakukan revolusi dalam masyarakat Arab, tetapi ia sangat menghormati

tradisi dan memperbaharuinya secara bertahap sesuai dengan psikologi manusia

karena tujuannya bukanlah menciptakan orde baru (a new legal order) tapi untuk

mendidik manusia dalam mencapai keselamatan terwujudnya kebebasan, keadilan,

dan kesejahteraan.

Selain itu Nabi Muhammad juga terbuka terhadap peradaban lain, di samping

sifat universalisme Islam. Dalam Islam sendiri terdapat lima jaminan dasar dalam

pengembangan peradaban, yaitu:

1. Keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan

hukum;

11 Dr. H. Amiur Nuruddin, M.A. Keadilan Dalam Al-Qur’an, (Hijri Pustaka Utama. Jakarta.2008). h. 163.

Page 97: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

91

2. Keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa adanya paksaan untuk

berpindah agama;

3. Keselamatan keluarga dan keturunan;

4. Keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum;

5. Keselamatan profesi.

Oleh Karena itu Reformasi pertanahan, kendatipun suatu keharusan dalam

rangka mengurangi konsentrasi kekayaan, tidak sendirinya menjadikan Negara-

Negara Muslim lebih dekat kepada realisasi maqhasid (pencapaian tujuan-tujuan),

kecuali ada upaya-upaya serentak untuk menghapuskan kelemahan yang diderita oleh

sektor pertanian. Kelemahan-kelemahan yang telah mengurangi efisiensi hasil panen

di sektor ini, memperburuk yang pengangguran di desa, menekankan pendapatan

mereka, dan memperlama kesenjangan.

Hambatan yang paling serius adalah ketiadaan infrastruktur yang efisien,

seperti jalan-jalan, sekolah, listrik dan fasilitas kesehatan, disebabkan oleh minimnya

anggaran pemerintah untuk sektor pertanian. Tidak seperti Negara-Negara Industri

kaya, yang mendorong para petaninya melalui berbagai intensif, seperti proteksi dari

impor, mayoritas Negara-negara berkembang melakukan diskriminasi terhadap sektor

pertanian. Mereka mencoba menggantikan dampak inflasioner yang disebabkan oleh

defisit anggaran pemerintah dengan menaikan nilai tukarnya terlalu tinggi dan

mengontrol harga bahan makanan.

Page 98: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

92

Kebijakan-kebijakan demikian berdampak buruk pada pertanian,

meningkatkan ketergantungan pada impor, mengurangi volume ekspor, dan

menekankan pendapatan penduduk pedesaan. Penekanan pendapatan penduduk

pedesaan diikuti sistem penguasaan tanah yang tidak adil, tidak mampu menghasilkan

surplus yang cukup bagi petani penggarap sehingga mereka pada akhirnya tidak dapat

melakukan investasi di pertanian dan industri-industri mikro. Hal ini juga

memperburuk pengangguran di desa.

Dengan demikian, kita melihat adanya lingkaran kemiskinan, kecilnya nilai

inventasi menurunkan hasil panen dan menambah pengangguran. Tekanan penduduk

di wilayah-wilayah perkotaan dengan sendirinya meningkat, yang menyebabkan

penurunan pada upah di perkotaan menimbulkan wilayah-wilayah kumuh dengan

kondisi lingkungan yang teramat susah. Karena itu, akar persoalan di wilayah

pedesaan adalah distribusi pendapatan dan bukan teknik pertanian.

Hambatan serius lainnya yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah

kurangnya ketersediaan pembiayaan bagi petani kecil dan industri-industri mikro.

“Meminjam modal yang konstan kepada para pedagang dan para rentener atau

keluarga yang telah memperpanjang kemiskinan”. Akibatnya adalah bahwa para

petani kecil tidak memiliki biaya untuk membeli faktor-faktor produksi yang

berkualitas unggul dan juga tidak mampu menjalankan roda industri kecil untuk

meningkatkan pendapatan mereka dalam memberdayakan dirinya secara penuh.

Page 99: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

93

Karena itu, suatu distribusi kepemilikan tanah yang merata tidak dengan

mudah dicapai kecuali sejumlah persiapan yang matang dibuat untuk menyediakan

pembiayaan yang memadai, bukan saja bagi pembiayaan pertanian, tetapi juga bagi

industri-industri mikro di wilayah pedesaan sehingga para petani mempunyai sumber

pendapatan dan pekerjaan tambahan agar kondisi kehidupannya membaik. Hal itu

harus dilakukan secara alamiah dalam kerangka kerja alternatif dari sistem yang

berbasis bunga dan dapat dikembangkan sehingga sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran

Islam.

Reformasi pertanahan yang didukung oleh tindakan-tindakan untuk

membebaskan petani miskin dari ketidakadilan dan defisiensi yang mereka derita,

diharapkan tidak hanya membantu memperluas produktivitas sektor pertanian, tetapi

juga diharapkan tidak hanya membantu memperluas produktivitas sektor pertanian,

tetapi juga diharapkan mampu mengurangi daya tarik kota yang mempesona sehingga

membantu, membalik arus perpindahan penduduk dari desa ke kota dan mengurangi

kepadatan kota dan kejahatan. Demikian juga perlu adanya suatu perubahan dalam

sikap dan kebiasaan-kebiasaan kerja di wilayah pedesaan. Hal ini bisa dicapai lebih

cepat dan efektif jika perubahan sosial diinspirasi oleh Islam. Masjid-masjid yang

sudah berperan penting dalam kehidupan desa dan penggunaannya yang tepat dapat

membuka jalan yang efektif dalam memainkan karakteristik yang diinginkan di

kalangan penduduk pedesaan.

Sebagaimana dalam Al-Quran Surat Al-A’raaf ayat 96 Allah SWT berfirman:

Page 100: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

94

Artinya:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilahkami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapimereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa merekadisebabkan perbuatannya. (al-A’raaf: 96.)

C. Analisis Hasil Penelitian Di Desa Pemagarsari Kecamatan Parung

Kabupaten Bogor

Dari pemaparan bab demi bab, maka penulis beranggapan bahwa persoalan

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di tingkat desa dianggap sebagai hal

yang sangat signifikan, hal ini dikarenakan pembangunan di tingkat nasional banyak

dipengaruhi oleh perkembangan di daerah terutama di tingkat pedesaan. Dan hal ini

memungkinkan untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dibenarkan.

Ruang lingkup tanggung jawab dari birokrasi bukan hanya melakukan

pelayanan publik secara universal dan optimal, melainkan birokrasi tentu harus

mengupayakan pemerataan dalam kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan

(dalam arti luas) kepada masyarakat. Akselerasi pembangunan memang telah

dirasakan semenjak terselenggaranya reformasi di berbagai sektor.

Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah banyak dilakukan sejak dari

dahulu hingga sekarang, tetapi hasilnya belum memuaskan terhadap peningkatan

Page 101: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

95

kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat

sebagai :

1. Upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan

prasarana untuk memberdayakan masyarakat;

2. Upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.

Pembangunan pedesaan bersifat multiaspek oleh karena itu, perlu keterkaitan

dengan bidang sektor, dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan

non ekonomi, sosial dan budaya).

Menurut Rahardjo Adisasmita tujuan pembangunan pedesaan jangka panjang

adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung melalui

peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan berdasarkan

bina lingkungan, bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah

meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional. Sehingga harus

disadari bahwa hakekat dari pembangunan nasional secara komprehensif adalah

dengan meletakkan pondasi atau penopang yang kokoh pada pembangunan di tingkat

desa. 12

Badan Perwakilan Desa (BPD) dengan Pemerintah Desa dalam hal ini Kepala

Desa diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang terdapat dalam satu koin, yang

12 http//www. uzumaki86.multiply.com/journal/item/20. Diakses tanggal 04/05/10.

Page 102: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

96

berarti bahwa BPD dengan Kepala Desa merupakan mitra kerja yang bersifat sejajar

dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam melaksanakan aspek

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Hubungan antara Kepala Desa dengan

BPD bersifat sangat dinamis. BPD sebagai wakil rakyat dengan segala hak yang

dimilikinya dapat menjadi alat kontrol terhadap kinerja yang dilakukan oleh

Pemerintah Desa dalam pengertian Checks and Balances System dalam sistem

pembagian kekuasaan yang dianut oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia.13

Dalam praktek penyelenggaraan Pemerintahan Desa (khususnya di Desa

Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor) terdapat kebijakan yang dilakukan

oleh Kepala Desa selaku eksekutif di tingkat desa bersama BPD yaitu membuat

peraturan desa (PERDES) serta musyawarah pembangunan desa sebagai bentuk

kebijakan yang dapat membangun dan mensejahterakan kehidupan masyarakat

desa.14

Namun dalam praktiknya di lapangan terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi

oleh Pemerintah Desa dan BPD dalam pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan

di Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.

Penerapan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah seharusnya menghasilkan penyelelenggaraan

13 Jimly Asshidiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Rajawali Pers. Jakarta. 2009). h.290.

14 HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UUNo. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, (Rajawali Pers. Jakarta. 2005). h.279.

Page 103: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

97

pemerintahan yang lebih baik, lebih praktis dan lebih nyata pada Pemerintahan

Daerah ditambah lagi dengan peraturan pelaksananya di tingkat desa yaitu dengan

adanya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, seharusnya sektor pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

terutama di tingkat desa meningkat dan terjamin oleh Negara, namun berdasarkan

penelitian yang penulis temukan di lapangan bahwa masih terdapat kendala untuk

merealisasikan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat terutama di tingkat desa,

diantaranya lambannya bantuan yang turun dari Pemerintah Pusat ke daerah dan desa

sehingga menghambat proses pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat di pedesaan, diantaranya pembangunan infrastruktur seperti jalan-jalan

protokol yang biasa dipergunakan sarana transportasi masyarakat setempat yang

tersendat pembangunan dan perbaikannya sehingga menyulitkan warga ketika

melakukan aktifitas karena jalannya rusak, di samping itu faktor internal yang

menjadi hambatan pembangunan di desa yaitu minimnya informasi dan juga masih

kurangnya sosialisasi dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah tentang

pentingnya pembangunan.

Selain faktor-faktor penghambat diatas, berdasarkan pengamatan penulis di

lapangan bahwa masih banyak terjadi kesalahan di dalam pendataan tentang warga

masyarakat yang berhak menerima bantuan, seperti terjadinya pemberian Bantuan

Langsung Tunai (BLT) yang kurang tepat sasaran, dan juga kurangnya sosialisasi

jaminan kesehatan daerah (JAMKESDA) kepada warga masyarakat sehingga

Page 104: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

98

pelayanan kesehatan yang murah bahkan gratis yang semestinya diperoleh oleh warga

yang kurang mampu tidak dapat terealisasikan dengan baik.

Atas dasar hal tersebut, pihak tokoh masyarakat mengupayakan agar BPD

seharusnya lebih jeli lagi di dalam mengawasi roda pemerintahan di desa sehingga

berjalan dengan baik. Selain itu, berdasarkan Penelitian yang penulis lakukan di

Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Bahwa pelaksanaan

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Desa Pemagarsari banyak dipengaruhi

oleh pola hidup masyarakat setempat, untuk saat ini dari hasil penelitian yang penulis

dapatkan di lapangan bahwa pembangunan di Desa Pemagarsari bersumber dari

swadaya masyarakat setempat dan juga bantuan dari Pemerintah Daerah, retribusi

daerah serta dana lain yang berasal dari para pihak ketiga atau donatur. Sebagaimana

dalam ajaran Islam yaitu adanya konsep saling tolong menolong dalam kebaikan dan

ketakwaan yaitu dalam al-Qur’an Surat al-Maidah ayat: 2:

Page 105: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

99

Artinya:

2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)binatang-binatang hadya dan binatang-binatang qalaaid dan jangan (pula)mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencarikarunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikanibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamudalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalamberbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, SesungguhnyaAllah amat berat siksa-Nya.

Sebagai contoh swadaya yang berasal dari masyarakat yaitu dengan adanya

sistem keamanan lingkungan atau ronda yang dilaksanakan masyarakat di setiap

Rukun Tetangga (RT) membuahkan hasil yang cukup signifikan yaitu dengan

mewajibkan warga masyarakat di lingkungannya, dimana setiap warga diwajibkan

untuk menaruh uang sebesar Rp. 1000,00 atau beras satu gelas di setiap rumah, yang

nantinya akan diambil oleh petugas ronda. Maka jika dikalkulasikan dari jumlah

pendapatan ronda yang dilakukan setiap malam dapat mengumpulkan dana untuk

program pembangunan jalan/infrastruktur desa dan juga dapat membantu Program

Pemerintah yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri,

selain itu dari hasil pendapatan ronda itu juga sebagian dialokasikan sebagai dana

sosial untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Adapun faktor lain yang penulis

temukan di lapangan bahwa faktor Agama dalam aspek pembangunan dan

kesejahteraan masyarakat sangat erat kaitannya bahkan merupakan salah satu sumber

kesejahteraan masyarakat Desa Pemagarsari, hal ini terbukti dengan banyak lembaga-

lembaga pendidikan keagamaan dari tingkat anak-anak, dewasa sampai orang tua.

Page 106: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

100

Dengan adanya pengajian-pengajian misalnya di kalangan ibu-ibu yang dilakukan di

setiap Majlis Ta’lim yang ada di Desa Pemagarsari, setiap kali pertemuan selain

untuk silaturrahmi dan menuntut ilmu, ibu-ibu pengajianpun rutin menggalangkan

dana sosial untuk kesejahteraan yang ditujukan untuk kaum dhua’fa dan anak-anak

yatim, selain dari ibu-ibu pengajian, kaum bapakpun demikian melakukan

penggalangan dana untuk dua’fa, lansia (lanjut usia) dan yatim. Dimana setelah dana

terkumpul, semua dana tersebut akan disalurkan kepada yang berhak menerimanya

yaitu melalui Yayasan Darul Aitam, yaitu yayasan yang ada di Desa Pemagarsari,

biasanya penyaluran dana bantuan/swadaya masyarakat tersebut disalurkan pada

setiap Perayaan Hari Raya Besar Islam (PHBI) seperti dilakukannya santunan untuk

dua’fa, lanjut usia (LANSIA) dan yatim yang dilaksanakan pada tanggal 1 al-

Syura/Tahun baru Islam dan juga menjelang hari Raya Idhul Fitri.

Berdasarkan realitas diatas, maka menuju arus globalisasi peningkatan

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa seharusnya ditingkatkan, karena

bagaimanapun majunya suatu negara ditentukan pula oleh perkembangan

pembangunan dan kesejahteraan di tingkat yang terendah yaitu pedesaan.

Pada akhirnya, keberadaan Pemerintah Desa dan BPD diharapkan dapat

menjembatani asas tugas pembantuan (medebewind) yang diamanatkan dari

Pemerintah Pusat ke Daerah demi terlaksananya pembangunan dan kesejahteraan

umum yang meningkat dan merata.

Page 107: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan serta diperkuat dengan data-

data yang ditemukan di lapangan terhadap penelitian yang menyangkut masalah

proses pelaksanaan pembangunan dan kesejahteraan umum di tingkat desa, maka

kesimpulannya sebagai berikut:

I. Kinerja Pemerintah Desa dan BPD Dalam Pelaksanaan Pembangunan dan

Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Pemagarsari Berkaitan dengan Otonomi

Daerah, bagi Pemerintah Desa; dimana keberadaannya berhubungan langsung

dengan masyarakat dan sebagai ujung tombak pembangunan. Desa semakin dituntut

kesiapannya baik dalam hal merumuskan Kebijakan Desa (dalam bentuk Perdes),

merencanakan pembangunan desa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta

dalam memberikan pelayanan rutin kepada masyarakat. Demikian pula dalam

menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan

inovasi masyarakat dalam mengelola dan menggali potensi yang ada sehingga dapat

menghadirkan nilai tambah ekonomis bagi masyarakatnya. Dengan demikian, maka

cepat atau lambat desa-desa tersebut diharapkan dapat menjelma menjadi desa-desa

yang otonom, yakni masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan dan

kebutuhan yang dirasakannya. Dalam pembangunan di desa setelah adanya

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa semakin meningkat

Page 108: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

102

karena di desa diberikan keluasan di dalam mengatur warga masyarakatnya

sesuai adat atau kebiasaan yang berlaku. Selain itu saat ini di dalam struktur

pemerintahan desa, adanya lembaga yang dibentuk sebagai fungsi kontrol

terhadap roda pemerintahan desa dalam hal ini yaitu Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) selaku legislatif desa yang beranggotakan para tokoh masyarakat

menjadikan pemerintahan desa lebih lengkap karena adanya BPD maka cheks

and balances terhadap kepala desa selaku eksekutif berjalan dengan baik,

karena dengan adanya BPD di tingkat desa maka segala keputusan desa atau

peraturan desa tidak dapat dibuat secara sewenang-wenang karena di dalam

membuat kebijakan Badan Pemrmusyawaratan Desa (BPD) diikutsertakan.

II. Adapun Yang Menjadi Penghambat Pelaksanaan Pembangunan dan

Kesejahteraan Masyarakat Desa Pemagarsari yaitu masih banyak masyarakat

yang belum memahami konsep pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

pusat maupun daerah dan juga masih minimnya sarana informasi bagi

masyarakat sehingga sosialisasi dalam aspek pembangunan maupun

kesejahteraan masyarakat belum berjalan efektif.

III. Konsep Pembangunan dan Kesejahteraan di Desa Pemagarsari Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan sudah

bersesuaian dengan ajaran Islam dan peraturan yang ada namun masih ada

beberapa yang harus ditingkatkan kembali demi tercapainya pembangunan

dan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata.

Page 109: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

103

B. Saran-Saran

Menyikapi kemungkinan terjadinya hambatan di dalam pelaksanaan

Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat di Masa Depan yang dapat dan

mungkin banyak dilakukan oleh masyarakat, maka hal-hal yang penting untuk

dipahami bahwa kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat ada di daerah

karena saat ini otonomi daerah diberlakukan seluas-luasnya dari pemerintah pusat

kepada daerah, jadi khusus bagi para pemerintah desa dan staff-staff desa beserta

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dituntut untuk benar-benar menjalankan amanat

yang telah diberikan pemerintahan kabupaten, terutama dalam pendataan warga

masyarakat dalam hal pembangunan yaitu dalam menghidupkan kembali budaya

gotong royong yang ada ada di pedesaan selain itu untuk lebih sesering mungkin

melekukan sosialisasi tentang aspek kesejahteraan masyarakat seperti sosialisasi

pentingnya jaminan kesehatan daerah (JAMKESDA) bagi warga masyarakat agar

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Itulah kiranya dari beberapa saran atau kritik dari penulis, semoga dapat menjadi

masukan bagi kita semua, khususnya bagi pelaksana Pemerintahan di tingkat desa.

Page 110: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

104

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim.

Abdullah, Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala DaerahSecara Langsung, Rajawali Pers. Jakarta. 2005.

Aliyah, Samir, Sistem Pemerintahan Peradilan dan Adat dalamIslam,Khalifa,Jakarta. 2004.

Al-Zarqa, Ahmad, Mushthafa, Hukum Islam dan Perubahan Sosial, Riora Cipta,Bandung. 2000.

Amos, H.F. Abraham, Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Rajawali Pers,Jakarta. 2005.

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. 1996.

As-Sy-Syawi, Taufiq, Syuro Bukan Demokrasi, Gema Insani Press,Jakarta.1997.

Al-Mawardi,Imam, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Hukum-Hukum PenyelenggaraanNegara Dalam Syari’at Islam), Darul Falah, Jakarta. 2007.

Al-Munawar, Said Agil Husin Hukum Islam dan Pluralitas Sosial,Penamadani, Jakarta. 2004.

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta.2009.

Azhariy, Tahir, Muhammad., Negara Hukum (Suatu Studi Prinsip-prinsipnyaDilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode NegaraMadinah dan Masa Kini, Kencana, Jakarta. 2004.

Dirdjosisworo, Soedjono , Pengantar Ilmu Hukum, PT Raja Grafindo, Jakarta.1983.

Huda, Ni'matul, Hukum Tata Negara Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2005.

Kansil, C.S.T. & Kansil, Christine S.T.. Pemerintahan Daerah Di Indonesia;Hukum Administrasi Daerah 1903-2001. Sinar Grafika. Jakarta. 2002.

Marzuki, Mahmud Peter, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta. 2008.

Page 111: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

105

Muluk, M.R. Khairul, Menggugat Partisipasi Publik Dalam PemerintahanDaerah (Sebuah Kajian Dengan Pendekatan Berpikir Sistem). Bayu MediaPublishing. Malang 2007.

Nata, Abuddin, Metode Studi Islam, Rajawali Pers, Jakarta. 1998.

Ndraha, Taliziduhu Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, Bumi Aksara,Jakarta. 1991.

Prasadja, Budy, Pembangunan Desa Dan Masalah Kepemimipinannya, RajawaliPers, Jakarta. 1986.

Pudjiwati, Sajogyo & Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, Gajah Mada UniversityPress. Yogyakarta. Yogyakarta. 1996.

Pulungan, Suyuthi. J, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, RajawaliPers, Jakarta. 1993.

Purdjosewojo, Kusuma , Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, SinarGrafika, Jakarta. 2004.

Syafi’ie, Kencana Inu, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, RefikaAditama, Bandung. 2003.

Syarifin, Pipin,. Dan Jubaedah, Dedah, Hukum Pemerintahan Daerah. PustakaBani Quraisy. Bandung. 2005.

Soetami, A. Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Refika Aditama, Bandung,2005.

Thontowi, Jawahir, Islam, Politik, dan Hukum, Madyan Press Yogyakarta,Yogyakarta. 2002.

Thoha, Miftah Birokrasi dan Politik Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. 2003.

Widjaja,. HAW., Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh,Rajawali Pers, Jakarta, 2003.

---------, Pemerintahan Desa Dan Administrasi Desa menurut Undang-UndangNomor 5 Tahun 1979. Jakarta Rajawali Pers. 2002.

---------,Titik Berat Otonomi Pada Daerah Tingkat II, Rajawali Pers,Jakarta.1992.

---------, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UUNo. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Rajawali Pers.Jakarta. 2005.

Page 112: KAJIAN HUKUM ISLAM TENTANG PERANAN PEMERINTAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3477/1/AHMAD NUR... · (Studi Kasus Desa Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten

106

Wibawa, Samodra Negara-Negara Di Nusantara Dari Negara-Kota hinggaNegara-Bangsa Dari Modernisasi hingga Reformasi Administrasi, GadjahMada University Press, Yogyakarta 2001.

Sumber dari internet:

http://www.bkn.go.id/peraturanisi. Diakses tanggal 04/05/10.http://www.mit-itb.blogspot.com/syariat-islam-dalam-pengelolaanhttp://sumber.html.diakses tanggal 02/04/10.http://www.bkn.go.id/peraturanisi.diakses tanggal 02/04/10.http://www.bapeda-jabar.go.id/docs/perundangan/ diakeses tanggal 05/04/10.http://www. uzumaki86.multiply.com/journal/item/20. Diakses tanggal 04/05/10.

Sumber Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 PascaAmandemen I, II, III, dan IV.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 Tentang Tata CaraPenyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2006 Tentang PedomanPembentukan Badan Usaha Milik Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.