kajian etnomatematika pada kegiatan saparan …
TRANSCRIPT
KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA KEGIATAN SAPARAN
BEKAKAK AMBARKETAWANG DI GAMPING , SLEMAN ,
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
ROBERTUS MARCO NIO ANDRIYANTO
NIM : 161414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKANMATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karya ini
kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memberkati selalu langkahku dan
membimbingku.
Kedua orangtuaku
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
Almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
“Sebagus apapun teorimu, sepintar apapun kamu, tapi kalau gak ada eksekusi,
kamu tetap salah”
~Richard P.Feynman
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan. ”
Matius 7:7-8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Robertus Marco Nio Andriyanto. Kajian Etnomatematika Pada Kegiatan
Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping, Sleman, Yogyakarta. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Matematika. Universitas Sanata Dharma.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit
dipahami. Oleh karena itu, metode yang efektif dibutuhkan untuk membantu peserta
didik dalam memahami materi. Etnomatematika dapat menjadi salah satu cara
efektif untuk membantu siswa karena kebudayaan merupakan hal yang tidak asing
lagi bagi peserta didik. Contoh nyatanya adalah tradisi Saparan Bekakak
Ambarketawang. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui aspek sejarah dan
perkembangan saparan bekakak, (2) mengetahui aspek filosofi saparan bekakak dan
(3) mengetahui aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada
kegiatan saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode yang
digunakan adalah wawancara dengan narasumber. Subjek penelitian ini terdiri dari 2
narasumber utama dan 2 narasumber pendukung. Objek pada penelitian ini adalah
tradisi Saparan Bekakak oleh masyarakat Ambarketawang di Gamping.
Hasil penelitian ini bahwa (1) pada aspek historis pada kegiatan saparan
bekakak ini sudah berlangsung sejak 1756 Masehi dan sudah mengalami berbagai
perkembangan dari segi pelaksanaan sederhana sampai modern, (2) pada aspek
filosofis menunjukkan bahwa tradisi Saparan Bekakak ini sebagai bentuk
permohonan keselamatan bagi masyarakat di Ambarketawang, (3) pada aspek
matematis terdapat aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yaitu a) aspek
menghitung meliputi jumlah pengantin Bekakak , jumlah tandu Bekakak dan jumlah
tempat penyembelihan pengantin Bekakak, b) aspek mengukur meliputi mengukur
jarak kirab, mengukur ukuran Bekakak, mengukur genderuwo, c) aspek penentuan
lokasi meliputi rute kirab dan urutan unsur-unsur kirab, d) aspek mendesain meliputi
bentuk Bekakak, bentuk penunggu gunung dan bentuk tempat pengantin, e) aspek
bermain meliputi bentuk kirab dan waktu pelaksanaan Saparan Bekakak, f) aspek
menjelaskan meliputi makna pengantin Bekakak, makna Saparan Bekakak, dan
makna pembagian sajen.
Kata Kunci : Etnomatematika , Tradisi Saparan Bekakak , Aktivitas Fundamental
Matematis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Robertus Marco Nio Andriyanto. Ethnomatematics Study on Saparan Bekakak
Ambarketawang Activities in Gamping, Sleman, Special Region of Yogyakarta.
Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Sanata Dharma
University Yogyakarta.
Mathematic is one discipline area that are still considered difficult to
understand. Therefore, an effective approach is needed in order to enhance the
students‟ understanding. Ethnomathematics can be used to facilitate the students„
needs due to the importance of culture and its existence in their lives. The real
example is tradition of saparan bekakak. The purposes of this research are (1) to
explore the historical aspect and development of saparan bekakak, (2) to explore
philosophy aspect of saparan bekakak, (3) to explore the fundamental mathematic
activity according to Bishop in saparan bekakak Ambarketawang.
The type of this research was a descriptive qualitative study. The researcher
used interview as its method. The subject consists of two main interviewees and two
additional interviewees. The researcher used the Ambarketawang community event
which takes place in Gamping, namely saparan bekakak.
The results of this study indicate that the historical aspect shows that
saparan bekakak activity has been going on since 1756 AD and has experienced
various developments from a simple to modern costume. On the philosophical
aspect, it shows that the saparan bekakak tradition is a form of asking for safety for
the people in Ambarketawang. In the mathematical aspect, there are fundamental
mathematical activities according to Bishop, namely a) the counting aspect includes
the number of bekakak brides, the number of bekakak litters and the number of
places for slaughtering the bekakak brides, b) the measuring aspects include
measuring the distance of the carnivals, measuring the size of the bekakak,
measuring genderuwo (mountain gatekeeper), c) aspects of locating covers the route
of the carnival and the order of the elements of the carnival, d) the design aspect
includes the shape of the bekakak, the form of the mountain gatekeeper and the
shape of the place of the bride, e) the playing aspect includes the form of the
carnival and the timing of the bekakak presentation, f) the explaining aspect
includes the meaning of the bekakak bride, the meaning of the presentation saparan
bekakak, and the meaning of the distribution of offerings.
Keywords : Ethnomathematics, Saparan Bekakak Tradition, Fundamental
Mathematical Activities
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul : Kajian Etnomatematika Pada
Kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika .
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing dan memberkati dalam
penyusunan skripsi.
2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam.
4. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
5. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Ibu Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan-pengetahuan dalam
bidang ilmu matematika dan pendidikan matematika yang menjadi bekal
untuk penulis di kemudian hari.
8. Orang tua penulis, Antonius Nanang Edy Subagya dan Christina Endang
Purwandari serta Florensia Rosa Nia Septianingsih dan Gregorius Yanuar
Nilo Paulana yang telah mendukung dan memberi semangat dalam
penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika sekalian yang
membantu dalam bentuk dukungan dan semangatyang tidak bisa disebutkan
penulis satu persatu.
Penulis sangat berharap skripsi ini berguna bagi pembaca dan
memberikan inspirasi. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan karya ilmiah yang
penulis buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran
yang membangun.
Yogyakarta, 29 September 2020
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 4
D. Pembatasan Masalah .................................................................................................... 5
E. Batasan Istilah .............................................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan……………..………………………………………….………6
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................................... 7
A. Masyarakat dan Kebudayaan Jawa .............................................................................. 7
B. Saparan Bekakak .......................................................................................................... 8
1. Sejarah Saparan Bekakak ..................................................................................... 8
2. Pelaksanaan Saparan Bekakak ........................................................................... 13
3. Etnomatematika ................................................................................................. 22
4. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop .......................................... 25
A) Menghitung ........................................................................................................ 25
B) Mengukur ........................................................................................................... 26
C) Penentuan Lokasi ............................................................................................... 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D) Mendesain .......................................................................................................... 27
E) Bermain .............................................................................................................. 27
F) Menjelaskan ....................................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................... 31
A. Jenis Penelitian .......................................................................................................... 31
B. Narasumber Penelitian ............................................................................................... 32
C. Objek Penelitian ......................................................................................................... 32
D. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................... 32
E. Bentuk Data ............................................................................................................... 32
F. Metode dan Instrumen Penelitian .............................................................................. 33
G. Teknik Analisis Data ................................................................................................. 35
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 38
I. Penjadwalan Waktu Penelitian .................................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 41
A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................ 41
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................................... 43
1. Sejarah Saparan Bekakak ................................................................................... 43
2. Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak .............................................................. 47
3. Aktivitas Fundamental Matematis ..................................................................... 50
C. Rangkuman Hasil Analisis ......................................................................................... 68
1. Sejarah Saparan Bekakak ................................................................................... 68
2. Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak .............................................................. 69
3. Aktivitas Fundamental Matematis ..................................................................... 71
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................. 79
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 81
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 81
B. Saran .......................................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 86
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penjadwalan Waktu Penelitian ........................................................................ 40
Tabel 4.1 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Sejarah ............................................ 43
Tabel 4.2 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Sejarah ............................................ 44
Tabel 4.3 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Sejarah ............................................. 45
Tabel 4.4 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Tradisi ............................................. 47
Tabel 4.5 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Tradisi ............................................. 49
Tabel 4.6 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Jumlah Pengantin Bekakak .......... 50
Tabel 4.7 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Jumlah Jodhang Pengantin ........... 51
Tabel 4.8 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin
Bekakak ................................................................................................................................ 52
Tabel 4.9 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Jarak Kirab ..................................... 52
Tabel 4.10 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Ukuran Pengantin Bekakak ........ 53
Tabel 4.11 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Ukuran Genderuwo ..................... 54
Tabel 4.12 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Rute Kirab .................................... 56
Tabel 4.13 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Unsur pada Kirab ........................ 56
Tabel 4.14 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Bentuk Bekakak .......................... 58
Tabel 4.15 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Bentuk Penunggu Gunung ......... 59
Tabel 4.16 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai Tandu Pengantin .......................... 60
Tabel 4.17 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Bentuk Kirab ............................... 61
Tabel 4.18 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Waktu Pelaksanaaan Saparan ....... 63
Tabel 4.19 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Makna Saparan Bekakak ........... 64
Tabel 4.20 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Makna Saparan Bekakak ............ 65
Tabel 4.21 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Makna Pengantin Bekakak ........ 66
Tabel 4.22 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Makna Pembagian Sajen ............ 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 30
Gambar 3.1 Proses Analisis Miles dan Huberman ......................................................... 35
Gambar 4.1 Pengantin Bekakak ........................................................................................ 53
Gambar 4.2 Gambar Genderuwo ...................................................................................... 55
Gambar 4.3 Bentuk Pengantin Bekakak .......................................................................... 58
Gambar 4.4 Bentuk Penunggu Gunung Gamping .......................................................... 60
Gambar 4.5 Jodhang Pengantin Bekakak ........................................................................ 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian .................................................................................... 90
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 91
Lampiran 3 : Surat Permohonan Validasi Pedoman dan Instrumen Wawancara ....... 92
Lampiran 4 : Pedoman dan Instrumen Wawancara ........................................................ 93
Lampiran 5 : Lembar Validasi Pedoman dan Instrumen Wawancara .......................... 98
Lampiran 6 : Profil Narasumber........................................................................................ 99
Lampiran 7 : Transkrip data A1 ...................................................................................... 100
Lampiran 8 : Transkrip Data A2 ..................................................................................... 104
Lampiran 9 : Transkrip Data L1 ...................................................................................... 108
Lampiran 10 : Transkrip Data L2 ................................................................................... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah mata pelajaran yang masih menjadi momok
menakutkan bagi sebagian orang. Hal ini dikarenakan kesulitan materi
yang ada pada mata pelajaran matematika itu sendiri dengan penghitungan
dan penalarannya. Meskipun demikian, pada kenyataannya matematika
adalah salah satu cabang ilmu yang mendasar dan penting yang bisa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap awal, matematika
terbentuk dari pengalaman siswa berdasarkan realita atau kenyataan yang
ada karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman
itu diproses dengan penalaran, diolah secara analisis dan sintesis dengan
penalaran di dalam pengetahuan sehingga sampailah pada suatu
kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Konsep-konsep
matematika inilah yang sebagian peserta didik belum dimengerti dengan
baik. Sebagian peserta didik menganggap bahwa matematika merupakan
ide tunggal tetapi sebenarnya matematika merupakan lebih dari sekedar
ide tunggal karena kita bisa menggunakan ide yang kita miliki untuk
menemukan ide baru dan mengembangkan hubungan antar ide-ide yang
sudah ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pada pembelajaran tentunya dikaitkan dengan budaya-budaya lokal
untuk mendukung peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya
dalam berpikir kreatif. Menurut Torres-Velasquez dan Lobo (2004),
perspektif ini merupakan komponen penting dari pendidikan budaya yang
relevan karena mengusulkan bahwa guru perlu membuat pembelajaran
matematika secara kontekstual dengan menghubungkan konten
matematika dengan budaya dan kehidupan nyata pada pengalaman siswa.
Praktik budaya di setiap daerah secara tidak langsung
memungkinkan tertanamnya konsep-konsep matematika dan mengakui
bahwa semua orang mengembangkan cara khusus dalam melakukan
aktivitas matematika yang disebut etnomatematika. Etnomatematika dapat
dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran karena etnomatematika
mencakup ide-ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan
oleh semua budaya. Tujuan dari etnomatematika itu sendiri adalah untuk
mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan aktivitas
matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika
akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta
dengan mempertimbangkan budaya yang berbeda dimana merundingkan
praktik matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya) (D'Ambrosio,2001).
Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman mulai
dari suku, ras, agama dan budaya. Dalam hal ini, rasa saling menghargai
satu sama lain perlu dikembangkan dan ditonjolkan dalam bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri dalam segi budaya
misalkan tradisi saparan masyarakat Jawa di Lumajang (Tutuk Ningsih,
2019) dan tradisi saparan Yaa Qowiyyu di Klaten (Mona Erythrea dan M.
Ikhsanudin, 2014). Di Kabupaten Klaten, tradisi saparan dikenal sebagai
saparan Yaa Qowiyyu atau tradisi meyebar apem pada puncak acara
sedangkan di Lumajang tradisi saparan dilaksanakan dengan membuat
jenang sapar sebagai perekat hubungan kekerabatan dengan warisan
walisongo. Berbeda dengan saparan di Gamping, saparan di Gamping
dikenal dengan nama Saparan Bekakak Ambarketawang. Pada
pelaksanaan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping ini terbagi
dalam 4 tahap yaitu tahap midodareni Bekakak, tahap kirab, tahap
nyembelih pengantin Bekakak dan tahap sugengan Ageng. Pada tahap-
tahap tentunya memiliki aktivitas yang berbeda-beda serta memiliki
makna tertentu dari aktivitas te/rsebut. Oleh karena itu, tradisi ini tentunya
terdapat aktivitas yang dapat dikelompokkan ke dalam aktivitas
fundamental matematis menurut Bishop (1988). Hal ini menjadi perhatian
dikarenakan pada jaman sekarang ini budaya-budaya mulai dilupakan oleh
masyarakat sekitar karena perkembangan jaman yang semakin canggih
sehingga menyebabkan sebagian masyarakat lupa akan tradisi setempat.
Selain untuk melestarikan kebudayaan setempat, tujuan dari mengaitkan
kebudayaan ini dengan pembelajaran adalah untuk membantu peserta
didik dalam mengubah pandangannya terhadap matematika yang dianggap
sulit dan abstrak. Etnomatematika juga diharapkan akan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
gambaran nyata untuk peserta didik terkait penerapan matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti mengenai
aspek-aspek fundamental matematis menurut Bishop beserta analisisnya
yang terdapat pada aktivitas saparan bekakak Ambarketawang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek sejarah dan perkembangan kegiatan Saparan
Bekakak Ambarketawang di Gamping?
2. Bagaimana aspek filosofi kegiatan Saparan Bekakak
Ambarketawang di Gamping?
3. Aktivitas fundamental matematis apa saja yang terdapat pada
kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan dari kegiatan
Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping.
2. Untuk mengetahui aspek filosofi kegiatan Saparan Bekakak
Ambarketawang di Gamping.
3. Untuk mengetahui aktivitas fundamental matematis yang terdapat
pada kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Pembatasan Masalah
1. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penjelasan mengenai
deskripsi dari aktivitas kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang
di Gamping.
2. Penentuan aspek fundamental matematis yang berkaitan dengan
kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang ditentukan berdasarkan
aktivitas fundamental matematis menurut Bishop (1988) yaitu
menghitung, mengukur, penentuan lokasi, mendesain, bermain dan
menjelaskan.
E. Batasan Istilah
1. Etnomatematika adalah suatu studi mengenai ide matematika yang
ditemukan pada setiap budaya.
2. Saparan Bekakak adalah tradisi yang dilakukan masyarakat
Gamping untuk memperingati jasa dan kesetiaan Ki Wirosuto
sebagai abdi dalem.
3. Aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yaitu counting
(aktivitas menghitung, mencacah, maupun menaksir suatu hal),
measuring (aktivitas mengukur atau membandingan 2 hal atau
lebih), playing (aktivitas dalam merencanakan suatu strategi dalam
memenangkan suatu permainan), explaining (aktivitas dalam
menjelaskan suatu makna dari suatu symbol atau lambang),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
locating (aktivitas menentukan lokasi), dan designing (aktivitas
merancang suatu hal).
F. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
pembelajaran matematika dan acuan dalam pembuatan penelitian.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh permasalahan
yang nyata pada matematika dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai titik acuan terhadap
penelitian-penelitian lain di bidang etnomatematika.
G. Sistematika Penulisan
Bab I berisikan latar belakang penelitian ini yaitu ingin mengkaji
etnomatematika pada Saparan Bekakak di Gamping untuk mengetahui
aspek historis, aspek filosofi dan aspek matematis. Aspek matematis yang
dikaji yaitu aktivitas fundamental matematis menurut Bishop. Pada bab II
memuat mengenai landasan-landasan teori meliputi masyarakat dan
masyarakat Jawa, tradisi Saparan Bekakak, etnomatematika, aktivitas
fundamental matematis menurut Bishop serta kerangka berpikir. Pada bab
III terdapat jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan teknis
analisis Miles dan Huberman serta metode yang digunakan adalah
wawancara. Pada bab IV dianalisis hasil wawancara tersebut dan diperoleh
3 aspek yaitu aspek historis, filosofis dan matematis. Pada bab V ditarik
kesimpulan bahwa terdapat 3 aspek pada kegiatan Saparan Bekakak yaitu
aspek historis, aspek filosofis dan aspek matematis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Masyarakat dan Kebudayaan Jawa
Menurut Koentjaraningrat (1996: 100), “Masyarakat adalah kesatuan
hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat
istiadat’. Menurut Herusatoto (1987: 10) menyatakan bahwa “Masyarakat
Jawa merupakan salah satu masyarakat yang hidup dan berkembang mulai
zaman dahulu hingga sekarang yang secara turun temurun menggunakan
bahasa Jawa dalam berbagai ragam dialeknya dan mendiami sebagian besar
Pulau Jawa”. Kebudayaan merupakan hasil interaksi kehidupan bersama.
Manusia sebagai anggota masyarakat senantiasa mengalami perubahan-
perubahan.
Manusia juga membuat perencanaan-perencanaan untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan. Semua yang dihasilkan dan diciptakan
oleh manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup itu disebut
kebudayaan. Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara
berfikir dan cara merasa (kebudayaan bathiniah) yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan
sosial dalam suatu ruang dan satu waktu”. Menurut Tyler (dalam
Gusfield,2006) definisi kebudayaan adalah “that complex whole which
includes knowledge, belief, art, moral, costum and any other capabilities and
habits acquired by man as a member of society.” Selanjutnya dalam Gusfield
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(2006) menambahkan bahwa kebudayaan menurut Tyler mencakup dua
elemen yaitu sesuatu yang membedakan suatu kelompok masyarakat dengan
kelompok lainnya dan suatu konsep yang diperoleh atau perilaku yang
dipelajari oleh suatu kelompok masyarakat.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kebudayaan ada
dikarenakan kebiasaan dari masyarakat setempat yang meyakini suatu tradisi
turun temurun dari jaman dahulu dan masih dilaksanakan sampai sekarang.
Koentjaraningrat (1990:40) juga menyatakan “Hal tersebut misalnya terwujud
dalam bentuk-bentuk doa, upacara-upacara keagamaan, cerita-cerita rakyat,
dan adat istiadat”. Contoh dari adat ini adalah kegiatan Saparan Bekakak
Ambarketawang di Gamping, Sleman.
B. Saparan Bekakak
1. Sejarah Saparan Bekakak
Sejarah Saparan Bekakak Ambarketawang diyakini tidak bisa
dilepaskan dari keberadaan Gunung Gamping (Batu Kapur/Kalsit)
yang dahulu terletak membujur dari timur ke barat dari Kampung
Delingsari (Padukuhan Gamping Tengah) hingga Padukuhan Tlogo,
Desa Ambarketawang. Gunung Gamping tersebut menurut hasil
penelitian Direktorat Geologi Bandung diperkirakan berumur sekitar
50 juta tahun. Pada 1883 dikeluarkan suatu aturan yang disebut
“Pranatan” yang membolehkan penggalian batu gamping. Sejak
peraturan itu dibuat, terjadilah penggalian secara besar-besaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dilakukan oleh masyarakat Kota Yogyakarta. Maka Kota Yogyakarta
pun terbangun dengan sumbangan kapur dari Gunung Gamping ini
misalnya Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Benteng Vredeburg,
Stasiun Tugu serta bangunan-bangunan lainnya. Tidak hanya itu, hasil
dari penggalian gunung Gamping juga digunakan untuk pemurnian
gula bagi masyarakat Kota Yogyakarta. Penggalian yang terus
menerus itu hanya menyisakan bongkahan setinggi 10 m dengan
diameter kurang lebih 50 m. Hingga tahun 1937, Gunung Gamping
masih berdiri megah memanjang, namun karena kegiatan
pertambangan maka saat ini tinggal menyisakan gundukan (bukit)
yang tersisa di Padukuhan Tlogo dan dijadikan monumen bagi
keberadaan Gunung Gamping. Sampai saat ini, gunung Gamping telah
dijadikan cagar alam oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Yogyakarta supaya tidak punah. Selain itu, gunung
Gamping juga dijadikan objek wisata bagi masyarakat lokal maupun
mancanegara yang ingin berkunjung di sini.
Keberadaan Gunung Gamping memiliki arti penting dalam
sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta. Konon di tempat itulah Sri
Sultan Hamengkubuwono kerap bertapa. Pada waktu pembangunan
Kraton Yogyakarta (1755-1756), Sri Sultan Hamengkubuwono I
(Pangeran Mangkubumi) mengawasi pembangunan kraton dengan
bertahta sementara di Pesanggrahan Ambarketawang yang terletak di
barat Gunung Gamping. Sebelum dinamai Ambarketawang oleh Sri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Sultan, bangunan pesanggrahan tersebut lebih dulu dikenal sebagai
Pesanggrahan Gamping dan berwujud bangunan Purapara (Papara),
yakni tempat singgah bagi orang yang sedang dalam perjalanan,
utamanya bagi para Prajurit Mataram. Pesanggarahan ini didirikan
oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I (Pangeran Mangkubumi) pada
tahun 1755 (setelah perjanjian Giyanti/ Palihan nagari) di sebuah desa
(Gunung Gamping) di wilayah desa Ambarketawang. Tempat ini
justru dipilih oleh Pangeran Mangkubumi sebelum ia mempunyai
tempat untuk pusat pemerintahannya.
Kawasan ini masih memiliki adat yang sangat kuat yaitu
upacara saparan bekakak. Upacara Saparan Bekakak semula bertujuan
untuk menghormati kesetiaan Ki Wirasuta dan Nyi Wirasuta kepada
Sri Sultan Hamengkubuwono I yang merupakan abdi dalem Sri Sultan
Hamengkubuwono I yang sangat dikasihi. Upacara ini kemudian
berubah fungsi dan dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan bagi
penduduk yang menggali Gunung Gamping agar terhindar dari
bencana karena sudah banyak korban yang berjatuhan. Upacara
bekakak disebut juga saparan. Disebut saparan karena pelaksanaan
upacara tadi harus jatuh atau berkaitan dengan bulan Sapar. Upacara
ini diadakan atas perintah Pangeran Mangkubumi. Mengenai kata
saparan berasal dari kata Sapar dan berakhiran an. Kata Sapar identik
dengan ucapan Arab Syafar yang berarti bulan Arab yang kedua. Jadi
saparan ialah upacara selamatan yang diadakan di setiap bulan Sapar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Bagi masyarakat Jawa, bulan Syafar atau Sapar yakni bulan kedua
dalam kalender Hijriyah (Islam) telah umum diyakini sebagai bulan
pelaksanaan berbagai tradisi ritual atau upacara adat. Salah satu yang
terkenal dan paling mampu menarik perhatian masyarakat adalah
tradisi saparan di Yogyakarta yaitu Saparan Bekakak di Desa
Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sebuah
tradisi ritual kuno yang sangat meriah yang tetap dipertahankan hingga
saat ini di daerah tersebut. Dikatakan bahwa tradisi ini telah
berlangsung sejak zaman Sultan Hamengkubuwono I pada kisaran
tahun 1756 Masehi. Dari sini bisa diperkirakan usia dari Saparan
Bekakak adalah hampir seusia dengan Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat.
Istilah Bekakak sendiri dimaksudkan sebagai korban
penyembelihan hewan atau manusia, namun tentu saja tidak sesadis
pengertian aslinya. Dalam upacara adat Saparan Bekakak, korban yang
dimaksud dialihkan pada tiruan manusia dengan wujud sepasang
boneka pengantin dalam posisi duduk bersila. Boneka tersebut
didominasi oleh tepung ketan yang berisi cairan gula merah. Tradisi
Saparan ini merupakan ritual sebagai bentuk permohonan keselamatan
bagi warga Gamping, khususnya masyarakat di Desa Ambarketawang
yang biasanya digelar pada hari Jum’at kisaran tanggal 10-20 di bulan
Sapar. Pada Tahun 2019, Saparan Bekakak jatuh pada hari Jumat 18
Oktober 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Saparan Bekakak pada awalnya dilatarbelakangi oleh kisah dari
Kyai Wirasuta yang seorang abdi dalem Penangsong atau abdi
pembawa payung kebesaran. Kyai Wirasuta dan istrinya adalah abdi
yang paling setia dan merupakan kesayangan dari Sri Sultan
Hamengkubuwono I. Kisah ini berawal dari dimulainya pembangunan
kraton yang baru setelah penobatan Pangeran Mangkubumi yang
bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Selama proses pembangunan,
sultan memilih tinggal di pesanggrahan yang terletak di Desa
Ambarketawang bersama sejumlah abdi termasuk Kyai dan Nyai
Wirasuta.
Ketika proses pembangunan keraton selesai, sultan bersama
para abdinya pun kembali ke keraton yang baru terkecuali Kyai dan
Nyai Wirasuta yang memilih dan diizinkan untuk tetap tinggal di
Ambarketawang. Kyai Wirasuta dan istrinya disela-sela aktivitasnya
merawat tempat tersebut, mereka menyibukkan diri dengan
memelihara hewan peliharaan seperti landak, ayam, merpati dan lain-
lain. Selanjutnya beragam sumber menyebutkan kisah tentang Kyai
Wirasuta dengan alur yang bervariasi. Pada intinya saparan bekakak
ini dihubungkan dengan meninggalnya Kyai Wirasuta dan istrinya
serta sejumlah penduduk akibat runtuhnya Gunung Gamping di hari
Jumat Kliwon di bulan Sapar. Runtuhnya gunung tersebut bukan hanya
sekali namun sering dengan selalu memakan korban jiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Sultan bertitah kepada masyarakat Ambarketawang untuk
mengadakan upacara selamatan dengan harapan agar terhindar dari
musibah setelah kejadian itu. Adapun penyembelihan Bekakak
dimaksudkan sebagai pengganti pasangan Kyai dan Nyai Wirasuta.
Penyembelihan dimaksudkan untuk mengelabuhi setan bekasakan
penunggu gunung yang meminta tumbal sepasang pengantin. Seolah-
olah keinginannya dituruti namun bukan tumbal pengantin sungguhan,
melainkan pengantin buatan yang dibentuk sedemikian rupa yang
terbuat dari tepung ketan dan sirup gula merah.
2. Pelaksanaan Saparan Bekakak
Dalam pelaksanaannya, tradisi Saparan Bekakak terdiri dari
beberapa tahap yakni midodareni pengantin, kirab dan penyembelihan
bekakak serta sugengan ageng. Biasanya dalam tradisi ini dibuat dua
pasangan pengantin yakni pengantin bergaya Solo dan bergaya
Yogyakarta. Upacara akan segera dilangsungkan ketika segalanya
dipastikan siap termasuk pengantin Bekakak, kembang mayang,
genderuwo serta joli berisi sesaji. Tempat penyelenggaraan upacara
disesuaikan dengan pelaksanaan upacara. Persiapan penyelenggaraan
upacara dibagi dalam dua macam yaitu Saparan Bekakak dan
sugengan ageng. Persiapan untuk Saparan Bekakak terutama
pembuatan bekakak dari tepung ketan dan membuat juruh, yang
memakan waktu 8 jam. Pada saat pembuatan tepung diiringi gejong
lesung atau kothekan yang memiliki bermacam-macam irama antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
lain, kebogiro, thong-thongsot, dhengthek, wayangan, kutut manggung
dan lain-lain.
Apabila penumbukan beras telah selesai, kemudian dilakukan
pembuatan bekakak, gendruwo, kembang mayang, dan sajen-sajen di
satu tempat yaitu di rumah Bapak Roesman (panitia). Bentuk bekakak
laki-laki dan perempuan dengan bentuk pengantin pria dan wanita
pada umumnya dua pasang pengantin bekakak dengan sepasang
bergaya Solo dan sepasang bergaya Yogyakarta. Adapun pengantin
laki-laki yang bergaya Solo dihias dengan ikat kepala ahestar
berhiaskan bulu-bulu, leher berkalung selendang merah, dan kalung
sungsun berkain bangun tulak, sabuk biru, memakai slepe.
Mengenakan keris beruntaikan bunga melati, dan kelat bau. Sedangkan
yang wanita memakai kemben berwarna biru, berkalung selendang
merah dan kalung sungsun. Wajah dipaes, gelung diberi bunga-bunga
dan mentul, di bahu diberi kelat bahu dan memakai subang.
Adapun pengantin laki-laki yang bergaya Yogyakarta, dihias
dengan penutup kepala kuluk berwarna merah, berkalung selendang
(sluier) biru dan kalung sungsun, sabuk biru dengan slepe, kain lereng,
berkelat bahu dan bersumping, kemben hijau, kalung selendang biru
(bangu tulak). Kekhususan yang tidak dapat dilanggar sampai saat ini,
yaitu pelaku yang menyiapkan bahan mentahnya tetap para wanita,
sedang yang mengerjakan pembuatan bekakak adalah para pria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Sesaji upacara bekakak dibagi menjadi 3 kelompok.Dua
kelompok untuk dua jali yang masing-masing diletakkan bersama-
sama dengan pengantin bekakak. Satu kelompok lagi diletakkan di
dalam jodhang sebagai rangkaian pelengkap sesaji upacara. Macam-
macam sesajen yang diletakkan bersama-sama pengantin bekakak
antara lain nasi gurih (wuduk) ditempatkan dalam pengaron kecil: nasi
liwet ditempatkan dalam kendhil kecil beserta rangkaiannya daun
dhadhap, daun turi, daun kara yang direbus, telur mentah dan sambal
gepeng: tumpeng urubing dhamar, kelak kencana, pecel pitik, jangan
menir, urip-uripan lele, rindang antep, ayam panggang, ayam
lembaran, wedang kopi pahit, wedang kopi manis, jenewer,
rokok/cerutu, rujak degan, rujak dheplok, arang-arang kemanis, padi,
tebu, pedupaan, candu (impling), nangka sabrang, gecok mentah, ulam
mripat, ulam jerohan, gereh mentah.
Sesaji itu ditempatkan dalam sudhi, gelas, kemudian ditaruh di
atas jodhang antara lain sekul wajar (nasi ambeng) dengan lauk pauk:
sambel goreng waluh, tumis buncis, rempeyek, tempe garing, bergedel,
entho-entho, dan sebagainya, sekul galang lutut, sekul galang biasa,
tempe rombyong yang ditaruh dalam cething bambu, tumpeng megana,
sanggan (pisang raja setangkep), sirih sepelengkap, jenang-jenangan,
rasulan (nasi gurih), ingkung ayam, kolak, apem, randha kemul, roti
kaleng, jadah bakar, emping, klepon (golong enten-enten), tukon pasar,
sekar konyoh, kemenyan, jlupak baru, ayam hidup, kelapa, sajen-sajen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tadi ditempatkan dalam sudhi lalu semuanya diletakkan dalam lima
ancak, dua ancak diikutsertakan dalam jali dibagikan kepada mereka
yang membuat kembang mayang, bekakak dan yang menjadikan
tepung (ngglepung) sementara itu disiapkan pula burung merpati
dalam sangkar.
Diawali dengan pengambilan air suci Tirto Donojati yang
kemudian dibawa serta mengitari pelosok desa menuju balai desa dan
dilaksanakanlah midodareni pengantin Bekakak. Berikut adalah tahap-
tahap pelaksanaan Saparan Bekakak Ambarketawang:
A) Midodareni pengantin bekakak
Meskipun Bekakak ini berujud pengantin tiruan, tetapi
menurut adat perlu juga memakai upacara midodareni. Kata
midodareni berasal dari bahasa Jawa widodari yang berarti
bidadari. Di sini terkandung makna bahwa pada malam midodareni
para bidadari turun dari surga untuk memberi restu pada pengantin
bekakak. Tahap upacara ini berlangsung pada malam hari (Kamis
malam) dimulai pada jam 20.00. Dua buah jali berisi pengantin
bekakak dan sebuah jodhang berisi sesaji disertai sepasang suami
istri gendruwo dan wewe, semua diberangkatkan ke balai desa
Ambarketawang dengan arak-arakan. Adapun urutan barisan
arakan dari tempat persiapan ke balai desa Ambarketawang sebagai
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1) Barisan pembawa umbul-umbul
2) Barisan pleton pengawal dari Gamping Tengah
3) Joli pengantin dan jodhang
4) Reyog dari Gamping kidul
5) Pengiring yang lain
Semua jali dan lain-lain diserahkan kepada Bapak Kepala
Desa Ambarketawang. Pada malam midodareni itu, diadakan
malam tirakatan seperti hanya pengantin benar-benar, bertempat di
pendhopo ataupun diadakan pertunjukan hiburan wayang kulit,
uyon-uyon, reyog. Di rumah Ki Juru Permono diadakan pula
tahlilan yang dilaksanakan oleh bapak-bapak dari kemusuk
kemudian dilanjutkan dengan malam tirakatan yang diikuti oleh
penduduk sekitar. Di pesanggrahan Ambarketawang juga diadakan
tirakatan.
Semalam suntuk warga desa akan melakukan tirakatan serta
menggelar pertunjukan Wayang Wong dan Ketoprak. Keesokan
harinya acara dilanjutkan dengan pementasan fragmen
“Prasetyaning Sang Abdi” yang menceritakan kisah Ki Wirosuto.
B) Kirab Bekakak
Tahap kirab pengantin bekakak ini merupakan pawai atau
arak-arakan yang membawa jali pengantin bekakak ke tempat
penyembelihan pada kisaran pukul 14.00 WIB beserta tiga buah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
joli berisi sesajen. Bersama dengan ini diarak pula rangkaian sesaji
sugengan ageng yang dibawa dari patran ke pesanggrahan dan
diarak ke balai desa terlebih dahulu.
Adapun urut-urutan arakan/ pawai upacara tradisional
saparan bekakak sebagai berikut :
1) Reyog dan jathilan dari patran
2) Sesaji sugengan ageng
3) Barisan prajurit dari Gamping Tengah membawa umbul-umbul
memakai celana hitam kagok, berkain, baju lurik, destalan, seperti
prajurit Daeng. Mereka membawa seruling, genderang dan mung-
mung.
4) Prajurit putri membawa perisai, pedang, mengenakan baju
berwarna-warni, celana panjang cinde dan berkain loreng.
5) Rombongan Demang dan kawan-kawan. Demang tersebut
mengenakan kain, baju beskap hitam, memakai selempang kuning.
6) Jagabaya berkain, baju beskap hitam, memakai serempang merah.
7) Kaum atau rois, mengenakan kain berbaju surjan memakai
serempang putih.
8) Pembawa tombak berbungkus cindhe beruntaikan bunga melati,
mereka mengenakan celana hitam kagok, baju lurik, iket wulung,
berselempang cindhe. Tiga pemudi mengenakan kain lurik ungu,
baju hijau, memakai selempang merah, masing-masing membawa
tiruan landak, gemak, merpati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
9) Barisan pembawa tombak, memakai celana merah, baju lurik
merah, iket berwarna merah jingga.
10) Peserta bapak-bapak yang berkain berbaju surjan seragam warna
merah, memakai sampur berwarna-warni.
11) Prajurit anak-anak, laki-laki perempuan membawa jemparing
(panah).
12) Joli sesaji (jodhang) yang dibawa oleh petugas memakai seragam
hitam kagok, baju merah iket biru.
13) Barisan selawatan
14) Joli bekakak Gunung Kliling.
15) Barisan yang membawa kembang mayang, cengkir, bendhe,
tombak, dan luwuk semua dipayungi.
16) Barisan berkuda
17) Barisan pembawa panji-panji berwarna-warni yang mengenakan
kain, baju surjan biru muda dan iket hitam.
18) Tiga pemudi membawa banyak dhalang, sawung galing,
ardawalika
19) Tiga orang pemuda membawa padupaan dan bunga-bunga diikuti
pembawa alat musik genderang, seruling dan mung-mung.
20) Prajurit Gamping Lor, diikuti prajurit, putri yang membawa panah,
disusul lagi mereka yang membawa pedang panjang.
21) Jali sesaji (jodhang) yang dibawa oleh petugas memakai seragam
celana hitam kagok, baju merah iket biru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
22) Jathilan dari patran
23) Prajurit Gamping Kidul, ada yang memakai topeng buron wana
(landhak, kerbau, garuda) ada yang membawa tombak bertrisula,
tombak biasa.
24) Reyog Gunung Kidul (seperti badhak merak)
Upacara tradisional itu berangkat dari balai desa menuju
kearah bekas Gunung Ambarketawang, tempat penyembelihan
pertama, kemudian ke tempat penyembelihan kedua yaitu di
Gunung Kliling.
C) Nyembelih Pengantin Bekakak
Apabila arak-arakan telah tiba di Gunung Ambarketawang,
maka joli pertama yang berisi sepasang pengantin Bekakak,
diusung ke arah mulut gua. Kemudian ulama (kaum) memberi
syarat agar berhenti dan memanjat doa. Ketika selesai pembacaan
doa, boneka ketan sepasang pengantin itu disembelih dan
dipotong-potong dibagikan kepada para pengunjung demikian pula
sesaji yang lain. Arak-arakan kemudian dilanjutkan menuju
Gunung Kliling untuk mengadakan upacara penyembelihan
pengantin bekakak yang kedua dan pembagian potongan bekakak
yang kedua kepada para pengunjung. Adapun jodhang yang berisi
sajen selamatan dibagikan kepada petugas di tempat
penyembelihan terakhir. Sebagian warga ada yang meyakini bahwa
potongan-potongan boneka pengantin itu bisa memberikan berkah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
D) Sugengan Ageng
Sugengan ageng yang dilaksanakan di Pesanggrahan
Ambarketawang ini dipimpin oleh Ki Juru Permono pada hari
tersebut. Pesanggrahan telah dihiasi janur (tarub) dan sekelilingnya
diberi hiasan kain berwarna hijau dan kuning. Sesaji Sugengan
Ageng yang dibawa dari patran, berujud jodhang, jali kembang
mayang, kelapa gadhing (cengkir), air amerta, bokor tempat sibar-
sibar, pusaka-pusaka, dan payung agung telah diatur dengan rapi di
tempat masing-masing.
Upacara ini dilaksanakan di Gunung Kliling. Pertama-tama
pembakaran kemenyan, lalu dilanjutkan oleh Ki Juru Permono
membuka upacara tadi dengan mengikrarkan adanya sugengan
ageng tersebut, dilanjutkan pembacaan doa dalam bahasa Arab.
Setelah selesai maka dilepaskannya sepasang burung merpati putih
oleh Ki Juru Permono. Pelepasan burung merpati ini disertai tepuk
tangan para hadirin yang menyaksikannya. Kemudian dilakukan
pembagian sesaji sugengan ageng yang berada dalam joli rahmat
Allah kepada semua yang hadir, terutama makanan tawonan
kegemaran Sultan Hamengkubuwono I. Dengan selesainya
pembagian sesaji yang dilaksanakan, di pesanggrahan
Ambarketawang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. Etnomatematika
Astri Wahyuni, dkk (2013: 2) menyatakan bahwa salah satu
yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan
matematika adalah etnomatematika. Secara singkat, pengertian dari
etnomatematika adalah matematika dalam budaya. Etnomatematika
terdiri atas dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu
berarti bahwa etnomatematika merupakan matematika dalam
budaya. Istilah etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio
seorang matematikawan Brazil pada tahun 1977. Secara bahasa,
awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang
mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon,
kode perilaku, mitos dan simbol. Kata dasar “mathema” cenderung
berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan
kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklarifikasi,
menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics” berasal dari kata
techne dan bermakna sama seperti teknik (D’Ambrosio, 1994:
449).
D’Ambrosio (1985: 44) menyatakan bahwa, “On the other
hand, there is a reasonable amount of literature on this by
anthropologists. Making a bridge between anthropologists and
historians of culture and mathematicians is an important step
towards recognizing that different modes of thoughts may lead to
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
different forms of mathematics; this is the field which we may call
ethnomathematics”.
Maksudnya, membuat jembatan antara budaya dan
matematika adalah langkah penting untuk mengenali berbagai cara
berpikir yang dapat menyebabkan berbagai bentuk matematika;
Inilah bidang yang disebut etnomatematika. Hal ini dapat diartikan
bahwa berbagai konsep matematika dapat digali dan ditemukan
dalam budaya sehingga dapat memperjelas bahwa matematika dan
budaya saling berkaitan, matematika dapat lahir dari budaya,
matematika dapat digali dalam budaya sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar matematika yang
konkret dan ada di sekitar siswa. Secara etimologis
ethnomathematics yang dikembangkan dan sekaligus secara khusus
D’Ambrosio (1999) mengidentifikasi bahwa etnomathematika
merupakan cara-cara atau mode-mode, atau gaya, seni, dan teknik
untuk belajar memahami, untuk mengerjakan, mengatasi berbagai
masalah lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya,
dan lingkungan khayal (imaginary environment).
D'Ambrosio (dalam Marsigit 2016: 2) menyatakan bahwa
"The term requires a dynamic interpretation because it describes
concepts that are themselves neither rigid nor singular-namely,
ethno and mathematics". Istilah etnomatematika menggambarkan
semua hal yang membentuk identitas budaya suatu kelompok,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yaitu bahasa, kode, nilai-nilai, jargon, keyakinan, makanan dan
pakaian, kebiasaan, dan sifat-sifat fisik sedangkan matematika
mencakup pandangan yang luas mengenai aritmetika,
mengklasifikasikan, mengurutkan, menyimpulkan, dan modelling.
Etnomatematika berfungsi untuk mengekspresikan hubungan
antara budaya dan matematika. Dengan demikian, etnomatematika
adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana
matematika diadaptasi dari sebuah budaya.
Bishop (1994) menyatakan bahwa etnomatematika dapat
dibagi menjadi enam kegiatan mendasar yang selalu dapat
ditemukan pada sejumlah kelompok budaya. Kegiatan-kegiatan
mendasar matematika tersebut adalah aktivitas menghitung /
membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan
menjelaskan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan
bahwa etnomatematika adalah suatu kajian yang menjembatani
antara matematika dan budaya dimana budaya dapat mengandung
unsur-unsur matematika baik berupa simbol, lambang, teknik,
bahasa kode maupun sifat-sifat fisik dari suatu kebudayaan.
Matematika dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan karena dua hal itu saling berkaitan satu sama lain yang
berupa enam aktivitas fundamental matematis yaitu menghitung,
mengukur, penentuan lokasi, mendesain, bermain dan menjelaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Objek etnomatematika dalam hal ini dapat berupa
permainan tradisional, kerajinan tradisional, artefak, dan aktivitas
(tindakan) yang berwujud kebudayaan. Aktivitas ini misalnya
kegiatan Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping , Sleman.
Kegiatan ini dapat diklasifikasikan dalam enam aktivitas
fundamental matematis yaitu menghitung, mengukur, penentuan
lokasi, mendesain, bermain dan menjelaskan.
4. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop
Bishop (1988) mengidentifikasi enam kegiatan “universal”
yang dapat dicirikan sebagai kegiatan matematika. Selain itu, ia
juga menentukan untuk setiap kegiatan beberapa “konsep
pengorganisasian” yang harus menyediakan “kerangka
pengetahuan” untuk kurikulum matematika. Enam kegiatan dan
“konsep pengorganisasian” yang ditentukan Bishop adalah :
A) Menghitung
Aktivitas menghitung ini terdapat pada kebutuhan
masyarakat dalam membuat persiapan dalam kegiatan Saparan
Bekakak Ambarketawang. Kebutuhan ini misalnya menghitung
banyaknya pengantin Bekakak, banyaknya jodhang/tandu
pengantin dan tempat penyembelihan pengantin. Contoh aspek
lain dari aktivitas menghitung antara lain : Kuantifikasi
(masing-masing, beberapa, banyak, tidak ada); Penghitungan
jari dan tubuh; Penghitungan; Angka; Nilai tempat; Nol; Basis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
10; Operasi pada angka; Kombinatori; Ketepatan; Perkiraan;
Pecahan; Desimal; Positif; Negatif; Besar tak terhingga,kecil;
Pola angka; Hubungan nomor; Panah diagram; Peluang
B) Mengukur
Aktivitas mengukur ini berkembang dalam pembuatan
sesajen untuk pengantin Bekakak serta dalam mengukur
seberapa tinggi sesajen dan penunggu-penunggu gunung
Gamping yang digambarkan sebagai genderuwo-genderuwo.
Contoh aspek lain dari aktivitas mengukur antara lain:
Pengukur; Komparatif (lebih cepat , lebih tebal); Kualitas;
Perkiraan; Panjangnya; Daerah ; Volume; Waktu; Suhu; Berat;
Sistem Satuan; Uang.
C) Penentuan Lokasi
Aktivitas penentuan lokasi terdapat pada posisi pengantin
bekakak, setan –setan genderuwo-genderuwo serta penari-penari
yang mengiringi prosesi kirab pada kegiatan Saparan Bekakak
Ambarketwang di Gamping. Contoh aspek lain dari kegiatan
penentuan lokasi antara lain: Preposisi; Deskripsi Rute; Lokasi
lingkungan; N S E W; Bantalan Kompas; Atas / Bawah ;
Kiri/Kanan ; Maju / Mundur; Perjalanan (Jarak); Garis lurus dan
melengkung; Sistem lokasi; Koordinat Kutub; koordinat 2D/3D;
Pemetaan ; Garis lintang dan garis bujur; Vektor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
D) Mendesain
Aktivitas mendesain ini terdapat pada pembuatan pengantin
bekakak dan pengiring-pengiringnya yang berupa setan
genderuwo yang memiliki badan tinggi besar dan hitam serta
memiliki kesan menyeramkan yang diibaratkan pengantin
bekakak akan dikorbankan kepada penunggu gunung Gamping.
Contoh aspek lain dari kegiatan mendesain antara lain : Desain;
Bentuk-bentuk; Estetika; Besar kecil; Kesamaan; Kesesuaian;
Properti bentuk; Bentuk,angka dan padatan geometris yang
umum; Jaring; Permukaan; Simetri; Proporsi; Perbandingan;
Skala-model Pembesaran.
E) Bermain
Aktivitas ini terdapat pada pengiring kegiatan saparan
bekakak yang mengiringi kirab pengantin bekakak ke balai desa
sampai ke Gunung Gamping untuk ditumbalkan. Pengiring tari
menari sepanjang kirab menjadi perhatian bagi masyarakat
yang menyaksikan kegiatan saparan bekakak Ambarketawang di
Gamping , Sleman. Contoh aspek lain dari kegiatan bermain
antara lain: Pertandingan; Menyenangkan; Teka-teki; Paradoks;
Pemodelan; Aktivitas yang terikat aturan; Alasan hipotesis;
Prosedur; Strategi Perencanaan; Permainan kooperatif;
Permainan kompetitif; Peluang, prediksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
F) Menjelaskan
Aktivitas ini terdapat pada makna yang dikandung dari
kegiatan saparan bekakak ini untuk menghindari bencana dari
gunung Gamping serta makna dari penyembelihan pengantin
bekakak untuk menyimbolkan tumbal manusia yang diganti
dengan pengantin bekakak yang terbuat dari tepung ketan dan
sirup gula merah. Contoh aspek lain dari aktivitas menjelaskan
antara lain: Kesamaan; Klasifikasi; Konvensi; Klasifikasi obyek
secara hierarkis; Penjelasan cerita; Penghubung logis;
Penjelasan linguistik; Argumen logis, Bukti; Penjelasan
simbolik: Grafik, Diagram, Bagan, Matriks; Pemodelan
matematika; Kriteria; Validitas; Generalisasi.
5. Kerangka Berpikir
Perbedaan keanekaragaman yang amat banyak di Indonesia
menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan budaya-budaya daerah.
Hal itu menyebabkan kehidupan masyarakat di Indonesia tidak
lepas dari budaya dengan ciri khas masing-masing daerah tersebut.
Budaya setempat tersebut berdasarkan oleh suku, agama dan ras
yang berbeda-beda. Salah satu suku yang terbanyak ialah suku
Jawa. Suku ini banyak menempati pulau Jawa dan tentunya juga
terdapat suku Jawa yang sudah menyebar ke segala penjuru
Indonesia sebagai perantauan. Meskipun demikian, budaya Jawa
tetap melekat pada pribadi masing-masing dari mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Salah satu budaya yang masih terdapat pada jaman
sekarang ialah budaya saparan. Saparan adalah kegiatan yang
dilakukan masyarakat untuk mengenang arwah leluhur pendahulu
kita dan sekaligus untuk meminta berkat untuk menjadikan
kehidupan masyakarat menjadi lebih baik. Pada kegiatan Saparan
ini banyak dilakukan di berbagai wilayah di pulau Jawa dengan
cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kegiatan saparan di
Klaten yaitu tradisi sebar apem atau lebih dikenal sebagai Yaa
Qowiyyu (Mona Erythrea dan M. Ikhsanudin , 2014). Tradisi ini
merupakan kegiatan dengan cara arak-arakan terhadap tumpukan
apem yang sangat besar yang nantinya akan disebar kepada
masyarakat setempat yang menyaksikan kegiatan ini. Berbeda
dengan di Gamping, tradisi saparan dikenal dengan Saparan
Bekakak Ambarketawang. Kegiatan ini dibagi menjadi 4 tahapan
yaitu midodareni pengantin Bekakak, kirab, penyembelihan
pengantin Bekakak dan sugengan Ageng. Masyarakat sudah lama
melaksanakan tradisi ini sejak zaman Sultan Hamengkubuwono I
dan mungkin masyarakat belum menyadari bahwa terdapat
aktivitas fundamental matematis pada kegiatan Saparan Bekakak
Ambarketawang ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Berikut kerangka berpikir yang peneliti buat:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Budaya dalam
berbagai wujud
Tradisi Saparan
(Salah satu bentuk budaya)
Terdapat aspek matematis dalam
tradisi saparan
Adanya kaitan antara kebudayaan setempat
dengan matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif karena pada penelitian ini dimaksudkan
akan menafsirkan dan mengkaji aktivitas fundamental
matematis apa saja yang terdapat pada suatu kebudayaan
setempat yaitu Saparan Bekakak Ambarketawang di Gamping,
Sleman. Menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell, J.
(1998:24), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan etnografi karena pendekatan ini berupaya untuk
memahami kegiatan masyarakat dalam memandang,
menjelaskan dan menggambarkan tata cara kehidupan mereka
sendiri. Selain itu, pendekatan ini dinilai cocok pada penelitian
ini dikarenakan pada penelitian ini memerlukan sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dari masyarakat itu sendiri dalam memaknai kegiatan saparan
bekakak Ambarketawang.
B. Narasumber Penelitian
Narasumber utama yang dilibatkan dari penelitian ini
yakni Kepala Dukuh Gamping Kidul dan tokoh masyarakat.
Selain itu , narasumber pendukung yaitu kepala seksi pelayanan
desa dan seniman pembuat bekakak yang ikut dalam
pelaksanaan Saparan Bekakak Ambarketawang.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah aktivitas Saparan Bekakak
Ambarketawang yang dilakukan masyarakat Gamping, Sleman,
serta aspek-aspek fundamental matematis menurut Bishop yang
terdapat pada aktivitas Saparan Bekakak Ambarketawang.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Agustus 2020
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Ambarketawang,
Gamping, Sleman , Daerah Istimewa Yogyakarta
E. Bentuk Data
Data yang diperoleh adalah data kualitatif yaitu hasil
wawancara dan rekaman terhadap subjek penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
berbentuk deskripsi kemudian akan dianalisis berdasarkan jenis
penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi
sehingga diperoleh data deskriptif yang terkait mengenai
informasi aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada
kegiatan saparan bekakak ini.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat digunakan
sebagai implementasi dari materi pembelajaran pada tingkat
SMP. Bentuk data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini
adalah:
1. Hasil wawancara dengan narasumber utama
Hasil wawancara ini berupa sejarah dan kebudayaan
pada kegiatan Saparan Bekakak yang telah dilakukan
oleh masyarakat Gamping.
2. Hasil wawancara dengan narasumber pendukung
Hasil wawancara ini berupa proses serta tahap-tahapan
yang dilakukan pada aktivitas saparan bekakak ini.
3. Dokumentasi
Hasil dokumentasi berupa rekaman dengan narasumber
ahli dan pendukung terkait dengan kegiatan saparan
bekakak.
F. Metode dan Instrumen Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Metode pengumpulan ditempuh dengan cara
wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan
untuk menggali informasi lebih detail dan lengkap
dengan menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan oleh peneliti sebagai pedoman dan
memungkinkan akan ada pertanyaan tambahan guna
untuk menggali informasi lebih lengkap dan mendalam.
Dokumentasi dilakukan dengan yaitu menggunakan
rekaman suara. Hal ini untuk mendukung terkait
informasi mengenai sejarah dan kebudayaan serta aspek
matematis pada kegiatan Saparan Bekakak ini.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data penelitian ini ialah
peneliti dan pedoman wawancara. Peneliti sebagai
instrumen utama dimaksudkan supaya peneliti dapat
memilih narasumber yang tepat dalam menggali suatu
informasi dan pedoman wawancara sebagai instrumen
pendukung.
Pedoman wawancara akan berisi pertanyaan-
pertanyaan yang akan digunakan untuk menggali
informasi secara detail dan mendalam meliputi cara kerja
dan cara pikir dalam setiap proses kegiatan Saparan
Bekakak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, konseptualisasi, kategorisasi,
dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian yang diperoleh
ketika kegiatan lapangan berlangsung. Karenanya, antara
kegiatan pengumpulan data dan analisis data tidak mungkin
dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara
simultan, prosesnya berbentuk siklus dan interaktif, bukan
linier. Miles dan Huberman (1992:20) menggambarkan proses
analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut.
Gambar 3.1 Proses Analisis Miles dan Huberman
Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif
pengumpulan data dengan analisis data, pengumpulan data
merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Reduksi
data adalah upaya menyimpulkan data, kemudian memilah-
milah data dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, dan
tema tertentu. Hasil reduksi data diolah sedemikian rupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
supaya terlihat sosoknya secara lebih utuh. Hasil reduksi bisa
berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, dan bentuk lainnya; itu
sangat diperlukan untuk memudahkan pada penegasan
kesimpulan. Prosesnya, tidak sekali jadi, melainkan berinteraksi
secara bolak balik. Waktu yang diperlukan untuk
menganalisissangat tergantung pada kompleksitas permasalahan
yang hendak dijawab dan ketajaman daya lacak si peneliti dalam
melakukan penelitian ketika proses pengumpulan data.
Tahapan dalam analisis data adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data
Menurut Moleong (2000:112-113) , ”Sumber data
utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.
Sedangkan sumber data tambahan yang berasal dari
sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan
majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi”. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
cara wawancara dan dokumentasi. Data yang sudah
didapatkan kemudian diubah ke dalam bentuk rangkuman.
2) Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses
ini berlangsung terus menerus selama penelitian
berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual
penelitian, permasalahan studi.
3) Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika kumpulan
informasi yang diperoleh kemudian disusun, sehingga
memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk
penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif
berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan,
dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu
dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk
melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah
tepat atau sebaliknya dapat melakukan analisis kembali.
4) Penarikan Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti
secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari
permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan proses-
proses, penjelasan-penjelasan danalur sebab akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap
terbuka, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula
belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi
lebih rinci dan mengakar dengan kokoh dengan bantuan
wawancara dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang mendetail.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Membuat pedoman dan instrumen wawancara
Pedoman dan instrumen wawancara berisi
pertanyaan-pertanyaan yang akan bertujuan untuk mencari
informasi terkait aspek historis, aspek filosofis serta aspek
matematis yang terkandung dalam budaya saparan bekakak di
Gamping Sleman.
2) Validasi pedoman dan instrumen wawancara
Setelah pembuatan pedoman dan instrumen
wawancara akan dilakukan validasi yang dilakukan oleh
dosen ahli. Hal ini bertujuan agar pedoman dan instrumen
dapat dinilai tepat dalam menggali informasi yang akan dicari
yaitu aspek matematis yang terdapat pada kegiatan Saparan
Bekakak Ambarketawang di Gamping Sleman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3) Melakukan wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan kepada narasumber
yang telah ditentukan sebelumnya yaitu narasumber ahli dan
narasumber pendukung. Wawancara ini dilakukan dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah divalidasi
oleh dosen ahli dalam menggali informasi terkait aspek
matematis yang terdapat pada kegiatan Saparan Bekakak
Ambarketawang di Gamping, Sleman.
4) Pengolahan hasil wawancara
Pengolahan hasil wawancara dilakukan untuk
memperoleh kesimpulan dari hasil wawancara yang telah
dilakukan. Dari hasil wawancara akan diambil garis besar dan
dibuat rangkuman untuk mempermudah dalam menarik
kesimpulan.
5) Validasi Data
Berdasarkan hasil pengolahan wawancara akan
divalidasi oleh narasumber penelitian supaya lebih valid dan
dapat dianalisis lebih lanjut.
6) Penentuan aspek-aspek matematis
Setelah hasil pengolahan data valid , dapat
ditentukan aspek-aspek matematis yang terdapat pada
kegiatan saparan bekakak Ambarketawang di Gamping
Sleman. Data tersebut kemudian akan dianalisis lebih lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
untuk mengaitkan dengan materi pembelajaran pada tingkat
Sekolah Menengah Pertama kurikulum 2013 yang
bersesuaian.
7) Penarikan kesimpulan
Setelah semua tahap telah dilaksanakan, data akan
ditarik kesimpulannya berdasarkan rumusan masalah yang
telah disusun.
I. Penjadwalan Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Penjadwalan Waktu Penelitian
Tahap Waktu Kegiatan
1 Oktober 2019 Observasi Penelitian Pertama
2 1 November-18 Desember
2019
Pembuatan Proposal Penelitian
4 18 Desember-15 April 2020 Perbaikan Proposal dan Pembuatan
Instrumen Pedoman
5 16 April – 30 April 2020 Observasi Tempat Penelitian Kedua
6 20 Mei – 3 Agustus 2020 Validasi dan Pelaksanaan Penelitian
7 15 Juli – 3 Agustus 2020 Analisis Data
8 1 Agustus – 7 Agustus 2020 Penarikan Hasil Kesimpulan
9 9 Agustus – 29 Agustus 2020 Penulisan Hasil Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Desa
Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara
dan observasi langsung ke Kelurahan Ambarketawang dan melakukan
wawancara terhadap narasumber utama dan narasumber pendukung
mengenai bekakak pada bulan Juli di Desa Ambarketawang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat di Ambarketawang
melaksanakan kebudayaan Saparan Bekakak atau tidak, mengetahui
adakah aspek matematis di dalam kebudayaan tersebut. Hasil yang
diperoleh yaitu masyarakat Ambarketawang masih melakukan tradisi
kebudayaan yang diturunkan turun-temurun sebagai wujud dari
permohonan keselamatan meskipun sempat sederhana perayaannya
dikarenakan terbatasnya dana tetapi masih bisa dilaksanakan dengan
khidmat. Aspek matematis di kebudayaan ini juga dirasa cukup untuk
dikaji lebih dalam lagi.
Sebelumnya , peneliti mempersiapkan pedoman dan instrumen
wawancara yang akan digunakan untuk wawancara dalam hal
mengkaji 3 aspek yaitu aspek historis, aspek filosofis dan aspek
matematis. Pedoman dan instrumen ini juga telah divalidasi oleh dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ahli untuk kemudian dipakai dalam wawancara Saparan Bekakak di
Desa Ambarketawang.
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2020
sampai 3 Agustus 2020. Dalam pengambilan data dilakukan
wawancara terhadap beberapa narasumber utama dan narasumber
pendukung Saparan Bekakak Ambarketawang. Narasumber utama
diantaranya adalah Kepala Dukuh Gamping Kidul sebagai Ketua Desa
Budaya Ambarketawang, tokoh masyarakat di Ambarketawang dan
guru matematika. Narasumber pendukug yaitu seniman pembuat
Bekakak dan salah satu perangkat desa.
Wawancara dengan kepala dukuh dilaksanakan pada tanggal 14
Juli 2020 pada pukul 13.00 sampai pukul 14.30 WIB. Wawancara
dengan tokoh masyarakat dilakukan pada tanggal 14 Juli 2020 pukul
15.00 sampai pukul 17.00 WIB.
Wawancara dengan narasumber pendukung yaitu dengan
seniman pembuat Bekakak dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2020
pukul 12.00 sampai pukul 13.00 WIB. Wawancara dengan kepala seksi
pelayanan di kelurahan dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2020 pada
pukul 11.00 sampai pukul 12.00 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
B. Analisis dan Pembahasan
Analisis ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu pengumpulan data ,
kondensasi data dan penarikan kesimpulan
1. Sejarah Saparan Bekakak
Tabel 4.1 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Sejarah
P Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu bagaimana ?
A1 Konon katanya ada sepasang pemuda dan pemudi
penambang gamping saat menambang terpeleset jatuh dan
terseret arus sungai. Arus sungainya kencang sekali dan
konon katanya sampai ke segoro kidul (Laut Selatan). Setiap
Jumat Kliwon , jika akan ada pagebluk (malapetaka) maka
pada saat tengah malam ada burung merpati dengan suara
berbeda saat bulan purnama mengelilingi Ambarketawang.
Konon katanya merpati tersebut peliharaan dari Kyai
Wirosuto dan Nyai Wirosuto yang menjaga gunung
Gamping. Berkaitan dengan hilangnya sepasang pemuda tadi
ada kaitannya dengan bekakak yaitu dibuat sepasang manten
(pengantin) untuk peringatan kejadian yang menimpa
sepasang pemuda karena istilahnyadijadikan tumbal.
P Bagaimana perkembangan saparan bekakak pada jaman
dahulu sampai sekarang?
A1 Inti kegiatan masih sama mas yaitu penyembelihan bekakak,
mungkin perbedaaannya terdapat di acaranya. Dulu saparan
bekakak ini dilaksanakan dengan sederhana atau intinya
memberi sajen kepada penunggu gunung Gamping bersama
penambang gamping tetapi kalau sekarang dibuat meriah dan
disponsori oleh banyak pihak sehingga banyak penontonnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan membuat jalan penuh.
Berdasarkan hasil wawancara dengan A1 diperoleh
informasi bahwa adanya saparan bekakak bermula dari tewasnya
penambang gamping akibat terpeleset dan jika akan terjadi
malapetaka maka akan terdapat merpati yang mengelilingi
Ambarketawang setiap Jumat Kliwon. Masyarakat menanggapi hal
itu dengan membuat pengantin bekakak bersama dengan para
penambang gamping yang lain untuk mengenang penambang
gamping yang dulunya mati sebagai tumbal. Dulunya saparan
bekakak ini begitu sederhana kemudian seiring berjalannya waktu
tradisi ini mulai banyak didukung oleh pemerintah setempat dan
dibuat meriah.
Tabel 4.2 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Sejarah
P Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu seperti apa ?
A2 Dulu ada penambang batu gamping yang sering keruntuhan
batu gamping termasuk Abdi Kinasih Ki Wirosuto dan
keluarga. Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono I
memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa dan diberi
petunjuk untuk membuat manten-mantenan yang terbuat dari
tepung beras. Lalu Sri Sultan Hamengkubuwono I
memerintahkan untuk membuat bekakak tersebut yang
bertujuan untuk mengelabuhi genderuwo penunggu gunung
Gamping sesuai wangsit yang beliau dapatkan. Diharapkan
oleh masyarakat sekitar dengan membuat bekakak yang
menyerupai pengantin itu bisa menjadipenggantinya. Selain
itu , masyarakat juga membuat patung sepasang genderuwo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang diibaratkan penunggu gunung dan mengikuti kirab
bersama dengan pengantin bekakak.
Berdasarkan wawancara dengan A2 dapat diperoleh
informasi bahwa sejarah bekakak ini bermula dari meninggalnya
Ki Wirusuto sekeluarga dan penambang gamping lainnya sehingga
menyebabkan malapetaka di Ambarketawang.Sri Sultan
Hamengkubuwono kemudian meminta petunjuk atas kejadian ini
dan beliau diberi perintah untuk membuat pengantin bekakak dari
tepung beras untuk pengganti dari korban selanjutnya dari
penunggu gunung Gamping serta mengelabuhi genderuwo
penunggu gunung.
Tabel 4.3 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Sejarah
P Bagaimana sejarah saparan bekakak yang Bapak ketahui ?
L1 Kalau bekakak sendiri setahu saya adalah sesaji yang
diberikan oleh pengusaha batu gamping yang diberikan
kepada ceritanya kepada penunggu gunung Gamping. Lalu
ada cerita lain bahwa tradisi ini untuk memperingati
meninggalnya Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto tetapi belum
ada bukti otentik tentang sejarah itu kalua menurut saya.
P Lalu perbedaan tradisi saparan dulu dengan sekarang
bagaimana , Pak?
L1 Perbedaannya tidak signifikan mas. Secara perform juga
hanya itu-itu saja tetapi tidak tau kenapa orang-orang tertarik
melihatnya sampai puluhan ribu jumlahnya.
P Mengenai biaya untuk melaksanakan tradisi saparan itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
berapa ya Pak?
L1 Ratusan juta mas , minimal 100 juta untuk budaya ini.
P Sumber dana yang digunakan darimana , Pak?
L1 Dari APBDes ada , dari kecamatan ada , dari kabupaten ada ,
dari provinsi ada serta dari sponsor juga banyak.
Berdasarkan informasi yang didapat dari L1 bahwa
bekakak adalah sesaji yang diberikan pengusaha gamping untuk
memperingati penambang gamping yang meninggal akibat
keruntuhan batu gamping.Perbedaan tradisi saparan bekakak dari
jaman dahulu tidak begitu signifikan karena kegiatan intinya
adalah penyembelihan bekakak dan yang membuat pembeda
adalah tradisi pada era ini begitu meriah karena dibantu oleh
banyak pihak bahkan menyebabkan penonton membeludak ingin
melihat tradisi bekakak ini.
Berdasarkan pemaparan dari 3 narasumber tersebut dapat
disimpulkan bahwa sejarah bekakak bermula dari meninggalnya
penambang gamping di gunung Gamping yang kononnya dijadikan
tumbal oleh genderuwo penunggu gunung. Oleh karena kejadian
itu , Sri Sultan memohon petunjuk kepada yang Maha Kuasa untuk
mengatasi masalah tersebut dan diperoleh petunjuk untuk membuat
pengantin bekakak dari tepung beras yang bertujuan untuk
mengelabuhi genderuwo di gunung Gamping supaya tidak terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
malapetaka yang serupa. Selain itu , saparan bekakak ini juga
bertujuan untuk memohon keselamatan dan ucapan syukur bagi
masyarakat Ambarketawang dan diselenggarakan secara meriah
dengan dibantu dari pemerintah setempat.
2. Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak
Tabel 4.4 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai Tradisi
P Pelaksanaan dari saparan bekakak itu bagaimana , Pak?
A1 Pelaksanaan saparan bekakak ini dibentuk panitia dari desa
untuk merancang acara sedemikian rupa supaya dapat
dilaksanakan bersama masyarakat sekitar. Seperti temanten
pada umumnya, sebelum hari pernikahan dilakukan
midodareni atau kenduren. Acara ini maksudnya untuk
meminta berkat dan dipercaya sebagai turunnya bidadari dari
langit sebagai perwujudan dari pengantin. Setelah itu
dilaksanakan wayang kulit semalam suntuk sebagai hiburan.
Keesokan harinya , panitia dan masyarakat menyiapkan
bahan dan peralatan yang digunakan untuk membuat bekakak
dan diiringi sajen-sajennya. Pengantin bekakak yang dibuat
yaitu 2 pasang pengantin yang akan disembelih di gunung
bekas Ambarketawang dan di gunung Gamping. Acara
pertama yaitu dari balai desa Ambarketawang , pengantin
bekakak diarak mengelilingi gunung gamping yang disebut
kirab. Kirab diikuti oleh kurang lebih 20.000 orang baik
masyarakat sekitar maupun masyarakat luar daerah yang
ingin menyaksikan budaya tersebut. Pemberhentian pertama
yaitu di gunung bekas Ambarketawang di dekat UMY untuk
dilakukan penyembelihan pengantin bekakak. Setelah
dilakukan penyembelihan pertama , dilanjutkan kirab menuju
gunung Gamping untuk dilakukan sugengan ageng atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
berdoa bersama untuk meminta keselamatan. Acara tersebuut
ditutup dengan penyembelihan bekakak yang kedua
kemudian ditutup dengan pembagian bekakak dan sajen-
sajen berupa buah-buah dan sayur-sayuran yang telah
disiapkan oleh masyarakat untuk dibagi-bagikan kepada
penonton. Konon katanya jika mendapat sajen tersebut akan
diberi keselamatan dan berkat yang luar biasa. Jika dalam
penyembelihan bekakak terkena darah / sirup gula jawa
merah ini akan cepat mendapat jodoh.
Berdasarkan pemaparan dari narasumber A1 diperoleh
informasi bahwa pelaksanaan saparan bekakak ini terdapat 4
rangkaian inti tradisi ini yaitu midodareni , kirab , penyembelihan
bekakak dan sugengan agung. Midodareni adalah acara yang
dilakukan sebelum hari pernikahan tiba yang dipercaya akan ada
bidadari yang turun dari langit sebagai perwujudan pengantin
kemudian dilanjutkan wayang kulit.Kirab diadakan pada sore hari
setelah sholat yang diikuti oleh banyak orang baik dari luar daerah
maupun masyarakat setempat.Penyembelihan bekakak dilakukan di
2 tempat yakni di gunung bekas Ambarketawang dan gunung
Gamping. Ketika tiba di gunung Gamping, masyarakat
melaksanakan sugengan ageng atau doa bersama memohon
keselamatan supaya tidak terjadi malapetaka yang sama. Acara
ditutup dengan pembagian bekakak dan makanan-makanan yang
ada pada kirab berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang konon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
katanya jika mendapatkannya akan diberi keselamatan dan segera
dipertemukan dengan jodohnya.
Tabel 4.5 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Tradisi
P Lalu , proses pelaksanaannya bagaimana ya Pak?
A2 Sebelum saparan bekakak dilakukan malam sebelumnya itu
diadakan malam midodareni seperti pengantin pada
umumnya mas dan setelah itu mengadakan wayang kulit
semalam suntuk. Pagi harinya menyiapkan untuk kirabnya
dan biasanya dilaksanakan jam 3 setelah sholat. Pembuatan
pengantin bekakak 2 pasang. Kirab ini nanti rutenya
mengelilingi gunung gamping mas jenisnya seperti karnaval
budaya lalu sepasang bekakak nanti disembelih di gunung
bekas Ambarketawang. Setelah sampai di gunung Gamping
nanti disembelih sepasang lagi pengantin bekakaknya
kemudian acara ditutup dengan pembagian bekakak dan
aneka gunungan sajen-sajen seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran yang mengikuti kirab tadi.
Berdasarkan pemaparan dari A2 diperoleh informasi bahwa
sebelum saparan bekakak disembelih , pada malam hariny
sebelumnya dilakukan midodareni pengantin bekakak yang
biasanya dilakukan oleh pengantin pada umumnya dan dilanjutkan
dengan kesenian wayang kulit. Pengantin bekakak yang akan
dibuat berjumlah 2 pasang dan akan diarak dalam kirab bersama
patung-patung para genderuwo-genderuwo yang diibaratkan
penunggu gunung dengan mengelilingi gunung Gamping.
Sepasang pengantin disembelih di gunung bekas Ambarketawang
dan sepasang lagi di gunung Gamping.Acara ditutup dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
pembagian bekakak dan sajen berupa buah-buahan dan sayur-
sayuran setelah penyembelihan pengantin bekakak di gunung
Gamping.
Berdasarkan pemaparan dari 2 narasumber didapatkan
kesimpulan bahwa pelaksanaan saparan bekakak terdapat 4
kegiatan inti yaitu midodareni , kirab , penyembelihan bekakak dan
sugengan ageng. Pengantin bekakak yang akan disembelih
berjumlah 2 pasang yang akan disembelih di 2 tempat yang
berbeda yaitu gunung bekas Ambarketawang dan gunung
Gamping. Acara pertama yaitu midodareni dimana acara tersebut
bermakna turunnya bidadari dari langit sebagai perwujudan
bidadari.Hari berikutnya adalah kirab yang dilaksanakan pada sore
hari yang diikuti oleh banyak masyarakat yang datang dari segala
penjuru untuk menyaksikan tradisi saparan bekakak ini dan acara
ditutup dengan berdoa bersama memohon keselamatan dan
pembagian bekakak serta buah-buahan dan sayur-sayuran untuk
dibagikan kepada seluruh penonton kegiatan tersebut.
3. Aktivitas Fundamental Matematis
a. Menghitung (Counting)
1) Jumlah Pengantin Bekakak
Tabel 4.6 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai
Jumlah Pengantin Bekakak
P Banyaknya pengantin bekakak berapa ya Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
L2 Jadi pengantin bekakaknya itu 2 pasang. Satu
pasang pengantin dengan adat Yogyakarta dan
satu pasang lagi dengan adat Solo.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L2 diperoleh informasi bahwa banyaknya
pengantin bekakak ada 2 pasang dimana satu pasang
pengantin berpakaian adat Yogyakarta dan satu pasang
lainnya berpakaian adat Solo.Jadi pengantin bekakak
berjumlah 4 buah.
2) Jumlah Jodhang / Tandu Pengantin
Tabel 4.7 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai
Jumlah Jodhang / Tandu Pengantin
P Lalu saya pernah melihat ada seperti tandu itu
untuk apa ya ?
L2 Itu untuk dudukan pengantinnya Mas terbuat dari
bambu jadi nanti pengantin bekakaknya diletakkan
di atas tandu. Tandunya jumlahnya 3 yang 2 untuk
pengantin dan 1 untuk sajennya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L2 diperoleh informasi bahwa banyaknya
jodhang pada tradisi saparan bekakak adalah 3
buah.Dua pasang pengantin bekakak akan ditempatkan
di 2 tandu dan sisanya akan digunakan untuk sesajen-
sesajen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3) Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin Bekakak
Tabel 4.8 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai
Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin Bekakak
P Jadi pengantin bekakaknya disembelih dimana
saja Pak?
A1 Pengantin bekakaknya disembelih di dua tempat.
Tempat pertama yaitu gunung bekas
Ambarketawang dan tempat kedua yaitu gunung
Gamping.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A1 diperoleh informasi bahwa dalam
kegiatan saparan bekakak dilaksanakan 2 kali
penyembelihan pengantin bekakak di 2 tempat yang
berbeda yaitu di gunung bekas Ambarketawang dan
gunung Gamping.
b. Mengukur (Measuring)
1) Jarak Kirab
Tabel 4.9 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai Jarak
Kirab
P Dalam prosesi kirab ini jaraknya berapa , Pak?
L1 Kurang lebih sekitar 3 km Mas
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L1 diperoleh informasi bahwa jarak yang
ditempuh pada tahapan kirab dalam kegiatan saparan
bekakak Ambarketawang yaitu kurang lebih 3 km. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
ini karena prosesi kirab dilaksanakan dengan
mengelilingi gunung Gamping sehingga jaraknya jauh
meskipun jika dari balai desa ke gunung Gamping tidak
sejauh itu.
2) Ukuran Pengantin Bekakak
Tabel 4.10 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai
Ukuran Pengantin Bekakak
P Untuk tinggi dari pengantin bekakaknya itu
berapa ya , Pak?
L2 Ukurannya 50 cm sampai 55 cm Mas
Gambar 4.1 Pengantin Bekakak
(Sumber : Arsip Seniman Pembuat Bekakak)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L2 diperoleh informasi bahwa tinggi dari
pengantin bekakak yaitu 50 cm sampai 55 cm. Hal ini
dikarenakan menyesuaikan dari ukuran jodhang supaya
tidak terkena atap dari jodhang / tandu pengantin.Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pembuatan pengantin bekakak supaya tegak diperlukan
bambu sebagai kerangka sekaligus sebagai penopang
dari pengantin bekakak supaya tidak jatuh.
3) Ukuran Genderuwo
Tabel 4.11 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai
Ukuran Genderuwo
P Selain bekakak , Bapak membuat apa ?
L2 Selain bekakak saya membuat genderuwo dan
ogoh-ogoh. Bentuknya seperti makhluk seram
sebagai simbol penunggu Gunung Gamping.
Untuk pembuatan genderuwonya diperlukan
waktu kurang lebih 3 bulan. Dulu ukurannya
cuma 1,5 kali tinggi orang dewasa tapi sekarang
kurang lebih 2 m tingginya supaya lebih
menggambarkan sosok genderuwo yang
sebenarnya. Bahan yang dibutuhkan itu bambu
dan kertas semen. Bentuknya menyerupai seperti
ondel-ondel hanya yang membedakan wajah dan
penampilannya. Saya juga membuat 3 sajen untuk
pengantinnya 2 pasang dan 1 untuk
genderuwonya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 4.2 Gambar Genderuwo
(Sumber : Arsip Seniman Pembuat Bekakak)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L2 diperoleh informasi bahwa pembuatan
ogoh-ogoh atau genderuwo penunggu gunung Gamping
diperlukan waktu sekitar 3 bulan lamanya.Bentuk dari
genderuwo ini digambarkan dengan makhluk seram
berwarna hitam yang disimbolkan sebagai penunggu
gunung.Genderuwo ini nantinya diarak dalam kirab
dimana di dalamnya terdapat manusia di dalamnya
sebagai penggerak.Bahan yang digunakan dalam
pembuatannya adalah kertas semen serta kerangka dari
bambu untuk membentuk badan genderuwo.Tinggi dari
genderuwo ini kurang lebih mencapai 2 meter supaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
lebih menggambarkan sosok genderuwo yang berbadan
besar dan menyeramkan.
c. Penentuan lokasi (Locating)
1) Penentuan Rute Kirab
Tabel 4.12 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai Rute
Kirab
P Rute dari kirab bekakak bagaimana , Pak?
A2 Awalnya dari balai desa lalu ke arah selatan
kemudian perempatan menuju ke timur kemudian
ringroad ke selatan lalu sebelah utara UMY itu ke
barat menuju gunung Gamping.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A2 diperoleh informasi bahwa rute dari
prosesi kirab berawal dari balai desa kemudian ke arah
selatan menuju perempatan kemudian ke arah timur
menuju ringroad kemudian ke arah selatan dan ketika
sudah sampai sebelah utara UMY lalu kirab menuju ke
arah barat menuju gunung Gamping.Rute ini memiliki
makna bahwa kirab pengantin bekakak tersebut
mengelilingi gunung Gamping sebelum disembelih.
2) Urutan Unsur-Unsur pada Kirab
Tabel 4.13 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai
Unsur pada Kirab
P Unsur pada kirab itu apa saja , Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
A2 Unsurnya ada 2 yaitu kirab inti dan kirab
penggembira. Kirab inti berisikan pengantin
bekakak itu sendiri lalu diikuti sholawatan
kemudian prajurit-prajurit , patung sepasang
genderuwo. Kirab penggembira terdiri dari penari-
penari kesenian dan seni-seni yang lain seperti
jathilan , mobil-mobil hias yang dimodifikasi
yang biasanya membawa buah-buahan yang akan
dibagikan untuk masyarakat sekitar yang
menyaksikan tradisi ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A2 diperoleh informasi bahwa unsur-unsur
yang terdapat pada prosesi kirab dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kirab inti dan kirab penggembira. Kirab
inti beranggotakan pengantin bekakak dan genderuwo
serta sajen-sajen untuk pengantin sedangkan kirab
penggembira berisikan kesenian-kesenian daerah seperti
tari-tarian , jathilan , reog dll. Kirab inti berada pada
paling depan dan kirab penggembira berada di
belakangnya. Kirab budaya ini dijadikan ajang untuk
melestarikan kebudayaan dengan menampilkan
kebudayaan-kebudayaan yang mulai jarang ditampilkan
dan penonton juga menikmati tradisi ini sebagai
tontonan yang menarik sekaligus cara untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
melestarikan kebudayaan yang seiring berkembangnya
jaman mulai hilang.
d. Mendesain (Designing)
1) Bentuk Bekakak
Tabel 4.14 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai
Bentuk Bekakak
P Bentuk dan makna dari bekakak itu sendiri apa ,
Pak?
A2 Bekakak itu bentuknya manten-mantenan seperti
loro blonyo. Makna dari bekakak itu dimisalkan
sepasang pengantin manusia tetapi bentuknya
sebuah boneka yang terbuat dari tepung beras
ketan.
Gambar 4.3 Bentuk Pengantin Bekakak
(Sumber : www.gudeg.net)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bentuk dari
bekakak adalah sepasang pengantin loro blonyo terbuat
dari tepung beras yang diibaratkan sepasang pengantin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sungguhan.Bekakak dibuat dari tepung beras sesuai
dengan perintah dari Sri Sultan Hamengkubuwono I
dimana beliau mendapat petunjuk untuk membuat
bekakak dari bahan tersebut untuk menghentikan
malapetaka yang terjadi.
2) Bentuk Penunggu Gunung
Tabel 4.15 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai
Bentuk Penunggu Gunung
P Selain bekakak , Bapak membuat apa ?
L2 Selain bekakak saya membuat genderuwo dan
ogoh-ogoh. Bentuknya seperti makhluk seram
sebagai simbol penunggu Gunung Gamping
Untuk pembuatan genderuwonya diperlukan
waktu kurang lebih 3 bulan. Dulu ukurannya
cuma 1,5 kali tinggi orang dewasa tapi sekarang
kurang lebih 2 m tingginya supaya lebih
menggambarkan sosok genderuwo yang
sebenarnya. Bahan yang dibutuhkan itu bambu
dan kertas semen. Proses pembuatannya nanti
sama seperti membuat ondel-ondel hanya yang
membedakan wajah dan penampilannya. Saya
juga membuat 3 sajen untuk pengantinnya 2
pasang dan 1 untuk genderuwonya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 4.4 Bentuk Penunggu Gunung Gamping
(Sumber :mediacenter.slemankab.go.id)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L2 diperoleh informasi bahwa bentuk dari
penunggu gunung Gamping adalah sosok yang
menyeramkan dengan badan tinggi besar terbuat dari
kertas semen dan kerangkanya terbuat dari bambu.
Dulunya bentuk dari penunggu Gamping tidak begitu
menyeramkan dan setelah berganti pembuatnya , kini
sosok genderuwo ini menjadi lebih menyeramkan dan
lebih menggambarkan penunggu gunung yang
sesungguhnya.
3) Tempat Pengantin
Tabel 4.16 Pertanyaan dan Jawaban L2 Mengenai
Bentuk Tempat Duduk Pengantin
P Lalu saya pernah melihat ada seperti tandu itu
untuk apa ya ?
L2 Itu untuk tempat pengantinnya Mas terbuat dari
bambu jadi nanti pengantin bekakaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
diletakkan di atas tandu. Tandunya jumlahnya 3
yang 2 untuk pengantin dan 1 untuk sajennya.
Gambar 4.5 Jodhang Pengantin Bekakak
(Sumber :Kratonpedia.com)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L2 diperoleh informasi bahwa dudukan
pengantin atau tandu yang akan dipakai oleh pengantin
bekakak terbuat dari bambu. Tandu yang sudah dibuat
akan diarak bersama dengan pengantin bekakak 2 pasang
dan sesajen beserta genderuwo-genderuwo yang sudah
dibuat dalam prosesi kirab mengelilingi gunung
Gamping.
e. Bermain (Playing)
1) Bentuk Kirab
Tabel 4.17 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai
Bentuk Kirab
P Bentuk dan tujuan dilaksanakan kirab itu apa ,
Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
A2 Kirab itu bentuknya seperti karnaval budaya yang
bertujuan untuk memperlihatkan kesenian-
kesenian baik dari dalam daerah Ambarketawang
maupun luar Ambarketawang. Selain itu , kirab
ini diharapkan sebagai ucapan permohonan
keselamatan bagi penambang gamping dan
masyarakat Ambarketawang. Masyarakat yang
ingin menampilkan pertunjukan kesenian biasanya
mendaftar kepada panitia saparan bekakak dan
tidak ada biaya sama sekali. Kesenian budaya
yang disajikan beraneka ragam seperti jathilan ,
reog , tarian serta masih banyak lagi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bentuk dari
kirab ini adalah kirab kebudayaan atau karnaval budaya
dimana bertujuan untuk memperkenalkan tradisi atau
budaya yang terdapat di Ambarketawang khususnya dan
kebudayaan-kebudayaan lain yang terdapat di kirab
seperti jathilan , reog dan kesenian-kesenian tari yang
lain. Kirab kebudayaan ini diikuti oleh banyak
masyarakat dari segala kalangan tanpa membeda-
bedakan agama , golongan atau ras manapun
dikarenakan tujuan kirab ini untuk melestarikan
kebudayaan setempat yang mulai dilupakan sebagian
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2) Waktu Pelaksanaan Saparan Bekakak
Tabel 4.18 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai
Waktu Pelaksanaaan Saparan Bekakak
P Kapan saparan bekakak ini dilakukan dan
bagaimana perkembangannya ?
A1 Saparan bekakak ini dilakukan saat bulan Sapar
dan dilaksanakan pada Jumat Legi pada bulan itu.
Biasanya dilaksanakan setiap tanggal 10 dan
dilakukan pada jam 3 sore sampai jam 6. Dulu
tradisi ini dilaksanakan dengan sederhana dimana
dilakukan hanya beberapa orang dan penambang
gamping di gunung Gamping untuk memperingati
kematian sepasang pemuda yang mati di sana dan
sebagai ucapan syukur. Lama-kelamaan tradisi ini
didukung oleh pemerintah daerah beserta dinas
pariwisata sebagai donatur untuk memeriahkan
acara ini sehingga acara ini bisa menjadi meriah
dan banyak pengunjung datang melihat tradisi ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L2 diperoleh informasi bahwa prediksi
jatuhnya kegiatan saparan bekakak biasanya
dilaksanakan setiap tanggal 10 pada bulan Sapar.
Meskipun demikian , prediksi tersebut tidak sepenuhnya
tepat dan biasanya hanya meleset beberapa hari dari
yang telah diprediksikan. Kegiatan saparan bekakak ini
dilaksanakan setiap Jumat Legi dan dilaksanakan pada
waktu sore hari setelah sholat.Pelaksanaan saparan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
bekakak sudah dimulai sejak hari sebelumnya karena
diawali dengan prosesi midodareni pada malam hari
sebelum bekakak disembelih. Biasanya pada kegiatan
saparan bekakak ini jalanan yang akan dilewati kirab
akan ditutup dikarenakan banyaknya penonton yang
ingin mengikuti tradisi kebudayaan ini.
f. Menjelaskan (Explain)
1) Makna Saparan Bekakak
Tabel 4.19 Pertanyaan dan Jawaban A1 Mengenai
Makna Saparan Bekakak
P Makna dari saparan bekakak itu sendiri apa ya ,
Pak ?
A1 Kenapa bisa disebut bekakak , jadi bekakak itu
maknanya selametan atau diselameti. Selametan
di sini artinya untuk memperingati kejadian 2
pemuda yang mati terseret arus sungai di Gunung
Gamping. Masyarakat mengharapkan dengan
diadakan saparan bekakak ini tidak terulang
kejadian yang menimpa kedua permuda tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A1 diperoleh informasi bahwa makna dari
saparan bekakak adalah tradisi selametan atau
memperingati kejadian 2 pemuda yang meninggal yang
konon dijadikan tumbal oleh penunggu gunung
Gamping.Masyarakat kemudian melaksanakan tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
saparan bekakak ini untuk mencegah kejadian itu
terulang kembali. Selain itu , tradisi ini bermakna
masyarakat memohon keselamatan kepada Yang Maha
Esa supaya dijauhkan dari malapetaka.
Tabel 4.20 Pertanyaan dan Jawaban L1 Mengenai
Makna Saparan Bekakak
P Bagaimana sejarah saparan bekakak yang Bapak
ketahui ?
L1 Kalau bekakak sendiri setahu saya adalah sesaji
yang diberikan oleh pengusaha batu gamping
yang diberikan kepada ceritanya kepada penunggu
gunung Gamping. Lalu ada cerita lain bahwa
tradisi ini untuk memperingati meninggalnya Ki
Wirosuto dan Nyi Wirosuto tetapi belum ada bukti
otentik tentang sejarah itu kalau menurut saya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber L1 diperoleh informasi bahwa saparan
bekakak bermakna sebagai sesaji yang diberikan kepada
penunggu gunung Gamping supaya tidak terjadi
malapetaka yang dulu menimpa penambang gamping di
sana. Sesaji yang diberikan ini diberikan bersama dengan
pengusaha batu gamping karena secara tidak langsung
pengusaha tersebut sebagai penanggung jawab atas
penambang-penambang gamping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Berdasarkan pemaparan dari 2 narasumber
diperoleh bahwa makna saparan bekakak adalah tradisi
untuk memperingati kematian dari penunggu gamping
maka dari itu dibuat sesaji untuk mencegah kejadian
yang menimpa penambang gamping tidak terjadi
kembali serta memohon keselamatan bagi masyarakat
sekitar Gamping.
2) Makna Pengantin Bekakak
Tabel 4.21 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai
Makna Pengantin Bekakak
P Bentuk dan makna dari bekakak itu sendiri apa ,
Pak?
A2 Bekakak itu bentuknya manten-mantenan seperti
loro blonyo. Makna dari bekakak itu dimisalkan
sepasang pengantin manusia tetapi bentuknya
sebuah boneka yang terbuat dari tepung beras
ketan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bekakak
artinya sepasang pengantin yang terbuat dari tepung
beras ketan. Selain tepung beras ketan , bekakak ini
terbuat dari sirup gula merah yang diibaratkan sebagai
darah dari pengantin bekakak. Pengantin bekakak ini
diibaratkan sebagai pengganti dari penambang gamping
yang meninggal akibat konon dijadikan tumbal oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
penunggu gunung.Pengantin bekakak ini juga dapat
digunakan untuk mengelabuhi penunggu gunung agar
tidak terjadi malapetaka lagi di daerah tersebut.
3) Makna Pembagian Sajen
Tabel 4.22 Pertanyaan dan Jawaban A2 Mengenai
Makna Pembagian Sajen
P Makna pembagian sesajen itu untuk apa ya Pak ?
A2 Jadi sesajen itu diibaratkan sebagai berkat dan
rejeki dimana jika ada yang menerimanya maka
akan mendapat rejeki dan berkat yang melimpah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber A2 diperoleh informasi bahwa bekakak yang
telah disembelih dipercaya akan memberikan berkat bagi
siapa saja yang mendapatkannya dan jika terkena
kucuran dari darah pengantin bekakak akan segera
mendapat jodoh. Masyarakat sangat antusias dalam
mendapatkan sajen atau tepung beras ketan dari
pengantin bekakak dan menyebabkan berdesak-desakan
satu sama lain. Meskipun demikian , masyarakat
menikmati hal itu karena diiming-imingi oleh
keselamatan dan berkat bagi yang menerimanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
C. Rangkuman Hasil Analisis
1. Sejarah Saparan Bekakak
Sejarah saparan bekakak berawal dari wafatnya
penambang batu gamping tertimpa reruntuhan gamping
dan ada cerita yang mengatakan bahwa itu adalah Ki
Wirosuto dan Nyai Wirosuto yang merupakan abdi
dalem. Sejak kejadian itu , Sultan Hamengkubuwono I
meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa untuk
mencari solusi dari kejadian tersebut supaya tidak terjadi
lagi. Beliau diberikan penglihatan untuk membuat
pengantin bekakak yang terbuat dari tepung beras pada
bulan Sapar dan dilaksanakan setiap Jumat
Legi.Pengantin ini disimbolkan sebagai pasangan
manusia yang bertujuan untuk mengelabuhi penunggu
gunung. Setelah mendapat penglihatan tersebut , beliau
memerintahkan untuk segera membuat pengantin
bekakak dari tepung beras ketan pada bulan Sapar dan
dilaksanakan setiap Jumat legi. Setelah kegiatan ini
dilaksanakan , malapetaka di Gamping tidak terjadi lagi.
Oleh karena itu , saparan bekakak Ambarketawang
dijadikan sebuah tradisi turun-temurun yang dilakukan
masyarakat Gamping untuk memohon keselamatan
kepada Yang Maha Kuasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2. Filosofi Tradisi Kebudayaan Saparan Bekakak
Tradisi saparan bekakak ini dilaksanakan setiap
Jumat Legi pada bulan Sapar.Tanggal pelaksanaan
tradisi ini biasanya jatuh pada tanggal 10 pada bulan
Sapar.Hal itu masih merupakan prediksi dan belum
dijadikan pedoman pelaksanaan tradisi ini.Sebelum
pelaksanaan tradisi ini, dibentuk panitia oleh pemerintah
desa untuk mendukung tradisi ini. Panitia yang telah
dibentuk biasanya mencari dana dari donatur-donatur
serta sponsor untuk memeriahkan tradisi ini.
Pembuatan pengantin bekakak berlangsung
selama 8 jam dari jam 9 pagi sampai jam 5
sore.Pembuatan pengantin berasal dari tepung beras
ketan dan tepung beras jawa. Selain membuat pengantin
bekakak, masyarakat juga membuat ogoh-ogoh atau
genderuwo yang diibaratkan sebagai penunggu gunung
Gamping serta membuat sesaji-sesaji yang akan
dibagikan kepada masyarakat pada puncak acara saparan
bekakak.Pembuatan pengantin bekakak berjumlah 2
pasang.
Pelaksanaan dari tradisi saparan bekakak
inidilaksanakan dengan 4 tahap yaitu midodareni , kirab ,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
penyembelihan pengantin bekakak dan sugengan ageng.
Acara midodareni dimulai sejak 1 hari sebelum saparan
bekakak dilaksanakan.Tujuan midodareni ini adalah
menunggu turunnya bidadari dari langit untuk
memberkati pengantin bekakak.Acara selanjutnya adalah
mengadakan wayang kulit semalam suntuk.Hari
berikutnya ialah puncak dari tradisi ini yaitu
penyembelihan pengantin bekakak. Pertama masyarakat
berkumpul di balai desa bersama pengantin bekakak dan
genderuwo yang akan diarak pada kirab pada jam 3 sore.
Prosesi kirab dilaksanakan dengan mengelilingi gunung
Gamping yang ikut dimeriahkan dengan kesenian-
kesenian daerah seperti penari-penari daerah , jathilan ,
reog dan kesenian-kesenian lainnya. Penyembelihan
sepasang pengantin bekakak pertama dilakukan di
gunung bekas Ambarketawang dan penyembelihan
kedua dilakukan di gunung Gamping.Sugengan ageng
dilakukan ketika telah sampai di gunung Gamping yaitu
memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa
supaya diberi keselamatan dari marabahaya dan
malapetaka.Acara ditutup dengan pembagian bekakak
dan sesaji yang telah didoakan untuk dibagikan kepada
penonton.Konon katanya jika mendapatkan sajen atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
bekakakakan diberi keselamatan dan berkah yang luar
biasa.
3. Aktivitas Fundamental Matematis
a. Aspek Menghitung (Counting)
1) Jumlah Pengantin Bekakak
Dalam tradisi saparan bekakak dibuat 2
pasang pengantin bekakak. Sepasang pengantin
bekakak akan mengenakan pakaian adat
Yogyakarta dan sepasang pengantin lainnya
akan mengenakan pakaian adat Solo. Jadi
jumlah pengantinnya ada 4 buah pengantin
bekakak.
2) Jumlah Jodhang / Tandu Pengantin
Jodhang yang dibuat pada kegiatan
saparan bekakak digunakan untuk tempat
pengantin.Jumlah jodhang yang dibuat
berjumlah 3 buah. 2 jodhang akan digunakan 2
pasang pengantin dan 1 jodhang akan digunakan
untuk membawa sesajen.
3) Jumlah Tempat Penyembelihan Pengantin
Bekakak
Pada tradisi saparan bekakak akan
dilaksanakan penyembelihan pengantin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
bekakak. Penyembelihan pengantin akan
dilaksanakan di 2 tempat yang berbeda yaitu di
gunung bekas Ambarketawang dan gunung
Gamping.
b. AspekMengukur (Measuring)
1) Jarak Kirab
Jarak yang ditempuh peserta kirab
kurang lebih sekitar 3 km. Jarak yang cukup
jauh dikarenakan rute kirab ini menuju gunung
Gamping dengan mengelilinginya terlebih
dahulu karena pengantin bekakak akan
disembelih di gunung bekas Ambarketawang
terlebih dahulu yang letaknya disebelah timur
gunung Gamping.
2) Ukuran Pengantin Bekakak
Pengantin bekakak yang dibuat oleh
seniman pembuat pengantin bekakak memiliki
tinggi 50 cm sampai 55 cm. Pengantin dibuat
dengan tinggi demikian supaya mudah untuk
dipegang dan disembelih.Selain itu, supaya
tinggi pengantin tidak terkena oleh atap jodhang
sehingga pengantin tetap dapat berdiri tegak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3) Ukuran Genderuwo
Genderuwo yang dibuat bertujuan untuk
menyimbolkan sosok penunggu gunung yang
akan memangsa pengantin bekakak. Sosok
genderuwo ini nantinya dibawa oleh beberapa
orang yang diletakkan tandu dan ada juga yang
dipakai oleh seseorang seperti memakai ondel-
ondel.Ukuran genderuwo yang dibuat kurang
lebih 2 m. Pembuatan genderuwo pada jaman
dulu hanya dibuat dengan tinggi satu setengah
tinggi manusia normal tetapi sekarang dirombak
menjadi lebih tinggi. Setelah tradisi selesai
maka genderuwo-genderuwo yang masih layak
pakai akan disimpan untuk dipakai kembali pada
tradisi tahun depan karena pembuatan yang lama
dan banyak dana untuk membuatnya.
c. Aspek Penentuan Lokasi (Locating)
1) Penentuan Rute Kirab
Rute yang ditempuh pada prosesi kirab
yaitu mengelilingi gunung Gamping.Kirab
bermula di balai desa sebagai titik kumpul
pertama kali sebelum kirab dilaksanakan.Peserta
kirab berjalan dari balai desa menuju ke arah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
selatan menuju ringroad lalu ketika sampai di
perempatan dilanjutkan ke arah timur menuju
pertigaan ringroad.Rute dilanjutkan menuju ke
arah selatan. Ketika sampai di sebelah utara
UMY , kirab dilanjutkan menuju ke arah barat
menuju ke gunung Gamping. Sebelum ke
gunung Gamping , kirab berhenti di gunung
bekas Ambarketawang untuk melakukan prosesi
penyembelihan sepasang bekakak pertama dan
nantinya penyembelihan sepasang bekakak
kedua di gunung Gamping.
2) Urutan Unsur-Unsur pada Kirab
Pada prosesi kirab terdapat 2 kelompok
kirab yaitu kirab inti dan kirab penggembira.
Kirab inti beranggotakan kelompok yang
membawa pengantin bekakak di atas tandu dan
genderuwo serta sajen-sajen yang akan
digunakan pada prosesi penyembelihan bekakak
dan sugengan ageng. Kelompok ini berada di
barisan paling depan kemudian disusul oleh
kirab penggembira. Kirab penggembira ini
berisikan masyarakat yang menampilkan
kesenian-kesenian daerah dan menampilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
atraksi sesuai dengan kemampuan mereka.
Kirab penggembira identik dengan karnaval
budaya yang berisi beraneka ragam kebudayaan
yang ada dan segala pernak-pernik yang ikut
memeriahkan kirab seperti mobil-mobil yang
berisikan buah-buahan , sayur-sayuran dan lain-
lain. Kirab penggembira berada di bagian paling
belakang mengiringi kirab inti di bagian barisan
depan. Biasanya masyarakat yang ingin
mengikuti kirab mendaftar kepada panitia
supaya dapat diatur posisinya saat prosesi kirab
menjadi kirab penggembira.
d. AspekMendesain (Designing)
1) Bentuk Bekakak
Bentuk bekakak pada saparan bekakak
yaitu boneka menyerupai sepasang pengantin
yang sedang duduk bersila lengkap dengan
pakaian pengantin pada umumnya.Pengantin
laki-laki memakai beskap dan pengantin
perempuan memakai kebaya. Dalam
pembuatannya , kerangka pengantin bekakak
terbuat dari bambu yang kemudian dilapisi
tepung beras ketan dan tepung beras jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Untuk kepala terbuat dari buah pepaya yang
masih muda dan tubuhnya terbuat dari batang
pepaya yang masih muda.Sirup gula jawa yang
telah dimasukkan plastik dimasukkan ke dalam
leher pengantin supaya dapat mengucur ketika
disembelih.
2) Bentuk Penunggu Gunung
Bentuk dari penunggu gunung Gamping
yaitu genderuwo dan ogoh-ogoh.Genderuwo
yang dibuat oleh masyarakat adalah sosok yang
besar dan menyeramkan.Bahan yang digunakan
adalah kertas semen.Pembuatannya
membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan
lamanya. Boneka genderuwo ini nantinya akan
dipakai oleh seseorang dan mengikuti kirab dan
ada juga yang diletakkan di atas tandu dan
dibawa oleh beberapa orang.
3) TempatPengantin
Pengantin bekakak yang telah dibuat
kemudian dibuatkan dudukan dari bambu dan
dibentuk seperti tandu yang akan dibawa oleh
beberapa orang pada prosesi kirab. Tandu yang
digunakan berjumlah 3 buah dimana 2 buah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dipakai oleh 2 pasang pengantin bekakak dan
sisanya untuk sesajennya.
e. AspekBermain (Playing)
1) Bentuk Kirab
Bentuk dari kirab ini yaitu karnaval
kebudayaan.Dalam prosesi kirab terdapat
beberapa kebudayaan-kebudayaan daerah yang
ditampilkan oleh masyarakat sekitar untuk ajang
melestarikan kebudayaan dan untuk
memeriahkan tradisi tahunan yang dilaksanakan
di Ambarketawang. Hal ini menyebabkan
penonton antusias dalam menyaksikan
kebudayaan ini sehingga jalan ringroad menjadi
macet karena banyaknya penonton yang ingin
melihat dari usia muda sampai tua ikut
menyaksikan.
2) Waktu Pelaksanaan Saparan Bekakak
Waktu pelaksanaan tradisi saparan
bekakak ini setiap Jumat Legi pada bulan Sapar.
Hal ini diperintahkan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono I sesuai petunjuk yang
diterimanya ketika memohon doa untuk
keselamatan masyarakat Gamping. Biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tradisi ini dilaksanakan setiap tanggal 10 tetapi
tidak menjadi pedoman murni dan hanya
merupakan perkiraan semata.
f. AspekMenjelaskan (Explaining)
1) Makna Saparan Bekakak
Makna dari saparan bekakak yaitu
sebagai ucapan permohonan keselamatan bagi
masyarakat Ambarketawang dan sekitarnya.Hal
ini diharapkan tidak terjadi kejadian yang
menimpa penambang batu gamping yang wafat
karena tertimpa batu gamping.Saparan bekakak
juga berarti sesaji yang telah disiapkan untuk
penunggu gunung Gamping supaya tidak
memakan korban lagi.
2) Makna Pengantin Bekakak
Makna dari pengantin bekakak yaitu
sebagai pengganti korban manusia yang konon
dijadikan tumbal oleh penunggu
gunung.Bekakak disimbolkan pengantin karena
pada jaman dahulu yang menjadi korban
penunggu gunung yaitu sepasang suami istri
yaitu Ki Wirosuto dan Nyai Wirosuto dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
sepasang pemuda yang wafat tertimpa batu
gamping.
3) Makna Pembagian Sajen
Pembagian sajen yang dimaksud adalah
pengantin bekakak yang sudah disembelih
kemudian dibagikan kepada penonton yang
menyaksikan tradisi ini.Sajen yang dibagikan
berupa buah-buahan, sayur-sayuran dan pernak-
pernik lainnya serta bekakak itu sendiri.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian pada tradisi saparan bekakak di Ambarketawang
ini hanya difokuskan pada tahap – tahap pelaksanaan pada tradisi
saparan bekakak yaitu midodareni , kirab bekakak , penyembelihan
pengantin bekakak dan sugengan ageng. Beberapa aspek yang
dikaji pada penelitian ini adalah aspek sejarah , aspek historis dan
aspek matematis. Pada setiap aspek masih bersifat terbatas
informasinya. Pada aspek sejarah masih belum mencakup semua
informasi yang tersedia dan hanya sebagian saja yang dapat penulis
kaji dikarenakan terbatasnya pengetahuan narasumber. Pada aspek
matematis terhadap saparan bekakak ini belum bisa lebih mendetail
dikarenakan kajian masih bersifat paling umum yaitu tahap-tahap
pelaksanaan saparan bekakak. Berdasarkan dari semua itu , hasil
penelitian dirasa belum bisa diterapkan untuk pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
matematika tingkat SMP. Oleh karena itu , penelitian ini perlu
dikaji lebih dalam lagi supaya bisa optimal dalam penerapan untuk
pembelajaran matematika tingkat SMP dan agar bisa diterapkan
secara konstekstual di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian dan hasil analisis terhadap
kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang , Gamping , Sleman
dapat disimpulkan bahwa:
1. Sejarah dan Perkembangan Saparan Bekakak Ambarketawang
a. Sejarah bekakak bermula dari wafatnya penambang
gamping yang konon dijadikan tumbal oleh penunggu
gamping. Oleh sebab itu , Sri Sultan Hamengkubuwono I
berdoa memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa dan
diberi perintah untuk membuat sepasang pengantin
bekakak dari tepung beras ketan yang akan disembelih di
gunung Gamping.
b. Perkembangan tradisi saparan bekakak pada jaman dahulu
dan sekarang yaitu pada jaman dahulu dilaksanakan
dengan sederhana dan dengan peralatan seadanya
sedangkan pada jaman sekarang sudah dibantu dengan
pemerintah setempat sehingga tradisi ini berjalan meriah
tanpa mengurangi makna dari saparan bekakak itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
2. Aspek Filosofi Tradisi Saparan Bekakak Ambarketawang
a. Tradisi saparan bekakak dilaksanakan setiap Jumat Legi
pada bulan Sapar dan dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB
sebagai peringatan meninggalnya Ki Wirosuto dan Nyai
Wirosuto pada Jumat Legi di Bulan Sapar.
b. Makna dari pengantin bekakak ialah sebagai pengganti
sepasang pengantin manusia yang akan dikorbankan
sebagai tumbal penunggu gunung Gampung. Selain itu
saparan bekakak ini sebagai bentuk permohonan
keselamatan bagi masyarakat di Ambarketawang kepada
Yang Maha Kuasa.
3. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop Pada
Saparan BekakakAmbarketawang
a. Aspek Menghitung (Counting)
Aspek menghitung pada aktivitas saparan bekakak yaitu
menghitung jumlah pengantin bekakak, jumlah jodhang
pengantin dan jumlahtempat penyembelihan pengantin
bekakak.
b. Aspek Mengukur (Measuring)
Aspek mengukur pada aktivitas saparan bekakak yaitu
jarak kirab , ukuran pengantin bekakak dan ukuran
genderuwo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
c. Aspek Penentuan Lokasi (Locating)
Aspek penentuan lokasi pada aktivitas saparan bekakak
yaitu pada penentuan rute kirab dan urutan unsur-unsur
pada kirab.
d. Aspek Mendesain (Designing)
Aspek mendesain pada aktivitas saparan bekakak yaitu
pada bentuk bekakak , bentuk penunggu gunung dan
tempat pengantin.
e. Aspek Bermain (Playing)
Aspek bermain pada aktivitas saparan bekakak yaitu pada
bentuk kirab dan waktu pelaksanaan saparan bekakak
f. Aspek Menjelaskan (Explain)
Aspek menjelaskan pada aktivitas saparan bekakak yaitu
pada makna saparan bekakak , makna bekakak dan makna
pembagian sajen
B. Saran
1. Sebagai pelaksana atau pendukung dari suatu
kebudayaan diharapkan mengerti akan makna yang
terkandung dari kebudayaan tersebut supaya makna dari
kebudayaan tersebut tidak berubah meskipun terdapat
perkembangan-perkembangan pada prosesi tradisi
tersebut. Perkembangan dari setiap tradisi jangan
menjadikan budaya asli menjadi hilang tetapi sebaiknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
membuat budaya semakin lestari dan dapat diteruskan
sampai generasi yang selanjutnya sebagai budaya dari
nenek moyang kita terdahulu.
2. Sebagai pendidik
Sebagai pendidik yang profesional diperlukan
kemampuan dalam mengembangkan suatu permasalahan
secara konstekstual.Kebudayaan menjadi salah satu
sarana untuk digunakan dalam pembelajaran. Oleh
karena itu , pendidik perlu memahami pentingnya
etnomatematika sebagai salah satu metode alternatif
untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi.
Etnomatematika ini sangat penting karena kebudayaan
terdapat disekeliling mereka sehingga dapat
dihubungkan dengan pembelajaran.Secara tidak
langsung makna dari suatu kebudayaan tersebut juga
dapat tersampaikan pada peserta didik dan dapat
digunakan untuk membentuk karakter peserta didik.
3. Peneliti lain dapat mengkaji penelitian ini lebih
mendalam lagi dengan mencari narasumber atau
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan saparan
bekakak yang dimaksudkan untuk menggali infomasi-
informasi yang lebih dalam dan dapat mencari aspek-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
aspek matematis lain dalam tradisi saparan bekakak
Ambarketawang ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DAFTAR PUSTAKA
Andyani, Natalia Tri. Eksistensi Tradisi Saparan pada Masyarakat Desa
Sumberejo Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Diss. Universitas
Negeri Semarang, 2013.
Bishop, A. J. (1998) Mathematical Enculturation: a cultural perspective on
Mathematics Education. D. Reidel Publishing Company, Dordrecht,
Holland. https://www.csus.edu/indiv/o/oreyd/acp.htm_files/abishop.htm
(Diakses pada tanggal 15 Oktober 2019)
Budaya.jogjaprov.go.id. Pesanggrahan Ambarketawang (4 Maret 2014).
Diakses pada 7 Oktober 2020, dari
https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/295-ambarketawang-
pesanggrahan
Budaya.jogjaprov.go.id. Upacara Bekakak (4 Maret 2014). Diakses pada
14 Oktober 2019, dari https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/296-
upacara-bekakak
Fajriyah, E. (2018, February). Peran Etnomatematika Terkait Konsep
Matematika dalam Mendukung Literasi. In PRISMA, Prosiding Seminar
Nasional Matematika (Vol. 1, pp. 114-119).
Gampingkec.slemankab.go.id. Sejarah Kecamatan Gamping. Diakses 7
Oktober 2020, dari https://gampingkec.slemankab.go.id/sejarah-kec-
gamping/
Gudeg.net. Saparan Bekakak Gamping. Diakses pada tanggal 14 Oktober
2019, dari https://gudeg.net/direktori/652/saparan-bekakak-gamping.html
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Islami, Mona Erythrea Nur, and Muhammad Ikhsanudin. "Simbol dan
Makna Ritual Yaqowiyu di Jatinom Klaten." Media Wisata 12.2 (2014).
Marzuki, Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa. "Dalam Perspektif
Islam." Tersedia: http://eprints. uny. ac. id/id/eprint/2609 diunduh 12
(2006).
MSi, Prof Dr Suryana. "Metodologi Penelitian: Metodologi Penelitian
Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif." Universitas
Pendidikan Indonesia (2012): 1-243.
Mulyana, Y. ANALISIS ASPEK PELESTARIAN BUDAYA DAN
DAMPAK PERGESERAN AQIDAH
Ningsih, Tutuk. "TRADISI SAPARAN DALAM BUDAYA
MASYARAKAT JAWA DI LUMAJANG." IBDA: Jurnal Kajian Islam
dan Budaya 17.1 (2019): 79-93.
Permendikbud, No. 24 tahun 2016 LAMPIRAN 15, tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Menengah.
Rijali, Ahmad. "Analisis data kualitatif." Alhadharah: Jurnal Ilmu
Dakwah 17.33 (2019): 81-95.
Staff.uny.ac.id . METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. DIakses
pada 14 Oktober 2019, dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-aman-mpd/c-
1pelatihan.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Suripto, Untung. 2017. Monolit Yogyakarta: Gunung Gamping dari
Kesultanan Menuju Konservasi. Yogyakarta: Balai KSDA Yogyakarta.
Teng, H. Muhammad Bahar Akkase. "Filsafat Kebudayaan Dan Sastra
(Dalam Perspektif Sejarah)." Jurnal ilmu budaya 5.1 Juni (2017).
Wahidmurni, Wahidmurni. "Pemaparan metode penelitian kualitatif."
(2017).
Wulandari, Fiki Trisnawati. PERGESERAN MAKNA BUDAYA BEKAKAK
GAMPING (Analisis Semiotika Pergeseran Makna Budaya Bekakak Di
Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kab. Sleman). Diss. UPN"
VETERAN" YOGYAKARTA, 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 3 : Surat Permohonan Validasi Pedoman dan Instrumen
Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 4 : Pedoman dan Instrumen Wawancara
A. Pedoman Wawancara
Aspek Historis Pada Saparan Bekakak
NO Indikator Nomor Pertanyaan
1 Letak geografis Desa Ambarketawang 1
2 Kondisi Masyarakat Desa Ambarketawang 2,3
3
Sejarah Saparan Bekakak di Desa
Ambarketawang 4
4
Perkembangan Saparan Bekakak di Desa
Ambarketawang 5,6
Pertanyaan Wawancara Aspek Historis Pada Saparan Bekakak
1. Bagaimana letak geografis Desa Ambarketawang?
2. Bagaimana kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat di Desa
Ambarketawang?
3. Bagaimana kondisi sosial dan budaya masyarakat di Desa Ambarketawang?
4. Bagaimana sejarah saparan bekakak di Desa Ambarketawang?
5. Bagaimana perkembangan saparan bekakak di Desa Ambarketawang?
6. Apakah ada perbedaan saparan bekakak jaman dulu dengan saparan bekakak
pada jaman sekarang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Aspek Filosofis Pada Saparan Bekakak
No Indikator Nomor Pertanyaan
1. Budaya asli 1
2. Budaya yang masih dilaksanakan 2
3. Penjelasan dari setiap budaya 3,4,5,6,7
4. Perkembangan budaya 8
Pertanyaan Wawancara Aspek Filosofis Pada Saparan Bekakak
1. Budaya apa saja yang berada di Desa Ambarketawang?
2. Budaya apa saja yang masih dilakukan hingga saat ini di Desa
Ambarketawang?
3. Apa makna dari budaya tersebut bagi masyarakat di Desa
Ambarketawang?
4. Bagaimana pelaksanaan dari budaya tersebut?
5. Siapa saja yang mengikuti kebudayaan tersebut di Desa Ambarketawang?
6. Dimana masyarakatDesa Ambarketawang mengadakan kebudayaan
tersebut?
7. Kapan kebudayaan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa
Ambarketawang?
8. Bagaimanakah perkembangan dari kebudayaan tersebut terhadap
pelaksanaan pada jaman dulu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Aspek Matematis Pada Saparan Bekakak
No Nama
Kegiatan
Aktivitas Matematika Indikator Pertanyaa
n Nomor
1. Midodareni
Bekakak
Counting
Designing
Explaining
Measuring
Memperkirakan
bahan untuk
membuat
pengantin
Bekakak
Merancang bentuk
Bekakak
Memperkirakan
waktu yang
dibutuhkan untuk
membuat
pengantin
Bekakak
Membuat sesajen
dengan cara
tertentu
Menjelaskan
makna midodareni
pengantin
Bekakak
1,2,3,4,5
2. Kirab Locating
Explaining
Designing
Menentukan rute
dari kirab
pengantin
Bekakak
6,7,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Menjelaskan
makna dari kirab
Merancang unsur-
unsur yang ada
pada kirab
3. Penyembelih
an Pengantin
Bekakak
Explaining Menjelaskan
makna dari
penyembelihan
pengantin
Menjelaskan
makna dari
pengantin
Bekakak
9,10
4. Sugengan
Ageng
Explaining Menjelaskan
makna Sugengan
Ageng
Menjelaskan
makna dari
pembagian
sesajen di Gunung
Kliling
11,12
Pedoman Wawancara Aspek Matematis Pada Saparan Bekakak
1. Apa saja bahan yang diperlukan untuk membuat pengantin Bekakak ?
2. Bagaimana bentuk dari Bekakak?
3. Berapa lama dalam pembuatan pengantin Bekakak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
4. Apa saja yang dibutuhkan selain pengantin Bekakak?
5. Apa makna dari midodareni pengantin Bekakak itu sendiri?
6. Bagaimana rute dari kirab pengantin Bekakak?
7. Apa tujuan dilaksanakannya kirab?
8. Apa saja unsur-unsur yang ada pada tahap kirab?
9. Apa makna dari penyembelihan pengantin Bekakak?
10. Apa makna dari pengantin Bekakak?
11. Apa makna dari Sugengan Ageng?
12. Apa makna dari pembagian sesajen di Gunung Kliling?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 5 : Lembar Validasi Pedoman dan Instrumen Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 6 : Profil Narasumber
1. Narasumber Ahli Pertama (A1) :
Nama : Sarjono S A
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Tokoh Masyarakat
2. Narasumber Ahli Kedua (A2) :
Nama : Bambang Cahyono
Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Kepala Dukuh Gamping Kidul dan Ketua Desa Bekakak
Ambarketawang
3. Narasumber Pendukung Pertama (L1) :
Nama : Martono
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : Kepala Seksi Pelayanan
4. Narasumber Pendukung Kedua (L2) :
Nama : Sugiantoro
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : Therapis Saraf dan Seniman Pembuat Bekakak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 7 : Transkrip data A1
Transkrip Data A1 dari Wawancara
Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang
dilaksanakan pada Selasa, 14 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan
HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan A1
terkait aspek filosofis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang ,
Gamping.
Tanggal : 14 Juli 2020
Kode Narasumber : A1
Peran : Tokoh Masyarakat
P201 Budaya yang ada di Desa Ambarketawang ini apa saja , Pak?
A101 Budaya yang masih dilaksanakan di sini itu saparan bekakak Mas
P202 Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu bagaimana ?
A102 Konon katanya ada sepasang pemuda dan pemudi penambang
gamping saat menambang terpeleset jatuh dan terseret arus
sungai. Arus sungainya kencang sekali dan konon katanya
sampai ke segoro kidul (Laut Selatan). Setiap Jumat Kliwon , jika
akan ada pagebluk (malapetaka) maka pada saat tengah malam
ada burung merpati dengan suara berbeda saat bulan purnama
mengelilingi Ambarketawang. Konon katanya merpati tersebut
peliharaan dari Kyai Wirosuto dan Nyai Wirosuto yang menjaga
gunung Gamping. Berkaitan dengan hilangnya sepasang pemuda
tadi ada kaitannya dengan bekakak yaitu dibuat sepasang manten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
(pengantin) untuk peringatan kejadian yang menimpa sepasang
pemuda karena istilahnyadijadikan tumbal.
P203 Makna dari saparan bekakak itu sendiri apa ya , Pak ?
A103 Kenapa bisa disebut bekakak , jadi bekakak itu maknanya
selametan atau diselameti. Selametan di sini artinya untuk
memperingati kejadian 2 pemuda yang mati terseret arus sungai
di Gunung Gamping. Masyarakat mengharapkan dengan
diadakan saparan bekakak ini tidak terulang kejadian yang
menimpa kedua permuda tersebut.
P204 Pelaksanaan dari saparan bekakak itu bagaimana , Pak?
A104 Pelaksanaan saparan bekakak ini dibentuk panitia dari desa untuk
merancang acara sedemikian rupa supaya dapat dilaksanakan
bersama masyarakat sekitar. Seperti temanten pada umumnya,
sebelum hari pernikahan dilakukan midodareni atau kenduren.
Acara ini maksudnya untuk meminta berkat dan dipercaya
sebagai turunnya bidadari dari langit sebagai perwujudan dari
pengantin. Setelah itu dilaksanakan wayang kulit semalam suntuk
sebagai hiburan. Keesokan harinya , panitia dan masyarakat
menyiapkan bahan dan peralatan yang digunakan untuk membuat
bekakak dan diiringi sajen-sajennya. Pengantin bekakak yang
dibuat yaitu 2 pasang pengantin yang akan disembelih di gunung
bekas Ambarketawang dan di gunung Gamping. Acara pertama
yaitu dari balai desa Ambarketawang , pengantin bekakak diarak
mengelilingi gunung gamping yang disebut kirab. Kirab diikuti
oleh kurang lebih 20.000 orang baik masyarakat sekitar maupun
masyarakat luar daerah yang ingin menyaksikan budaya tersebut.
Pemberhentian pertama yaitu di gunung bekas Ambarketawang
di dekat UMY untuk dilakukan penyembelihan pengantin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
bekakak. Setelah dilakukan penyembelihan pertama , dilanjutkan
kirab menuju gunung Gamping untuk dilakukan sugengan ageng
atau berdoa bersama untuk meminta keselamatan. Acara
tersebuut ditutup dengan penyembelihan bekakak yang kedua
kemudian ditutup dengan pembagian bekakak dan sajen-sajen
berupa buah-buah dan sayur-sayuran yang telah disiapkan oleh
masyarakat untuk dibagi-bagikan kepada penonton. Konon
katanya jika mendapat sajen tersebut akan diberi keselamatan dan
berkat yang luar biasa. Jika dalam penyembelihan bekakak
terkena darah / sirup gula jawa merah ini akan cepat
mendapat jodoh.
P205 Siapa yang mengikuti budaya saparan bekakak ini ?
A105 Semua masyarakat bersama panitia yang dibentuk desa.
masyarakat yang datang tidak hanya warga Ambarketawang saja
tetapi di luar Ambarketawang juga tertarik datang.
P206 Biasanya mengadakan saparan bekakak ini dimana , Pak?
A106 Tempat berkumpulnya di Balai Desa lalu nanti pengantin
bekakak di arak mengelilingi gunung Gamping. Sebelum menuju
ke gunung Gamping , salah satu sepasang pengantin bekakak
disembelih di gunung bekas Ambarketawang dan sepasang lagi
disembelih di gunung Gamping.
P207 Kapan saparan bekakak ini dilakukan dan bagaimana
perkembangannya ?
A107 Saparan bekakak ini dilakukan saat bulan Sapar dan dilaksanakan
pada Jumat Legi pada bulan itu. Biasanya dilaksanakan setiap
tanggal 10 dan dilakukan pada jam 3 sore sampai jam 6. Dulu
tradisi ini dilaksanakan dengan sederhana dimana dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
hanya beberapa orang dan penambang gamping di gunung
Gamping untuk memperingati kematian sepasang pemuda yang
mati di sana dan sebagai ucapan syukur. Lama-kelamaan tradisi
ini didukung oleh pemerintah daerah beserta dinas pariwisata
sebagai donatur untuk memeriahkan acara ini sehingga acara ini
bisa menjadi meriah dan banyak pengunjung datang melihat
tradisi ini.
P208 Bagaimana perkembangan saparan bekakak pada jaman dahulu
sampai sekarang?
A108 Inti kegiatan masih sama Mas yaitu penyembelihan bekakak,
mungkin perbedaaannya terdapat di acaranya. Dulu saparan
bekakak ini dilaksanakan dengan sederhana atau intinya memberi
sajen kepada penunggu gunung Gamping bersama penambang
gamping tetapi kalau sekarang dibuat meriah dan disponsori oleh
banyak pihak sehingga banyak penontonnya dan membuat jalan
penuh.
P209 Jadi pengantin bekakaknya disembelih dimana saja Pak?
A109 Pengantin bekakaknya disembelih di dua tempat. Tempat pertama
yaitu gunung bekas Ambarketawang dan tempat kedua yaitu
gunung Gamping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 8 : Transkrip Data A2
Transkrip Data A2 dari Wawancara
Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang
dilaksanakan pada Selasa, 14 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan
HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan A2
terkait aspek matematis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang
, Gamping.
Tanggal : 14 Juli 2020
Kode Narasumber : A2
Peran : Kepala Dukuh Gamping Kidul dan Ketua Desa
Bekakak Ambarketawang
P301 Sejarah bekakak yang Bapak ketahui itu seperti apa ?
A201 Dulu ada penambang batu gamping yang sering keruntuhan batu
gamping termasuk Abdi Kinasih Ki Wirosuto dan keluarga.
Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono I memohon petunjuk
kepada Yang Maha Kuasa dan diberi petunjuk untuk membuat
manten-mantenan yang terbuat dari tepung beras. Lalu Sri Sultan
Hamengkubuwono I memerintahkan untuk membuat bekakak
tersebut yang bertujuan untuk mengelabuhi genderuwo penunggu
gunung Gamping sesuai wangsit yang beliau dapatkan. Diharapkan
oleh masyarakat sekitar dengan membuat bekakak yang menyerupai
pengantin itu bisa menjadipenggantinya. Selain itu , masyarakat juga
membuat patung sepasang genderuwo yang diibaratkan penunggu
gunung dan mengikuti kirab bersama dengan pengantin bekakak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
P302 Bentuk dan makna dari bekakak itu sendiri apa , Pak?
A202 Bekakak itu bentuknya manten-mantenan seperti loro blonyo.
Makna dari bekakak itu dimisalkan sepasang pengantin manusia
tetapi bentuknya sebuah boneka yang terbuat dari tepung beras
ketan.
P303 Bahan yang digunakan untuk membuat bekakak itu apa saja ?
A203 Bahannya itu tepung beras ketan untuk tubuhnya dan sirup gula jawa
merah sebagai pengganti darahnya. Kepalanya terbuat dari buah
papaya yang masih muda , lehernya terbuat dari batang papaya muda
yang diisi dengan cairan gula jawa merah (juruh) tadi dan sisanya
terbuat dari tangkai pepaya sebagai tangan dan kakinya. Kemudian
dudukannya menggunakan bambo / pring dibuat seperti tandu untuk
pengantin.
P304 Selain pengantin bekakak apa masih ada lagi ?berapa lama
pembuatannya ?
A204 Masih ada Mas , bentuknya seperti ogoh-ogoh atau genderuwo yang
disimbolkan sebagai penunggu gunung Gamping dan segala sajen-
sajen terdiri dari buah-buahan , sayur-sayuran , menyan serta sajen
pada umumnya. Pembuatannya biasanya dari jam 9 pagi sampai jam
6 malam.
P305 Lalu , proses pelaksanaannya bagaimana ya Pak?
A205 Sebelum saparan bekakak dilakukan malam sebelumnya itu
diadakan malam midodareni seperti pengantin pada umumnya Mas
dan setelah itu mengadakan wayang kulit semalam suntuk. Pagi
harinya menyiapkan untuk kirabnya dan biasanya dilaksanakan jam
3 setelah sholat. Pembuatan pengantin bekakak 2 pasang. Kirab ini
nanti rutenya mengelilingi gunung gamping Mas jenisnya seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
karnaval budaya lalu sepasang bekakak nanti disembelih di gunung
bekas Ambarketawang. Setelah sampai di gunung Gamping nanti
disembelih sepasang lagi pengantin bekakaknya kemudian acara
ditutup dengan pembagian bekakak dan aneka gunungan sajen-sajen
seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengikuti kirab tadi.
P306 Makna dari midodareni itu sendiri apa , Pak?
A206 Seperti ewuh mantu ada malam midodareni sebelum ijab. Kalau kata
orang jaman dulu seperti menunggu turunnya bidadari. Biasanya
diadakan semalam suntuk dengan pagelaran wayang kulit.
P307 Rute dari kirab bekakak bagaimana , Pak?
A207 Awalnya dari balai desa lalu ke arah selatan kemudian perempatan
menuju ke timur kemudian ringroad ke selatan lalu sebelah utara
UMY itu ke barat menuju gunung Gamping.
P308 Bentuk dan tujuan dilaksanakan kirab itu apa , Pak?
A208 Kirab itu bentuknya seperti karnaval budaya yang bertujuan untuk
memperlihatkan kesenian-kesenian baik dari dalam daerah
Ambarketawang maupun luar Ambarketawang. Selain itu , kirab ini
diharapkan sebagai ucapan permohonan keselamatan bagi
penambang gamping dan masyarakat Ambarketawang. Masyarakat
yang ingin menampilkan pertunjukan kesenian biasanya mendaftar
kepada panitia saparan bekakak dan tidak ada biaya sama sekali.
Kesenian budaya yang disajikan beraneka ragam seperti jathilan ,
reog , tarian serta masih banyak lagi.
P309 Unsur pada kirab itu apa saja , Pak?
A209 Unsurnya ada 2 yaitu kirab inti dan kirab penggembira. Kirab inti
berisikan pengantin bekakak itu sendiri lalu diikuti sholawatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
kemudian prajurit-prajurit , patung sepasang genderuwo. Kirab
penggembira terdiri dari penari-penari kesenian dan seni-seni yang
lain seperti jathilan , mobil-mobil hias yang dimodifikasi yang
biasanya membawa buah-buahan yang akan dibagikan untuk
masyarakat sekitar yang menyaksikan tradisi ini.
P310 Makna dari sugengan ageng itu apa , Pak?
A210 Sugengan ageng dulunya dipimpin oleh Ki Juru Permana sebagai
upacara memohon keselamatan dan berdoa kepada penunggu
gunung Gamping. Setelah sepeninggalnya beliau , sugengan ageng
dilaksanakan dengan berdoa dipimpin oleh salah satu sesepuh di
Ambarketawang yang telah ditunjuk panitia untuk memimpin
upacara tersebut.
P311 Makna pembagian sesajen itu untuk apa ya Pak ?
A211 Jadi sesajen itu diibaratkan sebagai berkat dan rejeki dimana jika ada
yang menerimanya maka akan mendapat rejeki dan berkat yang
melimpah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 9 : Transkrip Data L1
Transkrip Data L1 dari Wawancara
Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang
dilaksanakan pada Rabu, 22 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan
HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan L1
terkait aspek historis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang ,
Gamping.
Tanggal : 22 Juli 2020
Kode Narasumber : L1
Peran : Kepala Seksi Pelayanan
P101 Bagaimana sejarah saparan bekakak yang Bapak ketahui ?
L101 Kalau bekakak sendiri setahu saya adalah sesaji yang diberikan oleh
pengusaha batu gamping yang diberikan kepada ceritanya kepada
penunggu gunung Gamping. Lalu ada cerita lain bahwa tradisi ini
untuk memperingati meninggalnya Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto
tetapi belum ada bukti otentik tentang sejarah itu kalau menurut saya.
P102 Apakah tradisi saparan bekakak ini mempengaruhi kondisi dalam
aspek ekonomi dan pendidikan ?
L102 Kalau ekonomi jelas ada, karena pada saat pelaksanaannya
masyarakat yang datang menyaksikan bukan hanya dari dalam kota
tetapi luar kota bahkan orang luar negeri. Jalan yang biasa dilewati
pengendara itu sampai penuh tidak bisa bergerak akibat ramai sekali
masyarakat yang antusias ingin melihat tradisi ini. Tradisi ini juga
merupakan agenda wisata nasional bahkan internasional dan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
masuk pada kalender wisata dinas pariwisata.
P103 Kalau aspek sosial dan budaya Pak?
L103 Kalau dari aspek sosial , hal ini merupakan cerminan dari
kegotongroyongan dan rukunnya masyarakat Ambarketawang.
Sedangkan dalam aspek budaya , masyarakat Ambarketawang
hampir semua terlibat dalam tradisi ini contohnya penggiat-penggiat
seni budaya yang berkontribusi untuk melestarikan kebudayaan-
kebudayaan yang berkembang
P104 Lalu perbedaan tradisi saparan dulu dengan sekarang bagaimana ,
Pak?
L104 Perbedaannya tidak signifikan Mas. Secara perform juga hanya itu-
itu saja tetapi tidak tau kenapa orang-orang tertarik melihatnya
sampai puluhan ribu jumlahnya.
P105 Mengenai biaya untuk melaksanakan tradisi saparan itu berapa ya
Pak?
L105 Ratusan juta Mas , minimal 100 juta untuk budaya ini.
P106 Sumber dana yang digunakan darimana , Pak?
L106 Dari APBDes ada , dari kecamatan ada , dari kabupaten ada , dari
provinsi ada serta dari sponsor juga banyak.
P107 Dalam prosesi kirab ini jaraknya berapa , Pak?
L107 Kurang lebih sekitar 3 km Mas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 10 : Transkrip Data L2
Transkrip Data L2 dari Wawancara
Transkrip data ini diperoleh berdasarkan wawancara yang
dilaksanakan pada Rabu, 22 Juli 2020 yang telah direkam menggunakan
HP. Transkrip ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan L2
terkait aspek matematis pada kegiatan saparan bekakak di Ambarketawang
, Gamping.
Tanggal : 22 Juli 2020
Kode Narasumber : L2
Peran : Therapis Saraf dan Seniman Pembuat Bekakak
P301 Dalam pembuatan bekakak itu bahannya apa saja , Pak?
L201 Bahannya itu tepung beras ketan, tepung beras jawa dan sirup gula
jawa merah. Untuk kerangka dudukannya untuk pengantin saya
menggunakan bambu dan untuk kepala menggunakan buah pepaya
yang muda kemudian anggota tubuh yang lain menggunakan batang
dan tangkai pohonnya karena pepaya mudah didapatkan. Pakaian
pernak-perniknya yang dipakai pengantin sudah disiapkan jauh-jauh
hari.
P302 Banyaknya bahan-bahannya kira-kira berapa Pak ?
L202 Kalau tepung beras ketan dan tepung beras jawa itu perbandingannya
2 : 3 Mas. Jadi tepung beras ketannya 12 kg dan tepung beras jawanya
18 kg dan semua bahan itu untuk membuat 2 pasang pengantin
bekakak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
P303 Selain tepung beras ketan dan tepung beras jawa ada lagi Pak?
L203 Cairan gula jawa Mas itu untuk darahnya. Sirup gula jawanya itu
kurang lebih 1 liter.
P304 Bahan-bahan tersebut itu untuk membuat sebuah pengantin atau
bagaimana Pak?
L204 Bahan-bahan tadi untuk buat 2 pasang pengantin bekakak Mas.
P305 Untuk tinggi dari pengantin bekakaknya itu berapa ya , Pak?
L205 Ukurannya 50 cm sampai 55 cm Mas kira-kira
P306 Pembuatannya berapa lama dan berapa orang yang dibutuhkan , Pak?
L206 Seharian Mas dari jam 8 sampai jam 5 sore tetapi sebelum jam 8 juga
sudah persiapan bahan dan alatnya. Biasanya saya sendiri yang
membuat pengantin bekakaknya Mas , kadang 2 orang yang
membuat.
P307 Selain bekakak , Bapak membuat apa ?
L207 Selain bekakak saya membuat genderuwo dan ogoh-ogoh. Bentuknya
seperti makhluk seram sebagai simbol penunggu Gunung Gamping
Untuk pembuatan genderuwonya diperlukan waktu kurang lebih 3
bulan. Dulu ukurannya cuma 1,5 kali tinggi orang dewasa tapi
sekarang kurang lebih 2 m tingginya supaya lebih menggambarkan
sosok genderuwo yang sebenarnya. Bahan yang dibutuhkan itu bambu
dan kertas semen. Bentuknya menyerupai seperti ondel-ondel hanya
yang membedakan wajah dan penampilannya. Saya juga membuat 3
sajen untuk pengantinnya 2 pasang dan 1 untuk genderuwonya.
P308 Lalu saya pernah melihat ada seperti tandu itu untuk apa ya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
L208 Itu untuk dudukan pengantinnya Mas terbuat dari bambu jadi nanti
pengantin bekakaknya diletakkan di atas tandu. Tandunya jumlahnya
3 yang 2 untuk pengantin dan 1 untuk sajennya.
P309 Banyaknya pengantin bekakak berapa ya Pak?
L209 Jadi pengantin bekakaknya itu 2 pasang. Satu pasang pengantin
dengan adat Yogyakarta dan satu pasang lagi dengan adat Solo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI