kajian ekonomi regional triwulan iv-2012 provinsi papua ... · pembangunan jangka panjang negara...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
i
Visi Bank Indonesia
maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki
serta pencapaian
Misi Bank Indonesia
kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi,
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
berkatNya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan IV tahun
2012 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi,
kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran,
ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi
pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas.
Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat
menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian
perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi
yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi
Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh positif
sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi
Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan
ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor investasi.
Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota
Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-2012, inflasi Jayapura tercatat sebesar
4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-2012. Jika dilihat secara
triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi
dibanding inflasi sebesar 1,41% (qtq) pada triwulan III-2012. Peningkatan inflasi yang
signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan harga
komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang
disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan berjalan. Inflasi di Provinsi Papua
Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong.
Pada triwulan IV- 2012, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98%
(yoy) dan sebesar 0,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota Manokwari dan
Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian perilaku yang
berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Perbedaan
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
iii
tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota
Manokwari.
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada
triwulan IV-2012 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan
beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh
sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy),
serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63% (yoy).
Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari
Wilayah Papua mencapai Rp 26,12 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 11.957.
Sedangkan dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp. 17,79 triliun sebagai
akibat masuknya dana alokasi umum dan masuknya dana perimbangan yang akan
digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai alat pembiayaan bagi aktivitas
Pemerintahan dan investasi di wilayah Papua. Tercatat sampai dengan triwulan IV-2012
dana perimbangan yang sudah masuk mencapai Rp. 2,1 triliun dan dan dana alokasi
umum bagi beberapa Kabupaten yang mencapai Rp. 1,3 triliun.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di
masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua
dan Papua Barat.
Jayapura, Maret 2012
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT
Kepala Perwakilan Ttd.
Hasiholan Siahaan Deputi Direktur
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ vi
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................................. viii
TABEL INDIKATOR MONETER ........................................................................................... ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................... xii BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................. 1
I. Provinsi Papua ................................................................................................... 3 1.1. Sisi Permintaan ............................................................................................ 3
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga ................................................................. 5 1.1.2. Investasi ........................................................................................... 5 1.1.3. Ekspor dan Impor .............................................................................. 6
1.2. Sisi Penawaran ............................................................................................ 7 1.2.1. Sektor Pertanian ................................................................................ 7 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ................................................ 9 1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 9 1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ........................................... 10 1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ............................................... 10 1.2.6. Sektor Lainnya................................................................................... 11
II. Provinsi Papua Barat .......................................................................................... 12 2.1. Sisi Permintaan ............................................................................................ 12
2.1.1. Konsumsi .......................................................................................... 12 2.1.2. Ekspor Impor ..................................................................................... 13 2.2. Sisi Penawaran ............................................................................................ 14
2.2.1. Sektor Pertanian ............................................................................... 14 2.2.2. Sektor Pengolahan. ........................................................................... 15 2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .......................................... 15 2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .............................................. 16 2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan ............................. 16 2.2.6. Sektor Lainnya................................................................................... 17
BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA ................................................................................. 18
I. Provinsi Papua.................................................................................................... 18 1.1. Kondisi Umum ............................................................................................ 18 1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Pada Periode Berjalan Di Kota Jayapura ........................................................ 19 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas ......................................................... 20
1.3.1. Kelompok Bahan Makanan ................................................................ 20 1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................ 21 1.3.3. Kelompok Perumahan, Air dan Listrik ................................................. 21 1.3.4. Kelompok Sandang .......................................................................... 21 1.3.5. Kelompok Kesehatan......................................................................... 21
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
v
1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .................................... 21 1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ............................ 22
II. Provinsi Papua Barat .......................................................................................... 23 2.1. Kondisi Umum ............................................................................................ 23 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan ............... 23
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan ................................................................ 25 2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................ 25 2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar .................... 25 2.2.4. Kelompok Sandang ........................................................................... 25 2.2.5. Kelompok Kesehatan......................................................................... 26 2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .................................... 26 2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. ........................... 26
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ......................................................................... 27
I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua ............................................. 28 II. Perbankan Provinsi Papua ................................................................................ 29
2.1. Perkembangan Umum .................................................................................... 29 2.2. Perkembangan Aset .................................................................................... 29 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan ............................................................. 30 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan ....................................................................... 31 2.5. LDR dan NPL ............................................................................................... 32 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ............................................................... 33
III. Perbankan Provinsi Papua Barat ....................................................................... 34 3.1. Perkembangan Umum ................................................................................. 34 3.2. Perkembangan Aset .................................................................................... 35 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan ............................................................. 36 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan ....................................................................... 37 3.5. LDR dan NPL .............................................................................................. 37 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah.................................................................. 38
BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH .......................................................... 39
I. Keuangan Daerah Provinsi Papua ..................................................................... 39 1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua ........................................... 39 1.2 Pengeluaran Pemerintah ........................................................................... 40
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ...................................................... 42
I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) ......................................... 42 II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) ................................................ 43 III. Perkembangan Uang Kartal .............................................................................. 44
BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN ........................................................... 45 I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua ....................................................................... 45
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua ............................................. 45 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ................................... 45
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat .............................................................. 46 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja
Provinsi Papua Barat .................................................................................. 46 2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .................................... 47
BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ................................................ 49 I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah ............................................................. 49
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
vi
II. Prospek Inflasi ................................................................................................... 49 III. Prospek Perbankan ............................................................................................ 49
III. Rekomendasi..................................................................................................... 50
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
vii
Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral ................................................................ 1
Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat
Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%) ............................................................... 2
Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ....................................................... 2
Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ...................................................... 3
Tabel 5 Perkembangan Penjualan PT. Freeport ................................................................ 7
Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua ............................................ 8
Tabel 7 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua ............................................. 8
Tabel 8 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua ................................................... 8
Tabel 9 Perkembangan Produksi Perikanan di Provinsi Papua ........................................... 8
Tabel 10 Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia .................................................. 9
Tabel 11 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Papua .............................. 10
Tabel 12 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua ................................ 11
Tabel 13 Pertumbuhan Sisi Permintaan Porvinsi Papua Barat .............................................. 12
Tabel 14 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat ............................................... 14
Tabel 15 Perkembangan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Paua Barat ............... 16
Tabel 16 Perkembangan Arus Penumpang ........................................................................ 16
Tabel 17 Perkembangan Nilai Tambah Nilai Tambah Bank Papua Barat .............................. 17
Tabel 18 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura ................................................................... 18
Tabel 19 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volitile Food ..................................... 19
Tabel 20 Disagregasi Inflasi .............................................................................................. 20
Tabel 21 Perkembangan Infasi Papua Barat ....................................................................... 23
Tabel 22.Perkembangan Inflasi Papua Barat ...................................................................... 24
Tabel 23 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua .......................................................... 27
Tabel 24 Perkembangan NPL persektor ............................................................................. 28
Tabel 25 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua ........................................................... 29
Tabel 26 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua .................................................... 30
Tabel 27 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ................................... 31
Tabel 28 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua ............................................. 32
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
viii
Tabel 29 Perkembangan Indikator Perbankan ................................................................... 33
Tabel 30 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua ...................................................... 33
Tabel 31 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat .................................................. 34
Tabel 32 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat ................................................................ 36
Tabel 33 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi ................................................... 36
Tabel 34 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua ..................................................... 38
Tabel 35 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV-2012 ............................. 40
Tabel 36 Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah
Provinsi Papua Triwulan IV Tahun 2010-2011 ..................................................... 40
Tabel 37 Transaksi RTGS Wilayah Papua ........................................................................... 42
Tabel 38 Transaksi Kliring Wilayah Papua .......................................................................... 43
Tabel 40 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura ................................................................ 44
Tabel 41Penduduk Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua ............................................. 45
Tabel 42Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Papua ......................................... 47
Tabel 43 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Barat .................................................. 47
Tabel 46 Jumlah Penduduk Yang Miskin Provinsi Papua dan Papua Barat ........................... 48
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
ix
Grafik 1 Survei Konsumen ............................................................................................. 4
Grafik 2 Konsumsi Listrik RT .......................................................................................... 4
Grafik 3 Kredit Konsumsi .............................................................................................. 4
Grafik 4 Realisasi Belanja Pegawai Pemda ...................................................................... 5
Grafik 5 Jumlah kendaraan Baru .................................................................................... 5
Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum ............................................................................. 6
Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua ............................................................. 6
Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua ..................................................................... 6
Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua .......................................................................... 6
Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua ...................................................................... 7
Grafik 11 Nilai Ekspor Non Migas Papua .......................................................................... 7
Grafik 12 Nilai Tyukar Petani ............................................................................................ 9
Grafik 13 Perkembangan Konsumsi Listerik Industri ......................................................... 10
Grafik 14 Grafik Survey Konsumen ................................................................................... 13
Grafik 15 Grafik Kredit Konsumsi ..................................................................................... 13
Grafik 16 Pertumbuhan Konsumsi Listerik Papua Barat ..................................................... 13
Grafik 17 Tabel Perkembangan Produksi Tangguh ............................................................ 14
Grafik 18 Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat .............................................................. 15
Grafik 19 Grafik Penggunaan Listerik .............................................................................. 15
Grafik 20 Perkembangan Disagregasi Inflasi Provinsi Papua .............................................. 20
Grafik 21 Perkembangan SEK ........................................................................................... 20
Grafik 22 Disagregasi Papua Barat .................................................................................... 22
Grafik 23 Perkembangan Survei Konsumen Papua Barat ................................................... 23
Grafik 24 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua .................................................. 29
Grafik 25 Perkembangan Indiaktor Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua ................................ 31
Grafik 26 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua .................................. 32
Grafik 27 Perkembangan Perbankan Papua Barat ............................................................. 35
Grafik 28 Perkembangan DPK Papua Barat ....................................................................... 36
Grafik 29 Perkembangan Kredit Papua Barat ................................................................... 37
Grafik 30 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat .............................................. 38
Grafik 31 Nilai Transaksi RTGS .......................................................................................... 42
Grafik 32 Perkembangan Kliring Wilayah Papua ................................................................ 43
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
x
TABEL INDIKATOR
INFLASI DAN PDRB
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xi
TABEL PERBANKAN
TABEL SISTEM PEMBAYARAN
Tabel Transaksi Kliring
Tabel Transaksi RTGS
Tabel Perkasan KBI Jayapura
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. GAMBARAN UMUM
Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun
Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient)
ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan
oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat
menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi.
Perbaikan di sektor pertambangan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan
2. MAKRO EKONOMI
Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun
Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient)
ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan
oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat
menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi.
Ekonomi Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi
Papua Barat tumbuh positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua terutama
didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan
ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor
investasi.
3. INFLASI
Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan
jasa di Kota Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-2012, inflasi
Jayapura tercatat sebesar 4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada
triwulan III-2012. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi kota Jayapura
tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar
1,41% (qtq) pada triwulan III-2012. Peningkatan inflasi yang signifikan
tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xiii
harga komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan,
palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan
berjalan.
Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-
harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 2012,
inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy)
dan sebesar 0,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota
Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq)
namun demikian perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong
mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Perbedaan tersebut
disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan
kota Manokwari.
4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat pada triwulan IV-2012 cukup menggembirakan. Hal itu
tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang
cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh sebesar 8,17%
(yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy),
serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh
sebesar 14,63% (yoy).
Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi keluar (outflow) melalui
BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 26,12 trilliun dengan
jumlah warkat sebesar 11.957. Sedangkan dana yang masuk ke
wilayah Papua mencapai Rp. 17,79 triliun sebagai akibat masuknya
dana alokasi umum dan masuknya dana perimbangan yang akan
digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai alat pembiayaan bagi
aktivitas Pemerintahan dan investasi di wilayah Papua. Tercatat
sampai dengan triwulan IV-2012 dana perimbangan yang sudah
masuk mencapai Rp. 2,1 triliun dan dan dana alokasi umum bagi
beberapa Kabupaten yang mencapai Rp. 1,3 triliun.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xiv
5. PROSPEK PEREKONOMIAN
Melihat sumber pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat
yang masih di didominasi oleh sektor pertambangan dan sektor
industri pengolahan yang cenderung memiliki dampak penyerapan
tenaga kerja yang kecil, maka berbagai transformasi kebijakan yang
diarahkan mendorong pertumbuhan ekonomi pada pertumbuhan
sektor lainnya seperti sektor pertanian serta sektor perrdagangan,
hotel dan restoran dan sektor usaha lainnya yang bersifat padat
karya harus lebih diperhatikan.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat
menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian
perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi
yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi
Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh
positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan
ekonomi Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi
sedangkan dan ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor
investasi.
Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada
sektor jasa-jasa; sektor lembaga keuangan; sektor industri pengolahan; dan sektor
bangunan. Dalam pada itu, sektor industri pengolahan; konstruksi; pengangkutan
dan komunikasi; sektor keuangan; dan sektor listrik, gas, dan air bersih menjadi
motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat.
Tabel 1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat
Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
2
Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Dari Sisi Permintaan (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
Tabel 3. Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
3
Tabel 4. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)
Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah
I. Provinsi Papua
1.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua tumbuh cukup kuat
sebesar 18,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan II-2012 yang tumbuh
sebesar 1,34%. Dari sisi permintaan, perbaikan kinerja ekonomi Papua ditopang
oleh komponen konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, dan investasi
(pembentukan modal tetap bruto) dan ekspor yang tumbuh cukup menggembirakan.
Beberapa hal yang mendorong tingginya konsumsi swasta pada periode laporan
antara lain adalah datangnya Hari Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, konsumsi
pemerintah yang tumbuh positif berkaitan realisasi berbagai belanja daerah. Walau
tidak tumbuh signifikan, kinerja Investasi juga masih tumbuh positif.
Produksi PT. Freeport Indonesia (sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi
Papua) yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi turut menjadi pendorong
tingginya pertumbuhan ekpor di Provinsi Papua.
1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga
Pada triwulan IV-2012, komponen konsumsi masyarakat tumbuh
mencapai 5,85% (yoy. Namun demikian pertumbuhan itu sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 7,49%. Pertumbuhan
konsumsi masyarakat terutama dipengaruhi oleh musim liburan sekolah, dan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
4
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
160.00%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
TW I
TW II
TW II
I
TW IV
TW I
TW II
TW II
I
TW IV
TW I
TW II
TW II
I
Okt
ober
TW IV
Okt
ober
TW I
TW II
TW II
I
TW IV
2009 2010 2011 2012
(Unit)Jumlah Kendaraan Baru
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012
Kredit (Rp miliar)-Lokasi Kantor Modal Kerja Investasi Konsumsi
Rp. Miliar
persiapan tahun ajaran baru. Tetap positifnya pertumbuhan konsumsi juga terekam
dari survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survey Konsumen menunjukkan
terdapat kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian barang-barang
durable goods dengan Indeks mencapai 98,7 di triwulan IV-2012 sementara Indeks
Keyakinan Konsumen secara keseluruhan yang tercatat sebesar 129,7 masih
tergolong sangat optimis dan sedikit lebih tingi dibandingkan triwulan III-2012
sebesar 129,0.
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Peningkatan komponen konsumsi juga tergambar dari perkembangan konsumsi
listrik rumah tangga yang tumbuh 24,54% (yoy) pada triwulan IV-2012 lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,21% (yoy). Tingginya aktivitas
konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit
konsumsi oleh Bank Umum yang tumbuh sebesar 32,92% (yoy) pada triwulan IV-
2012 serta peningkatan jumlah kenderaan baru sebesar 5,00% (yoy).
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Garis 100 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012Penghasilan saat ini Pembelian durable goods
Ketersediaan lapangan kerja saat ini Garis 100
Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Grafik 1. Survei Konsumen
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
5
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
2009 2010 2011 2012
(Unit)Jumlah Kendaraan Baru Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
-40
-20
0
20
40
60
80
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
2009 2010 2011 2011
%Rp Juta
Realisasi Belanja Pegawai Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Konsumsi pemerintah sampai dengan triwulan IV-2012 juga mengalami
pertumbuhan sebesar 8,23% meskipun sedikit lebih rendah dari triwulan IV-2012
yang tercatat sebesar 11,30%. Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi
juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi belanja pegawai.
1.1.2 Investasi
Realisasi investasi pada periode triwulan IV-2012 menunjukkan
pertumbuhan yang menggembirakan. Pembentukan Modal Tetap Bruto
mengalami pertumbuhan sebesar 3,56% (yoy) lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 8,42%. Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari
semakin membaiknya animo masyarakat untuk melakukan ekspansi bisnis seperti
tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan
investasi. Pada periode triwulan IV-2012, realisasi kredit investasi tercatat sebesar
Rp 2,14 triliun. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan
peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi
Papua yang semakin meningkat. Selain faktor pembiayaan perbankan,
pertumbuhan investasi di triwulan IV-2012 juga didorong oleh meningkatnya
realisasi belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua yang tumbuh
mencapai 24,50% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh realisasi
pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA.
Grafik 5. Jumlah Kendaraan Baru Papua
Sumber: Dispenda Provinsi Papua, diolah
Grafik 4. Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua
Sumber: BPKAD Provinsi Papua,
diolah
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Sumber: BKAD Provinsi Papua, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
6
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
0
500
1000
1500
2000
2500
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Investasi Growth Investasi
Rp. Miliar
-100.00
-80.00
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4
2009 2010 2011 2012
Realisasi Belanja Modal PEMDA Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
-100.00-80.00-60.00-40.00-20.000.0020.0040.0060.0080.00100.00120.00
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
2009 2010 2011 2012Volume ekspor Non Migas (Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
-80.00
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
Tw 1
TW 2
TW 3
TW 4
2009 2010 2011 2012Nilai ekspor Non Migas (US$ Ribu) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
1.1.3 Ekspor dan Impor
Ekspor Provinsi Papua pada triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan
yang sangat tinggi sebesar 81,75% (yoy). Sementara itu impor mengalami
pertumbuhan sebesar 34,57% (yoy). Ekspor non migas yang mengalami
pertumbuhan sebesar 69,17% (yoy) menjadi penyebab utama pertumbuhan ekspor
Papua pada periode laporan. Kelompok komoditas utama ekspor non migas Papua
meliputi produk mineral dengan komoditas antara lain berupa konsentrat tembaga
dan konsentrat emas produksi PT. Freeport Indonesia (PT.FI). Kenaikan ekspor Papua
tersebut juga searah dengan kenaikan penjualan PT Freeport baik komoditas
tembaga dan komoditas emas yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar
194,12% dan 49,32%.
Grafik 7. Belanja Modal
Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah
Grafik 6. Kredit Investasi Bank Umum Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
7
Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. Freeport Indonesia
-80
-60
-40
-20
-
20
40
60
80
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2009 2010 2011 2012
%Ribu TonVolume Impor Non Migas (Ribu Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012
%Juta USDNilai Impor Non Migas (US$ Juta) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold
Impor non-migas Papua juga tumbuh sangat tinggi pada triwulan laporan
sebesar 44,90% (yoy). Hal ini ditengarai sebagai dampak dari permintaan akan
barang modal yang cukup tinggi pada periode berjalan. Sejalan dengan penurunan
volume, nilai impor Papua juga mengalami perbaikan kinerja dengan pertumbuhan
yang mencapai 77,26% (yoy).
1.2. Sisi Penawaran
Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh
pertumbuhan positif hampir seluruh sektor ekonomi yakni sektor pertanian, sektor
jasa-saja; sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor industri
pengolahan; dan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor
pengangkutan dan komunikasi; dan sektor listrik dan air bersih masing-masing
sebesar 5,51% 8,09%; 8,09%; 0,48%; dan 16,04%, 13,58%; 9,10%; dan 7,18%.
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2012 tumbuh positif sebesar
5,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 6,24%. Pertumbuhan tersebut juga terlihat dari perkembangan
Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
8
produksi beberapa komoditas tanaman seperti komoditas ubi kayu dan ubi jalar yang
merupakan 2 komoditas dengan pertumbuhan masing-masing 6,08% dan 3,40%.
Walaupun secara kunatitas masih relatif kecil, namun demikian pertumbuhan
produktifitas padi mampu bertumbuh sebesar 10,72% (yoy) yang memberikan
dorongan pada pertumbuhan sektor pertanian.
Pertumbuhan sektor pertanian juga di dorong oleh pertumbuhan sub sektor
perikanan tercermin dari peningkatan volume produksi seluruh jenis komoditas
perikanan baik perikanan laut, perikanan perairan umum maupun perikanan
budidaya. Sepanjang periode triwulan IV-2012, total volume hasil produksi perikanan
mencapai 73.935 ton.
Tabel 9. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua
Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua
Tabel 7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua
Tabel 8. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
9
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
2009 2010 2011 2012
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
99
99.5
100
100.5
101
101.5
102
102.5
103
103.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012Papua Growth
Pertumbuhan sektor pertanian juga tercermin dari pertumbuhan nilai NTP Papua
pada triwulan IV-2012 sebesar 101,76 yang masih berada di atas basis nilai 100 . Hal ini
disebabkan adanya peningkatan pada kapasitas lahan dan membaiknya hasil panen
komoditas pertanian.
Sumber: BPS Provinsi Papua
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2012 mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 54,67% (yoy) dan jauh lebih tinggi
dari triwulan III-2012 sebesar -13,52%. Sebagai penyumbang utama sektor
tambang, target produksi yang ditetapkan oleh PT. Freeport Indonesia dengan
utilitisasi yang lebih optimal mendorong perbaikan kinerja sektor tambang.
Tabel 10. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia
Sumber: PT. Freeport Indonesia
Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan IV-2012 Freeport-McMoran Copper and
Gold (holding company dari PT.Freeport Indonesia) menunjukkan pertumbuhan
produksi tembaga dan emas masing-masing sebesar 194,12% dan 49,32%.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,
diolah
Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
10
1.2.3. Sektor pengolahan
Industri pengolahan pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 0,48% (yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
3,31% (yoy). Pertumbuhan ini juga terekam dari dan sejalan dengan peningkatan
konsumsi listrik sektor industri yang tercatat mencapai sebesar 578 ribu Kwh
sepanjang periode triwulan IV-2012 atau tumbuh mencapai 2,18% (yoy).
Grafik 13 Perkembangan Konsumsi Listerik Industri
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Sumber: PT PLN Wilayah Papua
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2012
diperkirakan tumbuh sebesar 13,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan III-2012 yang mencapai 10,92% (yoy). Peningkatan kapasitas
perdagangan papua tercermin dari tingginya kapasitas bongkar bongkar muat
barang di pelabuhan Papua. Arus bongkar muat barang yang dibagi menjadi 3
kategori tumbuh positif pada triwulan IV-2012, masing-masing sebesar: menurut
jenis perdagangan 8,15%, menurut jenis distribusi 4,45% dan menurut jenis
kemasan 2,07%. Perbaikan tersebut disebabkan oleh semakin baiknya perencanaan
yang dilakukan oleh para distributor untuk memasok kebutuhan pokok di Wilayah
Papua.
Tabel 11. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua
Sumber: PT Pelindo Papua
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012
%Ribu Kwh
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012
Industri Pengolahan Growth
Miliar
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
11
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Tabel 12. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012Tingkat Hunian Hotel Bintang di Papua Growth (yoy)
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
0500
10001500200025003000350040004500
IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012Perdagangan/Hotel Growth
Pertumbuhan sektor PHR yang signifikan pada periode triwulan ini didorong adanya
persiapan PILKADA yang mendorong peningkatan occupancy rate hotel, musim
liburan natal dan tahun baru serta meningkatnya kegiatan PEMDA untuk membahas
berbagai program kerja. Pertumbuhan sektor perdagngan juga sejalan dengan
pertumbuhan kredit perdagangan provinsi Papua sebesar 44,73%.
Tabel 11 Okupansi Hotel Jayapura
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2012 tumbuh
mencapai 9,10% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 10,41% (yoy). Pertumbuhan sektor ini
didorong sub sektor-sub sektor yang dominan yaitu angkutan laut, angkutan udara
dan komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang tetap tumbuh pada
periode triwulan ini dibadingkan triwulan sebelumnya.
Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan
transportasi dominan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi
barang maupun orang. Pertumbuhan siginifikan yang terjadi pada sektor
pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang
menjadi sebesar 68.012 orang tumbuh 16,13% (yoy) dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya.
1.2.7. Sektor Lainnya
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
12
Beberapa sektor lainnya yaitu sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan,
sektor jasa-jasa pada periode triwulan IV-2012 masing-masing tumbuh sebesar
7,18% (yoy), 16,04% (yoy), 8,09% (yoy) lebih tinggi bila dibandingkan periode
triwulan sebelumnya.
II. Provinsi Papua Barat
2.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan IV-2012, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 5,23% (yoy)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87%
(yoy). Masih tingginya kinerja ekonomi Papua Barat tetap ditopang oleh seluruh
komponen pengeluaran seperti konsumsi, investasi (pembentukan modal tetap
bruto), pengeluaran pemerintah, dan sektor investasi. Di sisi lain, pengeluaran
pemerintah yang tumbuh positif berkaitan percepatan realisasi anggaran baik untuk
infrastruktur maupun program kerja rutin Pemerintah Daerah.
Tabel 13 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Papua Barat lebih
banyak ditopang oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan 1,46%; sektor
konstruksi yang tumbuh 15,99%; angkutan dan komunikasi 3,46%; sektor listrik,
gas, dan air bersih 9,34%; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 3,46%;
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 12,96%.
2.1.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 9,33%
(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 7,14% (yoy).
Relatif tingginya pertumbuhan konsumsi tersebut merupakan salah indikator akan
membaiknya pendapatan masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil Survey Konsumen
Bank Indonesia di Kota Manokwari yang terus menunjukkan peningkatan Indeks
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
13
0
5
10
15
20
25
30
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011 2012
(Juta Kwh) (%)Jumlah Konsumsi Listrik Komersial
Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
-5
0
5
10
15
20
25
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011 2012
(%)(Juta Kwh) Jumlah Konsumsi Listrik RT Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)
Keyakinan Konsumen (IKK). Pada triwulan IV-2012 IKK naik menjadi sebesar 136,9
dari 135,1pada triwulan III-2012. Ini berarti bahwa konsumen masih tetap optimis
akan kondisi ekonomi ke depan sehingga masih akan dapat meningkatkan
konsumsinya seperti tercermin dari masih tingginya indeks penghasilan saaat ini yang
mencapai sebesar 143,3pada triwulan III-2012.
Selanjutnya, komponen konsumsi masyarakat tersebut memberikan kontribusi
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,66% pada triwulan IV-2012. Pertumbuhan yang
signifikan tersebut antara lain didorong oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi
perbankan. Pada periode triwulan IV-2012, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar
Rp 1,94 trilliun atau tumbuh sebesar 38,41% (yoy). Peningkatan kinerja konsumsi
masyarakat juga tercermin dari konsumsi listrik rumah tangga yang pada periode
laporan tercatat sebesar 509 ribu Kwh atau tumbuh sebesar 15,75% (yoy)
2.1.2. Ekspor Impor
120
125
130
135
140
145
150
155
160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Garis 100
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
0
500
1000
1500
2000
2500
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi
Grafik 14. Grafik Survey Konsumen
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 15. Kredit Konsumsi
Papua Barat
Grafik 16 Konsumsi Listrik Papua Barat
Sumber: PLN Wilyah Papuua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
14
Perkembangan ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan IV-
2012 mengalami kontraksi sebesar -5,24% (yoy), dan pertumbuhan tersebut
jauh lebih rendah dibandingkan lebih triwulan III-2012 sebesar 2,61%.
Dampak lanjutan dari perlambatan produksi LNG Tangguh akibat adanya gangguan
produksi di lokasi pabrik diperkirakan menjadi penyebab menurunnya ekspor Papua
Barat.
Disisi lain, impor juga mengalami pertumbuhan cukup tinggi yakni sebesar
110,68% (yoy) yang disebabkan oleh masuknya berbagai peralatan barang modal.
2.2. Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan
positif yanki sektor industri pengolahan sebesar 1,46%, sektor konstruksi; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan;
sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor PHR yang masing-masing tumbuh
sebesar 11,93%; 3,46%; 16,19%; 9,34%; dan 12,96%. Lebih lanjut rincian
pertumbuhan masing-masing sektor disajikan pada tabel berikut:
Tabel 14 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.2.1. Sektor Pertanian
-120.00%
-100.00%
-80.00%
-60.00%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0
500
1000
1500
2000
2500
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Produksi LNG Tangguh (Ribu M3) Growth
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012
Ekspor Pertumbuhan Ekspor
Grafik 17. Tabel Perkembangan Produksi Tangguh
Sumber: Laporan Keuangan LNG Tangguh, Proyeksi KPwBI Papua & Papua
Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
15
Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 3,09%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2012 yang tercatat
sebesar 0,06%. Indikator tetap bertumbuhanya sektor ini tercermin dari indeks Nilai
Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-2012 sebesar 100,79 dari sebesar yang masih
berada di atas indeks 100 yang menjadi tolak ukur pendapatan petani.
Grafik 18 Nilai Tukar Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
2.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor-sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 1,46% (yoy) atau
mengalami perlambatan dari pertumbuhan 2,30% (yoy) pada triwulan III-2012.
Sektor ini memberikan sumbangan pertumbuhan dengan andil 0,65% bagi ekonomi
Papua Barat. Perlambatan sektor industri pengolahan disebabkan adanya gangguan
yang menyebabkan perlambatan sub sektor gas alam cair khususnya hasil produksi
LNG Tangguh. Pertumbuhan sektor pengolahan juga didukung oleh aktivitas
penggunaan listrik industri sebesar 1386 ribu kWh yang tumbuh sebesar 31,08%
pada triwulan IV-2012.
Grafik 19 Penggunaan Listerik
Sumber: PLN Wilayah Papua
2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
-3
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
99.0099.50
100.00100.50101.00101.50102.00102.50103.00103.50104.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012
NTP Papua Barat Growth
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
420.00
440.00
460.00
480.00
500.00
520.00
540.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012
Pertanian Growth
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
0
1
1
2
2
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011 2012
(Juta Kwh) (%)Jumlah Konsumsi Listrik Industri (Juta Kwh)
Pertumbuhan Konsumsi Industri yoy (%)
0
5
10
15
20
25
30
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011 2012
(Juta Kwh) (%)Konsumsi Listrik Total (Juta Kwh)
Pertumbuhan Konsumsi Listrik yoy (%)
Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
16
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2012
diperkirakan tumbuh sebesar 12,96% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan
triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 9,81% (yoy). Perbaikan kinerja sektor
PHR juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik konsumen komersial yang
tumbuh mencapai 17,23% (yoy) sebagai akibat dari meningkatnya aktivitas bisnis.
Selain itu pertumbuhan di sektor ini juga tercermin dari perkembangan perbankan
dengan pertumbuhan kredit di sektor perdagangan sebesar 43,22% dengan nilai
sebesar Rp. 1,68 triliun.
2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan IV-2012, sektor pengangkutan dan komunikasi
diperkirakan tumbuh mencapai 11,93% (yoy), atau sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 10,21% (yoy).
Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya sub
sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak
dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan
komunikasi tercermin dari perkembangan arus penumpang kapal di Pelabuhan Papua
Barat tumbuh mencapai 10,56% (yoy).
Peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari
pertumbuhan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang
tumbuh menurut jenis perdagangan, menurut jenis distribusi yang masing-masing
tumbuh sebesar 14,12% (yoy).
2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sumber: PLN Wilayah Papua
Tabel 15. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Provinsi Papua Barat
Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari dan Proyeksi KPwBI Papua & Papua
Barat
Tabel 16. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat
Sumber: PT. Pelindo IV Cabang Manokwari dan Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
17
Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
tumbuh sebesar 3,46% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan III-2012 sebesar 1,03% (yoy). Sub sektor bank memberikan andil yang
cukup signifikan pada pertumbuhan sektor ini seperti tercermin dari pertumbuhan
tahunan Nilai Tambah Bank (NTB) sebesar 31,33% (yoy).
Tabel 17 Nilai Tambah Bank
2.2.6. Sektor Lainnya
Sementara itu, 3 sektor lainnya yakni sektor bangunan, sektor listrik, gas, dan
air bersih serta sektor jasa-jasa pada periode triwulan ini tumbuh positif masing-
masing sebesar 15,99%; 9,34%; dan 16,19%. Sementara sektor pertambangan
mengalami kontraksi pertumbhuhan sebesar -0,83%.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
18
BAB 2 PERKEMBANGAN HARGA
1. Provinsi Papua
1.1. Kondisi Umum
Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota
Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-2012, inflasi Jayapura tercatat sebesar 4,52%
(yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-2012. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi
kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar 1,41%
(qtq) pada triwulan III-2012. Peningkatan inflasi yang signifikan tersebut terutama
disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan harga komoditas bahan makanan
khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada
triwulan berjalan.
Tabel 18. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS Provinsi Papua
Inflasi pada triwulan berjalan terutama disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok
barang dan jasa sebagai berikut; kelompok Bahan Makanan sebesar 8,26%, kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 3,28%, kelompok Kesehatan sebesar
0,57%, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,96%, kelompok Transportasi,
Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 2,29%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau sebesar 4,02% dan kelompok Sandang sebesar 2,48%.
Dengan demikian, secara umum kenaikan harga (inflasi) yang terjadi pada triwulan IV-
2012 juga searah dengan hasil pemantauan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua & Papua Barat melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) baik di pasar tradisional
IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 140.26 -0.36 6.00 6.00 141.44 1.90 0.84 0.89 3.69 151.85 6.70 8.26 7.36 8.26
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 145.66 0.30 2.12 2.12 150.61 0.75 3.40 3.34 3.77 151.52 0.44 4.02 0.60 4.02
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 116.67 0.42 1.93 1.93 120.29 0.06 3.10 1.90 3.65 120.50 0.21 3.28 0.18 3.28
Sandang 129.03 0.26 8.40 8.40 131.86 2.12 2.19 2.90 4.21 132.23 0.11 2.48 0.28 2.48
Kesehatan 114.87 0.01 0.50 0.50 115.52 -0.30 0.56 -0.09 0.31 115.53 0.00 0.57 0.01 0.57
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 108.74 -0.12 0.38 0.38 114.09 0.00 4.92 4.75 4.90 114.13 0.00 4.96 0.03 4.96
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 118.72 1.52 2.50 2.50 117.83 -2.93 -0.75 -0.73 0.28 121.44 2.82 2.29 3.07 2.29
Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 126.97 0.36 3.40 3.40 129.07 0.13 1.66 1.41 2.95 132.71 2.57 4.52 2.82 4.52
TW IV
2012
Kelompok Komoditi TW III TW IV
2011
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
19
maupun pasar modern di Kota Jayapura. Hasil SPH mengindikasikan terjadi kenaikan harga
pada beberapa komoditas seperti ikan tongkol 5,90% (mtm), ikan kembung 2,50% (mtm),
ikan mas/ekor kuning 10,83% (mtm), udang basah 4,17% (mtm).
Tabel 19. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volatile Food
Sumber: Survei Pemantauan Harga KPwBI Papua & Papua BaratJayapura Bekerjasama Dengan KEDUA UNCEN
1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami
inflasi yang bervariasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 3,68% (yoy) dan 0,62%
(qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: sub kelompok
Ikan Diawetkan sebesar 25,01%, sub kelompok sarana dan penunjang transport sebesar
2,72%, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya 0,99%, makanan jadi 0,87%,
minuman tidak beralkohol 0,36%, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan
sebesar 0,21%, sandang wanita 0,01%, biaya tempat tinggal 0,25%, obat-obatan 0,16%.
Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini antara lain adalah: ayam
goreng, roti tawar, kayu balokan, papan, seng, kemeja pendek dan emas.
Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat 6,45% (yoy)
dan secara triwulanan sebesar 7,05% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga
pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok Ikan segar sebesar 23,20%,
sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 21,16%, sub kelompok Buah-buahan sebesar
6,93%, sub kelompok Sayur-sayuran 3,55%, sub kelompok Kacang-Kacangan sebesar
0,20%, sub kelompok padi-padian 0,40%. Beberapa komoditas yang menyebabkan
kenaikan inflasi pada kelompok ini antara lain adalah: ikan ekor kuning, ikan
kembung/gembung, tomat sayur, cabe merah, bawang merah, telur ayam ras, tomat buah,
ikan cakalang, ikan cakalang asap, cabe rawit, ikan deho, ikan kawalina, ikan bubara, ikan
ekor kuning asap, pepaya, daging ayam ras, talas/keladi, ikan tongkol, daging babi, kol
putih/kubis, kacang panjang, susu bubuk, bawang putih, wortel, ikan teri, ikan mujair, ikan
merah, lada/merica.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Garis 100 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011 2012
%,yoy Inflasi IHK (yoy) Core
Adm Price Volatile Foods
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)
%, yoy
Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices tercatat sebesar 2,21% (yoy)
dan secara triwulanan sebesar 2,55% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga
pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok transpor sebesar 3,78%, sub
kelompok bahan bakar penerangan dan air 0,03%. Inflasi pada kelompok ini disumbang
oleh naiknya sejumlah harga tiket baik transportasi udara, maupun transportasi laut.
Tabel 20. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 20. Perkembangan Disagregasi Inflasi
Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 21. Perkembangan SEK
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas 1.3.1 Kelompok Bahan Makanan
Perubahan cuaca yang cukup ekstrim pada akhir triwulan IV-2012 menyebabkan
naiknya harga pada sejumlah komoditas. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
21
8,26% (yoy) atau 7,36% (qtq). Dari 11 sub kelompok dalam kelompok Bahan
Makanan, terdapat beberapa komponen sub kelompok yang menyebabkan tekanan
pada kenaikan harga yakni: sub kelompok Ikan Segar sebesar 23,20%, sub kelompok
Bumbu-Bumbuan sebesar 21,16%, sub kelompok Sayur-sayuran 3,55%, sub
kelompok Buah-buahan sebesar 6,93%, sub kelompok Ikan Diawetkan sebesar
25,01%, sub kelompok Padi-padian dan Hasil-hasilnya sebesar 0,40%, sub kelompok
Kacang-Kacangan sebesar 0,20% dan sub kelompok Bahan Makanan Lainnya
sebesar 0,36%.
1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Naiknya konsumsi masyarakat yang diakibatkan oleh faktor musiman
menyebabkan naiknya harga pada sejumlah komoditas kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau. Kelompok ini pada triwulan IV-2012 mengalami
inflasi 4,02% (yoy) dan 0,60% (qtq). Adapun penyebab inflasi pada kelompok ini
adalah sub kelompok Makanan Jadi sebesar 0,87%, sub kelompok Minuman yang
tidak beralkohol sebesar 0,36%.
1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.
Kelompok ini pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi 3,28% (yoy) dan 0,18%
(qtq). Adapun yang mendorong kenaikan inflasi kelompok tersebut adalah sub
kelompok Biaya Tempat Tinggal sebesar 0,25%, sub kelompok bahan bakar
penerangan dan air sebesar 0,03%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga
sebesar 0,15%. Kenaikan harga pada sub kelompok dimaksud adalah merupakan
dampak domino dari kenaikan biaya pengangkutan barang dari luar Papua sehingga
harga dasar barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya.
1.3.4. Kelompok Sandang
Tingginya permintaan akan sejumlah kebutuhan sandang pada bulan Desember
menyebabkan naiknya harga pada kelompok sandang. Kelompok ini pada triwulan
IV-2012 mengalami inflasi 2,48% (yoy) dan 0,28 (qtq). Inflasi triwulanan tersebut
disumbang sub kelompok sandang wanita sebesar 0,02% dan sub kelompok barang
pribadi dan dan sandang lainnya sebesar 0,99%.
1.3.5 Kelompok Kesehatan
Kelompok ini pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi 0,57% (yoy) dan 0,01%
(qtq) yang disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok obat-obatan 0,16%.
Pelemahan rupiah pada akhir tahun 2012 menyebabkan kenaikan harga obat-obatan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
22
yang sarat dengan bahan yang di import juga memberikan dampak domino pada
penjualan obat di Jayapura.
1.3.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan IV-2012 mengalami
inflasi 4,96% (yoy) dan 0,03 (qtq). Masuknya musim liburan menyebabkan naiknya
permintaan atas sejumlah fasilitas rekreasi. Hal ini tercermin dari naiknya harga sub
kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,01%. Disamping itu
kenaikan harga relatif untuk biaya pendidikan seperti biaya iuran pembangunan
sekolah, biaya seragam sekolah memberikan andil kenaikan harga sub kelompok
perlengkapan dan pendidikan sebesar 0,21%.
1.3.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan IV-2012
mengalami inflasi sebesar 2,29% (yoy) dan 3,07% (qtq). Kenaikan biaya tiket baik
angkutan udara maupun angkutan laut yang disebabkan oleh datangnya hari Natal
menyebabkan kenaikan pada sub kelompok transpor sebesar 3,78%, sub kelompok
penunjang transport sebesar 2,72%.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
23
2. Provinsi Papua Barat
2.1. Kondisi Umum
Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota
Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 2012, inflasi gabungan di Provinsi Papua
Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy) dan sebesar 0,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di
Kota Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian
perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq).
Perbedaan tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota
Manokwari.
Tabel 21. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat
Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter, BPS Provinsi Papua Barat
2.2. Disagregasi dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Inflasi gabungan secara tahunan (yoy) di Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2012
terjadi pada semua sub kelompok komoditas. Hal itu terlihat dari kenaikan harga kelompok
bahan makanan sebesar 6,99%, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
13,14%, kelompok sandang sebesar 4,21%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau sebesar 3,44%, kelompok kesehatan sebesar 2,55%, kelompok perumahan, air,
listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,12%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga sebesar 3,80%.
Keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami
inflasi yang bervariasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 7,17% (yoy) dan 1,11%
(qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: sub kelompok
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
24
telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 0,58%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar
10,82%, sub kelompok buah-buahan sebesar 0,98%
Inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat 7,64% (yoy) dan secara
triwulanan sebesar 0,02% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada
beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar
0,33%, sub kelompok biaya tempat tinggal 0,25%, sub perlengkapan rumah tangga
sebesar 0,01%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,95%, sub
kelompok sandang laki-laki sebesar 0,01%, sub kelompok sandang wanita sebesar 0,95%,
sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 3,35%. Sub kelompok obat-
obatan sebesar 1,25%, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 1,05%, sub
kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 1,04%.
Kelompok administered price mengalami inflasi sebesar 4,76% (yoy) dan 0,57% (qtq).
Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok transpor sebesar
0,17%, sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air 1,10%, sub kelompok tembakau
dan minuman beralkohol 1,05%.
Tabel 22 Perkembangan Inflasi Papua Barat
Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter dan BPS Provinsi Papua Barat (Kompilasi) Keterangan: Bobot dan NK adalah rata-rata dari bobot dan NK Tetap Manokwari dan Sorong
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
25
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011 2012
%,yoy
Inflasi IHK (yoy) Core
Adm Price Volatile Foods
Sumber: Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter dan BPS (Kompilasi)Sumber: Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter dan BPS (Kompilasi)
%,yoy
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
9 10 11 12 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 100
Tekanan inflasi dari sisi suplai juga semakin berat oleh karena adanya dorongan dari sisi
permintaan. Hal ini tercermin dari perkembangan IKK yang mengalami kenaikan dari 135,4
pada bulan November 2012 menjadi 136,9 pda bulan Desember 2012.
Grafik 22 Disagregasi Inflasi Papua Barat
Grafik 23 Perkembangan Survei Konsumen
Papua Barat
2.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 6,99%
(yoy) dan 0,49 (qtq). Tingginya inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan beberapa sub
kelompok sebagai berikut: sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 0,58%, sub
kelompok buah-buahan sebesar 0,98%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesasar 10,82%,
sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,33%. Peningkatan pada beberapa sub
sektor ini terutama disebabkan oleh datangnya Hari Natal yang menyebabkan permintaan
akan komoditas telur, susu, dan bahan makanan jadi lainnya.
2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV-2012 tercatat
mengalami inflasi sebesar 3,44% (yoy) dan 0,29% (qtq). Kelompok komoditas yang
memberikan andil kenaikan inflasi antara lain: sub kelompok makanan jadi sebesa 0,01%,
dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,05%.
2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV-2012
mengalami inflasi sebesar 2,09% (yoy) dan 0,68% (qtq). Inflasi pada kelompok ini
disumbang oleh kenaikan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,25%,
sub kelompok bahan bakar penerangan dan air sebesar 1,10%, sub kelompok perlengkapan
rumah tangga 0,01%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga 0,95%.
2.2.4. Kelompok Sandang
Sumber: Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter dan BPS (Kompilasi) Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
26
Kelompok sandang pada bulan triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 4,21% (yoy)
dan 1,52% (qtq). Adapun kenaikan inflasi kelompok tersebut disebabkan oleh kenaikan sub
kelompok: sub kelompok sandang laki-laki sebesar 0,01%, sandang wanita sebesar 0,48%,
sub kelompok sandang anak-anak 0,07%, sub kelompok barang pribadi dan sandang
lainnya sebesar 3,35%.
2.2.5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 2,55% (yoy) dan
0,39% (qtq). Inflasi pada kelomok ini disebabkan oleh kenaikan pada sub kelompok sebagai
berikut: sub kelompok jasa kesehatan sebesar 0,17%, sub kelomok obat-obatan sebesar
1,23%, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,05%.
2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi
sebesar 3,49% (yoy) atau -0,02% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok disebabkan oleh
deflasi sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar -0,62%.
2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV-2012 mengalami
inflasi sebesar 13,14% (yoy) dan 2,26% (qtq). Tingginya permintaan akan angkutan laut dan
udara khususnya pada Desember 2012 menyebabkan kenaikan pada beberapa sub
kelompok sebagai berikut: sub kelompok transpor sebesar 0,17% dan sub kelompok sarana
dan penunjang transpor sebesar 0,08%, sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar
1,04%.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
27
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN
I. Perkembangangan Umum Perbankan Wilayah Papua
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
pada triwulan IV-2012 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan
beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh
sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy),
serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63%
(yoy).
Tabel 23. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
28
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Pertumbuhan aset perbankan didominasi oleh tingginya pertumbuhan kredit
yang sangat pesat (33,83%). Kredit konsumsi kredit dan modal kerja menjadi porsi
terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai + 86% dan
tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 25,35% dan 34,22% dibandingkan
dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Walaupun share kredit investasi relatif
lebih kecil, namun pertumbuhan di sektor ini cukup besar dengan pertumbuhan
sebesar 60,52%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi oleh kualitas
kredit yang sangat baik seperti tercermin dari rendahnya tingkat Non Performing
Loan (NPL) yang hanya sebesar 1,28%. Secara umum nilai ini mengalami penurunan
dari 1,65% pada triwulan sebelumnya dan jauh di bawah batas maksimum 5%
seperti yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Tabel 24. Perkembangan NPL Persektor
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Selanjutnya dari seluruh dana pihak ketiga, peningkatan komponen tabungan
berada diperingkat tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 21,96% diikuti oleh
pertumbuhan deposito sebesar 17,49% dan pertumbuhan giro sebesar 1,82%
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
29
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011. Pencairan sejumlah dana
untuk pembayaran sejumlah proyek program pemerintah ditengarai menjadi
penyebab melambatnya pertumbuhan giro.
Hal tersebut berdampak pada meningkatnya secara relatif LDR menjadi sebesar
56,64% pda triwulan IV-2012 dari 50,33% pada triwulan III-2012. LDR tersebut
masih jauh dari range minimal 78% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
II. Perbankan Provinsi Papua
2.1. Perkembangan Umum
Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih cukup menggembirakan
seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar
4,28% (yoy), DPK sebesar 11,59 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 30,56%
(yoy), sementara LDR mencapai 54,14% dengan rasio kredit bermasalah sebesar
1,24%.
Tabel 25. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KBI Jayapura
2.2 Aset Perbankan
Total aset perbankan di Papua tercatat sebesar Rp 35,98. Dari jumlah itu, bank-
bank Pemerintah masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa sebesar 82%
dengan total aset sebesar Rp. 28,45. Selanjutnya, total aset bank umum milik swasta
dan BPR masing-masing mencapai Rp 7,01triliun dan Rp. 516,33 miliar. Pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
30
aset tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan aktiva produktif seperti kredit yang
mencapai 30,56%
Gafik 24. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 26,57 triliun yang terdiri dari giro
sebesar Rp 7,96 triliun, tabungan sebesar Rp 13,41triliun dan deposito sebesar Rp
5,20 triliun. Dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya,
pertumbuhan tabungan berada diperingkat tertinggi yakni sebesar 19,42% diikuti
oleh pertumbuhan deposito sebesar 18,29%. Namun demikian giro mengalami
kotraksi sebesar -2,81% sebagai dampak dari realisasi pembayaran sejumlah proyek
Pemerintah Daerah.
Tabel 26 Realisasi Sejumlah Pekerjaan Infrastruktur Provinsi Papua
Sumber: Pemerintah Provinsi Papua (diolah)
Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank
Pemerintah masih mendominasi dana pihak ketiga dengan share sebesar 76% diikuti
kelompok bank swasta 23% dan kelompok BPR 1%. Salah satu penyebab masih
tingginya dominasi Bank Pemerintah adalah besarnya dana APBD dan Dana Otonomi
Khusus yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sementara disimpan pada Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Papua. Kemampuan modal perbankan yang didapatkan
dari Pemerintah memberikan kemampuan bagi BPD untuk membangun sejumlah
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Perkembangan Aset
Total Aset Pertumbuhan
Pertumbuhan (yoy)Rp. Miliar
Swasta20%
Pemerintah79%
BPR1%
Komposisi Aset Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
31
infrastruktur dan perluasan jaringan yang mampu menjaring sumber pendanaan yang
ada di masyarakat. Khusus di daerah terpencil, peran Bank Pembangunan Daerah
(BPD) Papua juga sangat menonjol. Dalam kaitan jaringan kantor, memang BPD
Papua telah mampu memerankan fungsinya sebagai Bank Regional Champion di
wilayah Papua. Hal ini menyebabkan peran swasta memang relatif lebih kecil di
wilayah dengan kondisi infrastruktur dan kemampuan modal yang terbatas.
Tabel 27. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KBI Jayapura
Grafik 25. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Pemerintah
Giro Deposito Tabungan
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Swasta
Giro Deposito Tabungan
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR
Deposito Tabungan
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
I II III IV I II III IV
2011 2012
Perkembangan Total Dana Pihak Ketiga
Giro Deposito Tabungan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
32
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
2.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Total penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh
perbankan masih relatif kecil. Namun demikian perkembangan kredit di Papua
tumbuh cukup menggembirakan yakni sebesar 30,56% (yoy). Pertumbuhan oleh
kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 18,65% (yoy) dan kredit konsumsi sebesar
32,92% (yoy) dan kredit investasi sebesar 58,56%. Tingginya pertumbuhan kredit
tersebut tidak lepas dari semakin membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua,
sehingga sektor-sektor produktif yang bersifat jangka panjang seperti pembangunan
ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan infrastruktur berkembang
dengan pesat. Pertumbuhan ini juga disebabkan semakin rendahnya suku bunga
kredit yang mencapai rata-rata 14-16% pada triwulan berjalan.
Tabel 28. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 26. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Jika dilihat dari sektor ekonomi maka penyaluran kredit kepada sektor lain-lain
masih cukup dominan dengan share 48,40%, diikuti sektor perdagangan 27,60%,
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012Kredit (Rp miliar)-Lokasi Kantor Modal Kerja Investasi Konsumsi
Rp. Miliar
Modal Kerja39%
Investasi15%
Konsumsi46%
Komposisi Kredit
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
33
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011 2012
Perkembangan NPL dan LDR LDR
NPL
konstruksi 8,98%. Pada umumnya sektor lain-lain ditujukan untuk penggunaan
kredit konsumtif seperti kredit kenderaan bermotor, kredit konsumsi di bidang
perumahan (ruko), serta pembelian alat-alat rumah tangga. Sedangkan untuk
perdagangan hotel dan restoran pada umumnya penggunaan kredit adalah untuk
hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang
dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-
lain.
2.5 LDR Dan NPL
Peran intermediasi perbankan yang pada umumnya menggunakan sumber
pembiayaan (funding) dari dana pihak ketiga di wilayah Papua masih belum optimal.
Terbatasnya aktivitas industri dan aktivitas produksi yang mampu menciptakan
aktivitas ekonomi kreatif (UMKM) menyebabkan rendahnya nisbah kredit terhadap
DPK (LDR) yang hanya 54,14%. Namun demikian, kualitas kredit perbankan Papua
masih tergolong sangat baik seperti tercermin dari NPL yang hanya sebesar 1,24%.
Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik, gas dan air menjadi sektor yang paling
berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini yang mencapai 8,84%. Sektor-sektor
ekonomi lainnya (sektor tambang, pertanian, industri, konstruksi, perdagangan,
dunia usaha, jasa sosial) masih sangat menguntungkan seperti tercermin dari NPL
yang hanya berada pada kisaran 0,40%-2,04%.
Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat
2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Pertumbuhan dan share Kredit MKM di Provinsi Papua cukup menggembirakan.
Hal itu tercermin dari rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total
kredit yang mencapai sebesar 79,98% dengan nilai sebesar Rp 11,45 triliun. Nilai itu
mengalami pertumbuhan sebesar 32,72% dibandingkan dengan posisi yang sama
tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM yang cukup besar tersebut antara lain
Tabel 29. Perkembangan Indikator Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
34
disebabkan oleh relatif terbatasnya perusahaan skala besar di Papua atau tingkat
delegasi kewenangan pemberian kredit oleh pejabat bank di Papua yang masih relatif
terbatas. Di sisi lain, perusahaan skala besar yang berada di Papua mendapat kredit
dari parent company di luar negeri maupun di luar Papua.
Tabel 30. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat, penghitungan menggunakan pendekatan plafond.
III. Perbankan Provinsi Papua Barat
3.1 Perkembangan Umum
Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang
sangat baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva,
dan DPK Perbankan pada triwulan IV-2012. Total aset perbankan Provinsi Barat pada
triwulan IV-20120020mencapai Rp 9,90 triliun atau meningkat 25,13% (yoy)
sementara total DPK mencapai Rp 8,36 triliun atau meningkat 25,48% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 5,42 triliun atau tumbuh
43,39% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 64,56%. Pesatnya pertumbuhan kredit
tersebut juga diimbangi oleh kualitas kredit yang sangat baik dengan NPL hanya
1,40%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia sebesar 5%.
Tabel 31. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
35
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sama seperti di Papua, masih rendahnya LDR perbankan di Papua Barat juga
disebabkan masih relatif terbatasnya sektor usaha yang layak dibiayai di Papua Barat
sementara usaha besar memperoleh pinjaman dari perbankan di luar Papua.
3.2 Total Aset
Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 9,90 triliun atau tumbuh
25,13% dibanding periode yang sama tahun 2011. Sama seperti di Papua, dominasi
Bank-bank Pemerintah masih cukup tinggi di Papua Barat dengan pangsa 90%
sedangkan bank swasta hanya 9% dan BPR 1%.
Grafik 27. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Hal ini disebabkan oleh komposisi perbankan yang masih mengandalkan pada
parent company.
3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 8,36 triliun yang terdiri dari
giro Rp 2,08 triliun, tabungan Rp 4,79 triliun dan deposito Rp 1,48 triliun. Apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing
komponen tumbuh sebagai berikut: giro sebesar 24,52%, deposito sebesar 14,77%,
dan tabungan mengalami kontraksi sebesar 29,68%. Searah dengan perkembangan
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Perkembangan Aset
Pertumbuhan Pertumbuhan
Pertumbuhan (yoy)Rp. Miliar
Swasta9%
Pemerintah90%
BPR1%
Komposisi Aset Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
36
aset, share bank pemerintah masih mendominasi (90%) diikuti oleh kelompok bank
swasta dengan pangsa 9% dan BPR sebesar 1%.
Grafik 28. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.4. Penyaluran Kredit Perbankan
Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan IV-2012 mencapai sebesar Rp
4,37 triliun atau tumbuh sebesar 19,34% dibanding periode yang sama tahun 2011.
Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki share terbesar yakni 49%,
diikuti kredit konsumsi mencapai 41% dan kredit investasi 10%.
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
IV IV I II III IV
2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Pemerintah
Giro Deposito Tabungan
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
900.00
IV IV I II III IV
2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Swasta
Giro Deposito Tabungan
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
IV IV I II III IV
2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR
Deposito Tabungan
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
9,000.00
IV IV I II III IV
2012
Perkembangan Total Dana Pihak Ketiga
Giro Deposito Tabungan
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
37
Tabel 32. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 29. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sementara itu, kredit berdasarkan alokasi sektornya, kredit pada sektor lain-lain
memiliki pangsa terbesar dengan share sebesar 45,28% diikuti kredit pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran 31,24%, kredit sektor konstruksi sebesar 12,13%,
kredit sektor industri sebesar 2,11%.
Tabel 33. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
IV IV I II III IV
2012
Modal Kerja Investasi
Konsumsi Pertumbuhan Modal Kerja
Pertumbuhan investasi Pertumbuhan Konsumsi
Modal Kerja49%
Investasi12%
Konsumsi39%
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
38
0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
1.80%
2.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
LDR
NPL
3.5. LDR dan NPL
Peningkatan dalam DPK dan Kredit perbankan juga diikuti oleh meningkatnya
fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat. Hal itu tercermin dari
peningkatan LDR menjadi 64,56% pada triwulan IV-2012 dari 53,26% pada triwulan
III-2012 atau naik 14,27%. Namun demikian, peningkatan LDR tersebut juga diikuti
oleh penurunan kualitas kredit seperti tercermin dari kenaikan NPL menjadi 1,40%
pada triwulan IV-2012 dari 1,86% pada triwulan III-2012 walaupun masih tetap
dibawah ambang batas 5%.
Grafik 30. Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah.
Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi
Papua Barat pada triwulan III-2012 mencapai Rp 4,35 triliun. Kredit MKM tersebut
didominasi oleh kredit kecil dengan share 53%, kemudian kredit menengah sebesar
36% dan kredit usaha mikro sebesar 11%.
Besarnya porsi kredit kepada UMKM masih diakibatkan belum adanya
perusahaan dengan skala besar yang mengajukan kredit di Papua Barat yang
kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya delegasi pemberian kredit oleh Pejabat
Bank di Papua Barat.
Tabel 34. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
39
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat, Penghitungan masih menggunakan pendekatan berdasarkan plafond
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
I. Keuangan Daerah Provinsi Papua
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu
komponen sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain
mempengaruhi langsung perekonomian, misalnya melalui pengeluaran pemerintah,
alokasi anggaran pemerintah dalam APBD juga menjadi acuan bagi sektor swasta
dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Disisi lain, rencana pendapatan dan
pengeluaran pemerintah juga sebagai acuan dalam memproyeksikan kegiatan
ekonomi ke depan. Peningkatan pendapatan pemerintah, misalnya dengan
menaikkan tarif Pajak, dapat mengakibatkan melemahnya gairah usaha dan
sebaliknya penurunan tarif pajak akan direspon pihak swasta dengan menambah
jumlah investasi.
Selanjutnya, realisasi pengeluaran pemerintah berdampak langsung dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek, menengah,
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
40
maupun jangka panjang. Oleh karena itu, kecepatan dan ketepatan waktu realisasi
baik pengeluaran maupun pendapatan pemerintah akan berpengaruh pada proses
pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Anggaran pendapatan tahun 2012 mencapai sebesar Rp 7,94 triliun atau
meningkat 47,99% dibandingkan dengan jumlah anggaran pada tahun 2011.
Kenaikan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya rencana
Pendapatan melalui Dana Perimbangan (38,28%) khususnya dana alokasi umum
yang meningkat 36,65% menjadi Rp 1,57 triliun dari hanya sebesar Rp 1,14 triliun
pada tahun 2011. Komponen rencana pendatapan yang juga mengalami kenaikan
signifikan adalah pos lain-lain pendapatan daerah yang sah menjadi Rp 4,17 triliun
dari Rp 3,49 triliun pada tahun 2011 atau meningkat 19,18%.
Sementara itu, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua hingga triwulan IV-
2012 sudah mencapai mencapai 98,84% atau senilai Rp 7,3 triliun. Secara nilai
absolut, realisasi pendapatan memang meningkat 17,17% dibanding realisasi
pendapatan pada periode yang sama tahun 2011 namun dibanding kemampuan
realisasi pendapatan, pencapaian 98,84% jauh lebih rendah dengan pencapaian
realisasi pada tahun 2011 yang mencapai 116,04%. Dibanding tahun 2011,
prosentasi realisasi pendapatan tersebut justru mengalami penurunan sebesar
17,21%. Pos-pos yang pencapaian realisasinya diatas 50% antara lain adalah PAD
yang mencapai Rp 507,64 milliar (106,01%), Retribusi Daerah senilai Rp
15,7(121,08%), serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah sebesar Rp 71,36
miliar (52,72%).
Tabel 35. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV-2012
Sumber: Pemerintah Provinsi Papua (Angka Sementara)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
41
Secara agregat pencapaian target yang sudah mencapai 98,84% sudah
sangat baik, namun demikian beberapa pos seperti Dana Penyesuaian/BOS dan dana
otonomi khusus belum mencapai realisasi optmium.
1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Total Anggaran Belanja Pemerintah Daerah (government expenditure) Provinsi
Papua pada tahun 2012 mencapai Rp 7,94 triliun atau mengalami kenaikan sebesar
Rp 2,57 triliun dibanding tahun 2011. Dengan jumlah anggaran pendapatan
mencapai 7,30 triliun berarti Provinsi Papua, walau tidak terlalu besar menjalankan
deficit spending budget untuk tahun 2012 sebesar Rp 54 miliar. Hingga triwulan IV-
2012, realisasi belanja pemerintah mencapai sebesar Rp 6,97 triliun atau mencapai
87,76% dari target.
Memperhatikan struktur anggaran belanja tersebut (Tabel 31), jelaslah bahwa
kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengakselerasi pembangunan Papua masih
terbatas. Pengembangan infrastruktur yang sangat dibutuhkan antara lain untuk
membangun jalan, listrik, jaringan komunikasi masih sangat terbatas. Belanja modal
hanya sekitar 15,87% dari total anggaran sementara biaya terbesar adalah untuk
sektor non produktif seperti belanja pegawai, hibah, bantuan sosial serta bagi hasil
kepada Pemerintah Tingkat II yang mencapai 64,47%.
Tabel 36. Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah
Provinsi Papua Triwulan IV Tahun 2011 -2012
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua (Angka Sementara)
Ke depan, Pemerintah Provinsi diharapkan dapat mengalokasikan anggaran
yang lebih besar bagi pengembangan wilayah untuk membuka daerah-daerah
terisolir, mengembangkan dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, dan pembangunan lainnya yang berpotensi lebih meningkatkan
produktivitas masyarakat. Walaupun Pemerintah Pusat telah membentuk Unit
BELANJA 5,369,147,179,000 100 2,803,961,072,127 52.22 4,669,003,753,900 100.00 2,338,230,491,338 50.08
BELANJA TIDAK LANGSUNG 2,749,678,900,097 51.21 1,898,673,396,156 69.05 2,069,994,443,000 18.82 1,612,890,836,921 77.92
Belanja Pegawai 579,289,679,600 10.79 478,017,457,147 82.52 878,683,381,000 17.64 586,302,930,000 66.73
Belanja Hibah 176,929,306,460 3.30 111,853,954,894 63.22 823,817,450,000 4.69 628,705,450,800 76.32
Belanja Bantuan Sosial 237,774,875,037 4.43 180,654,152,100 75.98 219,031,522,000 - 151,795,000,000 69.30
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 96,039,780,000 1.79 62,322,863,165 64.89 -
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1,638,377,659,000 30.51 1,062,848,131,350 64.87 2,646,530,954,000 2.32 1,465,188,488,700 55.36
Pemerintah Desa dan Partai Politik 21,267,600,000 0.40 - 108,336,720,000 0.86 -
Belanja Tidak Terduga - 2,976,837,500 40,125,370,000 55.67 0,00 -
BELANJA LANGSUNG 2,619,468,278,903 48.79 905,287,675,971 34.56 2,599,009,310,900 - 2,125,339,654,417 81.77
Belanja Pegawai 230,370,692,740 4.29 22,863,619,600 9.92 30.79
Belanja Barang dan Jasa 1,172,781,950,468 21.84 487,892,921,351 41.60 1,437,714,313,780 24.87 -
Belanja Modal 1,031,315,635,695 19.21 394,531,135,020 38.26 1,161,294,997,120 (0.43) 1,125,339,654,417 96.90
SURPLUS / DEFISIT 185,000,000,000 3.45 2,126,453,507,574 1,149.43 (19,932,825,900) 1.61 12,544,782,073 (62.94)
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH - - 75,000,000,000 1.61 0,00 -
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 75,000,000,000 4.03 0,00 -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 185,000,000,000 3.45 - - 187,968,488,000 2.14 0,00 -
Pembentukan Dana Cadangan 100,000,000,000 1.86 - - 100,000,000,000 1.82 0,00 -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 85,000,000,000 1.58 - - 85,000,000,000 0.06 0,00 -
Pembayaran Pokok Utang - 2,968,488,000 (2.42) 0,00 -
PEMBIAYAAN NETTO (185,000,000,000) (3.45) - - (112,968,488,000) 1.04 0,00 -
SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN BERKENAAN - 2,126,453,507,574 48,537,844,250 - 70,680,834,539 145.62
%URAIAN ANGGARAN 2012 TRIWULAN III-2012 ANGGARAN 2011 TRIWULAN III-2011% %%
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
42
Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), namun akselerasi
pembukaan daerah terisolir belum begitu nyata. Untuk itu diharapkan, agar sinergi
antara Pemda (Pemprov dan Pemkab/Pemkot) dengan UP4B dapat ditingkatkan
sehingga tujuan percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat dapat
direalisasikan.
Selain itu, perlu pula meningkatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk
dapat membantu Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. BUMD misalnya
dapat dilengkapi dengan moda transportasi khususnya laut sehingga mempercepat
arus barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain di Papua (intra Papua).
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem Pembayaran merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan
sebagai salah satu ukuran dalam mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah. Secara
umum, semakin tinggi frekuensi dan nilai transaksi sistem pembayaran suatu daerah
semakin besar besar pula kapasitas perekonomiannya. Dalam kaitan itu, otoritas
sistem pembayaran diharapkan dapat mendorong bertumbuhnya sistem pembayaran
yang cepat, efisien, handal, dan aman yang mampu memenuhi kebutuhan sistem
perekonomian. Dalam kaitan itu, Bank Indonesia Jayapura senantiasa menjaga
ketersediaan alat pembayaran tunai (uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi,
maupun tingkat kelayakan edar uang pada seluruh wilayah kerja KBI Jayapura. Untuk
mendukung berkembangnya perekonomian, KBI Jayapura juga senantiasa berupaya
menjaga kelancaran, keamanan, dan efisiensi proses penyelesaian transaksi uang
giral (non tunai) dengan memastikan bahwa Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) dan dapat
berjalan dengan baik tanpa gangguan yang berarti.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
43
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
I II III IV I II III IV
2011 2012
Outflow Nominal (Rp.milliar) Outflow Lembar Warkat
0
5000
10000
15000
20000
25000
I II III IV I II III IV
2011 2012
Inflow Nominal (Rp.milliar) Inflow Lembar Warkat
I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari
Wilayah Papua mencapai Rp 26,12 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 11.957.
Sedangkan dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp. 17,79 triliun sebagai
akibat masuknya dana alokasi umum dan masuknya dana perimbangan yang akan
digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai alat pembiayaan bagi aktivitas
Pemerintahan dan investasi di wilayah Papua. Tercatat sampai dengan triwulan IV-
2012 dana perimbangan yang sudah masuk mencapai Rp. 2,1 triliun dan dan dana
alokasi umum bagi beberapa Kabupaten yang mencapai Rp. 1,3 triliun.
Tabel 37. Transaksi RTGS Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Sebaliknya nilai transaksi yang menuju Wilayah Papua (inflow) tercatat sebesar
Rp. 17,79 trilliun dengan jumlah warkat sebanyak 19.637 lembar atau mengalami
peningkatan sebesar 20,31% (yoy).
Grafik 31. Nilai Transaksi RTGS
II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Selain sistem BI-RTGS, KBI Jayapura juga menyelenggarakan kegiatan kliring
antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa
penyelesaian utang piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan warkat-
warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau
bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah
Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
44
Sumber: KBI Jayapura
untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil. Terdapat perbedaan jeda
waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi kliring membutuhkan proses
sttelment yang lebih lama dibanding RTGS.
Tabel 38 . Transaksi Kliring Wilayah Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan IV-2012 di wilayah
kerja KPwBI Paua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp. 1,65 triliun dengan
jumlah warkat sebesar 45.039 warkat. Jika dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya, terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 18,69%.
Secara rata-rata, perputaran kliring pada triwulan IV-2012 sebesar Rp. 29 milliar/hari
dengan rata-rata warkat yang digunakan sebanyak 805 lembar. Nisbah rata-rata
penolakan sampai dengan triwulan IV-2012 mencapai sebesar Rp 1,06 milliar dengan
rata rata penolakan warkat sebesar 1,95 lembar.
Grafik 32. Perkembangan Kliring Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
III. Perkembangan Uang Kartal
Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua &
Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk
menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar.
Pada periode triwulan IV-2012, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas
KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,62. Sementara itu, total outflow yang
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
1,800.00
-
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
60,000.00
I II III IV I II III IV
2011
Total Volume (lembar) Total Nominal Kliring (Rp Miliar)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
600.00
650.00
700.00
750.00
800.00
850.00
I II III IV I II III IV
2011
Rata-Rata Volume (lembar)
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
45
keluar dari Kas Kantor sebesar Rp 6,23 Triliun. Secara keseluruhan KBI Jayapura
mengalami posisi net out flow sebesar Rp. 4.80 triliun.
Tabel 39. Perkembangan Perkasan KBI Jayapura
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat
tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan
berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar,
memusnahkan uang tidak layak edar, melaksanakan kas keliling dan membuka
pelayanan kas titipan di perbankan untuk kota Sorong, Merauke, Timika, Biak.
Tercatat sampai dengan Desember 2012, kas titipan yang dilakukan oleh KaPwBI
Papua & Papua Barat mencapai Rp. 230,22 miliar dan pemusnahan uang tidak layak
edar sebesar Rp.57,98 miliar.
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua
1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua1
Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2012 mencapai 1.591.693
orang, mengalami kenaikan sebesar 3,41% dibanding posisi yang sama tahun
sebelumnya. Dengan demikian, tingkat partisipasi kerja di Papua mencapai sebesar
79,29% atau mengalami penurunan sebesar 2,23% dibandingkan dengan posisi
yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka mengalami
penurunan dari 3,72% pada Februari 2011 menjadi 2,90% pada Februari 2012. Hal
itu menunjukkan bahwa ketersediaan lapangan kerja tumbuh lebih cepat
dibanding pertambahan jumlah angkatan kerja.
Tabel 40. Penduduk Menurut Kegiatan Utama
Februari 2012 Provinsi Papua
1 Data ketenagakerjaan di release oleh BPS setiap bulan Februari dan Agustus.
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
46
1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Februari 2012 mengalami
peningkatan sebesar 4,62% dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Sektor pertanian
menyerap tenaga kerja terbesar dan daya serapnya meningkat sebesar 8,52% diikuti
sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa yang masing-masing meningkat 3,60% dan
3,09%. Di sisi lain, sektor industri dan sektor lainnya justru mengalami penurunan
daya serap tenaga kerja. Kedua sektor ini mengalami kontraksi tenaga kerja masing-
masing 27,24% dan 16,24%.
Sementara itu, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sektor lainya
meningkat sangat pesat sebesar 15,59% (yoy) diikuti oleh peningkatan sektor
perdagangan sebesar 14,63% (yoy) serta sektor pertanian yang mengalami
peningkatan daya serap tenaga kerja sebesar 2,92% (yoy).
Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada
Februari 2012, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai
72,78% diikuti oleh sektor lainnya yang menyerap tenaga kerja sebesar 9,87%.
Tabel 41. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2008 – Agustus 2011 Provinsi Papua
2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari 1. Penduduk 15+ 1.439.208 1.450.851 1.479.086 1.864.589 1.909.402 1.958.892 2.007.880
2. AngkatanKerja 1.089.950 1.128.036 1.166.346 1.510.176 1.556.336 1.536.728 1.591.693
Bekerja 1.044.927 1.082.028 1.118.779 1.456.545 1.498.454 1.476.227 1.545.467
Penganggur 45.023 46.008 47.567 53.631 57.882 60.501 46.226
3. Bukan Angkatan Kerja 349.258 322.815 31.274 354.413 353.066 422.164 416.187
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 75,73 77,75 78,86 80,99 81,51 78.45 79,29
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4,13 4,08 4,08 3,55 3,72 3.94 2,90
Kegiatan Utama2009 2010 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
47
II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat 2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
Sampai dengan periode bulan Februari 2012, jumlah angkatan kerja di Provinsi
Papua Barat mencapai 384.092 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 4,57%
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan angkatan kerja juga
diikuti oleh peningkatan tingkat pastisipasi angkatan kerja dari 71,50% pada
Februari 2011 menjadi 72,27% pada Februari 2012. Hal itu mengindikasikan bahwa
terdapat peningkatan lapangan kerja di Propinsi Papua Barat sebagai dampak dari
tingginya pertumbuhan ekonomi Propinsi Papua Barat khususnya dalam 3 tahun
terakhir. Dengan perkembangan positif tersebut, tingkat pengangguran terbuka
menurun dari 8,28% pada Februari 2011 menjadi 6,57% pada Februari 2012.
Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja juga akan semakin meningkat
khususnya dengan adanya pemekaran kabupaten Manokwari. Pemekaran wilayah
tersebut tentu akan diikuti oleh kebutuhan akan tenaga kerja pada kabupaten yang
baru dibentuk.
Tabel 42. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
Februari 2010– Februari 2012 Provinsi Papua Barat
2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 840.696 1.133.982 1.092.878 1.036.520 1.124.829
Industri 10.601 15.671 24.645 19.885 14.468
Perdagangan 88.214 96.199 118.183 130.766 135.469
Jasa-Jasa 114.057 118.839 160.465 147.906 152.476
Lainnya 65.221 89.307 102.283 141.150 118.225
TOTAL 1.118.779 1.456.545 1.498.454 1.476.227 1.545.467
Pertanian 4,58 34,89 (3,62) (5,16) 8,52
Industri (44,41) 47,83 57,27 (19,31) (27,24)
Perdagangan (0,93) 9,05 22,85 10,65 3,60
Jasa-Jasa 21,97 4,19 35,03 (7,83) 3,09
Lainnya (14,81) 36,93 14,53 38,00 (16,24)
TOTAL 3,40 30,19 2,88 (1,48) 4,69
Pertanian 7,25 41,07 30,00 (8,59) 2,92
Industri (2,97) (17,82) 132,48 26,89 (41,29)
Perdagangan (1,16) 8,03 33,97 35,93 14,63
Jasa-Jasa 6,11 27,09 40,69 24,46 (4,98)
Lainnya 22,12 16,65 56,83 58,05 15,59
TOTAL 7,07 34,61 33,94 1,35 3,14
Lapangan
Pekerjaan Utama
2010 2011
Pertumbuhan Tenaga Kerja per semester
Pertumbuhan Tenaga Kerja per tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
48
2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 184.369 171.060 173.803 163.164 170.911
Industri 12.173 12.300 10.208 11.580 16.049
Perdagangan 33.843 37.852 41.668 56.325 56.596
Jasa-Jasa 44.068 54.070 62.532 58.731 62.655
Lainnya 51.306 41.265 48.679 46.788 52.635
TOTAL 325.759 316.547 336.890 336.588 358.846
Pertanian 13,52 (7,22) 1,60 (6,12) 4,75
Industri (7,65) 1,04 (17,01) 13,44 38,59
Perdagangan (7,33) 11,85 10,08 35,18 0,48
Jasa-Jasa (26,50) 22,70 15,65 (6,08) 6,68
Lainnya (15,51) (19,57) 17,97 (3,88) 12,50
TOTAL (2,11) (2,83) 6,43 (0,09) 6,61
Pertanian (0,82) 5,32 (5,73) (4,62) (1,66)
Industri 2,00 (6,68) (16,14) (5,85) 57,22
Perdagangan 10,29 3,65 23,12 48,80 35,83
Jasa-Jasa 0,00 (9,82) 41,90 8,62 0,20
Lainnya 17,61 (32,05) (5,12) 13,38 8,13
TOTAL 3,02 (4,88) 3,42 6,33 6,52
Lapangan Pekerjaan
Utama
2010 2011
Pertumbuhan Tenaga Kerja per semester
Pertumbuhan Tenaga Kerja per tahun
2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pada Februari 2012 seluruh sektor berhasil menyerap tenaga kerja yang lebih
besar jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2011. Jumlah penduduk yang bekerja
pada Februari 2012 mencapai 358.846 orang. Sektor Pertanian masih menjadi sektor
yang paling banyak menyerap tenaga kerja (47,63%) dikuti oleh sektor jasa-jasa
(17,46%).
Tabel 43. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
Namun jika dibandingkan dengan Februari 2011, tenaga kerja sektor pertanian
pada Februari 2012 justru mengalami penurunan sebesar 1,66% atau sebanyak
2.892 orang. Sementara sektor Industri dan sektor perdagangan menjadi sektor yang
mengalami peningkatan daya serap tenaga kerja tertinggi dengan pertumbuhan
masing-masing 57,22% dan 35,83%.
2012
Februari Agustus Februari Agustus Februari Penduduk 15+ 488.287 494.862 513.750 522.211 531.489
Angkatan Kerja 343.365 342.888 367.312 369.619 384.092
- Bekerja 316.700 316.547 366.890 336.588 358.846
- Penganggur 26.665 26.341 30.422 33.031 25.246
Bukan Angkatan Kerja 144.922 151.974 146.438 152.592 147.397
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 70,32 69,29 71,50 70,78 72,27
Tingkat Pengangguran terbuka (%) 7,77 7,68 8,28 8,94 6,57
2011 Keterangan
2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Barat
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
49
III. Penduduk Pra Sejahtra (Miskin)
Secara umum, tujuan akhir dari kebijakan Pemerintah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat Papua, Pemerintah telah pula memberikan otonomi khusus kepada
Papua yang kemudian diikuti dengan pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun
demikian, berbagai kebijakan tersebut kelihatannya masih belum sepenuhnya ampuh
dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua
maupun Papua Barat.
Tabel 44: Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Papua dan Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat
Hal itu tercermin dari jumlah penduduk miskin di kedua Provinsi yang
penurunannya relatif lambat walaupun secara relatif jumlah penduduk miskin Papua
Barat sedikit lebih cepat berkurang. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hanya
menurun dari 35% pada tahun 2008 menjadi 31% pada Februari 2012 sementara di
Papua Barat jumlah itu menurun dari 37% pada tahun 2008 menjadi 28% pada
Februari 2012.
BAB. 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
Provinsi
Jumlah
Penduduk
Miskin
%
Jumlah
Penduduk
Miskin
%
Jumlah
Penduduk
Miskin
%
Jumlah
Penduduk
Miskin
%
Jumlah
Penduduk
Miskin
%
Papua (ribu) 733.10 35.12 760,3 37,53 761.60 36,8 944.79 31,98 966.59 31.11
Papua Barat (ribu) 246.50 37.08 256,8 35,71 256.30 34,88 249.84 31,92 229.90 28.20
20122010 201120092008
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
50
SERTA REKOMENDASI KEBIJAKAN
1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Pada triwulan IV-2012, ekonomi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
diperkirakan mengalami pertumbuhan positif dan lebih tinggi dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Ekonomi Papua diprakirakan tumbuh pada kisaran 8-10%
terutama disebabkan membaiknya kinerja sektor tambang. Sementara itu
perekonomiaan Provinsi Papua Barat diprakirakan masih bertumbuh pada kisaran 5-
8% terutama didorong oleh sektor pertanian dan sektor industri pengolahan
(peningkatan produksi LNG Tangguh).
Pada sisi permintaan, baik perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat
diperkirakan masih didominasi oleh komponen konsumsi dan investasi.
2. PROSPEK INFLASI
Inflasi di wilayah Papua diperkirakan pada triwulan IV-2012 akan berada 3,7 +/-
1%. Target ini diperkirakan dapat dicapai sepanjang tidak ada guncangan signifikan
dari sisi supply (shock). Keyakinan pencapaian target tersebut juga ditopang oleh
relatif terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat serta peran aktif pemerintah
dalam pengendalian harga-harga khususnya kebutuhan bahan pokok melalui
pemantauan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
3. PROSPEK PERBANKAN
Perluasan aktivitas ekonomi seiring dengan pemekaran wilayah Tingkat II
dipastikan membutuhkan kehadiran perbankan. Pemekaran wilayah tersebut tentu
saja membutuhkan perluasan jaringan perbankan sehingga layanan jasa perbankan
diperkirakan akan meningkat seiring dengan prakiraan bertambahnya jaringan kantor
bank dalam bentuk penambahan ATM maupun KCP baru. Dari sisi permintaan
kredit, diperkirakan akan terjadi peningkatan kredit perbankan mengikuti stabilnya BI
Rate pada level 5,75%.
4. REKOMENDASI
Melihat sumber pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat yang masih di
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
51
didominasi oleh sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan yang
cenderung memiliki dampak penyerapan tenaga kerja yang kecil, maka berbagai
transformasi kebijakan yang diarahkan mendorong pertumbuhan ekonomi pada
pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor pertanian serta sektor perrdagangan,
hotel dan restoran dan sektor usaha lainnya yang bersifat padat karya harus lebih
diperhatikan.
Meskipun penyaluran kredit mengalami pertumbuhan namun apabila
dibandingkan dengan jumlah Dana Pihak Ketiga, secara umum total kredit
tersebut masih tergolong rendsh. Loan to Deposit Ratio (LDR) masih tetap rendah
(sekitar 45-49%). Masih rendahnya tingkat penyaluran kredit tersebut
disebabkan oleh beberapa hal seperti kemampuan dunia usaha memenuhi
persyaratan bank teknis yang masih rendah serta masih rendahnya kemampuan
para pelaku dunia usaha khususnya UMKM dalam menyusun proposal kelayakan
usaha. Berkenaan dengan hal-hal tersebut dan dalam rangka memaksimalkan
peran perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan
koordinasi dengan semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.
Tingkat inflasi di Provinsi Papua dan Papua Barat memang tergolong cukup
rendah namun karena inflasi tersebut lebih disebabkan oleh keterbatasan
pasokan dan atau masalah distribusi, maka koordinasi dengan Pemerintah dan
stakeholders lainnya harus semakin ditingkatkan. Untuk itu pengadaan
ketersediaan kebutuhan barang dan jasa khususnya kebutuhan pokok dan
kebutuhan strategis harus dikordinasikan dengan daerah lainnya yang menjadi
pemasok serta memberikan subsidi bagi nelayan dan petani agar produksi dapat
ditingkatkan. Selain itu, percepatan pembangunan infrastruktur harus
diprioritaskan agar distribusi dapat semakin lancar.