kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · ~uud 1945 pasal 23 d~ bank indonesia adalah...

75
Vol. 2 No. 2 Triwulanan April-Juni 2016 (terbit Agustus 2016) ISSN 2460-4909 e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2016

Upload: dangnhu

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Vol. 2 No. 2 Triwulanan

April-Juni 2016 (terbit Agustus 2016)

ISSN 2460-4909 e-ISSN 2460-5980

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI PAPUA AGUSTUS

2016

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Dasar Hukum Bank Indonesia

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung

jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

~UUD 1945 Pasal 23 D~

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan

Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur

dalam Undang-Undang ini.

~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 2~

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan

nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan

tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas

yang diamanatkan UU

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan

November. Sebelum dipublikasikan, materi Kajian dari berbagai

provinsi telah terlebih dahulu dikompilasi melalui mekanisme kerja

internal Bank Indonesia untuk dijadikan bahan pertimbangan

dalam mengambil kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta

pengawasan perbankan dan sistem keuangan secara

makroprudensial. Publikasi ini berfungsi sebagai media untuk

menyampaikan penjelasan kepada para pemangku kepentingan

dan publik di daerah mengenai perkembangan kondisi terkini,

prospek perekonomian, serta isu yang berkembang dan perlu

dicermati.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 9

Jayapura 99111

T +62 967 534 581

F +62 967 535 201

Salinan elektronis publikasi ini dapat diunduh melalui situs

www.bi.go.id.

Untuk mendapatkan salinan elektronis publikasi ini pada

kesempatan pertama, silahkan mengirimkan surel ke

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan.

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Dewan Redaksi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Penanggung Jawab : Joko Supratikto

(Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua)

Pemimpin Redaksi : Fauzan

(Deputi Kepala Perwakilan/Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan)

Mitra Bestari : Evy Marya Deswita Siburian

(Peneliti Ekonomi Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)

Ratu Miana Ulfani

(Analis Ekonomi/ Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)

Andree Breitner Makahinda

(Analis Ekonomi/ Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)

Penyunting : Arya Jodilistyo

(Analis Ekonomi/Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)

Penulis : Arya Jodilistyo

(Analis Ekonomi/Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)

Enggar Estiko Handoko

(Analis Ekonomi/ Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)

Dedy Swares Sinaga

(Pelaksana/ Unit Sumber Daya)

Kontributor : Yudi Prasetiyo

(Analis/ Manajer Unit Statistik Survei dan Liaison)

Yon Widiyono

(Analis/ Manajer Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan)

Ferdinand Maluenseng

(Kepala Unit Layanan Nasabah, Kliring, serta Perizinan dan Pengawasan

Sistem Pembayaran)

Jaffry Agust Waluyan

(Kasir Senior Unit Operasional Kas)

Oman Hardiman

(Kasir Senior Unit Distribusi Uang)

Mifta Adi Nugraha

(Analis/ Unit Statistik Survei dan Liaison)

Sekretaris : Sari Wulandari

(Pelaksana Yunior/Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan)

Hartati Br. Nainggolan

(Pelaksana Yunior/Unit Statistik Survei dan Liaison)

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

i

Kata Pengantar

Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya,

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua Agustus 2016 ini dapat terbit

tepat waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi

analisis makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan

keuangan daerah menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan

akademisi, maupun masyarakat luas.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui Kata

Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu terbitnya Kajian ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik tersebut tetap

dapat terpelihara di masa mendatang. Akhirnya, besar harapan kami agar Kajian pada

triwulan II 2016 bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian

Papua.

Jayapura, 22 Agustus 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA,

Joko Supratikto

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

ii

Daftar

Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi......................................................................................................................... ii

Daftar Tabel .................................................................................................................. iv

Daftar Grafik .................................................................................................................. v

Tabel Indikator Makro Ekonomi Provinsi Papua ............................................................ viii

Ringkasan Eksekutif .................................................................................................... xi

1 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI DAERAH ........................................................... 1

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan ............................................................... 1

1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha .......................................... 7

Boks 1 SEKILAS TENTANG BANK INDONESIA 7-DAY REPO RATE ................................. 13

2 KEUANGAN PEMERINTAH ....................................................................................... 15

2.1 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua ............................................................ 15

2.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Papua .......................................................... 17

2.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua .......................................... 17

2.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua ................................................. 18

3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ........................................................................... 19

3.1 Inflasi Umum ...................................................................................................... 19

3.2 Komponen Inflasi ............................................................................................... 20

3.3 Kelompok Komoditas ......................................................................................... 23

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah .............................................................. 24

4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH ........................................................................... 27

4.1.Ketahanan Sektor Korporasi ............................................................................... 27

4.1.1. Kondisi Sektor Korporasi ............................................................................. 27

4.1.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga ............................................................... 34

4.1.3 Akses Keuangan UMKM .............................................................................. 38

5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ... 40

5.1 Sistem Pembayaran ............................................................................................ 40

5.2 Pengelolaan Uang Rupiah ................................................................................... 41

Boks 2 MENGENAL SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA .............................. 43

6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................. 46

5.1 Ketenagakerjaan ................................................................................................ 46

5.2 Kesejahteraan ..................................................................................................... 48

Vol. II No. 2 Triwulanan

April-Juni 2016 (terbit Agustus 2016)

ISSN 2460-4909 e-ISSN 2460-5980

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

iii

7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ......................................................................... 50

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................... 50

6.2 Prospek Inflasi .................................................................................................... 52

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

iv

Daftar

Tabel

Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Penggunaan (%) ...................................................... 1

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan (%,yoy) ...................................................... 1

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha ................................ 7

Tabel 1.5 Perkembangan Sektor Lainnya ................................................................. 12

Tabel B1.1 Perbedaan BI Rate dan BI 7-Days Repo Rate ........................................... 13

Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Komponen .......................... 20

Tabel 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Komponen Volatile foods Berdasarkan

Subkelompok ........................................................................................... 22

Tabel 3.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok ............................ 23

Tabel B2.1 Perbedaan SKNBI Generasi I dan SKNBI Generasi II ................................ 44

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama .................... 46

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

v

Daftar

Grafik

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen dan Penghasilan Saat ini ......... 2

Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen di Provinsi Papua ....................... 2

Grafik 1.3 Perkembangan Impor Barang Konsumsi di Provinsi Papua ............................ 2

Grafik 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi di Provinsi Papua ...................... 3

Grafik 1.5 Realisasi Belanja Selain Belanja Modal Pemerintah Provinsi Papua ................. 3

Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja dan Investasi di Provinsi Papua ..................... 4

Grafik 1.7 Impor Barang Modal .................................................................................... 4

Grafik 1.8 Perkembangan Ekspor .................................................................................. 6

Grafik 1.9 Pangsa Ekspor Triwulan II 2016 .................................................................... 6

Grafik 1.10 Impor Provinsi Papua .................................................................................. 6

Grafik 1.11 Pangsa Impor Triwulan II 2016 ................................................................... 6

Grafik 1.12 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha ............ 7

Grafik 1.13 Produksi Tanaman Pangan yang Dominan di Provinsi Papua ....................... 8

Grafik 1.14 Kredit Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ..................................... 8

Grafik 1.15 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika ..................... 9

Grafik 1.16 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika .................... 9

Grafik 1.17 Penjualan Semen di Provinsi Papua ........................................................... 10

Grafik 1.18 Kredit Sektor Konstruksi di Papua ............................................................. 10

Grafik 1.19 Pendaftaran Kendaraan Baru .................................................................... 11

Grafik 1.20 Pembelian Durable Goods ........................................................................ 11

Grafik 1.21 Perkembangan Realisasi Total Belanja Pemerintah Provinsi Papua ............. 11

Grafik B1.1 Ringkasan Latar Belakang Penggunaan BI 7-days Repo Rate ................... 14

Grafik 2.1 Perkembangan Pagu APBN di Lingkup Provinsi Papua ................................ 15

Grafik 2.2 Distribusi APBN menurut Kementerian/Lembaga Negara Penerima Terbesar di

Lingkup Provinsi Papua ................................................................................................. 15

Grafik 2.3 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua .................................................... 15

Grafik 2.4 Distribusi Pagu Belanja Pegawai menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ............................................................... 16

Grafik 2.5 Distribusi Pagu Belanja Modal menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ............................................................... 16

Grafik 2.6 Perkembangan Pagu Pendapatan Pemdaprov Papua Menurut Jenis ........... 16

Grafik 2.7 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemdaprov Papua ............................. 17

Grafik 2.8 Perkembangan Realisasi PAD Pemdaprov Papua ......................................... 17

Grafik 2.9 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Pemdaprov Papua .................. 17

Grafik 2.10 Perkembangan Realisasi Lain-lain Pendapatan Pemdaprov Papua ............. 17

Grafik 2.11 Perkembangan Pagu Belanja Pemdaprov Papua Menurut Jenis ................. 18

Grafik 2.12 Perkembangan Realisasi Belanja Pemdaprov Papua .................................. 18

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan ................................................................... 19

Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan .................................................................... 19

Grafik 3.3 Event Analysis Inflasi ................................................................................... 19

Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Bulanan Menurut Daerah ......................................... 20

Grafik 3.5 Disagregasi Komponen Inflasi Bulanan ....................................................... 20

Grafik 3.6 Disagregasi Inflasi Bulanan Komponen Core inflation ................................. 21

Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi Konsumen ....................................................................... 21

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

vi

Grafik 3.8 ............................................................. 21

Grafik 4.1 Realisasi Kegiatan Usaha ............................................................................. 27

Grafik 4.2 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison......................................................... 27

Grafik 4.3 Indikator Kinerja Perbankan Sektor Korporasi ............................................. 28

Grafik 4.4 Akses Kredit dan Kondisi Keuangan Korporasi ............................................ 28

Grafik 4.5 Likuiditas Korporasi per Sektor (pangsa) ..................................................... 28

Grafik 4.6 Rentabilitas Korporasi per Sektor ................................................................ 28

Grafik 4.7 biaya tenaga kerja. ..................................................................................... 29

Grafik 4.8 Pangsa dan Pertumbuhan DPK Korporasi ................................................... 29

Grafik 4.9 Pangsa Kredit Korporasi per Sektor ............................................................. 29

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Korporasi per Sektor .............................................. 29

Grafik 4.11 NPL Kredit Korporasi per Sektor ................................................................ 30

Grafik 4.12 Pangsa Kredit Korporasi per Penggunaan ................................................. 30

Grafik 4.13 NPL Kredit Korporasi per Penggunaan ...................................................... 31

Grafik 4.14 Kredit Konstruksi ...................................................................................... 31

Grafik 4.15 Harga Komoditas Tembaga ...................................................................... 31

Grafik 4.16 Harga Komoditas Emas ............................................................................. 32

Grafik 4.17 Curah Hujan ............................................................................................. 32

Grafik 4.18 Tinggi Gelombang Minggu III Juni 2016 ................................................... 32

Grafik 4.19 Hasil Survei Konsumen ............................................................................. 33

Grafik 4.20 Komponen Keyakinan Konsumen Saat Ini ................................................ 33

Grafik 4.21 Komponen Penggunaan Penghasilan........................................................ 33

Grafik 4.22 Pangsa Responden berdasarkan Nilai ........................................................ 34

Grafik 4. 23 Persentase Keterlambatan membayar kewajiban ..................................... 34

Grafik 4.25 Indikator Kinerja Perbankan ...................................................................... 35

Grafik 4.26 Pangsa DPK Rumah Tangga ...................................................................... 35

Grafik 4.27 Komponen DPK Rumah Tangga ............................................................... 35

Grafik 4. 30 Pangsa Komponen Kredit Rumah Tangga ................................................ 36

Grafik 4.28 Perkembangan Komponen DPK Rumah Tangga ....................................... 36

Grafik 4.29 Pangsa Kredit Rumah Tangga ................................................................... 36

Grafik 4.31 Pertumbuhan Penggunaan Kredit Sektor Rumah Tangga ......................... 36

Grafik 4.32 NPL Penggunaan Kredit Sektor Rumah Tangga ........................................ 37

Grafik 4.33 Ekspektasi Masyarakat .............................................................................. 37

Grafik 4.34 Pertumbuhan Kredit UMKM ..................................................................... 38

Grafik 4.35 NPL Kredit UMKM .................................................................................... 39

Grafik 4.36 Jumlah Rekening Kredit UMKM ................................................................ 39

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI .................................................................. 40

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS ............................................................... 40

Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal melalui KPw BI Provinsi Papua ...................................... 41

Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar di KPw BI Provinsi Papua .................... 42

Grafik B2.1 Prinsip Pengembangan SKNBI Generasi II ................................................ 43

Grafik B2.2 Kelebihan SKNBI Generasi II .................................................................... 45

Grafik 6.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .................... 46

Grafik 6.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Lapangan Pekerjaan Utama .......... 46

Grafik 6.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ......................... 47

Grafik 6.4 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja .................................... 47

Grafik 6.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan ..................... 47

Grafik 6.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani ............................................................... 48

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

vii

Grafik 6.7 Perbandingan NTP Papua dengan NTP Nasional .......................................... 48

Grafik 6.8 Jumlah Penduduk Miskin ............................................................................ 48

Grafik 6.9 Perkembangan Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan ....... 48

Grafik 6.10 Perkembangan Garis Kemiskinan di Provinsi Papua .................................. 49

Grafik 7.1 Perbandingan Target Awal dan Realisasi Akhir Tahun Penjualan Komoditas

Tambang Papua ........................................................................................................... 50

Grafik 7.2 Ekspektasi Konsumen ................................................................................. 51

Grafik 7.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Inflasi .......................................................... 52

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

viii

Tabel Indikator Makro Ekonomi

Provinsi Papua

A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

2012 2013Total Total Total Total I II

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 1,72 8,55 3,81 7,97 (1,18) (5,91)

Menurut Penggunaan

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,47 6,23 7,10 6,11 5,56 6,54

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,87 7,25 12,29 5,87 8,23 5,55

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7,43 8,73 8,98 5,14 2,61 5,31

Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,82 6,56 7,78 7,11 6,75 6,78

Perubahan Inventori (111,10) 90,61 (182,91) (172,26) 89,81 5,11

Ekspor Luar Negeri (28,40) 32,38 (46,83) 38,88 (2,27) (39,56)

Impor Luar Negeri (8,69) (41,20) 105,27 (20,08) (3,97) 32,57

Net Ekspor Antar Daerah (57,51) 367,41 (152,80) (103,17) (268,47) (49,88)

Menurut Kategori Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,18 6,04 5,79 6,73 4,13 5,17

Pertambangan dan Penggalian (6,41) 9,00 (2,67) 7,77 (11,65) (22,18)

Industri Pengolahan 1,93 2,13 8,72 3,77 7,18 1,31

Pengadaan Listrik, Gas 10,45 7,45 6,24 (4,15) 25,43 13,61

Pengadaan Air 4,63 6,53 6,25 3,99 3,70 3,77

Konstruksi 13,99 11,79 8,56 10,70 4,06 6,33

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,84 9,36 7,30 8,25 2,32 6,66

Transportasi dan Pergudangan 8,74 8,15 10,26 9,53 4,03 7,28

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,86 11,67 12,57 7,52 4,71 7,70

Informasi dan Komunikasi 10,23 12,79 6,63 5,19 5,43 1,57

Jasa Keuangan 7,85 13,89 7,26 2,63 3,53 16,22

Real Estate 10,01 11,67 8,09 5,86 7,31 7,19

Jasa Perusahaan 6,52 5,88 9,65 3,97 5,80 6,20

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8,36 2,80 15,96 11,03 13,51 10,44

Jasa Pendidikan 9,62 9,75 8,15 7,24 6,30 11,45

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,76 9,29 9,36 8,36 5,91 11,80

Jasa lainnya 9,11 10,42 8,55 7,04 5,19 6,86

Inflasi Nasional (% yoy) 4,30 8,38 8,36 3,35 4,45 3,45

Inflasi Papua (% yoy) 4,52 8,27 9,12 3,57 3,76 5,23

Kota

Jayapura 4,52 8,27 7,98 2,79 3,81 5,24

Merauke - - 12,31 5,76 3,62 5,19

Disagregasi Komponen

Inflasi Inti (Core Inflation ) 4,35 6,61 5,10 3,64 3,24 3,24

Harga Pangan Bergejolak (Volatile Food ) 7,46 6,59 12,14 3,26 4,98 8,49

Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices ) 1,00 18,23 18,24 3,27 4,59 8,07

Kelompok Komoditas

Bahan Makanan 8,26 7,12 11,56 4,34 4,78 8,36

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4,02 8,18 8,78 5,26 4,62 4,35

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,28 9,18 7,44 3,16 2,53 1,67

Sandang 2,48 4,07 4,02 3,91 2,43 3,14

Kesehatan 0,57 3,80 4,47 5,93 4,19 3,29

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,96 3,73 3,91 3,29 2,63 2,62

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2,29 11,97 11,43 0,50 4,20 8,66

Indikator2014 2015 2016

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

ix

B. Perbankan

I II III IV I II III IV I II

Total Asset (Rp miliar) 35.419 42.916 49.479 41.929 43.569 50.098 55.188 44.833 47.139 52.589

DPK (Rp miliar) 28.756 32.371 35.851 34.119 32.819 35.880 39.017 35.418 35.919 39.108

Giro (Rp miliar) 9.728 12.452 13.948 12.383 9.972 12.566 14.867 9.475 12.015 13.781

Tabungan (Rp miliar) 12.524 12.238 12.606 13.378 13.929 13.557 14.002 18.587 15.705 16.309

Deposito (Rp miliar) 6.504 7.681 9.297 8.359 8.918 9.758 10.148 7.356 8.200 9.018

Penyaluran Kredit oleh Kantor Bank di Papua (Rp miliar) 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712

Lokasi Proyek di Prov. Papua 17.470 18.352 18.950 19.484 19.373 20.317 20.528 20.957 20.511 21.695

Lokasi Proyek Luar Prov. Papua 564 708 751 833 798 868 909 977 930 1.017

Penyaluran Kredit di Provinsi Papua (Rp miliar) 18.737 19.677 20.281 20.879 20.860 22.021 22.364 22.891 22.432 23.705

Oleh Kantor Bank di Prov. Papua 17.470 18.352 18.950 19.484 19.373 20.317 20.528 20.957 20.511 21.695

Oleh Kantor Bank Luar Prov. Papua 1.268 1.325 1.331 1.395 1.487 1.704 1.836 1.934 1.921 2.010

Kredit Penggunaan (Rp miliar) 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712

Modal Kerja 6.997 7.660 8.332 7.666 7.435 8.048 9.316 9.388 8.822 9.480

Investasi 2.766 2.911 2.863 3.314 3.285 3.472 2.172 2.389 2.352 2.535

Konsumsi 8.271 8.488 8.506 9.337 9.451 9.665 9.949 10.158 10.268 10.697

Kredit Sektoral (Rp miliar) 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 604 670 700 711 733 923 434 695 696 718

2. Pertambangan dan Penggalian 46 55 78 49 54 56 5 43 61 59

3. Industri Pengolahan 376 357 340 327 315 306 161 327 316 333

4. Pengadaan Listrik dan Gas 31 33 44 49 36 43 22 34 33 34

5. Pengadaan Air 2 4 7 5 3 6 2 6 5 5

6. Konstruksi 1.327 1.516 1.923 1.526 1.295 1.558 1.175 1.635 1.156 1.534

7. Perdagangan Besar dan Eceran 4.430 4.723 4.887 5.156 5.252 5.599 6.901 6.135 6.122 6.487

8. Transportasi dan Pergudangan 457 544 570 596 602 586 466 576 589 615

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 637 667 686 675 660 681 365 671 672 694

10. Informasi dan Komunikasi 10 10 18 18 18 18 7 9 9 9

11. Perantara Keuangan 105 160 96 135 128 124 60 105 94 84

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 225 175 176 171 184 186 140 210 232 275

13. Jasa Perusahaan 223 203 201 222 217 224 220 212 172 171

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 3 6 4 111 37 2 1 66 17 1

15. Jasa Pendidikan 32 18 29 14 12 16 10 14 12 10

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 31 30 32 31 30 36 29 37 33 38

17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 9.498 9.889 9.910 10.522 10.594 10.821 11.438 11.159 11.221 11.645

Kredit UMKM 7.528 8.178 8.401 8.815 8.780 9.100 6.904 9.209 8.051 8.558

Kredit Rumah Tangga 5.147 5.532 5.585 8.717 8.828 8.907 6.413 9.200 9.496 9.984

KPR/KPA 1.264 1.245 1.275 1.365 1.346 1.410 1.529 1.578 1.641 1.817

Kredit Ruko/Rukan 284 364 317 335 349 369 374 394 391 383

KKB 57 61 59 54 51 50 56 58 56 58

Multiguna 2.893 3.152 3.210 6.236 6.363 6.364 3.729 6.406 6.641 6.939

Lainnya 650 709 724 727 718 714 725 764 767 787

Non Performing Loan (Rp miliar) 361 593 638 795 896 1.004 1.288 1.104 1.142 1.260

NPL Ratio (%) 2,00 3,11 3,24 3,91 4,44 4,74 6,01 5,03 5,33 5,55

LDR 62,71 58,88 54,95 59,55 61,46 59,04 54,95 61,93 59,69 58,08

Suku Bunga Simpanan Tertimbang (% per tahun)

Kantor Bank di Provinsi Papua 3,03 2,99 3,19 3,03 3,37 3,30 4 3 3,31 3,16

Nasional 4,42 4,59 4,78 4,75 4,77 4,46 4 4 4,21 3,93

Suku Bunga Kredit Tertimbang (% per tahun)

Kantor Bank di Provinsi Papua 12,60 12,70 12,75 12,74 12,73 12,80 13 13 12,76 12,65

Nasional 11,22 11,42 11,52 11,58 11,53 11,54 11 12 11,48 11,24

Jumlah Kantor Bank

Jumlah Bank

Papua 23 23 23 23 23 23 25 25 26 26

Nasional 1.756 1.753 1.753 1.762 1.762 1.762 1.762 1.762 1.756 1.753

Jumlah Kantor Bank

Papua 273 273 273 287 287 287 289 289 319 329

Nasional 23.421 23.769 24.241 24.843 25.036 25.266 25.420 25.420 38.945 38.885

Jumlah Rekening (dalam ribu)

Rekening Dana Pihak Ketiga

Papua 1.630 1.591 1.633 1.692 1.653 1.671 1.707 1.795 1.835 1.898

Nasional 156.905 156.263 160.367 165.182 161.807 164.919 168.600 173.969 178.087 183.459

Rekening Kredit

Papua 182 186 190 193 195 197 197 202 204 206

Nasional 39.012 39.410 39.934 40.414 40.578 40.673 40.731 41.150 41.440 41.454

2014 2015 2016Provinsi Papua

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

x

C. Sistem Pembayaran

I II III IV I II III IV I II

Pengelolaan Uang (Kartal) Rupiah

Inflow (Rp miliar) 2.853,48 1.224,47 1.497,83 1.468,08 2.646,47 909,17 1.497,86 856,08 2.417,19 813,30

Outflow (Rp miliar) 893,21 1.870,83 2.515,98 6.238,60 855,28 1.852,00 2.714,44 5.439,51 513,24 2.994,58

Pemusnahan UTLE (Rp miliar) 395,49 200,57 332,06 260,02 408,07 301,30 262,63 193,13 536,68 249,40

Kliring

Total

Nominal (Rp juta) 1.169.841 1.071.287 1.126.530 1.449.761 1.123.097 1.202.372 1.553.207 3.127.063 4.027 4.526

Volume (lembar) 28.209 28.350 27.911 34.352 40.587 44.596 47.682 58.025 72.732 84.341

1. Kliring Kredit

Nominal (Rp juta) 70.116 73.113 73.382 184.197 306.530 219.173 461.277 1.527.788 2.701 3.293

Volume (lembar) 3.785 3.578 3.690 7.304 19.445 14.488 23.576 31.749 47.396 59.053

2. Kliring Debit

Nominal (Rp juta) 1.099.725 998.174 1.053.148 1.265.564 816.567 983.198 1.091.930 1.902.934 1.364 1.259

Volume (lembar) 24.424 24.772 24.221 27.048 21.142 30.108 24.106 26.735 25.749 25.776

2.1 Kliring Debit Penyerahan

Nominal (Rp juta) 1.143.978 1.051.820 1.085.299 1.328.203 1.052.941 1.139.485 1.123.330 1.599.275 1.326 1.233

Volume (lembar) 25.004 25.392 24.927 27.727 24.708 32.500 24.720 26.276 25.336 25.288

2.2 Kliring Debit Pengembalian

Nominal (Rp juta) 44.253 53.646 32.151 62.639 236.375 156.287 31.400 303.658 37.959 25

Volume (lembar) 580 620 706 679 3.566 2.392 614 459 413 488

20162014 2015Indikator Sistem Pembayaran

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

xi

Ringkasan

Eksekutif

Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2016 mengalami kontraksi sebesar

5,91% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 1,18% (yoy) dan jauh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang

mencapai 5,18% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan kinerja sektor pertambangan

yang tidak sebaik periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan

perekonomian tersebut relatif di luar asesmen pada Kajian triwulan lalu. Pertumbuhan

ekonomi Papua triwulan selanjutnya diperkirakan tumbuh positif seiring dengan

akselerasi kinerja komponen Konsumsi dan Ekspor.

Selanjutnya, realisasi kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Papua triwulan II

2016 menunjukkan perkembangan yang positif dan relatif lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pagu APBD 2016 mengalami kenaikan

dibanding 2015, sementara pagu APBN 2016 lebih rendah dibandingkan tahun

sebelumnya. Terkait dengan inlasi di Provinsi Papua, pada triwulan II 2016 sebesar 5,23%

(yoy), mengalami kenaikan dari triwulan lalu yang sebesar 3,76% (yoy). Kenaikan inflasi

ini disebabkan oleh komponen volatile food dan administered prices yang mengalami

peningkatan signifikan. Sementara inflasi pada komponen inti (core inflation) dapat tetap

terjaga pada level yang rendah.

Terkait inflasi di Provinsi Papua pada triwulan II 2016 sebesar 5,23% (yoy),

mengalami kenaikan dari triwulan lalu yang sebesar 3,76% (yoy). Kenaikan inflasi

ini disebabkan oleh komponen volatile food dan administered prices yang mengalami

peningkatan signifikan. Sementara inflasi pada komponen inti (core inflation) dapat tetap

terjaga pada level yang rendah. Ke depan, inflasi di Papua diperkirakan terjaga sesuai

target nasional yaitu sebesar 4±1%.

Dari sisi Stabilitas Keuangan Daerah, Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan kondisi kurang optimalnya kinerja sektor

korporasi. Sejalan dengan kondisi perekonomian Papua, kinerja perbankan di

sektor Korporasi Papua pada triwulan II 2016 cenderung mengalami

perlambatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) secara signifikan mengalami perlambatan,

demikian juga halnya dengan kredit. Sementara itu pada triwulan laporan NPL mengalami

penurunan, namun masih berada di level yang relatif tinggi diatas ketentuan batas atas

Bank Indonesia (5%). Disisi lain, kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan II 2016 masih

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

xii

terjaga dengan positif, tercermin dari pertumbuhan ekonomi Papua dari sisi Penggunaan

yang meningkat. Sementara itu dari penyaluran kredit ke UMKM, pada triwulan II 2016

mengalami sedikit kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perkembangan transaksi Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada

triwulan II 2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara volume

dan nominal. Transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada

triwulan laporan relatif stabil dibandingkan triwulan lalu. Sementara itu, dalam

pengelolaan uang rupiah, selama triwulan II 2016 terjadi net-outlow sebesar Rp2,2 triliun

yang dipengaruhi tingginya kebutuhan uang tunai di masyarakat menjelang lebaran.

Dari sisi tenaga kerja dan kesejahteraan, meskipun perekonomian di Papua

mengalami kontraksi selama semester I 2016, Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) tercatat membaik pada awal tahun 2016. Hal tersebut ditunjukkan dengan

turunnya TPT dari 3,99% pada September 2015 menjadi 2,97% pada Februari 2016.

Penurunan TPT pada triwulan ini merupakan yang pertama setelah tren peningkatan TPT

berlangsung sejak triwulan I 2014. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua masih

mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan II 2016 (97,13). Nilai tersebut

mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum dapat mengimbangi

kenaikan indeks biaya yang harus dibayar. Di sisi lain, walaupun TPT pengalami

penurunan, angka kemiskinan di Papua mempunyai tren kenaikan dalam dua

tahun terakhir.

Asesmen Bank Indonesia pada periode laporan memproyeksikan pertumbuhan

ekonomi Papua selama 2016 cenderung mengalami perlambatan. Pertumbuhan

ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan akan berada di kisaran 2% - 3% (yoy)

dengan kecenderungan bias ke bawah, jauh lebih rendah dibanding perkiraan

sebelumnya yang berkisar 8% 9% (yoy). Koreksi proyeksi tersebut terutama

mempertimbangkan kondisi dinamika perekonomian yang telah maupun yang akan

terjadi dalam perekonomian Papua, terutama pada sektor Pertambangan yang secara

dominan yang mempengaruhi perekonomian Papua.

Dari sisi inflasi, asesmen pada periode kali ini masih mempertahankan proyeksi

sebelumnya, dimana inflasi akhir tahun 2016 akan berada pada interval 3,8

4,8% (yoy) dengan kecenderungan bias bawah. Angka proyeksi tersebut dengan

mempertimbangkan bahwa salah satu faktor pemicu inflasi lebih disebabkan oleh faktor

musiman dan tidak terdapat tekanan kebijakan harga yang signifikan hingga akhir tahun.

Realisasi inflasi akan lebih rendah jika Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat

menjalankan peran secara optimal dalam memitigasi risiko inflasi yang ada.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

1

1 PERKEMBANGAN MAKRO

EKONOMI DAERAH

ertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2016 mengalami kontraksi sebesar

5,91% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 1,18% (yoy) dan jauh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang

mencapai 5,18% (yoy). Kontraksi ini disebabkan oleh kinerja sektor pertambangan yang

tidak sebaik triwulan II 2015. Tingkat pertumbuhan perekonomian tersebut relatif di luar

asesmen pada Kajian triwulan lalu. Pertumbuhan ekonomi Papua triwulan selanjutnya

diperkirakan tumbuh positif seiring dengan akselerasi kinerja komponen Konsumsi dan

Ekspor.

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

Berdasarkan penggunaan, penurunan

perekonomian Papua pada triwulan II 2016

terutama disebabkan oleh kontraksi kinerja

ekspor yang mencapai 67,14% (yoy). Di sisi

lain, komponen Konsumsi yang mempunyai

share paling besar terhadap total ekonomi

Papua (64,59%) tumbuh sebesar 6,15%

(yoy) pada triwulan ini, yang j uga diikuti

pertumbuhan komponen Investasi yang

mengalami kenaikan sebesar 6,36% (yoy).

P

sumber: BPS, diolah

Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Penggunaan (%)

2013 2015 2016 2016

Komponen Pengeluaran Total Total Total I II

Konsumsi 60,64 62,98 61,71 67,91 64,59

Konsumsi Swasta 40,27 41,54 40,82 45,87 43,56

Konsumsi Pemerintah 18,86 19,80 19,28 20,22 19,33

Konsumsi LNPRT 1,52 1,64 1,61 1,83 1,70

Investasi 26,47 27,13 27,17 30,09 29,59

Ekspor Netto 12,89 9,89 11,12 2,00 5,82

2014

sumber: BPS, diolah

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan (%,yoy)

2013 2014 2015

Komponen Pengeluaran Total Total I II III IV Total I II

Konsumsi 4,41 7,81 3,36 2,75 2,95 3,35 5,80 4,73 6,15

Konsumsi Rumah Tangga 2,41 7,10 2,07 2,08 2,21 1,94 6,11 5,56 6,54

Konsumsi Pemerintah 8,73 8,98 6,35 4,23 4,31 5,63 5,14 2,61 5,31

Konsumsi LNPRT 7,25 12,29 3,17 3,07 6,51 10,59 5,87 8,23 5,55

Investasi 6,90 6,41 5,94 8,94 10,12 7,41 8,11 6,36 6,75

Ekspor Netto 20,50 -20,37 -31,70 72,14 -26,03 252,65 21,44 -75,18 -67,14

P D R B 6,91 3,81 -0,05 11,92 0,94 12,22 7,97 -1,18 -5,91

2015 2016

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 2

Konsumsi

Komponen Konsumsi pada triwulan II 2016

tumbuh positif sebesar 6,15% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang hanya tumbuh 4,73% (yoy).

Pertumbuhan tersebut ditopang dari

Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh

sebesar 6,51% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(5,66%, yoy). Sementara itu, kinerja

Konsumsi Pemerintah pada triwulan laporan

mengalami perbaikan dengan tumbuh

sebesar 5,31% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya tumbuh 2,61% (yoy).

Asesmen mengidentifikasi setidaknya

terdapat dua faktor yang mengkonfirmasi

pertumbuhan konsumsi tersebut, yaitu

tingkat keyakinan konsumen dan tingkat

penghasilan.

Tingkat keyakinan konsumen yang relatif

stabil terkonfirmasi oleh hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, dimana mayoritas responden

cenderung masih optimistis akan kondisi dan

perkembangan ekonomi yang terjadi.

Namun, tren peningkatan indeks pada

triwulan laporan relatif terbatas

dibandingkan triwulan lalu.

Temuan tersebut sejalan dengan rilis Badan

Pusat Statistik (BPS) mengenai tendensi

konsumen di Provinsi Papua. Setelah sempat

menangkap kecenderungan ekspektasi

pesimis pada periode lalu, Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) triwulan ini naik cukup

signifikan yang mengindikasikan konsumen

lebih optimis terhadap perekonomian. Dari

sisi pendapatan, konsumen cenderung

merasa penghasilan yang diperolehnya stabil

dari periode lalu.

Kedua faktor yang dijelaskan diatas

mendorong konsumsi rumah tangga pada

periode laporan tumbuh positif

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen di Provinsi Papua

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

ITKPendapatan RTPengaruh Inflasi thdp. KonsumsiGaris 100

sumber: BPS

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen dan Penghasilan Saat ini

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Penghasilan Saat Ini

Garis 100

Optimistis

Pesimistis

sumber: Survei Konsumen

Grafik 1.3 Perkembangan Impor Barang Konsumsi di Provinsi Papua

-100

100

300

500

700

900

(01)

01

03

05

07

09

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Nilai Impor Konsumsi Pertumbuhan [sk. kanan]

juta USD % yoy

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 3

Akibatnya Konsumsi Swasta pada triwulan II

2016 dapat tumbuh mencapai 6,51% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan periode

sebelumnya.

Indikator lain yang dapat menggambarkan

pertumbuhan ekonomi adalah nilai impor

barang-barang konsumsi rumah tangga.

Data impor produk kategori ini

menunjukkan bahwa pada triwulan II 2016

impor barang konsumsi rumah tanggga

tumbuh stabil sebesar 0,52% (yoy).

Data prompt indicator makro ekonomi

lainnya adalah data penyaluran kredit

dimana penyaluran kredit Konsumsi

menunjukkan pertumbuhan meningkat

dibandingkan triwulan I 2016, yaitu dari

periode sebelumnya sebesar 6,02% (yoy)

menjadi 7,82% (yoy).

Sementara dari komponen Konsumsi

Pemerintah, pertumbuhan meningkat

sampai level 5,31% (yoy), dari triwulan

sebelumnya yang hanya 2,61% (yoy). Angka

tersebut konsisten dengan pertumbuhan

penyerapan Belanja Pemerintah Selain

Belanja Modal APBD Provinsi Papua di

triwulan II 2016 yang tumbuh tinggi sebesar

67,9% (yoy). Angka ini cukup signifikan bila

dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh

24,1% (yoy). Penguatan Konsumsi

Pemerintah pada triwulan laporan terutama

disebabkan oleh pembayaran gaji ke-13 dan

ke-14 pada akhir triwulan II 2016. Penjelasan

lebih lanjut atas hal tersebut akan dibahas

pada Bab 2 Kajian ini.

Asesmen Bank Indonesia menunjukkan

bahwa komponen Konsumsi pada triwulan

berikutkan diperkirakan akan tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,

terutama didorong oleh konsumsi

pemerintah. Program-program kerja

pemerintah diperkirakan akan direalisasikan

pada triwulan III 2016 untuk mengejar

penyerapan anggaran di akhir tahun.

Grafik 1.5 Realisasi Belanja Selain Belanja Modal Pemerintah Provinsi Papua

-30

-10

10

30

50

70

90

110

130

150

(2.000)

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Total Belanja Selain Belanja Modal Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: DJPK dan BPKAD Prov. Papua

Grafik 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi di Provinsi Papua

0

5

10

15

20

25

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Kredit KonsumsiPertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: Laporan Bank

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 4

1.1.2 Investasi

Nilai komponen Investasi Papua di triwulan II

2016 tercatat meningkat sebesar 6,75%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 6,36% (yoy).

Sejalan dengan pertumbuhan komponen

Investasi, impor barang modal pada triwulan

II 2016 tumbuh 6,19% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 30,65% (yoy).

Sementara

perbankan di Papua pada triwulan II 2016

lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Penyaluran kredit konsumsi

terkontraksi 0,70% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya (-0,01%,

yoy). Peningkatan komponen Investasi yang

bahwa mayoritas faktor pembentuk

kredit.

Kinerja investasi di Papua tidak terlepas dari

pengaruh dominasi dan ketergantungan

perekonomian Papua yang tinggi terhadap

sektor Pertambangan dan Penggalian.

Terkait dengan kondisi tersebut, asesmen

memperkirakan pertumbuhan investasi pada

triwulan ini sejalan dengan investasi yang

dilakukan oleh salah satu perusahaan

tambang utama di Papua untuk membeli

barang modal terkait perbaikan mesin

produksi.

Ketergantungan atas sektor Pertambangan

dan Penggalian yang tinggi menyebabkan

investasi juga ditentukan oleh prospek

jangka panjang sektor tersebut. Oleh karena

itu, meski pada sektor-sektor lain aktif

melakukan investasi, fluktuasi investasi

agregat di Papua tetap ditentukan oleh

Grafik 1.7 Impor Barang Modal

-100

0

100

200

300

400

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Nilai Impor Barang Modal Pertumbuhan [sk. kanan]

USD juta

% yoy

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja dan Investasi di Provinsi Papua

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Kredit Modal Kerja dan InvestasiPertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: Laporan Bank

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 5

kinerja sektor Penggalian dan

Pertambangan. Belum optimalnya kinerja

pertambangan pada triwulan I dan II 2016

sementara investasi relatif tumbuh positif

mengindikasikan terdapat pembelian

barang-barang modal oleh perusahaan

tambang utama di Papua yang akan

menunjang pertumbuhan dalam jangka

panjang.

Sementara itu, adanya kesepakatan antara

Pemerintah dengan perusahaan tambang

utama di Papua dalam hal keberlanjutan

usaha jangka panjang diperkirakan akan

semakin meningkatkan aktivitas investasi

pada periode mendatang. Sebagaimana

disebutkan dalam berbagai media masa dan

rilis perusahaan tersebut, pemerintah dan

induk perusahaan telah menjalin komunikasi

intensif terkait keberadaan jangka panjang

kegiatan operasionalnya. Pada Oktober

2015 lalu Pemerintah dan perusahaan

pertambangan utama di Papua sepakat

untuk meneruskan pembangunan

pertambangan bawah tanah di Kabupaten

Mimika yang akan menyerap investasi

jangka panjang mencapai USD18 milyar.

Akan tetapi, mengingat belum adanya

kontrak resmi terkait keberlanjutan usaha

dalam jangka panjang berpotensi menjadi

kendala realisasi investasi.

Kinerja komponen Investasi di Papua

diperkirakan tetap tumbuh positif pada

triwulan berikutnya, namun dengan angka

year-on-year (yoy) yang lebih rendah. Hal ini

disebabkan oleh menurunnya investasi yang

dilakukan perusahaan tambang utama di

Papua pada triwulan III 2016 seiring dengan

telah selesainya proses perbaikan mesin

produksi yang dilakukan pada triwulan I dan

II 2016.

1.1.3 Ekspor Netto

Komponen Ekspor Netto Papua pada

triwulan II 2016 mengalami kontraksi

sebesar 67,14% (yoy) pada triwulan ini, lebih

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 6

dangkal dibandingkan kontraksi triwulan

sebelumnya yang sebesar 75,18% (yoy).

Terkontraksinya Ekspor Netto ini merupakan

implikasi dari penurunan kinerja

Pertambangan dan Penggalian di triwulan I

dan II 2016.

Kinerja Ekspor Luar Negeri Papua pada

triwulan II 2016 masih terkontraksi sebesar

38,8% (yoy), lebih dalam dibandingkan

triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi

14,7% (yoy). Tren kinerja ekspor luar negeri

yang terkontraksi telah terjadi dalam 4

triwulan terakhir. Kinerja komponen ini

sangat erat kaitannya dengan ekspor yang

dilakukan oleh pelaku tambang utama di

Papua.

Ekspor Papua yang mayoritas adalah

komoditas pertambangan, yaitu bijih

tembaga, pada triwulan ini sebagian besar

disalurkan ke negara Jepang (27%),

Tiongkok (24%), dan Filipina (18%).

Di sisi lain, komponen Impor Luar Negeri

yang pada triwulan sebelumnya terkontraksi

sebesar 3,9% (yoy), pada triwulan II 2016

tumbuh positif 32,6% (yoy). Pergerakan

tersebut konsisten dengan pergerakan nilai

impor menurut data Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai yang juga tumbuh sebesar 34,5%

(yoy) pada triwulan laporan.

Perlu diketahui bahwa komponen impor

barang modal dan barang antara memiliki

porsi besar dalam struktur impor Provinsi

Papua. Kelompok barang tersebut sebagian

besar terkait dengan kegiatan operasional

dan investasi di sektor pertambangan. Oleh

karena itu, fluktuasi Impor Luar Negeri juga

ditentukan oleh kinerja pelaku usaha

pertambangan. Impor Papua pada triwulan II

2016 didominasi oleh negara Australia

(47,4%) dan Amerika Serikat (23,0%).

Terkait perdagangan antardaerah, pada

triwulan laporan Papua mencatatkan posisi

ekspor neto sebesar Rp 345 miliar atau turun

49,88% dibandingkan periode yang sama

Grafik 1.8 Perkembangan Ekspor

-120

-70

-20

30

80

130

180

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Nilai ekspor nonmigas Nilai ekspor pertambangan

Pertumbuhan ekspor tambang [sk. kanan]

USD juta % yoy

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

Grafik 1.9 Pangsa Ekspor Triwulan II 2016

2%

18%

13%

27%

24%

13%

Lain-lain

Filipina

India

Jepang

RRT

Arab Saudi

Korea Selatan

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

Grafik 1.10 Impor Provinsi Papua

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

800

-25

25

75

125

175

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Impor NonmigasImpor Barang Modal dan AntaraPertumbuhan Nonmigas [sk. kanan]

USD juta

% yoy

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

Grafik 1.11 Pangsa Impor Triwulan II 2016

47,42%

3,99%

23,02%

7,02%

14,43%

Australia

Swedia

Amerika Serikat

Singapura

Jepang

Lainnyasumber: Ditjen Bea dan Cukai

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 7

tahun lalu. Sebagai informasi, perdagangan

keluar daerah Papua sebagian besar juga

ditopang oleh sektor tambang sehingga

fluktuasi perdagangan antara daerah sangat

dipengaruhi oleh kinerja sektor

pertambangan.

Pada triwulan III 2016, secara quarter-to-

quarter (qtq) komponen ekspor luar negeri

diperkirakan akan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan laporan. Namun

secara tahunan, kinerja ekspor Papua

triwulan III 2016 diperkirakan masih lebih

rendah dibandingkan periode sebelumnya

karena tingginya ekspor tambang pada

tahun lalu. Secara keseluruhan, komponen

Net Ekspor diperkirakan lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun

lalu.

1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha

Berdasarkan kategori lapangan usaha,

pertumbuhan tertinggi pada triwulan II 2016

dicatat Jasa Keuangan dan

Asuransi 16,22% (yoy),

Pengadaan Listrik dan Gas 13,61%, yoy),

Jasa Kesehatan 11,80%, yoy).

Sementara dari sektor penyumbang

pertumbuhan pada triwulan ini, paling besar

disumbang oleh pertumbuhan di sektor

i dengan

Walaupun semua sektor mengalami

sumber: BPS, diolah

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha

2012 2013 2014 2015

Total Total Total IV Total I IIPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,18 6,04 5,79 9,73 6,73 4,13 5,17

Pertambangan dan Penggalian (6,41) 9,00 (2,67) 21,33 7,77 (11,65) (22,18)

Konstruksi 13,99 11,79 8,56 12,86 10,70 4,06 6,33

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,84 9,36 7,30 8,77 8,25 2,32 6,66

Transportasi dan Pergudangan 8,74 8,15 10,26 10,06 9,53 4,03 7,28

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8,36 2,80 15,96 13,88 11,03 13,51 10,44

Kategori Lapangan Usaha Lainnya 8,12 9,84 8,19 5,99 5,53 5,92 6,75

Produk Domestik Regional Bruto 1,72 8,55 3,81 14,08 7,97 (1,18) (5,91)

Kategori Lapangan Usaha2015 2016

Grafik 1.12 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha

-10

-5

0

5

10

15

20

25

(8.000)

(3.000)

2.000

7.000

12.000

17.000

22.000

27.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Lainnya Adm. Pemerintahan dan Jaminan Sosial

Transportasi dan Pergudangan Perdagangan dan Reparasi

Konstruksi Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertumbuhan Ekonomi [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: BPS

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 8

pertumbuhan positif, karena kontraksi yang

gan dan

22,18% (yoy)

menjadikan perekonomian Papua

mengalami kontraksi 5,91%.

1.2.1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

Pertumbuhan lapangan usaha kategori

triwulan II 2016 sebesar 5,17% (yoy).

Pertumbuhan ini terakselerasi dibandingkan

dengan triwulan I 2016 yang tumbuh

4,13%(yoy). Data produksi tanaman pangan

2015 yang pada saat edisi ini diterbitkan

telah berupa Atap (Angka Tetap)

menunjukkan bahwa produksi padi, jagung

dan kedelai mengalami penurunan,

termasuk penurunan dalam luas lahan yang

dipanen. Penurunan terjadi karena pengaruh

El Nino pada 2015.

Akselerasi pertumbuhan yang terjadi di

sektor

pertumbuhan

kredit di sektor pertanian pada triwulan II

2016 yang dibandingkan triwulan

sebelumnya tumbuh sebesar 3,2% (qtq),

walaupun secara tahunan kredit di sektor ini

lebih rendah 33,6% dibandingkan tahun lalu

(yoy).

Bank Indonesia memperkirakan sektor ini

akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya (yoy). Faktor penyebab

pertumbuhan yang terakselerasi adalah telah

selesainya efek el nino pada tahun ini dan

masuknya musim panen pada triwulan

berjalan.

1.2.2 Pertambangan dan

Penggalian

Sebagai kategori dominan dalam struktur

ekonomi Papua, fluktuasi sektor ini menjadi

faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi

Papua secara keseluruhan. Pada triwulan

Grafik 1.14 Kredit Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Kredit Sektor Pertanian

Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: Laporan Bank

Grafik 1.13 Produksi Tanaman Pangan yang Dominan di Provinsi Papua

0

2

4

6

8

10

12

14

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

2012 2013 2014 2015

Luas Panen Padi

Luas Panen Ubi Jalar

Produktivitas Padi [sk. kanan]

Produktivitas Ubi Jalar [sk. kanan]

ha ton/ha

sumber: BPS

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 9

terkontraksi 11,65% (yoy). Sementara pada

triwulan II 2016

masih terkontraksi sebesar

22,18%.

triwulan I dan II 2016

disebabkan karena adanya kerusakan di

mesin produksi utama perusahaan tambang

utama di Papua sehingga produksi tambang

tidak dapat optimal. Perbaikan mesin

tersebut telah selesai sehingga diperkirakan

perusahaan akan memaksimalkan produksi

di triwulan III dan IV untuk dapat mengejar

target penjualan.

Dalam jangka menengah kinerja sektor ini

diperkirakan masih akan tertahan. Hasil

asesmen Bank Indonesia menyimpulkan

terdapat setidaknya 3 faktor yang menahan

kinerja Pertambangan dan Penggalian

tersebut. Ketiga faktor dimaksud adalah

kondisi pasar komoditas internasional,

prospek tembaga dan emas dalam jangka

panjang, serta regulasi domestik. Secara

eksternal, pasar komoditas tembaga dan

Permintaan dari negara utama konsumen

komoditas tersebut relatif lemah.

Pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat

Tiongkok (RRT) yang sering menjadi

indikator utama permintaan tembaga dunia

juga mengindikasikan sinyal pelemahan.

Kendati demikian, dalam jangka panjang

asemen memperkirakan sektor ini akan

meningkat kinerjanya. Bertambahnya

kapasitas produksi dengan beroperasinya

tambang bawah tanah membuat

perusahaan tetap akan meningkatkan

produksinya. Sebagaimana rilis resmi

perusahaan triwulan II 2016, target

penjualan perusahaan pada tahun 2016

meningkat hampir dua kali lipat

dibandingkan penjualan tahun 2015.

Tracking yang dilakukan oleh Bank Indonesia

memperkirakan bahwa pada triwulan III

2016 sektor ini akan tumbuh lebih tinggi

Grafik 1.15 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika

-100

-50

0

50

100

150

200

-240

-140

-40

60

160

260

360

460

560

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Produksi Konsentrat Tembaga (Cu)Produksi Konsentrat Emas (Au)Pertumbuhan Tembaga [sk. kanan]Pertumbuhan Emas [sk. kanan]

Cu: juta poundAu: ribu ounce

% yoy

sumber: FCX Quarterly Reports

Grafik 1.16 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

-150

-50

50

150

250

350

450

550

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Penjualan Konsentrat Tembaga (Cu)Penjualan Konsentrat Emas (Au)Pertumbuhan Cu [sk. kanan]Pertumbuhan Au [sk. kanan]

Cu: juta poundAu: ribu ounce

% yoy

sumber: FCX Quarterly Reports

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 10

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini disebabkan rendahnya kinerja sektor

Pertambangan dan Penggalian pada

triwulan III 2015. Selain itu pada triwulan

berjalan, perusahaan tambang utama di

Papua dapat beroperasi secara maksimal

setelah pada semester I 2016 melakukan

perawatan pada salah satu mesin

produksinya.

1.2.3 Konstruksi Kinerja kategori Konstruksi mengalami

akselerasi dari 4,06% (yoy) pada triwulan

lalu menjadi 6,33% (yoy) pada triwulan I

2016. Realisasi tersebut terkonfirmasi

dengan angka penjualan semen di Provinsi

Papua yang tercatat meningkat 30,08%

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Akselerasi pertumbuhan pada sektor

konstruksi ini mengindikasikan bahwa

realisasi proyek-proyek pemerintah pada

triwulan laporan telah berjalan.

Pertumbuhan sektor konstruksi pada

triwulan selanjutnya 2016 diperkirakan juga

akan meningkat seiring dengan dimulainya

proyek-proyek pembangunan infrastruktur

di Papua, terutama proyek jalan Trans Papua,

perbaikan Bandara dan Pelabuhan, serta

proyek-proyek infrastruktur pendukung PON

2020. Berlanjutnya proses pembangunan

infrastruktur dan sarana pendukung jangka

panjang pertambangan juga diperkirakan

akan berkontribusi positif atas pertumbuhan

Konstruksi di Papua.

Apabila melihat data penyaluran kredit

konstruksi, penyaluran kredit konstruksi

triwulan ini tumbuh sebesar 0,46% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami kontraksi

8,62% (yoy).

Pada triwulan berjalan, sektor Konstruksi

diperkirakan akan terakselerasi lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring

dengan pembayaran proyek-proyek

pemerintah yang hampir selesai.

Grafik 1.17 Penjualan Semen di Provinsi Papua

-50

-30

-10

10

30

50

70

90

(100)

(50)

-

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Penjualan SemenPertumbuhan [sk. kanan]

sumber: Asosiasi Semen Indonesia

ribu sak %, yoy

Grafik 1.18 Kredit Sektor Konstruksi di Papua

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-2.000

-1.500

-1.000

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Kredit KonstruksiPertumbuhan [sk. kanan]

sumber: Laporan Bank

Rp miliar % yoy

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 11

1.2.4 Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

Nilai tambah yang dihasilkan oleh kategori

pada triwulan

laporan mencapai 6,66% (yoy), tumbuh

signifikan dibandingkan triwulan lalu yang

tumbuh 2,32% (yoy). Hal ini sejalan dengan

hasil Survei Konsumen yang menunjukkan

tren pembelian durable goods meningkat

pada triwulan II 2016. Data pendaftaran

kendaraan baru, baik roda empat maupun

roda dua pada triwulan laporan lebih rendah

pertumbuhannya dibandingkan triwulan

lalu, namun tetap tumbuh positif. Apabila

pada triwulan I 2016 pertumbuhan

kendaraan roda 2 dan roda 4 tumbuh hanya

11,62% (yoy), pada triwulan laporan

pendaftaran kendaraan baru tumbuh

sebesar 7,24% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu.

Pertumbuhan sektor ini diperkirakan akan

terakselerasi positif pada triwulan berjalan,

seiring dengan pertumbuhan toko modern

di Papua serta terjaganya komponen

Konsumsi Rumah Tangga.

1.2.5 Administrasi Pemerintahan

,Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Wajib

Sejalan dengan peningkatan realisasi belanja

Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan

Sosial pada triwulan laporan

menunjukkan kinerja positif dengan tumbuh

sebesar 10,44% (yoy). Berdasarkan data

realisasi belanja Pemda provinsi, dapat dilihat

bahwa secara tahunan, tingkat

pertumbuhan realisasi triwulan II 2016

tumbuh 34,59% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Asesmen memperkirakan

peningkatan signifikan ini disebabkan oleh

pembayaran gaji ke-13 dan ke-14 pada akhir

triwulan II 2016. Dalam dua tahun terakhir

realisasi total belanja pemerintah Provinsi

Grafik 1.21 Perkembangan Realisasi Total Belanja Pemerintah Provinsi Papua

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

(3.000)

(1.000)

1.000

3.000

5.000

7.000

9.000

11.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Total Belanja PemdaprovPertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: DJPK dan BPKAD Provinsi Papua

Grafik 1.20 Pembelian Durable Goods

0

20

40

60

80

100

120

140

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2014 2015 2016

Pembelian Durable Goods

Garis 100

Optimistis

Pesimistis

sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 1.19 Pendaftaran Kendaraan Baru

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

-15.000

-10.000

-5.000

0

5.000

10.000

15.000

II III IV I II III IV I II

2015 2016

Jumlah Kendaraan BaruPertumbuhan [sk. kanan]

%, yoyunit

sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Papua

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 12

Papua menunjukkan perkembangan yang

positif.

Asesmen Bank Indonesia memperkirakan

sektor ini akan tumbuh di level 8-9%

dibandingkan triwulan yang sama tahun

lalu, sejalan dengan kinerja penyerapan

anggaran di lingkungan pemerintah daerah

di Papua.

1.2.6 Kategori Lainnya

Pertumbuhan kategori - kategori lainnya

pada triwulan laporan secara umum

mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Namun

beberapa sektor seperti

mengalami perlambatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perlu mendapat perhatian bahwa kategori

jasa keuangan yang pada triwulan lalu hanya

tumbuh 3,53% (yoy), pada triwulan II 2016

tumbuh signifkan sebesar 16,22% (yoy).

Pembahasan lebih lanjut atas kinerja

kategori ini dapat dilihat pada Bab 4 Kajian

ini.

Pada triwulan III 2016, semua sektor dalam

kategori-kategori lainnya diperkirakan akan

tumbuh positif, seiring dengan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan

pemerintah.

Tabel 1.5 Perkembangan Sektor Lainnya

sumber: BPS (diolah)

Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Total Total Total Total I II III IV Total I IIIndustri Pengolahan 5,32 1,93 2,13 8,72 5,62 5,45 1,72 2,43 3,77 7,18 1,31

Pengadaan Listrik, Gas 6,34 10,45 7,45 6,24 (13,85) (2,85) (4,70) 4,81 (4,15) 25,43 13,61

Pengadaan Air 3,29 4,63 6,53 6,25 3,47 3,83 5,08 3,56 3,99 3,70 3,77

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,15 7,86 11,67 12,57 4,97 5,85 8,64 10,36 7,52 4,71 7,70

Informasi dan Komunikasi 10,66 10,23 12,79 6,63 0,82 0,69 9,62 9,73 5,19 5,43 1,57

Jasa Keuangan 10,83 7,85 13,89 7,26 10,63 (12,63) 9,66 3,83 2,63 3,53 16,22

Real Estate 13,10 10,01 11,67 8,09 4,96 5,99 5,32 7,08 5,86 7,31 7,19

Jasa Perusahaan 14,29 6,52 5,88 9,65 1,66 3,89 5,55 4,59 3,97 5,80 6,20

Jasa Pendidikan 10,64 9,62 9,75 8,15 7,18 9,27 9,07 3,99 7,24 6,30 11,45

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,29 8,76 9,29 9,36 9,45 9,17 9,84 5,47 8,36 5,91 11,80

Jasa lainnya 12,02 9,11 10,42 8,55 7,56 7,71 8,73 4,56 7,04 5,19 6,86

Total Lapangan Usaha Lainnya 10,61 8,12 9,84 8,19 5,17 3,44 7,47 5,99 5,53 5,92 6,75

2015 2016

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 13

Boks 1 SEKILAS TENTANG BANK INDONESIA 7-DAY REPO

RATE

Pada tanggal 15 April 2016 yang lalu, Bank Indonesia mengumumkan formula baru suku

bunga acuan perbankan, yaitu BI 7-day (Reverse) Repo1 Rate. Kebijakan ini berlaku efektif

sejak 19 Agustus 2016.

Sebelumnya, Bank Indonesia menggunakan BI Rate sebagai instrumen transmisi kebijakan

moneter. Rapat Dewan Gubernur yang dilakukan setiap bulan. BI Rate merupakan suku

bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang

diterapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate

diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui liquidity

management di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional tersebut ditercerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang

Antar Bank2 Overnight (PUAB O/B). Penggerakan suku bunga pada pasar uang tersebut

diharapkan akan diikuti oleh perkembangan suku bunga deposito, dan pada gilirannya

mempengaruhi suku bunga kredit yang disalurkan oleh perbankan. Kemudian, suku

bunga perbankan akan mempengaruhi aggregate demand dan output gap, yang pada

akhirnya berdampak pada inflasi.

Lalu, apa itu BI 7-Day Repo Rate ? BI 7-Day Repo Rate merupakan suku bunga transaksi

pembelian surat berharga surat berharga besyarat oleh perbankan kepada BI dengan

jangka waktu tujuh hari, dengan kewajiban penjualan kembali (bisa disebut dengan

transaksi Repo). Instrumen BI 7-Day Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki hubunga

yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan

di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan.

ASPEK BI RATE BI 7 DAYS REPO RATE

TERM STUCTURE OM Ekuivalen 9-12 Bulan 1 Minggu

SIFAT Non Transaksional Transaksional (dengan Bank sentral)

TRANSMISI Belum tercermin optimal pada suku bunga pasar uang

Hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang

PENDALAMAN PASAR Cost of being illiquid terlalu tinggi,

kurang mendorong pendalaman pasar

Cost of being illiquid lebih rendah,

lebih mendorong pendalaman pasar

1 REPO adalah transaksi penjualan instrumen efek antara dua belah pihak dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang sama dengan harga tertentu. 2 PUAB adalah kegiatan pinjam meminjam dana jangka pendek (dalam satuan malam) antar bank yang dilakukan melalui jaringan komunikasi elektronis.

Tabel B1.1 Perbedaan BI Rate dan BI 7-Days Repo Rate

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 14

Penguatan kerangka operasi moneter tersebut memiliki tiga tujuan utama. Pertama,

memperkuat sinyal kebijakan moneter dengan suku bunga (Reverse) Repo Rate 7 hari

sebagai acuan utama di pasar keuangan. Kedua, memperkuat efektivitas transmisi

kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan

suku bunga perbankan. Ketiga, mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya

transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di pasar uang antarbank (PUAB) untuk

tenor 3 bulan hingga 12 bulan.

Untuk menjaga keefektifan kebijakan ini, Bank Indonesia akan menjaga koridor suku

bunga yang simetris dan lebih sempit, yaitu batas bawah koridor (deposit facility rate/DF

rate) dan batas atas koridor (lending facility rate/LF rate) berada masing-masing 75 bps di

bawah dan di atas BI 7-day (Reverse) Repo Rate.

Dalam menjalankan operasi moneter tersebut, Bank Indonesia juga akan menempuh

langkah-langkah percepatan pendalaman pasar uang. Langkah-langkah yang ditempuh

antara lain mencakup: (1) memperkuat peran suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate

(JIBOR)3 bagi terbentuknya struktur suku bunga di pasar uang untuk tenor dari overnight

sampai dengan 12 bulan; (2) mempercepat transaksi Repo dengan mendorong bank-bank

berpartisipasi ke dalam General Master Repo Agreement (GMRA); (iii) mengurangi

segmentasi dan meningkatkan kapasitas transaksi pasar dengan mendorong perbankan

untuk lebih membuka akses counterparty.

3 JIBOR adalah rata-rata dari suku bunga indikasi pinjaman tanpa agunan (unsecured) yang ditawarkan dan dimaksudkan untuk ditransaksikan oleh Bank Kontributor kepada Bank Kontributor lain untuk meminjamkan rupiah pada tenor tertentu di Indonesia.

Grafik B1.1 Ringkasan Latar Belakang Penggunaan BI 7-days Repo Rate

• BI Rate mencerminkan stance kebijakan moneter yangdiarahkan untuk merespon ekspektasi ke depan

• BI Rate juga diarahkan sebagai acuan suku bunga pasaruang yang diharapkan dapat mempengaruhi suku bungaperbankan

BI Rate

• Transmisi kebijakan moneter kurang efektif Relatif dapat mengendalikan inflasi, namun tidak

efektif menggerakkan suku bunga pasar danperbankan

Perbedaan BI Rate dengan PUAB O/N relatif besar Respon terhadap BI Rate rata-rata 4-6 triwulan

Tantangan

• Memperkuat sinyal kebijakan moneter dengan sukubunga BI 7-day RR Rate sebagai acuan utama di pasarkeuangan

• Memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter• Mendorong pendalaman pasar keuangan

Penguatan

3

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 15

2 KEUANGAN

PEMERINTAH

ealisasi kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Papua triwulan II 2016

menunjukkan perkembangan yang positif dan relatif lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Pagu APBD 2016 mengalami kenaikan dibanding

2015, sementara pagu APBN 2016 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

2.1 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua

Pagu APBN di lingkup pemerintahan Provinsi

Papua pada 2016 mengalami penurunan

dibandingkan dengan 2015. Secara alokasi,

Belanja Modal mengalami penurunan

17,43% dari Rp8,36 triliun di 2015 menjadi

Rp6,90 triliun pada 2016. Untuk Belanja

Barang, terjadi peningkatan anggaran dari

Rp3,46 triliun pada 2015 menjadi Rp3,93

triliun pada 2016, naik 13,34%. Sementara

itu, untuk meningkatkan kesejahteraan

aparatur, Belanja Pegawai meningkat 3,84%

(yoy) dari Rp3,22 triliun menjadi 3,34 triliun

pada tahun ini.

Apabila diuraikan menurut Kementerian dan

Lembaga Negara, Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

mendapatkan pagu terbesar (39,92%) dari

seluruh alokasi APBN di lingkup Provinsi

Papua. Hal ini sejalan dengan alokasi belanja

modal khusus terkait infrastruktur yang

menjadi kewenangan Pemerintah (pusat)

yang juga memperoleh porsi besar dalam

pembangunan infrastruktur di Papua.

Kementerian yang juga memperoleh alokasi

signifikan adalah Kementerian Perhubungan

(15,47%), Kementerian Pertahanan

(11,46%), dan Kepolisian RI (8,92%).

Tingginya anggaran yang dialokasikan untuk

Kementerian Perhubungan karena terdapat

berbagai proyek pembangunan infrastruktur

perhubungan (bandara, pelabuhan) di Papua

yang menjadi kewenangan Pemerintah

Pusat.

R

Grafik 2.2 Distribusi APBN menurut

Kementerian/Lembaga Negara Penerima Terbesar

di Lingkup Provinsi Papua

39,92%

15,47%

11,46%

8,92%

24,23%

Kemen. PUPR Kemen. Perhubungan Kemen. Pertahanan Kepolisian RI Lainnya

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 2.1 Perkembangan Pagu APBN di Lingkup

Provinsi Papua

3.216 3.339

3.464 3.926

8.362 6.905

209 34

Pagu 2015 Pagu 2016

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos

Rp miliar

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 2.3 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi

Papua

4.536 5.165

1.754

2.786 2.027

4.768

75

1

2015-06 2016-06Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos

Rp miliar

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 16

Realisasi APBN pada triwulan II 2016 di

lingkup pemerintahan Provinsi Papua

meningkat signifikan dibandingkan periode

yang sama tahun lalu. Bila pada triwulan II

2015 penyerapannya baru mencapai

20,86%, pada triwulan ini penyerapan APBN

lebih baik yaitu sebesar 32,01%. %. Hal ini

sejalan dengan pertumbuhan sektor

pemerintahan dalam komponen PDRB. Yang

perlu menjadi perhatian bahwa walaupun

penyerapan anggaran pada triwulan II 2016

ini lebih baik dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya, namun masih

belum mencapai 50% sehingga 68%

anggaran harus diserap di triwulan III dan IV

2016.

Penyerapan Belanja Modal pada triwulan II

2016 sebesar 26,13%, meningkat signifikan

dibandingkan triwulan II 2015 yang hanya

13,48. Kenaikan penyerapan Belanja Modal

ini mengindikasikan bahwa kemajuan

pembangunan proyek-proyek infrastruktur

yang didanai oleh APBN sudah berjalan.

Berdasarkan alokasi, Kementerian PUPR dan

Kementerian Perhubungan adalah penerima

alokasi terbesar untuk jenis belanja ini.

Sementara itu, realisasi Belanja Barang

sampai triwulan II 2016 mencapai 27,85%,

lebih tinggi dari periode yang sama tahun

lalu (19,64%). Sedangkan Belanja Pegawai

yang merupakan pengeluaran rutin untuk

pembayaran gaji pegawai pada triwulan II

2016 mencapai 50,24% dari pagu, naik

dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar

41,34%. Tingginya penyerapan pada Belanja

Pegawai karena faktor pembayaran gaji ke-

13 dan ke-14. Distribusi anggaran Belanja

Pegawai di lingkup Provinsi Papua paling

besar dialokasikan untuk Kementerian

Pertahanan dan Kepolisian RI, sesuai dengan

banyaknya jumlah aparatur di kedua

lembaga tersebut.

Grafik 2.5 Distribusi Pagu Belanja Modal

menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua

72,17%

19,72%

1,54%

Kemen PUPR Kemen Perhubungan Lainnya

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 2.4 Distribusi Pagu Belanja Pegawai

menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua

46,15%

22,51%

6,98%

4,59%

19,77%

Kemen Pertahanan Kepolisian RI Kemen AgamaKemen Perhubungan Lainnya

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 2.6 Perkembangan Pagu Pendapatan

Pemdaprov Papua Menurut Jenis

882 1.098

3.457 4.302

7.648 7.035

Pagu 2015 Pagu 2016

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Penda yang Sah

Rp miliar

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 17

2.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Papua

Dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya, kinerja realisasi APBD

Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov)

Papua pada triwulan II 2016 mengalami

peningkatan, khususnya dari sisi

pendapatan. Sementara, di sisi pengeluaran

sedikit menurun dibandingkan pagu tahun

lalu.

2.2.1 Realisasi Pendapatan

Pemerintah Provinsi Papua

Pagu pendapatan APBD Provinsi Papua 2016

mencapai Rp 12,44 Triliun. Sumber terbesar

berasal dari Lain-lain Pendapatan Daerah

yang Sah .

Pagu anggaran Dana Otonomi Khusus pada

2016 mencapai Rp 5,4 Triliun atau 43,3%

dari total pendapatan APBD Provinsi Papua.

Realisasi pos Lain-lain Pendapatan Daerah

mencapai Rp2,26 triliun pada triwulan ini

(32,2% dari pagu). Sementara pos sumber

pendapatan dari Dana Perimbangan,

realisasi mencapai 2,12 triliun atau mencapai

49,3% dari pagu. Dari pos Pendapatan Asli

Daerah (PAD), realisasi triwulan ini mencapai

443 miliar (40,4% dari pagu).

Untuk komponen PAD, penyumbang

terbesarnya adalah Pajak Daerah. Porsi pos-

pos lainnya relatif tidak signifikan

dibandingkan dengan Pajak Daerah. Dari

total Rp443,9 miliar PAD yang terkumpul

sampai triwulan II 2016 ini, Rp 224,0 miliar

disumbangkan oleh Pajak Daerah.

Sementara itu, pada realisasi Dana

Perimbangan, pos Dana Alokasi Umum

(DAU) adalah yang terbesar. Dari total

realisasi dana perimbangan triwulan I 2016

(Rp2,12 triliun), sekitar 67,3% merupakan

komponen DAU (Rp1,43 triliun).

Grafik 2.8 Perkembangan Realisasi PAD

Pemdaprov Papua

65

9

60

16

14

7

23

9

30

0

11

7

79

0

10

1

30

17

622

4

26

53

14

2

Pajak Retribusi Hasil yang Dipisahkan Lain-lain PAD

2015 Pagu 2015 Realisasi Tw. II

2016 Pagu 2016 Realisasi Tw. II

Rp miliar

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Grafik 2.9 Perkembangan Realisasi Dana

Perimbangan Pemdaprov Papua

71

9

2.2

78

46

0

27

6

1.3

29

91

1.2

99

2.5

02

50

3

53

9

1.4

28

15

5

DBH DAU DAK

2015 Pagu

2015 Realisasi Tw. II

2016 Pagu

2016 Realisasi Tw. II

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Rp miliar

Grafik 2.10 Perkembangan Realisasi Lain-lain

Pendapatan Pemdaprov Papua

45

7

4.9

40

2.2

50

22

9

1.4

82

67

5

42

8

5.3

95

1.2

00

28

2

1.6

19

36

0

Dana Peny. dan BOS Dana Otsus Dana Tambahan Infr.

2015 Pagu2015 Realisasi Tw. II

Rp miliar

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Grafik 2.7 Perkembangan Realisasi Pendapatan

Pemdaprov Papua

87

7

3.0

83

7.3

98

35

2.2

32

1.7

23

.34

9

2.3

85

.70

2

1.0

98

4.3

02

7.0

35

44

3.9

53

2.1

22

.67

0

2.2

65

.43

4

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Penda yang Sah

2015 Pagu 2015 Realisasi Tw. II

2016 Pagu 2016 Realisasi Tw. II

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Rp miliar

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 18

2.2.2 Realisasi Belanja

Pemerintah Provinsi Papua

Pagu belanja Pemdaprov Papua mencapai

Rp12,9 triliun. Secara nominal, anggaran

belanja Pemdaprov Papua mengalami

penurunan 2,4% dari anggaran belanja

Belanja

Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/

/Pemerintah Kampung dan Partai Politik

yang mencapai 39,4%. Sementara pos

Belanja Barang dan Jasa mencapai 20,6%

dari Pagu.

Sejalan dengan sisi pendapatan, penyerapan

anggaran belanja APBD Pemdaprov Papua

juga meningkat pada triwulan II 2016.

Sampai triwulan II 2016, total realisasi

anggaran belanja Pemdaprov sebesar

27,03%. Walaupun penyerapannya relatif

masih rendah, namun angka ini lebih baik

dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yang baru terserap 21,78% dari pagu.

Perkembangan yang signifikan dapat dilihat

pada Belanja Modal. Realiasi pos Belanja

Modal meningkat dari 12,43% (Rp347

miliar) pada triwulan II 2015 menjadi

19,79% (Rp527) miliar di triwulan II 2016.

Kenaikan ini mengindikasikan bahwa

proyek-proyek pembangunan yang dibiayai

oleh APBD telah berjalan. Walaupun secara

persentase penyerapan anggaran masih

relatif rendah, namun terdapat peningkatan

persentase penyerapan anggaran dari tahun

ke tahun. Penyerapan anggaran belanja lain

Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/

Pemerintah Kampung dan Partai Politik yang

mencapai 30,26% dari pagu atau sebesar

Rp1,38 triliun. Kenaikan ini sejalan dengan

komitmen pemdaprov Papua yang lebih

mempercayakan proses pembangunan di

daerah kepada pemda kabupaten/kota

sehingga sebagian besar dana

pembangunan ditransfer ke kabupaten/

kota.

Grafik 2.12 Perkembangan Realisasi Belanja

Pemdaprov Papua

1.2

21

10

0

2.7

30

3.1

69

6.0

49

29

6

37

46

8

34

7

1.4

50

1.4

01

18

9

2.6

67

2.7

51

5.9

38

43

6

42

60

2

52

8

1.8

91

Pegawai Bantuan Sosial Barang & Jasa Modal Lainnya

2015 Pagu 2015 Realisasi Tw. II

2016 Pagu 2016 Realisasi Tw. II

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Rp miliar

Grafik 2.11 Perkembangan Pagu Belanja

Pemdaprov Papua Menurut Jenis

1.221 1.401100 189

2.730 2.667

3.169 2.751

6.049 5.938

2015 2016

Belanja Lainnya

Belanja Modal

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Pegawai

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 19

3 PERKEMBANGAN INFLASI

DAERAH

nflasi di Provinsi Papua1 pada triwulan II 2016 sebesar 5,23% (yoy), mengalami

kenaikan dari triwulan lalu yang sebesar 3,76% (yoy). Kenaikan inflasi ini disebabkan

oleh komponen volatile food dan administered prices yang mengalami peningkatan

signifikan. Sementara inflasi pada komponen inti (core inflation) dapat tetap terjaga pada

level yang rendah. Ke depan, inflasi di Papua diperkirakan terjaga sesuai target nasional

yaitu sebesar 4±1%.

3.1 Inflasi Umum

Inflasi di Papua pada triwulan II 2016 sebesar

5,23% (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional

yang hanya 3,45% (yoy). Tingginya inflasi

Papua pada triwulan laporan disebabkan

oleh tingginya permintaan (demand pull)

terhadap bahan makanan kelompok

bergejolak (volatile food) dan komoditas

harga diatur pemerintah (administered

prices). Tingginya inflasi pada triwulan II

2016 merupakan siklus musiman menjelang

lebaran dimana permintaan terhadap barang

sangat tinggi sedangkan penawaran

terbatas.

Secara bulanan, pergerakan tingkat harga

berada pada rentang yang relatif konsisten

dengan data 3 tahun terakhir. Tren historis

menunjukkan harga-harga relatif terkendali

pada triwulan I seiring permintaan yang

terkendali dan supply komoditas pangan

yang terjaga karena masa panen. Pada

periode dimana siklus musiman berlangsung,

menjelang lebaran dan akhir tahun, tingkat

harga mengalami tren kenaikan seiring

tingginya permintaan.

Pada triwulan II 2016, kompilasi rilis Inflasi

BPS di dua kota IHK di Papua (Jayapura dan

Merauke) menunjukkan inflasi bulanan yang

cukup tinggi di kedua kota. Deflasi yang

terjadi pada bulan April 2016 diikuti dengan

inflasi bulan Mei dan Juni 2016 yang terus

meningkat. Pada triwulan laporan, arah

I

Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rerata 2011-2016 2010

2011 2012

2013 2014

2015 2016

% mtm

sumber: BPS, diolah

1Inflasi Papua dihitung dengan menggunakan metode rerata tertimbang berdasarkan bobot kota dari inflasi

Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Jayapura (0,45) dan Kabupaten Merauke (0,16).

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan

0

2

4

6

8

10

12

III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Papua

Nasional

sumber: BPS, diolah

Grafik 3.3 Event Analysis Inflasi

-2

-1

0

1

2

3

4

5

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016

yoymtm [skala kanan]

BBMs turun

BBMs naik,Natal

BBMs naik

Akhir Panen

sumber: BPS, diolah

Ramadhan

Pasca-Lebaran

% %

Pasca-Lebaran

Ramadhan Natal

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 20

inflasi yang disampel untuk survei Indeks

Harga Konsumen (IHK) di kedua kota IHK

(Jayapura dan Merauke) sejalan. Namun

yang masih perlu mendapat perhatian

bahwa pergerakan inflasi daerah di kedua

kota tersebut seringkali berbeda secara arah.

Kondisi tersebut mengkonfirmasi adanya

kesenjangan struktur ekonomi dan tata

niaga dalam wilayah Provinsi Papua.

Asesmen Bank Indonesia menyimpulkan

bahwa minimnya infrastruktur konektivitas

antardaerah di Papua menjadi faktor utama

penyebab masalah disparitas ini.

3.2 Komponen Inflasi

Seiring dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang relatif terjaga, tekanan komponen inti

(core inflation) berada di level yang rendah pada triwulan II 2016 mencapai 3,24 % (yoy),

relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Sebagaimana siklus tahunan yang terjadi

sebelumnya, komponen volatile food terlihat mengalami kenaikan signifikan dari 4,98%

(yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi 8,49% (yoy) pada triwulan II 2016. Tingginya

kenaikan inflasi komponen volatile food dikarenakan tingginya permintaan menjelang

lebaran. Sementara komponen harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices)

juga mengalami kenaikan signifikan dari 4,59% (yoy) triwulan lalu, menjadi 8,07% (yoy)

pada triwulan II 2016. Tingginya inflasi pada kelompok volatile food dan administered

prices memicu inflasi Papua mencapai level 5,23% (yoy).

Grafik 3.5 Disagregasi Komponen Inflasi Bulanan

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016

Core Inflation

Volatile Food

Administered Pricessumber: BPS, diolah

% mtm

Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Bulanan

Menurut Daerah

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016

Papua Jayapura Meraukesumber: BPS

%, mtm

Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Komponen

sumber: BPS, diolah

I II III IV I II III IV I II

Core Inflation 6,01 5,66 4,67 5,10 5,39 5,72 4,60 3,64 3,24 3,24

Volatile Food 14,56 9,36 2,82 12,14 5,95 10,45 12,02 3,26 4,98 8,49

Administered Prices 15,83 11,25 7,16 18,24 12,82 14,49 9,78 3,27 4,59 8,07

Headline Inflation 9,58 7,40 4,51 9,12 6,85 8,20 7,07 3,57 3,76 5,23

20162015

2014

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 21

Jika diuraikan berdasarkan kategori

komoditas pangan dan nonpangan,

komponen inflasi inti baik pangan dan

nonpangan bulan April dan Mei 2016

rendah (0,03% dan 0,13%, mtm). Namun

terjadinya peningkatan yang signifikan pada

komoditas pangan yang mencapai 1,18%

(mtm) pada bulan Juni 2016 mengakibatnya

inflasi inti tetap stabil pada level 3,24% (yoy)

di triwulan ini.

Dari sisi ekspektasi, inflasi yang diantisipasi

masyarakat sebagaimana yang ditunjukkan

oleh Survei Konsumen Bank Indonesia

menunjukkan penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Dengan demikian,

tekanan inflasi inti diperkirakan akan

semakin mereda ke depannya, kecuali terjadi

shock yang belum diantisipasi oleh

perekonomian.

Asesmen Bank Indonesia memperkirakan

pada triwulan III 2016 tekanan pada inflasi

inti berada pada level moderat dengan

kecenderungan bias bawah. Tidak terdapat

even musiman dan kondisi cuaca laut yang

relatif stabil di triwulan berjalan menjadikan

tekanan pada inflasi inti dapat dijaga tetap

stabil. Namun perlu diwaspadai adanya

imported inflation dari kawasan Jawa bila

ada komoditas bahan pokok yang

mengalami kenaikan dari Jawa. Hal ini

mengingat hampir semua kebutuhan barang

pokok Papua didatangkan dari luar Papua.

Dari komponen administered prices,

kenaikan inflasi yang signifikan pada

triwulan ini disumbang oleh harga tiket

angkutan udara. Walaupun komponen ini

mengalami deflasi pada bulan April 2016

sebagai dampak turunnya harga BBM,

namun naiknya harga tiket angkutan udara

yang sangat signifikan menjelang lebaran

memicu inflasi administered prices ke level

6,80% (mtm) pada bulan Juni 2016. Secara

tahunan, inflasi administered prices triwulan

II mencapai 8,07%.

Grafik 3.6 Disagregasi Inflasi Bulanan

Komponen Core inflation

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,4

1,6

1,8

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016

Core

Core Pangan

Core Nonpangan

sumber: BPS, diolah

% mtm

Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi Konsumen

0

50

100

150

200

250

6 9 12 3 6 9 12 3 6

2014 2015 2016

Ekspektasi Inflasi 3 Bulan YADEkspektasi Inflasi 6 Bulan YADEkspektasi Inflasi 12 Bulan YAD

sumber: Survei Konsumen

Grafik 3.8

7,63

-6,19

10,62

3,87

24,49

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

sumber: BPS, diolah

% mtm

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 22

Tidak seperti triwulan II 2016 dimana

adminstered price menjadi penyumbang

utama inflasi di Papua, pada triwulan

selanjutnya komponen administered prices

diperkirakan akan terjaga di level rendah.

Sementara itu, inflasi kelompok volatile food

mengalami peningkatan signifikan dari

triwulan lalu sebesar 0,36% (mtm) menjadi

0,81% (mtm) pada triwulan II 2016.

Kenaikan ini dikarenakan tingginya

permintaan bahan makanan bergejolak

menjelang lebaran. Secara bulanan, nilainya

lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi

dalam setahun terakhir (0,70%, mtm).

Komoditas yang berfluktuasi paling tinggi4

-

Informasi mengenai volatile food tersebut

dapat dijadikan pertimbangan untuk

kebijakan pengendalian inflasi dalam rangka

menjaga keterjangkauan barang dan jasa di

daerah, sebagaimana yang diamanatkan

oleh Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor

027/1696/SJ Tahun 2013. Dengan informasi

tersebut, opsi kebijakan pengendalian harga

dapat difokuskan pada komoditas dari

2 Fluktuasi tertinggi dilihat dari nilai koefisien variasi

antara nilai deviasi standar dan reratanya.

Tabel 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Komponen Volatile foods Berdasarkan Subkelompok

sumber: BPS, diolah

Komponen-Subkelompok

Inflasi

Juni

2015

Inflasi

Maret

2016

Inflasi

Juni

2016

Rerata

periode

Jun-15

Jun-16

Deviasi

Standar

Jun-15

Jun-16

Koefisien

Variasi

(%)

Volatile Food 0,62 0,36 0,81 0,70 1,79 256

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya (2,30) (0,39) 1,56 0,18 0,96 538

Daging dan Hasil-hasilnya 0,98 (0,36) 0,22 0,47 2,27 479

Ikan Segar 0,65 (2,91) 1,95 0,99 3,36 340

Ikan Diawetkan (0,75) (6,57) (0,17) 0,73 3,77 515

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1,40 0,25 2,03 0,74 1,86 252

Sayur-sayuran 3,07 (0,68) (1,92) 1,20 4,92 411

Kacang-kacangan (0,24) 1,02 0,25 0,29 0,72 253

Buah-buahan 2,06 2,23 4,95 0,44 3,40 764

Bumbu-bumbuan 2,82 14,98 (2,99) 2,60 15,62 601

Lemak dan Minyak 0,24 0,30 0,59 0,15 1,22 806

Bahan Makanan Lainnya 1,75 (2,41) 1,43 0,28 1,78 637

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 23

subkelompok komoditas yang mempunyai

andil besar bagi inflasi.

Diperkirakan inflasi volatile food pada

triwulan berjalan dapat dijaga pada level

rendah dengan kemungkinan bias atas.

Produksi komoditas sayuran dan bumbu-

bumbuan di dalam Papua yang meningkat

ditambah pasokan dari luar Papua yang

relatif lancar akan menjaga inflasi komponen

ini terkendali pada level rendah.

3.3 Kelompok Komoditas

Dekomposisi atas kelompok komoditas

penyusunnya menunjukkan bahwa

pergerakan inflasi Papua pada triwulan ini

disumbangan paling tinggi oleh kelompok

komoditas

disusul dengan sumbangan

kelompok . Sebagai

informasi bahwa kelompok

menyumbang bobot 28% dalam

perhitungan inflasi sehingga sedikit

pergerakan harga dalam kelompok tersebut

menyebabkan fluktuasi terhadap inflasi

Papua.

sangat tinggi pada triwulan ini, yaitu sebesar

8,66% (yoy) disumbang oleh kenaikan

signifikan pada tiket angkutan udara. Angka

tersebut merupakan kenaikan harga

tertinggi kelompok ini dalam satu tahun

terakhir.

sumber: BPS

Tabel 3.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok

I II III IV I II III IV I II

Bahan Makanan 14,12 9,02 3,52 11,56 6,27 10,48 11,67 4,34 4,78 8,36

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 9,25 8,86 10,15 8,78 8,63 8,74 6,30 5,26 4,62 4,35

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 8,25 7,26 5,82 7,44 7,06 7,59 5,12 3,16 2,53 1,67

Sandang 4,63 4,95 3,88 4,02 4,37 4,73 3,21 3,91 2,43 3,14

Kesehatan 5,56 4,88 2,86 4,47 6,73 7,67 7,46 5,93 4,19 3,29

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,25 3,22 2,23 3,91 4,58 4,57 4,75 3,29 2,63 2,62

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 8,93 6,32 1,78 11,43 7,29 8,48 6,20 0,50 4,20 8,66

UMUM 9,58 7,40 4,51 9,12 6,85 8,20 7,07 3,57 3,76 5,23

2016Kelompok Komoditas

2014 2015

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 24

Pada triwulan II 2016, kenaikan harga

komposit komoditas Bahan Makanan

meningkat signifikan dibandingkan triwulan

lalu, yaitu sebesar 8,36% (yoy) dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,78% (yoy).

Walaupun terlihat tinggi, namun angka

tersebut masih lebih rendah dibandingkan

rata-rata inflasi komoditas Bahan Makanan

dalam 2 tahun terakhir. Kenaikan tingkat

harga pada kelompok komoditas Bahan

Makanan sejalan dengan inflasi pada

komponen volatile foods.

Jadi,

harganya lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya. Bahkan bila dilihat

tujuh triwulan terakhir tingkat inflasi

cenderung mengalami perlambatan yang

konsisten.

Sementara itu untuk harga gabungan

, Air, Listrik, Gas, dan Bahan

triwulan sebelumnya. Perubahan indeksnya

secara tahunan turun dari 2,53% (yoy)

menjadi 1,67% (yoy). Tren penurunan pada

kelompok harga ini telah terjadi dalam 4

triwulan terakhir. Secara historis kelompok

ini merupakan indikator atas kebijakan

Pemerintah yang mengevaluasi harga BBM

bersubsidi setiap 3 bulan sekaligus respon

pertama atas kebijakan tersebut. Respon

terbesar lainnya apabila terjadi perubahan

kebijakan harga BBM biasanya terjadi pada

subkelompok transportasi.

sedikit kenaikan harga pada triwulan ini

menjadi 3,14% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang

sebesar 2,43% (yoy).

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah

Secara umum, perkembangan harga barang

dan jasa di Provinsi Papua relatif terjaga pada

level rendah, walaupun dalam bulan terakhir

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 25

inflasi naik signifikan sebagaimana siklus

tahunan menjelang lebaran. Namun

berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, inflasi

Papua sampai akhir 2016 dapat terjaga

dengan target inflasi nasional sebesar

4%±1%. Untuk menjaga inflasi pada level

yang diharapkan, maka diperlukan

peningkatan koordinasi pengendalian inflasi.

Salah satu cara meningkatkan dan

mengoptimalkan peran pemerintah dalam

menjaga inflasi daerah yaitu melalui Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

Sebagai informasi, hingga saat ini sudah

terbentuk 10 (sepuluh) Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) di Papua, antara lain

TPID Pemerintah Provinsi Papua, TPID Kota

Jayapura, TPID Kabupaten Merauke, TPID

Kabupaten Nabire dan Kabupaten

Jayawijaya, serta TPID yang baru terbentuk

pada semester I 2016 ini yaitu TPID

Kabupaten Jayapura, TPID Kabupaten

Digoyai, TPID Kabupaten Biak, TPID

Kabupaten Supriori, dan TPID Kabupaten

Intan Jaya. Sementara di 20 kabupaten

lainnya di Papua belum terbentuk TPID.

Dengan melihat pentingnya koordinasi

dalam pengendalian inflasi, pemerintah

pusat menginstruksikan kepada seluruh

Kepala Daerah (Gubernur, Walikota, dan

Bupati) di wilayah Indonesia yang belum

memiliki TPID agar segera membentuk TPID.

Hal ini mengacu pada arahan Presiden dalam

Rakornas TPID VII pada Agustus 2016 dan

Instruksi Menteri Dalam Negeri No.

027/1696/SJ tanggal 2 April 2013 tentang

Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di

Daerah serta Instruksi Menteri Dalam Negeri

No.500/6414/SJ tanggal 19 September 2013

perihal Rencana Aksi Tindak Lanjut Paket

Kebijakan Stabilisasi dan Pertumbuhan

Ekonomi.

Berkenaan dengan hal tersebut, Bank

Indonesia akan berupaya semaksimal

mungkin untuk mengawal dan menginisiasi

pembentukan TPID di seluruh wilayah Papua.

Namun demikian, agar upaya tersebut dapat

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 26

terlaksana dengan baik, diperlukan

dukungan dari seluruh pengampu kebijakan,

khususnya Kepala Daerah untuk dapat

mempercepat dan memfasilitasi

pembentukan TPID di seluruh

kabupaten/kota di Papua sehingga harapan

untuk mencapai inflasi Papua yang

terkendali dapat terwujud dan pada akhirnya

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

masyarakat Papua.

Selain melalui pembentukan TPID di seluruh

kabupaten/kota, upaya pengendalian inflasi

yang dapat dilakukan diantaranya (1)

percepatan realisasi kerjasama antar daerah

untuk memenuhi kebutuhan komoditas

strategis masyarakat Papua, (2)

mengoptimalkan peran BUMD dalam

pengendalian inflasi, khususnya dalam

melakukan kerjasama dengan daerah lain,

dan (3) percepatan pembangunan

infrastruktur pendukung pertanian dan

distribusi dalam upaya mengantisipasi

perubahan musim.

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 27

4 STABILITAS KEUANGAN

DAERAH

asil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia

menunjukkan kondisi kurang optimalnya kinerja sektor korporasi. Sejalan

dengan kondisi perekonomian Papua, kinerja perbankan di sektor Korporasi

Papua pada triwulan II 2016 cenderung mengalami perlambatan. Dana Pihak Ketiga

(DPK) secara signifikan mengalami perlambatan, demikian juga halnya dengan kredit.

Sementara itu pada triwulan laporan NPL mengalami penurunan, namun masih berada

di level yang relatif tinggi diatas ketentuan batas atas Bank Indonesia (5%). Disisi lain,

kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan II 2016 masih terjaga dengan positif,

tercermin dari pertumbuhan ekonomi Papua dari sisi Penggunaan yang meningkat.

Sementara itu dari penyaluran kredit ke UMKM, pada triwulan II 2016 mengalami

sedikit kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

4.1.Ketahanan Sektor Korporasi

4.1.1. Kondisi Sektor Korporasi

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilakukan oleh Bank Indonesia

menunjukkan kondisi kurang optimalnya

kinerja sektor korporasi, dimana Saldo Bersih

Tertimbang (SBT)5 realisasi kegiatan usaha

pada triwulan II 2016 berada di level 0,19%,

sedikit meningkat setelah mencapai level

negatif 0,03% pada triwulan sebelumnya.

Secara lebih mendalam, hasil liaison6 yang

dilakukan Bank Indonesia kepada sejumlah

pelaku usaha dominan di Papua

5 Metode saldo bersih dihitung berdasarkan selisih antara persentase jumlah responden yang

persentase jumlah responden yang memberikan dan mengabaikan jawaban

. Timbangan/bobot yang digunakan dalam

dihitung berdasarkan share masing-masing sektor/subsektor terhadap total sektor PDB.

6 Kegiatan Liaison adalah kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi lainnya mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha dengan cara yang sitematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan dan likert scale.

H

Grafik 4.1 Realisasi Kegiatan Usaha

Sumber : SKDU, diolah -5

0

5

10

15

20

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016PDRB Realisasi Kegiatan Usaha (sb. Kanan)

% yoy % SBT

Grafik 4.2 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

I II III IV I II

2015 2016

Penjualan Domestik Ekspor utilisasi Investasi

Harga Jual Margin Jumlah Tenaga Kerja Tingkat Upah

Sumber : SKDU, diolah

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 28

menunjukkan penurunan di beberapa

komponen kinerja korporasi.

Kapasitas Utilisasi

Dari sisi kapasitas utilisasi, likert scale di

triwulan II 2016 tercatat mencapai 0,27 lebih

rendah dari triwulan I 2016 dan triwulan II

2015 yang masing-masing mencapai 0,5 dan

0,78. Pada triwulan laporan, rata-rata

kapasitas utilisasi seluruh contact berada

pada level 70,89% lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

berkisar 85%. Turunnya tingkat kapasitas

utilisasi lebih dipengaruhi oleh peningkatan

realisasi investasi perusahaan yang berupa

penambahan mesin dalam upaya

peningkatan kapasitas produksi.

Tenaga Kerja dan Upah

Hasil liaison menunjukkan bahwa contact

cenderung melakukan efisiensi tenaga kerja

sebagai dampak perlambatan usaha. Kondisi

ini terkonfirmasi dari likert scale

penggunaaan tenaga kerja pada triwulan II

2016 yang mengalami penurunan -0,1,

namun tidak sedalam penurunan pada

triwulan II 2015 yang mencapai -0,6.

Kenaikan upah tenaga kerja juga menjadi

salah satu faktor penurunan penyerapan

tenaga kerja, dimana likert scale biaya

tenaga kerja pada triwulan II 2016 mencapai

1,64 meningkat dari triwulan I 2016 dan

triwulan II 2015 yang masing-masing

mencapai 0,13 dan 0,00. Kondisi tersebut

relatif sejalan dengan siklus musiman Puasa

pada triwulan laporan dan kebijakan

penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP)

yang cenderung naik setiap tahun.

Berdasarkan hasil liaison, juga dapat

diketahui bahwa pangsa biaya tenaga kerja

mencapai 20% dari total biaya produksi.

Ekspor

Contact menyatakan bahwa kinerja ekspor

pada triwulan II 2016 relatif stabil (likert scale

0,0). Kondisi tersebut mengindikasikan

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

I II III IV I II

2015 2016

LS

Harga Jual Margin Per Unit Output

Grafik 4.3 Indikator Kinerja Perbankan Sektor

Korporasi

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Naik Stabil Naik Stabil Naik Stabil

IV I II

2015 2016 2016

LGA Bangunan Perdagangan Hotel Angkutan Jasa

Sumber : SKDU, diolah

Grafik 4.6 Rentabilitas Korporasi per Sektor

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Naik Stabil Naik Stabil Naik Stabil

IV I II

2015 2016

LGA Bangunan Perdagangan Hotel Angkutan Jasa

Sumber : SKDU, diolah

Grafik 4.5 Likuiditas Korporasi per Sektor

(pangsa)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II

2015 2016

Akses Kredit Likuiditas keuangan perusahaan Rentabilitas keuangan perusahaan

% SBT

Sumber : SKDU, diolah

Grafik 4.4 Akses Kredit dan Kondisi Keuangan

Korporasi

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 29

bahwa belum terdapat perubahan kinerja

ekspor yang signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat berada di

level negatif dengan likert scale mencapai -

0,17. Kondisi ini terkonfirmasi dari kinerja

pelaku usaha pertambangan yang dominan

di Papua yang pada triwulan II 2016 masih

mengalami kontraksi akibat gangguan mesin

produksi (lihat Bab I).

Harga Jual dan Margin

Pada triwulan II 2016, contact liaison

melakukan penyesuaian harga, naik dari

triwulan sebelumnya, seiring siklus musiman

Puasa. Namun demikian, margin

keuntungan yang diperoleh relatif terbatas

mengingat biaya produksi cenderung

mengalami kenaikan yang terutama dipicu

oleh tingginya biaya tenaga kerja.

Kondisi keuangan

Hasil SKDU menunjukkan bahwa kondisi

keuangan korporasi pada triwulan II 2016

secara umum menunjukkan kondisi yang

masih terjaga meskipun relatif lebih rendah

dibanding triwulan I 2016.

Aspek rentabilitas dan likuiditas menjadi dua

faktor yang menjadi penopang keuangan

korporasi di Papua, meskipun kedua faktor

tersebut relatif mengalami penurunan

dibanding triwulan sebelumnya. Nilai SBT

likuiditas pada triwulan II 2016 masih berada

di level yang relatif baik mencapai 28,13%.

Sementara itu, nilai SBT rentabilitas pada

triwulan laporan berada di level 29,69%.

Secara lebih mandalam dapat diketahui

bahwa 71% dari responden di sektor Jasa

mengalami kenaikan likuiditas pada triwulan

II 2016, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang mencapai 67% responden. Kondisi

yang sama juga terjadi pada sektor

Bangunan, dimana 33% responden

menyatakan kenaikan likuiditas, lebih tinggi

dari periode sebelumnya yang mencapai

25%. Kondisi tersebut salah satunya

17.46% 16.12% 15.04%

26.98%21.33% 24.39%

23.97%26.87%

26.66%

6.93% 6.87% 5.89%

10.81% 11.95% 10.28%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

II 2015 I 2016 II 2016

Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy

Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 4.9 Pangsa Kredit Korporasi per Sektor

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

I II III IV I II

2015 2016

Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy

Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Korporasi per

Sektor

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Giro (sb.kanan) Tabungan (sb.kanan) Deposito (sb.kanan)

g Giro g Tabungan g Deposito

yoy Pangsa

Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 4.8 Pangsa dan Pertumbuhan DPK

Korporasi

Sumber : Laporan Bank, diolah

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

I II III IV I II

2015 2016

DPK Kredit NPL (sb.kanan)

yoy NPL

Grafik 4.7 biaya tenaga kerja.

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 30

didorong oleh berbagai realisasi proyek

pemerintah dan swasta yang mulai

terealisasi di triwulan ini. Sementara,

likuiditas pada mayoritas responden di sektor

lainnya di triwulan ini cenderung stabil. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh

siklus musiman puasa pada triwulan II 2016

terhadap likuiditas perusahaan relatif

terkendali.

Dari sisi rentabilitas, hanya sektor Jasa yang

mengalami kenaikan. Tercatat 57%

responden di sektor ini yang menyatakan

peningkatan rentabilitas di triwulan laporan.

Meskipun demikian, persentase tersebut

relatif lebih rendah jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

83% responden. Sementara itu, rentabilitas

mayoritas responden di sektor lain berada di

level stabil. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa kemampuan korporasi dalam

menghasilkan keuntungan relatif terbatas,

yang terkonfirmasi dalam liaison, dimana

peningkatan margin keuntungan korporasi

relatif terbatas.

Eksposure Perbankan dalam Korporasi

Sejalan dengan kondisi perekonomian

Papua, kinerja perbankan di sektor Korporasi

Papua pada triwulan II 2016 cenderung

mengalami perlambatan. Kondisi tersebut

tercermin dari beberapa indikator kinerja

utama di sektor Korporasi, dimana DPK

secara signifikan mengalami perlambatan,

demikian juga halnya dengan kredit.

Sementara itu, meskipun NPL mengalami

penurunan, namun masih berada di level

yang relatif tinggi diatas ketentuan batas

atas Bank Indonesia (5%).

Dari sisi DPK, perlambatan di sektor

korporasi terutama terjadi pada giro, dimana

di triwulan II 2016 pertumbuhan giro

mengalami kontraksi sebesar 6,59% (yoy),

jauh lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 46,64% (yoy).

Kondisi tersebut salah satunya disebabkan

oleh pengaruh siklus musiman, dimana

Grafik 4.12 Pangsa Kredit Korporasi per

Penggunaan

69.44%74.79% 74.47%

29.97% 23.22% 22.35%

0.59% 1.99% 3.18%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

II 2015 I 2016 II 2016

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber : Laporan Bank, diolah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy

II 2015 I 2016 II 2016

Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 4.11 NPL Kredit Korporasi per Sektor

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 31

perayaan Idul fitri di 2016 jatuh pada awal

Juli, sehingga korporasi melakukan

penarikan rekening giro untuk pembayaran

tunjangan hari raya (THR) pegawai pada

Juni. Di sisi lain, pertumbuhan komponen

tabungan yang relatif tinggi masih berlanjut

pada triwulan laporan. Tercatat

pertumbuhan tabungan pada triwulan I

2016 mencapai 138,36% (yoy) dan pada

triwulan II 2016 tumbuh sebesar 75,48%

(yoy).

Sementara dari sisi kredit, pangsa kredit

korporasi di Papua mencapai 16,98% dari

total kredit. Meskipun relatif rendah, namun

dinamika kinerja kredit korporasi berpotensi

memberikan pengaruh dalam kebijakan

perusahaan yang berkaitan kondisi

keuangan perusahaan, seperti investasi dan

perluasan usaha. Selanjutnya hal tersebut

dapat memberikan dampak pada

perekonomian Papua secara luas, terutama

dari sisi penyerapan tenaga kerja dan

penghasilan masyarakat.

Tercatat mayoritas kredit korporasi

disalurkan ke sektor Perdagangan dan sektor

Konstruksi, masing-masing mencapai

26,66% dan 24,39%. Pada triwulan II 2016,

penyaluran kredit korporasi di kedua sektor

tersebut juga mengalami peningkatan,

dimana kredit korporasi di sektor

Perdagangan tumbuh sebesar 34,13% (yoy),

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 30,57% (yoy). Kondisi tersebut

tidak terlepas dari pengaruh siklus musiman

Puasa yang terjadi pada triwulan laporan.

Sementara, sejalan dengan pelaksanaan

berbagai proyek pembangunan, kredit

korporasi di sektor Konstruksi mengalami

pertumbuhan sebesar 8,98% (yoy),

meningkat dari pertumbuhan triwulan I

2016 yang mencapai 3,32% (yoy).

Peningkatan penyaluran kredit di sektor

Perdagangan masih diimbangi dengan

kualitas kredit yang relatif terjaga. Hal

tersebut tercermin dari tingkat kredit macet

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

I II III IV I II III IV I II [7]

2014 2015 2016

Kredit Konstruksi

%, yoy

Rp miliar

Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 4.14 Kredit Konstruksi

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II

2015 2016

g Modal Kerja (sb.kanan) g Investasi (sb.kanan) NPL Modal Kerja NPL Investasi

yoy

Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 4.13 NPL Kredit Korporasi per

Penggunaan

-30%

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

4200

4300

4400

4500

4600

4700

4800

4900

5000

1 2 3 4 5 6

2016

Tembaga g Tembaga

USD/metric ton yoy

Sumber : World Bank Grafik 4.15 Harga Komoditas Tembaga

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 32

(Non Performing Loans/NPL) di sektor

Perdagangan pada triwulan II 2016 yang

mencapai 2,84%, di bawah ketentuan Bank

Indonesia (5%). Di sisi lain, kualitas kredit

korporasi di sektor Konstruksi relatif kurang

baik, tercermin dari tingkat NPL yang

mencapai 20,39%. Berdasarkan asesmen

Bank Indonesia, salah satu faktor yang

memberikan pengaruh dominan terhadap

tingginya NPL korporasi di sektor Konstruksi,

adalah kendala pada sisi administrasi yang

mempengaruhi proses pelaksanaan proyek.

Dari sisi penggunaan, tercatat 74,47% kredit

korporasi disalurkan untuk modal kerja dan

22,35% untuk investasi. Sementara,

penggunaan kredit untuk konsumsi hanya

sebesar 3,18%.

Dalam perkembangannya, pertumbuhan

kredit korporasi untuk modal kerja pada

triwulan II 2016 masih relatif tinggi,

mencapai 29,33% (yoy). Meskipun

demikian, kualitas kredit modal kerja

korporasi pada triwulan laporan relatif

kurang optimal, tercermin dari tingginya

tingkat NPL modal kerja yang mencapai

17,79%.

Sementara di sisi lain, kredit korporasi untuk

investasi pada triwulan II 2016 kembali

mengalami kontraksi sebesar 10,07% (yoy),

lebih dalam dari kontraksi di triwulan I 2016

yang mencapai 6,84% (yoy). Perkembangan

kredit investasi tersebut relatif berlawanan

dengan hasil liaison yang cenderung

menunjukkan peningkatan. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa investasi yang

dilakukan korporasi lebih banyak

menggunakan pembiayaan internal

perusahaan. Rendahnya penyaluran kredit

investasi membuat kualitas kredit semakin

terjaga dengan baik. NPL investasi pada

triwulan II 2016 berada pada level 1,90%.

Sumber Kerentanan

Selain penurunan kinerja perbankan di

sektor Korporasi dengan disertai kualitas

Sumber : BMKG Grafik 4.17 Curah Hujan

Grafik 4.18 Tinggi Gelombang Minggu III Juni

2016

Sumber : BMKG

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

1000

1050

1100

1150

1200

1250

1300

1 2 3 4 5 6

2016

Emas g Emas

USD/troy oz yoy

Sumber : World Bank

Grafik 4.16 Harga Komoditas Emas

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 33

kredit yang relatif kurang optimal, asesmen

menilai setidaknya terdapat tiga faktor lain

yang berpotensi mempengaruhi kerentanan

sektor Korporasi yaitu pelaksanaan proyek

yang belum optimal, harga komoditas utama

pertambangan yang belum menunjukkan

perbaikan signifikan dan kondisi cuaca.

Contact liaison menyatakan bahwa terdapat

beberapa proyek pembangunan yang telah

selesai proses lelang namun belum dapat

dilakukan penandatanganan kontrak karena

dana proyek yang belum diproses.

Permasalahan tersebut menjadi kendala

serius bagi perusahaan, khususnya

pemenang lelang. Perusahaan telah

berkomitmen untuk menjalankan pekerjaan

tersebut, sehingga perusahaan tidak dapat

mencari proyek lain yang berpotensi

mengganggu kapasitas usaha perusahaan.

Kondisi ini berpotensi menurunkan kinerja

usaha yang dapat berdampak pada

efisiensi/pengurangan pegawai. Kondisi

tersebut diperkuat oleh penurunan kredit

konstruksi, dimana pada bulan Juli 2016

mengalami kontraksi sebesar 8,93% (yoy).

Dari sisi komoditas utama, harga produk

pertambangan di pasar global belum

menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Tercatat harga tembaga di akhir triwulan II

2016 (posisi Juni 2016) masih mengalami

kontraksi sebesar 20,42% (yoy), lebih dalam

posisi akhir triwulan I 2016 (Maret 2016)

yang juga mengalami kontraksi sebesar

16,60% (yoy). Sementara harga emas pada

akhir triwulan II 2016 naik sebesar 8,03%

(yoy) relatif lebih tinggi dari akhir triwulan I

2016 yang mencapai 5,64% (yoy). Kondisi

tersebut juga diperburuk dengan kerusakan

mesin produksi salah satu perusahaan

tambang dominan di Papua, sehingga

mempengaruhi perekonomian Papua secara

signifikan (lihat Bab I).

Sumber kerentanan lain bersumber dari

anomali cuaca yang berpotensi memberikan

pengaruh pada produksi pertanian dan

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II

2015 2016

Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan lapangan kerja

Indeks Konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama

Optimis

Pesimis

Indeks

Sumber : Survey Konsumen

Grafik 4.20 Komponen Keyakinan Konsumen

Saat Ini

Sumber : Survey Konsumen

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II

2015 2016

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ( IKK )

INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI ( IKE )

Grafik 4.19 Hasil Survei Konsumen

100

110

120

130

140

150

160

170

180

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II

2015 2016

Tabungan Cicilan pinjaman Konsumsi Pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bln yang lalu (sb.kanan)

Pangsa Indeks

Sumber : Survey Konsumen

Grafik 4.21 Komponen Penggunaan Penghasilan

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 34

distribusi barang. Informasi dari BMKG

menunjukkan bahwa curah hujan di wilayah

selatan Papua cenderung rendah dengan

potensi gelombang laut yang relatif tinggi.

Kondisi tersebut membuat potensi

kerentanan korporasi yang bergerak pada

sektor Pertanian, Perdagangan dan

Transportasi relatif meningkat, mengingat

wilayah Selatan Papua merupakan salah satu

lumbung pangan dan pintu masuk distribusi

komoditas di Papua.

4.1.2 Ketahanan

Sektor Rumah Tangga

Kondisi Sektor RT

Kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan

II 2016 masih terjaga dengan positif. Kondisi

tersebut tercermin dari pertumbuhan

ekonomi Papua dari sisi Penggunaan,

dimana komponen konsumsi swasta pada

triwulan laporan tumbuh sebesar 6,51%

(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang mencapai 5,66% (yoy) (lihat Bab I).

Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei

Konsumen (SK), terutama dari sisi keyakinan

konsumen dan persepsi kondisi ekonomi

saat ini yang masih berada di level optimis

(indeks > 100). Meskipun demikian, terdapat

kecenderungan penurunan kedua indeks

tersebut. Tercatat indeks keyakinan

konsumen dan kondisi ekonomi saat ini

masing-masing mencapai level 117,9 dan

112,7. Secara lebih mendalam, dapat

diketahui bahwa indeks penghasilan menjadi

komponen penopang optimisme

masyarakat, seiring masih tingginya

angka indeks pada triwulan II 2016 yang

berada di level 146,8, jauh lebih tinggi

dibandingkan batas optimisme (100).

Namun demikian, indeks ketersediaan

lapangan kerja dan konsumsi barang tahan

lama masih berada di level pesimis, masing-

masing mencapai 90,6 dan 98,6.

Dari sisi pengeluaran, hasil SK menunjukkan

bahwa tingkat konsumsi masyarakat masih

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II

2015 2016

Sd 1 bln pendapatan 1 - 3 bln pendapatan 3 - 6 bln pendapatan

6 - 12 bln pendapatan > 1 tahun pendapatan

Sumber : Survey Konsumen

Grafik 4.22 Pangsa Responden berdasarkan Nilai

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2015 2016

Indeks

Sumber : Survei Konsumen

Grafik 4.24 Rasio Pendapatan per Bulan untuk

Kebutuhan Rumah Tangga dan Cicilan

Sumber : Survei Konsumen

Tidak Pernah67%

Kadang-kadang

9%

Sering24%

Grafik 4. 23 Persentase Keterlambatan

membayar kewajiban

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 35

terjaga. Hal tersebut relatif sejalan dengan

optimisme penghasilan. Secara lebih

mendalam dapat diketahui bahwa dalam

satu tahun terakhir tidak terjadi perubahan

struktur alokasi penggunaan penghasilan

yang signifikan. Alokasi penghasilan untuk

konsumsi masih mendominasi dengan

pangsa lebih dari 50%, kemudian 30% dari

penghasilan tersebut dialokasikan untuk

tabungan dan sisanya digunakan untuk

pembayaran cicilan pinjaman. Kondisi

tersebut mengindikasikan bahwa ditengah

pelemahan ekonomi yang terjadi pada

triwulan II 2016, daya beli dan tingkat

konsumsi rumah tangga di Papua masih

relatif terjaga. Selain itu, faktor musiman

Puasa yang juga terjadi pada triwulan

laporan tidak memberikan pengaruh

signifikan terhadap tekanan pengeluaran

rumah tangga.

Kondisi keuangan

Optimisme penghasilan rumah tangga

memberikan pengaruh positif dalam

pengelolaan keuangan, dimana pada

triwulan II 2016 tercatat 43,8% responden

SK memiliki tabungan senilai satu bulan

pendapatan. Selain itu, 40% responden

memiliki nilai tabungan sebesar 3 hingga 6

bulan pendapatan. Kondisi tersebut juga

didukung oleh kepatuhan rumah tangga

dalam melakukan pembayaran cicilan,

dimana 67% responden tidak pernah

terlambat memenuhi kewajiban

pembayaran cicilan.

Rasio pendapatan per bulan untuk

kebutuhan rumah tangga dan cicilan, yang

merupakan proxy debt to service ratio (DSR)7,

masih berada di level yang relatif baik

dengan angka indeks mencapai 131. Angka

tersebut mengindikasikan bahwa jumlah

pendapatan masih jauh lebih besar

7 DSR adalah rasio utang terhadap pendapatan yang

mencerminkan kemampuan individu/korporasi/Negara untuk menyelesaikan kewajibannya membayar utang.

0%

1%

2%

3%

4%

5%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

20%

I II III IV I II

2015 2016

DPK Kredit NPL (sb.kanan)

yoy NPL

Sumber : Laporan Bank, diolah

Grafik 4.25 Indikator Kinerja Perbankan

14.54% 17.63% 18.34%

92.25% 94.08% 94.54%

60.76%

69.53%65.27%

85.46% 82.37% 81.66%

7.75% 5.92% 5.46%

39.24%

30.47%34.73%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

II 2015 I 2016 II 2016 II 2015 I 2016 II 2016 II 2015 I 2016 II 2016

Giro Tabungan Deposito

Perseorangan Non Perseorangan

Sumber : Laporan Bank, diolah

Grafik 4.27 Komponen DPK Rumah Tangga

Perseorangan60.94%

Non Perseorangan

39.06%

Sumber : Laporan Bank, diolah

Grafik 4.26 Pangsa DPK Rumah Tangga

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 36

dibandingkan konsumsi rutin dan kewajiban

RT untuk membayar hutang.

Eksposure Perbankan dalam Rumah

Tangga

Sejalan dengan kondisi keuangan rumah

tangga, perkembangan indikator perbankan

untuk rumah tangga menunjukkan kondisi

yang relatif positif. Kondisi tersebut

terutama terlihat pada DPK yang tumbuh

sebesar 17,63% (yoy) pada triwulan II 2016,

lebih tinggi dibanding triwulan I 2016 yang

tumbuh sebesar 12,34% (yoy).

Sementara, kredit mengalami perlambatan,

dimana pada triwulan laporan pertumbuhan

kredit rumah tangga mencapai 2,96% (yoy)

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 4,06% (yoy). NPL juga

cenderung naik, namun masih berada di

bawah batas ketentuan Bank Indonesia

(5%).

Di sisi penghimpunan dana, DPK perbankan

di Papua didominasi oleh sektor rumah

tangga, tercermin dari pangsa DPK

perseorangan yang mencapai 60,94%.

Berdasarkan komponennya, sektor rumah

tangga cenderung menempatkan dananya

dalam bentuk tabungan dan deposito

dengan pangsa mencapai 94,54% dan

65,27%. Dari kedua komponen DPK yang

dominan tersebut, pertumbuhan yang positif

terutama terlihat pada tabungan yang

mencapai 23,29% (yoy) di triwulan II 2016,

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

(15,15% yoy). Sementara di sisi lain,

deposito pada triwulan ini masih mengalami

kontraksi sebesar 0,72% (yoy). Asesmen

menilai bahwa sektor rumah tangga

cenderung memilih layanan perbankan yang

relatif likuid, seiring peningkatan konsumsi

dalam menghadapi puasa.

Senada dengan DPK, penyaluran kredit di

Papua juga didominasi sektor rumah tangga,

tercermin dari pangsa kredit perseorangan

yang mencapai 75,81%. Mayoritas kredit

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II

2015 2016

Giro Tabungan Deposito

% yoy

Sumber : Laporan Bank, diolah

Grafik 4.28 Perkembangan Komponen DPK

Rumah Tangga

Perseorangan75.81%

Non Perseorangan

24.19%

Sumber : Laporan Bank, diolah

Grafik 4.29 Pangsa Kredit Rumah Tangga

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

I II III IV I II

2015 2016

RT. Total KPR KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya

yoy

Grafik 4.31 Pertumbuhan Penggunaan Kredit

Sektor Rumah Tangga

Sumber : Laporan Bank, diolah

KPR18.82%

KKB1.81%

Perlengkapan0.10%

RT. Multiguna64.83%

Lainnya14.44%

Grafik 4. 30 Pangsa Komponen Kredit Rumah

Tangga

Sumber : Laporan Bank, diolah

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 37

rumah tangga dialokasikan pada kredit

multiguna (64,83%) dan KPR (18,82%),

dimana pada triwulan II 2016, kedua jenis

kredit ini tumbuh moderat masing-masing

sebesar 1,08% (yoy) dan 15,81% (yoy). Di

sisi lain, penyaluran kredit kendaraan

bermotor (KKB) pada triwulan II 2016 masih

mengalami kontraksi sebesar 23,81% (yoy).

Setelah pada triwulan sebelumnya juga

terkontraksi sebesar 24,89% (yoy).

Penurunan kinerja KKB terkonfirmasi dari

hasil SK, dimana 32,8% responden

menyatakan tidak akan melakukan

pembelian kendaraan. Persentase tersebut

jauh lebih tinggi disbanding triwulan I 2016

yang mencapai 10,2% responden. Hasil SK

juga menangkap adanya perubahan

konsumsi komoditas selain pangan di

triwulan laporan, dimana 43,9% responden

cenderung melakukan pembelian alat

elektronik.

Kualitas penyaluran kredit di sektor rumah

tangga secara umum terjaga dengan baik,

tercermin dari tingkat NPL seluruh

komponen kredit rumah tangga yang berada

dibawah batas ketentuan Bank Indonesia

(5%). Namun demikian, tingkat NPL di KPR

perlu mendapat perhatian karena berada

jauh lebih tinggi disbanding komponen

lainnya. Tercatat NPL KPR pada triwulan II

2016 mencapai 3,27%, lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 2,98%.

Sumber Kerentanan

Meskipun secara umum kinerja sektor RT

masih positif, namun asesmen menilai

setidaknya terdapat dua faktor yang

berpotensi mempengaruhi kerentanan

sektor RT, yaitu tingginya NPL di kredit

kepemilikan rumah (KPR) dan ekspektasi

masyarakat terhadap kondisi perekonomian

ke depan.

Terkait dengan potensi kenaikan NPL KPR,

salah satu kebijakan yang perlu mendapat

perhatian adalah rencana relaksasi Loan to

Sumber : Laporan Bank, diolah

-0.5%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

3.5%

4.0%

I II III IV I II

2015 2016

RT. Total KPR KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya

Grafik 4.32 NPL Penggunaan Kredit Sektor

Rumah Tangga

Grafik 4.33 Ekspektasi Masyarakat

90

100

110

120

130

140

150

160

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2015 2016

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK ) Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan lapangan kerja Indeks Kegiatan Usaha

Sumber : Laporan Bank, diolah

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 38

Value dan Financing to Value (FTV)8 untuk

pembiayaan properti, dimana pada triwulan

III 2016 jumlah uang muka (down payment)

yang harus dibayarkan oleh nasabah untuk

pembelian rumah turun menjadi rata-rata 15

% dari semula 20% sesuai dengan tipe dan

jenis rumah yang diambil. Kebijakan tersebut

di satu sisi diharapkan dapat memperkuat

upaya meningkatkan permintaan domestik

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

dengan tetap menjaga stabilitas

makroekonomi, di tengah masih lemahnya

perekonomian global. Namun, apabila tidak

terkelola dengan baik, maka berpotensi

memicu kenaikan NPL, khususnya KPR.

Dari sisi ekspektasi, hasil Survei Konsumen

(SK) Bank Indonesia terlihat bahwa indeks

Penghasilan dan indeks Kegiatan Usaha ke

depan relatif mengalami penurunan.

Sementara dari sisi harga, masyarakat

memandang bahwa dinamika harga masih

cenderung meningkat, seiring

berlangsungnya siklus musiman hari raya

keagamaan puasa dan lebaran. Kondisi

tersebut berpotensi memberikan pengaruh

terhadap kemampuan bayar masyarakat.

4.1.3 Akses Keuangan UMKM

UMKM merupakan salah satu pilar

pendukung pembangunan yang menyerap

tenaga kerja dalam jumlah cukup banyak.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

telah membuktikan diri sebagai kelompok

pelaku usaha yang tahan terhadap krisis

ekonomi sehingga perlu terus ditingkatkan

perkembangannya. Untuk meningkatkan

kinerja usaha, UMKM sangat membutuhkan

dukungan pembiayaan dari perbankan

maupun lembaga pembiayaan lainnya.

Pertumbuhan kredit perbankan diharapkan

dapat terus ditingkatkan.

8 Rasio Loan to Value dan Financing to Value adalah

angka rasio antara nilai Kredit/Pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan berupa Properti pada saat pemberian Kredit /Pembiayaan berdasarkan harga penilaian terakhir.

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Modal Kerja

Investasi

g Modal Kerja (sisi kanan)

g Investasi (sisi kanan)

Rp miliar %, yoy

sumber: Laporan Bank

Grafik 4.34 Pertumbuhan Kredit UMKM

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua 39

Penyaluran kredit kepada sektor UMKM

secara nilai total sebagian besar

didistribusikan kepada kelompok usaha

Menengah. Total posisi penyaluran kepada

UMKM oleh perbankan di Papua pada

triwulan II 2016 mencapai Rp9 triliun.

Dibandingkan triwulan yang sama tahun

lalu, pertumbuhan kredit UMKM triwulan ini

mengalami kontraksi sebesar 1,74% (yoy).

Risiko kredit UMKM pada triwulan II 2016

belum mengalami perbaikan, yang tercermin

dari naiknya NPL. secara keseluruhan. NPL

UMKM berada di kisaran 6,0% dari total

kredit yang disalurkan, lebih tinggi

dibandingkan batas aman yang ditetapkan

Bank Indonesia sebesar 5%. Hal yang perlu

mendapat perhatian adalah tingginya NPL

kredit UMKM di sektor Konstruksi yang

mencapai 13%.

Berdasarkan jumlah rekening, penyaluran

kredit UMKM yang ditujukan untuk modal

kerja lebih banyak dibandingkan untuk

investasi. Total rekening kredit UMKM pada

triwulan II 2016 mencapai 81ribu rekening.

Bank Indonesia dan pemerintah terus

mendorong meningkatnya penyaluran kredit

kepada UMKM. Dalam rangka mendorong

penyaluran kredit produktif khususnya

kepada UMKM, Bank Indonesia telah

mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

No.14/22/PBI/2012 yang mengharuskan

perbankan untuk menyalurkan minimal 20%

dari total kreditnya ke sektor UMKM di

tahun 2018. Tahapan implementasi

ketentuan tersebut telah dimulai sejak tahun

2013 dimana Bank wajib memenuhi target

penyaluran kredit kepada UMKM

sebagaimana yang tertuang dalam Rencana

Bisnis masing-masing bank.

0

2

4

6

8

10

12

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Modal Kerja

Investasi

NPL Modal Kerja (sisi kanan)

NPL Investasi (sisi kanan)

Rp miliar %

sumber: Laporan Bank

Grafik 4.35 NPL Kredit UMKM

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Rekening Kredit Modal KerjaRekening Kredit Investasig Rekening Kredit Modal Kerja (sisi kanan)g Rekening Kredit Investasi (sisi kanan)

Rp miliar %, yoy

sumber: Laporan Bank

Grafik 4.36 Jumlah Rekening Kredit UMKM

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

40

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH erkembangan transaksi Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada

triwulan II 2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara

volume dan nominal. Transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) pada triwulan laporan relatif stabil dibandingkan triwulan lalu. Sementara itu,

dalam pengelolaan uang rupiah, selama triwulan II 2016 terjadi net-outlow sebesar Rp2,2

triliun yang dipengaruhi tingginya kebutuhan uang tunai di masyarakat menjelang

lebaran.

5.1 Sistem Pembayaran

Pada triwulan II 2016, terjadi peningkatan

signifikan baik secara volume maupun nilai

transaksi yang dilakukan melalui Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

Dengan telah diimplementasikan SKNBI

Generasi II9, perkembangan transaksi non

tunai di Papua naik secara konsisten. Seiring

peningkatan kualitas layanan pada SKNBI

Generasi II, masyarakat terlihat lebih memilih

menggunakan transaksi non tunai melalui

SKNBI. Pada triwulan II 2016, nilai yang

ditransaksikan melalui SKNBI mencapai

Rp4,53 triliun dengan volume 84.341

warkat. Jumlah tersebut mengalami

kenaikan secara signifikan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang

mencatatkan nilai sebesar Rp4,03 triliun

dengan volume hanya 72.732 warkat.

Peningkatan transaksi yang dilakukan

melalui SKNBI selain dikarenakan

meningkatnya perekonomian dan

kebutuhan pembayaran melalui non tunai,

juga disebabkan kebijakan Bank Indonesia

yang membatasi nominal minimal transaksi

Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

9 SKNBI Generasi II merupakan penyempurnaan dari

SKNBI, terutama pada hal keamanan, kecepatan, fitur layanan, perlindungan konsumen, dan biaya transaksi yang murah.

P

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Nominal

Volume

Rp juta lembar warkat

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS

150

160

170

180

190

200

210

220

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2016

NominalVolume (sisi kanan)

Rp juta lembar warkat

Sumber : Bank Indonesia

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

41

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

(BI-RTGS) sebesar Rp500 juta keatas. Dengan

demikian banyak masyarakat yang memilih

menggunakan SKNBI sebagai alat

pembayaran non tunai.

Sementara untuk transaksi BI-RTGS di Papua

pada triwulan II 2016 relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah

nilai yang ditransaksikan melalui BI-RTGS

selama triwulan laporan mencapai Rp1,12

triliun, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar Rp 1,09 triliun.

Volume transaksi yang terjadi di triwulan II

2016 sebanyak 568 transaksi RTGS.

Dibandingkan dengan SKNBI, jumlah

transaksi RTGS lebih sedikit namun dengan

nominal transaksi rata-rata yang jauh lebih

tinggi.

Ke depannya, transaksi melalui BI-RTGS

diperkirakan akan mengalami kenaikan

seiring dengan kebijakan Bank Indonesia

yang menurunkan kembali batas minimal

transaksi melalui RTGS sebesar Rp100 juta ke

atas. Dengan demikian, masyarakat lebih

dapat memilih jenis layanan pengiriman

uang antarbank sesuai dengan kebutuhan.

5.2 Pengelolaan Uang Rupiah

Aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan

Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua

menunjukkan posisi net outflow pada

triwulan II 2016 sebesar Rp2,2 triliun. Hal

tersebut sejalan dengan pola historis pada

periode laporan. Posisi net outflow sebesar

Rp2,2 triliun tersebut menggambarkan

keluarnya uang dari sistem perbankan pada

triwulan II 2016. Pola seperti ini merupakan

siklus tahunan dimana pada triwulan II lebih

banyak uang yang keluar dari sistem

perbankan daripada uang yang masuk. Hal

ini dikarenakan peningkatan peredaran uang

di masyarakat menjelang lebaran dan tahun

ajaran baru sekolah, serta pembayaran THR

dan gaji ke-13 dan ke-14 aparatur negara di

akhir triwulan laporan.

Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak

Edar (UTLE) yang dimusnahkan di KPw BI

Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal melalui

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

(8.000)

(6.000)

(4.000)

(2.000)

-

2.000

4.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Outflow

Inflow

Netflow

Rp miliar

Sumber : KPw BI Prov Papua

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

42

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Provinsi Papua pada triwulan laporan sebesar

Rp249,4 miliar, menurun 17,2% (yoy)

dibandingkan triwulan yang sama pada

tahun lalu yang mencapai Rp301 miliar.

(yoy). Hal ini selain disebabkan sedikitnya

UTLE yang masuk ke KPw BI Provinsi Papua,

juga dikarenakan tingginya aktivitas

pelayanan BI luar kantor sehingga

pemusnahan uang ditahan.

Pemusnahan UTLE tersebut merupakan

bagian dari upaya Bank Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan uang layak edar di

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. UTLE tersebut berasal dari

setoran perbankan serta langkah proaktif

Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam

melakukan kas keliling layanan penukaran

rupiah. Kegiatan kas keliling yang dilakukan

oleh KPw BI Provinsi Papua terdiri dari kas

keliling yang rutin diadakan 2 kali seminggu

di 4 tempat di Kota Jayapura, serta kas

keliling yang dilakukan khusus pada

sebagian besar kabupaten di Provinsi Papua.

Kegiatan kas keliling juga mencapai daerah

terpencil dan daerah yang batasan langsung

dengan negara tetangga.

Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Pemusnahan UTLERp miliar

Sumber : KPw BI Prov Papua

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

43

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Boks 2 MENGENAL SISTEM KLIRING NASIONAL BANK

INDONESIA

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (UU

BI), disebutkan bahwa salah satu tugas Bank Indonesia yaitu mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran. Untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien,

cepat, aman dan andal yang mendukung stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia

menyelenggarakan sistem kliring antar bank yang dikenal dengan nama Sistem Kliring

nasional Bank Indonesia atau dikenal dengan nama SKNBI.

SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit

yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan

pertama kali oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam

pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi

pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai

kecil (retail).

Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap sistem pembayaran yang lebih

mudah, cepat, dan terjangkau, Bank Indonesia pada tanggal 5 Juni 2015 me-launching

SKNBI Generasi II. Dalam pengembangan sistem baru ini, Bank Indonesia mempunyai

Pelaksanaan SKNBI Generasi II didasari oleh Surat Edaran Bank Indonesia

No.17/12/DPSP tanggal 5 Juni 2015 tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek

dan/atau Bilyet Giro Kosong, Surat Edaran Bank Indonesia No.17/13/DPSP tanggal 5 Juni

2015 perihal Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia,

dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/14/DPSP tanggal 5 Juni 2015 perihal

Perlindungan Nasabah Dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal Melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. Berikut beberapa perbedaan penting antara SKNBI

generasi pertama dan SKNBI Generasi II:

Prinsip Pengembangan SKNBI Gen. II

LEBIH LUAS

• Perluasan akses

kepesertaan kepada PTD Non

Bank

• Perluasan layanan dengan

multiple clearing

CEPAT

• Percepatan

setelmen transaksi

• Sentralisasi pengelenggara

an kliring kredit

dan debet

FLEKSIBEL

• Standarisasi

message format

• Standarisasi

identitas Peserta

INFORMATIF

• Penyediaan

informasi agregat

industri untuk keperluan

statistik SP

Grafik B2.1 Prinsip Pengembangan SKNBI Generasi II

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

44

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Aspek SKNBI Generasi I SKNBI Generasi II Kepesertaan Bank Umum, satu

bank bisa banyak member

Diperluas dengan mengikutsertakan BPR dan Penyelenggara Transfer Dana (PTD) selain bank, satu institusi satu member

Koneksi Peserta terhadap Sistem

Setiap Peserta wajib terhubung langsung ke sistem pusat kliring (SSK) untuk setiap bank Peserta (one bank one connection)

Dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Peserta Langsung (PL): Peserta yang dapat langsung mengakses SSK

Peserta Tidak Langsung (PTL): Peserta yang tidak dapat mengakses SSK secara langsung (melalui PL).

Penyelenggaraan Kliring Kredit

Transfer kredit dilakukan secara tersentralisasi

Transfer kredit dilakukan secara tersentralisasi

Penyelenggaran Kliring Warkat (Debet)

Pertukaran dan perhitungan warkat dilakukan oleh Penyelenggara Kliring Lokal

• Pertukaran warkat dilakukan masing-masing wilayah kliring

• Perhitungan dilakukan secara terpusat (centralized) di PKN

• Tidak ada fungsi PKL dalam proses perhitungan

• Pendistribusian warkat dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain (bank)

Jenis Layanan Terbatas pada transaksi single transfer, yakni Kliring Kredit dan Kliring debet.

Penambahan jenis layanan berupa bulk (multiple transfer), sehingga layanan menjadi: a) Single Transfer (Kliring Transfer

Kredit & Kliring Warkat Debet) b) Multiple Transfer (Kliring Kredit &

Debet Bulk)

Setelmen hasil kliring di sistem BI-RTGS

• Kliring debet : 1 (satu) kali per hari

• Kliring kredit : 4 (empat) kali per hari

• Kliring warkat debet : 4 kali per hari • Kliring transfer kredit : 4 kali per hari • Kliring bulk kredit : 2 kali per hari • Kliring bulk debet : 1 kali per hari

Dalam SKNBI Generasi II ini pula perlindungan terhadap nasabah untuk menjaga quality

of service ditetapkan. Apabila dalam SKNBI generasi pertama, biaya kliring yang

dibebankan nasabah oleh masing-masing bank berbeda dan lebih dari Rp5.000,-, pada

SKNBI Generasi II biaya kliring dibatasi maksimal Rp5.000,-.

Tabel B2.1 Perbedaan SKNBI Generasi I dan SKNBI Generasi II

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

45

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Keluhan masyarakat yang sering didengar adalah proses transfer kliring yang lama dan

dapat mencapai lebih dari satu hari. Dengan penerapan SKNBI Generasi II yang juga

bersamaan dengan perubahan peraturan pelaksanaannya, maka bank wajib meneruskan

transaksi kliring nasabahnya ke dalam sistem paling lama dua jam setelah pengaksepan.

Melalui cara ini, proses transfer melalui kliring lebih terjamin kecepatannya. Oleh karena

itu, mari kita gunakan SKNBI Generasi II dalam bertransaksi antarbank.

Grafik B2.2 Kelebihan SKNBI Generasi II

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

46

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

6 KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Meskipun perekonomian Papua mengalami kontraksi pada semester I 2016, Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat membaik pada awal tahun 2016. Hal tersebut

ditunjukkan dengan turunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,99% pada

September 2015 menjadi 2,97% pada Februari 2016. Penurunan TPT pada triwulan ini

merupakan yang pertama setelah tren peningkatan TPT berlangsung sejak triwulan I

2014. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit

sampai akhir triwulan II 2016 (97,13). Nilai tersebut mengindikasikan kenaikan indeks

pendapatan petani belum dapat mengimbangi kenaikan indeks biaya yang harus dibayar.

Di sisi lain, walaupun TPT pengalami penurunan, angka kemiskinan di Papua mempunyai

tren kenaikan dalam dua tahun terakhir.

5.1 Ketenagakerjaan

Secara komposisi penyerapan tenaga kerja,

tidak terdapat perubahan signifikan pada

semester I 2016 ini. Mayoritas penduduk

Pap

Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan

(12,7%), khususnya di bidang

pemerintahan. Penyerapan tenaga kerja di

pada triwulan

berjalan mengalami penurunan

dibandingkan dengan semester II 2015.

Sementara penyerapan tenaga kerja di

mengalami peningkatan dibandingkan

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

sumber: BPS, diolah

2016

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Penduduk Usia 15+ (ribu orang) 2.057 2.073 2.097 2.129 2.157 2.189 2.213

Angkatan Kerja (ribu orang) 1.645 1.610 1.689 1.675 1.710 1.742 1.743

Bekerja (ribu orang) 1.598 1.560 1.630 1.617 1.646 1.672 1.691

Penganggur (ribu orang) 47 51 59 58 64 69 52

Bukan Angkatan Kerja (ribu Orang) 412 462 408 454 447 447 470

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 79,98 77,70 80,54 78,67 79,26 79,57 78,77

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,86 3,15 3,48 3,44 3,72 3,99 2,97

20152013 2014Uraian

Grafik 6.1 Penduduk yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2013 2014 2015 2016

LainnyaJasa kemasyarakatan, sosial dan peroranganPerdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasiIndustriPertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan

ribu orang

sumber: BPS, diolah

Grafik 6.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (yoy)

-100

-50

0

50

100

150

200

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2013 2014 2015 2016

Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan

Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi

Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan

Lainnya

Industri [skala kanan]

sumber: BPS, diolah

% %

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

47

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan

terjadinya peralihan pekerjaan dari sektor

Secara umum, kinerja pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor

pekerjaan utama membaik pada semester I

sebesar -24,1% (yoy). Penurunan di sektor

ini dapat diartikan adanya tenaga kerja di

yang pindah ke sektor lain, atau dapat

mengindikasikan adanya pengurangan

juga mengalami penurunan penyerapan

tenaga kerja sebesar -1,3% (yoy).

Selanjutnya, dari sisi pengangguran, secara

nasional tingkat pengangguran terbuka di

Papua masih relatif rendah (Papua 2,97%,

sementara Nasional 5,5%). Walaupun

demikian, 77,4% penduduk yang bekerja

hanya bekerja di sektor informal. Apabila

dirinci kembali, dari 77,4% penduduk yang

bekerja di sektor informal tersebut, 33,8%

merupakan Pekerja Keluarga / Tak Dibayar.

Selain itu, 37,2% dari tenaga kerja yang

bekerja bukanlah pekerja penuh waktu

(tidak full time workers).

Perkembangan yang perlu dicermati adalah

bahwa tingkat pengangguran angkatan

kerja yang berpendidikan sarjana dan

diploma turun signifikan pada periode ini.

Namun demikian, pada saat yang sama

tingkat pengangguran yang berpendidikan

SMK dan SMA juga menurun signifikan. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa

perlambatan laju pertumbuhan ekonomi

tidak mempersulit angkatan kerja

memperoleh pekerjaan.

Grafik 6.3 Penduduk yang Bekerja Menurut

Status Pekerjaan Utama

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2013 2014 2015 2016

Informal

Formal

ribu orang

sumber: BPS, diolah

Grafik 6.4 Penduduk yang Bekerja Menurut

Jumlah Jam Kerja

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2013 2014 2015 2016

Penuh WaktuTidak Penuh Waktu

ribu orang

sumber: BPS, diolah

Grafik 6.5 Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Tingkat Pendidikan

0

2

4

6

8

10

12

14

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2013 2014 2015 2016

SD ke Bawah Sekolah Menengah PertamaSekolah Menengah Atas Sekolah Menengah KejuruanDiploma I/II/III UniversitasTPT Papua

%

sumber: BPS, diolah

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

48

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

5.2 Kesejahteraan

Sebesar 69% tenaga kerja di Papua bekerja

di sektor

. Oleh

karena itu, perkembangan dari kinerja

keterkaitan yang sangat erat dengan

kesejahteraan masyarakat Papua.

BPS merilis Nilai Tukar Petani (NTP) yang

dirilis setiap bulan dan dapat menjadi

indikator bagi tingkat kesejahteraan petani

dan nelayan. NTP disusun dengan

membandingkan sisi pendapatan dan sisi

pengeluaran petani. Jika pendapatan petani

tumbuh lebih tinggi dari pengeluarannya,

maka nilai NTP akan meningkat. Ringkasnya,

seiring semakin tinggi NTP maka semakin

sejahtera petani.

Publikasi terakhir tercatat menunjukkan

bahwa tingkat NTP Papua terlihat

mengalami sedikit kenaikan bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pelemahan kinerja lapangan usaha kategori

triwulan ini tidak menjadikan kesejahteraan

para petani menurun. NTP triwulan II 2016

naik menjadi 97,13 pada triwulan dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 96,13.

Walaupun mengalami perbaikan, namun

data yang ada masih menunjukkan bahwa

petani mengalami defisit. Artinya, jika

dibandingkan dengan tahun acuan (2012),

maka terlihat bahwa tingkat kesejahteraan

petani di Papua cenderung lebih buruk.

Dibandingkan dengan nasional, NTP Papua

secara persisten masih lebih rendah dari NTP

Nasional.

Terkait dengan tingkat kemiskinan, rilis BPS

dalam dua tahun terakhir menunjukkan

kecenderungan adanya kenaikan penduduk

miskin. Angka kemiskinan pada rilis BPS

bulan Maret 2016 menunjukkan 28,54%

penduduk Papua masih dibawah garis

kemiskinan, jauh diatas angka kemiskinan

Grafik 6.8 Jumlah Penduduk Miskin

25

26

27

28

29

30

31

32

800

820

840

860

880

900

920

940

960

980

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2013 2014 2015 2016

Jumlah Penduduk Miskin

Persentase Penduduk Miskin [skala kanan]

sumber: BPS, diolah

ribu jiwa %

Grafik 6.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani

80

85

90

95

100

105

110

115

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015 2016

NTP Papua

NTP Tanaman Pangan

NTN Perikanan Tangkap

Nilai 100

sumber: BPS, diolah

Grafik 6.7 Perbandingan NTP Papua dengan

NTP Nasional

92

94

96

98

100

102

104

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2015 2016

NTP NasionalNTP PapuaNilai 100

sumber: BPS, diolah

Grafik 6.9 Perkembangan Indeks Kedalaman dan

Indeks Keparahan Kemiskinan

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2013 2014 2015 2016

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) [skala kanan]

sumber: BPS , diolah

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

49

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

nasional yang sebesar 10,83%. Angka ini

sedikit meningkat dibandingkan rilis BPS

bulan September yang sebesar 28,4.

Kesenjangan antara pengeluaran rata-rata

penduduk miskin dengan Garis Kemiskinan

(GK) yang ditunjukkan oleh Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) juga meningkat.

Sementara itu, ketimpangan kesejahtaraan

di antara kelompok penduduk miskin (P2)

mengalami penurunan.

Grafik 6.10 Perkembangan Garis Kemiskinan

di Provinsi Papua

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2013 2014 2015 2016

GK Nonmakanan

GK Makanan

sumber: BPS , diolah

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

50

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

7 PROSPEK

PEREKONOMIAN DAERAH

sesmen Bank Indonesia pada periode laporan memproyeksikan pertumbuhan

ekonomi Papua selama 2016 cenderung mengalami perlambatan. Pertumbuhan

ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan akan berada di kisaran 2% - 3%

(yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah, jauh lebih rendah dibanding perkiraan

sebelumnya yang berkisar 8% 9% (yoy). Koreksi proyeksi tersebut terutama

mempertimbangkan kondisi dinamika perekonomian yang telah maupun yang akan

terjadi dalam perekonomian Papua, terutama pada sektor Pertambangan yang secara

dominan yang mempengaruhi perekonomian Papua.

Setelah mengalami kontraksi yang dalam selama semester I 2016 akibat adanya kendala

produksi pada salah satu perusahaan tambang dominan di Papua, kinerja pertambangan

pada paruh kedua 2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Untuk triwulan IV

2016, pengaruh siklus musiman Natal dan Tahun Baru serta realisasi berbagai proyek

diperkirakan menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan.

Berdasarkan kondisi tersebut, pertumbuhan pada triwulan IV 2016 diproyeksikan berada

di kisaran 7,4%-7,9% (yoy) dengan kecenderungan bias atas.

Dari sisi harga agregat, asesmen pada periode kali ini masih mempertahankan proyeksi

sebelumnya, dimana inflasi akhir tahun 2016 akan berada pada interval 3,8 4,8% (yoy)

dengan kecenderungan bias bawah. Angka proyeksi tersebut dengan

mempertimbangkan bahwa salah satu faktor pemicu inflasi lebih disebabkan oleh faktor

musiman dan tidak terdapat tekanan kebijakan harga yang signifikan hingga akhir tahun.

Realisasi inflasi akan lebih rendah jika Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat

menjalankan peran secara optimal dalam memitigasi risiko inflasi yang ada.

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Dari sisi lapangan usaha, kategori

pertambangan akan kembali menjadi mesin

utama pertumbuhan ekonomi Papua di

paruh kedua 2016. Asesmen

memperkirakan setidaknya terdapat dua

faktor utama yang mempengaruhi kinerja

pertambangan, yaitu produksi yang kembali

normal dan proses perpanjangan izin ekspor

konsentrat komoditas tambang.

Dari sisi produksi, selesainya perbaikan

kerusakan mesin yang terjadi di semester I

2016 menjadi salah satu faktor utama

pendorong pertumbuhan kinerja tambang

seiring produksi pertambangan yang

kembali normal. Namun demikian, salah satu

pelaku usaha pertambangan dominan di

Papua melakukan revisi target penjualan

A

Grafik 7.1 Perbandingan Target Awal (T) dan

Realisasi Akhir Tahun (R) Penjualan Komoditas

Tambang Papua

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2011 2012 2013 2014 2015 2016*

Tembaga [T] Tembaga [R]Emas [T] Emas [R]NTB Tambang (sk. kanan)

Cu: juta poundAu: juta ounce

Rp milyar

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

51 51

51

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

untuk komoditas tembaga hingga akhir

2016, dari awalnya 1,48 milyar pound

tembaga menjadi 1,32 miliar pound

tembaga. Di sisi lain, penjualan emas selama

2016 ditargetkan sebesar 1,7 juta ounce.

Pelaku usaha memperkirakan bahwa 30%

dari total penjualan tembaga dan 55% dari

total penjualan emas selama 2016

berpotensi terjadi pada triwulan IV 2016.

Produsen tambang utama di Papua juga

dinilai akan mengoptimalkan produksinya

pada paruh kedua 2016 seiring dengan izin

ekspor yang telah diperoleh hingga awal

2017 dengan total kuota yang dapat

diekspor sebesar 1,4 juta ton (dari

sebelumnya sebesar 1 juta ton). Relaksasi

perizinan tersebut berpotensi mendorong

pelaku usaha untuk mengoptimalkan

produksi dan memaksimalkan ekspor

sebelum izin berakhir.

Dengan melihat kondisi tersebut, asesmen

memprediksi kinerja pertambangan pada

triwulan IV 2016 berpotensi mengalami

pertumbuhan double digit pada kisaran

9,4% - 10,5% (yoy). Namun demikian

selama keseluruhan 2016, kinerja

pertambangan diprediksi mengalami

kontraksi pada kisaran 4,7% - 5,7% (yoy).

Kontraksi tersebut terjadi karena pengaruh

base effect akibat kinerja negatif selama

semester I 2016 yang membuat nilai tambah

di sector pertambangan pada 2016 lebih

rendah dibanding 2015

Dari sisi penggunaan, komponen Konsumsi

pada triwulan IV 2016 diperkirakan

mengalami kenaikan yang terutama

didorong oleh meningkatnya konsumsi

Rumah Tangga. Hasil Survei Konsumen BI

turut memperkuat tendensi tersebut,

dimana indeks ekspektasi konsumen dan

perkiraan pengeluaran dalam jangka pendek

berada di level yang relatif tinggi. Dari sisi

konsumsi pemerintah, pemotongan

anggaran APBN sebesar Rp50 triliun

diperkirakan tidak memberikan pengaruh

100

110

120

130

140

150

160

170

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2015 2016

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK )

Perkiraan pengeluaran 3 bln mendatang dibandingkan saat ini

Indeks

Grafik 7.2 Ekspektasi Konsumen

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

52 52

52

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

signifikan dalam penyerapan belanja

pemerintah karena efisiensi anggaran

dialokasikan pada pelaksanaan pekerjaan

yang bersifat nonstrategis belanja perjalanan

dinas dan paket meeting, langganan daya

dan jasa, honorarium tim/kegiatan, biaya

rapat, iklan, dan operasional perkantoran

lainnya. Terkait hal tersebut, maka sesuai

dengan polanya, realisasi pembangunan

proyek diperkirakan tetap mengalami

peningkatan pada triwulan IV 2016. Kondisi

tersebut kemudian berpotensi mendorong

peningkatan pertumbuhan konsumsi secara

keseluruhan di triwulan IV 2016 yang

diperkirakan berada pada kisaran 7,5% -

8,5% (yoy) atau untuk keseluruhan tahun

2016 mencapai 6,5% - 7,5% (yoy).

6.2 Prospek Inflasi

Dari sisi perkembangan harga, inflasi Papua

dalam jangka pendek di triwulan IV 2016

diperkirakan mengalami kenaikan dan masih

sesuai dengan perkiraan sebelumnya.

Beberapa faktor yang menjadi pemicu inflasi

(up side risk) terutama berasal dari

ekspektasi masyarakat khususnya dalam

menghadapi siklus musiman akhir tahun

seperti Natal dan Tahun Baru. Hasil Survei

Konsumen BI memperkuat tendensi

terjadinya peningkatan tekanan inflasi,

dimana ekspektasi masyarakat terhadap

inflasi dan pengeluaran dalam jangka

pendek mengalami kenaikan. Selain itu,

anomali cuaca juga masih perlu diwaspadai.

Berdasarkan informasi BMKG, La Nina

diperkirakan terjadi pada Juni hingga

September 2016. Terkait fenomena

tersebut, keterbatasan pasokan terutama

pada komoditas bumbu dan sayur

berpotensi untuk terjadi, termasuk juga

banjir di daerah sentra produksi. Selain itu,

perubahan cuaca yang mempengaruhi tinggi

gelombang dan kondisi penerbangan

berpotensi mempengaruhi distribusi

komoditas di Papua.

100

120

140

160

180

200

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2015 2016

Perubahan harga sec.umum 3 bln mendatang dibandingkan saat ini

Perkiraan pengeluaran 3 bln mendatang dibandingkan saat ini

Grafik 7.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Inflasi

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

53 53

53

Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Di sisi lain, salah satu faktor peredam (down

side risk) inflasi adalah tidak terdapat

rencana kebijakan penyesuaian harga

komoditas oleh pemerintah. Dengan

mengasumsikan bahwa pergerakan harga

komponen volatile foods masih berada di

level yang moderat maka inflasi Papua

selama 2016 diperkirakan masih sesuai

dengan perkiraan sebelumnya yaitu berada

pada interval 3,8 4,8% (yoy) dengan

kecenderungan bias bawah.

Untuk dapat menjaga stabilitas inflasi, Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diseluruh

daerah perlu kiranya untuk dapat

mengoptimalkan peranannya dalam

memitigasi risiko inflasi yang ada. Prioritas

pengendalian inflasi juga perlu dilakukan

terutama pada komoditas yang memiliki

sumbangan inflasi dominan di Papua.

Berdasarkan hasil asesmen menunjukkan

bahwa sejak Januari 2016 hingga Juli 2016,

komoditas bawang merah telah 6 kali

menjadi penyumbang inflasi tertinggi,

demikian juga dengan ikan ekor kuning dan

cabai rawit yang memiliki rata-rata

sumbangan inflasi tertinggi.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

LAMPIRAN

TABEL-TABEL

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

55

Lampiran KEKR Papua Agustus 2016

TABEL I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010

(dalam miliar rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOMENURUT PENGGUNAAN Total Total I II III IV Total I II Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 47.326,6 50.742,6 12.922,9 13.099,7 13.525,2 14.043,1 53.590,8 13.641,7 13.956,8

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.777,2 1.997,2 502,1 515,7 535,0 559,8 2.112,7 543,4 544,3

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 22.059,1 23.862,1 6.131,9 5.915,9 6.206,7 7.382,2 25.305,2 6.013,2 6.193,0

Pembentukan Modal Tetap Bruto 30.661,0 33.014,5 8.436,7 8.670,0 8.976,7 9.343,2 35.530,2 9.023,7 9.290,6

Perubahan Inventori 221,4 (183,5) (39,2) (49,6) (50,1) 17,6 132,6 (74,5) 188,8

Ekspor Luar Negeri 32.143,1 17.091,2 3.680,8 7.056,3 8.004,5 4.866,8 23.736,8 3.597,3 4.265,1

Impor Luar Negeri 5.451,8 11.190,9 1.886,6 2.070,9 2.490,2 2.430,3 8.943,3 1.874,4 2.745,4

Net Ekspor Antardaerah (12.308,0) 4.883,8 646,7 (534,4) (2.913,1) 943,2 (193,9) (1.127,8) 344,8

MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHA

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.661,8 14.453,2 3.622,4 3.793,3 3.869,2 4.104,2 15.425,2 3.771,9 3.989,2

Pertambangan dan Penggalian 50.313,5 48.219,3 12.178,1 13.792,8 12.294,5 13.817,1 53.506,3 10.478,5 11.682,0

Industri Pengolahan 2.299,7 2.500,1 628,8 663,3 641,8 660,5 2.594,4 673,9 672,0

Pengadaan Listrik, Gas 38,3 40,3 9,1 10,4 9,9 10,5 38,9 10,8 11,3

Pengadaan Air 65,3 69,4 17,6 17,8 18,3 18,5 72,2 18,3 18,5

Konstruksi 11.790,6 12.857,2 3.300,4 3.454,3 3.569,3 3.843,9 14.169,4 3.450,0 3.698,4

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.031,5 9.690,7 2.528,9 2.560,6 2.611,3 2.789,5 10.490,3 2.587,7 2.731,2

Transportasi dan Pergudangan 4.544,0 5.010,3 1.306,1 1.334,9 1.376,3 1.470,4 5.487,7 1.358,8 1.432,1

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 733,1 825,3 210,4 214,3 223,4 239,2 887,3 220,3 230,8

Informasi dan Komunikasi 4.269,7 4.553,0 1.111,3 1.195,6 1.208,0 1.274,4 4.789,3 1.171,7 1.214,4

Jasa Keuangan 1.734,7 1.862,8 475,9 415,6 500,5 494,6 1.901,5 497,1 486,4

Real Estate 2.718,6 2.938,7 747,6 772,7 776,2 814,3 3.110,8 802,3 828,2

Jasa Perusahaan 1.300,9 1.426,4 342,1 366,6 380,9 393,4 1.483,0 361,9 389,3

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8.744,1 10.140,1 2.481,7 2.560,2 2.802,0 3.137,4 11.258,7 2.819,7 3.051,3

Jasa Pendidikan 2.337,1 2.527,7 640,3 653,4 677,7 739,3 2.710,8 680,7 728,3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.668,8 1.825,0 470,0 471,1 493,7 542,7 1.977,6 497,8 526,7

Jasa lainnya 1.176,9 1.277,5 324,5 325,6 341,7 375,7 1.367,5 341,3 347,9

TOTAL 116.428,6 120.217,0 30.395,3 32.602,7 31.794,7 34.725,4 131.270,9 29.742,8 32.038,0

2013 2014 2015 2016

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

56

Lampiran KEKR Papua Agustus 2016

TABEL II. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA ATAS DASAR HARGA BERLAKU

(dalam miliar rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOMENURUT PENGGUNAAN Total Total I II III IV Total I II Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 57.324,0 65.488,3 17.152,2 17.489,1 18.152,4 19.098,9 71.892,6 18.881,5 19.739,6

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.162,4 2.592,8 685,9 709,9 738,2 773,9 2.907,8 755,5 773,1

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 26.106,0 30.559,3 7.626,5 7.909,3 8.408,2 10.239,5 34.183,6 8.359,8 8.687,1

Pembentukan Modal Tetap Bruto 36.270,8 41.554,0 10.971,3 11.374,9 11.883,3 12.574,1 46.803,5 12.215,7 12.630,3

Perubahan Inventori 335,8 (378,2) (80,7) 386,9 (56,7) 40,9 290,3 (179,5) 469,7

Ekspor Luar Negeri 30.253,2 19.619,1 4.714,5 8.935,7 9.273,0 5.053,6 27.976,7 4.302,6 5.333,9

Impor Luar Negeri 6.744,4 14.019,6 2.476,5 2.631,2 3.163,1 3.095,8 11.366,6 2.318,4 3.496,3

Net Ekspor Antardaerah (25.935,8) (11.876,3) (3.880,6) (5.533,7) (7.552,2) (3.595,5) (20.562,0) (4.460,8) (2.997,1)

MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHAPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15.595,4 17.385,2 4.751,4 4.974,2 5.101,4 5.523,0 20.350,0 5.115,7 5.531,5

Pertambangan dan Penggalian 45.170,1 46.139,6 11.056,8 13.913,7 11.891,1 12.724,2 49.585,8 11.087,4 12.807,3

Industri Pengolahan 2.589,4 3.007,0 783,1 834,6 819,2 865,4 3.302,4 893,9 895,4

Pengadaan Listrik, Gas 31,9 40,1 13,2 10,5 10,6 18,5 52,7 18,9 18,9

Pengadaan Air 71,8 80,3 20,9 21,1 22,0 22,4 86,3 22,1 22,5

Konstruksi 13.173,9 16.786,5 4.701,0 4.776,0 4.997,1 5.617,3 20.091,4 5.131,3 5.520,8

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.766,5 11.297,3 3.166,1 3.251,9 3.389,9 3.767,2 13.575,2 3.552,5 3.820,1

Transportasi dan Pergudangan 5.808,8 6.747,5 1.833,3 1.893,5 1.989,0 2.202,7 7.918,4 2.040,7 2.195,4

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 876,2 1.064,0 283,5 293,2 311,9 344,2 1.232,9 317,5 333,5

Informasi dan Komunikasi 4.359,7 5.005,2 1.279,9 1.412,9 1.460,9 1.588,9 5.742,6 1.476,3 1.530,6

Jasa Keuangan 2.090,2 2.347,2 624,6 549,6 677,5 660,6 2.512,3 668,9 658,3

Real Estate 3.159,8 3.548,5 956,3 1.001,0 1.018,4 1.106,8 4.082,5 1.116,8 1.153,2

Jasa Perusahaan 1.434,9 1.617,8 396,3 429,9 455,8 489,7 1.771,7 459,7 494,6

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.095,5 12.269,2 3.226,9 3.616,6 3.772,0 4.189,0 14.804,5 3.830,8 4.235,1

Jasa Pendidikan 2.423,7 2.661,4 683,9 714,9 749,3 828,7 2.976,7 763,5 816,9

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.849,3 2.118,4 563,9 573,7 616,3 691,2 2.445,1 643,4 680,9

Jasa lainnya 1.275,1 1.424,2 371,4 373,6 400,7 449,6 1.595,3 416,9 425,2

TOTAL 119.772,0 133.539,4 34.712,6 38.640,9 37.683,0 41.089,5 152.126,0 37.556,5 41.140,4

2013 2014 2015 2016

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

57

Lampiran KEKR Papua Agustus 2016

TABEL III. IMPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan

I II III IV I II III IV I II III IV I II

IMPOR

Nilai Impor Nonmigas (juta USD) 55,6 160,4 103,7 58,4 179,3 184,8 199,0 163,0 115,1 122,3 177,5 174,11 121,5 164,5

Nilai Impor Konsumsi 1,5 3,5 2,3 0,9 8,9 7,6 5,4 3,8 2,8 3,9 4,2 7,0 3,2 3,9

Nilai Impor Bahan Baku dan Penolong 49,6 117,5 85,4 44,7 121,3 145,2 152,7 131,7 89,6 97,0 142,8 127,3 94,5 130,9

Nilai Impor Barang Modal 4,6 39,6 16,1 13,4 49,8 32,5 41,6 28,0 23,2 21,8 30,9 40,5 24,3 30,4

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 10,9 23,1 19,3 10,8 35,9 22,9 23,8 29,2 13,4 22,3 17,2 65,2 17,6 28,0

Volume Impor Konsumsi 0,1 0,3 0,3 0,0 0,7 0,7 0,5 0,5 0,3 0,6 0,4 0,5 0,5 0,6

Volume Impor Bahan Baku dan Penolong 10,7 18,9 17,7 7,9 28,2 19,4 20,9 27,0 11,2 19,9 15,0 62,3 15,9 25,5

Volume Impor Barang Modal 0,2 3,9 1,4 2,9 7,3 2,9 2,5 1,9 2,0 1,9 1,9 2,5 1,3 2,1

Negara Asal Impor (juta USD) 55,6 160,4 103,7 58,4 179,3 184,8 199,0 163,0 115,1 122,3 177,5 174,1 121,5 164,5

Malaysia - - 0,1 0,0 0,2 0,3 2,5 0,6 8,4 0,4 0,3 1,1 1,4 0,6

Singapura 9,7 35,5 20,0 12,3 42,0 19,4 9,6 13,2 6,6 18,4 20,3 11,8 10,2 11,5

Jepang 4,1 4,9 13,3 4,3 9,2 13,9 13,4 10,8 4,1 3,7 4,8 7,6 7,3 6,8

RRT 0,1 0,3 0,9 5,5 4,0 3,0 3,8 2,7 2,0 1,7 1,4 1,8 2,0 2,9

Australia 36,6 56,0 49,5 26,5 65,0 72,3 81,8 65,5 44,9 43,8 56,0 80,0 42,3 78,0

Amerika Serikat 4,8 61,5 19,2 9,2 41,2 54,9 50,3 42,3 27,4 35,1 38,9 50,3 38,7 37,9

Swedia - - - - 2,0 3,9 13,2 13,3 13,5 7,8 44,7 6,5 4,9 6,6

Finlandia - - - 0,0 9,6 5,4 3,7 4,0 2,0 3,3 1,3 1,1 2,9 1,9

20162015

RINCIAN

2013 2014

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

58

Lampiran KEKR Papua Agustus 2016

TABEL IV. EKSPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan

I II III IV I II III IV I II III IV I II

EKSPOR

Nilai Ekspor (juta USD) 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5 365,15 293,8 376,7

KPBC Jayapura 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,1 0,1 0,0 0,5 0,1 0,1

KPBC Merauke 23,4 25,6 18,3 22,2 26,7 24,7 23,7 25,8 18,4 19,6 11,7 13,48 10,8 12,5

KPBC Amamapare 486,2 467,2 672,6 973,7 102,8 1,5 731,6 535,8 318,4 575,7 595,6 345,07 271,7 352,3

KPBC Biak - 7,6 5,2 8,8 9,2 10,7 10,5 9,8 16,9 18,5 13,2 6,11 11,4 11,8

KPBC Nabire - - - - - - - - - - - - - -

Volume Ekspor (ribu ton) 265,0 273,8 373,1 445,6 88,2 46,1 301,1 272,6 204,6 335,4 370,8 246,3 232,9 277,9

KPBC Jayapura 0,1 0,1 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,0 0,22 0,0 0,0

KPBC Merauke 48,2 33,5 45,2 20,4 33,0 30,2 28,6 30,8 19,2 20,9 12,8 15,07 12,5 15,4

KPBC Amamapare 216,8 229,4 320,3 413,8 41,1 0,1 259,4 227,2 165,0 291,7 337,6 220,98 199,4 241,0

KPBC Biak - 10,7 7,6 11,4 14,0 15,8 12,9 14,4 20,4 22,7 20,3 10,03 21,0 21,4

KPBC Nabire - - - - - - - - - - - - - -

Total Komoditas (juta USD) 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5 365,15 293,8 376,7

Kayu Olahan 18,3 26,0 19,1 23,9 26,4 26,3 27,3 29,0 35,3 38,2 24,9 19,59 22,1 24,4

Bijih Tembaga 486,2 467,2 672,2 973,7 102,6 - 730,7 534,4 318,3 575,5 594,1 343,85 271,7 352,3

Negara Tujuan Ekspor (juta USD) 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5 365,2 293,8 376,7

Amerika Serikat - - - - - - 3,2 - 7,1 7,2 0,0 - - 0,0

Kayu Olahan - - - - - - 3,2 - 7,1 7,2 - - - -

Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - -

Filipina 94,6 - 80,3 39,0 19,8 0,1 - - - 45,8 68,3 69,2 60,6 68,8

Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - -

Bijih Tembaga 94,6 - 80,3 39,0 19,8 - - - - 45,8 68,3 69,2 60,6 68,8

India 212,0 - 191,0 351,6 - - 286,5 52,3 196,5 206,7 227,5 147,5 25,9 48,9

Kayu Olahan - - - 0,1 - - - - - - - - - -

Bijih Tembaga 212,0 - 191,0 351,4 - - 286,5 52,3 196,5 206,7 227,5 147,5 25,9 48,9

Jepang 87,2 173,2 148,8 273,2 - 0,7 73,8 195,8 33,7 154,3 154,5 60,6 56,1 103,3

Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - -

Bijih Tembaga 87,2 173,2 148,8 273,2 - - 72,4 195,3 33,7 154,3 154,5 60,6 56,1 103,3

RRT 5,1 86,4 193,9 132,7 29,4 8,4 145,0 171,7 88,2 105,5 67,9 49,2 43,7 88,5

Kayu Olahan - - 1,3 - - - - - - - - - - -

Bijih Tembaga - 79,3 188,2 126,8 19,9 - 139,6 164,3 88,2 105,5 67,9 49,2 43,7 88,5

Arab Saudi 13,1 21,9 13,2 17,3 15,8 15,4 17,7 15,7 23,7 23,4 14,3 12,6 7,8 8,9

Kayu Olahan 13,1 21,9 13,2 17,3 15,8 15,4 17,7 15,7 23,7 23,4 14,3 12,6 7,8 8,9

Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - -

Korea Selatan 23,4 90,9 63,9 83,1 4,6 1,8 47,9 25,8 - 65,5 25,0 18,8 32,5 49,1

Kayu Olahan 1,4 - - 0,8 4,6 1,8 - - - 2,2 5,7 1,58 1,2 6,5

Bijih Tembaga 21,9 90,9 63,9 82,4 - - 47,9 25,8 - 63,4 19,3 17,26 31,2 42,7

20162015

RINCIAN

2013 2014

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia

59

Lampiran KEKR Papua Agustus 2016

TABEL V. PENYALURAN KREDIT PERBANKAN NASIONAL (LOKASI PROYEK DI PROVINSI PAPUA)

Sumber: Laporan Bank Umum

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Menurut Penggunaan

Modal Kerja 6.025 6.396 6.615 6.786 7.258 7.890 8.433 7.705 7.550 8.178 9.350 9.512 8.822 9.480

Investasi 2.296 2.852 2.868 3.170 3.037 3.186 3.200 3.620 3.625 3.922 2.813 3.018 2.352 2.535

Konsumsi 6.966 7.395 8.020 8.365 8.443 8.601 8.648 9.555 9.685 9.921 10.201 10.361 10.268 10.697

Menurut Sektor Lapangan Usaha

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 237 457 505 739 736 792 828 842 887 1.082 865 1.134 696 718

2. Pertambangan dan Penggalian 106 90 102 86 70 79 92 72 79 81 30 43 61 59

3. Industri Pengolahan 377 488 546 506 374 364 335 318 308 296 153 352 316 333

4. Pengadaan Listrik dan Gas 45 51 34 36 33 35 45 51 38 46 25 36 33 34

5. Pengadaan Air 1 - - - 2 4 7 5 3 6 2 6 5 5

6. Konstruksi 1.092 1.201 1.302 1.260 1.316 1.502 1.858 1.454 1.265 1.527 1.140 1.561 1.156 1.534

7. Perdagangan Besar dan Eceran 3.457 4.075 4.122 4.215 4.383 4.618 4.766 4.959 5.035 5.358 6.550 5.820 6.122 6.487

8. Transportasi dan Pergudangan 342 409 434 470 520 611 649 669 671 651 522 641 589 615

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 573 642 643 647 647 677 695 688 678 708 398 703 672 694

10. Informasi dan Komunikasi 16 16 16 16 19 17 18 18 18 18 1 2 9 9

11. Perantara Keuangan 452 340 357 390 376 487 460 496 542 695 608 727 94 84

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 186 183 179 194 244 179 177 181 187 189 145 208 232 275

13. Jasa Perusahaan 157 277 246 247 234 214 199 221 230 224 221 211 172 171

14. Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1 1 3 3 3 6 4 111 37 2 1 66 17 1

15. Jasa Pendidikan 24 28 33 31 32 17 30 15 13 17 11 15 12 10

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 16 18 24 24 31 30 32 30 29 35 30 36 33 38

17. Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 8.206 8.366 8.959 9.458 9.718 10.044 10.086 10.749 10.840 11.086 11.660 11.329 11.221 11.645

TOTAL 15.288 16.643 17.503 18.321 18.737 19.677 20.281 20.879 20.860 22.021 22.364 22.891 21.441 22.712

20162015URAIAN

2013 2014