kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi jambi … · oleh angka non performing loan (npl)...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Triwulan II 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi
triwulan II 2015 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi
dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun
eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan
terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh
masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup
beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan
sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini
juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi triwulan II 2015
tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II
2015 sebesar 4,67% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya (5,9% (yoy)) dan triwulan II 2014 (6,6% (yoy)). Perekonomian Jambi pada triwulan
laporan menghasilkan output Rp40,2 triliun atau 1,1% dari perekonomian Indonesia. Dari sisi
harga, kota Jambi mengalami inflasi 6,46% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 4,88% (yoy) dan
inflasi nasional 7,26% (yoy).Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan I 2015 tercatat sebesar
6,02% (yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami peningkatan akibat kenaikan pada dana
pihak ketiga dan kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada
pada posisi yaitu sebesar 113,01% yang mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan
Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan
oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,21%. Pembenahan sektor riil secara terus
menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka
meningkatkan investasi.
Dalam penyusunan KEKR triwulan II 2015 kami banyak memperoleh support dari dinas-
dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu,
kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga
kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam
meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk
kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Agustus 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI JAMBI
V. Carlusa
Kepala Perwakilan
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
vii
DAFTAR ISI
Daftar Isi ... ............................................................................................... vii
Daftar Tabel ......................................................................................... ix
Daftar Grafik ......................................................................................... x
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... xii
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1
BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 7
A. Umum ............................................................................. 7
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 9
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan..................................................................... 10
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 13
3. Sektor Industri Pengolahan........................................ .. 13
4. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 14
C. PDRB Sisi Penggunaan ....................................................... 17
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 18
2. Investasi ................................................................... ... 20
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 22
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 22
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... 24
BAB II. Inflasi ....................................................................................... 27
A. Kajian Umum ................................................................. 27
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ............... 30
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 34
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau ........... ....................................................... 38
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 38
4. Kelompok Sandang.................................................. .... 39
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 40
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 40
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 40
C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 41
BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 47
A. Bank Umum .................................................................... 48
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 48
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 48
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II 2015
viii
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 51
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 54
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing
Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 55
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 58
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 59
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 60
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 62
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .. 64
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 65
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 65
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. . 66
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 69
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2015 ......... 69
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan II Tahun 2015 ................. 70
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................. 72
D. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. .......... 74
E.
Boks 1 Perkembangan Dana Desa Di Provinsi Jambi ............................. 77
BAB V Kesejahteraan Daerah ............................................................. 83
A. Kesejahteraan............................................................... ..... 83
B. Raskin............................................................... ................. 86
BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 89
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 90
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 93
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 94
Boks 2 Kondisi, Peluang dan Tantangan Pembangunan Kelistrikan
di Provinsi Jambi ...................................................................... 99
Lampiran
Glosary
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ix
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 8
1.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 14
1.3 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 18
1.4 Indeks Tendensi Konsumen 19
1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi 22
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 32
2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 32
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode Triwulan II 2015 33
2.4 Perkembangan Inflasi Kota Bungo 42
2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan
kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 43
2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi
periode triwulan II - 2015 46
3.1 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 49
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 50
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 51
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 52
3.5 Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi 54
3.6 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 54
3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi 57
3.8 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi
Jambi 62
3.9 Perkembangan Transaksi RTGS 67
4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan II 2015 70
4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan II Tahun 2015 72
4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 72
4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 73
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II 2015
x
5.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 86
6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 92
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
xi
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7
1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Triwulan II Tahun 2015 9
1.3 Produksi Padi 10
1.4 Produksi Jagung 10
1.5 Produksi Kedelai 11
1.6 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 11
1.7 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 12
1.8 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 12
1.9 Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak 13
1.10 Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas 13
1.11 Perkembangan Produksi Karet Jambi 14
1.12 Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Sepeda Motor di Provinsi
Jambi 15
1.13 Tingkat Hunian Hotel 15
1.14 Perkembangan Pelanggan dan Pemakaian Listrik 16
1.15 Perkembangan Pelanggan dan Pemakaian Air Bersih 16
1.16 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 17
1.17 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 17
1.18 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran
Triwulanan II Tahun 2015 18
1.19 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 19
1.20 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 21
1.21 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 21
1.22 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 22
1.23 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 23
1.24 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 23
1.25 Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Triwulan II 2015 23
1.26 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 24
1.27 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 25
1.28 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 25
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 27
2.2 Perkembangan Inflasi Kota Jambi (ytd) 28
2.3 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 29
2.4 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau
Sumatera per Juni 2015 30
2.5 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 34
2.6 Perkembangan Harga Jagung 35
2.7 Perkembangan Harga Beras 35
2.8 Perkembangan Harga Tepung Terigu 36
2.9 Perkembangan Harga Daging 37
2.10 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 37
2.11 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 39
2.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 41
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II 2015
xii
2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2015 42
3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 48
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 49
3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 55
3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito
Bank Umum di Provinsi Jambi 57
3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 58
3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 59
3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi
Jambi 64
3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 65
4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) 73
4.2 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 74
4.3 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 75
5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 87
6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2012
s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 93
6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2012
s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 93
6.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun
2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 94
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
A. Inflasi dan PDRB
TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV Total TRW.I TRW.II
MAKRO
Indeks Harga Konsumen Kota Jambi 111.51 112.09 113.91 120.04 120.04 116.95 119.33
Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4)
110.62 110.63 113.13 119.06 119.06 116.06 117.29
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 7.51 6.47 4.31 8.72 8.72 4.88 6.46
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4)
6.28 4.58 5.21 8.99 8.99 4.92 6.02
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1)
29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950,905 120,696,234 31,117,580 31,581,176
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,858,367 8,102,410 7,830,911 8,170,651 31,962,339 8,462,754 8,606,116
Pertambangan dan Penggalian 7,457,231 7,599,949 7,940,656 7,850,070 30,847,907 7,704,312 7,729,874
Industri Pengolahan 3,343,648 3,404,386 3,423,015 3,399,915 13,570,964 3,398,443 3,456,673
Pengadaan Listrik, Gas 13,145 13,779 13,954 15,533 56,412 14,781 15,144
Pengadaan Air 39,210 39,683 40,235 41,343 160,471 40,756 41,742
Konstruksi 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296 8,661,217 2,117,687 2,186,231
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077 10,661,963 2,908,629 2,960,958
Transportasi dan Pergudangan 896,697 909,096 924,770 938,881 3,669,444 953,382 975,390
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 298,494 303,159 310,095 314,874 1,226,622 321,241 330,322
Informasi dan Komunikasi 942,422 955,154 979,937 998,789 3,876,302 1,029,423 1,082,685
Jasa Keuangan 673,190 686,362 692,398 720,531 2,772,481 724,827 696,541
Real Estate 425,582 430,234 436,359 440,620 1,732,795 449,595 450,575
Jasa Perusahaan 298,975 304,466 310,600 316,366 1,230,408 321,898 327,291
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775 4,141,157 1,056,848 1,067,817
Jasa Pendidikan 875,384 909,678 943,625 965,511 3,694,199 971,504 996,547
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 308,834 313,943 320,742 325,957 1,269,477 334,498 344,441
Jasa lainnya 283,829 286,203 292,330 299,714 1,162,075 307,002 312,831
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2)
263,619 278,279 223,628 255,033 1,020,560 248,706 247,150
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 860,882 1,107,025 840,332 1,006,563 3,814,802 1,089,055 1,046,327
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3)
71,736 53,767 38,560 20,918 184,980 25,667 28,113
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 26,274 31,946 33,758 23,999 115,977 27,200 1,046,327
Sumber: BPS
Catatan
1)
Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi
2)
Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang
berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.
3)
Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2
digit
4)
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di
Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan
Muara Bungo
INDIKATOR2014 2015
vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
B. Perbankan
TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II
PERBANKAN
A. Bank Umum :
Total Aset (Rp Juta) 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144 34,622,605 37,671,417
DPK(Rp Juta) 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 24,205,221
- Tabungan 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 3,619,074
- Giro 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 11,316,696
- Deposito 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 9,269,451
26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 35,199,342
- Modal Kerja 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932 11,049,817 11,327,405
- Konsumsi 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228 9,679,800 10,216,942
- Investasi 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947 13,377,408 13,654,995
- Dana 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985 23,275,384 24,596,162
- LDR 135.47 156.04 142.87 144.86 151.60 146.54 143.11
23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034
- Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809
- Konsumsi 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249
- Investasi 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976
- LDR (%) 121.66 119.22 111.48 112.63 119.42 116.86 113.01
- NPL Gross nominal 466,983 492,240 612,619 620,912 654,329 769,060 879,166
- NPL Gross % 1.98 2.06 2.46 2.45 2.49 2.89 3.21
Kredit MKM (Rp Juta)
Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728 3,327,809 3,506,146
- Kredit Modal Kerja 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349 1,457,647 1,537,153
- Kredit Investasi 597,628 618,466 638,798 636,627 647,195 669,772 683,815
- Kredit Konsumsi 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184 1,200,391 1,285,178
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta)11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113 13,333,741 13,601,753
- Kredit Modal Kerja 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090 1,998,536 2,025,697
- Kredit Investasi 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458 2,055,800 2,129,599
- Kredit Konsumsi 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566 9,279,404 9,446,457
4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156 4,965,324 5,044,331
- Kredit Modal Kerja 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807 3,229,753 3,279,252
- Kredit Investasi 899,870 876,907 814,947 808,236 836,608 848,942 849,820
- Kredit Konsumsi 809,774 804,029 815,357 838,954 881,741 886,629 915,259
Total Kredit MKM (Rp Juta) 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998 21,626,874 22,152,229
NPL MKM gross (%) 2.31 2.43 2.90 2.95 2.78 3.22 1.52
- NPL MKM Gross Nominal 450,912 480,211 595,039 614,782 593,170 697,392 337,386
B. BPR :
Total Aset (Rp Juta) 739,510 742,646 731,857 739,748 758,995 766,796 759,582
DPK (Rp Juta) 532,417 541,824 539,797 550,872 566,501 580,220 583,279
- Tabungan (Rp Juta) 86,236 82,543 83,869 84,072 84,864 84,947 85,648
- Deposito (Rp Juta) 446,181 459,281 455,928 466,800 481,637 495,273 497,631
Kredit (Rp Juta) 545,175 544,849 541,885 535,557 524,672 524,425 531,051
- Modal Kerja 172,919 164,194 171,394 178,183 180,501 189,211 204,080
- Investasi 94,718 104,588 105,345 107,637 107,056 107,172 106,844
- Konsumsi 277,538 276,067 265,146 249,737 237,115 228,042 220,127
Kredit UMKM (Rp Juta) 202,844 227,858 237,051 245,608 248,842 259,465 270,286
Rasio NPL Gross (%) 6.30 7.99 10.09 11.13 12.21 14.50 15.65
- NPL Gross (Nominal) 34,367 43,534 54,692 59,612 64,046 76,061 83,127
LDR (%) 84.26 82.57 85.60 84.13 79.40 80.46 82.38
Sumber: LBU Bank Indonesia 102.40
2015
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤
Rp5 miliar) ((Rp Juta)
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
kantor cabang
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
2013 2014INDIKATOR
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
c. Sistem Pembayaran
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 1,829,966
Volume Kliring (lembar warkat) 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 51,098
Cek dan BG Kosong
Lembar 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 1,249
Nominal (juta Rp) 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 43,149
RTGS
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 37,662
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 49,677
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 7,289
Transaksi Tunai
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 892,023
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 2,354,181
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 (1,462,158)
2015Uraian
2014
ix
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
Perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 menghasilkan output
Rp40,2 triliun1
dan tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2015 yang tercatat sebesar
4,7% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya (5,9% (yoy)) dan triwulan II 2014 (6,6% (yoy)). Namun
demikian, secara triwulanan pertumbuhan perekonomian Jambi pada
triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,5%
(qtq) menjadi 1,5% (qtq).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 menunjukkan
bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi
Jambi yaitu 49,6%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,3% dan
sektor sekunder sebesar 12,1%.
Lima sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada
triwulan II 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor yang mencapai 14,7% (yoy) disusul oleh sektor informasi
dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy), sektor pengadaan listrik dan gas
sebesar 9,9% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,7%
(yoy) dan sektor jasa pendidikan 9,5% (yoy).
Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 11,9% (yoy) di
triwulan II 2015 memberikan andil sebesar 8,1% terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah
tangga sebesar 4,3% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,9% (yoy).
Namun demikian, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) atau
Investasi yang terkontraksi 5,0%(yoy) dan konsumsi pemerintah yang
terkontraksi sebesar 1,8% (yoy) membuat pertumbuhan ekonomi Jambi
tidak setinggi triwulan sebelumnya.
1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar
2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi triwulan II 2015
mengalami perlambatan
yaitu dari 5,9% menjadi
5,2%....
Pertumbuhan tertinggi terjadi
pada sektor perdagangan
besar, eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor
((14,7%(yoy) dan sektor
komunikasi ((13,4%(yoy))....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
2
II. Inflasi
Pada triwulan II 2015, inflasi kota Jambi tercatat 6,46%(yoy),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,88% (yoy)), dan lebih
tinggi dari rata-rata inflasi triwulan II dalam tiga tahun terakhir (6,17%(yoy))
namun lebih rendah dari inflasi nasional (7,26%(yoy)). Sementara itu inflasi
Bungo tercatat sebesar 6,02% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi
nasional2
.
Peningkatan inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh
kelompok volatile food sebesar 4,68% (yoy) yang utamanya disebabkan
tren kenaikan harga cabai merah sepanjang triwulan II 2015. Sementara
itu, inflasi pada kelompok administered price mencapai 13,76% (yoy).
Inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga BBM jenis
bensin dan solar yang dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret 2015 dan
kenaikan LPG 12 Kg pada 1 April 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level
3,87% (yoy).
Perkembangan harga di Kota Jambi secara triwulanan tercatat
mengalami inflasi 2,02% (qtq), meningkat tajam dibandingkan deflasi pada
triwulan sebelumnya (2,59% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm)
pada bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing sebesar 0,30%,
1,18% dan 0,54%.
Sementara itu, Bungo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,05%
(qtq), meningkat dibandingkan deflasi yang terjadi pada triwulan
sebelumnya (2,54% (qtq)) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm)
pada bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing sebesar 0,09%,
0,34% dan 0,62%.
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan II 2015 secara umum menunjukkan
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset, dana pihak ketiga
dan kredit perbankan masing-masing hanya tumbuh (8,1%) (yoy)), 8,5%
(yoy) dan 10,0% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang
2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari
66 kota menjadi 82 kota.
Pada triwulan II 2015, Kota
Jambi mengalami inflasi
sebesar 6,46%
(yoy) dan Kota Bungo 6,02%
(yoy)....
Kinerja perbankan
mengalami perlambatan
ditandai dengan
pertumbuhan aset
perbankan, DPK, dan
penyaluran kredit pada
triwulan berjalan lebih kecil
dibandingkan triwulan
sebelumnya secara
tahunan....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN II 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
mampu tumbuh masing-masing sebesar 16,6% (yoy), 13,3% (yoy) dan
(11,0% (yoy)).
Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah
5% (3,21%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan
sebelumnya. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank
pelapor mengalami penurunan sebesar 384 bps menjadi sebesar 113,01%
dari triwulan sebelumnya 116,85%.
Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash
outflow) mengalami peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash
inflow) menurun 8,7% (yoy) dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy).
Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring mengalami
penurunan sedangkan melalui RTGS mengalami peningkatan, dengan
rincian sebagai berikut:
Nilai kliring turun sebesar 32,4%(yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya menjadi Rp1,8 triliun dan dan volume kliring turun
31,4% (yoy) menjadi 51.098.
Nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy)
sedangkan RTGS dari dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy).
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan
triwulan II-2015 mencapai Rp1,6 triliun (terealisasi sebesar 50,0% dari
APBD 2015), sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi
dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp420,3 miliar pada triwulan I-2015
(terealisasi 12,0%) menjadi Rp1,2 triliun pada triwulan II-2015 (terealisasi
34,3%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai
realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 2,7% dan 30,9%.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp556,6 miliar
(33,8% dari total pendapatan), sedikit meningkat dibandingkan realisasi
PAD triwulan II-2014 (Rp535,65 miliar, 33,4% dari total pendapatan).
Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai
Rp472,1 miliar (84,8% dari total PAD).
Realisasi pendapatan
triwulan II 2015 mencapai
50,0% dari APBD
sementara realisasi belanja
baru mencapai 34,3%...
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
4
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil
dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja
modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan
2013 (25,3% dan 31,5%).
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami sedikit
peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 96,09
dari 95,81 pada triwulan lalu yang disebabkan meningkatnya nilai tukar
petani tanaman perkebunan rakyat dan peternak. Kenaikan nilai tukar
petani tersebut seiring dengan sedikit membaiknya harga bokar selama
triwulan II 2015 dan meningkatnya konsumsi daging dan hasil-hasilnya
selama bulan puasa 2015.
Sementara itu penyaluran raskin selama triwulan II juga mengalami
peningkatan yaitu menjadi 103,5% (qtq) seiring dengan lancarnya
penebusan raskin terkait telah selesainya juknis penyaluran raskin tahun
2015 oleh pemerintah kota/kabupaten.
VI.Prospek Perekonomian
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan III 2015
diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 5,2%-5,7% (yoy) dibandingkan
triwulan II 2015 (5,2% (yoy)).
Berdasarkan sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama
pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Tingkat konsumsi
diperkirakan akan meningkat sejalan dengan persiapan menghadapi
lebaran pada bulan Juli 2015. Pertumbuhan juga akan didorong oleh
realisasi belanja barang dan modal Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi Jambi yang umumnya terjadi pada triwulan III 2015. Ekspor juga
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015 meskipun
tidak begitu besar sejalan dengan pelemahan harga komoditas global dan
perkiraan pertumbuhan ekonomi terbaru Amerika Serikat dan Tiongkok
yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya. PMTDB/Investasi
juga diperkirakan belum banyak berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi
Jambi sejalan dengan perlambatan ekonomi Jambi dan tekanan depresiasi
Nilai Tukar Petani (NTP)
pada triwulan laporan
mengalami sedikit
peningkatan jika
dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu menjadi
96,09 dari 95,81 pada
triwulan lalu
Laju pertumbuhan PDRB
triwulan III 2015
diperkirakan berkisar 5,2%-
5,7% (yoy).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN II 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang membuat
perusahaan/korporasi menunda/membatalkan rencana investasi maupun
pembelian alat-alat produksi baru.
Dari sisi lapangan usaha, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi
akan banyak disumbangkan sektor perdagangan besar dan eceran serta
reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan
serta sektor informasi dan komunikasi seiring momen lebaran pada bulan
Juli 2015. Sektor konstruksi juga diperkirakan tumbuh sejalan dengan
dimulainya realisasi belanja modal infrastruktur Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi pada triwulan III 2015.
Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan berada pada kisaran
6,9%-7,4% (yoy) dari sebelumnya 6,4% (yoy) pada triwulan II 2015.
Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile
food dan inflasi inti (core inflation).
Dari sisi volatile food, momen lebaran dan kekeringan yang
disebabkan El Nino menyebabkan gagal panen yang berdampak pada
menurunnya produksi bahan pangan dan memberikan tekanan inflasi pada
sisi volatile food. Penerapan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No
132/010/2015 mengenai kenaikan tarif bea masuk barang impor juga
diperkirakan akan sedikit meningkatkan tekanan pada inflasi inti/core
inflation.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi
lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga produk ayam
sejalan dengan rencana pemerintah untuk menghentikan impor jagung; 2)
kenaikan harga BBM dalam negeri sebagai dampak melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat; 3) kenaikan harga bahan bangunan
seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
pada triwulan III 2015; 4) proyeksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
Dollar Amerika Serikat.
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan II 2015 serta proyeksi
ekonomi triwulan III 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian
adalah:
1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:
a. Percepatan realisasi anggaran belanja modal dan belanja barang
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi.
b. Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi swasta
di Provinsi Jambi
Inflasi pada triwulan III
2015 diperkirakan
berada pada kisaran
6,9%-7,4%(yoy)
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
6
c. Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian
dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui
pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan
kompetensi pengajar.
2. Meningkatkan kinerja dan nilai tambah produk perkebunan kelapa
sawit dan karet dari hulu hingga hilir
3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi
7
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 menghasilkan output Rp40,22 triliun1
dan tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi
triwulan I 2015 sebesar 5,9%. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan II
2015 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2015 yang
tercatat sebesar 4,67% (yoy) (Grafik 1.1).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy)
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan II 2015 yaitu
sebesar 1,7% (yoy) diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil
dan sepeda motor sebesar 1,3% (yoy). Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor
informasi dan komunikasi masing-masing menyumbangkan 0,4%(yoy). 5 (lima) sektor yang
mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan II 2015 adalah sektor perdagangan
besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,7% (yoy) disusul oleh
sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy), sektor pengadaan listrik dan gas
sebesar 9,9% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,7% (yoy) serta
sektor jasa pendidikan 9,5% (yoy) (Tabel 1.1). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan
1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of
National Account) 2008.
30.5 32.7
33.4 35.435.8
38.640.9
38.639.0 40.2
9.3
10.7
5.1
2.50
10.26
5.595.82 6.51
5.96 5.18
(6.0)
6.8
0.9 1.3
1.1
2.2
1.1
2.0
0.5
1.5
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15
Sumber: BPS (diolah)
%
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
8
II 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB
Provinsi Jambi yaitu 49,61%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,26% dan sektor
sekunder sebesar 12,13%.
Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 11,93% (yoy) di triwulan II 2015
memberikan andil sebesar 8,05% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan
laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,31% (yoy) yang memberikan
andil sebesar 1,88% (yoy). Namun demikian, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) atau Investasi yang terkontraksi 5,03%(yoy) dan konsumsi pemerintah yang
terkontraksi sebesar 1,85% (yoy) membuat pertumbuhan ekonomi Jambi tidak setinggi
triwulan sebelumnya (Tabel 1.1).
Tahun 2014
II III IV I II III IV Growth I II Andil
3.7 2.9 2.9 4.3 4.3 4.4 4.4 4.4 4.1 4.3 1.9
8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 3.1 (0.7) 0.0
(21.8) (20.5) 49.2 3.0 1.1 3.6 1.5 2.2 0.7 (1.9) -0.1
12.4 17.2 25.0 63.9 24.7 (11.2) (31.6) 0.8 (13.7) (5.0) -1.2
5.0 (205.4) (229.2) 12.7 (385.9) 18.8 11.0 (78.5) (39.5) 0.5 0.0
8.8 3.0 (17.4) (2.8) (0.2) 11.2 27.9 8.5 16.9 11.9 8.0
(2.9) 11.0 (10.3) 1.5 8.3 0.1 2.1 2.9 5.8 7.8 3.4
10.7 5.1 2.5 10.6 6.6 6.9 7.1 7.8 5.9 5.2 5.2
2015
PDRB
2013 2014
Ekspor
Impor
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Inventori
JENIS PENGELUARAN
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)
II III IV I II III IV I II Andil
15.2 3.7 5.8 20.0 14.6 10.6 8.5 13.2 7.7 6.2 1.7
4.1 8.1 -1.2 2.9 3.1 3.9 5.4 3.8 3.3 1.7 0.4
10.6 -0.3 1.3 8.0 4.0 3.6 1.1 4.1 1.6 1.5 0.2
10.4 8.9 3.9 1.9 6.3 7.6 18.4 8.6 12.4 9.9 0.0
8.9 5.6 -2.4 3.0 2.6 0.1 6.7 3.1 3.9 5.2 0.0
27.5 18.7 10.1 32.1 -0.5 6.7 5.3 9.5 -0.3 1.3 0.1
7.6 6.1 5.6 7.3 5.4 7.8 14.5 8.8 14.4 14.71.3
7.6 9.3 4.5 12.1 8.5 6.4 7.2 8.5 6.3 7.3 0.2
6.8 5.9 6.4 23.7 22.5 19.3 10.7 18.7 7.6 9.0 0.1
7.6 5.8 6.0 6.8 6.9 7.0 7.3 7.0 9.2 13.4 0.4
15.4 11.9 3.5 2.0 2.7 2.6 8.8 4.0 7.7 1.5 0.0
5.7 5.4 2.6 1.1 1.3 1.9 4.5 2.2 5.6 4.7 0.1
2.2 2.7 0.3 2.7 4.2 5.4 7.7 5.0 7.7 7.5 0.1
22.7 -21.4 -7.9 14.6 11.5 20.6 7.8 13.4 7.43.8 0.1
12.1 5.5 -8.9 -6.7 -3.3 -0.9 13.0 0.2 11.0 9.5 0.3
7.2 4.5 15.7 18.4 16.1 19.8 7.3 15.1 8.3 9.7 0.1
4.2 5.9 9.2 4.9 4.8 5.4 7.0 5.5 8.2 9.3 0.1
10.7 5.1 2.5 10.6 6.63 6.9 7.1 7.8 5.9 5.2 5.2PDRB
LAPANGAN USAHA
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Pertanian, Kehutanan & Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik Dan Gas
Pengadaan Air
Konstruksi
Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Tahun 20142013 2014 2015
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 mengalami sedikit
perlambatan dari 5,9% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi 5,2% (yoy) pada triwulan II 2015.
Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan II 2015 adalah
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 1,7% dan diikuti sektor
perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3%. Sementara dari
sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan II 2015 terjadi
pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,7%
(yoy) dan sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy). Tingginya pertumbuhan
kedua sektor tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan konsumsi dan penggunaan
jasa komunikasi pada saat liburan sekolah dan awal bulan puasa.
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2015
tercatat sebesar Rp40,2 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 27,8%, pertambangan dan penggalian sebesar 18,2%
serta sektor industri pengolahan sebesar 11,2% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur
ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan
triwulan I 2015 (Grafik 1.2).
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2015
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
10
Grafik 1.3 Produksi Padi Grafik 1.4 Produksi Jagung
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan II 2015
mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy). Secara tahunan sektor ini mengalami
pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2015 (5,2% (yoy)).
Peningkatan pertumbuhan sektor ini disebabkan oleh masih berlangsungnya panen
tanaman bahan makanan padi yang mengalami pergeseran pola tanam pada subround III
(September-Desember 2014) sehingga puncak panen raya padi terjadi pada bulan April
2015. Namun demikian, harga Crude Palm Oil (CPO) dan Tandan Buah Segar (TBS) yang
cenderung mengalami penurunan ditambah dengan turunnya produktivitas sejalan dengan
mulai masuknya musim kemarau mampu menahan pertumbuhan di sektor ini. Hal yang
sama juga terjadi pada sektor perkebunan karet dimana harga karet lokal dan internasional
masih mengalami tren penurunan.
Pertumbuhan produksi tanaman bahan makanan (tabama) di Provinsi Jambi
terkonfirmasi dalam Angka Ramalan I (ARAM I) BPS yang menyatakan bahwa produksi padi,
jagung dan kedelai pada subround I dan II 2015 mengalami kenaikan dibandingkan
periode yang sama di tahun 2014 (Grafik 1.4, 1.5 dan 1.6). Hal ini disebabkan baik oleh
kenaikan luas panen maupun produktivitas lahan padi. Produksi padi tahun 2015
diperkirakan mencapai 786,9 ribu ton atau meningkat 18,39% dibandingkan tahun 2014
(122.228 ton).
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
Grafik 1.5 Produksi Kedelai
Harga rata-rata bahan olah karet (bokar) di Jambi tercatat sebesar Rp15.884/kg
(Grafik 1.7), lebih rendah bila dibandingkan harga pada triwulan yang sama di tahun 2014
yang mencapai Rp17.299/kg. Harga karet di tingkat internasional juga tercatat US$195,3
cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 sebesar US$230,3
cent/kg (Grafik 1.7).
Grafik 1.6. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat juga mengalami
penurunan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Harga rata-rata TBS
usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.636,8/kg, turun 14,7% (yoy) dari
harga rata-rata triwulan II 2014. Sementara itu harga rata-rata CPO di Jambi selama
triwulan laporan sebesar Rp7.259,60/kg atau turun 8,63% (yoy). Hal ini sejalan dengan
harga rata-rata CPO internasional yang mengalami penurunan sebesar 24,52% (yoy) dari
US$796,0/metric ton pada Triwulan II 2014 menjadi USD600,82/metric ton pada Triwulan II
2015. (Grafik 1.4). Turunnya harga kelapa sawit internasional utamanya disebabkan oleh
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
10,000
20,000
30,000
40,000
123456789101112123456789101112123456789101112123456
2012 2013 2014 2015
USD cent/KgRp/KgHarga Bokar (Rp/kg)
Harga Karet Internasional, aksis
kanan (USD cent/kg)
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
12
turunnya permintaan negara importir sawit yang berdampak pada penurunan harga CPO
domestik.
Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal,
Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Hal yang sama juga terjadi pada Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan II 2015 yang turun
1,23%(yoy) (grafik 1.7). Masih banyaknya petani yang menggantungkan pada satu sumber
pendapatan menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga
komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada
penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada
petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. Selain itu, petani juga
dapat diperkenalkan pada produk substitusi dari komoditas yang dihasilkannya sekarang.
Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan II 2015 menyumbangkan
nilai tambah sebesar Rp7,3 triliun (pangsa 18,2%), merupakan sektor ekonomi terbesar
kedua di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,7%
(yoy), jauh melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang mampu tumbuh sebesar 3,3%
(yoy).
Grafik 1.9. Pertumbuhan Lifting Minyak Jambi Grafik 1.10. Pertumbuhan Lifting Gas Bumi Jambi
Berdasarkan data lifting migas (Grafik 1.8 dan 1.9), diketahui bahwa realisasi lifting
minyak di Provinsi Jambi hingga semester I 2015 hanya sebesar 3,83 juta barrel. Lebih
rendah dibandingkan pencapaian semester I 2014 yang mencapai 4,18 juta barrel. Produksi
gas bumi di Jambi hingga semester I 2015 cenderung stabil dibandingkan semester
sebelumnya meskipun masih lebih rendah dibandingkan kinerja pada semester I tahun
2014. Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada
triwulan laporan cenderung stabil. Berdasarkan keterangan BPS, kinerja pertambangan non
migas didongkrak oleh kinerja emas yang mengalami kenaikan meskipun kinerja komoditas
batu bara dan bijih besi mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya.
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan menyumbang output terhadap perekonomian Jambi
sebesar Rp4,5 triliun (11,2%), tumbuh sebesar 1,5% (yoy) meskipun sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan I 2015 (1,6% (yoy)).
Sumber: Kementerian ESDM (diolah) Sumber: Kementerian ESDM (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
14
Melambatnya pertumbuhan kinerja sektor industri pengolahan tercermin dari
pertumbuhan produksi industri pengolahan karet dan barang dari karet dan barang dari
plastik yang tumbuh negatif 14,69%(yoy) (tabel 1.2).
Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Melambatnya pertumbuhan kinerja industri pengolahan karet juga didukung dengan
data GAPKINDO (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, yang menyatakan
bahwa produksi karet pada triwulan II 2015 sebesar 92.975 ton (Grafik 1.10), menurun
sebesar 0,49% (yoy) bila dibandingkan produksi karet GAPKINDO triwulan II 20142
.
Grafik 1.11. Produksi Karet GAPKINDO Jambi
Sumber : GAPKINDO Provinsi Jambi
4. Sektor-sektor Lain
Pada triwulan II 2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan
sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp4,0 triliun (pangsa
10,4%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 14,7% (yoy) dan merupakan sektor yang
memiliki pertumbuhan terbesar pada triwulan II 2015, dengan andil pertumbuhan 1,3%
2
Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan
eceran di Jambi. Peningkatan
aktivitas perdagangan tersebut
sejalan dengan meningkatnya
konsumsi masyarakat sehubungan
dengan momen liburan sekolah
serta persiapan menjelang bulan
puasa. Namun demikian, penjualan
kendaraan roda 4 dan sepeda
motor justru mengalami
penurunan masing-masing sebesar
0,15%(yoy) dan 14,39%(yoy).
Sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum tumbuh
9,0%(yoy), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya
sebesar 7,6%(yoy).
Pertumbuhan ini utamanya
disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas pemerintah daerah
yang sempat dilarang pada
triwulan I 2015, momen liburan sekolah dan kegiatan keagamaan menjelang puasa. Hal
tersebut terindikasi dari data tingkat hunian hotel BPS dimana tingkat hunian hotel triwulan
II 2015 mengalami kenaikan 16,12% dibandingkan triwulan I 2015 (Grafik 1.14). Rata-rata
tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 43,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan lalu (37,6%) meskipun masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun
lalu (47,88%). Namun demikian, jumlah tamu menginap pada triwulan laporan turun
sebesar 32,9% (yoy) menjadi 54.945 orang.
Grafik 1.13. Tingkat Hunian Hotel
Grafik 1.12. Penjualan Kendaraan Bermotor roda 4 dan sepeda
Motor di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
16
Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing
tumbuh sebesar 9,9% (yoy) dan 5,2% (yoy). Pertumbuhan sektor pengadaan listrik dan gas
terindikasi dari meningkatnya jumlah pelanggan listrik di Jambi sebesar 8,6% (yoy) menjadi
629.815 pada triwulan II 2015. Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan
mencapai 393,0 GWh dengan jumlah pelanggan mencapai 629.815 rekening (Grafik 1.15).
Berdasarkan pengguna, mayoritas pelanggan PLN Jambi adalah kelompok rumah tangga
yang mencapai 578.492 rekening (91,9%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 253,8
GWh (64,6%).
Grafik 1.14. Perkembangan Pelanggan dan
Pemakaian Listrik
Grafik 1.15. Perkembangan Pelanggan dan
Pemakaian Air
Peningkatan sektor pengadaan air juga terindikasi oleh peningkatan pemakaian
air bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang Kota Jambi (Grafik 1.16). Pada triwulan
laporan pemakaian air bersih menunjukkan peningkatan (7,7% (yoy)). Rata-rata konsumsi
air bersih bulanan melalui PDAM pada triwulan laporan sebesar 869,3 ribu M3
.
Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 7,3% (yoy) dengan andil
pertumbuhan 0,2%, meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (6,3%
yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan momen liburan sekolah yang
meningkatkan permintaan jasa transportasi.
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
Hal ini sejalan dengan data arus penumpang pesawat udara, baik yang datang
maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi. Data menunjukkan jumlah
penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi selama triwulan II
2015 sebanyak 331.495 orang, meningkat sebesar 11,78%(qtq) dibandingkan triwulan I
2015 atau 0,51%(yoy) bila dibandingkan triwulan II 2014 (Grafik 1.17). Secara umum,
jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang
datang ke Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di bandara
Sultan Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dibongkar sebesar 12,27% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dimuat dari kargo
pesawat mengalami penurunan sebesar 5,4% (qtq) (Grafik 1.18).
Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan II 2015 adalah sektor
informasi dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy) dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial
sebesar 9,7% (yoy).
C. PDRB Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada
triwulan laporan didorong oleh kontraksi Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) sebesar 5,0% (yoy) yang mencerminkan bahwa tingkat investasi di Provinsi Jambi
berkurang. Diikuti dengan kontraksi konsumsi pemerintah sebesar 1,9% (yoy) meskipun
secara kuartalan meningkat cukup tajam hingga 39,6% (Tabel 1.3). Kontraksi kedua sektor
tersebut membuat pertumbuhan ekonomi Jambi relatif terbatas.
Grafik 1.16. Perkembangan Keberangkatan dan
Kedatangan Penumpang
Grafik 1.17. Perkembangan Jumlah Bongkar dan
Muat Barang
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
18
Berdasarkan strukturnya, 45,8% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi
rumah tangga diikuti oleh net ekspor 24,1%, Pembentukan Modal Tetap Domestik
Bruto/Investasi 20,4%, dan konsumsi pemerintah 7,4% (Grafik 1.19). Pangsa struktur
tersebut cenderung tidak mengalami banyak perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada
triwulan II 2014, pangsa konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing
sebesar 42,7% dan 7,2%. Adapun terdapat penurunan pangsa investasi (PMTDB) dari
21,6% pada triwulan II 2014 menjadi 20,4% pada triwulan II 2015 yang mengindikasikan
perlambatan pertumbuhan investasi (Grafik 1.20). Net Ekspor juga menurun pangsanya dari
26,4% pada triwulan II 2014 menjadi 24,1% pada triwulan II 2015 sejalan dengan
penurunan ekspor akibat melemahnya harga komoditas karet, kelapa sawit dan batubara
dibandingkan selama tahun 2014.
Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
berdasarkan harga berlaku mencapai
Rp18,2 triliun atau 45,8% dari total PDRB
Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
tumbuh 4,3% (yoy), meningkat
dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2015
(4,1% yoy). Hal ini sejalan dengan
meningkatnya konsumsi masyarakat pada
saat liburan sekolah, persiapan tahun ajaran
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.18. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaan Triwulan II tahun 2015
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
baru dan kegiatan/pembelian menjelang bulan puasa.
Meningkatnya konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks tendensi
konsumen (ITK). Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan
mengalami kenaikan dari 91,0 pada triwulan I 2015 menjadi 104,5 pada triwulan II 2015.
Kenaikan ITK juga dipengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga kini yang mencapai
100,36 pada triwulan laporan, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 87,3%.
Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Namun demikian, penyaluran kredit real estate justru menunjukkan kontraksi sebesar
6,5%(yoy) pada triwulan II 2015. Kontraksi ini merupakan yang pertama kalinya sejak tahun
2011 (grafik 1.21). Kontraksi ini perlu diwaspadai sebagai downside factor terhadap
perekonomian Jambi terutama dari sisi konsumsi rumah tangga.
Grafik 1.19. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan
sebesar Rp2,9 triliun, terkontraksi 1,9%(yoy). Kontraksi ini disebabkan masih minimnya
penyerapan anggaran belanja pemerintah. Berdasarkan data Kanwil Dirjen Perbendaharaan
Jambi, realisasi belanja APBN di provinsi Jambi hingga triwulan II 2015 baru sebesar 25,9%
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
20
dari pagu belanja APBN-P 2015 di provinsi Jambi. Sementara realisasi belanja APBD Provinsi
Jambi hingga triwulan II 2015 mencapai 34,31%, lebih baik dibanding triwulan yang sama
di tahun 2014 yang hanya 28,20%. Beberapa faktor penyebab masih rendahnya
penyerapan anggaran diantaranya 1) perubahan nomenklatur atau reorganisasi
kementerian/lembaga yang menyebabkan tertundanya pelaksanaan beberapa
proyek/kegiatan, 2) migrasi sistem anggaran yang baru yang membutuhkan adaptasi dari
user pengelola kegiatan sehingga menunda beberapa proses kegiatan.
2. Investasi
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan II 2015 yang
mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp8,2 triliun dengan pangsa 20,4%
dari total PDRB Jambi (Grafik 1.20), menurun dibandingkan pangsa pada triwulan yang
sama tahun 2014 (21,6%). Secara tahunan, PMTDB / investasi mengalami kontraksi sebesar
5,0% (yoy) dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi.
Penurunan pertumbuhan tahunan investasi disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1) realisasi belanja APBN-P dan APBD Provinsi 2015 yang belum maksimal terutama belanja
modal APBN-P yang baru terealisasi 17,3% dan APBD yang baru 29,5%. 2) berdasarkan
informasi BPS Provinsi Jambi, melemahnya investasi pada triwulan laporan juga disebabkan
turunnya impor mesin, kendaraan khusus dan peralatan oleh beberapa perusahaan seiring
melambatnya perekonomian dan depresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat
yang menyebabkan harga menjadi lebih mahal. Hal tersebut didukung dengan data SEKDA
Bank Indonesia yang menunjukkan impor mesin industri tertentu/khusus mengalami
penurunan sebesar 46,1%(yoy).
Penurunan investasi juga terindikasi oleh data konsumsi semen yang terkontraksi
sebesar 17,8% (yoy), turun signidikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih
tumbuh 2,9%(yoy). (Grafik 1.22).
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
Grafik 1.20.Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Namun demikian, pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi justru mengalami
kenaikan sebesar 13,34% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
(11,82%,yoy) (Grafik 1.23).
Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Adapun berdasarkan data BKPM, investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi dari
dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 582,8 miliar yang utamanya diinvestasikan pada sektor
Industri Karet, Barang dari karet dan Plastik. Jika dibandingkan dengan triwulan II 2014,
nilai investasi tersebut melonjak 7,9 kali lipat dan bila dibandingkan triwulan I 2015, nilai
tersebut meningkat 8,8 kali lipat. Investasi dari luar negeri (PMA) yang ditanamkan di Jambi
pada triwulan II 2015 tercatat US$55,5 juta, melonjak hampir 10 kali lipat bila
dibandingkan PMA triwulan II 2014 (US$5,6 juta) dan melonjak 3 kali lipat bila
Sumber : LBU Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
22
dibandingkan PMA triwulan I 2015 (US$17,9 juta)
Tabel 1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi
3. Perdagangan Eksternal
Berdasarkan data BPS, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara lain maupun daerah lain
pada triwulan II 2015 mencapai Rp27,5 triliun, meningkat sebesar 11,9% (yoy) tetapi secara
triwulanan turun 0,9% (qtq). Di sisi lain, Impor provinsi Jambi pada triwulan II 2015
mencapai Rp17,8 triliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian,
Provinsi Jambi mengalami net eskpor sebesar Rp9,7 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah
dan luar negeri) mengalami peningkatan 7,8% (yoy) dan 4,1%(qtq).
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Berdasarkan indikator
ekspor impor non migas, Ekspor
provinsi Jambi mengalami sedikit
penurunan yang disebabkan oleh
menurunnya ekspor CPO akibat
menurunnya permintaan dan
melemahnya harga CPO global.
Berdasarkan dokumen
pemberitahuan ekspor barang
(PEB), ekspor luar negeri Provinsi
Jambi pada triwulan laporan sebesar USD248,7 juta, turun 11,2% (yoy) dari triwulan yang
sama tahun 2014 (USD278,3 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar USD28,1 juta
dan mengalami kenaikan 9,5%(yoy). Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami
net ekspor sebesar USD219,0 juta (Grafik 1.24).
Grafik 1.22. Perkembangan Ekspor dan Impor Non
Migas Provinsi Jambi
(dalam satuan juta USD)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : BKPM (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet
mentah (crude rubber) sebesar USD104,4 juta atau 42,2% dari total ekspor non migas
Jambi, diikuti oleh pulp and paper dan fixed vegetable oil masing-masing USD32,7 juta dan
USD26,7 juta (Grafik 1.24 dan 1.25). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat
bahwa ekspor produk primer dari sub sektor perkebunan masih mendominasi ekspor Jambi
pada triwulan II 2015.
Grafik 1.23. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi
Secara tahunan, penurunan nilai ekspor terbesar pada triwulan laporan dialami
komoditas batu bara dan briket sebesar 38,2% (yoy) diikuti oleh komoditas minyak dan
lemak sayur (fixed vegetable oil) sebesar 26,4% (yoy) dan karet (crumb rubber) sebesar
24,7% (yoy). Sementara itu, komoditas ekspor yang mengalami kenaikan adalah komoditas
bubur kertas dan kertas (pulp and paper) yang naik sebesar 8,6%(yoy).
Sejalan dengan penurunan nilai ekspor batu bara dan karet, volume ekspor batu
bara dan karet mentah juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 17,5%(yoy) dan
5,8%(yoy). Lain halnya dengan batu bara dan karet, volume ekspor minyak dan lemak sayur
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.24. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Grafik 1.25. Pangsa Nilai Ekspor Non
Migas Provinsi Jambi Tw II 2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
24
justru mengalami kenaikan sebesar 40,9%(yoy). Sementara itu, sejalan dengan kenaikan
nilai ekspor bubur kertas dan kertas, volume ekspornya juga mengalami kenaikan 6,69%
(yoy).
Kenaikan nilai dan volume ekspor karet pada triwulan II 2015 disebabkan
meningkatnya permintaan untuk memenuhi kontrak perdagangan karet antara pabrik
pengolahan karet dengan industri hilir karet sepanjang triwulan II 2015. Di sisi lain,
melemahnya permintaan CPO global menjadi penyebab utama turunnya nilai ekspor
komoditas minyak dan lemak sayur. Masih rendahnya harga CPO internasional juga
berpengaruh terhadap turunnya ekspor komoditas tersebut.
Grafik 1.26. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.28), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke
negara Tiongkok yang mencapai USD 37,1 juta dan diikuti oleh Malaysia sebesar USD11,8
juta. Ekspor Jambi ke Tiongkok utamanya disumbangkan oleh ekspor pulp and paper
sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh produk CPO meskipun mengalami
penurunan 35,0% dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan penurunan kinerja
sub sektor perkebunan dan masih melemahnya harga CPO global.
3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.29) tercatat sebesar USD28,1 juta,
mengalami penurunan 47,7% (yoy).
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai impor terbesar adalah mesin industri
tertentu/khusus sebesar USD7,3 juta atau 26,1% dari total impor non migas Jambi, diikuti
oleh mesin industri dan perlengkapannya sebesar USD3,9 juta atau 13,8% dari total impor
(Grafik 1.30). Secara tahunan, penurunan nilai impor terbesar pada triwulan laporan dialami
mesin pembangkit tenaga sebesar 95,4% (yoy) diikuti oleh mesin industri tertentu dan
khusus sebesar 46,1% (yoy) dan besi baja sebesar 34,2% (yoy).
Penurunan nilai impor pada triwulan II 2015 utamanya disebabkan menurunnya
pembelian mesin-mesin industri pengolahan seiring dengan melemahnya permintaan akan
produk unggulan industri pengolahan di Jambi yaitu CPO dan karet. Di sisi lain, depresiasi
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat juga membuat perusahaan menunda
atau mengurangi pembelian mesin-mesin industri baru.
Grafik 1.27. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Grafik 1.28. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
27
BAB II
INFLASI
A. Kajian Umum
Pada triwulan II 2015, inflasi kota Jambi tercatat 6,46%(yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (4,88%(yoy)), dan lebih tinggi dari rata-rata
inflasi triwulan II dalam tiga tahun terakhir (6,17%(yoy)) namun lebih rendah dari
inflasi nasional (7,26%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat
sebesar 6,02% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional5
.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
5 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya
hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi
82 kota.
3.90
6.80
4.43
4.22
6.06
5.24
7.96
8.74
7.51
6.47
4.31
8.72
4.88
6.46
3.97
4.53
4.31
4.30 5.90
5.90
8.40
8.38
7.32
6.70
4.53
8.366.38
7.26
0
5
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2012 2013 2014 2015
Persen (%)
Kota Jambi Nasional
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
28
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kota Jambi (ytd)
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Meskipun inflasi triwulan II 2015 meningkat dibandingkan triwulan I 2015
namun secara year to date berada di posisi deflasi 0,59% (ytd) disebabkan selama
bulan Januari, Februari dan Maret 2015 mengalami deflasi 0,89% (mtm), 1,50%
(mtm) dan 0,20(mtm).
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, peningkatan inflasi di Kota Jambi
utamanya disebabkan oleh kelompok volatile food sebesar 4,68% (yoy) yang
utamanya disebabkan tren kenaikan harga cabai merah sepanjang triwulan II
2015. Sementara itu, inflasi terjadi pada kelompok administered price yang
mencapai 13,76% (yoy) (Grafik 2.2). Inflasi kelompok tersebut utamanya
disebabkan kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang dilakukan oleh
pemerintah pada 28 Maret 2015 dan kenaikan LPG 12 Kg pada 1 April 2015.
Inflasi inti cenderung stabil di level 3,87% (yoy).
-4
-2
0
2
4
6
8
10
Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15
y-o-y (%)
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
29
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota
Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 2,02% (qtq), meningkat
tajam dibandingkan deflasi pada triwulan sebelumnya (2,59% (qtq)). Pergerakan
angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing
sebesar 0,30%, 1,18% dan 0,54%.
Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi
sebesar 1,05% (qtq), meningkat dibandingkan deflasi yang terjadi pada triwulan
sebelumnya (2,54% (qtq)) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada
bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing sebesar 0,09%, 0,34% dan
0,62%.
Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-9
(sembilan) terendah dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera.
Sementara Bungo menempati urutan ke-2 (dua) terendah. Inflasi tertinggi terjadi
di Kota Bengkulu, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Metro (Grafik 2.3).6
6
Sumber: BPS Provinsi Jambi
4.284.08
4.13
3.44 3.35 3.253.71
3.43 3.42
3.20
3.46
3.50
3.873.35
1.84
-1.81
3.48
1.36
8.39
11.77
4.24
1.89
-0.27-1.57
2.62
4.68
13.43
6.60 6.086.11
7.21
10.75
16.20
13.6612.69
13.43
14.83 14.85
13.76
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15
Yoy Core Yoy Volatile Yoy Administered Yoy inflasi
Sumber : BPS Provinsi Jambi, diolah menggunakan pendekatan sub kelompok
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
30
Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera
per Juni 2015
Sumber : BPS, diolah
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi kota Jambi utamanya
disebabkan oleh inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
mencapai 9,30% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 2,08% dan inflasi
triwulanan sebesar 0,49% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,11% (Tabel
2.1). Inflasi kelompok tersebut dipicu sub kelompok bahan bakar, penerangan
dan air seiring dengan kenaikan LPG 12 kg pada 1 April 2015 dan kenaikan tarif
listrik nonsubsidi pada bulan Mei 2015.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi yang mencapai 8,95% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,51% dan
inflasi triwulanan mencapai 2,65% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,44%.
Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok makanan jadi
sehubungan dengan meningkatnya konsumsi beberapa makanan selama bulan
puasa tahun 2015.
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi
mencapai 7,85% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,51% dan inflasi
0
2
4
6
8
10
12
Met
ro
Bun
go
Pang
kal P
inan
g
Ban
da A
ceh
Tem
bila
han
Buk
itti
nggi
Lhok
seum
awe
Pada
ngsi
dem
puan
Jam
bi
Meu
labo
h
Dum
ai
Pem
atan
g Si
anta
r
Pale
mba
ng
Peka
nbar
u
Tanj
ung
Pina
ng
Med
an
Bat
am
Tanj
ung
Pand
an
Lubu
klin
ggau
Pada
ng
Sibo
lga
Ban
dar
Lam
pung
Ben
gkul
u
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
31
triwulanan sebesar 0,22% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,05%. Inflasi
pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok transpor yang
merupakan efek terusan kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang
dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret 2015.
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi 4,62% (yoy) dengan
kontribusi inflasi sebesar 1,10% dan inflasi triwulanan mencapai 5,84% (qtq)
dengan kontribusi inflasi sebesar 1,33%. Secara triwulanan kelompok bahan
makanan mengalami inflasi dan menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Inflasi
kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-
sayuran seiring dengan tradisi pesta pernikahan dan pengajian menjelang bulan
Ramadhan 2015.
Kelompok kesehatan mengalami inflasi 3,13% (yoy) dengan kontribusi
inflasi sebesar 1,14% dan inflasi triwulanan sebesar 0,96% (qtq) dengan
kontribusi inflasi sebesar 0,04%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub
kelompok perawatan jasmani serta kosmetika dan obat-obatan.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 1,56%
(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,10% dan inflasi triwulanan mencapai
0,16% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,01%. Inflasi kelompok ini
didominasi inflasi sub kelompok pendidikan dan sub kelompok perlengkapan/
peralatan pendidikan seiring dengan tahun ajaran baru 2015.
Kelompok sandang mengalami inflasi 1,25% (yoy) dengan kontribusi
inflasi sebesar 0,08% dan inflasi triwulanan sebesar 0,49% (qtq) dengan
kontribusi inflasi sebesar 0,03%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub
kelompok barang pribadi berupa emas perhiasan dan kebutuhan sandang laki-
laki dan wanita.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
32
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan komoditasnya, tingginya inflasi bulanan pada triwulan II 2015
(April, Mei dan Juni 2015) utamanya disumbangkan oleh inflasi komoditas cabai
merah, tomat sayur, dan telur ayam ras sedangkan penyumbang deflasi adalah
komoditas angkutan udara, bayam, dan gabus.
Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn
I Bahan Makanan 0.97 0.23 2.35 0.58 7.93 1.91 -10.52 -2.66 -0.20 -0.04 5.84 1.33 4.62 1.10
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.68 0.10 1.39 0.23 2.20 0.36 2.43 0.39 6.86 1.15 2.65 0.44 8.95 1.51
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.75 0.16 2.70 0.58 4.49 0.97 1.37 0.30 9.59 2.18 0.49 0.11 9.30 2.08
IV Sandang -0.03 -0.01 0.23 0.02 -0.23 -0.02 0.76 0.05 0.73 0.05 0.49 0.03 1.25 0.08
V Kesehatan 0.64 0.04 0.77 0.03 0.93 0.04 0.44 0.02 2.81 0.12 0.96 0.04 3.13 0.14
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.06 0.01 0.94 0.07 0.34 0.02 0.11 0.01 1.46 0.10 0.16 0.01 1.56 0.10
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.14 -0.02 0.66 0.13 10.80 2.00 -3.52 -0.69 7.46 1.46 0.22 0.05 7.85 1.51
0.50 0.52 1.62 1.62 5.38 5.38 (2.57) (2.57) 4.88 4.88 2.02 2.02 6.46 6.46
Sumber: BPS (diolah)
Triw ulan I I-2015
(q-t-q, %)
Triw ulan I I-2015
(y-o-y, %)
Triw ulan I-2015
(y-o-y, %)
Triw ulan I-2015
(q-t-q, %)
Triw ulan I I-2014
(q-t-q, %)
Triw ulan I I I-2014
(q-t-q, %)
Triw ulan IV-2014
(q-t-q, %)
INFLASI
KELOMPOK
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I. BAHAN MAKANAN 0.97 4.55 2.35 4.75 7.93 12.10 -10.52 -0.20 5.84 4.62
a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA -1.93 5.37 3.29 3.90 5.58 7.34 0.14 7.10 -5.64 3.06
b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 16.29 11.77 -1.72 4.05 -14.98 -3.53 -10.93 -13.45 8.66 -19.12
c. IKAN SEGAR 6.22 17.20 -0.27 8.70 -0.46 9.98 -1.91 3.44 5.57 2.81
d. IKAN DIAWETKAN -1.22 14.15 2.51 14.16 -3.24 7.85 2.37 0.30 0.72 2.27
e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 7.62 14.57 2.80 11.65 -0.15 11.36 -1.00 9.36 5.47 7.18
f. SAYUR-SAYURAN -13.99 1.42 5.58 -12.42 5.74 4.96 -14.12 -17.54 20.52 15.55
g. KACANG-KACANGAN 0.25 24.31 0.85 24.62 0.30 1.65 -3.76 -2.41 1.38 -1.31
h. BUAH-BUAHAN 3.31 12.49 -2.59 0.66 4.25 12.96 -6.82 -2.24 11.36 5.37
i. BUMBU-BUMBUAN -13.41 -34.80 19.84 -37.07 95.66 58.02 -48.64 4.28 25.97 51.71
j. LEMAK DAN MINYAK -1.20 13.50 -2.92 7.21 0.35 3.47 0.74 -3.04 -2.01 -3.84
k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 2.47 2.21 1.63 3.38 6.99 12.54 -0.05 11.37 -0.39 8.26
II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.68 6.58 1.39 4.89 2.20 5.55 2.43 6.86 2.65 8.95
a. MAKANAN JADI 0.76 8.33 1.07 7.23 1.68 5.29 2.67 6.32 2.52 8.18
b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.05 -0.21 1.02 1.22 1.97 3.69 1.94 5.06 4.47 9.71
c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.97 3.29 2.33 4.70 3.53 7.42 2.25 9.39 1.74 10.23
III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 0.75 6.85 2.70 6.78 4.49 9.46 1.37 9.59 0.49 9.30
a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.79 4.28 1.24 4.02 1.94 4.64 -0.15 3.87 0.04 3.09
b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.38 10.89 6.53 17.26 10.52 21.11 3.89 22.79 0.97 23.50
c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.79 4.36 1.04 5.18 1.43 4.39 1.49 4.84 0.99 5.05
d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 1.53 4.17 0.85 4.73 2.23 5.99 0.92 5.63 0.70 4.77
IV. SANDANG -0.03 4.22 0.23 1.42 -0.23 0.66 0.76 0.73 0.49 1.25
a. SANDANG LAKI-LAKI 0.07 1.58 0.25 0.91 -0.97 -0.77 0.01 -0.64 0.96 0.24
b. SANDANG WANITA 0.70 1.72 -0.01 0.62 0.59 1.94 0.01 1.30 0.04 0.63
c. SANDANG ANAK-ANAK 0.41 2.37 0.48 2.24 0.11 1.77 0.14 1.14 -0.41 0.31
d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -1.04 3.12 0.19 2.74 -0.58 -0.15 2.55 1.08 1.22 3.40
V. KESEHATAN 0.64 3.00 0.77 2.80 0.93 2.95 0.44 2.81 0.96 3.13
a. JASA KESEHATAN 0.00 0.18 0.00 0.18 0.00 0.18 1.35 1.35 0.61 1.97
b. OBAT-OBATAN 0.64 2.00 3.20 5.13 1.26 5.52 -1.24 3.87 1.51 4.77
c. JASA PERAWATAN JASMANI 1.23 7.92 0.00 7.92 0.00 1.23 1.29 2.54 0.00 1.29
d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 1.23 3.39 0.40 3.36 1.93 4.93 0.29 3.89 1.19 3.85
VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.06 2.38 0.94 1.62 0.34 1.91 0.11 1.46 0.16 1.56
a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.11 1.72 1.77 1.20 2.95 -1.19 1.72 0.00 1.72
b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 5.34 3.84 5.16 -5.09 -0.19 5.36 3.84 0.00 3.84
c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.62 4.24 -2.19 2.95 -8.19 -6.59 13.54 2.59 1.03 3.01
d. REKREASI -0.30 1.02 -0.04 -0.42 -1.12 -1.94 -0.26 -1.71 -0.21 -1.62
e. OLAHRAGA 0.00 0.38 0.00 0.38 0.52 0.69 0.00 0.52 2.17 2.70
VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -0.14 11.93 0.66 2.93 10.80 13.12 -3.52 7.46 0.22 7.85
a. TRANSPOR -0.14 26.61 1.14 2.22 15.02 18.58 -5.06 10.29 -0.15 10.28
b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN -0.36 -0.17 -0.75 -0.92 -0.12 -1.04 0.26 -0.97 0.02 -0.59
c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 0.45 3.04 0.29 2.40 0.16 1.97 1.71 2.63 4.83 7.10
d. JASA KEUANGAN 0.00 0.00 0.00 0.00 16.67 16.67 0.00 16.67 0.00 16.67
INFLASI (UMUM) 0.51 6.47 1.62 4.31 5.38 8.72 -2.57 4.88 2.02 6.46
Sumber: BPS (diolah)
Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triwulan I-2015 Triwulan II-2015
KELOMPOK/SUBKELOMPOK
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
33
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan II 2015
TW II 2015 TW II 2015
Sumbangan Sumbangan
APRIL APRIL
1 Bensin 0.2964 1 Beras -0.2786
2 Udang Basah 0.0572 2 Gabus -0.0406
3 Bawang Merah 0.0521 3 Daging Ayam Ras -0.0314
4 Pemeliharaan/Service 0.0444 4 Pisang -0.0287
5 Gula Pasir 0.0440 5 Bayam -0.0283
6 Tomat Buah 0.0391 6 Cabai Merah -0.0282
7 Mie 0.0345 7 Minyak Goreng -0.0275
8 Sawi Hijau 0.0294 8 Pepaya -0.0261
9 Teri 0.0258 9 Apel -0.0246
10 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0236 10 Kacang Panjang -0.0230
0.6465 -0.5370
MEI MEI
1 Daging Ayam Ras 0.2196 1 Udang Basah -0.0356
2 Cabai Merah 0.1940 2 Teri -0.3340
3 Nila 0.1142 3 Semen -0.0169
4 Bayam 0.0941 4 Beras -0.0161
5 Kangkung 0.0744 5 Minyak Goreng -0.0154
6 Tomat Sayur 0.0705 6 Pasir -0.0136
7 Telur Ayam Ras 0.0572 7 Bahan Bakar Rumah Tangga -0.0097
8 Pisang 0.0378 8 Kentang -0.0093
9 Jengkol 0.0343 9 Pelumas/Oli -0.0088
10 Jeruk 0.0339 10 Dencis -0.0075
0.9300 -0.4669
JUNI JUNI
1 Cabai Merah 0,1400 1 Angkutan Udara -0.3398
2 Tomat Sayur 0.1063 2 Bayam -0.0640
3 Telur Ayam Ras 0.0916 3 Gabus -0.0400
4 Udang Basah 0.0493 4 Kangkung -0.0358
5 Kacang Panjang 0.0444 5 Daging Ayam Ras -0.0284
6 Sop 0.0440 6 Sawi Hijau -0.0234
7 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0415 7 Kerang -0.0194
8 Nila 0.0403 8 Jeruk -0.0144
9 Rokok Kretek Filter 0.0350 9 Kentang -0.0138
10 Gula Pasir 0.0325 10 Sandal -0.0106
0.4849 -0.5896
Sumber: BPS Provinsi Jambi
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
34
1. Kelompok Bahan Makanan
Tingkat inflasi
kelompok bahan
makanan mencapai
sebesar 5,84% (qtq)
dengan sumbangan
mencapai 1,33%
namun secara tahunan
mengalami inflasi
sebesar 4,62% (yoy).
Inflasi pada triwulan laporan tersebut meningkat tajam dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami deflasi 10,52 (qtq) dan 0,20 (yoy). Inflasi bahan
makanan tersebut dipicu oleh inflasi yang tinggi pada sub kelompok bumbu-
bumbuan (25,97% (qtq)) diikuti sayur-sayuran (20,52% (qtq)), buah-buahan
(11,36% (qtq)) serta daging dan hasil-hasilnya (8,66% (qtq)). Namun sebaliknya,
sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami deflasi (5,64%
(qtq)), lemak dan minyak (2,01% (qtq)) dan bahan makanan lainnya (0,39%
(qtq)).
Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan
laporan mengalami inflasi yang tinggi (Grafik 2.4). Harga rata-rata cabai merah
selama triwulan II 2015 menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan yaitu
dari Rp16.633/kg7
pada Maret 2015 naik menjadi Rp17.104/kg per April 2015,
kemudian Rp20.655/kg (Mei 2015), hingga mencapai Rp28.462/kg pada Juni
2015. Kenaikan harga cabai merah tersebut disebabkan oleh kenaikan
permintaan cabai merah terkait tradisi menjelang bulan Ramadhan dimana
banyak dilakukan kegiatan keagamaan (pengajian) serta perilaku konsumsi
masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan yang lebih istimewa saat
bulan puasa Ramadhan.
Sementara itu bawang merah mengalami sedikit kenaikan dari rata-rata
Rp23.889/kg (Maret 2015) naik menjadi Rp25.815/kg (April 2015) dan
7
Berdasarkan data bahan pokok dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi yang
dan menjadi acuan data pada web PIHPS http://www.sikokjambi.org/
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2013 2014 2015
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/kg)
Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa Bawang Merah
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
35
Rp25.885/kg (Mei 2015) lalu sedikit menurun menjadi rata rata Rp25.590/kg
(Juni 2015). Berdasarkan informasi dari Disperindag Provinsi Jambi, kenaikan
harga bawang merah pada bulan April dan Mei 2015 dipicu permintaan yang
meningkat sementara pasokan bawang merah relatif terbatas. Keterbatasan
tersebut karena sentra produksi bawang di Kerinci, Sumatera Barat dan Brebes
belum panen seiring tingginya curah hujan yang mempengaruhi kuantitas hasil
panen. Namun di bulan Juni harga bawang merah mulai sedikit menurun seiring
masuknya distribusi bawang dari Medan dan Padang.
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras
Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan
penurunan (Grafik 2.6). Secara rata-rata harga selama triwulan II 2015
mengalami penurunan (7,43% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya
dari USD 374,85/metric ton menjadi USD 347,00/metric ton. Penurunan harga
beras di tingkat internasional pada awal triwulan II tersebut sejalan dengan
perkembangan harga beras di Jambi, dimana rata-rata harga beras April dan Mei
2015 menurun sebesar 2,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya seiring
dengan meningkatnya pasokan karena masa panen raya padi. Pada Juni 2015,
harga beras kembali naik, namun lebih disebabkan oleh kenaikan permintaan
terdorong oleh berubahnya pola konsumsi masyarakat selama bulan puasa
dimana masyarakat yang biasanya mengkonsumsi raskin beralih sementara ke
beras premium.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Jagung Internasional (Aksis Kiri) Jagung Pipilan Kering (Aksis Kanan)
-
50
100
150
200
250
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3
2012 2013 2014 2015
Th
ou
san
ds
(Rp ribu/Kg)
Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi
(USD/CWT)
Beras Internasional (Aksis Kiri) Beras King (Aksis Kanan)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
36
Komoditas jagung internasional, secara rata - rata sedikit mengalami
penurunan harga, dari USD 3,62/bushel menjadi USD 3,48/bushel sementara itu
harga rata-rata jagung pipilan cenderung stabil pada kisaran harga Rp8.000/kg
sejak awal triwulan I 2015 hingga triwulan berjalan. (Grafik 2.6).
Perkembangan harga tepung
terigu merk Segitiga Biru pada
triwulan laporan cenderung
stabil pada level harga
Rp7.500/kg walaupun pada Juni
2015 mengalami sedikit
kenaikan menjadi Rp7.559/kg.
Kenaikan tersebut lebih
disebabkan meningkatnya
konsumsi tepung terigu sebagai
bahan dasar pembuatan aneka kue selama bulan puasa dan menyambut Idul Fitri
2015. Sebaliknya harga rata-rata gandum internasional pada triwulan laporan
sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dari USD 5,17/bushel
menjadi USD 4,85/bushel karena tingginya pasokan dari negara produsen
gandum. (Grafik 2.7) .8
Harga daging sapi pada triwulan II 2015 stabil pada level harga
Rp113.333/kg (Grafik 2.8). Walaupun pada awal bulan puasa terdapat kenaikan
permintaan, namun karena ketersediaan pasokan yang cukup tingkat harga
cenderung stabil. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya TPID Provinsi Jambi
melalui konferensi pers TPID yang menginformasikan ketersediaan beberapa
komoditas utama dan sosialisasi daging sapi beku sebagai alternatif daging sapi
segar.
Sementara itu, harga daging ayam ras pada triwulan laporan cenderung
mengalami kenaikan dari Rp20.756/kg pada bulan Maret 2015 menjadi
Rp23.952/kg (April 2015), Rp27.552/kg (Mei 2016) dan sedikit turun menjadi
Rp27.436/kg (Juni 2015). Kenaikan harga daging ayam ras tersebut disebabkan
8
Satu bushel setara dengan 27 kg.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Wheat/Gandum (Aksis Kiri) Tepung Terigu Lokal (Aksis Kanan)
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
keterbatasan persediaan ayam di pasaran dan kenaikan permintaan sejalan
dengan tren pesta pernikahan menjelang bulan puasa dan tingginya tingkat
konsumsi selama bulan puasa.
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging
Harga rata-rata Crude Palm Oil
(CPO) di tingkat internasional
pada triwulan laporan
menurun 5,84% (qtq)
dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu dari USD
635,16/metric ton menurun
menjadi USD 598,06/metric
ton yang diikuti turunnya
harga rata-rata minyak goreng
lokal dari Rp10.865/liter pada triwulan lalu menjadi Rp10.630/liter pada triwulan
II 2015 (Grafik 2.9).
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
110,000
120,000
130,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
Daging Ayam Broiler (LHS) Daging Sapi Murni (RHS)
Grafik 2.10. Perkembangan Harga CPO dan Minyak
Goreng
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
-
500
1,000
1,500
2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Ton)
CPO Internasional (Aksis Kiri) Minyak Goreng Lokal (Aksis Kanan)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
38
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 2,65%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,44% atau inflasi secara
tahunan sebesar 8,95% (yoy), mengalami kenaikan dibandingkan triwulan
sebelumnya (2,43% (qtq) atau 6,86% (yoy)). Berdasarkan sub kelompoknya,
urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok minuman yang tidak
beralkohol sebesar 4,47%(qtq) atau 9,71% (yoy) yang disebabkan kenaikan
harga yang terjadi pada produk gula pasir, minuman kesegaran dan jus buah
masing-masing sebesar 13,91% (qtq), 6,67% (qtq) dan 3,86% (qtq) seiring
dengan peningkatan konsumsi produk tersebut.
Sementara itu sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar
2,52%(qtq) atau 8,18% (yoy) yang didorong oleh kenaikan harga produk
makanan jadi berupa sop 25,15% (qtq), soto 22,84% (qtq) dan gado-gado
11,11% (qtq). Kenaikan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dan
makanan jadi didorong meningkatnya konsumsi selama bulan puasa 2015.
Sub kelompok tembakau dan minuman tidak beralkohol mengalami
inflasi sebesar 1,74%(qtq) atau 10,23% (yoy) yang didominasi oleh rokok kretek
filter sebesar 2,33% (qtq) dan rokok kretek 1,33% (qtq) sebagai efek
penyesuaian berlakunya tarif cukai hasil tembakau yang baru sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 2015/PMK.011/2014 yang berlaku
mulai 1 Januari 2015.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II
2015 mengalami inflasi sebesar 0,49% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,11%
atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 9,30% (yoy), lebih rendah dari
triwulan sebelumnya (1,37% (qtq) atau 9,59% (yoy)). Berdasarkan sub
kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan sub kelompok
perlengkapan rumah tangga dengan inflasi sebesar 0,99% (qtq) atau 5,05%
(yoy) yang didorong meningkatnya permintaan perlengkapan rumah tangga
diantaranya meja kursi tamu dan piring yang digunakan untuk perayaan Idul Fitri
2015.
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
39
Sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami inflasi
0,97% (qtq) atau 23,50% (yoy) yang didorong oleh kenaikan permintaan alat-
alat listrik dan bahan bakar rumah tangga sejalan dengan kenaikan harga LPG 3
Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga
LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015. Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan
rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,70% (qtq) atau 4,77% (yoy) dan sub
kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq) atau
3,90%(yoy) yang disebabkan kenaikan ongkos laundry dan kebutuhan renovasi
rumah berupa batu bata dan cat kayu/cat besi.
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang
pada triwulan II 2015 secara
tahunan mengalami inflasi
sebesar 0,49% (qtq) dengan
sumbangan inflasi 0,03%
atau secara tahunan
mengalami inflasi sebesar
1,25% (yoy).
Secara sub kelompok,
kenaikan kelompok ini didorong kenaikan sub kelompok barang pribadi dan
sandang lainnya sebesar 1,22% (qtq) atau 3,40% (yoy) yang didorong kenaikan
permintaan emas perhiasan seiring dengan penurunan harga rata-rata emas
global pada triwulan laporan dari USD 1.219,32/troy ounce pada triwulan I 2015
menjadi USD 1.193,74/troy ounce9
(Grafik 2.10). Selain itu, terjadi peningkatan
permintaan akan emas perhiasan dan sandang laki-laki dan wanita seiring
dengan meningkatnya kebutuhan menjelang perayaan Idul Fitri 2015. Sementara
itu sub kelompok sandang anak-anak sedikit mengalami deflasi 0,21% (qtq) yang
disebabkan penurunan permintaan sandal dan baju kaos berkerah. Sementara
baju seragam sekolah anak mengalami inflasi sejalan dengan kebutuhan tahun
ajaran baru.
91 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (https://support.antamgold.com)
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar
Internasional
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015
Sumber: Bloomberg
(USD/troy ounce)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
40
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi sebesar 0,96%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,04% atau inflasi secara
tahunan sebesar 3,13%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
(0,44%(qtq) atau 2,81%(yoy)). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari sub
kelompok obat-obatan (1,51%(qtq) atau 4,77%(yoy)), sub kelompok perawatan
jasmani dan kosmetik mengalami inflasi 1,19%(qtq) atau 3,85%(yoy) dan sub
kelompok jasa kesehatan (0,61%(qtq) atau 1,97%(yoy)). Kenaikan ketiga sub
kelompok tersebut didorong kenaikan harga bahan baku obat-obatan dan
kosmetik yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor serta
penyesuaian tarif dokter umum.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar
0,16% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,01% atau inflasi secara tahunan
sebesar 1,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (0,11%
(qtq) atau 1,46% (yoy)). Sub kelompok olahraga mengalami inflasi sebesar
2,17% (qtq) atau 2,70% (yoy) seiring dengan meningkatnya kebutuhan pakaian
olahraga laki-laki. Sedangkan sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan
mengalami inflasi terbesar sebesar 1,03% (qtq) atau 3,01%(yoy) seiring dengan
tahun ajaran baru. Sub kelompok rekreasi mengalami deflasi 0,21% (qtq) atau
1,62% (yoy) yang dipengaruhi menurunnya kebutuhan rekreasi berupa komputer
tablet. Sementara itu sub kelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar dan sub
kelompok jasa pendidikan cenderung stabil.
7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami inflasi sebesar 0,22% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau
inflasi secara tahunan sebesar 7,85% (yoy), meningkat dibanding triwulan
sebelumnya (deflasi 3,52% (qtq) atau inflasi 7,46% (yoy)). Inflasi tersebut
didorong oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 4,83%
(qtq) atau 7,10% (yoy) yang didorong meningkatnya permintaan pemeliharaan
dan perbaikan ringan kendaraan yang digunakan untuk keperluan mudik.
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami sedikit inflasi 0,02%
(qtq) yang didorong meningkatnya kebutuhan telepon selular namun secara
tahunan mengalami deflasi 0,59% (yoy). Meskipun secara tahunan Sub
kelompok transpor mengalami inflasi 10,29% (yoy) namun secara triwulanan
mengalami deflasi 0,15% (qtq) sejalan dengan menurunnya kebutuhan
angkutan udara selama bulan puasa dan diperkirakan akan kembali meningkat
menjelang lebaran 2015. Sementara itu sub kelompok jasa keuangan tidak
mengalami kenaikan harga selama triwulan berjalan.
Selanjutnya, harga rata-rata minyak di pasar internasional pada triwulan
laporan mengalami kenaikan sebesar 19,13%(qtq) dibandingkan triwulan I
2015 yaitu dari USD 48,55/barrel, menjadi USD 57,84/barrel (Grafik 2.11)
seiring dengan terjadinya ketegangan politik Yaman dan Iran yang memicu
kekhawatiran tentang pasokan minyak dari Timur Tengah. Namun demikian,
kenaikan harga minyak pada triwulan laporan tersebut masih di bawah rata-rata
harga minyak pada posisi yang sama tahun sebelumnya (triwulan II 2014) yang
berada pada kisaran USD 103,06/barrel.
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
C. Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang
Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Inflasi Bungo berada pada urutan 2 (kedua) terendah dari 23 (dua
puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya. Posisi inflasi Bungo
di Pulau Sumatera sampai dengan triwulan II 2015 mengalami perbaikan setelah
-
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015
Sumber: Bloomberg
Harga Minyak (USD/Barrel)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
42
pada triwulan sebelumnya berada di urutan keempat dari 23 (dua puluh tiga)
kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya.
Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada triwulan I 2015 berada pada level
0,09%(mtm) pada April 2015, 0,34% (mtm) pada Mei 2015 dan 0,62% (mtm) di
bulan Juni 2015. Sama seperti Kota Jambi, inflasi Bungo pada triwulan II 2015
lebih disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah, nila dan telur ayam ras.
Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2015
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo
1.11
0.51
(0.35) (0.28)(0.51)
0.80
1.21
0.44 0.44
0.80
2.29 2.07
-0.53
-1.32
-0.68
0.090.34
0.62
(2.00)
(1.50)
(1.00)
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15
2014 2015
Inflasi
Triw ulan I-2015
(yoy, %)
Triw ulan I I-2015
(yoy, %)
mtm Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Inflasi Smbgn Inflasi
I Bahan Makanan 1.74 0.46 8.32 2.24 -9.23 -2.49 -2.32 1.44 0.35 3.25
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.13 0.03 5.22 1.06 1.84 0.36 5.18 1.26 0.26 4.42
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 1.84 0.33 13.13 2.29 1.38 0.25 11.31 0.13 0.03 10.30
IV Sandang 0.43 0.04 3.99 0.35 1.29 0.11 4.66 0.07 0.01 2.37
V Kesehatan 0.36 0.02 3.96 0.19 1.44 0.07 4.65 0.55 0.03 4.52
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 3.13 0.23 9.40 0.69 0.73 0.05 9.82 1.21 0.09 9.69
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 6.60 0.97 14.94 2.18 -5.79 -0.89 7.84 1.94 0.29 8.69
INFLASI 2.07 2.08 8.99 8.99 (2.52) (2.54) 4.92 1.06 1.05 6.02
Sumber: BPS (diolah)
KELOMPOK
Triw ulan I I-2015
(qtq, %) Desember
Triw ulan I-2015
(qtq, %)
Triw ulan IV-2014
(yoy, %)
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan
Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar Bungo pada triwulan II 2015
terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan inflasi
sebesar 1,94%(qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,29%. Secara
tahunan kelompok ini mengalami inflasi sebesar 8,69%(yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, transpor adalah adalah salah satu penyumbang inflasi tertinggi
pada sub kelompok ini yaitu 2,94% (qtq) atau 9,25% (yoy) yang didorong oleh
kenaikan solar 6,73% (qtq), bensin 6,42% (qtq) dan angkutan antar kota 3,03%
(qtq). Hal tersebut seiring dengan kenaikan kenaikan harga BBM jenis bensin dan
solar yang dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret 2015.
Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami inflasi 0,12% (qtq)
atau 0,23% (yoy) dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami
inflasi 0,08% (qtq) atau 18,46% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I. BAHAN MAKANAN 4.72 3.46 7.08 8.32 -9.23 -2.32 1.44 3.25
a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 3.58 N/A 6.22 10.30 -1.59 8.59 -2.02 6.08
b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -1.14 N/A -5.69 -4.47 -3.04 -8.08 3.29 -6.63
c. IKAN SEGAR 6.85 N/A -6.74 8.66 3.52 2.71 -0.87 2.26
d. IKAN DIAWETKAN 1.78 N/A 1.14 9.11 -0.40 6.16 -1.31 1.18
e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 4.67 N/A 0.74 12.78 5.00 13.10 1.89 12.80
f. SAYUR-SAYURAN -6.94 N/A -2.12 -0.78 9.51 -3.96 -1.57 -1.82
g. KACANG-KACANGAN 0.41 N/A 0.23 0.95 0.02 0.68 0.55 1.22
h. BUAH-BUAHAN 2.94 N/A 0.95 7.26 -18.12 -12.22 3.75 -11.71
i. BUMBU-BUMBUAN 30.70 N/A 60.77 19.73 -48.64 -28.08 13.52 22.51
j. LEMAK DAN MINYAK -1.38 N/A -0.14 2.95 -0.04 2.11 0.95 -0.63
k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.45 N/A 3.73 8.00 -0.10 5.12 -0.20 4.91
II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.03 4.35 1.23 5.22 1.84 5.18 1.26 4.42
a. MAKANAN JADI 0.10 N/A 0.29 3.60 1.10 3.08 0.88 2.39
b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL -0.22 N/A 0.27 2.99 1.11 1.34 2.96 4.15
c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.00 N/A 3.66 9.85 3.66 11.72 1.11 8.65
III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3.50 12.25 4.98 13.13 1.38 11.31 0.13 10.30
a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.43 N/A 0.72 4.29 -0.54 0.70 -0.10 0.51
b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 7.52 N/A 10.41 23.69 1.45 20.52 0.48 21.01
c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.07 N/A 2.28 11.23 4.76 13.10 0.60 8.95
d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 3.44 N/A 3.60 10.49 2.26 12.49 -0.64 8.89
IV. SANDANG 1.08 5.50 -0.08 3.99 1.29 4.66 0.07 2.37
a. SANDANG LAKI-LAKI 0.08 N/A -0.48 3.65 0.53 3.86 0.12 0.26
b. SANDANG WANITA 3.23 N/A -0.13 8.26 1.24 8.23 0.22 4.61
c. SANDANG ANAK-ANAK 3.57 N/A 0.36 7.44 0.37 7.53 -0.21 4.10
d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -3.29 N/A -0.16 -4.34 3.52 -1.71 0.20 0.15
V. KESEHATAN 1.31 3.69 1.15 3.96 1.44 4.65 0.55 4.52
a. JASA KESEHATAN 0.00 N/A 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
b. OBAT-OBATAN -0.01 N/A 0.35 1.40 0.00 0.20 0.00 0.34
c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 N/A 0.00 0.00 6.89 6.89 0.00 6.89
d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 2.84 N/A 2.37 8.33 1.93 8.90 1.15 8.54
VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2.05 3.97 5.43 9.40 0.73 9.82 1.21 9.69
a. JASA PENDIDIKAN 3.09 N/A 3.30 7.56 0.84 8.90 0.00 7.39
b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 9.44 N/A 0.00 16.14 2.83 12.54 0.00 12.54
c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN -1.08 N/A 3.95 4.17 0.11 3.78 0.29 3.23
d. REKREASI -0.10 N/A 14.98 15.85 0.41 17.23 5.51 21.69
e. OLAHRAGA 1.47 N/A 4.05 18.99 -0.35 26.27 0.00 5.22
VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.71 2.38 12.38 14.94 -5.79 7.84 1.94 8.69
a. TRANSPOR 0.60 N/A 17.31 19.36 -10.07 7.54 2.94 9.25
b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 N/A -0.07 -0.06 0.18 0.11 0.12 0.23
c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.58 N/A 6.34 16.51 8.52 21.07 0.08 18.46
d. JASA KEUANGAN 0.00 N/A 23.64 23.64 0.00 23.64 0.00 23.64
INFLASI (UMUM) 2.26 5.21 5.24 8.99 -2.52 4.92 1.06 6.02
Sumber: BPS (diolah)
N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014
Triw ulan I I I-2014 Triw ulan IV-2014
KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Triw ulan I - 2015 Triw ulan I I - 2015
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
44
disebabkan kenaikan permintaan telepon selular dan perlengkapan motor.
Sementara itu sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan harga
secara triwulanan walaupun secara tahunan mengalami inflasi sebesar 23,64%
(yoy).
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,44% (qtq) dengan
sumbangan inflasi 0,35% atau secara tahunan mengalami inflasi 3,25% (yoy).
Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub kelompok
bumbu-bumbuan sebesar 13,52% (qtq), sub kelompok buah-buahan 3,75%
(qtq) serta sub kelompok daging-dagingan dan hasil-hasilnya 3,29% (qtq).
Kenaikan harga pada sub kelompok tersebut didorong meningkatnya konsumsi
selama menjelang bulan puasa dan pada saat bulan puasa. Sementara itu, deflasi
terjadi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar
2,02% (qtq), sub kelompok sayur-sayuran 1,57% (qtq), sub kelompok ikan
diawetkan 1,31% (qtq) dan sub kelompok bahan makanan lainnya 0,20% (qtq).
Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami inflasi yang tinggi akibat
kenaikan harga cabai merah, bawang merah dan bawang putih yang mengalami
inflasi masing-masing sebesar 19,83% (qtq), 17,72% (qtq) dan 9,45% (qtq).
Kenaikan harga bumbu-bumbuan tersebut disebabkan tradisi pesta pernikahan
dan keagamaan (pengajian) menjelang bulan puasa.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 1,26% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,26% atau secara
tahunan mengalami inflasi sebesar 4,42% (yoy). Inflasi kelompok ini utamanya
disebabkan oleh inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol 2,96%
(qtq) atau 4,15% (yoy) yang didorong kenaikan harga gula pasir (9,56% (qtq)),
minuman kesegaran (3,18% (qtq)) dan kopi bubuk (2,02% (qtq)).
Sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi
1,11% (qtq) atau 8,65% (yoy) seiring mulai diberlakukannya kenaikan tarif cukai
tembakau yang mendorong kenaikan harga rokok kretek filter yang mencapai
1,27% (qtq). Selanjutnya sub kelompok makanan jadi mengalami sedikit inflasi
yaitu 0,88% (qtq) atau 2,39% (yoy) seiring dengan kenaikan bahan baku mie,
ayam goreng dan martabak.
INFLASI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi
1,21%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,09% atau secara tahunan terjadi inflasi
sebesar 9,69% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub
kelompok rekreasi dengan inflasi 5,51% (qtq) atau 21,69% (yoy) dan sub
kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dengan inflasi 0,29% (qtq) atau
3,23% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut dipicu naiknya permintaan
rekreasi, televisi berwarna dan kebutuhan laptop/notebook. Sementara itu sub
kelompok jasa pendidikan, kursus-kursus/pelatihan dan olahraga relatif stabil.
Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar
0,55% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,03% atau secara tahunan mengalami
inflasi sebesar 4,52%(yoy). Pada kelompok ini hanya sub kelompok perawatan
jasmani dan kosmetika yang mengalami inflasi sedangkan sub kelompok jasa
kesehatan, obat-obatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil. Sub
kelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami inflasi 1,15% (qtq) atau
8,54% (yoy) seiring dengan meningkatnya harga bahan baku impor shampo,
sikat gigi dan minyak rambut.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi
0,13%(qtq) atau 10,30%(yoy), dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar
0,03% yang didominasi oleh sub kelompok perlengkapan rumah tangga (0,60%
(qtq) atau 8,89% (yoy)), dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air
sebesar (0,48% (qtq) atau 21,01% (yoy)). Inflasi kedua sub kelompok ini dipicu
kenaikan harga barang barang elektronik seiring dengan melemahnya harga nilai
tukar rupiah terhadap dolar diantaranya blender, mesin cuci, bola lampu dan
kenaikan bahan bakar rumah tangga yaitu kenaikan LPG 12 kg pada bulan April
2015. Sementara itu sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan sub
kelompok biaya tempat tinggal masing masing mengalami deflasi 0,64% (qtq)
dan deflasi 0,10% (qtq) yang dipicu berkurangnya permintaan pasir, keramik dan
pembersih lantai.
Kelompok sandang secara triwulanan mengalami inflasi sebesar
0,07%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,01% dengan inflasi tahunan 2,37%
(yoy). Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh sub kelompok sandang wanita
yang mengalami inflasi sebesar 0,22% (qtq) atau 4,61% (yoy), sub kelompok
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
46
barang pribadi dan sandang lainnya (0,20% (qtq) atau 0,15% (yoy)), sub
kelompok sandang laki-laki (0,12% (qtq) atau 0,26% (yoy)). Mayoritas penyebab
inflasi adalah meningkatnya permintaan akan emas perhiasan dan sandang laki-
laki dan wanita seiring perayaan Idul Fitri. Sedangkan sandang anak-anak
mengalami deflasi 0,21% (qtq) seiring penurunan permintaan sandal anak anak.
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan II 2015
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar Bungo pada triwulan II 2015 adalah cabai merah, nila dan telur ayam ras.
Sementara itu, komoditas penyumbang utama deflasi Bungo pada triwulan II 2015
adalah sub komoditas beras, udang basah dan angkutan udara.
TW II-2015 TW II-2015
Sumbangan Sumbangan
APRIL APRIL
1 Bensin 0.2386 1 Cabai Merah -0.2235
2 Bawang Merah 0.1048 2 Kentang -0.1038
3 Mie 0.0490 3 Telur Ayam Ras -0.0563
4 Jeruk 0.0468 4 Nila -0.0561
5 Gula Pasir 0.0467 5 Apel -0.0316
6 Jengkol 0.0354 6 Beras -0.0304
7 Tongkol/Ambu-Ambu 0.0345 7 Terong Panjang -0.0219
8 Solar 0.0256 8 Cabai Rawit -0.0213
9 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0222 9 Daging Sapi -0.0151
10 Rokok Kretek Filter 0.0124 10 Ketimun -0.0151
0.6465 -0.5370
MEI MEI
1 Daging Ayam Ras 0.1196 1 Udang Basah -0.1022
2 Telur Ayam Ras 0.0842 2 Tongkol/Ambu-Ambu -0.0433
3 Jengkol 0.0706 3 Bawang Merah -0.0250
4 Nila 0.0560 4 Gabus -0.0242
5 Beras 0.0514 5 Salak -0.0172
6 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0377 6 Teri -0.0166
7 Rokok Putih 0.0249 7 Bayam -0.0154
8 Terong Panjang 0.0237 8 Emas Perhiasan -0.0145
9 Gula Pasir 0.0214 9 Serai -0.0105
10 Cabai Rawit 0.0213 10 Tauge/Kecambah -0.0082
0.5108 -0.2771
JUNI JUNI
1 Cabai Merah 0.4184 1 Beras -0.1368
2 Nila 0.1138 2 Daging Ayam Ras -0.0567
3 Rekreasi 0.0828 3 Bahan Bakar Rumah Tangga -0.0376
4 Bawang Merah 0.0423 4 Udang Basah -0.0345
5 Kentang 0.0342 5 Apel -0.0221
6 Salak 0.0320 6 Sabun Deterjen Bubuk / Cair -0.0201
7 Rokok Kretek Filter 0.0245 7 Minuman Ringan -0.0171
8 Mie 0.0238 8 Cabai Rawit -0.0133
9 Telur Ayam Ras 0.0216 9 Angkutan Udara -0.0099
10 Gula Pasir 0.0215 10 Kacang Panjang -0.0079
0.8149 -0.3560Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumber: BPS
47
BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan II 2015 secara umum menunjukkan
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset, dana pihak ketiga dan kredit
perbankan masing-masing hanya tumbuh (8,1%) (yoy)), 8,5% (yoy) dan 10,0% (yoy)
atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh masing-masing
sebesar 16,6% (yoy), 13,3% (yoy) dan (11,0% (yoy)).
Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5%
(3,21%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya. Loan to
Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan
sebesar 384 bps menjadi sebesar 113,01% dari triwulan sebelumnya 116,85%.
Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow)
mengalami peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash inflow) menurun
8,7% (yoy) dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy). Sementara itu kinerja
pembayaran non tunai melalui kliring mengalami penurunan sedangkan melalui RTGS
mengalami peningkatan, dengan rincian sebagai berikut:
Nilai kliring turun sebesar 32,4%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi Rp1,8 triliun dan dan volume kliring turun 31,4% (yoy) menjadi
51.098.
Nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy) sedangkan
RTGS dari dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy).
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
48
A.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan II 2015 (8,1%) (yoy)) mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan I 2015 (16,6% (yoy)) menjadi Rp37,6 triliun.
(Grafik 3.1.). Perlambatan tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan aset
bank pemerintah menjadi 9,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai
24,7% (yoy). Sementara itu aset bank swasta mengalami pertumbuhan 5,7% (yoy)
dibanding triwulan sebelumnya 5,0% (yoy) dan bank syariah yang mengalami
perbaikan penurunan dari triwulan sebelumnya menurun 9,6% (yoy) menjadi hanya
menurun 0,8% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp26,5 triliun (69,1%), diikuti oleh bank swasta Rp8,9 triliun (23,8%) dan bank
syariah Rp2,1 triliun (5,6%)
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh
bank umum sebesar Rp24,2 triliun tumbuh sebesar 8,5% (yoy) atau melambat
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,3% (yoy). Perlambatan tersebut
23 24 24 24
27 28 29 29
30
35 34 33
35
38
9.8
3.2 1.6 1.3
8.8
4.6
2.50.5
3.5
17.4
-1.5
-4.9
6.0
8.8
24.4
19.2
16.8 16.515.5
17.0
18.1 17.2
11.5
25.2
20.3
13.9
16.6
8.1
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
didorong penurunan giro 10,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
20,8%. Selain itu deposito berjangka juga mengalami sedikit perlambatan dengan
tumbuh 27,2% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 30,0% (yoy). Sedangkan
tabungan sedikit mengalami peningkatan dengan tumbuh 3,2% (yoy) dari triwulan
sebelumnya 1,3% (yoy).
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707
3,008 3,842 3,619
5,131 5,388 5,706
4,642 6,187
7,286 7,529
6,912
8,044 9,269
9,492 9,646 10,070
11,430
10,703
10,970 11,291
12,044
10,847
11,317
18,376
19,155 19,521 19,415 20,069
22,307 22,527 21,965
22,734
24,205
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-14
Rp (dalam miliar)
Tabungan Simp Berjangka Giro DPK
Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II q-t-q y -o-y
12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754,448 15,784,692 16,779,660 6.3% 8.8%
1 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170,558 3,151,412 2,851,543 -9.5% -12.4%
2 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017,609 7,213,510 7,350,104 1.9% 4.8%
3 Simpanan Berjangka 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566,281 5,419,770 6,578,014 21.4% 27.7%
6,101,268 5,916,091 5,957,636 6,040,234 6,219,164 6,004,004 6,436,017 7.2% 8.0%
1 745,775 679,344 749,585 723,222 728,768 639,409 713,105 11.5% -4.9%
2 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390,026 3,036,639 3,366,466 10.9% -1.0%
3 Simpanan Berjangka 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100,369 2,327,956 2,356,446 1.2% 30.4%
890,976 908,588 927,272 1,001,733 991,292 945,290 989,544 4.7% 6.7%
1 137,808 53,510 48,589 56,845 109,137 51,321 54,427 6.1% 12.0%
2 520,567 520,620 552,542 587,554 636,657 597,265 600,126 0.5% 8.6%
3 232,601 334,458 326,140 357,334 245,499 296,705 334,991 12.9% 2.7%
1,693,139 3,152,739
19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 24,205,221 6.5% 8.5%
1 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 3,619,074 -5.8% -10.7%
2 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 11,316,696 4.3% 3.2%
3 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 9,269,451 15.2% 27.2%
Tabungan
2013
Tabungan
Bank Swasta Nasional
2014
Bank Konvensional
PertumbuhanURAIAN
2015
Giro
Tabungan
Giro
Giro
Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
Jumlah
Bank Syariah
Tabungan
Giro
Bank Pemerintah
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
50
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari
bank pemerintah dan mencapai Rp16,7 triliun (69,3%), diikuti oleh bank swasta
nasional Rp6,4 triliun (26,6%) dan bank syariah Rp989,5 juta (6,7%) (Tabel 3.2). DPK
bank pemerintah mengalami perlambatan dari sebelumnya tumbuh 19,2% (yoy)
menjadi 8,8% (yoy) sementara DPK bank swasta dan bank syariah tumbuh menjadi
8,0% (yoy) dan 6,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 1,5% (yoy) dan 4,0%
(yoy).
Berdasarkan golongan pemilik, perlambatan DPK secara terutama didominasi
oleh golongan perseorangan menjadi Rp15,8 triliun (9,1% (yoy)) dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 10,3%(yoy), pemerintah daerah (pemda) menurun 2,2(yoy)
menjadi Rp524,2 miliar dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,2% (yoy), dan
BUMN menurun 31,5% (yoy) menjadi Rp849,5 miliar dibanding penurunan triwulan
sebelumnya 13,2% (yoy).
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi, semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi mengalami
perlambatan pertumbuhan DPK kecuali Kabupaten Batanghari dan Tebo.
Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan DPK di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur yang menurun 11,9% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami
peningkatan 18,6% (yoy), Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang semakin mengalami
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Andil
Penduduk/Residents
1 Pemerintah Pusat 35,692 127,212 124,323 127,570 36,967 50,973 66,667 0.3% -46.4% -0.1%
2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889,246 1,370,397 3,537,138 4,061,422 16.8% -2.2% -0.4%
3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 32,249 24,238 25,400 24,001 30,811 23,604 134,135 0.6% 428.1% 2.4%
4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 553,401 997,696 1,239,891 1,235,340 860,883 865,923 849,587 3.5% -31.5% -1.1%
5 BUMD 47,010 119,318 100,426 107,854 112,541 112,609 305,753 1.3% 204.5% 2.6%
6 Lembaga Keuangan Non Bank 187,916 234,135 339,842 361,514 423,224 441,793 474,869 2.0% 39.7% 0.8%
7 Bukan Lembaga Keuangan 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730,849 2,874,686 2,358,029 2,409,426 10.0% 40.3% 4.0%
8 Sektor Swasta Lainnya 113,914 110,337 74,787 37,413 75,647 63,344 51,974 0.2% -30.5% -0.1%
9 Perseorangan 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011,753 16,178,221 15,278,982 15,850,085 65.5% 9.1% 5.9%
Jumlah 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525,540 21,963,379 22,732,395 24,203,919
Bukan Penduduk/Non-Residents 5,026 5,022 1,931 1,598 1,525 1,593 1,302 0.5% -32.6% -0.2%
19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,988 24,205,221 100.0% 8.5% 8.5%
Trw.II-2015Trw .I-2015
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan Pemilik
Trw .III-2014Trw .II-2014Trw .I-2014Trw .IV-2013 Trw .IV-2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
51
penurunan sebesar 10,7% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya mengalami
penurunan 0,3% (yoy) dan DPK Kota Jambi yang hanya tumbuh (7,0% (yoy))
dibanding triwulan sebelumnya 12,7% (yoy) (Tabel 3.4.). Berdasarkan pangsanya,
mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp16,2 triliun
(67,0%) diikuti oleh Kerinci Rp1,4 triliun (6,2%) dan Bungo sebesar Rp1,3 triliun
(5,6%).
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
(dalam jutaan rupiah)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Pertumbuhan kredit triwulan 2015 mengalami sedikit perlambatan sebesar
10,0% (yoy) menjadi Rp27,3 triliun, dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2015 yang
mencapai 11,0% (yoy). Perlambatan tersebut didorong perlambatan kredit modal
kerja dan kredit konsumsi yang hanya tumbuh masing-masing sebesar 9,2% (yoy)
dan 8,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,3% (yoy) dan 9,7%
(yoy). Sedangkan kredit investasi mengalami peningkatan dengan tumbuh 13,3%
(yoy) dibanding triwulan sebelumnya 11,8% (yoy).
Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Share Nominal Persen Nominal Persen
1 Kota Jambi 15,168,952 15,518,127 15,758,165 15,650,453 68.8 16,227,486 67.0 577,033.0 3.7 1,058,533 7.0
3 Kab. Kerinci 1,274,541 1,338,217 1,287,077 1,441,853 6.3 1,496,942 6.2 55,089.7 3.8 222,401 17.4
2 Kab. Bungo 1,541,924 1,463,065 1,438,515 1,304,995 5.7 1,360,464 5.6 55,469.3 4.3 (181,460) (11.8)
4 Tanjung Jabung Barat 1,428,596 1,442,128 1,127,828 1,161,155 5.1 1,275,431 5.3 114,276.1 9.8 (153,165) (10.7)
5 Kab. Merangin 1,003,186 951,992 895,078 973,374 4.3 1,066,829 4.4 93,454.5 9.6 63,643 6.3
6 Kab. Batanghari 656,535 636,131 693,234 656,017 2.9 885,135 3.7 229,117.7 34.9 228,599 34.8
8 Kab. Tebo 349,467 368,023 209,323 565,926 2.5 696,390 2.9 130,464.1 23.1 346,923 99.3
7 Kab. Sarolangun 472,262 424,943 354,016 486,306 2.1 554,387 2.3 68,081.4 14.0 82,125 17.4
9 Tanjung Jabung Timur 411,933 384,511 167,343 303,041 1.3 362,789 1.5 59,748.4 19.7 (49,144) (11.9)
10 Kab. Muaro Jambi - - 34,325 190,869 0.8 279,368 1.2 88,499.1 46.4 279,368 #DIV/0!
22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,988 100 24,205,221 100 1,471,233.2 6.5 1,897,824 8.5
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Trw . II-15 Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (yoy )
JUMLAH
No. Kota/KabupatenTrw . II-14 Trw . III-14 Trw . I-15Trw . IV-14
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
52
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, perlambatan pertumbuhan jumlah kredit
dialami oleh bank konvensional sebesar 11,5% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya 12,6% (yoy). Bank syariah mengalami perbaikan penurunan pembiayaan
yaitu 7,2% (yoy) dibanding triwulan penurunan sebelumnya 5,4% (yoy). Pangsa
kredit bank konvensional mencapai 93,1% sementara bank syariah sebesar 6,9%. .
Bank pemerintah dan swasta juga mengalami sedikit perlambatan masing-masing
sebesar 13,5% (yoy) dan 6,9% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,0%
(yoy) dan 9,2% (yoy).
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang
mencapai 42,8%, diikuti oleh kredit modal kerja (32,1%) dan kredit investasi
(25,2%). Perlambatan kredit dialami oleh kredit modal kerja dan kredit konsumsi
masing-masing hanya tumbuh 9,2% (yoy) dan 8,7% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya tumbuh 12,3% (yoy) dan 9,7%(yoy). Sedangkan kredit investasi
mengalami peningkatan dengan tumbuh 13,3% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya
11,8%(yoy).
TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II q-t-q y-o-y
Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 3.0% 10.0%
1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 17,545,224 18,256,586 4.1% 13.5%
2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 7,100,958 7,217,127 1.6% 6.9%
3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 1,920,127 1,881,321 -2.0% -7.2%
Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 3.0% 10.0%
1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809 3.4% 9.2%
2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249 3.3% 13.3%
3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976 2.5% 8.7%
Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229,475 26,563,556 27,355,034 3.0% 10.0%
1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 5,052,401 5,171,866 2.4% 13.6%
2 Pertambangan dan Penggalian 96,338 114,741 136,051 149,907 137,590 131,001 151,834 15.9% 11.6%
3 Industri 859,670 787,946 804,571 820,967 974,021 944,211 1,083,490 14.8% 34.7%
4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3,660 6,099 8,141 33.5% 156.3%
5 Konstruksi 804,912 746,132 876,089 880,225 859,266 818,603 842,362 2.9% -3.8%
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 6,544,280 6,780,454 3.6% 10.0%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 326,683 310,465 333,691 320,157 333,392 338,174 342,338 1.2% 2.6%
8
Keuangan,Real estate dan Jasa
Perusahaan 1,132,014 1,135,751 704,085 673,888 674,966 700,696 682,401 -2.6% -3.1%
9 Jasa-jasa 381,591 409,063 403,233 482,693 544,056 597,609 580,733 -2.8% 44.0%
10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 11,430,482 11,711,415 2.5% 7.5%
*) Termasuk bank asing dan campuran 20,419,076
20152014
URAIAN
2013 Pertumbuhan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
Berdasarkan Sektor Ekonomi, perlambatan didorong oleh penurunan kredit
terhadap sektor perantara keuangan dan sektor konstruksi. Penurunan kredit ke
sektor perantara keuangan didorong oleh sub sektor perantara keuangan lainnya
(non bank) leasing dan sub sektor perantara keuangan lainnya (non bank) selain
leasing. Sementara itu, penurunan sektor konstruksi didorong oleh penurunan kredit
ke sub sektor konstruksi khusus, sub sektor bangunan sipil lainnya dan sub sektor
penyiapan lahan lainnya.
Sementara itu, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan
air (LGA) dan jasa-jasa yang masing-masing mencapai 156,3% (yoy) dan 44,0% (yoy),
diikuti oleh sektor industri (34,7% (yoy)), dan sektor pertanian (13,6% (yoy)). Namun
secara nominal kenaikan kredit secara tahunan tersebut didominasi kredit kepada
sektor bukan lapangan usaha, sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor
pertanian. Kenaikan kredit kepada sektor bukan lapangan usaha didorong oleh
kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna, sub sektor
rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 dan sub sektor rumah
tangga untuk pemilikan furnitur dan peralatan rumah tangga. Kenaikan kredit sub
sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna dan sub sektor rumah tangga untuk
pemilikan furnitur dan peralatan rumah tangga dipengaruhi meningkatnya daya beli
masyarakat akan produk perlengkapan rumah tangga menjelang perayaan Idul Fitri.
Sementara kenaikan kredit pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 ini masih
merupakan lanjutan kenaikan kredit triwulan sebelumnya. Kenaikan pada tipe
perumahan ini menurut developer perumahan disebabkan oleh kondisi perekonomian
yang sedang lesu sehingga tipe ini menjadi favorit atau masih dalam jangkauan daya
beli masyarakat dan lebih bankable.
Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp35,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp27,3 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp7,8 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi.
Kenaikan kredit terjadi hampir di semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi
kecuali Kabupaten Batanghari. Kenaikan tersebut secara sektor ekonomi didorong
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
54
oleh kenaikan kredit sektor bukan lapangan usaha, sektor pertanian, peternakan,
kehutanan & perikanan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek
di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) mengalami penurunan
dari triwulan sebelumnya mengalami penurunan 11,5% (yoy) menjadi 14,7% (yoy).
(Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya
kelonggaran tarik kredit investasi sedangkan kredit konsumsi dan modal kerja
mengalami kenaikan yang disebabkan semakin terserapnya kredit yang disetujui
sehubungan dengan kebutuhan modal kerja dan konsumsi menjelang puasa, pada
saat puasa dan menjelang Idul Fitri 2015 .
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan
dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
TW IV Tw I Tw I I Tw I I I Tw IV
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share % %
Batanghari 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208,433 2,177,564 2,311,350 6.6 6.1 -9.5
Sarolangun 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601,980 1,623,578 1,597,502 4.5 -1.6 9.3
Kerinci 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531,300 1,571,827 1,603,035 4.6 2.0 10.1
Muaro Jambi 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788,879 2,701,710 2,649,706 7.5 -1.9 13.1
Tanjung Jabung Barat 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996,109 2,012,352 2,303,911 6.5 14.5 22.0
Tanjung Jabung Timur 624,633 646,870 676,988 714,146 731,542 739,897 759,156 2.2 2.6 12.1
Tebo 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973,200 2,137,947 2,191,066 6.2 2.5 29.2
Merangin 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803,795 2,796,085 2,866,103 8.1 2.5 7.9
Bungo 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332,761 3,378,293 3,483,694 9.9 3.1 9.0
Sungai Penuh 13,428 14,897 19,102 22,872 26,442 45,102 49,188 0.1 9.1 157.5
Jambi 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129,667 14,922,669 15,384,630 43.7 3.1 6.0
T O T A L 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 35,199,342 100.0 3.2 8.4
Pertumbuhan
Tw II qtq yoy
2015
Tw I
20142013
Kabupaten/Kota
2015
TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Nominal %
1 Investasi 277,568 237,033 405,173 310,246 363,863 235,459 234,106 (171,067) (42.2)
2 Konsumsi 2,009 2,908 6,533 6,975 196,564 66,937 65,170 1,765 27.0
3 Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 1,535,554 1,511,650 23,903 1.4
2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024,315 1,837,950 1,810,925 27,023 (14.7)
* Mulai tahun 2010 perhitungan Undisbursed Loan berdasarkan laporan LBU Bassel
Pertumbuhan (yoy )2013 2014
Jenis Penggunaan
Total
Kategori
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross
Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)18
pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 384 bps dikarenakan peningkatan DPK (6,3% (qtq)) lebih tinggi daripada
kenaikan kredit (3,0% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor sebesar 113,01% (Grafik
3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan
masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan
pemantauan terhadap risiko kredit sejalan dengan prinsip kehati-hatian.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi
Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 3,21% (Rp879,1 miliar) (di
bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu
(2,89% atau Rp769,0 miliar) (Tabel 3.8.).
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor
pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi serta sektor pengangkutan dan
komunikasi masing-masing sebesar 23,37%, 8,70% dan 7,49%. Tingginya NPL
sektor pertambangan disumbangkan sub sektor pertambangan batubara,
18
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang
dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
1.1
1.2
1.2
1.2
1.2
1.1
1.1
1.2
1.2
1.1
102%
104%
106%
108%
110%
112%
114%
116%
118%
120%
122%
124%
0
5
10
15
20
25
30
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15
Rp triliun
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
56
penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga
batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang
ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014
serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur
khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan
pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang.
Sementara itu memburuknya NPL sektor konstruksi didorong oleh sub sektor
konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70) dan konstruksi
khusus yang diikuti penurunan kredit pada kedua sub sektor tersebut. Penurunan
kredit konstruksi tersebut seiring dengan menurunnya permintaan/daya beli
masyarakat terkait kebijakan LTV19
dan perlambatan ekonomi pada triwulan
sebelumnya. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan NPL
dipengaruhi oleh memburuknya kinerja kredit sub sektor jasa pengiriman dan
pengepakan, angkutan jalan untuk barang dan sub sektor jasa penunjang
angkutan kecuali jasa bongkar muat dan pergudangan.
19
LTV adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai ketentuan rasio kredit terhadap nilai agunan (loan to
value/LTV) dan rasio pembiayaan terhadap nilai agunan (financing to value/FTV) untuk kredit pemilikan properti
dan kredit konsumsi beragun properti. Ketentuan pertama mulai berlaku pada 30 September 2013 kemudian
diubah melalui PBI No. 17/10/PBI/2015 yang berlaku sejak 18 Juni 2015. Bank diberikan kelonggaran memberikan
kredit atau pembiayaan properti dan kendaraan bermotor yang lebih besar dari sebelumnya. Masyarakat dapat
mengambil kredit atau pembiayaan properti dan kendaraan bermotor dengan uang muka yang lebih kecil dari
sebelumnya.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di
Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata
tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di
Provinsi Jambi kembali meningkat dari 4,8% menjadi 5,0% seiring dengan
penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku
bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode laporan tercatat
sebesar 8,3% atau menurun dibandingkan triwulan I 2015 (8,5%) dan suku bunga
rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat di level
13,29% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,32%).
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan
Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)
Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)
1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,844,114 117,242 2.42 5,052,401 134,992 2.67 5,171,866 152,258 2.94
2. Pertambangan dan Penggalian 137,590 33,893 24.63 131,001 35,540 27.13 151,834 35,482 23.37
3. Industri 974,021 19,413 1.99 944,211 19,732 2.09 1,083,490 16,566 1.53
4. LGA 3,660 395 10.79 6,099 272 4.46 8,141 189 2.32
5. Konstruksi 859,266 36,196 4.21 818,603 62,880 7.68 842,362 73,324 8.70
6. Perdagangan Hotel dan Restoran 6,491,044 240,902 3.71 6,544,280 275,331 4.21 6,780,454 311,673 4.60
7 Pengangkutan dan Komunikasi 333,392 5,816 1.74 338,174 5,770 1.71 342,338 25,642 7.49
8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 674,966 14,212 2.11 703,449 20,011 2.84 682,401 28,410 4.16
9. Jasa-jasa 544,056 182,182 33.49 597,609 15,797 2.64 580,733 21,511 3.70
10. Bukan Lapangan Usaha 11,367,367 4,057 0.04 11,430,482 198,717 1.74 11,711,415 214,111 1.83
26,229,475 654,309 2.49 26,566,309 769,042 2.89 27,355,034 879,166 3.21
TW II- 2015TW I- 2015TW IV-14
J U M L A H
No Sektor Ekonomi
10.1
7.2 7.2 7.7 8.0 8.3 8.3 8.2 8.0 7.8 7.46.3
5.6 5.1 4.94.7
4.8 5.0
0
5
10
15
20
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
2011 2012 2013 2014 2015
Margin Deposito Kredit BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
58
6. Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan mengalami perlambatan dengan
hanya tumbuh 11,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,5%
(yoy) menjadi Rp10,2 triliun meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
total kredit (10,0% (yoy))(Grafik 3.5.).
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit
menurun yaitu dari 36,6% di triwulan lalu menjadi 37,5% (Grafik 3.6.). Berdasarkan
distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 34,8%, kredit mikro
sebesar 32,9%, dan kredit kecil sebesar 32,4% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM
tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian,
perburuan dan kehutanan serta sektor konstruksi masing-masing sebesar 48,0%,
29,2% dan 5,1%.
18.6
16.6 19.0
13.0
9.9
5.0
7.2
9.2
13.5
11.4
28.3
31.9 28.9
22.5
18.7
11.9
9.7 11.0
11.0
10.0
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2
4
6
8
10
12
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2013 2014 2015
Rp
Triliu
n
Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
B.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami sedikit peningkatan terlihat dari
peningkatan aset sebesar 3,8% (yoy) menjadi Rp759,6 miliar dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh 3,3% (yoy). Dana pihak ketiga mengalami peningkatan
8,1% (yoy) menjadi Rp583,3 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
7,1%(yoy). Sementara kredit mengalami penurunan 2,0% (yoy) menjadi Rp531,1
miliar atau sedikit mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya yang
mengalami penurunan kredit 3,7% (yoy).
Kenaikan dana pihak ketiga didorong oleh meningkatnya simpanan berjangka
9,1% (yoy) menjadi Rp497,6 miliar setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh
7,8% (yoy). Sedangkan tabungan mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh
2,1% (yoy) menjadi Rp85,6 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,9%
(yoy).
Kredit yang diberikan juga masih mengalami penurunan 2,0%(yoy) menjadi
Rp531,1 miliar yang didominasi penurunan kredit konsumsi 17,0% (yoy) atau
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 17,4% (yoy). Kredit
investasi mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 1,4% (yoy) menjadi Rp106,8
miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,5% (yoy). Kredit modal kerja
11.9 11.4 11.3 11.1 11.1 12.5 11.8 12.4 12.3 12.3
13.9 13.8 13.6 13.8 13.7 12.0 12.6 11.9 12.0 12.1
13.9 14.2 13.0 12.5 12.0 12.6 12.8 12.5 13.2 13.0
60.3 60.6 62.1 62.6 63.2 63.0 62.8 63.3 62.4 62.5
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2013 2014 2015
Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
60
mengalami peningkatan 19,1% (yoy) menjadi Rp204,1 miliar dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 15,2% (yoy).
Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang
ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 14,50%
menjadi 15,65% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%,
sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis
penggunaan kredit dengan didominasi kredit konsumsi, lalu diikuti investasi dan
modal kerja.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar
adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum
pulihnya harga komoditi karet dan sawit seiring dengan belum membaiknya harga
internasional sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut
sejalan dengan hasil liaison, bahwa menurut pelaku usaha di Provinsi Jambi harga jual
khususnya untuk komoditas seperti karet dan CPO belum membaik pada triwulan II
2015. Harga karet dunia yang sempat membaik pada awal Mei 2015 kembali
mengalami penurunan menjelang bulan Juni 2015. Pasokan persediaan karet dunia
yang masih berlimpah menahan harga karet dunia pada level yang cukup rendah.
Melimpahnya karet dari kawasan Indochina seperti Vietnam dan Kamboja
diperkirakan salah satu penyebab kelebihan persediaan karet dunia, sehingga harga
tertahan pada level yang cukup rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang
cukup lama.
Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya cukup baik, yang
tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 82,38% meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya (80,46%).
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang,
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia memiliki Rupiah sebagai salah
satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh
rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya, turunan atas UU Mata
Uang tersebut diwujudkan melalui PBI No 17/3/PBI/2015 & SE BI No 17/11/DKSP
tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dimana setiap transaksi yang dilakukan oleh penduduk atau bukan
penduduk, tunai atau non tunai di Wilayah NKRI wajib menggunakan Rupiah.
Bank Indonesia menerbitkan SE No17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 tentang
Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketentuan tersebut memuat petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang telah diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2015.
Secara umum, SE No17/11/DKSP tersebut mengatur lebih lanjut antara lain
mengenai :i) Kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam rupiah; ii)
Pelaksanaan kewajiban penggunaan rupiah untuk proyek infrastruktur strategis yang
diperjanjikan secara tertulis; iii) Pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk
transaksi non tunai bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu; iv) Laporan
terkait penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; v) Sanksi
bagi pelanggar kewajiban penggunaan Rupiah.
Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM
debit, kartu kredit dan e-money. Untuk mendukung Gerakan Nasional Non Tunai,
telah dilakukan Kampanye Keuangan Inklusif (KKI) berupa Training of Trainer (ToT)
kepada Kepala Sekolah dan Guru di 5 (lima) kabupaten di Provinsi Jambi masing-
masing sebagai berikut:
Kab. Tebo (30 April 2015);
Kab. Tanjung Jabung Barat (12 Mei 2015);
Kab. Merangin (21 Mei 2015);
Kab. Kerinci (28 Mei 2015);
Kab. Sarolangun (4 Juni 2015)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
62
ToT tersebut juga dilanjutkan ke kota/kabupaten lainnya dengan sasaran
dosen/mahasiswa di perguruan tinggi di Provinsi Jambi. Langkah awal sosialisasi
melalui kalangan pendidik tersebut dilakukan dengan harapan para pendidik dapat
mentransfer materi GNNT dengan baik dan efektif kepada masyarakat khususnya
para pelajar.
Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow)
mengalami peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash inflow) menurun
8,7% (yoy) dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy). Sementara itu kinerja
pembayaran non tunai melalui kliring mengalami penurunan sedangkan melalui RTGS
mengalami peningkatan, dengan rincian sebagai berikut:
Nilai kliring turun sebesar 32,4%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi Rp1,8 triliun dan dan volume kliring turun 31,4% (yoy) menjadi
51.098.
Nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy) sedangkan
RTGS dari dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy).
Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia
Provinsi Jambi
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
C.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan uang masyarakat menjelang Idul Fitri
1436 H/2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi mempersiapkan
kecukupan uang tunai, dengan cara mengoptimalkan distribusi dan persediaan uang
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Nominal Persen
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 1,829,966 (877,362) (32.4)
Volume Kliring (lembar warkat) 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 51,098 (23,422) (31.4)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 892,023 (84,599) (8.7)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 2,354,181 492,467 26.5
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 (1,462,158) (577,066) 65.2
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 37,662 10,670 39.5
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 49,677 9,223 22.8
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 7,289 (3,744) (33.9)
Cek dan BG Kosong
Lembar 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 1,249 (725) (36.7)
Nominal (juta Rp) 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 43,149 (40,308) (48.3)
Pertumbuhan (yoy)Uraian
2014 2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
tunai di kota Jambi maupun luar kota Jambi. Sebagaimana halnya siklus tahunan,
selama periode Ramadhan dan Idul Fitri umumnya terjadi peningkatan kebutuhan
uang tunai untuk memenuhi transaksi masyarakat. Salah satu kebutuhan masyarakat
menjelang Idul Fitri adalah kebutuhan uang pecahan kecil. Mengantisipasi kebutuhan
tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyiapkan uang tunai
hingga sebesar Rp2,6 triliun. Persediaan uang ini dinilai sangat mencukupi kebutuhan
masyarakat di bulan suci Ramadhan 1436H, baik dari sisi jumlah maupun dari sisi
denominasi. Untuk penyaluran ucang pecahan kecil tersebut, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Jambi mengadakan layanan mobil kas keliling luar kota dan dalam
kota di Provinsi Jambi dan bekerjasama dengan 7 (tujuh) bank umum di Kota Jambi
untuk melayani penukaran uang kepada masyarakat tanpa dipungut biaya setiap hari
kerja. Jadwal layanan penukaran uang kecil tersebut diinformasikan kepada
masyarakat secara luas melalui konfrensi pers TPID Provinsi Jambi dan surat kabar di
Provinsi Jambi.
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun atau mengalami
peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash inflow) menurun 8,7% (yoy)
dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy). Pada triwulan laporan, Jambi mengalami
net outflow kembali sebesar Rp1,4 triliun setelah pada triwulan sebelumnya untuk
pertama kalinya merasakan net inflow sebesar Rp160,6 miliar sejak tahun 2012. Hal
tersebut menunjukkan uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan
(inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk ke
Bank Indonesia dari perbankan (outflow).
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
64
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows
di Provinsi Jambi
Sumber: Bank Indonesia Jambi
C.2.Penyediaan Uang Layak Edar
Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi
masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang
tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas
keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara
berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan
uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan
uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di
Provinsi Jambi sebesar Rp320,8 miliar, atau mencapai 36,0% dari total inflow Provinsi
Jambi namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (53,8%).
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang
dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan
edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume
UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
(2,500,000)
(2,000,000)
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2014 2015
Rp (juta)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
C.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan ditemukan uang yang tidak sesuai dengan ciri ciri
keaslian uang rupiah yang mencapai 492 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebanyak 176 lembar. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang
palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara
berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan
masyarakat.
C.4.Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp1,8 triliun, menurun (32,4% (yoy)) dibandingkan triwulan
sebelumnya (Grafik 3.8.). Demikian juga halnya volume kliring mengalami penurunan
sebesar 31,4% (yoy), yaitu menjadi 51.098 lembar warkat.
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia Jambi
-
20,000
40,000
60,000
80,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
2,200,000
2,400,000
2,600,000
2,800,000
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2014 2015
Perkembangan Transaksi Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
66
Seiring dengan penurunan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring,
nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp52,1 miliar menjadi Rp43,1 miliar dan
dari sisi jumlah lembar menurun dari 1.529 lembar menjadi 1.249 lembar.
C.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)20
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi
nominal dan volume secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) masing-masing yaitu
nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy) sedangkan RTGS dari
dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy).
Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan
mencapai Rp49,6 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp37,6 triliun dan transfer
di dalam Provinsi Jambi Rp7,2 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk
ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
20
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang
penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
Tabel 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Bank Indonesia Jambi
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Tw 1 - 11 12,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801
Tw 2 - 11 11,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945
Tw 3 - 11 14,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486
Tw 4 - 11 14,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169
Tw 1 - 12 10,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368
Tw 2 - 12 15,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630
Tw 3 - 12 15,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319
Tw 4 - 12 18,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651
Tw 1 - 13 15,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804
Tw 2 - 13 19,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318
Tw 3 - 13 20,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342
Tw 4 - 13 22,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705
Tw 1 - 14 19,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232
Tw 2 - 14 26,992 17,544 40,455 18,347 11,033 5,322 78,480 41,213
Tw 3 - 14 38,703 18,758 53,698 17,401 12,937 5,595 105,337 41,754
Tw 4 - 14 40,778 20,307 49,646 18,365 4,833 6,000 95,257 44,672
Tw 1 - 15 34,079 11,300 39,055 11,549 4,347 3,766 77,481 26,615
Tw 2 - 15 37,662 11,565 49,677 12,642 7,289 7,458 94,629 31,665
Periode
TOTAL
Volume
Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi
Volume Volume
Dari dan Ke Provinsi
Jambi
Volume
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
69
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan
II-2015 mencapai Rp1,6 triliun (terealisasi sebesar 50,0% dari APBD 2015),
sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan
sebelumnya, dari Rp420,3 miliar pada Triwulan I-2015 (terealisasi 12,0%) menjadi
Rp1,2 triliun pada Triwulan II-2015 (terealisasi 34,3%). Jika dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 2,7% dan 30,9%.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp556,6 miliar (33,8%
dari total pendapatan), sedikit meningkat dibandingkan realisasi PAD Triwulan II-
2014 (Rp535,65 miliar atau 33,4% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar
disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp472,1 miliar (84,8% dari
total PAD).
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share
belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun
lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%).
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2015
Pada Triwulan II-2015, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp1,6
triliun atau mencapai 50,0% dari APBD tahun 2015 (Rp3,3 triliun). Berdasarkan
jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat
yang mencapai Rp1,1 triliun (66,2% dari total pendapatan). Adapun proporsi
terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
70
Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp588,7 miliar (35,7% dari total
pendapatan Jambi) (Tabel 4.1).
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai
Rp556,6 miliar (33,8% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut
meningkat 3,9% dibanding Triwulan II-2014. Pendapatan terbesar disumbangkan
oleh pajak daerah yang mencapai Rp472,1 miliar hingga Triwulan II-2015 (28,6%
dari total pendapatan).
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan II-2015
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan II Tahun 2015
Hingga Triwulan II-2015, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp1,2
triliun atau mencapai 34,3% dari APBD 2015 (Rp3,5 triliun). Nilai realisasi
tersebut meningkat cukup tinggi sebesar Rp284,6 miliar atau 30,9% dibanding
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja
operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp873,2 miliar atau
72,4% dari total belanja Triwulan II-2015 (terealisasi sebesar 40,4% dari target
dalam APBD 2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah
untuk belanja hibah yang mencapai Rp325,7 miliar (37,3% dari belanja
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp.
Miliar)
PersenNominal
(Rp. Miliar) Persen
PENDAPATAN 1,604.62 53.81 3,127.13 2,550.08 81.55 3,208.86 102.61 3,293.25 522.55 15.87 1,648.39 50.05
Pendapatan Asli Daerah 535.65 55.05 1,208.84 971.76 80.39 1,324.03 109.53 1,218.12 157.76 12.95 556.61 45.69
Pajak Daerah 386.90 47.86 1,021.87 721.20 70.58 1,010.56 98.89 1,019.76 127.20 12.47 472.06 46.29
Retribusi Daerah 5.56 33.91 15.66 10.12 64.67 14.59 93.18 18.14 2.28 12.57 6.25 34.45
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 30.36 75.89 43.20 33.91 78.50 33.91 78.50 50.02 0.23 0.46 0.96 1.92
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 112.84 104.24 128.12 206.52 161.20 264.97 206.82 130.20 28.05 21.54 77.33 59.40
Pendapatan Transfer 1,068.89 53.23 1,917.29 1,578.14 82.31 1,883.45 98.23 2,074.12 364.79 17.59 1,091.11 52.61
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 802.21 49.17 1,556.19 1,215.90 78.13 1,514.52 97.32 1,713.01 252.29 14.73 854.62 49.89
Dana Bagi Hasil Pajak 80.14 33.52 179.30 122.59 68.37 194.97 108.74 251.04 - 0.00 69.37 27.63
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 154.07 39.04 379.20 266.01 70.15 321.85 84.88 414.40 - 0.00 179.18 43.24
Dana Alokasi Umum 553.20 58.33 948.34 790.28 83.33 948.34 100.00 995.75 252.29 25.34 588.68 59.12
Dana Alokasi Khusus 14.81 30.00 49.36 37.02 75.00 49.36 100.00 51.82 - 0.00 17.38 33.54
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31 368.93 102.17 361.11 112.50 31.15 236.49 65.49
Dana Penyesuaian 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31 368.93 102.17 361.11 112.50 31.15 236.49 65.49
Lain-lain Pendapatan yang Sah 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32 1.37 137.44 1.00 - - 0.68 67.80
Pendapatan Hibah 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32 1.37 137.44 1.00 - 0.00 0.68 67.80
S.D TRW I-2015S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014
APBD-P 2014
S.D TRW IV-2014 S.D TRW II-2015
URAIAN APBD 2015
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
TRIWULAN II 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSIJAMBI
71
operasional) dan diikuti oleh belanja pegawai Rp281,9 miliar (32,3% dari belanja
operasional). Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp235,5 miliar (baru mencapai
29,5% dari target pada APBD 2015). Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam
realisasi belanja modal dari Triwulan I-2015 ke Triwulan II-2015 (meningkat
Rp166,1 miliar) yang disebabkan oleh mulai dilakukannya pembayaran berbagai
proyek pembangunan. Namun sesuai siklusnya, realisasi belanja modal hingga
Triwulan II-2015 relatif masih kecil, sejalan dengan masih berlangsungnya
pengadaan maupun pengerjaan kegiatan pembangunan sehingga pembayaran
belum dapat dilakukan. Alokasi belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar
22,7%, lebih rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 (31,5%) dan
APBD-P 2014 (25,3%).
Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan
jaringan dengan total Rp194,7 miliar (terealisasi 35,6% dari target pada APBD
2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling
berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai
realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan meningkat 17,4% dibandingkan
realisasi pada Triwulan II-2015. Hal tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah
Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan pembangunan infrastruktur.
Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya tersebut
diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2015.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
72
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan II-2015
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan
II-2015 mencapai Rp1,31 triliun, meningkat 2,0% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya (Rp1,28 triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut
disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional (15,3%
(yoy)) sejalan dengan meningkatnya Pendapatan Bea Masuk karena peningkatan
aktivitas impor. Peningkatan lainnya terdapat pada Penerimaan Pajak Dalam
Negeri yang meningkat 5,5% (yoy).
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam satuan Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari
pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp1,2 triliun (90,4%) dan diikuti
oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp102,4 miliar (7,8%) (Grafik 4.1).
BELANJA 920.98 28.20 3,641.24 1,759.54 48.32 3,212.01 88.21 3,514.24 420.29 11.96 1,205.56 34.31
Belanja Operasi 611.53 28.53 2,198.58 1,106.32 50.32 1,926.78 87.64 2,161.50 254.07 11.75 873.21 40.40
Belanja Pegawai 223.29 32.89 657.66 392.15 59.63 570.35 86.72 694.43 107.32 15.45 281.94 40.60
Belanja Barang 163.26 18.75 946.67 389.24 41.12 812.87 85.87 833.89 34.83 4.18 213.61 25.62
Belanja Subsidi - - - - - - - - - 0.00 - 0.00
Belanja Hibah 169.78 41.86 413.68 262.54 63.46 385.13 93.10 491.45 111.92 22.77 325.67 66.27
Belanja Bantuan Keuangan 55.20 36.14 155.07 62.40 40.24 138.55 89.35 141.73 - 0.00 52.00 36.69
Belanja Tidak Terduga
Belanja Modal 191.57 22.03 919.30 445.79 48.49 821.02 89.31 798.65 69.37 8.69 235.50 29.49
Belanja Tanah 0.01 0.02 43.58 8.38 19.22 15.18 34.83 17.68 - 0.00 0.70 3.96
Belanja Peralatan dan Mesin 16.16 11.54 146.56 40.73 27.79 129.52 88.38 78.72 3.53 4.48 15.96 20.28
Belanja Bangunan dan Gedung 8.73 5.90 134.34 42.73 31.81 127.23 94.70 151.98 0.89 0.59 22.89 15.06
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 165.85 31.11 591.14 353.08 59.73 547.08 92.55 547.13 64.93 11.87 194.72 35.59
Belanja Aset Tetap Lainnya 0.54 12.96 2.60 0.35 13.28 0.98 37.86 2.06 0.02 0.97 1.23 59.56
Belanja Aset Lainnya 0.27 35.17 1.08 0.53 48.83 1.02 95.07 1.08 - 0.00 - 0.00
Belanja Tak Terduga 0.18 9.00 2.00 0.18 9.00 1.86 93.03 3.50 - - - -
Belanja Tak Terduga 0.18 9.00 2.00 0.18 9.00 1.86 93.03 3.50 - 0.00 - 0.00#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Transfer 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59 96.85 17.59
Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59 96.85 17.59
Nominal (%)
I Pajak Dalam Negeri 450,071,354,214 670,818,775,939 2,855,695,340,170 510,871,340,516 671,786,905,360 61,768,115,723 5.51%
II Pajak Perdagangan Internasional 7,050,156,000 12,905,673,720 44,187,172,320 10,631,614,271 12,375,865,000 3,051,649,551 15.29%
III Penerimaan SDA 4,627,282,797 5,754,031,847 27,792,193,174 - - (10,381,314,644)
IV PNPB Lainnya 81,071,121,445 33,954,097,527 242,565,361,814 76,886,206,247 25,467,122,311 (12,671,890,414) -11.02%
V Pendapatan Hibah 14,574,300 - 13,945,217,050 - - (14,574,300)
VI Pendapatan Bagian Laba BUMN - 16,671,793,121 16,671,793,121 - - (16,671,793,121)
VII Pendapatan Badan Layanan Umum - - 15,145,793,510 - - -
VIII Pendapatan Penyesuaian 25,145,376 (796,376) 24,349,000
542,834,488,756 740,104,372,154 3,216,002,871,159 598,414,306,410 709,629,096,295 25,104,541,795 1.96%
Triwulan I 2014 Triwulan II 2014
Total Realisasi Pendapatan
REALISASI PENDAPATAN Triwulan I 2015 Triwulan II 2015
Pertumbuhan terhadap semester
sebelumnya
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
TRIWULAN II 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSIJAMBI
73
Grafik 4.1
Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)
Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan
II-2015 terealisasi sebesar Rp1,4 triliun, menurun 16,1% (yoy) dibandingkan total
realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 4.4). Turunnya
angka realisasi belanja tersebut utamanya disebabkan oleh turunnya Belanja
Barang sebesar Rp172,9 miliar (35,8% (yoy)), Belanja Modal sebesar 131,9 miliar
(32,1% (yoy)), serta Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp39,3 miliar (36,3% (yoy))
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam satuan Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar
untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp755,2 miliar dengan pangsa mencapai
53,4%, jauh meningkat dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 39,5%. Belanja Barang menjadi belanja kedua
terbesar (Rp310,3 miliar), namun dengan pangsa yang menurun dari 28,7% pada
periode yang sama tahun 2014 menjadi 21,9% pada triwulan berjalan (Grafik 4.3).
90.41%
1.76%0.00% 7.82%
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional
Penerimaan SDA PNPB Lainnya
Nominal (%)
I Belanja Pegawai 324,484,525,063 341,650,459,002 1,667,927,194,453 343,379,171,888 411,849,351,138 89,093,538,961 13.37%
II Belanja Barang 112,782,978,190 370,329,902,060 1,437,141,311,144 76,074,759,343 234,172,858,589 (172,865,262,318) -35.78%
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 141,172,918 - 141,172,918 - - (141,172,918)
III Belanja Bantuan Sosial 864,616,900 107,374,209,833 360,616,006,964 34,078,857,500 34,884,916,000 (39,275,053,233) -36.29%
IV Belanja Lain-Lain 10,000,000 16,109,733,725 86,238,461,303 - - (16,119,733,725)
V Belanja Modal 77,384,930,105 333,591,064,022 1,435,574,745,373 3,512,717,228 275,515,479,998 (131,947,796,901) -32.11%
515,668,223,176 1,169,055,368,642 4,987,638,892,155 457,045,505,959 956,422,605,725 (271,255,480,134) -16.10%Total Realisasi Belanja
REALISASI BELANJA Triwulan I 2014 Triwulan II 2014
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Triwulan I 2015 Triwulan II 2015
Pertumbuhan terhadap semester
sebelumnya2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
74
Grafik 4.2. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Selain itu, Belanja Modal yang merupakan belanja yang dikeluarkan untuk
meningkatkan infrastruktur yang berperan penting dalam menggerakkan roda
prekonomian di Provinsi Jambi justru mengalami penurunan sebesar Rp131,9
miliar (32,1% (yoy)) dibanding periode yang sama pada tahun 2014. Penurunan
Belanja Modal ini dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan infrastruktur
di Provinsi Jambi, dimana infrastruktur adalah salah satu komponen utama yang
berperan dalam kemajuan perekonomian. Pangsa Belanja Modal turun dari
24,4% pada Triwulan II-2014 menjadi 19,7% pada Triwulan II-2015.
D. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan II-
2015 adalah sebesar Rp4,06 triliun, atau turun 2,2% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,15 (Grafik 4.4). Penurunan simpanan
terbesar utamanya disebabkan oleh turunnya simpanan giro dari Rp2,1 triliun
pada Triwulan II-2014 menjadi Rp1,6 triliun pada triwulan laporan. Adapun
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Belanja
Pegawai
Belanja
Barang
Belanja
Bantuan Sosial
Belanja Lain-
lain
Belanja Modal
2013 2014 Smt I-2015
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
TRIWULAN II 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSIJAMBI
75
simpanan deposito mengalami peningkatan dari Rp2,0 triliun pada Triwulan II-
2014 menjadi Rp2,5 triliun pada triwulan laporan atau naik sebesar 22,7%.
Grafik 4.3. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
-
1
2
3
4
5
6
7
8
0
1
2
3
Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15 Tw II-15
(Rp triliun)(Rp triliun)
Tabungan Deposito Giro Total (LHS)
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
77
BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA
DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.1
PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI
Hasil Focus Group Discussion (FGD) Analisis Fiskal Daerah Provinsi Jambi Triwulan II 2015, 9 Juli 2015
A. Latar belakang dan Dasar Hukum Dana Desa
Undang-Undang Desa menjadi salah satu produk undang-undang yang banyak
ditunggu oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat desa. Rancangan Undang-Undang
(RUU) tentang Desa disahkan menjadi Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
pada tanggal 15 januari 2014. Di antara tujuan dari disahkannya UU tersebut adalah:
mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk
pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama;
meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum; dan
memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional.
Berdasarkan UU tersebut, Desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas Desa. Kewenangan Desa meliputi
kewenangan di bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa (pasal 18). Selanjutnya diatur
bahwa salah satu sumber pendapatan Desa adalah dari alokasi APBN yang bersumber dari
Belanja Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan
berkeadilan (pasal 72).
B. Apa itu Dana Desa
Terminologi Dana Desa baru muncul pada peraturan pelaksanaan UU nomor 6 tahun
2014 yaitu PP nomor 43 tahun 2014. Dalam PP tersebut, yang dimaksud dana desa adalah
adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Secara keseluruhan, sumber Pendapatan Desa menurut UU Desa pasal 72 adalah sebagai
berikut:
Sumber Keterangan
- Pendapatan Asli Desa Hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong,
dan lain-lain pendapatan asli Desa
- Alokasi dari APBN Dana Desa
- Alokasi dari APBD (1) Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD)
kabupaten/kota (paling sedikit 10% dari PDRD); (2) ADD, yaitu
78
BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA
DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi DAK; dan (3)
Bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota
- Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga
- Lain-lain pendapatan Desa yang sah
Dalam UU, alokasi anggaran untuk Dana Desa oleh UU ditetapkan sebesar 10% dari total
Dana Transfer ke Daerah dan akan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan kemampuan
APBN. Tahun 2015 merupakan tahun pertama dialokasikannya Dana Desa dalam APBN,
dimana anggaran Dana Desa dipenuhi melalui realokasi dari Belanja Pusat dari program yang
berbasis Desa. Pada APBN 2015 alokasi anggaran Dana Desa sebesar Rp9,066 triliun
bersumber dari realokasi:
Program PNPM Mandiri Perdesaan (Kemendagri) dan
SPAM Perdesaan dan PPIP (Kementerian PU).
Selanjutnya, pada pemerintahan yang baru, Alokasi Dana Desa ditambah lagi pada APBNP
2015 menjadi sebesar Rp 20,766 Triliun yang dialokasikan ke 74.093 Desa di seluruh wilayah
Indonesia sehingga rata-rata Dana Desa per Desa sebesar Rp280,3 juta atau baru 3,23% dari
total Dana Transfer ke Daerah. Dalam roadmap yang dirilis pemerintah, Dana Desa mencapai
10% dari total Dana Transfer ke Daerah atau 1 miliar per Desa pada tahun 2017.
Tabel 1. Roadmap Alokasi Dana Desa 2015 2019
Sumber: Medium-Term Budget Framework (MDTF), Kemenkeu
Untuk wilayah provinsi Jambi, Dana Desa dalam APBN-P 2015 dialokasikan sebesar Rp381,56
miliar yang dialokasikan pada 10 (sepuluh) kabupaten/kota dengan total jumlah desa 1.398
desa, sehingga rata-rata per desa adalah sebesar Rp272,9 juta.
C. Mekanisme Pengalokasian Dana Desa
Berdasarkan UU APBNP 2015 dan PP 22 tahun 2015 pengalokasian Dana Desa dilaksanakan
melalui 2 (dua) tahap sebagaimana gambar 1 berikut:
79
BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA
DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Gambar 1 Pengalokasian Dana Desa
Tahap I Tahap II
Keterangan:
- Data IKK (indeks
kemahalan konstruksi) per
kab/kota yang digunakan
adalah data yang
digunakan dalam
penghitungan DAU (data
tersedia setiap tahun dan
telah mencerminkan
kesulitan geografis);
- IKG (Indeks Kesulitan
Geografis) per Desa
ditetapkan oleh kepala
daerah, berdasarkan
faktor: (1) ketersediaan
prasarana pelayanan
dasar; (2) kondisi
infrastruktur; dan (3)
transportasi / Aksesibilitas;
Pada formula perhitungan tersebut, pada intinya, seluruh desa akan memperoleh 90 persen
dari dana desa yang ada, kemudian sisanya 10 persen akan ditetapkan berdasarkan empat
kriteria sebagaimana diatur dalam PP nomor 22 tahun 2015 tentang Perubahan atas PP
nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.
D. Mekanisme Penyaluran Dana Desa
Penyaluran dana desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUN (Pemerintah Pusat)
ke RKUD (Pemerintah Kabupaten/kota) untuk selanjutnya dilakukan pemindahbukuan dari
RKUD ke RKD (Desa) dengan tahapan sebagai berikut:
Tabel 2. Tahapan Penyaluran Dana Desa
TAHAP I TAHAP 2 TAHAP 3
Proporsi 40% 40% 20%
7 hari kerja setelah
diterima di Kas Daerah
7 hari kerja setelah
diterima di Kas Daerah
7 hari kerja setelah
diterima di Kas Daerah
TAHAPAN PENYALURAN DANA DESA
Penyaluran Dana Desa dari Minggu II Bulan April Minggu II Bulan Agustus Minggu II Bulan Oktober
PUSAT KE KAB./KOTA
URAIAN
Penyaluran Dana Desa dari
KAB / KOTA KE DESA
80
BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA
DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
1. Penyaluran dana Desa dari RKUN ke RKUD.
Penyaluran dilaksanakan oleh Menteri Keuangan cq. Dirjen PK dengan persyaratan: (1)
Peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana
Desa, (2) Peraturan daerah mengenai APBD tahun berjalan; dan (3) Laporan realisasi tahun
anggaran sebelumnya.
Kondisi di Provinsi Jambi, sampai dengan akhir triwulan II, penyaluran tahap I (40%) dari
RKUN ke RKUD kab/kota di wilayah Provinsi Jambi telah terealisasi seluruhnya yaitu sebesar
Rp152,6 miliar, meskipun sempat terjadi keterlambatan untuk beberapa pemkab/kot yang
disebabkan oleh keterlambatan penyusunan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara
pembagian dan penetapan besaran Dana Desa. Realisasi sampai dengan akhir triwulan II
2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Realisasi Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD Kab/Kota
Lingkup Provinsi jambi s.d. Triwulan II 2015
Sumber: Data Simtrada, DJPK, Kemenkeu
2. Penyaluran dana Desa dari RKUD ke RKD.
Penyaluran dana Desa ke Rekening Kas Desa, semestinya dilakukan dalam 7 hari kerja setelah
dana diterima di RKUD dengan syarat telah disampaikan Peraturan Desa mengenai APB Desa
dan Laporan realisasi penggunaan Dana Desa semester sebelumnya. Persyaratan terkait
adanya APB Desa diperlukan agar jelas rencana keuangan dari pemerintah Desa dalam satu
tahun anggaran. Format APB Desa dimaksud telah diatur dalam Permendagri nomor 113
tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
E. Penggunaan Dana Desa
Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Prioritasnya adalah untuk pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana diatur dalam Permendesa nomor 4 tahun
2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015. Penggunaan Dana
Desa untuk kegiatan yang tidak termasuk prioritas dapat dilakukan sepanjang kebutuhan
untuk pemenuhan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat telah terpenuhi.
Pemerintah Daerah Jml Desa Alokasi (Rp) Realisasi
Kab. Batanghari 109 30.352.367.000 12.140.946.800
Kab. Bungo 141 38.514.584.000 15.405.833.600
Kab. Kerinci 285 74.743.267.000 29.897.306.800
Kab. Merangin 205 55.105.381.000 22.042.152.400
Kab. Muaro Jambi 150 41.034.901.000 16.413.960.400
Kab. Sarolangun 149 40.982.606.000 16.393.042.400
Kab. Tanjung Jabung Barat 114 31.860.718.000 12.744.287.200
Kab. Tanjung Jabung Timur 73 21.043.597.000 8.417.438.800
Kab. Tebo 107 30.028.254.000 12.011.301.600
Kota Sungai Penuh 65 17.894.481.000 7.157.792.400
>>Jumlah (10 kab/kota) 1398 381.560.156.000 152.624.062.400
81
BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA
DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Terkait dengan tata cara pengadaan Barang/jasa yang bersumber dari APB Desa, Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah menerbitkan Perka nomor: 13 tahun 2013
yang pada intinya pengadaan dimaksud tidak termasuk dalam ruang lingkup Perpres
Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana diubah terakhir dengan Perpres nomor 70 tahun
2012. Dalam masa transisi, diharapkan Bupati/Walikota membentuk tim asistensi desa yang
terdiri dari Unit Layanan Pengadaan, SKPD atau unsur lain di pemkab/kota dengan tugas: (1)
meningkatkan kapasitas SDM, dan (2) melakukan pendampingan pengadaan barang/jasa.
F. Pendampingan Desa
Dalam Permendes nomor 3 tahun 2015 tentang Pendampingan Desa, telah diatur lebih lanjut
terkait pendampingan desa yang terdiri dari: tenaga pendamping profesional, Kader
pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak ketiga. Tenaga pendamping profesional
terdiri atas: (a) pendamping desa (berkedudukan di Kecamatan), (b) pendamping teknis
(berkedudukan di kabupaten), dan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (berkedudukan di
Pusat dan Provinsi). Sumber pendanaan terhadap pendampingan Desa ini berasal dari APBN
dan APBD Kab/kota.
G. Analisis Kendala dan Permasalahan
Konsep dari penggunaan Dana Desa yang diprioritaskan untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa tentunya diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi
perekonomian Desa. Namun demikian, terdapat beberapa kendala dan permasalahan yang
memerlukan perhatian lebih lanjut.
- Dari sisi peraturan untuk pelaksanaan Dana Desa, setidaknya telah diterbitkan 16
peraturan dari UU hingga peraturan menteri. Permasalahannya adalah bagaimana
peraturan dan SOP tersebut dapat tersosialisasikan dan dapat dipahami dengan baik
khususnya pada perangkat Desa yang tersebar di 74.093 Desa dengan berbagai
keberagaman dan kompleksitas yang melingkupinya.
- Kesiapan SDM pemerintah Desa dalam mengelola Dana Desa telah menjadi pertanyaan
banyak pihak. Dari sisi perencanaan dapat dilihat dari banyaknya ketidakmampuan dan
keterlambatan dalam penyusunan APBDes. Sedangkan dari sisi penggunaan dana,
muncul kekuatiran yang berlebihan bila kesalahan penggunaan dana desa dapat
berujung pada pidana. Di sisi yang lain dana desa juga rawan diselewengkan jika tidak
mendapatkan pengawasan yang memadai.
- Terkait dengan penyaluran Dana Desa, penyaluran tahap I (40%) dari Rekening
Pemerintah Pusat (RKUN), khususnya di wilayah Provinsi Jambi telah tersalurkan
seluruhnya ke RKUD kab/kota. Namun demikian, terjadi potensi penumpukan Dana Desa
pada RKUD Kab/kota akibat keterlambatan pemenuhan persyaratan penyaluran ke RKD.
Apalagi pada pertengahan bulan Agustus ini akan ada penyalurkan dana desa tahap II
(40%) Kondisi tersebut juga berpotensi terjadinya penumpukan kegiatan pada akhir
tahun anggaran atau bahkan tidak terserapnya Dana Desa tersebut.
H. Saran
- Pemerintah agar segera mengefektifkan program pendampingan dan capacity building
bagi perangkat desa. Berdasarkan alokasi anggaran dalam APBNP 2015, telah
dianggarkan pada Kemendes untuk pendampingan desa sebesar Rp2,1 triliun dan pada
Kemendagri untuk capacity building perangkat desa sebesar Rp1,4 triliun. Namun
82
BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA
DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
demikian pelaksanaan perekrutan pendamping desa cukup terlambat sementara Dana
Desa tahap I telah disalurkan ke RKUD dan sebagiannya telah masuk ke Rekening Kas
Desa.
- Pemerintah Kab/kota memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan desa sebagaimana diatur dalam Permendagri 113 tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Oleh karena itu, peran Pemda kab/kota tersebut
perlu ditingkatkan terutama dalam melakukan sosialisasi, asistensi serta pendampingan
serta melibatkan aparat pengawasan fungsional (inspektorat) dalam mengawasi
pengelolaan Dana Desa tersebut.
- Perlu dipertimbangkan kebijakan untuk menjadikan tahun pertama pelaksanaan Dana
Desa ini sebagai masa percobaan (masa pembelajaran) bagi perangkat desa dalam
mengelola Dana Desa sehingga mengurangi potensi terjadinya permasalah hukum di
kemudian hari.
Kontributor:
1. Meily Ika Permata, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. (email:
2. Azas Mabrur, Ak., M.Ak Kepala Seksi Pembinaan Pelaksanaan Anggaran Kanwil Provinsi Jambi
(email: [email protected])
83
BAB V KESEJAHTERAAN DAERAH
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami sedikit
peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 96,09 dari
95,81 pada triwulan lalu yang disebabkan meningkatnya nilai tukar petani
tanaman perkebunan rakyat dan peternak. Kenaikan nilai tukar petani tersebut
seiring dengan sedikit membaiknya harga bokar selama triwulan II 2015 dan
meningkatnya konsumsi daging dan hasil-hasilnya selama bulan puasa 2015.
Sementara itu penyaluran raskin selama triwulan II juga mengalami peningkatan
yaitu menjadi 103,5% (qtq) seiring dengan lancarnya penebusan raskin terkait
telah selesainya juknis penyaluran raskin tahun 2015 oleh pemerintah
kota/kabupaten.
A. Kesejahteraan
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan,
antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada
bulan Juni 2015, NTP sebesar 96,09 atau naik 126 bps dibandingkan Maret
2015.21
Meskipun indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayar petani
sama sama mengalami kenaikan namun kenaikan indeks yang diterima lebih
besar (2,25%) dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar (1,94%). Pada
triwulan berjalan NTP sub sektor perkebunan rakyat dan peternakan mengalami
kenaikan sedangkan NTP sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan
perikanan mengalami penurunan.
21
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga
yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk
pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan
sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun
dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar
ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di
perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan
indeks dapat dijaga ketepatannya.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI|TRIWULAN II 2015
84
Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat meningkat menjadi 95,54
dari sebelumnya 92,91. Sedikit kenaikan NTP tersebut dipengaruhi kenaikan rata-
rata harga bokar pada triwulan II 2015 (4,22%) menjadi Rp15.502/kg dari rata-
rata triwulan sebelumnya Rp14.874/kg. Namun kenaikan harga tersebut belum
pada batas harga yang diharapkan petani karet mengingat rata rata harga bokar
tahun 2013 berkisar Rp22.456,74/kg dan tahun 2014 Rp17.558,67/kg.
Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan, diperoleh informasi harga karet di level
petani berkisar sebesar Rp. 16.000 untuk karet bersih. Sementara itu, karet yang
dihasilkan petani di sekitar Provinsi Jambi tergolong kotor, sehingga harga yang
mereka terima hanya di level 50% hingga 70% dari harga yang ditetapkan.
Tingkat harga yang dinilai rendah tersebut membuat sebagian petani karet
beralih profesi, sehingga mengurangi pasokan bahan baku karet.
Sementara itu harga TBS triwulan II 2015 berada pada kisaran harga rata-
rata Rp1.637/kg, belum membaik dibandingkan rata-rata harga triwulan I 2015
sebesar Rp1.720/kg bahkan masih dibawah rata rata harga 2014 yang mencapai
Rp1.808,49/kg, seiring dengan belum membaiknya harga CPO internasional
dibandingkan tahun sebelumnya.
Nilai tukar petani peternakan mengalami kenaikan menjadi 100,50 dari
triwulan sebelumnya 100,31. Kenaikan NTP tersebut disebabkan kenaikan indeks
diterima petani (1,90% (qtq)) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks
dibayar petani (1,71% (qtq)). Kenaikan indeks diterima tersebut didorong
kenaikan harga daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras selama triwulan
berjalan dimana terdapat tradisi menggelar pengajian menjelang puasa dan
konsumsi yang lebih istimewa selama bulan puasa.
Sebaliknya, nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan
palawija mengalami penurunan menjadi 96,25 dari triwulan sebelumnya 101,72
disebabkan indeks yang diterima petani mengalami penurunan 3,30% (qtq)
sementara indeks dibayar petani meningkat 2,91%(qtq). Penurunan indeks
diterima petani tanaman pangan tersebut terjadi pada petani padi dan palawija.
Penurunan tersebut didorong oleh penurunan harga beras dimana rata-rata
harga beras April dan Mei 2015 menurun sebesar 2,32% (qtq) dibandingkan
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
85
triwulan sebelumnya sebagai akibat masa panen raya padi sehingga pasokan
menjadi aman dan menekan harga beras. Pada Juni 2015, harga beras kembali
naik namun lebih disebabkan kenaikan permintaan terdorong pola konsumsi
masyarakat selama bulan puasa dimana yang biasanya mengkonsumsi raskin
beralih ke beras premium.
Nilai tukar petani hortikultura mengalami sedikit penurunan dari
sebelumnya 92,76 menjadi 92,53 yang disebabkan kenaikan indeks diterima
petani (1,69% (qtq)) lebih kecil dibandingkan indeks dibayar petani (1,95%
(qtq)). Walaupun pada periode laporan harga produk hortikultura, sayur sayuran,
buah-buahan mengalami inflasi seiring dengan meningkatnya permintaan selama
bulan puasa namun dampak kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang
dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret 2015 lebih besar pengaruhnya
terhadap biaya penjualan petani hortikultura.
Nilai tukar perikanan pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan
menjadi 100,35 setelah sebelumnya per Maret 2015 berada pada 100,56.
Kenaikan nilai tukar perikanan tersebut disebabkan indeks harga yang diterima
nelayan dan pembudidaya ikan mengalami kenaikan yang lebih kecil (1,41%
(qtq)) dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar nelayan dan
pembudidaya ikan (1,64% (qtq)).
Sementara itu secara per sub sektor, nilai tukar perikanan tangkap
mengalami peningkatan sedangkan nilai tukar perikanan budidaya menurun .
Nilai tukar perikanan tangkap mengalami kenaikan dari 102,86 menjadi 103,13
(0,26% (qtq)). Indeks harga yang diterima dan dibayar nelayan sama sama
mengalami peningkatan namun peningkatan indeks diterima (2,25% (qtq)) lebih
besar dibandingkan indeks dibayar nelayan (1,98% (qtq)). Kenaikan hasil
nelayan tersebut terlihat dari inflasi yang dialami sub kelompok ikan segar
berupa udang basah dan cumi-cumi seiring dengan kenaikan permintaan terkait
bulan puasa 2015. Sementara itu nilai tukar pembudidaya ikan mengalami
penurunan dari 98,04 menjadi 97,27 (0,79% (qtq)). Penurunan tersebut
disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima pembudidaya ikan
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI|TRIWULAN II 2015
86
(0,45%(qtq)) lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar
(1,25%(qtq)).
Tabel 5.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
B. RASKIN
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi
(melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin)
kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin
mencapai sebesar 8.453 ton, meningkat 103,5% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya (4.154 ton) (grafik 5.1). Peningkatan penyaluran raskin yang
mencapai 103,5% (qtq) tersebut didorong pemerintah daerah kota/kabupaten
yang telah meyelesaikan juknis penyaluran raskin tahun 2015 sehingga
penebusan raskin mulai berjalan dan untuk mengantisipasi kenaikan harga beras
menjelang puasa 2015 maka raskin Juli dan Agustus 2015 diselesaikan di bulan
Juni 2015.
Maret Juni September Desember Jan Feb Maret April Mei Juni
1
a Indeks Diterima Petani 110.05 108.28 108.65 114.47 117.21 117.98 119.52 117.69 116.22 115.57 -3.30
b Indeks Dibayar Petani 112.10 112.26 115.01 120.87 119.68 117.59 117.50 117.84 118.65 120.07 2.19
Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98.18 96.45 94.47 94.71 97.93 100.33 101.72 99.87 97.95 96.25 -5.37
2
a Indeks Diterima Petani 105.28 103.89 108.44 113.11 110.93 109.59 108.73 105.96 108.01 110.57 1.69
b Indeks Dibayar Petani 111.52 111.97 114.20 120.18 119.01 117.24 117.21 117.62 118.39 119.50 1.95
Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94.40 92.78 94.96 94.11 93.21 93.48 92.76 90.09 91.23 92.53 -0.25
3
a Indeks Diterima Petani 111.23 110.08 109.78 113.29 112.01 110.73 109.04 108.59 110.15 114.30 4.82
b Indeks Dibayar Petani 111.87 112.08 114.52 121.10 118.97 117.35 117.36 117.72 118.41 119.64 1.94
Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 99.43 98.22 95.86 94.31 94.15 94.36 92.91 92.24 93.03 95.54 2.83
4
a Indeks Diterima Petani 106.66 108.60 110.72 112.92 113.65 113.72 113.86 114.03 113.88 116.02 1.90
b Indeks Dibayar Petani 109.47 109.84 111.30 115.11 114.25 113.36 113.51 113.95 114.47 115.45 1.71
Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 97.43 98.87 99.48 98.10 99.47 100.31 100.31 100.07 99.48 100.50 0.19
5
a Indeks Diterima Petani 110.75 113.12 115.85 118.18 117.88 117.25 117.40 118.51 118.59 119.06 1.41
b Indeks Dibayar Petani 108.59 111.10 112.90 118.78 117.87 116.62 116.74 117.39 117.97 118.65 1.64
Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 100.10 101.82 102.62 99.50 100.01 100.54 100.56 100.95 100.52 100.35 -0.21
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 109.42 108.70 109.70 113.57 113.21 112.52 111.86 110.96 111.75 114.38 2.25
b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 111.46 111.73 114.03 119.47 118.36 116.75 116.76 117.14 117.84 119.03 1.94
c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 98.17 97.29 96.21 95.06 95.65 96.38 95.81 94.72 94.83 96.09 0.29
Perikanan
PERUBAHAN (%)
( Maret ke Juni 2015 )
PROVINSI JAMBI
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Hortikultura
Tanaman Pangan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
2015
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
2014
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
87
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
6.1
3.3
7.8
12.4
4.2
9.3
10.8
12.5
8.1
9.8
8.7
2.6
4.2
8.5
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
-
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TRW
IV
TW I TW II TW III TRW
IV
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2012 2013 2014 2015
Rib
u t
on
Pertumbuhan Raskin (%)
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
89
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan III 2015
diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 5,2%-5,7% (yoy) dibandingkan
triwulan II 2015 (5,2% (yoy)). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama
pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang.
Dari sisi lapangan usaha, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi akan
banyak disumbangkan oleh sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi
mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi
dan komunikasi serta sektor konstruksi. Sementara itu, sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan
dan penggalian diperkirakan tumbuh terbatas yang dipengaruhi oleh faktor
masih rendahnya harga komoditas dan lemahnya permintaan.
Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,2% (yoy)
dari sebelumnya 6,5% (yoy) pada triwulan II 2015. Peningkatan laju inflasi ini
utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile food dan inflasi inti (core inflation).
Dari sisi volatile food, terjadinya gagal panen yang berdampak pada
menurunnya produksi bahan pangan akibat kekeringan yang disebabkan El Nino
memberikan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Sementara itu, tekanan dari
sisi inflasi inti utamanya disebabkan Penerapan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No 132/010/2015 mengenai kenaikan tarif bea masuk barang impor dan
ekspektasi inflasi masyarakat yang semakin memburuk. Kedua hal tersebut
diperkirakan akan meningkatkan tekanan pada inflasi inti/core inflation.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih
tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga produk ayam sejalan dengan
rencana pemerintah untuk menghentikan impor jagung; 2) kenaikan harga BBM
dalam negeri sebagai dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
90
Amerika Serikat; 3) kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi
belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015; 4)
proyeksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan III 2015 diperkirakan pada kisaran 5,2%-5,7%(yoy) atau
1,1%-1,6%(qtq), secara tahunan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II
2015 (5,2%) akan tetapi secara triwulanan tumbuh relatif lebih rendah
dibandingkan triwulan laporan (1,5% qtq). Sementara proyeksi pertumbuhan
ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 5,6%, lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 7,8%.
Berdasarkan sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan
ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Tingkat konsumsi diperkirakan akan
meningkat sejalan dengan persiapan menghadapi lebaran pada bulan Juli 2015.
Pertumbuhan juga akan didorong oleh realisasi belanja barang dan modal
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi yang umumnya terjadi pada
triwulan III 2015. Ekspor juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
triwulan III 2015 meskipun tidak begitu besar sejalan dengan pelemahan harga
komoditas global dan perkiraan pertumbuhan ekonomi terbaru Amerika Serikat
dan Tiongkok yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya.
PMTDB/Investasi juga diperkirakan belum banyak berkontribusi bagi
pertumbuhan ekonomi Jambi sejalan dengan perlambatan ekonomi Jambi dan
tekanan depresiasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang membuat
perusahaan/korporasi menunda/membatalkan rencana investasi maupun
pembelian alat-alat produksi baru.
Dari sisi lapangan usaha, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi akan
banyak disumbangkan sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil
dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor informasi
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
91
dan komunikasi seiring momen lebaran pada bulan Juli 2015. Sektor konstruksi
juga diperkirakan tumbuh sejalan dengan dimulainya realisasi belanja modal
infrastruktur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi pada triwulan III 2015.
Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor industri
pengolahan diperkirakan tumbuh terbatas seiring menurunnya produktivitas
tanaman karet pada musim kemarau. GAPKINDO Jambi juga menginformasikan
kontrak penjualan karet untuk semester II 2015 mengalami sedikit penurunan
dibandingkan semester I 2015. Sementara itu, masih rendahnya harga CPO dan
TBS dan penerapan pungutan CPO Support Fund diperkirakan juga akan
menurunkan ekspor CPO sehingga memberikan tekanan pada pertumbuhan
sektor industri pengolahan. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan
masih tumbuh terbatas tidak setinggi di triwulan dan tahun sebelumnya. Harga
minyak global juga diperkirakan masih akan berkisar pada level US$50
US$60/barrel sepanjang tahun 2015.
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang
diperkirakan membaik dibandingkan triwulan laporan, hasil SKDU triwulan II
2015 menyatakan bahwa perekonomian akan mengalami ekspansi dan
responden optimis dalam memandang perekonomian triwulan mendatang. Hal
ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan perkembangan
dunia usaha pada triwulan III 2015 sebesar 12,4.
Sektor yang memiliki SBT triwulan III 2015 yang positif adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan dan sektor listrik dan air minum.
Momen lebaran diperkirakan akan meningkatkan kegiatan perdagangan dan
permintaan jasa angkutan serta jasa komunikasi. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran diperkirakan semakin optimis pada triwulan III 2015.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
92
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
Kondisi sektor pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan masih
sama dibandingkan triwulan II 2015. Kondisi cuaca yang kondusif seiring
masuknya musim panas dapat berdampak positif bagi penyadapan karet
sehingga meningkatkan produksi crumb rubber. Namun demikian, masih
rendahnya harga karet global berpotensi memberikan tekanan pada
pertumbuhan sektor perkebunan dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan
sektor pertanian.
Sub sektor perkebunan kelapa sawit diperkirakan tidak akan tumbuh
lebih baik dibandingkan triwulan II 2015. Menurunnya produktivitas tanaman
kelapa sawit pada musim kemarau diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan
sub sektor perkebunan kelapa sawit.
Senada dengan hal tersebut, kinerja industri pengolahan diperkirakan
tidak akan lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015. Informasi GAPKINDO Jambi
yang menyatakan bahwa kontrak penjualan karet pada semester II 2015 tidak
lebih tinggi dari semester sebelumnya akan sedikit menghambat kinerja sub
sektor industri pengolahan karet. Sementara itu, masih rendahnya harga CPO
internasional akibat masih lemahnya permintaan global produk CPO serta
penerapan kebijakan CPO Support Fund (CSF) yang mewajibkan eksportir CPO
menyetorkan US$ 50 sebagai dana CSF setiap 1 ton ekspor CPO diperkirakan
akan menahan laju pertumbuhan sub sektor industri pengolahan kelapa sawit.
Adapun sektor bangunan/konstruksi memiliki SBT negatif yang
disebabkan oleh masih pesimisnya pelaku usaha terhadap perkembangan
pembangunan residensial (tabel 6.1).
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
93
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan II 2015 yaitu berada pada kisaran 6,9%-7,4% (yoy) dari
sebelumnya 6,5% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan laju inflasi
ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile food.
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi
Periode Tahun 2012 s.d. Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi
Periode Tahun 2012 s.d. Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
94
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi
Periode Tahun 2012 s.d. Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015
Dari sisi volatile food, terjadinya gagal panen yang berdampak pada
menurunnya produksi bahan pangan akibat kekeringan yang disebabkan El Nino
memberikan tekanan inflasi pada sisi volatile food.
Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan
Penerapan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 132/010/2015 mengenai
kenaikan tarif bea masuk barang impor dan ekspektasi inflasi masyarakat yang
semakin memburuk. Kenaikan tarif bea masuk impor akan berdampak pada
inflasi barang impor langsung.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih
tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga produk ayam sejalan dengan
rencana pemerintah untuk menghentikan impor jagung; 2) kenaikan harga BBM
dalam negeri sebagai dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat; 3) kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi
belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015; 4)
proyeksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang
dapat menyebabkan kenaikan harga barang-barang impor langsung.
C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi perlambatan ekonomi dan inflasi yang terjadi pada triwulan II 2015
serta proyeksi ekonomi triwulan III 2015, Pemerintah perlu memperhatikan
beberapa hal berikut:
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
95
Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi:
1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:
a) Percepatan realisasi anggaran belanja modal dan belanja barang
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi untuk meningkatkan
kualitas infrastruktur fisik seperti irigasi, jalan dan jembatan dalam
rangka memperlancar kegiatan ekonomi dan memberikan multiplier
effect terhadap penciptaan lapangan kerja dan menjaga daya beli.
b) Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi swasta di
Provinsi Jambi dengan cara:
1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di
tingkat nasional maupun internasional.
2. Pembuatan Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi
penanaman modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin,
relaksasi pajak daerah bagi investor dan pembuatan Perda Tata
Ruang Wilayah untuk industri.
3. Percepatan pembangunan pelabuhan samudera Ujung Jabung.
4. Pengembangan dan pembangunan kawasan industri di sekitar
pelabuhan.
5. Pembangunan sarana infrastruktur penunjang pelabuhan dan
kawasan industri seperti pembangkit listrik, instalasi air bersih dan
pengolahan sampah.
6. Pembangunan sarana konektivitas antar daerah produsen
komoditas dengan daerah industri, pelabuhan dan bandara
melalui transportasi darat, sungai dan udara.
c) Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian dan
pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian
SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi
pengajar.
2. Meningkatkan kinerja dan nilai tambah produk perkebunan kelapa sawit
dan karet dari hulu hingga hilir melalui:
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
96
a) Revitalisasi/replanting perkebunan sawit dan karet untuk
meningkatkan produktivitas tanaman;
b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui
pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di
bidang karet;
c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;
d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan
untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang
melibatkan koperasi petani karet;
f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya
yang mudah diakses sampai ke level petani.
g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;
h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,
penunjang, dan industri terkait lainnya.
Menyikapi pengendalian inflasi:
3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:
a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang;
b) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat;
c) Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap
Kabupaten/Kota;
d) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi
untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang
masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta
surplus/defisit Provinsi Jambi;
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
97
e) Optimalisasi fungsi koordinasi antara TPID bersama SKPD terkait dalam
rangka pengawasan produksi dan distribusi barang/komoditas utama
penyumbang inflasi;
f) Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat
membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan
meningkatkan nilai jual petani.
g) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar
lelang forward
h) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi
masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
99
BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.2
Kondisi, Peluang dan Tantangan Pembangunan Kelistrikan
di Provinsi Jambi
Infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama dalam memperlancar
kegiatan ekonomi. Adanya infrastruktur yang memadai dan berkualitas baik akan
mendorong perputaran barang dan jasa yang pada akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Salah satu infrastruktur tersebut adanya infrastruktur energi
listrik. Listrik merupakan sumber energi utama yang vital bagi kelangsungan produksi
industri, jasa dan rumah tangga.
Pemerintah telah memberikan perhatian khusus mengenai program
pengembangan infrastruktur kelistrikan melalui Undang Undang (UU) No.30 tahun
2009 tentang ketenagalistrikan yang secara teknis dijabarkan dalam Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 2682 K/21/MEM/2008 tanggal
13 November 2008 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
sebagimana telah diubah dengan PP No. 23 tahun 2014. Dalam program tersebut,
Pemerintah menyusun roadmap pembangunan infrastruktur energi listrik yang
tertuang dalam Program Pemerintah 2015-2019 tentang pembangunan
ketenagalistrikan sebesar 35 Giga Watt (GW). Selanjutnya, PT PLN (Persero) selaku
operator sistem kelistrikan di Indonesia menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) tahun 2015-2024 yang mencakup pembangunan pembangkit dan
sistem pendukungnya (sistem transmisi, gardu dll). Namun demikian, peran
Pemerintah Daerah juga tidak kalah penting dalam membangun infrastruktur
kelistrikan di daerah terpencil dan belum terjangkau sistem transmisi PLN seperti
daerah pegunungan.
Untuk membahas mengenai kondisi dan rencana pengembangan kelistrikan di
Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi mengadakan Focus Group
Discussion (FGD) bersama PT PLN (Persero) unit transmisi Jambi, Bappeda Provinsi
Jambi dan PTPN VI (Persero) pada hari Kamis, 9 Juli 2015 di Ruang Rapat Kajang Lako
Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi.
Kondisi Sistem Kelistrikan di Provinsi Jambi
Sistem kelistrikan Jambi saat ini terkoneksi melalui jaringan transmisi 150 KV
sistem Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB) dengan 5 Gardu Induk (GI) yaitu
GI Aur Duri, GI Payo Selincah, GI Muara Bulian, GI Muara Bungo, GI Bangko dan GI
Sei Gelam. Total daya terpasang pada saat beban puncak di Provinsi Jambi mencapai
100
BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
301 MW yang dipasok dari beberapa komplek pembangkit listrik utama di Jambi dan
sistem interkoneksi S2JB. Beberapa pembangkit tersebut diantaranya:
1. PLTG/PLTMG Payo Selincah
PLTG milik PLN : 2 x 30 MW, 2 x 50 MW
PLTG Sewa : 1 x 15 MW
PLTMG PLN : 1 x 30 MW
2. PLTG/MG Peaker Sungai Gelam
PLTG milik PLN : 1 x 90 MW
PLTMG sewa : 1 x 12 MW
3. PLTU Biomassa
PLTU Biomassa Jambi : 1 x 10 MW
Dan PLTD yang bersifat isolated (belum masuk interkoneksi) di:
1. PLTD Pelabuhan Dagang 6,4 MW (Tanjabbar)
2. PLTD Mendahara Tengah 0,4 MW (Tanjabtim)
3. PLTD Kuala Tungkal 3,5 MW (Tanjabbar)
4. PLTD Sungai Lokan 1.2 MW (Tanjabtim)
5. PLTD Batang Asai 0,8 MW (Sarolangun)
6. PLTD Sarolangun 3,0 MW
Berdasarkan kelompok tarif, kelompok rumah tangga masih mendominasi
penjualan listrik PLN di Jambi sebesar 65,9%, disusul oleh kelompok komersial 19,9%,
publik/pemerintah 6,8% dan industri 7,5%. Penyaluran listrik kepada kelompok
101
BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
industri masih melalui saluran transmisi 20 KV (sebagai perbandingan, saluran
transmisi industri Jawa sudah menggunakan saluran transmisi 70 KV). Dengan
bertambahnya pembangkit listrik, PLN harus menyediakan sistem transmisi yang lebih
dari 20 KV.
Pada tahun 2015, PLN memperkirakan penjualan listrik di Jambi mencapai
1.666 GWH dengan beban puncak mencapai 328 MW dan jumlah pelanggan
mencapai 653.016. Hingga tahun 2024, PLN memperkirakan jumlah pelanggan akan
tumbuh rata-rata 3,8% per tahun dengan rata-rata pertumbuhan penjualan mencapai
11,3% per tahun. Untuk itu, diperlukan pertumbuhan produksi sebesar 11,5% per
tahun dengan proyeksi beban puncak mencapai 835 MW pada tahun 2015.
Untuk memenenuhi kebutuhan tersebut, PLN telah memulai proses
pembangunan pembangkit, baik yang dilakukan oleh PLN maupun bekerjasama
dengan pihak ketiga melalui skema Independent Power Plant (IPP) serta pembangunan
sistem transmisi di Provinsi Jambi dengan daftar sebagai berikut:
Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik
1. PLTU Jambi (2 x 300 MW). Pada tahap awal kapasitas yang dapat dipakai sebatas
150 MW karena kendala teknis terkait transmisi. Untuk mencapai kapasitas
maksimal hingga 600 MW dibutuhkan saluran transmisi 500 KV.
2. PLTG/MG Jambi Peaker (1 x 100 MW) di Sungai Gelam. Status sampai saat ini belum
ada pemenang tender pembangunan pembangkit listrik. Adapun bahan baku CNG
direncanakan dipasok dari PT. Energasindo Heksa Karya.
3. PLTG/MG Tanjung Jabung Timur (1 x 50 MW). PLTG/MG direncanakan beroperasi
pada Desember 2016 dengan dukungan bahan baku gas dari Petro China
International Jabung Ltd.
4. PLTMG Payo Selincah (1 x 50 MW). Status saat ini masih dalam tahap konstruksi dan
diperkirakan siap beroperasi pada Oktober 2015.
5. PT Pertamina Geothermal Energy telah mendapatkan izin dari Bupati Kerinci No.
130/Kep.218/2011 dengan luas 156,10 Ha di wilayah Kec. Gunung Raya dan Bukit
Kerman. Progress saat ini masih dalam proses tender pembangunan infrastruktur
pendukung
Rencana Pengembangan Transmisi:
1. SUTM 150 KV Bangko Merangin- Sungai Penuh.
2. SUTT 275 KV dari Lubuk Linggau Sungai Rumbai melewati Bangko dan Bungo
serta SUTT 275 KV dari Bayung Lincir Jambi.
102
BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3. SUTET 500 KV dari Muara Enim Rengat melewati Jambi, Batang Hari dan Tanjung
Jabung Barat.
Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) terhadap pembangunan infrastruktur
kelistrikan di Provinsi Jambi.
Dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Jambi,
terutama di daerah yang secara teknis dan finansial sangat sulit bagi PLN membangun
jaringan transmisi, Pemda telah menginisiasi pembangunan pembangkit listrik mandiri di
daerah seperti PLTMH (Micro Hydro) dan PLTS (Tenaga Surya). Hal ini dilakukan mengingat
untuk membangun suatu pembangkit dengan kapasitas besar membutuhkan pembiayaan
yang besar. Pada tahun 2013, Pemprov Jambi telah membangun 13 Unit PLTMH di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Bungo dan Sarolangun dan 8 Unit PLTS sedangkan di tahun 2014,
Pemprov telah membangun 15 Unit PLTMH dan 10 Unit PLTS.
Tantangan pengembangan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Jambi
Berdasarkan pemaparan peserta, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan infrastruktur kelistrikan di Jambi seperti:
1. Kurangnya sinergi antara Pemerintah Daerah, PLN dan investor swasta dalam mendukung
pembangunan infrastruktur kelistrikan daerah seperti:
Kemudahan dan percepatan perizinan bagi pembangunan infrastruktur kelistrikan.
Belum adanya regulasi/nota kesepahaman antara pemerintah daerah dengan PLN
untuk mempercepat proses pembangunan transmisi listrik. Sebagai contoh adalah
dukungan pemda dalam proses pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan
jaringan transmisi.
Belum adanya regulasi untuk mendorong pembangunan pembangkit listrik oleh
swasta.
Kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah, swasta dan PLN dalam pembuatan
roadmap pengembangan infrastruktur kelistrikan daerah di Prov. Jambi.
2. Kesediaan PLN untuk membeli energi listrik yang dibangun swasta dan daerah.
Pemerintah daerah dan PLN perlu berkoordinasi untuk mendistribusikan excess power
yang dihasilkan oleh pembangkit yang akan dibangun swasta seperti rencana
pembangunan PLTU Tebo.
Peluang pengembangan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Jambi
1. Potensi bahan baku/sumber daya
Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya energi yang cukup melimpah. Potensi
batu abra yang layak ditambang sebesar 779 ton yang tersebar di seluruh
103
BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
kabupaten kecuali kabupaten Kerinci. Potensi gas bumi juga cukup memadai di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro
Jambi. Disamping itu, terdapat potensi tenaga air di Kabupaten Merangin.
2. Pengembangan sumber daya terbarukan untuk mendukung pengembangan
energi kelistrikan di Jambi
Salah satu narasumber yaitu Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara Bapak Iskandar
Sulaiman memaparkan bahwa provinsi Jambi yang kaya akan sumber daya energi
terbarukan, terutama yang berasal dari produk kelapa sawit. Sebagi contoh, PTPN VI telah
memanfaatkan limbah kelapa sawit (cangkang) untuk pembangkit listrik sebagai bahan
bakar boiler. Secara teknis 30 ton cangkang sawit mampu menghasilkan 1 MW listrik. Di
masa mendatang, PTPN VI akan memanfaatkan Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah
cair kelapa sawit sebagai bahan alternatif pembangkit listrik.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI JAMBI
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total TW I
1 2 3 4 5 6 7
1. PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 9,156,313 11,152,526 12,170,928 10,311,750 42,791,516 10,946,993
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 9,132,302 9,175,253 9,138,816 7,936,480 35,382,850 7,024,935
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,890,700 4,058,368 4,138,534 4,177,834 16,265,437 4,255,028
4. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 14,074 15,273 14,848 18,214 62,409 17,379
5. PENGADAAN AIR 51,079 50,864 52,175 52,777 206,895 55,681
6. KONSTRUKSI 2,399,450 2,470,055 2,595,139 2,796,045 10,260,688 2,730,061
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN DAN REPARASI MOBIL
DAN SEPEDA MOTOR3,143,885 3,328,578 3,515,492 3,580,138 13,568,092 3,811,962
8. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1,126,549 1,182,278 1,272,358 1,376,224 4,957,408 1,424,456
9. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 372,787 393,363 407,482 421,497 1,595,130 437,588
10. INFORMASI DAN KOMUNIKASI 997,303 1,004,357 1,030,754 1,034,973 4,067,387 1,090,745
11. JASA KEUANGAN 892,309 917,961 953,756 985,239 3,749,265 1,008,588
12. REAL ESTATE 481,260 487,812 505,670 515,695 1,990,437 536,014
13. JASA PERUSAHAAN 375,066 387,898 401,468 414,096 1,578,528 431,632
14. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN
SOSIAL WAJIB1,699,267 1,851,052 2,133,518 2,274,775 7,958,612 2,214,801
15. JASA PENDIDIKAN 1,381,896 1,448,749 1,830,965 2,021,536 6,683,146 2,126,046
16. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 327,615 347,564 376,664 388,069 1,439,912 425,187
17. JASA LAINNYA 309,953 318,468 327,027 343,980 1,299,428 353,525
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 35,751,807 38,590,419 40,865,594 38,649,320 153,857,140 38,890,622
2014LAPANGAN USAHA
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total TW I
1 2 3 4 5 6 7
1. PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 7,728,317 7,972,361 7,700,862 8,040,601 31,442,141 8,324,239
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 7,697,413 7,840,131 8,180,838 8,090,252 31,808,635 7,944,791
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,233,516 3,294,254 3,312,883 3,289,782 13,130,435 3,286,629
4. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 13,145 13,779 13,954 15,533 56,412 13,894
5. PENGADAAN AIR 39,210 39,683 40,235 41,343 160,471 40,756
6. KONSTRUKSI 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296 8,661,217 2,107,063
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN DAN REPARASI MOBIL
DAN SEPEDA MOTOR2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077 10,661,963 2,903,065
8. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 896,697 909,096 924,770 938,881 3,669,444 953,382
9. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 298,494 303,159 310,095 314,874 1,226,622 319,369
10. INFORMASI DAN KOMUNIKASI 942,422 955,154 979,937 998,789 3,876,302 1,029,423
11. JASA KEUANGAN 673,188 686,360 692,399 720,535 2,772,481 724,964
12. REAL ESTATE 425,585 430,236 436,359 440,616 1,732,795 449,598
13. JASA PERUSAHAAN 298,975 304,466 310,600 316,366 1,230,408 321,898
14. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN
SOSIAL WAJIB984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775 4,141,157 1,056,848
15. JASA PENDIDIKAN 875,384 909,678 943,625 965,511 3,694,199 980,258
16. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 308,834 313,943 320,742 325,957 1,269,477 343,763
17. JASA LAINNYA 283,829 286,203 292,330 299,714 1,162,075 307,002
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950,905 120,696,234 31,106,943
2014LAPANGAN USAHA
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I
2 3 4 5 6 7
1. Konsumsi Rumah Tangga 15,988,717 16,276,454 17,019,881 17,517,304 66,802,356 17,327,060
2. Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 186,080 196,253 193,026 200,847 776,206 194,802
3. Konsumsi Pemerintah 1,832,803 2,782,996 3,390,668 4,665,285 12,671,752 2,063,399
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,782,127 8,349,676 8,321,165 8,223,845 33,676,813 7,734,722
5. Perubahan Inventori 970,169 812,734 1,034,405 -3,478,704 -661,396 613,510
6. Ekspor Barang dan Jasa 23,485,980 26,135,132 27,799,176 29,096,064 106,516,352 28,108,403
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 15,494,069 15,962,826 16,892,727 17,575,321 65,924,944 17,151,273
PDRB 35,751,807 38,590,419 40,865,594 38,649,320 153,857,140 38,890,622
2014Komponen
1
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I
1. Konsumsi Rumah Tangga 12,948,858 13,072,903 13,432,427 13,469,809 52,923,998 13,474,615
2. Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 152,140 160,818 155,190 157,867 626,015 156,789
3. Konsumsi Pemerintah 1,508,736 2,161,335 2,440,105 3,490,348 9,600,524 1,550,842
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,373,398 6,981,786 6,938,230 6,832,986 28,126,400 6,338,902
5. Perubahan Inventori 850,704 705,311 809,495 -2,617,093 -251,583 450,963
6. Ekspor Barang dan Jasa 19,549,612 20,241,797 20,201,508 23,529,308 83,522,225 22,936,063
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 13,015,780 13,297,523 13,625,720 13,912,321 53,851,344 13,801,232
PDRB 29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950,905 120,696,234 31,106,943
Komponen2014
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo
Tahun Dasar 2012=100
Sumber : BPS Provinsi Jambi
Sumber : BPS Provinsi Jambi
No URAIAN KOTA JAMBI Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
1 UMUM / TOTAL 112.13 111.26 111.51 111.67 111.93 112.09 113.58 113.76 113.91 114.49 116.99 120.04 118.97 117.19 116.95
2 BAHAN MAKANAN 117.32 113.12 112.7 112.66 113.27 113.79 117.77 116.18 116.46 116.26 121.91 125.70 122.98 115.35 112.48
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109.90 110.19 111.03 111.46 111.56 111.79 113.00 113.25 113.34 114.00 114.12 115.83 116.96 117.92 118.65
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 110.14 109.66 110.09 110.41 110.69 110.92 111.24 113.08 113.91 116.13 116.69 119.02 120.34 120.38 120.65
5 SANDANG 102.78 103.13 102.85 102.67 102.87 102.82 103.61 103.39 103.06 103.09 102.38 102.82 103.6 103.83 103.6
6 KESEHATAN 103.56 103.71 103.73 104.16 104.26 104.39 104.89 104.89 105.19 105.53 105.80 106.17 106.26 106.56 106.64
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 103.09 103.27 103.67 103.79 103.81 103.73 103.92 104.75 104.70 104.65 104.67 105.06 105.16 105.13 105.18
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 119.90 120.73 121.37 121.42 121.47 121.20 122.14 122.52 122.00 122.07 127.97 135.18 130.67 128.84 130.42
No URAIAN KABUPATEN BUNGO Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
1 UMUM / TOTAL 110.45 111.01 110.62 110.31 109.75 110.63 111.97 112.46 113.13 114.03 116.64 119.06 118.43 116.86 116.06
2 BAHAN MAKANAN 113.33 113.46 111.63 109.34 106.39 107.13 110.21 110.93 112.19 113.61 118.08 120.13 119.47 113.55 109.04
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109.75 111.04 110.94 111.09 111.15 113.16 113.2 113.18 113.19 113.25 114.43 114.58 114.98 115.35 116.69
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 113.39 114.08 114.46 114.78 115.19 115.66 116.13 118.02 119.71 122.43 123.4 125.67 127.14 128.22 127.40
5 SANDANG 109.85 110.42 110.46 110.01 111.15 113.01 114.29 114.56 114.23 114.24 113.65 114.14 114.97 115.68 115.61
6 KESEHATAN 105.46 106.18 106.77 107.02 107.30 107.48 107.78 107.88 108.89 109.48 109.74 110.14 110.8 111.31 111.73
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 106.44 106.44 106.54 107.58 107.84 107.96 110.39 110.36 110.17 110.24 112.62 116.15 115.69 117.01 117.00
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 106.98 107.35 107.39 108.50 108.48 108.62 109.48 109.18 109.39 109.47 115.32 122.93 117.15 114.13 115.81
Daftar Istilah
Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang
mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa
tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh
sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan
atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai
dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi
merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank
Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional
sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan
terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional
dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh
perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori
kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia
yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia
kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows
pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash
outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila
terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya
ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa, Meily Ika Permata
KOORDINATOR PENYUSUN
Ihsan Wahyu Prabawa
TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Widyastanto Nugroho
Galih Riyandi Chandra Apriyanto
Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi
Email : [email protected], [email protected] , [email protected] , [email protected]