kajian arsitektur terhadap perumahan elit di web viewdalam mengatasi masalah transportasi ada...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Pertama – tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya didalam memberi kesehatan dan kekuatan kepada penulis guna
menyelesaikan makalah kapita selekta ini.
Penyusunan makalah ini diajukan oleh penulis dalam rangka memenuhi persyaratan
akademis pada mata kuliah Kapita Selekta pada tahun ajaran 2011/ 2012, program studi S-1
(strata satu) untuk Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Sains dan Teknologi T.D. Pardede, Medan.
Adapun topik dari makalah ini adalah“Arsitektur Perilaku”dengan judul “Analisa
Perilaku pada Bangunan Perumahan Kompleks”.
Laporan ini tersusun dari kumpulan data-data yang penulis dapatkan dari hasil studi
literatur, studi banding, studi kasus dan observasi di lapangan. Laporan ini merupakan
observasi atau hasil survei tiga perumahan elit di Kota Medan.
Penulis juga telah banyak mendapat masukan, bimbingan serta bantuan dari
berbagai pihak dalam menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Yuanita FD. Sidabutar, ST, MSi., selaku Dosen Pembimbing.
2. Seluruh teman, rekan dan pihak yang telah membantu memberikan bahan referensi,
fasilitas, dukungan yang sangat berarti dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala
saran, kritik serta masukan yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan di
masa mendatang.
Pada akhirnya, penulis berharap agar laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu arsitektur nantinya.
Medan, April 2012
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Rumah atau tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar setiap
manusia.Pembangunan perumahan di perkotaan sekarang ini juga boleh dikatakan
sangat pesat.Perumahan dalam perkotaan saat ini telah menjadi sebuah kebutuhan
baik ditinjau dari kebutuhan rumah saat ini maupun kebutuhan rumah akan datang.
Kebutuhan akan Perumahan Kota dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu :
Jumlah dan kepadatan penduduk
Jumlah rumah layak huni
Luas kota
Sosial ekonomi penduduk
Dalam pembangunan perumahan terdapat 3 kelas yaitu :
1. Perumahan untuk golongan bawah
2. Perumahan untuk golongan menengah
3. Perumahan untuk golongan atas
Kesemua pembangunan perumahan ini mempunyai target tersendiri dalam
pemenuhan kebutuhannya. Pemerintah sendiri juga menargetkan agar perumahan
yang ada saat ini dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Di antara ke 3 golongan perumahan yang dibangun, perumahan untuk
golongan atas atau perumahan elite belum terlalu marak pelaksanaannya.
Perumahan elite ini pastinya memiliki keunggulan - keunggulan sehingga dikatakan
elite.Baik dari segi kawasan, fasilitas, sarana dan prasarana serta lingkungan hidup
yang tercipta harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan perumahan elite
ini.
2
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana system pembuangan sampah yang dilakukan terhadap kompleks
perumahan sehingga kebersihan tetap terjaga.
Bagaimana penataan parkir di dalam kompleks perumahan
Apakah bangunan pada bangunan kompleks telah memenuhi persyaratan gsb
Observasi terhadap estetika pada perumahan kompleks
I.3. BATASAN PENELITIAN
Penelitian ini menyangkut penelitian bidang kompleks perumahan. Masalah
yang terkait dengan ekonomi, konfigurasi ruang publik, kualitas estetika ruang
sekitar publik tidak dibahas dalam penelitian ini. Sedangkan variabel yang dibahas
menyangkut:
Masalah parkir, sampah, gsb dan estetika pada perumahan kompleks
I.4. MANFAAT PENELITIAN
Pendekatan-pendekatan dalam penyelesaian masalah pada perancangan
dilakukan dengan berbeagai cara diantaranya:
Pengumpulan data
a. Studi lapangan
Cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang sebenarnya dengan
mengobservasi lapangan secara langsung baik dengan wawancara maupun
dokumentasi terhadap objek yang diteliti.
b. Studi literatur
Cara yang digunakan untuk mendapatkan data dengan meneliti buku-buku,
majalah maupun dari internet untuk melengkapi data masukan yang
dibutuhkan mengingat data yang diperlukan tidak hanya sebatas data dari
lapangan.
c. Bimbingan langsung dengan dosen pembimbing
Cara yang digunakan untuk mendapat arahan dari dosen pembimbing dengan
cara mengasistensi keseluruhan isi dari hasil laporan untuk diberikan
masukan-masukan serta koreksi atas masalah yang ada untuk
3
penyempurnaan hasil laporan ini, berupa menganalisis keseluruhan data
yang diperoleh untuk mengetahui kekurangan, kelebihan serta
pemecahannya.
I.5. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari Kajian terhadap Perumahan Elit ini adalah:
Mengetahui bagaimana system pembuangan sampah pada bangunan kompleks
sehingga tettap terjaga kebersihannya.
Mengetahui penataan parkir pada bangunan kompleks.
Mengetahui persyaratan gsb dan pelaksanaannya dalam kompleks perumahan.
Mengobservasi perumahan kompleks dari segi estetika.
I.6. KERANGKA BERPIKIR
I.7. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada penelitian kali ini sistematika penulisannya adalah:
BAB I, Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang permasalahan yang berisi
tentang suatu kajian arsitektur terhadap Analisa Perilaku pada Bangunan
Perumahan Kompleks di kota Medan.
4
LATAR BELAKANG MASALAH
IDENTIFIKASI MASALAH
DATA
ANALISA
KESIMPULAN DAN SARAN
FEEDBACK
BAB II, Kajian Teori, berisi tentang kajian literatur yang akan dipakai dalam penelitian
ini, lingkup kajian teori ini meliputi pengertian judul itu sendiri, perancang
kota, dan perumahan dan permukiman yang akan dipergunakan untuk
pemahaman.
BAB III,Metode Penelitian, menjelaskan tentang metode yang akan dipakai pada
penelitian kali ini. Tujuan utama adalah dengan diperolehnya pemahaman
menyeluruh tentang suatu fenomena yang diteliti dengan pendekatan
menyeluruh.
BAB IV,Deskripsi Objek Penelitian, berisi tentang Analisa Perilaku pada Bangunan
Perumahan Kompleks di Cemara Asri dan Graha Helvetia untuk objek
penelitian.
BAB V, Pembahasan Penelitian, berisi tentang Analisa Perilaku pada Bangunan
Perumahan Kompleks di Cemara Asri dan Graha Helvetia Analisa ini membahas
tentang pengolahan hasil uji responden serta variabel-variabel yang diangkat
dari Kajian teori dengan menggunakan metode penelitian.
BAB VI,Kesimpulan dan Saran, menjelaskan tentang kesimpulan akhir dari penelitian
tentang kajian arsitektur terhadap Analisa Perilaku pada Bangunan Perumahan
Kompleks, yang kemudian diikuti dengan memberikan saran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PENGERTIAN JUDUL
PENGERTIAN PERILAKU
Tingkah laku adalah perbuatan-perbuatan manusia, baik yang kasat indera (overt behavior),
yaitu semua tingkah laku yang bisa ditangkap langsung dengan indera seperti melempar,
memukul, merokok, makan, dsb. maupun yang tidak kasat indera (covert behavior), yaitu
tingkah laku yang tidak bisa ditangkap langsung oleh indera seperti motivasi, sikap, berfikir,
beremosi, minat,dsb.
Perilaku tidak bisa terlepas hubungannya dengan psikologi. Psikologi atau yang dikenal
sebagai ilmu jiwa merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dituntut untuk menghendaki
obyek yang bisa diamati, dicatat, dan diukur.
Perilaku tidak bisa terlepas hubungannya dengan psikologi. Psikologi atau yang dikenal
sebagai ilmu jiwa merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dituntut untuk menghendaki
obyek yang bisa diamati, dicatat, dan diukur.
Kaitan perilaku dengan desain arsitektur ( sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa desain
arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang
terjadinya perilaku
PENGERTIAN BANGUNAN
Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan sejarahnya.
Karena bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan bangunan atau yang menunjang dalam membuat suatu bangunan. Perkembangan Ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut seperti halnya arsitektur, teknik sipil yang berkaitan dengan bangunan. Bahkan penggunaan trigonometri dalam
6
matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir kuno dalam membangun Piramida. Bahkan pada masa sekarang, bangunan bangunan berupa gedung tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban manusia.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Kemudian setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.
PENGERTIAN PERUMAHAN
Menurut beberapa ahli, pengertian perumahan adalah:
a. Perumahan merupakan tempat tiap individu yang ada saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain serta memiliki sense of belonging atas lingkungan
tempat tinggalnya. (Abrams, 1964 : 7)
b. Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan
yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu
lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di
perumahan tersebut. (Pedoman Perencanaan Lingkungan Perumahan, 1983 : 24)
c. Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dan pengejawantahan dari
diri pribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan
kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf
hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya,
masyarakat ataupun suatu bangsa. (Yudhohusodo, 1991: 1)
d. Perumahan ialah bangunan atau bagiannya, termasuk halaman dan jalan keluar
masuk yang dianggap perlu yang dipergunakan oleh seseorang, perusahaan, atau
7
badan-badan lain untuk tempat tinggal dan atau keperluan lain. (BAB I Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat a, Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 1963 tentang
Hubungan Sewa Menyewa Perumahan dalam Hamzah, 2000 : 90)
e. Soedarsono, staf Ahli Menteri Negara Perumahan Rakyat Bidang Hukum
mengemukakan, jika suatu daerah telah tumbuh dan berkembang, rumah-rumah
sebagai suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia dalam menciptakan
ruang dalam lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya dinamakan perumahan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa perumahan adalah kumpulan rumah-rumah sebagai
tempat bermukim manusia dalam melangsungkan kehidupannya. (Ridho, 2001 :
18)
FUNGSI PERUMAHAN
Adapun fungsi dari perumahan itu sendiri adalah:
a. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. (UU No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman)
b. Pemakaian atau penggunaan perumahan adalah sah apabila ada persetujuan
pemilik dengan mengutamakan fungsi perumahan bagi kesejahteraan
masyarakat. (Pasal 7 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1964 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU No. 6 Tahun 1962 Tentang Pokok-Pokok Perumahan).
PENGERTIAN KOMPLEKS
Himpunan kesatuan; kelompok: -- perumahan rakyat
TERMINOLOGI JUDUL
Analisa Arsitektur Perilaku Pada Kompleks Perumahan
1. ESTETIKA
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang
membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana sesorang bisa
8
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang
mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen
dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Secara etimologi kata, estetika berasal dari bahasa yunani yang dibaca aisthetike.
Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gotthlieb Baumgarten pada 1735 untuk
pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.
Pada masa kini estetika bisa berarti 3hal, yaitu:
1. Studi mengenai fenomena estetis
2. Studi mengenai fenomena persepsi
3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu
karya, namun perubahan pola pikir dalam masyrakat akan turut mempengaruhi penilaian
terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Prancis, keindahan berarti
kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti
kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa marakny de Stijl di
Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan
kemampuan mengabstraksi benda.
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki
rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai peneriman masyarkat terhadap ide yang
dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian
keindahan, yaitu The Beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi
standar keindahan dan The Ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar
keindahan dan oleh masyarakat banyak dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal
ternyata memperlihatkan keindahan.
Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat, namun ruusan
keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh filsuf Plato yang menentukan
keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai
keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan dan keberadaan. Keindahan seharusnya
memenuhi banyak aspek , yaitu aspek jasmani dan aspek rohani.
Estetika dalam arsitektur
9
Estetika dalam arsitektur cukup penting agar estetika bangunan lebih mudah dipahami
dengan suatu alat, karena biasanya estetika berbeda bagi setiap orang. Sama seperti sebuah
bahasa, bila tidak ada bahasa, maka pengetahuan tidak tertularkan.
Dalam arsitektur, estetika adalah sebuah bahas visual yang tidak sama dengan beberapa
bahasa estetika yang tidak visual, seperti bahasa itu sendiri. Estetika dalam arsitektur
memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual seperti permukaan, volume, massa,
elemen garis dan sebagainya, termasuk berbagai order harmoni seperti komposisi.
Estetika meskipun berkaitan dengan “rasa” saat melihat bangunan juga dapat dibangun
melalui aplikasi teori arsitektur. Inilah mengapa estetika patut dibahasakan dan dibahas
dalam alat yang bernama komunikasi. Estetika dapat dimengerti dan dikembangkan melalui
pemahaman berbagai hal menyangkut teori estetika menjadi dasar bagi banyak cabang seni.
Namun melihat berbagai dimensi yang mempengaruhi bagaimana seorang manusia
mengapresiasi keindahan, estetika hanyalah sebuah media untuk mencoba menjelaskan apa
yang disebut indah, namun tidak pernah bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi
dalam benak seseorang berkaitan dengan sensasi keindahan. Dalam teori tentang estetika,
dicoba dijelaskan berbagai sisi yang “tersentuh” oleh keindahan sebuah obyek. Jadi, apa
yang indah bagi saya belum tentu indah bagi anda.
Sebuah bangunan bisa jadi menarik bagi seseorang, namun tidak untuk yang lain.
Determinasi estetika dalam pikiran tidak melulu ditumbuhkan melalui faktor- faktor
eksternal yang hadir dari luar seorang subyek, namun juga hadir dari perangkat pengenalan
dalam dirinya. Karenanya arsitektur tidak selalu cukup hanya dipeajari melalui ilmu estetika
yang dangkal dan obyektif semata, perlu pendekatan subyektif untuk megetahui sebuah
referensi.
Karenanya, arsitek yang berhasil dengan sebuah obyek arsitektural biasanya berhasil
dengan mengetahui lebih jauh tentang sisi subyektif klien, misalnya dengan proses
berbincang bincang dengan seorang klien. Ini menjadi arsitektur yang didasarkan pada intuisi
saat mendesain, selain bisa juga merupakan wadah kreatfitas dari implementasi teori
estetika.
10
2. PARKIR
Pengertian dan Dasar Hukum
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara. Adapun definisi yang berkaitan dengan parkir adalah stop/berhenti yang
berarti keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dengan
pengemudi tidak meninggalkan kendaraanya. Setiap perjalanan yang menggunakan
kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir, oleh karena itu, ruang parkir
terdapat bisa saja di garasi mobil, di halaman dan di tujuan perjalanan, di pelataran
parkir, gedung parkir ataupun di tepi jalan yang memang disediakan parkirannya.
Karena konsentrasi tujuan perjalanan lebih tinggi daripada tempat asal perjalanan,
maka biasanya menjadi permasalahan di tujuan perjalanan.
Adanya perubahab-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam
perubahan dalam demografi, ekonomi maupun sosial mempunyai implikasi tertentu
kepada sektor parkir. Dalam mengatasi masalah transportasi ada beraneka ragam
instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah. Instrumen yang umum dikenal
adalah peraturan, perizinan lokasi parkir dan tarif parkir.
Pola tata guna lahan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk
diperhatikan dalam menyusun suatu tarif parkir. Semakin mendekati pusat kota,
maka harga lahan juga naik. Dengan demikian harga fasilitas parkir dapat lebih tinggi
dibanding dengan di pinggiran kota. Kebijakan parkir dengan pembatasan biaya
mampu mendistribusikan volume lalu lintas. Jalan-jalan di sekitar CBD dibebani
volume lalu lintas yang besar dapat dialihkan ke pinggiran kota.
Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan
menginginkan kendaraannya parkir di tempat, dimana mudah untuk dicapai.
Kemudahan yang diinginkan tersebut salah satunya adalah parkir di badan jalan.
11
Dengan demikian untuk mendesain suatu area parkir di badan jaaln ada dua pilihan,
yaitu pola parkir paralel atau menyudut.
Dasar pengaturan mengenai parkir adalah keputusan Menteri Perhubungan
Nomor: KM 66 Tahun 1933 tentang Fasilitas Parkir untuk Umum dan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor: KM 4 Tahun 1994 tentang Tata Cara Parkir Kendaraan
Bermotor di Jalan telah diatur fasilitas parkir untuk umum dan tata cara parkir di
jalan, dengan keputusan Dirjen Darat No. 272/HK.105/DRJD/96.
A. Penyelengaraan Parkir
Penyediaan tempat-tempat parkir di pinggir jalan pada lokasi jalan tertentu
baik di badan jalan maupun dengan menggunakan sebagian dari perkerasan jaaln,
mengakibatkan turunnya kapasitas jalan, terhambatnya arus lalu lintas dan
penggunaan jalan menjadi tidak efektif.
Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepemilikan kendaraan
menambah permintaan akan ruang jaaln untuk kegiatan lalu lintas. Fasilitas parkir
untuk umum juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu lintas.
Fasilitas parkir untuk umum seperti antara lain dapat berupa gedung parkir dan
taman parkir.
B. Sasaran Penyelenggaraan Parkir
Perparkiran merupakan bagian yang penting dalam manajemen lalu lintas di
kawasan perkotaan. Kebijakan perparkiran harus dilakukan secara konsisten, shingga
seluruh aspek dari kebijaksanaan tersebut diarahkan pada tujuan yang sama.
Sasaran utama dari kebijakan parkir sebagai bagian dari kebijaksanaan
transportasi adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang masuk suatu kawasan
12
b. Meningkatkan pendapatan asli daerah yang dikumpulkan melalui retribusi parkir
c. Meningkakan fungsi jalan sehingga sesuai dengan perannya
d. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas
e. Mendukung tindakan pembatasan lalu lintas lainnya
Sasaran tersebut di atsa dilakukan secara tersendiri tapi cenderung untuk saling
melengkapi
C. Fasilitas Parkir untuk Umum
Fasilitas parkir untuk umum di luar badan jalan dapat berupa taman parkir
atau gedung parkir. Yang dimaksud dengan di luar badan jalan antara lain pada
kawasan-kawasan tertentu seperti pusat perbelanjaan, bisnis maupun perkantoran
yang menyediakan fasilitas parkir untuk umum
D. Penetapan untuk Lokasi Fasilitas Parkir
Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh Menteri. Penetapan
lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum, dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Rencana umum tata ruang daerah
b. Keselamatan dan kelancaran lalu lintas
c. Kelestarian lingkungan
d. Kemudahan bagi pengguna jasa
Keberadaan fasilitas parkir untuk umum berupa gedung parkir atau taman
parkir harus menunjang keselamatan dan kelancaran lalu lintas, sehingga penetapan
lokasinya terutama menyangkut akses keluar masuk fasilitas parkir harus dirancang
agar tidak menganggu kelancaran lalu lintas
13
E. Penyelenggara Parkir
Penyelenggaran fasilitas parkir untuk umum menurut peraturan perundangan
yang berlaku dilakukan oleh:
a. Pemerintah
b. Badan Hukum Indonesia
c. Warga Negara Indonesia
Penyelengaraan fasilitas parkir yang dilaksanakan oleh Badan Hukum atau
warga negara Indonesia, harus dengan izin. Izin diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Ketentuan ini dimaksudkan agar fasilitas parkir untuk umum yang disediakan
memenuhi persyaratan keselamatan dan menjamin kelancaran lalu lintas.
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan fasilitas parkir dapat
mengusahakannya sendiri dengan membentuk UPTD ataupun diserahkan pada
pihak ketiga. Penyelenggara fasilitas parkir, wajib menjaga ketertiban, keamanan,
kelancaran lalu lintas dan kelestarian lingkungan.
F. Aspek Pembinaan
Pembinaan di bidang lalu lintas jalan khususnya mengenai parkir meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Pengaturan
b. Pengendalian
c. Pengawasan
Yang ditujukan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu
lintas. Di dalam melakukan pembinaan penyelenggara parkir juga harus diperhatikan
aspek kepentingan umum atau masyarakat pemakai alan, kelestarian lingkungan,
tata ruang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan internasional
serta koordinasi antar wewenang pembina lalu lintas jalan di tingkat pusat dan
14
daerah serta antar instansi, sektor dan unsur terkait lainnya. Dalam pembinaan
penyelengaraan parkir diperlukan penetapan aturan-aturan umum yang bersifat
seragam dan berlaku secara nasional serta dengan mengingat ketentuan-ketentuan
lalu lintas yang berlaku secara internasional.
Di samping itu, untuk dapat menignkatkan daya guna dan hasil guna dalam
penggunaan dan pemanfaatan jalan, diperlukan adanya ketentuan-ketentuan bagi
Pemerintah dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan
dan pengendalian lalu lintas dan juga dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan
jalan di seluruh jaringan jalan primer dan sekunder yang ada di tanah air. Maka
dalam peraturan pemerintah ini diatur ketentuan-ketentuan mengenai prasarana
lalu lintas dan angkutan jalan yang meliputi antara lain kelas-kelas jalan, jaringan
lintas angkut barang, terminal penumpang dan barang fasilitas pejalan kaki, fasilitas
penyebrangan orang, fasilitas parkir, rambu rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat
lalu lintas dan lain sebagainya dimana merupakan unsur penting dalam
menyelenggarkan lalu lintas dan angkutan jalan yang berdaya guna serta
memberikan keselamatan, keamanan, kemudahan serta kenyamanan bagi pemakai
jalan.
3.GARIS SEPADAN BANGUNAN (GSB)
GSB dibuat agar setiap orang tidak semaunya dalam membangun. Selain itu
GSB juga berfungsi agar tercipta lingkungan pemukiman yang aman dan rapi.
Membangun sebuah rumah ibarat kita menyeberang jalan. Harus melihat kiri
dan kanan agar selamat. Demikian juga dalam membangun rumah, banyak aspek
“kiri-kanan” yang perlu diperhatikan agar calon penghuni selamat.
Aspek “kiri-kanan” itu berupa persyaratan administratif dan persyaratan
teknis yang sesuai dengan fungsi rumah. Segala persyaratan itu tertuang di dalam
15
aturan tentang tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi, terkadang membuat orang
mengabaikan aturan tersebut termasuk juga aturan mengenai GSB (Garis Sempadan
Bangunan).
Pasal 13 Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
menyebutkan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai persyaratan jarak bebas
bangunan yang meliputi GSB dan jarak antargedung. Selain itu dalam membangun
rumah, juga harus sudah mendapat standarisasi dari pemerintah yang tercantum di
dalam SNI No. 03-1728-1989. Standar ini mengatur bahwa dalam setiap mendirikan
bangunan harus memenuhi persyaratan lingkungan bangunan, di antaranya larangan
untuk membangun di luar GSB.
Pengertian
Di dalam penjelasan Pasal 13 Undang-undang No. 28 Tahun 2002, GSB
mempunyai arti sebuah garis yang membatasi jarak bebas minimum dari bidang
terluar suatu massa bangunan terhadap batas lahan yang dikuasai. Pengertian
tersebut dapat disingkat bahwa GSB adalah batas bangunan yang diperkenankan
untuk dibangun.
Batasan atau patokan untuk mengukur besar GSB adalah as jalan, tepi sungai,
tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi. Sehingga jika rumah
berada di pinggir jalan, maka garis sempadan diukur dari as jalan sampai bangunan
terluar di lahan tanah yang dikuasai.
Faktor penentu besar GSB adalah letak lokasi bangunan itu berdiri. Rumah
yang terletak di pinggir jalan, GSB-nya ditentukan berdasarkan fungsi dan kelas jalan.
“Untuk pemukiman perumahan standarnya sekitar 3 - 5 m”, jelas Ir. Imam S. Ernawi,
MCM., MSc. (Direktur Direktorat Bina Teknik, Ditjen Perumahan dan Pemukiman).
16
Bangunan Terluar
Persepsi tentang bangunan terluar masih sangat rancu. Beberapa orang
menyebutkan bahwa bangunan terluar adalah bangunan pagar. Menurut Imam,
bangunan terluar adalah ruang fisik bangunan dengan komposisi yang lengkap mulai
dari pondasi, sloof, pasangan bata, pintu, jendela, plafon, dan atap.
Jika melakukan renovasi rumah, membuat tambahan bangunan melewati
GSB masih diperbolehkan. Tetapi tidak boleh asal-asalan dalam melakukannya. Ada
beberapa toleransi yang masih bisa diterima. “Toleransi berlaku untuk bangunan
yang bersifat struktur, bukan bangunan ruang fisik”, tambah Imam. Sebagai contoh,
pembangunan pergola sebagai pelindung mobil yang diparkir di carport. Persoalan
akan menjadi masalah jika ruang parkir tersebut berubah fungsi menjadi kamar tidur
yang lengkap dengan komposisi struktur.
Dalam membuat pergola, juga tidak boleh sembarangan. Atap dari pergola
tersebut tidak diijinkan menjorok ke luar pagar.
Segi Estetika dan Keamanan
Peraturan tentang GSB dibuat agar lingkungan pemukiman sekitar rumah
menjadi aman dan teratur. Bisa dibayangkan jika lingkungan pemukiman rumah
menjadi berantakan karena para penghuninya sembarangan dalam membangun
rumah. Para penghuni dengan seenaknya melakukan pengembangan rumah dengan
memaksimalkan lahan yang ada. Seperti membangun kamar tambahan atau
perluasan ruangan yang melewati GSB sampai mendekati pagar. Selain itu ada
beberapa orang yang membuat jalan masuk ke garasi (driveway) menimpa jalan di
depan rumahnya. Akibatnya, pemukiman rumah tidak sedap dipandang.
Selain dari segi estetika, GSB dibuat untuk kepentingan keselamatan para
pengendara yang melewati jalan di depan atau samping rumah. Apalagi jika rumah
berada di persimpangan jalan atau di hoek jalan. Rumah di persimpangan sangat
rawan kecelakaan. Kecelakan dapat terjadi karena pengendara tidak melihat
17
pengendara lain dari arah berlawanan. Jarak bebas pandang pengendara terganggu
karena tertutup bangunan yang terletak di persimpangan dan menjorok keluar
melebihi GSB.
Untuk rumah yang berada di persimpangan jalan, ada dua GSB, yaitu dari sisi
depan bangunan dan samping bangunan. Hal ini sering dilupakan oleh pemilik
bangunan yang berada di persimpangan. Mereka membangun hanya berdasarkan
pada satu GSB saja. Ada beberapa orang yang dengan sengaja memajukan
bangunannya baik ke depan maupun ke samping sehingga melanggar batas GSB.
Tidak hanya rumah di persimpangan jalan yang mempunyai GSB samping. Semua
bangunan rumah mempunyai GSB samping dan belakang.
Menurut penjelasan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441 Tahun
1998 tentang Pesyaratan Teknis Bangunan Gedung, GSB dari samping dan belakang
bangunan juga harus mendapatkan perhatian. Ada beberapa hal persyaratan untuk
memenuhi GSB dari samping dan belakang bangunan. Persyaratan itu adalah:
Bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan
Struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya 10
cm ke arah dalam dari batas bangunan
Untuk perbaikan atau renovasi bangunan yang semula menggunakan
bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya,
disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri di samping dinding batas
terdahulu.
Pada bangunan rumah tinggal rapat, tidak terdapat jarak bebas samping,
sedangkan jarak bebas belakang ditentukan minimal setengah dari besarnya
garis sempadan muka bangunan
Disamping besaran GSB, dalam membangun juga perlu memperhatikan
estetika yang berkenaan dengan peletakan komponen struktur. Pembuatan bukaan
18
jendela dalam bentuk apapun pada dinding batas pekarangan tidak diperkenankan,
termasuk juga pemasangan glass block.
Sanksi Pelanggaran
Setiap aturan pasti mempunyai sanksi jika ada yang melanggarnya. Demikian
pula dengan peraturan tentang GSB. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung, Sanksi administratif akan dikenakan kepada setiap
pemilik bangunan. Sanksi tersebut berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan
pembangunan, penghentian sementara atau tetap pekerjaan pelaksanaan,
pencabutan izin yang telah dikeluarkan dan perintah pembongkaran bangunan.
Selain itu jika ketahuan membangun bangunan yang melebihi GSB, maka juga
akan dikenakan sanksi yang lain. Sanksinya berupa denda paling banyak 10%
(sepuluh persen) dari nilai bangunan yang sedang atau telah dibangun.
4. SAMPAH
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada
sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada
setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan
terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan
polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah
sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Jenis-jenis sampah
Berdasarkan sumbernya
1. Sampah alam
2. Sampah manusia
19
3. Sampah konsumsi
4. Sampah nuklir
5. Sampah industri
6. Sampah pertambangan
Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah Alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang
alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di
lingkungan pemukiman.
Sampah Manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat
menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan
utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah
manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan
dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna
barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah
sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini
pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
Sampah Nuklir
20
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh
karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk
melakukan aktifitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar
laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).
1) Pengertian Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang dibuang atau terbuang sebagai hasil dari aktivitas
manusia maupun hasil aktivitas alam yang tidak/belum memiliki nilai ekonomis.
2) Jenis-jenis sampah.
Sampah yang dihasilkan bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Secara garis besar sampah
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
(a) Sampah kering atau sampah anorganik
(b) Sampah basah atau sambah organik
(c) Sampah berbahaya
3) Permasalahan pembuangan sampah
1) tempat berkembang dan tempat sarang serangga dan tikus
2) tempat sumber polusi/pencemaran udara, air dan tanah
3) tempat hidup dan sumber kuman yang menyebabkan berbagai macam penyakit yang
membahayakan kesehatan
4) Tujuan dan manfaat penanganan/pengelolaan sampah
Penanganan sampah/pengelolaan sampah merupakan langkah-langkah yang dilakukan
dengan tujuan:
1) Mengubah sampah dari material yang tidak berguna menjadi material yang memiliki nilai
ekonomis
2) Mengolah sampah menjadi material yang tidak membahayaan lingkungan hidup
5) Cara pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan antara lain:
a) Penumpukan/landfill
b) Pengkomposan
21
c)Pembakaran/incineration
d) Sanitary landfill
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Sumber-sumber sampah
1. Rumah Tangga
2. Pertanian
3. Perkantoran
4. Perusahaan
5. Rumah Sakit
6. Pasar dll.
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Sampah Anorganik/kering
Contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat mengalami
pembususkan secara alami.
2. Sampah organik/basah
Contoh: Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll
yang dapat mengalami pembusukan secara alami.
3. Sampah berbahaya
contoh: Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll
22
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1.METODE PENENTUAN DAERAH PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian terapan (Applied research). Menurut
Haryadi (1995) tujuannya adalah menjawab persoalan-persoalan taktis yang
dihadapi masyarakat, karena ingin memecakan permasalahan sehari-hari. Penelitian
aplikatif agar hasilnya dapat segera dimanfaatkan untuk memecahkan masalah-
masalah praktis di bidang perancangan arsitektur dan perancangan kota.
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan jenis yang akan ditinjau maka
dipilih penelitian kualitatif. Tujuan utama adalah diperolehnya pemahaman
menyeluruh tentang suatu fenomena yang diteliti dengan pendekatan yang
menyeluruh. Katena menyangkut fenomena perilaku masyarakat, maka keluasan
cakupan dan kedalaman dalam meneliti kualitatif sangat diutamakan (Lexy
Moeloeng) Di dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa pendekatan antara lain
pendekatan kuantitatif dan fenomenologis, namun pendekatan fenomenologis ini
merupakan pendekatan yang populer di dalam penelitian studi perilaku. Untuk
penelitian ini digunakan pendekatan fenomenologi rasionalistik.
Menurut Haryadi (1995), pendekatan fenomenologis bertujuan untuk
menggambarkan dan menjelaskan kompleksitas hubungan antara perilaku dengan
lingkungan. Pendekatan fenomenologi tidak menyarankan pemahaman suatu
fenomena yang dilakukan secara parsial, dengan memecah-mecah kompleksitas
fenomena menjadi hubungan setara beberapa variabel yang sederhana melainkan
serentak dan menyeluruh.Pendekatan rasionalistik yaitu proses pengujian kebenaran
tidak hanya melalui empiri sensual (diukur dengan indera) tapi dilanjutkan melalui
pemaknaan atas empiri sensual, empiri logik (pikir) dan empiri budi (etik). Empiri
sensual, empiri logik dan empiri etik serta berdasarkan landasan teori digunakan
untuk penggalian data, pamaknaan terhadap perilaku, melakukan analisis data,
mempresentasikan temuan dan pembahasan (pemaknaan hasil temuan).
Secara Teritorial penelitian ini akan mempunyai lingkup cakupan di beberapa
perumahan yaitu Perumahan Cemara Asri dan Perumahan Graha Helvetia. Adapun
23
daerah penelitian ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan perumahan
tersebut merupakan perumahan yang sudah banyak dihuni. Selain itu perumahan -
perumahan ini juga berada dalam kawasan yang sedang berkembang dimana pada
akhirnya perumahan – perumahan ini dapat mempengaruhi permukiman yang ada di
kawasan sekitarnya atau bahkan menciptakan permukiman baru dalam perumahan
itu sendiri. Hal ini dapat diketahui dengan mengamati langsung ke lapangan.
III.2.METODE PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yakni data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya.
Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil dari wawancara pada
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder, yakni buku-buku pendukung, dokumen dan sumber referensi
lainnya yang relevan dengan penelitian dimana peneliti dapat memperoleh data
secara tidak langsung dari sumbernya. Kemudian dari hasil wawancara yang
dilakukan di lapangan.
III.3.BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
Alat penelitian yang diguanakan untuk mengumpulkan data :
• Daftar pertanyaan sebagai panduan wawancara dengan responden yang akan
dijawab oleh responden
• Foto pada obyek yang akan diteliti
• Kertas atau gambar untuk membuat sketsa
• Kertas untuk mancatat hasil dari penelitian
Prinsip dasar kuesioner adalah menemui responden sebagai subyek
penelitian dan menanyakan secara lisan atau tertulis, data pribadi ataupun pendapat
mengenai suatu hal.
III.4. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
24
Sesuai dengan tujuan metode penelitian, maka langkah-langkah yang akan
dilakukan secara umum ada 2 yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan.
Penelitian Kepustakaan merupakan tahap awal atau bagian dari kegiatan peneliti
berupa kegiatan pencari data-data dari pustaka.
2. Penelitian Lapangan.
Penelitian Lapangan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan di lapangan
dengan mengadakan wawancara terhadap penghuni ataupun pengunjung yang
berada di lokasi perumahan.
III.4.1. Tahap Penelitian
Meliputi pembuatan proposal penelitian yang didahului dengan
mengadakan survey untuk menjajaki fenomena yang terjadi yang diangkat
sebagai masalah penelitian.
Tahap penelitian lapangan meliputi :
Observasi lapangan, pengamatan langsung
Pengambilan data primer (wawancara dengan kuisioner)
Pengambilan data skunder, yaitu kegiatan pencarian data dari pustaka.
III.4.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan
yaitu :
Tahap observasi secara umum
Tahap wawancara secara umum
Tahap wawancara dengan mengadakan kuisioner
Tahap pembuatan sketsa lingkungan fisik dan fenomena aktifitas yang
terjadi dan diperkuat foto untuk validasi data
Setelah semua terkumpul, kemudian dilakukan penyelesaian dan
pengelompokan data
Tahap selanjutnya adalah penstrukturan kembali data kuantitatif
25
III.4.3. Tahap Kesimpulan
Tahap kesimpulan merupakan tahap menentukan yaitu upaya untuk
menyimpulkan data dan menginterprestasikan analisis data secara benar
sesuai dengan metodologi yang dipergunakan sehingga akan dapat mencapai
tujuan.
III.5.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi yang dipilih adalah Perumahan Cemara Asri dan Perumahan Graha
Helvetia. Pengambilan sampel secara purposive sampling responden dianggap
mewakili dari fenomena yang ada. Pengambilan sample berdasarkan teori
fenomenologis rasionalistik dipilih mengingat di ruang publik terdiri dari topik
penelitian guna mengetahui atribute dan property perumahan yang di jadikan objek
survey sehingga penentuan sampel harus mewakili kondisi dan pendapat populasi.
III.6.METODE PENGAMBILAN DATA
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dapat juga dilakukan pada
teknik kuisioner yang terkait dengan Analisa Perilaku pada Bangunan Perumahan
Kompleks. Untuk mendapatkan data seperti yang diharapkan selain pendistribusian
kuesioner, peneliti juga akan melakukan wawancara dengan beberapa responden.
Selain wawancara juga akan dilakukan pengamatan (observasi) secara langsung pada
obyek penelitian.
Sebelum dilakukan penelitian, perlu dilakukan survey data di lapangan untuk
melihat data yang diperlukan dan pemecahan masalah yang tepat dengan data yang
diperlukan melalui beberapa pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner terlampir.
III.6.1. Observasi
Menurut Hasan (2002 : 86), observasi adalah pemilihan, pencatatan dan
pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan
organisasi itu sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.
Menurut Naution seperti dikutip Sugiyono (2005 : 64), observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
26
melalui observasi. Kelebihan dari teknik observasi menurut Hasan (2005 :
86) yaitu:
Data yang diperoleh adalah data aktual atau segar dalam arti bahwa data
diperoleh dari responden pada saat terjadinya tingkah laku.
Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung. Tingkah laku yang
diharapkan muncul mungkin akan muncul juga tidak muncul. Karena
tingkah laku dapat dilihat atau diamati maka dapat dikatakan yang diukur
memang sesuatu yang dimaksud untuk diukur memang sesuatu yang
dimaksud untuk diukur. Selain melalui wawancara, penulis melakukan
penelitian juga melalui observasi yaitu mengamati secara langsung
perkembangan penggunaan jejaring sosial yang disalahgunakan untuk
hal-hal negatif.
Pengumpulan Variabel
Variabel penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang
datanya ingin diperoleh. Dinamakan variabel karena nilai dari data
tersebut beragam. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
Umur
Pekerjaan
Alamat
III.6.2. Wawancara
Wawancara adalah cara memperoleh keterangan dan data dengan
berhadapan langsung dengan responden melalui seperangkat daftar
pertanyaan. Wawancara dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di
Perumahan Cemara Asri dan Perumahan Graha Helvetia dan juga masyarakat
yang tinggal di sekitar kawasan perumahan tersebut.
Adapun untuk mendapatkan informasi tersebut dilakukan dengan
struktur pertanyaan :
27
• Mengenai tanggapan terhadap masing-masing baik masyarakat yang
tinggal di dalam perumahan maupun masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan perumahan mengenai keberadaan perumahan ini.
• Mengenai taraf kehidupan dan sarana penunjang pengadaan kehidupan
di kawasan perumahan sebagai bagian dari permukiman.
28